teknik pengolahan dan pemanfaatan dryobalanops sp. untuk
TRANSCRIPT
Teknik Pengolahan dan PemanfaatanDryobalanops sp.
untuk Peningkatan Nilai Tambah
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBOGOR, JULI 2015
Gunawan Pasaribu | Gusmailina | Sri KomarayatiZulnely | R. Esa Pangersa Gusti
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBOGOR, JULI 2015
Seri Paket Iptek
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBOGOR, JULI 2015
Teknik Pengolahan dan Pemanfaatan
Dryobalanops sp.untuk Peningkatan Nilai Tambah
Seri Paket Iptek
Gunawan Pasaribu | Gusmailina | Sri KomarayatiZulnely | R. Esa Pangersa Gusti
Judul Buku:Seri Paket Iptek Teknik Pengolahan dan PemanfaatanDryobalanops sp. untuk Peningkatan Nilai Tambah
Penulis: Gunawan Pasaribu, Gusmailina, Sri Komarayati, Zulnely dan R. Esa Pangersa Gusti
Desain Sampul dan Penata Isi: Ahmad Syahrul Fakhri
Jumlah Halaman: 12 + 6 halaman romawi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanBadan Penelitian, Pengembangan dan InovasiKementerian Lingkungan Hidup dan KehutananJl. Gunung Batu No. 5, BogorTelp/Fax: 0251 - 8633 378/8633413 E-mail: [email protected]: www.pustekolah.org
ISBN: 978-979-3132-69-3
Dicetak oleh Percetakan IPB, Bogor - IndonesiaIsi di Luar Tanggung Jawab Percetakan
© 2015, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit
Minyak dan kristal kapur merupakan produk HHBK yang dihasilkan dari pohon kapur (Dryobalanops sp.). Umumnya minyak sudah dimanfatkan sebagai obat-obatan ringan di masyarakat seperti untuk sakit perut, masuk angin, gatal-gatal dan lain-lain. Sebagian lagi, minyak dijual kepada pengumpul yang ada di desa atau kecamatan. Pengolahan minyak kapur menjadi produk turunan belum banyak dilakukan. Padahal potensi minyak kapur menjadi produk kosmetik seperti parfum dan aromaterapi menjadi pilihan yang cermat untuk meningkatkan nilai tambah. Perdagangan minyak Dryobalanops sebagian besar hanya dijual dalam bentuk minyak mentah, sehingga harganya lebih murah. Kalau diolah menjadi bentuk kristal harganya akan menjadi lebih tinggi. Apalagi kalau minyak diolah menjadi produk kosmetik akan mampu meningkatkan nilai tambahnya.Pada tulisan ini akan disajikan teknik kristalisasi minyak dan formulasi minyak kapur menjadi parfum dan lilin aromaterapi. Semoga Teknik Pengolahan dan Pemanfaatan Dryobalanops sp. untuk Peningkatan Nilai Tambah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015Kepala Pusat,
Ir. Dwi Sudharto, M.Si
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................... iv
Daftar Gambar .....................................................................................v
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................. 1
Bab 2 Persiapan Bahan ....................................................................... 4
Bab 3 Teknik Pembuatan ................................................................... 5
Bab 4 Informasi Teknik ....................................................................... 7
Bab 5 Rekomendasi .......................................................................... 11
Daftar Pustaka ................................................................................... 12
Daftar Gambar
Gambar 1. Minyak dan kristal Dryobalanops aromatica .............. 4
Gambar 2. Proses sublimasi .............................................................. 6
Gambar 3. Parfum Dryobalanops aromatica .................................. 8
Gambar 4. Hasil uji organoleptik formula parfum terpilih ......... 8
Gambar 5. Lilin aromaterapi ............................................................. 9
Gambar 6. Hasil uji organoleptik terhadapkesukaan aroma lilin ..................................................... 10
Gambar 7. Hasil uji organoleptik terhadapefek aromaterapi ........................................................... 10
Sum
ber:
http
s://
com
mon
s.w
ikim
edia
.org
Dryobalanops aromatica merupakan jenis pohon yang termasuk ke dalam suku Dipterocarpaceae. Selain memiliki kayu dengan kualitas baik, pohon ini juga menghasilkan produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) bernilai tinggi seperti minyak dan kristal. Secara tradisional, masyarakat di Aceh sudah memanfaatkan minyak kapur ini untuk berbagai penyakit ringan dan obat gosok. Selain di Aceh, komoditas ini juga ditemukan di Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Eksplorasi di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa ada 2 (dua) jenis Dryobalanops yaitu Dryobalanops lanceolata dan Dryobalanops oblongifolia yang terdapat, namun di Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat adalah jenis Dryobalanops aromatica.
Komponen kimia Dryobalanops lanceolata menunjukkan 45 senyawa penyusun yang terdeteksi, dengan senyawa dominan adalah Androstan-3-ol, 9-methyl-, acetate, (3.beta.,5.alpha.)- (CAS) sebanyak 15%. Sedangkan senyawa borneol hanya 0,37%. Sementara senyawa borneol pada minyak Dryobalanops aromatica mencapai 30,72% dan senyawa penyusun lainnya dengan persentasi yang lebih kecil. Pada bagian kristal, kandungan borneolnya mencapai 92,70% (mendekati senyawa murni).
Pendahuluan
Bab 1
Sum
ber:
http
s://
com
mon
s.w
ikim
edia
.org
Minyak dan kristal Dryobalanops berpotensi sebagai obat. Aktivitas antimikrob minyak dan kristal sangat baik menghambat pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus dengan zona hambat mencapai 32,5 mm. Aktivitas mikroba Candida albicans memiliki zona hambat mencapai 13,5 mm. Berbeda dengan Aktivitas antibakteri Propionibacterium acnes yang ditunjukkan dengan nilai MIC tidak menunjukan adanya aktivitas antibakteri, di mana nilai MIC semua sampel lebih besar dari 2,0 mg/ml. Dalam hal potensinya sebagai antiokasidan pada minyak, tidak menunjukkan aktivitas yang baik, dimana nilai IC50 > 10000 ppm. Berbeda dengan nilai antioksidan ekstrak bagian kayu Dryobalanops aromatica, di mana ekstrak daun dan kulit berturut-turut memiliki nilai IC50 sebesar 6,54 ppm dan 16,05 ppm.
Bentuk pemanfaatan lainnya akan disajikan pada tulisan ini diantaranya dalam bidang kosmetik (parfum dan lilin aromaterapi). Pemanfaatan sebagai penwangi sudah dilakukan masyarakat di Timur Tengah, di mana disebutkan bahwa kamper merupakan salah satu dari lima rempah wewangian dasar. Kelima rempah tersebut adalah kesturi, ambar abu-abu, kayu gaharu, kamper dan safran (Ibn Masawayh dalam Guillot 2002). Selanjutnya disebutkan bahwa pada zaman Dinasti Abbasiyah, hanya orang kaya dan golongan pemimpin saja yang menggunakan pewangi kamper. Artinya bahwa penggunaan kamper untuk pewangi sudah menjadi tradisi di awal masehi.
Seri
Pak
et Ip
tek
Tekn
ik P
engo
laha
n da
n Pe
man
faat
anD
ryob
alan
ops s
p. u
ntuk
Pen
ingk
atan
Nila
i Tam
bah
2
Pemanfaatan lain untuk lilin aromaterapi sangat potensial dilakukan. Lilin aroma terapi adalah lilin yang jika dibakar akan mengeluarkan wangi aroma terapi yang dihasilkan dari minyak atsiri. Menurut Koo et al. (2004), hasil uji bioaktivitas senyawa borneol Dryobalanops aromatica yang ada di pasar tradisional di Yeongchon, Korea menunjukkan bahwa minyak ini mampu memperbaiki sistim saraf dan obat penenang serta sebagai aroma terapi. Lilin aromaterapi merupakan alternatif aplikasi aromaterapi secara inhalasi (penghirupan), yaitu penghirupan uap aroma yang dihasilkan dari beberapa tetes minyak atsiri dalam wadah berisi air panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan aroma yang memberikan efek terapi bila dibakar. Aroma lilin dihasilkan dari minyak atsiri yang tergolong ke dalam jenis aroma yang mampu memberikan efek terapi menenangkan dan merilekskan (Primadiati 2002).
Bab 1 Pendahuluan
3
Persiapan Bahan
Bab 2
(a) (b)
Gambar 1. Kristal (a) dan minyak (b) Dryobalanops aromatica
Bahan penelitian berupa minyak dan kristal kapur (Gambar 1) dibersihkan dari berbagai pengotor dengan teknik penyaringan.
3.1. Kristalisasi Minyak KapurTeknik kristalisasi minyak dilakukan dengan cara sublimasi, yaitu minyak dipanaskan kemudian sekaligus dengan pendinginan, sehingga diharapkan akan diperoleh hablur kristal pada bagian dinding luar cawan pendingin (Gambar 2). Pemanasan dengan kompor induksi dimulai pada suhu 60oC (120 watt) bertahap hingga 120 oC (1800 watt). Rendemen kristal dihitung berdasarkan perbandingan minyak dengan kristal yang diperoleh.
3.2. Formulasi ParfumFormula parfum minyak Dryobalanops adalah campuran Dryobalanops, etanol, minyak nilam, dan odorant (Eucalyptus citriodora dan Palm flower). Selanjutnya dilakukan pengujian organoleptik. Pengujian meliputi tingkat keharuman, tingkat ketajaman dan tingkat kesukaan terhadap formula parfum yang dibuat.
Teknik Pembuatan
Bab 3
3.3. Formulasi Lilin Aroma TerapiFormulasinya berupa parafin, stearin, odoran, pewarna minyak Dryobalanops dan nilam. Selanjutnya dilakukan pengujian organoleptik. Parameter yang diukur meliputi kesukaan aroma lilin sebelum dibakar, kesukaan aroma lilin setelah dibakar dan efek terapi yang dirasakan.
Minyak
Gambar 2. Proses sublimasi
Hablur kristal
Minyak
Air sbg pendingin
Seri
Pak
et Ip
tek
Tekn
ik P
engo
laha
n da
n Pe
man
faat
anD
ryob
alan
ops s
p. u
ntuk
Pen
ingk
atan
Nila
i Tam
bah
6
Informasi Kinerja
Bab 4
4.1. Kristalisasi Minyak KapurNilai ekonomi kristal kapur sangat jauh lebih tinggi dibanding dengan minyak kapur. Oleh karena itu, diperlukan teknologi dalam rangka kristalisasinya. Teknik kristalisasi minyak dilakukan dengan cara sublimasi, yaitu minyak dipanaskan kemudian sekaligus dengan pendinginan, sehingga diharapkan akan diperoleh hablur kristal pada bagian dinding luar cawan pendingin. Pemanasan dengan kompor induksi dimulai pada suhu 60oC (120 watt) bertahap hingga 120 oC (1800 watt). Sublimasi yang menghasilkan rendemen tertinggi (5,73%) diperoleh pada lama sublimasi 60 menit.
4.2. Formulasi ParfumFormula parfum minyak Dryobalanops yang paling disukai berdasarkan uji organoleptik, adalah formula 20 ml D. aromatica: etanol (1:4) +0,5 ml Palm flower + 0,2 ml nilam.
Secara fisik, formula yang dibuat terlarut sempurna. Responden awam menilai formula ini memiliki tingkat keharuman yang harum, tingkat ketajamannya agak tajam.
Gambar 3. Parfum Dryobalanops aromatica
Gambar 4. Hasil uji organoleptik formula parfum terpilih
Gambar 5. Lilin aromaterapi
Seri
Pak
et Ip
tek
Tekn
ik P
engo
laha
n da
n Pe
man
faat
anD
ryob
alan
ops s
p. u
ntuk
Pen
ingk
atan
Nila
i Tam
bah
8
4.3. Formulasi Lilin Aroma TerapiFormulasi lilin aromaterapi yang dibuat berupa parafin, stearin, odoran, pewarna minyak Dryobalanops dan nilam. Adapun formula yang paling disukai responden adalah formula yang menggunakan parafin (75%) + stearin (25%) + odoran (2%) + Dryobalanops (4%) + nilam (1%). Sementara formula yang memberikan efek positif pada responden adalah formulasi parafin (75%) + stearin (25%) + odoran
(2%) + Dryobalanops (2%) + nilam (1%).
Lilin yang dibuat sukup keras dapat menyala dengan baik dan memberi aroma yang khas Dryobalanops aromatica. Lilin
aromaterapi yang dibuat memiliki aroma yang disenangi baik sebelum dibakar, maupun setelah dibakar. Responden menilai
formula ini memiliki tingkat keharuman yang harum, tingkat ketajamannya agak tajam.
Lilin aroma terapi akan memberi efek terapi bagi konsumen karena adanya penambahan minyak atsiri sebagai aroma lilin. Aroma tersebut memiliki fungsi terapi menenangkan pikiran dan hati, di samping sebagai penyegar ruangan.
Gambar 5. Lilin aromaterapi
Bab 4 Informasi Kinerja
9
Gambar 6. Hasil uji organoleptik terhadap kesukaan aroma lilin
Gambar 7. Hasil uji organoleptik terhadap efek aromaterapi
Seri
Pak
et Ip
tek
Tekn
ik P
engo
laha
n da
n Pe
man
faat
anD
ryob
alan
ops s
p. u
ntuk
Pen
ingk
atan
Nila
i Tam
bah
10
Rekomendasi
Bab 5
Dari hasil penelitian ini dapat dikembangkan berbagai produk kosmetik dan kesehatan dengan berbagai variasi formula yang lebih disukai konsumen. Produk sabun antiseptik alami merupakan produk yang paling potensial dikembangkan saat ini.
Daftar Pustaka
Bhatia SP, CS Letizia and AM. Api. (2008). Fragrance material review on borneol. Food and Chemical Toxicology 46 : S77–S80.
Calkin RR and Jellinck JS. (1994). Perfumery: Practice and Principle. A Wiley-Interscience Publication. John Wiley & Sons, Inc.
Guillot C. (2002). Lobu Tua Sejarah Awal Barus. Yayasan Obor Indonesia.
Oppenheimer B. (2001) The Candlemaker’s. Companion. Storey Books. Massachusetts USA.
Pasaribu G., Gusmailina, Komarayati S, Zulnely. (2012). Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Dryobalanops sp. untuk Meningkatkan Nilai Tambah. Laporan Hasil Penelitian (Tidak diterbitkan). Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
Pasaribu G, Gusmailina, Komarayati S, Zulnely, Dahlian E. (2014). Potensi Pemanfaatan Minyak dan Kristal Dryobalanops sp. untuk Kosmetik dan Obat. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan.
Primadiati Rachmi. (2002). Aromaterapi: Perawatan Alami untuk Sehat dan Cantik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Parry EJ. (1922). The Chemistry Of Essential Oil and Artificial Perfumes. New York: D. Van Nostrand Company.
Sutrisna D. (2008). Kapur barus : pohon dan sumber tertulis asing. Medan: Balai Arkeologi.