tata kelola manajemen berbasis sekolah

Upload: barlin-kesuma

Post on 02-Mar-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    1/234

    Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

    Tata Kelola Manajemen Berbasis SekolahBerorientasi Pelayanan Publik

    2014

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    2/234

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    3/234

    1www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    KATA PENGANTARPeningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat

    yang diamanatkan dalam berberagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

    Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.

    PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

    Dengan dukungan USAID, Program KINERJAtelah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis

    peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,

    Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program

    ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand

    side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program

    KINERJAmenambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.

    Di bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) berorientasi pelayanan publik, Program KINERJAmendorong

    sekolah-sekolah agar menyelenggarakan kegiatan sekolah berdasarkan pencapaian standar pelayanan publik

    (SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional pendidikan (SNP), dan masukan-masukan

    dan keluhan dari murid dan orangtua/wali murid. Keluhan-keluahan ini diperoleh melalui survei pengaduan

    yang dilaksanakan setiap tahun. KINERJAjuga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kotaagar program MBS berorientasi pelayanan publik dapat diadopsi dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah

    lainnya. Beberapa daerah mitra telah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkannya di semua sekolah secara

    bertahap. Dinas Pendidikan di daerah tersebut telah mulai menyebarluaskan praktik-praktik MBS berorientasi

    pelayanan publik ke sekolah-sekolah lain dan merencanakan akan mencakup seluruh sekolah.

    Mengingat praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang dilaksanakan K INERJAbersama pemerintah

    daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna

    layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah, sekolah, dan para pemangku

    kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan

    dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.

    Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan

    MBS dengan pendekatan KINERJAdi daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis

    penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJAdan

    kabupaten/kota mitra dalam penerapan MBS berorientasi pelayanan publik.

    Jakarta, Januari 2014

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    4/234

    2 www.kinerja.or.idManajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR 1

    DAFTAR ISI 2

    RINGKASAN EKSEKUTIF 3

    Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 4

    Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 6Rekomendasi kepada para Calon OMP 7

    Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan 7

    BAB 1 PENDEKATAN KINERJA 8

    Pendekatan Umum Proyek KINERJA 8

    Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 9

    Prinsip Dalam Tata Kelola MBS 10

    BAB 2 Bab 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLAMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    11

    Situasi yang dihadapi di daerah 11

    Bagaimana kita memulai inisiatif 11

    1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 11

    2. Pengaturan Pekerjaan 12

    3. Penyusunan rencana kerja 12

    Proses kerja 13

    1. Peran masing-masing stakeholder 13

    2. Pelaksanaan rencana kerja 13

    3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja 14

    BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 16

    Tantangan 16

    Keberhasilan Program 16

    1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo 16

    2. Pendekatan KINERJA 18

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    5/234

    BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 21

    Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain 21

    Rekomendasi untuk OMP 22

    Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 22

    DAFTAR LAMPIRAN 23

    3Berorientasi Pelayanan PublikTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    www.kinerja.or.id

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    6/234

    4 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Tujuan dan Keberhasilan KINERJA

    - Tujuan Umum Program KINERJA

    KINERJA merupakan program yang bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam

    penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima

    ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan

    disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil

    keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan KINERJA di daerah mereka. Buku

    Seri Pembelajaran USAID-KINERJA ini menguraikan pembelajarandari KINERJA dalam penerapan MBS

    di mana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi

    pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program MBS.

    Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun

    hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama limamitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada,

    dan Kemitraan.

    KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan

    dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga

    paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional

    satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan

    pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan

    sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei

    pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif,

    dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan

    aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan

    akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multipemangku kepentingan dalam perencanaan dan

    penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga

    negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang

    diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan

    untuk KIA, HIV/AIDS,dan Tubercolusis (TB).

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    7/234

    5www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    Di sektor iklim usaha yang baik KINERJA fokus pada perbaikan perizinan usaha di bawah Pelayanan TerpaduSatu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog pemerintah dan

    swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim usaha yang

    baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog pemerintah dan

    swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.

    - Lokasi Program KINERJA

    KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:

    1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue

    2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung

    3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar

    4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau

    5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika

    - Keberhasilan Program MBSProgram KINERJA-USAID telah melaksanakan pendampingan teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra

    yang tersebar di 9 kabupaten/kota di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan )

    sebagai unit layanan pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.Hingga akhir 2013 ini,

    hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

    Bersama organisasi mitra pelaksana, KINERJA melaksanakan pendampingan pengembangan MBS

    berorientasi pelayanan publik di 180 sekolah mitra di sembilan kabupaten/kota di empat provinsi (20

    sekolah di masing-masing kabupaten/kota).

    Pendekatan KINERJA telah menunjukkan manfaat yang cukup signikan di hampir semua sekolah mitra,

    baik dari aspek peningkatan partisipasi forum multi stakeholder sekolah, transparansi, akuntabilitas, dan

    peningkatan kualitas pelayanan sekolah. Sekolah-sekolah menyusun RKS dan RKAS secara partisipatif

    dan memasukkan program dan kegaiatan menuju pencapaian standar pelayanan serta berdasarkan data

    yang valid, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan.

    Sekolah-sekolah mitra KINERJA melaksanakan survei pengaduan, menganalisis hasilnya menjadi sebuah

    indeks pengaduan masyarakat, membuat janji perbaikan layanan dan menindaklanjuti pengaduan yang

    menjadi wewenang sekolah dan menyampaikan rekomendasi tindak lanjut kepada Dinas Pendidikan.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    8/234

    6 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Di Kabupaten Barru, ada sekolah yang menyampaikan rekomendasi kepada instansi lain di luar DinasPendidikan, yakni Dinas Kesehatan dan Puskesmasuntuk memperbaiki layanan UKS.

    Beberapa kepala sekolah menyatakan bahwa survei pengaduan sangat efektif untuk memperbaiki

    pelayanan sekolah. Tanpa survei pengaduan, mereka tidak mengetahui apa yang menjadi keluhan dan

    harapan pengguna layanan.

    Di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, terlihat jelas perubahan pelayanan sekolah terhadap murid dan

    siswa. Fasilitas dan kegiatan pembelajaran membaik sehingga murid belajar dengan nyaman. Lingkungan

    sekolah juga menjadi lebih baik berkat peran serta pemerintah daerah, komite sekolah, dan masyarakat

    yang tanggap terhadap pengaduan masyarakat.

    Beberapa sekolah di Kabupaten Melawi telah berhasil meraih dukungan pendanaan dari orangtua/walimurid, masyarakat, dan dunia industri setelah sekolah menerapkan perencaan yang transparan dan

    partisipatif.

    Pada tanggal 2 Mei 2012, Walikota Kota Probolinggo mengeluarkan Surat Keputusan untuk menerapkan

    MBS di semua sekolah.

    KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk mendiseminasi

    praktik-praktik baik tata kelola manajemen sekolah yang berorientasi pelayanan publik ke semua sekolah-

    sekolah di daerah masing-masing, termasuk melaksanakan survei pengaduan.

    Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan pentingnya

    keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka dan program-program

    sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif.

    Drs. Endro Suroso, M.Si., Kepala Dinas Pendidikan, Kota Probolinggo

    Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah

    Program MBS yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah dan Forum Multi Stakeholder

    menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan

    pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk pemerintah daerah, yakni (a) diperlukan komitmen

    yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program MBS, (b) setiap

    kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    9/234

    7www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yangada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah

    terkait, (f) menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi

    pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.

    Rekomendasi kepada para Calon OMP

    Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum

    multi stakeholder dalam melaksanakan program MBS. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisadipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata

    kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau

    forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan

    jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai

    pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA

    untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

    Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan

    Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus

    pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Mereka mempunyai peran strategis

    dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-

    lembaga Diklat:

    a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata

    kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.

    b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan danpemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan

    secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil

    pelatihan.

    c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga pendidikan dan latihan mempunyai

    modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA,

    terutama dalam hal tata kelola dan governance.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    10/234

    8 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    BAB 1PENDEKATAN KINERJA

    Pendekatan Umum Proyek KINERJA

    KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang

    kesehatan, pendidikan dan iklim usaha.

    KINERJAbekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik

    di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.

    Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah

    di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif

    terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.

    Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJAadalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM),

    dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada

    pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian

    besar program Kinerja dilaksanakan melalui dana hibah bagi organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga

    menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan

    kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:

    1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa

    Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan;2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan

    masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;

    3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan

    pengaduan dan janji perbaikan pelayanan;

    4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk

    menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan

    pelayanan publik yang lebih baik.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    11/234

    9www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    Intervensi program KINERJAberada di tiga tema pokok, yakni:

    1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik;

    2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan

    mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan;

    3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di

    Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah

    daerah.

    Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan K INERJAdalam

    melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.

    Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan

    Di sektor pendidikan, KINERJAmelaksanakan program-program BOSP,DGP (Distribusi Guru Proporsional),

    dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan

    Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum

    sebagai berikut:

    Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata

    dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah

    lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan

    Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,

    keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.

    Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat

    diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikutserta dalam penyelengaraan pendidikan

    sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-

    program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.

    Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara

    berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat

    dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi

    juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    12/234

    10 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Prinsip dalam Tata Kelola MBS

    Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola MBS dilaksanakan dengan prinsip-

    prinsip sebagai berikut:

    1. Berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta

    menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat;

    2. Perencanaan sekolah menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas

    Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama;

    3. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan

    pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih

    tinggi;

    4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program

    MBS dapat berlangsung terus secara berkesinambungan;

    5. Monitoring dan pelaksanaan MBS di sekolah diperlukan agar pelaksanaan program MBS dapat tepat

    sasaran dan dapat terus disempurnakan;

    6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai pelayanan sekolah;

    7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang

    berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    13/234

    11www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    Situasi yang dihadapi di daerah

    Dalam konteks otonomi, sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya dan warga sekolah menurut

    prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundangan. Sekolah

    diberi wewenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah semaksimal mungkin untuk

    meningkatkan mutu proses dan output pembelajaran.

    Pada praktiknya pelaksanan MBS perlu lebih ditingkatkan. Sebagian besar sekolah melaksanakan MBS apa

    adanya, belum dilaksanakan secara maksimal, dan belum mengarah pada perbaikan mutu pelayanan. Di

    sebagian besar sekolah, pengelolaan masih belum transparan dan akuntabel serta tidak partisipatif, apalagiresponsif.

    Kepedulian orangtua murid dan masyarakat rendah dan menganggap bahwa urusan sekolah semata-mata

    menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Hal ini sebagiannya disebabkan oleh ketertutupan sekolah

    dalam penyelenggaraan sekolah dan tidak membuka peluang keterlibatan masyarakat.

    Bagaimana kita memulai inisiatif

    1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders

    Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program MBS dengan diskusi intensif

    dengan manajemen KINERJA dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan

    (memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.

    Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan

    dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif

    sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik.

    BAB 2PENGALAMAN KINERJA

    DALAM TATA KELOLA

    MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    14/234

    12 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan

    masyarakat sehingga tata kelola MBS dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.

    Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat

    dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya

    termasuk DPRD.

    2 Pengaturan Pekerjaan

    Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang

    pelayanan public yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah

    mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder, dan organisasi mitra pelaksana

    (OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.

    Program MBS dilaksanakan oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya

    dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program MBS, KINERJA

    bekerjasama dengan tiga OMP, yakni:

    PKPM yang bekerja di Kabupaten Bener Meriah, Aceh

    LPKIPI yang bekerja di Kota Singkawang, Kalimantan Barat

    CORDIAL yang bekerja di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

    OMP tidak bekerja sendirian, melainkan selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim

    Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Pendidikan, dan lembaga-lembaga non pemerintah,

    terutama Dewan Pendidikan. Di tingkat sekolah OMP bekerjasama dengan Komite Sekolah.

    3 Penyusunan rencana kerja

    Setelah Surat Keputusan Bupati/Walikota diterbitkan, maka Tim Teknis menyusun rencana kerja berikut

    jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal

    perencanaan dan penganggaran daerah.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    15/234

    13www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    Proses kerja

    1 Peran masing-masing stakeholder

    Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program MBS di semua tahapan,

    namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan lokakarya-

    lokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalamkaitannya dengan pencapaian tujuan MBS.

    Dinas Pendidikan berperan dalam mengeluarkan petunjuk teknis dan monitoring pelaksanaan MBS serta

    meyediakan bantuan teknis ke sekolah-sekolah jika diperlukan.

    Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah berperan dalam melaksanakan MBS sesuai prinsip-prinsip di atas.

    Di samping itu komite sekolah berperan dalam pengawasan pelaksanaan MBS dan memberi masukan kepada

    kepala sekolah.

    2 Pelaksanaan rencana kerja

    Program MBS dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

    Penyediaan data sekolah. Data merupakan dasar utama dalam perencanaan sekolah. Setiap tahunnya

    (biasanya pada awal tahun akademik) sekolah menyajikan data sekolah yang mencakup antara lain

    mengenai murid, guru, sarana, prasarana, hasil pembelajaran. Data yang dapat digunakan adalah data

    yang valid dan mutakhir. Oleh sebab itu sekolah perlu meneliti dan memvalidasi data dengan cermat

    Penghitungan capaian SPM. Berdasarkan data yang tersedia, sekolah bersama komite sekolah

    menghitung capaian SPM sekolah saat ini sehingga dapat diketahui pada aspek apa saja yang sudah dan

    belum dicapai

    Penyusunan EDS (evaluasi diri sekolah). Berdasarkan data yang tersedia dan hasil EDS, kemudiansekolah membuat EDS yang tujuannya adalah untuk mengetahui capaian, kelemahan, kekuatan, dan apa

    yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah ke depan. Cakupan EDS cukup luas karena

    menyangkut delapan sandar nasionmal pendidikan (SNP)

    Pelaksanaan survei pengaduan. Oleh karena sekolah merupakan salah satu unit pelayanan publik, maka

    dalam upaya meningkatkan mutu layanannya, sekolah melaksanakan survei pengaduan yang tujuannnya

    untuk mengetahui keluhan apa saja dari pengguna layanan (terutama murid dan orangtua murid)

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    16/234

    14 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Penyusunan RKS(rencana kerja sekolah). RKS biasanya menacakup rencana selama 4 tahun dan dibuatberdasarkan data, EDS, dan hasil survei pengaduan. Dengan demikian rencana jangka menengah sekolah

    ini menjadi dokumen yang sesuai dengan kondisi sekolah dan tujuan yang hendak dicapai serta dapat

    dipertanngungjawabkan

    Penyusunan RKT/RKAS(rencana kerja tahunan/ rencana kerja dan anggaran sekolah). Rencana sekolah

    tahunan ini disusun secara lebih rinci dan merujuk pada RKS yang telah disiapkan sehingga pencapaian

    sekolah setiap tahunnya menjadi terukur

    Penyusunan janji perbaikan layanan. Untuk menjamin pengaduan masyarakat direspon dengan baik,

    maka sekolah membuat janji perbaikan layanan yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan komite

    sekolah serta diketahui oleh Dinas Pendidikan. Tentu saja janji tersebut menyangkut hal-hal yang dapat

    ditindaklanjuti oleh sekolah sesuai kemampuan dan wewenangnya

    Penyusunan rekomendasi teknis untuk Dinas Pendidikan. Hasil survei pengaduan yang tidak dapat

    ditindaklanjuti oleh sekolah (karena di luar kemampaun dan wewenang sekolah) kemudian dimasukkan ke

    dalam rekomendasi teknis yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti

    Publikasi RKS, RKT/RKAS, dan LKT. Untuk menjamin transparansi dan akuntablitas publik, maka

    sekolah diwajibkan untuk mempublikasi rencana jangka menengah, rencana dan anggaran tahunan,

    dan laporan penggunaan (realisasi) anggaran. Publikasi bisa dalam berbagai bentuk, namun yang paling

    mudah dan umumnya dilakukan sekolah adalah dengan memajang dokumen-dokumen tersebut di luar

    ruangan sekolah.

    3 Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja

    Sekurang-kurang nya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program MBS

    dengan pendekatan KINERJA:

    Peningkatan kapasitas sekolah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan murid dan orangtua murid untukmemperoleh pendidikan yang bermutu;

    Peningkatan pemahaman penyelenggara pendidikan di sekolah tentang keluhan-keluhan murid, orangtua

    murid, dan masyarakat yang selama ini tidak diketahui dan direspon;

    Peningkatan keterlibatan dan dukungan komite sekolah, orangtua murid, dan masyarakat dalam

    penyelenggaran sekolah;

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    17/234

    15www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    Peningkatan suasana lingkungan sekolah yang lebih kondusif sehingga meningkatkan kenyamanan muriddan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

    Perubahan-perubahan tersebut nampak jelas di sekolah-sekolah mitra KINERJA antara lain di Bener Meriah,

    Kota Probolinggo, Singkawang, dan Barru. Di sekolah-sekolah di daerah-daerah tersebut komite sekolah aktif

    menghimpun dukungan orangtua dan masyarakat untuk membanbtu sekolah dalam memperbaiki lingkungan

    sekolah.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    18/234

    16 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Tantangan

    Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan

    program MBS, yakni antara lain:

    Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan sekolah yang tidak mudah

    dilakukan;

    Keterbatasan anggaran sekolah yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sekolah;

    Kapasitas kepala sekolah dan komite sekolah masih kurang sehingga pelaksanaan program MBS tidak

    berjalan seperti yang diharapkan dan membutuhkan upaya yang lebih keras dan waktu yang lebih lama.

    Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui pendampingan yang intensif;

    Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan

    program proses pendampingan kepada sekolah dan komite sekolah belum seperti yang diharapkan.

    Tantangan ini diatasi melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA;

    Pergantian kepala sekolah yang menyebabkan perubahan komitmen dari kepala sekolah yang baru.

    Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga kepala sekolah baru dapat

    memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program;

    Kepedulian orangtua murid dan masyarakat masih kurang. Mereka menganggap urusan sekolah

    sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Tantangan ini direspon dengan mengajak

    mereka berdiskusi tentang penyelenggaraan sekolah sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama dan

    peran apa yang dapat mereka laksanakan.

    Keberhasilan Program

    1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo

    Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas

    prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitaspendidikan yang mereka miliki. Dalam acara pemberian penghargaan yang diadakan pada tanggal 21

    BAB 3MENGATASI TANTANGAN

    DAN MENCAPAI SUKSES

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    19/234

    17www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    November 2012 di Kota Probolinggo, Kepala Bagian Organisasi Drs. Sukam, memberikan penghargaankepada SDN Kebonsari Kulon 2, SDN Curah Grinting 1, SDN Wonoasih 2, dan SDN Sumber Taman 1 serta

    SMPN 8 dan MTs.N. di Kota Probolinggo atas peningkatan kualitas yang mereka capai.

    Dengan dukungan teknis dari paket manajemen berbasis sekolah proyek KINERJA, sekolah-sekolah tersebut

    mengundang partisipasi dari orang tua, guru, kepala sekolah dan berbagai pemangku kepentingan lain, dan

    mencapai keberhasilan yang patut dicontoh dalam meningkatkan kerjasama dengan masyarakat yang

    mereka layani.

    Berdasarkan hasil survei terhadap 5.610 pemangku kepentingan, 20 sekolah mitra KINERJA segera

    menanggapi ketidakpuasan masyarakat terhadap fasilitas sekolah dan kekurangan-kekurangan lain dalam

    manajemen pendidikan mereka. Murid dan guru bekerjasama membersihkan fasilitas kamar mandi sekolah,

    merapihkan halaman sekolah dan bahkan menanam kebun sekolah yang kemudian dimasukkan kedalam

    pelajaran sains. Komite sekolah yang beranggotakan orang tua, guru dan penyelenggara sekolah menampung

    masalah-masalah yang disampaikan selama survei dan bekerjasama untuk mencari jalan keluarnya.

    Dewan juri di Kota Probolinggo mengikutsertakan wakil-wakil dari pemerintah daerah, dunia pendidikan

    dan mitra KINERJA Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) yang menggunakan

    20 butir kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan sekolah dalam melaksanakan transparansi anggaran,

    serta menyusun dan mengumumkan rencana-rencana kerja tahunan untuk pemantauan masyarakat, dan

    mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan, menerbitkan laporan-laporan tentang

    visi dan misi yang jelas dan mempertegas komitmen untuk melaksanakan program manajemen berbasis

    sekolah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik.

    Kepala SDN KebonsariKulon 2 menyatakan bahwa karena pendampingan KINERJA memberikan begitu

    banyak manfaat maka ia berharap pendampingan dapat diteruskan karena kegiatan tersebut sejauh ini sangat

    berguna dalam meningkatkan kualitas sekolahnya.

    Kepala Dinas Pendidikan Drs. Endro Suroso, M.Si., juga sangat memuji keberhasilan paket manajemen

    berbasis sekolah dari KINERJA. Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan

    pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka, dan program-program sekolah

    menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif, tuturnya.

    Penghargaan seperti ini tidak hanya menghormati keberhasilan sekolah-sekolah mitra KINERJA melainkan

    juga meningkatkan kesadaran sekolah-sekolah di daerah sekitarnya sehubungan dengan apa yang dapat

    mereka capai melalui program manajemen berbasis sekolah. Motivasi sejawat ini merupakan bagian utamadari fokus KINERJA untuk mereplikasi praktek yang baik dan melaksanakan reformasi yang berkelanjutan.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    20/234

    18 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Pendekatan KINERJA

    Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas

    prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitas

    pendidikan yang mereka miliki.

    Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (sekolah)

    dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk

    memperkuat sekolahdalam hal:

    Meningkatkan perhatian pada dampak kekurangan penyelenggaraan sekolah untuk peningkatan layanan

    pendidikan berkualitas

    Meningatkan kemampuan sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam rangka secara bertahap memenuhi

    standar pelayan sekolah

    Meningkatkan kepedulian pemerintah daerah secara efektif menerapkan kebijakan MBS di semua sekolah

    Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga

    mereka akan:

    Memahami hak-hak mereka terhadap layanan pendidikan yang berkualitas

    Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan sekolah yang

    mempengaruhi masyarakat

    Melakukan peran pengawasan dan tahan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan

    kegiatan-kegiatan sekolah secara efektif dan secara berkesinambungan.

    Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif

    (jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorongatas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang menjadi tujuan

    kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, kegiatan-kegiatan sekolah hanya dilaksanakan oleh kepala

    sekolah dan jajarannya.

    a. Strategi Program

    Secara kronologisstrategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program MBS adalah sebagai

    berikut :

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    21/234

    19www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    1. Penguatan komite sekolah Memperkuat orangtua murid dan masyarakat melalui komite sekolah dengan memberi pelatihan dan

    melibatkan mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi.

    2. Penguatan kepala sekolah

    Memperkuat kepala sekolah dalam perencanaan sekolah dan pentingnya keterlibatan komite sekolah

    dalam penylenggaraan sekolah. Untuk itu kepala sekolah diberi pelatihan dan pendampingan yang

    intensif.

    3. Advokasi kepada Dinas Pendidikan

    Advokasi diarahkan pada penerbitan kebijakan pemerintah daerah (khususnya Dinas Pendidikan)

    untuk mendorong penerapan MBS di sekolah-sekolah dan menyediakan dukungan yang diperlukan.

    4. Pemantauan dan evaluasi oleh komite sekolah

    Menyusul penerbitan perencanaan dan pelaksanaan janji perbaikan layanan sekolah, komite sekolah

    dan jurnnalisme warga memantau pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.

    b. Hasil-hasil Program MBS

    Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :

    Sekolah mempunyai manajemen data yang lebih baik;

    Perencanaan sekolah didasarkan pada data yang valid dan mutakhir, evaluasi diri sekolah, dan hasil

    survei pengaduan serta mengacu pada pencapaian SPM dan SNP;

    Penyelenggaraan sekolah menjadi lebih transparan dan akuntabel;

    Komite sekolah lebih aktif dalam penyelenggaran sekolah dan memberi dukungan kepada sekolah;

    Pelayanan sekolah kepada murid dan orangtua menjadi lebih baik.

    2. Program Pengungkit

    Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan manajemen berbasis

    sekolah yang berorientasi pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh USAID-

    KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan saya menjadi paham dan merasakan banyak

    manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan

    survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)

    Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    22/234

    20 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Program MBS yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh 180 sekolah telah menunjukkan

    hasil-hasil yang baik. Walaupun intervensi program KINERJA lebih diarahkan pada proses tata kelola sekolah

    dengan melibatkan komite sekolah, namun program ini menjadi pengungkit untuk program MBS yang lebih

    luas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, seperti penyediaan

    sarana dan prasarana sekolah, membaiknya kinerja guru, dan proses pembelajaran yang menjadi lebih baik.

    Dampak positif lanjutannya adalah bahwa keterlibatan dan dukungan orangtua murid dan komite sekolah

    meningkat, tidak hanya dalam bentuk tenaga dan waktu, bahkan dana yang disumbangkan untuk perbaikan

    sebagian fasilitas sekolah. Dukungan seperti ini hanya dimungkinkan apabila sekolah melaksanakan

    kegiatannya dengan transparan danakuntabel.

    Program MBS sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan. Jadi pengaduan itu

    selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian

    pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling mengadu bahwa ada guru

    yang tidak disiplin menjalankan tugas. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak

    sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan

    dibiasakan karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.

    Mansur, Ketua Komite SMP Negeri 20 Kota Singkawang, Kalimantan Barat

    Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika

    kami sudah mulai jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua murid

    kita akan susah membuat anak kita memperoleh pendidikan yang bermutu. Jadi harus

    sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua murid, harus ada Komite Sekolah.

    Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk Dinas Pendidikan,

    kalau tidak, ya tidak tercapai.

    Tri Menanti, Guru SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    23/234

    21www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    Program KINERJA untuk MBS hanya di 180 sekolah dari ribuan sekolah dan hanya di sembilan dari ratusan

    daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan

    di sekolah-sekolah dan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lainbersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program

    MBS. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan

    pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.

    Rekomendasi untuk Replikasi di Daerah Lain

    Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan

    mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program MBS.

    a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan

    program MBS. Komitmen ini ditunjukkan dengan kebijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan,

    petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan

    penganggaran daerah.

    b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama

    pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam

    rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan

    c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS. Oleh

    karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan

    masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,

    dan pelaksanaannya.

    d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.

    Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,

    melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.

    e. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui

    pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.

    BAB 4REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    24/234

    22 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    f. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan,

    dan acuan pelaksanaan program.

    Rekomendasi untuk OMP

    Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program MBS adalah:

    a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan

    pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder;

    b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta;

    c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang

    melaksanakan program;

    d. Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri

    maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

    Rekomendasi untuk Penyedia Latihan

    Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus

    pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan

    latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam

    pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-

    lembaga Diklat:

    a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata

    kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik

    b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan

    pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan

    secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil

    pelatihan

    c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga-lembaga pendidikan and latihan

    mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul

    KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan governance.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    25/234

    23www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN

    Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang inginmelihat

    komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran

    A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang inginmempelajari lebih dalam

    tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang inginmempelajari cara KINERJA

    melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di

    CD terlampir.

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi 25

    LAMPIRAN B Uraian Substansi 28

    Pendahuluan 28

    MODUL I MBS Berorientasi Pelayanan Publik 32

    BAHAN BACAAN MBS YANG BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK 24

    MODUL 2 Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah 52

    BAHAN BACAAN STANDAR PELAYANAN DALAM PENGELOLAANSEKOLAH

    52

    MODUL 3 Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 80

    BAHAN BACAAN: TATA KELOLA PERENCANAANDAN PENGANGGARAN SEKOLAH

    80

    MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah 100

    BAHAN BACAAN PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIKDI SEKOLAH

    100

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    26/234

    24 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publikdi Sekolah

    118

    BAHAN BACAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDERDALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH

    118

    MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah 138

    BAHAN BACAAN: SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANANSEKOLAH

    138

    MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah 172

    BAHAN BACAAN: TRANSPARANSI & AKUNTABILITAS DALAMMANAJEMEN SEKOLAH

    172

    MODUL 8 Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi PelayananPublik Sekolah

    184

    BAHAN BACAAN: PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICES) PENERAPANMBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

    184

    LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 199

    Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 199

    Uraian lampiran ini 202

    MODUL 1 MBS Berorientasi Pelayanan Publik 203

    MODUL 2 Standard Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah 206

    MODUL 3 Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 209

    MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah 212

    MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publikdi Sekolah

    215

    MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah 218MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah 221

    LAMPIRAN D Bahan di CD 224

    LAMPIRAN E Daftar Singkatan/Istilah 225

    DAFTAR PUSTAKA 227

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    27/234

    25www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    Lampiran A

    Testimoni, Laporan Media

    dan Bahan Promosi

    Testimoni

    1. Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur

    Manfaat MBS banyak sekali. Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan

    manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pada pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh

    USAID-KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan dengan USAID saya menjadi paham dan merasakan

    banyak manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan survei

    pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat). Dari IPM tersebut diketahui, salah satu

    contohnya, kurangnya toilet untuk murid. Pengaduan ini kemudian kita respon bekerjasama dengan Dinas

    Pendidikan. Dengan bantuan Pemrintah Kota jumlah toilet berkembang dari hanya satu menjadi tujuh yang

    bisa dipakai untuk 253 murid.

    Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah terus meningkat dalam hal membantu sekolah menyediakan

    fasilitas lingkungan sekolah dan pembelajaran. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan manajamen

    sekolah yang transparan dan secara intens melibatkan masyarakat dan komite sekolah. Komite sekolahikut dalam proses penyusunan RKS dan RKAS yang bersama dengan laporan penggunaan dana sekolah

    dipublikasikan dengan menempelnya di papan pengumuman sehingga dapat dilihat oleh siapa saja yang

    datang ke sekolah. Dengan keterbukaan dan pelibatan tersebut masyarakat menjadi paham tentang masalah

    yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mecapai SPM. Orangtua murid

    memahami hal itu dan bersama Komite Sekolah mendiskusikan tentang apa yang bisa dilakukan untuk

    membantu sekolah. Tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi oleh dana dari BOS . Semua partispasi dan

    bantuanmasyarakat dikelola sepenuhnya oleh Komite Sekolah.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    28/234

    LAMPIRAN A - TESTIMONI, LAPORAN

    MEDIA DAN BAHAN PROMOSI

    26 www.kinerja.or.idTata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    2. Mansur, Ketua Komite Sekolah, SMP Negeri 20 Kota Singkawang,Kalimantan Barat

    Program MBS yang didampingi USAID-KINERJA sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan.

    Jadi pengaduan itu selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian

    pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling memonitor bahwa ada guru yang tidak disiplin

    menjalankan tugas, mereka mengadu ke komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak sekolah

    memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan dibiasakan karena akan

    merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.

    Partisipasi masyarakat dalam program MBS ini sangat besar artinya. Itu yang kita rasakan besar manfaatnya

    buat kepentingan proses belajar mengajar di sekolah ini. Kita dari perwakilan orangtua siswa yang terbentuk

    dalam komite sekolah merasa bersyukur sekali. Artinya dengan sarana dan prasarana yang telah ada ini

    lebih memotivasi pengajar, kepala sekolah dan jajarannya ke bawah untuk lebih meningkatkan proses belajar

    mengajar. Dan kita dari komite juga tidak merasa segan-segan, tidak merasa malu-malu untuk memberikan

    suatu masukan kepada pihak sekolah bahwa bersyukurlah bahwa kalian sudah dibantu dengan program ini.

    Dan jangan sia-siakan kepercayaan ini. Benar-benar dimanfaatkan buat dunia pendidikan sehingga tidak

    mengecewakan orang yang benar-benar membantu untuk kemajuan sekolah kita. Itu yang kita harapkan.

    Artinya prestasi ini meningkat. Kalau bisa kelulusan SMP ini selalu dipertahankan seratus persen karena

    sekolahnya sudah memadai.

    Dengan adanya bantuan semacam ini kami berharap lebih menggiatkan dan meningkatkan semangat para

    pengajar untuk lebih menampakkan hasilnya ke depan. Yang kedua bahwa jangan sampai mengecewakan

    pihak pemberi bantuan dengan adanya sarana dan prasarana ini. Dan kalau memang masih ada dukungan

    yang diperlukan, artinya dapat kita rumuskan bersama dan kalau memang ada salurannya, kita minta bantuan

    yang lebih canggih lah istilahnya. Yang bisa membuat sekolah ini lebih profesional sehingga mampu bersaing

    di tingkat regional maupun nasional dan bahkan bisa dikenal di mata internasional. Dengan bantuan ini kitapatut bangga bahwa ada bantuan yang mampu mengangkat, mendongkrak sekolah ini sehingga ke taraf

    nasional dan internasional.

    Dinas Pendidikan tidak lepas dari upaya ini. Artinya keterkaitan Dinas Pendidikan dalam proses belajar

    mengajar, ketersediaan tenaga guru, kemudian manajemen sekolah dan sebagainya itu adalah satu kesatuan

    yang memang secara undang-undang itu sudah diatur dan dimandatkan.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    29/234

    27www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    3. Tri Menanti, Guru di SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh

    Hal baru dalam program MBS yang didampingi USAID-KINERJA adalah survei pengaduan, janji perbaikan

    layanan, dan rekomendasi teknis. Survei pengaduan di SD Negeri Baliatu Simpang Tiga Kabupaten Bener

    Meriah itu diadakan pada tanggal 8 Februari 2013. Dari hasil survei pengaduan, yang banyak dikeluhkan

    adalah tentang keberadaan kantin sekolah yang sehat karena memang kantin kami betul-betul tidak layak

    pakai waktu itu. Kemudian kami diskusikan dengan kepala sekolah, komite sekolah, dewan guru, dan

    stakeholder sekolah untuk memindahkan kantin sehat ke rumah guru yang ada di sekolah yang kebetulan

    kosong. Kantinnya masih belum terlalu layak tetapi alhamdulilah sudah mulai bisa dipakai. Banyak sekali, itu

    di antaranya yang pertama itu sekolah SD Negeri Baliatu itu tidak ada ruang kepala sama ruang guru.

    Kemudian ruang kelas dan laboratorium masih kurang. Untuk sementara ruang guru dan ruang kepala sekolah

    itu memakai kelas murid. Kemudian untuk ruang kelas kami gunakan kelas paralel. Itu sudah kami buat

    dalam rekomendasi ke Dinas Pendidikan. Insyaallah Pemerintah Daerah dapat segera menindaklanjuti

    rekomendasi tersebut.

    RKS dan RAKS disusun bersama dengan Komite Sekolah dan dipublikasikan. Kalau selama ini kami buat

    cuma apa adanya.. Tapi alhamdulilah berkat adanya bimbingan dari USAID-KINERJA, kami sudah bisa

    membuat RKS dan RAKS walaupun masih belum maksimal.

    Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami sudah mulai

    jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua muridkita akan susah membuat anak kita

    memperoleh pendidikan yangbermutu. Jadi harus sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua

    murid, harus ada Komite Sekolah. Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk pihak Dinas

    Pendidikan, kalau tidak, ya tidak tercapai.

    Tantangan paling berat yang kita hadapi dalam melaksanakan program MBS itu adalah pendanaan. Karenayang selama ini kami kerjakan yang masih bisa bisa kami lakukan terutama seperti pembuatan pos pelayanan

    terpadu itu belum ada bantuan dari Dinas atau dari manapun, itu masih memakai dana BOS. Namun kami

    bekerjasama dengan orangtua dan Komite Sekolah untuk melaksanakan janji perbaikan layanan sesuai

    pengaduan yang disamapikan orangtua dan murid. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh sekolah langsung

    datang bantuan dari masyarakat dan orangtua.

    Laporan Media dan Bahan Promosi

    Disediakan dalam bentuk le di CD terlampir.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    30/234

    28 www.kinerja.or.id

    LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Lampiran B

    Uraian Substansi

    1. Uraian lampiran ini

    Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan

    berikut ini:

    1. MODUL 1. MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK. Membahas tentang Sejarah MBS, Pengertian

    MBS, Dasar Hukum MBS, Tujuan MBS, Prinsip-prinsip MBS, Ciri-ciri/ karakteristik MBS , Aspek Proses

    dan Substansi MBS.

    2. MODUL II. STANDARD PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH. Membahas tentangStandard Pelayanan Publik, Standar Proses (Standard Operasional Prosedur), Standar Pelayanan

    Minimal Pendidikan, Standar Nasional Pendidikan, Standar lainnya, Upaya Pemenuhan Standar

    Pelayanan (Tanggungjawab Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan).

    3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Membahas tentang jenis-jenis

    perencanaan sekolah, posisi perencanaan sekolah dalam kerangka perencanaan SKPD, Tahapan-

    tahapan perencanaan sekolah.

    4. MODUL IV. PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH. Membahas tentang

    Dasar Hukum Manajemen Pelayanan Publik, Kondisi Ideal Pelayanan Publik, Kondisi Riil Pelayanan

    Publik, Pergeseran Paradigma Pelayanan Publik, Posisi Strategis SDM Pendidikan Dalam Pelayanan

    Publik, Perilaku SDM Pendidikan Dalam Pelayanan Publik, Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di

    Sekolah.

    5. MODUL V. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PELAYANAN PUBLIK DI

    SEKOLAH. Membahas tentang Makna Peran Serta (Partisipasi) Masyarakat Dalam Peningkatan,

    Pelayanan Publik di Sekolah, Stakeholder Sekolah, Jenis-Jenis Partisipasi Masyarakat dan

    Stakeholder Terhadap Program Pendidikan di Sekolah.

    6. MODUL VI. SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH. Membahas tentang:

    Pentingnya Survei Pengaduan, Proses Survei Pengaduan, Janji Perbaikan Layanan dan Rekomendasi

    Perbaikan Layanan, Pemantauan dan Evaluasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Layanan, Survei Ulang.

    Pendahuluan

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    31/234

    29www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH. MembahasTentang Kaitan AntaraGood GovernanceDengan Transparansi dan Akuntabilitas, Makna Transparansi

    dan Akuntabilitas, Jenis-Jenis Akuntabilitas, Contoh Penerapan Transparansi dan Akuntabilitas di

    Sekolah.

    8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE) PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN

    PUBLIK. Membahas Tentang Praktik-Praktik Baik Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis

    Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Kelas Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen

    SDM, Praktik-Praktik Baik Manajemen Peserta Didik, Praktik-Praktik Baik Manajemen Sarana

    Prasarana Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Keuangan Berbasis Sekolah, Praktik-

    Praktik Baik Manajemen Partisipasi Masyarakat Berbasis Sekolah, Contoh Penerapan Praktik MBS di

    Kabupaten/Kota Mitra KINERJA.

    2. Bahan pendukung

    Lihat juga:

    Panduan fasilitasi lokakarya Tim Penyusun MBS. Proses penerapan MBS oleh Tim Penyusun MBS

    diatur dengan seri lokakarya. Panduan fasilitasi lokakarya tersebut disampaikan pada Lampiran D

    Bahan di CD. Lihat Lampiran C untuk daftar le-le yang ada di CD yang dilampirkan, termasuk contoh

    bahan presentasi dan juga beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai referensi.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    32/234

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    33/234

    31www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    MBS Berorientasi

    Pelayanan Publik

    1

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    34/234

    32 www.kinerja.or.id

    LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    BAHAN BACAAN MBS

    YANG BERORIENTASI

    PELAYANAN PUBLIKMBS

    Berorientasi

    PelayananPublik

    MODUL 1

    .........

    peserta menguasai

    MBS yang berorientasipelayanan publik

    ........

    1. PENDAHULUAN

    Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya

    telah diperkenalkan sejak lama di Indonesia, ialah

    sejak tahun 1997/1998. Namun penerapan model

    tersebut baru menonjol setelah pada tahun 1998,

    ialah setelah adanya program uji coba model yang

    dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Menengah

    Umum (sekarang menjadi Direktorat SLTP dan

    Direktorat Sekolah Menengah Umum), sejak tahun

    pelajaran 1999/2000 dengan mengikutsertakan

    140 SMUN dan 248 SLTP yang tersebar di seluruh

    wilayah Indonesia. Pada tahun pelajaran 2000,

    jumlah sekolah peserta bertambah sebanyak 486

    SMUN dan 158 SLTP (Depdiknas, 2003).

    Pada tahun 1999, Depdiknas bekerja sama dengan

    Unesco dan Unicef melakukan rintisan pelaksanaan

    Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

    (MPMBS) di SD dengan mengambil 'setting'ProvinsiJawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan

    NTT. Pada tahun 2001 diperluas ke Provinsi Jawa

    Barat, Papua dan NTB dan Sumatra Selatan.

    Berdasarkan hasil evaluasi ternyata didapati,

    bahwa sekolah rintisan MBS tersebut lebih unggul

    prestasi belajarnya dibandingkan dengan SD-SD

    konvensional yang tidak menerapkan MPMBS

    (Depdiknas, 2004). Dan, sekolah-sekolah yang

    menerapkan MPMBS, baik sekolah rintisan MPMBS

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    35/234

    33www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    maupun bukan, mendapatkan label dari masyarakatsebagai sekolah berprestasi.

    MPMBS adalah model manajemen yang

    memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah,

    memberikan eksibelitas/keluwesan kepada

    sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung

    warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,

    karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh

    masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk

    meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan

    pendidikan nasional serta perundang-undangan

    yang berlaku (Depdiknas, 2003).

    Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/

    kemandirian dalam mengatur dan mengurus

    dirinya sendiri, dan merdeka atau tidak bergantung.

    Dalam konteks sekolah, otonomi diartikan sebagai

    kewenangan sekolah untuk mengatur dirinya

    dan warga sekolah menurut prakarsa sendiri,

    berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan (Depdiknas, 2003).

    Fleksibelitas diartikan sebagai keluwesan yang

    diberikan kepada sekolah untuk mengelola,

    memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya

    sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan

    mutu. Dengan keluwesan tersebut, sekolah juga

    akan lincah dan cerdas, tidak menggantungkan

    arahan dari atas ketika mengoptimalkan

    penggunaan sumber daya. Dengan demikian,

    sekolah lebih responsif dan cepat dalam

    menghadapi tantangan (Depdiknas, 2003).

    MPMBS dipandang sebagai bagian dari manajemen

    berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan

    meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas,kualitas/mutu, esiensi, inovasi, relevansi dan

    pemerataan serta akses pendidikan), makaMPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu.

    Oleh karena itu, MPMBS saat ini lebih ditekankan

    dibandingkan dengan MBS (Depdiknas, 2003).

    Sejak diluncurkan sampai dengan sekarang, MBS

    yang secara konseptual diturunkan dari teori-teori

    desentralisasi publik, manajemen pelayanan public

    di bidang pendidikan, tidak banyak mendapatkan

    pengawalan khususnya yang terkait dengan good

    governance yang mengerucut ke arah pelayanan

    publik yang lebih baik. Oleh karena itu, sudah

    waktunya ada perintisan yang mengarahkan MBS

    agar tidak keluar dari koridor pelayanan publik

    yang lebih baik. Berbagai wacana pelayanan prima

    yang juga dicoba praktikkan dalam kepemrintahan,

    sepertinya berada dalam kutub yang berbeda

    dengan MBS. Oleh karena itu, diperlukan penyatuan

    di antara keduanya sebagaimana pada akar konsep

    dan teori good governanceyang kini diterapkan di

    berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan.

    Program USAID-KINERJA yang merupakan

    program bantuan teknis yang dimaksudkan untuk

    meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik, dari

    sisi penyedia layanan dan sisi pengguna layanan,

    melalui pendekatan tata kelola yang baik (good

    governance) telah melaksanakan pendampingan

    teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra yang

    tersebar di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan

    Barat dan Sulawesi Selatan )sebagai unit layanan

    pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi

    Pelayanan Publik.

    Pendekatan ini telah menunjukkan manfaat yang

    cukup signikan di berbagai sekolah mitra, baik dari

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    36/234

    34 www.kinerja.or.id

    LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    aspek peningkatan partisipasi multi stakeholdersekolah, peningkatan kualitas pelayanan sekolah

    dan juga semakin transpan dan akuntabilitasnya

    sekolah dalam perencanaan, pengganggaran serta

    pelaporan keuangan sekolah.

    PENGERTIAN MBS

    BERORIENTASI PELAYANAN

    PUBLIK

    Model pendekatan dalam manajemen sekolah

    yang mengacu pada manajemen berbasis sekolah

    (school based management) atau disingkat

    MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat,

    pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup

    lama. Pada 1988American Association of School

    Administrators, National Association of Elementary

    School Principals, and National Association

    of Secodnary School Principals, menerbitkan

    dokumen berjudul school based managementt, a

    strategy for better learning. Munculnya gagasan

    ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para

    pengelola pendidikan pada level operasional atas

    keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk

    dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya

    dipandang bahwa para kepala sekolah merasa

    nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan

    berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya,

    peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan

    semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan

    birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.

    Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatna ini

    muncul belakangan sejalan dengan pelaksanaan

    otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam

    pengoperasion sekolah. Selama ini, sekolahhanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah

    pusat untuk menyelenggarakan urusan politik

    pendidikan. Para pengelola sekolah sama

    sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk

    mengoperasikan sekolahnya secara mandiri.

    Semua kebijakan tentang penyelenggaraan

    pendidikan di sekolah umumnya diadakan di

    tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi

    vertikal dan sekolah hanya menerima apa adanya.

    Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah

    adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru

    harus melaksanakannya sesuai dengan petunjuk

    pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.

    Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke

    daerah menelusuri saluran birokrasi dengan begitu

    banyak simpul yang masing-masing menginginkan

    bagian. Tidak heran jika nilai akhir yang diterima

    di tingkat paling operasional telah menyusut lebih

    dari separuhnya. Jangan-jangan selama ini lebih

    dari separuh dana pendidikan sebenarnya dipakai

    untuk hal-hal yang sama sekali tidak atau kurang

    berurusan dengan proses pembelajaran di level

    yang paling operasional, yakni sekolah.

    MBS yang berorientasi pelayanan publik

    memusatkan perhatian pada peningkatan mutu dan

    kualitas layanan pendidikan melalui peningkatan

    mutu komponen terkait. Komponen-komponen

    tersebut adalah:

    a. Siswa, yang menyangkut kesiapan dan motivasi

    belajarnya.

    b. Guru, menyangkut kemampuan profesional,

    moral kerjanya,dan kerjasamanya.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    37/234

    35www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    c. Kurikulum, meliputi relevansi konten danoperasionalisasi proses pembelajarannya

    d. Dana, sarana dan prasarana, menyangkut

    kecukupan dan keefektifannya.

    e. Masyarakat, terutama tingkat partisipasinya

    dalam pengembangan program program di

    sekolah.

    MBS berorientasi pelayanan public memandang

    bahwa public adalah sebagai pelanggan. Oleh

    karena itu, keberhasilan MBS yang berorientasi

    pelayanan public lebih banyak dilihat dari aspek

    tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun

    eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu

    memberikan layanan sama atau melebihi harapan

    pelanggan.

    Dilihat dari jenis pelanggannya, maka MBS

    berorientasi pelayanan publikdikatakan berhasil jika:

    a. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara

    lain puas dengan pelajaran yang diterima,

    puas dengan diperlakukan oleh guru maupun

    pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan

    sekolah dan sebagainya. Pendek kata, siswa

    menikmati situasi sekolah

    b. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap

    anaknya maupun layanan kepada orang tua,

    misalnya puas karena mendapat laporan

    periodik tentang perkembangan siswa maupun

    program-program sekolah.

    c. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan

    tinggi, industri, masyarakat) puas karena

    menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai

    dengan harapan.

    d. Guru dan karyawan puas dengan palayanan

    sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan

    antar guru/karyawa/pimpinan, gaji/honorarium,dan sebagainya.

    Ada lima sifat layanan yang harus diwujudkan agar

    pelanggan puas, yaitu:

    a. Kepercayaan (reliability). Artinya layanan sesuai

    dengan yang dijanjikan, misalnya dalam rapat,

    brosur, dan sebagainya. Layanan semacam itu

    dapat berlangsung terus menerus dan bukanhanya pada waktu-waktu tertentu. Beberapa

    aspek dalam keterpercayaan antara lain:

    kejujuran, aman, tepat waktu, dan ketersediaan.

    b. Keterjaminan (assurance). Artinya, sekolah

    mampu menjamin kualitas layanan yang

    diberikan. Beberapa aspek dalam keterjaminan,

    misalnya kompetensi guru/staf, dan

    keobyektifan.

    c. Penampilan (tangible). Artinya, bagaimana

    situasi sekolah tampak baik. Beberapa

    aspek dalam penampilan, misalnya kerapian,

    kebersihan, ketera-turan, dan keindahan.

    d. Perhatian (empathy). Artinya, sekolah

    memberikan perhatian penuh kepada

    pelanggan. Beberapa aspek dalam keperhatian,

    misalnya melayani pelanggan dengan ramah,

    memahami aspirasi mereka, dan berkomunikasi

    dengan baik.

    e. Ketanggapan (responsiveness). Artinya, sekolah

    harus cepat tanggap terhadap kebutuhan

    pelanggan. Beberapa aspek dari tanggapan,

    misalnya tanggap terhadap kebutuhan

    pelanggan dan cepat memperhatikan dan

    mengatasi keluhan-keluhan yang muncul.

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    38/234

    36 www.kinerja.or.id

    LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    Secara umum prinsip Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Berorientasi Pelayanan Publik yang difasilitasi

    oleh USAID-KINERJA, adalah sebagai berikut:

    Menempatkan sekolah sebagai unit layanan,

    dimana sekolah sebagai penyedia layanan

    diwajibkan untuk memberikan pelayanan sesuai

    standard yang berlaku (Standard Pelayanan

    Publik SPP, Standard Pelayanan Minimum

    - SPM Pendidikan danStandard Nasional

    Pendidikan SNP)

    Memberikan ruang partisipasi yang memadai

    bagi pengguna pelayanan (siswa, orang tua

    dan masyarakat sekitar) untuk menyampaikan

    masukan, keluhan dan saran guna peningkatan

    pelayanan sekolah, melalui survey pengaduan

    ataupun kotak saran yang tersedia

    Proses penyusunan dokumen perencanaan

    sekolah secara partisipatif, antara pihak sekolah

    bersama multi stakeholder sekolah

    Memberikan informasi yang memadai bagi multistakeholder sekolah tentang perencanaan,

    penganggaran, dan pendanaan sekolah,

    termasuk pelaporan keuangannya dan informasi

    penting lainnya sebagai upaya transparansi dan

    akuntabilitas sekolah.

    Pemerintah Daerah SKPD terkait lebih

    aktif dalam mendukung upaya peningkatan

    pelayanan di sekolah

    Adanya mekanisme monitoring implementasiMBS Berorientasi pelayanan public oleh multi

    stakeholder forum (MSF)

    Adanya jurnalis warga yang aktif dalam mempu-

    blikasikan praktek baik, keluhan dan saran untuk

    mendukung peningkatan pelayanan public.

    Flowchartberikut menunjukkan proses MBS

    Berorientasi Pelayanan Publik yang melibatkan sisi

    penyedia dan pengguna pelayanan.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    39/234

    37www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    DASAR HUKUM MBSBERORIENTASI PELAYANAN

    PUBLIK

    1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

    Sistem Pendidikan Nasional;

    2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

    Guru dan Dosen;

    3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

    Pemerintahan Daerah;

    4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

    Perlindungan Anak;

    5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang

    Pelayanan Publik

    6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

    Keterbukaan Informasi Publik

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

    Tentang Standar Nasional Pendidikan;

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

    Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah

    Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

    Tentang Guru;

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008

    Tentang Pendanaan Pendidikan;

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 jo.

    Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan danPenyelenggaraan Pendidikan;

    12. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    44/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan

    Komite Sekolah;

    13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan

    Minimal Bidang Pendidikan;

    14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor23 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

    Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan

    Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

    2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

    untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

    sebagaimana diubah dengan Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun

    2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri

    Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006;

    15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala

    Sekolah/Madrasah;

    16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualitas

    Akademik Guru;

    17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan

    Pendidikan;

    18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian

    Pendidikan;

    19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan

    Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTS dan SMA/

    MA;

    20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses;

    21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan

    Mutu Pendidikan;

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    40/234

    38 www.kinerja.or.id

    LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan

    Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;

    23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    48 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis

    Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010

    s.d. 2014;

    24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Pungutan dan

    Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan

    Pendidikan Dasar.

    25. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

    Negara Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

    Pedoman Peningkatan Pelayanan Publik

    Dengan Partisipasi Masyarakat

    2. TUJUAN MBS BERORIENTASI

    PELAYANAN PUBLIK

    MBS bertujuan untuk memandirikan atau

    memberdayakan sekolah melalui pemberian

    kewenangan(otonomi) kepada sekolah, pemberian

    eksibelitasyang lebih besar kepada sekolah untuk

    mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong

    partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk

    meningkatkan mutu pendidikan. Lebih rinci, MBS

    Berorientasi Pelayanan Publik ini bertujuan untuk:

    a. Meningkatkan mutu dan kualitas layanan

    pendidikan melalui peningkatan kemandirian,

    eksibilitas partisipasi, keterbukaan, kerjasama,

    akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif

    sekolah dalam mengelola, memanfaatkan dan

    memberdayakan sumberdaya yang tersedia;

    b. Meningkatkan kepedulian warga sekolahdan masyarakat dalam menyelenggarakan

    pendidikan melalui pengambilan keputusan

    bersama;

    c. Meningkatkan kapasitas sekolah dan multi

    stakeholder sekolah dalam menyusun

    perencanaan dan penganggaran sekolah yang

    lebih baik sesuai dengan kondisi sekolah saat

    ini, hasil surveipengaduan serta targetcapaian

    yang diharapkan;

    d. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada

    orangtua, masyarakat dan pemerintah tentang

    mutu sekolahnya; dan

    e. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar

    sekolah tentang mutu pendidikan dan kualitas

    pelayanan pendidikan yang akan dicapai.

    3. PRINSIP MBS BERORIENTASIPELAYANAN PUBLIK

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

    Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat (1)

    menyatakan bahwa, Pengelolaan dana pendidikan

    berdasarkan prinsip keadilan, esiensi, transparansi,

    dan akuntabilitas publik. Sejalan dengan amanat

    tersebut, Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun

    2005Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal

    49 Ayat (1) menyatakan: Pengelolaan satuan

    pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

    menengah menerapkan manajemen berbasis

    sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,

    kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan

    akuntabilitas.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    41/234

    39www.kinerja.or.id Berorientasi Pelayanan Publik

    Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut, prinsipMBS meliputi: (1) kemandirian, (2) keadilan, (3)

    keterbukaan, (4) kemitraan, (5) partisipatif, (6)

    esiensi, dan (7) akuntabilitas. Ketujuh prinsip

    tersebut disingkat dengan K4 PEA.

    1. Kemandirian

    Kemandirian berarti kewenangan sekolah

    untuk mengelola sumberdaya dan mengatur

    kepentingan warga sekolah menurut prakarsa

    sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga

    sekolah sesuai peraturan perundangan.

    Kemandirian sekolah hendaknya didukung

    oleh kemampuan sekolah dalam mengambil

    keputusan terbaik, demokratis, mobilisasi

    sumberdaya, berkomunikasi yang efektif,

    memecahkan masalah, antisipatif dan adaptif

    terhadap inovasi pendidikan, bersinergi,

    kolaborasi, dan memenuhi kebutuhan sekolah

    sendiri.

    2. Keadilan

    Keadilan berarti sekolah tidak memihak

    terhadap salah satu sumber daya manusia

    yang terlibat dalam pengelolaan sumber

    daya sekolah, dan dalam pembagian sumber

    daya untuk kepentingan peningkatan mutusekolah. Sumber daya manusia yang terlibat,

    baik warga sekolah maupun pemangku

    kepentingan lainnyadiberikan kesempatan

    yang sama untuk ikut serta memberikan

    dukungan guna peningkatan mutu sekolah

    sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian

    sumber daya untuk pengelolaan semua

    substansi manajemen sekolah dilakukansecara bijaksana untuk mempercepat dan

    keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah.

    Dengan diperlakukan secara adil, maka semua

    pemangku kepentingan akan memberikan

    dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.

    3. Keterbukaan

    Manajemen dalam konteks MBS dilakukan

    secara terbuka atau transparan, sehingga

    seluruh warga sekolah dan pemangku

    kepentingan dapat mengetahui mekanisme

    pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya

    sekolah memperoleh kepercayaan dan

    dukungan dari pemangku kepentingan.

    Keterbukaan dapat dilakukan melalui

    penyebarluasan informasi di sekolah dan

    pemberian informasi kepada masyarakat

    tentang pengelolaan sumber daya sekolah,

    untuk memperoleh kepercayaan publik terhadap

    sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik

    merupakan langkah awal dalam meningkatkan

    peran serta masyarakat terhadap sekolah.

    4. Kemitraan

    Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara

    sekolah dengan masyarakat, baik individu,

    kelompok/organisasi, maupun Dunia Usaha dan

    Dunia Industri (DUDI). Dalam prinsip kemitraan

    antara sekolah dengan masyarakat dalam

    posisi sejajar, yang melaksanakan kerjasama

    saling menguntungkan untuk meningkatkan

    kualitas pendidikan di sekolah. Keuntungan

    yang diterima sekolah antara lain meningkatnya

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    42/234

    40 www.kinerja.or.id

    LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

    Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    Berorientasi Pelayanan Publik

    kemampuan dan ketrampilan peserta didik,meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana

    dan prasarana sekolah, diperolehnya

    sumbangan ide untuk pengembangan

    sekolah, diperolehnya sumbangan dana untuk

    peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya

    tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan

    bagi masyarakat biasanya dirasakan secara

    tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga

    kerja terdidik, terbinanya anggota masyarakat

    yang berakhlakul karimah, dan terciptanya tertib

    sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara

    lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,

    tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga

    pemerintah, organisasi profesi, organisasi

    pemuda, dan organisasi wanita.

    5. Partisipatif

    Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan

    semua pemangku kepentingan yang terkait

    dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan

    pembuatan keputusan. Keikutsertaan mereka

    dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu

    komite sekolah, atau keterlibatan pada kegiatan

    sekolah secara insidental, seperti peringatan

    hari besar nasional, mendukung keberhasilan

    lomba antar sekolah, atau pengembangan

    pembelajaran. Bentuk partisipasi dapat

    berupa sumbangan tenaga, dana, dan sarana

    prasarana, serta bantuan teknis antara lain

    gagasan tentang pengembangan sekolah.

    6. Esiensi

    Esiensi dapat diartikan sebagai penggunaan

    sumberdaya (dana, sarana prasarana dan

    tenaga) sesedikit mungkin dengan harapanmemperoleh hasil seoptimal mungkin. Esiensi

    juga berarti hemat terhadap pemakaian

    sumberdaya namun tetap dapat mencapai

    sasaran peningkatan mutu sekolah.

    7. Akuntabilitas

    Akuntabilitas menekankan pada

    pertanggungjawaban penyelenggaraan

    pendidikan di sekolah utamanya pencapaian

    sasaran peningkatan mutu sekolah. Sekolah

    dalam mengelola sumberdaya berdasar

    pada peraturan perundangan dan dapat

    mempertangungjawabkan kepada pemerintah,

    seluruh warga sekolah dan pemangku

    kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban

    meliputi implementasi proses dan komponen

    manajemen sekolah.

    Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara

    tertulis dan tidak tertulis disertai bukti-bukti

    administratif yang sah dan/atau bukti sik

    (seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-alat

    laboratorium).

    Sejalan dengan adanya pemberian otonomi

    yang lebih besar terhadap sekolah untuk

    mengambil keputusan, maka implementasi

    ketujuh prinsip MBS di sekolah pada dasarnya

    menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

    sekolah. Sekolah boleh menambah prinsip

    implementasi MBS yang sesuai dengan

    karakteristik sekolah, guna mempercepat upaya

    peningkatan mutu sekolah baik secara akademis

    maupun non akademis.

  • 7/26/2019 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

    4