(technical briefing notes-tbns) - ilo.org · tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat...

18

Upload: dinhcong

Post on 09-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi
Page 2: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada KomitePenanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparanteknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusununtuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai dokumen latarbelakang tentang persoalan dan pilihan-pilihan kebijakankunci yang sangat penting bagi pengentasan kemiskinan.Dan kedua, sebagai pondasi dalam penyusunan laporankomprehensif: "Terbebas dari Kemiskinan: Masukan ILO atasPRSP Indonesia".

Paparan teknis ini membahas: Migrasi: Peluang dan Tantanganbagi Pengentasan Kemiskinan. Tema-tema lain dalam seripaparan teknis singkat meliputi:

• Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro danSektoral

• Desentralisasi dan Pekerjaan yang Layak:Mengaitkannya dengan MDGs;

• Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan Usaha (UsahaKecil, Menengah dan Ekonomi Lokal);

• Lapangan Kerja bagi Kaum Muda: Jalan Setapak dariSekolah menuju Pekerjaan;

• Pembangunan Pedesaan: Akses, Ketenagakerjaan danPeluang Meraih Pendapatan;

• Pengembangan Keterampilan untuk PertumbuhanEkonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan;

• Mempromosikan Deklarasi ILO mengenai Prinsip-prinsip dan Hak-hak Dasar di Tempat Kerja;

• Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak;

• Perlidungan Sosial bagi Semua;

• Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di PasarKerja dengan memperkuat Tripartisme dan DialogSosial;

• Jender dan Kemiskinan

Page 3: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Hak Cipta © Kantor Perburuhan Internasional 2004

Pertama terbit tahun 2004

Publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi HakCipta Dunia (Universal Copyright Convention). Walaupun begitu, kutipan singkat yangdiambil dari publikasi tersebut dapat diperbanyak tanpa otorisasi dengan syarat agarmenyebutkan sumbernya. Untuk mendapatkan hak perbanyakan dan penerjemahan, suratlamaran harus dialamatkan kepada Publications Bureau (Rights and Permissions),International Labour Office, CH 1211 Geneva 22, Switzerland. Kantor PerburuhanInternasional akan menyambut baik lamaran tersebut.

_______________________________________________________________________________

ILO

Seri Rekomendasi Kebijakan:Kerja Layak dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 2004

ISBN 92 2 015540 0

_______________________________________________________________________________

Sesuai dengan tata cara Perserikatan Bangsa Bangsa, pencantuman informasi dalampublikasi publikasi ILO beserta sajian bahan tulisan yang terdapat di dalamnya samasekali tidak mencerminkan opini apapun dari Kantor Perburuhan Internasional(International Labour Office) mengenai informasi yang berkenaan dengan status hukumsuatu negara, daerah atau wilayah atau kekuasaan negara tersebut, atau status hukumpihak pihak yang berwenang dari negara tersebut, atau yang berkenaan dengan penentuanbatas batas negara tersebut.

Dalam publikasi publikasi ILO sebut, setiap opini yang berupa artikel, kajian dan bentukkontribusi tertulis lainnya, yang telah diakui dan ditandatangani oleh masing masingpenulisnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing masing penulis tersebut.Pemuatan atau publikasi opini tersebut tidak kemudian dapat ditafsirkan bahwa KantorPerburuhan Internasional menyetujui atau menyarankan opini tersebut.

Penyebutan nama perusahaan, produk dan proses yang bersifat komersil juga tidakberarti bahwa Kantor Perburuhan Internasional mengiklankan atau mendukungperusahaan, produk atau proses tersebut. Sebaliknya, tidak disebutnya suatu perusahaan,produk atau proses tertentu yang bersifat komersil juga tidak dapat dianggap sebagaitanda tidak adanya dukungan atau persetujuan dari Kantor Perburuhan Internasional.

Publikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama ataumelalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung melalui KantorPusat ILO dengan alamat ILO Publications, International Labour Office, CH 1211 Geneva22, Switzerland atau melalui Kantor ILO di Jakarta dengan alamat Menara Thamrin,Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250. Katalog atau daftar publikasi terbarudapat d iminta secara cuma cuma pada a lamat tersebut , a tau mela lu i email:[email protected] ; [email protected].

Kunjungi website kami:www.ilo.org/publns ; www.un.or.id/ilo, www.ilo-jakarta.or.id

Dicetak di Jakarta, Indonesia

Page 4: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Pendahuluan

MIGRASI:PELUANG DAN TANTANGANBAGI PENGENTASANKEMISKINAN

Ada kaitan yang erat antara migrasi dankemiskinan. Migrasi bisa dianggap sebagai sebuahalternatif untuk keluar dari jerat kemiskinan. Migrasi,dengan pendapatan yang diperoleh darinya, jugamempunyai andil dalam pengentasan kemiskinan,minimal di tempat asal para migran. Sebaliknya,dalam kondisi tertentu, kemiskinan justrumenciptakan alasan yang mendasari orangmelakukan migrasi.

Ada mobilitas yang bersifat kedaerahan yangtinggi pada sebagian pekerja Indonesia. Walaupunmobilitas tersebut terus meningkat dalam beberapatahun terakhir, hal itu merupakan ciri yang senantiasamelekat dengan dunia tenaga kerja. Namundemikian, belakangan ini peningkatan tersebut tidakhanya terjadi dalam hal skala perpindahan, tetapijuga dalam hal keragaman jenis perpindahan itusendiri, tujuan, dan daerah asal pekerja migranserta di kalangan mereka yang melakukanperpindahan. Mobilitas tenaga kerja di Indonesiadipicu oleh sejumlah faktor seperti di bawah ini:

• Tidak ada titik temu antara lokasi di manakesempatan kerja terus bertambah denganlokasi di mana para pencari kerja tinggal;

• Tingkat pendidikan yang terus berkembang yangmendorong kaum muda enggan bekerja di sektorpertanian dan mencari pekerjaan di sektor lain;

• Proses komersialisasi sektor pertanian yangcepat, yang menggantikan input tenaga kerjadengan input modal;

1

Page 5: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan

• Nilai-nilai budaya yang kuat yang dianut beberapakelompok suku bangsa yang mendorongmasyarakatnya untuk pindah keluar dari kampunghalamannya dengan tujuan memperolehpekerjaan dan pengalaman;

• Tradisi yang kuat dalam merespon konflik lokalmaupun regional dengan berpindah ke lokasi lainyang lebih aman, baik sementara maupunpermanen;

• Pola-pola yang kaku yang dianut oleh mayoritasmasyarakat Indonesia dimana keluarga berusahameningkatkan rasa aman mereka denganmendorong anggota keluarga bekerja di luarkampung halaman. Dengan cara seperti itu,mereka memiliki sumber pendapatan yang banyakyang akan mengurangi dampak buruk jika salahsatu sumber itu hilang;

• Menyebarnya “industri migrasi” yang meningkatpesat di Indonesia yang melibatkan orang/lembaga rekrutmen, penyedia jasa perjalanan,dan pihak perantara lain yang memperlancar arustenaga kerja ke tempat tujuan dan ke luar negeri;

• Tradisi dalam hal menyikapi krisis dengan caramengirim anggota keluarga ke daerah-daerahyang memiliki lowongan pekerjaan dan bisamendatangkan penghasilan yang lebih menarikketimbang di daerah asal.

Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997-1998telah mengubah peta perekonomian Indonesiasecara dramatis. Krisis itu t idak hanyamempengaruhi pola mobilitas tenaga kerja yangsudah ada, melainkan juga memicu mobilitas barusebagai jawaban terhadap krisis.

Dengan demikian ada tradisi yang panjang ditengah masyarakat Indonesia dalam menyikapikemiskinan melalui strategi mobilitas tertentu. Adapola yang telah lama mapan di mana keluargaberusaha meningkatkan rasa aman mereka denganmendorong anggota keluarga bekerja di luarkampung halaman. Cara ini akan membuat keluargatersebut memiliki sumber pendapatan yang banyakdan hal itu akan membuat mereka aman jika salahsatu sumber pendapatan tidak bisa diharapkan lagi.Masyarakat Indonesia tersebar luas di berbagaidaerah baik di negara sendiri maupun di negara lainuntuk meningkatkan peluang hidup mereka dankeluarga mereka. Mobilitas ini mencakup rentang

2

Page 6: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

jarak yang cukup jauh dan dalam beberapadasawarsa terakhir terus meluas ke negara-negaralain. Indonesia kini telah menjadi salah satu sumber/pemasok utama tenaga kerja migran di dunia.

Ciri khas dari mobilitas adalah bahwa keadaanitu bersifat tidak permanen dan melingkar di manapara pekerja meninggalkan keluarga di tengahwarga kampung halaman, sementara ia sendiribekerja di tempat tujuan untuk jangka waktuseminggu sampai dua tahun. Di Indonesia, pekerjabersedia menempuh perjalanan yang cukup jauhdalam upaya meningkatkan peluang hidup mereka.Hal ini sangat penting artinya dalam mengurangit ingkat kemiskinan karena pekerja ini bisadipekerjakan di daerah-daerah di mana masihterbuka kesempatan kerja.

Paparan Teknis ini dimaksudkan untukmengeksplorasi potensi mobilitas dalam upayapengentasan kemiskinan di Indonesia. Selain itu,paparan ini juga memiliki argumentasi bahwastrategi pengentasan kemiskinan harusmempertimbangkan mobilitas penduduk. Tujuanutama studi ini adalah:

• Menyoroti pola mobilitas penduduk yang ada diIndonesia;

• Mengidentifikasi peranan mobilitas saat ini dandi masa datang dalam upaya pengentasankemiskinan;

• Menguji intervensi kebijakan untuk meningkatkanperanan mobil itas penduduk dalam upayapengentasan kemiskinan

Di tahap awal ini kita perlu merangkum pola-pola utama mobilitas penduduk di Indonesia dalampola-pola kontemporer.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya,migrasi bisa dianggap sebagai sebuah alternatifuntuk keluar dari jerat kemiskinan. Dalam konteksIndonesia, salah satu bentuk yang paling populeradalah apa yang disebut “MekanismePenanggulangan” (coping mechanism). Denganmekanisme itu, keluarga akan menyebarkan saluran-saluran untuk mendapatkan pendapatan dalamusaha untuk mendapatkan dana yang cukup bagirumah tangga mereka.

Migrasi,pembangunandan pengentasankemiskinan

3

Page 7: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan

Migrasi bisa membantu mencapai tahap inidengan cara mendekatkan orang-orang denganpeluang ekonomi dan lapangan kerja yang ada.Migrasi internal ke daerah-daerah perkotaan bisadikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi makro dansekal igus merupakan strategi peningkatanpendapatan bagi masyarakat miskin (akan dibahaslebih rinci lagi di bagian belakang dari PaparanTeknis ini).

Migrasi sementara dianggap sebagai satu carauntuk memaksimalkan pendapatan keluarga danmeminimalkan risiko (Stark, 1991). Migrasi antar-negara merupakan sumber lain peningkatan standarkehidupan kaum miskin (dalam konteks Indonesiamayoritasnya adalah Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Perempuan).

Sebagian besar gaji, baik dalam bentuk tunaiatau barang dikirim kembali kepada anggotakeluarga dan sanak saudara para pekerja migran.Pengir iman kembali gaj i ini pada akhirnyamenunjang ekonomi subsisten dan pendapatankeluarga buruh migran yang tetap tinggal dikampung halaman mereka. Uang kiriman tidak hanyameningkatkan pendapatan keluarga, yang sebagianbesar disalurkan dalam bentuk investasi, padagilirannya juga akan memberikan kontribusi padapertumbuhan ekonomi daerah setempat.Penggunaan uang kiriman untuk konsumsi pribadibahkan juga bisa merangsang permintaan, yangnantinya bisa menciptakan pasar di daerah asal danpada akhirnya juga tercipta pekerjaan untuk parapekerja non-migran.

Jika pembangunan ekonomi didefinisikansebagai perwujudan dari tingkat pekerjaan danpendapatan yang lebih tinggi, tabungan daninvestasi yang lebih banyak dan juga pengentasankemiskinan secara mantap, maka uang kiriman daripara pekerja migran dapat dilihat sebagai suatumekanisme yang efektif dalam menyalurkan secaralangsung uang tunai ke tangan orang miskin. Danitu akan membantu mereka keluar dari kemiskinan.

Di Indonesia, mobilitas individu meningkatpesat dalam dua dasawarsa terakhir sebagaikonsekuensi logis dari perubahan besar dalambidang sosial dan ekonomi. Selain itu migrasi terjadi

Apakahmobilitas itu?

4

Page 8: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

karena ada perbaikan sarana transportasi. Datasensus tentang migrasi selama tiga dasawarsaterakhir meperlihatkan bahwa migrasi antar-provinsi meningkat tajam dalam 30 tahun terakhir.Data tersebut juga memperlihatkan dalam tiga tahunterakhir jumlah laki-laki yang pernah tinggal diprovinsi yang bukan daerah asalnya meningkat 67,8persen. Untuk perempuan, kenaikannya lebih tinggilagi, yakni 98,2 persen. Mobilitas individu lebihdidorong oleh kepemilikan sepeda motor dan mobilyang lebih banyak, dan dengan perkembangan yangcepat dalam bidang transportasi publik.

Indonesia telah menerapkan programtransmigrasi untuk memindahkan orang dariwilayah yang dekat dengan ibukota ke daerah yanglebih jauh. Dan ini telah berlangsung sepanjangabad ke-20. Namun program tersebut dihentikanpada tahun 2000 menyusul terjadinya krisis moneterkarena pemerintah menganggap langkah itu tidaklayak dan tidak tepat sasaran.

Pada tahun 1982 seiring dengan turunnyaharga minyak, terjadi pergeseran ekonomiIndonesia ke arah penggalakkan investasi di bidangmanufaktur. Dalam kurun waktu itu, penanamanmodal dan penciptaan lapangan kerja hanyaterpusat di pulau Jawa. Jadi tidaklah mengherankanbila pada paruh kedua tahun 1980-an arus migrasike Jawa meningkat tajam.

Pada awal tahun 1990-an, lebih banyakpenduduk yang datang ke Jawa ketimbang yangkeluar. 1 Namun demikian, setelah krisis moneter,berdasarkan sensus tahun 2000, terjadi peningkatanmigrasi ke luar Jawa dan adanya penurunan arusmasuk migran dalam wilayah tersebut. Inikemungkinan berkaitan dengan penurunan peluangkerja di daerah perkotaan Jawa setelah krisistersebut, sehingga pulau-pulau lain menjadi lebihdiminati oleh kaum migran (Hugo 2002).

Jawa Tengah merupakan sumber utama kaummigran antar provinsi. Unsur penting yangmempengaruhi migrasi tenaga kerja di pulau-pulau

Migrasi antar-wilayah

1 Hugo (2002) menunjukkan bahwa hasil SUPAS 1995 memberikan databahwa pendatang ke Jawa pada 1990-1995 mencapai 757.035. Angkaini lebih besar ketimbang yang keluar (615.033)

5

Page 9: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan

Indonesia yang lain adalah pengembangan proyekskala besar berkaitan dengan penggalian danpengolahan sumber daya alam seperti mineral,minyak bumi, pengolahan kayu dsb. Hasil sensusmenunjukkan bahwa lebih dari seperlima dari seluruhmigran antar provinsi merupakan migran yangkembali ke desa (returned migrants)(Hugo 2002).Kaum migran tersebut terdiri dari lebih 200 kelompoketnolingusitik yang berbeda, dan terdiri darikelompok suku yang berbeda yang secara tradisimempunyai alasan yang berbeda pula dalammelakukan migrasi. Namun demikian, perbedaan-perbedaan tersebut semakin lama semakin mengecilkarena perkembangan pendidikan dan semakinbaiknya transportasi dan komunikasi.

Masa-masa setelah kris is keuangan diIndonesia menjadi saksi terjadi perpindahan paksalebih dari dua juta jiwa. Konflik yang berakar padaseparatisme, konflik antar suku, dan konflik agamaadalah faktor-faktor lain yang berpengaruh besarterhadap meningkatnya jumlah IDPs. Sebagian besarIDPs adalah perempuan dan anak-anak yangmerupakan kelompok-kelompok masyarakat yangpaling rentan.

Salah satu tren yang paling mencolok dalamhal perpindahan penduduk yang menyebabkanperubahan distribusi penduduk adalah urbanisasi.Laju pertumbuhan penduduk perkotaan sekitar 5persen per tahun dalam tiga dasawarsa terakhir.Pada tahun 1990 jumlah penduduk perkotaan masih55.433.790 jiwa, tapi pada tahun 2000 jumlahtersebut sudah naik menjadi 85.380.627 orang.Karena itu, untuk mengatasi kemiskinan danmemperluas lapangan kerja, penting ditekankanbahwa mayoritas penduduk Indonesia tinggal danbekerja di daerah perkotaan.

Dua unsur utama bisa dikemukakan di siniuntuk menandai perubahan dimaksud:

1. Pengklasifikasian ulang daerah-daerah daripedesaan sampai perkotaan dimana sebagianpenduduk telah berubah statusnya dari wargadesa menjadi warga kota.

Orang-orangyang terusir dinegeri sendiri

(InternallyDisplaced

People/IDPs)

Urbanisasi(migrasi daridesa ke kota)

6

Page 10: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

2. Perpindahan dari daerah pedesaan ke daerahperkotaan.

Kedua hal di atas sangat besar dampaknyaterhadap pasar tenaga kerja, karena yang disebutterakhir melibatkan perpindahan dari satu pasar kerjake pasar kerja yang lain. Sementara itu, yang disebutpertama mencerminkan terjadinya perubahan dalampasar kerja karena meningkatnya peluang kerja disektor non-pertanian yang menyebabkan banyakorang meninggalkan sektor pertanian.

Meluasnya daerah perkotaan Indonesiacenderung terjadi satu arah, seiring dengan ruteangkutan dari (dan menghubungkan) kota-kotabesar. 2 Di samping itu, ada sejumlah besar wargadesa, terutama di Pulau Jawa, yang bekerja dipekerjaan non-pertanian yang sering ditempatkandi daerah pinggir kota dalam bentuk migrasisirkuler atau komuter. Ciri khas dari mobilitas desa-kota di Indonesia adalah meningkatnya peranperempuan dalam perpindahan tersebut. Perludicatat bahwa sistem perkotaan Indonesia semakindidominasi oleh wilayah Metropolitan Jakarta Raya.

Adapun yang menjadi ciri khas dari mobilitasdesa-ke-kota adalah semakin meningkatnya peranperempuan dalam perpindahan tersebut. Adabeberapa contoh perpindahan antar provinsi dimanajumlah kaum perempuan lebih banyak dari jumlahlaki-laki. Para migran perempuan yang berpindahke kota ini terdiri dari dua jenis:

• perempuan berpendidikan rendah, yang mencarikerja sebagai pembantu rumah tangga atau padasektor informal;

• perempuan berpendidikan menengah yangbekerja di sektor formal, terutama di pabrik yangsedang berkembang di kawasan Botabek (Bogor,Tangerang, Bekasi).

Dari perspektif pengentasan kemiskinan,penting untuk diketahui bahwa sebagian besarmobilitas penduduk yang terjadi di Indonesia bersifattidak tetap dan tidak terdeteksi dalam pengumpulandata standar. Walaupun tidak ada data berarti yangbisa diperoleh dalam sensus atau survei nasional,namun jelas bahwa kecepatan perpindahan tidak

Migrasi tidaktetap

2 McGee 1991; Firman (1989, 1991, 1992)

7

Page 11: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan

tetap terus bertambah dalam tiga dasawarsaterakhir. Bank Dunia meperkirakan bahwa minimal25 persen dari rumah tangga di pedesaan di Jawamemiliki sedikitnya satu anggota keluarga yangbekerja paruh-tahun di perkotaan. Kecepatanmigrasi tidak tetap yang terus bertambah ini mejadisemakin penting artinya dalam satu dasawarsaterakhir seiring dengan membaiknya bidangtransportasi, meningkatnya pendidikan, perubahanperan perempuan dan meningkatnya pembangunandi daerah pedesaan dan daerah industri.

Ada beberapa sebab mengapa mereka memilihmigrasi tidak tetap, di antaranya adalah hal-halberikut ini:

• Jenis strategi mobilitas seperti ini sangat cocokdengan partisipasi kerja di sektor informalperkotaan karena komitmen waktu yang fleksibelyang memungkinkan mereka mudik ke kampunghalamannya lebih sering. Selain itu kemudahanmemasuki sektor informal perkotaan juga turutmenjadi pemicu;

• Partisipasi dalam pekerjaan baik di sektorperkotaan maupun pedesaan menyebabkanrisiko tersebar karena peluang sebuah keluargamemperoleh pendapatannya terdiverisifikasi;

• Biaya hidup di daerah perkotaan jauh lebih tinggidibandingkan dengan di daerah pedesaanmembuat para pekerja banyak meninggalkankeluarga di desa. Upah dari kota dengan standarhidup pedesaan akan membuat merekamendapatkan keuntungan berlebih;

• Kebutuhan untuk meningkatkan rasa aman dalamekonomi keluarga dengan cara meningkatkanpeluang memperoleh pendapatan terus meluaske luar daerah dan wilayah-wilayah yang jauh;

• Sistem penggangkutan di Jawa relatif murah,banyak jenisnya, dan memungkinkan pekerjakembali ke kampung halamannya dengan cepat;

• Pekerjaan di desa, terutama pada masa panentetap bisa dipertahankan. Dengan demikian risikotersebar dalam beberapa sumber pendapatan;

• Banyak pengusaha atau penyedia kerja di sektorinformal dan formal di kota-kota besar, terutamadi Jakarta, yang menyediakan pemondokan untukpara pekerjanya;

• Seringkali perpindahan merupakan bagian daristrategi alokasi pekerja keluarga di manasebagian anggotanya dikirim ke luar desa untuk

8

Page 12: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

memberian kontribusi kepada pendapatankeluarga yang berbasis di desa;

• Dalam banyak kasus, ada kecenderungan sosialuntuk tinggal dan membesarkan anak-anak didesa dimana pengaruh negatif dan non-tradisidiyakini tidak terlalu banyak;

• Jaringan sosial merupakan hal yang pentingdalam pengembangan bentuk migrasi seperti ini.Banyak para migran sementara melakukanperpindahan awal mereka dengan mengikuti paramigran yang sudah berpengalaman ataumengikuti saudara atau teman yang sudahmapan di daerah tujuan.

Daerah-daerah yang paling umum dipilih olehpara migran untuk mencari pekerjaan sementaraantara lain adalah sebagai berikut:

• daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam— tambang, kehutanan, dan perkebunan;

• proyek-proyek pembangunan skala besar;• daerah di perbatasan yang perkembangannya

pesat (misalnya, Batam);

• daerah perkotaan

Mobilitas penduduk memainkan peran yangpenting dalam penyesuaian diri pada awal krisis.Krisis memiliki pengaruh serius antara lain adalah:

• Meningkatnya mobilitas karena banyak orangyang berpindah dalam jarak yang jauh untukmencari sumber pendapatan alternatif danpendapatan tambahan. Perpindahan pendudukdigunakan sebagai satu strategi untukmengatasi dampak krisis;

• Sebagian orang kembali ke desa tapi hal itubiasanya bersifat sementara , sedangkan tulangpunggung (pencari nafkah) tetap tinggal di kota;

• Peningkatan yang tidak terlalu berarti dalam halmigrasi dari Jawa ke pulau-pulau yang lain.

Krisis tersebut juga berdampak terhadapsebagian besar daerah pedesaan karena berbagaisebab:

• Banyak rumah tangga pedesaan yang sangattergantung pada uang kiriman dari sanak

Dampak krisiskeuangan

9

Page 13: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan

saudaranya yang bekerja di kota atau pekerja diluar sektor pertanian. Jadi, dampak dari hilangnyapekerjaan di daerah perkotaan sangat besarterhadap sektor pedesaan, denganberkurangnya jumlah uang kiriman kepada rumahtangga dan berkurangnya jumlah uang yangberedar di daerah-daerah pedesaan;

• Sampai tahap tertentu, keluarga yang memilikibanyak tanah terlindung dari krisis karenanaiknya harga makanan dan komoditas seperticokelat, cengkeh, dsb. Namun demikian, haruspula diingat bahwa jumlah keluarga yang memilikitanah yang luas merupakan minoritas pendudukyang tinggal di pedesaan.

Di samping itu, krisis ekonomi menandai migranyang kembali ke desa dalam jumlah yang cukupsignifikan. Tapi sepertinya para warga kotamenyikapi krisis bukan dengan cara kembali selama-lamanya ke desa asal mereka, tapi warga kota yangmerupakan migran generasi pertama lebih memilihpulang dan pergi dari/ke rumah mereka di kota ke/dari tempat kelahiran dan memperoleh pekerjaanapa saja di kedua tempat tersebut. Dengan demikianjelaslah bahwa mobilitas penduduk telah menjadimekanisme penanggulangan (coping mechanism)yang penting bagi banyak warga Indonesia dalammenyiasati dampak krisis.

Dalam beberapa dekade terakhir ini, Indonesiatelah menjadi salah satu pemasok utama tenagakerja tidak terampil di pasar internasional. Negara-negara yang menjadi tujuan antara lain negara Asiadan negara-negara di Timur Tengah. Timur Tengahmenyerap sepertiga dari buruh migran Indonesia.Ada semacam titik balik ketika krisis ekonomi mulaimelanda dan bekerja di luar negeri merupakansalah satu strategi yang ditempuh untuk mengatasikrisis tersebut (Hugo 2000). Bukti lebih lanjut dapatdilihat dari kenyataan bahwa antara tahun 1997-98 pekerja di luar negeri berjumlah 235.275 orang.Pada tahun 2000 jumlah tersebut bertambahmenjadi 435.219.3

Menarik untuk diperhatikan bahwa tenagakerja Indonesia di luar negeri dipilih secara selektif

Migrasiantarnegara

10

3 Suyono, 1981; Singhanetra-Renard, 1986, 52; Pusat PenelitianKependudukan Universitas gajah Mada, 1986,2; Kantor AKAN, Bandungdan Jakarta; AKAN (Antar Kerja Antar Negara); Departemen tenagakerja, Republik Indonesia, 1998, 14; Suprobo, 2003.

Page 14: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

dari kelompok-kelompok dan daerah-daerahtertentu. Hal ini terutama disebabkan oleh semakinpentingnya migrasi berantai. Jadi dampak migrasitenaga kerja internasional terkonsentrasi diwilayah-wilayah tertentu di Indonesia, danwalaupun dampak migrasi tenaga kerja internasionaltersebut di tingkat nasional terbatas, ia tetap sajamerupakan persoalan penting di sebagian daerahdan di banyak masyarakat.

Aspek-aspek migrasi tenaga kerja internasionalyang bisa disebutkan dalam hubungan denganpengentasan kemiskinan antara adalah sebagaiberikut:

• Pekerja Kontrak di Luar Negeri (The Overseas Con-tract Workers/OCWs) diserap dari daerahpedesaan dan beberapa diantaranya dari wilayahyang paling miskin;

• Sebagian besar Pekerja Kontrak di Luar Negeri(OCWs) adalah mereka yang t idak punyaketerampilan dan setengah terampil;

• Sebagian besar OCWs resmi adalah perempuan,namun belakangan jumlah pekerja perempuanmigran yang tidak memiliki dokumen resmimeningkat secara signifikan;

• Orang Indonesia seringkali harus mengeluarkanbanyak biaya untuk dapat bekerja di luar negerikarena mereka harus membayar perantaraswasta dan aparat pemerintah;

• Masalah pelatihan dan bekal untuk bekerja di luarnegeri masih belum begitu diperhatikan;

• Perlindungan terhadap tenaga kerja di luar negerimasih sangat minim;

• Uang kiriman dari OCWs jumlahnya tidak terlaluberarti, tapi pengaruhnya terhadap keluarga,masyarakat, dan wilayah setempat cukup besar;

• Adanya industri perdagangan perempuan yangsemakin marak.

Peluang migrasi tenaga kerja internasionalsepertinya meningkat dan ada peluang untukmenggunakan ini untuk membantu memerangikemiskinan di Indonesia. Namun demikian, sistemmigrasi tenaga kerja internasional di Indonesiaperlu diperbaiki secara substansial j ika kitamenghendaki keuntungan akan mengalir kepadapara pekerja migran, keluarga mereka, dankomunitas mereka. Tingkat rente dalam urusan inidi Indonesia masih sangat tinggi.

11

Page 15: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan

Sistem migrasi tenaga kerja internasionalterhalang oleh sejumlah masalah yang membatasimereka yang ingin melakukannya sementarasebagian pekerja lain malah mengalami lebih banyakkesulitan. Proses mendapatkan dokumen yangdiperlukan dan ijin berangkat sangat menyita waktu.Padahal, mereka biasanya datang dari pedesaan,sehingga pengurusan yang memakan waktumemaksa mereka menunggu berbulan-bulan sebelummeninggalkan Indonesia. Biaya yang harusditanggung mereka seringkali sangat besar. Sebagiandari mereka juga diperlakukan tidak senonoh ditempat tujuan dan juga oleh lembaga/orang yangmerekrut mereka di negeri mereka sendiri.

Karena itu, ada kebutuhan mendesak untukmemperbarui sistem yang ada. Beberapa bidangutama yang perlu diperbaiki antara lain:

• Penyediaan informasi yang akurat, tepat waktudan sesuai kepada para calon pekerja migrantentang biaya yang harus mereka bayar;perkiraan gaji mereka dan kondisi negara yangmenjadi tujuan;

• Pengawasan yang efektif terhadap lembaga/orang yang merekrut serta makelar sehinggajumlah uang komisi, ongkos perjalanan dan biayarekrutmen berada pada kisaran yang realistis;

• Proses perekrutan yang berbelit-belit harusdisederhanakan, dibuat lebih cepat danmemperkecil peluang korupsi;

• Desentralisasi proses persetujuan untuk paramigran sehingga mereka tidak harus menempuhperjalanan jauh hanya untuk meminta ijinberangkat;

• Meningkatkan upaya perlindungan terhadappekerja migran di luar negeri. Perlindungan initerutama diperlukan oleh pekerja perempuanyang sebagian besar adalah pekerja resmi, tapikebanyakan dari mereka bekerja di sektor-sektoryang berada di luar jangkauan perlindunganburuh yang normal;

• Meningkatkan keamanan pengiriman uang paraburuh migran.

Di Indonesia, salah satu aspek penting dalamhal pekerja migran di luar negeri adalah bahwawalaupun jumlah mereka terus meningkat, sebagianbesar dari mereka tetap tidak terdaftar (gelap). Paramigran cenderung memilih jalur tidak resmi karena:

12

Page 16: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

• Sistem yang resmi terlalu mahal, melibatkanbanyak unsur yang tidak resmi;

• Sistem yang resmi memakan waktu lebih lamadibandingkan dengan migrasi yang t idakterdaftar;

• Sistem yang tidak terdaftar seringkali lebihdipercaya karena agen perekrut atau penyalurbiasanya tinggal di desa asal tenaga kerja.

Karena itu, berbagai upaya perlu dilakukanuntuk memperbaiki sistem yang resmi sehinggasistem yang tidak resmi jadi kelihatan mahal dankurang menarik minat calon tenaga kerja migran.

Sudah menjadi kenyataan bahwa mobiltaspenduduk berperan penting dalam perekonomiandan masyarakat Indonesia. Perpindahan pendudukmerupakan strategi penting yang digunakan olehpemerintah Indonesia untuk meningkatkankemakmuran ekonomi. Banyak orang Indonesiayang mampu berpindah dengan menempuh jarakyang sangat jauh di dalam dan di luar negeri denganmaksud untuk memperoleh pekerjaan yang layak.Implikasi kebijakan utama dari pola-pola semacamini dibahas di bawah.

• Di kalangan kelompok yang lebih miskin, adalahsuatu hal yang umum untuk mengalokasikantenaga kerja keluarga ke berbagai macampekerjaan di berbagai lokasi dengan maksudmenyebarkan risiko pendapatan, sehinggapendapatan tersebut minimal bisa mencukupikebutuhan keluarga. Sering dengan membaiknyasarana transportasi dan meluasnya jaringansosial, alokasi semacam ini terus meluas danmakin meluas. Implikasi kebijakan yang harusdiupayakan pemerintah adalah menyingkirkanhambatan di seputar perjalanan dalam negeri diIndonesia dan mendorong mobilitas pekerjasemaksimal mungkin. Investasi pemerintah dalamprasarana angkutan dan upaya untukmenghindari pembebanan biaya yang tinggidalam industri pengangkutan menjadi sangatpenting;

• Menghindari kebijakan dan inisiatif yang tidakkondusif bagi migrasi sirkuler (circular migration).Bentuk mobilitas tidak tetap memungkinkan

Rekomendasi-rekomendasikebijakan

Migrasi internal

13

Page 17: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan

keluarga untuk tetap tinggal di daerah-daerahdimana mereka memiliki sistem pendukung yangkuat namun memungkinkan masing-masingkeluarga untuk pindah ke luar daerah tersebutuntuk memperoleh penghasi lan danmengirimkannya ke keluarga mereka yang tinggaldi desa;

• Perempuan semakin banyak terlibat dalammobilitas tenaga kerja internal di Indonesia,sehingga perlu dicamkan bahwa seluruh programtersebut dirancang sedemikian rupa untukmembantu agar mobilitas internal memilikikomponen jender dan sekaligus peka jender;

• Penggalakan kebijakan yang “ramah migran” ditempat tujuan di mana terdapat peluang kerjayang terus bertambah juga t idak kalahpentingnya. Ini bisa mencakup pembangunanasrama/pemondokan untuk menampung pekerjamigran dan membuat kebijakan ketenagakerjaanyang tidak kaku yang memungkinkan seorangpekerja migran digantikan oleh seseorang yangberasal dari desa mereka pada saat pekerjamigran pertama mudik ke kampungnya;

• Sarana yang aman dan terpercaya yangdiperlukan oleh migran internal untukmengirimkan uang penghasilan mereka tanpabiaya mahal;

• Kebutuhan untuk meningkatkan informasi tentangpasar tenaga kerja, yaitu arus informasi yangselalu siap mengenai peluang kerja, lokasi,keterampilan yang dibutuhkan dan imbalan yangakan diterima.

Jelas terlihat bahwa sebagian besar orangIndonesia masih mempertimbangkan kemungkinanuntuk bekerja di luar negeri. Lagipula OCWsIndonesia sebagian besar berasal dari daerah-daerah miskin di negeri ini. Dengan demikian, adapotensi lumayan besar untuk menjadikan migrasitenaga kerja antar negara sebagai bagian dariupaya pengentasan kemiskinan. Berikut adalahbeberapa rekomendasi yang diusulkan:

• Mengurangi praktek pengambilan keuntunganyang berlebihan dalam sistem ini, yang terjadisebelum migrasi dilakukan, di tempat tujuan danpada saat mereka kembali. Para pialang seringkalimerupakan sumber masalah dari praktek

14

Migrasi antarnegara

Page 18: (Technical Briefing Notes-TBNs) - ilo.org · Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: • Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral • Desentralisasi

semacam ini. Untuk menghindari hal demikian,perlu disediakan informasi yang lebih akuratkepada calon pekerja migran dan untukmelindungi hak-hak mereka;

• Oleh karena itu, migrasi tenaga kerja harusdipermudah, disederhanakan, didesentralisasi,dan praktek pengambilan keuntungan yangberlebihan birokrasi yang tidak perlu harusdibasmi. Calon tenaga kerja migran perludiberdayakan untuk mengantisipasi korupsi danpungutan liar lainnya;

• Tenaga kerja migran harus diberi informasi yangakurat dan lengkap tentang apa saja yang akandihadapi oleh tenaga kerja migran di luar negerisehingga mereka bisa melakukan pertimbangandengan baik sebelum membuat keputusan untukpergi atau tidak;

• OCWs harus dilindungi ketika mereka berada diluar negeri, sehingga mereka tidak dieksplotasisemena-semena; ini berarti, khususnya bagiperempuan yang bekerja di rumah tangga di luarnegeri. Perempuan menanggung risiko lebihbesar untuk diekpsloitasi dibandingkan denganlaki-laki karena sifat pekerjaan yang merekamasuki sangat tegas dalam hal pemisahan jender.Dengan demikian, kebijakan-kebijakan dan pro-gram-program perlu dibuat sedemikian rupasupaya peka jender;

• OCWs harus memiliki sarana yang aman danterpercaya untuk mengirimkan uang kepadakeluarga mereka yang tinggal di Indonesia.Seringkal i tenaga kerja ini terpaksamengeluarkan biaya lumayan besar untuk ini. Disamping itu, uang kiriman tersebut sebaiknyadilihat sebagai dana potensial untuk kegiatanpembangunan di wi layah-wilayah yangmengirimkan tenaga kerja ke luar negeri. Dengandemikian, kebijakan dan program tersebut perludimasukkan ke dalam prakarsa pembangunandaerah;

• Berbagai upaya yang ditempuh untukmemberantas perdagangan manusia harusdilakukan, yang mencakup kebutuhan untukmenggalakkan sistem migrasi antar negara yangresmi, yang membuat sistem ini menjadi lebihmurah, lebih cepat dan lebih menarikdibandingkan dengan cara-cara yang tidak resmi/liar yang dipilih oleh pekerja migran dalammencari pekerjaan di luar negeri.

15