teknik rlkt pada dataran tinggi lahan kering di

Upload: kristian-mairi

Post on 16-Jul-2015

113 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TEKNIK RLKT PADA DATARAN TINGGI LAHAN KERING DI HULU DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TONDANO SULAWESI UTARA

Oleh :La Ode Asir dan Saprudin,

Balai Penelitian Kehutanan Manado

Pendahuluan Pemanfaatan SDL berlebihan, menyebakan kerusakan Ketidak seimbangan antara aspek pemanfaatan dan aspek pelestarian SDL. Menurut Ratag (2004), tutupan hutan di DTA Tondano saat ini tersisa tinggal < 10% yang tersebar hanya di puncakpuncak pegunungan. untuk mengurangi kesenjangan antara aspek pemanfaatan dan aspek pelestarian tersebut diperlukan tindakan untuk mempertahan produktivitas guna mencegah degradasi lahan dengan melaksanakan pengelolaan lahan yang tepat dan sesuai dengan kaidah-kaidah teknik konservasi tanah. Kegiatan konservasi tanah lebih mudah dan lebih murah apabila dibadingkan harus dengan merehabilitasi lahan yang terdegradasi di samping itu perbaikan degradasi lahan memerlukan waktu yang lama.

Gambaran Umum Tentang Kondisi Lahan Usahatani Hortikultura di hulu DTA Tondano Pertanian Hortikultura di Rurukan termasuk usahatani lahan kering dataran tinggi. > 700 m dpl dan curah hujannya curah hujan tahunannya 100 cm kedalaman efektifnya > 90 cm Kandungan hara N, P dan K dalam kriteria rendah

Lanjutan ..b. Kegiatan Litbang Dalam Mendukung Rehabilitasi Hutan dan Lahan Sistem budaya tanaman wolter , kelerengan 25% - 45%, erosi yang terjadi 0,17 ton/ha. Kadungan hara yang terangkut equivalent 12 16 kg unsur N/ha. 2 3 kg unsur K/ha, dan 230 424 kg bahan organik/ha. Kombinasi tanaman cempaka (1 th) dan wortel erosi terjadi 0,4 ton/ha, dan untuk tanaman mahoni (1 th) dan wortel, terjadi erosi sebesar 0,5 ton/ha.

Lanjutan

Hasil kombinasi antara tanaman cempaka, mahoni dan tanaman semusim, mengalami pertumbuhan yang stagnancy jika dibandingkan dengan tanaman sekitar (di luar areal lahan hortikultura) (lampiran 2)

Lanjutan

Erosi pada saluransaat musim hujan memiliki potensi yang cukup besar. Penelitian yang dilakukan oleh BPPTP DAS IBT (2005), menunjukkan bahwa erosi yang di hasilkan pada alur yang tidak menggunakan bangunan terjunan sebesar 1,6 ton/ha, sedangkan erosi yang dihasilkan dengan menggunakan bangunan terjunan sebesar 0,3 ton/ha. (lampiran 3)

Teknik konservasi tanah yang dapat diterapkan harus bersifat lokal spesifik, sesuai dengan kondisi daerah yang ada. Penetapan rencana tataruang wilayah, segera direalisasikan utamanya penetapan pembahagian zona penggunaan lahan berdasarkan fungsinya yaitu : zona lindung, zona penyangga dan zona budidaya/pertanian. Perlunya dorongan dari instansi terkait, agar muncul partisipasi berupa penghargaan/insentif dari masyarakat untuk mendukung setiap program untuk memajukan konservasi sumberdaya hutan dan lahan. Perlu adanya pembinaan agar masyarakat dapat menggalakkan sector agrowisata, utamanya perbaikan sarana dan prasarana serta infrastruktur agar efek timbal balik dapat berdampak pada kurangnya tekanan terhadap hutan

PENUTUP

Terima KasihMohan saran dan masukannya