tata kelola manajemen berbasis sekolah berorientasi pelayanan

234
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik 2014

Upload: hathuan

Post on 30-Dec-2016

234 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

MO

DU

L MA

NA

JEM

EN

BE

RB

AS

IS S

EK

OLA

HKINERJA-USAIDGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS

Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik

2014

Page 2: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Page 3: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

1www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Berorientasi Pelayanan Publik

KATA PENGANTARPeningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat

yang diamanatkan dalam berberagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.

PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis

peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program

ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand

side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program

KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.

Di bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) berorientasi pelayanan publik, Program KINERJA mendorong

sekolah-sekolah agar menyelenggarakan kegiatan sekolah berdasarkan pencapaian standar pelayanan publik

(SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional pendidikan (SNP), dan masukan-masukan

dan keluhan dari murid dan orangtua/wali murid. Keluhan-keluahan ini diperoleh melalui survei pengaduan

yang dilaksanakan setiap tahun. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota

agar program MBS berorientasi pelayanan publik dapat diadopsi dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah

lainnya. Beberapa daerah mitra telah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkannya di semua sekolah secara

bertahap. Dinas Pendidikan di daerah tersebut telah mulai menyebarluaskan praktik-praktik MBS berorientasi

pelayanan publik ke sekolah-sekolah lain dan merencanakan akan mencakup seluruh sekolah.

Mengingat praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah

daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna

layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah, sekolah, dan para pemangku

kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan

dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.

Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan

MBS dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis

penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA dan

kabupaten/kota mitra dalam penerapan MBS berorientasi pelayanan publik.

Jakarta, Januari 2014

Page 4: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

2 www.kinerja.or.idManajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 2RINGKASAN EKSEKUTIF 3Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 4Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 6Rekomendasi kepada para Calon OMP 7Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan 7

BAB 1 PENDEKATAN KINERJA 8Pendekatan Umum Proyek KINERJA 8Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 9Prinsip Dalam Tata Kelola MBS 10

BAB 2 Bab 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

11

Situasi yang dihadapi di daerah 11Bagaimana kita memulai inisiatif 111. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 112. Pengaturan Pekerjaan 123. Penyusunan rencana kerja 12Proses kerja 131. Peran masing-masing stakeholder 132. Pelaksanaan rencana kerja 133. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja 14

BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 16Tantangan 16Keberhasilan Program 161. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo 162. Pendekatan KINERJA 18

Page 5: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 21Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain 21Rekomendasi untuk OMP 22Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 22DAFTAR LAMPIRAN 23

3Berorientasi Pelayanan PublikTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolahwww.kinerja.or.id

Page 6: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

4 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tujuan dan Keberhasilan KINERJA

- Tujuan Umum Program KINERJA

KINERJA merupakan program yang bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam

penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima

ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan

disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil

keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan KINERJA di daerah mereka. Buku

“Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” ini menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam penerapan MBS

di mana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi

pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program MBS.

Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun

hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama lima

mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada,

dan Kemitraan.

KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan

dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga

paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional

satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan

pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan

sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei

pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif,

dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan

aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan

akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi pemangku kepentingan dalam perencanaan dan

penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga

negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang

diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan

untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).

Page 7: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

5www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Di sektor iklim usaha yang baik KINERJA fokus pada perbaikan perizinan usaha di bawah Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog pemerintah dan

swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim usaha yang

baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog pemerintah dan

swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.

- Lokasi Program KINERJA

KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:

1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue

2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung

3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar

4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau

5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika

- Keberhasilan Program MBS

Program KINERJA-USAID telah melaksanakan pendampingan teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra

yang tersebar di 9 kabupaten/kota di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan )

sebagai unit layanan pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.Hingga akhir 2013 ini,

hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

• Bersamaorganisasimitrapelaksana,KINERJAmelaksanakanpendampinganpengembanganMBS

berorientasi pelayanan publik di 180 sekolah mitra di sembilan kabupaten/kota di empat provinsi (20

sekolah di masing-masing kabupaten/kota).

• PendekatanKINERJAtelahmenunjukkanmanfaatyangcukupsignifikandihampirsemuasekolahmitra,

baik dari aspek peningkatan partisipasi forum multi stakeholder sekolah, transparansi, akuntabilitas, dan

peningkatan kualitas pelayanan sekolah. Sekolah-sekolah menyusun RKS dan RKAS secara partisipatif

dan memasukkan program dan kegaiatan menuju pencapaian standar pelayanan serta berdasarkan data

yang valid, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan.

• Sekolah-sekolahmitraKINERJAmelaksanakansurveipengaduan,menganalisishasilnyamenjadisebuah

indeks pengaduan masyarakat, membuat janji perbaikan layanan dan menindaklanjuti pengaduan yang

menjadi wewenang sekolah dan menyampaikan rekomendasi tindak lanjut kepada Dinas Pendidikan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 8: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

6 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Di Kabupaten Barru, ada sekolah yang menyampaikan rekomendasi kepada instansi lain di luar Dinas

Pendidikan, yakni Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk memperbaiki layanan UKS.

• Beberapakepalasekolahmenyatakanbahwasurveipengaduansangatefektifuntukmemperbaiki

pelayanan sekolah. Tanpa survei pengaduan, mereka tidak mengetahui apa yang menjadi keluhan dan

harapan pengguna layanan.

• DiKabupatenBarru,SulawesiSelatan,terlihatjelasperubahanpelayanansekolahterhadapmuriddan

siswa. Fasilitas dan kegiatan pembelajaran membaik sehingga murid belajar dengan nyaman. Lingkungan

sekolah juga menjadi lebih baik berkat peran serta pemerintah daerah, komite sekolah, dan masyarakat

yang tanggap terhadap pengaduan masyarakat.

• BeberapasekolahdiKabupatenMelawitelahberhasilmeraihdukunganpendanaandariorangtua/wali

murid, masyarakat, dan dunia industri setelah sekolah menerapkan perencaan yang transparan dan

partisipatif.

• Padatanggal2Mei2012,WalikotaKotaProbolinggomengeluarkanSuratKeputusanuntukmenerapkan

MBS di semua sekolah.

KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk mendiseminasi

praktik-praktik baik tata kelola manajemen sekolah yang berorientasi pelayanan publik ke semua sekolah-

sekolah di daerah masing-masing, termasuk melaksanakan survei pengaduan.

“Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka dan program-program

sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif.”

Drs. Endro Suroso, M.Si., Kepala Dinas Pendidikan, Kota Probolinggo

Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah

Program MBS yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah dan Forum Multi Stakeholder

menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan

pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk pemerintah daerah, yakni (a) diperlukan komitmen

yangtinggidariBupati/Walikota,DPRDdanDinasPendidikanuntukmelaksanakanprogramMBS,(b)setiap

kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi

Page 9: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

7www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang

ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah

terkait, (f) menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi

pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.

Rekomendasi kepada para Calon OMP

Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum

multi stakeholder dalam melaksanakan program MBS. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa

dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata

kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau

forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan

jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai

pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA

untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan

Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus

pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Mereka mempunyai peran strategis

dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-

lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata

kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.

b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan

pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan

secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil

pelatihan.

c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga pendidikan dan latihan mempunyai

modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA,

terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 10: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

8 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

BAB 1 PENDEKATAN KINERJA

Pendekatan Umum Proyek KINERJA

KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang

kesehatan, pendidikan dan iklim usaha.

KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik

di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.

Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah

di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif

terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.

Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM),

dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada

pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian

besar program Kinerja dilaksanakan melalui dana hibah bagi organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga

menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan

kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:

1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa

Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan;

2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan

masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;

3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan

pengaduan dan janji perbaikan pelayanan;

4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk

menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan

pelayanan publik yang lebih baik.

Page 11: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

9www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Intervensi program KINERJA berada di tiga tema pokok, yakni:

1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik;

2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan

mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan;

3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di

Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah

daerah.

Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam

melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan

Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP,DGP (Distribusi Guru Proporsional),

dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan

Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum

sebagai berikut:

• Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata

dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah

lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan

Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,

keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.

• Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat

diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikutserta dalam penyelengaraan pendidikan

sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-

program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.

• Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara

berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat

dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi

juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 12: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

10 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Prinsip dalam Tata Kelola MBS

Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola MBS dilaksanakan dengan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1. Berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta

menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat;

2. Perencanaan sekolah menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas

Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama;

3. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan

pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih

tinggi;

4. Didasarkanpadaregulasidaerah(PeraturanBupati/Walikota).Halinidiperlukanuntukmenjaminprogram

MBS dapat berlangsung terus secara berkesinambungan;

5. Monitoring dan pelaksanaan MBS di sekolah diperlukan agar pelaksanaan program MBS dapat tepat

sasaran dan dapat terus disempurnakan;

6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai pelayanan sekolah;

7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang

berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.

Page 13: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

11www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Situasi yang dihadapi di daerah

Dalam konteks otonomi, sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya dan warga sekolah menurut

prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundangan. Sekolah

diberi wewenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah semaksimal mungkin untuk

meningkatkan mutu proses dan output pembelajaran.

Pada praktiknya pelaksanan MBS perlu lebih ditingkatkan. Sebagian besar sekolah melaksanakan MBS apa

adanya, belum dilaksanakan secara maksimal, dan belum mengarah pada perbaikan mutu pelayanan. Di

sebagian besar sekolah, pengelolaan masih belum transparan dan akuntabel serta tidak partisipatif, apalagi

responsif.

Kepedulian orangtua murid dan masyarakat rendah dan menganggap bahwa urusan sekolah semata-mata

menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Hal ini sebagiannya disebabkan oleh ketertutupan sekolah

dalam penyelenggaraan sekolah dan tidak membuka peluang keterlibatan masyarakat.

Bagaimana kita memulai inisiatif

1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders

Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program MBS dengan diskusi intensif

dengan manajemen KINERJA dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan

(memorandumofunderstanding)antaraBupati/WalikotadenganKINERJA.

Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan

dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif

sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik.

BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 14: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

12 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,

khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan

masyarakat sehingga tata kelola MBS dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat

dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya

termasuk DPRD.

2 Pengaturan Pekerjaan

Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang

pelayanan public yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah

mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder, dan organisasi mitra pelaksana

(OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.

Program MBS dilaksanakan oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya

dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program MBS, KINERJA

bekerjasama dengan tiga OMP, yakni:

• PKPMyangbekerjadiKabupatenBenerMeriah,Aceh

• LPKIPIyangbekerjadiKotaSingkawang,KalimantanBarat

• CORDIALyangbekerjadiKabupatenBarru,SulawesiSelatan.

OMP tidak bekerja sendirian, melainkan selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim

Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Pendidikan, dan lembaga-lembaga non pemerintah,

terutama Dewan Pendidikan. Di tingkat sekolah OMP bekerjasama dengan Komite Sekolah.

3 Penyusunan rencana kerja

SetelahSuratKeputusanBupati/Walikotaditerbitkan,makaTimTeknismenyusunrencanakerjaberikut

jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal

perencanaan dan penganggaran daerah.

Page 15: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

13www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Proses kerja

1 Peran masing-masing stakeholder

Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program MBS di semua tahapan,

namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan lokakarya-

lokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalamkaitannya dengan pencapaian tujuan MBS.

Dinas Pendidikan berperan dalam mengeluarkan petunjuk teknis dan monitoring pelaksanaan MBS serta

meyediakan bantuan teknis ke sekolah-sekolah jika diperlukan.

Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah berperan dalam melaksanakan MBS sesuai prinsip-prinsip di atas.

Di samping itu komite sekolah berperan dalam pengawasan pelaksanaan MBS dan memberi masukan kepada

kepala sekolah.

2 Pelaksanaan rencana kerja

Program MBS dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

• Penyediaan data sekolah. Data merupakan dasar utama dalam perencanaan sekolah. Setiap tahunnya

(biasanya pada awal tahun akademik) sekolah menyajikan data sekolah yang mencakup antara lain

mengenai murid, guru, sarana, prasarana, hasil pembelajaran. Data yang dapat digunakan adalah data

yang valid dan mutakhir. Oleh sebab itu sekolah perlu meneliti dan memvalidasi data dengan cermat

• Penghitungan capaian SPM. Berdasarkan data yang tersedia, sekolah bersama komite sekolah

menghitung capaian SPM sekolah saat ini sehingga dapat diketahui pada aspek apa saja yang sudah dan

belum dicapai

• Penyusunan EDS (evaluasi diri sekolah). Berdasarkan data yang tersedia dan hasil EDS, kemudian

sekolah membuat EDS yang tujuannya adalah untuk mengetahui capaian, kelemahan, kekuatan, dan apa

yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah ke depan. Cakupan EDS cukup luas karena

menyangkut delapan sandar nasionmal pendidikan (SNP)

• Pelaksanaan survei pengaduan. Oleh karena sekolah merupakan salah satu unit pelayanan publik, maka

dalam upaya meningkatkan mutu layanannya, sekolah melaksanakan survei pengaduan yang tujuannnya

untuk mengetahui keluhan apa saja dari pengguna layanan (terutama murid dan orangtua murid)

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 16: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

14 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

• Penyusunan RKS (rencana kerja sekolah). RKS biasanya menacakup rencana selama 4 tahun dan dibuat

berdasarkan data, EDS, dan hasil survei pengaduan. Dengan demikian rencana jangka menengah sekolah

ini menjadi dokumen yang sesuai dengan kondisi sekolah dan tujuan yang hendak dicapai serta dapat

dipertanngungjawabkan

• Penyusunan RKT/RKAS (rencana kerja tahunan/ rencana kerja dan anggaran sekolah). Rencana sekolah

tahunan ini disusun secara lebih rinci dan merujuk pada RKS yang telah disiapkan sehingga pencapaian

sekolah setiap tahunnya menjadi terukur

• Penyusunan janji perbaikan layanan. Untuk menjamin pengaduan masyarakat direspon dengan baik,

maka sekolah membuat janji perbaikan layanan yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan komite

sekolah serta diketahui oleh Dinas Pendidikan. Tentu saja janji tersebut menyangkut hal-hal yang dapat

ditindaklanjuti oleh sekolah sesuai kemampuan dan wewenangnya

• Penyusunan rekomendasi teknis untuk Dinas Pendidikan. Hasil survei pengaduan yang tidak dapat

ditindaklanjuti oleh sekolah (karena di luar kemampaun dan wewenang sekolah) kemudian dimasukkan ke

dalam rekomendasi teknis yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti

• Publikasi RKS, RKT/RKAS, dan LKT. Untuk menjamin transparansi dan akuntablitas publik, maka

sekolah diwajibkan untuk mempublikasi rencana jangka menengah, rencana dan anggaran tahunan,

dan laporan penggunaan (realisasi) anggaran. Publikasi bisa dalam berbagai bentuk, namun yang paling

mudah dan umumnya dilakukan sekolah adalah dengan memajang dokumen-dokumen tersebut di luar

ruangan sekolah.

3 Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja

Sekurang-kurang nya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program MBS

dengan pendekatan KINERJA:

• Peningkatankapasitassekolahdalamdayatanggapterhadapkebutuhanmuriddanorangtuamuriduntuk

memperoleh pendidikan yang bermutu;

• Peningkatanpemahamanpenyelenggarapendidikandisekolahtentangkeluhan-keluhanmurid,orangtua

murid, dan masyarakat yang selama ini tidak diketahui dan direspon;

• Peningkatanketerlibatandandukungankomitesekolah,orangtuamurid,danmasyarakatdalam

penyelenggaran sekolah;

Page 17: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

15www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

• Peningkatansuasanalingkungansekolahyanglebihkondusifsehinggameningkatkankenyamananmurid

dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Perubahan-perubahan tersebut nampak jelas di sekolah-sekolah mitra KINERJA antara lain di Bener Meriah,

Kota Probolinggo, Singkawang, dan Barru. Di sekolah-sekolah di daerah-daerah tersebut komite sekolah aktif

menghimpun dukungan orangtua dan masyarakat untuk membanbtu sekolah dalam memperbaiki lingkungan

sekolah.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 18: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

16 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Tantangan

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan

program MBS, yakni antara lain:

• Kadangkalapelaksanaanprograminimembutuhkanperubahanperencanaansekolahyangtidakmudah

dilakukan;

• Keterbatasananggaransekolahyangtersediadanprioritaspemenuhankebutuhansekolah;

• KapasitaskepalasekolahdankomitesekolahmasihkurangsehinggapelaksanaanprogramMBStidak

berjalan seperti yang diharapkan dan membutuhkan upaya yang lebih keras dan waktu yang lebih lama.

Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui pendampingan yang intensif;

• Kapasitaspersonilsebagianorganisasimitrapelaksanamasihkurangsehinggapadaawalpelaksanaan

program proses pendampingan kepada sekolah dan komite sekolah belum seperti yang diharapkan.

Tantangan ini diatasi melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA;

• Pergantiankepalasekolahyangmenyebabkanperubahankomitmendarikepalasekolahyangbaru.

Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga kepala sekolah baru dapat

memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program;

• Kepedulianorangtuamuriddanmasyarakatmasihkurang.Merekamenganggapurusansekolah

sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Tantangan ini direspon dengan mengajak

mereka berdiskusi tentang penyelenggaraan sekolah sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama dan

peran apa yang dapat mereka laksanakan.

Keberhasilan Program

1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo

Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas

prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitas

pendidikan yang mereka miliki. Dalam acara pemberian penghargaan yang diadakan pada tanggal 21

BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES

Page 19: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

17www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

November 2012 di Kota Probolinggo, Kepala Bagian Organisasi Drs. Sukam, memberikan penghargaan

kepadaSDNKebonsariKulon2,SDNCurahGrinting1,SDNWonoasih2,danSDNSumberTaman1serta

SMPN 8 dan MTs.N. di Kota Probolinggo atas peningkatan kualitas yang mereka capai.

Dengan dukungan teknis dari paket manajemen berbasis sekolah proyek KINERJA, sekolah-sekolah tersebut

mengundang partisipasi dari orang tua, guru, kepala sekolah dan berbagai pemangku kepentingan lain, dan

mencapai keberhasilan yang patut dicontoh dalam meningkatkan kerjasama dengan masyarakat yang

mereka layani.

Berdasarkan hasil survei terhadap 5.610 pemangku kepentingan, 20 sekolah mitra KINERJA segera

menanggapi ketidakpuasan masyarakat terhadap fasilitas sekolah dan kekurangan-kekurangan lain dalam

manajemen pendidikan mereka. Murid dan guru bekerjasama membersihkan fasilitas kamar mandi sekolah,

merapihkan halaman sekolah dan bahkan menanam kebun sekolah yang kemudian dimasukkan kedalam

pelajaran sains. Komite sekolah yang beranggotakan orang tua, guru dan penyelenggara sekolah menampung

masalah-masalah yang disampaikan selama survei dan bekerjasama untuk mencari jalan keluarnya.

Dewan juri di Kota Probolinggo mengikutsertakan wakil-wakil dari pemerintah daerah, dunia pendidikan

dan mitra KINERJA Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) yang menggunakan

20 butir kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan sekolah dalam melaksanakan transparansi anggaran,

serta menyusun dan mengumumkan rencana-rencana kerja tahunan untuk pemantauan masyarakat, dan

mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan, menerbitkan laporan-laporan tentang

visi dan misi yang jelas dan mempertegas komitmen untuk melaksanakan program manajemen berbasis

sekolah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik.

Kepala SDN KebonsariKulon 2 menyatakan bahwa karena pendampingan KINERJA memberikan begitu

banyak manfaat maka ia berharap pendampingan dapat diteruskan karena kegiatan tersebut sejauh ini sangat

berguna dalam meningkatkan kualitas sekolahnya.

Kepala Dinas Pendidikan Drs. Endro Suroso, M.Si., juga sangat memuji keberhasilan paket manajemen

berbasis sekolah dari KINERJA. “Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan

pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka, dan program-program sekolah

menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif,” tuturnya.

Penghargaan seperti ini tidak hanya menghormati keberhasilan sekolah-sekolah mitra KINERJA melainkan

juga meningkatkan kesadaran sekolah-sekolah di daerah sekitarnya sehubungan dengan apa yang dapat

mereka capai melalui program manajemen berbasis sekolah. Motivasi sejawat ini merupakan bagian utama

dari fokus KINERJA untuk mereplikasi praktek yang baik dan melaksanakan reformasi yang berkelanjutan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 20: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

18 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Pendekatan KINERJA

Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas

prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitas

pendidikan yang mereka miliki.

Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (sekolah)

dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk

memperkuat sekolahdalam hal:

• Meningkatkanperhatianpadadampakkekuranganpenyelenggaraansekolahuntukpeningkatanlayanan

pendidikan berkualitas

• Meningatkankemampuansekolah(kepalasekolahdanguru)dalamrangkasecarabertahapmemenuhi

standar pelayan sekolah

• MeningkatkankepedulianpemerintahdaerahsecaraefektifmenerapkankebijakanMBSdisemuasekolah

Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga

mereka akan:

• Memahamihak-hakmerekaterhadaplayananpendidikanyangberkualitas

• Secaraaktifterlibatdalamprosespengambilankeputusandanpengembangankebijakansekolahyang

mempengaruhi masyarakat

• Melakukanperanpengawasandantahanpemerintahdaerahbertanggungjawabuntukmelaksanakan

kegiatan-kegiatan sekolah secara efektif dan secara berkesinambungan.

Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif

(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong

atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti “kebaikan bersama” yang menjadi tujuan

kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, kegiatan-kegiatan sekolah hanya dilaksanakan oleh kepala

sekolah dan jajarannya.

a. Strategi Program

Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program MBS adalah sebagai

berikut :

Page 21: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

19www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

1. Penguatan komite sekolah Memperkuat orangtua murid dan masyarakat melalui komite sekolah dengan memberi pelatihan dan

melibatkan mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi.

2. Penguatan kepala sekolah Memperkuat kepala sekolah dalam perencanaan sekolah dan pentingnya keterlibatan komite sekolah

dalam penylenggaraan sekolah. Untuk itu kepala sekolah diberi pelatihan dan pendampingan yang

intensif.

3. Advokasi kepada Dinas Pendidikan Advokasi diarahkan pada penerbitan kebijakan pemerintah daerah (khususnya Dinas Pendidikan)

untuk mendorong penerapan MBS di sekolah-sekolah dan menyediakan dukungan yang diperlukan.

4. Pemantauan dan evaluasi oleh komite sekolah Menyusul penerbitan perencanaan dan pelaksanaan janji perbaikan layanan sekolah, komite sekolah

dan jurnnalisme warga memantau pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.

b. Hasil-hasil Program MBS

Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :

• Sekolahmempunyaimanajemendatayanglebihbaik;

• Perencanaansekolahdidasarkanpadadatayangvaliddanmutakhir,evaluasidirisekolah,danhasil

survei pengaduan serta mengacu pada pencapaian SPM dan SNP;

• Penyelenggaraansekolahmenjadilebihtransparandanakuntabel;

• Komitesekolahlebihaktifdalampenyelenggaransekolahdanmemberidukungankepadasekolah;

• Pelayanansekolahkepadamuriddanorangtuamenjadilebihbaik.

2. Program Pengungkit

“Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh USAID-

KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan saya menjadi paham dan merasakan banyak manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan

survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)”

Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 22: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

20 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Program MBS yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh 180 sekolah telah menunjukkan

hasil-hasilyangbaik.WalaupunintervensiprogramKINERJAlebihdiarahkanpadaprosestatakelolasekolah

dengan melibatkan komite sekolah, namun program ini menjadi pengungkit untuk program MBS yang lebih

luas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, seperti penyediaan

sarana dan prasarana sekolah, membaiknya kinerja guru, dan proses pembelajaran yang menjadi lebih baik.

Dampak positif lanjutannya adalah bahwa keterlibatan dan dukungan orangtua murid dan komite sekolah

meningkat, tidak hanya dalam bentuk tenaga dan waktu, bahkan dana yang disumbangkan untuk perbaikan

sebagian fasilitas sekolah. Dukungan seperti ini hanya dimungkinkan apabila sekolah melaksanakan

kegiatannya dengan transparan dan akuntabel.

“Program MBS sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan. Jadi pengaduan itu selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling mengadu bahwa ada guru yang tidak disiplin menjalankan tugas. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan

dibiasakan karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh…….”

Mansur, Ketua Komite SMP Negeri 20 Kota Singkawang, Kalimantan Barat

“Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami sudah mulai jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua murid

kita akan susah membuat anak kita memperoleh pendidikan yang bermutu. Jadi harus sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua murid, harus ada Komite Sekolah.

Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk Dinas Pendidikan, kalau tidak, ya tidak tercapai….”

Tri Menanti, Guru SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh

Page 23: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

21www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Program KINERJA untuk MBS hanya di 180 sekolah dari ribuan sekolah dan hanya di sembilan dari ratusan

daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan

di sekolah-sekolah dan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lain

bersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program

MBS. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan

pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.

Rekomendasi untuk Replikasi di Daerah Lain

Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan

mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program MBS.

a. DiperlukankomitmenyangtinggidariBupati/Walikota,DPRDdanDinasPendidikanuntukmelaksanakan

program MBS. Komitmen ini ditunjukkan dengan kebijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan,

petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan

penganggaran daerah.

b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama

pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan

c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS. Oleh

karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan

masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,

dan pelaksanaannya.

d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.

Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,

melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.

e. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui

pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.

BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 24: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

22 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

f. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.

Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan,

dan acuan pelaksanaan program.

Rekomendasi untuk OMP

Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program MBS adalah:

a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan

pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder;

b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta;

c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang

melaksanakan program;

d. Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri

maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi untuk Penyedia Latihan

Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus

pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan

latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam

pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-

lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata

kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik

b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan

pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan

secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil

pelatihan

c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga-lembaga pendidikan and latihan

mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul

KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.

Page 25: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

23www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN

Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang ingin melihat

komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran

A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih dalam

tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang ingin mempelajari cara KINERJA

melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di

CD terlampir.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi 25

LAMPIRAN B Uraian Substansi 28

Pendahuluan 28

MODUL I MBS Berorientasi Pelayanan Publik 32• BAHANBACAANMBSYANGBERORIENTASIPELAYANANPUBLIK 24

MODUL 2 Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah 52• BAHANBACAANSTANDARPELAYANANDALAMPENGELOLAAN

SEKOLAH52

MODUL 3 Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 80• BAHAN BACAAN: TATA KELOLA PERENCANAAN

DAN PENGANGGARAN SEKOLAH80

MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah 100• BAHANBACAANPENERAPANMANAJEMENPELAYANANPUBLIK

DI SEKOLAH100

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 26: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

24 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah

118

• BAHANBACAANPERANSERTAMASYARAKATDANSTAKEHOLDERDALAMPENINGKATANPELAYANANPUBLIKDISEKOLAH

118

MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah 138• BAHANBACAAN:SURVEIPENGADUANUNTUKPERBAIKANLAYANAN

SEKOLAH138

MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah 172• BAHANBACAAN:TRANSPARANSI&AKUNTABILITASDALAM

MANAJEMEN SEKOLAH172

MODUL 8 Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik Sekolah

184

• BAHANBACAAN:PRAKTIKBAIK(GOOD PRACTICES) PENERAPAN MBSBERORIENTASIPELAYANANPUBLIK

184

LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 199

Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 199Uraian lampiran ini 202

MODUL 1 MBS Berorientasi Pelayanan Publik 203MODUL 2 Standard Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah 206MODUL 3 Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 209MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah 212MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik

di Sekolah215

MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah 218MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah 221

LAMPIRAN D Bahan di CD 224

LAMPIRAN E Daftar Singkatan/Istilah 225

DAFTAR PUSTAKA 227

Page 27: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

25www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Lampiran ATestimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi

Testimoni

1. Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur

Manfaat MBS banyak sekali. Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan

manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pada pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh

USAID-KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan dengan USAID saya menjadi paham dan merasakan

banyak manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan survei

pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat). Dari IPM tersebut diketahui, salah satu

contohnya, kurangnya toilet untuk murid. Pengaduan ini kemudian kita respon bekerjasama dengan Dinas

Pendidikan. Dengan bantuan Pemrintah Kota jumlah toilet berkembang dari hanya satu menjadi tujuh yang

bisa dipakai untuk 253 murid.

Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah terus meningkat dalam hal membantu sekolah menyediakan

fasilitas lingkungan sekolah dan pembelajaran. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan manajamen

sekolah yang transparan dan secara intens melibatkan masyarakat dan komite sekolah. Komite sekolah

ikut dalam proses penyusunan RKS dan RKAS yang bersama dengan laporan penggunaan dana sekolah

dipublikasikan dengan menempelnya di papan pengumuman sehingga dapat dilihat oleh siapa saja yang

datang ke sekolah. Dengan keterbukaan dan pelibatan tersebut masyarakat menjadi paham tentang masalah

yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mecapai SPM. Orangtua murid

memahami hal itu dan bersama Komite Sekolah mendiskusikan tentang apa yang bisa dilakukan untuk

membantu sekolah. Tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi oleh dana dari BOS . Semua partispasi dan

bantuanmasyarakat dikelola sepenuhnya oleh Komite Sekolah.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 28: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

LAMPIRAN A - TESTIMONI, LAPORAN MEDIA DAN BAHAN PROMOSI

26 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

2. Mansur, Ketua Komite Sekolah, SMP Negeri 20 Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Program MBS yang didampingi USAID-KINERJA sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan.

Jadi pengaduan itu selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian

pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling memonitor bahwa ada guru yang tidak disiplin

menjalankan tugas, mereka mengadu ke komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak sekolah

memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan dibiasakan karena akan

merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.

Partisipasi masyarakat dalam program MBS ini sangat besar artinya. Itu yang kita rasakan besar manfaatnya

buat kepentingan proses belajar mengajar di sekolah ini. Kita dari perwakilan orangtua siswa yang terbentuk

dalam komite sekolah merasa bersyukur sekali. Artinya dengan sarana dan prasarana yang telah ada ini

lebih memotivasi pengajar, kepala sekolah dan jajarannya ke bawah untuk lebih meningkatkan proses belajar

mengajar. Dan kita dari komite juga tidak merasa segan-segan, tidak merasa malu-malu untuk memberikan

suatu masukan kepada pihak sekolah bahwa bersyukurlah bahwa kalian sudah dibantu dengan program ini.

Dan jangan sia-siakan kepercayaan ini. Benar-benar dimanfaatkan buat dunia pendidikan sehingga tidak

mengecewakan orang yang benar-benar membantu untuk kemajuan sekolah kita. Itu yang kita harapkan.

Artinya prestasi ini meningkat. Kalau bisa kelulusan SMP ini selalu dipertahankan seratus persen karena

sekolahnya sudah memadai.

Dengan adanya bantuan semacam ini kami berharap lebih menggiatkan dan meningkatkan semangat para

pengajaruntuklebihmenampakkanhasilnyakedepan.Yangkeduabahwajangansampaimengecewakan

pihak pemberi bantuan dengan adanya sarana dan prasarana ini. Dan kalau memang masih ada dukungan

yang diperlukan, artinya dapat kita rumuskan bersama dan kalau memang ada salurannya, kita minta bantuan

yanglebihcanggihlahistilahnya.Yangbisamembuatsekolahinilebihprofesionalsehinggamampubersaing

di tingkat regional maupun nasional dan bahkan bisa dikenal di mata internasional. Dengan bantuan ini kita

patut bangga bahwa ada bantuan yang mampu mengangkat, mendongkrak sekolah ini sehingga ke taraf

nasional dan internasional.

Dinas Pendidikan tidak lepas dari upaya ini. Artinya keterkaitan Dinas Pendidikan dalam proses belajar

mengajar, ketersediaan tenaga guru, kemudian manajemen sekolah dan sebagainya itu adalah satu kesatuan

yang memang secara undang-undang itu sudah diatur dan dimandatkan.

Page 29: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

27www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

3. Tri Menanti, Guru di SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh

Hal baru dalam program MBS yang didampingi USAID-KINERJA adalah survei pengaduan, janji perbaikan

layanan, dan rekomendasi teknis. Survei pengaduan di SD Negeri Baliatu Simpang Tiga Kabupaten Bener

Meriah itu diadakan pada tanggal 8 Februari 2013. Dari hasil survei pengaduan, yang banyak dikeluhkan

adalah tentang keberadaan kantin sekolah yang sehat karena memang kantin kami betul-betul tidak layak

pakai waktu itu. Kemudian kami diskusikan dengan kepala sekolah, komite sekolah, dewan guru, dan

stakeholder sekolah untuk memindahkan kantin sehat ke rumah guru yang ada di sekolah yang kebetulan

kosong. Kantinnya masih belum terlalu layak tetapi alhamdulilah sudah mulai bisa dipakai. Banyak sekali, itu

di antaranya yang pertama itu sekolah SD Negeri Baliatu itu tidak ada ruang kepala sama ruang guru.

Kemudian ruang kelas dan laboratorium masih kurang. Untuk sementara ruang guru dan ruang kepala sekolah

itu memakai kelas murid. Kemudian untuk ruang kelas kami gunakan kelas paralel. Itu sudah kami buat

dalam rekomendasi ke Dinas Pendidikan. Insyaallah Pemerintah Daerah dapat segera menindaklanjuti

rekomendasi tersebut.

RKS dan RAKS disusun bersama dengan Komite Sekolah dan dipublikasikan. Kalau selama ini kami buat

cuma apa adanya.. Tapi alhamdulilah berkat adanya bimbingan dari USAID-KINERJA, kami sudah bisa

membuat RKS dan RAKS walaupun masih belum maksimal.

Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami sudah mulai

jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua muridkita akan susah membuat anak kita

memperoleh pendidikan yangbermutu. Jadi harus sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua

murid, harus ada Komite Sekolah. Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk pihak Dinas

Pendidikan, kalau tidak, ya tidak tercapai.

Tantangan paling berat yang kita hadapi dalam melaksanakan program MBS itu adalah pendanaan. Karena

yang selama ini kami kerjakan yang masih bisa bisa kami lakukan terutama seperti pembuatan pos pelayanan

terpadu itu belum ada bantuan dari Dinas atau dari manapun, itu masih memakai dana BOS. Namun kami

bekerjasama dengan orangtua dan Komite Sekolah untuk melaksanakan janji perbaikan layanan sesuai

pengaduan yang disamapikan orangtua dan murid. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh sekolah langsung

datang bantuan dari masyarakat dan orangtua.

Laporan Media dan Bahan Promosi

DisediakandalambentukfilediCDterlampir.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 30: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

28 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Lampiran B Uraian Substansi

1. Uraian lampiran ini

Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan

berikut ini:

1. MODUL1.MBSBERORIENTASIPELAYANANPUBLIK.MembahastentangSejarahMBS,Pengertian

MBS, Dasar Hukum MBS, Tujuan MBS, Prinsip-prinsip MBS, Ciri-ciri/ karakteristik MBS , Aspek Proses

dan Substansi MBS.

2. MODULII.STANDARDPELAYANANDALAMPENGELOLAANSEKOLAH.Membahastentang

Standard Pelayanan Publik, Standar Proses (Standard Operasional Prosedur), Standar Pelayanan

Minimal Pendidikan, Standar Nasional Pendidikan, Standar lainnya, Upaya Pemenuhan Standar

Pelayanan (Tanggungjawab Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan).

3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Membahas tentang jenis-jenis

perencanaan sekolah, posisi perencanaan sekolah dalam kerangka perencanaan SKPD, Tahapan-

tahapan perencanaan sekolah.

4. MODULIV.PENERAPANMANAJEMENPELAYANANPUBLIKDISEKOLAH.Membahastentang

Dasar Hukum Manajemen Pelayanan Publik, Kondisi Ideal Pelayanan Publik, Kondisi Riil Pelayanan

Publik, Pergeseran Paradigma Pelayanan Publik, Posisi Strategis SDM Pendidikan Dalam Pelayanan

Publik, Perilaku SDM Pendidikan Dalam Pelayanan Publik, Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di

Sekolah.

5. MODULV.PERANSERTAMASYARAKATDANSTAKEHOLDERDALAMPELAYANANPUBLIKDI

SEKOLAH. Membahas tentang Makna Peran Serta (Partisipasi) Masyarakat Dalam Peningkatan,

Pelayanan Publik di Sekolah, Stakeholder Sekolah, Jenis-Jenis Partisipasi Masyarakat dan

Stakeholder Terhadap Program Pendidikan di Sekolah.

6. MODULVI.SURVEIPENGADUANUNTUKPERBAIKANLAYANANSEKOLAH.Membahastentang:

Pentingnya Survei Pengaduan, Proses Survei Pengaduan, Janji Perbaikan Layanan dan Rekomendasi

Perbaikan Layanan, Pemantauan dan Evaluasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Layanan, Survei Ulang.

Pendahuluan

Page 31: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

29www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH. Membahas

Tentang Kaitan Antara Good Governance Dengan Transparansi dan Akuntabilitas, Makna Transparansi

dan Akuntabilitas, Jenis-Jenis Akuntabilitas, Contoh Penerapan Transparansi dan Akuntabilitas di

Sekolah.

8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE)PENERAPANMBSBERORIENTASIPELAYANAN

PUBLIK. Membahas Tentang Praktik-Praktik Baik Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis

Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Kelas Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen

SDM, Praktik-Praktik Baik Manajemen Peserta Didik, Praktik-Praktik Baik Manajemen Sarana

Prasarana Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Keuangan Berbasis Sekolah, Praktik-

Praktik Baik Manajemen Partisipasi Masyarakat Berbasis Sekolah, Contoh Penerapan Praktik MBS di

Kabupaten/Kota Mitra KINERJA.

2. Bahan pendukung

Lihat juga:

• PanduanfasilitasilokakaryaTimPenyusunMBS.ProsespenerapanMBSolehTimPenyusunMBS

diatur dengan seri lokakarya. Panduan fasilitasi lokakarya tersebut disampaikan pada Lampiran D

• BahandiCD.LihatLampiranCuntukdaftarfile-fileyangadadiCDyangdilampirkan,termasukcontoh

bahan presentasi dan juga beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai referensi.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 32: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Page 33: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

31www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

MBS Berorientasi Pelayanan Publik

11Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 34: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

32 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

BAHAN BACAAN MBS YANG BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIKMBS

Berorientasi Pelayanan Publik

MODUL 1

.........peserta menguasai

MBS yang berorientasi pelayanan publik

........

1. PENDAHULUAN

Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya

telah diperkenalkan sejak lama di Indonesia, ialah

sejak tahun 1997/1998. Namun penerapan model

tersebut baru menonjol setelah pada tahun 1998,

ialah setelah adanya program uji coba model yang

dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Menengah

Umum (sekarang menjadi Direktorat SLTP dan

Direktorat Sekolah Menengah Umum), sejak tahun

pelajaran 1999/2000 dengan mengikutsertakan

140 SMUN dan 248 SLTP yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia. Pada tahun pelajaran 2000,

jumlah sekolah peserta bertambah sebanyak 486

SMUN dan 158 SLTP (Depdiknas, 2003).

Pada tahun 1999, Depdiknas bekerja sama dengan

Unesco dan Unicef melakukan rintisan pelaksanaan

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

(MPMBS) di SD dengan mengambil 'setting' Provinsi

Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan

NTT. Pada tahun 2001 diperluas ke Provinsi Jawa

Barat, Papua dan NTB dan Sumatra Selatan.

Berdasarkan hasil evaluasi ternyata didapati,

bahwa sekolah rintisan MBS tersebut lebih unggul

prestasi belajarnya dibandingkan dengan SD-SD

konvensional yang tidak menerapkan MPMBS

(Depdiknas, 2004). Dan, sekolah-sekolah yang

menerapkan MPMBS, baik sekolah rintisan MPMBS

Page 35: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

33www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

maupun bukan, mendapatkan label dari masyarakat

sebagai sekolah berprestasi.

MPMBS adalah model manajemen yang

memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah,

memberikanfleksibelitas/keluwesankepada

sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung

warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,

karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh

masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk

meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan

pendidikan nasional serta perundang-undangan

yang berlaku (Depdiknas, 2003).

Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/

kemandirian dalam mengatur dan mengurus

dirinya sendiri, dan merdeka atau tidak bergantung.

Dalam konteks sekolah, otonomi diartikan sebagai

kewenangan sekolah untuk mengatur dirinya

dan warga sekolah menurut prakarsa sendiri,

berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan (Depdiknas, 2003).

Fleksibelitas diartikan sebagai keluwesan yang

diberikan kepada sekolah untuk mengelola,

memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya

sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan

mutu. Dengan keluwesan tersebut, sekolah juga

akan lincah dan cerdas, tidak menggantungkan

arahan dari atas ketika mengoptimalkan

penggunaan sumber daya. Dengan demikian,

sekolah lebih responsif dan cepat dalam

menghadapi tantangan (Depdiknas, 2003).

MPMBS dipandang sebagai bagian dari manajemen

berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan

meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas,

kualitas/mutu,efisiensi,inovasi,relevansidan

pemerataan serta akses pendidikan), maka

MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu.

Oleh karena itu, MPMBS saat ini lebih ditekankan

dibandingkan dengan MBS (Depdiknas, 2003).

Sejak diluncurkan sampai dengan sekarang, MBS

yang secara konseptual diturunkan dari teori-teori

desentralisasi publik, manajemen pelayanan public

di bidang pendidikan, tidak banyak mendapatkan

pengawalan khususnya yang terkait dengan good

governance yang mengerucut ke arah pelayanan

publik yang lebih baik. Oleh karena itu, sudah

waktunya ada perintisan yang mengarahkan MBS

agar tidak keluar dari koridor pelayanan publik

yang lebih baik. Berbagai wacana pelayanan prima

yang juga dicoba praktikkan dalam kepemrintahan,

sepertinya berada dalam kutub yang berbeda

dengan MBS. Oleh karena itu, diperlukan penyatuan

di antara keduanya sebagaimana pada akar konsep

dan teori good governance yang kini diterapkan di

berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan.

Program USAID-KINERJA yang merupakan

program bantuan teknis yang dimaksudkan untuk

meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik, dari

sisi penyedia layanan dan sisi pengguna layanan,

melalui pendekatan tata kelola yang baik (good

governance) telah melaksanakan pendampingan

teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra yang

tersebar di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan

Barat dan Sulawesi Selatan )sebagai unit layanan

pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik.

Pendekatan ini telah menunjukkan manfaat yang

cukupsignifikandiberbagaisekolahmitra,baikdari

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 36: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

34 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

aspek peningkatan partisipasi multi stakeholder

sekolah, peningkatan kualitas pelayanan sekolah

dan juga semakin transpan dan akuntabilitasnya

sekolah dalam perencanaan, pengganggaran serta

pelaporan keuangan sekolah.

PENGERTIAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

Model pendekatan dalam manajemen sekolah

yang mengacu pada manajemen berbasis sekolah

(school based management) atau disingkat

MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat,

pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup

lama. Pada 1988 American Association of School

Administrators, National Association of Elementary

School Principals, and National Association

of Secodnary School Principals, menerbitkan

dokumen berjudul school based managementt, a

strategy for better learning. Munculnya gagasan

ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para

pengelola pendidikan pada level operasional atas

keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk

dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya

dipandang bahwa para kepala sekolah merasa

nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan

berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya,

peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan

semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan

birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.

Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatna ini

muncul belakangan sejalan dengan pelaksanaan

otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam

pengoperasion sekolah. Selama ini, sekolah

hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah

pusat untuk menyelenggarakan urusan politik

pendidikan. Para pengelola sekolah sama

sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk

mengoperasikan sekolahnya secara mandiri.

Semua kebijakan tentang penyelenggaraan

pendidikan di sekolah umumnya diadakan di

tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi

vertikal dan sekolah hanya menerima apa adanya.

Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah

adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru

harus melaksanakannya sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.

Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke

daerah menelusuri saluran birokrasi dengan begitu

banyak simpul yang masing-masing menginginkan

bagian. Tidak heran jika nilai akhir yang diterima

di tingkat paling operasional telah menyusut lebih

dari separuhnya. Jangan-jangan selama ini lebih

dari separuh dana pendidikan sebenarnya dipakai

untuk hal-hal yang sama sekali tidak atau kurang

berurusan dengan proses pembelajaran di level

yang paling operasional, yakni sekolah.

MBS yang berorientasi pelayanan publik

memusatkan perhatian pada peningkatan mutu dan

kualitas layanan pendidikan melalui peningkatan

mutu komponen terkait. Komponen-komponen

tersebut adalah:

a. Siswa, yang menyangkut kesiapan dan motivasi

belajarnya.

b. Guru, menyangkut kemampuan profesional,

moral kerjanya,dan kerjasamanya.

Page 37: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

35www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

c. Kurikulum, meliputi relevansi konten dan

operasionalisasi proses pembelajarannya

d. Dana, sarana dan prasarana, menyangkut

kecukupan dan keefektifannya.

e. Masyarakat, terutama tingkat partisipasinya

dalam pengembangan program program di

sekolah.

MBS berorientasi pelayanan public memandang

bahwa public adalah sebagai pelanggan. Oleh

karena itu, keberhasilan MBS yang berorientasi

pelayanan public lebih banyak dilihat dari aspek

tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun

eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu

memberikan layanan sama atau melebihi harapan

pelanggan.

Dilihat dari jenis pelanggannya, maka MBS

berorientasi pelayanan publikdikatakan berhasil jika:

a. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara

lain puas dengan pelajaran yang diterima,

puas dengan diperlakukan oleh guru maupun

pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan

sekolah dan sebagainya. Pendek kata, siswa

menikmati situasi sekolah

b. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap

anaknya maupun layanan kepada orang tua,

misalnya puas karena mendapat laporan

periodik tentang perkembangan siswa maupun

program-program sekolah.

c. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan

tinggi, industri, masyarakat) puas karena

menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai

dengan harapan.

d. Guru dan karyawan puas dengan palayanan

sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan

antar guru/karyawa/pimpinan, gaji/honorarium,

dan sebagainya.

Ada lima sifat layanan yang harus diwujudkan agar

pelanggan puas, yaitu:

a. Kepercayaan (reliability). Artinya layanan sesuai

dengan yang dijanjikan, misalnya dalam rapat,

brosur, dan sebagainya. Layanan semacam itu

dapat berlangsung terus menerus dan bukan

hanya pada waktu-waktu tertentu. Beberapa

aspek dalam keterpercayaan antara lain:

kejujuran, aman, tepat waktu, dan ketersediaan.

b. Keterjaminan (assurance). Artinya, sekolah

mampu menjamin kualitas layanan yang

diberikan. Beberapa aspek dalam keterjaminan,

misalnya kompetensi guru/staf, dan

keobyektifan.

c. Penampilan (tangible). Artinya, bagaimana

situasi sekolah tampak baik. Beberapa

aspek dalam penampilan, misalnya kerapian,

kebersihan, ketera-turan, dan keindahan.

d. Perhatian (empathy). Artinya, sekolah

memberikan perhatian penuh kepada

pelanggan. Beberapa aspek dalam keperhatian,

misalnya melayani pelanggan dengan ramah,

memahami aspirasi mereka, dan berkomunikasi

dengan baik.

e. Ketanggapan (responsiveness). Artinya, sekolah

harus cepat tanggap terhadap kebutuhan

pelanggan. Beberapa aspek dari tanggapan,

misalnya tanggap terhadap kebutuhan

pelanggan dan cepat memperhatikan dan

mengatasi keluhan-keluhan yang muncul.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 38: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

36 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Secara umum prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) Berorientasi Pelayanan Publik yang difasilitasi

oleh USAID-KINERJA, adalah sebagai berikut:

• Menempatkansekolahsebagaiunitlayanan,

dimana sekolah sebagai penyedia layanan

diwajibkan untuk memberikan pelayanan sesuai

standard yang berlaku (Standard Pelayanan

Publik – SPP, Standard Pelayanan Minimum

- SPM Pendidikan danStandard Nasional

Pendidikan –SNP)

• Memberikanruangpartisipasiyangmemadai

bagi pengguna pelayanan (siswa, orang tua

dan masyarakat sekitar) untuk menyampaikan

masukan, keluhan dan saran guna peningkatan

pelayanan sekolah, melalui survey pengaduan

ataupun kotak saran yang tersedia

• Prosespenyusunandokumenperencanaan

sekolah secara partisipatif, antara pihak sekolah

bersama multi stakeholder sekolah

• Memberikaninformasiyangmemadaibagimulti

stakeholder sekolah tentang perencanaan,

penganggaran, dan pendanaan sekolah,

termasuk pelaporan keuangannya dan informasi

penting lainnya sebagai upaya transparansi dan

akuntabilitas sekolah.

• PemerintahDaerah–SKPDterkaitlebih

aktif dalam mendukung upaya peningkatan

pelayanan di sekolah

• Adanyamekanismemonitoringimplementasi

MBS Berorientasi pelayanan public oleh multi

stakeholder forum (MSF)

• Adanyajurnaliswargayangaktifdalammempu-

blikasi kan praktek baik, keluhan dan saran untuk

mendukung peningkatan pelayanan public.

Flowchart berikut menunjukkan proses MBS

Berorientasi Pelayanan Publik yang melibatkan sisi

penyedia dan pengguna pelayanan.

Page 39: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

37www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

DASAR HUKUM MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak;

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik

7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,

9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

Tentang Guru;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008

Tentang Pendanaan Pendidikan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 jo.

Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan;

12. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

44/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan

Komite Sekolah;

13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pendidikan;

14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

23 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

sebagaimana diubah dengan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun

2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006;

15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah;

16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualitas

Akademik Guru;

17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan

Pendidikan;

18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian

Pendidikan;

19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan

Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTS dan SMA/

MA;

20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses;

21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan;

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 40: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

38 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan

Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;

23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

48 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis

Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010

s.d. 2014;

24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Pungutan dan

Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan

Pendidikan Dasar.

25. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Peningkatan Pelayanan Publik

Dengan Partisipasi Masyarakat

2. TUJUAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

MBS bertujuan untuk memandirikan atau

memberdayakan sekolah melalui pemberian

kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian

fleksibelitas yang lebih besar kepada sekolah untuk

mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong

partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Lebih rinci, MBS

Berorientasi Pelayanan Publik ini bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu dan kualitas layanan

pendidikan melalui peningkatan kemandirian,

fleksibilitaspartisipasi,keterbukaan,kerjasama,

akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif

sekolah dalam mengelola, memanfaatkan dan

memberdayakan sumberdaya yang tersedia;

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah

dan masyarakat dalam menyelenggarakan

pendidikan melalui pengambilan keputusan

bersama;

c. Meningkatkan kapasitas sekolah dan multi

stakeholder sekolah dalam menyusun

perencanaan dan penganggaran sekolah yang

lebih baik sesuai dengan kondisi sekolah saat

ini, hasil survei pengaduan serta target capaian

yang diharapkan;

d. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada

orangtua, masyarakat dan pemerintah tentang

mutu sekolahnya; dan

e. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar

sekolah tentang mutu pendidikan dan kualitas

pelayanan pendidikan yang akan dicapai.

3. PRINSIP MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat (1)

menyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan

berdasarkanprinsipkeadilan,efisiensi,transparansi,

dan akuntabilitas publik”. Sejalan dengan amanat

tersebut, Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal

49 Ayat (1) menyatakan: “Pengelolaan satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah menerapkan manajemen berbasis

sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,

kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan

akuntabilitas”.

Page 41: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

39www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut, prinsip

MBS meliputi: (1) kemandirian, (2) keadilan, (3)

keterbukaan, (4) kemitraan, (5) partisipatif, (6)

efisiensi,dan(7)akuntabilitas.Ketujuhprinsip

tersebut disingkat dengan K4 PEA.

1. Kemandirian

Kemandirian berarti kewenangan sekolah

untuk mengelola sumberdaya dan mengatur

kepentingan warga sekolah menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga

sekolah sesuai peraturan perundangan.

Kemandirian sekolah hendaknya didukung

oleh kemampuan sekolah dalam mengambil

keputusan terbaik, demokratis, mobilisasi

sumberdaya, berkomunikasi yang efektif,

memecahkan masalah, antisipatif dan adaptif

terhadap inovasi pendidikan, bersinergi,

kolaborasi, dan memenuhi kebutuhan sekolah

sendiri.

2. Keadilan

Keadilan berarti sekolah tidak memihak

terhadap salah satu sumber daya manusia

yang terlibat dalam pengelolaan sumber

daya sekolah, dan dalam pembagian sumber

daya untuk kepentingan peningkatan mutu

sekolah. Sumber daya manusia yang terlibat,

baik warga sekolah maupun pemangku

kepentingan lainnya diberikan kesempatan

yang sama untuk ikut serta memberikan

dukungan guna peningkatan mutu sekolah

sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian

sumber daya untuk pengelolaan semua

substansi manajemen sekolah dilakukan

secara bijaksana untuk mempercepat dan

keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah.

Dengan diperlakukan secara adil, maka semua

pemangku kepentingan akan memberikan

dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.

3. Keterbukaan

Manajemen dalam konteks MBS dilakukan

secara terbuka atau transparan, sehingga

seluruh warga sekolah dan pemangku

kepentingan dapat mengetahui mekanisme

pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya

sekolah memperoleh kepercayaan dan

dukungan dari pemangku kepentingan.

Keterbukaan dapat dilakukan melalui

penyebarluasan informasi di sekolah dan

pemberian informasi kepada masyarakat

tentang pengelolaan sumber daya sekolah,

untuk memperoleh kepercayaan publik terhadap

sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik

merupakan langkah awal dalam meningkatkan

peran serta masyarakat terhadap sekolah.

4. Kemitraan

Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara

sekolah dengan masyarakat, baik individu,

kelompok/organisasi, maupun Dunia Usaha dan

Dunia Industri (DUDI). Dalam prinsip kemitraan

antara sekolah dengan masyarakat dalam

posisi sejajar, yang melaksanakan kerjasama

saling menguntungkan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di sekolah. Keuntungan

yang diterima sekolah antara lain meningkatnya

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 42: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

40 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

kemampuan dan ketrampilan peserta didik,

meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana

dan prasarana sekolah, diperolehnya

sumbangan ide untuk pengembangan

sekolah, diperolehnya sumbangan dana untuk

peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya

tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan

bagi masyarakat biasanya dirasakan secara

tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga

kerja terdidik, terbinanya anggota masyarakat

yang berakhlakul karimah, dan terciptanya tertib

sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara

lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,

tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga

pemerintah, organisasi profesi, organisasi

pemuda, dan organisasi wanita.

5. Partisipatif

Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan

semua pemangku kepentingan yang terkait

dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan

pembuatan keputusan. Keikutsertaan mereka

dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu

komite sekolah, atau keterlibatan pada kegiatan

sekolah secara insidental, seperti peringatan

hari besar nasional, mendukung keberhasilan

lomba antar sekolah, atau pengembangan

pembelajaran. Bentuk partisipasi dapat

berupa sumbangan tenaga, dana, dan sarana

prasarana, serta bantuan teknis antara lain

gagasan tentang pengembangan sekolah.

6. Efisiensi

Efisiensidapatdiartikansebagaipenggunaan

sumberdaya (dana, sarana prasarana dan

tenaga) sesedikit mungkin dengan harapan

memperolehhasilseoptimalmungkin.Efisiensi

juga berarti hemat terhadap pemakaian

sumberdaya namun tetap dapat mencapai

sasaran peningkatan mutu sekolah.

7. Akuntabilitas

Akuntabilitas menekankan pada

pertanggungjawaban penyelenggaraan

pendidikan di sekolah utamanya pencapaian

sasaran peningkatan mutu sekolah. Sekolah

dalam mengelola sumberdaya berdasar

pada peraturan perundangan dan dapat

mempertangungjawabkan kepada pemerintah,

seluruh warga sekolah dan pemangku

kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban

meliputi implementasi proses dan komponen

manajemen sekolah.

Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara

tertulis dan tidak tertulis disertai bukti-bukti

administratifyangsahdan/ataubuktifisik

(seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-alat

laboratorium).

Sejalan dengan adanya pemberian otonomi

yang lebih besar terhadap sekolah untuk

mengambil keputusan, maka implementasi

ketujuh prinsip MBS di sekolah pada dasarnya

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

sekolah. Sekolah boleh menambah prinsip

implementasi MBS yang sesuai dengan

karakteristik sekolah, guna mempercepat upaya

peningkatan mutu sekolah baik secara akademis

maupun non akademis.

Page 43: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

41www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Beberapa hal yang menjadi prinsip MBS Berorientasi

Pelayanan Publik yang difasilitasi oleh Program

KINERJA antara lain adalah:

• MBS yang bernuansa kepemerintahan yang baik

(goodgovernance);

• Berfokus kepada peningkatan tata kelola

pelayanan pendidikan dan mutu pendidikan;

• Perencanaan sekolah didasarkan kondisi

eksisting dan kondisi yang diharapkan oleh

sekolah sesuai dengan standar pelayanan

yang ditetapkan (SPM, SNP, SPP), dan disusun

secara partisipatif;

• Evaluasi Diri Sekolah (EDS) akan bersandingan

dengan hasil survei pengaduan yang diperoleh

dari pihak pengguna layanan (komite sekolah,

orangtua, siswa dan masyarakat sekitar

sekolah);

• Adanya maklumat layanan/janji layanan

yang merupakan respon atas hasil survei

pengaduan yang disepakati antara pihak

penyedia layanan dan pengguna layanan;

• Maklumat/janji layanan harus sejalan dengan

perencanaan sekolah;

• Transparansi dan akuntabilitas sekolah, baik

perencanaan sekolah, laporan keuangan

sekolah maupun informasi penting lainnya akan

dipublikasikan dengan model yang menarik dan

mudah dipahami;

• AdanyaJurnalisWargasebagaistakeholder

pendidikan yang berperan aktif;

• Pengarusutamaan gender akan menjadi

pertimbangan dalam seluruh aspek,

perencanaan, implementasi serta evaluasi

sekolah;

• Sekolah Mitra MBS dapat berpartisipasi dalam

Musrenbang Tingkat Desa/Kelurahan dan

Kecamatan.

4. KARAKTERISTIK MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

MBS tidak dapat dipisahkan dengan sekolah

efektif. Karakteristik MBS tidak dapat

dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif.

Karakteristik MBS/sekolah efektif, harus dilihat

dari tiga aspek yang menyatu, yakni output,

proses dan input.

4.1. Output Sekolah

Dilihat dari sesi output, sekolah yang efektif

ditandai oleh dua hal, yakni tingginya prestasi

akademik dan pretasi non akademik.

Prestasi akademik (academic achievement)

meliputi NEM, lomba karya ilmiah, lomba

mata pelajaran (IPA, matematika, bahasa

Inggeris,fisika)cara-caraberpikir(deduktif,

induktif, nalar, divergen, dsb). Sedangkan

prestasi non akademik (non academic

achievement) meliputi keingintahuan yang

tinggi, kerja sama yang baik, rasa kasih

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 44: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

42 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

sayang yang tinggi terhadap sesama,

toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi

olah raga dan kesenian, kepramukaan dsb.

4.2. Proses

Dilihat dari segi proses, sekolah yang

efektif ditandai oleh: (1) proses belajar

mengajar (PBM) yang efektif, (2)

kepemimpinan sekolah yang kuat, (3)

lingkungan sekolah yang aman dan tertib,

(4) pengelolaan tenaga kependidikan

yang efektif, (5) memiliki budaya mutu,

(6) memiliki team work kompak, cerdas

dan dinamis, (7) memiliki kemandirian, (8)

partisipasi yang tinggi dari masyarakat, (9)

punya keterbukaan, (10) punya kemauan

untukberubah(psikologisdanfisik),(11)

melakukan evaluasi dan perbaikan secara

berkelanjutan, (12) responsif dan antisipatif

terhadap kebutuhan, (13) punya komunikasi

yang baik, (14) mempunyai akuntabilitas,

dan (15) memiliki serta menjaga

sustainabilitas.

Menekankan pada Tidak sekadar

• Pemberdayaan siswa

• Internalisasi tentang apa yang diajarkan

sehingga berfungsi sebagai muatan nurani

yang dihayati (ethos) dan dipraktikkan (pathos)

• Memorisasi/recall

• Penekanan pada pengiasaan pengetahuan

tentang apa yang diajarkan (logos)

Secara rinci, aspek proses ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Proses belajar pembelajaran efektif, ialah proses

belajar yang:

Belajar mengetahui (learning to know), belajar

bekerja (learning to do), belajar hidup bersama

(learning to live together), belajar menjadi diri

sendiri (learning to be).

2. Kepemimpinan sekolah yang kuat, ialah yang

mampu:

• Mengkoordinasikan, menggerakkan dan

menyerasikan sumber daya pendidikan.

• Mendorong sekolah untuk mewujudkan

visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah

melalui program yang dilaksanakan secara

terencana dan bertahap.

• Menampilkan manajemen dan

kepemimpinan yang tangguh untuk

meningkatkan mutu.

• Memobilisasi sumber sekolah, terutama

SDM untuk mencapai tujuan sekolah.

3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,

dengan penjelasan sebagai berikut:

• Lingkungan sekolah secara keseluruhan:

Memberikan dukungan penuh terhadap

peningkatan mutu.

• Lingkungan kelas: Menimbulkan fun belajar,

joy full learning, friendly.

• Suasana sekolah yang menimbulkan desire

of knowing, desire of learning dan desire of

achievement.

Page 45: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

43www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif,

yang ditandai dengan:

• Punya kapabilitas yang tinggi.

• Punya motivasi yang tinggi.

• Punya komitmen tinggi.

• Memberikan layanan yang andal dan prima.

• Antara tenaga satu dengan yang lain

bersinergi secara positif untuk meningkatkan

mutu.

• Senantiasa memutakhirkan kemampuan dan

keahliannya.

• Berani berimprovisasi dan mencobakan hal-

hal baru (senang berinovasi).

5. Memiliki Budaya Mutu, dengan indikator:

• Informasi kualitas dipergunakan untuk

perbaikan, bukan mengadili/mengontrol

orang.

• Hasil harus diikuti dengan penghargaan.

• Kolaborasi dan sinergi, bukan sekadar

kompetisi, harus menjadi basis kerja sama.

• Wargasekolahmerasaamandengan

pekerjaannya.

• Atmosfirkeadilanharusditanamkan.

• Imbal jasa harus sepadan dengan nilai

pekerjaannya.

• Wargasekolahmerasamemilikisekolah.

6. Sekolah memiliki team workkompak, cerdas dan

dinamis.

• Team work merupakan karaktersitik MBS,

karena output pendidikan merupakan kerja

kolektif; bukan individual.

• Kerja sama antar fungsi dan individu harus

menjadi kebiasaan hidup sehari-hari di

sekolah.

7. Sekolah memiliki kemandirian

• Punya kewenangan untuk melakukan yang

terbaik bagi sekolahnya.

• Dituntut punya kesanggupan untuk tidak

bergantung kepada atasan.

• Harus punya sumber daya yang cukup

dalam menjalankan tugasnya.

8. Partisipasi yang tinggi dari masyarakat.

• Makin tinggi partisipasi, makin besar rasa

memilikinya.

• Makin besar rasa memilikinya, makin besar

tanggungjawabnya.

• Makin besar rasa tanggungjawabnya, makin

besar dedikasinya.

9. Punya keterbukaan.

• Dalam pengambilan keputusan.

• Dalam perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan.

• Dalam penggunaan uang.

• Melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat

kontrol.

10. Punya kemauan untuk berubah (psikologis dan

fisik).

• Perubahan dipandang menyenangkan.

• Kemapanan dipandang sebagai ancaman.

• Tapi, perubahan yang mengarah ke

peningkatan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 46: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

44 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

11. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara

berkelanjutan.

• Aksentuasievaluasitidaksekedaruntuk

mengetahui seberapa kemampuan peserta

didik, tetapi lebih pada pemanfaatan hasil

evaluasi untuk perbaikan terus menerus.

• Perbaikansecaraterusmenerusharus

menjadi kebiasaan.

12. Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.

• Sekolahharusresponsifterhadapaspirasi

yang muncul guna peningkatan mutu.

• Sekolahharusmampumembacalingkungan

dan menanggapinya secara cepat dan tepat.

• Sekolahharuspro-aktifataumenjemputbola

dan mampu mengantisipasi hal-hal yang

akan terjadi.

13. Sekolah punya komunikasi yang baik.

• Komunikasiyangbaikantarwargasekolah

dan masyarakat.

• Komunikasiyangbaikakanmembentuk

team work yang baik, kompak dan

cerdas; sehingga berbagai kegiatan bisa

dilaksanakan secara merata antar warga

sekolah.

15. Sekolah mempunyai akuntabilitas.

• Akuntabilitasadalahbentuk

pertanggungjawaban terhadap apa yang

sudah dilaksanakan.

• Bentukakuntabilitas:laporanprestasi

kepada pemerintah, orangtua dan

masyarakat.

16. Sekolah memiliki dan menjaga sustainabilitas.

• Sustainabilitasdalamprogramdan

pendanaan.

• Sustainabilitasprogram:keberlanjutan

program yang dirintis sebelumnya, dan

bahkan berkembang menjadi program-

program baru yang sebelumnya belum ada.

• Sustainabilitaspendanaan:kemampuan

mempertahankan besarnya dana yang

dimiliki dan bahkan makin besar jumlahnya.

Sekolah mampu menggali sumber dana dari

masyarakat, tidak sekadar menggantungkan

dari pemerintah.

4.3. Input

Sekolah-sekolah yang efektif, lazimnya

mempunyai input sebagai berikut:

1. Sekolah memiliki kebijakan, tujuan dan

sasaran mutu yang jelas. Kebijakan, tujuan

dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh

kepala sekolah dan disosialisasikan kepada

warga sekolah.

2. Sekolah mempunyai sumberdaya tersedia

dan siap. Sumber daya tersebut, berupa

SDM dan sumber daya selebihnya (uang,

peralatan, perlengkapan, bahan).

3. Sekolah mempumnyai staf yang kompeten

dan berdedikasi tinggi.

4. Memiliki harapan prestasi tinggi. Kepala

Sekolah, guru dan siswa punya komitmen

dan motivasi kuat untuk meraih prestasi di

berbagai bidang.

5. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa).

Pelanggan (terutama siswa) harus menjadi

Page 47: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

45www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

fokus dari semua kegiatan sekolah, baik

input maupun proses diarahkan ke siswa.

6. Sekolah mempunyai input manajemen

yangbaik,yaituadanyatugasyangjelas,

rencana rinci dan sistematis, program yang

mendukung pelaksanaan rencana, sistem

pengendali mutu yang efektif.

ASPEK PROSES DAN SUBSTANSI MBS

Secara etimologis, manajemen berasal dari

kata: management (Bahasa Inggeris). Kata

management berasal dari kata manage, atau

managiare, yang berarti: melatih kuda dalam

melangkahkan kakinya (Echols, 1985). Dalam

manajemen, terkandung dua makna, yakni mind

(pikir) dan action (tindakan) (Sahertian, 1988).

Secara terminologis, manajemen berarti:

1. Kemampuan atau ketrampilan untuk

memperoleh suatu hasil dalam rangka

mencapai tujuan.

2. Segenap perbuatan menggerakkan

sekelompok orang atau mengarahkan

segala fasilitas dalam suatu usaha kerja

sama untuk mencapai tujuan.

3. Bekerja dengan menggunakan/meminjam

tangan orang lain.

Tiga pengertian ini memberikan isyarat adanya

dua jenis pekerjaan, ialah pekerjaan manajerial

di satu pihak dan pekerjaan teknis di sisi lain.

Yangdimaksudpekerjaanmanajerialadalah

suatu pekerjaan yang proses penyelesaiannya

menggunakan tangan orang lain; sedangkan

pekerjaan teknis adalah suatu pekerjaan yang

proses penyelesaiannya dengan menggunakan

tangan sendiri. Mengingat para manajer ketika

bekerja masih juga mau melibatkan orang

lain dan bahkan lebih banyak membagi-bagi

pekerjaan kepada mereka, maka dari sudut

kemauan untuk berbagi dengan orang lain ini ia

boleh disebut sebagai: “sangat dermawan”.

Setelah menelaah berbagai jenis pengertian

manajemen, penulis sampai pada suatu

kesimpulan, bahwa yang dimasud dengan

manajemen adalah suatu proses penataan

dengan melibatkan sumber-sumber potensial

baik yang bersifat manusia manupun yang

bersifat non manusia dalam rangka mencapai

tujuansecaraefektifdanefisien.Beberapa

unsur yang terdapat dalam pengertian ini

adalah:

1. Adanya suatu proses, yang menunjukkan

bahwa ada tahapan-tahapan tertentu yang

harus dilakukan jika seseorang melakukan

kegiatan manajemen.

2. Adanya penataan, yang berarti bahwa

makna dari manajemen sesungguhnya

adalah penataan, pengaturan atau

pengelolaan.

3. Terdapatnya sumber-sumber potensial yang

harus dilibatkan, baik sumber potensial yang

bersifat manusiawi maupun yang bersifat

non manusiawi. Tetapi, titik tekan pelibatan

tersebut lebih banyak ke sumber potensial

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 48: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

46 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

yang bersifat manusiawinya. Sebab, terlibat

dan tertatanya sumber-sumber potensial

yang bersifat manusiawi, akan dengan

sendirinya menjadikan tertatanya sumber

potensial yang bersifat non manusiawi.

4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, karena

pelibatan sumber potensial yang bersifat

manusiawi dan non manusiawi tersebut

bukan merupakan tujuan; melainkan

sebagai instrumen untuk mencapai tujuan

atau misi tertentu.

5. Pencapaian tujuan tersebut diupayakan agar

secaraefektif(sankil)danefisien(mankus).

Proses MBS terdiri atas 4 hal, yang juga dikenal

sebagai fungsi MBS, ialah planning, organizing,

actuating, dan controlling. Empat proses ini lazim

juga digambarkan dalam bentuk siklus, karena

setelah langkah controlling, lazimnya dilanjutkan

dengan membuat planning baru. Siklus proses

manajemen tersebut sebagaimana pada Diagram

1.1.

Diagram 1.1. Siklus Proses Manajemen

Dari segi proses, manajemen di bidang apapun,

hampir tidak berbeda, karena senantiasa dimulai

dengan perencanaan dan diakhiri dengan

pengawasan.Yangsenantiasamembedakan

antara manajemen bidang satu dengan bidang

yang lain adalah aspek substansinya, atau bidang

garapannya. Berarti, yang membedakan antara

manajemen pendidikan dengan manajemen

ekonomi atau layanan publik yang lain, bukan

pada aspek prosesnya melainkan pada aspek

substansinya. Aspek substansi ini lazim juga

mendapatkan sebutan ruang lingkup, bidang

garapan, cakupan dan isi. Bahkan menurut Nawawi,

substansi manajemen pendidikan dapat disebut

manajemen operatif.

Yangmenjadisubstansimanajemenpendidikan

adalah:

1. Manajemen kurikulum dan pembelajaran.

2. Manajemen peserta didik.

3. Manajemen sumber daya manusia.

Page 49: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

47www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Tabel 1.3. Dimensi Proses dan Substansi MBS

Proses

Substansi

Kurikulum dan Pembelajaran

Peserta Didik

Sumber Daya

Manusia

Sarana dan Prasarana Keuangan Humas

Perencanaan

Pengorganisasian

Penggerakan

Pengawasan

4. Manajemen prasarana dan sarana.

5. Manajemen keuangan.

6. Manajemen partisipasi masyarakat.

Jika proses manajemen pendidikan beserta

substansi intinya tersebut diskemakan, sebagaimana

pada Table 1.3.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 50: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

48 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

BAHAN PRESENTASI

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah(MBS)

Model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibelitas/ keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta perundang-undangan yang berlaku (Depdiknas. 2003).

Page 51: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

49www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

INDIKATOR KEBERHASILAN MBS

1. Siswa puas dengan layanan sekolah.2. Orangtua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya

maupun layanan kepada orang tua.3. Pihak pemakai /penerima lulusan (perguruan tinggi,

industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai dengan harapan.

4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 52: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Page 53: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

51www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah

22Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 54: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

52 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah

MODUL 2

........peserta memahami jenis-jenis standar pengelolaan sekolah dengan penjelasan

rincinya.

A. PENDAHULUAN

Upaya mewujudkan visi dan misi pendidikan,

diperlukan suatu acuan dasar oleh setiap

penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara

lain meliputi kriteria dan kriteria minimal berbagai

aspek yang terkait dengan penyelenggaraan

pendidikan. Standar pelayanan dalam pendidikan

tersebut, meliputi standar pelayanan minimal (SPM),

yang diperuntukkan bagi sekolah-sekolah potensial,

pinggiran, sekolah-sekolah populistik atau belum

memenuhi SPM; dan standar nasioal pendidikan

yang diperuntukkan bagi sekolah-sekolah yang

sudah memenuhi SPM.

SPM Pendidikan Ditetapkan Berdasarkan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 129a /U/2004 Tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pendidikan. Dalam Keputusan

ini yang dimaksud dengan Standar Pelayanan

Minimal bidang pendidikan adalah tolok ukur

kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan

Daerah. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah

fungsi Pemerintah dalam memenuhi dan mengurus

kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan

taraf kesejahteraan rakyat.

BAHAN BACAAN STANDAR PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH

Page 55: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

53www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Sementara itu, Standar Nasional Pendidikan (SNP)

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005, dijadikan sebagai acuan setiap satuan

pendidikan dan diharapkan dapat mengembangkan

pendidikannya secara optimal sesuai dengan

karakteristik programnya. Peraturan Pemerintah ini

memberikan arahan tentang perlunya dilaksanakan

delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang

meliputi : (1) standar isi, (2) standar proses, (3)

standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik

dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan

prasarana, (6) standarpengelolaan, (7) standar

pembiayaan, (8) standar penilaian pendidikan.

B. STANDAR PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga

negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa

atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan

oleh penyelenggara pelayanan publik. Standar

pelayanan publik adalah suatu tolak ukur yang

dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan

sebagai komitmen atau janji dari penyelenggara

pelayanan kepada masyarakat untuk memberikan

pelayanan yang berkualitas.

Sekolah sebagai salah satu unit pelayanan

diwajibkan untuk memberikan pelayanan

yang berkualitas kepada siswa dan orangtua

sesuai dengan standar pelayanan publik yang

disyaratkan.

Manajemen pelayanan adalah penataan

penyelenggaraan pelayanan secara efektif dan

efisiengunamencapaikinerjapelayananyang

optimal.

Penyelenggaraan pelayanan adalah:

1. Penyelenggaraan negara;

2. Penyelenggaraan ekonomi negara;

3. Korporasi penyelenggara pelayanan publik;

4. Lembaga independen yang dibentuk oleh

pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan

kepada masyarakat.

Dalam rangka mencapai kualitas pelayanan,

diperlukan penyusunan standar pelayanan publik,

yang menjadi tolak ukur pelayanan yang berkualitas,

prima dan memuaskan. Penetapan standar

pelayanan publik semua merupakan praktik bagus

yang terjadi di negara maju, dan secara lambat

tetapi pasti sampai juga negara berkembang.

Di Amerika Serikat misalnya, ditandai dengan

dikeluarkannya executive order 12863 pada era

pemerintahan Clinton, yang mengharuskan semua

instansi pemerintah untuk menetapkan standar

pelayanan konsumen. Isi dari executive order

tersebut adalah:

“Identify customer who are, or should be served by

the agency, survey the customer to determine the

kind and quality of service they want and their level

of statisfaction with existing service, post service

standards and measure result against the best

bussiness, provide the customers with choice in both

sources of services, and complaint system easily

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 56: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

54 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

accesible, and provide means to adress customer

complaint”.

Inti dari executive order tersebut adalah adanya

upaya pengenalan terhadap pengguna pelayanan

publik, survei pengaduan para pengguna untuk

menentukan jenis dan kualitas pelayanan yang

mereka inginkan dan untuk menetukan tingkat

kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang

sedang berjalan, menyediakan berbagai pilihan

sumber-sumber pelayanan kepada pengguna,

dan sistem pengaduan yang mudah diakses,

serta menyediakan sarana untuk menampung dan

menyelesaikan keluhan/pengaduan.

Di Inggris juga diperkenalkan Service First the

New Character Programme, yang berisi 9 prinsip

penyediaan pelayanan publik yang merupakan

wujud dari visi pemerintah yang dilaksanakan oleh

setiap pegawai negeri. Prinsip-prinsip tersebut

adalah:

1. Menentukan standar pelayanan;

2. Bersikap terbuka dan menyediakan informasi

selengkap-lengkapnya;

3. Berkonsultasi dan terlibat;

4. Mendorong akses dan pilihan;

5. Memperlakukan semua secara adil;

6. Mengembalikan kejalan yang benar ketika

terjadi kesalahan;

7. Memanfaatkan sumber daya secara efektif

8. Inovatif dan memperbaiki;

9. Bekerjasama dengan penyedia layana lainnya.

Namun sejauh ini standar pelayanan publik

sebagaimana yang dimaksud masih lebih banyak

berada pada tingkat konseptual, sedangkan

implementasinya masih jauh dari harapan. Hal ini

terbukti dari masih buruknya kualitas pelayanan

yang diberikan oleh berbagai instansi pemerintah

sebagai penyelenggara layanan publik.

Adapun manfaat standar pelayanan publik adalah:

1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa

mereka mendapat pelayanan dalam kualitas

yang dapat dipertanggung jawabkan.

2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/

masyarakat.

3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan

dengan penyedia pelayanan dalam upaya

meningkatakan pelayanan.

4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan

serta menjadi alat monitoring dan evaluasi

kinerja pelayanan.

Agar pelayanan publik dapat dilakukan dengan

memenuhi standar, maka birokrasi pemerintahan

haruslah melakukan perbaikan kinerja pelayanan

publik. Perbaikan kinerja pelayanan publik mutlak

harus dilakukan, dikarenakan dalam kehidupan

bernegara pelayanan publik menyangkut aspek

kehidupan yang sangat luas. Selain itu, aparat

birokrasi juga harus meningkatkan mutu pelayanan.

Adanya standar pelayanan dapat membantu

unit-unit penyedia jasa pelayanan untuk dapat

memberikan pelayanan yang terbaik bagi

masyarakat pelanggannya.

Dalam standar pelayanan ini dapat terlihat dengan

jelas dasar hukum, persyaratan pelayanan,

Page 57: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

55www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

prosedur pelayanan, waktu pelayanan, biaya serta

proses pengaduan, sehingga petugas pelayanan

memahami apa yang seharusnya mereka lakukan

dalam memberikan pelayanan.

Upaya penyediaan pelayanan yang berkualitas

antara lain dapat dilakukan dengan memperhatikan

ukuran-ukuran apa saja yang menjadi kriteria kinerja

pelayanan. Menurut LAN (2003), kritera-kriteria

pelayanan tersebut antara lain:

1. Kesederhanaan, yaitu bahwa tata cara

pelayanan dapat diselenggarakan secara

mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah

dipahami dan dilaksanakan oleh pelanggan.

2. Reliabilitas, meliputi konsistensi dari kinerja

yang tetap dipertahankan dan menjaga saling

ketergantungan antara pelanggan dengan

pihak penyedia pelayanan, seperti menjaga

keakuratan perhitungan keuangan, teliti dalam

pencatatan data dan tepat waktu.

3. Tanggung jawab dari para petugas pelayanan,

yang meliputi pelayanan sesuai dengan urutan

waktunya, menghubungi secepatnya apabila

terjadi sesuatu yang perlu segera diberitahukan.

4. Kecakapan para petugas pelayanan,

bahwa para petugas pelayanan menguasai

keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan.

5. Pendekatan kepada pelanggan dan kemudahan

kontak pelanggan dengan petugas. Petugas

pelayanan harus mudah dihubungi oleh

pelanggan, tidak hanya denga pertemuan

secara langsung, tetapi juga melalui telepon

atau internet. Oleh karena itu, lokasi dari fasilitas

dan operasi pelayanan juga harus diperhatikan.

6. Keramahan, meliputi kesabaran, perhatian, dan

persahabatan dalam kontak antara petugas

pelayanan dan pelanggan. Keramahan hanya

diperlukan jika pelanggan termasuk dalam

konsumen konkret.

7. Keterbukaan, yaitu bahwa pelanggan bisa

mengetahui seluruh informasi yang mereka

butuhkan secara mudah dan gambling, meliputi

informasi mengenai tata cara, persyaratan,

waktu penyelesaian, biaya dan lain-lain.

8. Komunikasi antara petugas dan pelanggan

9. Kredibilitas, meliputi adanya saling percaya

antara pelanggan dengan penyedia pelayanan.

10. Kejelasan dan kepastian yaitu mengenai tata

cara, rincian biaya layanan dan tata cara

pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian

layanan tersebut.

11. Keamanan, yaitu memberikan rasa aman dan

bebas kepada pelanggan dari adanya bahaya,

resiko dan keragu-raguan.

12. Mengerti apa yang diharapkan pelanggan

13. Kenyataan, meliputi bukti-bukti atau wujud nyata

daripelayanan,beruapafasilitasfisik.

14.Efisienyaitubahwapersyaratanpelayanan

hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan

langsung dengan pencapai sasaran pelayanan

dengan tetap memperhatikan keterpaduan

antara persyaratan dengan produk pelayanan.

15. Ekonomis yaitu agra pengenaan biaya

peleyanan harus ditetapkan secara wajar

dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan

kemampuan pelanggan untuk membayar.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 58: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

56 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

C. DASAR HUKUM STANDAR PELAYANAN PUBLIK

Di Indonesia, upaya untuk menetapkan standar

pelayanan publik dalam kerangka peningkatan

kualitas pelayanan publik sebenarnya telah lama

dilakukan. Upaya tersebut antara lain ditunjukkan

dengan terbitnya berbagai kebijakan seperti:

1. Undang-undang No 20 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik

2. Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman

Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di

Bidang Usaha, (dihapus??)

3. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara No. 81 Tahun 993 tentang

Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum,

4. Inpres No.1 Tahun 1995 tentang Perbaikan

dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur

Pemerintah Kepada Masyarakat

5. Peraturan Kementrian Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Peningkatan Pelayanan Publik

dengan Partisipasi Masyarakat

6. Peraturan Kementrian Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Petunjuk

Teknis Penyusunan, Penetapan dan Penerapan

Standard Pelayanan

7. SuratEdaranMenkoWasbangpanNo.56/

Wasbangpan/6/98tentangLangkah-langkah

Nyata Memperbaiki Pelayanan Masyarakat.

Instruksi Mendagri No. 20/1996;

8. Surat Edaran Menkowasbangpan No. 56/MK.

Wasbangpan/6/98;SuratMenkowasbangpan

No.145/MK.Waspan/3/1999;hinggaSurat

Edaran Mendagri No. 503/125/PUOD/1999,

yang kesemuanya itu bermuara pada

peningkatan kualitas pelayanan.

9. Kep. Menpan No: 63/KEP/M.PAN/7/2003

tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

10. Kep. Menpan No. 81/1993 tentang Pedoman

Tatalaksana Pelayanan Umum

11. Surat Edaran Depdagri No. 100/757/OTDA

tentangPelaksanaanKewenanganWajibdan

Standar Pelayanan Minimum, pada tahun 2002.

D. STANDAR PROSES (STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR) BIDANG PENDIDIKAN

Standar proses adalah standar nasional pendidikan

yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

pada satuan pendidikan untuk mencapai standar

kompetensi lulusan (PPRI No. 19 Tahun 2005

tentang Standan Nasional Pendidikan, Pasal 1

ayat 6). Adapun PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Proses dituangkan dalam Bab IV, yaitu

mencakup aspek:

a. Perencanaan proses pembelajaran,

b. Pelaksanaan proses pembelajaran,

c. Penilaian hasil pembelajaran. dan

d. Pengawasan proses pembelajaran.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

Page 59: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

57www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

danperkembanganfisiksertapsikologispeserta

didik. proses pembelajaran pendidik memberikan

keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,

dan pengawasan proses pembelajaran untuk

terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan

efisien.

a. Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran meliputi

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang memuat sekurang-kurangnya tujuan

pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran,

sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran harus

memperhatikan jumlah maksimal peserta didik

per kelas dan beban mengajar maksimal per

pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran

setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah

peserta didik setiap pendidik. Pelaksanaan

proses pembelajaran dilakukan dengan

mengembangkan budaya membaca dan

menulis.

c. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah menggunakan

berbagai teknik penilaian sesuai dengan

kompetensi dasar yang harus dikuasai. Teknik

penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi,

tes praktek, dan penugasan perseorangan

atau kelompok. Untuk mata pelajaran selain

kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah, teknik penilaian observasi secara

individual sekurang-kurangnya dilaksanakan

satu kali dalam satu semester.

d. Pengawasan Proses Pembelajaran Pengawasan proses pembelajaran meliputi

pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan,

dan pengambilan langkah tindak lanjut yang

diperlukan.

E. STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

Standar Pelayanan Minimal diataur dalam bab-

bab dan pasal sebagai berikut:

1. Kewenangan Penyelenggaraan Pendidikan

(1) Penyelenggaraan satuan pendidikan

luar biasa (Pendidikan Khusus) menjadi

wewenang Pemerintah Provinsi;

(2) Penyelenggaraan satuan pendidikan

dasar dan menengah termasuk

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

menjadi wewenang Pemerintah

Kabupaten/Kota;

(3) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/

Kota menyelenggarakan pendidikan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 60: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

58 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

berdasarkan standar pelayanan minimal

pendidikan;

(4) Standar pelayanan minimal pendidikan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

meliputi pelayanan pendidikan, pemuda

dan olahraga yang mencakup semua

jenis pelayanan hingga mencapai

indikator kinerja minimal.

2. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar

(1) Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Pendidikan Sekolah Dasar (SD)/

Madrasah lbtidaiyah (MI) terdiri atas:

a. 95 persen anak dalam kelompok usia

7-12 tahun bersekolah di SD/MI.

b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak

melebihi 1 persen dari jumlah siswa

yang bersekolah.

c. 90 persen sekolah memiliki sarana

dan prasarana minimal sesuai

dengan standar teknis yang

ditetapkan secara nasional.

d. 90 persen dari jumlah guru SD yang

diperlukan terpenuhi.

e. 90 persen guru SD/MI memiliki

kualifikasisesuaidengankompetensi

yang ditetapkan secara nasional .

f. 95 persen siswa memiliki buku

pelajaran yang lengkap setiap mata

pelajaran.

g. Jumlah siswa SD/MI per kelas antara

30 - 40 siswa.

h. 90 persen dari siswa yang mengikuti

uji sampel mutu pendidikan

standar nasional mencapai nilai

“memuaskan”. dalam mata pelajaran

membaca, menulis dan berhitung

untuk kelas III dan mata pelajaran

bahasa, matematika, IPA dan IPS

untuk kelas V.

i. 95 persen dari lulusan SD

melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama (SMP)/Madrasah

Tsanawiyah (MTs).

(2) SPM Pendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah

(MTs) terdiri atas :

a. 90 persen anak dalam kelompok usia

13 -15 tahun bersekolah di SMP/

MTs.

b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak

melebihi 1 persen dari jumlah siswa

yang bersekolah.

c. 90 persen sekolah memiliki sarana

dan prasarana minimal sesuai

dengan standar teknis yang

ditetapkan secara nasional.

d. 80 persen sekolah memiliki tenaga

kependidikan non guru untuk

melaksanakan tugas administrasi

dan kegiatan non mengajar lainnya.

e. 90 persen dari jumlah guru SMP

yang diperlukan terpenuhi.

f. 90 persen guru SMP/MTs memiliki

kualifikasi,sesuaidengan

kompetensi yang ditetapkan secara

nasional.

Page 61: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

59www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

g. 100 persen siswa memiliki buku

pelajaran yang lengkap setiap mata

pelajaran.

h. Jumlah siswa SMP/MTs per kelas

antara 30 - 40 siswa.

i. 90 persen dari siswa yang mengikuti

uji sampel mutu pendidikan

standar nasional mencapai nilai

“memuaskan” dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

matematika, IPA, dan IPS di kelas I

dan II.

j. 70 persen dari lulusan SMP/MTs

melanjutkan ke Sekolah Menengah

Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) /

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

3. Standar pelayanan minimal pendidikan menengah

SPM Pendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) terdiri atas:

a. 60 persen anak dalam kelompok usia 16

-18 tahun bersekolah di SMA/MA dan

SMK.

b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak

melebihi 1 persen dari jumlah siswa

yang bersekolah.

c. 90 persen sekolah memiliki sarana

dan prasarana minimal sesuai dengan

standar teknis yang ditetapkan secara

nasional.

d. 80 persen sekolah memiliki tenaga

kependidikan non guru untuk

melaksanakan tugas administrasi dan

kegiatan non mengajar lainnya.

e. 90 persen dari jumlah guru SMA/MA

yang diperlukan terpenuhi.

f. 90 persen guru SMA/MA memiliki

kualifikasisesuaidengankompetensi

yang ditetapkan secara nasional.

g. 100 persen siswa memiliki buku

pelajaran yang lengkap setiap mata

pelajaran.

h. Jumlah siswa SMA/MA per kelas antara

30 - 40 siswa.

i. 90 persen dari siswa yang mengikuti uji

sampel mutu standar nasional mencapai

nilai “memuaskan” dalam mata pelajaran

bahasaInggris,Geografi,Matematika

Dasar untuk kelas I dan II

j. 25 persen dari lulusan SMA/MA

melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang

terakreditasi.

4. SPM Pendidikan SMK

a. Angka Putus Sekolah (APS) tidak

melebihi 1 persen dari jumlah siswa

yang bersekolah.

b. 90 persen sekolah memiliki sarana

dan prasarana minimal sesuai dengan

standar teknis yang ditetapkan secara

nasional.

c. 80 persen sekolah memiliki tenaga

kependidikan non guru untuk

melaksanakan tugas administrasi dan

kegiatan non mengajar lainnya.

d. 90 persen dari jumlah guru SMK yang

diperlukan terpenuhi.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 62: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

60 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

e. 90persenguruSMKmemilikikualifikasi

sesuai dengan kompetensi yang

ditetapkan secara nasional.

f. 00 persen siswa memiliki buku pelajaran

yang lengkap setiap mata pelajaran.

g. Jumlah siswa SMK perkelas antara 30 -

40 siswa.

h. 20 persen dari lulusan SMK melanjutkan

ke Perguruan Tinggi yang terakreditasi.

i. 20 persen dari lulusan SMK diterima di

dunia kerja sesuai dengan keahliannya

F. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Standar Nasional Pendidikan sebagaimana

dikemukakan dalam ketentuan umum PP Nomor

19 Tahun 2005 adalah kriteria minimal tentang

sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum

negara kesatuan Republik Indonesia. Kriteria

minimal itu dijadikan parameter dalam evaluasi

kinerja sekolah pada setiap jenis dan jenjangnya

serta menjadi kriteria tambahan dalam penilaian

kinerja pemerintah dan pemerintah daerah yang

bertugas memfasilitasi, mengkoordinasi, dan

mengembangkan sistem pendidikan. Standar

Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

pendidikan, dalam rangka mewujudkan pendidikan

nasionalyang bermutu. Sedangkan, tujuan Standar

Nasional Pendidikan, yaitu untuk menjamin mutu

pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat.

Standar Nasional Pendidikan mencakup:

1. Standar Isi

Standar Nasional pendidikan yang mencakuyp

ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi

yang dituangkan dalam kriteria tentang

kompetensi tamatan, kompetensi mata

pelajaran, kerangka dasar dan struktur

kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat

satuan pendidikan, kalender pendidikan/

akademik, dan silabus pembelajaran yang harus

dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.

2. Standar Proses

Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu

satuan pendidikan untuk mencapai standar

kompetensi lulusan.

3 Standar Kompetensi Lulusan

StandarNasionalPendidikantentangkualifikasi

kemampuan lulusan yang berkaitan dengan

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar Nasional Pendidikan tentang kriteria

pendidikanprajabatandankelayakanfisik

maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

5. Standar Sarana dan Prasarana

Standar Nasional Pendidikan yang mencakup

kriteria minimal tentang ruang belajar,

Page 63: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

61www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

perpustakaan, tempat berolahraga, beribadah,

bermain dan berkreasi, serta labolatorium,

bengkel kerja, dan sumber belajar lain

yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran termasuk penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi.

6. Standar Pengelolaan

Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat

satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,

ataunasionalagartercapaiefisiensidan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

7. Standar Pembiayaan

Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan

komponen dan besarnya biaya investasi,

operasi dan personal satuan pendidikan yang

berlaku selama satu tahun.

8. Standar Penilaian Pendidikan.

Standar Nasional Penilaian Pendidikan tentang

mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian

hasil belajar peserta didik untuk lima kelompok

mata pelajaran oleh pendidik. Selain itu, standar

penilaian juga mencakup penilaian hasil belajar

oleh satuan pendidikan dan pemerintah.

Kedelapan standar isi tersebut dapat dirinci sebagai

berikut.

1. Standar Isi

Standar isi telah dikembangkan oleh BSNP dan

menjadi Peraturan Mentri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah.

a. Pengertian Standar Isi

Standar isi menurut Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 19 Tahun 2005 adalah cakupan

materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai

kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. Secara keseluruhan standar

isi memuat:

1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang

merupakan pedoman dalam penyususnan

kurikulum pada tingkat satuan pendidikan;

2) beban belajar bagi peserta didik pada

satuan pendidikan dasar dan menengah;

3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

akan dikembangkan oleh satuan pendidikan

berdasarkan panduan penyususnan

kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan

dari standar isi; dan

4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan

pendidikan pada satuan pendidikan jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

b Fungsi Standar Isi

Standar isi berfungsi sebagai salah satu bagian

dari standar nasional pendidikan, sebagai acuan

dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara

satuan pendidikan yang antara lain meliputi

kriteria minimal berbagai aspek yang terkait

dengan penyelenggaraan pendidikan. Acuan

dasar tersebut merupakan standar nasional

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 64: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

62 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu

pengelola, penyelenggara, dan satuan

pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya

dalam memberikan layanan pendidikan yang

bermutu.

c. Pengembangan Standar Isi

Hasil pengembangan aspek muatan standar isi

oleh BSNP sebagai berikut.

1) Kerangka dasar kurikulum pendidikan umum

(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/

MAK), pendidikan khusus (SDLB, SMPLB,

dan SMALB), dan pendidikan kejuruan

(SMK/MAK).

Kerangka dasar kurikulum mencakup tiga

hal, yaitu: (a) kelompok mata pelajaran dan

cakupannya; (b) prinsip pengembangan

kurikulum; dan (c) prinsip pelaksanaan

kurikulum. Untuk kelompok mata pelajaran

dan cakupannya, dinyatakan (PP No. 19,

pasal 6, ayat 1) bahwa kurikulum untuk

jenis pendidikan umum, kejuruan, dan

khusus pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah terdiri atas:

a) kelompok mata pelajaran agama dan

akhlak mulia;

b) kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan kepribadian;

c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan

dan teknologi;

d) kelompok mata pelajaran estetika;

e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga

dan kesehatan.

Selanjutnya, ada tujuh prinsip

pengembangan kurikulum tingkat satuan

pendidikan jenjang pendidikan dasar, yaitu:

(a) berpusat pada potensi, perkembangan,

kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya; (b) beragam

dan terpadu; (c) tanggap terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan seni;

(d) relevan dengan kebutuhan kehidupan;

(e) menyeluruh dan berkesinambungan;

(f) belajar sepanjang hayat; (g) seimbang

antara kepentingan nasional dan

kepentingan daerah.

2) Struktur kurikulum merupakan pola dan

susunan mata pelajaran yang harus

ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Struktur kurikulum yang telah

disusun adalah:

a) Struktur kurikulum pendidikan umum

(SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA)

b) Struktur kurikulum pendidikan kejuruan

(SMK/MAK)

c) Struktur kurikulum pendidikan khusus

(SDLB, SMPLB, SMALB).

3) Beban belajar untuk jenjang pendidikan

SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/

SMALB; dan SMK/MAK.

Satuan pendidikan SD/MI/SDLB

melaksanakan program pendidikan dengan

menggunakan sistem paket. Satuan

pendidikan SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/

SMALB; dan SMK/MAK kategori standar

Page 65: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

63www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

menggunakan sistem paket atau dapat

menggunakan sistem kredit semester.

Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB; dan

SMK/MAK kategori mandiri menggunakan

sistem kredit semester.

Beban belajar pada ketentuan ini adalah

beban belajar sistem paket pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Sistem

paket adalah sistem penyelenggaraan

program pendidikan yang peserta didiknya

diwajibkan mengikuti seluruh program

pembelajarn dan beban belajar yang sudah

ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan

struktur kurikulum yang berlaku pada satuan

pendidikan. Beban belajar setiap mata

pelajaran pada sistem paket dinyatakan

dalam satuan jam pembelajaran.

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk

satuan waktu yang dibutuhkan oleh

peserta didik untuk mengikuti program

pembelajaran melalui sistem tatap muka,

penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri

tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan

untuk mencapai standar kompetensi

lulusan dengan memperhatikan tingkat

perkembangan peserta didik.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan

pembelajaran yang berupa proses interaksi

antara peserta didik dengan pendidik.

Beban belajar kegiatan tatap muka per jam

pembelajaran pada masing-masing satuan

pendidikan ditetapkan sebagai berikut:

a) SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit;

b) SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40

menit;

c) SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung

selama 45 menit.

Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu

pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai

berikut:

a) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per

minggu untuk SD/MI/SDLB:

1. Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam

pembelajaran;

2. Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam

pembelajaran.

b) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per

minggu untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 34

jam pembelajaran.

c) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per

minggu untuk SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK

adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran.

Penugasan terstruktur adalah kegiatan

pembelajaran yang berupa pendalaman

materi pembelajaran oleh peserta didik yang

dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar

kompetensi.Waktupenyelesaianpenugasan

terstruktur ditentukan oleh pendidik.

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah

kegiatan pembelajaran yang berupa

pendalaman materi pembelajaran oleh peserta

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 66: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

64 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

didik yang dirancang oleh pendidikuntuk

mencapaistandarkompetensi.Waktu

penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta

didik.

Beban belajar penugasan terstruktur dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur terdiri dari:

1. Waktuuntukpenugasanterstrukturdan

kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi

peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum

40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka

dari mata pelajaran yang bersangkutan.

2. Waktuuntukpenugasanterstrukturdan

kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi

peserta didik pada SMP/MTs/SMPLB

maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan

tatap muka dari mata pelajaran yang

bersangkutan.

3. Waktuuntukpenugasanterstrukturdan

kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi

peserta didik pada SMA/MA/SMALB/SMK/

MAK maksimum 60% dari jumlah waktu

kegiatan tatap muka dari mata pelajaran

yang bersangkutan.

Penyelesaian program pendidikan dengan

menggunakan sistem paket adalah enam tahun

untuk SD/MI/SDLB, tiga tahun untuk SMP/MTs/

SMPLB dan SMA/MA/SMALB, dan tiga sampai

dengan empat tahun untuk SMK/MAK. Program

percepatan dapat diselenggarakan untuk

mengakomodasi peserta didik yang memiliki

potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Sistem kredit semester adalah sistem

penyelenggaraan program pendidikan yang

peserta didiknya menentukan sendiri beban

belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap

semester pada satuan pendidikan. Beban

belajar setiap mata pelajaran pada sistem

kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit

semester (SKS). Beban belajar satu sks meliputi

satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam

penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan

mandiri tidak terstruktur. Panduan tentang

sistem kredit semester diuraikan secara khusus

dalam dokumen tersendiri.

4) Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu

untuk kegiatan pembelajaran peserta didik

selama satu tahun ajaran yang mencakup

permulaan tahun pelajaran, minggu efektif

belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari

libur.

a) AlokasiWaktu

Permulaan tahun pelajaran adalah waktu

dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal

tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu

kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun

pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

Waktupembelajaranefektifadalahjumlahjam

pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah

jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran

termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam

untuk kegiatan pengembangan diri.

Page 67: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

65www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Waktuliburadalahwaktuyangditetapkanuntuk

tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal

padasatuanpendidikanyangdimaksud.Waktu

libur dapat berbentuk jeda tengah semester,

jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran,

hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk

hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

b) Penetapan Kalender Pendidikan

1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan

Juli setiap tahun dan berakhir pada

bulan Juni tahun berikutnya.

2. Hari libur sekolah ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri

Agama dalam hal yang terkait dengan

hari raya keagamaan, Kepala Daerah

tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau

organisasi penyelenggara pendidikan

dapat menetapkan hari libur khusus.

3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/

Kota dapat menetapkan hari libur

serentak untuk satuan-satuan

pendidikan.

Kalender pendidikan untuk setiap satuan

pendidikan disusun oleh masing-masing

satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu

sebagaimana tersebut pada dokumen Standar

Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari

pemerintah/pemerintah daerah.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah bagian

dari stnadar nasional pendidikan yang merupakan

kriteria kompetensi lulusan minimal yang berlaku di

seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Dengan SKL kita akan memiliki patok

mutu (bench-mark) baik bersifat evaluasi mikro

seperti kualitas proses dan kualitas produk maupun

bersifat evaluasi makro seperti keevektifan dan

efisiensisuatuprogrampendidikan,sehinggake

depan pendidikan kita akan melahirkan standar

mutu yang dapat dipertanggungjawabkan pada

setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. SKL yang

dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran digunakan

sebagaipedomanpenilaian.SKLadalahkualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan,

sikap dan keterampilan. SKL mencakup Standar

Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP),

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran

(SK-KMP), dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran

(SK-MP).

SKL-SPadalahkualifikasikemampuanlulusanyang

mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan

pada setiap satuan pendidikan yang terdiri dari

satuan pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/Paket A,

SMP/MTs/SMPLB/PaketB) dan satuan pendidikan

menengah (SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/

MAK).SedangkanSK-KMPadalahkualifikasi

kemampuan lulusan pada setiap kelompok mata

pelajaran yang mencakup agam dan Akhlak

Mulia, Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi, Estetika, dan Jasmani,

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 68: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

66 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Olahraga, dan Kesehatan, baik untuk satuan

pendidikan dasar maupun satuan pendidikan

menengah. SKL mempunyai tiga fungsi utama, yaitu

(1) kriteria dalam menentukan kelulusan peserta

didik pada setiap satuan pendidikan (2) rujukan

untuk menyusun standar pendidikan lainnya, dan (3)

arah peningkatan kualitas pendidikan.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah

kriteriapendidikanprajabatandankelayakanfisik

maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan

(UU Nomor 20 2003, Pasal 13, dan PP 19 Pasal

1, ayat 7). Pendidik adalah tenaga kependidikan

yangberkualifikasisebagaiguru,dosen,konselor,

pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,

fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan, tenaga

kependidikan adalah anggota masyarakat yang

mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang

penyelenggaraan pendidikan (UU No. 20 Tahun

2003 BabI, Pasal 1 ayat 5 dan ayat 6). Tenaga

kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan,

dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

pendidikan pada satuan pendidikan (UU No.

20 2003, Bab XI, Pasal 39, ayat 1). Tenaga

kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan,

penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti,

pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi

sumber belajar (UU no. 20, Tahun 2003, Penjelasan

Pasal 39, ayat 1).

Lingkup Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

mencakup: kriteria pendidikan prajabatan, kelayakan

fisikmaupunmental,sertapendidikandalam

jabatan. Pendidikan prajabatan adalah pendidikan

formal untuk mempersiapkan calon pendidik dan

tenaga kependidikan yang diselenggarakan oleh

Perguruan Tinggi Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan yang terakreditasi, sesuai dengan

perundang-undangan.Kelayakanfisikdanmental

pendidik dan tenaga kependidikan adalah kondisi

fiskdanmentalpendidikdantenagakependidikan

yang tidak mengganggu pembelajaran dan

pelayanan pendidikan. Adapun, Pendidikan dalam

jabatan adalah pendidikan dan pelatihan yang

diperoleh pendidik dan tenaga kependidikan selama

menjalankantugasuntukmeningkatkankualifikasi

akademik dan/atau kompetensi akademiknya.

Di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005,

tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan

formal,pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.Guruwajibmemilikikualifikasi

akademik,kompetensi,sertifikatpendidik,sehat

jasmani dan rokhani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kompetensi yang harus dimiliki guru adalah

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

melalui pendidikan profesi.

Pendidikharusmemilikikualifikasiakademikdan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat

Page 69: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

67www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan

mewujudkantujuanpendidikannasional.Kualifikasi

akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang

harus dipenuhi oleh seorang pendidik dari perguruan

tinggi terakreditasi yang dibuktikan dengan ijazah

dan/atausertifikasikeahlianyangrelevandengan

jenis, jenjang, dan satuan pendidikan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh pendidik dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi

pendidik sebagai agen pembelajaran pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini meliputi: (a) kompetensi

pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c)

kompetensi profesional, dan (d) kompetensi

sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilkinya. Kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi

profesional adalah kemampuan penguasaan secara

luas dan mendalam yang memungkinkannya

membimbing peserta didik memenuhi standar

kopetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan

pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunuikasi dan bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidiakan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya, berikut

adalah PP Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI tentang

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Standar sarana dan prasarana adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria

minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,

bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi

dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,

termasuk penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi. Standar sarana dan prasarana

mencakup: (1) pengadaan satuan pendidikan, (2)

kelengkapan prasarana yang terdiri dari lahan,

bangunan gedung, ruang-ruang, dan instalasi

daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap

satuan pendidikan, dan (3) kelengkapan sarana

yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan,

media pendidikan, buku dan sumber belajar

lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta

perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap

satuan pendidikan. Standar sarana dan prasarana

ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis

pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar

dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/

Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Berikut

adalah PP Nomor 19 2005, Bab VII tentang Standar

Sarana dan Prasarana Pendidikan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 70: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

68 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

6. Standar Pengelolaan Pendidikan

Standar pengelolaan adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,

provinsi,ataunasionalagartercapaiefisiensidan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar

pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi:(1)

perencanaan program sekolah/madrasah; (2)

pelaksanaan rencana kerja sekolah; (3) monitoring

dan evaluasi; (4) kepemimpinan sekolah/

madrasah; dan (5) sistem informasi manajemen.

Sedangkan, standar pengelolaan pendidikan oleh

pemerintah daerah meliputi: (1) perencanaan

program pemerintah daerah; (2) pengelolaan

program wajib belajar; (3) pengelolaan program

peningkatan angka partisipasi jenjang pendidikan

menengah; (4) pengelolaan program pendidikan

keaksaraan; (5) pengelolaan program penjaminan

mutu satuan pendidikan; (6) pengelolaan program

peningkatan status guru sebagai profesi; (7)

pengelolaan program akreditasi pendidikan; (8)

pengelolaaan program peningkatan peningkatan

relevansi pendidikan; dan (9) pengelolaan program

pemenuhan standar pelayanan minimal bidang

pendidikan.

Standar pengelolaan pendidikan oleh pemerintah

meliputi: (1) perencanaan program pemerintah; (2)

pengelolaan program wajib belajar; ( 3) pengelolaan

program peningkatan angka partisipasi jenjang

pendidikan menengah dan tinggi; (4) pengelolaan

program pendidikan keaksaraan; (5) pengelolaan

program penjaminan mutu satuan pendidikan;

(6) pengelolaan program peningkatan status

guru sebagai profesi; (7) pengelolaan program

peningkatan mutu dosen; (8) pengelolaan program

standarisasi pendidikan; (9) pengelolaan program

akreditasi pendidikan; (10) pengelolaan program

peningkatan relevansi pendidikan; (11) pengelolaan

program pemenuhan standar pelaynan minimal

bidang pendidikan, dan (12) pengelolaan program

penjaminan mutu pendidikan nasional.

Secara umum Standar Pengelolaan Pendidikan

Nasional bertujuan untuk meningkatkan mutu

layanan minimal pengelolaan Pendidikan Nasional.

Adapun, secara khusus Standar Pengelolaan

Pendidikan bertujuan sebagai berikut.

a. Memberikan acuan bagi terwujudnya sistem

perencanaan pendidikan pada tingkat nasional,

regional/daerah, propinsi, kabupaten/kota,

serta pada tingkat satuan pendidikan/ sekolah

secara terkoordinasi dan terpadu untuk mampu

mengantisipasi aspirasi-aspirasi peningkatan

mutu pendidikan.

b. Memberi kerangka acuan bagi

pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan,

dan pengendalian pendidikan, sejalan dengan

tuntutan peningkatan mutu dan Standar

Pelayanan Pendidikan pada semua bentuk,

jenis, dan jenjang pendidikan.

c. Sebagai acuan dasar pengawasan dan penilaian

pendidikan, yang relevan dan konsisten dengan

sistem perencanaan, dan pelaksanaan prgram

Page 71: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

69www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

pendidikan pada tingkat pemerintah pusat,

pemerintah daerah, propinsi dan kabupaten dan

pada tingkat satuan pendidikan.

d. Memberikan pedoman kepada seluruh warga

bangsa dan khususnya yang berkiprah

dalam pengelolaan pendidikan bagaimana

merencanakan, mengorganisasikan,

melaksanakan, memantau, mengawasi,

mengendalikan, dan menilai program pendidikan

secaraefisien,efektif,baikdanbenar.

e. Menciptakan terwujudnya koordinasi dan

keterpaduan pelaksanaan amanah pendidikan

bagi semua rakyat (education for all) baik secara

vertikal maupun horisontal antara seluruh unsur

kelembagaan yang bertugas, berwewenang

dan bertanggungjawab dalam pendidikan mulai

dari Pemerintah Pusat, pemerintah Daerah

Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota,

dan Satuan Pendidikan dalam Pengelolaan

Pendidikan baik pada tingkat nasional, daerah,

lokal, dan individual.

Ditinjau dari segi manajemen organisasi, terdapat

empat hal yang perlu ditata kembali , yaitu:

pengaturan pembagian tugas, wewenang, dan

tanggung jawab, serta pola hubungan organisasi,

pengaturan versus pengelolaan, dan hubungan

organisasi fungsional. Pergeseran wewenang

sebagai dampak dari desentralisasi pemerintahan

seharusnya diikuti dengan pergeseran paradigma

dalam seluruh aspek manajemen pendidikan di

daerah yang semula dikelola secara sentralistik

sekarang harus lebih didesentralisasikan. Untuk itu,

dari aspek manajemen pendidikan ada beberapa hal

yang perlu memperoleh perhatian, yaitu menyangkut

permasalahan: manajemen organisasi, kurikulum,

sumber daya manusia pendidiakan, sarana dan

prasarana, kesiswaan, hubungan publik (public

relation), pembiayaan pendidikan, dan manajemen

berbasis sekolah.

Dari keseluruhan permasalahan pendidikan baik

tingkat makro maupun tingkat mikro pendidikan

memang sangat diperlukan adanya Standar

PengelolaaanPendidikanyangefektifdanefisien.

Berikut PP Nomor 19 Bab VIII tentang Standar

Pengelolaan Pendidikan.

7. Standar Pembiayaan Pendidikan

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur

komponen dan besarnya biaya operasi satuan

pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya

operasi satuan pendidikan adalah bagian dari

dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai

kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat

berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai

standar nasional pendidikan secara teratur dan

berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri atas

biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya

penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan

sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya

operasional pendidikan meliputi gaji pendidik dan

tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang

melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan

habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 72: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

70 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,

pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,

transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain

sebagainya. Biaya personal meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta

didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran

secara teratur dan berkelanjutan.

Mengacu pada pasal-pasal dan ayat dalam Standar

Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan

pembiayaan pendidikan dapat disimpulkan bahwa

meskipun biaya pendidikan itu terdiri dari biaya

investasi, biaya operasi, dan biaya personal,

namun standar pembiayaan pendidikan difokuskan

pada biaya operasi pendidikan yang merupakan

bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk

membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar

dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang

sesuai standar nasuional pendidikan secara teratur

dan berkelanjutan.

8. Standar Penilaian Pendidikan

Penilaian adalah proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian

hasil belajar peserta didik (PP Nomor 19 2005).

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,

penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan

terhadap berbagai komponen pendidikan pada

setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai

bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan

pendidikan. Ulangan adalah proses yang

dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

peserta didik secara berkelanjutan dalam proses

pembelajaran, untuk memantau kemajuan

dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Ujian

adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik sebagai

pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian

dari suatu satuan pendidikan. Akreditasi adalah

kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau

satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan.

Penilaian Pendidikan dibagi menjadi lima bagian,

yaitu:

(1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar, menengah, dan pendidikan tinggi;

(2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik;

(3) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;

(4) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah; dan

(5) Kelulusan. Penilaian pendidikan pada

pendidikan dasar dan menengah terdiri dari

penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian

hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan

penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

Sedangkan penilaian hasil belajar pada jenjang

pendidikan tinggi terdiri dari penilaian hasil

belajar oleh pendidik dan penilaian hasil belajar

oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian hasil

belajar dilakukan untuk memantau proses,

kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk

ulangan harian, ulangan tengah semster,

ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan

kelas. Penilaian hasil belajar oleh satuan

pendidikan bertujuan menilai pencapaian

standar kompetensi lulusan untuk semua

mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh

pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian

Page 73: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

71www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

kompetensi lulusan secara nasional pada

mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan

dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian

nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan,

dan akuntabel.

Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu

pertimbangan untuk:

(1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan

pendidikan;

(2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan

berikutnya;

(3) Penentuan kelulusan peserta didik dari program

dan/atau satuan pendidikan;

(4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada

satuan pendidikan dalam upayanya untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan

pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah

setelah:

(1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

(2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian

akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok

mata pelajaran agama dan akhlak mulia,

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,

dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah

raga, dan kesehatan;

(3) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok

mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

dan

(4) Lulus ujian nasional. Berikut adalah PP Nomor

19 Bab X tentang Penilaian Pendidikan.

G. STANDAR LAINNYA

Sekolah/madrasah yang telah memenuhi syarat SSN

diberi kesempatan untuk meningkatkan standarnya

sehingga menjadi sekolah bertaraf internasional.

Caranya, setelah memenuhi seluruh Standar

Nasional Pendidikan hendaknya diperkaya dengan

mengacu pada standar pendidikan salah satu

negara anggota Organization for Economic Co-

operation and Development dan/atau negara maju

lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam

bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di

forum internasional”. Adaptasi yaitu penyesuaian

unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalarn Standar

Nasional Pendidikan dengan mengacu pada standar

pendidikan salah satu negara anggota OECD

dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Daya saing di forum internasional memiliki makna

bahwa siswa dan lulusan Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional antara lain dapat: (a)

melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan

yang bertaraf internasional, baik di dalam maupun

diluarnegeri;(b)mengikutisertifikasibertaraf

internasional yang diselenggarakan oleh salah

satu negara anggota OECD dan/atau negara maju

lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan; (c) meraih medali tingkat

internasional pada berbagai kompetisi sains dan

matematika.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 74: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

72 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

1. Kurikulum

Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Standar kurikulumnya adalah:

a. menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP);

b. menerapkan sistem satuan kredit semester di

SMA/SMK/MA/MAK;

c. memenuhi Standar Isi; dan

d. memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.

Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai

dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan

sebagai berikut:

a. sistem administrasi akademik berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana setiap

saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-

masing;

b. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi

dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah

unggul dari salah satu negara anggota OECD

dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;

c. menerapkan standar kelulusan sekolah/

madrasah yang lebih tinggi dari Standar

Kompetensi Lulusan.

2. Proses Pembelajaran

Prosespembelajaranyangefektifdanefisien.

Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat,

minat,danperkembanganfisiksertapsikologis

peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan

pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu

memenuhi Standar Proses.Selain itu, keberhasilan

tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator

kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran pada semua mata

pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/

madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak

mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul,

kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot,

dan jiwa inovator;

b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran

sekolah unggul dari negara anggota oecd dan/

atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;

c. Menerapkan pembelajaran berbasis tik pada

semua mata pelajaran;

d. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains,

matematika, dan inti kejuruan menggunakan

bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata

pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa

asing, harus menggunakan Bahasa Indonesia;

dan

e. Pembelajaran dengan Bahasa Inggris untuk

mata pelajaran kelompok sains dan matematika

untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.

Dalam proses pembelajaran selain menggunakan

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, juga

bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering

digunakan dalam forum internasional, seperti

bahasa Perancis, Spanyol, Jepang, Arab, dan China.

3. Penilaian

Penilaian dilakukan untuk mengendalikan

mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas

Page 75: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

73www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik

dilakukan oleh para guru untuk memantau proses,

kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik

secara berkesinambungan. Keberhasilan tersebut

ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci

minimal, yaitu memenuhi Standar Penilaian.Selain

itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan

pencapaian indikator kinerja kunci tambahan,

yaitu memperkaya penilaian kinerja pendidikan

dengan model penilaian sekolah unggul dari negara

anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang

pendidikan.

4. Pendidik

Pendidik memiliki peranan yang strategis karena

mempunyai tugas profesional untuk merencanakan

dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan

dan pelatihan. Keberhasilan tersebut ditandai

dengan pencapaian indikator kinerja kunci

minimal, yaitu memenuhi Standar Pendidik. Selain

itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan

pencapaian indikator kinerja kunci tambahan

sebagai berikut:

1) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran

berbasis TIK;

2) Guru mata pelajaran kelompok sains,

matematika, dan inti kejuruan mampu

mengampu pembelajaran berbahasa Inggris;

3) Minimal 10% guru berpendidikan S2/S3 dari

perguruan tinggi yang program studinya

berakreditasi A untuk SD/MI;

4) Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari

perguruan tinggi yang program studinya

berakreditasi A untuk SMP/MTs; dan

5) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari

perguruan tinggi yang program studinya

berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK.

Guru dalam proses pembelajaran sepanjang

diperlukan dan sesuai dengan kebutuhannya, selain

menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris juga

bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering

digunakan dalam forum internasional, seperti

bahasa Perancis, Jerman, Spanyol, Jepang, Arab,

dan China.

5. Tenaga Kependidikan

Keberhasilan sekolah ditandai dengan pencapaian

indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi

Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Selain itu,

keberhasilan tersebut juga ditandai dengan

pencapaian indikator kinerja kunci tambahan

sebagai berikut:

1) Kepala sekolah/madrasah berpendidikan

minimal S2 dari perguruan tinggi yang program

studinya berakreditasi A dan telah menempuh

pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan

kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah;

2) Kepala sekolah/madrasah mampu berbahasa

Inggris secara aktif; dan

3) Kepala sekolah/madrasah bervisi internasional,

mampu membangun jejaring internasional,

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 76: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

74 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa

kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat.

6. Sarana dan Prasarana

Indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi

Standar Sarana dan Prasarana haruslah dipenuhi

sekolah. Selain itu, keberhasilan tersebut juga

ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci

tambahan sebagai berikut:

1) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana

pembelajaran berbasis TIK;

2) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana

digital yang memberikan akses ke sumber

pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia; dan

3) Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang

unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik, dan

lain sebagainya.

7. Pengelolaan

Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional

dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan

manajemen berbasis sekolah/madrasah.

Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian

indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi

Standar Pengelolaan. Selain itu, keberhasilan

tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator

kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

1)MeraihsertifikatISO9001versi2000atau

sesudahnya ISO 14000;

3) Merupakan sekolah/madrasah multi-kultural;

4) Menjalin hubungan “sister school” dengan

sekolah bertaraf internasional di luar negeri;

5) Bebas narkoba dan rokok;

6) Bebas kekerasan (bullying);

7) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam

segala aspek pengelolaan sekolah; dan

8) Meraih medali tingkat internasional pada

berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi,

seni, dan olah raga.

8. Pembiayaan

Mutu sekolah/madrasah bertaraf internasional

dijamin dengan pembiayaan yang sekurang-

kurangnya terdiri atas biaya investasi, biaya

operasional, dan biaya personal. Keberhasilan

tersebut ditandai dengan pencapaian indikator

kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar

Pembiayaan. Selain itu, keberhasilan tersebut juga

ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci

tambahan, yaitu menerapkan model pembiayaan

yangefisienuntukmencapaiberbagaitarget

Indikator Kunci Tambahan.

H. UPAYA PEMENUHAN STANDARD PELAYANAN (TANGGUNG JAWAB SEKOLAH DAN DINAS PENDIDIKAN)

Upaya Dinas Pendidikan Provinsi dalam memenuhi

standar pelayananan pendidikan meliputi:

a. Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran,

petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan

perijinan) terkait dengan pemenuhan standar

Page 77: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

75www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat

provinsi.

b. Mengusulkan terbitnya peraturan daerah atau

peraturan gubernur tentang pemenuhan standar

pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat

provinsi.

c. Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk

pemenuhan standar pelayanan pendidikan

pembinaan di tingkat provinsi.

d. Melaksanakan kebijakan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan terkait pemenuhan

standar pelayanan pendidikan pembinaan di

tingkat provinsi.

e. Menyusun program kerja pemenuhan standar

pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat

provinsi.

f. Menyusun buku panduan pembinaan MBS di

tingkat provinsi;

g. Mengusulkan anggaran implementasi

pemenuhan standar pelayanan pendidikan

pembinaan di tingkat provinsi.

h. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi

pemenuhan standar pelayanan pendidikan

pembinaan di tingkat provinsi

i. Melaksanakan pengawasan implementasi

pemenuhan standar pelayanan pendidikan

pembinaan di tingkat provinsi.

j. Melaporkan hasil pelaksanaan pemenuhan

standar pelayanan pendidikan pembinaan di

tingkat provinsi.

Upaya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam

memenuhi standar pelayananan pendidikan meliputi:

a. Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran,

petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan

perijinan) terkait pemenuhan standar pelayanan

pendidikan di tingkat kabupaten/kota;

b. Mengusulkan terbitnya peraturan daerah

pemenuhan standar pelayanan pendidikan

tingkat kabupaten/kota;

c. Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk

pemenuhan standar pelayanan pendidikan di

tingkat kabupaten/kota;

d. Melaksanakan kebijakan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan terkait pemenuhan

standar pelayanan pendidikan di tingkat

kabupaten/kota;

e. Menyusun program kerja pemenuhan standar

pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota;

f. Menyusun buku panduan pemenuhan standar

pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota;

g. Mengusulkan anggaran pemenuhan standar

pelayanan di tingkat kabupaten/kota;

j. Melaksanakan pengawasan implementasi

pemenuhan standar pelayanan pendidikan di

tingkat kabupaten/kota;

k. Melaporkan hasil pelaksanaan pemenuhan

standar pelayanan baik melalui media elektronik,

cetak dan atau media lainnya di tingkat

kabupaten/kota.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 78: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

76 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

BAHAN PRESENTASI

KONSEP PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

PRINSIP PENYEDIAAN PELAYANAN PUBLIK1. Menentukan standar pelayanan2. Bersikap terbuka dan menyediakan informasi selengkap-

lengkapnya3. Berkonsultasi dan terlibat4. Mendorong akses dan pilihan5. Memperlakukan semua secara adil6. Mengembalikan kejalan yang benar ketika terjadi kesalahan7. Memanfaatkan sumber daya secara efektif8. Inovatif dan memperbaiki9. Bekerjasama dengan penyedia layanan lainnya.

Page 79: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

77www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

MANFAAT STANDAR PELAYANAN PUBLIK1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa

mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/masyarakat.3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan dengan penyedia

pelayanan dalam upaya meningkatkan pelayanan.4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta menjadi

alat monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 80: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Page 81: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

79www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah

33Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 82: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

80 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah

..... peserta secara umum mampu

menyusun perencanaan dan

penganggaran sekolah.

MODUL 3 BAHAN BACAAN: TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SEKOLAH

A. PENDAHULUAN

Tesis anti-tesis tentang wacana sentralisasi dan

desentrealisasi yang berkembang di bidang politik

dan pemerintahan, secara lamban tetapi pasti,

sampai juga ke bidang pendidikan. Manajemen

pendidikan yang serba sentralistis pun harus

mengubah haluan ke arah manajemen pendidikan

yang bernuansa desentralisasi, dengan label

mentereng manajemen berbasis sekolah.

Sebagai fungsi pertama manajemen pendidikan,

perencanaan pendidikan yang sebelumnya menonjol

nuansa sentralistisnya, kini juga ditonjolkan nuansa

desentralistiknya. Proses-proses perencanaan

pendidikan yang sebelumnya hanya dilakukan

oleh manajer pendidikan di sekolah, kini harus

melibatkan komite sekolah dan stake holder sekolah

yang lainnya. Rapat kerja dengan agenda tunggal

penyusunan rencana sekolah, dapat menjadi arena

bagi kepala sekolah, guru, komite sekolah dan stake

holders sekolah yang lainnya untuk merumuskan

rencana pendidikan di sekolah.

Page 83: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

81www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Di era otonomi daerah ini, rencana strategis

(Renstra), yang merupakan bagian dari manajemen

strategis tingkat satuan pendidikan sering

mengemuka, dan bahkan mulai banyak diterapkan

di tingkat satuan pendidikan sekolah. Di khasanah

literatur manajemen tingkat satuan pendidikan,

Renstra bukanlah hal baru, karena keberadaannya

sudah banyak diterapkan di berbagai bidang.

Renstra sendiri merupakan produknya, sedangkan

proses perencanaannya sendiri dikenal dengan

perencanaan strategis.

Menurut Inpres No. 7 tahun 1999, perencanaan

strategis (strategic planning) merupakan suatu

proses yang berorientasi pada hasil yang ingin

dicapai selama kurun waktu 1 – 5 tahun dengan

memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala

yang ada atau mungkin timbul. Perencanaan

strategis merupakan bagian dari proses manajemen

strategisyangterkaitdenganprosesidentifikasi

tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau

organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-pilihan,

pengambilan langkah-langkah yang diperlukan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan

pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan

dalam rangka menentukan strategi di masa depan

(Nickols dan Thirunamachandran, 2000). Dalam

latar historika, perencanaan strategis diterapkan di

bidang kemiliteran, kemudian diadopsi oleh dunia

usaha pada tahun 1950-an. Perencanaan strategis

mengalami perkembangan pesat dan banyak dikenal

pada tahun 1960 hingga 1970-an, dan berkembang

kembali tahun 1990-an. Mintzberg (1994) menyebut

perencanaan strategis sebagai sebagai “process

with particular benefits in particular contexts.”

Jenis-jenis Perencanaan Sekolah

Ada dua jenis perencanaan sekolah. Pertama,

perencanaan jangka panjang sekolah yang lazim

dikenal juga dengan rencana jangka menengah

sekolah (RPJM sekolah). Kedua, perencanaan

jangka pendek sekolah yang lazim dikenal juga

dengan rencana tahunan sekolah yang disingkat

dengan RKT.

Perencanaan jangka menengah sekolah (RPJM)

disusun dengan mengikuti siklus masa kerja kepala

sekolah, ialah 4 tahunan. Oleh karena itu, setiap

seorang kepala sekolah dipercaya menjabat di

suatu sekolah, diwajibkan membuat rencana

jangka menengah sepanjang masa jabatannya,

yakni selama 4 tahunan. Rencana jangka menengah

sekolah ini, dahulu kala dikenal dengan Rencana

Pengembangan Pembangunan Sekolah (RPPS),

kemudian berubah menjadi Rencana Pengembangan

Sekolah (RPS).

Perencanaan jangka pendek sekolah merupakan

penjabaran lebih lanjut dari rencana jangka

menengah sekolah yang dibuat dengan kurun

waktu satu tahun. Perencanan jangka pendek ini

lazim dikenal dengan perencana tahunan sekolah.

Jika perencanaan jangka menengah merupakan

prosesnya, dan hasilnya disebut dengan renncana

jangka menengah, maka perencanaan jangka

pendek juga merupakan prosesnya, sedangkan

haslnya disebut dengan rencana tahunan. Kini,

rencana tahunan sekolah dikenal dengan RKT

(rencana kerja tahunan). Gabungan antara RPJM

dan RKT inilah kini dikenal dengan rencana kerja

sekolah, yang lazim disingkat dengan RKS.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 84: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

82 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

lanjut dari renstra satuan kerja perangkat daerah

(SKPD). Sementara renstra SKPD juga disusun

dengan memperhatikan Renstra Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (yang berubah nama

menjadi Depdiknas). Gambar 2.1 melukiskan

bagaimana renstra SKPD, termasuk SKPD

pendidikan, disusun dan melewati berbagai tahapan

penyusunan.

Posisi Renstra Sekolah dalam Renstra SKPDRencana strategis, yang merupakan produk

perencanaan strategis, memuat visi, misi, tujuan,

sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran yang

meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang

realistis dengan mengantisipasi perkembangan

masa depan. Renstra strategis di tingkat satuan

pendidikan, sebenarnya merupakan penjabaran lebih

Diagaram III.1. Pendekatan dan Langkah-Langkah Penyusunan RENSTRA SKPD

Page 85: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

83www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

B. TAHAP-TAHAP PERENCANAAN SEKOLAH

Tahap-tahap perencanaan sekolah adalah sebagai

berikut:

1. Penyiapan Data Kondisi Eksisting Sekolah

Tahap pertama perencanaa sekolah adalah

penyiapan data kondisi eksisting sekolah.

Data kondisi eksisting sekolah hendaknya

dikumpulkan oleh satuan tugas perencanaan

sekolah.Datatersebutmeliputiprofilsekolah,

hasil survei pengaduan pengguna layanan

pendidikan sekolah, serta data capaian

SPM pendidikan di tingkat sekolah. Data

tersebut dikumpulkan melalui berbagai teknik

pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi,

angket, wawancara, dan teknik survei pengaduan

pengguna layanan pendidikan. Sumber data

berasal dari seluruh bagian dan unit sekolah,

mulai dari bagian pembelajaran, bagian

kesiswaan, bagian personalia, bagian keuangan,

bagian sarana prasarana dan bagian humas.

Data dari multi stake holder pun juga perlu

digali, termasuk dari berbagai pihak yang punya

kepentingan dan ketertarikan dengan pelayanan

pendidikan.

Data-data yang sudah dikumpulkan tersebut,

hendaknyadisaring,diklarifikasidandigolong-

golongkan dan kemudian dituangkan secara

padat agar dapat dilakukan analisis lebih

lanjut. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis

dengan teknik kuantitatif statistic, sedangkan

data kualitatif hendaknya dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis kualitatif. Data

yang sudah terkumpul dan digolong-golongkan

tersebut, hendaknya dapat dipilah mana yang

terkait dengan pengguna layanan pendidikan

berjenis kelamin pria dan mana yang terkait

dengan pengguna layanan pendidikan berjenis

perempuan. Penggolongan ini sangat penting

agar aspirasi pengguna perempuan dan laki-laki

dapat dipenuhi secara seimbang sehingga tidak

terjadi bias gender (atau bertitik berat ke jenis

kelamin tertentu).

2. Analisis Situasi dan Kondisi Sekolah

Rangkaian kegiatan analisis situasi dan

kondisi sekolah adalah pencermatan atas

aturan perundang-undangan pendidikan yang

sedang berlaku dan mempelajari renstra

SKPD pendidikan kabupaten/kota. Agar bisa

menyusun analisis situasi dan kondisi secara

komprehensif, maka perlu dilakukan penajaman

terhadapprofilsekolah,yangdimulaidengan

identifikasiidentitassekolah,pesertadidik,

tenaga kependidikan, sarana prasarana,

keuangan, partisipasi orang tua dan masyarakat,

serta prestasi-prestasi yang dimiliki oleh

sekolah, baik yang bersifat akademik maupun

nonakademik.Selanjutnya,profilsekolah

tersebut, hendaknya dibandingkan dengan, dan

dikerucutkan dari standar-standar pendidikan

yang dipergunakan oleh sekolah (standar

pelayanan minimal/SPM) dan standar nasional

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 86: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

84 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

pendidikan (SNP). Selain itu, survei terhadap

komplain pelanggan/stakeholders/publik (survei

pengaduan) juga perlu dilakukan agar harapan,

tuntutan dan aspirasi mereka juga dapat

diakomodasi dalam menyusun analisis situasi

dan kondisi sekolah. Data survei pengaduan

dari pelanggan tersebut, hendaknya dipilah

antara yang berasal dari publik pria dan publik

perempuan, agar seluruh kebutuhan, apirasi,

harapan dan masalah yang dipecahkan, bisa

berimbang dan tidak bias gender.

Secara detail petunjuk pelaksanaan survei

pengaduan, yang diawali dengan penyusunan

kuisioner, pelaksanaan survei, analisis hasil

survei pengaduan serta penyusunan janji

perbaikan pelayanan dapat dilihat pada Modul

dan Buku Saku Penanganan Pengaduan.

Berdasarkanatasdeskripsiprofilsekolah,

standar pendidikan di sekolah, dan survey

pengaduan pelanggan, dapatlah dilakukan

analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan

bermaksud untuk mengetahui gap

(kesenjangan) antara standar yang ingin dicapai,

dengan kondisi riil sekolah dan hasil survei

pengaduuan pelanggan/public/stake holders.

Kesenjangan itulah yang perlu mendapatkan

pemecahan, agar antara aspek yang diinginkan

dengan aspek riilnya dapat dipertemukan.

Dengan demikian, aspek riil satuan pendidikan

makin relevan (gayut) dengan aspek idealnya.

Analisis kesenjangan bisa berupa: analisis

SWOT(strength, weakness, opportunity, and

threat), analisis akar masalah dan analisis

kekuatan medan.

3. Merumuskan Visi dan Misi Sekolah

Yangdimaksuddenganvisiadalahemajinasimoral

yangmenggambarkanprofilsekolahdimasadepan.

Visi juga berarti wawasan yg menjadi sumber arahan

yang digunakan untuk memandu perumusan misi

sekolah.

Unsur yang harus ada pada visi adalah: (1)

pandangan jauh ke depan, ke mana sekolah akan

dibawa (2) gambaran masa depan yg diinginkan

sekolah.Dirumuskandengankalimatyangfilosofis,

khas, mirip slogan, tetapi mudah diingat. Karena itu,

rumusan visi yang bagus hendaknya menantang,

jelas dan didasari nilai-nilai tertentu.

Contoh rumusan visi:

“UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ”

“ TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ”

Agarrumusanvisiyangfilosofistersebutjelas,perlu

dirumuskan indikator-indikatornya.

Contoh rumusan Visi:

UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA

Contoh rumusan indikator-indikatornya:

1) Unggul dalam perolehan NEM.

2) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke

jenjang pendidikan di atasnya.

Page 87: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

85www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

3) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja.

4) Unggul dalam lomba kreativitas.

5) Unggul dalam lomba kesenian.

6) Unggul dalam lomba olah raga.

7) Unggul dalam kedisiplinan.

8) Unggul dalam kegiatan keagamaan.

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasi

visi. Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk

rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan

yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi.

Dengan perkataan lain, bentuk layanan untuk

memenuhi tuntutan yang dituangkan dalm visi

sebagai indikatornya. Jika rumusan visi berupa

kalimat yang menunjukkan “keadaan”, maka misi

berupa kalimat yang menunjukkan “tindakan”.

Contoh rumusan misi:

1) Melakukan pembelajaran dan bimbingan secara

efektif.

2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara

intensif kepada warga sekolah.

3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk

mengenali potensi dirinya, sehingga dapat

dikembangkan secara optimal.

4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran

agama.

5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan

melibatkan seluruh warga sekolah dan stake

holders.

4. Merumuskan Tujuan Sekolah

Tujuan merupakan “apa” yang akan dicapai/

dihasilkan dan “kapan” akan dicapai oleh sekolah.

Jika visi mengarah ke jangka panjang, maka tujuan

dikaitkan dengan rentang waktu jangka menengah

atau siklus 3 tahunan sesuai dengan periodisasi

SMP atau SMU. Jika masih dipandang terlalu

pendek, boleh juga 2 siklus program sekolah atau 6

tahunan.

Berarti, tujuan merupakan tahapan wujud sekolah

menuju visi yang telah dicanangkan.

Contoh tujuan:

1) Pada tahun 2005, peningkatan skor rata-rata

GSA + 2,0

2) Pada tahun 2005, memiliki tim olah raga minimal

3cabangyangmampumenjadifinalistingkat

propinsi.

3) Pada tahun 2006, memiliki kelompok LKIR yang

mampumenjadifinalisLKIRtingkatnasional.

4) Pada tahun 2006, memiliki tim kesenian yang

mampu tampil pada acara setingkat kota/

kabupaten.

5. Menganalisis Tantangan Nyata

Tantangan nyata adalah kesenjangan (gap) antara

antara tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi

sekolah saat ini. Selisih antara tujuan yang diinginkan

dengan kenyataan saat ini. Dibuat rincian pada

beberapa tahun (misalnya 2005, 2006, 2007, dst).

Contoh:

Jika tujuannya berbunyi: Pada tahun 2005 memiliki

GSA sebesar +2, sementara saat ini baru mencapai

+0,4. Berarti tantangan nyata yang dihadapi oleh

sekolah adalah (+2) – (+0,4) = (+1,6). Jika pada

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 88: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

86 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

tahun 2005, survey pengaduan stake holders

mengharapkansekolah memiliki tim olah raga

minimal3cabangdanmenjadifinalistingkat

kabupaten; sementara saat ini baru punya 1 tim

cabangolahragadanmenjadifinalisditingkat

kecamatan, maka tantangan nyatanya adalah:

• Menambah 2 tim cabang olahraga

• Meningkatkan 1 peringkat (dari kecamatan ke

kabupaten) untuk 1 cabang olahraga

• Meningkatkan 2 peringkat untuk 2 cabang olah

raga.

6. Menentukan Sasaran

• Rumusannya menggambarkan mutu dan

kuantitas yang ingin dicapai serta terukur.

• Mengacu kepada visi, misi dan tujuan sekolah.

• Berupa tujuan jangka pendek atau tujuan

situasional sekolah, umumnya 1 tahunan.

• Merupakan perioritas dari beberapa tujuan yang

dirumuskan dalam jangka menengah.

Contoh: Pada tahun ajaran 2005, sekolah X: (a)

memiliki GSA sebesar +0,40 (2), memiliki tim

olahragabolavoliyangmenjadifinalisditingkat

kabupaten/kota.

7. MengidentifikasiFungsi-Fungsi

Fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai

sasaranperludiidentifikasi.Fungsi-fungsi

tersebut adalah fungsi PBM beserta fungsi-fungsi

pendukungnya: kurikulum,perencanaan dan

evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan,

fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan

iklim sekolah, fungsi hubungan sekolah dengan

masyarakat dan fungsi pengembangan fasilitas.

Contoh1:IdentifikasifungsisasaranPeningkatanGSAminimal+0,40

Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan(Kondisi Ideal)

KondisiNyata

Tingkat Kesiapan Faktor

Siap TidakA Fungsi Proses Belajar

Mengajar (PBM)

1 Faktor internal:- Motivasi belajar siswa - Perilaku siswa - Motivasi Guru- Pemberdayaan siswa - Keragaman Metode mengajar- Penggunaan waktu belajar

Page 89: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

87www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan(Kondisi Ideal)

KondisiNyata

Tingkat Kesiapan Faktor

Siap Tidak

B Fungsi Pendukung PBM: Ketenagaan

1 Faktor internal:- Jumlah guru - Kualifikasipendidikanguru

minimal D-3 - Kesesuaian Ijazah dengan mata

pelajaran yang di ampu guru- Beban mengajar guru

2 Faktor Eksternal- Pengalaman mengajar guru- Kesiapan mengajar guru - Fasilitas pengembangan diri

C Fungsi Pendukung PBM: Sarana/Perpustakaan

1 Faktor internal- Buku setiap mata pelajaran- Jumlah buku penunjang- Jumlah lemari dan rak buku- Kebersihan dan kerapihan ruang

perpustakaan - Pengelola perpustakaan- Dana pengembangan

perpustakaan

2 Faktor eksternal

- Dukungan orangtua dalam melengkapi perpustakaan

- Kerjasama dengan perpustakaan lain yang lengkap

- Kesesuaian buku penunjang dengan potensi daerah dan perkembangan ipteks

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 90: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

88 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Contoh2:IdentifikasifungsisasaranMemilikitimolahragabolavoliyangmenjadifinalisditingkatKabupaten/Kota

Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan(Kondisi Ideal)

KondisiNyata

Tingkat Kesiapan Faktor

Siap Tidak

A Fungsi Ketenagaan

1 Faktor internal:- Jumlah guru - Jumlah guru olahraga- Kemampuan guru olahraga- Motivasi guru

2 Faktor Eksternal- Pengalaman sebagai pelatih- Dukungan orangtua- Fasilitas pengembangan diri

B Fungsi Sarana dan Prasarana

1 Faktor internal- Lapangan bola voli di sekolah.- Alat pendukung olahraga voli (net,

bola)- Perawatan sarana dan prasarana

2 Faktor eksternal- Dukungan orang tua- Lapangan bola voli di tingkat

kecamatan

C Fungsi Pelatihan

1 Faktor Internal- Pemberdayaan siswa- Alokasi waktu pelatihan- Penggunaan waktu pelatihan

2 Faktor eksternal:- Kesiapan siswa dalam menerima

pelatihan- Pelatih yang berpengalaman- Uji tanding dengan tim sekolah lain- Dukungan orangtua siswa dalam

pelatihan.

Page 91: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

89www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

8. Melakukan Analisis SWOT

AnalisisSWOTdimaksudkanuntukmenganalisiskesiapansetiapfungsidanfaktordarisisikekuataninternal

(strength), kelemahan internal (wakness), peluang eksternal (opportunty) dan ancaman eksternal (treat).

ContohanalisisSWOTSasaran1:PeningkatanGSAminimal+0,40

Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan(Kondisi Ideal)

KondisiNyata

Tingkat Kesiapan Faktor

Siap TidakA Fungsi Proses Belajar

Mengajar (PBM)

1 Faktor internal:- Motivasi belajar siswa

- Perilaku siswa

- Motivasi guru

- Pemberdayaan siswa

- Keragaman metode mengajar

- Penggunaan waktu belajar

- Tinggi

- Disiplin dan tertib di dalam kelas

- Tinggi

- Guru mampu memberdayakan siswa

- Bervariasi

- Efektif

- 60% siswa mempunyai motivasi tinggi

- Kurang disiplin dan kurang tertib

- Cukup tinggi- Kurang

mampu

- Tidak banyak variasi

- Kurang efektif

2 Faktor eksternal:- Kesiapan siswa menerima

pelajaran- Dukungan orangtua - Lingkungan sosial sekolah

- Lingkunganfisiksekolah

- 100%

- Tinggi - Kondusif

- Nyaman/tenang

- 50%

- Tinggi- Kurang

kondusif - Gaduh/ramai

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 92: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

90 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan(Kondisi Ideal)

KondisiNyata

Tingkat Kesiapan Faktor

Siap TidakB Fungsi Pendukung PBM:

Ketenagaan

1 Faktor internal:- Jumlah guru - Kualifikasipendidikanguru

minimal D-3 - Kesesuaian ijazah dengan

mata pelajaran yang diampu guru

- Beban mengajar guru

CukupSemua guru minimal D-3100% sesuai

Rata-rata 18 JP

Cukup 60% minimal D-3 70% sesuai

Rata-rata 22 JP

2 Faktor eksternal:- Pengalaman mengajar guru- Kesiapan mengajar guru - Fasilitas pengembangan diri

Rata-rata ³ 5 tahun100%Tersedia

6 tahun80%Kurang lengkap

C Fungsi Pendukung PBM: Sarana/Perpustakaan

1 Faktor internal:- Buku setiap mata pelajaran- Jumlah buku penunjang- Jumlah lemari dan rak buku- Kebersihan dan kerapihan

ruang perpustakaan - Pengelola perpustakaan- Dana pengembangan

perpustakaan

Cukup dan lengkapCukup dan lengkapCukup Bersih dan rapih

Ada dan mampuTersedia dan cukup

KurangKurangKurangCukup

KurangTidak tersedia

2 Faktor eksternal:- Dukungan orangtua dalam

perpustakaan- Kerjasama dengan

perpustakaan lain yang lengkap

- Kesesuaian buku penunjang dengan potensi daerah dan perkembangan Ipteks

Mendukung

Ada kerjasama

Tinggi

Mendukung

Tidak ada

Rendah

Page 93: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

91www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Contoh Analisis SWOT Sasaran 2: Memilikitimolahragabolavoliyangmenjadifinalisditingkatkabupaten/kota

Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan(Kondisi Ideal)

KondisiNyata

Tingkat Kesiapan Faktor

Siap Tidak

A Fungsi Ketenagaan

1

2

Faktor internal:- Jumlah guru olahraga- Kemampuan guru olahraga

dalam bola voli- Motivasi guru

Faktor eksternal:- Pengalaman sebagai pelatih- Dukungan orang tua- Fasilitas pengembangan diri

CukupTinggi

Tinggi

CukupTinggiAda

CukupTinggi

Cukup tinggi

KurangTinggiTidak ada

B Fungsi Sarana dan Prasarana

Faktor internal:

- Lapangan bola voli di sekolah.

- Alat pendukung olahraga voli

(net, bola)

- Perawatan sarana dan

prasarana

Faktor eksternal:

- Dukungan orangtua

- Lapangan bola voli di tingkat

kecamatan

Tersedia dan layak pakaiTersedia&layak

Terawat dengan baik

TinggiTersedia dan layak pakai

Tersedia dan kurang layakTersedia dan kurang layakTerawat baik

CukupTersedia dan kurang layak

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 94: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

92 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan(Kondisi Ideal)

KondisiNyata

Tingkat Kesiapan

Faktor

Siap Tidak

C Fungsi Pelatihan

1 Faktor internal:- Pemberdayaan siswa

- Alokasi waktu pelatihan- Penggunaan waktu pelatihan

Guru mampu memberdayakan3 kali semingguEfektif

Cukup mampu

KurangKurang efektif

2 Faktor eksternal:- Kesiapan siswa dalam

menerima pelatihan- Pelatih yang berpengalaman- Uji tanding dengan tim sekolah

lain- Dukungan orangtua siswa

dalam pelatihan.

100 %

Tersedia1 x sebulan

Tinggi

80 %

Tidak adaTidak pernah

Tinggi

9.MengidentifikasiAlternatif Pemecahan

Guna mengatasi kelemahan dan ancaman, perlu

diidentifikasialternatifpemecahan.

Contoh alternatif untuk kelemahan dan ancaman

pada sasaran 1:

a. Pengaktifan kegiatan MGMP.

b. Pengiriman guru mengikuti pelatihan.

c. Peningkatan disiplin siswa.

d. Pembentukan kelompok diskusi terbimbing.

e. Peningkatan pengadaan buku.

f. Peningkatan layanan perpustakaan.

g. Contoh alternatif untuk kelemahan dan ancaman

pada sasaran 2:

h. Pengaktifan bola voli sekolah.

i. Peningkatan sarana prasarana olah raga bola

voli.

j. Peningkatan waktu latihan dan uji tandaing.

k. Mendatangkan pelatih dari luar sekolah.

10.MenyusunProgram

Berdasarkanalternatifpemecahanyangdiidentifikasi

tersebut, kemudian disusun program beserta rincian

dan penanggungjawabnya.

Contoh 1:

Sasaran 1: Peningkatan GSA minimal +0,40

Rencana: Mengaktifkan MGMP, mengadakan diskusi

Page 95: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

93www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

terbimbing, meningkatkan disiplin sekolah dan

meningkatkan buku perpustakaan.

Program 1: Pengaktifan MGMP sekolah

Rincian Program:

a. Menyusun strategi guna menyiasati kurikulum

yang padat.

b. Membahas dan mencari pemecahan masalah

yang timbul.

c. Membantu guru lain dalam memahami materi

yang sulit.

d. Pertemuan periodik seminggu sekali, untuk

diseminasi hasil MGMP Kabupaten/Kota.

e. Mengundang ahli dari sekolah lain atau

universitas untuk menyampaikan inovasi terbaru

di bidang pembelajaran.

Program 2: Diskusi terbimbing

Rincian Program:

a. Menyusun jadwal pembimbingan dan lokasi

setiap kelompok.

b. Membimbing siswa yang sedang mengadakan

diskusi.

c. Mengoptimalkan peranan alumni untuk

membimbing siswa.

d. Melakukan evaluasi hasil bimbingan setiap

kelompok.

e. Meningkatkan variasi metode belajar

berdasarkan hasil evaluasi.

Penanggungjawab Program: Drs. Amin Santoso

(Guru Matematika)

Contoh 2:

Sasaran 2: Menjadi finalis turnamen bola voli tingkat kota.

Rencana: Peningkatan latihan dan uji tanding tim

bola voli sekolah, memperbaiki sarana prasarana

olah raga bola voli, meningkatkan perawatan sarana

prasarana.

Program 1: Peningkatan latihan dan uji tanding tim bola voli sekolah.

Rincian Program:

a. Mengadakan latihan teratur 3 x seminggu

b. Mendatangkan pelatih berpengalaman dari luar

c. Mengadakan lomba antar tim di sekolah.

d. Mengundang tim sekolah lain untuk uji tanding.

e. Melakukan evaluasi kinerja setiap tim.

f. Mengikuti turnamen bola voli tingkat kota/

kabupaten.

Penanggungjawab: Dra. Siti Aminah (Guru

Olahraga).

Program dan kegiatan yang telah disusun sekolah

bersama forum multi stakeholder sekolah yang

dituangkan dalam dokumen perencanaan sekolah,

baik jangka menengah maupun tahunan perlu

mendapatkan dukungan dan komitmen dari berbagai

pihak, baik dari pihak sekolah, orangtua, komite

sekolah, masyarakat sekitar sekolah maupun Dinas

Pendidikan bahkan dari Pimpinan Daerah (Bupati/

Walikota)dantermasukpihakDPRD.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 96: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

94 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Untuk itu, diperlukan publikasi dan rekomendasi

teknis terkait dengan program dan kegiatan sekolah

yang disampaikan secara formal kepada pihak

Pemerintah Daerah untuk mendapatkan dukungan

dalam implementasinya.

Salah satu bentuk rekomendasi teknis yang dapat

disampaikan adalah berupa:

Janji Perbaikan Pelayanan, yang merupakan

respon dan komitmen sekolah terhadap hasil survey

pengaduan yang dapat dilaksanakan sendiri oleh

sekolah bersama komite sekolah Rekomendasi

Perbaikan Pelayanan, yang merupakan usulan yang

disampaikan kepada pihak Dinas/pemerintah atas

solusi terhadap survei pengaduan yang tidak dapat

diselesaikan sendiri oleh pihak sekolah dan komite,

dan memerlukan dukungan Dinas pendidikan/

Pemerintah Daerah untuk penyelesaiannya.

Forum multi stakeholder pendidikan berkewajiban

untuk mengawal janji perbaikan pelayanan dan

rekomendasi perbaikan pelayanan ini hingga tahap

implementasinya, serta menjembatani komunikasi

antara pihak sekolah dan pemerintah daerah guna

implementasi program secara optimal.

11. Menyusun Jadwal

Agar sasaran dan program tersebut jelas

waktu pelaksanaannya, perlu disusun jadwal

pelaksanaan seperti Contoh 1.

12. Menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)

Rencana Anggaran yang disusun terdiri atas

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

(RKAS) dan Anggaran Pembiayaan Total seperti

Contoh-2.

Page 97: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

95www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Contoh 1

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 98: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

96 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Page 99: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

97www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan PublikTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 100: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

98 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

BAHAN PRESENTASI

PERENCANAAN STRATEGIS (STRATEGIC PLANNING)

Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses manajemen strategis yang terkait dengan proses identifikasi tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan dalam rangka menentukan strategi di masa depan (Nickols dan Thirunamachandran, 2000).

POSISI RENSTRA SEKOLAH DALAM RENSTRA SKPD

Rencana strategis, yang merupakan produk perencanaan strategis, memuat visi, misi, tujuan, sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan. Renstra strategis di tingkat satuan pendidikan, sebenarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari renstra satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Sementara renstra SKPD juga disusun dengan memperhatikan Renstra Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (yang berubah nama menjadi Depdiknas).

Page 101: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

99www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah

44Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 102: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

100 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah

..... agar peserta menguasai kemampuan mengelola

pelayanan publik di sekolah.

MODUL 4 BAHAN BACAAN: PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH

A. PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan dalam berbagai jenis dan

tingkatannya diselenggarakan pada hakekatnya

bukan untuk melayani dirinya sendiri, melainkan

melayani kepentingan publik. Pelayanan publik,

termasuk di bidang pendidikan, sering menjadi

sorotan terutama kalau sudah menyangkut aspek

kecepatan pelayanannya, memuaskan-tidaknya, dan

sesuai harapan-tidaknya. Padahal, dalam perspektif

total quality management (TQM), publik di bidang

pendidikan adalah customer yang harus ditingkatkan

kepuasannya.

Temuan kurang baiknya sistem pelayanan publik,

termasuk dalam institusi pendidikan sedikitnya

disebabkan dua hal. Pertama, bahwa publik

sekarang telah mengalami perubahan sejalan

dengan gerakan reformasi secara nasional,

sehingga publik yang semula tidak berdaya

(powerless) menjadi berdaya, bahkan sangat

berdaya (powerfull). Kedua, kenyataan di lapangan

menunjukkan SDM institusi pendidikan belum

memberikan pelayanan publik yang memuaskan.

Pada latar institusi persekolahan, kedua alasan

tersebut jika diruntut akan berujung pada persoalan

Page 103: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

101www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

tenaga SDM di sekolah, yang terdiri atas tenaga

pendidik (guru) dan tenaga kependidikan: kepala

sekolah, pengawas sekolah, SDM sekolah, tenaga

perpustakaan sekolah dan tenaga laboratorium

sekolah.

Dalam perspektif yuridis, setidaknya menurut

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 beserta

peraturan perundangan-undangan turunannya,

tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat

yang mengabdikan diri dan diangkat untuk

menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga

kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan,

dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik

dan tenaga kependidikan berkewajiban:

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

mempunyai komitmen secara profesional untuk

meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi

teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi,

dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang

diberikan kepadanya.

B. DASAR HUKUM MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH

1. Undang-Undang Dasar Negara RepubIik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

3. UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah

5. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

C. KONDISI IDEAL PELAYANAN PUBLIK

Menurut Lembaga Administrasi Negara

(2000), pelayanan publik (public service)

adalah pelayanan umum yang dilaksanakan

oleh instansi pemerintah, termasuk institusi

sekolah, baik dalam upaya memenuhi

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pelayanan publik merupakan salah

satu perwujudan dari fungsi aparatur negara

sebagai abdi masyarakat disamping sebagai

abdi negara. Pelayanan publik juga merupakan

pelaksanaan dari peraturan pemerintah atau

pihak lain yang terkait. Pelayanan publik

juga dimaksudkan untuk mensejahterakan

masyarakat, karena dengan pelayanan publik

yang baik, diharapkan masyarakat dapat

memenuhi kebutuhannya.

Pelayanan publik pada dasarnya merupakan

kombinasi dari berbagai fungsi yang titik

tekannya tergantung lembaga dan personel

yang menerapkannya. Fungsi-fungsi yang

harus dikombinasikan dalam penerapan

pelayanan publik yang handal meliputi fungsi

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 104: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

102 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

instrumental, politik, katalis, public interest, dan

entrepreneurial (Sunaryo, 2005).

Fungsi instrumental berkenan dengan

menjabarkan perundang-undangan dan

kebijakan publik ke dalam kegiatan rutin. Hal

ini terkait dengan sosialisasi kebijakan yang

berlaku bagi kegiatan tertentu yang berkaitan

dengan pelayanan publik. Masyarakat butuh

kejelasan kebijakan untuk urusan-urusan yang

menyangkut dirinya. Semakin jelas kebijakan

apa yang diterapkan untuk menyelesaikan

urusan tertentu bagi masyarakat, maka

semakin baik pula pelayanan publik tersebut.

SDM sekolah memegang peranan penting

dalam fungsi instrumental ini, karena lalu lintas

informasi yang terkait dengan undang-undang

dan peraturan pemerintah senantiasa melewati

mereka.

Fungsi politik pelayanan publik berarti

memberikan input yang dapat berupa saran

dan informasi. Berarti bahwa dalam pelayanan

publik diperlukan tambahan informasi kepada

masyarakat untuk memperjelas sistem

pelayanan publik yang diberikan. SDM sekolah

banyak berperan sebagai informan berbagai

kebijakan sekolah kepada stake holders-nya.

Pelayanan publik tidak boleh meninggalkan

interes dan aspirasi masyarakat yang

memerlukan pelayanan. Hal ini sesuai dengan

fungsi katalis public interest. Interes dan

aspirasi masyarakat diintegrasikan dengan

kebijakan dan keputusan pemerintah atau

pihak lain pembuat kebijakan pelayanan

publik, dan diimplementasikan dalam bentuk

layanan konkret oleh tenaga administrasi.

Fungsi entrepreneurial, yang berkenaan

dengan memberi inspirasi bagi kegiatan-

kegiatan inovatif dan non-rutin. Dalam

pelayanan publik diupayakan ada ruang untuk

melakukan pembaharuan-pembaharuan

agar mempermudah, mempermurah dan

mempercepat serta memperakurat data/

informasi dalam pelayanan publik. Jika perlu,

boleh menyimpang dari kelaziman asal tidak

keluar dari koridor aturan dan misi sekolah.

Di sinilah peran strategis tenaga administrasi

ditantang, bagaimana agar lembaganya tetap

akuntabel secara administratif.

Birokrasi publik (termasuk birokrasi sekolah

dikatakan profesional) manakala dalam

pelayanan publik menunjukkan perilaku

bertanggungjawab. Konsep tanggungjawab

dibedakan menjadi 3, yaitu responsibilitas

(responsibility), akuntabilitas (accountability),

dan responsivitas (responsiveness)

parapemberilayanan(Widodo,2004).

Responsibilitas diartikan sebagai kemampuan

untuk melaksanakan apa yang menjadi

tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan

tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Tanggungjawab berarti capable to do atau

professionality dan rasa tanggungjawab (sense

of responsibility). Profesional berarti bahwa

tatausahawan dituntut memiliki kecakapan

teknis yang memadai dalam menjalankan tugas

pokok, fungsi, kewenangan, dan tangungjawab

Page 105: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

103www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

dalam pelayanan publik. Dengan memiliki

kecakapan teknis, mereka dapat menjalankan

tugas dan tanggungjawab secara efektif,

efisien,danproduktif.Rasatanggungjawab

berarti SDM sekolah melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya secara serius meskipun tidak

ada pihak lain yang mengawasinya. Tenaga

administrasi tetap menjaga keberpihakan

kepada kepentingan publik, meskipun untuk

melakukan penyelewengan bagi mereka cukup

terbuka.

Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk

memberikan pertanggungjawaban atau

menjawab dan menerangkan kinerja atas

tindakan seseorang/pimpinan/badan hukum

suatu organisasi kepada pihak yang memiliki

hak atau kewenangan untuk meminta

keterangan atau pertanggungjawaban. Untuk

kepentingan ini, SDM sekolah hendaknya

bersikap transparan (transparency) dan

terbuka (openness) atas apa yang ditanyakan

publik. Tenaga administrasi dinyatakan

akuntabel manakala mereka dinilai secara

obyektif oleh masyarakat telah dapat

mempertanggungjawabkan segala macam

perbuatan, sikap, dan sepak terjangnya

kepada publik.

Responsivitas diartikan sebagai daya tanggap

tenaga administrasi terhadap apa yang menjadi

permasalahan, kebutuhan, keluhan, dan aspirasi

publik yang dilayaninya. Dengan demikian, SDM

sekolah dikatakan responsif (cepat tanggap dan

cepat menanggapi) yang tinggi jika tanggap

terhadap permasalahan, kebutuhan, keluhan,

dan aspirasi stake holders sekolah yang

dilayani.

Sunarto (2005) menyatakan bahwa prinsip-

prinsip dalam pelayanan publik meliputi:

berdayakan masyarakat, yang dapat

berupa penciptaan iklim kebebasan untuk

berprakarsa dan berkreasi bagi masyarakat;

optimalkan pelayanan publik, yakni pelayanan

masyarakatyangefisien,adil,mudahdan

mendekatkan unit pelayanan ke masyarakat;

buka ruang partisipasi publik, dimana dalam

manajemen di lembaga pendidikan sedapat

mungkin (jika perlu) melibatkan masyarakat

dalam merencanakan, pengorganisasian,

melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan; dan

ubah gaya kerja personel lembaga pendidikan,

yang semula ingin dilayani menjadi pelayan bagi

masyarakat yang memerlukan.

D. KONDISI RIIL PELAYANAN PUBLIK

Menurut hasil survey yang dilakukan UGM pada

tahun 2002, sebagaimana dikedepankan oleh

Imron (2007), bahwa secara umum stakeholders

menilai bahwa kualitas pelayanan publik

mengalami perbaikan setelah diberlakukannya

otonomi daerah. Namun jika dilihat dari sisi

efisiensidanefektivitas,responsifitas,dan

kesamaan perlakuan (tidak diskriminatif) masih

jauh dari yang diharapkan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 106: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

104 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Temuan Mohamad, bahwa pelayanan yang

dilakukan oleh institusi publik paling tidak

ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut.

Pertama, masih kurang responsif. Kondisi ini

terjadi pada hampir semua tingkatan unsur

pelayanan, mulai pada tingkatan petugas

pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan

penanggungjawab institusi. Respon terhadap

berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan

masyarakat seringkali lambat atau bahkan

diabaikan sama sekali. Kedua, masih kurang

informatif. Berbagai informasi yang seharusnya

disampaikan kepada masyarakat, lambat atau

bahkan tidak sampai kepada mereka. Keempat,

kurang accessible. Berbagai unit pelaksana

pelayanan terletak jauh dari jangkauan

masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka

yang memerlukan pelayanan tersebut. Kelima,

kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan

yang terkait satu dengan lainnya sangat kurang

berkoordinasi.

Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun

pertentangan kebijakan antara satu instansi

pelayanan dengan instansi pelayanan lain

yang terkait. Keenam, masih terlalu birokratis.

Pelayanan pada umumnya dilakukan dengan

melalui proses yang terdiri dari berbagai

level, sehingga menyebabkan penyelesaian

pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan

dengan penyelesaian masalah pelayanan,

kemungkinan tenaga administrasi untuk dapat

menyelesaikan masalah sangat kecil, dan di

lain pihak kemungkinan masyarakat untuk

bertemu dengan penanggungjawab pelayanan,

dalam rangka menyelesaikan masalah yang

terjadi ketika pelayanan diberikan, juga

sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah

pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk

diselesaikan. Ketujuh, kurang mau mendengar

keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada

umumnya aparat pelayanan kurang memiliki

kemauan untuk mendengar keluhan/saran/

aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan

dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada

perbaikan dari waktu ke waktu. Kedelapan,

masih menunjukkan inefisien. Berbagai

persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam

pelayanan perijinan) seringkali tidak relevan

dengan pelayanan yang diberikan.

E. PERGESERAN PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH

Sekolah (terutama yang berstatus negeri)

adalah ujung tombak terdepan dalam

pelayanan publik di lingkungan Depdiknas.

Dalam persoalan pendidikan anak, orangtua

dan masyarakat selalu menginginkan agar

anaknya mendapatkan pendidikan terbaik

dan mendapatkan pelayanan yang prima.

Oleh karena itu, sekolah haruslah responsif

dalam menyikapi kemauan masyarakat

tanpamengorbankanefisiensidanefektifitas

penyelenggaraan sekolah.

Salah satu cara yang dapat digunakan sekolah

agar dapat melayani masyarakat dengan prima

adalah kemauan untuk menggeser paradigma

birokrasi yang lebih sibuk dengan urusan

internal, menjadi berorientasi pada pelanggan

Page 107: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

105www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

sekolah. Sekolah diharapkan memposisikan

pelanggan sebagai hal yang paling depan. Oleh

sebab itu, pelanggan dipakai sebagai sasaran

pencapaian tujuan. Sekolah selalu mendengar

suara pelanggan, memperhatikan kebutuhan

dasar dan keinginan pelangggan, dan

memperhatikan hukum pelanggan (termasuk

dalam hal ini hak-hak pelanggan sekolah)

(Ramalia dalam LAN, 2001).

Dalam meningkatkan daya saing sekolah, perlu

perubahan paradigma birokrasi di sekolah.

Yangsemulasekolahlebihbanyakmelayani

kebutuhan birokrasi yang lebih tinggi dan

kemungkinan sekolah sendiri minta dilayani

masyarakat, maka diubah agar sekolah lebih

responsif dalam memberikan pelayanan yang

bersifat memenuhi kebutuhan pelanggan atau

masyarakat yang memerlukan.

Pelayanan pelanggan sekolah diartikan sebagai

proses yang secara sadar dan terencana yang

dilakukan oleh sekolah melalui pemberian

pelayanan kepada pelanggan agar pelanggan

mencapai kepuasan secara optimal. Untuk

dapat menjalankan fungsi yang memuaskan

pelanggan, bagi sekolah tidak lepas dari

kreatifitastatausahawannnya.SDMsekolah

perlukreatifmengidentifikasimasalah-masalah

yang sedang maupun yang akan dihadapi

dalam praktik pemberian layanan sehari-hari.

Hal ini sebagai upaya untuk memecahkan

masalah yang sedang dihadapi dan upaya

mengantisipasi pemecahan masalah yang

kemungkinan akan dihadapi pada masa yang

akan datang.

Untuk mewujudkan dan mempertahankan

kepuasan pelanggan sekolah, dapat dilakukan

4 hal sebagaimana pendapat Ramalia (2001).

Pertama,mengidentifikasikembalisiapa

pelanggan sekolah tersebut. Di sini peran

personel hubungan masyarakat, dengan

bantuan staf tata usaha haus dilakukan.

Stakeholder dalam arti luas dilibatkan dalam

pembuatan keputusan utamanya berkenaan

dengan kepuasan pelayanan publik di sekolah.

Kedua, perlunya memahami tingkat harapan

pelanggan sekolah atas kualitas pelayanan.

Harapan tingkat kepuasan pelanggan, penting

diketahui sebagai acuan untuk menentukan

tujuan dan tolok kepuasan pelanggan. Tanpa

tolok ukur yang jelas, maka kepuasan pelanggan

atau pengguna jasa pelayanan di sekolah sulit

diketahui.

Ketiga, memahami strategi kualitas layanan

pelanggan yang terwujud dalam standar

pelayanan prima. Standar pelayanan yang

dipakai sebagai tolok ukur adalah standar

pelayanan prima. Hal ini dapat dicapai

melalui strategi yang dapat menjamin kualitas

pelayanan prima yang didukung pula oleh

personel pelayanan yang prima. Keempat,

memahami siklus pengukuran dan umpan

balik dari kepuasan pelanggan. Umpan balik

penting untuk mekanisme perencanaan dan

pelaksanaan pelayanan berikutnya. Dengan

umpan balik akan dapat diketahui hal-hal mana

yang perlu diperbaiki dan mana yang perlu

dipertahankan atau ditingkatkan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 108: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

106 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Lebih lanjut Ramalia (2001) mengemukakan

bahwa layanan pelanggan sekolah yang baik

memperhatikan sembilan aspek keinginan

pelanggan sebagai berikut: (1) bebas membuat

keputusan; (2) memperoleh hasil sesuai dengan

keinginan; (3) mempertahankan harga diri; (4)

mendapatkan perlakuan secara adil; (5) diterima

dan disambut secara baik; (6) diberitahukan

segala sesuatu yang terjadi; (7) merasa aman

dan dilindungi haknya; (8) didudukkan sebagai

orang penting; dan (9) menuntut keadilan.

Perubahan paradigma yang disikapi oleh

sekolah dalam hal ini cukup banyak.

Diantaranya, bahwa sekolah hendaknya

mengikutsertakan pembuatan keputusan bagi

pelanggannya. Pelanggan perlu diikutsertakan

dalam perencanaan hal-hal penting bagi

keberlanjutan pelaksanaan pendidikan anak-

anak di sekolah, antara lain penentuan

pelaksanaan kurikulum sekolah, proses

belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan

pendidikan moral. Peranan staf tata usaha

sebagai supporting system di sekolah sangatlah

penting.

F. POSISI STRATEGIS SDM SEKOLAH

Berdasarkan ketentuan dalam Standarisasi Nasional

Pendidikan, jenis SDM di sekolah, diatur menurut

jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pada pasal 35-

37 dinyatakan sebagai berikut:

Tenaga kependidikan pada:

a. TK/RA atau bentuk lain yang sederajat

sekurang-kurangnya terdiri atas kepala TK/RA

dan tenaga kebersihan TK/RA.

b. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-

kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,

tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan

tenaga kebersihan sekolah/madrasah.

c. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat

dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat

sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/

madrasah, tenaga administrasi, tenaga

perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga

kebersihan sekolah/madrasah.

d. SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat

sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/

madrasah, tenaga administrasi, tenaga

perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga

kebersihan sekolah/madrasah.

e. SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain

yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas

kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga

perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga

kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar,

psikolog, pekerja sosial, dan terapis.

f. Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-

kurangnya terdiri atas pengelola kelompok

belajar, tenaga administrasi, dan tenaga

perpustakaan.

Agar pelayanan publik yang dilakukan oleh SDM

sekolah dapat optimal, ada beberapa kriteria,

yakni kesederhanaan, kejelasan dan kepastian,

keamanan,keterbukaan,efisiensi,ekonomis,

keadilan, ketepatan waktu dan kuantitatif.

Kesederhanaan, artinya bahwa pelayanan publik

Page 109: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

107www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

dilaksanakan secara mudah, cepat, tepat, tidak

berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah

dilaksanakan oleh masyarakat yang memerlukan

pelayanan. Sistem pelayanan publik dengan

sederhana perlu dilaksanakan, mengingat

sebagian besar masyarakat Indonesia (penerima

layanan) masih berpendidikan rendah.

Kejelasan dan kepastian tentang prosedur/tata

cara pelayanan, persyaratan pelayanan, unit

kerja atau personel yang bertanggungjawab

memberikan pelayanan, rincian biaya dan tata

cara pembayaran pelayanan (jika ada), dan

jadwal waktu penyelesaian pelayanan. Tentang

hal ini perlu diinformasikan secara jelas kepada

masyarakat luas, utamanya yang memerlukan

pelayanan publik.

Keamanan, dimana proses dan hasil

pelayanan dapat memberikan keamanan dan

kenyamanan bagi masyarakat yang dilayani.

Faktor keterbukaan, artinya segala hal yang

bekenaan dengan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat diberitahukan secara

terbuka kepada masyarakat yang dilayani.

Kriterialainadalahefisiensi,dimanapersyaratan

pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang

berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran

pelayanan, dan tidak boleh ada pengulangan

persyaratan.

Kriteria ekonomis, berarti biaya pelayanan harus

ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai

barang dan jasa pelayanan, kondisi/kemampuan

masyarakat, dan ketentuan perundangan yang

berlaku. Faktor keadilan dan merata, dimana

jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin

dengan distribusi yang merata dan diberlakukan

secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.

Faktor ketepatan waktu, artinya pelayanan kepada

masyarakat harus tepat waktu sesuai yang

ditentukan dan diinformasikan kepada masyarakat.

Yangterakhiradalahfaktorkuantitatif,yakni

jumlah masyarakat yang dilayani naik atau turun,

rata-rata lamanya waktu pelayanan, penggunaan

perangkat teknologi modern untuk memperlancar

pelayanan, dan frekuensi keluhan dan pujian dari

masyarakat yang diberi layanan; semua itu terdata

secara kuantitatif sebagai upaya terus menerus

mengembangkan pelayanan kepada masyarakat.

G. PERILAKU SDM SEKOLAH

Agar pelayanan publik di sekolah bisa memuaskan

customer, sejumlah perilaku pelayanan haruslah

dapat diinternalisasikan dan bahkan ditunjukkan

oleh SDM sekolah dalam memberikan layanan

kepada customer-nya. Sejumlah perilaku pelayanan

tersebut, menyangkut waktu, kecermatan, hepful

dan friendly, responsif, proaktif, profesionalitas,

kapabel dan cakap (Imron, 2007). Terkait dengan

waktu, perilaku berikut haruslah dapat ditunjukkan,

yaitu:

1. SDM sekolah memahami ketepatan waktu

sangat penting diperhatikan dalam memberikan

layanan kepada customer.

2. SDM sekolah mengetahui target waktu yang

diperlukan untuk memberikan layanan kepada

customer.

3. SDM sekolah selalu mengusahakan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 110: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

108 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

memberikan layanan kepada customer lebih

cepat dari batasan waktu yang ditetapkan.

4. SDM sekolah, jika dirasakan perlu, meluangkan

waktu melebihi dari waktu yang ditetapkan

dalam memberikan layanan administrasi kepada

customer.

Terkait dengan relevansi layanan, perilaku berikut

haruslah dapat ditunjukkan:

1. SDM sekolah dapat memposisikan diri sesuai

dengan TUPOKSI dalam memberikan layanan

kepada customer.

2. SDM sekolah menyadari keterkaitan TUPOKSI

dengan keseluruhan layanan administrasi di

dalam maupun di luar unit kerja.

3. SDM sekolah memahami dan mampu

mempraktikkan TUPOKSI-nya dalam rangka

pemberian layanan administrasi kepada

customer.

4. SDM sekolah mendahulukan kepentingan

customers, sehingga mereka merasakan

kepuasan dari layanan yang diterimanya.

Agar tenaga administrasi bisa cermat dalam

memberikan pelayanan, perilaku berikut haruslah

memainkan peranan sebagai berikut:

1. SDM sekolah memahami langkah-langkah

kerja yang harus dilalui sebelum memberikan

layanan.

2. SDM sekolah menggunakan peralatan bantu

untuk kecepatan dan ketepatan proses dalam

memberikan layanan kepada customer.

3. SDM sekolah berupaya melakukan check and

recheck atas hasil layanan yang diberikan

kepada customer.

4. SDM sekolah memiliki sense perfective atas

segala layanan yang dilakukannya.

5. SDM sekolah memiliki inisiatif untuk melakukan

upaya pencegahan terhadap kesalahan/

kelemahan/hambatan layanan kepada

customer.

SDM sekolah sepatutnya juga hepful dan friendly.

Oleh karena itu, perilaku demikian akan ditunjukkan

manakala:

1. SDM sekolah menyadari, bahwa keberadaan

dirinya sangat banyak ditentukan oleh

keberadaan customer-nya.

2. SDM sekolah menyadari, bahwa tanpa ada

customer, sesungguhnya dirinya tidak akan

punya fungsi dan peran apapun dalam lingkup

pekerjaannya.

3. SDM sekolah menyadari, bahwa customer

adalah segalanya, karena itu ia senantiasa

berpikir bahwa keberadaaan dirinya adalah

untuk membantu mereka.

4. SDM sekolah merasa bangga dan senang, jika

persoalan yang dimiliki oleh customer sedikit

banyak telah terpecahkan melalui bantuan dan

pekerjaan yang ia lakukan.

5. SDM sekolah menyadari, bahwa yang menjadi

pelayan adalah dirinya, karena itu ia tidak

pernah berpikir bahwa customer-lah yang harus

melayani dirinya.

6. Ketika memberikan layanan, SDM sekolah

melakukannya dengan sungguh-sungguh.

7. Dalam memberikan layanan, SDM sekolah

melakukannya dengan senang hati.

8. Dalam memberikan layanan, SDM

sekolah menunjukkan wajah yang ramah,

menyenangkan, smile, tidak sangar.

Page 111: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

109www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

9. Dalam memberikan pelayanan, tenaga

administrasi sekolah memperlakukan pihak

yang dilayani sebagai customer (pelanggan).

10. Jika SDM sekolah mempunyai persoalan

(pribadi, sosial, pekerjaan), tidak dibawanya

ke tempat kerja, apa lagi sampai berpengaruh

terhadap cara memberikan layanan kepada

customer-nya.

Responsiveness dan pro-aktif juga akan dapat

ditunjukkan, manakala:

1. SDM sekolah senantiasa berpikir dan berangan-

angan, kapan ia harus melayani customer-nya.

Bukan sebaliknya, kapan ia berhenti tidak

memberikan pelayanan kepada customer.

2. SDM sekolah menyadari, bahwa pekerjaan

melayani customer adalah tanggungjawab

dirinya sepenuhnya. Karena itu, ketika

memberikan pelayanan tidak menunggu

perintah dari atasannya.

3. SDM sekolah senantiasa berpikir, bahwa yang

harus ia utamakan dalam memberikan layanan

adalah customer. Karena itu, ia selalu berusaha

untuk mengutamakan kepentingan customer

dalam setiap memberikan pelayanan.

4. SDM sekolah berusaha agar customer yang

dilayani tidak usah menunggu lama untuk

mendapatkan pelayanan dari dirinya.

5. Ketika ada customer yang kebingungan

saat berproses mendapatkan pelayanan,

SDM sekolah menawarkan bantuan, dengan

menanyakan: apa yang dapat saya bantu?

SDM sekolah senantiasa berpikir dan berusaha

bagaimana agar customer menjadi mudah dalam

urusannya, dan bukan sebaliknya, bagaimana agar

mereka mendapatkan kesukaran.

7. SDM sekolah berusaha agar persoalan yang

dihadapi oleh klien terkait layanan yang ia

dapatkan, secepatnya dapat dituntaskan.

8. SDM sekolah berusaha untuk mengetahui

alur kerja sejawatnya, agar ketika sejawatnya

berhalangan, ia akan dapat menggantikan dalam

memberikan pelayanan.

9. Ketika customer tidak mengerti cara mengakses

pelayanan, SDM sekolah berusaha secepatnya

untuk memberikan bantuan, tanpa terus

menunggu perintah dari atasan langsungnya.

10. Ketika ia punya persoalan dan kesulitan dalam

setiap memberikan pelayanan, ia tanya kepada

atasannya atau sejawatnya, dan tidak justru

menunggu kapan sejawat dan atasannya

bertanya kepada dirinya.

Profesionalitas, kapabilitas dan kecakapan juga

akan dapat ditunjukkan, manakala:

1. SDM sekolah menyusun schedule secara

pribadi untuk penyelesaian pekerjaannya,

sehingga seluruh pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya, benar-benar terencana

(by design).

2. Tenaga administrasi sekolah memahami

prosedur dan alur kerja beserta dengan jiwa

yang dikandung oleh prosedur dan alur kerja

tersebut.

3. Dalam setiap memberikan pelayanan kepada

customer, SDM sekolah senantiasa berpedoman

kepada alur kerja yang telah ditetapkan oleh

atasannya.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 112: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

110 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

4. Dalam setiap memberikan pelayanan, SDM

sekolah selalu mencari cara-cara yang tercepat,

tertepat dan terakurat, tanpa keluar dari koridor

dan jiwa prosedur yang telah ditetapkan.

5. Dalam melaksanakan setiap pekerjaannya,

SDM sekolah bertindak tenang dan tidak panik

meskipun ketika berada dalam tekanan.

6. Dalam menyelesaikan pekerjaan, SDM sekolah

mengutamakan ketuntatasan pekerjaan yang

menjadi tanggungjawabnya, dan tidak semata-

mata mengacu kepada waktu dan jam kerja.

7. Terhadap berbagai persoalan terkait dengan

pekerjaannya, tenaga administrasisekolah

selalu mencari alternatif solusi yang terbaik,

tanpa harus melanggar koridor aturan dan

prosedur beserta dengan jiwa yang dikandung

oleh aturan dna prosedur tersebut.

8. Terhadap pekerjaan yang harus ia selesaikan,

SDM sekolah tidak menunda-nunda

(menggampangkan), karena jika menumpuk,

akan memperendah mutu pelayanan yang dapat

ia berikan.

9. Ketika ada sejawat yang mengalami masalah

terkait dengan pekerjaannya, SDM sekolah

akan membantu memecahkannya, sehingga

pekerjaan sejawatnya tidak terbengkelai, dan

bisa memuaskan customernya.

10. SDM sekolah selalu berusaha melakukan

perbaikan terus menerus mutu pelayanan

(kaizen) yang ia berikan sehingga kepuasan

customer-nya makin lama makin meningkat.

F. TANTANGAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH

Sebagai institusi yang banyak memberikan

pelayanan publik, sekolah seharusnya mendapat

dukungan dari publik yang dilayani. Jika tidak,

maka sekolah sebagai institusi yang memberikan

pelayanan kepada publik akan mengalami

kepayahan dan bahkan kelumpuhan. Oleh karena

itu, kepala sekolah beserta dengan tenaga pendidik

di sekolah hendaknya berusaha mendapatkan

dukungan dari publik yang dilayani. Dukungan

tersebut, dimulai dari penyusunan program,

pelaksanaan program, dan bahkan sampai ke aspek

pembiayaan pelayanan programnya.

Di era otonomi daerah, sekolah telah mendapatkan

dana dari pemerintah yang disebut dengan dana

operasional sekolah (BOS). Dalam realitas, BOS

tersebut belum bisa mencukupi semua kegiatan

operasional sekolah. Sekolah juga tidak boleh

menggunakan dana BOS tersebut sesuai dengan

kebutuhan riilnya. Penggunaan dana BOS haruslah

sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Dari pengalaman selama proses pendampingan

MBS, banyak sekolah yang masih belum dapat

mencukupi kebutuhan operasionalnya jika hanya

mengandalkan BOS. Dana BOS, dengan jumlah

yang tidak mencukupi tersebut, juga masih sering

behadapan dengan tantang yang lebih berat,

ialah tidak selalu bisa cair tepat waktu atau sering

mengalami keterlambatan. Oleh karena itu, sekolah-

sekolah yang didampingi dalam menerapkan MBS

seringkali mengeluhkan aspek pendanaan ini,

Page 113: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

111www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

karena banyak pemerintah daerah yang melarang

menggali partisipasi masyakata dalam penggalian

dana.Berkenaan dengan hal tersebut, maka turunlah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2012 tentang

pungutan dan sumbangan biaya pendidikan pada

satuan Pendidikan Dasar. Meskipun beberapa

pemerintah daerah juga ada yang menolak

Peraturan Menteri tersebut, karena “sekolah gratis”

sudah terlanjur menjadi janji elit politik daerah yang

sedang berkuasa. Adapun isi Peraturan Mendikbud

tersebut antara adalah sebagai berikut:

1.Pungutan adalah penerimaan biaya

pendidikan baik berupa uang dan/atau

barang/jasa pada satuan pendidikan dasar

yang berasal dari peserta didik atau

orangtua/wali secara langsung yang bersifat

wajib, mengikat, serta jumlah dan jangka

waktu pemungutannya ditentukan oleh

satuan pendidikan dasar.

2.Sumbangan adalah penerimaan

biayapendidikan baik berupa uang dan/atau

barang/jasa yang diberikan oleh peserta

didik, orangtua/wali, perseorangan atau

lembaga lainnya kepada satuan pendidikan

dasar yang bersifat sukarela, tidak memaksa,

tidak mengikat, dan tidak ditentukan

oleh satuan pendidikan dasar baik jumlah

maupun jangka waktu pemberiannya.

3.Pendanaan pendidikan adalah penyediaan

sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk

pengelolaan satuan pendidikan dasar.

4. Biaya pendidikan adalah sumber daya keuangan

yang disediakan dan/atau diperlukan untuk biaya

satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan

pengelolaan pendidikan, serta biaya pribadi

peserta didik sesuai peraturan perundang-

undangan.

Sumber anggaran pendidikan di sekolah bisa

berasal dari:

1. Anggaran pendapatan dan belanja daerah;

2. Sumbangan dari peserta didik atau orang tua/

walinya;

3. Sumbangan dari pemangku kepentingan

pendidikan dasar di luar peserta didik atau orang-

tua/walinya;

4. Bantuan lembaga lainnya yang tidak mengikat;

5. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat;

6. Sumber lain yang sah.

Pungutan yang dilakukan oleh satuan pendidikan

dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1.Didasarkan pada perencanaan investasi dan/

atau operasi yang jelas dan dituangkan dalam

rencana strategis, rencana kerja tahunan, serta

anggaran tahunan yang mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan;

2.Perencanaan investasi dan/atau operasi

sebagaimana dimaksud pada huruf a

diumumkan secara transparan kepada

pemangku kepentingan satuan pendidikan

terutama orang tua/wali peserta didik, komite

sekolah, dan penyelenggara satuan pendidikan

dasar;

3.Dimusyawarahkan melalui rapat komite sekolah;

dan

4.Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus

oleh satuan pendidikan dasar terpisah dari

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 114: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

112 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

dana yang diterima dari penyelenggara satuan

pendidikan dasar dan disimpan dalam rekening

atas nama satuan pendidikan dasar.

G. BEBERAPA CONTOH PENERAPAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH MITRA KINERJA

Selama pendampingan teknis Program KINERJA di

sekolah mitra di 4 propinsi wilayah kerja KINERJA

antara lain adalah:

1. Sekolah memberikan ruang partisipasi

masyarakat yang lebih luas, meningkatkan

transparansidanresponsibilitassekolah

antara lain melalui:

a. Pelaksanaan survei pengaduan, dimana

kuisioner survei disusun secara partisipatif

oleh multi stakeholder pendidikan dan

kuisioner diisi oleh siswa dan orangtua

siswa;

b. Hasil survei pengaduan yang telah

dikonfirmasikebenarannyadipublikasikan

di papan publikasi sekolah, sehingga dapat

diketahui oleh seluruh stakeholder sekolah/

publik;

c. Bersama forum multi stakeholder sekolah,

merespon hasil survei pengaduan,

selanjutnya mendiskusikan dan menyusun

Janji Perbaikan Pelayanan guna perbaikan

pelayanan sekolah;

d. Janji perbaikan pelayanan dipublikasikan di

papan publikasi sekolah, sehingga publik

memahami upaya dan langkah yang akan

dilaksanakan sekolah dalam merespon

pengaduan yang masuk;

e. Forum multi stakeholder ikut memonitor

realisasi Janji Perbaikan Pelayanan Sekolah.

2. Meningkatkan partisipasi multi pihak dalam

meningkatkan pelayanan sekolah melalui:

a. Komite sekolah bersama orangtua ikut

berperan aktif dalam mendukung perbaikan

pelayanan dengan pengelolaan kantin

sehat, pengelolaan lahan kering untuk

kebun sekolah, kegiatan-kegiatan ekstra

kurikuler lainnya;

b. Pihak Pemerintah dan SKPD terkait

memberikan perhatian dan dukungan

terhadap usulan peningkatan pelayanan

sekolah yang disampaikan dalam

Rekomendasi Peningkatan Pelayanan

sebagai respon terhadap hasil survei

pengaduan;

c. Siswa, guru dan karyawan sekolah ikut

bertanggung jawab terhadap kondisi sekolah.

3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

sekolah, antara lain melalui:

a. Publikasi perencanaan dan penganggaran

sekolah di papan publikasi sekolah;

b. Publikasi laporan keuangan sekolah

termasuk penggunaan dana BOS di papan

publikasi sekolah;

c. Publikasi tata tertib siswa, guru dan kepala

sekolah, sehingga seluruh stakeholder

sekolah saling memahami tata tertib yang

berlaku.

Page 115: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

113www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

4. Meningkatkan kejelasan pelayanan, informasi,

aksesibilitas dan pemerataan pelayanan bagi

seluruh siswa, antara lain melalui:

a. Adanya SOP (standard operasional

prosedur) untuk beberapa proses penting,

misalnya SOP Penerimaan Siswa Baru,

SOP Perpustakaan;

b. Adanya informasi pelayanan yang jelas

bagi siswa, misalnya hari dan jam pelayanan

perpustakaan, penggunaan lab komputer,

konseling siswa, pelayanan kesehatan siswa

(pemeriksaan gigi, mata);

c. Publikasi kalender akademik sekolah di

papan publikasi, agar menjadi perhatian

bersama dan siswa mendapatkan dukungan

khususnya di masa-masa ulangan semester

dan kenaikan kelas;

d. Publikasi nama dan nomer HP guru, untuk

memberikan kemudahan orangtua dalam

berkomunikasi dengan guru kelas;

e. Publikasi siswa berprestasi agar

memberikan penghargaan bagi yang

bersangkutan serta memotiviasi bagi siswa

lainnya.

5. Kesetaraan gender dalam pelayanan di sekolah,

antara lain melalui:

a. Penyediaan toilet siswa dan guru yang

dibedakan untuk laki-laki dan perempuan;

b. Penyediaan pembalut atau keperluan

khusus lainnya di ruang UKS;

c. Pemilihan komite sekolah yang

memperhatikan pula keterwakilan laki-laki

dan perempuan;

d. Memberikan ruang bagi para ibu menyusui

yang menjemput anaknya di sekolah melalui

penyediaan pojok laktasi di sekolah.

6. Perubahan perilaku guru, kepala sekolah dan

karyawan sekolah, antara lain melalui:

a. Slogan senyum, sapa, salam yang

dipampangkan di ruang publik;

b. Siswa lebih memiliki keberanian dan

keaktifan untuk bertanya dan berdiskusi

kepada guru;

c. Keteladanan perilaku akan mendapat

perhatian lebih, karena siswa dan orangtua

akan melihat dan berhak memberikan

pengaduan.

7. Sarana dan prasarana pendukung pelayanan

publik yang lebih baik antara lain:

a. Tersedianya washtafel untuk sarana cuci

tangan siswa yang memadai;

b. Tersedianya tempat parkir yang aman;

c. Ruang kelas dan halaman sekolah yang

lebih baik dan nyaman;

d. Peningkatan penghijauan sekolah, dengan

peran aktif siswa;

e. Ketersediaan buku yang memadai, fasilitas

belajar mengajar yang lebih baik.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 116: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

114 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

BAHAN PRESENTASI

PRINSIP LAYANAN PUBLIK

Berdayakan masyarakat

Buka ruang partisipasi publik

Optimalkan pelayanan publik

Ubah gaya kerja personel

KONDISI RIIL PELAYANAN PUBLIK

- kurang responsif- kurang informatif- kurang accsessible- inefisien

- kurang koordinasi- terlalu birokratis - mengabaikan kritik

Page 117: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

115www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

BIROKRASI YANG LEBIH SIBUK DENGAN

URUSAN INTERNAL

PERGESERAN PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK

BIROKRASI YANG BERORIENTASI PADA

PELANGGAN SEKOLAH

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 118: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Page 119: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

117www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah

55Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 120: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

118 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah

..... agar peserta menguasai

peningkatan peran serta masyakarat dan stakeholder

.....

MODUL 5

A. PENDAHULUAN

Salah satu esensi regulasi tentang desentralisasi

dan otonomi daerah bidang pendidikan adalah

pemberian wewenang, peluang dan keleluasaan

yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada

daerah dan masyarakat untuk mengatur dan

menyelenggarakan urusan wajib bidang pendidikan.

Disamping melaksanakan kewenangan bidang

pendidikan atas prakarsa sendiri sesuai dengan

kepentingan masyarakat dan potensi daerah

setempat.

Dalam perspektif teoritik, desentralisasi

dan demokratisasi pengelolaan pendidikan

mengamanatkan penerapan prinsip-prinsip

tranparansi, akuntabilitas dan partisipasi (TAP)

dalam setiap pengelolaan bidang pendidikan.

Berarti, dalam perencanaan, pelaksaksanaan

dan pengendalian setiap bidang pendidikan

harus memberikan peluang, kesempatan dan

BAHAN BACAAN: PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH

Page 121: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

119www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

B. MAKNA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk

kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam

suatu kegiatan. Partisipasi adalah keterlibatan

mental,emosionaldanfisikorang-orangdalam

suatu kelompok yang mendorong mereka untuk

memberikan kontribusikepada tujuan kelompokdan

berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan

itu.Partisipasi dapat dikategorikan menjadi (1)

partisipasi bebas (spontan dan akibat penyuluhan),

dan (2) partisipasi paksaan sebagai konsekuensi

dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan kebiasaan

setempat.

Partisipasi juga terkait dengan adanya kerjasama

dengan banyak pihak. Dalam kerjasama itu orang

mengaktualisasikan diri dengan merealisasikan

segenap kemampuannya. Ada beberapa

kualifikasipartisipasiyaitupositif,kreatif,kritis-

korektif-konstruktif, dan realistis. Suatu partisipasi

dinyatakan positif jika mendukung kelancaran usaha

bersama guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Suatu partisipasi dinyatakan keatif jika keterlibatan

seseorang selalu dilandasi oleh adanya daya

cipta. Partisipasi dikatakan kritis-korektif-konstruktif

manakala keikutsertaan dilakukan dengan mengkaji

suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan

atau kesalahan dan memberikan alternatif yang

lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Partisipasi dinyatakan realistis manakala keterlibatan

dengan memperhitungkan realitas yang ada.

akses kepada semua pihak (multi stakeholder)

untuk mengetahui informasi; melakukan audit,

bertanya, dan menggugat pertanggungjawaban;

terlibat secara aktif, berkontribusi, melakukan

pengawasan dan memanfaatkan hasil pendidikan.

Selain memenuhi tuntutan proses desentralisasi

dan demokratisasi, keharusan untuk menerapkan

prinsip-prinsip TAP juga terkait dengan reformasi

pelaksanaan berbagai proyek/program pendidikan

terdahulu yang hampir menjadi mitos, ialah

ketika habis proyek, maka habis pula kegiatan.

Dengan penerapan prinsip TPA diharapkan dapat

menjamin sustainabelitas program pembangunan

bidang pendidikan.

Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip TAP,

diperlukanupayaidentifikasi,penetapandan

pelibatan stakeholder bidang pendidikan, agar

terdapat keperpihakan yang bermutu dan nyata

serta menjadi suatu gerakan bersama (collective

action) yang mendukung pengelolaan program

pendidikan.

Jumlah, ragam kepentingan dan pengaruh

stakeholder dalam pembangunan pendidikan

cukup tinggi. Oleh karena itu, tidaklah mudah untuk

melakukan penetapan dan pelibatan stakeholder

dalam sebuah program. Diperlukan cara-cara

yang tepat sehingga penetapan dan pelibatannya

memenuhi persyaratan teknis dan politis, disamping

pemahaman kearifan lokal yang selama ini dijunjung

tinggi oleh masyarakat pada tingkatan lokal.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 122: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

120 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk

kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam

suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam

kebijaksanaan pendidikan adalah keikutsertaan

masyarakat dalam memberikan gagasan, kritik

membangun, dukungan dan pelaksanaan

kebijaksanaan pendidikan.

Partisipasi berarti turut serta dalam suatu kegiatan.

Partisipasi adalah keterlibatan mental, emosional

danfisikorang-orangdalamsuatukelompok

yang mendorong mereka untuk memberikan

kontribusikepada tujuan kelompokdan berbagai

tanggung jawab dalam pencapaian tujuan itu

( Davis, 1990). Partisipasi dapat dikategorikan

menjadi (1) partisipasi bebas (spontan dan akibat

penyuluhan), dan (2) partisipasi paksaan sebagai

konsekuensi dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan

kebiasaan setempat (Duseldorps, 1981).

Partisipasi juga terkait dengan adanya kerjasama

dengan banyak pihak. Dalam kerjasama itu orang

mengaktualisasikan diri dengan merealisasikan

segenap kemampuannya. Ada beberapa

kualifikasipartisipasiyaitupositif,kreatif,kritis-

korektif-konstruktif, dan realistis. Suatu partisipasi

dinyatakan positif jika mendukung kelancaran usaha

bersama guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Suatu partisipasi dinyatakan keatif jika keterlibatan

seseorang selalu dilandasi oleh adanya daya

cipta. Partisipasi dikatakan kritis-korektif-konstruktif

manakala keikutsertaan dilakukan dengan mengkaji

suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan

atau kesalahan dan memberikan alternatif yang

lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Partisipasi dinyatakan realistis manakala keterlibatan

dengan memperhitungkan realitas yang ada.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

termasuk pembangunan pendidikan, terdiri

atas: (1) partisipasi buah pikiran, (2) partisipasi

keterampilan, (3) partisipasi tenaga, (4) partisipasi

harta benda, dan (5) partisipasi uang (Hamijoyo,

1977). Partisipasi dalam pembangunan pendidikan

meliputi partisipasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dalam suatu program

pendidikan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi

dapat dilakukan dengan (1) membuat rancangan

kebijakan, (2) menginformasikan rancangan itu ke

masyarakat yang akan terlibat, (3) mengumpulkan

tanggapan masyarakat tentang isi rancangan

kebijakan, (4) memadukan pendapat masyarakat

dengan rancangan kebijakan, (5) membuat

kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan

(Sewel, 1977).

Dalam sistem pemerintahan yang 'top down'

partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang dibuat dan diimplementasikan

tidak begitu dipermasalahkan; tetapi pada sistem

pemerintahan yang 'bottom up', tingginya partisipasi

masyarakat dalam implementasi kebijaksanaan,

dapat dijadikan sebagai indikasi sukses tidaknya

kebijaksanaan.

Muhadjir (1982) menggolongkan partisipasi

masyarakat ke dalam tipologinya, yakni partisipasi

kuantitatif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi

kuantitatif menunjuk kepada frekuensi keikutsertaan

terhadap implementasi kebijaksanaan, sementara

partisipasi kualitatif menunjuk pada tingkat dan

derajatnya.

Page 123: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

121www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Koentjoroningrat (1982) menggolongkan partisipasi

masyarakat berdasaran posisi individu dalam

kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat

dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus;

kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai

individu dalam aktivitas bersama pembangunan.

Miftah Thoha (1984) menggolongkan partisipasi

masyarakat ke dalam tiga golongan, yaitu: (1)

partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperan

serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya,

(2) partisipasi mobilisasi, (3) partisipasi seremoni.

Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari

cakupannya, yaitu partisipasi secara sempit,

partisipasi secara luas dan partisipasi yang

merupakan lawan dari kegiatan politik (Kompas,

10 Desember 1983). Secara luas, partisipasi

dapat diartikan sebagai demokratisasi politik:

masyarakat yang menentukan tujuan, strategi dan

perwakilannya dalam pelaksanaan kebijaksanaan

atau pembangunan. Secara sempit, partisipasi

dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat

dalam keseluruhan proses perubahan dan

pengembangan masyarakat sesuai dengan

arti pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari

kegiatan politik. Partisipasi dapat diartikan sebagai

golongan-golongan masyarakat yang berbeda-beda

kepentingannya dididik mengajukan secara rasional

keinginannya dan menerima suka rela keputusan

pembangunan.

Setelah kebijaksanaan pendidikan yang digulirkan

oleh pembuat dan pelaksana kebijaksanaan,

umumnya mendapat respons dari masyarakat.

Meskipun mungkin suatu kebijaksanaan tidak

didukung oleh sebagian masyarakat tetapi haruslah

disadari bahwa sebagian masyarakat yang

lainnya pasti ada yang mendukung. Heterogenitas

masyarakat memungkinkan hal tersebut. Pasti

ada di antara lapisan masyarakat yang mau

berpartisipasi dalam kebijaksanaan yang dibuat,

seberapapun partisipasinya dan sekadar apapun

partisipasinya. Meskipun mungkin pembuat

dan pelaksana kebijaksanaan tersebut tidak

mengupayakan sama sekali partisipasi masyarakat.

C. STAKEHOLDER SEKOLAH

Stakeholder adalah berbagai pihak yang

berkepentingan dan atau terkena dampak suatu

proyek/program. Stakeholder bidang pendidikan

adalah berbagai pihak yang berkepentingan

dan atau terkena dampak suatu proyek/program

pendidikan. Stakeholder dalam pembentukan perda

pendidikan adalah pihak-pihak yang berkepentingan

dan atau terkena dampak keberadaan dan

implementasi perda pendidikan. Oleh karena itu,

informasi dan peran aktif multi stakeholder sangat

diperlukan, termasuk dalam penerapan fungsi

kontrol atas pelaksanaan perda bidang pendidikan.

Identifikasistakeholder bidang pendidikan

adalah proses menemu-kenali pihak-pihak yang

berkepentingan dan atau terkena dampak program

pendidikan, serta pemahaman dan kepedulian

mereka terhadap program-program partisipatif,

termasuk dalam proses pembuatan perda

pendidikan.

Sementara itu, analisis stakeholder adalah proses

pemberian kategori (categorizing)stakeholder

yang mempunyai kepentingan dan pengaruh

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 124: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

122 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

tinggi serta menetapkan tingkat kesesuaian peran

yang diperlukan dalam proses pembuatan dan

pelaksanaan Perda pendidikan.

Secaraumumidentifikasidananalisisstakeholeder

ini bertujuan menemukan, memetakan dan

merekomendasikan stakeholder yang tepat untuk

dilibatkan secara aktif dalam proses pembentukan

perda pendidikan. Adapun secara khusus bertujuan:

(1) menemukenali stakeholder yang mempunyai

relevansi dengan proses pembentukan perda

pendidikan, (2) mengetahui peran stakeholder utama

dalam pengelolaan pembangunan pendidikan, (3)

mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholder

utama dalam pengelolaan pembangunan partisipatif

bidang pendidikan, (4) mengetahui pengalaman

stakeholder utama dalam mengupayakan

pengelolaan pembangunan pendidikan yang seusai

dengan nilai-nilai TAP, dan (5) merekomendasikan

stakeholder utama yang tepat untuk dapat dilibatkan

secara aktif dalam pengelolaan pembangunan

pendidikan.

Hal-hal, baik nilai maupun proses yang harus

diterapkandalamidentifikasidananalisis

stakeholder, adalah: (1) keterlibatan yang

representatif; prinsip ini bermaksud untuk memberi

peluang kepada pihak-pihak di wilayah atau

komunitas tertentu untuk berperan serta dalam

pengelolaan program pendidikan, (2) relevan;

prinsip ini bermaksud untuk melakukan seleksi

para pihak terlibat yang benar-benar tepat

dengan mempertimbangkan pengalaman dan

kompetensinya di bidang pendidikan, (3) kesetaraan

gender; dengan prinsip ini diharapkan akan terjadi

keseimbangan proporsi jumlah dan peran antara

laki-laki dan perempuan dalam bidang pendidikan.

Sasaran yang dimaksudkan di sini adalah pihak-

pihak atau unsur berupa orang, baik individu

maupun kelompok, serta dokumen tertulis

yang berperan sebagai sumber informasi bagi

penyusunan perda pendidikan. Biasanya, memulai

analisis stakeholder dari sumber tertulis, seperti

laporan atas hasil pengelolaan proyek/program

sebelumnya maupun publikasi di media massa

berdasarkan sumber tertulis.

D. JENIS PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH

Di negara yang menjunjung tinggi demokrasi

diyakini bahwa pemerintah dibuat dari, oleh dan

untuk rakyat. Kebijakan-kebijakan negaranya,

termasuk kebijakan pendidikannya, sebagai

bagian dari perangkat untuk menjalankan

pemerintahan di negara tersebut, juga berasal

dari, oleh dan untuk rakyat. Karena itu, partisipasi

masyarakat dalam kebijakan pendidikan, termasuk

di tingkat satuan pendidikan, sangatlah diperlukan

Selain alasan demokrasi, kebijakan pendidikan

tersebut secara kongkrit dimaksudkan untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

oleh rakyat di bidang pendidikan. Rakyat lebih

banyak tahu mengenai masalah mereka sendiri, dan

bahkan juga banyak mengetahui bagaimana cara

memecahkannya. Maka, keterlibatan dan partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan,

sangatlah penting.

Page 125: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

123www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Keikutsertaan masyarakat di tingkat satuan tidak

saja sekadar dipandang sebagai loyalitas rakyat

atas pemerintahnya, melainkan yang juga tak kalah

penting adalah bahwa kebijakan tersebut

hendaknya dianggap oleh masyarakat sebagai

miliknya. Dengan adanya perasaan memiliki

terhadap kebijakan-kebijakan, masyarakat

akan semakin banyak sumbangannya dalam

pelaksanaan-pelaksanaan kebijakan, termasuk

kebijakan pendidikannya.

Agar partsipasi masyarakat dapat ditingkatkan,

selayaknya lembaga pendidikan melakukan

hubungan-hubungan sosial. Hubungan-hubungan

sosial ini harus dibangun, baik dengan tokoh-tokoh

masyakat maupun dengan mereka yang berada

pada posisi grass root. Lazimnya, ketika dengan

elit atau tokoh masyarakat sudah dapat dibangun,

maka hubungan dengan grass rootnya akan menjadi

lancar.

Hubungan sosial adalah hubungan yang dijalin oleh

suatu lembaga pendidikan dengan masyarakat.

Masyarakat di sini, bisa berupa masyarakat

yang terorganisir dan masyarakat yang tidak

terorganisir. Masyarakat yang terorganisir, juga

dapat dikategorikan terorganisir formal dan

terorganisir tidak formal. Sedangkan hubungan

sosial sendiri, bisa bersifat formal dan tidak formal.

Hubungan sosial juga bisa tertuju kepada tokoh

atau elit masyarakat, dan bisa juga langsung ke

masyarakat. Karena itu, saluran hubungan sosial

ini juga bisa menggunakan saluran formal dan bisa

menggunakan saluran tidak formal.

Sungguhpun demikian, pembuat dan pelaksana

kebijakan haruslah senantiasa berusaha agar

kebijakan yang digulirkan tadi, menerlibatkan

sebanyak mungkin partisipasi masyarakat, terutama

dalam hal mungkin partisipasi masyarakat, terutama

dalam hal pelaksanaannya. Inilah perlunya upaya

dan rekayasa.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Menawarkan sangsi atas masyarakat yang tidak

mau berpartisipasi. Sangsi demikian, dapat

berupa penghukuman, denda, dan kerugian-

kerugian yang harus diderita oleh si pelanggar;

2. Menawarkan hadiah kepada mereka yang

mau berpartisipasi. Tentu hadiah demikian,

berdasarkan kuantitas dan tingkatan atau

derajat partisipasinya;

3. Melakukan persuasi kepada masyarakat,

bahwa dengan keikutsertaan masyarakat dalam

kebijaksanaan yang dilakukan, justru akan

menguntungkan masyarakat sendiri, baik dalam

jangka pendek maupun janga panjang;

4. Menghimbau masyarakat untuk turut

berpartisipasi melalui serangkaian kegiatan;

5. Menerkaitkan partisipasi masyarakat dengan

layanan birokrasi yang lebih baik;

6. Menggunakan tokoh-tokoh kunci masyarakat

yang mempunyai khalayak banyak untuk ikut

serta dalam kebijaksanaan, agar masyarakat

kebanyakan yang menjadi pengikutnya juga

sekaligus ikut serta dalam kebijaksanaan yang

diimplementasikan;

7. Mengaitkan keikutsertaan masyarakat

dalam implementasi kebijaksanaan dengan

kepentingan mereka. Masyarakat memang perlu

diyakinkan, bahwa ada banyak kepentingan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 126: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

124 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

mereka yang terlayani dengan baik, jika mereka

berpartisipasi dalam kebijaksanaan;

8. Menyadarkan masyarakat untuk ikut

berpartisipasi terhadap kebijaksanaan

yang telah ditetapkan secara syah. Dan,

kebijaksanaan yang syah tersebut, adalah salah

satu dari wujud pelaksanaan dan perwujudan

aspirasi masyarakat.

Ada beberapa penyebab mengapa masyarakat

enggan atau tidak mau berpartisipasi dalam

kebijaksanaan yang digulirkan. Penyebab-penyebab

tersebut adalah :

1. Jika kebijakan tersebut bertentangan

dengan tata nilai dan tata norma yang dijunjung

tinggi oleh masyarakat.

2. Kurang mengikatnya kebijakan tersebut

kepada masyarakat. Ada kebijaksanaan

yang sangat mengikat kepada masyarakat

dan ada yang tidak begitu mengikat.

Kebijakan yang sangat mengikat umumnya

memberlakukan sanksi yang jelas bahkan

bisa menjadi penyebab yang menerima sangsi

dianggap mempunyai cacat sosial; sedangkan

kebijakan yang tidak demikian mengikat

umumnya tidak demikian dipatuhi dan tidak

menjadikan penyebab cacat sosial bagi

pelanggarnya.

3. Adanya ketidak-pastian hukum baik bagi mereka

yang berpartisipasi aktif maupun bagi mereka

yang tidak berpartisipasi.

4. Jika kebijakan tersebut terlalu ambisius dan

ideal, sehingga oleh masyarakat dianggap

tidak realistik. Hal demikian bisa menjadikan

penyebab masyarakat enggan berpartisipasi,

karena mereka tidak yakin bahwa partisipasi

mereka akan membawa hasil.

5. Adanya anggota masyarakat yang memang

sengaja tidak berpartisipasi disebabkan alasan-

alasan untuk mencari untung secara cepat.

Padahal, keuntungan tersebut baru didapat,

jika ia melanggar ketentuan yang berlaku dalam

kebijaksanaan. Anggota masyarakat demikian

cenderung tidak mau berpartisipasi dalam

kebijaksanaan yang digulirkan.

6. Rumusan kebijakan tidak jelas dan

mungkin antara rumusan satunya dengan yang

lain kelihatan bertentangan. Ini menyebabkan

masyarakat enggan untuk berpartisipasi,

lebih-lebih partisipasi aktif yang dilandasi oleh

kesadaran yang dalam.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

termasuk pembangunan pendidikan, terdiri

atas: (1) partisipasi buah pikiran, (2) partisipasi

keterampilan, (3) partisipasi tenaga, (4) partisipasi

harta benda, dan (5) partisipasi uang. Partisipasi

dalam pembangunan pendidikan meliputi partisipasi

dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan

dalam suatu program pendidikan. Strategi

untuk meningkatkan partisipasi dapat dilakukan

dengan (1) membuat rancangan kebijakan, (2)

menginformasikan rancangan itu ke masyarakat

yang akan terlibat, (3) mengumpulkan tanggapan

masyarakat tentang isi rancangan kebijakan,

(4) memadukan pendapat masyarakat dengan

rancangan kebijakan, (5) membuat kebijakan baru

yang mengarah pada pelaksanaan.

Muhadjir, sebagaimana dikutip oleh Imron,

menggolongkan partisipasi masyarakat ke

Page 127: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

125www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

dalam tipologinya, ialah partisipasi kuantitatif

dan partisipasi kualitatif. Partisipasi kuantitatif

menunjuk kepada frekuensi keikutsertaan terhadap

implementasi kebijaksanaan, sementara partisipasi

kualitatif menunjuk kepada tingkat dan derajatnya.

Koentjoroningrat (1982) menggolongkan partisipasi

masyarakat berdasaran posisi individu dalam

kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat

dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus;

kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai

individu dalam aktivitas bersama pembangunan.

Miftah Thoha (1984) menggolongkan partisipasi

masyarakat ke dalam tiga golongan, yaitu : (1)

partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperan

serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya,

(2) partisipasi mobilisasi, (3) partisipasi seremoni.

Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari

cakupannya, yaitu partisipasi secara sempit,

partisipasi secara luas dan partisipasi yang

merupakan lawan dari kegiatan politik (Kompas,

10 Desember 1983). Secara luas, partisipasi

dapat diartikan sebagai demokratisasi politik :

masyarakat yang menentukan tujuan, strategi dan

perwakilannya dalam pelaksanaan kebijaksanaan

atau pembangunan. Secara sempit, partisipasi

dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat

dalam keseluruhan proses perubahan dan

pengembangan masyarakat sesuai dengan arti

pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari kegiatan

politik. Partisipasi dapat diartikan sebagai :

golongan-golongan masyarakat yang berbeda-beda

kepentingannya dididik mengajukan secara rasional

keinginannya dan menerima suka rela keputusan

pembangunan.

E. KOMITESEKOLAH/MAJELIS MADRASAH

Era reformasi telah membawa perubahan mendasar

dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di

dalam dunia pendidikan. Salah satu perubahan

mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah

manajemen negara, yaitu dari manajemen berbasis

terpusat menjadi manajemen berbasis daerah.

Perubahan manajemen ini diwujudkan dalam

pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Tujuan dikeluarkannya undang-undang tersebut

adalah untuk memberikan kewenangan yang luas,

nyata dan bertanggungjawab kepada daerah dan

masyarakat sehingga memberi peluang kepada

daerah dan masyarakat agar leluasa mengatur

dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa

sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat

setempat dan potensi daerah. Konsekuensi logis

dari pemberlakuan undang-undang ini dalam dunia

pendidikan adalah bahwa manajemen pendidikan

harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat

otonomi, karena itu manajemen pendidikan berbasis

terpusat yang selama ini telah dipraktikkan perlu

diubah menjadi berbasis sekolah.

Konsep mendasar penyelenggaraan pendidikan

dalam era otonomi daerah adalah menjalankan

konsep desentralisasi pendidikan. Desentralisasi

pendidikan adalah penyerahan wewenang

penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat,

sehingga pola Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) merupakan andalan bagi implementasi

desentralisasi pendidikan. Penerapan MBS memiliki

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 128: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

126 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan

masyarakat merupakan bagian kehidupannya. MBS

merupakan model manajemen yang memberikan

otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong

pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan

secara langsung warga sekolah untuk meningkatkan

mutu sekolah berdasarkan pada kebijakan

pendidikan nasional (Umaedi, 1999).

Penyelenggaraan pendidikan memerlukan

dukungan dari masyarakat. Menurut penjelasan

umum Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989

tentang Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa

penyelenggaraan pendidikan nasional merupakan

tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah. Dari hal ini tersurat

bahwa penyelenggaraan pendidikan tidak hanya

menjadi tanggung jawab sepenuhnya pada

pihak sekolah, namun orang tua dan masyarakat

berperan pula dalam memajukan dunia pendidikan.

Keikutsertaan masyarakat/orangtua siswa perlu

disalurkan secara terorganisasi/kelembagaan.

Lembaga tersebut adalah Dewan Pendidikan yang

berkedudukan di kabupaten/kota dan Komite Sekolah

atau Majelis Madrasah di tingkat satuan pendidikan.

Pembentukan lembaga ini berdasarkan pada

Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 044/U/2002 tentang pembentukan Dewan

Sekolah dan Komite Sekolah. Lembaga ini

memiliki fungsi antara lain: (1) mewadahi dan

meningkatkan partisipasi para stakeholders

pendidikan pada tingkat sekolah untuk turut serta

merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan

memantau pelaksanaan kebijakan sekolah dan

pertanggungjawaban pelayanan pendidikan yang

berkualitas secara proposional dan terbuka, (2)

mewadahi partisipasi para stakeholders untuk turut

serta dalam manjemen sekolah sesuai dengan peran

dan fungsinya, berkenaan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah secara

proposional, (3) mewadahi partisipasi masyarakat,

baik individu maupun kelompok sukarela (pemerhati

atau pakar pendidikan) yang perduli kepada

kualitas pendidikan, secara proposional dan

profesional selaras dengan kebutuhan sekolah, (4)

menjembatani dan turut serta memasyarakatkan

kebijakan sekolah kepada pihak-pihak yang

mempunyai keterkaitan dan kewenangan di tingkat

daerah (Suherli, 2001).

Komite sekolah berperan untuk mendorong

perhatian dan komitmen terhadap penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu, mendorong orang tua dan

masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna

mendukung pada peningkatan mutu pendidikan

dan pemerataan pendidikan. Nama dari badan ini

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-

masing satuan pendidikan seperti komite sekolah,

komite pendidikan, dewan sekolah, majelis sekolah,

majelis madrasah (Suherli, 2001). Pada jenjang

satuan madrasah, komite sekolah lebih dikenal

dengan sebutan Komite Madrasah atau ada pula

yang bernama Majelis Madrasah yang berdasar

pada Keputusan Direktorat Jenderal Binbaga Islam

Nomor E/101/2001 tentang pembentukan Majelis

Madrasah.

Penetapan Majelis Madrasah dapat menjadi

mitra bagi madrasah, majelis ini dapat berfungsi

Page 129: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

127www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

sebagai penyalur partisipasi masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan dan sebagai

kekuatan kontrol masyarakat. Majelis Madrasah

sesuai dengan Kepmendiknas bertujuan untuk:

(1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan

prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan

operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan, (2) meningkatkan tanggungjawab dan

peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidika,. (3) menciptakan

suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan

demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan

pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan

(Kepmendiknas, 2002). Secara singkat tujuan adanya

Majelis Madrasah adalah membantu kelancaran

penyelenggaraan pendidikan di madrasah

dalam upaya ikut memelihara, menumbuhkan,

meningkatkan dan mengembangkan madrasah.

F. FORUM MULTI STAKEHOLDER SEKOLAH SEBAGAI WADAH DALAM PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Partisipasi masyarakat sangat penting dalam MBS

agar kegiatan-kegiatan yang akan dilakuakan

benar-benar realistis sesuai dengan kebutuhan,

serta sebagai upaya mendapatkan dukungan

dalam upaya pelaksanaannya. Forum Multi Stake

Holder adalah media untuk mempertemukan antar

pemangku kepentingan untuk merespon isu-isu

yang menjadi kepedulian bersama serta untuk

melakukan upaya mencapai tujuan bersama.

Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan

dari masyarakat (individu dan atau kelompok),

eksekutif, legislatif, media, sektor bisnis, dan

lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama

antar pemangku kepentingan menjadi penting untuk

mengembangkan proses dialogis dan membangun

kesadaran bersama serta melakukan aksi bersama.

Dalam konteks pelayanan publik, forum multi

stake holder ini merupakan proses dialogis antara

penyedia layanan dan pengguna layanan untuk

mencapai suatu pelayanan publik yang efektif,

efisien,danterjangkau.Apayangtelahdiupayakan

oleh pemerintah (selaku penyedia layanan publik)

serta apa yang terjadi dan diharapkan masyarakat

(selaku pengguna layanan) harus diupayakan

ada titik temu. Pertemuan dan forum juga akan

menjadi ajang untuk menyepakati apa saja yang

akan dilakukan oleh masing-masing pelaku/berbagi

peran dan tanggung jawab, berbagi informasi,

saling mendukung dalam upaya perbaikan bersama.

Forum Multi Stakeholder, tidaklah harus merupakan

pertemuan formal, loka karya atau bahkan

merupakan organisasi atau lembaga formal. Namun,

bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang

informal. Pada tahapan lebih lanjut, Forum Multi

Stakeholder bisa saja didorong menjadi organisasi

atau lembaga formal jika memang diperlukan sesuai

dengan dinamika dan kebutuhan lokal.

Dalam konteks program Manajemen Berbasis

Sekolah, pemangku kepentingan adalah unsur-

unsur dari masyarakat, baik individu atau kelompok,

eksekutif, DPRD, media yang berkepentingan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 130: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

128 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

terhadap pelayanan pendidikan dasar, khususnya

terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah.

1. Alternatif Nama

Forum Multi Stakeholder dapat diberi nama

sesuai dengan kesepakatan anggotanya. Di bawah

ini beberapa contoh alternatif nama yang bisa

digunakan, seperti misalnya

• GugusKerjaMBS

• JaringanPemantauPendidikanDasar

• AliansiMasyarakatuntukMBS

• Koalisiuntukpendidikandasarberkualitas

• ForumKerjaMBS

• ForumPeduliPendidikanDasar

Kinerja mendorong untuk menggunakan nama-nama

sesuai dengan dinamika dan kearifan lokal. Dengan

mempertimbangkan dinamika dan kearifan lokal ini

diharapkan akan memperkuat rasa memiliki diantara

para anggotanya serta dapat memberikan motivasi

untuk melakukan upaya untuk mencapai tujuan

bersama.

2. Pihak-Pihak yang Terkait

Kinerja telah mengembangkan dan memperkuat

Forum Multi Stakeholder di tingkat kabupaten/kota.

Secara umum pihak-pihak yang terakit dan dapat

dilibatkan dalam Forum Multi Stakeholder atau

pihak yang memiliki kepentingan adalah sebagai

berikut:

Di Tingkat Sekolah Di Tingkat Kabupaten/Kota

1. Komite sekolah

2. Tokoh pemerhati pendidikan

3. Kepala sekolah

4. Guru

5. Perwakilan siswa

6. Ormas terkait isu pendidikan dasar

7. Tokoh adat/daerah

8. Jurnalis

9. Anggota DPRD daerah pemilihan terkait

10. Kepala Desa

11. Orangtua murid

1. Perwakilan FMS tingkat sekolah

2. Dewan Pendidikan

3. LSM pendidikan

4. Tokoh pemerhati pendidikan

5. Akademisi terkait isu pendidikan dasar

6. Ormas terkait isu pendidikan dasar

7. Tokoh adat/agama/daerah

8. Jurnalis

9. Anggota DPRD komisi terkait

10. Bappeda

11. Dinas Pendidikan

12. PGRI

13. MKS

Page 131: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

129www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

3. Peran Forum Multi Stakeholder dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Secara umum, peran Forum Multi Stakeholder

dalam program terkait dengan Manajemen Berbasis

Sekolah sebagai berikut:

Di Tingkat Sekolah Di Tingkat Kabupaten/Kota

1. Pusat informasi masyarakat tingkat unit layanan

2. Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan koordinasi antar pemangku kepentingan di tingkat unit layanan

3. Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait isu di sekolah

4. Merevitalisasi institusi adat atau forum yg telah ada

5. Menjadi alat pendidikan kritis warga/media pembelajaran (learning center) di tingkat unit layanan

6. Menjadi solidarity makers (warga dan forum-forum) di tingkat unit layanan

7. Memantau pelayanan di tingkat unit layanan 8. Pendamping masyarakat dalam program

pelayanan dan pemberdayaan

9. Memediasidanmeresolusikonflikditingkatunit layanan 10. Memberikan “penghargaan” terhadap pelayanan yang baik

1. Pusat informasi masyarakat tingkat kabupaten/kota

2. Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan koordinasi antar pemangku kepentingan di tingkat kab/kota

3. Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait dengan isu tentang pengelolaan sekolah

4. Merevitalisasi institusi adat atau forum yang telah ada

5. Menjadi alat pendidikan kritis warga/media pembelajaran (learning center) di tingkat kab/kota

6. Menjadi solidarity makers (warga dan forum-forum) di tingkat kab/kota

7. Memantau pelayanan pendidikan dan mengawal kepentingan warga

8. Advokasi kebijakan untuk perbaikan layanan pendidikan

9. Memediasidanmeresolusikonflikditingkatkab/kota

10. Menjadi pressure group – alat penyeimbang kekuasaan

11. Menorong adanya kompetisi positif dalam peningkatan layanan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 132: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

130 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

4. Hasil yang Diharapkan

Hasil dari program pengembangan dan penguatan

forum multi stakeholder terkait dengan Manajemen

Berbasis Sekolah adalah sebagai berikut:

a. Berkembangnya forum multi stakeholder

untuk melakukan penyadaran masyarakat,

advokasi dan monitoring terhadap kebijakan dan

pelayanan terkait dengan Manajemen Berbasis

Sekolah;

b. Tersosialisasikannya peraturan terkait dalam

rangka mendukung perbaikan pelayanan

pendidikan dasar yang transparan, partisipatif

dan akuntabel;

c. Tersusunnya kertas posisi untuk kebijakan di

daerah tentang jaminan pelayanan pendidikan

dasar yang transparan, partisipatif dan

akuntabel;

d. Adanya kelompok warga yang secara regular

memonitor terhadap pelaksanaan kebijakan

tentang Manajemen Berbasis Sekolah.

F. INOVASI KINERJA DALAM PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Kinerja-USAID telah melakukan berbagai inovasi

dan terobosan terkait dengan peningkatan peran

serta masyarakat dalam pelayanan pendidikan di

sekolah. Inovasi dan terobosan tersebut, dapat

menjadi lesson learn bagi sekolah yang lain,

sehingga dapat diadopsi untuk diterapkan di sekolah

sesuai dengan kearifan local masing-masing. Di

antara inovasi tersebut adalah; penanganan survei

pengaduan masyarakat, peran jurnalis warga, dan

dukungan stakeholder tingkat kabupaten kota.

1. Penanganan Survey Pengaduan Masyarakat

Di dalam kaitan mendukung inisiatif MBS,

KINERJA–USAID juga melaksanakan kegiatan

survei pengaduan, berdasarkan metode yang diatur

dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara (Permenpan) Nomor 13 Tahun

2009 tentang Pedoman Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat.

Hasil analisa dari survei ini kemudian dipadukan

dengan dokumen rencana sekolah yang ada untuk

menyusun kebutuhan perbaikan layanan.

Bentuk atau rencana perbaikan layanan yang

penanganannya berada di bawah kewenangan

pihak sekolah, kemudian dimaklumatkan ke publik

agar dapat diketahui para pihak yang ada. Hampir

seluruh sekolah yang didampingi di Kalimantan

Barat telah melakukan maklumat janji layanan,

dimana terdapat beberapa sekolah yang telah mulai

menggunakan maklumat janji perbaikan layanan

tersebut sebagai amunisi untuk meningkatkan

partisipasi publik.

Di SD Negeri 05 Sekaruh, Kecamatan Teriak,

Kabupaten Bengkayang melakukan pembangunan

pagar sekolah. Pagar yang dibangun ini berbahan

baku kayu bulat, yang diperoleh atas kerjasama

siswa dan orangtuanya. Kayu diambil dari hutan

yang ada, dan kemudian dikumpulkan oleh

para siswa ke sekolah. “Pembangunan pagar

Page 133: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

131www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

ini merupakan perwujudan janji layanan dan

rekomendasi yang dibuat sekolah melalui survei

pengaduan, “ ungkap Herkulanus Mundit, Kepala

Sekolah SD Negeri 05 Sekaruh. Sementara di

SDN 08 Poring, Kabupaten Melawi, sekolah juga

menyatakan penyediaan pagar sekolah merupakan

salah satu janji perbaikan sekolah tersebut. Setelah

melalui diskusi dan komunikasi yang baik dengan

orang tua dan komite sekolah, disepakati setiap

orang tua siswa wajib menyumbang 10 batako atau

setara dengan Rp.15.000, (lima belas ribu rupiah).

2. Peran Jurnalis Warga

Jurnalisme warga (bahasa Inggris: citizen

journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif

yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan

pengumpulan, pelaporan, analisis serta

penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme

seperti ini akan menjadi paradigma dan tren

baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa

membentuk informasi dan berita pada masa

mendatang. Perkembangannya di Indonesia

dipicu ketika pada tahun 2004 terjadi tragedi

Tsunami di Aceh yang diliput sendiri oleh korban

tsunami. Terbukti berita langsung dari korban

dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh jurnalis

professional(Wikipedia,2012).

KINERJA-USAID adalah program kerjasama

antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah

Amerika Serikat melalui USAID-Indonesia yang

bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan

publik pada sektor pendidikan, kesehatan dan

perijinan usaha. Pendekatan dalam pelaksanaan

paket program KINERJA-USAID berfokus

pada perbaikan tata kelola Pemerintahan

(Governance), yang mendorong terwujudnya

penyampaian pelayanan publik yang lebih baik.

Salah satu unsur tata kelola pemerintahan

yang baik adalah terlaksananya prinsip-prinsip

keterbukaan, partisipasi serta akuntabilitas.

Dalam usaha untuk mendorong, mempromosikan

serta mendukung keterbukaan, partisipasi serta

akuntabilitas tersebut, maka KINERJA-USAID

mendorong bagaimana media berperan di dalam

upaya perbaikan pelayanan publik, melalui

mengangkat isu-isu kritis, peningkatan suara publik,

maupun perluasan konten media ke berbagai

platform media yang lain. Di samping itu yang

tidak kalah penting adalah kualitas konten media

itu sendiri melalui peningkatan kualitas jurnalistik,

produksi konten serta pertautan konten dengan

upaya-upaya advokasi yang dijalankan oleh USAID-

KINERJA di masing-masing sektor.

Media massa mampu menyebarluaskan gagasan

warga, sekaligus menenggelamkan aspirasi

warga dengan pemberitaan yang berkutat

pada aktivitas elit. Bukan rahasia lagi, selama

ini warga seringkali ditempatkan pada posisi

objek pemberitaan oleh media massa arus

utama. Akibatnya, hasil-hasil pemberitaan

media massa lebih mewakili cara pandang elit

dibanding cara pandang warga. Jurnalisme warga

muncul sebagai gerakan atau cara pandang

pewartaan baru yang menempatkan warga

sebagaisubjekdanobjekpemberitaan.Warga

bisa berperan dalam memproduksi berita, baik

berupa teks, foto, suara, dan gambar bergerak.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 134: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

132 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Lebih dari itu, pewartaan warga menggeser

perilaku dalam bermedia. Hasilnya, pembaca

mendapatkan informasi dari sudut pandang warga

sendiri.

Secaradefinitif,jurnalismewargaadalah

warga biasa yang menyebarluaskan informasi

di lingkungannya dengan memperhatikan kaidah-

kaidah dalam dunia pewartaan. Kegiatan jurnalisme

warga tetap mengacu pada tatacara dan prosedur

pewartaan yang diatur dalam Undang-undang

No.40/1999 tentang Pers. Dengan kata lain,

jurnalisme warga memiliki hak dan kewajiban

yang sama dengan jurnalisme umum di

depan hukum. Permasalahan utama dalam

jurnalisme warga adalah rendahnya kemampuan

para jurnalisnya. Pelatihan ini merupakan usaha

serius Kinerja bersama Puskakom untuk mendorong

kerja jurnalis warga ke arah yang lebih baik.

Pewartaan warga merupakan salah satu bentuk

nyata dari konsep deliberatif demokrasi yang

menempatkan warga dalam posisi penting dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Untuk itu, KINERJA USAID memandang penting

mendorong lahirnya jurnalis warga yang memiliki

peranlebihspesifikdidalammengangkatberbagai

isu-isu serta fenomena yang di dasarkan pada

fakta yang tidak selalu bersifat mainstream.

Pada banyak kasus yang terjadi di tanah air,

jurnalis warga saat ini telah banyak berkontribusi

untuk mendorong upayaupaya penegakan

kebenaran, penggalian fakta yang belum muncul

di dalam media mainstream ataupun membantu

mengangkat informasi-informasi penting dari

lapangan terkait upaya-upaya advokasi yang sedang

terjadi.Sebeluminitelahdiupayakanidentifikasi

calon jurnalis warga yang berasal dari berbagai latar

belakang, isu serta kepentingan. Ketertarikan dan

minatcalonjurnaliswargayangtelahdiidentifikasi

ini terhadap upaya-upaya yang tengah dilakukan

oleh KINERJA USAID ini perlu dijembatani dengan

berbagai peningkatan kapasitas, termasuk pelatihan

yang akan diselenggarakan.

3. Dukungan Stakeholder Tingkat Kabupaten Kota

MBS versi USAID-KINERJA dipraktekkan untuk

20 sekolah di Kota Probolinggo sejak Juni 2011

(Solekhan&Baiduri2012).20sekolahmitratersebut

dipilih dari daerah selatan Kota Probolinggo yang

terhitung sebagai daerah dengan kondisi pinggiran

dan terbelakang. Praktik MBS di Kota Probolinggo

diinisiasi untuk menjadi model agar bisa dijadikan

referensi dan inspirasi bagi daerah lain. Dorongan

replikasi dilakukan untuk bisa diimplementasikan di

daerah lain. Praktik ini sedianya akan dipromosikan

dalam pertemuan strategis pemerintah kabupaten/

kota di Jawa Timur.

MBS berorientasi pelayanan public menjadi judul

dari program MBS di Kota Probolinggo. USAID-

KINERJA bermitra dengan OMP terpilih bernama

LPKP (Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan

Pendidikan) untuk mengimplementasikan desain

program yang telah disusun sebelumnya. Secara

mendasar aktivitas program berlandaskan tujuan

Page 135: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

133www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

untuk meningkatkan kualitas tata kelola sekolah

dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dasar.

Implementasi MBS mendapat dukungan dari

kepala daerah dengan diterbitkannya SK

WalikotaNo.188.45/281/KEP/425.012/2011

tentang pembentukan Tim Teknis Pendampingan.

Selanjutnya berdasarkan dengan SK tersebut,

untuk memperjelas penunjukan tim pelaksana dan

sekolah dampingan selama proses implementasi

MBS, Kepala Dinas Pendidikan mengeluarkan surat

keputusan tentang pembentukan Pokja dan Surat

keputusan tentang pemilihan terhadap 20 sekolah

mitra MBS.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 136: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

134 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

BAHAN PRESENTASI

KATEGORI PARTISIPASI

1. Partisipasi bebas (spontan dan akibat penyuluhan)

2. Partisipasi paksaan sebagai konsekuensi dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan kebiasaan setempat.

1. Partisipasi buah pikiran.2. Partisipasi keterampilan.3. Partisipasi tenaga.4. Partisipasi harta benda, dan5. Partisipasi uang.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

Page 137: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

135www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

1. Membuat rancangan kebijakan,2. Menginformasikan rancangan itu ke masyarakat yang akan

terlibat,3. Mengumpulkan tanggapan masyarakat tentang isi rancangan

kebijakan,4. Memadukan pendapat masyarakat dengan rancangan

kebijakan,5. Membuat kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan.

STRATEGI DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 138: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

136 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Page 139: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

137www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

66Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 140: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

138 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah

..... peserta

menguasai pengaduan masya-

rakat mengenai pelayanan publik

di sekolah.

MODUL 6 BAHAN BACAAN: SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH

A. PENDAHULUAN

Sejalan dengan reformasi, otonomi sekolah melalui

MBS telah berlangsung sekitar limabelas tahun dan

berbagai usaha dan inovasi telah dilakukan untuk

mencari model yang lebih efektif dalam mewujudkan

tata kelola sekolah yang baik. Di lingkungan sekolah

telah dilakukan sejumlah inisiatif untuk membentuk

tatakelola sekolah yang semakin memenuhi

tuntutan masyarakat. Pembentukan komite sekolah

merupakan salah satu inisiatif tersebut.

Tatakelola sekolah yang baik adalah konsep

pengelolaan sekolah yang menekankan pada

pelibatan unsur pemerintah, sekolah, dan

masyarakat secara proporsional sebagai tiga

pilar utama. Konsep ini merupakan dasar bahwa

siapa pun yang berperan dan peran apapun yang

dijalankan dalam penyelenggaraan sekolah dituntut

untuk lebih berorientasi ke pelayanan publik yang

semakin baik. Dengan kata lain, tidak ada tatakelola

sekolah yang dapat disebut lebih atau semakin baik

jika tidak ada bukti bahwa pelayanan publik semakin

baik dan semakin bermutu.

Penerapan prinsip tatakelola sekolah yang baik

tidak lagi dipandang sebagai keharusan karena ada

Page 141: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

139www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

pengaduan, menyusun rencana tindak lanjut, dan

melaksanakan tindak lanjut hasil survei tersebut.

Ada beberapa peraturan perundangan yang secara

langsung dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

tatakelola sekolah dan survei pengaduan, yakni:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik.

b. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor 63/ KEP/M.PAN/7/2003

(memperbaiki keputusan sebelumnya) tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik.

c. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor 26/ KEP/M.PAN/2/2004

tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan

Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

d. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor PER/20/M.

PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan

Standar Pelayanan Publik.

e. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2009 tentang

Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan

Publik dengan Partisipasi Masyarakat.

Peraturan perundangan tersebut merupakan

kebijakan unit pelayanan publik di semua sektor,

termasuk sekolah. Kebijakan ini menjadi dasar

bagi sekolah untuk melakukan upaya nyata

dalam mereformasi pelayanannya. Berdasarkan

itu berbagai perubahan pendekatan, metode

desakan tetapi sudah ditempatkan sebagai suatu

kebutuhan untuk mempertahankan keberadaannya.

Tanpa penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang

baik setiap sekolah dipastikan akan terancam

keberadaan dan keberlanjutannya.

Di unit pelayanan publik seperti sekolah,

peningkatan kualitas pelayanan publik adalah titik

penting sebagai muara keseluruhan reformasi

pendidikan di Indonesia. Hal ini beralasan oleh

karena kualitas pelayanan yang diselenggarakan

oleh sekolah sampai saat ini masih sangat

memprihatinkan. Begitu banyak pengaduan

(keluhan) atau pernyataan ketidakpuasan

masyarakat terhadap kualitas pelayanan sekolah.

Karena itu, kinerja pelayanan publik menjadi titik

strategis di mana kepercayaan masyarakat secara

luas kepada sekolah dipertaruhkan.

Saat ini pengaduan masyarakat terhadap pelayanan

sekolah belum dikelola dengan baik sehingga

penanganan pengaduan tersebut menjadi tidak

sistematis,efisien,efektif,danbahkantidak

ditangani sama sekali. Akibatnya, pengaduan yang

sama berlangsung terus menerus dan karena tidak

ditindaklanjuti maka masyarakat menjadi bosan dan

bersikap apatis. Tatakelola dan pelayanan sekolah

menjadi tidak berkembang.

Salah satu tahapan awal dalam pengelolaan

pengaduan masyarakat adalah dengan

mengkoordinir pengaduan melalui survei

pengaduan. Selanjutnya berdasarkan hasil survei

tersebut dibuat indeks pengaduan masyarakat

(IPM) sesuai dengan jumlah masing-masing jenis

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 142: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

140 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

dan instrumen (alat bantu) untuk meningkatkan

kualitas pelayanan publik telah dikembangkan

dan digunakan. Salah satu instrumen tersebut

adalah Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM) yang

didasarkan pada hasil survei pengaduan.

B. PROSES SURVEI PENGADUAN

Survei pengaduan merupakan tahapan penting

dalam penanganan pengaduan masyarakat

terhadap pelayanan sekolah. Proses survei

pengaduan sudah diatur dalam Permenpan Nomor

13/2009 sebagai berikut:

1. Persiapan Survei Pengaduan Masyarakat

Dalam tahap persiapan ini masyarakat

sebagai pengguna pelayanan diminta untuk

berpartisipasi dalam perbaikan pelayanan yang

diselenggarakan oleh sekolah. Tujuan dari

surveiadalahuntukmengkonfirmasipernyataan

pengaduan yang ada di kuesioner kepada

sebanyak mungkin responden. Terkait dengan

persiapan survei, hal yang terpenting adalah

bahwa petugas survei siap untuk melaksanakan

survei dengan benar dan pengumuman tentang

pelaksanaan survei telah sampai kepada

seluruh pengguna pelayanan. Adapun langkah-

langkah persiapan yang harus dilaksanakan

adalah:

1.1. Penyiapan tim pelaksana survei

Kesiapan tim pelaksana survey merupakan

prasyarat yang harus dipenuhi sebelum

survei. Tim ini terdiri dari pihak sekolah

(kepala sekolah, guru, dan staf administrasi)

dan masyarakat pengguna pelayanan yang

dapat diwakili oleh anggota komite sekolah.

Anggota tim ini nantinya akan bertindak

sebagai pengumpul data atau pewawancara

masyarakat pengguna pelayanan untuk

mengkonfirmasipernyataanpengaduan

yang ada di dalam kuesioner.

1.2. Penggandaan kuesioner

Langkah kedua terkait dengan persiapan

survei ini adalah penggandaan kuesioner.

Sebelum waktu pelaksanaan survei,

Tim pelaksana survei harus segera

menggandakan kuesioner sejumlah

responden yang ditargetkan.

1.3. Pembagian wilayah dan strategi kerja

Untuk memudahkan tim dalam

melaksanakan survei, maka perlu dilakukan

pembagian wilayah kerja bagi anggota tim.

Pembagian wilayah ini dimaksudkan untuk

mempermudah tim dalam menjangkau

responden yang telah ditargetkan. Selain itu

juga untuk menghindari terjadinya dua kali

atau lebih survei kepada responden yang

sama.

Selain itu terkait dengan pembagian wilayah

kerja ini maka perlu dipersiapkan pula

strategi dalam menjangkau responden.

Kegiatan survei yang dilaksanakan ini hanya

akan dapat berjalan dengan sukses apabila

Page 143: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

141www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

dapat menjangkau sebanyak-banyaknya

responden. Paling tidak, jumlah responden

sesuai dengan jumlah minimal dari yang

ditargetkan.

Beberapa strategi yang perlu dilakukan

adalah:

• Memperluas survei di luar sekolah.

Artinya, survei tidak hanya lakukan di

sekolah, tetapi juga secara lebih luas ke

tempat-tempat strategis lainnya di sekitar

tempat tinggal orangtua siswa.

•Melaksanakan survei dalam kelompok,

yakni menjangkau responden tidak

secara individu melainkan dalam

kelompok besar. Hal ini dapat

menghemat waktu maupun tenaga serta

mempermudah tim untuk menjangkau

responden sebanyak-banyaknya.

•Komunikasi dan koordinasi diantara

anggota tim. Survei tidak akan dapat

berjalan dengan baik apabila antar

anggota tim tidak ada komunikasi dan

koordinasi yang baik. Komunikasi dan

koordinasi yang baik akan mempermudah

tim untuk mengontrol jalannya survei dan

juga dalam melakukan rekapitulasi hasil

survei.

1.4. Penetapan jumlah responden

Kuesioner yang disebarkan sebaiknya

disesuaikan dengan jumlah masyarakat

pengguna pelayanan, dalam hal ini siswa

dan orangtua siswa. Tiap sekolah biasanya

telah memiliki data periodik tentang jumlah

pengguna layanan (bulanan, kwartal

atau tahunan). Berdasarkan data jumlah

rata-rata pengguna pelayanan tersebut,

jumlah responden minimum yang harus

dijangkau selama pelaksanaan survei

dapat ditentukan. Sebaiknya, survei dapat

menjangkau responden paling sedikit 80%

dari jumlah pengguna yang ada.

Selanjutnya, kuesioner yang dibagikan

kepada masyarakat pengguna pelayanan

tidak perlu mencantumkan identitas

respondennya atau harus anonim.

Anonimitas responden dalam pelaksanaan

survei ini dimaksudkan agar kepercayaan

dan keberanian dari setiap anggota

masyarakat dalam mengungkapkan

apa yang mereka nilai terhadap kinerja

organisasi penyelenggara pelayanan

yang disurvei dapat terjaga. Terlebih lagi

oleh karena metode peningkatan kualitas

pelayanan publik ini mengedepankan

partisipasi masyarakat secara terbuka,

sedangkan karakteristik masyarakat

di sebagian besar daerah di Indonesia

adalah masih sulit dan kurang berani untuk

mengungkapkan pendapatnya secara

terbuka. Oleh karena itu, faktor anonimitas

responden menjadi penekanan yang

diperlukan dalam pelaksanaan survei ini.

Contoh perhitungan jumlah responden

minimum (kuesioner): misalnya jumlah

pengguna pelayanan suatu sekolah

penyelenggara pelayanan setiap tahun

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 144: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

142 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

adalah 12.000, yang terdiri dari 1.000

responden setiap bulan atau 500 responden

selama periode dua minggu. Jika survei

akan dilakukan selama dua minggu, maka

setidaknya survei menjangkau 80%, yaitu

400 responden.

1.5. Penyiapan alat bantu

Alat bantu sangat diperlukan dalam pelaksanaan

survei karena berpengaruh terhadap kelancaran

pelaksanaan survei. Untuk itu, sebelum dimulainya

survei, maka alat-alat bantu yang terkait dengan

kegiatan survei ini harus dipastikan ketersediannya.

Daftar perlengkapan/fasilitas dan bahan–bahan

yang harus disediakan:

a. Kuesioner pengaduan,

b. Tabel rekapitulasi hasil survei,

c. Tabel rekapitulasi harian,

d. Kotak pengaduan,

e. Penyimpandata(folder,filingcabinets),

f. Papan informasi,

g. Meja informasi, kursi,

h. Poster,brosur,pamflet,

i. Spanduk,

j. Alat tulis.

1.6. Publikasi

Keberhasilan kegiatan survei ini ditentukan oleh

adanya partisipasi masyarakat pengguna pelayanan

dalam mengisi kuesioner yang telah disediakan.

Untuk itu informasi dan sosialisasi terkait dengan

pelaksanaan survei ini tentulah harus dilaksanakan

melalui publikasi yang baik, jelas dan informatif serta

terjangkau secara luas. Jenis media publikasi yang

dapat digunakan:

a. Poster,brosur,pamflet.

b. Spanduk

c. Baliho

d. Media cetak (koran lokal)

e. Papan informasi

f. Radio

g. Televisi

1.7. Pengarahan kepada tim pelaksana survei

Surveyor sebagai garda depan dari kegiatan survei

perlu dibekali dengan pemahaman yang jelas

dan benar mengenai mekanisme pelaksanaan

survei serta maksud dan tujuannya. Untuk itu perlu

dilakukan pengarahan terkait dengan mekansime

tersebut. Hal-hal yang perlu dipahami oleh surveyor

antara lain adalah:

a. Bagaimana menjangkau responden

b. Bagaimana menjelaskan maksud dari

kegiatan survei kepada responden

c. Tujuan yang ingin dicapai dari survei

d. Cara merekapitulasi hasil survei (rekapitulasi

hasil survei dan rekapitulasi harian)

f. Etika perilaku dalam mewawancara

responden

1.8. Penetapan teknik survei

Survei yang dilaksanakan dalam metode ini memiliki

keunikan tersendiri dibandingkan dengan metode

survei pada umumnya, yaitu:

Page 145: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

143www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

• Sebagaiwadahimmediate action, yaitu bentuk

kegiatan yang dibutuhkan hasilnya secara

cepat dan segera. Hal ini terkait dengan upaya

perbaikan yang harus segera dilaksanakan oleh

organisasi penyelenggara pelayanan.

• Sebagaisebuahrisetyangberbasiskan

participatory (participatory research). Hal

ini dikarenakan metode ini melibatkan

unsur masyarakat baik sebagai responden

maupun dalam tim yang melaksanakan survei

sehingga dibutuhkan suatu model survei yang

sesederhana mungkin.

Tahapan wawancara responden dalam pelak-

sanaan survei pengaduan masyarakat, yaitu:

a. Melakukan wawancara atas pernyataan

pengaduan yang ada di kuesioner dengan

mempertanyakan apakah responden yang

bersangkutan mempunyai pengalaman, pernah

melihat atau mendengar tentang hal-hal yang

tercantum dalam kolom pernyataan pengaduan.

b. Meminta responden untuk memberikan tanda

contreng(√)secaralangsungpadakolom‘YA’

tentang pernyataan pengaduan yang mereka

anggap sesuai dengan kondisi mereka, artinya

mereka pernah alami, rasakan, lihat atau dengar

terkait dengan pelayanan.

2. Pelaksanaan Survei Pengaduan Masyarakat

Semakin banyak responden yang dijangkau

berarti semakin besar dukungan untuk

melakukan perubahan.

2.1. Wawancara

Survei dilaksanakan sekolah dan di pertemuan-

pertemuan atau kegiatan lainnya yang sedang

berlangsung sepanjang periode waktu yang

telah ditentukan. Misalnya, di sekolah ketika

para siswa menerima pelajaran pada jam

terakhir. Survei bisa juga di luar jam pelajaran

untuk responden orangtua siswa di rumah

masing-masing responden atau di tempat para

orangtua biasanya berkumpul, misalnya di

tempat ibadah atau kelompok-kelompok arisan.

Tim menunjukkan kuesioner dan memberikan

penjelasan mengenai maksud dan tujuan

survei selanjutnya tim meminta reponden untuk

mencontrengpadakolom‘YA’jik amereka

mempunyai pengalaman, mengetahui atau

pernah mendengar kejadian seperti yang

tercantum dalam kolom pernyataan pengaduan

pada lembar kuesioner tersebut. Untuk

menghindari kekuatiran atas ketidakmampuan

responden dalam mengisi kuesioner (misalnya

buta huruf, hanya dapat berbahasa daerah,

lanjut usia, dan sebagainya), tim dapat memberi

penjelasan tentang masing-masing pernyataan

pengaduan dengan tidak mengarahkan jawaban

responden, bahkan jika responden

memiliki keterbatasan maka tim juga dapat

membantu mengiisikan jawaban responden.

Hal-hal yang harus diingat selama survei adalah

sebagai berikut:

• Janganbersikapotoriter,

• Bersikaplahramahdanmenolong,

• Yakinkanrespondenbahwamerekatidak

perlu takut akan ada tekanan,

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 146: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

144 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

• Janganmemerintahresponden,

• Pastikankerahasiaandankepercayaan

selama survei,

• Banturespondenyangmengalamikesulitan

dalam membaca dan menulis,

• Jelaskanpernyataanpengaduandengan

menggunakan kata-kata sederhana dan

jikaperlu gunakan bahasa daerah setempat,

• Janganmenolakmemberikanbantuan

bahkan jika bantuan yang diminta tak

berkaitan langsung dengan survei.

2.2. Rekapitulasi

Setelah kuesioner disebarkan kepada

responden, tim harus melakukan rekapitulasi

terhadap kuesioner yang masuk. Rekapitulasi

ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

a) Rekapitulasi harian. Penghitungan yang

dilakukan setiap hari terhadap keseluruhan

kuesioner yang masuk pada hariitu.

Rekapitulasi harian ini menjadi kendali

bagi tim terhadap pelaksanaan survei

setiap harinya. Dari rekapitulasi harian ini

dapat diketahui berapa jumlah kuesioner

yang masuk dan berapa responden yang

mengkonfirmasimasing-masingpernyataan

pengaduan.

b) Rekapitulasi akhir hasil survei.

Penghitungan dari keseluruhan kuesioner

yang masuk setiap harinya. Rekapitulasi

total ini akandipublikasikan secara terbuka

pada papan informasi untuk diketahui

oleh masyarakat pengguna pelayanan

sejak hari pertama survei sampai hari

terakhir pelaksanaan survei. Rekapitulasi

hasil survei ini dilakukan dengan cara

memberikan tanda turus (I) dalam kolom

jumlah responden sesuai dengan pernyataan

pengaduan yang dicontreng oleh responden.

Selanjutnya tanda turus tersebut dijumlahkan

dan hasil penjumlahannya dicantumkan

pada kolom jumlah.

Jumlah yang tercantum pada Tabel

Rekapitulasi Harian (a) selanjutnya

dimasukkan ke dalam Tabel Rekapitulasi

Hasil Survei (b), sehingga akan diketahui

jumlah responden yang mengadu

untuk masing-masing pernyataan pengaduan

pada tanggal yang sesuai dengan

pelaksanaan survei.

Sedangkan pada kolom total diisi dengan

jumlah responden yang mengadukan

masing-masing pernyataan pengaduan mulai

hari ke-1 sampai hari terakhir pelaksanaan

survei. Mekanisme rekapitulasi hasil survei

ini dilakukan dengan menghadirkan minimal

perwakilan dari setiap unsur tim, artinya

ada perwakilan dari sekolah maupun

masyarakat pengguna pelayanan (komite

sekolah/tokoh masyarakat). Jadi setiap

harinya, semua unsur yang terlibatdalam

pelaksanaan survei perlu duduk bersama

dan melakukan rekapitulasi secara bersama.

Halini dimaksudkan untuk menjaga

objektifitas,transparansidankepercayaan

masyarakat atas pengolahan data maupun

hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan

survei ini. Kuesioner yang sudah

Page 147: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

145www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

direkapitulasi diberi tanda dan dipisahkan

dari kuesioner yang belum direkapitulasi

dengan tujuan untuk menghindari

rekapitulasi ganda. Caranya adalah

dengan memberi tanda contreng pada kolom

label yang berbunyi “Sudah Direkapitulasi”.

Untuk kemudian disimpan di folder arsip.

2.3. Penyusunan Indeks Pengaduan Masyarakat

Berdasarkan jumlah total pada tabel

rekapitulasi harian maka disusun Indeks

Pengaduan Masyarakat (IPM). Pernyataan

pengaduan diurutkan berdasarkan

jumlah responden yang menyampaikan

pengaduan. Pernyataan pengaduan dengan

jumlah responden yang menyampaikan

pengaduan tertinggi akan menjadi peringkat

pertama. Pengaduan peringkat pertama

ditempatkan paling atas, menyusul dibawahnya

adalah pengaduan peringkat 2, demikian

seterusnya secara berurut sesuai peringkatnya.

Selanjutnya tabel ini secara manual atau dengan

operasi komputer sederhana dibuat dalam

bentuk diagram batang sehingga menjadi sebuah

Indeks Pengaduan Masyarakat.

Contohnya IPM hasil survei pengaduan di

SMP Negeri 1 Bandar di Kabupaten Bener

Meriah, Aceh (Diagram 1) yang melibatkan 306

responden dengan perincian 153 siswa dan

153 orangtua/wali siswa. Indeks di sekolah

tersebut menunjukkan bahwa dari 33 jenis

pengaduan pengaduan masyarakat yang

disampaikan, pengaduan tentang ‘belum

adanya tim pelayanan keluhan masyarakat

di sekolah”merupakan yang paling banyak

(disampaikan oleh 300 orang) diikuti oleh

keluhan tentang masalah “belum cukup

tersedianya buku paket” (290 orang).

Hasil pemilahan pengaduan menunjukkan

bahwa ada 29 masalah yang perlu

ditindaklanjuti oleh sekolah dan 4 masalah yang

direkomendasikan oleh sekolah kepada Dinas

Pendidikan untuk ditindaklanjuti oleh.

Pengaduan yang ditindaklanjuto oleh sekolah:

1. Belum adanya tim pelayanan keluhan

masyarakat di sekolah

2. Belum cukup tersedianya buku paket

3. Buku TIK dan IPS kurang

4. Tidak tersedia kantin sehat di sekolah

5. Air bersih kurang

6. Ruang UKS tidak layak

7. Perpustakaan sering tutup

8. Ada pungutan biaya untuk kebersihan

9. Buku perpustakaan tidak lengkap dan tidak

rapi

10. Siswa harus memfotocopy buku paket

11. Belum ada sa nksi terhadap kepala sekolah

dan guru yang tidak disiplin

12. Guru kurang mengawasi siswa

13. Kegiatan ekstrakurikuler jarang

14. Guru pilih kasih dalam memberi nilai rapor

15. Pertemuan dengan orangtua siswa jarang

16. Guru piket kurang disiplin

17. Masih ada guru yang memberi hukuman

fisikdanmental

18. Kepala sekolah tidak transparan

19. Guru kurang menguasai materi pelajaran

20. Guru kurang disiplin dalam mengajar

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 148: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

146 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

21. Tidak melibatkan komite sekolah dalam

penyusunan RKS dan RKAS

22. Metoda mengajar guru tidak efektif dan tidak

menyenangkan

23. Materi yang diajarkan tidak sesuai dengan

yang diuji

24. Guru tidak memeriksa pekerjaan rumah

siswa

25. Sekolah jarang memperingati hari-hari besar

Islam

26. Tugas rumah jarang diberikan pada siswa

27. Sekolah kurang bersih dan kurang nyaman

28. Sekolah tidak memiliki pagar

29. Sekolah tidak memiliki majalah dinding yang

layak

Pengaduan yang direkomendasikan kepada

Dinas Pendidikan:

1. Jumlah ruang kelas kurang

2. WCtidaklayakpakai

3. Laboratorium IPA dan Bahasa tidak ada

4. LKS tidak tersedia

Page 149: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

147www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Grafik1.ContohIndeksPengaduanMasyarakat

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 150: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

148 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

2.4. Publikasi Indeks Pengaduan Masyarakat

Indeks Pengaduan Masyarakat harus sesegera

mungkin diberitahukan (diumpanbalikkan)

kepada masyarakat pengguna pelayanan setelah

survei selesai. Publikasi IPM ini dapat disajikan

dalam bentukposterGrafikIndeksPengaduan

Masyarakat dalam ukuran (120 x 60 cm) dan

dipasang dipapan informasi di sekolah. Selain itu

informasikan juga hasil survei kepada masyarakat

secara lebih luas melalui media cetak dan elektronik

setempat bekerjasama dengan jurnalis warga.

Informasi dan pesan yang harus termuat dalam

poster publikasi hasil survei “IndeksPengaduan

Masyarakat” adalah:

a. Judul poster

b. Nama organisasi penyelenggara pelayanan dan

kantor cabangnya

c. Periode survei

d. Hasil survei dalam bentuk diagram batang

termasuk jumlah (tidak dalam persen) responden

di setiap pernyataan pengaduan

e. Jumlah responden yang terjaring

f. Ucapan terimakasih kepada responden yang

sudah berpartisipasi

g. Rencana tindak lanjut

h. Himbauan untuk terus menyampaikan

pengaduan terkait pelayanan

organisasi penyelenggara pelayanan terkait

i. Tanda tangan kepala organisasi

penyelenggara pelayanan dan stempel

organisasi penyelenggara pelayanan

2.5. Pengarsipan kuesioner

Kuesioner yang telah selesai direkapitulasi harus

diarsipkan sebagai bukti atas pelaksanaan survei

ini.Sistem pengarsipan harus dibuat sesederhana

mungkin dengan menggunakan satu atau

beberapa folder. Pengarsipan ini dapat dilakukan

berdasarkan siswa, orangtua/wali muris, dan jenis

kelamin responden, dan sebagainya.

3. Pertemuan Analisis Masalah dan Penyebabnya

Hasil akhir survei pengaduan masyarakat

berupa Indeks Pengaduan Masyarakat menjadi

dasar untuk analisis dan perumusan tindakan

nyata perbaikan pelayanan. Penting disadari

lagi bahwa tujuan akhir penggunaan metode

ini bukanlah pada pelaksanaan hasil survei

pengaduan masyarakat semata,tetapi pada

rumusan tindak-tindak nyata yang segera harus

dilakukan oleh para penyelenggara pendidikan

untuk memperbaiki pelayanan sebagai tanggapan

atas pengaduan masyarakat itu. Dengan demikian

sasaran akhir adalah tindakan nyata perbaikan

pelayanan.

Survei pengaduan masyarakat akan memberi

hasil berupa pengetahuan tentang sejumlah

keadaan (masalah) terkait dengan kinerja pelayanan

yang dinyatakan dalam bentuk negatif. Sesuatu

yangtidak diinginkan oleh masyarakat pengguna

pelayanan. Sampai titik itu yang diperoleh

barulah gambaran kondisi pelayanan saat ini

(baseline data) menurut persepsi masyarakat

Page 151: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

149www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

pengguna pelayanan, yakni siswa dan orangtua/

wali siswa.

Berhenti hanya sampai pengetahuan tentang

kondisi pelayanan saat ini, baik itu berupa Indeks

Pengaduan Masyarakat tidak akan memberi arti

apa-apa terutama bagi masyarakat pengguna

pelayanan. IPM hanya akan mempunyai arti jika

pengetahuan tentang situasi kinerja pelayanan

ditindaklanjuti dengan analisis yang cermat terhadap

penyebab terjadinya kondisi tersebut dan mencari

solusi yang logis (pemecahan masalah) untuk

kemudian dilaksanakan sebagai tindak nyata untuk

memperbaiki keadaan.

Hampir di semua kasus berdasarkan pengalaman,

tindakan nyata perbaikan pelayanan tidak

cukup jika hanya dilakukan oleh para pelaksana

pelayanan publik di unit pelayanan tetapi selalu

memerlukan tindakan simultan yang harus dilakukan

oleh para penyelenggara dan penanggungjawab

pelayanan publik bidang pendidikan di tingkat lebih

tingggi, yakni Dinas Pendidikan.Hal ini disebabkan

karena masalah yang menjadi penyebab pengaduan

dapat berkaitan dengan tanggungjawab pihak-pihak

terkait di luar wewenang sekolah.

Sebelum memutuskan perubahan apa yang

perlu dilakukan, analisis masalah penyebab

harusdilakukan secara cermat. Untuk menganalisis

masalah penyebab pengaduan, digunakan moto

“Kerjakan Ini dengan Singkat dan Sederhana

(KISS)”. Pertimbangan untuk menggunakan moto ini

adalah bahwa untuk memulai perubahan sangatlah

tidak memberi semangat jika terlihat begitu

banyak masalah yang harus diselesaikan. Bahkan

kebanyakan orang cenderung tidak melakukan apa-

apa jika menghadapi terlalu banyak masalah.

Karena itu, perhatian utama bukanlah untuk

melakukan analisis secara mendalam tetapi yang

lebih penting adalah menemukan tindakan nyata

perbaikanyang sesegera mungkin dapat dimulai;

sekalipun tindakan itu nampak sangat sederhana.

Analisis masalah penyebab pengaduan dapat

dilakukan pada suatu pertemuan yang dihadiri oleh

para penyelenggara sekolah, komite sekolah, dan

wakil-wakil dari masyarakat pengguna pelayanan

(siswa dan orangtua/wali siswa). Pertemuan ini

menjadi sarana latihan bagi para peserta kedua

belah pihak (penyedia dan pengguna pelayanan)

untuk menganalisis masalah-masalah pelayanan

secara sederhana dan cepat tetapi metodologis.

Masyarakat pengguna pelayanan sering

beranggapan bahwa kualitas pelayanan yang

buruk hanyalah tanggungjawab para pelaksana

pelayanan publik di unit pelayanan, sehingga

semua keluhan (pengaduan) ditimpakan kepada

mereka. Selama pertemuan, pengguna pelayanan

akan menemukan fakta bahwa ada pihak-pihak lain

yang harus ikut bertanggung jawab. Bahkan sering

kali tugas dan tanggung jawab pihak lain di luar

para pelaksana di unit pelayanan itu lebih besar

danl ebih menentukan upaya dan keberhasilan

untuk mencapai perbaikan.

Para pelaksana pelayanan pendidikan di sekolah

memang sebagai salah satu sumbermasalah

penyebab buruknya kinerja pelayanan dan pada

saat yang sama mereka seringkali menjadi “korban”

dari kurangnya dukungan dari petugas dan satuan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 152: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

150 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

kerja di atasnya atau korban dari keputusan dan

kebijakan yang kurang tepat.

Jika kedua pihak (penyedia dan pengguna

pelayanan) sama-sama memahami situasi

nyata seperti diuraikan di atas, maka akan timbul

solidaritas para pengguna pelayanan kepada

para pelaksana pelayanan. Solidaritas demikian

sangat penting dimanfaatkan secara positif bukan

untuk melakukan konfrontasi kepada pihak lain

tetapi untuk saling bahu-membahu menyelesaikan

masalah bersama.

Sering sekali ditemukan bahwa permintaan

dukungan untuk perbaikan yang diajukan oleh

masing-masing sekolah tidak memperoleh perhatian

yang cukup. Tetapi jika tuntutan akan perbaikan

pelayanan yang diajukan oleh ratusan bahkan

ribuan orang masyarakat pengguna pelayanan

melalui pengaduan yang mereka ajukan secara

kolektif, sangat mungkin akan lebih mendapat

perhatian sehingga mendorong perubahan sikap

para atasan dan pengambil keputusan atau

penyelenggara dan penanggungjawab pelayanan

publik di tingkat kabupaten/kota atau provinsi,

bahkan nasional. Pengaruh dukungan publik

(masyarakat pengguna pelayanan) ini dapat

ditingkatkan lagi dengan pemberitaan(pelibatan

media massa), publikasi dan/atau komunikasi

publik yang efektif tentang situasi yang memerlukan

tindakan nyata perbaikan itu.

Tim pelaksana survei yang pada hakikatnya

berfungsi sebagai fasilitator prosespelaksanaan

pertemuan haruslah menyiapkan dan memfasilitasi

proses pelaksanaan lokakarya inidengan baik. Jika

penggunaan metode ini dikerjasamakan dengan

pihak lain yang menyediakanasistensi teknis dan

fasilitator tambahan dari luar, maka secara bersama

tim fasilitator ini melakukan persiapan tersebut.

Uraian berikut ini adalah bagaimana mempersiapkan

dan melaksanakan Pertemuan Analisis

Masalah Penyebab Pengaduan sebagaimana

dimaksud oleh rangkaian proses dan metode yang

diuraikan di dalam modul ini.

3. 1. Persiapan Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan

Untuk mempersiapkan pelaksanaan Pertemuan

Analisis Masalah Penyebab Pengaduan

(denganatau tanpa bantuan teknis dari fasilitator

dari luar) tugas-tugas penting di bawah ini harus

dilakukan oleh tim pelaksana survei, yaitu:

a. Menetapkan waktu dan tempat

pelaksanaanpertemuan.

b. Menentukan peserta pertemuan yang harus

diundang (80% dari penyedia pelayanan dan

20%dari pengguna pelayanan). Siapkan dan

kirim undangan kepada para calon peserta.

Pastikan bahwa peserta dari pihak penyedia

pelayanan (sekolah) adalah terutama dari

bagian/unit-unit yang disorot dalam Indeks

Pengaduan Masyarakat dan sertakan Tim

Pelaksana Survei dari organisasi penyelenggara

pelayanan yang bersangkutan.

c. Memastikan kehadiran fasilitator dari luar

jika proses dilakukan dengan kerjasama

dengan pihak luar.

d. Mempelajari Indeks Pengaduan Masyarakat

(hasil survei pengaduan masyarakat)

Page 153: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

151www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

dan merencanakan cara menganalisisnya:

menyiapkan rencana pembagian kelompok

kerja peserta pertemuandan pembagian

tugas pembahasan kepada masing-masing

kelompok kerja serta fasilitator masing-masing

kelompok kerja.

e. Memastikan bahwa informasi tentang rencana

pelaksanaan pertemuan dikomunikasikan

secara efektif kepada pimpinan dan memastikan

adanya dukungan.

f. Mempersiapkan ruangan dan fasilitas yang

diperlukan tersedia dan berfungsi serta

mengaturnya sedemikian rupa sehingga

mobilitas peserta selama proses pertemuan

tidak terhambat.

g. Mempersiapkan alat bantu kerja yang tersedia

di sekolah: papan tancap (pinboard), laptop,

alat untuk mendokumentasikan lokakarya,

matriks/tabel, metaplan, spidol, pushpin, poster

Indeks Pengaduan Masyarakat, pernyataan-

pernyataan pengaduan tertulis dalam metaplan,

daftar hadir peserta.

h. Menyusun acara, skenario pertemuandan

pembagian tugas panitia pengorganisasi/

organizer (notulen, pembawa acara jika ada

acara yang bersifat protokoler).

i. Memberi informasi tentang pertemuan kepada

publik dengan menggunakan media spanduk/

surat kabar/harian setempat/radio/poster/media

lainnya.

3.2 Analisis Masalah Penyebab Pengaduan

Analisis harus dilakukan dengan benar dan

jujur dalam mengungkapkan masalah yang

sesungguhnya ada, sekalipun sebagian peserta

pertemuan adalah bagian dari masalah itu.

Buang jauh-jauh kecenderungan lebih dahulu

menyalahkan orang lain dan kecenderungan

meletakkan masalah pada kurangnya fasilitas dan

anggaran. Hanya dengan demikian pertemuan dapat

fokus pada pemecahan masalah.

a) Tujuan Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan

Sebaiknya hasil survei pengaduan masyarakat

yaitu: Indeks Pengaduan Masyarakat

sudah disampaikan lebih dahulu kepada para

pimpinan dan sudah dipublikasikan sebelum

pelaksanaan Pertemuan Analisis Masalah

Penyebab Pengaduan. Ini bermaksud agar

semua pihak memberi perhatian terhadap

masalah yang terjadi dan mendukung

pelaksanaan pertemuan tersebut.

b) Tahapan pelaksanaan Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan

Metode analisis ini adalah suatu metode

yang sangat sederhana. Analisis dimulai dari

pengaduan yang terpenting, yaitu pengaduan

yangmenempatibagianteratasdigrafikIndeks

Pengaduan Masyarakat. Sekali atau dua kali,

fasilitator menjelaskan cara menggunakan

alat bantu analisis (kartu metaplan,matriks/

tabel bantu penentuan prioritas, pokok-pokok

informasi untuk melakukan cross-check/

periksa silang) kepada peserta pertemuan.

Selanjutnya para peserta dapat melakukannya

dalam kelompok kecil dengan bantuan fasilitator

lokal dan/atau fasilitator dari antara sesama

peserta sendiri. Kumpulkan masalah-masalah

penyebab pengaduan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 154: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

152 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Jika daftar masalah penyebab pengaduan sudah

lengkap, maka dirumuskan alternatif solusi (sebagai

tanggapan/respons terhadap pengaduan) yang

mungkin dilakukan dan kelompokkan berdasarkan

siapa bertanggungjawab atas solusi itu (tanggung

jawab internal organisasi penyelenggara pelayanan

atau tanggung jawab eksternal atasan atau unit

kerja atasan, atau tanggungjawab pemerintah,

dan bahkan mungkin tanggungjawab masyarakat

pengguna pelayanan itu sendiri).

Jika daftar masalah penyebab pengaduan terlalu

banyak, fasilitator sebaiknya membantu peserta untuk

menentukan prioritas. Metode ini sama dengan yang

dilakukan pada pertemuan pengelolaan pengaduan

masyarakat, kecuali kriteria prioritas yang mungkin

masih perlu disesuaikan.

Langkah-langkah rinci kegiatan fasilitator dalam

pertemuan analisis masalah:

• MembagikangrafikIndeksPengaduan

Masyarakat kepada para peserta pertemuandan

memberikan ulasan singkat tentang informasi

yang terkandung di dalamnya,

• Menjelaskan tujuan pertemuan, metode atau

cara kerja yang akan digunakan dan hasil yang

diharapkan, rencana pemanfaatan waktu selama

dua hari pertemuan dan peran/fungsi/ tugas

peserta dalam pertemuan.

• Mendemonstrasikan penggunaan alat

bantu kerja yang digunakan (bagaimana

menggunakan: kertas metaplan, spidol, papan

tancap dan alat bantu kerja yang tersedia

lainnya).

• Mendemonstrasikan penggunaan contoh tabel

analisis pengaduan, masalah penyebabnya dan

solusi (cara mengatasinya). Artinya, fasilitator

memberi clue/kunci-kunci dan stimulasi peserta

untuk berpikir dan bekerja secara analitis.

• Menjaga proses dalam pengertian pemanfaatan

waktu dibandingkan dengan hasil kerja yang

sudah dicapai.

Penting untuk diperhatikan bahwa fasilitator

sebaiknya mempelajari lebih dahulu tugas dan

fungsi organisasi penyelenggara pelayanan yang

bersangkutan. Sangat dianjurkan menyempatkan

dirimelihatsituasifisikkantordanfasilitasserta

proses pelaksanaan pelayanan di unit pelayanan.

Setidaknya pernah melihat diunit pelayanan sejenis.

c) Tahapan Analisis

Lakukan analisis dengan langkah sebagai

berikut:

a) Mulailah menganalisis pengaduan tertinggi

(urutan teratas di Indeks Pengaduan

Masyarakat):

- BilagrafikIndeksPengaduan

Masyarakat mengikuti separuh bentuk

’kurva normal’ (mengecil secara gradual

dari atas ke bawah) yang perlu dianalisis

cukup 1/3 sampai 1/2 dari pengaduan

urutan tertinggi. Perhatikan penyebab

dan solusinya. Umumnya, 2/3 sampai

1/2 pengaduan terkecil di bagian bawah

grafikadalahmasalahpenyebabdari

1/3 sampai 1/2 pengaduan yang berada

dibagianatasgrafik,

- Bilagrafikberbentuk’hampirpersegi

panjang’ atau ’segi empat’, ini berarti

semua pengaduan bermakna sangat

Page 155: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

153www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

penting bagi masyarakat pengguna

pelayanan. Targetkan setidaknya

menganalisis 50% dari jumlah

pengaduankeseluruhandidalamgrafik.

Pengaduan dapat berhubungan dengan

masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek:

• petugas yang bertanggung jawab, yaitu

kuantitas (jumlahnya), sikap, perilakunya

dankomitmen kerja/rasa tanggungjawabnya,

• kesungguhan/perhatian, keramahtamahan,

ketulusan melayani/membantu, kemampuan/

kompetensi,

• fasilitas kerja dan peralatan yang digunakan,

• ketersediaan dana,

• metoda yang digunakan (manual/

tradisional),

• peraturan/ketentuan yang berlaku,

• prosedur kerja/mekanisme kerja internal,

• kualitas perencanaan,

• kualitas pengorganisasian (the right man on

the right place, multi-skilled operator),

• kualitas pengawasan/monitoring/ supervisi/

evaluasi,

• jumlah dan kualitas data atau informasi,

• kualitas komunikasi dengan pengguna

(sosialisasi/penyuluhan/hubungan

masyarakat/hubungan dengan pengguna),

• letakgeografis(keadaanlapangan,misalnya

pengukuran tanah untuk pelayanan

pertanahan).

Apabila jumlah pengaduan relatif banyak dan

komposisi peserta relatif memadai, maka

pembahasan/analisis dapat dibagi kedalam

beberapa kelompok kecil sesuai dengan

bagian/unit-unit yang ada dalam organisasi

penyelenggara pelayananan ataupun

berdasarkan jenis pengaduan yang ada.

b) Ungkapkan dan masukkan ke dalam tabel

bantu kerja semua faktor penyebab yang

nyata terjadi. Sebab-sebab yang ditemukan

harus merupakan faktor penyebab langsung

(tidak adapenyebab perantara).

c) Periksa logika hasil analisis dengan

membaca secara berurutan hubungan

sebab akibat logis antara pengaduan –

masalah penyebab dengan menggunakan

kata sambung ’disebabkanoleh’.

d) Untuk setiap masalah penyebab, sangat

mungkin tersedia beberapa solusi logis.

Karena itu jangan berhenti jika sudah

menemukan satu solusi untuk setiap

masalah penyebab. Galilahpemikiran

tentang kemungkinan solusi logis lainnya.

e) Periksa logika hubungan solusi dengan

masalah dengan menggunakan kata

sambung ’jika, maka’.

f) Jika terdapat beberapa solusi yang secara

logis merupakan cara untuk mengatasi

masing-masing masalah, gunakan kriteria

SMART (specific/spesifik,measurable/

terukur, achievable/dapat dicapai, realistic/

realistis, time bound/dalam batas waktu

tertentu) untuk menentukan prioritas solusi.

g) Setiap solusi yang tidak termasuk prioritas

tidak harus dibuang atau dilupakan begitu

saja. Dengan cara ini umumnya segera

diperoleh berbagai solusi yang dalam waktu

segera dapat dilakukan. Setiap solusi yang

bukan prioritas tertinggi mungkin dapat

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 156: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

154 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

ditempatkan sebagai solusi yang baru akan

dilaksanakan pada dua atau tiga tahun lagi

(jangka menengah).

Solusi yang diambil dapat berupa:

• Solusi yang bersifat segera/cepat atau

jangka pendek artinya solusi yang dapat

dilakukan secara cepat, mudah dan murah,

sehingga hasilnya langsung dapat dilihat/

dirasakan oleh para pengguna layanan.

• Solusi yang bersifat jangka menengah,

artinya masih diperlukan waktu untuk

melakukan tindakan nyata karena beberapa

pertimbangan: dukungan dana yang harus

diajukan dalam perubahan anggaran/realokasi

anggaran, persetujuan tertulis dari pengambil

keputusan.

• Solusi yang bersifat jangka panjang,

artinya jalan keluar yang akan diambil

memangharus dilakukan, namun menyangkut

biaya, kewenangan, sumberdaya yang

harus direncanakan/dirundingkan dengan

pihak-pihak pengambil keputusan/atasan

organisasi penyelenggara pelayanan yang

bersangkutan.

Untuk solusi ini, para pengguna layanan

(pesertapertemuan) biasanya menginginkan

adanyabatasan waktu pelaksanaannya untuk

menjamin bahwa ada tindakan nyata perbaikan

dalam waktu yang tidak terlalu lama yang segera

dapat dilihat/dirasakan oleh para pengguna

layanan.

h. Kelompokkan setiap solusi kedalam kategori

’solusi internal’ dan ’solusi eksternal’.

Kriteria kategorisasi sangat sederhana dan dapat

digunakan secara cepat, yaitu:

• Setiap solusi yang segara dapat

dilaksanakan dan kewenangan

pelaksanaannya berada di tangan para

pelaksana di unit pelayanan masuk ke

dalam kategori ’solusi internal’,

• Setiap solusi yang kewenangan

pelaksanaannya berada di luar jangkauan

para pelaksana pelayanan publik di unit

pelayanan masuk ke dalam kategori ’solusi

eksternal’.

i. Periksa kembali rangkaian logika masalah

penyebab dan solusi dengan memastikan:

• Tidak ada dua sebab/solusi yang sama/

substansinya sama/masalah yang sama.

• Solusi yang diusulkan tidak bersifat umum,

namunsedapatmungkinspesifik,jelas,tidak

multi tafsir, terukur, upaya konkrit/ tindakan

nyata (bisa dilihat dan dirasakan).

• Hasil akhir analisis untuk setiap pengaduan

direkonfirmasikankepadasemuapeserta.

• Jaga disiplin peserta agar konsisten

menggunakan alat bantu kerja analisis yang

telah disiapkan.

• Tunjukkan keterkaitan hasil yang diperoleh

bahkan bila perlu sejak kuesioner

Pengaduan Masyarakat, Indeks Pengaduan

Masyarakat, Tabulasi Hasil Analisis Masalah

Penyebab Pengaduan sampai bagaimana

Page 157: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

155www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Janji Perbaikan Pelayanan dirumuskan dari

solusiinternal dan bagaimana Rekomendasi

Perbaikan Pelayanan dirumuskan dari

solusieksternal. Caranya sederhana dengan

menjajarkan semua hasil proses tersebut

dari kiri ke kanan secara berurutan dan

menjelaskannya secara ringkas. Cara ini

akan sangatmembantu semua peserta

untuk memperkuat pemahaman terhadap

keseluruhan metode yang digunakan.

Berdasarkan pengalaman, waktu dua

hari untuk melakukan analisis terhadap

permasalahan-permasalahanpenyebab

pengaduan dirasakan sangatlah kurang.

Oleh karena itu, bagi unit pelayanan yang

ingin menganalisis secara mendalam

ataupun ingin menanggapi seluruh

pengaduan yang disampaikan pengguna

layanan (sesuai Indeks Pengaduan

Masyarakat), dapat melanjutkan analisisnya

di luar lokakarya, namun dalam waktu

yang tidak terlalu lama. Analisis ini dapat

dilakukan oleh semua bagian/komponen

yang ada dalam unit pelayanan, sehingga

penyelesaiannya bisa bersifat komprehensif

dan integratif, walaupun belum bersifat

mendasar (sampai ke akarnya).

C. JANJI PERBAIKAN LAYANAN DAN REKOMENDASI PERBAIKAN LAYANAN

Lakukan tindakan perbaikan segera. Raih

kepercayaan dari pengguna layanan. Beritahukan

kepada masyarakat pengguna pelayanan. Berikan

bukti tentang apa yang sudah anda lakukan kepada

atasan agar anda memperoleh dukungan lebih lanjut

untuk melakukan upaya perbaikan berikutnya.

Hasil dari Pertemuan Analisis Masalah

Penyebab Pengaduan dapat digunakan

untuk berbagaikebutuhan. Manfaat langsung

terpenting adalah sebagai umpan-balik kepada

masyarakat pengguna pelayanan dalam

bentuk yang disebut sebagai Janji Perbaikan

Pelayanan dan umpan-balik kepada atasan dan

pengambil keputusan dalam bentuk yang disebut

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan. Hasil analisis

masalah penyebab pengaduan dapat menjadi awal

dari satu proses perbaikan pelayanan yang lebih

intensif dan mendalam.

Bagi sekolah dapat menjadi pintu masuk untuk:

• Pengembangan sistem manajemen kualitas,

• Penilaian kapasitas dari organisasi

penyelenggara pelayanan,

• Negosiasi yang lebih baik dengan pengambil

keputusan untuk meraih dukungan.

Di tingkat kebijakan lokal (Dinas Pendidikan) dapat

menjadi pintu masuk bagi:

• Perbaikan dan pengembangan rencana strategis

unit dan sektor pelayanan,

• Bahan pertimbangan untuk melakukan

penyesuaian rencana kerja dan alokasi

anggaran unit pelayanan dan sektor pelayanan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 158: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

156 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

1. Umpan-balik kepada pengguna layanan

Manfaat solusi atas masalah yang dirumuskan

pada Pertemuan Analisis Masalah Penyebab

Pengaduan masih sangat terbatas jika tidak

diumumkan dan diberlakukan, meskipun masih

bermanfaat secara internal bagi organisasi

penyelenggara pelayanan sebagai pembelajaran.

Tetapi segera setelahpelaksanaan Survei

Pengaduan Masyarakat ada kewajiban memberi

umpan-balik kepada masyarakatpengguna

pelayanan tentang langkah-langkah yang akan

diambil untuk mengatasi masalah yangdiadukan.

Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya

dengan membuat pengumuman sederhana atau

dengan semacam rencana tindakan. Disarankan

memberi umpan-balik dalam bentuk JanjiPerbaikan

Pelayanan. Meski tidak punya kekuatan hukum yang

mengikat, Janji Perbaikan Pelayanan hendaknya

menjadi wujud “tekad moral” (moral commitment)

pimpinan dan petugas organisasi penyelenggara

pelayanan untuk memenuhi janji yang dimuat di

dalamnya.

Janji Perbaikan Pelayanan harus menjadi

tanggapan terhadap isu-isu kepentingan para

pengguna pelayanan berdasarkan temuan survei

pengaduan masyarakat. Pimpinan dan petugas

organisasi penyelenggara pelayanan harus

menyampaikan janji mereka secara terbuka untuk

perbaikan pelayanan sebatas kewewenangan yang

dimiliki dan mengundang para pengguna pelayanan

agar terus mengawasi sejauh mana janji tersebut

dipenuhi. Ini berarti bahwa masyarakat diberi

peluang untuk mengawasi perbaikan pelayanan

sesuai dengan yang dijanjikan. Janji ini akan

membawa konsekuensi dan akan lebih mendorong

organisasi penyelenggara pelayanan agar segera

melakukan upaya perbaikan.

Satu langkah perbaikan yang meskipun kecil, akan

menjadi suatu tanda bagi masyarakat: “Kami sudah

mulai memperhatikan Anda!” dan bahkan pertanda

juga bagi para petugas: “Kami adalah Para Petugas

dari organisasi penyelenggara pelayanan yang

dapat dibanggakan !”.

Mengamati keseluruhan proses yang sudah

berlangsung, fasilitator hendaknya menilai apakah

secara umum aparatur pelaksana pelayanan

publik di unit pelayanan siap menerbitkan Janji

Perbaikan Pelayanan yang memuat ukuran

keberhasilan (indikator) dan batas waktu

pemenuhan janji.

Jika secara umum aparatur pelaksana pelayanan

publik di sekolah baru meraih percayadiri dan

sedang dalam pengembangan keyakinan untuk

melakukan perubahan, tidak dianjurkanmemaksa

mereka untuk menerbitkan Janji Perbaikan

Pelayanan yang sudah sangat tegas memuat ukuran

keberhasilan, batas waktu pemenuhan janji. Hal ini

dapat menimbulkan rasa cemas danberkurangnya

motivasi untuk melanjutkan perubahan dan

perbaikan.

Janji Perbaikan Pelayanan ditulis seperti surat yang

ditujukan kepada pengguna yang memberi informasi

bahwa pengaduan sudah diterima dan merupakan

pernyataan terbuka tentang upayaperbaikan yang

akan dilakukan. Janji Perbaikan Pelayanan harus

Page 159: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

157www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

ditulis dalam bahasa sederhana yang mudah

dimengerti dalam gaya bahasa yang bersahabat

dan meyakinkan. Janji PerbaikanPelayanan harus

jujur mengakui adanya keterbatasan kemampuan

(tidak semua perbaikan dapatdilakukan sekaligus,

pada umumnya pengguna pelayanan akan dapat

memaklumi hal itu) dan ada keterbatasan wewenang

(ada upaya perbaikan yang mutlak membutuhkan

keputusan dari otoritas yang lebih tinggi).

Janji Perbaikan Pelayanan akan dikeluarkan

dalam bentuk dokumen tertulis, dalam bentuk

brosur, poster yang dipasang pada organisasi

penyelenggara pelayanan. Brosur dan poster adalah

alat yang menjadi umpan-balik kepada pengguna

sebagai tindak lanjut survei pengaduan masyarakat.

JanjiPerbaikan Pelayanan harus dapat meyakinkan

pengguna akan komitmen untuk perbaikan

yang dilakukan oleh penyedia pelayanan.

Isi pokok Janji Perbaikan Pelayanan:

• Judul “Janji Perbaikan Pelayanan”

• Nama sekolah

• Tanggal deklarasi

• Penjelasan ringkas tentang umpan-balik

pengaduan

• Daftar janji untuk menanggapi setiap pengaduan

• Tindak lanjut Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan yang diajukan kepada pengambil

keputusan

• Himbauan kepada masyarakat agar terus

mengawasi kinerja organisasi penyelenggara

pelayanan

• Ucapan terima kasih kepada para responden

• Penandatangan dan saksi-saksi

• Tembusan.

2. Umpan-balik kepada pengambil keputusan

Atasan dan pengambil keputusan pada saat yang

sama seharusnya mulai menaruh perhatianpada

survei pengaduan masyarakat pengaduan dan hasil-

hasilnya, karena telah beberapa kali dipublikasikan

di media masa selama proses berlangsung. Mereka

juga mestinya sadar akan besarnya pengaruh yang

ditimbulkannya karena telah melibatkan begitu

banyak anggota masyarakat sebagai responden.

Jika itu sudah terjadi, pastilah mereka berharap

mendapat informasi lebih rincidan rekomendasi

untuk melakukan perbaikan. Jangan biarkan mereka

menunggu terlalu lama. Hasil PertemuanAnalisis

Masalah Penyebab Pengaduan dan solusi eksternal

menjadi isi dari dokumen yang disebut Rekomendasi

Perbaikan Pelayanan. Dokumen ini berisi upaya-

upaya perbaikan yangperlu dilakukan oleh

pemerintah setempat.

Adalah hal yang penting bagi sekolah agar

menyampaikan rekomendasi ini secara

profesional. Itu berarti bahwa Rekomendasi

Perbaikan Pelayanan harus dilengkapi

denganfakta-fakta, dasar pertimbangan mengapa

perbaikan harus dilakukan dan menegaskan

bahwasemua itu didasarkan pada aspirasi

kebutuhan yang dinyatakan oleh sejumlah besar

pengguna pelayanan. Jangan lupa memberitahukan

pimpinan sekolah sendiri sudah menyampaikan

Janji Perbaikan Pelayanan dan bahkan sudah mulai

melaksanakannya.

Hal ini akan memberi kesan yang sangat

meyakinkan bahwa: ”Kami tidak hanya meminta

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 160: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

158 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

bantuan, tetapi sudah mulai berbuat dari diri sendiri!”

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan diterbitkan

dalam bentuk dokumen tertulis ukuran poster,

yangdipasang di kantor organisasi penyelenggara

pelayanan agar pengguna dapat mengetahui

bahwa sudah ada usaha meyakinkan pengambil

keputusan untuk memberikan dukungan.

Isi pokok Rekomendasi Perbaikan Pelayanan:

• Fakta-fakta: sekolah, periode pelaksanaan

survei pengaduan masyarakat, jumlah

responden.

• Hasil survei pengaduan masyarakat (Indeks

Pengaduan Masyarakat).

• Informasi tentang Janji Perbaikan Pelayanan

dan tindak lanjutnya.

• Penjelasan tentang perlunya keputusan.

• Rekomendasi Perbaikan untuk setiap

pengaduan dan jumlah responden

yangmangadukannya.

• Saran perubahan/penyesuaian Rencana

Pembangunan.

• Daftar pihak-pihak yang menerima tembusan

surat Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.

3. Temui dan yakinkan pengambil keputusan untuk meraih dukungan

Beritahukan seluruh pengambil keputusan yang

terkait untuk menyampaikan laporan pelaksanaan

dan hasil survei pengaduan masyarakat.

Laporan berisi kumpulan semua dokumen yang

dihasilkan sampai pada pelaksanaan langkah akhir.

Laporan dikirimkan kepada pengambil keputusan

ditingkat kabupaten/kota

D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Penggunaan metode Peningkatan Kualitas

Pelayanan dengan Partisipasi Masyarakat

bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik

di sekolah yang akan menghasilkan manfaat nyata

dan dapat dirasakan oleh masyarakat pengguna

pelayanan.

Untuk memastikan bahwa Janji Perbaikan

Pelayanan dan Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan yang telah diterbitkan terpenuhi

dan dilaksanakan, isi Janji dan Rekomendasi

Perbaikan Pelayanan tersebut harus diintegrasi ke

dalam rencana kerja sekolah (RKS dan RKAS).

Pelaksanaan Janji dan Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan melekat mengikuti siklus perencanaan,

persiapan anggaran, pelaksanaan sampai ke

pertanggungjawaban hasil (akuntabilitas).

Untuk memastikan bahwa semua kegiatan

perbaikan serta hasil nyata akan dicapai dalam

waktu yang direncanakan perlu dilakukan

pemantauan kegiatan serta evaluasi hasil.

Pemantauan adalah pengumpulan dan analisis

informasi tentang status kegiatan yang menghasilkan

gambaran status kegiatan dan mendukung

pengendalian dan keputusan tindak lanjut yang

tepat. Pemantauan dilaksanakan secara berkala

dan seiring dengan siklus perencanaan sekolah.

Oleh karena itu pemantauan adalah kegiatan rutin

Page 161: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

159www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

dalam konteks pelaksanaan kegiatan. Pemantauan

difokuskan pada hasil kegiatan seperti sudah

ditentukan/direncanakan.

Pemantauan akan memeriksa hasil bukan kegiatan

itu sendiri (mis: “Kebutuhan buku paket sudah

terpenuhi sesuai jumlah siswa” (=hasil), bukan:

“Sejumlah 100 buku paket disediakan”(=kegiatan).

Evaluasi adalah proses pemeriksaan terhadap

dampak yang telah dihasilkan oleh suatu kegiatan

serta keluarannya. Evaluasi dilaksanakan secara

berkala, tetapi dengan frekuensi lebih rendah

daripada pemantauan kemajuan pelaksanaan

kegiatan (misalnya: setahun atau dua tahun sekali).

Frekuensi evaluasi dampak tergantung pada

tujuan evaluasi. Evaluasi memfokuskan dampak

padahasil pelaksanaan, yaitu apakah hasil sudah

mengakibatkan perubahan yang positif (atau

malah negatif). Dampak kegiatan peningkatan

pelayanan publik dapat dilihat dari berbagai faktor

seperti misalnya, peningkatan kualitas pelayanan

sesuai dengan standar tertentu, peningkatan

jumlahpengguna suatu unit pelayanan, jumlah

penghargaan yang diterima sesudah pelayanan

menjadil ebih baik, peningkatan kepuasan

masyarakat atau penurunan pengaduan pengguna.

Pendekatan evaluasi harus sesuai dengan

tujuan evaluasi itu sendiri dan faktor-faktor yang

ingin diketahui secara mendalam.

Pemantauan dan evaluasi menghasilkan informasi

yang menjadi landasan pelaporan rutin kepadapihak

yang terkait (akuntabilitas), termasuk sebagai bahan

informasi balikan kepada masyarakat pengguna

pelayanan.

Komitmen untuk pemantauan dan evaluasi

tindakan nyata perbaikan pelayanan yang disebut-

kan di dalam dokumen Janji Perbaikan Pelayanan

dan tindakan nyata perbaikan, yang diharapkan

dilakukan pihak lain atau pimpinan seperti yang

dimuat di dalam dokumen Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan harus disertai komitmen untuk memantau

dan mengevaluasinya. Pemantauan dan evaluasi

memberi peluang bagi penyesuaian kegiatan dan

perbaikan secara efektif.

Jika terjadi perubahan pimpinan sekolah, kegiatan

pemantauan menjadi wacana efektif untuk

menginformasikan dan membahas status usaha

perbaikan pelayanan di suatu unit pelayanan.

Sesuai dengan janji dan rekomendasi, pimpinan

sekolah melaporkan perkembangan perbaikan

pelayanan kepada masyarakat pengguna

pelayanan. Masyarakat pengguna juga diberi

peluang dan saluran untuk mengawasi pelaksanaan

janji dan rekomendasi. Dengan demikian, kegiatan

pemantauan dan evaluasi sangat penting dilakukan

dengan melibatkan atau mengundang langsung

umpan-balik dari masyarakat pengguna pelayanan.

1. Para pihak yang terlibat

a. Sekolah sebagai unit pelayanan

Tim Pelaksana Survei yang sudah dibentuk

di unit pelayanan sebaiknyatidak berhenti

bekerja setelah Janji Perbaikan Pelayanan dan

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan dihasilkan.

Tetapi tim ini meneruskan kegiatannya untuk

melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara

berkala untuk memastikan bahwa tujuan janji

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 162: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

160 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

dapat tercapai. Perlu dicatat bahwa komite

sekolah masuk dalam bagian ini.

b) Masyarakat pengguna pelayanan

Masyarakat pengguna pelayanan berhak

untuk mengawasi kinerja pelayanan serta

implementasi janji di tingkat unit pelayanan.

Masukan dapat diberikan dalam bentuk

pengaduan tertulis atau lisandan melalui

partisipasi langsung dalam kegiatan

pemantauan dan evaluasi.

2. Metode pemantauan dan evaluasi

Pemantauan dan evaluasi sebaiknya dilaksanakan

dengan dua pendekatan, yaitu:

• VerifikasistatusJanjidanRekomendasi

Perbaikan Pelayanan

• Mengulangi Survei Pengaduan Masyarakat

dengan menggunakan kuesioner yang

sama dengan yang digunakan pada survei

sebelumnya dan membandingkan hasil

(Indeks Pengaduan Masyarakat) yang diperoleh

dari kedua survei tersebut.

Ketiga pihak yang disebutkan di atas dilibatkan

secara efektif dalam pelaksanaan kedua

pendekatan pemantauan dan evaluasi tersebut di

atas.

Bagian berikut ini adalah penjelasan tentang tujuan

dan hasil masing-masing pendekatan pemantauan

dan evaluasi yang diuraikan di atas dan proses

pelaksanaannya.

2.1. VerifikasistatusrealisasiJanjidan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.

TujuanverifikasistatusrealisasiJanjiPerbaikan

Pelayanan dan Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan sesuai dengan kepentingan pihak yang

terlibat:

a) Tujuan di tingkat sekolah

• Mengetahui status pelaksanaan janji,

sapakah perlu penyesuaian kegiatan atau

penyesuaian janji agar lebih realistis,

• Mengetahui status realisasi rekomendasi

sebagai faktor pendukung perbaikan

pelayanan yang telah dilakukan oleh sekolah

itu sendiri,

• Melaporkan status-status tersebut kepada

masyarakat pengguna pelayanan sebagai

balikan sesuai dengan apa yang disebut

di dalam dokumen janji dan rekomendasi

perbaikan pelayanan.

b) Tujuan di tingkat kabupaten/kota (Dinas

Pendidikan)

• Menentukan kemajuan pelaksanaan Janji

dan rekomendasi Perbaikan Pelayanan

dalam rangka perbaikan pelaksanaan

kegiatan, perencanaan dan perubahan

kebijakan jika diperlukan.

• Mengidentifikasifaktor-faktorpenghambat

realisasi janji Perbaikan Pelayanan yang

berkaitan erat dengan atau sangat ditentukan

oleh dukungan dari tingkat kabupaten/kota.

Page 163: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

161www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

• Mengidentifikasipraktekyangbaik/inovasi

di sekolah yang layak menjadi contoh untuk

sekolah-sekolah lainnya.

KegiatanverifikasistatusrealisasiJanjidan

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan bersifat

sebagaikegiatan pemantauan intern yang

dilaksanakan oleh Tim Survei Pengaduan di

sekolah dan didukung oleh Dinas Pendidikan.

Kegiatanverifikasistatusrealisasijanjidan

rekomendasi sebaiknya dikoordinasikan dengan

semuasekolah yang terlibat sehingga hasil-

hasilnya dapat digabungkan dan masing-masing

sekolah dapat saling belajar dari pengalaman.

2.2.Persiapanverifikasistatusrealisasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan

Pihak-pihak yang terlibat

Tim Dinas Pendidikan mempunyai fungsi

koordinasikegiatanverifikasistatusrealisasijanji

dan rekomendasi di mana lebih dari satu sekolah

terlibat. Dalam rangka kegiatan tersebut tim ini

bertanggung jawab untuk:

• Komunikasi mengenai rencana kegiatan

ini kepada pihak pengambil keputusan dan

pimpinan sekolah.

• Pelaksanaan pertemuan awal untuk

menentukan jadwal, peserta dan tugas

persiapan selanjutnya.

Tim Survei Pengaduan di tingkat sekolah

mempunyai tugas persiapan kegiatan di tingkat

sekolah. Tim tersebut akan didampingi oleh Tim

Dinas Pendidikan di masing-masing sekolah akan:

• Mempersiapkan dokumen yang diperlukan.

• Mempersiapkanformatverifikasistatusyang

diperlukan.

• Melakukan koordinasi dengan Tim Dinas

Pendidikan mengenai jadwaldan peserta

kegiatanverifikasistatusrealisasi.

Masyarakat sipil akan berpartisipasi dalam kegiatan

melalui keanggotaan di dalam TimPeningkatan

Kualitas Pelayanan Publik (Komite Sekolah, LSM,

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain).

Pertemuan persiapan kegiatanPada pertemuan persiapan kegiatan semua

peserta menyepakati jadwal kegiatan, peserta

serta pembagian tugas secara rinci. Tim Dinas

Pendidikan akan mengkoordinasikan pertemuan

awal dan mengundang semua Tim Pelaksana Survei

terkait.

Jadwal kegiatan di masing-masing unit pelayanan:

prosesverifikasistatusrealisasijanjiperunit

pelayanan akan memerlukan waktu sekitar setengah

sampai satu hari per unit pelayanan (tergantung

jaraklokasi).Prosesverifikasistatusrekomendasi

akan memerlukan waktu tambahan satu hari per unit

karenastatusharusdiverifikasidenganpihakyang

terkait.

Jangkawaktudiusulkanbahwakegiatanverifikasi

status realisasi dilaksanakan sebelum proses

perencanaan dan penganggaran. Dengan

demikian hasil dari kegiatan pemantauan ini dapat

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 164: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

162 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

dimanfaatkan dalam penyusunan rencana/anggaran

di tahun berikutnya.

Rencanakan jadwal sesuai dengan partisipasi

peserta. Untuk pemantauan di satu unit pelayanan

akan terlibat:

• Tim Pelaksana Survei Pengaduan di tingkat

sekolah.

• Dua sampai tiga orang anggota tim dari unsur

masyarakat sipil atau unsur LSM.

Presentasi hasil:

• Jadwaltentatifuntukpresentasihasilverifikasi

status janji dan rekomendasi kepada pimpinan

sekolah – dari Tim Dinas Pendidikan.

• Jadwal tentatif untuk presentasi hasil kegiatan

pemantauan secara garis besar kepadaKepala

DinasPendidikanatauBupati/Walikotaserta

pengambil keputusan yang terkait dari Tim Dinas

Pendidikan.

• Membahas keperluan publikasi hasil

realisasi janji dan rekomendasi kepada

masyarakat pengguna pelayanan, misalnya

melalui poster status pelaksanaan janji dan

rekomendasi di masing-masing sekolah.

Pemantauan status pelaksanaan janji dan

rekomendasi sebaiknya dilaksanakan setiap enam

bulan sebelum proses perencanaan/penganggaran

untuk memanfaatkan hasilnya dalam rancangan

atau penyesuaian rencana kegiatan serta anggaran/

anggaran perubahan.

Dokumen yang harus dipersiapkan

1. Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM) dari survei

pertama.

2. Janji Perbaikan Pelayanan yang resmi

ditandatangani oleh Kepala Sekolah.

3. Rekomendasi Perbaikan Pelayanan yang resmi

ditandatangani oleh Kepala Unit Pelayanan.

4. Dokumen-dokumen yang menunjuk

perencanaan kegiatan, khususnya yang

belumdilaksanakan (mis: catatan di APBD, di

RKA/RASK dan dokumen perencanaan dan

laporan pelaksanaan kegiatan).

5. Format Pemantauan Janji Perbaikan

Pelayanan dan Format Pemantauan

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.

Tanpa dokumen 1. sampai 3 tidak mungkin

pemantauan atau evaluasi dilaksanakan. Oleh

karena itu pengarsipan yang teliti sangat penting

demi pengendalian dan pengelolaan kegiatan

menuju sukses kegiatan selanjutnya.

Tim Pelaksana Survei Pengaduan di masing-masing

sekolah mempersiapkan Format Pemantauan Janji

Perbaikan Pelayanan dan Format Pemantauan

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan. Format-format

tersebut disiapkan bagi para anggota tim yang

terlibat untuk digunakan sebagai alat bantu kerja.

Anggaran yang perlu dipersiapkan

• Biaya pertemuan koordinasi awal.

• Fotokopi kuesioner.

• Biaya transportasi Tim Dinas Pendidikan ke

seolah (dua sampai tiga orang/1-2 hari per unit

pelayanan).

Page 165: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

163www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

• Biaya transportasi Tim Survei Pengaduan

terutama pada pelaksanaan survei ulang.

• Biaya pertemuan pelaporan kepada pengambil

keputusan yang terkait.

2.3. Pelaksanaanverifikasistatus realisasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan

2.3.1. Proses verifikasi status realisasi

a) Verfikasi status Janji Perbaikan Pelayanan

• Anggota Tim Dinas Pendidikan bergabung

dengan Tim Pelaksana Survei Pengaduan

di masing-masing sekolah melaksanakan

kegiatanverifikasistatus realisasijanjisesuai

dengan jadwal kegiatan.

• Tim Dinas Pendidikan serta Tim Pelaksana

survei Pengaduan bertemu dengan kepala

sekolah yang ditujukan untuk wawancara

awal tentang status kegiatan. Hasil dicatat

oleh masing anggota di formatnya.

• Untuk mengisi format lebih lanjut, tim

akan mengobservasi secara langsung

bukti nyata di sekeliling sekolah. Pada saat

itujugadapatdimintaklarifikasidaristaf

sekolah mengenai perubahan yang telah

dilaksanakan.

• Jika bukti langsung untuk pelaksanaan

satu butir janji tidak dapat diobservasi

tim mencari bukti dalam dokumen yang

menyatakan bahwa suatu kegiatan

memang telah direncanakan (jika belum

ada kenyataan). Langkah itu memerlukan

komunikasi lebih lanjut misalnya dengan

SKPD.

b) Verifikasi status realisasi Rekomendasi Perbaikan Pelayanan

• Tim juga akan mengumpulkan informasi

mengenai status rekomendasi, sejauh

manastatus diketahui di tingkat sekolah

dan di Dinas Pendidikan. Namun, seringkali

pimpinan sekolah serta tim setempat tidak

akan mengetahui status realisasi satu butir

rekomendasi dan tidak mempunyai akses

terhadap pengambil keputusan.

• Oleh karena itu, Tim Dinas Pendidikan

berperandalammelanjutkan verifikasistatus

rekomendasi dengan menghubungi Dinas

Pendidikan atau jika perlu pimpinan masing-

masing instansi tersebut.

2.3.2. Analisis hasil di tingkat sekolah dan

tindak lanjut

a) Analisis status Janji Perbaikan Pelayanan

• Padaakhirkegiatanverifikasidi

unit pelayanan, tim secara bersama

mengkonsolidasikan catatan dan observasi

merekadiFormatVerifikasiStatusRealisasi

Janji Perbaikan Pelayanan. Bersama-sama

ditentukan status pelaksanaan masing-

masing janji, apakah“sudah dilaksanakan”,

“sedang dilaksanakan” atau “belum

dilaksanakan”. Status akan dijumlahkan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 166: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

164 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

di bagian bawah tabel. Hasil ini akan

menunjukkan status pelaksanaan di setiap

sekolah.

• Bersama-sama tim akan membahas

apakah kegiatan yang telah dilaksanakan

atau direncanakan dianggap cukup untuk

mencapai tujuan janji dan mengatasi

pengaduan. Jika dianggap memerlukan

kegiatan tambahan, usulan kegiatan dicatat.

Jika dianggap bahwa suatu butir janji tidak

dapat tercapai secara realistis oleh sekolah,

diusulkan perubahan janji pada format yang

sama.

• Bersama-sama tim juga mengkonsolidasikan

“faktor hambatan” serta “praktek yang

baik/inovasi” yang dapat diobservasi.

Tim memeriksa juga bagaimana status

publikasi Janji sertaRekomendasi Perbaikan

Pelayanan di tingkat sekolah. Jika publikasi

tersebut perlu ditingkatkan, tim akan

mencatat rekomendasi ke depan untuk

pimpinan sekolah.

• Semua hasil yang disepakati diketik di

dalam satu format di unit pelayanan sebagai

format pelaporan.

• LaporandalamFormatVerifikasiStatus

Realisasi Janji Perbaikan Pelayanan

dipersiapkan. Tim Pelaksana Survei

Pengaduan mempresentasikan hasil

kepada pimpinan sekolah untuk membahas

penemuan bersama-sama Tim Dinas

Pendidikan akan menerima satu salinan

formatfinal.

b) Analisis status Rekomendasi Perbaikan Pelayanan

• Tim Dinas Pendidikan mengkonsolidasikan

status realisasi janji per sekolah dan

merekapitulasi status rekomendasi (“sudah,

sedang, belum”) pada hari ke 3 setelah

kunjungan ke sekolah.

• Jika status suatu rekomendasi belum

jelas, sebaiknya dicatat sebagai informasi

pentinguntuk pengambil keputusan terkait.

Jika dianggap memerlukan kegiatan

tambahan, usulan kegiatan dicatat. Jika

dianggap bahwa suatu butir rekomendasi

tidak realistis, tim dapat mengusulkan

perubahan rekomendasi pada format yang

sama.

• LaporandalamFormatVerifikasiStatus

Realisasi Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan dan diserahkan kepada

pimpinan sekolah.

c) Tindak lanjut di tingkat unit pelayanan

Sesuai dengan hasil pemantauan dan

rekomendasi, pimpinan sekolah akan

mengambil langkah tindak lanjut:

• Penyesuaian/tambahan kegiatan perbaikan

pelayanan untuk mencapai tujuan janji.

• Informasi kepada masyarakat pengguna

tentang status implementasi janji dan

rekomendasi (misalnya dalam bentuk poster

yang menyebutkan janji/ rekomendasi serta

status).

• Jika terjadi penyesuaian janji atau

rekomendasi, dirumuskan Janji Perbaikan

Page 167: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

165www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Pelayanan dan atau Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan baru yang diumumkan sesuai

dengan proses didalam modul ini.

• LaporandalamFormatVerifikasiStatus

Realisasi Janji serta rencana tindak lanjut

dikirim oleh pimpinan sekolah ke pihak

yang berkaitan dengan perencanaan dan

penganggaran di Dinas Pendidikan.

2.3.3. Analisis hasil di tingkat sekolah/ daerah dan tindak lanjut

Setelah pemantauan di semua unit

pelayanan dilaksanakan, Tim Dinas

Pendidikan mempunyai tugas untuk

mengkonsolidasikan temuan secara garis

besar untuk pelaporan kepada pengambil

keputusan.

a) Rekapitulasi status Janji Perbaikan Pelayanan

• Status realisasi: Jika pemantauan

dilaksanakan pada sejumlah unit

pelayanan, hasil-hasil rekapitulasi

terhadap status janji “sudah, sedang,

belum” dari semua unit dapat

dijumlahkan untuk memberikan

gambaran (mis: setelah 12 bulan

pelaksanaan janji, semua kemajuan unit

pelayanan telah berhasil melaksanakan

82% dari semua janji).

• Faktor penghambat: Jika ada faktor

penghambat yang mempengaruhi

pelaksanaan kegiatan di beberapa unit

pelayanan, faktor itu serta rekomendasi

ke depan dicatat untukpresentasi

kepada pengambil keputusan supaya

dapat ditindaklanjuti.

• Praktek yang baik/inovasi: Jika Tim

Dins Pendidikan sempat mendeteksi

beberapa praktek yang baik atau

inovasi penyediaan pelayanan yang

sebaiknya menjadi contoh pelayanan

yang baik untuk sektor tersebut,

sebaiknya dicatat.

b) Rekapitulasi status Rekomendasi Perbaikan Pelayanan

• Status realisasi: Jika pemantauan

dilaksanakan pada sejumlah sekolah,

hasil-hasil rekapitulasi terhadap status

rekomendasi (“sudah, sedang, belum”)

dari semua sekolah juga dapat digabung

untuk memberikan gambaran kemajuan

(mis: seletah 12 bulan 60% dari semua

rekomendasi telah dilaksanakan,

padahal 40% belum ada tindak lanjut).

• Rekomendasi yang belum dikerjakan

atau di mana status belum jelas dicatat

sebagai informasi kepada pihak yang

berwenang.

2.3.4. Presentasi hasil kepada Menteri/ Kepala/Gubernur/Bupati/Walikota

Tim Dinas Pendidikan akan

mempresentasikan secara garis besar

hasil dariverifkasi status realisasi Janji dan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 168: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

166 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan kepada

semua pihak pengambil keputusan yang

terkait.

a) Tujuan presentasi

• Pengambil keputusan mempunyai

kesempatan untuk melakukan pembahasan

dengan Tim Dinas Pendidikan sejauhmana

kemajuan implementasi kegiatan

peningkatan kualitas pelayanan publik

berdasarkan partisipasi masyarakat.

• Pengambil keputusan serta pihak

yang berwenang mengetahui faktor

penghambat pelaksanaan perbaikan

pelayananan serta rekomendasi tim.

• Pengambil keputusan diinformasikan

mengenai butir Rekomendasi Perbaikan

Pelayanan yang tetap memerlukan perhatian.

• Pihak yang terkait mempunyai informasi

mengenai praktek yang baik/inovasi yang

dianggap layak diperkenalkan kepada semua

sekolah serta usulan tindak lanjut.

b) Tindak lanjut dari pengambil keputusan

Pada saat awal penerapan metode

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

dengan Partisipasi Masyarakat, pengambil

keputusan telah menunjukkan komitmen

tinggi dengan mempersiapkan kondisi

kondusif bagi penggunaan metode

ini, misalnya melalui Surat Keputusan

tentang penunjukan sekolah, penunjukan

dan penugasan beberapa tim kerja

yang diperlukan sebagai pelaksanadan

penyediaan anggaran.

Sesuai dengan komitmen tersebut

pengambil keputusan akan

mempertimbangkan hasil dari pemantauan

dan mengambil langkah tindak lanjut.

2.3.5. Pengarsipan

Hasil pemantauan status realisasi Janji dan

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan dalam

bentuk laporan diarsipkan di masing unit

pelayanan dan oleh Tim Dinas Pendidikan

sebagai referensi untuk pemantauan

selanjutnya.

2.3.6. Umpan-balik tentang status pelaksanaan janji dan rekomendasi kepada Masyarakat

• Pimpinan unit pelayanan menginformasikan

kepada masyarakat pengguna tentang

hasilverifikasistatusrealisasijanjidan

rekomendasi, misalnya melalui poster yang

memberikan informasi terakhir tentang

status.

• Jika Tim Dinas Pendidikan ingin

mengkomunikasikan hasil dari pemantauan

secara umum juga dapat diperkenalkan

kepada masyarakat melalui media massa.

Ini akan bermanfaat secara khusus jika

pemantauan dilaksanakan di banyak sekolah

di suatu kabupaten/kota.

Page 169: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

167www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

E. SURVEI ULANG

Pelaksanaan kegiatan perbaikan pelayanan

sesuai dengan janji dan rekomendasi

semestinya menghasilkan perubahan kualitas

pelayanan yang terasa oleh masyarakat pengguna.

Survei ulang dilaksanakan untuk melihat

sejauh mana kegiatan perbaikan yang telah

dilaksanakan mempunyai dampak positif terhadap

persepsi masyarakat pengguna. Masing-masing

pihak terlibat mempunyai tujuan sesuai dengan

kepentingannya:

a) Tujuan ditingkat sekolah:

• Mengetahui apakah kegiatan perbaikan

yang telah dikerjakan menghasilkan

perbaikan persepsi masyarakat sehingga

kegiatan tersebut bisa dianggap efektif.

• Mengetahui pengaduan mana yang

tetap menerima jumlah pengaduan yang

tinggi sehingga memerlukan aksi perbaikan

oleh unit pelayanan

b)Tujuanditingkatkabupaten/kota:

• Mengetahui secara umum apakah

pelaksanaan janji dan rekomendasi telah

efektif sehingga terjadi perbaikan persepsi

masyarakat.

• Mengetahui unit pelayanan mana yang

sangat berhasil dari segi penurunan

pengaduandan yang mana belum.

• Mengetahui jenis pengaduan mana yang

tetap menerima jumlah pengaduan yang

tinggi(misalnya sarana/ prasarana, disiplin,

kecepatan pelayanan, kejelasan prasyaratan

pelayanan,dst)

c) Tujuan di tingkat masyarakat pengguna:

• Mengetahui hasil survei ulang serta tindakan

lanjut dalam bentuk Janji dan Rekomendasi

Perbaikan Pelayanan yang baru.

Kegiatan survei ulang bersifat kegiatan

evaluasi terhadap status perbaikan

pelayanan yangd ilaksanakan oleh Tim

Pelaksana Survei Pengaduan dan Tim Dinas

Pendidikan. Sesuai dengan survei pertama,

kegiatan ini akan melibatkan masyarakat

pada semua langkah.

Seperti survei pertama, survei ulang

dilaksanakan secara terkoordinasi antara

semua sekolah sehingga Analisis Masalah

Penyebab Pengaduan dapat dilaksanakan

bersama-sama dan sekolah dapat saling

belajar dari pengalaman.

E.1. Persiapan Survei Ulang dan Lokakarya Analisis Masalah Penyebab Pengaduan

Survei ulang sebaiknya dilaksanakan sekitar

dua tahun setelah Janji Perbaikan Pelayanan

dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan

ditandatangani. Setelah dua tahun semestinya

perubahan pelayanan dan pengaruh positif oleh

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 170: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

168 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

pelaksanaan rekomendasi sudah sangat terasa

oleh masyarakat pengguna.

Survei ulang dilaksanakan (a) sebelum proses

perencanaan/ penganggaran dan (b) setelah

pemantauan status pelaksanaan Janji dan

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan (lihat

sub-bagian tentang evaluasi). Pelaksanaan

evaluasi akan memerlukan sekitar 6 minggu dari

persiapan kegiatan sampai ke pelaporan.

a. Proses survei ulang tidak berbeda dari survei pertama

Survei ulang akan memakai kuesioner dari survei

pertama sehingga tidak perlu melaksanakan

Lokakarya Pengelolaan Pengaduan. Kuesioner

tidak boleh diubah agar hasil survei kedua dapat

dibandingkan dengan survei pertama. Beberapa

catatan tentang persiapan:

• Persiapan survei ulang dilaksanakan sesuai

dengan penjelasan di atas mengenai

persiapan survei, termasuk pengumuman

pelaksanaan suvei, pembuatan dan

publikasi IPM. Tim Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik akan mengkoordinasikan

persiapan serta memantau kualitas

persiapan survei.

• Pertemuan Analisis Masalah Penyebab

Pengaduan akan menyusul setelah

pembuatan IPM dipersiapkan sesuai

penjelasan tentang persiapan Pertemuan

Analisis Masalah Penyebab Pengaduan di

atas.

• Pembagian kerja antara Tim Dinas

Pendidikan serta Tim Pelaksana Survei

Pengaduan di tingkat sekolah.

• Biaya anggaran yang diperlukan sesuai

dengan biaya untuk survei pertama serta

Pertemuan Analisis Masalah Penyebab

Pengaduan yang pertama.

• Masyarakat tetap diinformasikan pada setiap

langkah dan diikutsertakan sesuai dengan

penjelasan proses survei pengaduan dan

pertemuan analisis masalah penyebab

pengaduan yang pertama.

b. Dokumen yang harus dipersiapkan

• Dokumen Indeks Pengaduan Masyarakat

hasil survei yang lalu.

• FormatVerifikasiStatusRealisasiJanji

Perbaikan Pelayanan.

• FormatVerifikasiStatusRealisasi

Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.

Page 171: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

169www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

BAHAN PRESENTASI

Mengapa Sekolah Perlu Tatakelola yang Baik?

Tiga pilar utama penyelenggara pendidikan:1. Pemerintah2. Warga sekolah3. Masyarakat

1. Sekolah sebagai unit pelayanan2. Hak pengguna layanan untuk

memperoleh pelayanan yang baik3. Akuntabilitas

Mengapa Sekolah Perlu Melaksanakan Survei Pengaduan?

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 172: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Page 173: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

171www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

77Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 174: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

172 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum pembelajaran adalah peserta

menguasai transparansi dan akuntabilitas dalam

manajemen sekolah. Tujuan khusus pembelajaran

adalah, setelah mengikuti sesi tentang transparansi

dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah,

peserta dapat:

1. Menjelaskan kaitan antara good governance

dengan transparansi dan akuntabilitas.

2. Menjelaskan makna transparansi dan

akuntabilitas.

3. Mengidentifikasijenis-jenisakuntabilitas.

4. Menyusun lesson learnt dari praktik baik tentang

transparansi sekolah yang mendapatkan

pendampingan dari USAID-KINERJA.

POKOK BAHASAN

1. Kaitan antara good governance dengan

transparansi dan akuntabilitas.

2. Makna transparansi dan akuntabilitas.

3. Jenis-jenis akuntabilitas.

4. Contoh penerapan transparansi dan

akuntabilitas di sekolah.

Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah

..... peserta

menguasai transparansi dan

akuntabilitas dalam manajemen

sekolah.

MODUL 7

Page 175: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

173www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

10 menit Pengkondisian

30 menit Fasilitator Presentasi

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit WakilKelompokPresentasi

10 menit Penutup

METODE

1. Curah pendapat2. Ceramah3. Rsesitasi4. Presentasi 5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berikut:

PROSES FASILITASI

Pengantar(5 menit)

Pengkondisian(10 menit)

Pemaparan Materi(30 menit)

Diskusi Kelompok(30 menit)

Presentasi(50 menit)

Penutup(10 menit)

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 176: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

174 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Penutup(10menit)

Fasilitator mereview hasil diskusi.

BAHAN BACAAN

BAHAN BACAAN: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMEN SEKOLAH

1. PENDAHULUAN

Diskursus tentang good governance atau

kepemerintahan yang baik, merupakan kelanjutan

perkembangan diskursus tentang good governmet.

Good governance merupakan isu yang paling

mengemuka belakangan ini, terutama ketika

keinginan untuk mewujudkan kepemerintahan yang

kapabel sekaligus yang baik menjadi tekad hampir

semua negara bangsa. Pemahaman umum tentang

good governance mulai mengemuka di Indonesia

sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era

tahun 2000-an.

Kepemerintahan yang baik banyak diperkenalkan

oleh lembaga donor atau pemberi pinjaman luar

negerisepertiWorldBank,AseanDevelopment

Bank, IMF maupun lembaga-lembaga pemberi

pinjaman lainnya yang berasal dari negara-

Pengantar (5 menit)

Fasilitator mengajak peserta bermain game.

Apersepsi(10menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi

peningkatan partisipasi masyarakat dan stake

holders dalam pelayanan publik d sekolah.

2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang

urgensi transparansi dan akuntabilitas.

3. Fasilitator memancing pikiran kritis peserta

terhadap fenomena sekolah yang kurang

transparan.

Presentasi(30menit)

Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang

transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen

sekolah.

DiskusiKelompok(30menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok.

2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan

dalam kelompok.

3. Kelompok mendiskusikan topik yang diberikan.

4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas

plano.

Presentasi(50menit)

1. WakilKelompokPresentasi

2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).

3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

para peserta.

Page 177: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

175www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

negara maju. Good governance dijadikan aspek

pertimbangan lembaga donor dalam memberikan

pinjaman dan hibah.Good governance ini sudah

memasuki ranah universitas dengan label good

university governance dan ranah sekolah dengan

label good school governance.

Good governance mengharuskan penggunaan

prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam

penyelenggaraan kepemrintahan. Deklarasi Tokyo

mengartikan akuntabilitas sebagai kewajiban-

kewajiban dari individu-individu atau penguasa

yang dipercayakan untuk mengelola sumber-

sumber daya publik dan yang bersangkutan

dengannya untuk menjawab hal-hal yang terkait

denganpertanggungjawabanfiskal,manajerial,dan

program. Akuntabilitas terkait dengan asesemen

tentang standar pelaksanaan kegiatan.

Beberapa negara maju di Eropa seperti Jerman

dan Inggris telah menerapkan konsep akuntabilitas

hampir di setiap aspek kepemerintahan sejak tahun

1970-an. Inggris di era John Major dan Toni Blair

memasyarakatkan akuntabilitas dengan menyusun

Output and Performance Analysis (OPA Guidance).

Pemerintah Inggris menetapkan gagasan tentang

Public Services for The Future: Modernisation,

Reform, Accountability”, yang mengharuskan

setiap keputusan tidak hanya berorientasi pada

pengeluaran dan atau penyerapan dana,tetapi

juga mengenai peningkatan jasa yang diberikan

beserta dengan perbaikannya. Jerman menetapkan

bahwa keterlibatan pusat (central involvement)

dalam kegiatan setiap menteri dibatasi pada

masalah kepegawaian, teknologi informasi dan

hal-hal keuangan. Dari pola pemerintahan ini,

maka pemerintah sesuai dengan tingkatannya

secara formal mempunyai akuntabilitas (public

accountability) kepada parlemen di tiap tingkatan

pemerintahan (federal, negara bagian, dan lokal).

2. MAKNA TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

Transparansi atau keterbukaan berarti seluruh

warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat

mengetahui mekanisme pengelolaan sumberdaya

sekolah. Selanjutnya sekolah memperoleh

kepercayaan dan dukungan dari pemangku

kepentingan. Keterbukaan dapat dilakukan melalui

penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian

informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan

sumberdaya sekolah, untuk memperoleh

kepercayaan publik terhadap sekolah. Tumbuhnya

kepercayaan publik merupakan langkah awal

upaya sekolah dalam meningkatkan peran serta

masyarakat terhadap sekolah (Kemendikbud, 2012).

Keterbukaan atau transparansi dalam pengelolan

sekolah merupakan karakteristik sekolah yang

menerapkan MPMBS. Keterbukan/transparansi

ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan,

perencana dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan

uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan

pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.

Akuntabilitassecaraharfiahdalambahasainggris

biasa disebut dengan accoutability yang diartikan

sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”.

Atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 178: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

176 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Lalu apa bedanya dengan responsibility yang juga

diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertian

accountability dan responsibility seringkali diartikan

sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda.

Beberapa ahli menjelaskan bahwa dalam kaitannya

dengan birokrasi, responsibility merupakan otoritas

yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu

kebijakan. Sedangkan accountability merupakan

kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi

otoritas yang diperolehnya tersebut.

Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin

H Saleh dan Aslam Iqbal berpendapat bahwa

akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak

kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas

internal dan eksternal seseorang. Dari sisi

internal seseorang akuntabilitas merupakan

pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-

nya. Sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang

adalah akuntabilitas orang tersebut kepada

lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-

bawahan) maupun lingkungan masyarakat.

Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk

kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil

pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini,

diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta

cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua

itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting

dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling

menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain

pengendaliantidakdapatberjalanefisiendanefektif

bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas

yang baik demikian juga sebaliknya.

Media akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk

laporan yang dapat mengekspresikan pencapaian

tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu

organisasi, karena pencapaian tujuan merupakan

salah satu ukuran kinerja individu maupun unit

organisasi. Tujuan tersebut dapat dilihat dalam

rencana stratejik organisasi, rencana kinerja, dan

program kerja tahunan, dengan tetap berpegangan

pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah

(RJPM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Media akuntabilitas lain yang cukup efektif dapat

berupa laporan tahunan tentang pencapaian tugas

pokok dan fungsi dan target-target serta aspek

penunjangnya seperti aspek keuangan, aspek

sarana dan prasarana, aspek sumber daya manusia

dan lain-lain.

Perkembangan penyelenggaraan negara di

Indonesia memperlihatkan upaya sungguh-sungguh

untuk menghasilkan suatu pemerintahan yang

berorientasi pada pemenuhan amanah dari seluruh

masyarakat. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1998

tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas KKN menguraikan mengenai azas

akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara dan

pengelolaan pemerintahan. Hal ini mengisyaratkan

bahwa untuk mewujudkan suatu pemerintahan

yang responsif, bebas KKN serta berkinerja, kondisi

akuntabilitasmerupakan'sufficientcondition' atau

kondisi yang harus ada.

Akuntabilitas menekankan pada

pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan

di sekolah, utamanya pencapaian sasaran

peningkatan mutu sekolah. Sekolah dalam

mengelola sumberdaya berdasar pada peraturan

Page 179: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

177www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

perundangan dan dapat mempertangungjawabkan

kepada pemerintah, seluruh warga sekolah

dan pemangku kepentingan lainnya.

Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses

dan komponen manajemen sekolah.

Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara

tertulis disertai bukti-bukti administratif yang syah,

menunjukkanbuktifisik(sepertibangunangedung,

bangku, dan alat-alat laboratorium), atau lisan

misalnya rapat dengan mengundang pemangku

kepentingan.

3. JENIS-JENIS AKUNTABILITAS SEKOLAH

Jenis-jenis akuntabilitas di sekolah terdiri atas

sebagai berikut:

1. Akuntabilitas akademik yang ditunjukkan

dengan:

a. Prestasi akademik tinggi

b. Tingkat Kelulusan Tinggi

c. Punya kejuaraan di berbagai bidang

akademik

d. Kejuaraan lomba mata pelajaran

e. Kejuaraan olimpiade

f. Lulusannya terserap di lembaga pendidikan

lanjutan dengan kategori baik.

2. Akuntabilitas non akademik, yang ditunjukkan

dengan:

a. Mengakomodasi keragaman potensi non

akademik peserta didiknya.

b. Ada pengembangan potensi non akademik

secara optimal.

c. Punya kejuaraan non akademik di berbagai

bidang.

d. Punya kejuaraan non akademik banyak

di tingkat lokal, regional, nasional, dan

internasional.

3. Akuntabilitas moral, yang ditunjukkan dengan:

a. Adanya moral meaning, moral feeling, dan

action di sekolah.

b. Mengaitkan manajemen dengan fungsi

normatif pendidikan, sebagai wahana untuk

membangun moral anak didik di masa kini

dan masa depan.

c. Bertanggungjawab untuk tetap memelihara

moralitas masyarakat melalui strategic group

di lembaga pendidikan.

4. Akuntabilitas hukum, yang berarti: .

a. Kinerja pendidikan tidak keluar dari koridor

hukum.

b. Kinerja pendidikan menjadi contoh/teladan

terkait penaatan terhadap hukum.

c. Kinerja pendidikan tidak menimbulkan

masalah dari segi hukum.

5. Akuntabilitas politik, yang berarti:

a. Apa yang diperbuat oleh pimpinan lembaga

pendidikan bisa diterima oleh stakeholders-

nya (institusi yang menaungi, orangtua,

masyarakat dan warga sekolah).

b. Apa yang diperbuat oleh pimpinan lembaga

pendidikan menimbulkan satisfaction oleh

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 180: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

178 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

stakeholders-nya (institusi yang menaungi,

orangtua, masyarakat dan warga sekolah).

6. Akuntabilitas administratif, yang berarti:

a. Kinerja lembaga pendidikan dapat

dipertanggungjawabkan secara administratif

kepada stakeholders-nya.

b. Pertangungjawabannya dalam bentuk

laporan yang mudah dipahami dan sesuai

dengan pedoman yang ditentukan.

7. Akuntabilitas ekonomik yang berarti:

a. Lembaga pendidikan mempunyai

prospectus pertumbuhan dan kualitas.

b. Kelembagaan pendidikan mempunyai

pertumbuhan: ada peningkatan aset: lahan,

peserta didik, sumber daya, dan sumber dana.

c. Kelembagaan pendidikan mempunyai

peningkatan kualitas: secara horisontal dan

vertikal.

4. CONTOH PENERAPAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DI SEKOLAH

Penerapan transparansi telah dilakukan oleh

sekolah-sekolah yang menerapkan MBS dan

mendapatkan pendampingan dari kinerja. SD-SD

yang berada di Kota Probolinggo, telah menunjukkan

transparansi dala pengelolaan sekolah. Bentuk

transparansi yang mereka tunjukkan adalah:

1. Terbuka saat menyusun perencanaan sekolah,

karena ada keterlibatan dari multi stake holders

dalam proses-proses penusunannya.

2. Hasil penyusunan rencana sekolah yang

berbentuk RKS dan program-program sekolah,

dipajang pada dinding pengumuman sekolah

sehingga dapat dilihat oleh publik yang menjadi

pengguna pelayanan pendidikan.

3. Rencana anggaran kegiatan sekolah (RAKS)

juga disusun dengan melibatkan komite sekolah,

disetujui dan dketahui oleh komite sekolah.

Semua warga sekolah bisa mengetahui secara

transparan terhadap kebutuhan dana sekolah

beserta dengan pembelanjaan dan atau

pengeluarannya.

4. RKS pada sekolah-sekolah yang didampingi

oleh kinerja selama menerapkan MBS, juga

dipajang pada suatu tempat yang dapat diketahui

dan diakses dengan mudah oleh publik atau

masyarakat.

5. Sebagai bentuk pertanggungjawaban

(akuntabilitas), sekolah yang menerapkan MBS

selama didampingi oleh kinerja, juga melaporkan

kegiatan dan sekolah beserta dengan

pengunaan anggarannya kepada orang tua,

UPTD, Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan

bahkan kepada multi stake holder yang lainnya.

6. Setelah sekolah menerapkan transparansi dan

akuntabilitas, maka kepercayaan masyarakat

terhadap sekolah makin meningkat, dan

partisipasi yang diberikan juga semakin

meningkat (lebih lanjut, baca bab: Partisipasi

masyarakat dan stake holders dalam pelayanan

publik di sekolah).

Page 181: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

179www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

KOMITE SEKOLAH DI JEMBER BANGKITSETELAH ADA USAID-KINERJA

I buLulusYuliastutik,KepalaSekolahSDNSidomekar08Kec.SemboroKab.Jemberyang

merupakan salah satu sekolah mitra Program USAID-KINERJA, telah mulai menerapkan MBS

berpelayanan publik da membuka ruang partisipasi bagi masyarakat dalam meningkatkan mutu

sekolah.

Menyadari manfaat partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas Ibu Lulus segera memulai langkah

terobosan dengan mereformasi komite sekolah, yang sebelumnya keberadaan komite sekolah hanya

sekedar ada. Alhasil, beliau berhasil menemukan tokoh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan

bernama Bpk. Risqon, SE yang terpilih menjadi Ketua Komite.

Pendampingan teknis KINERJA melalui Lokakarya Penguatan dan Pemberdayaan Komite Sekolah,

komite dan kepala sekolah serta guru memahami apa peran dan fungsi komite sekolah. SK

Pengurus Komite tertanggal 14 April 2012 telah diterbitkan dan saat ini sudah memiliki AD/ART serta

program kerja Komite sekolah yang dilengkapi dengan visi misi. Dibawah kepemimpinan Bapak

Risqon, komite Sidomekar 08 mulai bangkit untuk terlibat dalam pengelolaan sekolah sesuai dengan

peran dan fungsinya yaitu sebagai Supporting, Mediator, Advisor dan controlling.

Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Komite Sekolah SDN Sidomekar 08 antara lain :

Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan perencanaan sekolah, membantu guru menghitung

&menentukanKKM(mengadakanworkshoppenghitungan&penetapanKKM),membantu

meningkatkan mutu dan promosi sekolah.

BekerjasamadenganPTIndofood(miesedap),TehBotolSosro,Yamahasebagaisponsorlomba

bacapuisi,mewarna&menggambaruntukanakTKcalonmurid,drumbanddanFamiliCerdas.

Acara digelar agar masyarakat dan orang tua murid bersama keluargnya datang ke sekolah dan

mengetahui kondisi sekolah sekaligus promosi

Bekerjasama dengan Pabrik Gula Semboro untuk mencarikan bea siswa untuk peserta didik

Bekerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Semboro, memanfaatkan lahan milik KUD untuk

bercocok tanam hortikultura ) Pepaya, kangkung, bayam, gambas, dan katu ) sebagai kegiatan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 182: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

180 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

ekstra dan praktek pertanian untuk siswa. Hasilnya dijual dengan pembagian 50 % komite

sekolah untuk dikembangkan lagi, 25 % sekolah dan pengelola.

Mendirikan KANTIN SEKOLAH, hasilnya 50% komite dan 50% sekolah. Tujuannya selain untuk

support dana ke sekolah, juga menciptakan jiwa wirausaha siswa dan masyarakat sekolah karena menjual

makanan yang diproduksi orang tua murid seperti Klepon, Kripik Pisang, Opak gepit, Kacang telur, Roti

kering, dan rengginan. Siswa mengambil sendiri makanan yang dibeli dan mengadministrasikan sendiri

dengan memasukan uang serta mencatat sendiri dalam buku, pengelola hanya mengkoordinir

& mengawasi serta membantu siswa yang belum bisa baca, tulis..

Page 183: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

181www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

BAHAN PRESENTASI

Responsibility merupakan otoritas yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan.Accountability merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut.

RESPONSIBILITY DAN ACCOUNTABILITY

JENIS-JENIS AKUNTABILITAS SEKOLAH

1. Akuntabilitas akademik2. Akuntabilitas non akademik3. Akuntabilitas moral4. Akuntabilitas hukum5. Akuntabilitas politik6. Akuntabilitas administratif7. Akuntabilitas ekonomik

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 184: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

182 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

• Prestasi akademik tinggi• Tingkat kelulusan tinggi• Punya kejuaraan di berbagai bidang akademik• Kejuaraan lomba matapelajaran• Kejuaraan olimpiade• Lulusannya terserap di lembaga pendidikan.

AKUNTABILITAS AKADEMIK

Page 185: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

183www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

88Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di Sekolah

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 186: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

184 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik Sekolah

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum pembelajaran adalah peserta dapat

mengambil pelajaran dari praktik-praktik penerapan

MBS berorientasi pelayanan publik. Tujuan khusus

pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi

tentang praktik baik (good practice) penerapan MBS

berorientasi pelayanan publik, peserta dapat:

1. Mengidentifikasipraktikbaik (good practice)

penerapan MBS berorientasi pelayanan publik

yang pernah dilihat di daerah masing-masing.

2. Mengambil praktik-praktik baik penerapan MBS

berorientasi pelayanan publik sebagai leason

leaner.

3. Menganalisis kemungkinan penerapan praktik-

praktik baik penerapan MBS berorientasi

pelayanan publik di sekolah masing-masing.

POKOK BAHASAN

1. Praktik-praktik baik manajemen kurikulum dan

pembelajaran berbasis sekolah.

2. Praktik-praktik baik manajemen kelas berbasis

sekolah.

3. Praktik-praktik baik manajemen SDM.

4. Praktik-praktik baik manajemen peserta didik.

berbasis sekolah.

Tujuan umum pembelajaran adalah

peserta dapat mengambil pelajaran dari praktik-praktik penerapan MBS berorientasi pelayanan

publik.

MODUL 8

Page 187: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

185www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

10 menit Pengkondisian

30 menit Telaah teks/bahan bacaan

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit WakilKelompokPresentasi

10 menit Penutup

5. Praktik-praktik baik manajemen sarana

prasarana berbasis sekolah.

6. Praktik-praktik baik manajemen keuangan

berbasis sekolah.

7. Praktik-praktik baik manajemen partisipasi

masyarakat berbasis sekolah.

8. Contoh Penerapan Praktik MBS di

Kabupaten/Kota Mitra Kinerja

METODE

1. Curah pendapat2. Ceramah3. Rsesitasi4. Presentasi 5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berkut.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 188: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

186 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Pengantar (5 menit)

Fasilitator mengajak senam kepada peserta.

Apersepsi(10menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi

sebelumnya

2. Fasilitator menggali pengalaman peserta

tentang pelaksanaan MBS di sekolahnya

masing-masing.

3. Fasilitator memancing pendapat peserta lain

tentang pengalaman pelaksanaan MBS di

sekolah yang telah diceritakan oleh peserta.

TelaahBahanBacaan(30menit)

1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

peserta untuk menelaah bacaan tentang good

practice MBS berorientasi pelayanan publik.

2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

peserta untuk menggaris bawahi hal-hal penting

pada bacaan yang ditelaah.

3. Failitator memberikan kesempatan kepada

pesertamengidentifikasigoodpracticeMBS

berorientasi pelayanan publik di daerahnya

masing-masing.

DiskusiKelompok(30menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok

2. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian

kelompok mendiskusikan langkah-langkah yang

dapat ditempuh oleh sekolah untuk mencapai

SPM.

3. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian

kelompok untuk mendiskusikan langkah-langkah

sekolah untuk mencapai SNP.

PROSES FASILITASI

Pengantar(5 menit)

Pengkondisian(10 menit)

Telaah Bahan Bacaan

(30 menit)

Diskusi Kelompok(30 menit)

Presentasi(50 menit)

Penutup(10 menit)

Page 189: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

187www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

dan dapat dijadikan sebagai 'lessons learnt' oleh

sekolah-sekolah lain. Good practices tersebut,

diangkat dari sekolah-sekolah yang selama ini

menerapkan MBS yang dibina oleh pemerintah

(Kemendiknas dan Dinas Pendidikan Provinsi

dan kabupaten kota) dan yang dibina oleh NGO

(termasuk yang didampingi oleh Kinerja-USAID).

Mengingat aspek substansi manajemen berbasis

sekolah yang berorientasi pelayanan publik tersebut

dimulai dari manajemen pembelajaran sampau

dengan manajemen partisipasi masyarakat,

maka sajian tentang good practices tersebut juga

mengikuti alur aspek subtansi manajemen berbasis

sekolah yang berorientasi pelayanan publik.

B. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS SEKOLAH

1. Kurikulum yang diterapkan di sekolah yang

menerapkan MBS adalah KTSP. Manajemen

mutu KTSP di sekolah yang menerapkan MBS

terdiri atas: mencermati perubahan kurikulum,

mempelajari KTSP, sosialisasi KTSP, worshop

silabus, sharing silabus, expert judgement

silabus, dan pengesahan silabus.

2. Pencermatan perubahan kurikulum dilakukan

oleh Sekolah yang menerapkan MBS sejak

adanya informasi perubahan kurikulum dari

1994 ke KBK, Kurikulum 2004 dan KTSP.

Setelah KTSP ditetapkan secara resmi sebagai

kurikulum yang dipakai secara nasional, sekolah

yang menerapkan MBS mempelajari KTSP.

3. Sosialisasi KTSP di sekolah yang menerapkan

MBS dilakukan kepada guru dan stake holders

dengan maksud memberikan pemahaman akan

4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

kelompok meringkas hasil diskusinya pada

kertas plano.

Presentasi(50menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok

2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

kelompokuntukmengidentifikasipraktik-praktik

MBS berorientasi pelayanan publik yang

dapat diterapkan di sekolah masing-masing

beserta faktor pendukung, penghambat beserta

pemecahannya.

3. WakilKelompokPresentasi

4. Anggota kelompok menambahkan (jika ada)

5. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

para peserta

Penutup(10menit)

Fasilitator mereview hasil diskusi

BAHAN BACAAN

BAHAN BACAAN: PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICES) PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

A. PENDAHULUAN

Banyak good practice manajemen berbasis sekolah

berorientasi pelayanan publik yang dapat diangkat

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 190: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

188 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

urgensi KTSP, selanjutnya bisa mencangkokkan

komitmen untuk mengimplementasikan KTSP.

4. Penyusunan silabus dilakukan bersama oleh

tenaga kependidikan sekolah yang menerapkan

MBS sesuai dengan rambu-rambu yang

ditetapkan oleh BSNP, dengan mengakomodasi

potensi dan kearifan lokal.

5. Sharing silabus, judgement expert, review

silabus dan revisi silabus, dilakukan oleh tenaga

kependidikan di sekolah yang menerapkan

MBS dengan harapan menjadi silabus yang

berkualitas karena telah didialogkan dengan

sejawat dan mendapatkan banyak masukan

dari pakar kependidikan mata pelajaran sesuai

keahliannya.

6. Silabus yang sudah melalui perbaikan secara

berulang kemudian disahkan dan dirujuk ketika

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

C. GOOD PRACTICES MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS SEKOLAH

1. Manajemen pembelajaran pada sekolah yang

menerapkan MBS adalah suatu aktivitas yang

bermaksud mewujudkan mutu pembelajaran

sehingga proses dan hasil pembelajaran

menjadi bermutu.

2. Proses manajemen pembelajaran Sekolah

yang menerapkan MBS meliputi: perencanaan

pembelajaran, implementasi pembelajaran dan

penilaian pembelajaran.

3. Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan

penyusunan RPP yang bermutu oleh guru,

dengan memedomani silabus yang sudah

disyahkan, di-sharing-kan dengan dan di-review

oleh sejawat dan dilakukan expert-judgement,

serta dilakukan revisi berulang.

4. Substansi RPP yang disusun oleh guru Sekolah

yang menerapkan MBS meliputi: identitas mata

pelajaran, kompetensi, tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran; metode, media dan sumber

belajar; jenis dan instrumen evaluasi; identitas

penyusun dan pengesahan oleh penyusun dan

kepala sekolah.

5. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Sekolah

yang menerapkan MBS memedomani RPP;

menggunakan model, strategi, metode dan

media pembelajaran yang mengerucut ke arah

PAKEM.

6. Evaluasi pembelajaran yang diterapkan di

Sekolah yang menerapkan MBS adalah evaluasi

autentik, yang terdiri atas tes dan non tes.

Guna mengetahui keberhasilan pembelajaran,

Sekolah yang menerapkan MBS menerapkan

standar ketuntasan minimal (SKM).

7. Dalam evaluasi pembelajaran (PS, PR, ulangan

harian, ulangan sub semester dan ulangan

semester), guru mengoreksi dan memberikan

balikan kepada siswa. Siswa yang berprestasi

dalam berbagai ulangan dan pengerjaan tugas

mendapatkan reward dari guru, siswa yang

belum mencapai KKM mendapatkan remidi, dan

siswa yang sudah mencapai KKM lebih cepat

dari kawannya mendapatkan pengayaaan

materi pembelajaran.

Page 191: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

189www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

8. Keseluruhan hasil evaluasi dikembalikan kepada

siswa dan dilaporkan kepada orangtua, melalui

raport.

D. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KELAS BERBASIS SEKOLAH

1. Ruang kelas pada sekolah yang menerapkan

MBS berada dalam keadaan bersih dan terawat,

karena disapu dan dilap setiap hari oleh siswa

piket yang diatur oleh guru kelas.

2. Ruang kelas sekolah yang menerapkan MBS

dihias menarik oleh siswa dengan bimbingan

guru kelas sehingga kondusif untuk belajar.

3. Pada dinding ruang sekolah yang menerapkan

MBS dipajang karya-karya terbagus siswa dan

kalender,sertaposter-posterafirmatifyang

menggelorakan semangat relajar siswa.

4. Berbagai jenis ringkasan mata pelajaran, mind

mapping, rumus matematika dan MIPA, dan

pojok mata pelajaran dibuat dan ditempatkan

pada ruang kelas Sekolah yang menerapkan

MBS secara berkala sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran.

5. Terdapat aturan yang dipedomani dan dijalankan

oleh wali kelas, sehingga kelas yang menjadi

tangungjawab guru kelas benar-benar kondusif

untuk melaksanakan pembelajaran yang

bermutu.

E. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KESISWAAN BERBASIS SEKOLAH

1. Manajemen kesiswaan adalah upaya yang

dilakukan oleh pengelola Sekolah yang

menerapkan MBS dalam memproses input

siswa menjadi output yang bermutu sesuai

dengan visi, misi dan tujuan sekolah.

2. Manajemen mutu kesiswaan berbasis terdiri

atasrekrutmensiswabaru,identifikasipotensi

akademik dan non akademik, pembinaan

yang berpotensi akademik dan non akademik,

penyaluran bagi yang kurang potensial di bidang

akademik dan non akademik, pemantauan siswa

yang melanjutkan studi.

3. Rekrutmen siswa baru dilakukan oleh Sekolah

yang menerapkan MBS berdasarkan daya

tampung sekolah yang didahului dengan

penyebaran pengumuman dalam bentuk brosur.

4. Identifikasipotensiakademikdannonakademik

siswa dilakukan oleh guru kelas dan satgas

yang dibentuk, guna memetakan siswa yang

berpotensi akademik, berpotensi non akademik,

dan berminat akademik dan non akademik.

5. Siswa berpotensi akademik dibina sampai

mengerucut ke kejuaraan lomba mata pelajaran,

siswa berpotensi non akademik dibina sampai

mengerucut ke kejuaraan lomba non akademik,

dan siswa yang berminat akademik dan non

akademik disalurkan pembinaannya melalui

kegiatan ekstra kurikuler untuk variasi dan

pengayaan perolehan belajar di bidang

akademik.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 192: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

190 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

6. Siswa yang berprestasi dan menjadi

juara bidang akademik dan non akademik

mendapatkan penghargaan material dan non

material serta ditampilkan dalam berbagai

kegiatan gebyar sekolah agar makin memacu

yang bersangkutan dan kawannya untuk

mendapatkan kejuaraan akademik dan non

akademik berikutnya.

7. Guna mempertahankan mutu pembinaan,

maka setiap pembina mendapatkan insentif

pembinaan, dan pembina kesiswaan yang

berprestasi mendapatkan rewardbertingkat

sesuai dengan tingkatan prestasinya.

8. Berdasarkan pembinaan dan pendampingan

yang bermutu kepada siswa, maka Sekolah

yang menerapkan MBS banyak mendapatkan

kejuaraan penghargaan baik di bidang akademik

maupun non akademik.

9. Sekolah yang menerapkan MBS memantau

kelanjutan studi lulusannya dan membangun

jaringan alumni sebagai bentuk akuntabilitas

pembinaan berkelanjutan dan sekaligus

mengkondisikan alumni agar memberikan

kontribusi akademik dan non akademik kepada

sekolah asalnya.

F. GOOD PRACTICES MANAJEMEN SDM (TENAGA KEPENDIDIKAN) BERBASIS SEKOLAH

1. Manajemen tenaga kependidikan adalah

aktivitas yang dilakukan oleh pengelola Sekolah

yang menerapkan MBS untuk merekrut,

menugasi, meningkatkan kemampuan,

memberikan penghargaan kepada tenaga

kependidikan agar memberikan kontribusi yang

bermutu terhadap proses pendidikan di sekolah.

2. Aktivitas manajemen tenaga kependidikan

terdiri atas: rekrutmen, penugasan, penggajian,

peningkatankualifikasidankompetensi,promosi

dan penghargaan.

3. Rekrutmen tenaga kependidikan pada Sekolah

yang menerapkan MBS melalui seleksi ketat,

referensi kepala sekolah dan guru sejawat serta

yayasan sehingga yang terekrut memenuhi

kualifikasi,prestasiakademik,dedikasidan

kemampuan khusus sesuai dengan ciri khas

sekolah yang menerapkan MBS.

4. Penugasan tenaga kependidikan Sekolah yang

menerapkan MBS selain pada tugas utama,

juga pada tugas tambahan, sesuai dengan

kualifikasi,kompetensidankemampuankhusus

yang dimiliki, dan didasarkan atas kebutuhan riil

pengembangan peserta didik di sekolah.

5. Penggajian tenaga kependidikan Sekolah yang

menerapkan MBS didasarkan atas jenis dan

jumlahbebantugas,kualifikasidankompetensi,

golongan/ruang, masa kerja dan alokasi serta

kemampuan angggaran sekolah.

6. Peningkatankualifikasitenagatenaga

kependidikan sekolah yang menerapkan MBS

melalui studi lanjut, sedangkan peningkatan

kompetensi melalui supervisi, pertemuan ilmiah,

pelatihan, workshop, seminar, pendampingan,

dan kemitraan dengan lembaga lain.

7. Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan

dedikasi tenaga kependidikan pada sekolah

yang menerapkan MBS, dan terdapat upaya

Page 193: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

191www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

peningkatan atau promosi karier secara

berkelanjutan.

F. GOOD PRACTICES MANAJEMEN SARANA PRASARANA BERBASIS SEKOLAH

1. Manajemen sarana prasarana adalah

pengaturan sarana prasarana secara bermutu

agar siap dipergunakan untuk mendukung

pelaksanaan bidang akademik dan non

akademik di sekolah yang menerapkan MBS.

2. Aktivitas manajemen sarana prasarana Sekolah

yangmenerapkanMBSterdiriatas:identifikasi

kebutuhan sarana dan prasarana, pengadaan

sarana prasarana, inventarisasi sarana

prasarana, penggunaan sarana prasarana,

perawatan dan pemeliharaan sarana prasarana.

3. Identifikasikebutuhansaranaprasarana

dilakukan oleh pengelola sekolah yang

menerapkan MBS dengan bantuan tenaga

kependidikan, atau oleh satuan tugas yang

dibentuk leh pengelola.

4. Pengadaan sarana prasarana dilakukan

berbasis kebutuhan riil sekolah baik di bidang

akademik maupun non akademik, dan dilakukan

oleh pengelola dan tenaga kependidikan

Sekolah yang menerapkan MBS.

5. Pengadaan sarana prasarana sekolah yang

menerapkan MBS dilakukan dengan cara

pembangunan gedung dan ruangan; pembelian

peralatan; mendapatkan sumbangan dari orang

tua, masyarakat dan stake holders sekolah yang

lainnya.

6. Inventarisasi sarana prasarana pada sekolah

yang menerapkan MBS dilakukan setelah

sarana prasarana diadakan dengan cara

memberikan label sarana prasarana yang ada,

dan mencatat pada buku inventaris sekolah,

papan inventaris yang ditempatkan pada

ruang kepala sekolah dan guru, dan pada

daftar inventaris yang ditempelkan pada setiap

ruangan.

7. Penggunaan sarana prasarana pada sekolah

yang menerapkan MBS dilakukan secara

optimal sehingga tingkatan utilitas gedung,

ruangan, peralatan pembelajaran dan penunjang

pembelajaran pada sekolah yang menerapkan

MBS tergolong tinggi pada jam-jam sekolah.

8. Perbaikan, perawatan dan pemeliharaan sarana

prasarana pada sekolah yang menerapkan MBS

selalu dilakukan agar sarana prasarana yang

tersedia tetap layak, aman dan nyaman dipakai

sehingga senantiasa siap dipergunakan untuk

kepentingan pembelajaran atau akademik dan

kepentingan lainnya atau non akademik.

H. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KEUANGAN BERBASIS SEKOLAH

1. Manajemen keuangan sekolah yang

menerapkan MBS adalah upaya penggalian

sumber dan pembelanjaan dana secara bermutu

dan selektif, guna mendukung aktivitas dan

mutu pendidikan dan pembelajaran.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 194: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

192 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

2. Aktivitas manajemen keuangan berbasis religi

terdiri atas: perencanaan anggaran, penggalian

anggaran, realisasi dalam bentuk penggunaan

dan pembelanjaan anggaran, dan laporan

pertangungjawaban anggaran.

3. Perencanaan anggaran adalah menyusun RAKS

yang berbasis pada Renstra sekolah dengan

melibatkan stake holders sekolah, selanjutnya

diajukan kepada pihak-pihak yang bisa menjadi

sumber pebdanaan.

4. Sumber dana sekolah yang menerapkan MBS,

terdiri atas sumber tetap dan sumber tidak tetap.

Sumber dana tetap terdiri atas uang pangkal/

masuk siswa kelas 1 dan SPP. Sumber dana

tidak tetap terdiri atas bantuan suka rela orang

tua, bantuan pemerintah (BOS, block grand),

bantuan luar negeri, bantuan masyarakat,

bantuan partner kerja sama, uang pangkal

siswa pindahan, dan usaha sekolah melalui

koperasi.

5. Realisasi penggunaan anggaran untuk

keperluan penciptaan pembelajaran berkualitas,

pembimbingan dan layanan siswa; gaji,

honorarium, pendidikan dan pelatihan serta

penghargaan tenaga kependidikan; pengadaan,

perbaikan dan perawatan sarana prasarana;

penggalian dana baru; menggalang kerja sama

dengan orangtua, masyarakat dan mitra kerja

sama.

6. Laporan angaran sebagai bentuk akuntabilitas

dirumuskan secara tertulis dan disampaikan

kepada orangtua, komite sekolah, institusi

yang menaungi dan pemerintah serta para

penyumbang dana.

I. GOOD PRACTICES MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT BERBASIS SEKOLAH

1. Manajemen partisipasi masyarakat sekolah

yang menerapkan MBS adalah suatu aktivitas

penggalangan, penerlibatan dan penggerakan

secara bermutu potensi masyarakat, terutama

orang ua dalam rangka mendukung proses

pendidikan dan pembelajaran yang bermutu di

sekolah.

2. Aktivitas manajemen partisipasi masyarakat

sekolah yang menerapkan MBS terdiri atas

identifikasipotensiorangtuadanmasyarakat,

memprogramkan kerja sama dengan orangtua

dengan masyarakat, berkomunikasi dengan

orangtua dan masyarakat, membentuk komite

sekolah, membentuk paguyuban orangtua

murid, menampilkan prestasi siswa dalam

pentas seni dan kegiatan keagamaan, membuat

media sekolah.

3. Identifikasipotensiorangtuadanmasyarakat

dilakukan setiap awal tahun oleh wali kelas

dan satuan tugas yang dibentuk untuk melihat

kemungkinan partisipasi yang dapat diberikan

oleh orangtua dan masyarakat.

4. Berdasarkan atas peta potensi orangtua

dan masyarakat, pengelola sekolah yang

menerapkan MBS menyusun program kerja

dan menggalang partisipasi dari (dan kerja

sama dengan) orangtua dan masyarakat.

Partisipasi orangtua dan masyarakat dikelola

secara bermutu melalui kelembagaan komite

Page 195: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

193www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

sekolah (di tingkat sekolah), paguyuban orang-

tua (di tingkat kelas), serta secara individual ke

sekolah.

5. Partisipasi orangtua dan masyarakat di sekolah

yang menerapkan MBS dikelola dengan bermutu

dalam wujud memberikan sumbangan pikiran,

peningkatan kemampuan tenaga kependidikan,

sumbangan dana, sumbangan tenaga untuk

peningkatan life skill siswa dan sumbangan non

dana.

J. CONTOH PENERAPAN PRAKTIKMBSDIKABUPATEN/ KOTA MITRA KINERJA

Sekolah-sekolah yang didampingi oleh kinerja-

USAID dalam menerapkan MBS telah melakukan

berbagai jenis praktik-praktik yang baik (good

practice) yang dapat dijadikan sebagai lesson

learn oleh sekolah-sekolah lain. Di antara berbagai

praktik baik tersebut, dilaksanakan oleh SD-SD yang

didamping oleh USAID-KINERJA di Jawa Timur dan

Kalimantan Barat.

Berikut dicuplikkan berapa praktik baik yang

dilakukan oleh SD yang menerapkan MBS dengan

pendampingan USAID-KINERJA.

1. Penyusunan rencana sekolah yang lebih partisipatif

Pasca intervensi KINERJA selama satu tahun

pertama, seluruh sekolah mitra telah memiliki

dokumen perencanaan yang akuntabel, yang

prosesnya dilakukan secara partisipatif dengan

melibatkan tim pengembang sekolah (TPS) dan

komite sekolah. Proses penyusunan diawali

denganevaluasidirisekolah,identifikasi

pemenuhan standar pelayanan minimal dan

masukan dari masyarakat. Padahal sebelumnya,

Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) umumnya

disusun sepihak hanya oleh kepala sekolah

dan sebagian guru. Hampir di semua sekolah

dampingan, dokumen rencana yang ada telah

dipublikasikan oleh sekolah dengan beragam

cara, menyesuaikan kondisi sekolah.

Dalam kaitan partisipasi, kesadaran

kebutuhan akan peran dari mitra lainnya,

mendorong sekolah untuk merevitalisasi

ataupun meremajakan tim pengembang dan

komite sekolah melalui SK pembentukan dan

penyusunan anggaran dasar/ anggaran rumah

tangga (AD/ART)-nya. Di Sekadau, seluruh

sekolah yang didampingi telah memiliki SK TPS,

dimana 18 sekolah telah memiliki SK Komite

sekolah dan 12 telah menyusun AD/ART Komite

Sekolah.

“Sejak adanya pendampingan MBS ini, kami jadi lebih mengerti bagaimana membuat

perencanaan sekolah dan mengajak orang tua murid untuk terlibat,” H. Sabli, S.Pd, Kepsek SDN

47 Penanjung, Kec. Sekadau Hilir

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 196: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

194 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam realisasi rencana sekolah

Kampanye “Pendidikan Gratis” yang banyak

dilakukan kalangan politisi dan elit lainnya

mengakibatkan keengganan masyarakat untuk

membantu pembiayaan pendidikan. Banyak kepala

sekolah yang merasa seperti disodorkan buah

simalakama, dimana setiap kali sekolah mencoba

menggalang pendanaan dari orangtua murid maka

mengalami penolakan ataupun dituding melakukan

pungutan liar. Sebaliknya, jika tidak dilakukan

penggalangan pendanaan maka layanan pendidikan

yang diberikan akan terkendala.

Melalui proses pelibatan para pihak di tingkat

sekolah dan berlangsungnya proses perencanaan

dan pengelolaan sekolah yang transparan dan

akuntabel, kesadaran kritis dari para pihak mulai

muncul akan perlunya dukungan mereka, baik

berupa masukan penyelesaian masalah, dukungan

tenaga maupun pendanaan.

Salah satu praktek menarik mengenai hal ini

adalah apa yang berlangsung di SMP Negeri 1

Belimbing, Kabupaten Melawi. Sekolah ini mampu

menggunakan rencana sekolah, yang dihasilkan

melalui proses yang transparan dan partisipatif,

dalam menggalang dukungan para pihak. Program

yangberhasildiidentifikasidalamRKTsekolah

kemudian dilakukan pelelangan program kepada

para pihak yang ada. Karena paham dengan proses

yang berlangsung, banyak pihak yang membeli

lelang program ini.

Berdasarkan RAKS yang dipublikasikan sekolah,

pada tahun anggaran 2012-2013, total partisipasi

Gambar 7.12. Rencana Sekolah yang Dipajang

Page 197: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

195www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

para pihak yang berhasil dikumpulkan adalah

sebesar Rp 125.300.000 (seratus duapuluh lima

juta tiga ratus ribu rupiah). Beberapa program yang

berhasil dibeli oleh para pihak adalah: penyediaan

folding gate untuk ruang kelas, perbaikan toilet,

perbaikan ruang UKS, pembangunan kantin

sekolah, penyediaan loker HP dan loker sepatu

siswa, pembuatan pagar dari batako yang berasal

dari sumbangan orangtua siswa, pengadaaan

penghijauan sekolah, perbaikan lantai sekolah

dengan pemasangan keramik, pengadaan kursi

ruang rapat, pembuatan teralis untuk ruang

komputer dan ruang koperasi, pelajaran ketrampilan

dan les tambahan siswa yang pembiayaannya oleh

orang tua murid, dan pembuatan kebun sekolah

yang ditanami oleh tumbuhan produksi (buah brazil).

3. Pengupayaan Dukungan dari Pemerintah Daerah

Secara umum pelaksanaan program MBS di

Kalimantan Barat yang dilakukan telah mampu

memperkenalkan konsep tata kelola yang baik pada

sekolah-sekolah target. Hampir seluruh sekolah

dampingantelahmelakukanidentifikasidirisekolah

(adayangmenggunakanProfile,EDS,dsbnya),

penyusunan dokumen perencana (revisi visi dan

misi sekolah, RKS, RKT, RKAS), pelaksanaan

perencanaan dan pelaporan keuangan sekolah

secara lebih partisipatif, lebih transpan dan lebih

menerapkan aspek akuntabilitas. Meskipun derajat

penerapannya di setiap sekolah sangat beragam

dengan faktor pendorong yang sangat beragam.

Banyak pembelajaran menarik yang juga telah

terjadi dari implementasi MBS ini di beberapa

sekolah. Bahkan ada sekolah yang telah mampu

merangkul dunia usaha dan alumni yang ada

untuk membantu mewujudkan rencana sekolah

yang disusun.Pelaksanaan Paket MBS di bidang

pendidikan yang telah berlangsung di Kalimantan

Barat dipandang perlu dilanjutkan, baik dalam

tahapan konsolidasi maupun perluasan ke

bebeberapa sekolah lainnya yang berada di lingkup

kabupaten bersangkutan.

Secara umum, USAID-KINERJA melakukan

perluasan melalui: (i) Membentuk Sekolah

Percontohan di tingkat Kabupaten dan

meningkatkan kapasitas dari sekolah tersebut dalam

memberikan layanan sebagai sekolah percontohan

MBS; (ii) Menjadikan Kepala Sekolah dan

Pengawas sekolah (yang sejatinya memiliki tupoksi

dalam supervisi sekolah) sebagai agen perluasan

saat melakukan pendampingan ke sekolah; (iii)

Mendorong MSF sebagai agen perluasan, terutama

dengan mendekati komite sekolah untuk siap

berpartisipasi pada agenda sekolah dan juga

mendesakkan kebijakan yang mendukung bagi

pelaksanaan MBS; dan (iv) Menginisiasi lahirnya

SK Kepala Dinas mengenai Pelaksanaan MBS

dengan salah satu bagiannya menjelaskan bahwa

telah ada sekolah percontohan di wilayahnya, yang

dapat dijadikan referensi bagi sekolah lain dalam

mengimplementasikannya.

Keinginan untuk berlangsungnya perluasan

dinyatakan oleh berbagai pihak. Di Melawi, Dinas

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 198: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

196 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Pendidikan mengalokasikan pendanaan kegiatan

perluasan melalui pelatihan kepada pengawas dan

50 orang kepala sekolah mengenai MBS pada 22-

23 Mei 2013 yang lalu. Sementara di Bengkayang,

keinginan perluasan ini dinyatakan secara terbuka

kepada khalayak melalui media lokal yang ada.

“Dengan kegiatan ini, kita berharap dua puluh sekolah mitra yang terdiri dari enam belas SD dan empat SMP bisa dijadikan contoh untuk sekolah lain dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan,” Heni Juniarti, ST, MM,

Kepala Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kabupaten

Bengkayang.

“Sebelumnya kami tahu ada MBS yang diusung USAID-KINERJA, namun tidak pernah dilibatkan. Sekarang setelah dilibatkan, kami jadi lebih tahu mengenai MBS dan kami sepakat untuk mensosialisasikannya ke sekolah binaan kami di luar yang 20 sekolah mitra yang sudah ada ini, “ Sukarwanta, Pengawas TK/SD di Sekadau.

• Kegiatan Pelatihan kepada pengawas dan 50 orang kepala sekolah mengenai MBS di Melawi pada 22-23 Mei 2013

• Pernyataan Dukungan Perluasan MBS dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkayang.

Page 199: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

197www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

GOOD PRACTICES MANAJEMEN KELAS BERBASIS SEKOLAH

• Ruang kelas dirawat dan dihias menarik oleh siswa dengan pengaturan wali kelas.

• Pada dinding dipajang kalender, karya terbagus siswa, dan poster afirmatif yang menggelorakan semangat belajar siswa.

• Ringkasan mata pelajaran, mind mapping, rumus MIPA, dan pojok mata pelajaran diganti secara berkala sesuai kebutuhan pembelajaran.

• Terdapat aturan yang dipedomani wali kelas. dan menjamin kondusifnya pembelajaran berkualitas.

• Kelas tidak hanya dibatasi pada ruang kelas, tetapi diperluas sampai teras, halaman, taman dan pekarangan sekolah.

• Memproses input menjadi output bermutu sesuai visi, misi dan tujuan sekolah.• Aktivitas: rekrutmen siswa baru, identifikasi potensi akademik dan non

akademik siswa, pembinaan siswa berpotensi, penyaluran siswa berminat dan pemantauan siswa yang melanjutkan.

• Rekrutmen siswa baru sesuai daya tampung dan didahului pengumuman.• Identifikasi potensi siswa untuk memetakan potensi dan minat siswa. • Siswa berpotensi akademik dan non akademik dibina mengerucut ke kejuaraan

lomba, siswa yang berminat disalurkan ke kegiatan ekstra kurikuler. • Siswa dan tenaga kependidikan juara mendapatkan penghargaan dan

ditampilkan dalam gebyar sekolah.• Pemantauan kelanjutan studi dan pembentukan alumni.

GOOD PRACTICES MANAJEMEN KESISWAAN BERBASIS SEKOLAH

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 200: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

198 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

GOOD PRACTICES MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH

• Merekrut, menugasi,meningkatkan kemampuan, memberikan penghargaan kepada tenaga kependidikan agar memberikan kontribusi bermutu terhadap pendidikan di sekolah.

• Rektutmen melalui seleksi ketat, referensi kepala sekolah, sejawat dan yayasan sehingga memenuhi kualifikasi, prestasi akademik, dedikasi dan kemampuan khusus sesuai dengan ciri khas Sekolah yang menerapkan MBS.

• Penugasan pada tugas utama dan tambahan sesuai dengan kualifikasi kompetensi dan kemampuan khususnya, dan didasarkan atas kebutuhan riil pengembangan peserta didik.

• Penggajian didasarkan atas jenis, beban tugas, kualifikasi, kompetensi, golongan/ruang masa kerja, dan kemampuan angggaran sekolah.

• Peningkatan melalui studi lanjut, peningkatan kompetensi melalui supervisi, pertemuan ilmiah, pelatihan workshop, semimar pendampingan dan kemitraan dengan lembaga lain.

• Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan dedikasi, serta peningkatan karier secara berkelanjutan.

Page 201: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

199www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

LAMPIRAN CLampiran Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Pada saat awal sebuah daerah sudah memutuskan MBS akan di terapkan dengan pendekatan

KINERJA prosesnya diatur dalam seri lokakarya, dan pelatihan pada awal setiap langkah. Proses yang

sama dipakai pada tahun berikutnya, karena ada peserta baru, dan juga modul pelatihan dipakai oleh

peserta lama untuk dapat diingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah sudah mempunyai

pengalaman melaksanakan MBS selama tiga tahun. Pelatihan mungkin tidak begitu penting lagi bagi

daerah tersebut, namun seri lokakarya masih penting agar pertemuan semua pemangku kepentingan

dapat diatur dengan baik.

Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak

melakukan fasilitasi MBS di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda

sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat

yang memasarkan pelatihan saja.

Fasilitator MBS. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut di sini sebagai Fasilitator MBS.

Sangat penting agar para fasilitator MBS menguasai bahannya, dan berfokus kepada keberhasilan tim. Ia

harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan keterampilan sebagai fasilitator

yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi, dan mendampingi pemerintah

daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/evaluasi implementasi MBS.

Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator MBS adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun

MBS yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun

MBS. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan

tersebut, khususnya Tim Penyusun MBS. Dalam praktik USAID-KINERJA, tugas fasilitasi dilaksanakan

oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang mengadakan fasilitator baik untuk pelatihan dan dukungan

pendampingan.

Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 202: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

200 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Dalam pelaksanaan program USAID-KINERJA, bagian dari bahan ini juga dipakai:

• BagiOMPagarmemilikiacuandalammelakukanpendampinganpengelolaanMBSdidaerah

• DalampembahasanparapemimpindaerahdalamprosespenentuankebijakanpenyusunanMBS

• MultiStakeholderForum(MSF)yangdiikutsertakandalamprosespenerapanMBSsebagaibahan

dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku seri

pembelajaran USAID-KINERJA tentang MSF)

• Media(lihatjugabukuseripembelajaranUSAID-KINERJA tentang MSF).

Proses. Proses fasilitasi USAID-KINERJA digambarkan dalam bagan yang berikut:

Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID.

Langkah 4 dapat didukung oleh pelatihan KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder Forum

dan juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8. Proses fasilitasi

penghitungan BOSP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan.

Page 203: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

201www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Pengetahunan dan ketrampilan dari pelatihan

Setelah mengikuti seri kegiatan pendampingan ini diharapkan masing-masing anggota Tim

Penyusun MBS akanmempunyai penguasaan mengenai hal-hal berikut:

1. Memahami pentingnya MBS dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan

2. Memahami biaya dan sumber pendanaan biaya operasional sekolah

3. Memahami pendekatan dan konsep MBS

4. Mampu melakukan advokasi kebijakan penyusunan MBS.

5. Mampu mengintegrasikan hasil MBS dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan SKPD.

6. Mengetahuicontoh praktik baik penerapan MBS.

Fokus pelatihan. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan pelatihan. Tujuan

pelatihan adalah:

• Supayasetiappesertamemahamisubstansidankompetenuntukmelaksanakantugasnya

• Supayasetiappesertayangpernahikutpelatihansebelumnyaingatkembaliprosesnyaagardilaksanakan

makin cepat dan profesional

Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai pelatihan dengan menguraikan

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun BOSP yang ditugaskan oleh pemda,

sebagaimana ditulis di kotak yang berikut.

Tugas fasilitator training adalah untuk menjamin Tim Penyusun MBS mampu dan siap untuk melaksanakan

tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan MBS yang efektif.

Anggota Tim Penyusun MBS termasuk:

• StafDinasPendidikanyangbertugasmenyusunrancanganAPBDbidangpendidikan,sertastafBappeda

(Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.

• WakildariSD/MI,SMP/MTsdanSMA/MA

• WakildariOrganisasiMasyarakatSipil(OMS)yangmemilikipemahamantentanglatarbelakang,

konsekwensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk

pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada pembuat

kebijakan MBS.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 204: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

202 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Uraian lampiran ini

Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan berikut

ini:

1. MODUL1. MBSBERORIENTASIPELAYANANPUBLIK.

2. MODULII. STANDARDPELAYANANDALAMPENGELOLAANSEKOLAH.

3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN.

4. MODULIV. PENERAPANMANAJEMENPELAYANANPUBLIKDISEKOLAH.

5. MODULV. PERANSERTAMASYARAKATDANSTAKEHOLDERDALAMPELAYANANPUBLIKDI

SEKOLAH.

6. MODULVI. SURVEIPENGADUANUNTUKPERBAIKANLAYANANSEKOLAH.

7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH.

8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE)PENERAPANMBSBERORIENTASIPELAYANAN

PUBLIK.

Page 205: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

203www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

MBS Berorientasi Pelayanan Publik

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti sesi tentang MBS yang

berorientasi pelayanan publik, peserta menguasai

MBS yang berorientasi pelayanan publik. Secara

khusus, setelah mengikuti sesi, peserta dapat:

1. Merekonstruksi perkembangan kebijakan

manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam

penerapan MBS di sekolah-sekolah di

Indonesia.

2. Menjelaskan pengertian MBS Berorientasi

Pelayanan Publik

3. Mengurutkan dasar hukum MBS Berorientasi

Pelayanan Publik

4. Menjelaskan tujuan MBS Berorientasi Pelayanan

Publik

5. Menguraikan prinsip-prinsip MBS Berorientasi

Pelayanan Publik

6. Mengidentifikasiciri-ciri/karakteristikMBS

Berorientasi Pelayanan Publik

7. Menggambarkan aspek proses dan substansi

MBS Berorientasi Pelayanan Publik

POKOK BAHASAN

1. Pendahuluan (Sejarah MBS)

2. Pengertian MBS

3. Dasar Hukum

4. Tujuan MBS

5. Prinsip-prinsip MBS

MODUL 1

.........peserta menguasai

MBS yang berorientasi pelayanan publik

........

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 206: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

204 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

6. Ciri-ciri / karakteristik MBS

7. Aspek Proses dan Substansi MBS

METODE

1. Curah pendapat

2. Ceramah

3. Diskusi kelompok

4. Presentasi

5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

6. CD Tayangan MBS Berorientasi Pelayanan

Publik versi Kinerja-USAID

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berkut:

Waktu Pokok Bahasan

10 menit Perkenalan

35 menit Pemaparan Materi:

1. Pendahuluan (Sejarah MBS)

2. Pengertian MBS

3. Dasar Hukum

4. Tujuan MBS

5. Prinsip-prinsip MBS

6. Ciri-ciri / karakteristik MBS

7. Aspek Proses dan Substansi

MBS

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit Presentasi Masing-masing Kelompok

10 menit Penutup

Page 207: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

205www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

PROSES FASILITASI

Pengantar(10 menit)

Pemaparan Materi

(30 menit)Diskusi Kelompok

(30 menit)

Presentasi Kelompok(50 menit)

Penutup(10 menit)

Pengantar(10menit)

1. Fasilitator memimpin perkenalan antara

fasilitator dan peserta; peserta dan peserta.

2. Fasilitator memancing pendapat dari peserta

tentang MBS yang berorientasi pelayanan publik

beserta dengan permasalahannya.

Presentasi(30menit)

Fasilitator Presentasi tentang MBS yang berorientasi

pelayanan publik.

DiskusiKelompok(30menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok

2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan

dalam kelompok

3. Kelompok mendiskusikan topic yang diberikan

4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas

plano

Presentasi Kelompok (50 menit)

1. WakilKelompokPresentasi

2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada)

3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

para peserta

Penutup(10menit)

Fasilitator mereview hasil presentasi dan menutup

sesi

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 208: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

206 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Standard Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah

MODUL 2 TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti sesi tentang standar pelayanan

dalam pengelolaan sekolah, peserta memahami

jenis-jenis standar pengelolaan sekolah dengan

penjelasan rincinya.

Secara khusus, setelah mengikuti sesi ini peserta

dapat dapat:

1. Mengemukakan jenis-jenis standar pelayanan

publik

2. Menjelaskan standar proses (standar

operasional prosedur).

3. Menjelaskan standar pelayanan minimal (SPM)

pendidikan.

4. Menjelaskan standarisasi nasional pendidikan

(SNP).

5. Menjelaskan standar lainnya.

6. Menjelaskn upaya pemenuhan standar

pelayanan

POKOK BAHASAN

1. Standard Pelayanan Publik

2. Standar Proses (Standard Operasional

Prosedur)

3. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan

........peserta memahami jenis-jenis standar pengelolaan sekolah dengan penjelasan

rincinya.

Page 209: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

207www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

4. Standar Nasional Pendidikan

5. Standar lainnya

6. Upaya Pemenuhan Standard Pelayanan

(tanggung jawab sekolah dan Dinas Pendidikan)

METODE

1. Membaca terbimbing

2. Resitasi/penugasan

3. Presentasi

4. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

10 menit Pengkondisian

30 menit Fasilitator Presentasi

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit WakilKelompokPresentasi

10 menit Penutup

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berkut:

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 210: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

208 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

PROSES FASILITASI

Pengantar (5 menit)

Fasilitator mengajak senam sehat kepada peserta

Kondisioning(10menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi

sebelumnya

2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang

urgensi SPM dan SNP.

3. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang

pelaksanaan SPM dan SNP di sekolah.

Presentasi(30menit)

Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang

Standar pelayanan pendidikan di sekolah

DiskusiKelompok(30menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok

2. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian

kelompok mendiskusikan langkah-langkah yang

Pengantar(5 menit)

Pemaparan Materi(30 menit)

Diskusi Kelompok(30 menit)

Presentasi(50 menit)

dapat ditempuh oleh sekolah untuk mencapai

SPM.

3. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian

kelompok untuk mendiskusikan langkah-langkah

sekolah untuk mencapai SNP.

4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

kelompok meringkas hasil diskusinya pada

kertas plano.

Presentasi(50menit)

1. WakilKelompokPresentasi

2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).

3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

para peserta.

Penutup(10menit)

Fasilitator mereview hasil diskusi

Pengkondisian(10 menit)

Penutup(10 menit)

Page 211: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

209www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah

MODUL 3

..... peserta secara umum mampu

menyusun perencanaan dan

penganggaran sekolah.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti sesi perencanaan dan

penganggaran sekolah peserta secara umum

mampu menyusun perencanaan dan penganggaran

sekolah. Tujuan khusus pembelajaran adalah agar

peserta dapat:

1. Menyebutkan jenis-jenis perencanan sekolah.

2. Menjelaskan posisi perencanaan sekolah dalam

kerangka perencanaan SKPD.

3. Menjelaskan tahapan-tahapan perencanaan

sekolah.

4. Mempraktikkan penyusunan rencana sekolah.

POKOK BAHASAN

1. Jenis-jenis perencanaan sekolah.

2. Posisi perencanaan sekolah dalam kerangka

peencanaan SKPD.

3. Tahapan-tahapan perencanaan sekolah.

METODE

1. Curah pendapat2. Ceramah3. Latihan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 212: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

210 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

6. Form perencanaan sekolah

Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berkut:

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pokok Bahasan

10 menit Pengantar

30 menit Pengkondisian

75 menit Fasilitator Presentasi

50 menit Latihan

10 menit WakilKelompokPresentasi

Penutup

WAKTU

PROSES FASILITASI

Pengantar(5 menit)

Pengkondisian(10 menit)

Pemaparan Materi(30 menit)

Berlatih Menyusun RKS

(75 menit)

Presentasi (50 menit)

Penutup(10 menit)

Page 213: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

211www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Pengantar (5 menit)

Fasilitator mengajak senam sehat kepada peserta.

Kondisioning(10menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi Standar

Pelayanan Pendidikan.

2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang

urgensi perencanaan sekolah.

3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

peserta untuk mengungkapkam pengalamannya

dalam menyusun perencanaan dan

penganggaran sekolah.

PemaparanMateri(30menit)

Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang

perencanaan dan penganggaran sekolah.

Berlatih Menyusun RKS (75 menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok

2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk berlatih menyusun RKS.

3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

sebagian kelompok untuk menuangkan hasil

berlatihnya dalam kertas plano dan sebagian

kelompok menuliskannya menggunakan laptop.

Presentasi(50menit)

1. WakilKelompokmempresentasikanhasil

latihannya dalam forum kelas.

2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).

3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

parapeserta.

Penutup(10menit)

Fasilitator mereview RKS yang sudah disusun oleh

kelompok.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 214: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

212 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah

MODUL 4

..... agar peserta menguasai kemampuan mengelola

pelayanan publik di sekolah.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum pembelajaran sesi ini adalah agar

peserta menguasai kemampuan mengelola

pelayanan publik di sekolah. Tujuan khusus sesi ini

adalah, setelah mengikuti sesi tentang penerapan

manajemen pelayanan publik, peserta dapat:

1. Menyebutkan dasar hukum manajemen

pelayanan publik.

2. Menjelaskan kondisi ideal pelayanan publik.

3. Mengidentifikasikondisiriilpelayananpublik.

4. Mengungkapkan dengan pikiran sendiri tentang

cara-cara menggeser paradigma pelayanan

publik.

5. Menjelaskan posisi strategis SDM pendidikan

dalam pelayanan publik.

6. Mengidentifikasiperilakuyangsepatutnya

ditampilkan oleh SDM pendidikan dalam

pelayanan publik.

7. Mengidentifikasipeluangdantantangan

penerapan pelayanan publik di sekolah.

POKOK BAHASAN

1. Dasar hukum manajemen pelayanan publik.

2. Kondisi ideal pelayanan publik .

3. Kondisi riil pelayanan publik.

4. Pergeseran paradigma pelayanan publik.

5. Posisi strategis SDM pendidikan dalam

pelayanan publik.

Page 215: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

213www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

10 menit Pengkondisian

30 menit Pemaparan materi

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit Safari dan Belanja informasi

10 menit Penutup

6. Perilaku SDM pendidikan dalam pelayanan

publik.

7. Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di

Sekolah

METODE

1. Curah pendapat2. Ceramah3. Diskusi kelompok4. Presentasi 5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berkut:

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berikut:

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 216: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

214 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Proses fasilitasi:

Pengantar(5 menit)

Pengkondisian(10 menit)

Pemaparan Materi(30 menit)

Diskusi Kelompok(30 menit)

Safari dan Belanja Informasi(50 menit)

Penutup(10 menit)

Pengantar (5 menit)

Fasilitator memulai dengan ice briker.

Kondisioning(10menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi RKS.2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang

pelayanan publik yang ideal.3. Fasilitator menggali pengalaman peserta dalam

implementasi pelayanan publik di sekolah.

PemaparanMateri(30menit)

Pemaparan Materi (30 menit)Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang penerapan pelayanan publik di sekolah.

DiskusiKelompok(30menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

kelompok mendiskusikan apa yang seharusnya dilakukan oleh sekolah agar sekolah selalu berada dalam keadaan 'on-service'.

3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada masing-masing peserta untuk menyusun SOP satu jenis pelayanan publik di sekolah.

4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok meringkas hasil diskusinya pada kertas plano.

SafaridanBelanjaInformasi(50menit)

1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok untuk menempelkan hasil diskusi kelompoknya pada kertas plano.

2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada semua peserta per kelompok untuk mencermati dan memberikan pembetulan pada hasil diskusi kelompok yang dipajang pada papan plano.

3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memajang SOP yang disusun pada dinding pajangan.

4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk safari melihat SOP hasil karya kawan-kawannya (peserta lain).

Penutup(10menit)

Fasilitator memberikan penguatan terhadap hasil kerja kelompok dan hasil kerja peserta secara individual.

Page 217: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

215www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah

MODUL 5

..... agar peserta menguasai

peningkatan peran serta masyakarat dan stakeholder

.....

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum pembelajaran adalah agar peserta

menguasai peningkatan peran serta masyakarat

dan stakeholder dalam pelayanan publik di sekolah.

Tujuan khusus pembelajaran adalah, setelah

mengikuti sesi tentang peran serta masyarakat dan

stakeholder dalam pelayanan publik di sekolah,

peserta dapat:

1. Menjelaskan makna peran serta (partisipasi)

masyarakat dalam peningkatan pelayanan publik

di sekolah.

2. Mengidentifikasistakeholdersekolah.

3. Mendaftar jenis-jenis partisipasi masyarakat dan

stake holder terhadap program pendidikan di

sekolah.

4. Mengidentifikasiperankomitesekolah

5. Mengidentifikasiforummultistakeholder

sekolah

6. Mengemukakan kemandirian sekolah dalam

menghadapi otonomi daerah.

7. Mempelajari inovasi kinerja dalam peningkatan

peran serta masyarakat.

POKOK BAHASAN

1. Makna peran serta (partisipasi) masyarakat

dalam peningkatan pelayanan publik di sekolah.

2. Stake holders sekolah.

3. Jenis-jenis partisipasi masyarakat dan stake-

holder terhadap program pendidikan di sekolah.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 218: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

216 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

10 menit Apersepsi materi praktik pelayanan publik di sekolah

30 menit Fasilitator Presentasi

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit WakilKelompokPresentasi

10 menit Penutup

4. Komite Sekolah/Majelis Madrasah

5. Peranan Forum multi stakeholder sekolah.

6. Inovasi kinerja dalam peningkatan peran serta

masyarakat.

METODE

1. Curah pendapat2. Ceramah3. Diskusi kelompok4. Presentasi 5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berkut:

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berikut:

Page 219: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

217www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

PROSES FASILITASI

Pengantar(5 menit)

Apersepsi(10 menit)

Pemaparan Materi(30 menit)

Diskusi Kelompok(30 menit)

Presentasi(50 menit)

Penutup(10 menit)

Pengantar (5 menit)

Fasilitator mengawali sesi dengan menyanyi

bersama.

Apersepsi(10menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi praktik

pelayanan publik di sekolah.

2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang

urgensi peran serta masyarakat dan stake

holder dalam pelayanan publik di sekolah.

3. Fasilitator meminta peserta untuk mengkritisi

partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik

di sekolah.

Presentasi(30menit)

1. Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang

peran serta masyarakat dan stakeholder dalam

pelayanan publik di sekolah.

2. Fasilitator membuka forum tanya jawab dengan

peserta.

DiskusiKelompok(30menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok

2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

kelompokuntukmengidentifikasikelompok-

kelompok masyarakat yang dapat diajak

berpartisipasi dalam pelayanan publik di

sekolah.

3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk menggali jenis-jenis partisipasi

yang dapat diberikan oleh masyarakat dan stake

hilders dalam pelayanan publik di sekolah.

4. Kelompok merekam hasil kerja dengan

menggunakan laptop.

Presentasi(50menit)

1. WakilKelompokPresentasi

2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).

3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

para peserta.

Penutup(10menit)

Fasilitator mereview hasil diskusi.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 220: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

218 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah

MODUL 6

..... peserta

menguasai pengaduan masya-

rakat mengenai pelayanan publik

di sekolah.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum pembelajaran adalah agar peserta

menguasai pengaduan masyarakat mengenai

pelayanan publik di sekolah. Tujuan khusus

pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi ini

peserta dapat:

1. Menjelaskan makna pengaduan masyarakat

dalam peningkatan pelayanan publik di sekolah.

2. Menjelaskan proses pelaksanaan survei

pengaduan untuk menjaring keluahan-keluhan

masyarakat terhadap layanan sekolah.

3. Mengidentifikasijenis-jenispengaduan

masyarakat berdasarkan jumlah pengaduan

yang masuk.

4. Memilah pengaduan yang dapat ditindaklanjuti

oleh sekolah dan oleh Dinas Pendidikan atau

instansi lainnya.

5. Mengidentifikasitindaklanjuthasil-hasilsurvei

pengaduan, baik oleh sekolah maupun oleh

Dinas Pendidikan.

6. Memonitor tindak lanjut hasil survei pengaduan

untuk perbaikan layanan sekolah.

POKOK BAHASAN

1. Makna pengaduan masyarakat dalam

peningkatan pelayanan publik di sekolah.

2. Proses pelaksanaan survei pengaduan.

3. Jenis-jenis partisipasi masyarakat dan stake-

Page 221: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

219www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

10 menit Apersepsi Materi Survei Pengaduan

30 menit Fasilitator Presentasi

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit PresentasiWakilKelompok

10 menit Penutup

holder terhadap program pendidikan di sekolah.

4. Identifikasijenis-jenispengaduanmasyarakat.

5. Pemilahan pengaduan masyarakat.

6. Identifikasitindaklanjuthasil-hasilsurvei

pengaduan, baik oleh sekolah maupun oleh

Dinas Pendidikan dan instansi lainnya.

7. Memonitor tindak lanjut hasil survei pengaduan

untuk perbaikan layanan sekolah

METODE

1. Curah pendapat2. Ceramah3. Diskusi kelompok4. Presentasi 5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berkut:

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berikut:

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 222: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

220 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Proses fasilitasi:

Pengantar(5 menit)

Apersepsi(10 menit)

Pemaparan Materi(30 menit)

Diskusi Kelompok(30 menit)

Presentasi(50 menit)

Penutup(10 menit)

Pengantar (5 menit)

Fasilitator mengawali sesi dengan menyanyi

bersama

Apersepsi(10menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi survei

pengaduan di sekolah.

2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang

pentingnya survei pengaduan untuk perbaikan

layanan di sekolah.

3. Fasilitator meminta peserta untuk mengkritisi

layanan yang diberikan sekolah.

Presentasi(30menit)

1. Fasilitator mempresentasikan garis-garis besar

tentang survei pengaduan untuk perbaikan

layanan di sekolah.

2. Fasilitator membuka forum tanya jawab dengan

peserta.

DiskusiKelompok(30menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok.

2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk:

a. Menguraikan pentingnya survei pengaduan

untuk perbaikan pelayanan di sekolah.

b. Mengidentifikasidanmemilahhasil

pengaduan masyarakat yang dapat

ditindaklanjuti oleh sekolah dan oleh Dinas

Pendidikan dan instansi lainnya.

3. Kelompok merekam hasil kerja dengan

menggunakan laptop.

Presentasi(50menit)

1. WakilKelompokPresentasi

2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).

3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

para peserta.

Penutup(10menit)

Fasilitator mereview hasil diskusi.

Page 223: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

221www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah

MODUL 7

..... peserta

menguasai transparansi dan

akuntabilitas dalam manajemen

sekolah.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum pembelajaran adalah peserta

menguasai transparansi dan akuntabilitas dalam

manajemen sekolah. Tujuan khusus pembelajaran

adalah, setelah mengikuti sesi tentang transparansi

dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah,

peserta dapat:

1. Menjelaskan kaitan antara 'good governance'

dengan transparansi dan akuntabilitas.

2. Menjelaskan makna transparansi dan

akuntabilitas .

3. Mengidentifikasijenis-jenisakuntabilitas.

4. Menyusun 'lessons learnt' dari praktik baik tentang

transparansi sekolah yang mendapatkan

pendampingan dari USAID-KINERJA.

POKOK BAHASAN

1. Kaitan antara good governance dengan

transparansi dan akuntabilitas.

2. Makna transparansi dan akuntabilitas .

3. Jenis-jenis akuntabilitas.

4. Contoh penerapan transparansi dan

akuntabilitas di sekolah

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 224: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

222 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

10 menit Pengkondisian

30 menit Fasilitator Presentasi

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit WakilKelompokPresentasi

10 menit Penutup

METODE

1. Curah pendapat2. Ceramah3. Rsesitasi4. Presentasi 5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop

2. LCD

3. Papan dan kertas plano

4. Spidol warna

5. Isolasi kertas

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135

menit), dengan rincian sebagai berikut:

Page 225: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

223www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

PROSES FASILITASI

Pengantar(5 menit)

Pengkondisian(10 menit)

Pemaparan Materi(30 menit)

Diskusi Kelompok(30 menit)

Presentasi(50 menit)

Penutup(10 menit)

Pengantar (5 menit)

Fasilitator mengajak peserta bermain game.

Apersepsi(10menit)

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi

peningkatan partisipasi masyarakat dan stake

holders dalam pelayanan publik d sekolah.

2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang

urgensi transparansi dan akuntabilitas.

3. Fasilitator memancing pikiran kritis peserta

terhadap fenomena sekolah yang kurang

transparan.

Presentasi(30menit)

Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang

transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen

sekolah.

DiskusiKelompok(30menit)

1. Fasilitator membentuk kelompok.

2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan

dalam kelompok.

3. Kelompok mendiskusikan topic yang diberikan

4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas

plano.

Presentasi(50menit)

1. WakilKelompokPresentasi

2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).

3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan

para peserta.

Penutup(10menit)

Fasilitator mereview hasil diskusi.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 226: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

224 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN D - BAHAN DI CD

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Lampiran DBAHAN DI CD

Page 227: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

225www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Lampiran EDAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

APBN Anggaran Pendapatan Belanja Nasional

APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Banggar Badan Anggaran

BAS Badan Akreditasi Sekolah

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BONSP Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan

BOP Bantuan Operasional Pendidikan

BOPSP Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan

BOS Bantuan Operasional Sekolah

BOSDA Bantuan Operasional Sekolah Daerah

BOSP Biaya Operasinal Satuan Pendidikan

BP Biaya Pendidikan

BPK Badan Pemeriksa Keuangan

BPKAD Badan Pengelolaan Keuangandan Aset Daerah

BSNP Badan Standar Nasional Pendidikan

BSP Biaya Satuan Pendidikan

BUMN Badan Usaha Milik Negara

CSR Coperate Social Responsibility

DAK Dana Alokasi Khusus

DBE Desentralized Basic Education

DPKAD Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

DUDI Dunia Usaha dan DuniaIndustri

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

EDS Evaluasi Diri Sekolah

GTT Guru Tidak Tetap

IKK Indeks Kemahalan Konstruksi

KBM Kegiatan Belajar Mengajar

KCD Kantor Cabang Dinas

Kepsek Kepala Sekolah

KKG Kelompok Kerja Guru

KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah

KSM Kesejahteraan Siswa dan Masyarakat

KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KUA Kebijakan Umum Anggaran

LK Lembar Kerja

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MA Madrasah Aliyah

MBS Manajemen Berbasis Sekolah

Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional

Mendikbud Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

MGMP Musyarah Guru Mata Pelajaran

MI Madrasah Ibtidayah

MKKS Musyawarah Kerja Kepala Sekolah

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 228: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

226 www.kinerja.or.id

LAMPIRAN E - DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

MSF Multi Stakeholder Forum

MTs Madrasah Tsanawiyah

PAD Pendapatan Asli Daerah

PAS Pendapatan Asli Sekolah

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia

PNS Pegawai Negeri Sipil

PP Peraturan Pemerintah

PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

PPG Pemerataan dan Penataan Guru

PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

PTT Pegawai Tidak Tetap

RAPBS Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah

Renja Rencana Kerja

Renstra Rencana Strategi

Renstrada Rencana Strategi Daerah

RKA Rencana Kerja dan Anggaran

RKAS Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah

RKS Rencana Kerja Sekolah

Rombel Rombongan Belajar

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPP Rencana Pelaksanaan Pengajaran

SD Sekolah Dasar

SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa

SKL Standar Kompetensi Lulusan

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SMP Sekolah Menengah Pertama

SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

SMA Sekolah Menengah Atas

SMALB Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

SNP Standar Nasional Pendidikan

SPM Standar Pelayanan Minimal

SPP Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan

TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah

TK Taman Kanak-Kanak

ToF Training of Facilitator

ToT Training of Trainer

UAS Ulangan Akhir Sekolah

UKK Ulangan Kenaikan Kelas

UN Ujian Nasional

US Ujian Sekolah

UUD Undang-undang Dasar

UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas

Wakasek WakilKepalaSekolah

Page 229: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

227www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, H. and Cangara, H. 1996. Prinsip-prinsip Hubungan Masyarakat. Surabaya: Usaha Nasional.

Anshari, H. AM. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arlington, V. A. 1985. Evaluating Your School Public Relation Investment. New Jersey: National School Public

Relations Association.

Atep Adya Barata. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Gramedia. Jakarta.

Bahar, Aswandi. 1989. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Bonar, S. K. 1993. Hubungan Masyarakat Modern. Jakarta: Rineka Cipta.

Brown, F. J. 1970. Educational Sociology. Tokyo: Prentice Hall Inc. Charles E. Tutk Company.

BSNP. 2006. Pengembangan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Buletin BSNP Vol I/ No. 1/Januari

2006

BSNP. 2006. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan Pendidikan, dan Pembiayaan

Pendidikan. Buletin BSNP Vol I/ No. 3/September 2006.

Burhanuddin, E. 1994. Kamus Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.

Darodji, A. 2006. Pendidikan Tanggung Jawab Bersama, (online), (http://www.sampoernafoundation.org/

content/view/102/103/lang,id/, diakses, Jumat 5 Mei 2006).

Daryanto, H. M. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Penerangan RI. 1983. Himpunan Ketetapan-ketetapan MPR 1983.Surabaya:SinarWijaya.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1987. Manajemen Mutu Terpadu dalam

Pendidikan. Bahan Pelatihan Kepala Sekolah.

Ditdikmenum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Ditjen Binbaga Islam. 2001. Lampiran II Keputusan Direktir Jenderal Binbaga Islam Departemen Agama RI No.

F/101/2001 tentang Majelis Madrasah.

Djunaedy, E. 2004. Kembali ke Sekolah Lokal Pemerataan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar, (online),

(http://iatfitb.openesc.com/index.php?option=content&task=view&id=37&Itemid=54, diakses,

Senin 22 Maret 2004).

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 230: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

228 www.kinerja.or.id

DAFTAR PUSTAKA

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Echols,J.M.&Shadily,H.1987.Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia.

Gorton, R. A. 1996. School Administration.Dubuque,Iowa:WmC.BrownCompanyPublisher.

Hanafiah,M.J.dkk,1994.Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, BKS-PTK. Barat, Depdikbud dan HEDS-

USAID-DIKTI-JICA, Medan hal 10-11 dan 35-39.

Hardjosoedarmo, Soewarno, 1996. Total Quality Management, Total Quality Management di Pendidikan Tinggi,

PenerbitAndiYogyakartahal119–125.

Hoy,W.K.&Miskel,C.C.1987.Educational Administration: Theory, Research & Practices.NewYork:Random

House.

Idris, Z. 1982. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa.

Idrus. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

Imron, Ali (Ed). 2005. Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Instutusi Pendidikan.

Malang: Penerbit UM.

Imron, Ali, et.al. 2007. Panduan Pembentukan Peraturan Daerah Penyelenggaraan Pendidikan Kabupaten

Kota. Jakarta: Local Govermnmen Support Program (LGSP) USAID.

Imron, Ali. 1999. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Imron, Ali. 1999. Pengantar Pendidikan. Malang: Proyek OPF IKIP Malang.

Imron, Ali. 2007. Jaminan Layanan Mutu Administrasi di Sekolah. Makalah Disampaikan pada Pelatihan

Administrasi Sekolah pada Staf Administrasi Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Imron, Ali. 2008. Manajemen Tingkat Satuan Pendidikan. Malang: Jurusan AP FIP UM.

Indrafachrudi, S. 1994. Bagaimana Mengakrabkan sekolah dengan Orangtua Murid dan Masyarakat. Malang:

IKIP Malang.

Instruksi bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.

No.170/O/1974 dan No.29 tahun 1974.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan

Dan Komite Sekolah.

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2000. Akuntabilitas dan

Good Govermance. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Page 231: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

229www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

Lembaga Administrasi Negara. 2003. Penyusunan Standar Pelayanan Publik. Jakarta: LAN

Leslie,W.K.1967.School Public Relation.EnglewoodCliffsN.Y.:PresticeHallInc.

Leslie,W.K.1990.The School & Community Relations: Fourth Edition. New Jersey 07632: Prentice Hall.

Maisyaroh. 2006. Hubungan Masyarakat. Malang: Jurusan AP FIP UM.

Managing Basic Education Project (Indonesia) Kiprah Program MBE, (online),http://mbeproject.net/mbe1010.

html), diakses, 10 Oktober 2005).

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) (Online), (http://www.geocities.com/

pakguruonline/mpmbs1.html, diakses Kamis, 22 Februari 2007).

Masitha, D. 1998. Intensitas Kerjasama Antara Sekolah Dan Orang Tua Menunjang Prestasi Belajar Siswa.

Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP IKIP MALANG.

PP Nomor 19 2005. 2006. Standar Nasional Pendidikan.. Jakarta: Depdiknas

Ramalia, M. 2001. Etika Pelayanan Masyarakat (Pelanggan): Upaya Membangun Citra Birokrasi Modern.

Bunga Ramapai Wacana Administrasi Publik: Menguak Peluang dan Tantangan Administrasi Publik.

Jakarta: Lembaga Administtasi Negara.

Rasyid, R. 1998. Desentralisasi Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia.

Jakarta: PT Pustaka LP3ES.

Robins, S. P. 1999. Management: Concept and Practices. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc.

Sahertian, P.A. 1987. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Malang: Arthaguna Corp.

Said, C. 1988. Pengantar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK

Soetopo, H, dan Maisyaroh. 1997. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat. Manajemen pendidikan I,

(Hal 1-7), Kerjasama antara Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum Ditjen Dikdasmen Depdikbud,

dengan FIP IKIP Malang. Malang: IKIP Malang.

Sunaryo. 2005. Swastanisasi Alternatif Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik. Surabaya: Adipura.

Suryosubroto, B. 2001. Humas dalam Dunia Pendidikan: Suatu Pengantar Praktis.Yogyakarta:MitraGama

Widya.

Thoha, M. 1998. Deregulasi dan Debirokratisasi dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Masyarakat

dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP MALANG. 1989. Administrasi Pendidikan. Malang: IKIP

MALANG.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Page 232: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

230 www.kinerja.or.id

DAFTAR PUSTAKA

Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Online)(http://www.ssep.net/director.html,

diakses April 1999).

Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Bandung: Citra Umbara.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Durat Bahagia.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Widjaja,H.A.W.2002.Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo,J.2004.Reformasi Sistem Pelayanan Publik. Surabaya: Badan Diklat Propinsi Jawa Timur.

Page 233: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Page 234: Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

USAID - KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS