tata kelola manajemen berbasis sekolah
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
1/234
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik
2014
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
2/234
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
3/234
1www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
KATA PENGANTARPeningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat
yang diamanatkan dalam berberagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.
PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJAtelah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program
ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand
side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program
KINERJAmenambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.
Di bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) berorientasi pelayanan publik, Program KINERJAmendorong
sekolah-sekolah agar menyelenggarakan kegiatan sekolah berdasarkan pencapaian standar pelayanan publik
(SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional pendidikan (SNP), dan masukan-masukan
dan keluhan dari murid dan orangtua/wali murid. Keluhan-keluahan ini diperoleh melalui survei pengaduan
yang dilaksanakan setiap tahun. KINERJAjuga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kotaagar program MBS berorientasi pelayanan publik dapat diadopsi dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah
lainnya. Beberapa daerah mitra telah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkannya di semua sekolah secara
bertahap. Dinas Pendidikan di daerah tersebut telah mulai menyebarluaskan praktik-praktik MBS berorientasi
pelayanan publik ke sekolah-sekolah lain dan merencanakan akan mencakup seluruh sekolah.
Mengingat praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang dilaksanakan K INERJAbersama pemerintah
daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna
layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah, sekolah, dan para pemangku
kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.
Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan
MBS dengan pendekatan KINERJAdi daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis
penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJAdan
kabupaten/kota mitra dalam penerapan MBS berorientasi pelayanan publik.
Jakarta, Januari 2014
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
4/234
2 www.kinerja.or.idManajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
RINGKASAN EKSEKUTIF 3
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 4
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 6Rekomendasi kepada para Calon OMP 7
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan 7
BAB 1 PENDEKATAN KINERJA 8
Pendekatan Umum Proyek KINERJA 8
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 9
Prinsip Dalam Tata Kelola MBS 10
BAB 2 Bab 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLAMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
11
Situasi yang dihadapi di daerah 11
Bagaimana kita memulai inisiatif 11
1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 11
2. Pengaturan Pekerjaan 12
3. Penyusunan rencana kerja 12
Proses kerja 13
1. Peran masing-masing stakeholder 13
2. Pelaksanaan rencana kerja 13
3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja 14
BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 16
Tantangan 16
Keberhasilan Program 16
1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo 16
2. Pendekatan KINERJA 18
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
5/234
BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 21
Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain 21
Rekomendasi untuk OMP 22
Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 22
DAFTAR LAMPIRAN 23
3Berorientasi Pelayanan PublikTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
www.kinerja.or.id
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
6/234
4 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
- Tujuan Umum Program KINERJA
KINERJA merupakan program yang bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam
penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima
ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan
disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil
keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan KINERJA di daerah mereka. Buku
Seri Pembelajaran USAID-KINERJA ini menguraikan pembelajarandari KINERJA dalam penerapan MBS
di mana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi
pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program MBS.
Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun
hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama limamitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada,
dan Kemitraan.
KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan
dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga
paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional
satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan
pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan
sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei
pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif,
dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan
aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan
akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multipemangku kepentingan dalam perencanaan dan
penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga
negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang
diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan
untuk KIA, HIV/AIDS,dan Tubercolusis (TB).
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
7/234
5www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
Di sektor iklim usaha yang baik KINERJA fokus pada perbaikan perizinan usaha di bawah Pelayanan TerpaduSatu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog pemerintah dan
swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim usaha yang
baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog pemerintah dan
swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.
- Lokasi Program KINERJA
KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:
1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue
2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung
3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar
4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau
5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika
- Keberhasilan Program MBSProgram KINERJA-USAID telah melaksanakan pendampingan teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra
yang tersebar di 9 kabupaten/kota di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan )
sebagai unit layanan pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.Hingga akhir 2013 ini,
hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:
Bersama organisasi mitra pelaksana, KINERJA melaksanakan pendampingan pengembangan MBS
berorientasi pelayanan publik di 180 sekolah mitra di sembilan kabupaten/kota di empat provinsi (20
sekolah di masing-masing kabupaten/kota).
Pendekatan KINERJA telah menunjukkan manfaat yang cukup signikan di hampir semua sekolah mitra,
baik dari aspek peningkatan partisipasi forum multi stakeholder sekolah, transparansi, akuntabilitas, dan
peningkatan kualitas pelayanan sekolah. Sekolah-sekolah menyusun RKS dan RKAS secara partisipatif
dan memasukkan program dan kegaiatan menuju pencapaian standar pelayanan serta berdasarkan data
yang valid, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan.
Sekolah-sekolah mitra KINERJA melaksanakan survei pengaduan, menganalisis hasilnya menjadi sebuah
indeks pengaduan masyarakat, membuat janji perbaikan layanan dan menindaklanjuti pengaduan yang
menjadi wewenang sekolah dan menyampaikan rekomendasi tindak lanjut kepada Dinas Pendidikan.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
8/234
6 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Di Kabupaten Barru, ada sekolah yang menyampaikan rekomendasi kepada instansi lain di luar DinasPendidikan, yakni Dinas Kesehatan dan Puskesmasuntuk memperbaiki layanan UKS.
Beberapa kepala sekolah menyatakan bahwa survei pengaduan sangat efektif untuk memperbaiki
pelayanan sekolah. Tanpa survei pengaduan, mereka tidak mengetahui apa yang menjadi keluhan dan
harapan pengguna layanan.
Di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, terlihat jelas perubahan pelayanan sekolah terhadap murid dan
siswa. Fasilitas dan kegiatan pembelajaran membaik sehingga murid belajar dengan nyaman. Lingkungan
sekolah juga menjadi lebih baik berkat peran serta pemerintah daerah, komite sekolah, dan masyarakat
yang tanggap terhadap pengaduan masyarakat.
Beberapa sekolah di Kabupaten Melawi telah berhasil meraih dukungan pendanaan dari orangtua/walimurid, masyarakat, dan dunia industri setelah sekolah menerapkan perencaan yang transparan dan
partisipatif.
Pada tanggal 2 Mei 2012, Walikota Kota Probolinggo mengeluarkan Surat Keputusan untuk menerapkan
MBS di semua sekolah.
KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk mendiseminasi
praktik-praktik baik tata kelola manajemen sekolah yang berorientasi pelayanan publik ke semua sekolah-
sekolah di daerah masing-masing, termasuk melaksanakan survei pengaduan.
Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan pentingnya
keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka dan program-program
sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif.
Drs. Endro Suroso, M.Si., Kepala Dinas Pendidikan, Kota Probolinggo
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah
Program MBS yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah dan Forum Multi Stakeholder
menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan
pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk pemerintah daerah, yakni (a) diperlukan komitmen
yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program MBS, (b) setiap
kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
9/234
7www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yangada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah
terkait, (f) menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi
pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Rekomendasi kepada para Calon OMP
Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum
multi stakeholder dalam melaksanakan program MBS. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisadipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata
kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau
forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan
jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai
pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA
untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan
Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Mereka mempunyai peran strategis
dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-
lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan danpemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga pendidikan dan latihan mempunyai
modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA,
terutama dalam hal tata kelola dan governance.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
10/234
8 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
BAB 1PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang
kesehatan, pendidikan dan iklim usaha.
KINERJAbekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.
Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah
di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif
terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.
Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJAadalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM),
dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada
pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian
besar program Kinerja dilaksanakan melalui dana hibah bagi organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga
menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan
kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:
1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan;2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan;
4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk
menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan
pelayanan publik yang lebih baik.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
11/234
9www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
Intervensi program KINERJAberada di tiga tema pokok, yakni:
1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik;
2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan
mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan;
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah
daerah.
Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan K INERJAdalam
melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan
Di sektor pendidikan, KINERJAmelaksanakan program-program BOSP,DGP (Distribusi Guru Proporsional),
dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum
sebagai berikut:
Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah
lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan
Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,
keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikutserta dalam penyelengaraan pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-
program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara
berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat
dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi
juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
12/234
10 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Prinsip dalam Tata Kelola MBS
Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola MBS dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta
menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat;
2. Perencanaan sekolah menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas
Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama;
3. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan
pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih
tinggi;
4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program
MBS dapat berlangsung terus secara berkesinambungan;
5. Monitoring dan pelaksanaan MBS di sekolah diperlukan agar pelaksanaan program MBS dapat tepat
sasaran dan dapat terus disempurnakan;
6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai pelayanan sekolah;
7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang
berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
13/234
11www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
Situasi yang dihadapi di daerah
Dalam konteks otonomi, sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya dan warga sekolah menurut
prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundangan. Sekolah
diberi wewenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah semaksimal mungkin untuk
meningkatkan mutu proses dan output pembelajaran.
Pada praktiknya pelaksanan MBS perlu lebih ditingkatkan. Sebagian besar sekolah melaksanakan MBS apa
adanya, belum dilaksanakan secara maksimal, dan belum mengarah pada perbaikan mutu pelayanan. Di
sebagian besar sekolah, pengelolaan masih belum transparan dan akuntabel serta tidak partisipatif, apalagiresponsif.
Kepedulian orangtua murid dan masyarakat rendah dan menganggap bahwa urusan sekolah semata-mata
menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Hal ini sebagiannya disebabkan oleh ketertutupan sekolah
dalam penyelenggaraan sekolah dan tidak membuka peluang keterlibatan masyarakat.
Bagaimana kita memulai inisiatif
1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders
Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program MBS dengan diskusi intensif
dengan manajemen KINERJA dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan
(memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.
Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan
dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif
sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik.
BAB 2PENGALAMAN KINERJA
DALAM TATA KELOLA
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
14/234
12 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan
masyarakat sehingga tata kelola MBS dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat
dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya
termasuk DPRD.
2 Pengaturan Pekerjaan
Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang
pelayanan public yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah
mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder, dan organisasi mitra pelaksana
(OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.
Program MBS dilaksanakan oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya
dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program MBS, KINERJA
bekerjasama dengan tiga OMP, yakni:
PKPM yang bekerja di Kabupaten Bener Meriah, Aceh
LPKIPI yang bekerja di Kota Singkawang, Kalimantan Barat
CORDIAL yang bekerja di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
OMP tidak bekerja sendirian, melainkan selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim
Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Pendidikan, dan lembaga-lembaga non pemerintah,
terutama Dewan Pendidikan. Di tingkat sekolah OMP bekerjasama dengan Komite Sekolah.
3 Penyusunan rencana kerja
Setelah Surat Keputusan Bupati/Walikota diterbitkan, maka Tim Teknis menyusun rencana kerja berikut
jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal
perencanaan dan penganggaran daerah.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
15/234
13www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
Proses kerja
1 Peran masing-masing stakeholder
Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program MBS di semua tahapan,
namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan lokakarya-
lokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalamkaitannya dengan pencapaian tujuan MBS.
Dinas Pendidikan berperan dalam mengeluarkan petunjuk teknis dan monitoring pelaksanaan MBS serta
meyediakan bantuan teknis ke sekolah-sekolah jika diperlukan.
Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah berperan dalam melaksanakan MBS sesuai prinsip-prinsip di atas.
Di samping itu komite sekolah berperan dalam pengawasan pelaksanaan MBS dan memberi masukan kepada
kepala sekolah.
2 Pelaksanaan rencana kerja
Program MBS dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Penyediaan data sekolah. Data merupakan dasar utama dalam perencanaan sekolah. Setiap tahunnya
(biasanya pada awal tahun akademik) sekolah menyajikan data sekolah yang mencakup antara lain
mengenai murid, guru, sarana, prasarana, hasil pembelajaran. Data yang dapat digunakan adalah data
yang valid dan mutakhir. Oleh sebab itu sekolah perlu meneliti dan memvalidasi data dengan cermat
Penghitungan capaian SPM. Berdasarkan data yang tersedia, sekolah bersama komite sekolah
menghitung capaian SPM sekolah saat ini sehingga dapat diketahui pada aspek apa saja yang sudah dan
belum dicapai
Penyusunan EDS (evaluasi diri sekolah). Berdasarkan data yang tersedia dan hasil EDS, kemudiansekolah membuat EDS yang tujuannya adalah untuk mengetahui capaian, kelemahan, kekuatan, dan apa
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah ke depan. Cakupan EDS cukup luas karena
menyangkut delapan sandar nasionmal pendidikan (SNP)
Pelaksanaan survei pengaduan. Oleh karena sekolah merupakan salah satu unit pelayanan publik, maka
dalam upaya meningkatkan mutu layanannya, sekolah melaksanakan survei pengaduan yang tujuannnya
untuk mengetahui keluhan apa saja dari pengguna layanan (terutama murid dan orangtua murid)
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
16/234
14 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Penyusunan RKS(rencana kerja sekolah). RKS biasanya menacakup rencana selama 4 tahun dan dibuatberdasarkan data, EDS, dan hasil survei pengaduan. Dengan demikian rencana jangka menengah sekolah
ini menjadi dokumen yang sesuai dengan kondisi sekolah dan tujuan yang hendak dicapai serta dapat
dipertanngungjawabkan
Penyusunan RKT/RKAS(rencana kerja tahunan/ rencana kerja dan anggaran sekolah). Rencana sekolah
tahunan ini disusun secara lebih rinci dan merujuk pada RKS yang telah disiapkan sehingga pencapaian
sekolah setiap tahunnya menjadi terukur
Penyusunan janji perbaikan layanan. Untuk menjamin pengaduan masyarakat direspon dengan baik,
maka sekolah membuat janji perbaikan layanan yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan komite
sekolah serta diketahui oleh Dinas Pendidikan. Tentu saja janji tersebut menyangkut hal-hal yang dapat
ditindaklanjuti oleh sekolah sesuai kemampuan dan wewenangnya
Penyusunan rekomendasi teknis untuk Dinas Pendidikan. Hasil survei pengaduan yang tidak dapat
ditindaklanjuti oleh sekolah (karena di luar kemampaun dan wewenang sekolah) kemudian dimasukkan ke
dalam rekomendasi teknis yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti
Publikasi RKS, RKT/RKAS, dan LKT. Untuk menjamin transparansi dan akuntablitas publik, maka
sekolah diwajibkan untuk mempublikasi rencana jangka menengah, rencana dan anggaran tahunan,
dan laporan penggunaan (realisasi) anggaran. Publikasi bisa dalam berbagai bentuk, namun yang paling
mudah dan umumnya dilakukan sekolah adalah dengan memajang dokumen-dokumen tersebut di luar
ruangan sekolah.
3 Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja
Sekurang-kurang nya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program MBS
dengan pendekatan KINERJA:
Peningkatan kapasitas sekolah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan murid dan orangtua murid untukmemperoleh pendidikan yang bermutu;
Peningkatan pemahaman penyelenggara pendidikan di sekolah tentang keluhan-keluhan murid, orangtua
murid, dan masyarakat yang selama ini tidak diketahui dan direspon;
Peningkatan keterlibatan dan dukungan komite sekolah, orangtua murid, dan masyarakat dalam
penyelenggaran sekolah;
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
17/234
15www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
Peningkatan suasana lingkungan sekolah yang lebih kondusif sehingga meningkatkan kenyamanan muriddan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Perubahan-perubahan tersebut nampak jelas di sekolah-sekolah mitra KINERJA antara lain di Bener Meriah,
Kota Probolinggo, Singkawang, dan Barru. Di sekolah-sekolah di daerah-daerah tersebut komite sekolah aktif
menghimpun dukungan orangtua dan masyarakat untuk membanbtu sekolah dalam memperbaiki lingkungan
sekolah.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
18/234
16 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Tantangan
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program MBS, yakni antara lain:
Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan sekolah yang tidak mudah
dilakukan;
Keterbatasan anggaran sekolah yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sekolah;
Kapasitas kepala sekolah dan komite sekolah masih kurang sehingga pelaksanaan program MBS tidak
berjalan seperti yang diharapkan dan membutuhkan upaya yang lebih keras dan waktu yang lebih lama.
Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui pendampingan yang intensif;
Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan
program proses pendampingan kepada sekolah dan komite sekolah belum seperti yang diharapkan.
Tantangan ini diatasi melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA;
Pergantian kepala sekolah yang menyebabkan perubahan komitmen dari kepala sekolah yang baru.
Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga kepala sekolah baru dapat
memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program;
Kepedulian orangtua murid dan masyarakat masih kurang. Mereka menganggap urusan sekolah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Tantangan ini direspon dengan mengajak
mereka berdiskusi tentang penyelenggaraan sekolah sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama dan
peran apa yang dapat mereka laksanakan.
Keberhasilan Program
1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo
Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas
prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitaspendidikan yang mereka miliki. Dalam acara pemberian penghargaan yang diadakan pada tanggal 21
BAB 3MENGATASI TANTANGAN
DAN MENCAPAI SUKSES
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
19/234
17www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
November 2012 di Kota Probolinggo, Kepala Bagian Organisasi Drs. Sukam, memberikan penghargaankepada SDN Kebonsari Kulon 2, SDN Curah Grinting 1, SDN Wonoasih 2, dan SDN Sumber Taman 1 serta
SMPN 8 dan MTs.N. di Kota Probolinggo atas peningkatan kualitas yang mereka capai.
Dengan dukungan teknis dari paket manajemen berbasis sekolah proyek KINERJA, sekolah-sekolah tersebut
mengundang partisipasi dari orang tua, guru, kepala sekolah dan berbagai pemangku kepentingan lain, dan
mencapai keberhasilan yang patut dicontoh dalam meningkatkan kerjasama dengan masyarakat yang
mereka layani.
Berdasarkan hasil survei terhadap 5.610 pemangku kepentingan, 20 sekolah mitra KINERJA segera
menanggapi ketidakpuasan masyarakat terhadap fasilitas sekolah dan kekurangan-kekurangan lain dalam
manajemen pendidikan mereka. Murid dan guru bekerjasama membersihkan fasilitas kamar mandi sekolah,
merapihkan halaman sekolah dan bahkan menanam kebun sekolah yang kemudian dimasukkan kedalam
pelajaran sains. Komite sekolah yang beranggotakan orang tua, guru dan penyelenggara sekolah menampung
masalah-masalah yang disampaikan selama survei dan bekerjasama untuk mencari jalan keluarnya.
Dewan juri di Kota Probolinggo mengikutsertakan wakil-wakil dari pemerintah daerah, dunia pendidikan
dan mitra KINERJA Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) yang menggunakan
20 butir kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan sekolah dalam melaksanakan transparansi anggaran,
serta menyusun dan mengumumkan rencana-rencana kerja tahunan untuk pemantauan masyarakat, dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan, menerbitkan laporan-laporan tentang
visi dan misi yang jelas dan mempertegas komitmen untuk melaksanakan program manajemen berbasis
sekolah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik.
Kepala SDN KebonsariKulon 2 menyatakan bahwa karena pendampingan KINERJA memberikan begitu
banyak manfaat maka ia berharap pendampingan dapat diteruskan karena kegiatan tersebut sejauh ini sangat
berguna dalam meningkatkan kualitas sekolahnya.
Kepala Dinas Pendidikan Drs. Endro Suroso, M.Si., juga sangat memuji keberhasilan paket manajemen
berbasis sekolah dari KINERJA. Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan
pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka, dan program-program sekolah
menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif, tuturnya.
Penghargaan seperti ini tidak hanya menghormati keberhasilan sekolah-sekolah mitra KINERJA melainkan
juga meningkatkan kesadaran sekolah-sekolah di daerah sekitarnya sehubungan dengan apa yang dapat
mereka capai melalui program manajemen berbasis sekolah. Motivasi sejawat ini merupakan bagian utamadari fokus KINERJA untuk mereplikasi praktek yang baik dan melaksanakan reformasi yang berkelanjutan.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
20/234
18 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Pendekatan KINERJA
Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas
prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitas
pendidikan yang mereka miliki.
Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (sekolah)
dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk
memperkuat sekolahdalam hal:
Meningkatkan perhatian pada dampak kekurangan penyelenggaraan sekolah untuk peningkatan layanan
pendidikan berkualitas
Meningatkan kemampuan sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam rangka secara bertahap memenuhi
standar pelayan sekolah
Meningkatkan kepedulian pemerintah daerah secara efektif menerapkan kebijakan MBS di semua sekolah
Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga
mereka akan:
Memahami hak-hak mereka terhadap layanan pendidikan yang berkualitas
Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan sekolah yang
mempengaruhi masyarakat
Melakukan peran pengawasan dan tahan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan sekolah secara efektif dan secara berkesinambungan.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif
(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorongatas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang menjadi tujuan
kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, kegiatan-kegiatan sekolah hanya dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan jajarannya.
a. Strategi Program
Secara kronologisstrategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program MBS adalah sebagai
berikut :
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
21/234
19www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
1. Penguatan komite sekolah Memperkuat orangtua murid dan masyarakat melalui komite sekolah dengan memberi pelatihan dan
melibatkan mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi.
2. Penguatan kepala sekolah
Memperkuat kepala sekolah dalam perencanaan sekolah dan pentingnya keterlibatan komite sekolah
dalam penylenggaraan sekolah. Untuk itu kepala sekolah diberi pelatihan dan pendampingan yang
intensif.
3. Advokasi kepada Dinas Pendidikan
Advokasi diarahkan pada penerbitan kebijakan pemerintah daerah (khususnya Dinas Pendidikan)
untuk mendorong penerapan MBS di sekolah-sekolah dan menyediakan dukungan yang diperlukan.
4. Pemantauan dan evaluasi oleh komite sekolah
Menyusul penerbitan perencanaan dan pelaksanaan janji perbaikan layanan sekolah, komite sekolah
dan jurnnalisme warga memantau pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.
b. Hasil-hasil Program MBS
Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :
Sekolah mempunyai manajemen data yang lebih baik;
Perencanaan sekolah didasarkan pada data yang valid dan mutakhir, evaluasi diri sekolah, dan hasil
survei pengaduan serta mengacu pada pencapaian SPM dan SNP;
Penyelenggaraan sekolah menjadi lebih transparan dan akuntabel;
Komite sekolah lebih aktif dalam penyelenggaran sekolah dan memberi dukungan kepada sekolah;
Pelayanan sekolah kepada murid dan orangtua menjadi lebih baik.
2. Program Pengungkit
Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan manajemen berbasis
sekolah yang berorientasi pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh USAID-
KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan saya menjadi paham dan merasakan banyak
manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan
survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)
Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
22/234
20 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Program MBS yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh 180 sekolah telah menunjukkan
hasil-hasil yang baik. Walaupun intervensi program KINERJA lebih diarahkan pada proses tata kelola sekolah
dengan melibatkan komite sekolah, namun program ini menjadi pengungkit untuk program MBS yang lebih
luas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, seperti penyediaan
sarana dan prasarana sekolah, membaiknya kinerja guru, dan proses pembelajaran yang menjadi lebih baik.
Dampak positif lanjutannya adalah bahwa keterlibatan dan dukungan orangtua murid dan komite sekolah
meningkat, tidak hanya dalam bentuk tenaga dan waktu, bahkan dana yang disumbangkan untuk perbaikan
sebagian fasilitas sekolah. Dukungan seperti ini hanya dimungkinkan apabila sekolah melaksanakan
kegiatannya dengan transparan danakuntabel.
Program MBS sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan. Jadi pengaduan itu
selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian
pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling mengadu bahwa ada guru
yang tidak disiplin menjalankan tugas. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak
sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan
dibiasakan karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.
Mansur, Ketua Komite SMP Negeri 20 Kota Singkawang, Kalimantan Barat
Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika
kami sudah mulai jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua murid
kita akan susah membuat anak kita memperoleh pendidikan yang bermutu. Jadi harus
sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua murid, harus ada Komite Sekolah.
Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk Dinas Pendidikan,
kalau tidak, ya tidak tercapai.
Tri Menanti, Guru SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
23/234
21www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
Program KINERJA untuk MBS hanya di 180 sekolah dari ribuan sekolah dan hanya di sembilan dari ratusan
daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan
di sekolah-sekolah dan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lainbersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program
MBS. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan
pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
Rekomendasi untuk Replikasi di Daerah Lain
Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan
mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program MBS.
a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan
program MBS. Komitmen ini ditunjukkan dengan kebijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan,
petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan
penganggaran daerah.
b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama
pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan
c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS. Oleh
karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan
masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,
dan pelaksanaannya.
d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.
Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,
melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
e. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
BAB 4REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
24/234
22 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
f. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan,
dan acuan pelaksanaan program.
Rekomendasi untuk OMP
Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program MBS adalah:
a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder;
b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta;
c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program;
d. Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi untuk Penyedia Latihan
Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan
latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam
pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-
lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga-lembaga pendidikan and latihan
mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul
KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan governance.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
25/234
23www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN
Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang inginmelihat
komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran
A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang inginmempelajari lebih dalam
tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang inginmempelajari cara KINERJA
melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di
CD terlampir.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi 25
LAMPIRAN B Uraian Substansi 28
Pendahuluan 28
MODUL I MBS Berorientasi Pelayanan Publik 32
BAHAN BACAAN MBS YANG BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK 24
MODUL 2 Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah 52
BAHAN BACAAN STANDAR PELAYANAN DALAM PENGELOLAANSEKOLAH
52
MODUL 3 Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 80
BAHAN BACAAN: TATA KELOLA PERENCANAANDAN PENGANGGARAN SEKOLAH
80
MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah 100
BAHAN BACAAN PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIKDI SEKOLAH
100
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
26/234
24 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publikdi Sekolah
118
BAHAN BACAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDERDALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
118
MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah 138
BAHAN BACAAN: SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANANSEKOLAH
138
MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah 172
BAHAN BACAAN: TRANSPARANSI & AKUNTABILITAS DALAMMANAJEMEN SEKOLAH
172
MODUL 8 Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi PelayananPublik Sekolah
184
BAHAN BACAAN: PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICES) PENERAPANMBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
184
LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 199
Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 199
Uraian lampiran ini 202
MODUL 1 MBS Berorientasi Pelayanan Publik 203
MODUL 2 Standard Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah 206
MODUL 3 Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 209
MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah 212
MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publikdi Sekolah
215
MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah 218MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah 221
LAMPIRAN D Bahan di CD 224
LAMPIRAN E Daftar Singkatan/Istilah 225
DAFTAR PUSTAKA 227
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
27/234
25www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
Lampiran A
Testimoni, Laporan Media
dan Bahan Promosi
Testimoni
1. Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur
Manfaat MBS banyak sekali. Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan
manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pada pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh
USAID-KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan dengan USAID saya menjadi paham dan merasakan
banyak manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan survei
pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat). Dari IPM tersebut diketahui, salah satu
contohnya, kurangnya toilet untuk murid. Pengaduan ini kemudian kita respon bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan. Dengan bantuan Pemrintah Kota jumlah toilet berkembang dari hanya satu menjadi tujuh yang
bisa dipakai untuk 253 murid.
Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah terus meningkat dalam hal membantu sekolah menyediakan
fasilitas lingkungan sekolah dan pembelajaran. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan manajamen
sekolah yang transparan dan secara intens melibatkan masyarakat dan komite sekolah. Komite sekolahikut dalam proses penyusunan RKS dan RKAS yang bersama dengan laporan penggunaan dana sekolah
dipublikasikan dengan menempelnya di papan pengumuman sehingga dapat dilihat oleh siapa saja yang
datang ke sekolah. Dengan keterbukaan dan pelibatan tersebut masyarakat menjadi paham tentang masalah
yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mecapai SPM. Orangtua murid
memahami hal itu dan bersama Komite Sekolah mendiskusikan tentang apa yang bisa dilakukan untuk
membantu sekolah. Tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi oleh dana dari BOS . Semua partispasi dan
bantuanmasyarakat dikelola sepenuhnya oleh Komite Sekolah.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
28/234
LAMPIRAN A - TESTIMONI, LAPORAN
MEDIA DAN BAHAN PROMOSI
26 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
2. Mansur, Ketua Komite Sekolah, SMP Negeri 20 Kota Singkawang,Kalimantan Barat
Program MBS yang didampingi USAID-KINERJA sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan.
Jadi pengaduan itu selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian
pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling memonitor bahwa ada guru yang tidak disiplin
menjalankan tugas, mereka mengadu ke komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak sekolah
memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan dibiasakan karena akan
merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.
Partisipasi masyarakat dalam program MBS ini sangat besar artinya. Itu yang kita rasakan besar manfaatnya
buat kepentingan proses belajar mengajar di sekolah ini. Kita dari perwakilan orangtua siswa yang terbentuk
dalam komite sekolah merasa bersyukur sekali. Artinya dengan sarana dan prasarana yang telah ada ini
lebih memotivasi pengajar, kepala sekolah dan jajarannya ke bawah untuk lebih meningkatkan proses belajar
mengajar. Dan kita dari komite juga tidak merasa segan-segan, tidak merasa malu-malu untuk memberikan
suatu masukan kepada pihak sekolah bahwa bersyukurlah bahwa kalian sudah dibantu dengan program ini.
Dan jangan sia-siakan kepercayaan ini. Benar-benar dimanfaatkan buat dunia pendidikan sehingga tidak
mengecewakan orang yang benar-benar membantu untuk kemajuan sekolah kita. Itu yang kita harapkan.
Artinya prestasi ini meningkat. Kalau bisa kelulusan SMP ini selalu dipertahankan seratus persen karena
sekolahnya sudah memadai.
Dengan adanya bantuan semacam ini kami berharap lebih menggiatkan dan meningkatkan semangat para
pengajar untuk lebih menampakkan hasilnya ke depan. Yang kedua bahwa jangan sampai mengecewakan
pihak pemberi bantuan dengan adanya sarana dan prasarana ini. Dan kalau memang masih ada dukungan
yang diperlukan, artinya dapat kita rumuskan bersama dan kalau memang ada salurannya, kita minta bantuan
yang lebih canggih lah istilahnya. Yang bisa membuat sekolah ini lebih profesional sehingga mampu bersaing
di tingkat regional maupun nasional dan bahkan bisa dikenal di mata internasional. Dengan bantuan ini kitapatut bangga bahwa ada bantuan yang mampu mengangkat, mendongkrak sekolah ini sehingga ke taraf
nasional dan internasional.
Dinas Pendidikan tidak lepas dari upaya ini. Artinya keterkaitan Dinas Pendidikan dalam proses belajar
mengajar, ketersediaan tenaga guru, kemudian manajemen sekolah dan sebagainya itu adalah satu kesatuan
yang memang secara undang-undang itu sudah diatur dan dimandatkan.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
29/234
27www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
3. Tri Menanti, Guru di SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh
Hal baru dalam program MBS yang didampingi USAID-KINERJA adalah survei pengaduan, janji perbaikan
layanan, dan rekomendasi teknis. Survei pengaduan di SD Negeri Baliatu Simpang Tiga Kabupaten Bener
Meriah itu diadakan pada tanggal 8 Februari 2013. Dari hasil survei pengaduan, yang banyak dikeluhkan
adalah tentang keberadaan kantin sekolah yang sehat karena memang kantin kami betul-betul tidak layak
pakai waktu itu. Kemudian kami diskusikan dengan kepala sekolah, komite sekolah, dewan guru, dan
stakeholder sekolah untuk memindahkan kantin sehat ke rumah guru yang ada di sekolah yang kebetulan
kosong. Kantinnya masih belum terlalu layak tetapi alhamdulilah sudah mulai bisa dipakai. Banyak sekali, itu
di antaranya yang pertama itu sekolah SD Negeri Baliatu itu tidak ada ruang kepala sama ruang guru.
Kemudian ruang kelas dan laboratorium masih kurang. Untuk sementara ruang guru dan ruang kepala sekolah
itu memakai kelas murid. Kemudian untuk ruang kelas kami gunakan kelas paralel. Itu sudah kami buat
dalam rekomendasi ke Dinas Pendidikan. Insyaallah Pemerintah Daerah dapat segera menindaklanjuti
rekomendasi tersebut.
RKS dan RAKS disusun bersama dengan Komite Sekolah dan dipublikasikan. Kalau selama ini kami buat
cuma apa adanya.. Tapi alhamdulilah berkat adanya bimbingan dari USAID-KINERJA, kami sudah bisa
membuat RKS dan RAKS walaupun masih belum maksimal.
Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami sudah mulai
jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua muridkita akan susah membuat anak kita
memperoleh pendidikan yangbermutu. Jadi harus sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua
murid, harus ada Komite Sekolah. Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk pihak Dinas
Pendidikan, kalau tidak, ya tidak tercapai.
Tantangan paling berat yang kita hadapi dalam melaksanakan program MBS itu adalah pendanaan. Karenayang selama ini kami kerjakan yang masih bisa bisa kami lakukan terutama seperti pembuatan pos pelayanan
terpadu itu belum ada bantuan dari Dinas atau dari manapun, itu masih memakai dana BOS. Namun kami
bekerjasama dengan orangtua dan Komite Sekolah untuk melaksanakan janji perbaikan layanan sesuai
pengaduan yang disamapikan orangtua dan murid. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh sekolah langsung
datang bantuan dari masyarakat dan orangtua.
Laporan Media dan Bahan Promosi
Disediakan dalam bentuk le di CD terlampir.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
30/234
28 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Lampiran B
Uraian Substansi
1. Uraian lampiran ini
Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan
berikut ini:
1. MODUL 1. MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK. Membahas tentang Sejarah MBS, Pengertian
MBS, Dasar Hukum MBS, Tujuan MBS, Prinsip-prinsip MBS, Ciri-ciri/ karakteristik MBS , Aspek Proses
dan Substansi MBS.
2. MODUL II. STANDARD PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH. Membahas tentangStandard Pelayanan Publik, Standar Proses (Standard Operasional Prosedur), Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan, Standar Nasional Pendidikan, Standar lainnya, Upaya Pemenuhan Standar
Pelayanan (Tanggungjawab Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan).
3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Membahas tentang jenis-jenis
perencanaan sekolah, posisi perencanaan sekolah dalam kerangka perencanaan SKPD, Tahapan-
tahapan perencanaan sekolah.
4. MODUL IV. PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH. Membahas tentang
Dasar Hukum Manajemen Pelayanan Publik, Kondisi Ideal Pelayanan Publik, Kondisi Riil Pelayanan
Publik, Pergeseran Paradigma Pelayanan Publik, Posisi Strategis SDM Pendidikan Dalam Pelayanan
Publik, Perilaku SDM Pendidikan Dalam Pelayanan Publik, Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di
Sekolah.
5. MODUL V. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PELAYANAN PUBLIK DI
SEKOLAH. Membahas tentang Makna Peran Serta (Partisipasi) Masyarakat Dalam Peningkatan,
Pelayanan Publik di Sekolah, Stakeholder Sekolah, Jenis-Jenis Partisipasi Masyarakat dan
Stakeholder Terhadap Program Pendidikan di Sekolah.
6. MODUL VI. SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH. Membahas tentang:
Pentingnya Survei Pengaduan, Proses Survei Pengaduan, Janji Perbaikan Layanan dan Rekomendasi
Perbaikan Layanan, Pemantauan dan Evaluasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Layanan, Survei Ulang.
Pendahuluan
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
31/234
29www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH. MembahasTentang Kaitan AntaraGood GovernanceDengan Transparansi dan Akuntabilitas, Makna Transparansi
dan Akuntabilitas, Jenis-Jenis Akuntabilitas, Contoh Penerapan Transparansi dan Akuntabilitas di
Sekolah.
8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE) PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN
PUBLIK. Membahas Tentang Praktik-Praktik Baik Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis
Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Kelas Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen
SDM, Praktik-Praktik Baik Manajemen Peserta Didik, Praktik-Praktik Baik Manajemen Sarana
Prasarana Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Keuangan Berbasis Sekolah, Praktik-
Praktik Baik Manajemen Partisipasi Masyarakat Berbasis Sekolah, Contoh Penerapan Praktik MBS di
Kabupaten/Kota Mitra KINERJA.
2. Bahan pendukung
Lihat juga:
Panduan fasilitasi lokakarya Tim Penyusun MBS. Proses penerapan MBS oleh Tim Penyusun MBS
diatur dengan seri lokakarya. Panduan fasilitasi lokakarya tersebut disampaikan pada Lampiran D
Bahan di CD. Lihat Lampiran C untuk daftar le-le yang ada di CD yang dilampirkan, termasuk contoh
bahan presentasi dan juga beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai referensi.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
32/234
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
33/234
31www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
1
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
34/234
32 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
BAHAN BACAAN MBS
YANG BERORIENTASI
PELAYANAN PUBLIKMBS
Berorientasi
PelayananPublik
MODUL 1
.........
peserta menguasai
MBS yang berorientasipelayanan publik
........
1. PENDAHULUAN
Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya
telah diperkenalkan sejak lama di Indonesia, ialah
sejak tahun 1997/1998. Namun penerapan model
tersebut baru menonjol setelah pada tahun 1998,
ialah setelah adanya program uji coba model yang
dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Menengah
Umum (sekarang menjadi Direktorat SLTP dan
Direktorat Sekolah Menengah Umum), sejak tahun
pelajaran 1999/2000 dengan mengikutsertakan
140 SMUN dan 248 SLTP yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Pada tahun pelajaran 2000,
jumlah sekolah peserta bertambah sebanyak 486
SMUN dan 158 SLTP (Depdiknas, 2003).
Pada tahun 1999, Depdiknas bekerja sama dengan
Unesco dan Unicef melakukan rintisan pelaksanaan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS) di SD dengan mengambil 'setting'ProvinsiJawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan
NTT. Pada tahun 2001 diperluas ke Provinsi Jawa
Barat, Papua dan NTB dan Sumatra Selatan.
Berdasarkan hasil evaluasi ternyata didapati,
bahwa sekolah rintisan MBS tersebut lebih unggul
prestasi belajarnya dibandingkan dengan SD-SD
konvensional yang tidak menerapkan MPMBS
(Depdiknas, 2004). Dan, sekolah-sekolah yang
menerapkan MPMBS, baik sekolah rintisan MPMBS
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
35/234
33www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
maupun bukan, mendapatkan label dari masyarakatsebagai sekolah berprestasi.
MPMBS adalah model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah,
memberikan eksibelitas/keluwesan kepada
sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung
warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh
masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional serta perundang-undangan
yang berlaku (Depdiknas, 2003).
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/
kemandirian dalam mengatur dan mengurus
dirinya sendiri, dan merdeka atau tidak bergantung.
Dalam konteks sekolah, otonomi diartikan sebagai
kewenangan sekolah untuk mengatur dirinya
dan warga sekolah menurut prakarsa sendiri,
berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (Depdiknas, 2003).
Fleksibelitas diartikan sebagai keluwesan yang
diberikan kepada sekolah untuk mengelola,
memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya
sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan
mutu. Dengan keluwesan tersebut, sekolah juga
akan lincah dan cerdas, tidak menggantungkan
arahan dari atas ketika mengoptimalkan
penggunaan sumber daya. Dengan demikian,
sekolah lebih responsif dan cepat dalam
menghadapi tantangan (Depdiknas, 2003).
MPMBS dipandang sebagai bagian dari manajemen
berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan
meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas,kualitas/mutu, esiensi, inovasi, relevansi dan
pemerataan serta akses pendidikan), makaMPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu.
Oleh karena itu, MPMBS saat ini lebih ditekankan
dibandingkan dengan MBS (Depdiknas, 2003).
Sejak diluncurkan sampai dengan sekarang, MBS
yang secara konseptual diturunkan dari teori-teori
desentralisasi publik, manajemen pelayanan public
di bidang pendidikan, tidak banyak mendapatkan
pengawalan khususnya yang terkait dengan good
governance yang mengerucut ke arah pelayanan
publik yang lebih baik. Oleh karena itu, sudah
waktunya ada perintisan yang mengarahkan MBS
agar tidak keluar dari koridor pelayanan publik
yang lebih baik. Berbagai wacana pelayanan prima
yang juga dicoba praktikkan dalam kepemrintahan,
sepertinya berada dalam kutub yang berbeda
dengan MBS. Oleh karena itu, diperlukan penyatuan
di antara keduanya sebagaimana pada akar konsep
dan teori good governanceyang kini diterapkan di
berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan.
Program USAID-KINERJA yang merupakan
program bantuan teknis yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik, dari
sisi penyedia layanan dan sisi pengguna layanan,
melalui pendekatan tata kelola yang baik (good
governance) telah melaksanakan pendampingan
teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra yang
tersebar di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan
Barat dan Sulawesi Selatan )sebagai unit layanan
pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik.
Pendekatan ini telah menunjukkan manfaat yang
cukup signikan di berbagai sekolah mitra, baik dari
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
36/234
34 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
aspek peningkatan partisipasi multi stakeholdersekolah, peningkatan kualitas pelayanan sekolah
dan juga semakin transpan dan akuntabilitasnya
sekolah dalam perencanaan, pengganggaran serta
pelaporan keuangan sekolah.
PENGERTIAN MBS
BERORIENTASI PELAYANAN
PUBLIK
Model pendekatan dalam manajemen sekolah
yang mengacu pada manajemen berbasis sekolah
(school based management) atau disingkat
MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat,
pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup
lama. Pada 1988American Association of School
Administrators, National Association of Elementary
School Principals, and National Association
of Secodnary School Principals, menerbitkan
dokumen berjudul school based managementt, a
strategy for better learning. Munculnya gagasan
ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para
pengelola pendidikan pada level operasional atas
keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk
dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya
dipandang bahwa para kepala sekolah merasa
nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan
berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya,
peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan
semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan
birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.
Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatna ini
muncul belakangan sejalan dengan pelaksanaan
otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam
pengoperasion sekolah. Selama ini, sekolahhanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah
pusat untuk menyelenggarakan urusan politik
pendidikan. Para pengelola sekolah sama
sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk
mengoperasikan sekolahnya secara mandiri.
Semua kebijakan tentang penyelenggaraan
pendidikan di sekolah umumnya diadakan di
tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi
vertikal dan sekolah hanya menerima apa adanya.
Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah
adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru
harus melaksanakannya sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.
Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke
daerah menelusuri saluran birokrasi dengan begitu
banyak simpul yang masing-masing menginginkan
bagian. Tidak heran jika nilai akhir yang diterima
di tingkat paling operasional telah menyusut lebih
dari separuhnya. Jangan-jangan selama ini lebih
dari separuh dana pendidikan sebenarnya dipakai
untuk hal-hal yang sama sekali tidak atau kurang
berurusan dengan proses pembelajaran di level
yang paling operasional, yakni sekolah.
MBS yang berorientasi pelayanan publik
memusatkan perhatian pada peningkatan mutu dan
kualitas layanan pendidikan melalui peningkatan
mutu komponen terkait. Komponen-komponen
tersebut adalah:
a. Siswa, yang menyangkut kesiapan dan motivasi
belajarnya.
b. Guru, menyangkut kemampuan profesional,
moral kerjanya,dan kerjasamanya.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
37/234
35www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
c. Kurikulum, meliputi relevansi konten danoperasionalisasi proses pembelajarannya
d. Dana, sarana dan prasarana, menyangkut
kecukupan dan keefektifannya.
e. Masyarakat, terutama tingkat partisipasinya
dalam pengembangan program program di
sekolah.
MBS berorientasi pelayanan public memandang
bahwa public adalah sebagai pelanggan. Oleh
karena itu, keberhasilan MBS yang berorientasi
pelayanan public lebih banyak dilihat dari aspek
tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun
eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu
memberikan layanan sama atau melebihi harapan
pelanggan.
Dilihat dari jenis pelanggannya, maka MBS
berorientasi pelayanan publikdikatakan berhasil jika:
a. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara
lain puas dengan pelajaran yang diterima,
puas dengan diperlakukan oleh guru maupun
pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan
sekolah dan sebagainya. Pendek kata, siswa
menikmati situasi sekolah
b. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap
anaknya maupun layanan kepada orang tua,
misalnya puas karena mendapat laporan
periodik tentang perkembangan siswa maupun
program-program sekolah.
c. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan
tinggi, industri, masyarakat) puas karena
menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai
dengan harapan.
d. Guru dan karyawan puas dengan palayanan
sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan
antar guru/karyawa/pimpinan, gaji/honorarium,dan sebagainya.
Ada lima sifat layanan yang harus diwujudkan agar
pelanggan puas, yaitu:
a. Kepercayaan (reliability). Artinya layanan sesuai
dengan yang dijanjikan, misalnya dalam rapat,
brosur, dan sebagainya. Layanan semacam itu
dapat berlangsung terus menerus dan bukanhanya pada waktu-waktu tertentu. Beberapa
aspek dalam keterpercayaan antara lain:
kejujuran, aman, tepat waktu, dan ketersediaan.
b. Keterjaminan (assurance). Artinya, sekolah
mampu menjamin kualitas layanan yang
diberikan. Beberapa aspek dalam keterjaminan,
misalnya kompetensi guru/staf, dan
keobyektifan.
c. Penampilan (tangible). Artinya, bagaimana
situasi sekolah tampak baik. Beberapa
aspek dalam penampilan, misalnya kerapian,
kebersihan, ketera-turan, dan keindahan.
d. Perhatian (empathy). Artinya, sekolah
memberikan perhatian penuh kepada
pelanggan. Beberapa aspek dalam keperhatian,
misalnya melayani pelanggan dengan ramah,
memahami aspirasi mereka, dan berkomunikasi
dengan baik.
e. Ketanggapan (responsiveness). Artinya, sekolah
harus cepat tanggap terhadap kebutuhan
pelanggan. Beberapa aspek dari tanggapan,
misalnya tanggap terhadap kebutuhan
pelanggan dan cepat memperhatikan dan
mengatasi keluhan-keluhan yang muncul.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
38/234
36 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
Secara umum prinsip Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Berorientasi Pelayanan Publik yang difasilitasi
oleh USAID-KINERJA, adalah sebagai berikut:
Menempatkan sekolah sebagai unit layanan,
dimana sekolah sebagai penyedia layanan
diwajibkan untuk memberikan pelayanan sesuai
standard yang berlaku (Standard Pelayanan
Publik SPP, Standard Pelayanan Minimum
- SPM Pendidikan danStandard Nasional
Pendidikan SNP)
Memberikan ruang partisipasi yang memadai
bagi pengguna pelayanan (siswa, orang tua
dan masyarakat sekitar) untuk menyampaikan
masukan, keluhan dan saran guna peningkatan
pelayanan sekolah, melalui survey pengaduan
ataupun kotak saran yang tersedia
Proses penyusunan dokumen perencanaan
sekolah secara partisipatif, antara pihak sekolah
bersama multi stakeholder sekolah
Memberikan informasi yang memadai bagi multistakeholder sekolah tentang perencanaan,
penganggaran, dan pendanaan sekolah,
termasuk pelaporan keuangannya dan informasi
penting lainnya sebagai upaya transparansi dan
akuntabilitas sekolah.
Pemerintah Daerah SKPD terkait lebih
aktif dalam mendukung upaya peningkatan
pelayanan di sekolah
Adanya mekanisme monitoring implementasiMBS Berorientasi pelayanan public oleh multi
stakeholder forum (MSF)
Adanya jurnalis warga yang aktif dalam mempu-
blikasikan praktek baik, keluhan dan saran untuk
mendukung peningkatan pelayanan public.
Flowchartberikut menunjukkan proses MBS
Berorientasi Pelayanan Publik yang melibatkan sisi
penyedia dan pengguna pelayanan.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
39/234
37www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
DASAR HUKUM MBSBERORIENTASI PELAYANAN
PUBLIK
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak;
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik
6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
Tentang Guru;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008
Tentang Pendanaan Pendidikan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 jo.
Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan danPenyelenggaraan Pendidikan;
12. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
44/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah;
13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pendidikan;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor23 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
sebagaimana diubah dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun
2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualitas
Akademik Guru;
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan;
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan;
19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTS dan SMA/
MA;
20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses;
21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan;
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
40/234
38 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;
23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
48 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010
s.d. 2014;
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Pungutan dan
Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan
Pendidikan Dasar.
25. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 13 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Peningkatan Pelayanan Publik
Dengan Partisipasi Masyarakat
2. TUJUAN MBS BERORIENTASI
PELAYANAN PUBLIK
MBS bertujuan untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan(otonomi) kepada sekolah, pemberian
eksibelitasyang lebih besar kepada sekolah untuk
mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong
partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Lebih rinci, MBS
Berorientasi Pelayanan Publik ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu dan kualitas layanan
pendidikan melalui peningkatan kemandirian,
eksibilitas partisipasi, keterbukaan, kerjasama,
akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif
sekolah dalam mengelola, memanfaatkan dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia;
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolahdan masyarakat dalam menyelenggarakan
pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama;
c. Meningkatkan kapasitas sekolah dan multi
stakeholder sekolah dalam menyusun
perencanaan dan penganggaran sekolah yang
lebih baik sesuai dengan kondisi sekolah saat
ini, hasil surveipengaduan serta targetcapaian
yang diharapkan;
d. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada
orangtua, masyarakat dan pemerintah tentang
mutu sekolahnya; dan
e. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar
sekolah tentang mutu pendidikan dan kualitas
pelayanan pendidikan yang akan dicapai.
3. PRINSIP MBS BERORIENTASIPELAYANAN PUBLIK
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat (1)
menyatakan bahwa, Pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan prinsip keadilan, esiensi, transparansi,
dan akuntabilitas publik. Sejalan dengan amanat
tersebut, Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
49 Ayat (1) menyatakan: Pengelolaan satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis
sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
41/234
39www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik
Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut, prinsipMBS meliputi: (1) kemandirian, (2) keadilan, (3)
keterbukaan, (4) kemitraan, (5) partisipatif, (6)
esiensi, dan (7) akuntabilitas. Ketujuh prinsip
tersebut disingkat dengan K4 PEA.
1. Kemandirian
Kemandirian berarti kewenangan sekolah
untuk mengelola sumberdaya dan mengatur
kepentingan warga sekolah menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga
sekolah sesuai peraturan perundangan.
Kemandirian sekolah hendaknya didukung
oleh kemampuan sekolah dalam mengambil
keputusan terbaik, demokratis, mobilisasi
sumberdaya, berkomunikasi yang efektif,
memecahkan masalah, antisipatif dan adaptif
terhadap inovasi pendidikan, bersinergi,
kolaborasi, dan memenuhi kebutuhan sekolah
sendiri.
2. Keadilan
Keadilan berarti sekolah tidak memihak
terhadap salah satu sumber daya manusia
yang terlibat dalam pengelolaan sumber
daya sekolah, dan dalam pembagian sumber
daya untuk kepentingan peningkatan mutusekolah. Sumber daya manusia yang terlibat,
baik warga sekolah maupun pemangku
kepentingan lainnyadiberikan kesempatan
yang sama untuk ikut serta memberikan
dukungan guna peningkatan mutu sekolah
sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian
sumber daya untuk pengelolaan semua
substansi manajemen sekolah dilakukansecara bijaksana untuk mempercepat dan
keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah.
Dengan diperlakukan secara adil, maka semua
pemangku kepentingan akan memberikan
dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.
3. Keterbukaan
Manajemen dalam konteks MBS dilakukan
secara terbuka atau transparan, sehingga
seluruh warga sekolah dan pemangku
kepentingan dapat mengetahui mekanisme
pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya
sekolah memperoleh kepercayaan dan
dukungan dari pemangku kepentingan.
Keterbukaan dapat dilakukan melalui
penyebarluasan informasi di sekolah dan
pemberian informasi kepada masyarakat
tentang pengelolaan sumber daya sekolah,
untuk memperoleh kepercayaan publik terhadap
sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik
merupakan langkah awal dalam meningkatkan
peran serta masyarakat terhadap sekolah.
4. Kemitraan
Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara
sekolah dengan masyarakat, baik individu,
kelompok/organisasi, maupun Dunia Usaha dan
Dunia Industri (DUDI). Dalam prinsip kemitraan
antara sekolah dengan masyarakat dalam
posisi sejajar, yang melaksanakan kerjasama
saling menguntungkan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah. Keuntungan
yang diterima sekolah antara lain meningkatnya
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
42/234
40 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
kemampuan dan ketrampilan peserta didik,meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana sekolah, diperolehnya
sumbangan ide untuk pengembangan
sekolah, diperolehnya sumbangan dana untuk
peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya
tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan
bagi masyarakat biasanya dirasakan secara
tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga
kerja terdidik, terbinanya anggota masyarakat
yang berakhlakul karimah, dan terciptanya tertib
sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara
lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga
pemerintah, organisasi profesi, organisasi
pemuda, dan organisasi wanita.
5. Partisipatif
Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan
semua pemangku kepentingan yang terkait
dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan
pembuatan keputusan. Keikutsertaan mereka
dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu
komite sekolah, atau keterlibatan pada kegiatan
sekolah secara insidental, seperti peringatan
hari besar nasional, mendukung keberhasilan
lomba antar sekolah, atau pengembangan
pembelajaran. Bentuk partisipasi dapat
berupa sumbangan tenaga, dana, dan sarana
prasarana, serta bantuan teknis antara lain
gagasan tentang pengembangan sekolah.
6. Esiensi
Esiensi dapat diartikan sebagai penggunaan
sumberdaya (dana, sarana prasarana dan
tenaga) sesedikit mungkin dengan harapanmemperoleh hasil seoptimal mungkin. Esiensi
juga berarti hemat terhadap pemakaian
sumberdaya namun tetap dapat mencapai
sasaran peningkatan mutu sekolah.
7. Akuntabilitas
Akuntabilitas menekankan pada
pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan di sekolah utamanya pencapaian
sasaran peningkatan mutu sekolah. Sekolah
dalam mengelola sumberdaya berdasar
pada peraturan perundangan dan dapat
mempertangungjawabkan kepada pemerintah,
seluruh warga sekolah dan pemangku
kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban
meliputi implementasi proses dan komponen
manajemen sekolah.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara
tertulis dan tidak tertulis disertai bukti-bukti
administratif yang sah dan/atau bukti sik
(seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-alat
laboratorium).
Sejalan dengan adanya pemberian otonomi
yang lebih besar terhadap sekolah untuk
mengambil keputusan, maka implementasi
ketujuh prinsip MBS di sekolah pada dasarnya
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
sekolah. Sekolah boleh menambah prinsip
implementasi MBS yang sesuai dengan
karakteristik sekolah, guna mempercepat upaya
peningkatan mutu sekolah baik secara akademis
maupun non akademis.
-
7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah
4