ketahanan lingkungan: kelestarian & konservasi dikoleksi oleh : soemarno

34
KETAHANAN LINGKUNGAN: KELESTARIAN & KONSERVASI Dikoleksi oleh: Soemarno PSDL-PPSUB April 2013

Upload: field

Post on 23-Feb-2016

121 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KETAHANAN LINGKUNGAN: KELESTARIAN & KONSERVASI Dikoleksi oleh : Soemarno PSDL-PPSUB April 2013. KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN . Berdasarkan analisis, biaya degradasi lingkungan terhadap perekonomian Indonesia dapat dirangkum sebagai berikut: - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

KETAHANAN LINGKUNGAN:

KELESTARIAN &

KONSERVASI

Dikoleksi oleh: Soemarno

PSDL-PPSUB April 2013

Page 2: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Berdasarkan analisis, biaya degradasi lingkungan terhadap perekonomian Indonesia dapat dirangkum sebagai berikut:

Modal alam yang mencapai sekitar seperempat total kekayaan Indonesia tapi menyusut cepat dan tidak diimbangi dengan investasi yang mencukupi dalam modal

sumber daya manusia atau yang dihasilkan.Perubahan iklim akan menciptakan sejumlah dampak negatif di Indonesia,

termasuk penurunan produksi panen, risiko banjir yang lebih besar, serta penyebaran penyakit bawaan vektor yang lebih luas, dengan proyeksi biaya

ekonomi mencapai 2,5-7,0 persen PDB di tahun 2100.Sanitasi yang buruk diperkirakan telah menimbulkan biaya kesehatan, air,

pariwisata yang besar dan biaya kesejahteraan lain senilai lebih dari $6 miliar di tahun 2005, atau lebih dari 2 persen PDB tahun itu.

Polusi udara di luar dan dalam ruangan diperkirakan menimbulkan dampak kesehatan sekitar $5.5 miliar per tahun atau sekitar 1,3 persen PDB (2007).

Penggundulan hutan sejak 2001 telah mencapai lebih dari 1 juta hektare per tahun.  Tingkat ini telah mengalami penurunan dari 2,5 juta hektare per tahun, tapi

masih sangat tinggi dibandingkan dengan negara berhutan tropis lain.  Penggundulan hutan dan konversi lahan gambut menyebabkan degradasi

lingkungan, kerugian kesehatan dan keanekaragaman hayati, serta emisi gas rumah kaca.

“Degradasi lingkungan menimbulkan biaya tinggi untuk Indonesia. Namun, melalui pemberlakuan undang-undang baru mengenai lingkungan, ketenagalistrikan dan pengelolaan limbah padat, Indonesia secara jelas berada di jalur menuju masa

depan dengan lingkungan yang lebih lestari,” ujar Joachim von Amsberg, Kepal Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia. “Langkah selanjutnya dalam

transformasi ini adalah menyeimbangkan kerangka kerja hukum ini dengan kapasitas dan insentif yang memadai di semua tingkat pemerintahan, sekaligus

mengambil tindakan adaptasi dan mitigasi yang sesuai untuk mengatasi perubahan iklim.”

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

Page 3: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Indonesia telah diidentifikasi sebagai salah satu negara Asia yang paling rentan terhadap bahaya perubahan iklim. Kekeringan, banjir, kenaikan permukaan laut, dan

longsor merupakan bahaya yang akan berdampak pada masyarakat miskin yang tinggal di pesisir pantai dan bergantung pada pertanian, perikanan dan kehutanan

sebagai sumber penghasilan mereka. Namun, dengan tindakan adaptasi yang tepat, manfaat tahunan dari menghindari kerusakan akibat perubahan iklim

kemungkinan akan melebihi biaya tahunan tanpa adanya investasi adaptasi sampai 2050.

“Perubahan iklim meningkatkan kesulitan dalam mencapai pembangunan yang berkesinambungan, sekaligus membawa peluang untuk pertumbuhan rendah

karbon dan pembiayaan iklim untuk mitigasi dan adaptasi. Seperti yang disebutkan dalam pidato Presiden Yudhoyono pada pertemuan G-20 terbaru, hal yang lebih

penting adalah Indonesia benar-benar berkomitmen untuk mencapai kelestarian dan telah mengambil tindakan”

(Timothy H. Brown, Senior Natural Resources Specialist untuk Bank Dunia di Indonesia).

“Mitra internasional seperti Bank Dunia siap membantu Indonesia mencapai kesinambungan yang lebih besar dan mewujudkan ambisi pertumbuhan rendah

karbon.”

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

Page 4: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Country Environmental Analysis: Pilihan Memperluas Akses ke Tata Kelola Lingkungan

Sumber: http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/

0,,contentMDK:22395126~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Pemerintah •Bekerja bersama pemangku kepentingan lain dalam mengawasi dan menilai kinerja lembaganya dalam memenuhi akses ke informasi, partisipasi dan keadilan, serta mendorong adopsi kebijakan yang lebih menjamin pencapaiannya.•Mendorong proses reformasi hukum yang menyelaraskan situasi de jure dan de facto.•Menyediakan sistem terintegrasi yang dapat menjamin akses, terutama untuk kelompok yang terpinggirkan.•Mengembangkan kapasitas lembaganya melalui penugasan staf yang dilatih secara khusus, penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan, serta alokasi pendanaan yang memadai.•Meningkatkan kerja sama dengan media dan LSM, serta pemangku kepentingan lain yang berpotensi mendorong pencapaian prinsip akses.

Media •Secara aktif dan terus menerus memeriksa kinerja pemerintah dalam hal akses.•Meningkatkan perhatian terhadap masalah lingkungan, termasuk pengambilan keputusan yang kemungkinan memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

LSM •Memonitor proses reformasi hukum untuk memastikan bahwa kesenjangan antara situasi de facto dan de jure dapat dijembatani.•Bekerja sama dengan Pemerintah dan pemangku kepentingan lain untuk mendorong akses yang lebih baik.•Mendorong peningkatan permintaan publik atas akses ke informasi, partisipasi dan keadilan.•Mengembangkan kapasitasnya sendiri dan kapasitas publik, terutama kelompok yang terpinggirkan dalam mendapatkan akses ke informasi, partisipasi dan keadilan.

Page 5: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Country Environmental Analysis: Adaptasi Perubahan Iklim

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

  Reaktif/Responsif Proaktif/Antisipatif Sumber Daya Air

•Perlindungan terhadap sumber daya air tanah•Peningkatan pengelolaan dan pemeliharaan sistem pasokan air yang ada•Perlindungan terhadap daerah tangkapan air•Peningkatan pasokan air•Pengumpulan dan desalinasi air tanah dan air hujan

•Penggunaan air daur ulang yang lebih baik•Konservasi daerah tangkapan air•Peningkatan sistem pengelolaan air•Reformasi kebijakan mengenai air termasuk kebijakan irigasi dan penetapan harga•Pengembangan pengendalian banjir dan pengawasan kekeringan

Pertanian •Pengendalian erosi•Pembangunan bendungan untuk irigasi•Perubahan dalam penggunaan dan aplikasi pupuk•Pengenalan panenan baru•Pemeliharaan kesuburan tanah•Perubahan dalam waktu tanam dan panen•Pergantian ke tanaman pangan yang berbeda•Program pendidikan dan penjangkauan mengenai konservasi dan pengelolaan tanah dan air

•Pengembangan panenan berdaya tahan (terhadap kekeringan, garam, serangga/hama)•Penelitian dan pengembangan•Pengelolaan tanah dan air•Diversifikasi dan intensifikasi pangan dan tanaman pangan•Tindakan kebijakan, insentif pajak/subsidi, pasar bebas•Pengembangan sistem peringatan dini

Kehutanan •Peningkatan sistem pengelolaan termasuk pengendalian penggundulan hutan, reboisasi, dan konversi tanah menjadi hutan•Promosi pertanian kehutanan untuk meningkatkan barang dan jasa kehutanan•Pengembangan/peningkatan rencana pengelolaan kebakaran hutan nasional•Peningkatan penyimpanan karbon di hutan

•Penciptaan taman/cagar alam, lindungan dan koridor keanekaragaman hayati•Identifikasi/pengembangan spesies yang tahan terhadap perubahan iklim•Penilaian kerentanan ekosistem yang lebih baik•Pengawasan spesies•Pengembangan dan pemeliharaan bank benih•Sistem peringatan dini kebakaran hutan

Pantai/Laut •Perlindungan terhadap infrastruktur ekonomi•Kesadaran masyarakat untuk meningkatkan perlindungan terhadap ekosistem pantai dan laut•Pembangunan tembok laut dan penguatan pantai•Perlindungan dan konservasi terumbu karang, hutan bakau, rumput laut, dan tanaman pantai

•Pengelolaan zona pantai terintegrasi•Perencanaan dan pembagian daerah pantai yang lebih baik•Pengembangan peraturan atas perlindungan pantai•Penelitian dan pengembangan ekosistem pantai

Kesehatan •Reformasi pengelolaan kesehatan masyarakat•Peningkatan kondisi perumbahan dan kehidupan•Peningkatan tanggapan darurat

•Pengembangan sistem peringatan dini•Pengamatan dan pengawasan yang lebih baik terhadap penyakit/vektor•Peningkatan kualitas lingkungan•Perubahan dalam rancangan perkotaan dan perumahan

Sumber: http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/

0,,contentMDK:22395126~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html… diunduh 31 Maret 2012

Page 6: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN, INDOSAT MENANAM 43.000 POHON

“ Kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama, Indosat berinisiatif untuk turut mengambil peran aktif dengan mendukung program

Pemerintah melalui Program Penanaman 43.000 Pohon ini, yang tidak hanya menanam namun juga turut memelihara untuk memastikan pohon yang kita tanam

benar-benar tumbuh dan nantinya memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. ”

Program yang dilakukan Indosat bekerjasama dengan para mitra serta didukung oleh Departemen Kehutanan ini telah berhasil menyelesaikan program penanaman 43.000 pohon di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dimulai sejak November 2010, di

beberapa wilayah seperti Jatiluhur, daerah aliran sungai Ciliwung, Citarum, Cisadane, Cihedeung, dan Ciapus, yang tersebar di 13 Kelurahan dan 1 Kecamatan

di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.Berbeda dengan program sejenis lainnya, tidak hanya program penanaman, namun

Indosat akan turut bertanggung jawab dalam program pemeliharaan bersama dengan masyarakat setempat secara partisipatif pada tahap awal, untuk selanjutkan

kegiatan pemeliharaan akan diserahkan kepada masyarakat secara mandiri.Penanaman pohon difokuskan pada daerah pinggiran aliran sungai, dimana

berdasarkan data lapangan, daerah sekitar aliran sungai merupakan daerah yang mengalami kerusakan cukup parah, meliputi kerusakan biofisik dan juga penurunan

kualitas air. Kondisi ini juga semakin menurun dari tahun ke tahun. Fokus kegiatan penanaman bibit pohon adalah di sepanjang Daerah Aliran Sungai

(DAS) bertujuan untuk turut berperan memelihara kesinambungan ekosistem di daerah aliran sungai yang rawan banjir.

Sumber: http://chip.co.id/news/read/2011/04/21/582424/Menjaga.Kelestarian.Lingkungan,.Indosat.Menanam.43.000.

Pohon# … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Program Hijau IndosatDalam kesempatan ini, Indosat juga meresmikan program pembibitan dan

pembuatan kompos yang berlokasi di kantor Indosat Daan Mogot. Program ini telah dilakukan sejak tahun 2008 untuk mendukung berjalannya program

Indonesia Hijau. Pelaksanaan program Indonesia Hijau juga diterapkan di lingkungan internal

dengan menanam lebih dari 1000 pohon yang apabila telah berkembang baik, pohon-pohon tersebut secara rutin dialokasikan untuk kebutuhan penghijauan di kantor Indosat di Jakarta. Disamping itu juga dibuat 400 lubang biopori yang

berfungsi sebagai lubang resapan air di lingkungan Indosat Daan Mogot.

Page 7: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Solusi alternatif bagi kelestarian lingkunganBudidaya Sayuran Organik

Sistem pertanian konvensional disinyalir berpotensi mencemari lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk mengatasinya dikembangkan pertanian organik yang  dapat menjadi solusi alternatif bagi kelestarian

lingkungan dan pertanian yang lebih produktif.

Sumber: http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Prospek Pertanian Organik di Indonesia

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk

pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan

jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah

lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk

pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar

domestik dan ekspor.

(Sumber: BALITBANG PERTANIAN)

Page 8: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Hutan Bernilai Koservasi Tinggi

Dalam pengelolaan lingkungan, Perhutani melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap keberadaan High Conservation Value Forest (HCVF) atau Kawasan hutan

bernilai konservasi yang tinggi di wilayah pengelolaan hutannya.

HCVF adalah kawasan-kawasan yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri berikut:

1. HCV1 merupakan wilayah-wilayah hutan yang merupakan tempat konsentrasi nilai-nilai keanekaragaman hayati tinggi (misalnya endemisme, spesies-spesies langka atau terancam, tempat pengungsian satwa/refugia dan lain-lain), baik yang memiliki signifikansi nasional, regional maupun global.

2. HCV2 adalah kawasan hutan yang mempunyai tingkat lanskap yang luas yang penting secara global, regional dan lokal, yang berada di dalam atau mempunyai unit pengelolaan, dimana sebagian besar populasi species, atau seluruh species yang secara alami ada di kawasan tersebut berada dalam pola-pola distribusi dan kelimpahan alami.

3. HCV3 adalah wilayah-wilayah hutan yang berada di dalam, atau mencakup, ekosistem-ekosistem yang langka atau terancam punah.

4. HCV4 yaitu wilayah-wilayah hutan yang menye diakan fungsi-fungsi dasar lingkungan alami dalam situasi kritis (misalnya, perlindungan DAS, pengendalian erosi dan lain-lainnya.)

5. HCV5 adalah wilayah-wilayah hutan yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal (misalnya, pemenuhan subsistensi, kesehatan dan lain-lainnya.)

6. HCV6 adalah wilayah-wilayah hutan yang penting sebagai identitas budaya masyarakat lokal (memiliki sig nifikansi budaya, ekologis, ekonomis atau religi; teridenti fikasi dalam proses bersama masyarakat setempat).

Sumber: http://perumperhutani.com/kelestarian/lingkungan/ … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 9: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Kelola Biodiversity

Perhatian terhadap keanekaragaman hayati flora dan fauna yang terdapat di kawasan hutan merupakan salah satu komitmen Perhutani dalam mengelola

lingkungan. Kegiatan yang dilakukan adalah Survey potensi biodiversity,  penetapan species interest, penetapan kawasan, dan kegiatan pengelolaan.

Kegiatan survey biodiversity merupakan langkah awal untuk menentukan prioritas konservasi terhadap keanekaragaman hayati suatu kawasan. Survey biodiversity dilakukan di Stasiun-stasiun Pemantauan Biodiversity yang berasal berbagai tipe

habitat.  Baik di Kawasan Lindung (Hutan Lindung, Sempadan Sungai/Mata Air/Pantai/Danau, Jurang, Hutan Alam Sekunder (HAS), dan Wana Wisata) ataupun

Kawasan Produksi.

Sumber: http://www.freewebs.com/irwantomangrove/mangrove_konservasi.pdf … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

. VEGETASI MANGROVE

Mangrove mempunyai komposisi vegetasi tertentu. Pembentuk kelompok vegetasi ini adalah berbagai spesies tanaman mangrove yang dapat ber adaptasi secara

fisiologis terhadap lingkungan yang khas, yaitu salinitas tinggi, sedang atau rendah, tipe tanah yang didominasi lumpur, pasir atau lumpur berpasir, dan

terpengaruh pasang surut sehingga terbentuk zonasi.Setiap lokasi mangrove mempunyai keanekaragaman vegetasi yang berbeda, bergantung pada umur mangrove tersebut.Perbedaan vegetasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan salinitas.

Pada perairan dengan salinitas tinggi di tepi pantai dijumpai komunitas Rhizophora apiculata, R. mucronata, Soneratia alba, dan Bruguera gymnorrhiza.

Menurut Kitamura et al. (1997), vegetasi mangrove dapat dibagi menjadi tiga, yaitu vegetasi utama, vegetasi pendukung, dan vegetasi asosiasinya. Di

mangrove Pulau Bali dan Lombok ditemukan 17 spesies vegetasi utama, di antaranya R. apiculata, R. mucronata, B. gymnorrhiza, B. cylindrica, dan

Xylocarpus granatum (vegetasi utama), 13 spesies vegetasi pendukung antara lain A. aureum, Aegiceras corniculatum, dan A. floridum, serta 19 spesies vegetasi

mangrove asosiasi, misalnya Acanthus sp., Baringtonia sp., Callophyllum sp., Calotropis sp., Cerbera sp., Clerodendron sp., dan Derris sp.

Sumber: Jurnal Litbang Pertanian, 23(1), 2004

Page 10: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Pengendalian Dampak

Aktivitas pengelolaan lingkungan meliputi penerapan kaidah-kaidah konservasi pada penanaman dan rehabilitasi, penetapan kawasan perlindungan serta pembuatan stasiun pengamat lingkungan (SPL) terhadap masalah erosi, debit air, sedimentasi, curah hujan serta

biodiversity dan pemantauan bahan beracun berbahaya (B3)

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

FUNGSI MANGROVEMangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuarin

sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya

erosi. Dengan demikian, daerah mangrove merupakan daerah yang subur, baik daratannya maupun perairannya, karena selalu terjadi

transportasi nutrien akibat adanya pasang surut.

Mangrove mempunyai berbagai fungsi.

Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi

dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah sebagai habitat benih ikan, udang, dan

kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik seperti burung, ular, kera,

kelelawar, dan tanaman anggrek, serta sumber plasma nutfah.

Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan,

dan obat-obatan.

Sumber: Jurnal Litbang Pertanian, 23(1), 2004http://www.freewebs.com/irwantomangrove/mangrove_konservasi.pdf

Page 11: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Pengembangan Hutan Rakyat

Untuk mempercepat terwujudnya pembangunan wilayah Jawa dan Madura khususnya peningkatan kualitas lingkungan di luar kawasan

hutan, Perum Perhutani sejak tahun 2009 melalui Direktorat Rehabilitasi & Usaha Hutan Rakyat bekerja mendorong masyarakat menciptakan

peluang bisnis perhutanan rakyat dengan target 2 juta hektar sekaligus merehabilitasi lahan mereka.

Manfaat pengembangan hutan rakyat antara lain:

1. Perluasan penutupan lahan hutan di wilayah pulau Jawa-Madura,2. Meningkatkan kualitas biofisik lingkungan, 3. Penurunan tingkat potensi bahaya erosi, laju sedimentasi dan tanah

longsor melalui keberhasilan lahan kritis dan pengelolaaan lahan berkaidah konservasi,

4. Perbaikan iklim mikro dalam bentuk peningkatan produksi oksigen dan penyerapan emisi karbon,

5. Peningkatan produktifitas lahan dan pendapatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan tanaman kehutanan cepat tumbuh (FGS), tanaman buah-buahan dan tanaman hortikultura,

6. Peningkatan supply produksi kayu dan pengembangan industrinya,7. Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat, 8. Peningkatan pendapatan perusahaan dan masyarakat.

Sumber: http://perumperhutani.com/kelestarian/hutan-rakyat/… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 12: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Pengelolaan Kawasan Konservasi Indonesia : Konflik Kepentingan Konservasi Lingkungan Hidup dengan Kepentingan

Rakyat - Hari Bumi 2009

Untuk pengelolaan hutan konservasi, seperti taman nasional, cagar alam, taman buru, hutan wisata dan hutan lindung, dilakukan pengelolaan oleh pemerintah

melalui unit pelaksana teknis sebagai perwakilan pemerintah di lapangan. Sebagian lokasi kawasan konservasi juga dikelola bersama dengan lembaga konservasi

internasional.

Hingga saat ini pengelolaan hutan konservasi masih sangat jauh dari sisi pengelolaan hutan oleh rakyat, karena pengertian konservasi sebagai kawasan

yang "steril" dari masyarakat masih menjadi pegangan pemerintah dalam pengelolaan hutan. Hal tersebut mengakibatkan seringnya terjadi konflik antara

rakyat dengan pengelola kawasan, misalnya di Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Kutai, Taman Nasional Lore Lindu, Taman

Nasional Rawa Aopa Watumoai, Taman Nasional Gunung Halimun, dan beberapa kawasan konservasi lainnya di Indonesia.

Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Pengelolaan%20Kawasan%20Konservasi%20Indonesia%20:%20Konflik%20Kepentingan%20Konservasi%20Lingkungan%20Hidup%20dengan%20Kepentingan%20Rakyat%20-%20Hari%20Bumi%202009&&nomorurut_artikel=315… diunduh 31

Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 13: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Pengelolaan Kawasan Konservasi Indonesia : Konflik Kepentingan Konservasi Lingkungan Hidup dengan Kepentingan

Rakyat - Hari Bumi 2009

Kekerasan di Hutan : Pengelolaan Kawasan Konservasi Indonesia

Indonesia yang memiliki Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Perlindungan Alam seluas 23.214.626,57 hektar, dimana sebagian besarnya merupakan Taman

Nasional. Konsep pengelolaan Taman Nasional sangat sentralistik dan kerap mengabaikan keberadaan masyarakat adat/lokal yang justru telah hidup di kawasan-kawasan

tersebut secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Hal inilah yang menjadi titik terjadinya konflik kepentingan antara kepentingan konservasi dan kepentingan

rakyat.Untuk pengelolaan hutan konservasi, seperti taman nasional, cagar alam, taman

buru, hutan wisata dan hutan lindung, dilakukan pengelolaan oleh pemerintah melalui unit pelaksana teknis sebagai perwakilan pemerintah di lapangan. Sebagian

lokasi kawasan konservasi juga dikelola bersama dengan lembaga konservasi internasional. Hingga saat ini pengelolaan hutan konservasi masih sangat jauh dari sisi pengelolaan hutan oleh rakyat, karena pengertian konservasi sebagai kawasan

yang "steril" dari masyarakat masih menjadi pegangan pemerintah dalam pengelolaan hutan.

Sementara di tingkat daerah, pengelolaan kawasan konservasi menjadi bagian yang dianggap tidak penting dan tidak diperhatikan, karena saat ini dipandang bahwa

kawasan konservasi merupakan wewenang pemerintah pusat. Namun untuk kawasan hutan lindung dan hutan wisata, yang merupakan wewenang pemerintah

daerah, mulai terlihat adanya perhatian pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan. Pola pengelolaan yang digunakan juga tidak berbeda dengan pola

pengelolaan kawasan konservasi, dimana di dalam kawasan hutan, tidak dibenarkan rakyat berada di dalam kawasan.

Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Pengelolaan%20Kawasan%20Konservasi%20Indonesia%20:%20Konflik%20Kepentingan%20Konservasi%20Lingkungan%20Hidup%20dengan%20Kepentingan%20Rakyat%20-%20Hari%20Bumi%202009&&nomorurut_artikel=315… diunduh 31

Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 14: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

10 Teknologi Pencegah Bumi dari Kehancuran

Ada anggapan dari kaum skeptis bahwa teknologi hanya merusak lingkungan. Anggapan ini menantang para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang

ramah lingkungan.

PBB memperkirakan, hingga tahun 2030 kebutuhan energi akan melonjak sebesar 60 persen. Sebanyak 2,9 miliar manusia akan kekurangan pasokan air. Berikut 10

jenis teknologi yang tergolong dapat mencegah bumi dari kehancuran.

1. Memproduksi minyak secara alamiAda proses bernama thermo-depolymerization, suatu proses yang sama dengan

bagaimana alam memproduksi minyak. Misalnya limbah berbasis karbon jika dipanaskan dan diberi tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak. Secara alamiah proses ini menbutuhkan waktu jutaan tahun. Dari eksperiman yang sudah-

sudah, kotoran ayam kalkun mampu memproduksi sekitar 600 pon petroleum.

2. Menghilangkan garam dari air laut.PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi miliaran manusia pada

pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama desalinasi, yakni menghilangkan kadar garam dan mineral dari air laut sehingga layak diminum. Ini merupakan solusi

yang bisa dilakukan untuk mencegah krisis air. Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan energi cukup besar. Kini para ilmuwan tengah

mencari jalan agar desalinasi dapat berlangsung dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan melakukan evaporasi pada air sebelum masuk ke

membran dengan pori-pori mikroskopis.

Source :Merry Magdalena - Netsains.com

Dikirim oleh Admin Tanggal 2008-07-23

Jam 07:27:27

Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=10%20Teknologi%20Pencegah%20Bumi%20dari%20Kehancuran&&nomorurut_artikel=90… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 15: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

. 10 Teknologi Pencegah Bumi dari Kehancuran

3. Tenaga Hidrogen.

Bahan bakar hidrogen dianggap sebagai bahan bakar alternatif bebas polusi. Energi dihasilkan dari perpaduan antara hidrogen dan oksigen. Problemnya adalah

bagaimana hidrogen itu dihasilkan. Molekul seperti air dan alkohol harus diproses dulu untuk mengekstaksi hidrogen sehingga menjadi sel bahan bakar. Proses ini

juga membutuhkan energi besar. Namun setidaknya ilmuwan sudah mencoba membuat laptop serta peranti lain dengan tenaga fuel cell.

4. Tenaga suryaEnergi surya yang sampai di bumi terbentuk dari photon, dapat dikonversikan

menjadi listrik atau panas. Beberapa perusahaan dan perumahan sudah berhasil menggunakan aplikasi ini. Mereka memakai sel surya dan termal surya lain sebagai

media pengumpul energi.

5. Konversi Panas LautMedia pengumpul tenaga surya terbesar di bumi ini adalah air laut. Departemen

Energi Amerika Serikat (AS) menyebut, laut mampu menyerap panas surya setara dengan energi yang dihasilkan 250 miliar barel minyal per hari. Ada teknologi

bernama OTEC yang mampu mengkonversikan energi termal laut menjadi listrik. Perbedaan suhu antar permukaan laut mampu menjalankan turbin dan

menggerakan generator. Masalahnya, teknologi ini masih kurang efisien.

6. Energi gelombang laut.Laut melingkupi 70 persen permukaan bumi. Gelombangnya menyimpan energi

besar yang dapat menggerakkan turbin-turbin sehingga mengasilkan listrik. Problemnya agak sulit memperkirakan kapan gelombang laut cukup besar sehingga

memproduksi energi yang cukup. Solusinya adalah dengan menyimpan sebagian energi ketika gelombang cukup besar. Sungai Timur kota New York saat ini sedang

menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga gelombanng air. Sedangkan Portugis justru sudah lebih dulu mempraktikan teknologi ini dan sukses

menerangi lebih dari 1500 rumah.

Source : Merry Magdalena - Netsains.comDikirim oleh Admin ; Tanggal 2008-07-23; Jam 07:27:27

Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=10%20Teknologi%20Pencegah%20Bumi%20dari%20Kehancuran&&nomorurut_artikel=90… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 16: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

. 10 Teknologi Pencegah Bumi dari Kehancuran

7. Menanami atap rumahKonsep ini diilhami dari Taman Gantung Babilonia yang masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Istana Babilonia terdiri atas atap yang ditanami aneka flora, juga

balkon dan terasnya. Taman atap ini mampu menyerap panas dan mengurangi karbon dioksida. Bayangkan jika burung-burung dan kupu-kupu berterbangan di

sekitar rumah hijau kita.

8. BioremediasiAda proses bernama bioremediasi, yakni memanfaatkan mikroba dan tanaman

untuk membersihkan kontaminasi. Salah satunya adalah membersihkan kandungan nitrat dalam air dengan bantuan mikroba. Atau memakai tanaman untuk menetralisir

arsenik dari tanah. Beberapa tumbuhan asli ternyata punya daedah untuk membersihkan bumi kita dari aneka polusi.

9. Kubur barang-barang perusakKarbon dioksida adalah faktor utama penyebab pemanasan global. Energy

Information Administration (EIA) mencatat, tahun 2030 emisi karbon dioksida mencapai 8000 juta metrik ton. Metode paling sederhana untuk menekan

kandungan zat berbahaya itu adalah dengan menguburkan berbagai sumber penghasil CO2 seperti aneka limbah elektronik berbahaya. Namun ilmuwan masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan tersimpan aman. Tetap saja kelak akan

muncul imbas negatifnya bagi lingkungan.

10. Buku elektronikBayangkan, berapa ton kertas dan berapa banyak pohon harus ditebang bagi

seantero dunia jika kita semua harus membeli koran, majalah, novel, buku pelajaran, buku tulis, kertas faks, sampai tisu toilet. Buku elektronik atau surat

elektronik yang lebih dikenal dengan e-book dan email memberi kontribusi sangat berarti pada kelangsungan hidup. Dengan teknologi itu, produksi kertas dapat

ditekan, sehingga bahan kita tak perlu menebang terlalu banyak pohon.

Source : Merry Magdalena - Netsains.comDikirim oleh Admin Tanggal 2008-07-23

Jam 07:27:27 Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=10%20Teknologi%20Pencegah%20Bumi

%20dari%20Kehancuran&&nomorurut_artikel=90… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 17: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Mengapa Ekosistem Hutan Mangrove (Hutan Bakau) harus diselamatkan dari Kerusakan Lingkungan

Rusminarto et al. (1984) dalam pengamatannya di areal hutan mangrove di Tanjung Karawang menjumpai 9 jenis nyamuk yang berada di areal tersebut.

Nyamuk Anopheles sp., nyamuk jenis vektor penyakit malaria, ternyata semakin meningkat populasinya seiring dengan makin terbukanya

pertambakan dalam areal mangrove. Ini mengindikasikan kemungkinan meningkatnya penularan malaria dengan makin terbukanya areal-areal

pertambakan perikanan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Anwar (2005) menunjukkan bahwa tambak tanpa mangrove mengandung bahan pencemar berbahaya merkuri (Hg) 16 kali lebih tinggi dari perairan hutan mangrove alami dan 14

kali lebih tinggi dari tambak yang masih bermangrove (silvofishery).

Sumber: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-definisi-silvofishery.html … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

WANAMINASilvofishery atau Wanamina adalah suatu pola agroforestri yang

digunakan dalam pelaksanaan program perhutanan sosial di kawasan hutan mangrove. Petani dapat memelihara ikan dan udang atau jenis komersial lainnya untuk menambah penghasilan, di samping itu ada

kewajiban untuk memelihara hutan Mangrove.

Prinsip silvofishery adalah perlindungan tanaman mangrove dengan memberikan hasil dari sektor perikanan. Sistem ini mampu menambah

pendapatan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove. Silvofishery yang telah dikembangkan selama ini

menggunakan jenis Rhyzophora sp.

Page 18: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

WANAMINAPengelolaan terpadu mangrove-tambak diwujudkan dalam bentuk sistem

budidaya perikanan yang memasukkan pohon mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya yang dikenal dengan sebutan wanamina (silvofishery).

Silvofishery pada dasarnya ialah perlindungan terhadap kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang berbentuk saluran yang keduanya mampu

bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan ekologis dan ekonomis (mendatangkan penghasilan tambahan dari hasil pemeliharaan ikan di tambak.

Pemanfaatan mangrove untuk silvofishery saat ini mengalami perkembangan yang pesat, karena system ini telah terbukti mendatangkan keuntungan bagi pemerintah dan nelayan secara ekonomis. Fungsi mangrove sebagai nursery

ground sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan perikanan (sivofishery).

Keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini. Selain memperoleh hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun murah, karena tanpa harus memberikan makanan setiap hari. Hal ini disebabkan karena produksi fitoplankton sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi sebagai

energi utama perairan telah mampu memenuhi kebutuhan perikanan tersebut. Oleh karena itu keberhasilan silvofishery sangat ditentukan oleh produktivitas

fitoplankton.

Sumber: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-definisi-silvofishery.html… diunduh 31 Maret 2012

Page 19: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Sumber: http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-definisi-silvofishery.html… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

MODEL SILVOFISHERY ATAU MODEL WANAMINA

Ada tiga model tambak wanamina; model empang parit, komplangan, dan jalur. Selain itu terdapat pula tambak sistem tanggul yang berkembang di masyarakat. Pada tambak wanamina model empang parit, lahan untuk hutan mangrove dan

empang masih menjadi satu hamparan yang diatur oleh satu pintu air.Pada tambak wanamina model komplangan, lahan untuk hutan mangrove dan empang terpisah dalam dua hamparan yang diatur oleh saluran air dengan dua

pintu yang terpisah untuk hutan mangrove dan empang.

Tambak wanamina model jalur merupakan hasil modifikasi dari tambak wanamina model empang parit. Pada tambak wanamina model ini terjadi

penambahan saluran-saluran di bagian tengah yang berfungsi sebagai empang. Sedangkan tambak model tanggul, hutan mangrove hanya terdapat di sekeliling tanggul. Tambak jenis ini yang berkembang di Kelurahan Gresik dan Kariangau

Kodya Balikpapan.

Berdasarkan 3 pola wanamina dan pola yang berkembang di masyarakat, direkomendasikan pola wanamina kombinasi empat parit dan tanggul. Pemilihan

pola ini didasarkan atas pertimbangan: 1. Penanaman mangrove di tanggul bertujuan untuk memperkuat tanggul dari

longsor, sehingga biaya perbaikan tanggul dapat ditekan dan untuk produksi serasah.

2. Penanaman mangrove di tengah bertujuan untuk menjaga keseimbangan perubahan kualitas air dan meningkatkan kesuburan di areal pertambakan.

Luas permukaan air di dalam tambak budidaya jenis mang-rove yang biasanya ditanam di tanggul adalah Rhizophora sp. dan Xylocarpus sp. Sedangkan untuk

di tengah/pelataran tambak adalah Rhizophora sp. Jarak tanam mangrove di pelataran umumnya 1m x 2m pada saat mangrove masih kecil. Setelah tumbuh

membesar (4-5 tahun) mangrove harus dijarangkan. Tujuan penjarangan ini untuk memberi ruang gerak yang lebih luas bagi

komoditas budidaya. Selain itu sinar matahari dapat lebih banyak masuk ke dalam tambak dan menyentuh dasar pelataran, untuk meningkatkan kesuburan

tambak.

Page 20: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Mengapa Ekosistem Hutan Mangrove (Hutan Bakau) harus diselamatkan dari Kerusakan Lingkungan

Mangrove dan Tsunami

Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung

daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan

sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia.

Musibah gempa dan ombak besar tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias akhir tahun 2004 yang lalu telah mengingatkan kembali betapa pentingnya mangrove dan hutan pantai bagi perlindungan pantai.

Berdasar karakteristik wilayahnya, pantai di sekitar Kota Padang ternyata merupakan alur yang rawan gempa tsunami; pada lokasi-lokasi yang memiliki hutan

mangrove dan hutan pantai yang relatif baik, cenderung kurang terkena dampak gelombang tsunami tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan 30 pohon/100 m dengan diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi gelombang tsunami (Harada dan Fumihiko, 2003 dalam Diposaptono,

2005).

Gelombang laut setinggi 1,09 m di Teluk Grajagan, Banyuwangi dengan energi gelombang sebesar 1.493,33 Joule tereduksi gelombangnya oleh hutan mangrove

menjadi 0,73 m (Pratikno et al., 2002). Hasil penelitian Istiyanto et al. (2003) di laboratorium menunjukkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora spp.) memantulkan,

meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami melalui rumpun tersebut.

Keberadaan mangrove di sepanjang pantai dapat memperkecil efek gelombang tsunami yang menerjang pantai. Vegetasi mangrove, terutama perakarannya dapat

meredam energi gelombang dengan cara menurunkan tinggi gelombang saat melalui mangrove.

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 21: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Mengapa Ekosistem Hutan Mangrove (Hutan Bakau) harus diselamatkan dari Kerusakan Lingkungan

MANGROVE DAN SEDIMENTASI

Hutan mangrove mampu mengikat sedimen yang terlarut dari sungai dan memperkecil erosi atau abrasi pantai. Erosi di pantai Marunda, Jakarta yang tidak bermangrove selama dua bulan mencapai 2 m, sementara yang berbakau hanya 1

m (Sediadi, 1991).

Penelitian tentnag kecepatan pengendapan tanah di hutan mangrove (Anwar, 1998) di Suwung Bali dan Gili Sulat Lombok, menunjukkan laju akumulasi tanah 20,6 kg/m/th atau setara dengan 14,7 mm/th (dominasi Sonneratia alba); 9,0 kg/m/th

atau 6,4 mm/th (dominasi Rhizophora apiculata); 6,0 kg/m /th atau 4,3 mm/th (bekas tambak); dan 8,5 kg/m/th atau 6,0 mm/th (mangrove campuran).

Dengan demikian, rata-rata akumulasi tanah pada mangrove Suwung 12,6 kg/m/th atau 9 mm/th, sedang mangrove Gili Sulat 8,5 kg/m/th atau 6,0 mm/th. Data lain

menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya pengendapan tanah setebal antara 6 sampai 15 mm/ha/th atas kehadiran mangrove.

Informasi ini sangat diperlukan guna mengantisipasi permasalahan sosial atas lahan timbul di kemudian hari.

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 22: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

. Mengapa Ekosistem Hutan Mangrove (Hutan Bakau) harus diselamatkan dari Kerusakan Lingkungan

MANGROVE DAN SIKLUS HARA

Penelitian tentang gugur daun telah cukup banyak dilakukan. Hasil pengamatan produksi serasah di Talidendang Besar, Sumatera Timur oleh Kusmana et al. (1995) menunjukkan bahwa jenis Bruguierra parviflora sebesar 1.267 g/m/th, B. sexangula

1.269 g/m/th, dan 1.096 g/m/th untuk komunitas, B. sexangula-Nypa fruticans. Pengamatan Khairijon (1999) di hutan mangrove Pangkalan Batang, Bengkalis, Riau, menghasilkan 5,87 g/0,25m/minggu daun dan ranting R. mucronata atau

setara dengan 1.221 g/m/th dan 2,30 g/0,25m/minggu daun dan ranting Avicennia marina atau setara dengan 478,4 g/m/th, dan cenderung membesar ke arah garis

pantai.

Hasil penelitian Halidah (2000) di Sinjai, Sulawesi Selatan menunjukkan adanya perbedaan produksi serasah berdasar usia tanamannya. R. mucronata 8 tahun

(12,75 ton/ha/th), kemudian 10 tahun (11,68 ton/ha/th), dan 9 tahun (10,09 ton/ha/th), dengan laju pelapukan 74 %/60 hr (tegakan 8 th); 96%/60 hr (tegakan 9

th), dan 96,5%/60 hr (tegakan 10 th).

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Hasil penelitian Sukardjo (1995) menunjukkan guguran serasah mangrove sebesar 13,08

ton/ha/th, yang setara dengan penyumbangan 2 kg P/ha/th dan 148 kg N/ha/th. Nilai ini sangat

berarti bagi sumbangan unsur hara bagi flora dan fauna yang hidup di derah tersebut maupun kaitannya dengan perputaran hara dalam

ekosistem mangrove.

Page 23: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

. Mengapa Ekosistem Hutan Mangrove (Hutan Bakau) harus diselamatkan dari Kerusakan Lingkungan

MANGROVE DAN PRODUKTIVITAS PERIKANAN

Kebijakan pemerintah dalam menggalakkan komoditi ekspor udang, telah turut andil dalam merubah sistem pertambakan yang ada dalam wilayah kawasan

hutan. Empang parit yang semula digarap oleh penggarap tambak petani setempat, berangsur beralih “kepemilikannya” ke pemilik modal, serta

merubah menjadi tambak intensif yang tidak berhutan lagi (Bratamihardja, 1991). Ketentuan jalur hijau dengan lebar 130 x nilai rata-rata perbedaan pasang tertinggi dan terendah tahunan (Keppres No. 32/1990) berangsur

terabaikan.

Hasil penelitian Martosubroto dan Naamin (1979) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara luasan kawasan mangrove dengan produksi perikanan budidaya. Semakin meningkatnya luasan kawasan mangrove maka

produksi perikanan pun turut meningkat dengan membentuk persamaan :

Y = 0,06 + 0,15 Xdimana: Y = produksi tangkapan dalam ton/th; X = luasan mangrove dalam ha.

Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan ekonomi menunjukkan bahwa pembuatan 1 ha tambak ikan pada hutan mangrove alam akan menghasilkan ikan/udang sebayak 287 kg/tahun, namun dengan hilangnya setiap 1 ha hutan

mangrove akan mengakibatkan kerugian 480 kg ikan dan udang di lepas pantai per tahunnya (Turner, 1977).

Pengurangan hutan mangrove terutama di areal green belt sudah barang tentu akan menurunkan produktivitas perikanan tangkapan.

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 24: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

Mengapa Ekosistem Hutan Mangrove (Hutan Bakau) harus diselamatkan dari Kerusakan Lingkungan

MANGROVE DAN INTRUSI AIR LAUT

Mangrove juga mampu dalam menekan laju intrusi air laut ke arah daratan.

Hasil penelitian Sukresno dan Anwar (1999) tentang air sumur pada berbagai jarak dari pantai, menunjukkan bahwa kondisi air pada jarak 1 km untuk wilayah

Pemalang dan Jepara dengan kondisi mangrove-nya yang relatif baik, masih tergolong baik; sedangkan pada wilayah Semarang dan Pekalongan, Jawa Tengah

sudah terindikasi adanya intrusi air laut pada jarak 1 km.

Sumber: http://vienastra.wordpress.com/2010/07/06/intrusi-air-laut/… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam airtanah

tawar di daratan.  Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut interface.  Pada kondisi

alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut.  Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke

hulu.  Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih tinggi daripada muka air laut,

desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan kelautan, 

sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga tidak terjadi intrusi air laut. 

Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air

laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun,

kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang

bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-

hari.

Page 25: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

. Mengapa Ekosistem Hutan Mangrove (Hutan Bakau) harus diselamatkan dari Kerusakan Lingkungan

MANGROVE DAN KESEHATAN

Rusminarto et al. (1984) dalam pengamatannya di areal hutan mangrove di Tanjung Karawang menjumpai 9 jenis nyamuk yang berada di areal tersebut.

Nyamuk Anopheles sp., nyamuk jenis vektor penyakit malaria, ternyata semakin meningkat populasinya seiring dengan semakin terbukanya pertambakan dalam areal mangrove. Hal ini mengindikasikan kemungkinan meningkatnya penularan

malaria dengan semakin terbukanya areal-areal pertambakan perikanan.

Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Gunawan dan Anwar (2005) menunjukkan bahwa tambak tanpa mangrove mengandung bahan pencemar merkuri (Hg) 16 kali lebih tinggi daripada perairan hutan mangrove alami dan 14 kali lebih tinggi daripada

tambak yang masih bermangrove (silvofishery).

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 26: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

. Mengapa Ekosistem Hutan Mangrove (Hutan Bakau) harus diselamatkan dari Kerusakan Lingkungan

MANGROVE DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Mangrove juga memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa liar. Keanekaragaman fauna di hutan mangrove cukup tinggi, secara garis besar dapat dibagi dua kelompok, yaitu fauna akuatik seperti ikan, udang, kerang, dan lainnya serta kelompok terestrial seperti insekta, reptilia, amphibia, mamalia, dan burung

(Nirarita et al., 996). Gunawan (1995) menemukan 12 jenis satwa melata dan amphibia, 3 jenis mamalia, dan 53 jenis burung di hutan mangrove Arakan Wawontulap dan Pulau Mantehage

di Sulawesi Utara. Survey Tim ADB dan Pemerintah Indonesia (1992) menemukan 42 jenis burung

yang berasosiasi dengan hutan mangrove di Sulawesi. Di Pulau Jawa tercatat 167 jenis burung dijumpai di hutan mangrove, baik yang menetap maupun migran

(Nirarita et al., 1996). Kalong (Pteropus vampyrus), monyet (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristatus), bekantan (Nasalis larvatus), kucing bakau (Felis viverrina), luwak

(Paradoxurus hermaphroditus), dan garangan (Herpetes javanicus) juga menyukai hutan mangrove sebagai habitatnya (Nontji, 1987).

Beberapa jenis reptilia yang hidup di hutan bakau antara lain biawak (Varanus salvator), ular belang (Boiga dendrophila), ular sanca (Phyton reticulatus), dan jenis-

jenis ular air seperti Cerbera rhynchops, Archrochordus granulatus, Homalopsis buccata, dan Fordonia leucobalia. Dua jenis katak yang dapat ditemukan di hutan

mangrove adalah Rana cancrivora dan R. limnocharis (Nirarita et al., 1996).Hutan mangrove juga sebagai habitat beberapa jenis burung yang dilindungi seperti pecuk ular (Anhinga anhinga melanogaster), bintayung (Freagata andrew-si), kuntul

perak kecil (Egretta garzetta), kowak merah (Nycticorax caledonicus), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), ibis hitam (Plegadis falcinellus), bangau hitam (Ciconia episcopus), burung duit (Vanellus indicus), trinil tutul (Tringa guitifer),

blekek asia (Limnodromus semipalmatus), gegajahan besar (Numenius arquata), dan trulek lidi (Himantopus himantopus) (Sutedja dan Indrabrata, 1992).

Jenis-jenis burung Egretta eulophotes, kuntul perak (E. intermedia), kuntul putih besar (E. alba), bluwok (Ibis cinereus), dan cangak laut (Ardea sumatrana) juga

mencari makan di dekat hutan mangrove.

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 27: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

PERIKANAN DAN REHABILITASI MANGROVE

Pembuatan 1 ha tambak ikan pada hutan mangrove alam akan menghasilkan ikan/udang sebayak 287 kg/tahun, namun dengan hilangnya setiap 1 ha hutan

mangrove akan mengakibatkan kerugian 480 kg ikan dan udang di lepas pantai per tahunnya (Turner, 1977).

Keberadaan hutan mangrove sangat penting bagi produktivitas perikanan pada perairan bebas. Dalam mengakomodasi kebutuhan lahan dan lapangan pekerjaan,

hutan mangrove dapat dikelola dengan model silvofishery atau wanamina yang dikaitkan dengan program rehabilitasi pantai dan pesisisr.

Kegiatan silvofishery berupa empang parit pada kawasan hutan mangrove, terutama di areal Perum Perhutani telah dimulai sejak tahun 1978. Empang parit ini

pada dasarnya adalah semacam tumpangsari pada hutan jati, di mana ikan dan udang sebagai pengganti tanaman polowijo, dengan jangka waktu 3-5 tahun masa

kontrak (Wirjodarmodjo dan Hamzah, 1984).

Semula, empang parit ini hanya berupa parit selebar 4 m yang disisihkan dari tepi areal kegiatan reboisasi hutan mangrove, sehingga keluasannya mencapai 10-15%

dari total area garapan. Jarak tanam 3 m x 2 m, dengan harapan 4-5 tahun kemudian, tajuk tanaman sudah saling menutup (Perum Perhutani Jawa Barat,

1984). Sejak tahun 1990 dibuat sistem pola terpisah (komplangan) dengan 20 % areal untuk budidaya ikan dan 80% areal untuk hutan dengan pasang surut bebas.

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 28: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

. Perikanan dan Rehabilitasi Mangrove

Dari sistem silvofishery semacam ini dengan pemeliharaan bandeng dan udang liar dapat dihasilkan keuntungan sebesar Rp 5.122.000,-/ha/tahun untuk 2 kali panen setiap tahun (Perum Perhutani, 1995). Dalam membandingkan pola silvofishery di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, pola komplangan menunjukkan perbandingan relatif lebih baik daripada pola empang parit, baik dalam hal produktivitas perairan

maupun pertumbuhan mutlak, kelangsungan hidup maupun biomassa bandeng yang dipelihara pada masing-masing pola (Sumedi dan Mulyadhi, 1996). Selisih

pertumbuhan mutlaknya hanya 9,6 g sedangkan biomassanya 7,1 kg/m3

Hasil ini berbeda dengan penelitian Poedjirahajoe (2000) yang mengemukakan bahwa justru pola empang parit menghasilkan bandeng pada usia 3 bulan dengan

berat rata-rata 1 kg lebih berat dibandingkan dengan pola komplangan. Namun demikian, kedua sistem ini turut membantu dalam meningkatkan income petani

petambak. Masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan mangrove dengan sistem ini cukup besar. Data dari KPH Purwakarta menunjukkan bahwa dari luas areal

mangrove seluas 14.535 ha dapat melibatkan sebanyak 4.342 KK dalam kegiatan silvofoshery (Perhutani Purwakarta, 2005).

Sumber: … diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Menurut data Badan Litbang Pertanian (1986), kontribusi dari usaha budidaya tambak dengan luas

total 208.000 ha dapat menghasilkan 129.279 ton ikan dan udang yang apabila ditaksir, nilainya melebihi dari

Rp 138 milyar. Kegiatan ini pun dilaporkan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 117.034 KK yang sudah barang tentu dapat memberikan penghasilan

yang lebih baik bagi petani kecil.

Page 29: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

MANGROVE DAN PARIWISATA

Wanawisata mangrove dapat dijumpai di lokasi wisata alam Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong

(Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah).

Hutan mangrove mempunyai obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki beragam keunikan dan keindahan. Para wisatawan juga memperoleh

pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam. Misalnya, Pantai Padang, Sumatera Barat, memiliki kawasan hutan mangrove

seluas 43,80 ha, berpotensi untuk dijadikan daerah wisata.

Kegiatan wana wisata mangrove ini mampu memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan

perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan

menjadi pemandu wisata.

Sumber : Chairil Anwar dan Hendra GunawanFoto : http://ujangawis.googlepages.com

Dikirim oleh Admin Tanggal 2009-01-27

Jam 16:43:04

Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Mengapa%20Ekosistem%20Hutan%20Mangrove%20%28Hutan%20Bakau%29%20harus%20diselamatkan%20dari%20Kerusakan

%20Lingkungan&&nomorurut_artikel=269… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 30: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

RESTORASI LINGKUNGAN

Setiap individu manusia mencintai lingkungan hidupnya, tempat ia tinggal. Lingkungan hidup merupakan tempat sejak kecil dimana mereka dilahirkan dan

berinteraksi social, dalam lingkungan itu juga terdapat unsur-unsur seperti: tanah, udara, api, dan air yang merupakan kebutuhan vital manusia.

Manusia juga mencintai tumbuh-tumbuhan dan binatang karena hampir 90% kehidupan manusia ditopang oleh makhluk hidup itu. Oleh karena itu, sah-sah saja

jika manusia diperbolehkan memanfaatkan tumbuhan dan satwa itu. Hanya saja tidak boleh berlebihan dan merusak daya dukung yang ada.

Selama ini, niat dan maksud baik yang telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk melakukan upaya pemulihan lingkungan patut diberi apresiasi. Hal ini dapat

dibuktikan dengan diberikannya penghargaan Kalpataru untuk Bangka Belitung dan beberapa penghargaan lain seperti Adipura dan Adiwiyata.

“Kalpataru” merupakan sebuah penghargaan yang diberikan Presiden kepada orang yang telah berjasa terhadap lingkungannya. Artinya, seseorang yang bisa menjadi

pioneer atau leader untuk melakukan sebuah gerakan atau inovasi terhadap lingkungan yang bermanfaat untuk hajat hidup orang banyak berhak mendapatkan

penghargaan itu.

Sebuah “penghargaan” seyogyanya tidak hanya dijadikan masalah siapa yang pantas atau siapa yang tidak untuk mendapatkannya. Namun seharusnya sebuah penghargaan dimaknai sebagai sebuah penyemangat agar mau berlomba-lomba

untuk memperbaiki dan melakukan rehabilitasi, konservasi dan restorasi lingkungan hidup.

Written By : Merry ChristinaMahasiswi Sosiologi UBB

ID Facebook. mey_mocca[At]yahoo.com

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Mengapa%20Ekosistem%20Hutan%20Mangrove%20%28Hutan%20Bakau%29%20harus%20diselamatkan%20dari%20Kerusakan

%20Lingkungan&&nomorurut_artikel=269… diunduh 31 Maret 2012

Page 31: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

RESTORASI LINGKUNGAN

Bangka Belitung adalah sebuah wilayah yang lingkungannya butuh restorasi. Kerusakan alam lingkungan Bangka Belitung harusnya menjadi perhatian seluruh kalangan masyarakat. Selama ini yang terlihat hanya gerakan dari para pencinta lingkungan saja, namun bukan sebuah gerakan yang lahir dari kesadaran seluruh

masyarakat terutama masyarakat yang melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap lingkungan.

Kearifan untuk menjaga lingkungan nampaknya belum terkonstruksi dalam mindset juga mindstream masyarakat. Kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan hanya

terlihat sedikit orang yang baru sadar pentingnya untuk selalu menjaga ekosistem yang ada. Hutan, laut, dan daratan merupakan sirkulasi pembantu hidupnya lingkungan dan manusia. Bayangkan jika salah satu sirkulasi rusak dan tidak

berjalan?

Sesungguhnya dipercayai bahwa kearifan local yang dimiliki oleh masyarakat mampu untuk tetap menjaga ekosistem lingkungan. Bahwa pantangan-pantangan atau mitos yang ditelurkan oleh masyarakat ampuh untuk melindungi alam agar

tetap terjaga. Ini bukan berbicara takhayul, namun ada sebuah upaya untuk kelestarian lingkungan yang lahir dari masyarakat berupa kearifan local.

Sejauh ini, restorasi yang dilakukan oleh para pencinta lingkungan nampaknya hanya sebatas pemulihan, reklamasi, dan penanaman. Seharusnya ada sebuah

upaya yang dilakukan agar restorasi tidak hanya berhenti dan selesai sampai disitu. Contohnya selama ini jika melakukan penanaman mangrove maka selesai penanaman akan ditinggalkan begitu saja tanpa ada konservasi lanjut yang

dilakukan. Contoh lain jika melakukan penanaman pohon maka hanya menanam saja, setelah itu tidak ada upaya pemeliharaan terhadap pohon tersebut karena

hanya dibiarkan tanpa dirawat dan dipelihara.

Written By : Merry ChristinaMahasiswi Sosiologi UBB

ID Facebook. mey_mocca[At]yahoo.com

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Mengapa%20Ekosistem%20Hutan%20Mangrove%20%28Hutan%20Bakau%29%20harus%20diselamatkan%20dari%20Kerusakan

%20Lingkungan&&nomorurut_artikel=269… diunduh 31 Maret 2012

Page 32: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

RESTORASI LINGKUNGANNampaknya isu seputar lingkungan merupakan hal yang hangat untuk

diperbicangkan. Dimana seluruh kalangan berlomba-lomba untuk mendapatkan label cinta lingkungan. Sejujurnya sebuah hal yang positif melakukan sebuah aksi atau gerakan sadar dan peduli lingkungan. Tapi jangan merupakan upaya untuk

mendapatkan sesuatu, melakukan pencintraan, atau lain sebagainya.

Keseimbangan ekosistem lingkungan merupakan hal yang paling urgent untuk menjadi perhatian kita bersama. Harapan untuk merasakan kembali hijaunya

Bangka Belitung yang dulu menjadi kerinduan semua elemen masyarakat. Mudah-mudahan pemerintah memiliki inisiatif untuk melakukan sebuah upaya restorasi

yang berkelanjutan. Misalnya membuat undang-undang atau kebijakan peraturan daerah tentang pemeliharaan lingkungan, mengkampanyekan sustainable society,

melembagakan kembali kearifan-kearifan local tradisional yang dulunya dimiliki oleh masyarakat, edukasi konservasi terhadap anak-anak sekolah dan melahirkan

sebuah wisata yang mengajak turis local maupun mancanegara untuk melakukan penanaman disetiap jengkal daratan yang rusak kemudian melakukan pungutan

uang pemeliharaan terhadap tanaman tersebut sehingga mendapatkan perawatan. Ada sebuah kenang-kenangan yang mereka tinggalkan saat meninggalkan Bangka Belitung dan saat mereka kembali, mereka masih dapat melihat tanaman mereka. Ini juga merupakan sebuah upaya agar mereka bisa kembali datang berkunjung ke

Bangka Belitung.

Pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan alam jangan hanya dipandang dalam kacamata yang saling berbenturan dengan kepentingan ekonomi. Upaya-upaya

pengelolaan harus dilihat dalam kerangka keharmonisan, baik keharmonisan antar satu generasi dengan generasi selanjutnya. Pada saat ini kita harus sudah mulai membangun kesadaran ekologis, yaitu kesadaran lingkungan untuk mewujudkan

keberlanjutan lingkungan hidup bagi generasi mendatang.

Written By : Merry ChristinaMahasiswi Sosiologi UBB

ID Facebook. mey_mocca[At]yahoo.com

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Sumber: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Mengapa%20Ekosistem%20Hutan%20Mangrove%20%28Hutan%20Bakau%29%20harus%20diselamatkan%20dari%20Kerusakan

%20Lingkungan&&nomorurut_artikel=269… diunduh 31 Maret 2012

Page 33: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

UPAYA PELESTARIAN MANGROVETanaman mangrove mempunyai fungsi yang sangat penting secara ekologi dan

ekonomi, baik untuk masyarakat lokal, regional, nasional maupun global.Dengan demikian, keberadaan sumber daya mangrove perlu diatur dan ditatapemanfaatannya secara bertanggung jawab sehingga kelestariannya dapat

dipertahankan. Inoue et al. (1999) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 75 spesies vegetasi mangrove yang tersebar di 27 propinsi.

Menurut Suryati et al. (2001), beberapa vegetasi mangrove seperti Osbornia octodonta, Exoecaria agalocha, Acanthus ilicifolius, Avicennia alba, Euphatorium inulifolium, Carbera manghas, dan Soneratia caseolaris mengandung zat bioaktif

yang dapat dijadikan bahan untuk penanggulangan penyakit bakteri pada budi daya udang windu (Suryati, E., Gunarto, Rosmiati, A. Panrerengi, dan A. Tenriulo. 2001.

Pemanfaatan bioaktif tanaman mangrove untuk mereduksi penyakit pada budi daya udang windu. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2001. Balai Penelitian Perikanan Pantai, Maros).

Daerah pantai termasuk mangrove mendapat tekanan yang tinggi akibat perkembangan infrastuktur, pemukiman, pertanian, perikanan, dan industri, karena

60% dari penduduk Indonesia bermukim di daerah pantai. Diperkirakan sekitar 200.000 ha mangrove di Indonesia mengalami kerusakan setiap tahun (Inoue, Y., O.

Hadiyati, H.M. Afwan Affendi, K. R. Sudarma, and I.N. Budiana. 1999. Sustainable management models for mangrove forest. Japan International Cooperation Agency, hlm.

46). Fungsi mangrove sangat strategis, semakin meluasnya kerusakan yang terjadi,

mendorong beragam upaya pelestarian mangrove dilakukan dengan berbagai cara. Dalam budi daya udang, misalnya, harus diterapkan teknik budi daya yang ramah mangrove, artinya dalam satu hamparan tambak harus ada hamparan mangrove

yang berfungsi sebagai biofilter dan tandon air sebelum air masuk ke petakan tambak. Upaya penghutanan kembali tepi perairan pantai dan sungai dengan

tanaman mangrove perlu dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Tongke-Tongke, Sulawesi Selatan.

Untuk meningkatkan produktivitas mangrove tanpa merusak keberadaannya dapat dikembangkan budi daya sistem silvo-fishery misalnya untuk pematangan atau

penggemukan kepiting bakau, pentokolan benur windu, pendederan nener bandeng, dan pembesaran nila merah. Di perairan sungai di kawasan mangrove dapat

dijadikan lahan budi daya ikan dengan sistem karamba apung terutama untuk ikan kakap, kerapu lumpur, nila merah, dan bandeng.

Sumber: http://www.freewebs.com/irwantomangrove/mangrove_konservasi.pdf… diunduh 31 Maret 2012

KELESTARIAN DAN KONSERVASI LINGKUNGAN

Page 34: KETAHANAN  LINGKUNGAN: KELESTARIAN  &  KONSERVASI Dikoleksi oleh :  Soemarno

KELESTARIAN LINGKUNGAN