teknologi budidaya cabaimerahriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/... · 2018. 2....

66
BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 1

BUKU PETUNJUK TEKNIS

TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH

Penyusun : Sri SwastikaDian PratamaTaufik HidayatKuntoro Boga Andri

Editor : RustamOni Ekalinda

Lay Out : Andi

KEMENTERIAN PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN RIAU2017

Budidaya Cabai i

Page 2: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai2

BUKU PETUNJUK TEKNIS

TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH

Penyusun : Sri SwastikaDian PratamaTaufik HidayatKuntoro Boga Andri

Editor : RustamOni Ekalinda Sampul dan Tata Letak : Andi

Diterbitkan atas kerjasama UR Press dan Kementerian PertanianBadan Penelitian Dan Pengembangan PertanianBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau

Alamat Penerbit:Badan Penerbit Universitas Riau UR PRESSJl. Pattimura No 9, Pekanbaru. 28132Riau, Indonesiae-mail: [email protected] IKAPI

Hak Cipta Dilindungi Undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Cetakan Pertama, Desember 2017

ISBN 978-979-792-798-1

Page 3: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas ridho-Nya sehingga buku petunjuk teknis (juknis) tentang budidaya cabai ini dapat diselesaikan oleh tim penulis.

Juknis ini berisikan panduan atau acuan bagaimana tahapan-tahapan budidaya cabai dari persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, hingga panen dan pascapanen. Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan selama penyusunan buku juknis ini. Buku juknis ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Semoga buku juknis budidaya cabai ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi insan pertanian.

Tim Penulis

Budidaya Cabai i

Page 4: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabaiii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ......................................................... iDAFTAR ISI ...................................................................... iiDAFTAR TABEL ................................................................. iiiDAFTAR GAMBAR ........................................................... ivPENDAHULUAN ............................................................... 1SYARAT TUMBUH ............................................................. 5PERSIAPAN LAHAN .......................................................... 7PERSEMAIAN ................................................................... 11PENANAMAN................................................................... 14PEMELIHARAAN TANAMAN ............................................ 18PANEN DAN PASCAPANEN ........................................... 50PENUTUP .......................................................................... 52DAFTAR PUSTAKA............................................................. 53INDEX................................................................................ 56

Budidaya Cabai ii

Page 5: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai iii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jenis, dosis, dan waktu pemupukan pada

tanaman cabai ........................................................ 242. Daftar kebutuhan kapur untuk setiap pH tanah .... 45

Budidaya Cabai iii

Page 6: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabaiiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Persiapan lahan pada lahan kering ..................... 92. Persiapan lahan pada lahan sawah .......................... 93. Penyemaian cabai menggunakan baki semai..... 124. Persemaian dengan naungan ............................... 125. Sistem penanaman: a. 2 baris, b 3 baris, dan c 4

baris............................................................................ 156. Tumpang sari............................................................. 157. a. Mulsa jerami, b. mulsa plastik hitam perak......... 168. Pemupukan dengan cara disebar ......................... 209. Pemupukan pada larikan ........................................ 2010. Pemupukan dalam lubang dan sekitar tanaman. 2111. Pemupukan dengan disiramkan............................. 2112. Larva H. armigera dan gejala serangannya.......... 2613. Kelompok kutu kebul di bawah permukaan

daun. ......................................................................... 2714. Kutu kebul Bemisia tabaci dan Trialeurodes

vaporariorum ................................................................. 2815. Kutu daun persik dan Kutu daun kapas ................. 2816. Trips pada bunga cabai dan gejala serangannya

pada bagian daun .................................................. 2917. Gejala serangan tungau pada tanaman cabai.......... 3018. Tungau merah (kiri) dan tungau teh kuning

(kanan) ..................................................................... 3019. a. Gejala serangan lalat buah pada cabai,

b. lalat dewasa dan c. larva lalat buah................. 3120. Gejala serangan penyakit bercak daun

serkospora pada daun tanaman cabai. ............... 3221. Gejala serangan penyakit bercak daun

alternaria................................................................... 3322. Gejala serangan penyakit busuk buah antraknos

pada buah cabai.................................................... 34

Budidaya Cabai iv

Page 7: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai v

23. Gejala serangan penyakit busuk daun fitoftorapada tanaman cabai............................................. 34

24. Gejala serangan penyakit layu fusarium pada tanaman cabai........................................................ 35

25. Gejala serangan R. solani (kiri) dan gejala serangan Pythium spp (kanan) di pangkal batang tanaman cabai ......................................... 36

26. Gejala serangan virus kuning pada tanamancabai (kiri) dan pada rumput babadotan(kanan)...................................................................... 37

27. Hemiptarsonemus varicornis ................................... 3828. Eriborus argenteopilosus........................................... 3929. Trichogramma chilonis. ............................................ 3930. Larva dan imago M. Sexmaculatus ....................... 4031. Rhinocoris sp.............................................................. 4032. Amblyseius cucumeris .............................................. 4133. S. litura terserang jamur B. bassiana........................ 4234. Larva S. litura terserang SLNPV................................. 4235. Trips terserang Steinernema spp.............................. 4336. Perangkap trips ......................................................... 4737. Perangkap lalat buah .............................................. 4838. Buah cabai merah yang siap untuk dipanen........ 5039. Buah cabai merah .................................................. 51

Budidaya Cabai v

Page 8: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabaivi

Page 9: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 1

PENDAHULUAN

Cabai adalah salah satu komoditas sayuran unggulan nasional dengan daya adaptasi dan nilai ekonomi tinggi. Cabai termasuk komoditas strategis pertanian yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pelaku usaha karena kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Rata-rataproduktivitas cabai secara nasional selama 5 tahun terakhir sekitar 8 ton/ha (BPS, 2016). Kebutuhan cabai untuk kota-kota besar sekitar 800.000 ton/tahun atau sekitar 66.000 ton/bulan. Untuk memenuhi kebutuhan bulanan masyarakat perkotaan diperlukan luas area panen cabai sekitar 11.000 ha/bulan, sedangkan pada saat perayaan hari besar dan acara syukuran luas area panen cabai yang harus tersedia berkisar antara 12.100-13.300 ha/bulan (Anwarudin dkk, 2015)

Cabai diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal abad 15 oleh para pelaut Portugis. Penyebaran cabai ke seluruh Nusantara dilakukan secara tidak langsung oleh para pedagang dan pelaut Eropa yang mencari rempah-rempah ke pelosok Nusantara(Agromedia, 2007). Peta sebaran areal pertanaman cabai merah di Indonesia meliputi 34 provinsi dengan sasaran produksi tertinggi terfokus di Pulau Jawa diikuti Sumatera Utara. Dalam RENSTRA Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 sasaran produksi cabai merah besar mengalami peningkatan 11,75% artinya permintaan cabai dari waktu ke waktu terus meningkat. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang tengah mengembangkan komoditas unggulan yang berpeluang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Budidaya Cabai 1

Page 10: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai2

Pengembangan komoditas cabai merah lingkup nasional memiliki empat sasaran, yaitu (1) Ketersediaan cabai merah yang lebih merata sepanjang tahun; (2) Stabilisasi harga cabai merah di pasaran; (3) Pengurangan impor cabai merah; dan (4) Peningkatan ekspor cabai merah. Untuk mencapai sasaran tersebut maka salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap cabai merah yang semakin meningkat. Hal ini mendorong pengusaha benih menyediakan berbagai jenis dan varietas cabai dengan keunggulannya masing-masing sehingga memudahkan petani dan pelaku usahatani dalam memilih jenis cabai maupun varietas yang akan dibudidayakan.

Dalam pemilihan varietas cabai yang perlu dipertimbangkan antara lain kesesuaian permintaan pasar (rasa, warna, penampakan, ukuran, dll.), produktivitas tinggi, tahan terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan cocok ditanam pada kondisi agroekosistem setempat. Pemilihan benih juga merupakan hal penting bagi petani dan pelaku usahatani, karena benih yang baik dan sehat merupakan dasar bagi pertumbuhantanaman agar dapat tumbuh dan berkembang serta berproduksi secara optimum. Pemilihan benih harus memperhatikan sertifikat/label benih, kadar air benih, kemurnian benih, daya kecambah benih dan kesehatan benih.

Berbagai kendala dihadapi dalam agribisnis cabai merah antara lain: (a) Penanaman terkonsentrasi pada musim tanam utama, sehingga pasokan tidak merata, tidak seimbang sepanjang tahun; (b) Belum ada keseimbangan antara produksi dengan serapan pasar, yang mengakibatkan harga berfluktuasi; (c)

Budidaya Cabai 2

Page 11: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 3

Penerapan teknologi maju belum optimal; (d) Industri perbenihan belum berkembang dan benih unggul bermutu diusahakan oleh petani dalam jumlah terbatas; (e) Perlindungan tanaman umumnya belum dilakukan sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT); (f) Belum tersedia fasilitas permodalan untuk petani dalam bentuk kredit usaha tani; (g) Pengolahan/prosesing belum berkembang meskipun memiliki potensi pemasaran yang cukup baik; (h) Pemasaran umumnya dilakukan oleh tengkulak dengan harga yang seringkali merugikan petani dan (i) Koordinasi pengaturan areal tanam yang sesuai dengan kebutuhan belum terlaksana secara optimal.

Budidaya cabai merah menjanjikan keuntungan yang besar tetapi tidak jarang petani cabai merah menemui kegagalan dan kerugian. Permintaan akan cabai tidak sepanjang tahun dapat terpenuhi. Pasokan yang kurang menyebabkan harga cabai melonjak tinggi sehingga sering menimbulkan inflasi (Surya, 2015). Permasalahan cabai sebenarnya tidak hanya pada saat harga melonjak tinggi akibat pasokan yang berkurang, tetapi juga pada saat anjloknya hargacabai akibat melimpahnya pasokan sehingga petani mengalami kerugian cukup besar (Anwarudin dkk, 2015). Untuk keberhasilan dalam usahatani cabai merah selain diperlukan keterampilan dan modal yang cukup, juga banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti syarat tumbuh, pemilihan bibit, cara bercocok tanam, pengendalian OPT dan penanganan pasca panen.

Strategi untuk mengatasi gejolak harga cabai antara lain dengan meningkatkan luas tanaman cabai pada musim hujan, mengatur luas tanam dan produksi cabai pada musim kemarau, menstabilkan harga, dan mengembangkan kelembagaan kemitraan yang andal dan berkelanjutan (Anwarudin dkk, 2015). Peningkatan

Budidaya Cabai 3

Page 12: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai4

produksi dan produktivitas cabai merah secara nyata hanya dapat dilakukan dengan inovasi teknologi baru dan perencanaan tanam yang tepat. Terobosan inovasi teknologi baru dapat difokuskan pada penggunaan benih unggul lokal dan hibrida tersertifikasi, teknologi pemupukan secara lengkap dan berimbang, penggunaan pupuk organik terstandardisasi dan penggunaan kapur sebagai unsur pembenah tanah, teknologi pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, serta penanganan pasca panen yang prima. Perencanaan tanam harus didasarkan pada dinamika permintaan pasar menurut tujuan dan segmen pasar, serta preferensi konsumen (Saptana dkk, 2013).

Budidaya Cabai 4

Page 13: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 5

SYARAT TUMBUH

Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam keluarga Solanaceae (Setiadi, 2008).Tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang cukup luas dan dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhannya di dataran tinggi lebih lambat.

Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah 25-27 0C pada siang hari dan 18-20 0C pada malam hari. Suhu malam di bawah 16 oC dan suhu siang hari di atas 32 oC dapat menggagalkan pembuahan (Prabaningrum, dkk, 2016). Rata-rata suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah antara 21-28 0C. Suhu udara yang lebih tinggi menyebabkan buahnya sedikit (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Suhu tinggi dan kelembaban udara yang rendahmenyebabkan transpirasi berlebihan, sehingga tanaman kekurangan air. Akibatnya bunga dan buah muda gugur. Pembungaan tanaman cabai merah tidak banyak dipengaruhi oleh panjang hari (Sumarni, 2005).

Walaupun cabai dapat ditanam hampir di semua jenis tanah dan tipe iklim yang berbeda, tetapi penanamannya yang luas banyak dijumpai pada jenis tanah Mediteran dan Aluvial tipe iklim D3/E3 (0-5 bulan basah dan 4-6 bulan kering). Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang ideal untuk penanaman cabai adalah tanah yang gembur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara dan air, serta

Budidaya Cabai 5

Page 14: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai6

bebas dari gulma (Prabaningrum, 2016). Curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai merah. Pada keadaantersebut tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh jamur, yang dapat menyebabkan bunga gugur dan buah membusuk. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah sekitar 600-1200 mm/tahun (Sumarni, 2005).

Cahaya matahari sangat diperlukan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada intensitas cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, masa pembungaan cabai merah terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih singkat. Kelembaban tanah dalam keadaankapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara 24-30 0C sangat mendukung pertumbuhan tanaman cabai merah. Temperatur tanah yang rendah akan menghambat pengambilan unsur hara oleh akar.

Tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuaiadalah 6-7. Cabai dapat tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 5,5 - 6,8. Pada pH >7,0 tanaman cabai seringkali menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daun menguning karena kekurangan hara besi (Fe). Pada pH < 5,5 tanaman cabai juga akan tumbuh kerdil karena kekurangan Ca, Mg dan P atau keracunan Al dan Mn.

Budidaya Cabai 6

Page 15: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 7

PERSIAPAN LAHAN

Secara umum, lahan di Indonesia dibedakan menjadi kawasan beriklim basah dan beriklim kering. Lahan di daerah beriklim basah didominasi oleh tanah masam akibat pencucian yang intensif, seperti Podzolik Merah-Kuning, Latosol, Andisol, dan Aluvial. Tanah-tanah tersebut umumnya miskin unsur hara dengan pH masam (kecuali tanah Aluvial), dan rendah kadar bahan organiknya (kecuali tanah Andisol). Lahan di daerah beriklim kering didominasi oleh tanah alkalin seperti Grumosol dan Mediteran. Secara umum sifat kimiawi tanah beriklim kering lebih baik dari pada tanah beriklim basah, karena kandungan hara dan basa cukup tinggi, dengan pH netral.

Kemasaman (pH) tanah mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Pada pH netral (6,5-7,5) unsur-unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH < 6,0 ketersediaan hara P, K, Ca, S dan Mo menurun dengan cepat. Pada pH > 8 ketersediaan hara N, Fe, Mn, Bo, Cu dan Zn relatif sedikit.

Cabai merah mempunyai toleransi yang sedang terhadap kemasaman tanah, dan dapat tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 5,5 - 6,8. Pada pH > 7,0 tanaman cabai merah seringkali menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daun menguning karena kekurangan hara besi (Fe). Pada tanah masam (pH < 5,5) perlu dilakukan pengapuran dengan kapur pertanian (Kaptan) atau Dolomit dengan dosis 1-2ton/ha untuk meningkatkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pengapuran dilakukan 3-4 minggu sebelum tanam, dengan cara menebarkan kapur secara merata pada permukaan tanah lalu kapur dan tanah diaduk. Pada tanah masam disarankan tidak

Budidaya Cabai 7

Page 16: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai8

menggunakan terlalu banyak pupuk yang bersifat asam seperti ZA dan Urea. Pupuk N yang paling baik untuk tanah masam adalah Calcium Amonium Nitrate (CAN). Pupuk yang bersifat masam akan baik pengaruhnya bila digunakan pada tanah Alkalin.

Tanah yang ideal terdiri atas tiga komponen, yaitu masa padatan, air dan udara, masing-masing dengan volume sepertiga bagian. Keadaan ini akan menjamin aerasi, daya tahan air, drainase, dan aktivitas biologi tanah yang cukup baik. Perbaikan sifat fisik tanah antara lain dapat dilakukan dengan pengolahan tanah dan pemberian bahan organik. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau traktor.

Pengolahan tanah bertujuan untuk membuat lapisan olah yang gembur, menghilangkan gulma atau sisa-sisa tanaman, menghilangkan racun, dan menghilangkan organisme pengganggu tanaman (OPT)dalam tanah. Oleh karena itu, pengolahan tanah harusdilakukan secara bertahap dan memerlukan cukup waktu antar tahapannya, yaitu sekitar 5-7 hari. Hal ini dimaksudkan agar tanah cukup terjemur oleh sinar matahari sehingga gas-gas racun dalam tanah hilang dan OPT tanah mati.

Tanah yang ideal untuk penanaman cabai adalah tanah yang gembur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara, dan air, serta bebas dari gulma (Andri dkk, 2015).Untuk keperluan tersebut diperlukan tindakan-tindakan pengolahan tanah yang terdiri atas pembajakan (pencangkulan tanah), pembersihan gulma dan sisa-sisa tanaman, perataan permukaan tanah, serta pembuatan bedengan dan saluran. Persiapan lahan untuk lahan kering dan sawah diuraikan sebagai berikut :

Budidaya Cabai 8

Page 17: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 9

1) Lahan kering/tegalan : Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai

gembur. Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 100-

120 cm, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 30- 50 cm.

Dibuat garitan-garitan dan lubang-lubang tanam dengan jarak (50-60 cm) x (40-50 cm). Pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.

Gambar 1. Persiapan lahan pada lahan kering

2) Lahan sawah :

Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 m dan antar bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.

Tanah di atas bedengan dicangkul sampai gembur.

Dibuat lubang-lubang tanam dengan jarak 50 cm x 40 cm.

Gambar 2. Persiapan lahan pada lahan sawah

Budidaya Cabai 9

Page 18: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai10

Perbaikan sifat fisik tanah dapat juga dilakukan dengan pemberian bahan organik. Bahan organik mempunyai sifat mengurangi kepadatan tanah berat (tanah liat) dan meningkatkan daya tahan air bagi tanah ringan (tanah pasir). Tanah yang berpasir sekurang-kurangnya harus mengandung bahan organik 4% (C-organik 2%), dan untuk tanah liat diperkirakan harus mengandung bahan organik 2% (C-organik 1%).

Lahan dengan kesuburan kimia yang kurang baik bukan merupakan faktor pembatas yang serius dalam budidaya cabai merah, karena penggunaan pupuk organik dan pupuk buatan relatif mudah. Hal yang tidak menguntungkan adalah adanya pemberian pupuk yang berlebihan dan tidak berimbang. Sering dijumpai petani yang memberikan pupuk secara berlebihan (terutama pupuk N) dengan maksud mendapatkan hasil yang setinggi-tingginya, tetapi kenyataannya hasilnya tidak selalu memuaskan. Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat menjadikan tanaman rentan terhadap serangan hama dan penyakit, serta dapat menurunkan kualitas tanah.

Untuk menghasilkan buah sebanyak 21 ton/ha, tanaman cabai merah harus menyerap unsur hara N sebanyak 70 kg/ ha, P2O5 16 kg /ha, dan K2O 92 kg /ha (IFA World Fertilizer Use Manual, 1992 cit. Sutarya et al.1995). Bila efisiensi serapan N diperkirakan 60%, P 40%dan K 70%, maka pupuk N yang perlu diberikan adalah 70 kg/ 0,6 = 117 kg, P2O5 adalah 16 kg/ 0,4 = 40 kg, dan K2O adalah 92 kg/0,7 = 131 kg/ha. Kebutuhan pupuk tersebut bervariasi tergantung pada jenis lahan, varietas, dan waktu tanam.

Budidaya Cabai 10

Page 19: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 11

PERSEMAIAN

Mutu benih mencakup mutu genetis, fisiologis, fisik, dan patologis. Rendahnya produktivitas tanaman terutama disebabkan oleh rendahnya mutu benih yang digunakan. Mutu patologis berhubungan dengan infeksi patogen terbawa benih baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan benih (Ibrahim dkk, 2014).

Tahap persemaian dilakukan untuk mempersiapkan tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam yang akan dipindahkan ke lapang. Faktor yang berpengaruh dalam persemaian cabai adalah kualitas media persemaian yaitu yang mampu mencukupi kebutuhan air dan unsur hara, ruang untuk akar dan menyokong pertumbuhan tanaman. Dari hasil penelitian pada persemaian cabai dengan media vermicompost mempunyai pertumbuhan bibit yang lebih baik dalam parameter bobot basah, panjang akar, tinggi tanaman,dan jumlah daun (Susila, AD, 2012).

Kebutuhan benih cabai setiap hektar pertanaman adalah 150- 300 gram dengan daya tumbuh lebih dari 90 % (Arianto, 2010). Penanaman biji dapat dilakukan secara langsung atau melalui pesemaian terlebih dahulu. Penanaman biji secara langsung memiliki risiko kematian bibit yang lebih tinggi dibandingkan dengan melalui penyemaian. Untuk varietas hibrida yang harga benihnya relatif mahal, penanaman biji melalui persemaian sangat dianjurkan.

Budidaya Cabai 11

Page 20: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai12

Gambar 3. Penyemaian cabai menggunakan baki semai

Sebelum disemai, benih cabai merah direndam dalam air hangat (50 °C) atau larutan Previcur N (1 ml/l) selama 1 jam. Perendaman benih tersebut bertujuan untuk menghilangkan hama atau penyakit yang menempel pada biji dan untuk mempercepat perkecambahan. Kalau ada biji yang mengambang, berarti benih kurang baik, jadi harus disingkirkan. Benih-benih yang tenggelam bisa langsung disemai. Media persemaian terdiri atas campuran tanah halus dan pupuk kandang (1:1) yang telah disterilisasi dengan uap air panas selama 6 jam. Bedengan persemaian diberi naungan atau atap plastik transparan untuk melindungi bibit yang masih muda dari terpaan air hujan dan terik matahari.

Gambar 4. Persemaian dengan naungan

Budidaya Cabai 12

Page 21: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 13

Penyiraman dilakukan secukupnya setiap pagi hari. Bila terlalu banyak air, bibit menjadi lemah dan peka terhadap jamur penyebab rebah kecambah (damping off) Setelah bibit tumbuh baik, tanah harus tetap lembab. Oleh karena itu penyiraman harus terus dilakukan tetapi tidak terlalu sering. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari, supaya daun tanaman dan permukaan tanah menjadi kering sebelum malam hari untuk mencegah terjadinya “damping-off”. Temperatur optimum untuk pertumbuhan bibit sampai dipindahkan ke lapangan adalah 22-25 0C. Penyiangan gulma dilakukan dengan tangan secara hati-hati tanpa mengganggu perakaran. Bila terlihat adanya serangan hama atau penyakit dilakukan eradikasi selektif, yaitu memusnahkan bibit yang terserang.

Sebelum bibit dipindahkan ke lapangan, sebaiknya dilakukan penguatan bibit (hardening)dengan jalan membuka atap persemaian supaya bibit menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Bibit yang sehat dan siap dipindahkan ke lapangan adalah bibit yang telah berumur 3-4 minggu sejak dibumbung. Pada umur tersebut bibit sudah membentuk 4-5 helai daun dengan tinggi bibit antara 5-10 cm.

Budidaya Cabai 13

Page 22: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai14

PENANAMAN

Penanaman cabai dilakukan pada sore hari untuk menghindari sengatan sinar matahari. Jika ditanam pada pagi atau siang hari bibit akan layu, yang dapat mengakibatkan kematian. Di dataran rendah, sebaiknya penanaman cabai dilakukan dengan sistem tumpang gilir dengan tanaman bawang merah, untuk melindungi tanaman cabai muda dari sengatan sinar matahari.

Kerapatan tanaman atau jarak tanam cabai berpengaruh terhadap populasi tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya matahari, serta persaingan antar tanaman dalam penggunaan air, unsur hara dan ruang. Dengan jarak tanam yang lebih rapat, cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih sedikit, serta terjadi persaingan yang lebih ketat di antara tanaman dalam penyerapan air, sinar matahari dan unsur hara. Akibatnya hasil buah akan lebih rendah dibandingkan dengan hasil pada jarak tanam yang lebih jarang. Jarak tanam cabai ialah 50 x 60 cm atau 40 x 50 cm.

Curah hujan juga mempengaruhi jarak tanam cabai, kondisi curah hujan yang tinggi menyebabkan kelembaban tinggi sehingga perlu untuk mengatur jarak yang lebih renggang antar tanaman (Prajnanta, 2011).

Cabai merah membutuhkan suhu pada malam hari yang dingin dan suhu pada siang hari yang agak panas untuk pembungaannya. Oleh karena itu, untuk pertumbuhan dan hasil yang optimum sebaiknya cabai merah ditanam pada bulan-bulan agak kering, tetapi air tanah masih cukup tersedia. Waktu tanam cabai merah yang tepat dapat berbeda menurut lokasi dan tipe lahan. Untuk lahan kering atau tegalan dengan drainase baik, waktu tanam yang tepat adalah awal musim hujan. Untuk lahan sawah bekas padi, waktu

Budidaya Cabai 14

Page 23: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 15

tanam yang tepat adalah akhir musim hujan. Pemilihan waktu tanam yang tepat ini dimaksudkan agar penanaman cabai merah di lahan sawah tidak kelebihan air dan di lahan tegalan tidak kekurangan air. Secara umum, waktu tanam cabai merah yang tepat untuk lahan beririgasi teknis adalah pada akhir musim hujan (Maret-April) atau awal musim kemarau (Mei-Juni).

Sistem penanaman cabai merah bervariasi, tergantung pada jenis dan ketinggian tempat. Pada lahan sawah bertekstur berat (liat), sistem tanam 2-4baris tanaman tiap bedengan lebih efisien. Pada lahan kering bertekstur sedang sampai ringan lebih cocok dengan sistem tanam 1 atau 2 baris tanaman tiap bedengan (double row) seperti yang biasa dilakukan di dataran medium dan dataran tinggi. Cabai merah selain ditanam secara monokultur, juga dapat ditanam secara tumpang gilir/tumpangsari dengan tanaman lain.

Gambar 5. Sistem penanaman a. 2 baris, b. 3 baris dan c. 4 baris

Gambar 6. Tumpangsari

(a) (b) (c)

Budidaya Cabai 15

Page 24: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai16

Penggunaan mulsa pada penanaman cabai merah merupakan salah satu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Adanya mulsa di permukaan tanah dapat memelihara struktur tanah tetap gembur,memelihara kelembaban dan temperatur tanah, mengurangi pencucian hara, menekan gulma, dan mengurangi erosi tanah. Jenis bahan dapat digunakan sebagai mulsa antara lain adalah jerami, plastik putih, dan plastik hitam perak (MPHP).

MPHP memiliki dua muka dan dua warna, yaitu muka pertama berwarna hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam untuk menutup permukaan tanah, warna perak sebagai permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya (chairumasyah, 2010). Penggunaan mulsa plastik hitam perak dan plastik putih nyata dapat meningkatkan hasil cabai merah dan mengurangi kerusakan tanaman oleh serangan hama trips dan tungau. Pemasangan mulsa plastik dilakukan sebelum penanaman cabai merah.

Gambar 7. a. Mulsa jerami, b. mulsa hitam perak

Penggunaan mulsa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) juga dapat meningkatkan hasil cabai merah, tetapi sebaiknya mulsa jerami digunakan pada musim

(a) (b)

Budidaya Cabai 16

Page 25: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 17

kemarau. Mulsa jerami dipasang 2 minggu setelah penanaman cabai merah.

Sebelum tanam, lahan yang telah dipersiapkan berupa garitan-garitan atau lubang-lubang tanaman diberi pupuk kandang atau kompos dengan dosis sesuai dengan anjuran. Dalam pemberian pupuk kandang atau kompos ini terdapat dua cara yang dapat dilakukan, yaitu diberikan secara dihamparkan dalam garitan-garitan atau diberikan secara setempat pada lubang-lubang tanaman. Perbedaan kedua cara pemberian pupuk tersebut pada dasarnya ditujukan untuk menghindari kekhawatiran timbulnya pengaruh sampingan yang kurang baik akibat penggunaan pupuk organik dengan tingkat kematangan yang berbeda-beda. Pupuk buatan diberikan sebagian dari dosis yang dianjurkan, ditempatkan di atas pupuk kandang atau kompos, lalu ditutup dengan selapis tipis tanah. Setelah itu bedengan disiram dengan air sampai keadaan kapasitas lapang, kemudian mulsa plastik hitam perak dipasang.

Kerapatan tanaman atau jarak tanam yang digunakan akan mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya matahari, serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air, unsur hara dan ruang. Dengan jarak tanam yang lebih rapat, cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih sedikit, sehingga tanaman tumbuh lebih tinggi, jumlah cabang lebih sedikit, serta terjadi persaingan yang lebih ketat di antara tanaman dalam penyerapan air, sinar matahari dan unsur hara. Akibatnya hasil buah akan lebih rendah dibandingkan dengan hasil buah pada jarak tanam yang lebih jarang.

Budidaya Cabai 17

Page 26: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai18

PEMELIHARAAN TANAMAN

Pemeliharaan tanaman adalah semua tindakan manusia yang bertujuan untuk memberi kondisi lingkungan yang menguntungkan sehingga tanaman tetap tumbuh dengan baik dan mampu memberikan hasil atau produksi yang maksimal. Dalam hal ini, pemeliharaan tanaman sangatlah penting, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam produktivitas tanaman. Semakin baik cara pemeliharaan tanamannya, maka semakin tinggi pula produktivitas tanaman dan begitu juga sebaliknya. Pemeliharaan tanaman cabai dilakukan selama masa pertumbuhan tanaman cabai sampai masa panen, meliputi pemupukan, pengairan, perompesan, pemasangan ajir, penyiangan, dan pengendalian OPT.

Berdasarkan pembentukannya, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk buatan dan (2) pupuk alam. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat secara industri dan mengandung unsur hara tertentu yang umumnya berkadar tinggi, contohnya pupuk Urea, SP 36 dan KCl. Pupuk alam dihasilkan dari alam seperti endapan batuan, contohnya fosfat alam dari batuan fosfat, dan kalsit serta dolomit dari batuan kapur. Dibandingkan dengan pupuk alam, pupuk buatan mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pupuk buatan: (a) lebih mudah menentukan jumlah pupuk berdasarkan kebutuhan tanaman, (b) hara yang diberikan dalam bentuk yang cepat tersedia, (c) dapat diberikan pada saat yang lebih tepat dan (d) pemakaian dan pengangkutannya lebih murah karena kadar haranya tinggi. Kelemahan pupuk buatan ialah: (a) merusak lingkungan jika penggunaannya tidak

Budidaya Cabai 18

Page 27: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 19

dengan perhitungan yang akurat dan (b) pada umumnya hanya mengandung sedikit unsur mikro.

Berdasarkan unsur hara yang dikandung, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk tunggal dan (2) pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung satu jenis hara tanaman, contohnya Urea, SP 36 dan KCl. Pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara, contohnya NPK. Berdasarkan senyawa kimia pembentuknya, pupuk terbagi menjadi (1) pupuk anorganik dan (2) pupuk organik. Pupuk anorganik dari senyawa anorganik yang dihasilkan dari proses rekayasa kimia, contohnya Urea , SP, Kl, ZA, ZK, Phonska. Pupuk organik terbentuk dari senyawa organik yang berasal dari tumbuhan atau hewan, contohnya Super Kascing, Subur Ijo, kompos, dll.

Dalam budidaya tanaman sayuran, pemakaian pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos merupakan kebutuhan pokok, disamping penggunaan pupuk buatan. Pupuk organik atau kompos, selain dapat memasok unsur hara bagi tanaman (terutama hara mikro), juga dapat memperbaiki struktur tanah, memelihara kelembaban tanah, mengurangi pencucian hara, dan meningkatkan aktivitas biologi tanah. Ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) ataupun hara mikro (Zn, Fe, Mn, Co, dan Mo) yang cukup dan seimbang dalam tanah merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi dengan kualitas yang baik. Setiap unsur hara mempunyai peran spesifik di dalam tanaman. Kekurangan atau kelebihan unsur hara dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil. Dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tiap jenis tanaman.

Waktu dan cara pemupukan harus tepat agar unsur hara tersedia bagi tanaman. Seminggu sebelum

Budidaya Cabai 19

Page 28: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai20

tanam, pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) atau kompos (5-10 ton/ha) dan SP-36 (300-400 kg/ha) diberikan sebagai pupuk dasar. Pupuk susulan yang terdiri atas Urea (150-200 kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (150-200 kg/ha) atau pupuk NPK 16-16-16 (1,0 ton/ha), diberikan 3 kali pada umur 0,1 dan 2 bulan setelah tanam, masing-masing sepertiga dosis.

Aplikasi pupuk pada tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui perakaran dan disemprotkan melalui daun.

Pemupukan melalui perakaran• Disebar

Pupuk diberikan dengan cara disebar merata di atas tanah di sekitar pertanaman atau pada waktu pengolahan tanah terakhir. Cara ini dilakukan pada tanaman dengan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya pada tanaman bawang merah atau tanaman padi.

Gambar 8. Pemupukan dengan cara disebar

• Ditempatkan di antara larikan/ barisan tanaman.Pupuk ditaburkan di antara larikan atau barisan tanaman selanjutnya ditutup dengan tanah.

Gambar 9. Pemupukan pada larikan

Budidaya Cabai 20

Page 29: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 21

• Diletakkan di dalam lubang di sekitar tanaman. Di sekitar tanaman dengan membuat lubang di sekitar tanaman dengan jarak ± 10 cm menggunakan tugal, lalu pupuk ditempatkan di dalam lubang tersebut dan ditutup dengan tanah.

Gambar 10. Pemupukan dalam lubang dan sekitar tanaman

• Disiramkan.Pupuk dilarutkan dalam air dengan konsentrasi tertentu, selanjutnya larutan pupuk disiramkan pada tanah di sekitar batang tanaman.

Gambar 11. Pemupukan dengan disiramkan

Pada tanaman cabai, cara pemupukan yang tepat ialah dilakukan di sekitar tanaman dibuat lubang dengan jarak ± 10 cm menggunakan tugal, lalu pupuk ditempatkan di dalam lubang tersebut dan ditutup dengan tanah.

Budidaya Cabai 21

Page 30: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai22

Pemupukan melalui daunPada umumnya pupuk yang diaplikasikan melalui

daun adalah pupuk mikro. Pupuk dilarutkan dalam air sesuai dengan dosis atau konsentrasi yang dianjurkan, selanjutnya disemprotkan ke daun menggunakan alat semprot. Pemberian pupuk melalui daun sebenarnya kurang efektif. Hal ini disebabkan daun pada tanaman berfungsi untuk fotosintesis yang hanya menyerap O2 dan CO2. Fungsi daun tidak seperti akar yang berfungsimenyerap garam (pupuk) dan air. Dengan demikian, aplikasi pupuk daun dapat menyebabkan risiko keracunan dan daun dapat terbakar.

Beberapa hal menjadi pertimbangan untuk menggunakan pupuk daun, ialah :

• Jika kondisi tanah membatasi ketersediaan unsur hara

• Pada kondisi dimana kehilangan unsur hara pada tanah atau lahan tersebut sering terjadi

• Pada tahap pertumbuhan, dimana permintaan tanaman dengan kondisi lingkungan berinteraksi membatasi pasokan unsur hara ke bagian-bagian penting tanaman

• Pada musim kemarau, pupuk daun kemungkinan juga dapat membantu karena aliran unsur hara agak terkendala sehubungan dengan rendahnya kelembaban tanah

• Jika terjadi kekurangan unsur Ca, Si, Mn dan B, pemberian unsur tersebut melalui daun dapat dilakukan secara intensif.

• Jika terjadi kekurangan unsur Fe, Zn, Cu dan Mb, pemberian unsur tersebut melalui daun dapat dilakukan sekali-kali.

• Untuk unsur yang mobilitasnya tinggi seperti N, P. K, S, Mg, satu kali aplikasi pupuk daun yang

Budidaya Cabai 22

Page 31: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 23

dibarengi dengan penggunaan pupuk buatan biasa sudah cukup untuk mengatasi defisiensi unsur tersebut.

Tetesan larutan pupuk daun dari daun harus dicegah agar unsur hara dari pupuk daun tetap berada di daun dan tidak menetes ke tanah. Terjadinya hujan setelah aplikasi pupuk daun juga dapat mencuci nutrisi dari daun. Sementara itu, kelembaban rendah dapat menyebabkan formasi garam di daun meningkat. Hal ini akan menghambat penyerapan unsur hara dan akan mengakibatkan daun terbakar.

Waktu pemupukan tergantung pada jenis pupuk yang akan diberikan. Pupuk fosfor (P) dan kalium (K) adalah jenis pupuk yang kelarutannya cukup lama, yaitu sekitar 10-14 hari. Oleh karena itu untuk tanaman sayuran yang berumur kurang dari 3 bulan kedua jenis pupuk tersebut sebaiknya diberikan sebagai pupuk dasar, yaitu diaplikasikan 7 hari sebelum tanam. Dengan demikian pada umur tanaman 14 hari kedua unsur tersebut telah siap digunakan oleh tanaman. Pupuk Nitrogen (N) merupakan pupuk yang mudah hilang karena pengaruh lingkungan seperti suhu dan tercuci oleh air. Oleh karena itu pemberian pupuk N harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman.Pemupukan pada tanaman cabai disajikan pada Tabel 1.

Budidaya Cabai 23

Page 32: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai24

Tabel 1. Jenis, dosis, dan waktu pemupukan pada tanaman cabai

Pupuk dasar Pupuk susulan *

Pupuk kandang(ton/ha)

N(kg/ha)

P2O5

(kg/ha)K2O5

(kg/ha)N

(kg/ha)

15-20 100-120 80 100-120

Keterangan :- Pupuk dasar : diberikan pada umur 0-7 hari sebelum

tanam- Pupuk susulan : diberikan pada umur 10-15 hari, 30-35 hari,

dan 40-50 hari setelah tanam masing-masing sepertiga dosis

Cabai merah termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan, tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air. Air tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai merah. Masa kritis tanaman ini terhadap kebutuhan air adalah saat pertumbuhan vegetatif cepat, pembentukan bunga dan buah.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kelembaban tanah yang ideal untuk pertumbuhan dan hasil cabai merah berkisar antara 60-80% kapasitas lapang. Jumlah kebutuhan air per tanaman selama fase pertumbuhan vegetatif adalah 200 ml tiap 2 hari dan meningkat menjadi 400 ml tiap 2 hari pada fase pembungaan dan pembuahan. Dalam upaya meningkatkan efisiensi penggunaan air, penerapan sistem irigasi tetes untuk lahan kering tampaknya akan lebih efisien, baik ditinjau dari segi penggunaan air

Budidaya Cabai 24

Page 33: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 25

maupun respon tanaman terhadap pemberian air pengairan.

Setelah tanaman cabai berumur 2 bulan, tunas-tunas air sampai dengan ketinggian 15 - 25 cm (tergantung pada varietas yang ditanam) dari permukaan tanah harus dibuang (dirompes). Perompesan ini bertujuan untuk menghindari percikan air penyiraman menempel pada bagian tanaman yang akan menyebabkan timbulnya serangan penyakit.

Ajir bambu dipasang untuk menopang tanaman cabai agar dapat tumbuh dengan tegak. Pada budidaya cabai di lahan tegalan atau kering. pemasangan ajir bambu dilakukan mulai umur 4 minggu setelah tanam.

Pengendalian OPT atau hama dan penyakit berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dapat dilakukan secara preventif atau kuratif. Pengendalian OPT secara preventif dilakukan sebelum ada serangan OPT, misalnya pergiliran tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan, dll. Pengendalian secara kuratif dilakukan setelah ada serangan OPT, yaitu jika populasi atau intensitas serangan OPT telah mencapai ambang pengendalian.

Gulma merupakan masalah penting dalam budidaya cabai merah. Tumbuhan pengganggu ini berkompetisi memperebutkan ruang, cahaya, air dan unsur hara, serta dapat menjadi inang hama dan penyakit. Periode kritis tanaman cabai merah karena adanya persaingan dengan gulma terjadi pada umur 30-60 hari setelah tanam. Gulma yang mengganggu selama periode tersebut dapat menurunkan bobot kering tanaman. Penyiangan yang dilakukan pada umur 30-60 hari dapat meningkatkan hasil cabai merah Selain dengan penyiangan, gulma juga dapat

Budidaya Cabai 25

Page 34: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai26

dikendalikan dengan penggunaan mulsa dan penyemprotan herbisida.

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai merah dilaksanakan berdasarkan konsep PHT. Dalam konsepsi PHT, aplikasi pestisida merupakan alternatif terakhir jika cara pengendlian non-kimia kurang efektif.

Hama tanaman cabai merah :

1. Ulat buah (Helicoverpa armigera)

Serangga dewasa berupa ngengat berwarna coklat kekuning-kuningan dengan bintik-bintik dan garis yang berwarna hitam. Ada dua spesies ulat buah yang menyerang tanaman sayuran dan palawija, yaitu ulat buah tomat (Helicoverpa armigera) dan ulat buah jagung (Helicoverpa zea). Stadia yang paling merugikan ialah stadia ulat/ larva. Tubuh ulat berbentuk silindris dan terdapat variasi warna dan corak, tergantung pada sumber makanannya. Gejala serangan ditandai adanya lubang pada buah. Larva/ ulat akan ditemukan di dalam buah. Tanaman inangnya antara lain ialah tomat, cabai, jagung, tembakau, kapas, dll.

Gambar 12. Larva H. armigera dan gejala serangannya

Budidaya Cabai 26

Page 35: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 27

2. Kutu kebul (Bemisia tabaci)

Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, dengan ukuran tubuh berkisar antara 1-1,5 mm. Serangga dewasa biasanya berkelompok dalam jumlah banyak di bawah permukaan daun. Bila tanaman tersentuh serangga akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. Ada dua spesies kutukebul yang umum menyerang tanaman sayuran, yaitu Bemisia tabaci yang berukuran tubuh lebih kecil dan Trialeurodes vaporariorum yang ukuran tubuhnya lebih besar. Kutu kebul mengisap cairan daun dan eksresinya menghasilkan embun madu menjadi media tumbuhnya penyakit embun jelaga. Kutu kebul merupakan vektor penyakit virus kuning (virus gemini) yang menyerang tanaman cabai dan kacang-kacangan. Tanaman inangnya antara lain ialah cabai, kacang panjang, kentang, labu, mentimun, semangka, paria, dan tomat.

Gambar 13. Kelompok kutu kebul di bawah permukaan daun

Budidaya Cabai 27

Page 36: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai28

Gambar 14. Kutu kebul Bemisia tabaci dan Trialeurodes vaporariorum

3. Kutu daun persik (Myzus persicae) dan kutu daun kapas (Aphisgossypii)

Ada dua spesies kutu daun yang umum menyerang tanaman cabai, tomat dan mentimun, yaitu (a) kutu daun persik (Myzus persicae) dan (b) kutu daun kapas (Aphis gossypii). Secara langsung gejala serangan kutu daun menyebabkan daun yang terserang berkeriput, kekuningan, terpuntir, pertumbuhan tanaman terhambat, layu lalu mati. Secara tidak langsung kutu daun adalah sebagai vektor beberapa jenis penyakit virus.

Gambar 15. Kutu daun persik dan kutu daun kapas

Budidaya Cabai 28

Page 37: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 29

4. Trips (Thrips parvispinus)

Spesies trips yang umum menyerang tanaman cabai ialah Thrips parvispinus, sedangkan yang menyerang bawang merah ialah Thrips tabaci. Panjang tubuh serangga dewasa ± 8-9 mm. Nimfa trips tidak bersayap, sedangkan serangga dewasanya bersayap seperti jumbai (sisir bersisi dua). Gejala serangan ditandai dengan adanya warna keperak-perakan pada bagian bawah daun, daun mengeriting atau keriput. Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, buncis, cabai, kacang panjang, kentang, labu, mentimun, oyong, paria, semangka, tomat, terung, dll.

Gambar 16. Trips pada bunga cabai dan gejala serangannya pada bagian daun

5. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.)

Ada dua jenis tungau yang umum menyerang tanaman sayuran dan palawija, yaitu tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranychus sp). Tungau merah berwarna kemerah-merahan sedangkan tungau teh kuning berwarna kuning transparan, dengan ukuran tubuh ± 0,25 mm. Gejala serangan ditandai dengan adanya warna tembaga di bawah permukaan bawah daun, tepi daun

Budidaya Cabai 29

Page 38: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai30

mengeriting, daun melengkung ke bawah seperti sendok terbalik, tunas daun dan bunga gugur. Tanaman inang dari hama tungau lebih dari 57 jenis tanaman dan beberapa di antaranya ialah buncis, cabai, kacang panjang, kentang, labu, mentimun, oyong, paria, semangka, dan terung.

Gambar 17. Gejala serangan tungau pada tanaman cabai

Gambar 18. Tungau merah (kiri) dan tungau teh kuning (kanan)

6. Lalat buah (Bactrocera sp.)

Serangga dewasa lalat buah mirip lalat rumah dengan panjang tubuh ± 6-8 mm. Larva berwarna putih susu berada di dalam buah. Gejala serangan ditandai dengan adanya titik hitam pada pangkal buah tempat serangga dewasa meletakkan telurnya. Larvamemakan daging buah dan menyebabkan terjadinya infeksi oleh jasad renik sekunder misalnya bakteri Erwinia carotovora sehingga buah membusuk. Tanaman inangnya antara lain ialah cabai, labu mentimun, oyong, paria, dan tanaman buah lainnya.

Budidaya Cabai 30

Page 39: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 31

Gambar 19. a. Gejala serangan lalat buah pada cabai, b. lalat dewasa, dan c. larva lalat buah

Penyakit tanaman cabai

Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti: jamur,bakteri, dan virus.

1. Penyakit bercak daun serkospora

Penyakit bercak daun serkospora atau mata katak disebabkan oleh jamur Cercospora capsici.Patogen penyakit disebarkan melalui udara. Serangan pada daun berupa bercak kecil berbentuk bulat dan kering dengan diameter ± 0,5 cm. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Daun menguning dan akhirnya gugur. Selain daun penyakit ini menyerang juga batang dan tangkai buah. Tanaman inangnya antara lain ialah buncis, cabai, kacang panjang, kangkung, labu, mentimun, oyong, paria, seledri, tomat, dan semangka.

Budidaya Cabai 31

Page 40: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai32

Gambar 20. Gejala serangan penyakit bercak daun serkosporapada daun tanaman cabai

2. Penyakit bercak daun alternaria

Penyakit bercak daun alternaria atau penyakit bercak kering disebabkan oleh cendawan Alternaria sp.Patogen ditularkan melalui udara. Gejala awal timbulnya bercak kecil di daun-daun bagian bawah, kemudian berkembang dengan diameter mencapai ± 15 mm. Warna bercak coklat dengan lingkaran-lingkaran sepusat. Masa konidia yang berwarna kelabu sampai hitam terlihat di atas bercak. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit ini berkisar antara 28-300C dengan kelembaban tinggi. Tanaman inangnya antara lain ialah kentang, tomat, kacang panjang, labu, mentimun, oyong, paria, seledri, tomat, semangka, dan terung.

Budidaya Cabai 32

Page 41: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 33

Gambar 21. Gejala serangan penyakit bercak daun alternaria

3. Penyakit busuk buah antraknos

Penyakit busuk buah antraknos disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. dan Gloeosporium spp.Patogen ditularkan melalui udara dan biji. Gejala serangan dimulai dengan timbulnya bercak coklat kehitaman pada permukan buah, kemudian bercak menjadi lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok spora. Pada serangan berat menyebabkan seluruh permukaan buah keriput dan mengering dan warna kulit buah seperti jerami padi. Pada saat cuaca panas dan lembab penyakit ini akan cepat berkembang. Tanaman inangnya antara lain ialah cabai, tomat, buncis, kacang panjang labu, mentimun, oyong, paria, semangka, dan terung.

Budidaya Cabai 33

Page 42: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai34

Gambar 22. Gejala serangan penyakit busuk buah antraknospada buah cabai

4. Penyakit busuk daun/buah fitoftora

Penyakit busuk daun dan buah fitoftora disebabkan oleh cendawan Phytophthora spp. Patogen ditularkan melalui udara dan air.

Gambar 23. Gejala serangan penyakit busuk daun fitoftora padatanaman cabai

Gejala awal berupa bercak kebasah-basahan pada bagian tepi atau tengah daun. Bercak selanjutnya melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh masa sporangium yang berwarna putih dengan latar belakang hijau kelabu. Serangan dapat menyebar ke

Budidaya Cabai 34

Page 43: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 35

batang, tangkai, umbi dan buah. Serangan penyakit ini dapat berkembang dengan cepat pada musim hujan dengan kelembaban di sekitar kanopi >95% suhu sekitar 20 0C. Tanaman inangnya antara lain ialah kentang, tomat, cabai, labu, oyong, semangka, dan terung.

5. Penyakit layu fusarium

Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Patogen ditularkan melalui udara dan air. Gejala serangan ditandai tanaman menjadi layu, mulai dari daun bagian bawah. Anak tulang daun menguning. Jaringan batang dan akar berwarna coklat. Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, buncis, cabai, kentang, kacang panjang, labu, mentimun, oyong, paria, seledri, semangka, tomat, dan terung.

Gambar 24. Gejala serangan penyakitlayu fusarium pada tanaman cabai

6. Penyakit rebah kecambah

Penyakit rebah kecambah banyak menyerang tanaman muda di persemaian. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani Kuhn. dan Pythium spp. Gejala serangan yang disebabkan oleh serangan

Budidaya Cabai 35

Page 44: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai36

jamur R. solani ditandai adanya luka berwarna coklat di pangkal batang, sehingga batang tersebut patah dan akhirnya mati. Gejala serangan yang disebabkan oleh cendawan Pythium spp. ditandai dengan adanya warna coklat di pangkal akar dan membusuk. Tanamaninangnya antara lain ialah cabai, tomat, kubis, paria, mentimun, dan tanaman muda lainnya.

Gambar 25. Gejala serangan R. solani (kiri) dan Pythium spp (kanan)di pangkal batang tanaman cabai

7. Penyakit virus kuning Gemini

Virus kuning gemini tergolong dalam keluarga Geminiviridae. Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda, tergantung pada genus dan spesies tanaman yang terinfeksi. Gejala pada cabai pertama kali muncul pada daun muda atau pucuk berupa bercak kuning di sekitar tulang daun, kemudian berkembang menjadi urat daun berwarna kuning, cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan atau kuning. Tanaman inangnya antara lain ialah cabai, tomat, kacang panjang, terung, mentimun, buncis, dll.

Budidaya Cabai 36

Page 45: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 37

Gambar 26. Gejala serangan virus kuning pada tanaman cabai (kiri) dan pada rumput babadotan (kanan)

Musuh alami

Musuh alami ialah setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan fungi, bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya.

Parasitoid adalah serangga parasitik (parasitic insect), yaitu serangga yang memarasit serangga lain yang lebih besar, khususnya serangga hama.Istilah parasitoid banyak digunakan oleh ahli Entomologi. Parasitoid dapat menyerang setiap instar serangga meskipun instar dewasa yang paling jarang terparasit.

Predator adalah hewan yang memangsa hewan lain. Predator membunuh beberapa individu mangsa selama satu siklus hidup

Patogen serangga adalah organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada serangga. Seperti halnya tumbuhan, manusia dan hewan lainnya, serangga dan tungau juga dapat terinfeksi patogen.

Budidaya Cabai 37

Page 46: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai38

Yang termasuk dalam patogen serangga antara lain adalah bakteri, cendawan, virus dan nematoda.

1. Hemiptarsenus varicornis

H. varicornis merupakan parasitoid larva hama Liriomyza huidobrensis. Parasitoid tersebut dapat ditemukan di seluruh areal pertanaman sayuran yang terserang L. huidobrensis dan mampu memarasit L. huidobrensis sampai 40,63%. Siklus hidup berkisar antara 12 - 16 hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 24 - 42 butir.

Gambar 27. Hemiptarsonemus varicornis

2. Eriborus argenteopilosus

E. argenteopilosus merupakan parasitoid larva hama S. litura dan H. armigera. Aktivitas parasitoid tersebut sebagian besar terjadi pada pagi hari (pukul 8.00 – 11.00). Siklus hidup berkisar antara 17 - 18 hari. Seekor betina mampu meletakkan telur sebanyak 160 butir.

Budidaya Cabai 38

Page 47: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 39

Gambar 28. Eriborus argenteopilosus

3. Trichogramma chilonis

T. chilonis merupakan parasitoid telur hama H.armigera. Serangga dewasa berbentuk tabuhan kecil, panjang tubuhnya sekitar 0.5 mm. Tingkat parasitasi sekitar 60 – 70%. Siklus hidup 10 - 11 hari. Seekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 20 – 50 butir.

Gambar 29. Trichogramma chilonis

4. Menochilus sexmaculatus

M. sexmaculatus merupakan predator penting hama B. tabaci, T. parvispinus dan berbagai kutu daun. Satu ekor M. sexmaculatus mampu memangsa sebanyak 50 ekor B. tabaci, 200 kutu daun dan 17 trips/hari. Aktivitasnya terjadi antara pukul 09.00 – 13.00. Siklus hidup berkisar antara 3 – 5 minggu.

Budidaya Cabai 39

Page 48: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai40

Gambar 30. Larva dan imago M. sexmaculatus

5. Rhinocoris sp.

Rhinocoris sp. merupakan predator penting hama H. armigera dan S. litura. Imago sangat aktif menyerang mangsa dengan cara menjepit bagian tubuh mangsa dengan tungkai-tungkai depan dan peran rostromnya yang kuat menekankan bagian alat stilet masuk ke dalam tubuh mangsa. Selanjutnya seluruh tubuh mangsa dihisap olehnya hingga tubuh mangsa menjadi mengkerut dan mengering. Kemungkinan terdapat toksin disekresikan yang mengakibatkan larva lumpuh. Dalam waktu 4-5 menit tubuh larva dihisap sehingga mengakibatkan larva mengerut, kering dan akhirnya mati. Siklus hidup 12 minggu. Satu ekor mampu memangsa 9-10 ekor larva S. litura.

Gambar 31. Rhinocoris sp.

6. Amblyseius cucumeris

A. cucumeris adalah tungau predator yang merupakan salah satu musuh alami trips dan tungau.

Budidaya Cabai 40

Page 49: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 41

Tungau predator tersebut memiliki kemampuan mencari mangsa dan potensi reproduksi yang tinggi serta tahan terhadap pestisida. Kemampuan pemangsaan terhadap trips dan tungau masing-masing adalah sebesar 4,6 dan 73,9 ekor. Siklus hidup berkisar antara 6-9hari. Seekor betina mampu menghasilkan 47 butir telur.

Gambar 32. Amblyseius cucumeris

19. Beauveria bassiana

B. bassiana adalah jenis jamur yang tergolong dalam klas Deuteromycetes, ordo Moniliales, famili Moniliaceae. B. bassiana masuk ke tubuh serangga melalui kulit di antara ruas-ruas tubuh. Gejala yang terlihat adalah larva menjadi kurang aktif kemudian kaku dan diikuti oleh perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya sudah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih seperti kapas. Aplikasi di lapangan berupa suspensi (biakan jagung blender) dalam air, langsung disemprotkan di habitat hama pagi hari atau sore hari. Dosis 1 kg/ha cukup efektif terhadap kutu daun dan trips.

Budidaya Cabai 41

Page 50: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai42

Gambar 33. S. litura terserang jamur B. bassiana

20. SLNPV

Spodoptera litura nuclear-polyhedrosis virus(SlNPV) merupakan salah satu virus patogen yang menginfeksi ulat grayak. (S. litura.). SLNPV efektif mengendalikan ulat grayak dan berpeluang untuk dikembangkan sebagai bioinsektisida dalam skala komersial. Virus patogen serangga ini mempunyai beberapa sifat menguntungkan, antara lain: (1) memiliki inang spesifik, yakni ulat grayak; (2) tidak membahayakan organisme bukan sasaran dan lingkungan; (3) dapat mengatasi masalah resistensi ulat grayak terhadap insektisida; dan (4) kompatibel dengan komponen pengendalian lainnya.

Gambar 34. Larva S. litura terserang SLNPV

21. Steinernema spp.Steinernema spp. merupakan golongan

nematoda dengan siklus hidup sederhana, yaitu telur, larva (juvenil) dan dewasa. Larva mempunyai 4 stadia

Budidaya Cabai 42

Page 51: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 43

yang ditandai dengan pergantian kulit. Gejala serangan hama yang terserang Steinernema sp. warna inang berubah menjadi coklat kekuningan dan tubuhnya menjadi lembek. Hal tersebut disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri simbion. Konsentrasi 2.000 juvenil instar III/ml efektif terhadap S. litura pada cabai, dengan tingkat mortalitas 70%. Aplikasi 5 x 108 juvenil instar III/ha efektif terhadap L. huidobrensis .

Gambar 35. Trips terserang Steinernema spp

Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan atau hama dan penyakit berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dapat dilakukan secara preventif atau kuratif.

Pengendalian secara preventif

a. Modifikasi lingkunganUpaya memodifikasi lingkungan dapat dilakukan

secara kultur teknis seperti pengaturan pola tanam, pengaturan sistem tanam, pemilihan varietas, pengolahan tanah, pengapuran, solarisasi, memodifikasi iklim mikro, dan pemupukan.

1. Pengaturan pola tanamDitinjau dari segi pengendalian OPT pengaturan

pola tanam bertujuan untuk memutus siklus hidup hama

Budidaya Cabai 43

Page 52: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai44

dan penyakit di suatu wilayah atau area lahan tertentu. Oleh karena itu dalam pengaturan pola tanam harus diupayakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tidak berasal dari satu keluarga/famili. Jika pergiliran tanaman dilakukan dalam satu famili, OPT akan selalu mendapatkan inang, sehingga siklus hidupnya berlanjut.

2. Pengaturan sistem tanamUntuk mengurangi serangan OPT melalui

pengaturan sistem tanam dapat dilakukan dengan sistem tumpangsari, tumpanggilir, menanam tanaman perangkap, menanam tanaman penghadang, atau menanam di dalam rumah kasa. Menanam tanaman penghadang 4 baris jagung di sekeliling tanaman cabai 1,5 bulan sebelum tanam cabai bertujuan untuk menekan serangan hama kutu kebul.

3. Pemilihan varietasSelain karena selera pasar, produktivitas tinggi

dan kesesuaian dengan kondisi lahan, faktor penting lain dalam memilih varietas ialah yang tahan terhadap serangan OPT. Cabai varietas Tanjung 1 agak toleran terhadap hama pengisap seperti trips dan kutu daun.

4. Pengolahan tanahDitinjau dari sudut pengendalian hama dan

penyakit, pengolahan tanah yang baik dan benar bertujuan untuk menekan populasi OPT tanah. Oleh karena itu jeda waktu yang diperlukan dari pengolahan tanah awal sampai dengan siap tanam minimal 1 bulan. Dengan jeda waktu yang panjang, patogen dan kepompong hama di dalam tanah akan terbakar oleh sinar matahari sehingga akan mati.

Budidaya Cabai 44

Page 53: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 45

5. PengapuranTanaman dapat tumbuh baik pada tanah yang

mempunyai kisaran pH tertentu, karena pH tanah berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara oleh tanaman. Jika pH tanah tidak sesuai, maka pertumbuhan tanaman menjadi kurang optimum, sehingga rentan terhadap serangan OPT. Pada umumnya kemasaman tanah untuk tanaman cabai adalah 5,6-6,5 dan 5,5-6,8. Jika pH tanah kurang dari kisaran angka tersebut dapat dilakukan pengapuran menggunakan dolomit atau kapur pertanian yang dilakukan minimal 1 bulan sebelum tanam. Banyaknya dosis kapur yang dibutuhkan jika pH tanah < 6,0 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar kebutuhan kapur untuk setiap pH tanah

No. pH Tanah Kebutuhan Kapur(ton/ha)

1. 5,50 5,802. 5,00 7,803. 4,50 10,704. 4,00 13,00

6. Modifikasi iklim mikroModifikasi iklim mikro dapat dilakukan dengan

pengaturan jarak tanam. Pada musim hujan diupayakan jarak tanam lebih lebar dibandingkan dengan jarak tanam pada musim kemarau, karena kelembaban tinggi akan menyebabkan penyakit berkembang lebih cepat.

7. PemupukanTanaman memerlukan unsur makro dan mikro

yang sesuai dengan kebutuhannya agar dapat tumbuh

Budidaya Cabai 45

Page 54: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai46

optimal. Tanaman yang kelebihan atau kekurangan unsur hara akan rentan terhadap serangan OPT. Pemupukan Nitrogen yang berlebihan akan mengakibatkan ukuran sel tanaman membesar dengan dinding sel yang lebih tipis. Akibatnya pathogen dan hama lebih mudah menembus. Kekurangan unsur Fosfat dan Kalium akan mengakibatkan tanaman mudah terserang oleh penyakit. Oleh karena itu sebelum tanam perlu dilakukan analisis tanah terlebih dahulu agar pemberian pupuk dapat lebih tepat.

8. Penggunaan mulsa plastik hitam perakPenggunaan mulsa dapat mempengaruhi

kelimpahan OPT. Mulsa plastik hitam perak dapat menurunkan populasi trips, karena mulsa tersebut dapat mempengaruhi refleksi cahaya dan suhu. Penggunaan mulsa plastik juga dapat mengurangi persentase pembentukan pupa di dalam tanah, mencegah terjadi perkolasi dan gerakan air tanah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi.

b. Perlakuan benih/bibitPerlakuan benih menggunakan pestisida

dilakukan untuk menekan serangan OPT tular benih. Untuk menekan serangan penyakit tular benih, sebelum ditanam/ disemai benih cabai direndam dalam larutan fungisida Propamokarb hidroklorida (1 ml/l) selama 0,5 jam atau dalam air hangat suam-suam kuku (45-50 0C) selama 0,5 jam. Untuk menekan serangan kutu kebul terhadap bibit cabai dilakukan penyiraman larutan insektisida Tiametoksam (0,5 ml/l) dengan dosis 50 ml/tanaman pada umur 2 dan 4 minggu setelah semai.

c. Perlakuan tanahPerlakuan tanah dilakukan untuk menekan

serangan OPT dalam tanah.

Budidaya Cabai 46

Page 55: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 47

• Jika ditemukan uret atau orong-orong, makalahan diberi perlakuan dengan insektisida Fipronil 0,3 G sebanyak 15 kg/ha

• Untuk daerah endemik serangan penyakit layu bakteri, lahan diberi perlakuan dengan bakterisida Oksitetrasiklin (konsentrasi formulasi 1 ml/liter) dengan dosis 200 ml/ lubang tanam yang diaplikasikan satu hari sebelum tanam

d. Pemasangan perangkap OPTPemasangan perangkap OPT bertujuan untuk

menekan populasi awal OPT agar perkembangannya tidak menimbulkan kerugian. Beberapa macam perangkap OPT adalah sebagai berikut :

• Untuk menekan populasi trips, kutu daun, kutukebul, dan tungau dipasang perangkap lekat warna kuning sebanyak 40-50 buah/ha. Perangkap tersebut dipasang pada saat tanam.

Gambar 36. Perangkap trips

• Untuk mengendalikan hama lalat buah dipasang

perangkap Metil Eugenol sebanyak 40-50 buah/ha. Pada tanaman cabai pemasangan perangkap Metil Eugenol dilakukan ketika tanaman mulai berbunga

Budidaya Cabai 47

Page 56: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai48

Gambar 37. Perangkap lalat buah

e. Pemanfaatan sumber daya hayati (SDH) domestik (Indigenous)

Dalam pengendalian OPT ramah lingkungan, peranan musuh alami harus lebih diutamakan dengan menitikberatkan pada pemanfaatan musuh alami domestic dengan cara menciptakan lingkungan yang mendukung semakin berfungsinya musuh-musuh alami secara maksimal. Beberapa musuh alami penting sepertiparasitoid, predator dan cendawan entomatogen diketahui dapat menekan serangan OPT pada tanaman cabai.

f. Pemanfaatan biopestisidaLebih dari 2300 jenis tumbuhan dari berbagai

penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif insektisida. Beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai biopestisida dan efektif mengendalikan OPT cabai antara lain serai wangi, babadotan, kirinyuh, tagetes, mindi, nimbi, kipahit, kacang babi, legundi, kapayang, gamal, bintaro, mengkudu, berenuk dsb.

g. Penyemprotan fungisida secara preventifPada pengendalian penyakit tanaman, strategi

yang digunakan berbeda dengan strategi

Budidaya Cabai 48

Page 57: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 49

pengendalian hama yang berdasarkan ambang pengendalian. Pengendalian penyakit harus dilakukan sebelum munculnya gejala serangan. Tanaman perlu diproteksi menggunakan fungisida untuk mencegah berkecambahnya spora yang menempel pada bagian tanaman. Hal yang perlu diperhatikan ialah pemilihan fungisida yang tepat karena setiap jenis fungisida memiliki sifat proteksi yang berbeda-beda. Pada awal penanaman digunakan fungisida yang memiliki sifat proteksi preventif. Jika masih terjadi serangan, digunakan fungisida dengan sifat kuratif.

Budidaya Cabai 49

Page 58: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai50

PANEN DAN PASCAPANEN

Panen pertama dilakukan pada umur 60-75 hari setelah tanam, dengan interval ± 3-7 hari. Buah yang dijual segar dipanen matang, sedangkan jika untuk dikirim dengan jarak yang jauh, buah dipanen matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh. Kemasan untuk cabai merah yang dikirim ke tempat yang jaraknya jauh berupa karung jala dengan kapasitas ± 50 kg atau kotak-kotak karton yang diberi lubang angin yang cukup. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk, dan mempunyai sirkulasi udara yang cukup baik. Karakteristik kualitas cabai merah yang dikehendaki oleh konsumen rumah tangga maupun lembaga adalah :

• warna buah merata dan tua, • kekerasan buah sedang – keras, • bentuk buah memanjang (± 10 cm), • diameter buah sedang (± 1,5 cm), dan • permukaan buah halus dan mengkilap.

Gambar 38. Buah cabai merah yang siap untuk dipanen

Budidaya Cabai 50

Page 59: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 51

Gambar 39. Buah cabai merah

Budidaya Cabai 51

Page 60: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai52

PENUTUP

Demikian buku petunjuk teknis ini dibuat dengan harapan dapat menjadi panduan atau acuan tahapan-tahapan budidaya cabai dari persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, hingga panen dan pascapanen guna tercapainya peningkatakan produktivitas dan peningkatan pendapatan petani.

Budidaya Cabai 52

Page 61: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 53

DAFTAR PUSTAKA

Agriflo. 2012. Cabai : Prospek Bisnis dan Teknologi Manca Negara.Penebar Swadaya Grup. Jakarta. 205 hal.

Agromedia. 2007. Budidaya Cabai Hibrida. Agromedia Pustaka. Jakarta. 58 hal.

Andri, K. B., F. N. Azis, E. Korlina. 2015. Sistem Usahatani dan Budidaya Cabai. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian

Arianto,2010.http://ariantoganggus.blogspot.com/2010/01/budidaya-tanaman-cabai.html. di akses pada tanggal 3 april 2010.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2015. Inovasi Hortikultura Pengungkit Peningkatan Pendapatan Rakyat. Jakarta : IAARD Press.

Chairumasyah,2010.http://binatani.blogspot.com/2010/03/keuntungan- penggunaan-mulsa-plastik.html. di akses pada tanggal 14 april 2010.

Cyber Extension Pusluhtan. 2017. Hama dan Penyakit Tanaman Cabai. http//: www. http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/cetak/13233. Diakses Tanggal 27 November 2017.

Harpenas, Asep dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 106 hal.

Budidaya Cabai 53

Page 62: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai54

Ibrahim. A, 2014, Perlakuan Benih Cabai (Capsicum Annuum L.) Dengan Rizobakteri Untuk Mengendalikan Phytophthora capsici Meningkatkan Vigor Benih Dan Pertumbuhan Tanaman, Skripsi, IPB, Bogor

Imtiyaz, H., Barlian H. P., Nurul H. 2017. Sistem Pendukung Keputusan Budidaya Tanaman Cabai Berdasarkan Prediksi Curah Hujan. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 1, No. 9, Juni 2017, hlm. 733-738

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. 339 hal.

Khoiri, M. 2010. Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan dan laju fotosintesis tanaman cabe merah (Capsicum annuum L.) sebagai salah satu sumber belajar biologi. Jurnal Pendidikan Biologi. 1 (2) : 87-95

Prabaningrum, L., T. K. Moekasan, W. Setiawati, M. Prathama, A. Rahayu. 2016. Modul Pendampingan Pengembangan Kawasan Pengelolaan Tanaman Terpadu Cabai. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Prajnanta, F., 2011. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Budidaya Cabai 54

Page 63: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 55

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2016. Dukungan Inovasi Dalam Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. Bogor : IPB Press

Saptana, N.K. Agustin, dan A.M. Ar-Rozi. 2013. Kinerja Produksi Dan Harga Komoditas Cabai Merah. Policy Brief Analisis Kebijakan .Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian

Sayaka, B., W.K. Sejati, A. Askin, 2012. Antisipasi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura Terhadap Struktur Pasar Industri Benih Hortikultura. Laporan Penelitian. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sumarni. N dan Agus M, 2005, Budidaya Tanaman Cabai Merah, Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.2, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian

Surya, T.A., 2015. Pengendalian Inflasi Komoditas Pangan Menjelang Bulan Ramadhan. Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik. 8(11), pp.13-16.

Susila D.A, Tisna P, Palada, 2012, Improving Management Practices for Transplant Production of Chili Pepper (Capsicum annuum L. ), Vegetable Agroforestry System in Indonesia, ICRAF Special Publication No.6c.

Budidaya Cabai 55

Page 64: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai56

INDEKS

AAlternaria sp, 32Amblyseius cucumeris, 40Aphis gossypii,

BBactrocera sp, 30Beauveria bassiana, 41Bemisia tabaci, 27Biopestisida, 48

CCapsicum annuum L. 55Cendawan, 32, 34, 35, 36, 37,

38, 48Cercospora capsici, 31Colletotrichum sp, 33Damping-off, 13

DDolomit, 7, 18, 45Double row, 15

EEriborus argenteopilosus, 38,

39Fungisida Propamokarb

hidroklorida, 46FFusarium oxysporum, 35

GGloeosporium spp, 33Gulma,6, 8, 13, 16, 25

HHara mikro, 19Hemiptarsenus varicornis, 38Hardening, 13Helicoverpa armigera, 26Helicoverpa zea, 26

KKCl, 18, 19, 20Kompos, 17, 19, 20Klorosis, 6, 7

MMenochilus sexmaculatus, 39Monokultur, 15Majemuk, 19

NNPK, 19, 20

MMyzus persicae, 28

OOrganisme, 2, 8, 31, 37, 42, 43

PPatogen, 11, 31, 32, 33, 34, 35,

37, 38, 42, 44Parasitoid,37, 38, 39, 48Phonska, 19Phytophthora spp, 34Polyphagotarsonemus latus,

29Pupuk, 4, 8, 10, 12, 17, 18, 19,

20, 21, 23, 24Predator, 37, 39, 40, 48

Budidaya Cabai 56

Page 65: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai 57

Previcur, 12Pythium spp, 35, 36

RRhinocoris sp, 40Rhizoctonia solani Kuhn, 35

SSerangga, 26, 27, 29, 30, 37,

38, 39, 41, 42SP 36, 18, 19Spodoptera litura nuclear-

polyhedrosis virus (SlNPV), 42

Steinernema spp, 42, 43Susulan, 20, 24 T Tetranychus sp, 29Thrips parvispinus, 29Trichogramma chilonis, 39Tumpangsari, 15Tumpang gilir, 14, 15Tunggal, 19

UUrea, 8, 18, 19, 20

VVektor, 27, 28Vermicompost, 11Virus kuning Gemini, 36

ZZA, 8, 19, 2038

Budidaya Cabai 57

Page 66: TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAHriau.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/PDF/... · 2018. 2. 13. · iy i 1 BUKU PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAIMERAH Penyusun : Sri Swastika

Budidaya Cabai58

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sri SwastikaSri Swastika terlahir di Sorong, 26 April 1980. Meraih gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada, Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan pada tahun 2004. Saat ini penulis sebagai Penyuluh Pertanian pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau.

Dian PratamaDian Pratama terlahir di Sleman, 15 Mei 1987. Meraih gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian pada tahun 2008. Saat ini penulis sebagai Calon Penyuluh Pertanian pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau.

Taufik HidayatTaufik Hidayat, SP, MP Lahir di Padang Sidempuan, pada tanggal 16 April 1969. Mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Universitas Tjut Nyak Dhien, Sumatera Utara pada tahun 1999. Menyelesaikan pendidikan program pascasarjana dari Universitas Islam Riau pada Tahun 2015.Saat ini yang bersangkutan tergabung ke dalam kelji Budidaya di BPTP Balitbangtan Riau.

Kuntoro Boga AndriKuntoro Boga Andri, SP, M.Agr, Ph.D, Menyelesaikan S1 pada Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, IPB (1998), S2 dalam bidang Ekonomi dan Pemasaran Pertanian di Graduate School of Agriculture, Saga University, Jepang (2004), dan S3 bidang Ekonomi dan Kebijakan Pertanian di The United Graduate School of Agricultural Sciences, Kagoshima University, Jepang (2007). Mencapai jenjang Peneliti Utama Tahun 2017 dan Peneliti Madya tahun 2009. Saat ini menjabat sebagai kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau sejak November 2016.

Budidaya Cabai 58