tata tertib pelaksanaan praktikum ketrampilan bagi...

79
1 TATA TERTIB PELAKSANAAN SKILL LAB TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI MAHASISWA 1. Mahasiswa harus sudah lengkap dan siap 15 menit sebelum pelaksanaan praktikum. 2. Apabila ada yang tidak hadir, harus memperoleh ijin dari trainer yang mengampu. 3. Apabila sakit harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter (untuk dilampirkan pada daftar presensi mahasiswa). Presentasi presensi yang boleh mengikuti ujian dengan persyaratan kehadiran 100%. 4. Mahasiswa dengan presensi kehadiran <100% (ketentuan minimal harus sudah mengikuti 3 topik secara lengkap) dengan alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, diperbolehkan mengikuti INHAL (sesuai ketentuan pelaksanaan INHAL) pada blok tersebut. 5. Apabila melanggar ketentuan di point 4 maka diwajibkan mengikuti INHAL pada blok yang sama di tahun berikutnya. 6. Mahasiswa yang tidak pernah mengikuti praktikum selama blok berlangsung dengan alasan yang tidak jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan gugur blok. 7. Apabila terlambat lebih dari 15 menit tidak diperbolehkan mengikuti praktikum. 8. Setiap mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum dan name tag selama pelaksanaan praktikum. 9. Mahasiswa harus sudah mempelajari topik ketrampilan yang akan diajarkan sebelum pelaksanaan praktikum. 10. Perwakilan masing-masing kelompok mahasiswa berkoordinasi dengan laboran skill lab dan bertanggungjawab terhadap alat-alat praktikum yang sudah disediakan. 11. Masing-masing mahasiswa harus mempersiapkan buku panduan praktikum, petunjuk pelaksanaan praktikum dan peralatan individu sebaik-baiknya (sesuai petunjuk trainer) pada setiap pertemuan di skill lab.

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

1

TATA TERTIB PELAKSANAAN SKILL LAB

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI

MAHASISWA

1. Mahasiswa harus sudah lengkap dan siap 15 menit sebelum pelaksanaan praktikum.

2. Apabila ada yang tidak hadir, harus memperoleh ijin dari trainer yang mengampu.

3. Apabila sakit harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter (untuk dilampirkan pada daftar presensi mahasiswa). Presentasi presensi yang boleh mengikuti ujian dengan persyaratan kehadiran 100%.

4. Mahasiswa dengan presensi kehadiran <100% (ketentuan minimal harus sudah mengikuti 3 topik secara lengkap) dengan alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, diperbolehkan mengikuti INHAL (sesuai ketentuan pelaksanaan INHAL) pada blok tersebut.

5. Apabila melanggar ketentuan di point 4 maka diwajibkan mengikuti INHAL pada blok yang sama di tahun berikutnya.

6. Mahasiswa yang tidak pernah mengikuti praktikum selama blok berlangsung dengan alasan yang tidak jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan gugur blok.

7. Apabila terlambat lebih dari 15 menit tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.

8. Setiap mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum dan name tag selama pelaksanaan praktikum.

9. Mahasiswa harus sudah mempelajari topik ketrampilan yang akan diajarkan sebelum pelaksanaan praktikum.

10. Perwakilan masing-masing kelompok mahasiswa berkoordinasi dengan laboran skill lab dan bertanggungjawab terhadap alat-alat praktikum yang sudah disediakan.

11. Masing-masing mahasiswa harus mempersiapkan buku panduan praktikum, petunjuk pelaksanaan praktikum dan peralatan individu sebaik-baiknya (sesuai petunjuk trainer) pada setiap pertemuan di skill lab.

Page 2: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

2

12. Sebelum pelaksanaan praktikum akan diadakan pre-test (secara kolektif akan dilaksanakan sebelum pelaksanaan skill lab), mahasiswa dilarang membaca buku panduan, bekerja sama atau mencontek mahasiswa lain. Bagi mahasiswa yang tidak lulus pre-testakan mengikuti remidi pre-test.

13. Pada pertemuan kedua akan diadakan evaluasi ketrampilan masing-masing mahasiswa oleh trainer.

14. Tidak diperkenankan menggunakan Handphone atau alat komunikasi lain selama pelaksanaan skill lab. Handphone atau alat komunikasi lain harap dimatikan.

15. Memakai busana yang islami (tidak ketat, tidak memakai celana berbahan jeans), serta tidak menggunakan make-up dan aksesoris secara berlebihan.

16. Menjaga situasi kondusif selama kegiatan praktikum, tidak membuat gaduh atau mengobrol antar mahasiswa yang cenderung mengganggu jalannya praktikum.

17. Memperhatikan serta melaksanakan instruksi dan pelatihan yang diberikan trainer.

18. Peminjaman ruangan dan alat-alat skill lab sebelumnya sudah dikoordinasikan dengan laboran skill lab dengan ketentuan waktu peminjaman masing-masing kelompok (minimal 3 orang) dalam seminggu 1 x 2 jam selama jam kerja FK UNIMUS (07.00-16.00 WIB), di luar jadwal kegiatan skill lab rutin. Peminjaman ruangan dan alat di luar waktu yang ditentukan dapat dilakukan dengan pengawasan trainer / asisten Skill Lab.

19. Bila terdapat kerusakan dan/atau kehilangan alat skill lab pada kegiatan no.17, maka kelompok yang bersangkutan wajib mengganti/ memperbaiki alat tersebut.

20. Bila kerusakan dan atau kehilangan alat skill lab terjadi pada saat kegiatan praktikum regular, maka kelompok yang bersangkutan wajib mengganti/ memperbaiki alat tersebut sampai dapat digunakan dan tidak mengganggu kegiatan praktikum.

Page 3: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

3

TATA TERTIB PELAKSANAAN SKILL LAB BAGI TRAINER

1. Trainer harus sudah hadir ± 15 menit sebelum pelaksanaan skill lab. 2. Trainer harus memahami topik ketrampilan yang akan diajarkan. 3. Trainer menyiapkan presensi dan lembar check list penilaian skill lab. 4. Apabila ada mahasiswa yang tidak hadir, harus memperoleh ijin dari

trainer yang mengampu. Ditulis di daftar presensi, apabila sakit harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter (untuk dilampirkan pada lembar presensi mahasiswa).

5. Apabila ada mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 30 menit tidak boleh mengikuti skill lab.

6. Melakukan koordinasi dengan laboran skill lab dalam mengatur jadwal skill lab.

7. Melakukan koordinasi dengan laboran skill lab dalam pelaksanaan skill lab, serta penggunaan alat-alat skill lab.

8. Mengadakan pre-test sebelum pelaksanaan skill lab dan memberikan pemahaman, pelatihan, motivasi, pembelajaran dan evaluasi kepada mahasiswa selama kegiatan skill lab berlangsung.

9. Mengisi lembar penilaian skill lab mahasiswa se-objektif mungkin sesuai checklist yang tersedia dan mengisi seluruh kolom penilaian mahasiswa.

10. Trainer wajib menyerahkan lembar check list penilaian skill lab kepada koordinator skill lab pada hari itu juga.

11. Apabila trainer berhalangan hadir harus menghubungi koordinator skill lab minimal 3 hari sebelum kegiatan skill lab. Atau diperbolehkan mencari ganti trainer dengan persetujuan koordinator skill lab.

Page 4: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

4

TEKNIS PELAKSANAAN SKILL LAB

Dalam pelaksanaan skill lab, mahasiswa dibagi dalam rombongan belajar

(rombel), dimana setiap rombel terdiri dari 9-10 orang. Skill lab dibimbing

oleh dokter sebagai instruktur pembimbing yang sebelumnya telah dilatih

ketrampilannya melalui Training of Trainer (ToT).

Alur kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan jalannya skill

lab diatur oleh koordinator skill lab. Koordinator skill lab membawahi laboran

skill lab yang mempunyai anggota 1 atau lebih laboran yang bertugas dalam

pelaksanaan skill lab, perawatan serta penggunaan sarana dan prasarana skill

lab.

Pada setiap blok terdapat beberapa topik ketrampilan yang harus

dipelajari. Sebelum pelaksanaan skill lab dilakukan pre-test. Pre-test dilakukan

secara kolektif oleh koordinator skill lab bekerja sama dengan penanggung

jawab blok.

Satu topik ketrampilan dilaksanakan sebanyak 2 x pertemuan (1

pertemuan = 2 tatap muka (TM)/2x60 menit).

Dalam pelaksanaannya dibagi lagi menjadi :

1. Pertemuan pertama a) Skill lab diawali dengan melakukan feedback and reflection terhadap

mahasiswa dengan cara memberi kesempatan kepada salah seorang mahasiswa untuk mencoba topik ketrampilan yang akan dipelajari. Setelah itu memberi motivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan dipelajari. 1/4 x 2 jam TM = 30 menit

b) Memberi penjelasan dan contoh tentang topik ketrampilan yang diajarkan 1/4 x 2 jam TM = 30 menit

c) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mencoba ketrampilan yang diajarkan 1/2 x 2 jam TM = 60 menit

Page 5: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

5

d) Setiap selesai pertemuan pertama mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengulangi latihannya dalam kegiatan belajar mandiri dan diberikan kewajiban untuk melakukan refleksi diri dengan cara menuliskan kekurangan dan kelemahan masing-masing individu dalam melakukan ketrampilan yang telah diajarkan, ditulis di buku refleksi diri.

2. Pertemuan kedua a) Kegiatan diawali dengan membacakan refleksi diri masing-masing : ¼ x

2 jam TM = 30 menit. b) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperbaiki hasil

refleksi dirinya masing-masing. ¾ x 2 jam TM = 90 menit.

TAMBAHAN UNTUK INHAL MAHASISWA

1. INHAL Diperuntukan Bagi Mahasiswa yang ijin saat Skilll Lab, serta

mendapat Musibah atau keperluan lain. Musibah atau keperluan yang

dimaksud adalah :

a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

b. Orangtua, saudara kandung, istri/suami, anak kandung mengalami

sakit/ meninggal dunia (dibuktikan dengan surat keterangan sakit/

kematian)

c. Mahasiswa yang izin untuk menjadi delegasi mengikuti kegiatan

universitas/ fakultas (dibuktikan dengan surat tugas)

d. Pernikahan keluarga inti ( dibuktikan dengan surat dari orang tua.). 2. Bagi Mahasiwa yang ijin Skill Lab karena mendapat musibah atau

keperluan lain, harus segera menyerahkan Surat ijin Asli/copy tersebut

(sesuai ketentuan point 1 a,b,c,d) kepada Koordinator Skill Lab (tidak

Page 6: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

6

diberikan ke Trainer / dititipkan melalui mahasiswa) sebagai syarat

permohonan INHAL

3. Surat ijin yang sudah mendapatkan ACC INHAL dapat langsung diserahkan

ke bagian skill lab untuk keperluan koordinasi jadwal INHAL

4. Untuk Pendaftaran INHAL Maksimal 2 (dua) minggu terhitung mulai

dari tanggal mahasiswa Tidak Masuk / Ijin Skill Lab dan telah

mendapatkan ACC dari Koordinator Skill Lab.

Page 7: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

7

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM ASISTENSI MAHASISWA

1. Mahasiswa harus sudah lengkap dan siap 15 menit sebelum pelaksanaan

Asistensi Mahasiswa

2. Apabila sakit harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter

(untuk diserahkan kepada Pengampu Asisten Skill Lab).

3. Mahasiswa yang tidak hadir Asistensi Tanpa Keterangan tidak

diperkenankan mengikuti Praktikum Skill Lab topik selanjutnya.

4. Apabila mahasiswa terlambat hadir pada saat Asistensi Mahasiswa lebih

dari 30 menit tidak diperbolehkan mengikuti Asistensi.

5. Setiap mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum dan name tag selama

pelaksanaan Asistensi Skill Lab.

6. Perwakilan masing-masing kelompok mahasiswa ataupun Asistens Skill

Lab berkoordinasi dengan laboran skill lab dan bertanggungjawab

terhadap alat-alat praktikum yang sudah disediakan.

Page 8: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

8

TATA TERTIB OSCE BAGI MAHASISWA

1. Terdaftar sebagai peserta OSCE, dengan persyaratan presensi kehadiran praktikum 100% untuk pelaksanaan OSCE Blok.

2. Wajib menjunjung tinggi kejujuran, profesionalisme dan kemandirian serta tidak melakukan kecurangan dalam bentuk apapun / bekerjasama dengan orang lain.

3. Dilarang membawa alat komunikasi elektronik dalam bentuk apapun. 4. Membawa alat tulis [ballpoint]. 5. Wajib datang 1 Jam (untuk OSCE blok) sebelum ujian di mulai, jika hadir

terlambat maka tidak diperkenankan mengikuti ujian. Menggunakan patokan jam utama di ruang OSCE/Skill Lab.

6. Wajib membawa kartu peserta ujian/ kartu identitas 7. Mengisi daftar hadir peserta ujian. 8. Tidak membawa catatan ke lokasi OSCE 9. Semua barang peserta ujian dititipkan di tempat/loker yang telah

disediakan. 10. Mengenakan pakaian sopan dan rapi, sepatu, serta jas putih untuk dokter. 11. Memakai busana yang islami (tidak ketat, tidak memakai celana berbahan

jeans), serta tidak menggunakan make-up dan aksesoris secara berlebihan.

12. Menjaga ketertiban, ketenangan dan kelancaran penyelanggaraan OSCE. 13. Setiap peserta wajib mengenakan tanda pengenal/ Name Tag. 14. Mahasiswa yang memenuhi syarat untuk dapat mengikuti OSCE

(memenuhi presensi praktikum 100%), namun pada pelaksanaannya melanggar ketentuan OSCE maka diwajibkan mengikuti ujian pada blok yang sama di tahun berikutnya (ujian ulang tahun depan).

* B e r l a k u u n t u k s e m u a

a n g k a t a n *

Page 9: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

9

MODUL SKILL LAB BLOK 8 (SISTEM INDRA) 1. SKILL LAB THT (2x TM) :

a) PEMERIKSAAN TELINGA b) PEMERIKSAAN HIDUNG c) PEMERIKSAAN TENGGOROKAN

2. SKILL LAB MATA (2x TM) :

a) PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA b) PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR c) PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG d) UJI ISHIHARA e) PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN

3. SKILL LAB KULIT (1x TM) :

a) DIAGNOSIS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN b) DIAGNOSIS PENYAKIT KUSTA

Page 10: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

10

SKILL LAB THT

TUJUAN Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan dengan benar. Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) : 1. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengetahui prinsip serta tujuan

penggunaan alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan.

2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan telinga meliputi pemeriksaan auricula, canalis auditorius externus dan membrana tymphani.

3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hidung meliputi hidung bagian luar, dalam (rinoskopi anterior dan posterior) dan pemeriksaan transluminasi, serta melakukan penanganan epistaksis.

4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tenggorok meliputi pemeriksaan orofaring dan laringoskopi indirek.

A. PEMERIKSAAN TELINGA

Cara memakai lampu kepala : - Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada diantara kedua

mata. - Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan. - Mata kiri ditutup. - Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya

dan saling bersinggungan. - Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm. Cara duduk :

- Penderita duduk di depan pemeriksa - Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita - Kepala dipegang dengan ujung jari

Page 11: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

11

- Waktu memeriksa telinga yang kotralateral, hanya posisi kepala penderita yang diubah

- Kaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula. Cara memegang telinga : - Kanan : aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV,

V pada planum mastoid. Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE.

- Kiri : aurikulum dipegang dengan jari I, dan II. Jari III, IV, dan V di depan aurikulum. Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior.

Cara Memegang Otoskop : - Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE. - Nyalakan lampu otoskop. - Masukkan spekulum telinga pada MAE.

1. PEMERIKSAAN AURIKULA DAN SEKITARNYA Inspeksi Perhatikan daerah di sekitar aurikula/daun telinga, terutama preaurikula dan retroaurikula. Bagaimana warna kulitnya? Adakah masa, abses, fistula atau lesi yang lain? Perhatikan aurikula, bagaimana bentuknya, bagaimana warna kulitnya, adakah masa, abses, fistula atau lesi yang lain? Palpasi/perkusi Adakah nyeri pada aurikula, retro aurikuka, tragus? Adakah nyeri tarik pada aurikula?

Page 12: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

12

Pemeriksaan aurikula dan sekitarnya

2. PEMERIKSAAN CANALIS AUDITORIUS EXTERNUS DAN MEMBRAN

TIMPANI Lebih baik jika menggunakan lampu kepala. Aurikula ditarik ke arah supero posterior pada dewasa, dan ke arah posterior pada anak. Tangan yang lain menarik kulit di depan tragus ke arah anterior. Adakah benda asing, serumen, darah, secret, edem dan lesi yang lain? Evaluasi membrane timpani : Bagaimana warnanya, norma, hiperemis? Bagaimana permukaannya, cekung, cembung (bulging) Adakah perforasi membrane timpani? Di mana letak perforasi? Berapa ukurannya (25%, 50%, sub total, total)? Bila menggunakan cara tersebut kurang jelas, misalnya karena tertutup vibrise, bisa menggunakan corong telinga. Gunakan corong telinga ukuran sebesar mungkin tetapi tidak menyakiti pasien.

Pemeriksaan canalis auditorius eksternus dan membran timpani

Page 13: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

13

B. PEMERIKSAAN HIDUNG

Berbagai macam spekulum hidung

1. PEMERIKSAAN HIDUNG BAGIAN LUAR Hidung bagian luar meliputi pangkal hidung, punggung hidung, puncak hidung dan vestibulum. Pemeriksaannya meliputi Inspeksi Bentuk hidung: adakah deformitas, masa/benjolan, lesi, dll? Warna kulit: adakah hiperimis, sianosis, dll? Palpasi/perkusi Adakah nyeri tekan, krepitasi, dll? Auskultasi Adakah tanda-tanda obstruksi, dll? 2. PEMERIKSAAN HIDUNG BAGIAN DALAM RINOSKOPI ANTERIOR

Cara memegang spekulum hidung yang benar

Page 14: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

14

Hidung bagian dalam meliputi bagian hidung di bagian dalam yang dilapisi mukosa, terletak di sebelah posterior vestibulum melanjut sampai koana yang terletak di sebelah anterior dari nasofaring. Hidung bagian dalam terbagi oleh septum nasi menjadi 2 ruangan yang disebut cavitas nasi kanan dan kiri. Pemeriksaan hidung bagian dalam secara sederhana menggunakan alat yang disebut spekulum hidung. Cara kerja : Posisi penderita berhadapan dengan pemeriksa. Kepala penderita sedikit tengadah. Spekulum hidung dipegang dengan menggunakan tangan kiri. Jari telunjuk digunakan untuk tumpuan pada hidung luar penderita, keempat jari yang lain untuk memegang spekulum hidung. Saat dimasukkan dalam rongga hidung, ujung speculum dalam keadaan tertutup. Ujung speculum dimasukkan sedalam mungkin tanpa menyakiti penderita. Buka perlahan-lahan ujung speculum selebar mungkin, tanpa menyakiti penderita. Lakukan evaluasi keadaan rongga hidung penderita. Jika konka inferior membesar menutupi rongga hidung, lakukan aplikasi dengan larutan vasokonstriktor (efedrin, epinefrin/adrenalin). Jika konka mengecil setelah diberi vasokonstriktor, maka pembesarannya akibat edem. Jika tetap, maka pembesarannya akibat hipertropi. Penilaian rongga hidung meliputi warna mukosa (normal merah muda), adakah secret/discharge (jernih, putih, kuning, hijau), adakah masa, adakah epistaksis dan bleeding pointnya, adakah benda asing, dll?

Page 15: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

15

Memasukkan spekulum hidung pada rongga hidung kanan. Ujung spekulum tertutup

Saat memeriksa rongga hidung, ujung spekulum dibuka, dan ditutup kembali

saat mengeluarkannya

Cara melakukan pemeriksaan rongga hidung kiri

3. RINOSKOPI POSTERIOR /NASOFARINGOSKOPI INDIREK Idealnya, pemeriksaan ini menggunakan lampu kepala. Posisi penderita berhadapan dengan pemeriksa. Cara kerja Penderita diminta membuka mulut selebar mungkin dan bernafas menggunakan mulut secara perlahan-lahan. Untuk menghindari pengembunan pada cermin, pemukaan cermin nasofaring/laring diusapkan pada punggung lidah penderita. Tangan kanan pemeriksa memegang tongue spatel, tangan kiri memegang kaca laring. Lidah ditekan dengan menggunakan tongue spatel. Untuk

Page 16: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

16

menghindari reflek muntah, tongue spatel ditempelkan dahulu beberapa saat di sepanjang punggung lidah atau disemprotkan anestesi local (Xylocain spray) di sekitar punggung lidah bagian belakang. Tekan punggung lidah dengan kuat tetapi secara lembut. Usapkan permukaan cermin nasofaring pada punggung lidah untuk mencegah pengembunan. Cermin nasofaring dimasukkan sedalam mungkin hingga berada di belakang uvula dengan permukaan cermin menghadap superior. Cahaya lampu kepala diarahkan pada permukaan cermin. Pada cermin akan tampak koana dan rongga nasofaring. Lakukan penilaian, adakah koana (untuk kasus-kasus atresia koana), bagaimana warna mukosanya, adakah masa, dll?

Cara melakukan pemeriksaan rinoskopi posterior

4. PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI Dilakukan pada penderia yang diduga menderita sinusitis. Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap dengan menggunakan lampu senter kecil atau bola lampu kecil sebagai sumber cahaya. Cara kerja : Penderita dan pemeriksa berada dalam ruangan gelap. Sumber cahaya dimasukkan ke dalam mulut, penderita diminta mentup mulut rapat-rapat.

Page 17: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

17

Dalam keadaan normal akan terbayang cahaya di sinus maksila, cavitas nasi, sinus etmoid, sinus frontalis, bola mata, palpebra inferior. Lakukan penilaian adakah terbayang cahaya pada tempat-tempat tersebut. Bandingkan antara sisi kanan dan kiri, apakah kanan dan kiri sama terangnya. 5. PENANGANAN EPISTAKSIS Siapkan spekulum hidung, pinset bayonet, larutan vasokonstriktor, kapas, roll tampon/tampon pita, zalf antibiotic, kasa, plester. Cara kerja : Penderita dalam posisi berbaring. Lakukan pemeriksaan rinoskopi anterior. Siapkan kapas atau roll tampon secukupnya. basahi dengan larutan vasokonstriktor (efedrin, epinefrin/adrenalin). Aplikasikan/masukkan ke dalam cavitas nasi yang mengalami perdarahan. Tunggu beberapa saat sambil dilakukan evaluasi adakah perdarahan dari anterior maupun posterior (pasien diminta membuka mulut, dengan menggunakan penekan lidah dilihat adakah aliran darah dari nasofaring). Angkat kapas atau roll tampon tersebut. Bila epistaksis berhenti, penanganan sementara dianggap berhasil. Pasien dievaluasi 24 jam kemudian. Bila epistaksis masih terjadi, dilakukan pemasangan tampon anterior. Masukkan roll tampon (yang telah diberi zalf antiiotik) sepadat/sepanjang mungkin ke dalam cavitas nasi. Setelah dipasang roll tampon, pasang kasa secukupnya di sebelah luarnya, kemudian difiksasi dengan perekat(plester, hipafix, dll). Pasien dirujuk ke RS untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.

Page 18: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

18

Melakukan aplikasi dengan larutan vasokonstriktor pada rongga hidung yang mengalami epistaksis

Melakukan evaluasi, masih adakah perdarahan, baik anterior maupun

posterior

Pemasangan tampon anterior

Pasang kasa untuk fiksasi tampon

Page 19: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

19

C. PEMERIKSAAN TENGGOROK 1. PEMERIKSAAN OROFARING Pemeriksaan tanpa menggunakan tongue spatel Penderita diminta membuka mulut lakukan evaluasi pada cavun oris. Perhatikan warna mukosa bukal, gingiva, palatum, lidah dan daerah sekitarnya. Adakah masa di dalam cavum oris? Amati gigi geligi, adakah karies, sisa gigi/akar gigi? Untuk memeriksa tonsil dan sekitarnya serta dinding posterior faring, penderita diminta membuka mulut selebar mungkin sambil menjulurkan lidah sepanjang mungkin dan mungucapkan A’. Hal ini dapat dilakukan beberapa kali. Bila dengan cara ini sudah dapat dilakukan evaluasi, maka tidak perlu menggunakan tongue spatel. Tetapi bila dengan menggunakan cara tersebut masih belum bisa menilai tonsil dan organ sekitarnya, maka perlu digunakan tongue spatel. Pemeriksaan dengan menggunakan tongue spatel Penderita diminta membuka mulut selebar mungkin tanpa menjulurkan lidah. Tempelkan tongue spatel beberapa saat pada punggung lidah untuk menghindari reflek muntah. Tekan punggung lidah dengan kuat tetapi secara lembut. Bila masih timbul reflek muntah, bisa disemprotkan anestesi lokal (misalnya Xylocain spray). Lakukan penilaian tonsil dan jaringan sekitarnya, serta dinding faring posterior, bagaimana warnanya, adakah masa, bagaimana ukuran tonsilnya, bagaimana warna dinding faring posterior, adakah jaringan granulasi? 2. PEMERIKSAAN LARINGOSKOPI INDIREK Idealnya menggunakan lampu kepala. Penderita diminta menjulurkan lidah sepanjang mungkin. Ujung lidah dilapisi dengan kasa, penderita diminta menarik lidahnya hingga terjulur sepanjang mungkin sambil membuka mulut.

Page 20: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

20

Usapkan permukaan cermin laring pada punggung lidah untuk menghindari pengembunan. Masukkan cermin laring dengan permukaan menghadap ke bawah, sedalam mungkin, hingga berada di belakang uvula. Arahkan cahaya pada permukaan cermin laring. Lakukan evaluasi pada pangkal lidah, epiglotis dan sekitarnya. Bagaimana warnanya, adakah masa? Lakukan evaluasi pada plika vokalis. Bagaimana warnanya, adakah masa? Penderita diminta bernapas, kemudian diminta mengucapkan iiiii. Adakah gerakan asimetri pada plika vokalis?

Memeriksa orofaring tanpa tongue spatel

Cara memegang tongue spatel yang benar

Page 21: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

21

Cara memeriksa orofaring dengan tongue spatel

LARINGOSKOPI INDIREK

Cara memeriksa laring dengan cermin laring

Page 22: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

22

Lembar Kerja I Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan Penanganan Epistaksis (Pertemuan 1) A. Tempat : Ruang Skill lab B. Pasien simulasi : laki-laki minimal 1 orang/kelompok C. Peralatan :

1. Lampu kepala 2. Lampu senter kecil 3. Corong telinga 4. Spekulum hidung 1 set 5. Otoskop 6. Pinset bayonet 7. Penekan lidah/tongue spatel 8. Cermin laring 9. Gunting 10. Plester luka/leukoplas/hipafix 11. Kapas 12. Kasa 13. Roll tampon/tampon pita 14. Larutan vasokonstriktor (epinefrin/adrenalin atau efedrin) 15. Zalf antibiotic 16. Manikin kepala/airway

D. Kegiatan : 1. Trainer menunjuk dua mahasiswa untuk feedback and reflection dengan

cara memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan sebagai dokter dan pasien. Setelah itu memberikan tanggapan dan motivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan dipelajari. Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan pada pasien simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 23: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

23

Lembar Kerja 2

Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan Penanganan Epistaksis (Pertemuan 2) A. Tempat : Ruang Skill lab B. Pasien simulasi : laki-laki minimal 1 orang/kelompok C. Peralatan :

1. Lampu kepala 2. Lampu senter kecil 3. Corong telinga 4. Spekulum hidung 1 set 5. Otoskop 6. Pinset bayonet 7. Penekan lidah/tongue spatel 8. Cermin laring 9. Gunting 10. Plester luka/leukoplas/hipafix 11. Kapas 12. Kasa 13. Roll tampon/tampon pita 14. Larutan vasokonstriktor (epinefrin/adrenalin atau efedrin) 15. Zalf antibiotic 16. Manikin kepala/airway

D. Kegiatan : 1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing. Waktu 30 menit. 2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan pada

pasien simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 24: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

24

CHECKLIST PEMERIKSAAN TELINGA DAN HIDUNG

No Aspek yang dinilai Skor 0 1 2 3

1 Menyiapkan alat-alat dan tempat pemeriksaan 2 Memakai lampu kepala dengan benar 3 Mengatur posisi pasien dan dokter dengan benar 4 Memulai pemeriksaan dengan bismillaah... 5 Memeriksa telinga luar

Inspeksi : adanya massa, hiperemis, deformitas Palpasi : nyeri tekan auricula, tragus, massa

6 Memeriksa telinga tengah : 1) CAE : Adakah benda asing, serumen, darah, secret,

edem dan lesi yang lain? 2) Membran timpani : Bagaimana warnanya, norma,

hiperemis? Bagaimana permukaannya, cekung, cembung (bulging) Adakah perforasi membrane timpani? Di mana letak perforasi? Berapa ukurannya (25%, 50%, sub total, total)?

7 Pemeriksaan hidung bagian luar : Inspeksi : deformitas, massa, warna kulit Palpasi : nyeri tekan, krepitasi, massa

8 Pemeriksaan hidung bagian dalam dengan speculum hidung :

1) Lakukan evaluasi keadaan rongga hidung penderita. Jika konka inferior membesar menutupi rongga hidung, lakukan aplikasi dengan larutan vasokonstriktor (efedrin, epinefrin/adrenalin). Jika konka mengecil setelah diberi vasokonstriktor, maka pembesarannya akibat edem. Jika tetap, maka pembesarannya akibat hipertropi.

2) Penilaian rongga hidung meliputi warna mukosa (normal merah muda), adakah secret/discharge (jernih, putih, kuning, hijau), adakah masa, adakah epistaksis dan bleeding pointnya, adakah benda

Page 25: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

25

asing, dll? 9 Pemeriksaan rinoskopi posterior : Lakukan penilaian,

adakah koana (untuk kasus-kasus atresia koana), bagaimana warna mukosanya, adakah masa, dll?

10 Pemeriksaan transluminasi 11 Penanganan epistaksis tampon anterior 12 Diakhiri dengan ucapan alhamdulillaah dan

terimakasih atas kerjasamanya.

Total Score Keterangan : 0 = tidak dilakukan : 1 = dilakukan, ≤ 50% benar 2 = dilakukan, > 50% benar 3 = dilakukan dengan sempurna Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 Σ maksimal skor

Page 26: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

26

Lembar Kerja 3 Pemeriksaan Tenggorok (Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan :

1. Lampu kepala 2. Lampu senter kecil 3. Penekan lidah/tongue spatel 4. Cermin laring 5. Gunting 6. Kasa

C. Kegiatan : 1. Trainer menunjuk dua mahasiswa untuk feedback and reflection dengan cara

memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan sebagai dokter dan pasien. Setelah itu memberikan tanggapan dan motivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan dipelajari. Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Lembar Kerja 4 Pemeriksaan Tenggorok (Pertemuan 2)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Peralatan :

1. Lampu kepala 2. Lampu senter kecil 3. Penekan lidah/tongue spatel 4. Cermin laring 5. Gunting 6. Kasa

Page 27: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

27

C. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing. Waktu 30 menit. 2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan dengan

membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 28: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

28

CHECKLIST PEMERIKSAAN MULUT, FARING No Aspek yang dinilai Skor

0 1 2 3 1 Menyiapkan alat-alat dan tempat pemeriksaan 2 Memakai lampu kepala dengan benar 3 Mengatur posisi pasien dan dokter dengan benar 4 Memulai pemeriksaan dengan bismillaah 5 Memeriksa mulut bagian luar dan mendeskripsikan hasilnya 6 Meminta pasien membuka mulut dengan benar 7 Memeriksa keadaan rongga mulut, mukosa buccal dan gigi

geligi dengan/tanpa bantuan spatula

8 Memeriksa palatum, lidah, tonsil, orofaring, uvula dan mendeskripsikan hasilnya

9 Meminta pasien mengangkat lidah untuk melihat dasar lidah dan mendeskripsikan hasilnya

10 Diakhiri dengan ucapan alhamdulillaah dan terimakasih atas kerjasamanya.

Jumlah = 24 Keterangan : 0 = tidak dilakukan : 1 = dilakukan, ≤ 50% benar 2 = dilakukan, > 50% benar 3 = dilakukan dengan sempurna Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 Σ maksimal skor

Page 29: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

29

CHECKLIST PEMERIKSAAN LARINGOSKOPI INDIREK

No Aspek yang dinilai Skor 0 1 2 3

1 Menyiapkan alat-alat dan tempat pemeriksaan 2 Memakai lampu kepala dengan benar 3 Mengatur posisi pasien dan dokter dengan benar 4 Memulai pemeriksaan dengan bismillaah... 5 Memeriksa mulut bagian luar dan deskripsikan hasilnya 6 Meminta pasien membuka mulut dengan benar 7 Meminta pasien menarik lidahnya sepanjang mungkin 8 Memasukkan kaca laring ke dalam mulut dengan benar 9 Lakukan evaluasi pada pangkal lidah, epiglotis dan sekitarnya.

Bagaimana warnanya, adakah masa?

10 Lakukan evaluasi pada plika vokalis. Bagaimana warnanya, adakah masa?

11 Meminta Penderita bernapas, kemudian diminta mengucapkan iiiii. Adakah gerakan asimetri pada plika vokalis?

12 Diakhiri dengan ucapan alhamdulillaah dan terimakasih atas kerjasamanya.

Jumlah = 33

Keterangan : 0 = tidak dilakukan : 1 = dilakukan, ≤ 50% benar 2 = dilakukan, > 50% benar 3 = dilakukan dengan sempurna Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 Σ maksimal skor

Page 30: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

30

SKILL LAB MATA TUJUAN Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mata dengan benar. Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) : 1. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengetahui prinsip serta tujuan

penggunaan alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan mata. 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mata meliputi pemeriksaan

tekanan bola mata, segmen anterior, lapang pandang, uji ishihara, dan tajam penglihatan.

A. PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA

a) TONOMETER SCHIOTZ Tujuan : Mengetahui besar tekanan bola mata dengan tonometer Prinsip Kerja: Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam bola mata Alat dan Bahan : 1. Tempat tidur/meja panjang (untuk berbaring) 2. Tonometer Schiotz 3. Pemanas spiritus 4. Alkohol 70% 5. Kapas 6. Pantocain 0,5% ED 7. Antibiotik tetes mata (gentamicin ED/ Klorampenikol ED) Cara Kerja : 1. Probandus tidur terlentang pada tempat tidur / meja panjang 2. Sterilkan alat dengan pemanas spiritus/ alkohol, tunggu sampai dingin/

alkohol kering 3. Tetesi mata penderita dengan anestesi topikal (pantaocain 0,5%ED)

masing-masing 1 tetes pada mata kanan dan kiri 4. Tunggu rasa pedih di mata hilang

Page 31: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

31

5. Fiksasi mata penderita dengan cara mengangkat ibu jari tangan ke atas mata dan dilihat

6. Letakkan Tonometer Schiotz yang sudah disterilisasi pada kornea probandus

7. Baca skala yang ditunjukkan oleh Tonometer Shciotz, jika skala yang ditunjuk < 3, naikkan beban Tonometer Schiotz ( Beban Tonometer Schiotz masing-masing: 5 g; 7,5 g;10 g)

8. Lakukan secara bergantian (mata kanan dilanjutkan mata kiri) 9. Cocokkan skala dg tabel Tonometer untuk mendapatkan hasil/ nilai

pengukuran 10. Tetesi mata penderita dengan antibiotik tetes mata, masing-masing 1 tetes

untuk mata kanan dan kiri Penilaian : 15mmHg- 20 mmHg : Normal < 10 mmHg : Hipotoni di atas 20 mmHg : hipertensi okuli/ peningkatan tekanan intra okuler CATATAN : 1. Sebelum diperiksa, perhatikan mata penderita: ada infeksi?(mata merah),

pupil dilatasi? kalau hal itu terjadi sebaiknya pemeriksaan ditunda 2. Tonometer Schiotz tidak dapat dipercaya pada miopia tinggi dan penyakit

tiroid (bisa terjadi false negatif). Pemeliharaan Tonometer Schiotz: 1. Sebelum dan sesudah digunakan bersihkan dengan pembersih yang sudah

tersedia dan cek keakuratan Tonometer 2. Sebelum ditempelkan pada kornea, sterilkan tonometer dengan

dipanaskan pada pemanas spiritus dan dicek bahwa tonometer benar-benar sudah dingin sebelum digunakan

b) TEKANAN BOLA MATA DENGAN DIGITAL Tujuan: Mengetahui tekanan bola mata tanpa alat khusus (dengan menggunakan ujung jari) Dasar:

Page 32: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

32

Merupakan perhitungan tekanan bola mata dengan menekankan jari pemeriksa pada bola mata probandus Cara Kerja: 1. Probandus disuruh melirik ke bawah 2. Kedua telunjuk pemeriksa diletakkan pada kelopak tarsus superior

probandus 3. Jari lain bersandar pada dahi probandus 4. Satu telunjuk mengimbangi tekanan, sedangkan telunjuk lain menekan

bola mata Penilaian: T dig N : normal, terdapat fluktuasi pada saan menekan T dig N(+) : meningkat, seperti ujung lidah yang ditekankan pada pipi T dig N(-) : menurun/ hipotoni, seperti menekan palmar ibu jari tangan Catatan: Cara ini baik digunakan jika: Tidak ada alat Terdapat infeksi pada mata Terdapat sikatrik kornea, infeksi kornea dan Kornea ireguler

B. PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR: Tujuan : Dapat memeriksa segmen anterior dengan benar dan dapat mengetahui keadaan normal segmen depan bola mata Alat : 1. Loupe 2. Senter 3. Oftalmoskop 4. Fluoresine 2% ED 5. Aquabides steril 6. Spuit 5 cc 7. Keratoskop placido

Page 33: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

33

Cara kerja : 1. Probandus duduk berhadapan dengan pemeriksa 2. Tetesi mata probandus dengan fluoresine 2% ED dan bilas dengan

aquabides sampai bersih 3. Periksa mata penderita dengan loupe dan senter 4. Untuk memeriksa kornea, lakukan pemeriksaan dengan oftalmoskope

dengan menggunakan cahaya biru 5. Nilailah masing-masing organ dengan urut dan benar Cara pemeriksaan COA (cara Van Herrick) 1. Mata probandus disinari dari sisi temporal 2. perhatikan pantulan atau bayangan cahaya pada iris 3. Nilailah! Cara penilaian < ¼ bagian : COA dangkal ¼ - ½ bagian : COA cukup > ½ bagian : COA dalam

Penilaian: 1. Silia

Arah tumbuh: Trikiasis?,distikiasis?

2. Palpebra Spasme?,tertutup rapat?,terbuka sempurna?, tanda radang?

3. Konjungtiva

Page 34: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

34

Warna?,corpus alienum?, injeksi? 4. Bulbus Okuli

Kedudukan?, gerakan?, 5. Kornea

a. Jernih?, neovaskularisasi? b. Sensibilitas Kornea

TUJUAN : Tujuan memeriksa syaraf Trigeminus yang memberikan sensibilitas pada kornea ALAT : Kapas yang dipilin kecil TEHNIK :

- Penderita/ probandus melihat ke sisi yang berlawanan (dapat dibantu dengan melihat jari pemeriksa sebagai fiksasi) dari bagian kornea yang akan diperiksa

- Dari sisi yang lain (jangan sampai terlihat penderita /probandus) kapas digeser sejajar permukaan iris menuju kornea yang akan diperiksa

- Kapas ditempelkan pada permukaan kornea - Nilailah. PENILAIAN : (+) Nomal ; (+) Berkurang/turun ; (-) CATATAN : - Bila terjadi reflek mengedip normal berarti sensibilitas kornea baik,

syaraf Trigeminus baik - Bila reflek mengedip turun atau negatif, berarti fungsi syaraf

Trigeminus berkurang atau terjadi pada keratitis/ulkus herpes simplek atau herper zoster

c. Kelengkungan Kornea Untuk menilai kelengkungan kornea dapat dilakukan pemeriksaan KERATOSKOP PLACIDO.

Page 35: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

35

Gambar Keratoskop Placido

Cara pemeriksaan :

1. Siapkan papan placido, yang terdiri dari papan bundar dengan garis-garis lingkaran dan lubang kecil di tengahnya.

2. Dekatkan papan placido pada mata pemeriksa dengan garis lingkaran menghadap ke luar.

3. Dekatkan lubang kecil papan placido pada mata pemeriksa. 4. Perlahan-lahan dekatkan papan placido kearah penderita dengan

mata pemeriksa tetap di dekat papan placido. 5. Amati bayangan garis lingkaran pada kornea mata penderita. 6. Jika bayangan garis licin, maka kornea normal. Bayangan yang

terputus, atau berkelok-kelok memberikan kondisi abnormal pada penderita, misalnya adanya sikatrik .

e) COA Jernih?, kedalaman?

f) Iris Kripte?, neovaskularisasi?

g) Pupil Bentuk?, diameter?, reflek pupil (langsung&tak langsung)

C. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG 1. DENGAN KAMPIMETER Tujuan : Mementukan besar lapang pandang seseorang Prinsip Kerja :

Page 36: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

36

Pada kelainan lapang pandang, penderita tidak dapat melihat benda pada daerah yang seharusnya masih dapat dilihat (penyempitan lapang pandang). Alat dan bahan : 1. Kampimeter 2. Penutup mata 3. Kapur putih dan kapur warna Cara Kerja : 1. Probandus duduk di kursi di depan kampimeter dengan jarak 0, 5 m dari

kampimeter 2. Lakukan pemeriksaan pada mata kanan,mata kiri di tutup, letakkan dagu

pada tempat yang sudah disediakan dan fiksasi mata pada tengah kampimeter

3. Gerakkan stik pemegang kapur dari perifer ke sentral, beri tanda saat penderita mulai melihat kapur tersebut

4. Lakukan hal yang sama pada semua kuadran 5. Cari bintik buta (skotoma fisiologis) 6. Lakukan juga pada mata kiri 7. Gambar maping yang sudah jadi pada kertas maping yang sudah

disediakan Hasil pemeriksaan : Lapangan pandang: baik Hasil pencatatan sama seperti yang tersedia dan hasil pemeriksaan ditulis sebagai “Lapangan pandang : baik”. Contoh :

Hasil LP mata kanan Hasil LP mata kiri Hasil LP mata kiri & kanan

Lapangan pandang : menyempit Grafik yang tercata terlihat lebih ciut dari yang tersedia dan hasil pemeriksaan ditulis sebagai “Lapangan pandang : menyempit” Contoh :

OD OS ODS

Page 37: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

37

Gambar berikut ini menunjukkan penyempitan lapangan pandang, baik pada mata kanan (OD) ataupun pada mata kiri (OS) :

2. UJI KONFRONTASI Merupakan uji lapangan pandang (LP) yang paling sederhana. Tidak membutuhkan peralatan, hanya pemeriksa tidak diperbolehkan memiliki kelainan yang mengganggu lapangan pandang, misalnya glaukoma, kelainan retina, kelainan papil nervus optici/ PN II, kelainan intrakranial. Pada pemeriksaan ini lapangan pandang probandus dibandingkan dengan lapangan pandang pemeriksa. Tujuan pemeriksaan : Untuk mengetahui adanya defisit lapangan pandang seseorang Cara pemeriksaan : 1. Probandus dan penderita berdiri atau duduk berhadapan dalam jarak 60

cm dengan posisi mata probandus dan penderita sama tinggi. 2. Pemeriksaan mata kanan dilakukan dengan mata kiri probandus dan mata

kanan pemeriksa ditutup dengan okluder 3. Probandus diminta menatap mata kiri pemeriksa dan tidak diperbolehkan

melirik ataupun menoleh. 4. Lengan pemeriksa terentang lurus kearah superior, temporal, inferior, dan

nasal dalam jarak yang sama antara probandus dan pemeriksa. Mintalah probandus untuk melihat jari pemeriksa

5. Bila belum dapat melihat jari pemeriksa, maka pemeriksa menggerakkan jari dari arah temporal menuju sentral dalam jarak yang selalu sama. Nilailah

6. Bandingkan hasil antara yang dilihat pemeriksa dan Probandus.

Page 38: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

38

Hasil pemeriksaan: Normal:

1. Probandus dapat melihat jari pemeriksa sama seperti yang terlihat oleh pemeriksa.

2. Hasil pemeriksaan ditulis sebagai “Lapangan pandang : baik” Tidak normal: 1. Probandus belum dapat melihat jari pemeriksa, sedangkan pemeriksa

sudah melihat. 2. Hasil pemeriksaan ditulis sebagai “Lapangan pandang: menyempit” D. PEMERIKSAAN PENGLIHATAN WARNA (UJI ISHIHARA)

Penglihatan warna normal membutuhkan fungsi makula dan saraf optikus yang normal. Terdapat berbagai uji penglihatan warna paling umum dipakai adalah uji Ishihara, karena paling mudah dan cepat serta cukup sensitiv untuk mengetahui adanya defisiensi penglihatan warna. Namun demikian uji Ishihara tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan defisiensi penglihatan warna lebih lanjut. Lempeng atau kartu atau card Ishihara masing-masing berisi kumpulan bintik-bintik/bulatan-bulatan warna primer yang dicetak di atas latar belakang mozaik bintik-bintik serupa dengan warna sekunder yang membingungkan. Lempeng-lempeng kartu tersusun menjadi sebuah buku.

Kelainan penglihatan warna ada 2 kelompok besar, yaitu herediter dan didapat. Kelainan paling umum adalah buta warna sebagian (merah hijau) yang terkait – X (x-lincked), yang pada umumnya diderita oleh laki-laki. Ini merupakan kelainan bawaan (herediter). Kelainan penglihatan warna yang didapat antara lain akibat suatu proses penyakit (contoh: avitaminosis A, neuritis optica atau suatu kompresi saraf opticus oleh suatu massa) atau karena pemakaian suatu obat dalam jangka panjang (chloroquine). Tujuan Uji ISHIHARA: 1. Mengetahui status kesehatan penglihatan warna 2. Mengetahui status kesehatan fungsi retina (makula) dan saraf optikus Alat/Bahan: Buku Ishihara

Page 39: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

39

Cara Pemeriksaan : 1. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa dalam ruangan dengan

pencahayaan cukup (daylight) 2. Pemeriksaan dilakukan dengan visus koreksi terbaik 3. Kartu diletakkan pada jarak 75 cm dari pasien 4. Pasien diminta membaca angka pada kartu-kartu Isihara. Bagi pasien buta

huruf diperiksa dengan kartu yang berisi gambar kurva (kartu/lempeng 26 – 38) dan diminta menghubungkan tanda silang (“X”) yang ada pada tepi gambar dari ujung kurva ke ujung yang lain

Pemeriksaan dengan satu mata tertutup (monokuler) : 1. Penderita diminta menutup satu mata dengan telapak tangan 2. Penderita diminta membaca kartu Ishihara lembar demi lembar sesuai

yang ditunjuk pemeriksa 3. Jawaban untuk pembacaan angka diberikan tidak lebih dari 3 detik 4. Jawaban untuk pembacaan kurva diberikan tidak lebih dari 10 detik 5. Nilailah 6. Lakukan pada mata kontralateral 7. Nilailah Pemeriksaan dengan kedua mata terbuka (binokuler) : 1. Penderita diminta membaca kartu Ishihara lembar demi lembar sesuai

yang ditunjuk pemeriksa dengan kedua mata terbuka 2. Nilailah

Penilaian Pemeriksaan: Normal : Penderita mampu membaca 17 kartu atau lebih kartu Isihara. Buta warna : Bila hanya dapat membaca 13 kartu atau kurang. 1. Buta warna partial : bila pembacaan sebagian kartu salah 2. Buta warna total : bila pembacaan semua kartu salah

E. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN (VISUAL ACUITY

MEASUREMENT) Pemeriksaan tajam penglihatan seseorang sebaiknya dilakukan di dalam

ruangan dengan penerangan cukup dan tidak terlalu terang. Pemeriksaan

Page 40: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

40

dilakukan pada jarak 5-6 meter dari kartu baku untuk uji penglihatan (kartu Snellen), karena pada jarak ini mata melihat suatu benda dalam keadaan tanpa akomodasi (keadaan istirahat/rileks). Pada dewasa atau anak yang kooperatif dan sudah mampu membaca pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen. Sedangkan pada anak yang belum dapat membaca dapat menggunakan E- chart atau kartu bergambar.

Pada bayi hingga balita pada keadaan normal tajam penglihatannya seperti pada tabel berikut ini.

Tabel Perkembangan tajam penglihatan mata normal pada bayi – anak balita.

USIA TAJAM PENGLIHATAN

Bayi baru lahir

Menggerakkan kepala ke arah sumber penerangan kuat

6 minggu

Mulai melakukan fiksasi ke arah sumber penerangan kuat

3 bulan Menggerakkan mata ke arah benda bergerak 4-6 bulan Koordinasi penglihatan dengan gerakan mata 6-8 bulan Mulai dapat melihat dan mengambil objek 9 bulan VA 20/200 atau 6/60 1 tahun VA 20/100 atau 6/30 2 tahun VA 20/40 atau 6/12 3 tahun VA 20/30 atau 6/9

> 5 tahun VA 20/20 atau 6/6

Tujuan Pemeriksaan: Mengetahui fungsi penglihatan Alat/Bahan: 1. Kartu Snelllen / E-chart 2. Trial lens set 3. Trial frame Cara Pemeriksaan: A. Kartu SNELLEN 1. Probandus/pasien duduk 5-6 meter dari kartu Snellen/Straub dengan

Page 41: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

41

penerangan ruangan cukup dan tidak terlalu terang. Apabila ruangan yang tersedia tidak mencapai 6 meter, maka pemeriksaan dapat dilakukan pada jarak 3 meter dengan cara meletakkan kartu Snellen di atas kepala probandus/pasien dan objek (kartu Snellen) dilihat melalui cermin datar yang diletakkan sejauh 3 meter di hadapan probandus/pasien.

2. Pemeriksaan dilakukan satu per satu mata. Biasakan pemeriksaan dimulai dengan mata kanan lebih dulu, kecuali bila mata kiri lebih kabur/kelainan pada mata kiri maka mata kiri lebih dulu diperiksa.

3. Tutup satu mata (biasanya mata kiri dulu yang ditutup) dengan okluder 4. Baca angka atau huruf terbesar (teratas) berturut-turut sampai baris

terbawah yang bisa dibaca probandus/pasien. Tentukan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca

5. Keadaan normal, probandus/pasien dapat membaca sampai tulisan terbawah (6/6) tanpa bantuan lensa. Selanjutnya untuk melihat apakah benar - benar tidak ada kelainan refraksi maka lakukanlah lagkah-langkah sebagai berikut: 1. Pasang lensa sferis +0,5 D. 2. Tambahkan lensa sferis –0,5 D. 3. Ambil lensa sferis +0,5 D

Bila dengan : a. Bila dengan lensa sferis +0,5 D lebih jelas → hipermetropia laten, lensa

sferis + 0,5 D dan sferis – 0,5 D bersamaan tampak jelas → emetropia. b. Lensa sferis - 0,5 D saja lebih jelas → myopia c. Lensa sferis + 0,5 D dan lensa sferis -0,5 D kabur → Malingering atau

astigmatisma atau kelainan organik Untuk membedakan adanya kelainan refraksi (astigmatisma) atau kelainan organik selanjutnya pasanglah pinhole :

→ Bila lebih jelas → kelainan refraksi (astigmatisma) → bila tetap tak jelas → kelainan organik Apabila probandus/pasien tidak dapat membaca sampai baris terbawah (tidak mencapai 6/6 atau 5/5) maka: 1. Letakkan lensa sferis +0,5 D pada trial frame. Mintalah probandus/pasien

untuk membaca baris terakhir yang dia mampu lihat, lanjutkan ke baris bawahnya, dan seterusnya sampai baris terbawah probandus/probandus/pasien mampu membaca. Bila belum mencapai 6/6

Page 42: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

42

atau 5/5 tingkatkan sedikit demi sedikit ukuran lensa sampai mencapai 6/6 atau 5/5. Setelah mencapai 6/6, maka ukuran lensa yang terpakai adalah lensa positif terbesar. Nilailah: 1. Bila mencapai 6/6 atau 5/5 maka probandus/pasien menderita

hipermetropia 2. Bila tidak juga mencapai 6/6 atau 5/5 pasanglah pin hole. Dan nilailah:

i. Bila ada kemajuan maka ada kelainan refraksi kearah astigmatisma. Rujuklah ke dokter spesialis mata.

ii. Bila tidak ada kemajuan, maka dicurigai ada kelainan anatomis/organik rujuk dokter spesialis mata

2. Letakkan lensa sferis -0,5 D pada trial frame. Mintalah probandus/probandus/pasien untuk membaca baris terakhir yang dia mampu lihat, bila ada kemajuan penglihatan lanjutkan ke baris bawahnya, dan seterusnya sampai baris terbawah probandus/probandus/pasien mampu membaca. Bila belum mencapai 6/6 atau 5/5 tambahkan sedikit demi sedikit ukuran lensa sampai mencapai 6/6 atau 5/5. Setelah mencapai 6/6, maka ukuran lensa yang terpakai adalah lensa sferis negativ terkecil

Nilailah: 1. Bila mencapai 6/6 atau 5/5 maka probandus/pasien menderita miopia 2. Bila tidak juga mencapai 6/6 atau 5/5 pasanglah pin hole. Dan nilailah

: i. Bila ada kemajuan maka ada kelainan refraksi kearah astigmatisma.

Rujuklah ke dokter spesialis mata.. ii. Bila tidak ada kemajuan, maka dicurigai ada kelainan

anatomis/organik, rujuk dokter spesialis

B. HITUNG JARI (COUNT FINGERS) Apabila probandus/probandus/pasien tidak dapat membaca baris teratas, maka lakukan pemeriksaan dengan cara hitung jari sebagai berikut: - Dari jarak 5 meter probandus/pasien dapat menghitung jari pemeriksa

= 5/60 - Bila tidak mapu melihat maka pemeriska mendekat ke

probandus/pasien sehingga jarak 4 meter dapat melihat = 4/60

Page 43: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

43

- Bila tidak dapat melihat, maka pemeriksa mendekat kearah probandus/pasien sehingga berjarak 3 meter dapat melihat = 3/60

- Bila tidak dapat maju lagi (jarak minimal 1 m) - Bila jarak 1 m tidak dapat melihat, lakukan lambaian tangan

C. LAMBAIAN TANGAN (HAND MOVEMENTS)

Cara pemeriksaan: Pemeriksa berdiri di hadapan penderita dalam jarak 1 meter , tidak kurang dan tidak lebih. Lambaikan tangan ke atas dan ke bawah atau ke kanan-kiri. Penilaian: 1. Bila probandus/pasien dapat menyebut arah lambaian tangan dengan

benar maka tajam penglihatan adalah 1/300. Pemeriksaan hanya dilakukan pada jarak 1 meter, tidak lebih dan tidak kurang

2. Bila probandus/pasien tidak mampu menyebut arah lambaian dengan benar maka lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan senter

D. SINAR LAMPU (LIGHT PROJECTION) Cara pemeriksaan: 1. Penderita duduk. 2. Pemeriksaan berdiri dalam jarak 1 meter dari

probandus/probandus/pasien 3. Nyalakan senter dan gerakkan dengan arah yang berbeda-beda (nasal-

temporal-atas-bawah). 4. Minta probandus/probandus/pasien untuk menyebutkan dari mana

sumber nyala lampu senter. Penilaian: 1. Probandus /pasien (hanya) mampu menentukan arah nyala lampu

dengan tepat maka tajam penglihatan probandus/pasien adalah 1/ ~ (seper tak terhingga) light projection (LP) baik, ditulis sebagai “1/ ~ LP baik”.

2. Bila probandus/pasien dapat melihat terang lampu tapi tidak dapat menentukan arah dengan benar mak tajam penglihatan probandus/pasien adalah 1/ ~ (seper tak terhingga) light projection

Page 44: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

44

(LP) jelek ditulis sebagai “1/ ~ LP jelek”. 3. Bila tidak dapat membedakan terang atau gelap maka tajam

penglihatan nol (buta total) ditulis sebagai “visus nol”

Page 45: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

45

Lembar Kerja I Pemeriksaan Tekanan Bola Mata, dan Segmen Anterior (Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Pasien simulasi : laki-laki/perempuan minimal 1 orang/kelompok C. Peralatan :

1. Tempat tidur/meja panjang (untuk berbaring) 2. Tonometer Schiotz 3. Pemanas spiritus 4. Alkohol 70% 5. Kapas 6. Pantocain 0,5% ED 7. Antibiotik tetes mata (gentamicin ED/ Klorampenikol ED) 8. Loupe 9. Senter 10. Oftalmoskop 11. Fluoresine 2% ED 12. Aquabides steril 13. Spuit 5 cc 14. Keratoskop placido

D. Kegiatan :

1. Trainer menunjuk dua mahasiswa untuk feedback and reflection dengan cara memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan sebagai dokter dan pasien. Setelah itu memberikan tanggapan dan motivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan dipelajari. Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan pada pasien simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 46: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

46

Lembar Kerja 2 Pemeriksaan Tekanan Bola Mata, dan Segmen Anterior (Pertemuan 2)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Pasien simulasi : laki-laki/perempuan minimal 1 orang/kelompok C. Peralatan :

1. Tempat tidur/meja panjang (untuk berbaring) 2. Tonometer Schiotz 3. Pemanas spiritus 4. Alkohol 70% 5. Kapas 6. Pantocain 0,5% ED 7. Antibiotik tetes mata (gentamicin ED/ Klorampenikol ED) 8. Loupe 9. Senter 10. Oftalmoskop 11. Fluoresine 2% ED 12. Aquabides steril 13. Spuit 5 cc 14. Keratoskop placido

D. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing. Waktu 30 menit. 2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan pada

pasien simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 47: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

47

Lembar Kerja 3 Pemeriksaan Tajam Penglihatan, Buta Warna, dan Lapang Pandang

(Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Pasien simulasi : laki-laki/perempuan minimal 1 orang/kelompok C. Peralatan :

1. Kampimeter 2. Penutup mata 3. Kapur putih dan kapur warna 4. Buku Ishihara 5. Kartu Snelllen / E-chart 6. Trial lens set 7. Trial frame

D. Kegiatan :

1. Trainer menunjuk dua mahasiswa untuk feedback and reflection dengan cara memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan sebagai dokter dan pasien. Setelah itu memberikan tanggapan dan motivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan dipelajari. Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan pada pasien simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 48: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

48

Lembar Kerja 4 Pemeriksaan Tajam Penglihatan, Buta Warna, dan Lapang Pandang

(Pertemuan 2)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Pasien simulasi : laki-laki/perempuan minimal 1 orang/kelompok C. Peralatan :

1. Kampimeter 2. Penutup mata 3. Kapur putih dan kapur warna 4. Buku Ishihara 5. Kartu Snelllen / E-chart 6. Trial lens set 7. Trial frame

D. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing. Waktu 30 menit. 2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan pada

pasien simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 49: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

49

CHECKLIST PENILAIAN SKILL LAB PEMERIKSAAN PENGLIHATAN

No. Aspek yang dinilai Skor

0 1 2 3 4 1 Pemeriksaan tajam penglihatan

1. Mengucapkan salam (assalaamu’alaikum) dan komunikasi dengan pasien

2. mampu menunjukkan dan menyebutkan nama alat-alat dengan benar

3. mampu menjelaskan fungsi masing-masing alat dengan benar

4. mampu menjelaskan tahap-tahap dengan benar

5. Mampu mempraktekkan dengan benar: - Snellen tahap 1-5 - Hitung jari - Lambaian tangan - Sinar lampu

6. mampu menyebutkan penilaian dengan benar

7. bertanggung jawab mengembalikan/membereskan peralatan dengan baik seperti semula

2 Pemeriksaan segmen anterior

1. komunikasi dengan pasien

2. mampu menyebutkan alat2 & fungsinya

3. mampu menjelaskan tahapan pemeriksaan dengan benar

4. mampu melakukan pemeriksaan dg benar pada tiap organ

5. mampu menyebutkan penilaian dengan benar pada tiap organ

6. bertanggung jawab mengembalikan/membereskan peralatan dengan baik seperti semula

3 Pemeriksaan buta warna 1. komunikasi dengan pasien 2. mampu menunjukkan dan menyebutkan nama alat-

alat dengan benar

3. mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan

Page 50: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

50

4. mampu menjelaskan dan melakukan tahap-tahap pemeriksaan dengan benar

5. mampu menilai dan menjelaskan alasannya 6. bertanggung jawab mengembalikan/membereskan

peralatan dengan baik seperti semula

4 Pemeriksaan lapangan pandang 1. komunikasi dengan pasien 2. mampu menjelaskan tahap-tahap pemeriksaan dan

melakukannya dengan benar

3. mampu menilai dan menjelaskan alasannya 4. bertanggung jawab mengembalikan/membereskan

peralatan dengan baik seperti semula

5 PEMERIKSAAAN TEKANAN BOLA MATA

1. Komunikasi dengan pasien 2. Mampu menjelaskan dan melakukan tahap-tahap

pemeriksaan dengan benar

3. Mampu menilai dan menjelaskan alasannya 4. Bertanggungjawab mengembalikan, memelihara

dan membereskan peralatan

6 Diakhiri dengan ucapan alhamdulillaah dan terimakasih atas kerjasamanya.

SCORE : 0 Tidak komunikatif, tidak dapat menjelaskan, tidak dapat melakukan, dan tidak

bertanggung jawab 1 Komunikatif, kesulitan menjelaskan, tidak dapat melakukan dan tidak bertanggung

jawab 2 Komunikatif, dapat menjelaskan, tidak dapat melakukan dan tidak bertanggung

jawab 3 Komunikatif, dapat menjelaskan, dapat melakukan, tetapi tidak bertanggung jawab 4 Komunikatif, dapat menjelaskan, dapat melakukan, tetapi tidak bertanggung jawab

Page 51: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

51

SKILL LAB KULIT

DIAGNOSIS PENYAKIT KULIT

TUJUAN Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kasus penyakit kulit dengan benar. Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) :

1. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengetahui prinsip serta tujuan penggunaan alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan kulit.

2. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis kasus penyakit kulit dengan benar

3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Ujud Kelainan Kulit serta menyebutkan hasilnya dengan benar.

4. Mahasiswa mampu melakukan penegakkan diagnosis dan penanganan kasus lepra dengan benar.

TINJAUAN TEORI

Proses diagnosis penyakit kulit tidak banyak berbeda dengan tegaknya diagnosis penyakit-penyakit di bidang lain, yang secara umum dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik/laboratorium, kemudian dibuat diagnosis banding dan selanjutnya ditegakkan porsinya dalam anamnesis, inspeksi dan palpasi. Pada suatu proses/kejadian klinis patologis kelainan kulit yang terjadi dapat dibedakan dalam 2 golongan : 1. Kelainan kulit sebagai penyakit yang berdiri sendiri 2. Kelainan penyakit sebagai gejala suatu penyakit

Secara garis besar proses diagnosis penyakit kulit dapat dibagi dalam berbagai tahap : A. Anamnesis B. Pemeriksaan fisik yang berdasarkan pada morfologis kelainan kulit yang

ada C. Korelasi klinikopatologik D. Gambaran dan atau distribusi lesi E. Pemeriksaan laboratorik A. Anamnesis

Page 52: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

52

Dalam anamnesis kasus-kasus dermatologi susunan yang baik, dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu : 1. Anamnesis pendahuluan (sebelum pemeriksaan)

Keluhan utama Anamnesis riwayat sekarang

2. Anamnesis pelacakan (sesudah pemeriksaan) : Umumnya berkaitan dengan hal-hal / lesi-lesi yang diketemukan pada

saat inspeksi. Hal ini sangat ditentuka oleh tingkat pengetahuan kemampuan analisis dan pengalaman pemeriksaan yang sifatnya sangat ilmiah. 1. Anamnesis pendahuluan

Keluhan utama : yang sifatnya subjektif dan merupakan problema yang harus dipecahkan.

Riwayat penyakit sekarang : dapat dibedakan dalam 3 golongan besar, antara lain : Kapan dan bagaimana timbulnya, antara lain : Timbul mendadak ? Ada factor pencetus ? Ataukah sudah merupakan hal yang kumat-kumatan ? Menjalar makin banyak/meluas atau malah sudah berkurang ?

Gejala apa yang menyertai ? Pada umumnya rasa gatal adalah gejala yang umum dikeluhkan oleh

penderita penyakit kulit. Intensitasnya bagaimana ? Dijalarkan atau tidak ?

Perlakuan yang sudah dilakukan Yang dimaksud disini perlakuan apa saja yang telah

dilakukan/dilaksanakan baik oleh penderita sendiri maupun tenaga medis/orang lain dalam upaya penyembuhan. Hal ini penting dalam dermatologi oleh karena perlakuan tersebut dapat memberikan gambaran klinis yang sanga berbeda dengan lesi awal dan perjalanan suatu penyakit.

Page 53: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

53

2. Anamnesis Pelacakan

Termasuk : a) Anamnesis detail riwayat penyakit sekarang b) Anamnesis sistematik c) Riwayat penyakit dahulu d) Riwayat keluarga e) Riwayat social

B. Pemeriksaan Fisik Dilakukan setelah anamnesis, sehingga pemeriksaan sudah dapat menentukan perkiraan situasi yang akan dihadapi. Secara lege artis dalam pemeriksaan fisik penderita harus : 1. Membuka pakaian, bila tersedia dipergunakan pakaian khusus untuk

pemeriksaan 2. Cukup sinar, dianjurkan cahaya yang alami 3. Pemeriksa sudah paham dengan situasi yang akan dihadapi. Kadang-

kadang masih diperlukan juga beberapa alat bantu pemeriksaan, misalnya : Lampu sorot Lampu wood Kaca pembesar Jarum tumpul/runcing

Tahap pemeriksaan yang akan dilakukan adalah : 1. Inspeksi (yang dilakukan pada tingkat lesi, regional, general) 2. Palpasi

I. Pada tingkat lesi : Inspeksi menyangkut : 1. Identifikasi morfologi dari efloresensi primer dan sekunder 2. Lokasi Palpasi berguna untuk meyakinkan yang sudah disaksikan, serta mengetahui antara lain : 1. Keras/lemah (konsistensi) 2. Mudah/tidak digerakkan

Page 54: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

54

3. Nyeri tekan +/- 4. Mencari tanda radang yang lain Setelah kita selesai melakukan anamnesis dan pemeriksaan serta anamnesis pelacakan, maka kita dituntut untuk mampu menganalisis dan menentukan kelainan yang terjadi. Perubahan yang terjadi dapat mengenai tingkat : 1. Epidermis : Pada tingkat stratum corneum Pada tingkat sub corneum Unit melanin epidermis

2. Dermis Folikel rambut Kelenjar sebasea Kelenjar sudorifera

3. Appendix dermis 4. Lemak subkutan 5. Kombinasi lapisan kulit tersebut di atas

II. Pada tingkat regional : Inspeksi melihat dan menentukan : 1. Pola distribusi 2. Pola penyebaran 3. Tanda-tanda patognomonis Palpasi menyangkut : system kelenjar limfe regional III. Pada tingkat generalisata : 1. Menyangkut kelainan kulit

Inspeksi : Mencari daerah penyebaran dan pola distribusi yang lebih luas Membandingkan lesi yang ada dengan lesi di lain tempat Mencari tanda patognomonis yang lain Palpasi : Meyakinkan dan membandingkan dengan lesi-lesi di tempat lain Memeriksa keadaan kelenjar limfe regional

2. Menyangkut system organ tubuh yang lain, yang diperkirakan ada kaitannya dengan kelainan kulit yang didapatkan :

Page 55: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

55

System neurologic System kardiorespirasi Sistem saluran cerna System urogenital Organ mata, pendengaran, gigi, dsb.

C. Analisis Klinikopatologik Yang dimaksud analisis pada tingkat ini adalah analisis singkat yang sudah bersifat sangat mengarah kepada suati diagnosis sementara mengingat waktu pemeriksaan yang relative singkat. Dapat diingat bahwa basis daripada etiologi perubahan klinikopatologik pada umumnya antara lain : Kelainan congenital Herediter Trauma Radang Tumor, dengan tingkat : jinak, prakanker, ganas Kelainan metabolic Hormonal Penyakit degenerasi Reaksi alergi/imunologi, dll. Yang mana dapat mengenai segala tingkat dari kulit ataupun seluruh lapisan kulit dengan segala komponen yang asli di dalamnya. Setelah kita mempelajari hal efloresensi kulit baik primer/sekunder, secara klinis dapat kita simpulkan menjadi 2 golongan yaitu : 1. Efloresensi non inflamasi (ENI) 2. Efloresensi dengan inflamasi (EDI) Dengan mengingat pengertian proses inflamasi yang sangat luas dan juga tidak melupakan terminology dasar suatu proses-proses patologik : atrofi, hipertrofi, hiperplasi, dsb. Yang mana perubahan-perubahan klinikopatologik tersebut di atas akan memberikan gambaran klinik jelas atau malahan sangat menyulitkan pemeriksa. 1. Kelainan pada epidermis yang terjadi pada tingkat stratum korneum,

menimbulkan : ENI : proses diskuamasi yang dapat bersifat normal atau patologik EDI : krusta

Page 56: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

56

2. ENI/EDI tingkat sub corneum : Papula Nodula Plakat Likenifikasi Hipo hiperpigmentasi Pustule Vesikuler Bula Krusta

3. ENI/EDI tingkat dermis : Nodula Bentuk Indurasi/infiltrasi Sclerosis Ulkus Eritema Purpura : macula, papula Hemangioma Teleangiektasis Puripura Urtikaria

4. Kelainan pada tingkat appendix dermis tidak menimbulkan ENI/EDI, tetapi akan menimbulkan kelainan-kelainan yang mengenai rambut, kelenjar keringat/sudorifera.

5. Kelainan-kelainan rambut yang umum terjadi berdasarkan etiologi dapat menimbulkan :

Kelainan pertumbuhan Perubahan warna rambut Peradangan (bakteri, jamur, parasit)

Dengan dasar patologik dapat mengenai : Akar rambut Batang rambut Pigmentasi rambut

Page 57: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

57

6. Kelainan pada kelenjar sebasea akan menimbulkan keadaan patologik antara lain :

Hipertrofi Hyperplasia Hipersekresi

Page 58: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

58

Page 59: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

59

Page 60: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

60

Page 61: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

61

Page 62: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

62

Page 63: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

63

Page 64: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

64

Page 65: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

65

D. Gambaran dan Distribusi ENI/EDI : Linear Anular Sersinar Menggerombol Tersebar Difusa Geografika

Sedangkan pengertian distribusi ENI/EDI memberikan pengertian bagaimana letak lesi-lesi tersebut pada tubuh dengan titik tertentu sebagai patokan orientasi (point of direction) dapat dibedakan : 1. Per region (kepala, wajah, badan, ekstremitas, anogenitalia) yang masih

dirinci lebih lanjut 2. Menurut dermatosis 3. Terlokalisir pada suatu daerah Dimana ada kaitannya dengan luas, jumlah dan bentuk lesi, didalam penggunaannya, dengan memeriksa suatu ENI/EDI yang kemudian kita analisis berdasarkan gambaran dan distribusinya serta didukung dengan anamnesis yang skematis dan pengertian patologik yang mendasar, secepatnya kita sudah dapat memberikan suatu tingkat diagnostic yang terarah (diagnosis sementara). Sehingga pemeriksaan laboratorik di bidang dermatologic lebih banyak porsinya sebagai suatu alat untuk mencocokkan diagnosis, dibanding sebagai alat pembantu diagnosis. E. Alat-alat bantu diagnosis : 1. Untuk pemeriksaan bakteriologik

Pengecatan langsung, mikroskop medan gelap kultur Tes kepekaan

2. Untuk pemeriksaan mikologik : KOH preparat Kultur

3. Untuk pemeriksaan parasitologik : “scrapping” Preparat “native”

4. Untuk pemeriksaan virologik :

Page 66: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

66

Pengecatan Kultur electron mikroskop

5. Untuk pemeriksaan histopatologik : Biopsi jaringan Smear Immunofluorescens

6. Untuk pemeriksaan proses alergi : Tes/uji tempel Tes provokasi

7. Untuk serologi : imunologi : VDRL WR TPHA ELISA

DIAGNOSIS PENYAKIT KUSTA (MORBUS HANSEN)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit yang terinfeksi. Diagnosis penyakit kusta hanya dapat didasarkan pada penemuan tanda utama (cardinal sign), yaitu : 1. Lesi (kelainan kulit) yang mati rasa

Kelainan kulit dapat berbentuk bercak keputih-putihan (hipopigmentasi) atau kemerah-merahan (eritematous) yang mati rasa (anestesi).

2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronik saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa : a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa b. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (parese) atau kelumpuhan

(plegi) c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, pembengkakan (edema),

dll. 3. BTA positif

Bahan pemeriksaan BTA diambil dari kerokan kulit (skin smear) asal cuping telinga (rutin) dan bagian aktif suatu lesi kulit. Untuk tujuan tertentu

Page 67: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

67

kadang jaringan diambil dari bagian tubuh tertentu (biopsi). Pemeriksaan kerokan kulit hanya dilakukan pada kasus yang meragukan.

Untuk mendiagnosis penyakit kusta, minimal harus ditemukan satu cardinal sign, tanpa adanya cardinal sign kita hanya boleh mengatakan sebagai tersangka (suspek) kusta. Tanda-tanda tersangka kusta : 1. Tanda-tanda pada kulit :

a. Kelainan kulit berupa bercak-bercak merah atau putih, atau benjolan b. Kulit mengkilap c. Bercak yang tidak gatal d. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut e. Lepuh tidak nyeri

2. Tanda-tanda pada saraf : a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau

muka b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka c. Adanya cacat (deformitas) d. Luka yang tidak sakit

Klasifikasi

Setelah seseorang didiagnosis menderita kusta, maka tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan tipe/klasifikasi penyakit kusta yang diderita. 1. Dasar klasifikasi : Manifestasi klinik, yaitu jumlah lesi kulit, jumlah saraf yang terganggu, dll. Hasil pemeriksaan bakteriologis, BTA positif atau negative.

2. Tujuan Menentukan jenis dan lamanya pengobatan penyakit Tipe penyakit kusta menentukan kapan penderita RFT (Release From

Treatment) Pedoman utama menentukan klasifikasi/tipe penyakit kusta menurut WHO 1997 :

Page 68: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

68

Tanda Utama PB MB Bercak kusta Jumlah 1-5 Jumlah >5 Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi

Hanya satu syaraf

>1 syaraf

Sediaan apusan BTA negative BTA positif

Jenis Reaksi Jenis reaksi sesuai proses terjadinya dibedakan atas 2 tipe yaitu reaksi tipe 1 dan 2 Tabel 2. Perbedaan reaksi tipe 1 dan 2 :

No. Gejala/Tanda Rekasi tipe 1 Reaksi tipe 2 1. Keadaan umum Umumnya baik,

demam ringan (sub febril) atau tanpa demam

Ringan sampai berat disertai kelemahan umum dan demam tinggi

2. Peradangan di kulit

Bercak kulit lama menjadi lebih meradang (merah), dapat timbul bercak baru

Timbul nodul kemerahan, lunak dan nyeri tekan. Biasanya pada lengan dan tungkai. Nodul dapat pecah (ulcerasi)

3. Saraf Sering terjadi, umumnya berupa nyeri tekan saraf dan atau gangguan fungsi saraf

Dapat terjadi

4. Peradangan pada organ lain

Hampir tidak ada Terjadi pada mata, kelenjar limfe, sendi,

Page 69: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

69

ginjal, testis, dll 5. Waktu

timbulnya Biasanya segera setelah pengobatan

Biasanya setelah mendapatkan pengobatan yang lama, umumnya lebih dari 6 bulan

6. Tipe kusta Dapat terjadi pada kusta tipe PB maupun MB

Hanya pada kusta tipe MB

7. Faktor pencetus Emosi, kelelahan, dan stress fisik lain, kehamilan, pasca persalinan, obat-obat yang meningkatkan kekebalan tubuh penyakit infeksi lainnya

Daftar Pustaka

1. Epstein E. Regional dermatology. A system of diagnosis, Grune and Straton Inc. Orlando-San Diego. 1984.

2. Fitzpatrick et al. Dermatology in General Medicine, 2nd ed. Mc. Graw-Hill Book Co, 1979, pp. 10-35.

3. Modul Kepaniteraan Umum FK UNDIP. 2006. 4. Subdirektorat Kusta dan Frambusia. Modul pelatihan program P2 kusta

bagi UPK. 2007. 5. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin,

edisi 4. FKUI. Jakarta, 2005.

Page 70: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

70

Kasus 1 : Bercak-bercak putih Informasi : Suatu hari datang ke poliklinik anda seorang laki-laki berumur 24 tahun dengan keluhan timbul bercak-bercak putih Pertanyaan : 1. Hipotesis apa saja yang anda pikirkan pada penderita ini ? 2. Apa yang akan anda tanyakan pada tahap sacred seven? Informasi : Bercak-bercak putih terlokalisisr di di punggung, siku, perut, dan paha berjumlah 8 buah, disertai rasa tebal dan hipoestesi sejak 2 tahun lalu. Pertanyaan : 3. Apa yang anda tanyakan berkaitan dengan kualitas dan kuantitas keluhan

? Informasi : Bercak dirasakan semakin lama semakin banyak dan luas, dan disertai keluhan-keluhan lain yang mengganggu penderita Pertanyaan : 4. Apa yang perlu anda tanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

keluhan penderita ? Informasi : Sejak 1 tahun ini penderita sudah sering merasa tubuh lemas, daya tahan tubuh menurun, jari telunjuk tangan kiri terlihat bengkak dan mati rasa. Penderita juga mulai merasakan keluhan serupa pada jari tengah tangan kiri dan pertengahan jempol kirinya. 2 bulan ini penderita sering bertambah lemas, telapak tangan kiri bengkak dan terasa nyeri, kaki kanan sering kesemutan serta sensasi perabaan menurun. Demam nglemeng kadang-kadang dirasakan. Pertanyaan : 5. Apa yang perlu anda tanyakan yang berkaitan dengan factor yang

memperberat dan memperingan? Informasi : Rasa sakit karena bengkak, demam dan tubuh lemas sedikit berkurang apabila minum obat dan istirahat. Pertanyaan :

Page 71: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

71

6. Apa yang perlu anda tanyakan tentang riwayat keluarga ? Informasi : Adik penderita menderita penyakit kusta dan sudah menjalani pengobatan kusta tipe MB selama 1 tahun ini. Pertanyaan : 7. Apakah anda akan menanyakan status social ekonomi penderita ini ? Apa

yang akan anda tanyakan ? Informasi : Penderita bekerja di Surabaya sebagai pengrajin ukiran. Penderita belum menikah. Memiliki 9 saudara kandung yang belum mandiri, ayah bekerja sebagai tukang kayu, ibu tidak bekerja. Biaya pengobatan gratis. Pertanyaan : 8. Buatlah resume dan simpulkan kemungkinan-kemungkinan dari hipotesis

yang telah anda ajukan ! Pada pemeriksaan fisik anda dapatkan : Keadaan umum : baik, gizi cukup, BB 55 kg, TB 165 cm. Status Dermatologik : Daerah punggung : Inspeksi: makula hipopigmentasi (+), ukuran 3x4 cm, batas tegas, sebanyak 4 buah Palpasi: nyeri (-), tebal (+), sensibilitas (+↓), inflamasi (-) Daerah perut : Inspeksi: makula hipopigmentasi (+), ukuran 3x4 cm, batas tegas, sebanyak 2 buah Palpasi: nyeri (-), tebal (+), sensibilitas (+↓), inflamasi (-) Daerah siku belakang kiri : Inspeksi: makula hipopigmentasi (+), ukuran 3x4 cm, batas tegas, sebanyak 1 buah Palpasi: nyeri (-), tebal (+), sensibilitas (+↓), inflamasi (-), penebalan n. ulnaris (+) Daerah siku depan kiri : Inspeksi: makula hipopigmentasi (+), ukuran 3x4 cm, batas tidak tegas, sebanyak 1 buah Palpasi: nyeri (-), tebal (+), sensibilitas (+↓), inflamasi (-)

Page 72: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

72

Daerah siku belakang kanan : Palpasi : penebalan n. ulnaris (+) Daerah paha kanan : Inspeksi: makula hipopigmentasi (+), ukuran 3x4 cm, batas tegas, sebanyak 1 buah Palpasi: nyeri (-), tebal (+), sensibilitas (+↓), inflamasi (-) Daerah tumit kaki kanan : Palpasi : penebalan n. tibialis posterior (+) Pemeriksaan Gangguan Fungsi Saraf : 1. Mata Memejamkan mata (+) tertutup sempurna, lagophtalmus (-) Refleks kornea (+) 2. Tangan Tangan kiri : digiti 1-3 : bengkak dan kemerahan (+), nodul (+), anestesi (+)

sampai pertengahan digiti 4 Kekuatan : pergelangan tangan kanan dan kiri : 5 Digiti 1-5 tangan kanan : 5 Digiti 1-5 tangan kiri : 4 Gerakan : (+) 3. Kaki Kaki kanan : hipostesi (+), parestesi (+) Kekuatan : pergelangan kaki kanan : 4 Pergelangan kaki kiri : 5 Digiti 1-5 kaki kanan : 4 Digiti 1-5 kaki kiri : 5

Gerakan : (+) Status venerologik :

Tes BTA skin smear cuping telinga (+) Hasil Pemeriksaan Penunjang lain :

Liver Function Test dalam batas normal Ureum creatinin dalam batas normal LED shift to the left

Page 73: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

73

Kasus 2 : Gatal-gatal Informasi : Suatu hari datang ke poliklinik anda seorang ibu berumur 34 tahun dengan keluhan gatal-gatal. Pertanyaan : 9. Hipotesis apa saja yang anda pikirkan pada penderita ini ? 10. Apa yang akan anda tanyakan pada tahap sacred seven? Informasi : Gatal terlokalisir di sekitar kemaluannya kurang lebih sekitar 2 minggu Pertanyaan : 11. Apa yang anda tanyakan berkaitan dengan kualitas dan kuantitas keluhan

? Informasi : Gatal-gatal dirasakan pada pagi hari, siang maupun malam, gatal bertambah bila berkeringat. Pertanyaan : 12. Apa yang perlu anda tanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

waktu serangan ? Informasi : Keluhan ini timbulnya pertama kali sesudah bepergian keluar kota selama sehari. Satu bulan yang lalu pernah berobat dan mendapat obat anti gatal tetapi bila tidak diobati timbul gatal lagi. Pertanyaan : 13. Apa yang perlu anda tanyakan yang berkaitan dengan keluhan penderita? Informasi : Dia telah berusaha memakai pakaian yang tidak ketat dan terbuat dari bahan katun. Penderita sering berolah raga terutama renang. Pernah menderita fluor albus terutama bila badan capai. Pertanyaan : 14. Apa yang perlu anda tanyakan tentang riwayat keluarga ? Informasi : Kedua anaknya sehat-sehat saja, suami pernah mengeluh gatal di sekitar pubisnya. Pertanyaan :

Page 74: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

74

15. Apakah anda akan menanyakan status social ekonomi penderita ini ? Apa yang akan anda tanyakan ?

Informasi : Suami penderita pegawai suatu bank swasta, masa kerja kurang dari 10 tahun. Untuk menambah penghasilan, pada sore hari ibu ini membuka video rental, kecil-kecilan di rumahnya. Pertanyaan : 16. Buatlah resume dan simpulkan kemungkinan-kemungkinan dari hipotesis

yang telah anda ajukan ! Informasi : Dari data yang ada sementara bisa disingkirkan kemungkinannya yaitu : Scabies :

Gatal terutama pada malam hari Keluarga yang di rumah (suami, anak-anak, pembantu) ada yang

menderita penyakit tersebut Neurodermatitis :

Gatal yang dihubungkan dengan keadaan psikis penderita. Dari data tersebut yang masih mungkin adalah :

Tinea kruris Kandidosis kutis

Pada pemeriksaan fisik anda dapatkan : Keadaan umum : baik, gizi cukup, BB 60 kg, TB 150 cm. Status Dermatologik : Lokasi : daerah inguinal, pubis, lab. Majus perineum menjalar ke glutea bagian bawah. Efloresensi : terdapat plak eritem, berbatas tegas, pinggir tampak lebih aktif, lebih eritem dan terdapat vesikel, serta skuama halus. Tak tampak lesi satelit (hen and chicken pattern). Status venerologik :

Tes KOH dari kerokan kulit pada lesi, mikroskopis tampak hifa dan sedikit spora

Pemeriksaan secret vagina : trikomonas (-), candida (-) Pertanyaan : Bagaimana rencana pengobatan anda terhadap penderita tersebut ?

CARA PEMERIKSAAN JAMUR

Page 75: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

75

1. Bahan pemeriksaan (skuama) diambil dengan scalpel, letakkan di atas

objek glass, tetesi dengan larutan KOH 10-20% (dapat ditambah tinta parker), tutup dengan deck glass.

2. Fixasi di atas nyala api (jangan sampai mendidih) 3. Atau dengan selotape diamkan selama 5-15 menit 4. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran obyektif 45x.

PROSEDUR TES CUKIT ( SKIN PRICK TEST ) :

1. Pertama-tama dilakuakn desinfeksi dengan alkohol pada area volar lengan bawah

2. Tandai area yang akan kita tetesi dengan ekstrak alergen. 3. Ekstrak alergen diteteskan satu tetes larutan alergen (Histamin/ Kontrol

positif) dan larutan kontrol (Buffer/Kontrol negatif) menggunakan jarum ukuran 26 ½ G atau 27 G atau blood lancet.

4. Kemudian dicukitkan dengan sudut kemiringan 45 0 menembus lapisan epidermis dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan. Tindakan ini mengakibatkan sejumlah alergen memasuki kulit.

5. Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan menilai bentol yang timbul. Adapun penilaiannya sebagai berikut : - Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3) - Bentol larutan kontrol dinilai negatif (-) - Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol yang timbul

besarnya antara bentol histamin dan larutan kontrol. - Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bento

histamin dinilai ++++ (+4). Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip Rusmono sebagai berikut :1,3 - 0 : reaksi (-) - 1+ : diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-) - 2+ : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-) - 3+ : diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-) - 4+ : diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.

Page 76: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

76

A. Cara menandai ekstrak alergen yang diteteskan pada lengan

B. Sudut melakukan cukit pada kulit dengan lancet

D. Contoh reaksi hasil positif pada tes cukit

Page 77: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

77

Lembar Kerja I Diagnosis Penyakit Kulit (Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Pasien simulasi : laki-laki/perempuan minimal 1 orang/kelompok C. Peralatan :

1. Lampu sorot 2. Lampu wood 3. Kaca pembesar 4. Objeck dan deck glass 5. Pemanas 6. Preparat KOH 7. Kapas 8. Scalpel dan bisturi 9. Lancet

D. Kegiatan :

1. Trainer menunjuk dua mahasiswa untuk feedback and reflection dengan cara memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan sebagai dokter dan pasien. Setelah itu memberikan tanggapan dan motivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan dipelajari. Waktu 30 menit.

2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan pada pasien simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 78: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

78

Lembar Kerja 2 Diagnosis Penyakit Kulit (Pertemuan 2)

A. Tempat : Ruang Skill lab B. Pasien simulasi : laki-laki/perempuan minimal 1 orang/kelompok C. Peralatan :

1. Lampu sorot 2. Lampu wood 3. Kaca pembesar 4. Objeck dan deck glass 5. Pemanas 6. Preparat KOH 7. Kapas 8. Scalpel dan bisturi 9. Lancet

D. Kegiatan :

1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing. Waktu 30 menit. 2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan pada

pasien simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing melakukan pemeriksaan secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 orang sebagai pasien, dan 1 orang sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.

3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing kelompok.

Page 79: TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETRAMPILAN BAGI …fk.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/MODUL-SKILL-LAB-BLOK-8.pdf · a. Sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dokter)

79

Checklist Skillab Kulit

No Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 3

1 Mengucapkan salam (assalaamu’alaikum...) dan memperkenalkan diri

2 Menanyakan identitas 3 Menanyakan keluhan utama 4 Menanyakan riwayat penyakit sekarang, meliputi

onset, lokasi, kualitas, kuantitas, kronologis, factor yg memperberat dan memperingan, gejala penyerta (skor dikalikan 2)

5 Menanyakan riwayat penyakit dahulu dan factor risiko yg berhubungan dengan penyakit sekarang

6 Menanyakan riwayat pengobatan yang sudah dilakukan

7 Menanyakan riwayat penyakit keluarga 8 Menanyakan riwayat social ekonomi 9 Pemeriksaan status dermatologic (skor dikalikan

2)

10 Pemeriksaan status venerologik dan penunjang lainnya (kerokan kulit,dll) (skor dikalikan 2)

11 Menyimpulkan dan memberikan kemungkinan diagnosis penyakit

12 Memberikan konseling penyakit pasien 13 Diakhiri dengan ucapan alhamdulillah dan

terimakasih atas kerjasamanya.

Jumlah Keterangan : 0 = tidak dilakukan : 1 = dilakukan, ≤ 50% benar 2 = dilakukan, > 50% benar 3 = dilakukan dengan sempurna Penilaian ketrampilan : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 Σ maksimal skor (42)