tata ruangnya sudah definitif.docx

Upload: sukardi-ardi

Post on 06-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tata_ruang

TRANSCRIPT

Tataruangnya sudah definitifmenjadikan Pemda dalam merencanakan wilayahnya untuk membangun infrastruktur malah tak tepat berdasarkan RTRW, malah kejadian tempat wilayah saya bekerja ada kawasannya (RTRW arahan pengembangan kawasan hutan) sudah ada sekolah, pasar dll... Kenapa kita dilarang menerbitkanSertipikat, justru Pemda tak ada sanksi yang nyata salah tak menjalankan RTRW yang telah di Perda kan. BPN RI konsisten menjalankan aturan yang telah dibuat, Pemda sendiri gimana ? Ippt sangat jelas aturannya, kita jangan terlena dimana letak bisa & tidak kita mengeluarkan IPPT. Disisi lain terdapat tataruang yang didasarkan UU, bertabrakan dengan UU Kehutanan. harus benar-benar diperkuat koordinasi antar instansi dalam menentukan garis deliniasi, karena bicara kawasan mestinya harus ada Tata Batasnya.Kalau memang IPPT diterbitkan juga oleh Pemkab/Kota walaupun pertimbangan teknisnya menyarankan untuk ditolak karena tidak sesuai dengan RTRW. BPN sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Bukankah IPPT sebelum dikeluarkan dibahas terlebih dahulu melalui Tim yang terdiri dari para pakar di Pemkab/Kota.Pihak Pemkab/Kota sendiri dalam penyusunan RTRW menggunakan jasa konsultan yang kadangkala tidak berdasar kondisi riil di lapangan, bahkan ada yang masih memakai peta lama dimana beberapa kawasan masih berupa sawah, padahal kondisi sekarang sudah berubah kawasan pemukiman. Silahkan menunggu revisi Perda RTRW. Kalau melanggar sanksi nya udah jelas sekali, apalagi kalau melanggar Kawasan LP2B, bisa kena 2 pasal sekaligus.Apabila pertimbangan teknis BPN dengan kesimpulan tidak sesuai dengan RTRW yang digunakan untuk IPPT Pemda dan tetep diterbitkan IPPTnya, kira-kira BPN laksanakan tidak Pendaftarannya ? Jika dengan statement kita tidak akan menyusahkan Rakyat.Pemohon minta izin dari Pemda yang mengesahkan RTRW, fungsi kita menjalankan aturan yang telah dibuat, kenapa kita ribut dengan masyarakat karena BPN nggak pernah menyusahkan rakyat, rakyat justru senang dengan BPN RI.IPPT itu harus clear bekerjanya di area yang mana. Staf BPN harus mengetahui. Jika kita lihat Undang Undang Tataruang, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa area kerja IPPT adalah atas permohonan IPPT yang didalamnya dimungkinkan oleh UU tersebut.Semoga dalam pemberian dan penolakan IPPT dalam satu kawasan disamping berpedoman pada RTRW juga berdasarkan zonanisasi yang telah ada sehingga terhindar dari sanksi pidana dan denda materiil.Normtifnya tentu tidak boleh IPPT untuk kantor didalam tataruangnya Pemukiman. Tapi untuk memastikannya, harus dengan memakai aturan yang sudah punya detail tataruang. Karena jika hanya kawasan permukiman dalam pertanyaan di atas, maka ada didalam kawasan pemukinan yang dimungkinkan pertokoan atau perkantoran. lihat perumahan, ada blok ruko/rukan. Tapi jika tidak ada RDTR jangan berikan karena bisa salah menerapkan IPPT. Sesuai UU Tataruang, pelanggaran ijin penggunaan tanah, diatur sanksi pidananya. Maaf saya tambahkan sedikit, kenapa tidak boleh diperumahan ada perkantoran, karena rumah tempat tinggal benar-benar untuk tinggal yang nyaman dari lalulintas, polusi suara dan keamanan, termasuk luas lahan parkir. Sedangkan kantor, tidak ada halangan siapapun datang dan kenderaan yang kriteria apapun akan masuk keluar. Jadi, tidak sejalan dan pasti akan timbul masalah. Kecuali, sistem dan hukum diatur dalam pemukiman Superblok, ada apartemen, ada toko, bahkan ada blok pasar pagi, semua sudah diatur sedemikian rupa sehingga semua teratur. Kamar di lantai 20, belanja di lantai 2 dan makan di lantai 1. Ini perkembangan ilmu penggunaan tanah, tidak konvensional seperti status di atas.Ingat Pelanggaran Tata Ruang ada Sangsi 5M atau Kurungan 5 Tahun

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menegaskan bahwa tingkat ketelitian peta rencana tata ruang diatur dengan peraturan pemerintah.Rencana tata ruang dilaksanakan melalui proses perencanaan tata ruang yang menghasilkan antara lain peta rencana tata ruang, pemanfaatan ruang berdasarkan hasil perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan, dan pengendalian pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan peta rencana tata ruang. Dengan kata lain, kualitas pemanfaatan ruang ditentukan antara lain oleh tingkat ketelitian rencana tata ruang yang bentuknya digambarkan dalam peta rencana tata ruang yang disusun berdasarkan suatu sistem perpetaan yang disajikan berdasarkan pada unsur-unsur serta simbol dan atau notasinya yang dibakukan secara nasional.Proses penyusunan peta rencana tata ruang diawali dengan ketersediaan peta dasar, oleh karena itu setiap jenis peta harus memiliki ketelitian peta yang pasti sesuai karakteristiknya. Peta dasar dengan segala karakteristik ketelitiannya, menjadi dasar bagi pembuatan peta rencana tata ruang wilayah. Selanjutnya peta rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran peta-peta tematik. Peta-peta tematik menjadi bahan analisis dan proses sntesis penuangan rencana tata ruang wilayah dalam bentuk peta bagi penyusunan rencana tata ruang.Sehubungan dengan hal ini, maka pada tanggal 2 Januari 2013, sehari setelah perayaan tahun baru 2013, Ditetapkanlah PP no.8 Tahun 2013 mengenai Tingkat Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang, berikut disarikan Isi dari PP dan Lampiran untuk simbol,notasi dan warna dari obyek-obyek peta untuk Rencana Tata Ruang.pp no 8 tahun 2013 ketelitian peta rencana tata ruanglampiran pp no 8 tahun 2013 ketelitian peta rencana tata ruangContoh Lampiran PP no 8 tahun 2013 dapat terlihat berikut:

BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam danatau buatan manusia, yang berada di atas maupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatubidang datar dengan Skala tertentu.2. Ketelitian Peta adalah ketepatan, kerincian dankelengkapan data, dan/atau informasi georeferensi dantematik, sehingga merupakan penggabungan dari sistemreferensi geometris, Skala, akurasi, atau kerincian basisdata, format penyimpanan secara digital termasuk kodeunsur, penyajian kartografis mencakup simbol, warna,arsiran dan notasi, serta kelengkapan muatan Peta.

4. Skala Minimal adalah Skala Peta Dasar terkecil yang bolehdigunakan dalam proses Perencanaan Tata Ruang.5. Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruanganyang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objekatau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di ataspermukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinattertentu.

6. Data Geospasial adalah data tentang lokasi geografis,dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alamdan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada,atau di atas permukaan bumi.7. Informasi Geospasial adalah Data Geospasial yang sudahdiolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalamperumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/ataupelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruangkebumian.8. Unit Pemetaan adalah merupakan pembagian ruangterkecil atau hierarki terkecil dalam suatu Peta Tematikyang digunakan untuk menampilkan informasi tematikdalam penyusunan tata ruang.

BAB IIPERENCANAAN TATA RUANGBagian KesatuUmumPasal 2

(1) Perencanaan Tata Ruang dilakukan untuk menghasilkan:a. rencana umum tata ruang; danb. rencana rinci tata ruang.(2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a secara hierarki terdiri atas:a. rencana tata ruang wilayah nasional;b. rencana tata ruang wilayah provinsi; danc. rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencanatata ruang wilayah kota.

(3) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:a. rencana tata ruang pulau/kepulauan;b. rencana tata ruang kawasan strategis nasional;c. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;d. rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten;e. rencana tata ruang kawasan strategis kota; danf. rencana detail tata ruang kabupaten/kota.(4) Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat berupa rencana tata ruang kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, dan/atau kawasan lainnya yang ditetapkan sebagai kawasan strategis.

Bagian KeduaPeta Rencana Tata RuangParagraf 1UmumPasal 4(1) Peta Rencana Tata Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi:a. Peta Rencana Struktur Ruang; danb. Peta Rencana Pola Ruang.(2) Selain Peta Rencana Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditetapkan Peta penetapan kawasan strategis sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.BAB IIIKETELITIAN PETABagian KesatuUmumPasal 10(1) Peta rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang termasuk rencana tata ruang kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, dan kawasan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 disusun dalam tingkat ketelitian tertentu.(2) Tingkat ketelitian tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. ketelitian geometris; danb. ketelitian muatan ruang.(3) Ketelitian geometris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:a. sistem referensi Geospasial;b. Skala; danc. Unit Pemetaan.Pasal 11(1) Dalam pembuatan Peta harus menggunakan sistem referensi Geospasial yang ditetapkan oleh Kepala Badan.(2) Dalam menetapkan sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Badan berpedoman pada sistem referensi Geospasial yang bersifat global.

Pasal 12(1) Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksud dalamPasal 10 ayat (2) huruf b meliputi:a. kerincian kelas unsur; danb. simbolisasi.(2) Kerincian kelas unsur dan simbolisasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanPemerintah ini.(3) Dalam hal diperlukan perubahan penggambarankerincian kelas unsur dan simbolisasi pada Lampiransebagaimana dimaksud pada ayat (2), penentuankerincian kelas unsur dan simbolisasi dilakukan olehKepala Badan dengan berkoordinasi bersamakementerian/lembaga pemerintah non kementerianterkait.(4) Perubahan penggambaran kerincian kelas unsur dansimbolisasi pada Lampiran sebagaimana dimaksud padaayat (3) dapat diusulkan oleh kementerian/lembagapemerintah non kementerian atau Badan.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan terhadappenggambaran kerincian kelas unsur dan simbolisasi

Bagian KeduaKetelitian Peta Rencana Umum Tata RuangParagraf 1Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalPasal 13Peta Rencana Tata Ruang Wilayah nasional digambarkandengan menggunakan:a. sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksud dalamPasal 11;b. Peta Dasar Skala Minimal 1:1.000.000;c. Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk Rencana TataRuang Wilayah Nasional; dand. Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksud dalamPasal 12.

Paragraf 2Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah ProvinsiPasal 14(1) Peta Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi digambarkandengan menggunakan:a. sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11;b. Peta Dasar Skala Minimal 1:250.000;c. Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk RencanaTata Ruang Wilayah provinsi; dand. Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12.(2) Dalam hal wilayah provinsi memiliki pesisir dan laut,Peta Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi dapatdilengkapi dengan Data Batimetri.(3) Dalam hal wilayah provinsi berbatasan dengan wilayahprovinsi lain, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah provinsidisusun setelah berkoordinasi dengan pemerintahprovinsi yang berbatasan langsung.(4) Peta Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi sebagaimanadimaksud pada ayat (3) digambarkan denganpenggambaran wilayah provinsi ditambah dengan wilayahprovinsi yang berbatasan langsung dalam Koridor 5 (lima)kilometer sepanjang garis perbatasan.

Paragraf 3Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenPasal 15(1) Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten digambarkandengan menggunakan:a. sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11;b. Peta Dasar Skala Minimal 1:50.000;c. Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk RencanaTata Ruang Wilayah kabupaten; dand. Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12.Bagian KetigaKetelitian Peta Rencana Rinci Tata RuangParagraf 1Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau/KepulauanPasal 20Peta Rencana Tata Ruang Wilayah pulau/kepulauandigambarkan dengan menggunakan:a. sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksud dalamPasal 11;b. Peta Dasar Skala Minimal 1:500.000;c. Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk Rencana TataRuang Wilayah pulau/kepulauan; dand. Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksud dalamPasal 12.BAB IVPENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIALPETA RENCANA TATA RUANGPasal 30(1) Pengelolaan data Peta rencana tata ruang disusun dalamsistem pengelolaan basis Data Geospasial.(2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan sejak pengumpulan data sampai dengantersusunnya Peta rencana tata ruang.

BAB VPEMBINAAN TEKNISPasal 32(1) Badan melakukan pembinaan teknis perpetaan dalampenyusunan rencana tata ruang yang dilakukan olehinstansi Pemerintah dan pemerintah daerah.(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan dalam bentuk:a. penerbitan pedoman, standar, dan spesifikasi teknisserta sosialisasinya;b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;c. pemberian pendidikan dan pelatihan;d. perencanaan, penelitian, dan pengembangan; dane. pemantauan dan evaluasi.

RANGKUMAN KESELURUHAN PP NO 8 TAHUN 2013 :

Skala Peta tata ruang wilayah nasional menurut PP nomor 8 Tahun 2013 Pasal 13 (1) Peta Rencana Tata Ruang Wilayah nasional digambarkan dengan menggunakan: sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; Peta Dasar Skala Minimal 1:1.000.000; Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; dan Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.Berikut Pasal 23 menjelaskan tentang1) Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat: a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi; b. rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi; 5. c. rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi; d. penetapan kawasan strategis provinsi; e. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun. Skala Peta tata ruang wilayah provinsi menurut PP nomor 8 Tahun 2013 Pasal 14 (1) Peta Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi digambarkan dengan menggunakan: sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; Peta Dasar Skala Minimal 1:250.000; Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi; dan Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.Pasal 261) Rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat: a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten; c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten; d. penetapan kawasan strategis kabupaten; e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan 6. f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun. Skala Peta tata ruang wilayah kabupaten menurut PP nomor 8 Tahun 2013 Pasal 15 Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten digambarkan dengan menggunakan: sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; Peta Dasar Skala Minimal 1:50.000; Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten; dan Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.Paragraf 5Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota, dengan ketentuan selain rincian dalam Pasal 26 ayat (1)ditambahkan: a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau; b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan c. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah. Untuk jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah 20 (dua puluh) tahun. SkalaPeta tata ruang wilayah kabupaten menurut PP nomor 8 Tahun 2013 Pasal 17 (1) Peta RencanaTata Ruang Wilayah kota digambarkan dengan menggunakan: sistem referensi Geospasial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; Peta Dasar Skala Minimal 1:25.000; Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk Rencana Tata Ruang Wilayah kota; dan Ketelitian muatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.Sumber:Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013

Resume RKPD 2013RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2013 Dasar Hukum1.Permendagri R.I No. 54 Tahun 2010tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 TentangTahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.2.Permendagri R.I No. 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan EvaluasiRKPD Tahun 2013. RKPDmerupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang memuat: Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah, Prioritas Pembangunan Daerah, Rencana Kerja dan Pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.Dokumen RKPD mempunyai nilai sangat strategis dan penting :1. Instrumen pelaksanaan RPJMD2. Menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD, berupa program/kegiatan SKPD dan/atau lintas SKPD3. Mewujudkan konsistensi program dan sinkronisasi pencapaian sasaran RPJMD4. Menjadi landasan penyusunan KUA dan PPAS untuk menyusun RAPBD5. Menjadi pedoman dan mengevaluasi Raperda tentang APBD. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2013, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013. Tahun 2013 merupakan pelaksanaan tahap kelima RPJMD Kabupaten Majalengka, yaitu tahapan pemantapan; sebagai tahapan aktualisasi diri dalam rangka perwujudan visi Terwujudnya Kabupaten Majalengka yang Religius, Maju dan Sejahtera. RKPD Kabupaten Majalengka Tahun 2013 juga merupakan wujud dari keberlanjutan(sustainability)rencana pembangunan tahun-tahun sebelumnya.Secara teknis RKPD Kabupaten Majalengka Tahun 2013 disusun sesuai dengan peraturan perundangan yaitu dimulai dari dilaksanakannya Musrenbang di desa/kelurahan sampai Musrenbang RKPD di Kabupaten. Selain itu RKPD tahun 2013 juga telah mengadaptasi pokok-pokok pikiran DPRD sebagai bentuk sinergi antara eksekutif dan legislatif.Secara umum substansi RKPD Kabupaten Majalengka meliputi:(1) Evaluasi Atas Pelaksanaan Pembangunan Tahun Sebelumnya, (2) Isu Strategis Dan Masalah Pembangunan Yang Mendesak, (3) Kerangka Ekonomi Makro Daerah, (4) Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2013. Secara terinci substansi dimaksud dapat disampaikan sebagai berikut :1.Evaluasi Atas Pelaksanaan Pembangunan Tahun SebelumnyaEvaluasi pembangunan dilakukan untuk mendapatkan input/data informasi kinerja pembangunan untuk perencanaan tahun 2013. Berdasarkan hasil evaluasi dari 7 (tujuh) Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Majalengka Tahun 2011 tercatat 6 indikator telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan capaian tahun 2010, dan satu indikator yaitu TPT mengalami penurunan kinerja dari tahun 2010 tercatat 5,82% menjadi 7,80% pada tahun 2011, meski demikian capaian tersebut masih di bawah angka proyeksi dalam RPJMD. Salah satu catatan penting dari hasil evaluasi pembangunan tahun 2010 adalah pada tingkat capaian indikator Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Majalengka. telah menoreh prestasi di tingkat nasional sebagai kabupaten yang mampu menekan angka pertumbuhan penduduknya dengan angka LPP 0,40%.2.Isu Strategis Dan Masalah Pembangunan Yang MendesakBerdasarkan hasil evaluasi dan analisis peluang serta tantangan prospek pembangunan tahun 2013, di dalam RKPD Tahun 2013 ditetapkan 13 isu strategis internal wilayah Kabupaten Majalengka, 8 isu strategis eksternal yang terbagi dalam 4 isu strategis Nasional, dan 4 isu strategis regional Jawa Barat. Isu strategis tersebut kemudian dijadikan salah satu fokus kajian dalam perencanaan pembangunan tahun 2013, yaitu sebagai berikut : Isu Strategis Internal Wilayah Kabupaten Majalengka1) Penguatan Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat;2) Akses dan Mutu Pendidikan;3) Peningkatan Aksesibilitas Permodalan Bagi UKM;4) Perbaikan Iklim Usaha dan Peningkatan Investasi;5) Ketahanan Pangan Masyarakat;6) Pengendalian dan Pemulihan Lahan Kritis;7) Pengembangan Budaya Daerah dan Destinasi Wisata;8) Pembangunan Infrastruktur;9) Kinerja dan Sinergitas Pemerintah Daerah;10) Penguatan Peran Kecamatan;11) Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah;12) Mitigasi, Adaptasi dan Antisipasi Perubahan Iklim;13) Optimalisasi Potensi Unggulan Lokal Bagi Upaya Penanggulangan Kemiskinan. Isu Strategis Ekternal1)Isu Strategis Nasional1) Posisi Strategis Majalengka Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;2) Pembangunan Jalan Tol Cikopo Palimanan (Cikapa);3) Pembangunan Jalan Tol Cileunyi Sumedang Dawuan (Kertajati);4) Peningkatan Pelabuhan Laut Nasional di Cirebon.2)Isu Strategis Regional Jawa Barat1) Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan KertajatiAerocity;2) Relokasi Kawasan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TP);3) Pembangunan Waduk Jatigede;4) Rencana Pembangunan Rel Kereta Api Rancaekek Jatinangor Tanjungsari Kertajati Kadipaten Cirebon.3.Kerangka Ekonomi Makro DaerahKebijakan ekonomi daerah Kabupaten Majalengka sendiri difokuskan untuk merespon isu-isu strategis pembangunan tahun 2013.Beberapa kebijakan ekonomi makro Kabupaten Majalengka adalah sebagai berikut :1)Kebijakan Pendapatan DaerahKebijakan pendapatan daerah Kabupaten Majalengka diarahkan pada 2 (dua) kebijakan pokok yaitu :a.Intensifikasi Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah, yang difokuskan pada 4 program, salah satu diantaranya yaitu: efesiensi melalui perhitungan kembali biaya-biaya operasional pemungutan PAD.b.Ekstensifikasi Sumber-Sumber Penerimaan PAD, yang difokuskan pada 4 program, diantaranya yaitu: peningkatan koordinasi dengan kementerian dan pemerintah provinsi dalam rangka perluasan sumber pendanaan kegiatan dari pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi.Secara umum pendapatan daerah dalam RKPD tahun 2013 diproyeksikan mencapai Rp 1.698.164.288.466,40, dengan rincian sumber pendapatan: Pedapatan Asli Daerah Rp 113.833.477.208,40; Dana Perimbangan Rp 1.317.751.106.957,00; Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Rp 266.579.704.301,00;2)Kebijakan Belanja Daeraha.Kebijakan Belanja Tidak LangsungSelain dialokasikan untuk pemenuhan pemberian gaji pegawai, pada tahun 2013 belanja tidak angsung juga diprioritaskan untuk belanja hibah dalam rangka PEMILUKADA.b.Kebijakan Belanja LangsungBelanja Langsung diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan belanja program/kegiatan yang tertuang dalam RKPD tahun 2013, yang terdiri atas kelompokProgram/Kegiatan Prioritas Utama, Program/Kegiatan Reguler dan Urusan Dasar, dan Program/Kegiatan Kecamatan. Secara umum belanja langsung yang tertuang dalam RKPD tahun 2013 juga difokuskan dalam pemenuhan tuntutan peraturan dalam pengalokasian belanja untuk urusanPendidikan 20%, Kesehatan 10%, Infrastruktur 15%.Secara umum proporsi alokasi belanja daerah kabupaten Majalengka dalam RKPD Tahun 2013 yaitu;62,68%untukBelanja Tidak Langsung, dan37,32%untukBelanja Langsungdari nilai keseluruhan Belanja daerah Rp 1.713.911.684.492.4.Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2013Mempedomani hasil evaluasi pembangunan tahun sebelumnya, isu-isu strategis dan permasalahan pembangunan tahun 2013, dan memperhatikan 11 prioritas nasional, 10 prioritas provinsi Jabar, dan 5 prioritas kewilayahan (Tematik), maka pembangunan Kabupaten Majalengka Tahun 2013 diarahkan padasepuluh (10)prioritaspembangunansebagai berikut :1)Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Fokus prioritas pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dijabarkan dalam 2 sasaran daerah.2)Peningkatan Kualitas Pendidikan Fokus prioritas pada peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan, sehingga dapat meningkatkan rata-rata lama sekolah dan kualitas pendidikan di Kabupaten Majalengka, dijabarkan 2 sasaran daerah.3)Peningkatan Daya Beli Masyarakat dan Ketahanan Pangan Fokus prioritas peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah dan pemasaran produk pertanian/perikanan dan kehutanan; pengembangan koperasi; peningkatan aksesibilitas permodalan bagi UKM dan pemasaran; perbaikan iklim usaha dan peningkatan investasi; pengendalian dan pemulihan lahan kritis, dijabarkan dalam 6 sasaran daerah.4)Pengembangan Investasi, Pariwisata, dan Energi Fokus prioritas pada penyiapan kawasan industri terpadu, didukung dengan peningkatan UMKM, aneka industri, perdagangan, peningkatan sarana dan prasarana objek wisata, peningkatan ketenagalistrikan, pertambangan, dan energi alternatif, dijabarkan dalam 5 sasaran daerah.5)Pembangunan Infrastruktur Yang Proporsional dan Berkelanjutan Fokus prioritas pada pemerataan dan peningkatan pembangunan infrastruktur di kawasan perkotaan, perdesaan dan kawasan-kawasan strategis, dijabarkan dalam 5 sasaran daerah.6)Peningkatan Kinerja Aparatur Fokus prioritas pada penataan ketatalaksanaan, sumber daya aparatur, efektivitas, dan akuntabilitas, dijabarkan dalam 5 sasaran daerah.7)Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penanggulangan Bencana Fokus prioritas pada peningkatan pelestarian kualitas lingkungan hidup dan resiko bencana, dijabarkan dalam 2 sasaran daerah.8)Penataan Ruang Fokus prioritas pada pemanfaatan dan pengendalian ruang sesuai dengan rencana tata ruang, dan perencanaan tindak lanjut sebagai penjabaran dari RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031, dijabarkan dalam 3 sasaran daerah.9)Penanggulangan Kemiskinan Fokus prioritas pada penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan ekonomi keluarga miskin dan penguatan pemberdayaan masyarakat berbasis potensi unggulan lokal, dijabarkan dalam 3 sasaran daerah.10)Peningkatan Kualitas Hidup Beragama dan Budaya Lokal Fokus prioritas pada pembudayaan nilai moral keagamaan dalam kehidupan sehari-hari yang didukung peningkatan kegiatan sosial keagamaan dan peningkatan penyebaran simbol-simbol keagamaan sebagai spirit pendorong peningkatan ibadah, dijabarkan dalam 5 sasaran daerah.5.Bahan Tindak LanjutSebagai tindak lanjut telah ditetapkannya Peraturan Bupati tentang RKPD 2013, maka:1) Seluruh OPD segera melakukan penyempurnaan Rancangan Renja OPD menjadiRancangan AkhirRenja Definitifyang diselaraskan dengan RKPD definitif. Rancangan Akhir Renja OPD disampaikan ke Bappeda untuk diverifikasi.2) TAPD menyusun RancanganKUAdanRancanganPPASsebagai dasar penyusunanRAPBD TA 2013. Berdasarkan Permendagri R.I No. 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan EvaluasiRKPD Tahun 2013 dinyatakan antara lain Pengendalian Pelaksanaan RKPD Tahun 2013 bertujuan untukmenjamindanmemastikanbahwaprioritasdan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah,sertapagu indikatiftelah dipedomaniTim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)dalam menyusunrancangan KUA dan rancangan PPAS Tahun 2013sebagai landasan penyusunanRAPBD Tahun 2013. (dedehas)NoJenis KegiatanHasil Pengendalian dan Evaluasi

KesesuaianFaktor PenyebabKetidak SesuaianTindak Lanjut Penyempurnaan Apabila Tidak

AdaTidak Ada

(1)(2)(3)(4)(5)(6)

1.Pembentukan tim penyusunRKPD provinsidanpenyusunanrencanakerja.v

2.Pengolahan data dan informasi.v

3.Analisis gambaran umum kondisi daerahv

4.Analisis ekonomi dan keuangan daerah.v

5.Evaluasi kinerja tahun lalu.v

6.Penelaahan terhadap kebijakan pemerintah.v

7.Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD provinsi.v

8.Perumusan permasalahan pembangunan daerah provinsi.v

9.Perumusan rancangan kerangka ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah.v

10.PerumusanRKPD provinsi sesuai dengan visi, misi, arah kebijakan dan programGubernuryang ditetapkan dalam RPJMD provinsi.v

11.Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah.v

12.Perumusanprioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan provinsi telah berpedoman pada kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah daerah provinsi.v

13.Perumusanprioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunan provinsi telah mengacu padaRKPv

14.Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif.v

15.Pelaksanaan forum konsultasi publik.v

16.Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif.v

17.Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunanprovinsitelah berpedoman pada kebijakan umum.v

18.Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunanprovinsitelah berpedoman pada program pembangunan jangka menengah daerah provinsi.v

19.Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahunanprovinsitelah mengacu padaRKP.v

20.Perumusan rencana program dan kegiatan prioritas daerahprovinsidalam rangka pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah provinsi.v

21.Perumusanrencana program dan kegiatan prioritas daerah provinsi dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah provinsi.v

22.Perumusanrencana program dan kegiatan prioritas daerah provinsi dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan tahunan nasional.v

23.Pendanaan program dan kegiatan prioritas berdasarkan pagu indikatif untuk masing-masing SKPD provinsitelah memperhitungkan prakiraan majuv

24.MusrenbangRKPD yang bertujuan :v

24.a.Menyelaraskanprogram dan kegiatanprioritas pembangunan daerah provinsidengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan nasional serta usulanprogram dan kegiatanhasilmusrenbang kabupaten/kota.v

24.b.Mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat kepada pemerintah daerah provinsi pada musrenbangRKPD kabupaten/kota dan/atau sebelum musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan;v

24.c.Mempertajam indikator dan target kinerja program dan kegiatan pembangunan provinsi.v

24.d.Menyepakati prioritas pembangunan daerah serta rencana kerja dan pendanaan.v

25.Berita AcaraHasil MusrenbangRKPD provinsi.v

26.Sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan RKPD provinsi yang diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri ini.