analisis tingkat bahaya erosi (tbe) pada lahan kering

121
ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING TEGALAN DI KECAMATAN TRETEP KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang Oleh Ery Suryo Saputro NIM 3250405022 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

Upload: vandang

Post on 26-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING TEGALAN DI KECAMATAN TRETEP

KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Ery Suryo Saputro NIM 3250405022

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

Page 2: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi pada :

Hari : Senin

Tanggal : 27 Juli 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Heri Tjahjono, M.Si Rahma Hayati, S.Si, M.Si NIP.19680202 1999031 001 NIP.1972064 1998032 003

Mengetahui Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si NIP.19620904 1989011 001

Page 3: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah di pertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 11 Agustus 2009

Penguji Utama

Dra. Dewi Liesnoor, M.Si NIP.19620811 1988032 001 Penguji I Penguji II Drs. Heri Tjahjono, M.Si Rahma Hayati, S.Si, M.Si NIP.19680202 1999031 001 NIP.1972064 1998032 003

Mengetahui Dekan,

Drs. Subagyo, M.Pd NIP.19510808 1980031 003

Page 4: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2009

Ery Suryo Saputro NIM. 3250405022

Page 5: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Berbulan-bulan dan bertahun-tahun, saya berpikir. Sembilan puluh

sembilan kali, salah kesimpulan. Yang keseratus kali saya benar.” (Albert

Einstein)

“Jika orang lain bisa, kenapa aku tidak”

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku yang selalu

memberi dukungan dan kasih sayang

kepadaku

Untuk adiku Wahyu (Adult) yang selalu

memberi semangat dan dukungan

Untuk keluarga besar Sastro Puan yang

senantiasa memberi semangat,

dukungan, dan Motivasi.

Untuk Ira, terimakasih atas semangatnya

Teman-teman seperjuangan Bola Kos

Bolo Kurowo Geografi Murni 2005

Almamaterku UNNES

Page 6: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

vi

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

TEGALAN DI KECAMATAN TRETEP KABUPATEN TEMANGGUNG”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak dapat tersusun. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Heri Tjahjono, M.Si., Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam menyusun skripsi ini.

5. Rahma Hayati, S.Si, M.Si., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam menyusun skripsi ini.

6. Seluruh Birokrasi Pemerintah Kecamatan Tretep yang telah banyak membantu

dalam menyusun skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya skipsi ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Page 7: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

vii

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kebaikan dalam penyusunan berikutnya. Akhir kata harapan penulis semoga

skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Semarang, Agustus 2009

Penulis

Page 8: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

viii

Sari

Saputro, Ery Suryo. 2009. Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Pada Lahan Kering Tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : Tingkat Bahaya Erosi, Lahan Kering Tegalan, Konservasi.

Kecamatan Tretep terletak di lereng Gunung perahu dengan kondisi tanah yang subur yang sebagian besar terdiri dari lahan kering yang berupa tegalan dengan jenis tanaman semusim berupa jagung, kentang, sayuran, dan tembakau yang memerlukan pengolahan tanah secara intensif. Pada umumnya pengolahan tanah tersebut tanpa diimbangi dengan upaya konservasi yang memadai sehingga menimbulkan permasalahan seperti: (1) berapa besar erosi yang terjadi pada lahan tegalan?, (2) bagaimana prioritas arahan konservasi pada lahan tegalan?. Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui seberapa besar tingkat erosi pada lahan kering tegalan dan (2) memberikan arahan prioritas tindakan konservasi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung.

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung, obyek penelitian adalah lahan tegalan. Satuan lahan diperoleh dengan overlay peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta geologi. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Pengambilan sampel berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan, lereng dan jenis tanah. Pada penelitian ini terdapat 11 sampel, analisis data menggunakan penelitian erosi USLE, kelas tingkat bahaya erosi untuk mencocokan besarnya nilai erosi (Ton/Ha/Th) dengan kedalaman solum tanah menggunakan tabel kelas tingkat bahaya erosi dari Departemen Kehutanan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung terdapat empat kelas tingkat bahaya erosi, yaitu rendah, sedang, berat dan sangat berat. Prioritas konservasi pada lahan tegalan di Kecamatan Tretep ada empat, yaitu Prioritas I seluas 679,234 Ha, Prioritas II seluas 1.664,510 Ha, Prioritas III seluas 271,024 Ha dan Prioritas IV seluas 34,083 Ha. Besarnya erosi pada daerah penelitian disebabkan berbagai faktor antara lain kemiringan lereng, jenis tanaman dan pengolahan lahan (konservasi).

Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah: (1) bagi masyarakat, dalam melakukuan pengolahan lahan harus memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan yang benar agar tidak menyebabkan erosi tanah yang lebih besar. (2) jangan melakukan perubahan tindakan konservasi yang malah menyebabkan erosi yang lebih besar, seperti pengolahan lahan pada tanaman kentang dengan teknik memotong kontur. (3) kepada Intansi terkait hendaknya melakukan pembinaan dan memberi penyuluhan pada masyarakat mengenai pengolahan lahan yang benar dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi.

Page 9: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ………………………………………………………… i

Persetujuan Pembimbing ……………………………………………… ii

Pengesahan Kelulusan ………………………………………………… iii

Pernyataan …………………………………………………………….. iv

Moto dan Persembahan ………………………………………….......... v

Prakata ……………………………………………………………... .... vi

Sari … ……………………………………………………………… viii

Daftar Isi ………………………………………………………………. ix

Daftar Tabel …………………………………………………………… xii

Daftar Gambar ………………………………………………………… xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………… 3

C. Tujuan Penelitian …………………………………………..... 4

D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 4

E. Penegasan Istilah …………………………... …………… 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lahan ............................................................... 7

1. Lahan Kering ................................................................ 8

2. Tegalan ......................................................................... 8

3. Lahan Kritis .................................................................. 9

B. Satuan Lahan ..................................................................... 10

C. Erosi

1. Proses Terjadinya Erosi ................................................. 10

2. Faktor Yang Mempengaruhi Erosi ................................. 11

3. Jenis-jenis Erosi ............................................................ 16

D. Metode USLE ..................................................................... 18

1. Erosivitas Hujan ............................................................. 19

Page 10: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

x

2. Erodibilitas Tanah .......................................................... 20

3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng ......................... 22

4. Faktor Tanaman ............................................................. 23

5. Tindakan Pengelolaan Tanah .......................................... 24

6. Kelas Tingkat Bahaya Erosi ........................................... 24

E. Konservasi Lahan ............................................................... 25

1. Vegetatif ........................................................................ 26

2. Teknik Mekanis ............................................................. 27

3. Kimiawi ......................................................................... 28

F. Prioritas Konservasi ............................................................ 28

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian .............................................................. 30

B. Penentuan Sampel............................................................. 30

C. Variabel Penelitian ........................................................... 30

D. Metode Pengumpulan Data ............................................... 31

E. Jenis Data ......................................................................... 32

F. Peralatan Penelitian .......................................................... 33

G. Teknik Analsis Data ......................................................... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum .......................................................... 37

2. Satuan Lahan ................................................................ 53

3. Persebaran Sampel Tanah ............................................. 54

4. Faktor yang Mempengaruhi Erosi ................................. 58

5. Hasil Perhitungan Erosi dengan Metode USLE dan Klasifikasi

Kelas Tingkat Bahaya Erosi .......................................... 63

6. Prioritas Konservasi ...................................................... 73

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Tingkat Bahaya Erosi .................................................. 76

2. Arahan Konservasi Lahan ............................................ 80

Page 11: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

xi

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................... 82

B. Saran ................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Hasil Perhitungan USLE ................................................................. 87

2. Data Curah Hujan Harian dan Hasil Perhitungan Erosivitas Harian, Bulanan

dan Tahunan .................................................................................... 98

3. Hasil Uji Lab Tanah ........................................................................ 112

4. Surat Keterangan Penelitian............................................................. 124

Page 12: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penggolongan Iklim Schmidt dan Ferguson ........................... 12

Tabel 2. Kelas Kemiringan Lereng ....................................................... 13

Tabel 3. Nilai Struktur Tanah ............................................................... 20

Tabel 4. Nilai Tekstur atau Ukuran Butir (M) ....................................... 21

Tabel 5. Kelas Kandungan Bahan Organik ........................................... 22

Tabel 6. Harkat Permeabilitas Tanah .................................................... 22

Tabel 7. Nilai Faktor Tanaman (C) ....................................................... 23

Tabel 8. Nilai Faktor Konservasi Tanah (P) ......................................... 24

Tabel 9. Kelas Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ......................................... 25

Tabel 10 Skala Prioritas Konservasi ..................................................... 35

Tabel 11. Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab ........ 41

Tabel 12. Kelas Lereng Kecamatan Tretep ........................................... 43

Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan ....................................................... 43

Tabel 14. Jenis Tanaman Tegalan ........................................................ 46

Tabel 15. Jenis Tanah .......................................................................... 48

Tabel 16. Formasi Geologi ................................................................... 51

Tabel 17. Kependudukan ..................................................................... 51

Tabel 18. Satuan Lahan ........................................................................ 54

Tabel 19. Koordinat Sampel Tanah ...................................................... 55

Tabel 20. Indeks Erodibilitas Tanah Daerah Penelitian ......................... 60

Tabel 21. Nilai LS Daerah Penelitian ................................................... 61

Tabel 22. Faktor Vegetasi (C) Daerah Penelitian .................................. 62

Tabel 23. Praktek Konservasi Tanah (P) Pada Daerah Penelitian .......... 63

Tabel 24. Luasan TBE Pada Lahan Tegalan ......................................... 71

Tabel 25. Luasan Daerah Konservasi Pada Lahan Tegalan ................... 74

Page 13: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Persamaan USLE ................................................ 18

Gambar 2. Diagram Alir Penelitan .................................................. 36

Gambar 3. Peta Administrasi ............................................................ 38

Gambar 4. Grafik Pembagian Iklim Schmdt-Ferguson ..................... 42

Gambar 5. Peta Lereng..................................................................... 44

Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan .................................................. 45

Gambar 7. Peta Jenis Tanaman Tegalan ........................................... 47

Gambar 8. Peta Tanah ...................................................................... 49

Gambar 9. Peta Geologi ................................................................... 52

Gambar 10. Peta Satuan Lahan ........................................................ 56

Gambar 11. Peta Persebaran Sampel Tanah ...................................... 57

Gambar 12. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Rendah.......... 66

Gambar 13. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Rendah ......... 67

Gambar 14. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sedang .......... 68

Gambar 15. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Sedang ......... 68

Gambar 16. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Berat ............. 69

Gambar 17. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Berat ............ 69

Gambar 18. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sangat Berat.. 70

Gambar 19. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sangat Berat.. 70

Gambar 20. Foto Erosi Pada Daerah TBE Sangat Berat.................... 71

Gambar 21. Peta TBE Lahan Kering Tegalan ................................... 72

Gambar 22. Peta Arahan Konservasi Pada Lahan Kering Tegalan .... 75

Page 14: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketidakseimbangan pertambahan penduduk dengan ketersediaan

sumber daya lahan telah menimbulkan banyak masalah masalah lingkungan

hidup salah satunya adalah erosi. Penyebaran penduduk yang tidak merata

mengakibatkan tekanan kepadatan penduduk yang erat kaitannya dengan

masalah lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya lahan yang tidak

memperhatikan keseimbangan dengan lingkungan dan pelestariannya akan

mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang akan berakibat banjir, erosi

tanah, longsor, kekeringan maupun terjadinya tanah tanah kritis yang

berakibat pada penurunan kemampuan atau produktivitas sumber daya lahan.

Pada tahun 2000, kerusakan lahan dan hutan mencapai 56,98 juta Ha (Ditjen

Rehabilitasi Lahan Perhutanan Sosial, 2000 dalam Sunarto 2001:13).

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape) yang

mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, relief, tanah, hidrologi,

vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap

penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989:207). Perubahan

penggunaan lahan dari vegetasi permanen menjadi lahan pertanian intensif

menyebabkan tanah menjadi lebih mudah tererosi oleh aliran permukaan,

akibat dari erosi tanah menyebabkan semakin meluasnya lahan kritis.

Ciri khusus usaha tani pada lahan tegalan menyebabkan seringnya lahan

menjadi terbuka Karena tindakan pengolahan tanah dan penyiangan. Jatuhnya

Page 15: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

2

butir-butir hujan yang langsung mengenai permukaan tanah dan aliran

permukaan akan mempercepat proses erosi. Erosi tanah adalah proses

perataan kulit bumi, proses ini terjadi dengan penghancuran pengangkutan

dan pengendapan. Ada dua penyebab yang aktif dalam proses erosi yaitu air

dan angin (Utomo, 1994:34).

Pada daerah beriklim tropika basah, air merupakan penyebab utama

erosi tanah, Sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Proses

erosi oleh air merupakan kombinasi 2 sub proses yaitu, penghancuran struktur

tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang

menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang (proses dispersi) dan

pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan dan

penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut

oleh air yang mengalir di permukaan tanah (Arsyad, 1989:30). Pada

prinsipnya erosi tanah tidak dapat dihilangkan sama sekali atau (nol erosi),

yang dapat dilakukan oleh manusia adalah memperkecil atau menekan erosi

dengan tindakan konservasi.

Sektor pertanian merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk

Kecamatan Tretep. Pertanian di daerah ini adalah pertanian kering dan jenis

tanaman yang ditanam adalah tanaman musiman seperti Tembakau, Jagung,

Ketela, Kentang, Kopi dan Sayuran. Penggunaan lahan tegalan menyebabkan

seringnya lahan menjadi terbuka, Karena tindakan pengolahan tanah dan

penyiangan pada lahan terbuka seperti ini jika terkena air hujan maka akan

mempercepat proses erosi, kondisi seperti di atas diperparah lagi pada

Page 16: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

3

pengelolaan lahan yang intensif tanpa di imbangi dengan tindakan konservasi

yang baik

Ciri pertanian lahan kering tegalan adalah lahan yang di dominasi

dengan jenis tanaman semusim, yang setiap musimnya dilakukuan

pengolahan lahan secara intensif yang menyebabkan tanah menjadi terbuka

akibat energi kinetik dari air hujan yang menyebabkan erosi tanah. Setiap

tempat pada pertanian lahan kering tegalan mengalami erosi yang bervariasi

karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik yang beragam seperti

panjang lereng, kemiringan lereng, curah hujan, tanah, vegetasi dan campur

tangan manusia dalam pengelolaan lahan. (Suwardjo, 1978:24).

Pengkelasan tingkat bahaya erosi sangat penting bagi usaha-usaha

pertanian sehingga dapat diketahui cara-cara pengolahan pertanian yang tepat.

Apabila erosi telah melewati batas terbolehkan, maka perlu dilakukan usaha-

usaha untuk mengurangi erosi sehingga kelangsungan usaha–usaha pertanian

berjalan baik (Kartasapoetra, 1987:71). Untuk menghitung berapa besar

tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan untuk menjadi prioritas

menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE).

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil suatu permasalahan yang

terkait yaitu:

1. Seberapa besar erosi yang terjadi pada lahan kering tegalan di Kecamatan

Tretep Kabupaten Temanggung ?

Page 17: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

4

2. Bagaimana arahan prioritas konservasi pada lahan tegalan di Kecamatan

Tretep Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan di

Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung.

2. Merekomendasikan prioritas arahan konservasi pada lahan kering tegalan

di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran, masukan atau

referensi dalam pengambilan keputusan untuk pemerintah dan masyarakat

setempat dalam pengolahan lahan dan prioritas konservasi lahan untuk

mengurangi erosi.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan atau

sumber referensi bagi pembaca yang berkaitan dengan erosi dan konservasi

lahan.

E. Penegasan Istilah

1. Tanah

Akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas menduduki sebagian besar

permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan mempunyai

sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak

terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu (Darmawijaya,

1970:22).

Page 18: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

5

2. Erosi

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah

dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ketempat lain (Arsyad,

1989:30).

3. Erosi Permukaan

Pemindahan tanah dari permukaan tanah oleh aliran permukaan ketempat

lain yang lebih rendah (Sahuleka Welheimus, 1993:12).

4. Tingkat Erosi

Banyaknya material tanah yang dipindahkan dari suatu tempat ketempat

lain yang lebih rendah oleh tenaga tetes air hujan dan aliran permukaan

persatuan luas tertentu dalam waktu tertentu (Douglas, 1973).

5. Lahan

Suatu daerah di permukan bumi yang dicirikan oleh sifat-sifat tertentu

meliputi biosfer di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah batuan

(geologi), flora dan fauna hasil kultural manusia pada masa lampau dan

sekarang yang berpengaruh nyata terhadap penggunaan lahan masa

sekarang dan masa yang akan datang (FAO, 1976 dalam Sriyono 2007:3).

6. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (land use) yaitu setiap bentuk intervensi (campur

tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya baik meteriil maupun sepirituil (Arsyad, 1989:48).

Page 19: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

6

7. Lahan Kritis

Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik,

kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis.

Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan

lahan tersebut hidupnya (Romenah, 2007:14).

8. Lahan Kering

Adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air

pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu (Puslit

Tanah dan Agroklimat, 2000 dalam Shultani 2008:12).

9. Tegalan

Adalah lahan pertanian tanah kering yang ditanami dengan tanaman

berumur pendek (semusim) secara permanen (Darmawijaya, 1980 dalam

Le Orde 2004:25).

10. Konservasi Lahan

Adalah upaya untuk mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan

daya guna lahan sesuai dengan peruntukanya (Ditjen Rehabilitasi Lahan

dan Perhutanan Sosial, dalam Sunarto 2002:16).

Page 20: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lahan

Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air

dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya

terhadap penggunaan lahan (FAO,1976 dalam Arsyad 1989:207). Lahan

memiliki banyak fungsi, yaitu Fungsi produksi sebagai basis bagi berbagai

sistem penunjang kehidupan melalui produksi biomasa yang menyediakan

makanan, pakan ternak, serat dan bahan bahan biotik lainya bagi manusia baik

secara langsuang maupun tidak langsung (binatang ternak), fungsi lingkungan

biotik lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terestrial) yang

menydiakan habitat biologi dan plasmanutfah bagi mahluk hidup dan jasad

mikro di atas dan di bawah permukaan tanah, fungsi pengatur iklim lahan dan

penggunaanya merupakan sumber (source) dan resort (sink) gas rumah kaca

dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan

transformasi dari energi matahari dan daur hidrologi global, fungsi hidrologi

lahan mengatur simpanan dan aliran sumber daya air tanah dan aliran

permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.

Fungsi penyimpanan lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan

mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia, fungsi ruang

kehidupan lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia,

industri dan aktivitas sosial lainya, fungsi penghubung spasial lahan

menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan produksi serta

Page 21: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

8

untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Karakteristik

lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur. Contoh karakteristik lahan adalah

curah hujan, lereng, solum tanah (Djainudin dkk, 2000:7).

1. Lahan Kering

Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang

atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau

sepanjang waktu (Puslit Tanah dan Agroklimat, 2000 dalam Shultani

2008:12). Badan Litbang Departemen Pertanian mengategorikan lahan

kering sebagai lahan marjinal karena memiliki satu atau lebih

permasalahan seperti kondisi biofisik yang mencakup produktivitas tanah,

topografi berbukit (peka terhadap erosi), sumber daya air terbatas,

ketersediaan infrastruktur terbatas.

Budi daya komoditas pertanian pada lahan kering di dataran tinggi

dengan topografi berbukit sampai bergunung, terutama untuk tanaman

tegalan, tanaman pangan dan hortikultura yang intensif seperti di

Kecamatan Tretep mengandung resiko yang besar karena lahan seperti ini

sangat peka terhadap gangguan atau perubahan dari luar seperti

pengolahan tanah yang dilakuakan secara intensif dan hujan akan

menyebabkan erosi dan longsor yang mengakibatkan kerusakan lahan dan

lingkungan sekitarnya.

2. Tegalan

Tegalan adalah lahan pertaniaan tanah kering yang ditanami dengan

tanaman berumur pendek (semusim) secara permanen (Darmawijaya,

Page 22: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

9

1980 dalam Le Orde 2004:25). Tegalan di Kecamatan Tretep

dimanfaatkan untuk pertanian kering dengan jenis tanaman yang

didominasi oleh tanaman semusim seperti jagung, ketela, tembakau dan

sayuran.

3. Lahan Kritis

Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara

fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai

ekonomis. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari

kemampuan lahan tersebut (Romenah, 2007:8).

a Lahan kritis di pantai

Kawasan pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi

pengikisan pantai oleh gelombang laut (abrasi) yang kuat. Abrasi

dapat menyebabkan lapisan sediment (endapan) akan hancur dan

lenyap. Peristiwa ini terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka

dengan gelombang laut yang besar.

b Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah

Lahan kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya

genangan air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan yang

menutupi lapisan tanah yang subur. Genangan air terjadi karena

tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga waktu hujan

lebat terjadi banjir dan air menggenang.

Page 23: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

10

c Lahan Kritis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan

Lahan kritis di kawasan pegunungan terjadi akibat adanya

longsor, erosi atau soil creep (tanah merayap). Lapisan tanah yang

paling atas (top soil) terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan

sering merupakan batuan padas (Romenah, 2007:9).

B. Satuan Lahan

Satuan lahan (land unit) merupakan bagian lahan yang mempunyai

kualitas dan karasteristik tertentu sehingga dapat ditentukan batasnya pada

peta (FAO, 1979 dalam Sriyono 2007:63). Penggunaan satuan lahan

didasarkan pada beberapa faktor yang berpengaruh pada suatu lahan, faktor-

faktor tersebut meliputi jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lereng dan

penggunaan lahan.

C. Erosi

1. Proses Terjadinya Erosi

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian

tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain

(Arsyad, 1989:30). Proses erosi bermula dari panghancuran tanah sebagai

akibat pukulan air hujan yang mempunyai daya lebih besar dari pada daya

tahan tanah, hancuran partikel-partikel tanah yang menyumbat pori-pori

tanah mengakibatkan kapasitas infiltrasi tanah menurun sehingga air

mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (run off).

Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengakut

partikel-partikel tanah, jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak bisa

Page 24: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

11

mengangkut lagi bahan bahan hancuran maka bahan-bahan hancuran

tersebut akan diendapkan, dengan demikian ada tiga proses yang bekerja

secara berurutan dalam proses erosi diawali dengan penghancuran agregat

tanah, pengangkutan dan diakhiri dengan pengendapan.

2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Erosi

a. Curah Hujan

Curah hujan merupakan penyedia air secara alamiah intensitas

hujan yang besar menyebabkan bertambah pula partikel tanah yang

terlepaskan sebanding dengan energi kinetik yang dilepas, sehingga

partikel tanah yang terlepas semakin besar pula. Sistem klasifikasi

yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem klasifikasi menurut

Schmidt dan Ferguson.

Klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson didasarkan pada

nisbah rata-rata jumlah bulan kering, yaitu apabila curah hujan kurang

dari 60 mm, dan rata-rata jumlah bulan basah apabila curah hujan

lebih dari 100 mm dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah bulan kering rata - rata Q = X 100 %

Jumlah bulan basah rata rata

Page 25: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

12

Tabel 1. Penggolongan iklim menurut Schmidt dan Ferguson.

Tipe Iklim Nilai Q dalam % Keterangan A 0 ≤ Q < 0,143 Sangat Basah B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak Basah D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak Kering F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat kering H 7,000 ≤ Q Luar biasa Kering

Sumber : Schmidt dan Ferguson, 1951 dalam Handayani 2006:42.

b. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan dari berbagai golongan besar

partikel tanah dalam suatu masa tanah terutama perbandingan antara

fraksi liat lempung dan pasir (Suripin, 2001:42). Tekstur tanah

mempengaruhi proses perembesan air dan menghambat perakaran.

Tekstur tanah liat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi

apabila ditembus oleh akar tanaman dibandingkan dengan tanah yang

bertekstur pasir, demikian juga dalam meloloskan air tekstur liat lebih

sulit dari pada tekstur pasir.

c. Struktur Tanah

Struktur tanah berpengaruh pada peresapan air ke dalam tanah

bentuk struktur tanah yang membulat (granular, remah, gumpal

membulat) menghasilkan tanah dengan daya serap tinggi sehingga air

mudah meresap kedalam tanah, dan aliran permukaan menjadi kecil

sehingga erosi juga kecil. Struktur tanah yang mantap tidak akan

mudah hancur oleh pukulan-pukulan air hujan sehingga akan tahan

terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak mantap sangat

Page 26: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

13

peka terhadap pukulan butiran-butiran air hujan, menjadi butir-butir

halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya infiltrasi

terhambat dan aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga

akan meningkat.

d. Lereng (Kemiringan Lereng dan Panjang Lereng)

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang

menentukan karasteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua

faktor tersebut berperan besar pada proses erosi karena faktor tersebut

menentukan besarnya kecepatan dan volume air permukaan (Suripin,

2001:104). Kecuraman, panjang dan bentuk lereng semuanya

mempengaruhi laju aliran permukaan dan erosi. Semakin tinggi

tingkat kecuraman atau kemiringan lereng semakin tinggi pula

erosinya. Panjang lereng akan bepengaruh pada proses pengangkutan

tanah semakin panjang lereng semakin besar tanah yang tererosi.

Tabel 2. Kriteria Kecuraman Lereng.

Kode Kemiringan Keterangan A B C D E

0 - 3 % 3 – 8 % 8 – 15 % 15- 40 % > 40 %

Datar Landai Miring Terjal

Sangat Terjal

Sumber: Ananta Kusuma, 1987:98.

e. Kandungan Bahan Organik

Kandungan bahan organik dapat berupa mineral atau organik.

Kebanyakan bahan organik tanah berasal dari jaringan tanaman,

jaringan hewan atau produk tanaman lainya yang merupakan sumber

Page 27: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

14

nitrogen bagi tanah. Bahan organik tanah berperan penting dan

merupakan faktor kunci dalam berbagai proses biokimia dalam tanah

untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu bahan organik

juga mampu meningkatkan daya tanah menahan air (water holding

capacity) sehingga dapat menekan erosi.

f. Vegetasi

Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah, 1) Menghalangi air

hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga

kekuatan untuk menghancurkan tanah dapat dikurangi, 2)

Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi, 3)

Penyerapan air kedalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan)

melalui vegetasi, 4) Mempertahankan kemantapan kapasitas tanah

dalam penyerapan air (Badan Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Daerah Aliran Sungai , 2002:76).

Hutan pada bagian tanah yang ditumbuhi rumput paling efektif

dalam mencegah erosi karena daun-daunnya dan rumputnya rapat.

Untuk pencegahan erosi paling sedikit 70% tanah harus tertutup

vegetasi (Rauf Abdul, 2002:63).

g. Permeabilitas Tanah

Permebilitas tanah adalah cepat lambatnya air yang melalui

pori-pori mikro dan makro. Fungsi permebilitas adalah

menghilangkan daya air dalam mengerosi tanah permebilitas tanah

diukur berdasarkan laju kecepatan air yang merembes di dalam tanah

Page 28: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

15

dengan satuan yang umum digunakan adalah cm/jam. Apabila daya

infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah,

sehingga aliran permukaan kecil dan erosi juga kecil.

h. Pengelolaan Lahan atau Campur Tangan Manusia

Penggunaan lahan (land use) yaitu setiap bentuk intervensi

(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidupnya baik meteril maupun sepirituil. Penggunaan lahan

dapat dikelompokan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan

lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan

lahan pertanian dibedakan menjadi penggunaan lahan berdasarkan

atas penyediaan air dan penggunaan lahan untuk usaha komoditi

seperti padi, jagung, karet dan lainya (Sriyono, 2007:3).

Penggunaan lahan sangat berpengaruh pada lahan dalam

berbagai hal baik yang berdampak positif maupun yang berdampak

negatif pada kelestarian sumber daya lahan. Kepekaan tanah terhadap

erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau buruk.

Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam merupakan

pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya

penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh yang

jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.

Page 29: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

16

3. Jenis-jenis Erosi

a Pelarutan

Erosi pelarutan adalah proses pengikisan lahan oleh tenaga

kinetik air hujan yang terjadi pada daerah kapur atau karst. Erosi ini

banyak terdapat pada daerah-daerah dengan kondisi fisik berupa lahan

kapur atau Karst, seperti pada daerah Purwodadi dan Gunung Kidul

(Romenah, 2008:26).

b Erosi Percikan (Splash erosion)

Erosi ini terjadi karena gaya kinetik oleh air hujan yang yang

jatuh ke tanah yang mengakibatkan percikan pada tanah. Di daerah

yang berlereng, tanah yang terlempar tersebut umumnya jatuh ke

lereng dibawahnya (Kusuma Ananto, 1987:23).

c Erosi Lembar (Sheet erosion)

Erosi lembar adalah jenis erosi atau pemindahan tanah yang

terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang

paling atas kelapisan dibawahnya dan seterusnya. Erosi ini sepintas

tidak terlihat karena proses kehilangan tanah terjadi secara seragam,

tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat lapisan atas (top soil)

akan hilang (Suhendar Sholeh, 2007:26).

d Erosi Alur (rill erosion)

Proses erosi ini terjadi dimulai dari genangan-genangan kecil

setempat setempat pada suatu lereng, maka bila air dalam genangan

itu mengalir maka akan terbentuk alur-alur bekas aliran tersebut

Page 30: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

17

(Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Daerah Aliran

Sungai, 2002:10).

e Erosi Jurang (gully erosion)

Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur. Karena alur yang

terus menerus digerus oleh aliran air terutama pada daerah-daerah

yang banyak hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lebar

dengan aliran limpasan yang kuat. Alur- alur tersebut tidak bisa hilang

dengan pengolahan tanah yang biasa.

f Erosi Parit (chanel erosion)

Parit-parit yang besar sering mengalir lama setelah hujan

berhenti. Aliran dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau

dinding-dinding tebing parit dibawah permukaan air, sehingga tebing

diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala meander dari

aliran dapat meningkatkan pengikisan tebing ditempat tempat tertentu.

(Suhendar Sholeh, 2007:28).

g Longsor

Longsor terjadi karena gaya gravitasi, biasanya karena biasanya

dibagian bawah tanah terdapat lapisan licin dan kedap air seperti

batuan liat. Dalam musim hujan tanah di atasnya menjadi jenuh air

sehingga berat dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin

tersebut sebagai tanah longsor (Suhendar Sholeh, 2007:30).

Page 31: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

18

D. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

Usle adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi

dalam jangka waktu yang panjang dari erosi lembar atau alur dibawah

keadaan tertentu, Usle dapat di aplikasikan pada lahan pertanian maupun

lahan non pertanian. Usle dikembangkan di National Runoff and soil loss data

centre di Amerika. Perkiraan erosi metode USLE menggunakan enam

variabel sebagai berikut :

A = R.K.LS.C.P

(Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86).

A = banyak tanah yang tererosi (ton/ha/th) R = erosivitas hujan (kj/ha/cm) K = indeks erodibilitas tanah (kj/ton) LS = indeks panjang dan curam lereng C = indeks vegetasi P = indeks konservasi lahan

Metode USLE dapat digambarkan secara sekematis sebagai berikut:

A = R K LS P C

Gambar 1. Skema Persamaan USLE (Arsyad, 1989:250).

Besarnya erosi yang akan terjadi

sebagai fungsi

Hujan

Energi

Kekuatan perusak (hujan)

Potensi erosi lahan

Sifat tanah Pengelolaan

Pengelolaan lahan Pengelolaan

tanaman

Page 32: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

19

1. Erosivitas Hujan (R)

Erosivitas hujan adalah kemampuan hujan dalam menimbulkan

erosi tanah. Erosivitas ini merupakan fungsi dari sifat fisisk hujan seperti

jumlah atau curah hujan, lama hujan, intensitas hujan, ukuran butir-butir

hujan dan kecepatan jatuh air hujan. Erosivitivitas hujan (R) yaitu jumlah

suatu indeks erosi hujan dalam setahun dapat ditentukan dengan

persamaan sebagai berikut

R = ∑n

i

xEI 100/

(Sumber : Chay Asdak, 2004:346)

Keterangan :

R = Erosivitas hujan adalah kempuan energi hujan dalam mengerosi

tanah, merupakan gabungan dari beberapa variabel yaitu jumlah hujan,

lama hujan, intensitas hujan dan ukuran butir hujan. Erosivitas hujan

dalam satuan (Kj/Ha/Cm).

n = Jumlah kejadian hujan dalam satu tahun, yaitu banyaknya hari hujan

atau kejadian hujan dalam satu tahun.

x = Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan dalam perhitungan,

paling sedikit digunakan data curah hujan selama sepuluh tahun.

EI30 adalah interaksi energi dengan interaksi maksimum selama 30

menit, E adalah energi kinetik selama periode hujan dalam satuan

ton/meter/hektar. I30 adalah intensitas hujan maksimum 30 menit dalam

Cm/Jam, biasanya dinyatakan sebagai indeks potensial erosi hujanatau

indeks erosi hujan.

Page 33: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

20

EI30 = 6,12(RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAX P)0,53

(Sumber : Chay Asdak, 2004:347)

Keterangan :

EI30 = Erosivitas hujan rata rata tahunan.

RAIN = Curah hujan bulanan.

DAYS = Jumlah hari hujan per bulan.

MAX P = Hujan maximum harian (24 jam) dalam bulan yang

bersangkutan.

2. Erodibilitas Tanah (K)

Erodibilitas tanah merupakan rata rata karasteristik tanah dan

respon tanah terhadap hujan dalam jangka panjang. Erodibilitas digunakan

untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka panjang.

K = {2,71x10-4(12-OM)M1,14+3,25(S-2)+2,5(P-3)/100}

(Sumber : Chay Asdak, 2004:352)

Keterangan :

OM = Unsur Organik

S = Kode Struktur Tanah

P = Permeabilitas Tanah

M = ( % debu+pasir halus)x (100-liat)

Tabel 3. Nilai Struktur Tanah

No Kelas struktur tanah ukuran diametear Harkat 1 2 3 4

Granular sangat halus Granular halus

Granular sedang sampai kasar Gumpal, lempeng, pejal

1 2 3 4

Sumber: Arsyad,1989:252.

Page 34: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

21

Tekstur tanah adalah perbandingan dari berbagai golongan besar

partikel tanah dalam suatu masa tanah terutam perbandinagn antara fraksi

liat lempung dan pasir (Aziz Sultani, 2008:24). Tekstur tanah

mempengaruhi proses perembesan air dan menghambat perakaran.

Tekstur tanah liat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi apabila

ditembus oleh akar tanaman dibandingkan dengan tanah yang bertekstur

pasir, demikian juga dalam meloloskan air tekstur liat lebih sulit dari pada

tekstur pasir.

Tabel 4. Nilai Tekstur atau Ukuran Butir (M) Untuk Digunakan Dalam Rumus Hammer.

No Kelas tekstur (USDA) Nilai M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Liat berat Liat sedang Liat berpasir Liat ringan Lempung liat berpasir Liat berdebu Lempung liat Pasir Lempung berpasir Lempung liat berdebu Lempung pasir berdebu Lempung Lempung berdebu Debu

210 750 1213 1685 2160 2830 2830 3035 3245 3770 4005 4390 6330 8245

Sumber: Hammer 1979 dalam Sari Kumala, 2003:3.

Bahan organik tanah berperan penting dan merupakan faktor kunci

dalam berbagai proses biokimia dalam tanah untuk mendukung

pertumbuhan tanaman. Selain itu bahan organik juga mampu

meningkatkan daya tanah menahan air (water holding capacity) sehingga

dapat menekan erosi.

Page 35: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

22

Tabel 5. Kelas Kandungan Bahan Organik (USDA, 1951)

No Kelas Prosentase Harkat 1 2 3 4 5

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat tinggi

< 1 1 – 2

2,1 – 3 3,1 – 5

> 5

0 1 2 3 4

Sumber : Sahuleka Welhemus, 1993:71.

Permeabilitas tanah adalah cepat lambatnya air yang melalui pori

pori mikro dan makro. Fungsi permebilitas adalah menghilangkan daya air

dalam mengerosi tanah permeabilitas tanah diukur berdasarkan laju

kecepatan air yag merembes di dalam tanah dengan satuan yang umum di

gunakan adalah cm/jam. Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air

mudah meresap ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil dan erosi

juga kecil.

Tabel 6. Permeabilitas Tanah Dapat Di Klasifikasikan Sebagai Berikut:

No Kriteria Kelas kecepatan permebilitas tanah

Harkat

1 2 3 4 5 6

Sangat lambat Lambat

Lambat sampai sedang Sedang

Sedang sampai cepat Cepat

< 0,5 cm/jam 0,5-2,0 cm/jam 2,0-6,3 cm/jam

6,3-12,7 cm/jam 12,7-25,4 cm/jam

> 25,4 cm/jam

6 5 4 3 2 1

Sumber : Arsyad, 1989:252.

3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Variabel panjang lereng dan kemiringan lereng dihitung dengan

langsung memasukan data panjang lereng dan kemiringan lereng kedalam

persamaan sebagai berikut :

Page 36: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

23

LS = (√x) x (0,0138 + 0,00965(S) + 0,00138(S2)

(Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989:253).

Keterangan.

LS = Indeks panjang dan kemiringan lereng

X = Panjang lereng dalam meter (m)

S = Kemirinngan lereng dalam persen (%)

4. Faktor Tanaman ( C )

Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara

kehilangan tanah dari lahan yang diusahakan untuk pertanian dengan suatu

sistem pengolahan terhadap kehilangan tanah dari lahan yang terus

menerus diolah tetapi tanpa pertanaman di atas jenis tanah, topografi, dan

kondisi lingkungan yang sama.

Tabel 7. Nilai Faktor C Untuk Beberapa Faktor Pengelolaan

Jenis pengelolaan pertanaman Nilai C tahunan

Tanah terbuka tanpa tanaman Hutan alami Hutan produksi Semak belukar / padang rumput Perkebunan / kebun campur Tegalan (tidak di sepesifikasi) Pasang rumput Ubi kayu Jagung Kedelai Kentang Kacang tanah Tebu Pisang Alang alang murni Tembakau

1 0,001 0,5 0,3 0,2 0,7

0,02 0,8 0,7

0,399 0,4 0,2 0,2 0,6

0,001 0,7

Sumber : Arsyad, 1989:258 dan Deptan, 2006.

Page 37: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

24

5. Tindakan Pengelolaan Tanah

Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi

lebih baik atau buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam

merupakan pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi.

Sebaliknya penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan

pengaruh yang jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.

Tabel 8. Nilai Faktor P Pada Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah

Teknik konservasi Nilai P Tanpa tindakan konservasi 1,00 Semak belukar

a. Tak terganggu b. Sebagian rumput

0,01 0,10

Kebun/kerkebunan campuran a. Penutup tanah sempurna b. Penutup tanah sebagian

0,01 0,07

Tegalan a. Teras tradisional b. Teras bangku baik c. Teras bangku jelek

0,40 0,20 0,35

Sumber : Abdurachman dkk, 1984 dalam Chay Asdak.

6. Kelas Tingkat Bahaya Erosi

Perkiraan erosi rata-rata tahunan dan kedalaman tanah

dipertimbangkan dalam penentuan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada

setiap satuan lahannya kelas TBE diberikan pada tiap satuan lahan dengan

menggunakan informasi kedalaman tanah dan perkiraan erosi tahunan dari

USLE. Kelas TBE ditentukan dengan menggunakan matriks seperti tabel

berikut.

Page 38: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

25

Tabel 9. Kelas Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Solum Tanah (Cm) Erosi (ton/ha/tahun) < 15 15 -60 60 -180 180 – 480 > 480

Dalam > 90 SR 0

R I

S II

B III

SB IV

Sedang 60 – 90 R I

S II

B III

SB IV

SB IV

Dangkal 30 –60 S II

B III

SB IV

SB IV

SB IV

Sangat dangkal < 30 B III

SB IV

SB IV

SB IV

SB IV

Sumber : (Debhut, 1998)

Keterangan :

SR : Sangat Rendah R : Rendah S : Sedang B : Berat SB : SangatBerat

E. Konservasi Lahan

Konservasi adalah pemeliharaan, penyelamatan , pengawetan, dan

perlindungan (Burhani, 2002:310). Konservasi Lahan adalah upaya untuk

mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya guna lahan sesuai

dengan peruntukanya (Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,

1998).

Penerapan teknik konservasi lahan bertujuan untuk peningkatkan

produksi dan pemanfaatan lahan semaksimal mungkin dalam jangka panjang

untuk mencegah kerusakan lahan dan menjaga kelestarian sumberdaya lahan

(Hermawan et.al, 1995:35). Konservasi lahan dilakukan agar energi perusak

(butir butir hujan dan aliran permukaan) dapat dikurangi sekecil mungkin

sehingga tidak merusak dan agregat tanah lebih tahan terhadap pukulan butir

Page 39: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

26

hujan dan aliran permukaan agar sumber daya lahan tetap terjaga

kelestarianya.

Menurut Morgan (1979) ada tiga metode dalam melakukan konservasi

lahan.

1. memperbaiki dan menjaga tanah agar tahan terhadap penghancuran dan

pengangkutan serta lebih besar daya resap airnya.

2. Menutup tanah dengan tanaman atau sisa tumbuhan agar tanah terlindung

dari pukulan butiran hujan yang jatuh.

3. Mengatur aliran permukaan senhingga aliran prmukaan mengalir dengan

kekuatan yang tidak merusak.

Tindakan konservasi lahan didasarkan pada prinsip prinsip 1)

Memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga lapisan permukaan tanah

tahan terhadap pengaruh tumbukan butir butir hujan, 2) Memperbesar

kapasitas infiltrasi tanah sehingga daya rusak dan daya hanyut aliran

permukaan terhdap partikel partikel tanah dapat di perkecil atau diresudir

(Kartasapoetra1985:45).

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka usaha konservasi lahan atau

usaha pengawetan lahan dapat dilakukan dengan dengan teknologi atau

dengan cara sebagai brikut:

a. Vegetatif.

Teknik konservasi secara vegetatitf adalah pengelolaan tanaman

dengan sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran

permukaan (Kusuma Ananta, 1987:118).

Page 40: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

27

b. Fisik atau Mekanis.

Konservasi lahan fisik atau mekanis adalah Konservasi lahan yang

dilakukan dengan membuat bangunan atau wahana yang dibuat dalam

bentuk bangunan sipil teknis seperti penerasan, pembuatan guludan-

guludan, saluran pembuangan limpasan, dam pengendali dan lainya. secara

mekanis pada dasarnya bertujuan 1) Memperkecil aliran permukaan

sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak, 2) Menampung

dan menyalurkan aliran permukaan pada bangunan tertentu atau lahan

pertanian yang telah disiapkan.

Usaha konservasi lahan atau pengawetan lahan dapat dilakukan

dengan cara teknis mekanis namun cara teknik ini membutuhkan biaya

yang besar dibanding denagan cara vegetatif, karena menyangkut

pembuatan prasarana seperti.

1) Pembuatan jalur-jalur bagi pengaliran air dari tempat tertentu

ketempat-tempat pembuangan (water ways).

2) Pembuatan teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air

terhambat sehingga daya angkut atau daya hanyutnya berkurang.

3) Pembuatan selokan dan parit atau korak-korak pada tempat-tempat

tertentu (saluran pembuangan air).

4) Melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar dengan

garis kontur.

5) Pembuatan saluran pembuangan pengendali (chek dam) yang

berfungsi sebagai pengendali sedimentasi.

Page 41: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

28

c. Kimiawi.

Konservasi cara kimia dalam usaha pengawetan lahan adalah dengan

memanfaatkan Soil Conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah

bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan resisten

terhadap erosi , tindakan pemupukan dapat memperkaya bahan organik

dan pengapuran dapat meningkatkan pH tanah (Kartasapoetra, 1985:72).

Melakukan konservasi lahan idealnya dilakukan sedini mungkin jika

terjadi kerusakan lahan, tetapi mempertimbangkan biaya, waktu, tenaga

dan faktor lainya maka konservasi lahan dilakukan dengan analisis terlebih

dahulu pada lahan mengenai jenis dan tingkat kerusakan lahan yang terjadi

kemudian melakuakan prioritas konservasi menurut tingkat kerusakan

lahan.

F. Prioritas Konservasi

Konsevasi lahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan

menyeluruh bersama jika pada suatu lahan terindikasi kerusakan (erosi) tetapi

untuk melakukan itu harus mempertimbangkan faktor biaya, waktu dan

tenaga, untuk mensiasati ketiga faktor kendala seperti di atas maka dilakukan

prioritas konservasi dengan tujuan dapat memberikan informasi dan gambaran

daerah yang memerlukan konservasi berdasarkan kelas kerusakanya akibat

erosi. Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi.

Page 42: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

29

1. Prioritas I

Prioritas Konservasi I diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas

tingkat bahaya erosi sangat berat dan harus secepatnya dilakukan tindakan

konservasi secepatnya untuk mengurangi erosi tanah dan kerusakan lahan

yang lebih parah lagi.

2. Prioritas II

Prioritas Konservasi II diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas

tingkat bahaya erosi berat dan harus mendapat perhatian yang serius agar

tidak terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi.

3. Prioritas III

Prioritas Konservasi III diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas

tingkat bahaya erosi sedang dan harus mendapat perhatian yang serius

agar sumber daya lahan tetap lestari dan tidak terjadi kerusakan lahan

yang lebih parah lagi yang merugikan manusia.

4. Prioritas IV

Prioritas Konservasi IV diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas

tingkat bahaya erosi ringan. Hal yang dilakukan adalah melakukan

pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lahan akibat erosi dengan

melakukan pengelolaan lahan sesui dengan prinsip-prinsip konservasi

lahan

Page 43: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah seluruh penggunaan lahan tegalan

yang ada di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Pada penelitian ini

hanya dilakukan pada penggunaan lahan tegalan saja dengan alasan karena

pada lahan tegalan pengelolaan lahan dilakukan intensif sehingga lahan

menjadi terbuka pda kondisi seperti ini jika terkena air hujan akan

mempercepat erosi.

B. Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang

mewakili populasi (Pandudu Tika, 2005). Pengambilan sampel menggunakan

metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan

tujuan tertentu. Pada penelitian ini sampel diambil hanya pada penggunaan

lahan tegalan karena tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelas tingkat

bahaya erosi pada lahan kering tegalan, sampel diambil dibedakan

berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan, lereng dan jenis tanah.

C. Variabel Penelitian

1. Besarnya Erosi yang Mencakup Sub Variabel

a. Erodibilitas tanah, merupakan rata-rata karasteristik tanah dan respon

tanah terhadap hujan dalam jangka panjang, erodibilitas tanah

Page 44: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

31

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu permeabilitas tanah, kandungan

bahan organik, struktur dan tekstur tanah.

b. Erosivitas hujan, adalah kemampuan hujan dalam menimbulkan erosi

pada tanah. Erosivitas hujan merupakan fungsi dari sifat fisik hujan

seperti jumlah hujan, lama hujan, intensitas hujan, ukuran butir hujan

dan kecepatan jatuh air hujan.

c. Pengelolaan lahan dan konservasi lahan, adalah campur tangan

manusia dalam kaitanya dengan pemanfaatan atau penggunaan lahan.

2. Arahan konservasi yang menyangkut

a. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Kering Tegalan.

b. Prioritas Konservasi Pada Lahan Kering Tegalan.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi data Sekunder

dengan mengumpulkan data-data dari dokumen dokumen atau catatan

lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

2. Metode Pengukuran dan Pengamatan

Pengukuran dilakukan langsung di lapangan untuk memperoleh data

solum tanah, jenis vegetasi dan tindakan konservasi lahan. Untuk panjang

dan kemiringan lereng diukur menggunakan peta kontur.

Page 45: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

32

E. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau didapatkan dengan cara

pengamatan atau pengukuran langsung di lapangan. Data primer pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. lereng

Faktor lereng meliputi panjang lereng dan kecuraman lereng yang

diukur dengan menggunakan meteran dan clino meter.

b. Pengelolaan tanaman

Data pengelolaan tanaman ini diperoleh dari pengamatan langsung di

lapangan dan wawancara langsung dengan penduduk sekitar atau

penggarap lahan mengenai sistem pengelolaan lahan yang dilakukan.

c. Tindakan konservasi

Data tindakan atau jenis konservasi diperoleh dari pengamatan

langsung di lapangan pada lokasi sampel.

d. Solum tanah

Pengukuran dilakukan dengan melakukan pengukuran dilapangan

dengan menggunakan bor tanah.

e. Erodibilitas tanah

Data ini diperoleh berdasarkan pengamatan di lapangan, uji

laboratorium dan analisa terhadap sampel yang telah diperoleh.

Page 46: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

33

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di dapatkan dari sumber-sumber lain

seperti data kependudukan, peta-peta, data curah hujan dan lain-lain. Data

sekunder pada penelitian ini meliputi.

a. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar 1408-531

Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar tahun 2000.

b. Peta Kontur Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Lembar 1408-531

Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar Tahun 2000.

c. Peta Penggunaan Lahan Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Lembar

1408-531 Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar Tahun 2000.

d. Peta Jenis Tanah Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000

BAPPEDA Temanggung Tahun 2006.

e. Peta Geologi Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000 BAPPEDA

Temanggung Tahun 2006.

f. Data Curah Hujan Stasiun Hujan No 65 Kecamatan Tretep dari Tahun

1993 – 2008.

g. Data Monografi Kecamatan Tretep Tahun 2009.

F. Peralatan Penelitian

1. Seperangkat komputer .

Komputer yang digunakan Pentium IV, RAM 512 Mb, Hardisk 80 Gb,

digunakan untuk mengolah data dan pengetikan skripsi.

Page 47: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

34

2. GPS.

GPS pada penelitian ini digunakan untuk menentukan atau mengetahui

letak sampel di lapangan.

3. Software Arc View 3.3.

Software Arc View 3.3 digunakan untuk mengolah dan membuat peta

tingkat bahaya erosi dan peta prioritas konservasi.

4. Kamera Digital.

Kamera digital digunakan untuk mengambil dokumentasi yang

diperlukan.

5. Alat tulis.

Alat tulis digunakan untuk mencatat dan menulis hasil penelitian di

lapangan untuk mempermudah pemrosesan data berikutnya.

6. Kantong plastik

Kantong Plastik digunakan untuk pengambilan sampel tanah

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

deskriptif kuantitatif dan kualitatif karena penelitian ini merupakan penelitan

modifikasi analisis data dapat dilakukan dengan metode kualitatif, kuantitatif

atau gabungan dari keduanya.

1. Analisis Tingkat Bahaya Erosi

Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan menghitung dugaan

hilangnya tanah yang tereosi dalam ton/hektar/tahun dengan persamaan

USLE, kemudian mencocokanya dengan kedalam solum tanah dan

dibandingkan dengan tabel kelas tingkat bahaya erosi untuk menentukan

kelas tingkat bahaya erosi.

Page 48: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

35

Persamaan USLE Wischmeir dan Smith (1978).

A = R x K x LS x C x P

(Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86).

Keterangan :

A = Jumlah Tanah yang Hilang (Ton/Ha/Th). R = Indeks Erosivitas Hujan Bulanan (KJ/Ha/Cm). K = Indeks Erodibilitas Tanah (Ton/Kj). LS = Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng. C = Indeks Pengelolaan Tanaman. P = Indeks Konservasi/Campur Tangan Manusia.

2. Analisis Prioritas Konservasi

Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas tingkat bahaya

erosi. Kelas tingkat bahaya erosi sangat berat mendapatkan prioritas

pertama artinya segera untuk dilakukan konservasi lahan dan meningkat

berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi pada lahan tegalan. Tabel prioritas

konservasi disajikan pada Tabel 10

Tabel 10. Prioritas Konservasi

No Kelas Tingkat Bahaya Erosi Prioritas Konservasi 1 SB I (pertama) 2 B II (kedua) 3 S III (ketiga) 4 R IV (ke empat) 5 SR V (ke lima) Sumber : Departemen kehutanan,1998.

Keterangan

SR : Sangat Rendah R : Rendah S : Sedang B : Berat SB : Sangat Berat

Page 49: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

36

Peta Topografi Skala 1 : 25 000

Peta Penggunaan Lahan skala 1: 25 000

Peta lerengSkal 1 : 25000

Peta Jenis Tanah Skala 1 : 150. 000

Peta GeologiSkal 1 : 150.000

Pengamatan lapangan

Data Primer • Kemiringan lereng • Panjang lereng • Penutup lahan • Tindakan

konservasi • Erodibilitas tanah

Data sekunder • Data curah hujan • Monografi

Digram Alir Penelitian

Peta Satuan Lahan skala 1 : 50.000

Sampel satuan lahan

Proses, klasifikasi dan analisa data

Peta Tingkat Bahaya Erosi

Klasifikasi kelas prioritas konservasi

Peta Arahan Konservasi

Keterangan: Input Data Output Data Proses SIG Pengelolaan

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Page 50: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang akan dibahas meliputi gambaran umum, satuan

lahan, persebaran sampel tanah, variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat

bahaya erosi, dan hasil perhitugan erosi dengan metode USLE dan memberi

arahan konservasi pada lahan kering tegalan.

1. Gambaran Umum

d. Lokasi

Secara astronomis daerah penelitian terletak pada 07013’30”-

07007’30” LS dan 109056’30”-110001’30” BT (Peta Administrasi

Tretep). Secara administrasi Kecamatan Tretep terletak di Kabupaten

Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi dari

Kecamatan Tretep adalah sebagai berikut Sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Bejen dan Kabupaten Kendal, Sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Candiroto, Sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Wonoboyo, Sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Wonosobo.

Luas Kecamatan Tretep 3.721,661 Ha terdiri dari 11 Desa yaitu

Simpar, Campurejo, Bendungan, Tretep, Tlogo, Donorejo,

Nglarangan, Sigedong, Bonjor, TempelSari, Bojong.

Page 51: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

38

Page 52: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

39

e. Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat dihitung

dalam jangka waktu yang lama. Faktor yang mempengaruhi iklim

adalah hujan, radiasi matahari dan evapotranspirasi. Kondisi iklim

akan berpengaruh pada proses erosi. Variabel iklim yang akan di

hitung dan di analisis pada penelitian ini adalah curah hujan dan tipe

iklim.

Curah hujan merupakan salah satu variabel iklim yang

berpengaruh pada proses terjadinya erosi, curah hujan yang

intensitasnya tinggi akan mempercepat proses penghancuran agregat

tanah dan memperbesar aliran permukaan yang mengakibatkan erosi

tanah dalam jumlah yang besar (Le orde 2008:43).

Curah hujan pada daerah penelitian dihitung berdasarkan data

curah hujan di lapangan yang diperoleh dari stasiun hujan No 65

Kecamatan Tretep yang terletak pada 1.200 meter di atas permukaan

air laut. Data yang di gunakan adalah jumlah hari hujan dan data hujan

bulanan. Data hujan bulanan digunakan untuk melihat banyaknya hari

hujan, Fluktuansi curah hujan bulanan dan besarnya curah hujan

bulanan maksimum yang terjadi dan digunakan untuk menghitung

erosivitas hujan bulanan.

Untuk menghitung besarnya erosivitas hujan digunakan data

hujan minimal sepuluh tahunan. Data curah hujan yang digunakan

Page 53: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

40

pada penelitian ini adalah data hujan selama 16 tahun dari tahun 1993-

2008.

Klasifikasi iklim pada lokasi penelitian didasakan pada

klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson dengan menentukan besarnya

nilai Q (Qoutlet) yang merupakan perbandingan rata-rata bulan kering

dengan rata-rata bulan basah. Besarnya nilai Q ditentukan berdasarkan

persamaan:

100%x basahbulan rata-ratakeringbulan rata-rataQ =

Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan bulananya

> 100 mm, bulan kering adalah bulan yang curah hujan bulananya <

60 mm dan bulan yang curah hujan bulananya antara 60 – 100 mm

disebut bulan lembab.

Hasil klasifikasi iklim lokasi penelitian menurut Schmidt dan

Ferguson menggunakan data hujan bulanan Kecamatan Tretep dari

tahun 1993-2008, dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 54: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

41

Tabel 11. Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab.

Tahun Bulan Basah Bulan Kering Bulan Lembab 1993 8 2 2 1994 6 6 0 1995 9 3 0 1996 8 3 1 1997 6 5 1 1998 10 1 1 1999 8 4 0 2000 9 2 1 2001 10 2 0 2002 7 3 1 2003 8 2 2 2004 8 2 1 2005 10 1 1 2006 5 7 0 2007 8 3 1 2008 8 3 1

Rata-rata 8 3,06 0,81 Sumber : Hasil Analisis Data Hujan Kecamatan Tretep tahun 1993-

2008.

Berdasarkan Tabel 11, nilai Q dapat dihitung sebagai berikut:

100%x basahbulan rata-ratakeringbulan rata-rataQ =

% 38,25 Q

100% X8

3,06Q

=

=

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah

penelitian masuk dalam golongan tipe iklim C agak basah dengan

nilai Q 38,25 %, dengan ciri-ciri iklim bervegetasi hutan rimba

diantaranya terdapat jenis-jenis vegetasi berdaun gugur pada bulan

kemarau.

Page 55: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

42

12

700 % ra

ta-r

ata

jum

lah

bula

n ke

ring

11

10 H 300%

9 G

8 167%

7 F100%

6 E

5 D 60%

4

33,3%

3

C

Tipe C

2

B

14,3%

1

A

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

rata-rata jumlah bulan basah

Gambar 4. Pembagian wilayah iklim berdasarkan rata-rata jumlah bulan kering

dan rata-rata jumlah bulan basah. (Sumber : Schmidt dan Ferguson dalam Handayani, 2006:41).

a. Topografi

Kondisi Topografi daerah penelitian berupa dataran landai,

perbukitan sampai pegunungan berlereng terjal dengan kemiringan

lereng bervariasi antara 0 - > 40%. Berdasarkan peta Rupa Bumi

Indonesia Skala 1 : 25.000 dan cek lapangan daerah penelitian dibagi

menjadi lima kelas lereng dengan klasifikasi lereng kelas datar (kelas

I), Landai (kelas II), miring (kelas III) terjal (kelas IV) dan sangat

Page 56: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

43

curam (kelas V) derah yang paling luas adalah daearah dengan kelas

kemiringan lereng 8-15 %. Peta disajikan pada Gambar 5.

Tebel 12. Kelas Lereng Kecamatan Tretep

No Kelas Klasifikasi Keterangan Luasan (Ha)

Persentase (%)

1 I Datar 0 – 3 % 195,040 5,24 2 II Landai 3 – 8 % 450,684 12,10 3 III Miring 8 – 15 % 1.960,769 52,11 4 IV Terjal 15 – 40 % 730,868 19,63 5 V Sangat Terjal > 40 % 384,274 10,32

Luas Total 3721,662 100 Sumber : Analisis Peta Lereng Kecamatan Tretep.

b. Penggunaan Lahan

Jenis penggunaan lahan pada lokasi penelitian dibedakan

menjadi tegalan, sawah, pemukiman, kebun, dan hutan (Peta Rupa

Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 lembar Ngadirejo dan Kejajar). Pada

penelitian Analisis Tingkat Bahaya Eosi ini dibatasi hanya pada

penggunaan lahan tegalan saja sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

mengetahui tingkat bahaya erosi dan memberi arahan prioritas

konservasi pada lahan kering tegalan.Berdasarkan peta pengunaan

lahan diperoleh luas penggunaan lahan dan persentasenya di sajikan

pada Gambar 6 dan Tabel 13.

Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan dan Persentasenya

Jenis Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase Tegalan 2.650,606 71,22 Sawah 48,801 1,31

Pemukiman 208,439 5,60 Hutan 318,774 8,59

Perkebunan/kebun 495,037 13,30 Jumlah Total 3721,657 100

Sumber : Analisis Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Tretep.

Page 57: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

44

Page 58: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

45

Page 59: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

46

c. Jenis Tanaman Tegalan

Jenis tanaman tegalan di kecamatan Tretep didominasi oleh

Jagung, tembakau dan sayuran, dalam satu tahun untuk jenis tanaman

tembakau satu kali panen pada bulan juli-agustus dan tanaman jagung

dalam satu tahun panen dapat di panen tiga kali.

Untuk tanaman tegalan lainya seperti ketela pohon, ubi jalar,

kimpul, dan kacang tanah hanya ditanam sebagai tanaman larikan atau

sebagai tanaman pelengkap. Budidaya bercocok tanam dengan jenis

tanaman seperti di atas telah dilakukan secara turun menurun dan

dilakukan dengan teknik pengelolaan sederhana tanpa diimbangi

tindakan konservasi lahan yang baik.

Data jenis tanaman ini diperoleh degan pengamatan langsung di

lapangan yang di cocokan dengan penggunaan lahan tegalan di

Kecamatan Tretep. Di sajikan Gambar 7.

Tabel 14. Jenis Tanaman Tegalan

Tanaman Tegalan Luas (ha) Persentase (%) Jagung 1.820,371 68,72

Tembakau 227,940 8,60 Kentang 600,540 22,60

Jumlah Total 2.648,851 100 Sumber : Analisis Peta Jenis Tanaman Tegalan di Kecamatan Tretep.

Page 60: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

47

Page 61: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

48

d. Tanah

Tanah adalah akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas

menduduki sebagiaan besar permukaan bumi yang mampu

menumbuhkan tanaman dan mempunyai sifat-sifat sebagai akibat

pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak tehadap bahan induk

dalam keadaan relief tertentu ( Noorhadi, 1993:16).

Tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan selama beribu

bahkan berjuta tahun lalu, dimana lapisan tanah yang telah matang

(solum) terdiri dari zat padat, cair dan gas. Pada daerah penelitian

terdapat dua jenis tanah yaitu Latosol Coklat dan Latosol Merah

Kekuningan (Peta Tanah Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000

BAPPEDA Temanggung 2006). Tanah Latosol Coklat terdapat pada

sebagian besar wilayah Kecamatan Tretep dan tanah Latosol Merah

Kekuningan terdapat di bagian utara Kecamatan Tretep yaitu Desa

Tlogo Peta jenis Tanah disajikan pada Gambar 8, dengan luasan

sebagai berikut :

Tabel 15. Jenis Tanah di Kecamatan Tretep

No Jenis Tanah Luasan (ha) Persentase (%) 1 Latosol Coklat 343,967 9,24 2 Latosol Merah Kekuningan 3.377,693 90,75

Luasan Total 3721,660 100 Sumber : Analisis Peta Jenis Tanah Kecamatan Tretep.

Page 62: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

49

Page 63: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

50

e. Geologi

Secara fisiografi Pulau Jawa di kelompokan menjadi 2 zone

yaitu zone utara dan zone selatan, zone selatan merupakam zone

planteu, zone tengah merupakan zone gunung api sedangkan zone

utara merupakan zone lipatan (Handayani, 2001:20).

Secara umum Kabupaten Temanggung terbagi kedalam dua

aktivitas geologi yaitu wilayah yang berupa bahan vulkanik

intermedier yang banyak ditemukan di wilayah Gunung Sumbing,

Sindoro, Butak, Juranggrawah dan Telomoyo membentuk lahan

dengan tanah yang subur dan wilayah yang yang diliputi oleh bahan

sedimen tua banyak ditemukan di timur, timur laut dan utara yang

membentuk lahan dengan kesuburan dan produtivtas tanah rendah

(RTRW Temnaggung, 2006:3-4).

Bagian barat daya, barat dan barat laut Kabupaten Temanggung

banyak dipengaruhi oleh aktivitas gunung api vulkanisme muda,

bagian barat daya terdapat vulkan sumbing (Qsm) berumur holosen

tersususn atas aktivitas lava dan endapan lahar andesit, augit dan

olivin. Pada bagian barat terdapat vulkan Sindoro (Qsu) yang

berumur relatif lebih muda. Pada lokasi penelitian KecamatanTretep

merupakan bentukan dari Formasi Kaligetas (Qpkg) berumur

pleistosen dan merupakan bagian komplek dari penggunungan Dieng.

Peta disajikan pada Gambar 9.

Page 64: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

51

Tabel 16. Formsi Geologi di Kecamatan Tretep Tahun

No Formasi Geologi Luasan (ha) Persentase 1 Kali getas 3.635,759 97,69 2 Gunung Api Jembang 85,90 2,30

Luasan Total 3.721,660 100 Sumber : Analisis Peta Geologi Kecamatan Tretep.

f. Kependudukan

Kecamatan Tretep dibagi menjadi 11 Desa yaitu Simpar,

Bendungan, Tretep, Donorejo, Campurejo, Tlogo, Sigedong,

Nglarangan, Bojong, Tempelsari dan Donorejo dengan luas wilayah

3.721,661 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Tretep dalah 2.0134 jiwa

terdiri dari 10.294 laki-laki dan 9.840 perempuan. Mata pencaharian

penduduk setempat mayoritas bekerja di sektor pertanian baik sebagai

petani pemilik maupun buruh, mata pencaharian lain adalah Swasta,

buruh banggunan dan PNS.

Tabel 17. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharianya

Desa Petani PNS Swasta Buruh Tretep 460 14 36 920

Donorejo 817 2 14 110 Nglarangan 150 1 5 425 Sigedong 361 0 0 147 Bonjor 300 2 7 190

Tempelsari 760 1 32 195 Campurejo 3128 2 43 436

Bojong 1341 2 46 10 Bendungan 2017 16 28 170

Simpar 850 5 51 225 Tlogo 617 2 13 16 Jumlah 1.0801 47 275 2844

Sumber: Data Monografi Kecamatan Tretep Tahun 2009.

Page 65: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

52

Page 66: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

53

2. Satuan Lahan

Satuan Lahan merupakan bagian dari lahan yang dapat dibatasi

pada peta dan memiliki karasteristik atau kualitas tertentu. Satuan lahan

merupakan pemetaan terkecil yang disusun berdasarkan formasi geologi,

kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Satuan lahan

digunakan sebagai satuan analisis untuk mendapatkan karasteristik fisik

daerah penelitian yang selanjutnya digunakan untuk analisis setiap

variabel yang mempengaruhi proses erosi dan digunakan untuk

perencanaan konservasi lahan sesuai dengan karasteristik satuan lahan.

(FAO, 1976 dalam Noorhadi 2004:15 dan Tim Evaluasi Konservasi lahan

UGM, 2005 : 87). Dari hasil overlay peta geologi, peta jenis tanah, peta

lereng dan penggunaan lahan pada daerah penelitian terdapat 28 satuan

lahan disajikan pada Tabel 18.

Parameter yang digunakan untuk menyusun peta satuan lahan

adalah peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah

dan peta geologi dengan cara overlay peta-peta tersebut menggunakan

Soft ware Arc View GIS 3.3. Peta Satuan Lahan disajikan pada Gambar

10.

Page 67: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

54

Tabel 18. Luas Satuan Lahan dan Persentasenya

No

Satuan Lahan

Luas (ha)

Persentase (%)

1. TG_V_LMK_V1 2,375 0,062. TG_I_LMK_V2 2,576 0,063. TG_I_LMK_V1 53,814 1,444. TG_I_LC_V1 3,312 0,085. TG_IV_LMK_V2 3,614 0,096. TG_IV_LMK_V1 596,926 16,037. TG_II_LMK_V1 278,300 7,478. TG_III_LMK_V2 76,319 2,059. TG_III_LMK_V1 1.533,496 41,2010. TG_III_LC_V1 99,873 2,6811. SW_I_LC_V1 48,721 1,3012. SW_III_LC_V1 0,077 0,00213. PM_I_LMK_V2 3,392 0,0914. PM_I_LMK_V1 22,996 0,61715. PM_I_LC_V1 16,405 0,4416. PM_IV_LMK_V1 12,528 0,3317. PM_II_LMK_V1 128,647 3,4518. PM_III_LMK_V1 24,474 0,6519. KB_V_LMK_V1 64,577 1,7320. KB_I_LMK_V1 0,295 0,00721. KB_I_LC_V1 43,529 1,1622. KB_IV_LMK_V1 1.16,773 3,1323. KB_III_LMK_V1 94,082 2,5224. KB_II_LMK_V1 43,736 1,1725. KB_III_LC_V1 132,049 3,5426. HT_V_LMK_V1 317,321 8,5227. HT_IV_LMK_V1 1,029 0,0228. HT_III_LMK_V1 0,425 0,01

Jumlah Total 3.721,661 100Sumber : Analisis Peta Satuan Lahan Kecamatan Tretep.

3. Persebaran Sampel Tanah

Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling yaitu dengan metode pengambilan sampel

berdasarkan tujuan penelitian. Pada penelitian ini sampel diambil hanya

pada penggunaan lahan tegalan karena tujuan dari penelitian ini adalah

Page 68: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

55

mengetahui kelas tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan, sampel

diambil dibedakan berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan,

lereng dan jenis tanah. Pada penelitian ini di ambil 11 sampel.

Pada pengambilan sanpel pada penelitian ini menggunakan 2

metode yaitu pengamatan atau pegukuran langsung dilapangan dan uji

laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data

data yang diperlukan seperti panjang dan kemiringan lereng, tipe vegetasi

dan jenis tindakan konservasi sedangkan uji laboratorium dilakukan untuk

menghitung permeabilitas, struktur tanah, tekstur tanah dan kandungan

bahan organik untuk menghitung nilai erodibilitas tanah (K). Peta Sampel

Tanah disajikan pada Gambar 11.

Tabel 19. Koordinat Sampel Tanah

No Sampel Koordinat GPS (UTM) X Y

1 394815 9211511 2 393008 9210047 3 392818 9209648 4 391944 9207100 5 390566 9206587 6 389434 9206530 7 388331 9207005 8 390575 9205256 9 389719 9203412

10 386316 9204800 11 387247 9203164

Sumber : Hasil Analisis Data Lapangan.

Page 69: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

56

Page 70: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

57

Page 71: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

58

4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Erosi

Pendugaan erosi tanah permukaan pada penelitian ini

menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang

dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1978), dengan metode ini

tingkat erosi dihitung dengan menghitung perkiraan rata-rata tanah hilang

tahunan akibat erosi dalm Ton/Ha/Th (Handayani, 2006:60).

Untuk menentukan laju erosi aktual denagan persamaan USLE

dapat dilihat pada persamaan A = R.K.LS.C.P, dengan terlebih dahulu

menentukan nilai masing-masing parameter USLE yaitu erosivitas hujan

(R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS),

faktor penutup lahan (C) dan tindakan konservasi(P).

a. Indeks Erosivitas Hujan (R)

Perhitungan indeks erosivitas hujan (R) dalam penelitian ini

didasarkan pada rumus Bols (1978). Data yang digunakan meliputi

curah hujan bulanan, jumlah hari hujan dan hujan harian maksimum

minimal 10 tahun. Pada penelitian ini digunakan data hujan 16 tahun

dari tahun (1993-2008) yang diperoleh dari stasiun hujan No 65

Kecamatan Tretep data terlampir pada halaman lampiran. Berdasarkan

perhitungan yang telah dilakukan nilai erosivitas hujan daerah

penelitian berkisar antara 2,41 sampai 54,30 Kj/Ha/Cm dapat dilihat

pada lampiran 3.

Jika dilihat dari perhitungan nilai R bulanan, nilai R tertinggi

terjadi pada bulan Desember yaitu 288,35 Kj/Ha/Cm. dan terendah

Page 72: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

59

pada bulan Agustus dengan nilai R 47,03 Kj/Ha/Cm. Nilai erosivitas

hujan daerah penelitan sebesar 2035,73 Kj/Ha/Cm didapat dari hasil

menjumlahkan nilai R selama 1 tahun.

b. Indeks Erodibilitas Tanah (K)

Faktor erodibilitas tanah adalah indeks kuantitatif kerentanan

tanah terhadap erosi air. Erodibilitas tanah sangat dipengaruhi oleh

tekstur tanah, kandungan bahan organik, permeabilitas tanah dan

struktur tanah. (Morgan,1979 dalam Aziz Shultani, 2008:60)

menyatakan bahwa tanah akan lebih mudah mengalami erosi apabila

mempunyai kandungan debu lebih tinggi dengan kandungan liat dan

bahan organik lebih rendah.

Berdasarkan analisa laboratorium mengenai tekstur, permebilitas,

kandungan bahan organik dan struktur tanah serta pengamatan di

lapangan, setalah dilakukan perhitungan nilai erodibilitas tanah (K)

daerah penelitian diperoleh nilai 0,103 sampai 0,227 Ton/Kj.disajikan

pada tabel 22. Hasil analisis uji laboratorium dan perhitungan indeks

erodibilitas tanah disajikan pada lampiran 1.

Hasil pehitungan nilai K dan analisis menunjukan bahwa daerah

penelitian masuk kedalam kelas erodibilitas sedang karena kandungan

pasir yang cukup tinggi. Makin tinggi kandungan pasir maka

kesetabilan tanah makin rendah dan mudah tereosi (Handayani,

2006:65).

Page 73: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

60

Tabel 20. Indeks Erodibilitas Tanah Pada Daerah Penelitian

No sampel Unit Lahan Nilai Erodibilitas Tanah (Ton/Kj)

1 TGj_III_LC 0,11 2 TGj_I_LC 0,11 3 TGt_III_LC 0,22 4 TGj_II_LMK 0,10 5 TGt_II_LMK 0,12 6 TGj_III_LMK 0,11 7 TGt_I_LMK 0,10 8 TGj_I_LMK 0,10 9 TGt_III_LMK 0,13

10 TGt_V_LMK 0,12 11 TGk_IV_LMK 0,12

Sumber : Uji Laboratorium dan Analisis Data

c. Faktor Lereng (LS)

Erosi akan bertambah seiring dengan meningkatnya kemirigan

dan panjang lereng sebagai efek dari meningkatnya kecepatan dan

volume dari aliran permukaan (Morgan, 1979 dalam Aziz Sulthani,

2008:162). Selain memperbesar jumlah aliran permukaan , semakin

curam lereng juga memperbesar energi angkut aliran permukaan dan

jumlah butir tanah yang terpecik kebagian bawah lereng oleh tumbukan

butir-butir hujan akan lebih banyak (Aziz Sulthani, 2008:162).

Indek faktor LS didapat dari pengukuran panjang dan kemiringan

lereng dengan menggunakan peta kontur. Dari hasil perhitungan nilai

LS pada daerah penelitian didapatkan indeks nila LS tnggi yaitu

berkisar antara 0,50sampai 23,30 disajikan pada Tabel 20. Bentuk lahan

darah penelitian berupa dataran sampai dengan peggunungan dengan

kemiringan lereng curam dan panjang. Hasil perhitungan nilai LS

disajikan pada lampiran 1.

Page 74: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

61

Tabel 21. Nilai LS Pada Daerah Penelitian

No Sampel Satuan Lahan Nilai LS 1 TGj_III_LC 4,6 2 TGj_I_LC 0,46 3 TGt_III_LC 1,47 4 TGj_II_LMK 1,39 5 TGt_II_LMK 1,27 6 TGj_III_LMK 2,52 7 TGt_I_LMK 0,55 8 TGj_I_LMK 0,53 9 TGt_III_LMK 2,99

10 TGt_V_LMK 23,55 11 TGk_IV_LMK 20,04

Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data.

d. Faktor Vegetasi (C)

Faktor pengelolaan tanaman pada dasarnya menunjukan besarnya

perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan. Faktor penutup lahan

pada daerah penelitian ditentukan dengan melakukan pengamatan

langsung dilapangan. Semakin baik perlindungan permukaan tanah oleh

tanaman maka semakin rendah erosi yang akan terjadi.

Dari pengamatan lapangan faktor penutup lahan (C) daerah

penelitian terdapat dua macam nilai (C) pada penggunaan lahan tegalan

yaitu tembakau dan jagung nilai (C) 0,7 dan sayuran kentang/kol nilai

(C) 0,4. daerah penelitian didominasi oleh pertanian tembakau dan

jagung.

Page 75: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

62

Tabel 22. Nilai Faktor Vegetasi Pada Daerah Penelitian

No Sampel Satuan Lahan Jenis penutup tanah Nilai C 1 TGj_III_LC Jagung 0,7 2 TGj_I_LC Jagung 0,7 3 TGt_III_LC Tembakau 0,7 4 TGj_II_LMK Jagung 0,7 5 TGt_II_LMK Tembakau 0,7 6 TGj_III_LMK Jagung 0,7 7 TGt_I_LMK Tembakau 0,7 8 TGj_I_LMK Jagung 0,7 9 TGt_III_LMK Tembakau 0,7

10 TGt_V_LMK Tembakau 0,7 11 TGk_IV_LMK Kentang 0,4

Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data

e. Faktor Tindakan Konservasi (P)

Faktor praktek konservasi tanah (P) adalah perbandingan

besarnya erosi dengan suatu tindakan konservasi tanah tertentu terhadap

besarnya erosi pada tanah yang diolah menurut arah lereng. Tingkat

erosi yang terjadi sebagai akibat pengaruh dari pengelolaan lahan dan

konservasi tanah bervariasi tergantung pada kemiringan lereng

(Handayani, 2006:67).

Faktor pengelolaan lahan sangat tergantung pada aktivitas

manusia menyangkut penggiliran tanaman dan tindakan konservasi

yang dilakukan. Jumlah tanah yang hilang akibat erosi dapat dikurangi

dengan adaptasai pengelolaan lahan yang baik dan tindakan konservasi

(Sahuleka W, 1993:97).

Faktor praktek konservasi tanah diperoleh langsung melalui

pengamatan langsung di lapangan kemudian membandingkanya

kedalam tabel indek konservasi lahan. Perbedaan relief dan jenis

Page 76: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

63

penggunaan lahan menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan

perlakuan konservasi tanah. Semakin intensif pola pertanian pada

sebidang lahan dan semakin tinggi kemiringan lereng, maka praktek

konservasi tanah juga akan intensif. Praktek konservasi tanah yang

terdapat di wilayah penelitian bervariasi seperti teras tradisional, teras

bangku baik, pertanaman pola tumpang sari, rumput penutup tanah dan

teras bangku tradisional.

Tabel 23. Indeks Konservasi Tanah Pada Daerah Penelitian

No Sampel

Unit lahan Jenis Tindakan Konservasi Nilai P

1 TGj_III_LC Teras Bangku Baik 0,20 2 TGj_I_LC Teras Bangku Jelek 0,35 3 TGt_III_LC Teras Bangku Jelek 0,35 4 TGj_II_LMK Teras Tradisional 0,40 5 TGt_II_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 1,00 6 TGj_III_LMK Teras Tradisional 0,40 7 TGt_I_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 1,00 8 TGj_I_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 1,00 9 TGt_III_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 1,00 10 TGt_V_LMK Teras Tradisional 0,40 11 TGk_IV_LMK Teras Tradisional 0,40 Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data.

5. Hasil Perhitungan Erosi, Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi dan

Persebaran Kelas Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Kerng Tegalan

Metode USLE dikembangkan untuk menghitung erosi tanah yang

disebabkan oleh suatu hujan pada suatu lahan (Ton/Ha/Th), selain hujan

faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah lereng, erodibilitas tanah,

penutup lahan (vegetasi) dan tindakan konservasi. Perhitungan erosi

Page 77: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

64

dengan metode USLE dilakukan dengan mengalikan semua faktor yang

menyebabkan erosi (R,K,LS,C dan P).

a. Perhitungan Erosi Pada Lahan Kering Tegalan

Dari faktor-faktor penyebab erosi seperti diatas maka dapat

dilakukan pendugaan erosi tanah dengan menggunakan metode USLE

yaitu dengan mengalikan semua variabel penyebab erosi tanah seperti

diatas yaitu A = R x K x LS x C x P dengan melihat kedalaman

solum tanah.

Hasil perhitungan dengan menggunakan metode USLE pada

pertanian kering tegalan menunjukan bahwa kehilangan tanah anatara

25,85 sampai 1.650,04 Ton/Ha/Th. Pada satuan lahan TGj_III_LC

besarnya erosi 147,72 Ton/Ha/Th dengan kedalam solum tanah > 90

cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang. Satuan lahan

TGj_I_LC besarnya erosi berkisar 25,85 Ton/Ha/Th dengan kedalam

solum > 90 cm, masuk kedalam klasifikasi tingkat bahaya erosi

rendah. Satuan lahan TGt_III_LC besarnya erosi 165,22 Ton/Ha/Th

dengan kedalaman solum tanah 60 cm sampai dengan 90 cm, masuk

kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat. Satuan lahan TGj_II_LMK

besar erosi 81,16 Ton/Ha/Th dengan kedalaman solum tanah > 90 cm

masuk, kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang. TGt_II_LMK

dengan besar erosi 222,46 Ton/Ha/Th dan kedalaman solum >90 cm

masuk kedalam tingkat bahaya erosi berat. Satuan lahan

TGj_III_LMK besarnya erosi 161,85 Ton/Ha/Th dengan kedalam

Page 78: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

65

solum 60-90 cm masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat.

Satuan lahan TGt_I_LMK besarnya erosi 80,28 Ton/Ha/Th

kedalaman solum > 90 cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi

sedang. Satuan lahan Tgj_I_LMK dengan kedalam solum > 90 cm,

besarnya erosi 77,36 Ton/Ha/Th masuk kedalam kelas tingkat bahaya

erosi sedang. Satuan lahan TGt_III_LMK besarnya erosi 567,38

Ton/Ha/Th, solum tanah 60-90 cm kelas tingkat bahaya erosi sangat

berat. Satuan lahan TGt_V_LMK besarnya erosi 1.650,04 Ton/Ha/Th

solum 60-90 cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sangat

berat. Satuan lahan TGk_IV_LMK besarnya erosi 816,76 Ton/Ha/Th

kedalaman solum 60-90, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi

sangat berat. Sesuai dengan tabel kriteria erosi departemen kehutanan

lahan tegalan di derah penelitan dapat di klasifikasikan kedalam kelas

tingkat bahaya erosi rendah, sedang, berat dan sangat berat di sajikan

pada Tabel 24.

b. Persebaran Tingkat Bahaya Erosi

Analisis erosi perDesa dilakukan dengan tujuan dapat memberi

informasi kepada pemerintah setempat sampai ke tingkat masyarakat

desa mengenai tingkat bahaya erosi yang terjadi pada lahan tegalan

dan mejadi pedoman dalam pengelolan lahan khususnya pada lahan

tegalan dan tindakan konservasi lahan.

Analisis dan perhitungan tingkat bahaya erosi pada lahan kering

tegalan yang di overlay dengan peta administrasi Kecamatan Tretep di

Page 79: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

66

klasifikasikan kedalam kelas tingkat bahaya erosi ringan, sedang,

berat dan sangat berat dan dapat di ketahui persebaranya dan luasanya

per satuan wilayah desa ilakukan agar dapat memberi informasi

tingkat bahaya erosi sampai ketingkat masyarakat desa. Persebaran

klasifikasi tingkat bahaya erosi disajikan pada Gambar 12.

1) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah

Lahan tegalan yang masuk kedalam klasifikasi tingkat

bahaya erosi ringan terdapat di Desa Campurejo, Simpar dan

Tlogo. Topografi pada lahan tegalan di desa tersebut datar

dengan kemiringan lereng 0-3%, penggunaan lahan sebagian

besar untuk pertanian tembakau dan jagung yang di selingi

dengan tanaman ketela pohon dan kacang tanah dengan pola

tanam larikan peda ujung teras. Praktek konservasi yang

dilakukan oleh masyarakat setempat adalah teras tradisional

karena dilakukan secara tradisional dan teras bangku pada

sebagian daerah.

Gambar 12. Penggunaan lahan pada kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah di Desa Simpar

Page 80: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

67

Gambar 13. Praktek Konservasi Pada Daerah Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah di Desa Tlogo.

2) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang

Lahan tegalan yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya

erosi sedang terdapat di Desa Bendungan, Bojong, Bonjor,

Campurejo, Nglarangan, Sigedong, Simpar, Tempelsari, Tlogo

dan Tretep.Topografi lahan tegalan di daerah tersebut landai

dengan kemiringan lereng (3-8%). Penggunaan lahan adalah

pertanian tembakau dan jagung yang di selang seling dengan

ketela pohon dan ubi jalar. Tindakan konservasi yang dilakukan

oleh masyarakat setempat adalah melakukan penerasan pada

bidang lahan yang miring.

3) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Berat

Sebagian besar lahan tegalan di Kecamatan Tretep masuk

pada kelas tingkat bahaya erosi berat.Lahan tegalan yang masuk

kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat terdapat di Desa

Bendungan, Simpar, Bojong, Bonjor, Campurejo, Donorejo,

Page 81: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

68

Nglarangan, Sigedong, Tempelsari dan Tretep. Topografi tegalan

yang masuk pada kelas tingkat bahaya erosi ini memiliki

kemiringan lereng berkisar 8-15 %. Penggunaan lahan digunakan

untuk pertanian tembakau dan jagung. prektek konservasi yang

dilakukan oleh masyarakat adalah melakukan penerasan pada

bidang lahan yang miring, tetapi masih bersifat tradisional.

Gambar 14.. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sedang di Desa Tempelsari.

Gambar 15.. Praktek Konservasi Pada Daerah Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang di Desa Bonjor.

Page 82: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

69

Gambar 16. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Berat di Desa Tempelsari.

Gambar 17. Konservasi Pada Daerah Tingkat Bahaya Berat di Desa Simpar.

4) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat

Desa yang terdapat lahan tegalan dan masuk kedalam

klasifikasi tingkat bahaya sangat berat adalah Desa Tempelsari,

Sigedong, Campurejo, Bonjor dan Bojong. Topografi lahan

tegalan di daerah tersebut berupa lereng terjal sampai sangat

terjal dengan kemiringan lereng (> 15%). Penggunaan lahan

digunakan untuk pertanian tembakau, jagung dan sayuran.

Page 83: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

70

Tindakan konservasi yang dilakukan masih minim dan sangat

sederhana bahkan tindakan konservasi yang malah

mengakibatkan erosi berat seperti penerasan pada bidang lahan

yang miring dengan teknik memotong kontur seperti pada daerah

lahan pertanian kentang..

Gambar 18. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat di Campurejo.

Gambar 19. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat di Desa Tempelsari.

Page 84: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

71

Gambar 20. Erosi Pada Daearah

Kelas Bahaya Erosi Sangat Berat di Desa Tempelsari.

Tabel 24. Luasan Kelas Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Tegalan

Desa Erosi

Rendah (Ha)

Erosi Sedang (Ha)

Erosi Berat (Ha)

Luas Erosi Sangat Berat (Ha)

Tlogo 6,809 56,457 - - Simpar 0,648 0,993 212,075 - Bendungan - 83,074 173,415 - Tretep - 7,898 213,489 - Donorejo - - 178,999 - Nglarangan - 15,694 28,269 - Sigedong - 11,006 227,946 1,656 Bonjor - 9,244 185,737 1,267 Bojong - 76,186 185,058 25,526 Tempelsari - 5,964 136,739 128,346 Campurejo 30,521 3,781 122,264 522,722

Jumlah 34,083

(1,28 %) 271,024

(10,23 %) 1.664,510 (62,83 %)

679,234 (25,64 %)

Sumber : Analisis Peta Erosi Pada Lahan Tegalan di Kecamatan Tretep.

Page 85: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

72

Page 86: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

73

6. Prioritas Konservasi Lahan

Konsevasi lahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan

menyeluruh bersama jika pada suatu lahan terindikasi kerusakan (erosi)

tetapi untuk melakukan itu harus mempertimbangkan faktor biaya, waktu

dan tenaga, untuk mensiasati ketiga faktor kendala seperti di atas maka

dilakukan prioritas konservasi dengan tujuan dapat memberikan informasi

dan gambaran daerah yang memerlukan konservasi berdasarkan kelas

kerusakanya akibat erosi. Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas

tingkat bahaya erosi.

a. Prioritas I

Prioritas Konservasi I diberikan pada daerah yang masuk kedalam

kelas tingkat bahaya erosi sangat berat dan harus secepatnya dilakukan

tindakan konservasi secepatnya untuk mengurangi erosi tanah dan

kerusakan lahan yang lebih parah lagi.

b. Prioritas II

Prioritas Konservasi II diberikan pada daerah yang masuk

kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat dan harus mendapat perhatian

yang serius agar tidak terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi.

c. Prioritas III

Prioritas Konservasi III diberikan pada daerah yang masuk

kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang dan harus mendapat

perhatian yang serius agar sumber daya lahan tetap lestari dan tidak

terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi yang merugikan manusia.

Page 87: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

74

d. Prioritas IV

Prioritas Konservasi IV diberikan pada daerah yang masuk

kedalam kelas tingkat bahaya erosi ringan. Hal yang dilakukan adalah

melakukan pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lahan akibat erosi

dengan melakukan pengelolaan lahan sesui dengan prinsip-prinsip

konservasi lahan. Peta Arahan Prioritas Konservasi disajikan pada

Gambar 21.

Tabel 25. Luasan Daerah berdasarkan Prioritas Konservasi pada Lahan Tegalan di Kecamatan Tretep

Desa Prioritas IV (Ha)

Prioritas III (Ha)

Prioritas II (Ha)

Prioritas I (Ha)

Tlogo 6,809 56,457 - - Simpar 0,648 0,993 212,075 - Bendungan - 83,074 173,415 - Tretep - 7,898 213,489 - Donorejo - - 178,999 - Nglarangan - 15,694 28,269 - Sigedong - 11,006 227,946 1,656 Bonjor - 9,244 185,737 1,267 Bojong - 76,186 185,058 25,526 Tempelsari - 5,964 136,739 128,346 Campurejo 30,521 3,781 122,264 522,722

Sumber : Analisis Peta Erosi Pada Lahan Tegalan di Kecamatan Tretep.

Page 88: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

75

Page 89: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

76

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Tingkat Bahaya Erosi

Perhitungan tingkat bahaya erosi pada lahan tegalan di Kecamatan

Tretep terdapat empat kelas tingkat bahaya erosi, yaitu rendah, sedang,

berat dan sangat berat. Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi dipengaruhi

oleh solum tanah dan besarnya erosi tanah dalam satuan (Ton/Ha/Th).

a. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah

Dari perhitungan dengan metode USLE kelas tingkat bahaya

erosi rendah, yaitu banyaknya tanah yang tererosi 15-60 Ton/Ha/Th

dengan kedalaman solum tanah lebih dari 90 Cm. Pada lahan tegalan

luas kelas tingkat bahaya erosi rendah 34,083 Ha, sebaranya terdapat

di Desa Tlogo, Simpar dan Campurejo. Tingkat bahaya erosi rendah

pada lahan tegalan di Kecamatan Tretep disebabkan karena pada lahan

tegalan solum tanah masih dalam yaitu lebih besar dari 90 Cm, lereng

datar dengan kemiringan lereng kurang dari 3 % sehingga nilai LS

yang di hasilkan sangat kecil yaitu 0,46 kondisi seperti ini di dukung

dengan pengelolaan lahan atau konservasi lahan yang baik, yaitu

petani dalam melakukan pengolahan lahan telah diimbangi dengan

tindakan konservasi lahan yang baik dengan membuat teras-teras pada

bidang lahan yang miring dan membuat saluran limpasan pembuangan

air hujan yang bertujuan untuk mengurangi erosi. Bentuk teras yang

di terapkan di lapangan adalah teras bangku dengan kontruksi baik

sehingga memiliki indeks konservasi lahan kecil 0,35. Tindakan

Page 90: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

77

konservasi seperti ini harus terus dipertahankan dan di tingkatkan agar

erosi tanah dapat ditekan sekecil mungkin dan lahan dapat tetap

produktif.

b. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang

Daerah yang memiliki kelas tingkat bahaya erosi sedang

sebaranya merata hamper pada setiap desa dengan persentase luasanya

kecil. Besarnya tanah yang tererosi 77,36-147,72 Ton/Ha/Th dan

kedalaman solum tanah lebih dari 90 Cm. Daerah yang masuk

kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang mempunyai kemiringan

lereng datar sampai miring dengan kemiringan lereng 3-15 %, kondisi

seperti diatas di dukung dengan tindakan konservasi lahan berupa

teras bangku dengan kontruksi baik sehingga tanah yang tererosi tidak

terlalu besar. Tindakan yang perlu dilakukan adalah menjaga

konservasi lahan yang sudah ada dan dalam pengolahan lahan harus di

imbangi dengan tidakan konservasi lahan yang baik, seperti

pembuatan teras pada lahan miring, pembuatan saluran-saluran

limpasan air hujan dan sistem penanaman di lakukan dengan teknik

tumpang sari yang bertujuan untuk menekan laju erosi tanah sekecil

mungkin.

c. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Berat

Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi berat diberikan pada lahan

yang 1) besar tanah yang tererosi 180-480 Ton/Ha/Th untuk

kedalaman solum tanah > 90 Cm, 2) besar tanah yang tererosi 60–80

Page 91: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

78

Ton/Ha/Th dengan kedalaman solum tanah 60-30 Cm, 3) besar tanah

yang tererosi < 15 Ton/Ha/Th untuk kedalaman < 30 Cm.

Lahan tegalan yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi

ini bertopografi landai dengan kemiringan lereng 8-15 % sehingga

menghasilkan indeks LS 1,47 sampai 2,52. tindakan konservasi lahan

yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam pengolahan lahan berupa

teras tradisional dengan kontruksi sederhana dan kurang efektif

menahan laju erosi tanah. kedalam Solum tanah tidak terlalu dalam

60-90 Cm, di akibatkan karena pada lahan-lahan yang miring di

tanami tanaman semusim tanpa disertai tindakan penerasan, sehingga

lapisan atas tanah (top soil) banyak yang tererosi sehingga solum

tanah menjadi berkurang (dangkal). Kondisi tersebut jika terus

dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan kerusakan lahan yang

lebih parah lagi, yang pada akhirnya lahan menjadi tidak produktif.

Tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat sebaiknya

dalam pegolahan lahan menerapkan teknik tumpang sari antara

tanaman pokok yang ditanam selang-seling dengan tanaman penguat

teras seperti cetaria yang bertujuan untuk menahan tanah oleh aliran

air permukaan (run off), melakukan penerasan pada lahan miring dan

membuat saluran-saluran pembuangan limpasan air hujan bertujuan

agar aliran limpasan tidak mengalir pada bidang tanam yang

mengakibatkan erosi tanah lebih besar, Pemerintah setempat melalui

Dinas terkait melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

Page 92: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

79

pengolahan lahan dengan melakukan tindakan konservasi lahan yang

tepat agar dapat menekan laju erosi.

d. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat

Kelas tingkat bahaya erosi sangat berat merupakan kelas bahaya

erosi yang paling tinggi. Pada kondisi di lapangan tanah yang tereosi

sudah sangat besar > 480 Ton/Ha/Th dan lapisan atas tanah (top soil)

sangat tipis. Pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya

erosi sangat berat memiliki kemiringan lereng > 15 %.

Konservasi lahan yang dilakukan oleh masyarakat berupa teras

tradisional, pada lokasi-lokasi tertentu pada lahan dengan kemiringan

lereng yang besar belum dilakukan konservasi lahan, bahkan pada

lahan pertanian tanaman kentang teknik pembaauatan teras dan

penanamanya dilakukan dengan cara memotong kontur, tindakan

seperti ini merupakan konservasi lahan yang salah serta akan

mempercepat laju erosi tanah. Kondisi tersebut jika tidak dilakukan

perbaikan dalam kaitanya dengan cara pengolahan lahan dan

konservasi lahan akan mengakibatkan kerusakan tanah yang lebih

besar dan meluas, pada akhirnya tanah menjadi tidak produktif.

Tindakan yang harus dilakukan adalah memberikan skala

prioritas konservasi pertama pada lahan yang masuk kedalam

klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi sangat berat dengan melakukan

penerasan pada bidang miring lahan, pembuatan saluran limpasan dan

Page 93: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

80

memperbaiki teknik pengolahan lahan sehingga tidak memotong

kontur lagi.

2. Arahan Konservasi Lahan

Konservasi lahan dilakukan untuk mengurangi tingkat bahaya erosi

tanah dengan mengurangi atau memperkecil faktor-faktor penyebab

erosi seperti penggunaan penutup tanah dan tindakan konservasi yang

bersifat sipil teknis sedangkan untuk erosivitas hujan, lereng dan

erodibilitas tanah manusia berbuat banyak karena merupakan sifat alami.

Konservasi lahan dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu vegetatif,

fisik dan kimiawi. 1) metode fisik atau sipil teknis seperti penerasan, dam

pengendali, dam penahan dan gully plug 2) metode vegetetif yaitu

dengan memanfaatkan tanaman untuk mengurangi laju erosi tanah seperti

penanaman mulsa, penanaman rumput searah kontur, kayu-kayuan,

tanaman MPTS (Multiple Pporpuse Tries System) atau tanaman yang

mempunyai fungsi ganda seperti tanaman durian yang dapat

dimanfaatkan kayu dan buahnya, 3) secara kimiawi dengan

menggunakan bahan kimia untuk pengawetan tanah.

Arahan skala prioritas konservasi diberikan dengan tujuan agar

konservasi lahan dapat efektif dan efisien. Skala prioritas dilakukan

berdasarkan kelas tingat bahaya erosi. Tindakan konservasi dilakukan

dengan melakukan analisis teknis terlebih dahulu dengan cara melakukan

perhitungan dan analisis perkiraan laju erosi tanah dalam (Ton/Ha/Th),

menggunakan metode USLE (A = R x K x LSx C x P). untuk melakukan

Page 94: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

81

perencanaan konservasi hal yang di lakukan adalah memodifikasi variabel

vegetasi (C) dan variabel konservasi lahan (P) dengan mencocokan tabel

indeks vegetasi dan konservasi yang tepat untuk mendapatkan laju erosi

sekecil mungkin, melakukan pengamatan lapangan serta analisis sosial

budaya masyarakat setempat untuk mengetahui kondisi kultur budaya

yang menyangkut pola tanam, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi

masyarakat setempat agar penerapan konservasi dapat efektif, efisien dan

sesuai tujuan.

Page 95: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

82

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil penelitian tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan di

Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

Hasil penelitian dan analisis tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan

di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung ada empat kelas tingkat bahaya

erosi yaitu rendah 34,083 Ha (1,28%), sedang 271,024 Ha (10,23%), kelas erosi

berat 1.664,510 Ha (62,83%) dan kelas erosi sangat berat 679,234 Ha (25,64%).

Hasil perhitungan dan analisis kelas tingkat bahaya erosi pada lahan kering

tegalan di Kecamatan Tretep ada empat kelas prioritas konservasi yaitu prioritas I

seluas 679,234 Ha. Prioritas II seluas 1.664,510 Ha , prioritas konservasi III

seluas 271,024 Ha dan prioritas konservasi IV seluas 34,083 Ha.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini peneliti memberikan saran sebagai berikut.

Dalam melakukan pengelolaan lahan terutama pada lahan tegalan harus

memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan dengan benar agar tidak

menyebabkan erosi tanah yang lebih besar.

1. Penerasan dilakukan searah dengan kontur dan harus ada parit-parit untuk

saluran pembuangan limpasan air hujan.

Page 96: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

83

2. Tidak melakukan perubahan tindakan konservasi yang malah menyebabkan

kerusakan lahan seperti pengelolaan lahan pada tanaman kentang dengan cara

memotong kontur yang akan memperbesar erosi tanah.

3. Kepada Intansi terkait hendaknya melakukan pembinaan dan memberi

penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengelolaan lahan yang benar

dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi agar tidak menyebabkan

erosi dan kerusakan lahan yang lebih berat

Page 97: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

84

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Kusuma.1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia.

Jakarta. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.Bandung. IPB Press. Asdak, Chay. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta. UGM. Aziz, Sulthani. 2008. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Pendugaan Erosi Untuk

Arahan Pemanfaatan Lahan Wilayah SUB DAS Juwet dan Dondong Gunung Kidul Yogyakarta. Teasis. Fakultas Geografi UGM.

BAPPEDA, Kabupaten Temanggung. 2006. Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW). BAPPEDA Kabupaten Temanggung. BP2TPDAS IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah Dan Air. Surakarta.

BP2TPDAS IBB Surakarta. Burhani. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Malang. Lintas Media Jombang. Hardjowigeno, S.1989. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Harmono, Puji. 2002. Analisis Lahan Kritis dan Arahan Teknik Lapangan di Sub

DAS Hulu. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Hendayani. 2001. Pendugaan Erosi Pada Pertanian Tanaman Kentang di

Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. UGM. Hermawan, dkk.1995. Konservasi Vegetatif Dengan Teknik Tumpang Sari. Sari

Ilmu. Bandung. Jamulya dan Sunarto. 1986. Kemampuan Lahan(hasil peelitian Sumberdaya

Lahan tanggal 1-31 juli 1996) fakultas geografi UGM. Kanisius, AAK. 1993. Teknis Bercocok Tanam Jagung.Yogyakarta. Kanisius

Press Yogyakarta. Kartasapoetra, G. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta. Lubis, Kumala Sari et al. 2003. Indeks Bahaya Erosi Pada Beberapa Penggunaan

Lahan Inceptisol di Desa Tiagah Kecamatan Seibingei Kabupaten Langkat. Dalam Digital Library. Fakultas Tanah Universitas Sumatera Utara

Page 98: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

85

Nikmah, Maskorotun. 1997. Evaluasi Pemanfaatan Lahan di Kecamata Sedang Kabupaten Kebumen. Skripsi. IKIP Semarang.

Noorhadi. 1993. Kajian Erosi Permukaan di SUB Daerah Aliran Sungai

Wuryantoro Kabupaten Wonogiri. Tesis. Fakultas Geografi UGM. Rayes, Luthfi. 2006. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta:

ANDI Yogyakarta. Reetele, Le Orde. 2004. Tingkat Bahaya Erosi Daerah Aliran Sungai Tinalah

Kabupaten Kulon Progo DIY. Tesis. Universitas Gajah Mada. Restele, La Orde. 2004. Tingkat Bahaya Erosi Daeah Liran Sungai Tinalah Kulon

Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis.Program Pasca Sarjana Fakultas Geografi UGM.

Rismunandar. 1987. Pengetahuan Dasar Perabukan. Bandung. Sianar Baru. Romenah. 2007. Buku ajar Geografi Untuk SMA Kelas XI. Sumber Ilmu. Jakarta. Sahulheka, Welhelmus. 1993. Kajian Erosi Permukaan di Jazirah Leitimur Pulau

Ambon. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM. Seta, Ananto Kusuma. 1987. Konservasi Sumber daya Tanah Dan Air. Jakarta:

Kalam Mulia. Soleh, S. 2007. Kajian Erosi dengan Metode USLE di Kecamatan Patean

Kabupaten Kendal. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Sriyono. 2007. Aplikasi SIG Untuk Enaluasi Lahan. Buku Ajar. UNNES.

Semarang. Sunarto. 2002. Pendugaan Erosi Permukaanvdi Sub DAS Serayu Kabupaten

Banjar Negara. Skripsi. Fakultas Geografi UGM Suparma, Endang, 2002. Pengukuran Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS

Cipamingkis Kabupaten Bogor. Buletin Teknik Pertanian Vol 7 no 2 Hal 44 – 47.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi.

Yogyakarta. Sutedjo, Mulyani. 2004.Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Jakarta.

Rineka Cipta Jakarta.

Page 99: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

86

Suyamtini. 2001. Pendugaan Erosi Tanah di Sub DAS Ngunut Kecamatan Jumantoro Kabupaten Karanganyar. Skripsi. UGM. Yogyakarta.

Tjahjono, Heri. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Analisis

Potensi Wilayah. Buku Ajar. UNNES. Semarang. Wichmeir, WH and Smith, DD. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses A Guide

To Conservation Planing. USDA. Widodo, Purwo. 1982. Teknologi Mulsa.Surakarta. Dewa Ruci Press Surakarta. Wijanarko, Antonius. 2008. Kajaian Daerah Rawan Erosi DAS Kapuas Hulu

Kalimantan Barat Dengan USLE dan SIG. Dalam Jurnal Digital Library. Yuda, Angga. 2005. Analisis Spasial Lahan Kritis di Kota Bandung Utara

Menggunakan Open Source Grass. Disajikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (MAPIN XIV) di ITS Surabaya.

Page 100: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

87

EROSIVITAS BULAN JANUARI TH 2008 KJ/HA/CM TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM

1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 0.5 0.692554734 0.289281 46.14347 6.12 56.57644 169 1200 7.9678485318 19 2.6 1.65934188 0.289281 46.14347 6.12 135.5556 169 1200 19.0907434620 0.9 0.945689419 0.289281 46.14347 6.12 77.25561 169 1200 10.8801653921 0.7 0.827755283 0.289281 46.14347 6.12 67.62129 169 1200 9.52333207822 1 1 0.289281 46.14347 6.12 81.69237 169 1200 11.5050091223 1.8 1.365508562 0.289281 46.14347 6.12 111.5516 169 1200 15.7101884624 4.1 2.112396523 0.289281 46.14347 6.12 172.5667 169 1200 24.3031412625 0.2 0.426133716 0.289281 46.14347 6.12 34.81187 169 1200 4.90267229326 6.6 2.718681211 0.289281 46.14347 6.12 222.0955 169 1200 31.2784521327 1.1 1.051812004 0.289281 46.14347 6.12 85.92502 169 1200 12.101106728 1.4 1.19522002 0.289281 46.14347 6.12 97.64036 169 1200 13.7510172329 2.6 1.65934188 0.289281 46.14347 6.12 135.5556 169 1200 19.0907434630 1.7 1.324762202 0.289281 46.14347 6.12 108.223 169 1200 15.2414012131 8.8 3.166473197 0.289281 46.14347 6.12 258.6767 169 1200 36.430303

JUMLAH 231.7761243

Page 101: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN PEBRUARI TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM

1 THUN

100XTH DASAR

PERHITUNGAN

EROSIVITAS

1 1.7 1.324762202 0.220277 46.14347 6.12 82.4077 169 1200 11.605751522 0.5 0.692554734 0.220277 46.14347 6.12 43.08082 169 1200 6.0672157983 0.3 0.528292281 0.220277 46.14347 6.12 32.86277 169 1200 4.6281732184 1.1 1.051812004 0.220277 46.14347 6.12 65.42866 169 1200 9.2145358285 1.4 1.19522002 0.220277 46.14347 6.12 74.34945 169 1200 10.470880396 4.8 2.296454557 0.220277 46.14347 6.12 142.8525 169 1200 20.118388747 1.3 1.149185074 0.220277 46.14347 6.12 71.48581 169 1200 10.067585278 0.6 0.762816648 0.220277 46.14347 6.12 47.45151 169 1200 6.6827544329 0.2 0.426133716 0.220277 46.14347 6.12 26.50793 169 1200 3.733199832

10 1.1 1.051812004 0.220277 46.14347 6.12 65.42866 169 1200 9.21453582811 0.7 0.827755283 0.220277 46.14347 6.12 51.49106 169 1200 7.25165778712 13 0.9 0.945689419 0.220277 46.14347 6.12 58.82723 169 1200 8.28483512214 15 0.1 0.295120923 0.220277 46.14347 6.12 18.35819 169 1200 2.58544521716 0.8 0.888459618 0.220277 46.14347 6.12 55.26721 169 1200 7.78346600617 2.1 1.481754402 0.220277 46.14347 6.12 92.17351 169 1200 12.9811021118 2.6 1.65934188 0.220277 46.14347 6.12 103.2205 169 1200 14.536880319 0.9 0.945689419 0.220277 46.14347 6.12 58.82723 169 1200 8.28483512220 0.8 0.888459618 0.220277 46.14347 6.12 55.26721 169 1200 7.78346600621 5.6 2.491951895 0.220277 46.14347 6.12 155.0135 169 1200 21.8310685922 1 1 0.220277 46.14347 6.12 62.20566 169 1200 8.76063002723 0.8 0.888459618 0.220277 46.14347 6.12 55.26721 169 1200 7.78346600624 1.7 1.324762202 0.220277 46.14347 6.12 82.4077 169 1200 11.6057515225 6.9 2.783492261 0.220277 46.14347 6.12 173.149 169 1200 24.3851458826 9.9 3.37044041 0.220277 46.14347 6.12 209.6605 169 1200 29.5271814627 28 0.6 0.762816648 0.220277 46.14347 6.12 47.45151 169 1200 6.68275443229 30 31

JUMLAH 271.8707065

Page 102: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN MARET TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM

1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 0.4 0.615306914 0.216253 46.14347 6.12 37.57647 169 1200 5.292019866 2 1.4 1.19522002 0.216253 46.14347 6.12 72.99146 169 1200 10.27963109 3 0.7 0.827755283 0.216253 46.14347 6.12 50.55058 169 1200 7.119207178 4 5 0.8 0.888459618 0.216253 46.14347 6.12 54.25777 169 1200 7.641301987 6 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 7 1.5 1.239733587 0.216253 46.14347 6.12 75.70988 169 1200 10.66247529 8 4.2 2.139548442 0.216253 46.14347 6.12 130.6611 169 1200 18.40143934 9 2.8 1.725813082 0.216253 46.14347 6.12 105.3945 169 1200 14.84305945 10 0.4 0.615306914 0.216253 46.14347 6.12 37.57647 169 1200 5.292019866 11 1.9 1.405204101 0.216253 46.14347 6.12 85.81508 169 1200 12.08562401 12 1.7 1.324762202 0.216253 46.14347 6.12 80.90254 169 1200 11.39377395 13 2.2 1.518742061 0.216253 46.14347 6.12 92.74879 169 1200 13.06212066 14 0.4 0.615306914 0.216253 46.14347 6.12 37.57647 169 1200 5.292019866 15 2.6 1.65934188 0.216253 46.14347 6.12 101.3351 169 1200 14.27136602 16 3.1 1.821468637 0.216253 46.14347 6.12 111.2361 169 1200 15.66575637 17 12.3 3.781374656 0.216253 46.14347 6.12 230.9266 169 1200 32.5221598 18 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 19 0.9 0.945689419 0.216253 46.14347 6.12 57.75276 169 1200 8.13351366 20 21 0.8 0.888459618 0.216253 46.14347 6.12 54.25777 169 1200 7.641301987 22 1.2 1.101453229 0.216253 46.14347 6.12 67.26517 169 1200 9.473178722 23 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 24 25 26 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 27 0.8 0.888459618 0.216253 46.14347 6.12 54.25777 169 1200 7.641301987 28 0.6 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 169 1200 6.56069477 29 30 0.7 0.827755283 0.216253 46.14347 6.12 50.55058 169 1200 7.119207178 31 1.5 1.239733587 0.216253 46.14347 6.12 75.70988 169 1200 10.66247529 JUMLAH 267.2984274

Page 103: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULANA APRIL TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM

1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.812209932 3 1.2 1.101453229 0.224544 46.14347 6.12 69.8439 169 1200 9.8363488044 0.9 0.945689419 0.224544 46.14347 6.12 59.96681 169 1200 8.4453254525 1.4 1.19522002 0.224544 46.14347 6.12 75.78971 169 1200 10.673717876 6.6 2.718681211 0.224544 46.14347 6.12 172.3934 169 1200 24.278740117 2.3 1.554947581 0.224544 46.14347 6.12 98.60028 169 1200 13.886206318 9 0.4 0.615306914 0.224544 46.14347 6.12 39.01703 169 1200 5.4948982610 0 0.224544 46.14347 6.12 0 169 1200 011 0.8 0.888459618 0.224544 46.14347 6.12 56.33783 169 1200 7.93424402512 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.8122099313 14 15 16 0.7 0.827755283 0.224544 46.14347 6.12 52.48852 169 1200 7.39213384117 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.8122099318 0.7 0.827755283 0.224544 46.14347 6.12 52.48852 169 1200 7.39213384119 2.5 1.625205205 0.224544 46.14347 6.12 103.0554 169 1200 14.5136305920 4.1 2.112396523 0.224544 46.14347 6.12 133.9485 169 1200 18.8644133721 8.8 3.166473197 0.224544 46.14347 6.12 200.7882 169 1200 28.2776735622 0.1 0.295120923 0.224544 46.14347 6.12 18.71382 169 1200 2.6355293723 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.8122099324 0.8 0.888459618 0.224544 46.14347 6.12 56.33783 169 1200 7.93424402525 2.2 1.518742061 0.224544 46.14347 6.12 96.30446 169 1200 13.5628788126 0.8 0.888459618 0.224544 46.14347 6.12 56.33783 169 1200 7.93424402527 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.8122099328 3.6 1.97169768 0.224544 46.14347 6.12 125.0267 169 1200 17.6079252529 0.8 0.888459618 0.224544 46.14347 6.12 56.33783 169 1200 7.93424402530 0.1 0.295120923 0.224544 46.14347 6.12 18.71382 169 1200 2.6355293731

JUMLAH 251.2951106

Page 104: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN MEI TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM

1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 46.14347 6.12 169 1200 2 46.14347 6.12 169 1200 3 46.14347 6.12 169 1200 4 46.14347 6.12 169 1200 5 46.14347 6.12 169 1200 6 46.14347 6.12 169 1200 7 46.14347 6.12 169 1200 8 46.14347 6.12 169 1200 9 46.14347 6.12 169 1200 10 0.1 0.295120923 0.356046 46.14347 6.12 29.67343 169 1200 4.17900763411 0.8 0.888459618 0.356046 46.14347 6.12 89.33166 169 1200 12.580875312 13 0.3 0.528292281 0.356046 46.14347 6.12 53.11803 169 1200 7.48078941614 15 0.6 0.762816648 0.356046 46.14347 6.12 76.69868 169 1200 10.8017302416 0.4 0.615306914 0.356046 46.14347 6.12 61.86706 169 1200 8.71294474617 18 19 0.8 0.888459618 0.356046 46.14347 6.12 89.33166 169 1200 12.580875320 21 1.6 1.282872781 0.356046 46.14347 6.12 128.9886 169 1200 18.1658931522 0.4 0.615306914 0.356046 46.14347 6.12 61.86706 169 1200 8.71294474623 24 0.6 0.762816648 0.356046 46.14347 6.12 76.69868 169 1200 10.8017302425 26 27 28 29 30 1.2 1.101453229 0.356046 46.14347 6.12 110.7475 169 1200 15.5969336631

JUMLAH 109.6137244

Page 105: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN JUNI TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM

1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 2 3 4 5 6 0.3 0.528292281 0.324 46.14347 6.12 48.33719 169 1200 6.8074874127 0.6 0.762816648 0.324 46.14347 6.12 69.79548 169 1200 9.8295298228 1.9 1.405204101 0.324 46.14347 6.12 128.572 169 1200 18.107228859

10 11 12 13 14 15 16 17 0.2 0.426133716 0.324 46.14347 6.12 38.98998 169 1200 5.49108895918 19 0.8 0.888459618 0.324 46.14347 6.12 81.29144 169 1200 11.4485444620 0.7 0.827755283 0.324 46.14347 6.12 75.73717 169 1200 10.6663183921 3 1.790087521 0.324 46.14347 6.12 163.7877 169 1200 23.0667732722 23 24 25 26 27 0.8 0.888459618 0.324 46.14347 6.12 81.29144 169 1200 11.4485444628 0.6 0.762816648 0.324 46.14347 6.12 69.79548 169 1200 9.82952982229 1.1 1.051812004 0.324 46.14347 6.12 96.2377 169 1200 13.5534764430 1.2 1.101453229 0.324 46.14347 6.12 100.7797 169 1200 14.1931450931

JUMLAH 134.441667

Page 106: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN JULI TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM

1 THUN 100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 0.6 0.762816648 0.596696 46.14347 6.12 128.539 169 1200 18.1025733918 0.9 0.945689419 0.596696 46.14347 6.12 159.3541 169 1200 22.4423682519 1.5 1.239733587 0.596696 46.14347 6.12 208.9022 169 1200 29.4203965120 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

JUMLAH 69.96533815

Page 107: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN AGUSTUS TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM 1 THUN

100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0.9 0.945689419 0.721965 46.14347 6.12 192.8085 169 1200 27.1538600921 0.5 0.692554734 0.721965 46.14347 6.12 141.199 169 1200 19.8855289822 23 24 25 26 27 28 29 30 31

JUMLAH 47.03938907

Page 108: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULANA SEPTEMBER TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM 1 THUN

100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1.8 1.365508562 1 46.14347 6.12 385.6169 169 1200 54.3077201826 27 28 29 30 31

JUMLAH 54.30772018

Page 109: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN OKTOBER TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130

JML HJN DLM 1 THUN

100XTH DASAR

PERHITUNGANEROSIVITAS

1 2 3.6 1.97169768 0.400686 46.14347 6.12 223.1033 169 1200 31.420376923 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 2.3 1.554947581 0.400686 46.14347 6.12 175.9468 169 1200 24.779173614 1.4 1.19522002 0.400686 46.14347 6.12 135.2426 169 1200 19.0466641615 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 3.7 2.0005385 0.400686 46.14347 6.12 226.3667 169 1200 31.879975526 2.5 1.625205205 0.400686 46.14347 6.12 183.8966 169 1200 25.8987778127 28 29 0.5 0.692554734 0.400686 46.14347 6.12 78.36456 169 1200 11.0363424430 31 1.7 1.324762202 0.400686 46.14347 6.12 149.9007 169 1200 21.11100913

JUMLAH 165.1723195

Page 110: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN NOVEMBER TH 2008 KJ/HA/CM TGL CH

(CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM 1 THUN

100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 1.1 1.051812004 0.257053 46.14347 6.12 76.35223 169 1200 10.752939192 4.4 2.192956003 0.257053 46.14347 6.12 159.1892 169 1200 22.419141863 0.5 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 7.0801615774 5 0.8 0.888459618 0.257053 46.14347 6.12 64.4943 169 1200 9.0829465746 0.7 0.827755283 0.257053 46.14347 6.12 60.0877 169 1200 8.462350867 1 1 0.257053 46.14347 6.12 72.59114 169 1200 10.223252018 1.6 1.282872781 0.257053 46.14347 6.12 93.1252 169 1200 13.115131749 10 1.1 1.051812004 0.257053 46.14347 6.12 76.35223 169 1200 10.7529391911 12 1.9 1.405204101 0.257053 46.14347 6.12 102.0054 169 1200 14.3657556513 0.5 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 7.08016157714 1.1 1.051812004 0.257053 46.14347 6.12 76.35223 169 1200 10.7529391915 0.5 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 7.08016157716 17 1.9 1.405204101 0.257053 46.14347 6.12 102.0054 169 1200 14.3657556518 19 20 0.4 0.615306914 0.257053 46.14347 6.12 44.66583 169 1200 6.29043764921 22 23 24 25 0.5 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 7.08016157726 0.2 0.426133716 0.257053 46.14347 6.12 30.93353 169 1200 4.35647237327 4.1 2.112396523 0.257053 46.14347 6.12 153.3413 169 1200 21.59556228 0.4 0.615306914 0.257053 46.14347 6.12 44.66583 169 1200 6.29043764929 30 31

JUMLAH 191.1467079

Page 111: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

EROSIVITAS BULAN DESRMBER TH 2008 KJ/HA/CM

TGL CH (CM) MAXP DAYS RAIN KO E130 JML HJN DLM 1 THUN

100XTH DASAR PERHITUNGAN EROSIVITAS

1 2 0.9 0.945689419 0.205434 46.14347 6.12 54.86346 169 1200 7.7266032953 2.7 1.692866828 0.205434 46.14347 6.12 98.21039 169 1200 13.831296144 4.1 2.112396523 0.205434 46.14347 6.12 122.5491 169 1200 17.258996045 1.3 1.149185074 0.205434 46.14347 6.12 66.6691 169 1200 9.3892318156 0.9 0.945689419 0.205434 46.14347 6.12 54.86346 169 1200 7.7266032957 1.1 1.051812004 0.205434 46.14347 6.12 61.02008 169 1200 8.5936608088 0.7 0.827755283 0.205434 46.14347 6.12 48.0216 169 1200 6.7630414039 0.1 0.295120923 0.205434 46.14347 6.12 17.12122 169 1200 2.41123803110 0.9 0.945689419 0.205434 46.14347 6.12 54.86346 169 1200 7.72660329511 0.5 0.692554734 0.205434 46.14347 6.12 40.17804 169 1200 5.65840706412 1.4 1.19522002 0.205434 46.14347 6.12 69.33978 169 1200 9.76535293213 3.7 2.0005385 0.205434 46.14347 6.12 116.0597 169 1200 16.3450780514 5.1 2.371440286 0.205434 46.14347 6.12 137.5773 169 1200 19.3754714315 0.5 0.692554734 0.205434 46.14347 6.12 40.17804 169 1200 5.65840706416 1.4 1.19522002 0.205434 46.14347 6.12 69.33978 169 1200 9.76535293217 0.9 0.945689419 0.205434 46.14347 6.12 54.86346 169 1200 7.72660329518 0.2 0.426133716 0.205434 46.14347 6.12 24.72182 169 1200 3.48165699119 20 0.7 0.827755283 0.205434 46.14347 6.12 48.0216 169 1200 6.76304140321 2.8 1.725813082 0.205434 46.14347 6.12 100.1217 169 1200 14.100478222 6.9 2.783492261 0.205434 46.14347 6.12 161.4822 169 1200 22.7420758223 0.7 0.827755283 0.205434 46.14347 6.12 48.0216 169 1200 6.76304140324 2.1 1.481754402 0.205434 46.14347 6.12 85.96286 169 1200 12.1064360225 4.4 2.192956003 0.205434 46.14347 6.12 127.2227 169 1200 17.9171943126 3.1 1.821468637 0.205434 46.14347 6.12 105.6711 169 1200 14.8820165327 0.8 0.888459618 0.205434 46.14347 6.12 51.54331 169 1200 7.25901640828 1.6 1.282872781 0.205434 46.14347 6.12 74.42489 169 1200 10.4815057229 30 1.6 1.282872781 0.205434 46.14347 6.12 74.42489 169 1200 10.4815057231 0.5 0.692554734 0.205434 46.14347 6.12 40.17804 169 1200 5.658407064

JUMLAH 288.3583225

Page 112: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

Bulan Nilai Erosivitas Bulanan (Kj/Ha/Cm)

januari 231.7761243 Pebruari 271.8707065 maret 267.2984274 April 251.2951106 Mei 109.6137244 Juni 137.441667 Juli 69.96533815 Agustus 47.03938907 September 54.30772018 Oktober 165.1723195 November 191.1467079 Desember 288.3583225

jumlah 2085.285558

Nilai Erosivitas Hujan Bulanan Selama 1 Tahun (2008)

Page 113: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

Lampiran 2

Data Curah Hujan Harian, Perhitungan Erosivitas bulanan dan Tahunan

DATA CURAH HUJAN HARIAN STASIUN HUJAN NO 65 KECAMATAN TRETEP

CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2008

TGL JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES 1 17 4 6 11 2 5 14 36 44 9 3 3 7 12 5 27 4 11 9 41 5 14 8 14 8 13 6 48 6 66 3 7 9 7 13 15 23 6 10 11 8 6 42 19 16 7 9 2 28 4 1 10 11 4 1 11 9 11 7 19 8 8 5 12 17 6 19 14 13 9 22 3 23 5 37 14 4 14 11 51 15 1 26 6 5 5 16 8 31 7 4 14 17 5 21 123 6 2 6 19 9 18 26 6 7 9 2 19 26 9 9 25 8 8 15 20 9 8 41 7 9 4 7 21 7 56 8 88 16 30 5 28 22 10 10 12 1 4 69 23 18 8 6 6 7 24 41 17 8 6 21 25 2 69 22 18 37 5 44 26 66 99 6 8 25 2 31 27 11 8 6 8 41 8 28 14 6 6 36 6 4 16 29 26 8 11 5 10 30 17 7 1 12 12 16 31 88 15 17 5

JML 340 484 453 418 68 112 30 14 18 157 227 526 HJN 14 25 26 24 9 11 3 2 1 7 18 29

RT-RT 24.29 19.36 17.42 17.42 6.8 10.18 10 7 18 22.43 12.61 18.14

Page 114: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

LAMPIRAN 1

HASIL PERHITUNGAN

Perhitungan Indeks erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), indeks lereng (LS),

indeks vegetasi (C) dan konservasi lahan (P) pada lahan kering tegalan di Kecamatan

Tretep Kabupaten Temanggung.

A. Perhitungan Erosivitas hujan (R)

Rumus :

R = ∑n

i

xEI 100/

(Sumber : Chay Asdak, 2004:346)

Keterangan :

R = Erosivitas hujan (Kj/ha/Cm). n = Jumlah kejadian hujan dalam satu tahun. x = Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan dalam perhitungan.

EI30 = 6,12(RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAX P)0,53

(Sumber : Chay Asdak, 2004:347)

Keterangan :

EI30 = Erosivitas hujan rata rata tahunan. RAIN = Curah hujan bulanan. DAYS = Jumlah hari hujan per bulan. MAX P = Hujan maximum harian (24 jam) dalam bulan yang bersangkutan.

B. Erodibilitas Tanah (K)

K = {2,71x10-4(12-OM)M1,14+3,25(S-2)+2,5(P-3)/100}

(Sumber : Chay Asdak, 2004:352)

Page 115: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

Keterangan :

OM = Unsur Organik S = Kode Struktur Tanah P = Permeabilitas Tanah M = ( % debu+pasir halus)x (100-liat) Hasil perhitungan :

1. Sampel 01

M = (18,42 + 18,23) x (100 – 27,17)

= 2.699,21

K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) }

100

= {2,713 (2.669,21)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) }

100

= 2,713 (8.055,19) (10-4) (5,04) + 0 + 0

100

= 11,01 100 = 0,110

2. Sampel 02

M = (15,17 + 22,04) x (100 – 23,71)

= 2.838,75

K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.838,75)1,14 (10-4)(12-6,09)+3,25(2-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (8.641,01) (10-4) (5,91) + 0 + (-2,5) 100 = 11,35 100 = 0,113

Page 116: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

3. Sampel 03

M = (26,41 + 26,19) x (100 – 23,11)

= 2.834,01

K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.834,01)1,14 (10-4)(12-6,09)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (12.172,07) (10-4) (5,91) + 3,25+ (0) 100 = 22,76 100 = 0,227 4. Sampel 04

M = (15,42 + 23,12) x (100 – 20,92) = 3.047,74 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (3.047,74)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (9.369,89) (10-4) (5,04) + 0+ (-2,5) 100 = 10,31 100 = 0,103 5. Sampel 05

M = (14,96 + 27,05) x (100 – 28,87) = 2.988,17 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.988,17)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (9.161,40) (10-4) (5,04) + 0+ 0 100 = 12,52 100 = 0,125

6. Sampel 06

M = (15,13 + 19,71) x (100 – 29,11) = 2.469,80

Page 117: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.469,80)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.372,83) (10-4) (4,17) + 3,25+ 0 100 = 11,59 100 = 0,115

7. Sampel 07

M = (14,79 + 20,02) x (100 – 29,17) = 2.465,59 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.465,59)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.358,50) (10-4) (5,04) + 0+ 0 100 = 10,06 100 = 0,100 8. Sampel 08

M = (16,21 + 24,17) x (100 – 27,19) = 2.960,06 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.960,06)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(3-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (8.993,44) (10-4) (4,17) + 3,25+ (-2,5) 100 = 10,85 100 = 0,108 9. Sampel 09

M = (12,37 + 24,11) x (100 – 29,81) = 2.560,53 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) }

Page 118: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

100 = {2,713 (2.560,53)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.682,38) (10-4) (5,04) + 3,25+ (0) 100 = 13,75 100 = 0,137

10. Sampel 10

M = (24,43 + 26,16) x (100 – 27,02) = 3.473,11 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (3.473,11)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.682,38) (10-4) (4,17) + 0+ (0) 100 = 12,30 100 = 0,123

11. Sampel 11

M = (16,23 + 25,32) x (100 – 26,41) = 3.057,66 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12-OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (3.057,66)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (9.404,68) (10-4) (5,04) + 0+ (0) 100 = 12,85 100 = 0,128

Page 119: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

C. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

LS = (√x) x (0,0138 + 0,00965(S) + 0,00138(S2)

(Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989:253).

Keterangan :

LS = Indeks panjang dan kemiringa lereng X = Panjang lereng dalam meter (m) S = Kemirinngan lereng dalam persen (%) Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989. Panjang lereng dicari dengan menggunakan interval kontur, dengan persamaan:

SkalaPenyebut x 2000

1CI =

Contoh: 25.000 x 2000

1CI =

= 12,5 meter

Jika pada peta terdapat 7 kontur maka panjang lereng = 7 x 12,5 = 87,5 meter. Contoh perhitungan indeks panjang dan kemiringan lereng (LS)

L : 87,5 meter

N: 7

S : 3 %

LS = √87,5 x (0,0138 + 0,00965(3) + 0,00138(32)

= 9,35 x 0,05

= 0,46

Page 120: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

No Sampel Jumlah Kontur (N)

Panjang Lereng dalam Meter (L)

Kemiringan Lereng dalam

% (S)

LS

1 8 100 15 4,6 2 7 87,5 3 0,46 3 6 75 8 1,47 4 7 87,5 7 1,39 5 9 112,5 6 1,27 6 5 62,5 12 2,52 7 10 125 3 0,55 8 9 112 3 0,53 9 7 87,5 12 2,99

10 6 75 41 23,55 11 8 100 35 20,04

Page 121: ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING

D. Hasil Perhitungan USLE

Perhitunagan USLE didapat dengan mengalikan faktor-faktor penyebab erosi yaitu

A = R x K x LS x C x P.

(Sumber: Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86).

Hasil Perhitungan USLE Pada Lahan Kering Tegalan di Kecamatan Tretep :

No Sampel R K LS C P A (Ton/Ha/Th)

1 2085.28 0.11 4.60 0.70 0.20 147,72 2 2085.28 0.11 0.46 0.70 0.35 25,85 3 2085.28 0.22 1.47 0.70 0.35 165,22 4 2085.28 0.10 1.39 0.70 0.40 81,16 5 2085.28 0.12 1.27 0.70 1.00 222,46 6 2085.28 0.11 2.52 0.70 0.40 161,85 7 2085.28 0.10 0.55 0.70 1.00 80,28 8 2085.28 0.10 0.53 0.70 1.00 77,36 9 2085.28 0.13 2.99 0.70 1.00 567,38

10 2085.28 0.12 23.55 0.70 0.40 1650,04 11 2085.28 0.12 20.40 0.40 0.40 816,76

Keterangan :

A = Banyaknya tanah yang terkikis dan terhanyutkan dalam (Ton/Ha/Th). R = Nilai indek erosivitas hujan (Kj/Ha/mm). K = Faktor erodibilitas tanah yang terkikis dan terhanyutkan dalam (Ton/Kj) LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng C = Faktor vegetasi. P = Faktor tindakan manusia dalam pengelolaan dan konservasi tanah.