tata kelola badan usaha milik desa didesa penapalan ...repository.uinjambi.ac.id/1943/1/spi...
TRANSCRIPT
TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DESA DIDESA PENAPALAN
KECAMATAN TENGAH ILIR KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI
TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH :
NOVI FIRMANSYAH
SPI141856
PEMBIMBING
SAYUTI UNA.S.Ag.,MH
HARIS MUBARAK.S.Ag.,MA
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULYHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
2019-2020
i
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa
di desa penapalan kecamatan tengah ilir kabupaten tebo provinsi jambi tahun 2017.
Sesuai dengan Sistem tata kelola badan usaha milik desa di indonesia dalam peraturan
menteri Badan Usaha Milik Negara No : PER-01/MBU/2011 tata kelola perusahaan yang
baik pasal 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui metode observasi,
dokumentasi dan wawancara dengan pihak terkait sesuai dengan judul. Dan diperoleh
kesimpulan terdapat permasalahan yang mendasar dalam Badan Usaha Milik Desa di
desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo yaitu kurangnya transparansi
dalam sistem tata kelola, Sumber daya Manusia dan Komunikasi antar pengurus
Bumdes. Adapun solusi yang ditawarkan dalam permasalahn yang terjadi di Badam
usaha Milik Desa di desa Penapalan tersebut adalah, perlunya meningkatkan
komunikasi antara sesama pengurus Bumdes dan masyarakat, Perlunya Sistem Yang
Transparan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan perlunya melakukan
Bimbingan Dan Teknisi (BIMTEK) ata Pendidikan dan Latihan (DIKLAT).
ii
iii
iv
v
MOTTO
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Artinya :” Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya.”(Q.S Al-Mu’MinunAyat : 8)
vi
PERSEMBAHAN
Setitik Kebahagiaan telah Ku raih Sekeping asa telah
kudapatkan, Namun Perjalanan masih akan terus berlalu
dan berliku. Saya ucapkan rasa syukur kehadiratmu ya
rabbi yang telah memberikan petunjuk.
Untuk melewati hambatan dan rintangan, bersama sederap
langkah perjalanan ini dari hatiku yang paling dalam
kupersembahkan karyaku ini untuk Ayahanda, dan
ibundaku tercinta serta dan adik-adikku dan seluruh
keluargaku tersayang terimalah ungkapan rasa terima kasih
dan baktiku atas segala keikhlasan dan doa serta
pengorbananmu.
Dan aku Persembahkan juga buat Teman dan Sahabat
seperjuangan yang telah memberikan dukungan dalam
setiap masalah, sehingga penulis menjadi lebih baik Segenap
Pendidikdan guru-guru ku sejak sekolah dasar hingga
perguruan tinggi yang telah mengantarku untuk meraih
pengetahuan, semoga keberhasilan ini merupakan langkah
awal untuk mendapatkan kesuksesan Berikutnya.
Amiin Ya Rabbal Alamin……
vii
KATA PENGANTAR
AlhamdulillahAlhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan
dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Disamping itu tidak lupa pula shalawat serta salam penulis sampaikan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Syari’ah
Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.Penulis menyadari dalam penulisan Skripsi ini menemui banyak kesulitan-
kesulitan dalam berbagai hal, namun atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihakpenulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul TATA KELOLA
BADAN USAHA MILIK DESA DIDESA PENAPALAN KECAMATAN
TENGAH ILIR KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI, dalam rangka
penyelesaian dan penyusunan Skripsi ini, maka penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc,M.HI.,Ph.D, selaku Pembantu Dekan I, Ibu Dr.
Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, selaku Pembantu Dekan II, Ibu Dr. Yuliatin,
S.Ag.,M.HI, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Abdul Razak, SHI.,M.IS selaku Ketua Jurusan dan Ibu Ulya Fuhaidah,M.SI
Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
viii
5. Bapak, Sayuti Una, S.Ag.,MH dan Bapak Haris Mubarak,S.Ag.,MA selaku
Dosen Pembimbing I dan II yang banyak meluangkan waktu dalam bimbingan
Skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati
FakultasSyariah UIN STS Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun
tidak langsung.
8. Kepada orang tuaku tercinta, adik-adik dan keluarga yang telah membimbing
dan mensupport dari awal kuliah sampai saat sekarang ini.
9. Dan terima kasih juga buat teman-teman seperjuangan HTN B 2014, teman-
teman Kukerta, saudara-saudara saya di HMI..
Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan ini untuk itu
penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan sumbangan
pemikiran serta saran demi kesempurnaan skripsi ini, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan imbalan yang sebesar-besarnya atas bantuan tersebut.
Jambi, September 2019
Penulis
NOVI FIRMANSYAH
NIM: SPI. 141856
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... I
ABSTRAK .................................................................................................... II
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ III
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. IV
PENGESAHAN TUGAS AKHIR ...............................................................
MOTTO ........................................................................................................
PERSEMBAHAN ......................................................................................... VII
KATA PENGANTAR .................................................................................. VIII
DAFTAR ....................................................................................................... IX
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ......................................................................... 1
B. RumusanMasalah ................................................................................. 7
C. Tujuan Dan KegunaanPenelitian .......................................................... 8
D. KerangkaTeori ...................................................................................... 9
E. TinjauanPustaka ................................................................................... 14
BAB II: METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian .................................................................................. 17
B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 17
C. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 18
D. Instrument Pengumpulan Data ............................................................. 19
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 20
F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 21
BAB III: GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa ......................................................................................... 22
B. Keadaan Geografi ................................................................................. 23
C. Keadaan Sosial Dan Ekonomi .............................................................. 33
D. Keadaan Pemerintahan Desa ................................................................ 36
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tata Keloala PAMSIMAS DI Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo Provinsi Jambi .......................................................... 42
B. Hambatan-hambatan Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa Di Desa
Penapalan ............................................................................................. 48
C. Solusi Yang Tepat dalam Mengatasi Hambatan-hambatan Tata Kelola Badan
Usaha Milik Desa DI Desa Penapalan ................................................. 54
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 57
B. Saran ..................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59
CURRICULUM VITAE ................................................................................ 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut pandangan ilmu pemerintahan, salah satu cara untuk
mendekatkan pemerintahan kepada masyarakat adalah dengan menerapkan
kebijakan desentralisasi. Bentuknya bisa berupa dekonsentrasi, medebewind, atau
devolsi. Asumsinya, kalau pemerintahan berada dalam jangkauan masyarakat,
maka pelayanan yang diberikan akan lebih cepat, hemat, murah, responsif,
akomodatif, inovatif dan produktif.1
Secara konstitusional, pemerintahan Orde Baru cukup memperhatikan
pentingnya menerapkan strategi desentralisasi ini. Dalam Undang-Undang Nomor
5 Tahun1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah telah ditetapkan
pelaksanaan asas desentralisasi melalui pembentukan daerah otonom tingkat I dan
daerah otonom tingkat II. Masing-masing daerahnya itu berhak mengurus rumah
tangganya sendiri berdasarkan penyerahan urusan dari pemerintahan pusat. Bahkan
untuk mendekatkan pemerintahan kepada masyarakat, dalam undang-undang
tersebut juga ditegaskan bahwa titik berat otonomi diletakan pada daerah tingkat II
(Pasal 11).2
Namun, undang-undang tersebut belum sepenuhnya memberikan hak
otonomi kepada daerah. Oleh karena itu, tatkala Undang-Undang No 22 Tahun
1999 tentang kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah banyak diapresiasikan
1 Muhammad Ryaas Rasyid, Birokrasi Pemerintahan & Politik Orde Baru, (Jakarta: Yarsif
Watampone 1997) hlm 100 2 Undang-Undang No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah Pasal
11
2
oleh berbagai kalangan. Karena desentralisasi adalah suatu strategi dan paradigma
baru dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang kuat,
bersih dan bertanggung jawab serta berpihak kepada rakyat. 3
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk
mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Hak itu diperoleh melalui penyerahan
urusan pemerintahan dari pemerintahan (pusat) atau pemerintahan daerah tingkat
atasnya (dalam hal ini daerah tingkat I untuk otonomi pada daerah tingkat II), sesuai
dengan keadaan, kemampuan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Dalam
penilaian ini kebijakan desentralisasi selalu dikaitkan dengan penilaian yang
menyeluruh atas keadaan, kemampuan dan kebutuhan daerah untuk menerima
sesuatu hak otonomi. 4 Desentralisasi adalah penyerahan sebagian urusan dari
pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus
daerahnya sendiri.
Pada era otonomi kontemporer, bukan hanya daerah saja yang memiliki
otonomi, tetapi desa juga memilki otonomi desa dimana desa memiliki hak dan
wewenang penuh dalam mengelola dan menjalankan pemerintahanya sendiri
sehingga mandiri dan kreatif dalam meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat yang ada di desa. Otonomi desa ini pertama kali diatur dalam Undang-
Undang No 8 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Seiring berjalanya waktu Undang-Undang
tersebut mengalami perubahan dengan menyesuaikan keadaan yang dibutuhkan
3 Armansyah Yudi, Sistem Politik Indonesia, (Palembang:Nurfikri Offset 2016) hal 170 3Muhammad Ryaas Rasyid Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan &Poiti Orde Baru
(Jakarta : YASRIF WATAMPONE ) hal 101
3
pada era sekarang, sehingganya pemerintah memiliki inisiatif untuk mengeluarkan
Undang-Undang tentang desa. Sejauh ini desa dianggap sebagai udik dan rendahan
dibandingkan kelurahan, sehingganya tidak sedikit desa beralih menjadi kelurahan
untuk meningkatkan derajat sosial masyarakatnya. Hal ini tentunya membuat
pemerintahan tidak berdiam diri karena jika dibiarkan maka desa perlahan akan
punah, sedangkan desa sangat penting untuk kelestarian adat dan budaya yang
menjadi ciri khas negara Indonesia. Maka pemerintahan pusat sangat ingin
mendongkrak mindset ini dengan dikeluarkanya Undang-Undang No 1 tahun 2014
tentang Desa yang mana desa merupakan daerah otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur desanya sendiri.
Dalam buku Proses Pembangunan Desa yang ditulis oleh Marbun desa
dapat diartikan sebagai satu daerah kesatuan hukum yang ada sejak beberapa
keturunan dan umumnya memiliki ikatan kekeluargaan atau ikatan sosial satu sama
lain. Hidup serta tinggal menetap disuatu daerah dengan adat istiadat yang dijadikan
landasan hukum dan mempunyai seorang pemimpin formal yaitu Kepala Desa.
Kehidupan desa pada umumnya tergantung dari usaha pertanian, perdagangan yang
diselingi dengan usaha kerajinan tangan.5
Sebagai daerah yang memiliki otonom sendiri berarti desa harus mengolah
dan mencari dana sendiri untuk kemajuan desanya masing-masing. Meskipun
dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 menyatakan bahwa desa mendapatkan
bantuan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya sekitar
600 juta hingga 1,2 milyar yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
5Marbun, Proses Pembangunan Desa. (Jakarta :Erlangga, 2006). Hal 2
4
2014 Pasal (1) dan ayat (4) tentang desa, untuk membangun dan memajukan suatu
desa seharusnya tidak selalu bergantung pada bantuan dari APBN tesebut. Desa
juga harus memiliki inisiatif sendiri untuk mencari konsep agar pembangunan serta
kemajuan desa tersebut bisa tercapai. Maka dari itu desa harus menggali potensi
desa baik dari Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA)
yang ada dan nantinya akan menjadi sumber pendapatan desa dan akan masuk
kedalam kas desa. Pendapatan keuangan desa haruslah dikelola dengan baik agar
pembangunan desa dapat tercapai. Sehingganya perlu pengolahan dan manajemen
yang baik dalam pendapatan asli desa dan keuangan desa agar desa memiliki
PADes yang memadai untuk menopang kesejahteraan masyarakat desa.
Untuk mempermudah mendapatkan keuangan dan pendapatan desa harus
memiliki sebuah strategi untuk membuat suatu kebijakan yang mengatur hal
tersebut. Salah satunya adalah Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana Undang-Undang ini Menyebutkan bahwa
pemerintahan desa juga dianjurkan untuk memiliki Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes) yang berguna untuk membantu mengatur pembangunan, kemajuan dan
potensi desa.6 Undang-undang ini dibuat oleh pemerintahan pusat guna agar desa
turut ikut serta atau berpartisipasi dan turun secara langsung untuk meningkatkan
ekonomi desa demi terwujudnya masyarakat adil makmur.
Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang desa juga disinggung
Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut Bumdes adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan
6 Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Pasal 213
5
secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat desa.7
Bumdes adalah badan usaha yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh
desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa guna
mengolah aset, jasa pelayanan dan usaha-usaha lainya untuk pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat desa. Bumdes merupakan lembaga yang terdapat
interaksi ekonomi antara pemerintahan desa dengan masyarakat desa. Tujuannya
adalah untuk mengurangi angka kemiskinan dan akan mengangkat keluarga yang
tidak mampu menjadi keluarga yang sejahtera. Bumdes ini juga berfungsi sebagai
lembaga sosial dan komersial yang diharapkan mampu menjadi motor penggerak
ekonomi di desa. Bumdes sebagai lembaga sosial diharuskan berpihak kepada
kepentingan masyarakat. Sedangkan Bumdes sebagai lembaga komirsial bertujuan
mencari keuntungan untuk meningkatkan pendapatan desa.
Bumdes dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum. Bumdes
sendiri memiliki konsep yang sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yakni sama-sama mengelola aset
dibidangnya hanya saja BUMN ini mengelola usaha tingkat nasional dan BUMD
mengelelola usaha tingkat provinsi dan kabupaten. Hanya saja Bumdes ini ruang
lingkupnya masih sederhana tidak seperti BUMN yang tingkatnya nasional dan
BUMD tingkatnya provinsi serta kota, maka Bumdes ini ruang lingkupnya adalah
desa. Maka dengan wewenang tersebut desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir
7 Undang-Undang No 6 Pasal 1 Ayat 6 Tahun 2014 tentang Desa
6
Kabupaten Tebo juga memiliki wewenang yang sama untuk mendirikan Badan
Usaha Milik Desa yang dalam mengelola aset-aset yang berasal dari desa itu sendiri
yang tujuanya untuk pembangunan ekonomi, yang merupakan tempat peneliti
melakukan penelitian.
Lokasi desa yang diteliti adalah desa Penapalan. Desa Penapalan terdiri
dari sembilan RT dengan luas kurang lebih 5 km dan berada diantara desa Muara
Kilis dan Mengupeh. Bentuk Badan Usaha Milik Desa Di Desa Penapalan adalah
PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum Dan Sanitai Berbasis Masyarakat.
PAMSIMAS ini merupakan salah satu aset yang dimiliki desa Penapalan,
dibentuknya pamsimas di Desa Penapalan ini dikarenakan perlunya air bersih bagi
masyarakat guna hidup bersih dan sehat. Fokus penelitian ini adalah tentang Tata
Kelola PAMSIMAS. Pamsimas di Desa Penapapalan di bentuk pada tahun 2017
sampai dengan sekrang, Pamsimas tersebut masih berjalan Stagnan dan masih jauh
tertinggal dari Bumdes yang ada didesa tetangga (desa yang berada di kecamatan
tengah ilir) sebagaimana yang dikatakan oleh Julina (Sekretaris Bumdes Harapan
Sejahtera) Desa Penapalan bahwa Bumdes yang ada di desa Penapalan ini jauh
tertinggal dari Bumdes yang ada di desa tetangga. Bumdes yang ada di desa
Penapalan baru satu macam bentuk Bumdes yaitu Pamsimas sedangkan di desa
tetangga sudah berbagai macam bentuk Bumdes. Nawazir selaku pengurus
PAMSIMAS Menjelaskan bahwa dala pengelolaan PAMSIMAS ini tidak adaya
keterbukaan informasi antara direktur bagian teknisi dengan para pengurus
PAMSIMAS lainnya.
7
Pamsimas adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh
pemerintahan Indonesia, program ini juga ditujukan kepada pemerintahan desa dan
pinggiran kota. Program Pamsimas bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas
pada warga masyarakat berpendapatan rendah pada perdesaan. Dengan adanya
Pamsimas ini masyarakat berharap dapat mengakses pelayanan air dan sanitasi
yang berkelanjutan agar masyarakat yang ada di desa penapalan ini dapat hidup
sehat dan bersih8.
Berangkat dari konsep di atas dan sesuai dengan relevansinya prodi
Hukum Tata Negara agar bangsa dan negaranya mampu berdikari dari segi ekonomi
penulis ingin mengangkat judul “TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK
DESA DI DESA PENAPALAN KECAMATAN TENGAH ILIR KABUPATEN
TEBO PROVINSI JAMBI TAHUN 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang jadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Sistem Tata Kelola PAMSIMAS Di Desa Penapalan Kecamatan
Tengah Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi tahun 2017.
2. Bagaimanakah hambatan-hambatan dalam Tata Kelola PAMSIMAS di Desa
Penapalan Kecamatan tengah Ilir
8 “Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sentilasi Berbasis Masyarakat,”
https://www.ampl.or.id/program/program-nasional-penyediaan-air-minum--dan-santilasi-berbasis-masyarakat-pamsimas, akses 7 mei 2016
8
3. Bagaimana Solusi yang tepat dalam pelaksanaan tata kelola PAMSIMAS Di
Desa Penapalan Kecamatan tengah Ilir Kabupaten tebo Provinsi jambi Tahun
2017.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Bagaimana Sistem Tata Kelola PAMSIMAS Di Desa
Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi tahun
2017.
2. Untuk menemukan Faktor-faktor penghambat dalam Tata Kelola
PAMSIMAS
3. Untuk Menyediakan Solusi yang tepat dalam pelaksanaan tata kelola
PAMSIMAS Di Desa Penapalan Kecamatan tengah Ilir Kabupaten tebo
Provinsi jambi Tahun 2017.
b. Manfaat Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah dalam penulisan ini, diharapkan
adanya suatu manfaat dari penelitian ini. Manfaat tersebut terdiri dari
Teoritis dan Praktis.
SecaraTeoritis dapat dilihat dibawah ini :
1. Secara teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat
tentang Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa Di Desa Penapalan
Kecamatan tengah Ilir Kabupaten tebo Provinsi Jambi tahun 2017
9
b. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia Bagi pengurus badan Usaha Milik Desa.
b. Bagi masyarakat dapat mengetahui kewajiban dan tugas pokok
dari pengurus Badan Usaha Milik Desa
D. Kerangka Teori
1. Good Corperate Governence (GCG)
Konsep Good Governence dewasa ini begitu populer sehingga telah
menjadi pengetahuan umum. Good Governence inimeliputi tiga struktur dan proses
yang mana ketiga tersebut ialah pemerintahan atau negara, masyarakat dan sektor
bisnis. Secara objektif setiap masyarakat terdiri dari tiga subkultur yaitu
perusahaan, kekuasaan dan masyarakat. Sebagai asas, Good Governence
menghendaki keseimbangan dinamik antar sub kultur tersebut9. Arti dari Good
Governence itu sendiri adalah suatu kegiatan (proses) interaksi sosial politik antara
pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan
tersebut. 10 Begitupun Good Corperate Governence(GCG)baru-baru ini begitu
sangat populer. Tak hanya populer, tetapi istilah tersebut sekarang ditempatkan
diposisi terhormat. Hal itu, setidaknya terwujud dalam dua keyakinan. Pertama,
9 Taliziduhu Ndraha, Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003) hlm 693 10 Sedarmayanti,Good Governence (Kepemerintahan yang baik), (Bandung : Mandar
Maju, 2004), hlm 2
10
Good Corperate Governence merupakan kunci kesuksesan perusahaan untuk
tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang sekaligus memenangkan
persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi dunia di kawasan Asia dan
Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan Good Coperate
Governence11. Berbeda dengan Good Governence, Good Corperate Governence
juga memkiliki definisi tersendiri yaitu sebagai berikut.
a. Pengertian Good Corperate Governence
Good Corperate Governence merupakan suatu istilah yang berasal dari
bahasa Inggris yaitu Good yang berarti baik, Corperate artinya perusahaan dan
Governence artinya pengaturan. Secara umum, istilah Good Corperate Governence
diartikan dalam bahasa Indonesia adalah tata kelola perusahaan yang baik, istilah
ini dalam perbankan diartikan dengan tata kelola bank yang baik12.
Good Corperate Governence merupakan suatu sistem dimana yang
mengoperasikannya adalah manusia. Adapun kesuksesan penerapannya sangat
bergantung terhadap integritas dan komitmen. Definisi Good Croperate
Governence menurut bank dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang
ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manejer serta
perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggug jawabanyya
terhadap investor.13
11 Mustika Ramdhani, <<CGC (Good Coperate
Governence),>>https://mustikaramdhany.wordpress.com, akses 26 November 2010 12 Akhmad Faozan, “Implementasi Good Coperate Governence dan Peran Dewan
Pengawas Syariah di Bank Syariah,” jurnal Ekonomi Islam Vol IV (1 Juli 2010) hlm 3 13 Edi Wibowo, “Implementasi Good Coperate Governence Di Indonesia”, Tesis Fakultas
Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta, (2008), hlm129
11
Good Corperate Governence merupakan konsep tentang praktik tata
kelola yang baik dalam suatu intitusi yang di dalamnya terdapat prinsip
transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab/responsibilitas, kemandirian dan
kewajaran yang perlu dilaksanakan oleh institusi.14 Bank Dunia Good Coperate
Governence ini adalah aturan, standar organisasi di bidang ekonomi yang mengatur
perilaku perusahaan, direktur dan manejer serta perincian dan penjabaran tugas dan
wewenang serta pertanggung jawaban sebagai investor (pemegang saham dan
kridetur)15
Sedangkan Thomas S kaihatu mengartikan Good Coperate Governence
merupakansistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah(vallue added) untuk semua stakeholder.16
Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Tentang
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik pasal 1 No 1 yang menjelaskan
tentang Good Croperate Governence adalah prinsip yang mendasari suatu proses
dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perusahaan dan
etika berusaha.17
Dengan demikian, Good Coperate Governence adalah suatu sistem yang
mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikan
nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada para pemangku
14 Adil Tobing, “Pengaruh Penerapan Good Coperate Governence Terhadap Tingkat
Kesehatan dan Daya Saing di Perbankan Indonesia,” Journal.sbm.itb.ac.i., Vol 12 (November 2013), hlm 300
15 The Case For Coperate Governence: What It Coperate dikutip dari https://go.worldbank.org/LHV3EZQV10 di akses 6 juni 2016
16Thomas S.Kaithu, “Good Coperate Governence dan Penerapannya di Indonesia,” journal manajemen dan kewira usahaan, Vol 8 No 1 (Maret 2006), hlm 2
17 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2011
12
kepentingan. Good Corperate Governence diharapkan menjaga keseimbangan
antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan yang muncul
Good Corperate Governence adalah mencari cara untuk memaksimumkan
penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak membebani ongkos yang
tidak perlu kepada pihak ketiga taupun masyarakat.18
b. Prinsip Good Corperate Governence
1. Transparancy (Keterbukaan Informasi)
Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus
menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada berbagai
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan
diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi
lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan
secara akurat dan tepat waktu.
2. Accountability
Kata accountability merupakan bentuk dari pertanggung jawaban
yang sering digunakan pada istilah akutansi. Hal ini biasanya dikaitkan
dengan laporan keuangan
3. Responsibility
Pertanggung jawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) didalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku disini termasuk
yang berkaitan dengan maslah pajak, hubungan industrial, perlindungan
18Ibid., hlm 5
13
lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja, standar penggajian dan
persaingan yang sehat. Kata responsibility merupakan bentuk pertanggung
jawaban yang sering digunakan dalam hal menanggung beban dari
pelanggaran yang telah dilakukan
4. Fairness (Kewajaran)
Secara sederhana kewajaran dapat didefinisikan sebaai perlakuan
yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan Perundangan yang berlaku.
Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem
hukum dan penegakan peraturan yang melindungi hak-hak investor
khususnya pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk kecurangan19.
c. Tujuan Good Coperate Governence
Good Coperate Governence ini diterapkan oleh perusahan karena
memiliki tujuan-tujuan yang menguntungkan perusahaan. Menurut Siswano Sutojo
dan Jhon E. Aldridge (2008:5), Good Coperate Governence memiliki lima tujuan
yaitu:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non pemegang
saham
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham
19 Intan, <<Good Coperate Governence (CGC),>>https://diaryintan.wordpress.com, akses
15 Novemer 2010.
14
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus dan manajemen
perusahaan
5. Meningkatkan mutu hubungan Board Of Directorsdan manajemen senior
perusahaan20
2. Badan Usaha Milik Desa Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo.
Badan Usaha Milik Desa di Desa Penapalan bernama Badan Usaha Milik
Desa Harapan Sejahtera yang terletak di desa penapalan kecamatan tengah
ilir kabupaten tebo dengan satu-satunya bentuk Badan usaha milik Desa Di
Desa Penapalan tersebut adalah Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
berbasis Masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan penelitian ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih mendalam lalu menjadi sebuah karya ilmiah, maka terlebih dahulu penulis
mengkaji penelitian terdahulu yang mengangkat tema yang sama dengan penelitian
ini yaitu mengenai Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa.
Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian tentang Badan Usaha
Milik Desa telah ada diteliti oleh peneliti terdahulu.. Ada beberapa penelitian yang
sesuai dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Pertama : “Partisipasi Masyarakat Terhadap Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes) Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Pandansari
20 “Tujuan dan Manfaat Good Coperate Governence,“ https://datarental.blogspot.com,
htm, akses 07 September 2015.
15
Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang”. Penelitian ini ditulis oleh Resti Nur
Hidayah salah satu mahasiswa Universitas Negeri Malang pada tahun 2018.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana Upaya Peningkatan Pendapatan
Masyarakat Desa Pandansari yang masih tahap pengembangan. Praktik ini
menunjukan bahwa kontribusi Bumdes di desa tersebut pada pendapatan asli desa
belum ada, hal ini dikarenakan unit Usaha Bumdes baru berjalan dan keuntungan
yang diperoleh masih sangat kecil.
Kedua : Sedangkan Fatmala Nurul Atika juga mahasiswi Universitas
Negeri Malang Jurusan Ekonomi Pembangunan dalam penelitiannya yang berjudul
: “Pengaruh Badan Usaha Milik Desa Sebagai Penguatan Ekonomi di Desa
Curahmalang Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang”. Dimana hasil penelitian
ini Bumdes yang berjalan adalah Bumdes Amanah. Berdasarkan hasil kesimpulan
bahwa Badan Usaha Milik Desa Amanah didesa Curahmalang mampu mebawa
perubahan pada perilaku masyarakat dimana masyarakat yang dulunya meminjam
modal pada rentenir sekarang beralih pada simpan pinjam di Badan Usaha Milik
Desa Amanah dengan bunga ringan yaitu 0,5 % dan cicilan setiap minggunya,
masyarakat lebih memilih untuk menjadi anggota simpan pinjam di Badan Usaha
Milik Desa Amanah.
Ketiga : Penelitian yang ditulis oleh Rahma Eriyanti Utami mahasiwi
Universitas Airangga dengan judul skripsi “Analisis Peran Informasi Akuntansi
Dalam Meningkatkan Good Governence Pada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)
(Studi Kasus Pada Bumdes Marga Sejahtera Di Desa Ngaban. Fokus penelitian ini
adalah untuk mengetahui Analisis Peran Informasi Akuntansi Dalam Meningkatkan
16
Good Governence Pada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) (Studi Kasus Pada
Bumdes Marga Sejahtera Di Desa Ngaban Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoardjo. Yang mana penulis menemukan hasil penelitian ini adalah sistem
akuntansi pada Bumdes Marga Sejahtera masih sangat sederhana dan kurang
menampilkan tata kelola yang akurat, transparan dan akuntabel dari Bumdes Mraga
Sejahtera. Sistem akuntansi yang digunakan saat ini sedikit mampu
mensejahterakan masyarakat dan membantu dalam pembangunan di desa Ngaban.
Dan penelitian yang juga ditulis oleh Bambang dengan judul skripsi “Pemetaan
Arah Kebijakan Pengembangan Badan Usaha Milik Desa Di Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga” yang mana hasil penelitian ini menunjukan
bahwa selain keunggulan dan kekuatan yang dimiliki Bumdes juga menghadapi
berbagai permaslahan dalam aspek pendirian, kelembagaan, fasilitas, sumber daya
manusia, manajemen dan finansial. Arah kebijakan pengembangan Bumdes
diharapkan dapat kuat secara internal dan mapan secara eksternal baik melalui
kerjasama maupun sinkronisasi program Bumdesdengan program pemerintah.
Dari judul penelitian yang saya sebutkan diatas yang mana penelitian
tersebut memiliki kesamaan dengan apa yang saya teliti akan tetapi terdapat
beberapa perbedaan objek kajianya, penelitian saya ini berfokus pada Tata Kelola
Badan Usaha Milik Desa Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten
Tebo Provinsi Jambi Tahun 2017.
17
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Desa Penapalan Kecamatan
Tengah Ilir Kabupaten Tebo dimana di desa tersebut terdapat Badan Usaha Milik
Desa yang diberi nama Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera. Alasan
Peneliti Mengambil Penilitian di Desa Penapalan Kecamatan tengah Ilir adalah
Dekat dengan Rumah Peneliti Sehingga Memudahkan Peneliti Dalam Mengambil
Data yang berkaitan dengan penelitian ini
B. Pendekatan Penelitian
Cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data
mendalam yang diperlukan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Pentingnya jenis data karena diperoleh dari temuan dilapangan mengenai kaitan
masalah yang diangkat dalam judl ini. Pendekatan ini dilakukan dengan teknik
pengumpulan data yang berdasarkan pada instrumen pengumpulan data.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah21. Pendekatan kualitatif dapat dihubungkan dengan lima jenis pendekatan
yaitu penelitian dengan kategori penelitian biografi (Naratif), fenomenologi,
grounded theory dan study kasus.22
21Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung, Alfabeta 2012
hal 9 17Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi, Syariah Pres 2004 hal 31-
32
18
Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diperoleh dengan
pemahaman dan penafsiran yang mendalammengenai makna dari fakta yang
relevan, sebagai study kasus, penelitian ini juga ingin menguraikan serta
menjelaskan secara komprehensif mengenai berbagai aspek individu, suatu
kelompok, suatu organisasi, suatu program atau situasi sosial.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu data primer
dan data skunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian
atau keseluruhan data yang dihasilkan diperoleh dilapangan. Data primer tidak
diperoleh melalui data perentara atau puhak kedua dan seterusnya.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung melalui hasil observasi lapangan dan melalui hasil
wawancara terhadap pihak-pihak yang bersangkutan didalamnya. Data ini
seperti yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.
Pengumpulan data primer yang akan dilakukan peneliti diperoleh dengan
cara wawancara secara langsung dengan narasumber yang bersangkutan tentang
Badan Usaha Milik Desa.
2. Data sekunder
19
Data sekunder adalah data atau seumlah keterangan yang yang diperoleh
secara tidak langsung atau melalui sumber perentara, data ini ditemukan dengan
cara mengutip dari sumber lainnya. Data ini tidak bersifat authentik karena
melalui tangan kedua.
Dalam penelitian tentang Tata Kelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)
dan Pengaruh Terhadap Pemberdayaan Masyarakat penulis mendapatkan data
sekunder penelitian ini melalui dokumentasi dan data-data lain yang diperlukan
dalam penelitian ini
D. Instruumen Pengumpulan Data
Intrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data dan fakta penelitian. Alat pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peneliti itu sendiri (human instrument). Dalam hal ini sipeneliti tidak diperbolehkan
diganti oleh orang lain atau peneliti lain untuk melakukan penelitian ini. Jadi
sipeneliti terjun langsung meneliti dengan menggunakan alat pengumpuln data
seperti observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mendapatkan data
utama dalam mengetahui implementasi BUMDesa di desa penapalan kecamatan
tengah ilir kabupaten tebo. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi partisipasi. Kedudukan peneliti selama proses observasi membuat
catatan-catatan kecil untuk keperluan analisis dan pengecekan data kembali.
b. Wawancara
20
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mentah dari informan,
sehingga dapat ditemukan data yang tidak terdapat dalam dokumen.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk gambar, tulisan ataupun karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
cerita, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Study dokumen merupakan
perlengkapan dari penggunaan metode observasi wawancara dalam penelitian
kualitatif.
E. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam
data sehingga dapat dikembangkan dab di evaluasi.23 Berdasarkan hal di atas dapat
dikemukakan disini bahwa analisis data yang digunakan peneliti adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat dipahami dengan mudah,
serta membuat kesimpulan atau analisa dengan tujuan agar dapat di informasikan
dan mudah dipahami orang lain.
Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan
secara terus-menerus.24
23Ibid., hlm. 242. 24Ibid., hlm 243.
21
F. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan skripsi ini adalah terjadi dari lima babpembahasan
dengan sub sub bahasan sesuai dengan kebutuhan
1. Bab I tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan
tinjauan pustaka.
2. Bab II tentang metode penelitian, yakni tentang tempat dan waktu penelitian,
pendekatan penelitian, sumber dan jenis data, instrumen pengumpulan data,
sistematika penulisan dan jadwal penelitian.
3. Bab III tentang kondisi objektif penelitian yakni letak demografis Badan
Usaha Milik Desa.
4. Bab IV tentang pembahasan dan hasil penelitian
5. Bab V tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
22
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa
Desa Penapalan adalah sebuah Desa yang berada di Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dengan kepemimpinan Kepala Desa Penapalan
berubah sesuai dengan peraturan dan per Undang Undangan yang berlaku.
diantaranya kepemimpinan yang pernah menjabat dan memimpin sampai sekarang
yaitu:
Tabel, A.1 Nama-nama Kepala Desa Penapalan Dari Zaman Ke Zaman
No Nama Tahun Keterangan
1 MA’ASUH 1950-1954 (4 Tahun) Mangku
2 ARIPIN 1954-1958 (4 Tahun) Depati
3 H. ABU BAKAR 1958-1963 (5 Tahun) Depati
4 SYA’ARI 1963-1967 (4 Tahu) Depati
5 YAHYA KAHFI 1967-1995 (28 Tahun) Depati
6 H. RIDWAN 1995-2000 ( 5 Tahun) Kades
7 SULAIMAN IS 2000-2001 (1 Tahun) Pj Kades
8 TIBRANI 2001-2013 (12 Tahun) Kades
9 BUJANG P 2013-2019 ( 6 Tahun) Kades
Sumber : Data sekunder Desa Penapalan , 2015
23
Desa Mengupeh
B. Keadaan Geografi
1. Letak dan Luas Wilayah
Desa Penapalan termasuk wilayah Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo
dengan luas wilayah 5500 Ha. Dataran dengan ketinggian rata 600 - 100 m di atas
permukaan laut. Secara administratif wilayah Desa Mengupeh dibatasi oleh:
• Sebelah Utara : Desa Mengupeh Kecamatan Tengah Ilir
• Sebelah Selatan : Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir
• Sebelah Barat : Desa Sungai keruh Kecamatan Tebo Tengah
• Sebelah Timur : Desa Mengupeh KecamatanTengah Ilir
Desa Mengupeh
Desa Sungai Keruh
Desa Rantau api
U
S
24
Luas wilayah Desa Penapalan adalah = 5,500 Ha, terbagi atas:
Tabel B.1. Jenis Wilayah
No URAIAN LUAS
1 Luas Wilayah 5 500 Ha
2 Sawah Teknis - Ha
3 Sawah ½ Teknis -Ha
4 Sawah Tadah Hujan 250 Ha
5 Tanah Kering 600 Ha
6 Tanah Basah -Ha
7 Hutan Rakyat -Ha
8 Hutan Negara -Ha
9 Perkebunan 800-Ha
10 Fasilitas Umum 11 A
2. Karakteristik Desa
Desa Penapalan merupakan pedesaan yang bersifat agraris dan
perdagangan, dengan matapencaharian sebagian besar penduduknya adalah
bercocok tanam terutama sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan dengan
25
hasil utama padi, palawija, karet dan sawit. Sedangkan pencaharian lainnya
diantaranya sektor jasa dan industri kecil yang bergerak dibidang Kerajinan tangan
seperti pengrajin bambu, toko manisan, pedagang makanan kecil, bengkel dan lain-
lain.
3. Topografi dan Jenis Tanah
Desa Penapalan terletak di antara 105.010384 garis Bujur Timur / -1.403218
garis Lintang Selatan dengan topografi dataran rendah dan berbukit dengan
ketinggian rata-rata 104 m dpl dengan tingkat kemiringan 450 dan bentuk topografi
datar sampai berbukit. Jenis tanah adalah Orgasol, Alluvial, Latasol, PMK, Andosol
dan komplek. Sehingga tanahnya termasuk golongan Tipe A (sangat basa) dengan
warna tanah sebagian besar kuning dengan tekstur pasiran. Di Indonesia jenis tanah
ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 200 m dpl. Melihat
dari struktur tanah yang mengembang pada waktu basah dan pecah-pecah pada
waktu kering dan ciri-ciri maka suhu tanah ini tergantung musim di daerah tersebut.
4. Iklim
Karena letak wilayahnya pada topografi dataran rendah maka Desa Penapalan
termasuk beriklim tropik dengan suhu atau temperatur tahunan rata-rata antara 260
C dan kelembaban rata-rata 55%-70% serta termasuk daerah yang berkategori sifat
hujannya diatas normal dilihat distribusi bulanan curah hujan yang cukup tinggi
rata-rata 9 bulan per tahundan pergantian musim hujan dan kemarau nyata.
26
5. Keadaan Demografi
Jumlah Penduduk Desa Penapalan Tahun 2015 – 2017 adalah sbb :
Tabel A.5.1 Jumlah Penduduk
No Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laki-
Laki
Perempuan Jumlah
1 2013 1046 1.064 2.110
2 2014 1.073 1.078 2.151
3 2015 1,081 1,138 2,219
27
Jumlah Rumah Tangga di Desa Penapalan adalah sbb :
Tabel A.5,2 Jumlah Rumah Tangga
No RT
Jumlah Rumah
Tangga
Jumlah
KK
Keterangan
1 RT 01 53 66
2 RT 02 30 57
3 RT 03 44 55
4 RT 04 29 41
5 RT 05 26 36
6 RT 06 65 75
7 RT 07 85 108
8 RT 08 68 79
9 RT 09 127 141
JUMLAH 527 658
28
Tabel A.5.3. Klasifkasi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok
Umur(Tahun)
Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
0 – 5 181 144 325
6 – 10 117 124 241
11– 15 167 117 284
16– 20 128 123 251
21– 25 111 109 220
26– 30 138 112 250
31– 35 120 123 243
36– 40 114 105 219
41– 45 100 92 192
46– 50 84 77 161
51– 55 67 62 129
56– 60 51 54 95
61– 65 34 33 67
66– 70 25 27 52
> 71 35 42 77
Jumlah 1.467 1.332 2.799
Sumber : Data sekunder Desa Penapalan , 2015
29
Tabel. A. 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Nama Agama Jumlah (Jiwa)
1 Islam 3.465
2 Keristen Protestan 51
3 Khatolik -
4 Budha 5
5 Hindu -
Jumlah 3.521
6. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Penapalan pada akhir bulan Januari tahun 2015
mencapai 2.219 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1,081 jiwa (52,41%) dan
perempuan sebanyak 1,138 jiwa (47,59%) dengan tingkat kepadatan peduduk 231
jiwa/km2, dimana jumlah kepala keluarga sebanyak 658 KK sehingga dalam setiap
keluarga rata-rata terdiri dari 3-4 (empat) orang.
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Penapalan termasuk masih sedang
karena kondisi ekonomi dan pemahaman akan pentingnya pendidikan sudah mulai
terbentuk didalam masyarakat yakni angka putus sekolah dasar semakin rendah
pada tahun-tahun sebelumnya. Saai ini di Desa Penapalan terdapat 1 ( Satu ) SD
30
Negeri, 1 (satu) MI swasta, 1 (satu) Taman Kanak-kanak atau kelompok bermain
PAUD serta beberapa buah TPA. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan jenjang
pendidikan masyarakat yang tadinya hanya tamat SD dimana dapat tercapainya
program nasional pendidikan dasar 9 tahun dan menekan angka putus sekolah
pendidikan dasar.
Tabel A.2.5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1 Belum Sekolah 452
2 Tidak Tamat/ Sedang SD 856
3 Tamat SD 1.600
4 Tamat SLTP 418
5 Tamat SLTA 110
6 Perguruan Tinggi 13
Jumlah 3521
Sumber : Data sekunder Desa Penapalan , 2015
8. Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat sangat dipengaruhi oleh dimana mereka
tinggal dan hidup karena Desa Penapalan termasuk dalam wilayah pertanian dan
perdagangan serta jasa maka sebagian besar mengandalkan hidup pada hasil
pertanian/perkebunan baik itu pertanian sawah maupun kebun serta sebagian lagi
31
berdagang atau bidang jasa. Ketersediaan tenaga kerja untuk Desa Penapalan masih
didominasi oleh lulusan SLTP/SLTA atau yang sederajat hal ini dapat
mempengaruhi kualitas kerja dan pengalaman serta pendapatan yang rendah, oleh
karena itu mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah petani, buruh tani,
pekerja bangunan, serta menjadi buruh diluar Desa dengan penghasilan yang
rendah.
Tabel A. 2.6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)
1. Petani 380
2. Buruh Tani 83
3. PNS/TNI/POLRI 2
4. Karyawan Swasta 103
5. Pedagang 15
6. Buruh Industri pengrajin 5
7. Buruh harian lepas 65
8. Tukang 18
9. Pengangkutan 2
10. Lain-lain 332
11. Belum/ Tidak Bekerja 1.398
Jumlah 2.799
Sumber : Data sekunder Desa Penapalan , 2015
9. Pola Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan masyarakat tidak lepas dari kondisi iklim, dimana pada
32
dasarnya lahan yang dimiliki oleh masyarakat lebih menyukai dengan
keanekaragaman hayati. Luas Desa Penapalan seluruhnya sekitar 5,500 Ha, dimana
penduduknya mempunyai pekerjaan sebagai petani, petani kebun dan buruh harian
lepas. Maka pola pemilikan lahan sangat berkaitan erat dengan mata
pencahariannya. Perincian masing-masing penggunaan lahan di Desa Penapalan
adalah sebagai berikut:
Tabel A. 2.7. Luasan dan Penggunaan Lahan Desa Penapalan
No Pengguna Lahan Jumlah (Ha)
1 Persawahan 250
2 Pemukiman 47
3 Pekarangan 76,0
4 Tanah Basah 13,0
5 Perkebunan 871,0
6 Pendidikan dan perkantoran 5,5
7 Lapangan olahraga 2,0
8 Fasilitas lainnya 53,5
Jumlah 5,500
Sumber : Data sekunder Desa Penapalan , 2015
10. Kepemilikan Ternak
Penduduk Desa Penapalan sekitar 15% memelihara ternak Kerbau, sapi dan
kambing. Dimana pemeliharaan ternak dipilih penduduk Desa sebagai tabungan
hidup yang juga digunakan untuk memanfaatkan lahan yang masih tersedia banyak
padang rumput dan memanfaatkan dari hasil tanaman pertanian dan perkebunan
33
sehingga pakan ternak bisa didapatkan. Jenis ternak yang dipelihara antara lain sapi,
kerbau, kambing, dan ayam. Pemeliharaan ternak dilakukan oleh penduduk Desa
Penapalan sebagai pekerjaan sambilan dan bukan sebagai pekerjaan pokok. Hewan
ternak berupa sapi, kerbau, kambing, dan ayam sebagian besar dikandangkan oleh
penduduk, hal ini dikarenakan keterbatasan atau kurangnya lahan yang dimiliki.
11. Sistem Usaha Tani
Ditinjau dari komoditas yang diusahakan masyarakat adalah komoditas
pertanian seperti padi, jagung, ketela, ubi jalar dan dari komoditas perkebunan
seperti karet, sawit, serta serta komoditas kehutanan seperti kayu lainnya. Selain itu
juga sebagian masyarakat melakukan usaha pertanian persawahan baik tadah hujan
maupun rawa yang memanfaatkan sumber irigasi yang dibangun oleh pemerintah.
C. Keadaan Sosial dan Ekonomi
1. Kesehatan
Untuk angka kematian bayi dan ibu relatif kecil, dikarenakan kader
Posyandu, bidan dan dokter serta tenaga kesehatan yang berasal dari Puskesmas
Kecamatan secara rutin setiap bulan melakukan kunjungan/pengobatan dan selalu
proaktif dan peduli terhadap masalah kesehatan warga. Selain itu, di Desa
Penapalan terdapat Puskesmas Pembantu sedanngkan Puskesmas Kecamatan
terletak di Ibu kota kecamatan dengan jarak dari Desa ke Puskesmas sekitar 4,5
km, dan juga di Desa Penapalan sudah mempunyai Polindes yang dikelola oleh
bidan Desa serta adanya Posyandu.
Selain itu, sudah terdapat klinik rawat inap dan praktek bidan swasta. Maka dengan
akses pelayanan kesehatan yang Cukup memadai meskipun belum optimal.
34
Tabel 2.8. Sarana Kesehatan di Desa Penapalan
No. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)
1. Puskesmas Pembantu 1
2. Posyandu 1
3. Poliklinik -
4. Bidan Praktek Swasta/ Balai Pengobatan 1
5. Praktek Dokter -
6. Toko Obat -
7. Dukun Bersalin Terlatih 5
8. Pengobatan Alternatif 4
Jumlah 10
Sarana Pendidikan
- Jumlah TK/RA : 1 buah
- Jumlah SD/MI : 1 Buah
- Madrasah Diniyah : 3 Buah
- SLTP : -
- SLTA : -
-PT/Akademi : -
2. Kesenian dan Kebudayaan
- Group Qasidah/Rebana : 2 group
- Berzanji : 3 group
- Orkes Gambus : -
35
- Organ Tunggal : 1 Group
3. Sarana Ibadah
- Masjid : 2 Buah
- Langgar/Surau/Mushola : 3 Buah
- Gereja : -
- Pura / Vihara : -
4. Perekonomian
Perekonomian yang ada di Desa Penapalan merupakan asset yang besar
bagi pertumbuhan perekonomian penduduk Desa. Selain mayoritas penduduk
sebagai petani/pekebun di Desa Penapalan juga banyak tumbuh usaha-usaha kecil
menengah, warung, kelontong, toko, home industry, peternakan dan perikanan.
Sedangkan kemampuan keuangan pemerintahan Desa masih mengandalkan
bantuan dari pemerintah, sementara untuk pendapatan asli Desa dan bantuan pihak
ketiga masih sangat kurang.
Prasarana dan Sarana Perekonomian yang ada, yaitu:
▪ Pasar Desa: sehingga keberadaannya sangat membantu masyarakat dalam
pemasaran hasil pertanian dan perkebunan serta memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Pasar ini hanya berlangsung hari Sabtu pada setiap minggunya, dimana
dengan fasilitas yang masih sangat terbatas. Sampai saat ini fasilitas umum yang
ada hanya 1 (satu) unit WC umum yang merupakan hasil pembangunan Dana
Desa pada tahun 2015. Sehingga dengan fasilitas yang terbatas, maka pasar
Desa ini masih sangat membutuhkan perhatian pemerintah Kabupaten Tebo
36
terutama dalam pembangunan fasilitas umum lainnya, seperti Los Pasar atau
kios dan jalan pasar yang pada musim hujan sangat mengganggu aktivitas pasar.
▪ Sarana Jalan: Jalan yang merupakan akses masyarakat dalam melakukan
aktifitas dalam menunjang kegiatan perekonomian belum seluruhnya baik,
khususnya jalan di wilayah jalan belakang desa masih tanah sehingga bila hari
hujan sulit di lewati kendaraan bermotor terlebih kendaraan roda empat.
▪ Sarana Irigasi: untuk saluran irigasi yang ada di Desa Penapalan belum seluruh
wilayah teraliri air, sehingga dalam kegiatan pertanian belum maksimal.
D. Keadaan Pemerintahan Desa
1. Kelembagaan Desa
Dalam hal ini kelembagaan Desa diartikan organisasi yang melaksanakan
berbagai fungsi mitra penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan
Desa, pembinaan dan pemberdayaan kemasyarakatan desa serta pelayanan sosial
maupun kegiatan ekonomi. Kelembagaan desa yang ada sekarang ini sudah berjalan
cukup baik hanya saja perlu peningkatan kapasitas pengurus agar lembaga yang ada
bisa dan mampu mandiri dalam mengelola lembaga tersebut. Adapun lembaga yang
ada yaitu :
Tabel 2.7. Jenis Kelembagaan Desa Penapalan
No. Kelembagaan Desa Jumlah
1. Pemerintah Desa 9 Orang
2. Badan Permusyawaratan Desa 9 Orang
3. Lembaga Pemberdayaan 7 Orang
37
Masyarakat (LPM)
4. RT 9 Orang
5. Kepala Dusun 3 Orang
6. PKK 25 Orang
7.
Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) 12 orang
8. Hansip/Linmas 18 Orang
9. Karang Taruna 46 Orang
10.
Kelompok Tani / Ternak (7
Kelompok) 300 Orang
11. Pasar Desa 9 Orang
12.
Kelompok Petani Pemakai Air
(P3A) -Orang
13. PAUD/TK 1Lembaga
14. TPA/TPQ/Madin 20 Kelompok
Tabel 2.8. Penyebaran Penduduk per Kampung Desa Penapalan
No RT Jumlah Rumah Tangga Jumlah KK Keterangan
1 RT 01 53 66
38
2 RT 02 30 57
3 RT 03 44 55
4 RT 04 29 41
5 RT 05 26 36
6 RT 06 65 75
7 RT 07 85 108
8 RT 08 68 79
9 RT 09 127 141
JUMLAH 527 658
Sumber : Data sekunder Desa Penapalan , 2015
2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Berdasarkan Undang-Undang tentang Desa sebagaimana sudah
beberapakali dirubah, yang terakhir dengan UU No. 06 Tahun 2014 tentang Desa.
Maka Susunan Organisasi danTata Kerja Pemerintahan Desa Penapalan bahwa
Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa yangdibantu oleh Sekretaris Desa, Kepala
39
Urusan dan tugas wilayah Dusun dibantu oleh seorang Dusun Kampung.
Tabel 2.8. Perangkat Desa Penapalan PeKepala Desade Tahun 2015-2020
No Jabatan Nama
1. Kepala Desa : BUJANG. P
2. Sekretaris Desa : ALDION
3. Kepala Urusan Pemerintahan : SAPRIANTO
4. Kepala Urusan Umum : ALJASMI
5. Kepala Urusan Pembangunan : .HAMIDI
6. Kepala Dusun I : HASRAN
7. Kepala Dusun II : HALDUN
8 Kepala Dusun III : SUDIRMAN
40
Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Penapalan 2015 - 2022
...........
KEPALA DESA
BUJANG. P
KAUR PEMERINTAHA
N
APRIANTO
EFENDI
41
Tabel 2.9. Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tahun 2015-2021
No. Jabatan Nama
1. Ketua RADION,S.Pd
2. Wakil Ketua SYAFRIADI
3. Sekretaris MUZAIYIN
4. Anggota RANIZAM
5. Anggota SAHAK
6. Anggota PIRDAUS
7. Anggota HENDRA
8 Anggota
ABUNYANI
9 Anggota
EDIRIYONO
Sumber : Data sekunder Desa Penapalan , 2015
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tata Kelola PAMSIMAS Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo Provinsi Jambi
Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disebut BUMDES adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat desa.
Dalam hal ini para pengurus PAMSIMAS hendaknya melaksanakan tugas
sebagaimana yang diamanahkan dalam peraturan menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 Tentang penerapan Tata Kelola
Peusahaan Yang Baik (Good Coperate Governence) pada Badan Usaha Milik
Negara dalam pasal 2 menyatakan bahwa : Badan Usaha Milik Negara Wajib
Menerapkan Good Coperate Governence secara konsisten dan berkelanjutan
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini dengan tetap memperhatikan
ketentuan-ketentuan dan norma yang berlaku serta anggaran dasar BUMN.
Dalam hal ini pengurus Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera Di Desa
Penapalan juga diwajibkan menerapkan sistem Good Coperate Governence dalam
peneglolaan Badan Usaha Milik Desa tersebut. Sehingga Badan Usaha Milik Desa
tersebut dapat maju dan berkembang guna untuk kesejahteraan masyarakat di Desa
Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi.
43
Terdapat beberapa prinsip dalam penerapan Good Coperate Governence
sebagaimana yang dinyatakan dalam peraturan menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 Tentang penerapan Tata Kelola Peusahaan
Yang Baik (Good Coperate Governence) pada Badan Usaha Milik Negara dalam
BAB II Pasal 3 yang mana dalam penerapan tersebut meliputi :
1. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggung jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian didalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
4. Kemandirian (Independency), yaitu dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa adanya benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi
hak-hak pemangku kepentingan (Stakeholder) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
Prinsip-prinsip inilah yang seharusnya dan sebaiknya diterapkan oleh para
pengurus Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera, dengan pengelolaan seperti
44
ini diharapkan Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera bisa atau mampu maju
dan berkembang secara efektif dan efisien guna untuk kesejahteraan masyarakan
dan memajukan desa tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Nawazir (dalam hal ini selaku
ketua bidang teknisi Pamsimas pada tanggal 02 Agustus 2018) mengatakan bahwa
dalam penerapan pengelolaan Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat belum diterapkannya prinsip-prinsip Good Coperate Governence
dalam hal ini seperti disebutkan diatas ada Lima prinsip yang harus diterapkan
dalam prinsip Good Coperate Governence. Masalah-masalah keuangan dan
pembayaran kami selaku pengurus PAMSIMAS tidak mendapatkan kejelasan ata
keterangan tentang alur keuangan PAMSIMAS ini, dikarenakan masalah-masalah
keuangan tersebut bukanlah urusan dan tanggung jawab dari bagian teknisi.
Namun Julina (dalam hal ini selaku sekretaris Badan Usaha Milik Desa
Harapan Sejahtera Desa Penapalan) juga mengataan hal demikian, julina
mengatakan bahwa masalah transparansi dari pengelolaan Badan Usaha milik Desa
Harapan Sejahtera ini tidak diterapkan, saya selaku sekretaris Badan Usaha Milik
Desa Harapan Sejahterapun tidak mendapatkan informasi tetang hal itu.
Hal ini juga dibenarkan oleh Sarbaini (dalam hal ini selaku direktur utama
Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera) yang mengatakan bahwa kurangnya
Sumber Daya Manusia dalam kepengurusan Badan Usaha Milik Desa Harapan
Sejahtera di Desa Penapalan ini akbatnya dalam pengelolaan Bumdes maupun
45
PAMSIMAS kurang memuaskan baik itu pengelolaan data keuangan yang masuk
dan keluar ataupun yang lain.
Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data bagi pengguna PAMSIMAS
berdasarkan RT di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo.
Berikut dibawah ini Daftar Nama-nama Pengguna PAMSIMAS Berdasarkan
RT Desa Penapalan :
DAFTAR NAMA PENGGUNA PAMSIMAS BERDASARKAN RT
1. PENGGUNA PAMSIMAS DI RT 01
No Nama Keterangan
1 Jendra Pengguna Pamsimas
2 Junaidi Pengguna Pamsimas
3 Sahabi Pengguna Pamsimas
4 Azuan Pengguna Pamsimas
5 Taufik Pengguna Pamsimas
6 Derizal Pengguna Pamsimas
7 Al-Hapis Pengguna Pamsimas
8 Miswati Pengguna Pamsimas
9 Sopinir Pengguna Pamsimas
10 Ibrahin Pengguna Pamsimas
11 Lukman Pengguna Pamsimas
12 Ali Pengguna Pamsimas
13 Wendri Pengguna Pamsimas
14 Radion Pengguna Pamsimas
15 Sasapwan Pengguna Pamsimas
16 Ranizam Pengguna Pamsimas
17 Bujang P Pengguna Pamsimas
18 Iwan Chandra Pengguna Pamsimas
19 Pri Ilul Pengguna Pamsimas
2. PENGGUNA PAMSIMAS DI RT 02
No Nama Keterangan
1 Murdianto Pengguna Pamsimas
2 Kincai Pengguna Pamsimas
3 Kani Pengguna Pamsimas
4 Rafadli Pengguna Pamsimas
46
5 Jumadi Pengguna Pamsimas
6 Suparman Pengguna Pamsimas
7 Samsuri Pengguna Pamsimas
8 Suhardi Pengguna Pamsimas
9 Amanap Pengguna Pamsimas
10 Taufik Hidayat Pengguna Pamsimas
11 Evan Pengguna Pamsimas
12 Somad Pengguna Pamsimas
13 Rusdi Pengguna Pamsimas
14 Iqbal Pengguna Pamsimas
15 Nawazir Pengguna Pamsimas
16 Mastura Pengguna Pamsimas
17 Hermanpito Pengguna Pamsimas
3. PENGGUNA PAMSIMAS DI RT 03
No Nama Keterangan
1 Juprianto Pengguna Pamsimas
2 Iyan Pengguna Pamsimas
3 Sapriadi Pengguna Pamsimas
4 Zamli Pengguna Pamsimas
5 Zainul Pengguna Pamsimas
6 Yaman Pengguna Pamsimas
7 Herianto Pengguna Pamsimas
8 Dahlian Pengguna Pamsimas
9 Asmi Mai Pengguna Pamsimas
10 Dahniar Pengguna Pamsimas
11 Tarmizi Pengguna Pamsimas
12 Aswi Pengguna Pamsimas
4. PENGGUNA PAMSIMAS DI RT 04
No Nama Keterangan
1 Darmada Pengguna Pamsimas
2 Nur Pengguna Pamsimas
3 Maulana Pengguna Pamsimas
4 Al-Jumi Pengguna Pamsimas
5 Syahril Pengguna Pamsimas
6 Yan Bani Pengguna Pamsimas
7 Junaidi Pengguna Pamsimas
8 Ajma’in Pengguna Pamsimas
9 Warsito Pengguna Pamsimas
10 Sargawi Pengguna Pamsimas
11 Saprianto Pengguna Pamsimas
47
5. PENGGUNA PAMSIMAS DI RT 05
No Nama Keterangan
1 Lukman Pengguna Pamsimas
2 Mardianto Pengguna Pamsimas
3 Sanaka Pengguna Pamsimas
4 Hai Pengguna Pamsimas
5 Al Pengguna Pamsimas
6 Aldion Pengguna Pamsimas
7 Ali Pengguna Pamsimas
8 Siswadi Pengguna Pamsimas
9 Julaimi Pengguna Pamsimas
6. PENGGUNA PAMSIMAS DI RT 06
No Nama Keterangan
1 Sarwi Pengguna Pamsimas
2 Hermanto Pengguna Pamsimas
3 Ham Tambin Pengguna Pamsimas
4 Rusnita Pengguna Pamsimas
5 Sriyani Pengguna Pamsimas
6 Hendra Pengguna Pamsimas
7 Toni Sinah Pengguna Pamsimas
8 Sap Reti Pengguna Pamsimas
9 Harrazi Pengguna Pamsimas
Di Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo terdapat Sembilan
RT, dalam data yang didapatkan penulis yang menggunakan PAMSIMAS ini
sementara hanya Enam RT.
Menurut analisis penulis bahwa beberapa data yang didapatkan dilapangan
terdapat beberapa ketidak sesuaian antara yang seharusnya diterapkan dengan apa
yang terjadi dilapangan. Dengan sedikitnya pengguna PAMSIMAS ini perlunya
tindakan yang serius yang harus dilakukan oleh para pengurus Badan Usaha Milik
Desa Harapan Sejahtera Di Desa Penapalan untuk mengatasi masalah-masalah yang
menurut penulis Urgent untuk perkembangan dan kemajuan Bumdes tersebut.
48
B. Hambatan-hambatan Dalam Tata Kelola PAMSIMAS di Desa Penapalan
Kecamatan tengah Ilir
Dalam penerapan Tata Kelola Peneyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) terdapat beberapa hambatan-hambatan baik secara
kepemimpinan, pengelolaan maupun lapangan.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai hambatan kemimpinanan dalam
pengelolaan Bumdes yang dapat dijelaskan dibawah ini dengan berdarsarkan
wawancara dan analisis penulis adalah sebagai berikut :
1). Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang.i25 Juga dikatan Robert George R
Terry mengatakan Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain demi tercapainya suatu tujuan
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi
kedamaian dalam diri (innerpeace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam
25
RendyAdiwilaga,KepemimpinanPemerintahanIndonesiaTeoridanprakteknya(JakartaDeepublish201
8)
49
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi
pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
Diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Nawazir yang mengatakan
bahwa sebenarnya untuk permasalahan-permasalahan yang dihadapai Badan
Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera khususnya PAMSIMAS ini tergantung
kepada ketua Badan Usaha Milik Desa, kurangnya arahan yang diberikan oleh
ketua Badan Usaha Milik Desa terhadap bawahannya sehingganya Bumdes ini
seperti berjalan ditempat.
Begitu juga wawancara penulis dengan Julina yang mengatakan bahwa :
Direktur dari Badan Usaha Milik Desa di Desa Penapalan ini kurang tegas
dan kurang serius dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang terjadi di
Bumdes desa Penapalan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Al-Hapis mengatakan bahwa
:
Bahwa kepemimpinan mempengaruhi bagaimana maju dan
berkembangnya usaha-usaha yang dibentuk dalam Badan Usaha Milik Desa
Harapan Sejahtera I Desa Penapalan Kecamatan Tengahh Ilir Kaabupaten Tebo,
karena kalau pemimpin tegas otomatis bawahan-bawahannya mengikuti apa yang
diperintahkan demi perkembangan Bumdes ,kalau pemimpin tidak tegas dan
50
seolah-olah membiarkan maka Bumdes Harapan Sejahtera tidak akan mengalami
kemajuan dan perkembngan atau bahkan kemunduruan.
2. Pemahaman Terhadap Prinsip Tata Kelola (Good Coperate Governence).
Berdasarkan Hasil wawancara penulis dengan salah satu perangkat desa di
Desa Penapalan Aldion (Selaku Sekretaris Desa Penapalan) yang mengatakan
bahwa Direktur Utama Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera Di Desa
Penapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo kurang memahami bagaimana
yang seharusnya dilakukan dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa,
dikarenakan basic dari Direktur Utama Bumdes Harapan Sejahtera ini adalah
sarjana pendidikan bukan dari ekonomi.
Menurut Jarmiati mengatakan bahwa :
Dalam proses pengelolaan Bumdes, Direktur Badan Usaha Milik Desa
Harapan Sejahtera ini kurangnya memberikan pengetahuan mengenai trik
bagaimana pengelolaan yang baik atas Bumdes Harapan Sejahtera Desa
Penapalan.
Hal serupa dikatakan oleh Nawazir yang mengataan bahwa :
Direktur Utama Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera maupun
Direktur PAMSIMAS kurangnya sosialisasi terhadap bawahannya mengenai
bagaimana pengelolaan Bumdes yang baik.
Menurut analisis penulis ketidak tahuan terhadap prinsip-prinsip yang
menurut penulis adalah hal yang paling mendasar untuk agar Bumdes Harapan
Sejahtera ini bisa berkembang dan mampu bersaing dengan Bumdes yang ada di
51
desa tetangga merupakan suatu faktor yang menghambat dalam penerapan prinsip-
prinsip Good Coperate Governence yang telah di amanahkan dalam Peraturan
Menteri Nomor : PER-01/MBU/2011 Tentang penerapan Tata Kelola Peusahaan
Yang Baik (Good Coperate Governence).
3. Pembayaran Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Setiap organisasi maupun daerah yang dimana organisasi tersebut tentu
akan menemukan yang namanya pengeloaan keuangan. Diamana hal itu ada
pemasukan dan pengeluaran, nah dalam hal ini faktor pembayaran yang juga
menurut penulis menjadi faktor penghambat bagi perkembangan Bumdes Harapan
Sejahtera Desa Penapalan.
Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Sarbaini (Dierektur Utama
Bumdes Harapan Sejahtera) yang mengatakan bahwa :
Diwaktu pertama sekali Bumdes ini didirikan dalam proses pembayaran
PAMSIMAS kami menemukan hambatan-hambatan yang mana masyarakat desa
penapalan susah untuk membayar pemakaian PAMSIMAS, selanjutnya kami juga
membuat suatu tempat pembayaran PAMSIMAS namun juga tetap masuarakat
juga masih banyak yang telat membayar, nah sekarang para pengurus-pengurus
PAMSIMAS sendiri yang turun kelapangan menagih PAMSIMAS itu sendiri.
Hal ini di benarkan oleh Nawazir selaku Ketua Bidang Teknisi mengatakan
bahwa :
52
Susah untuk menyadarkan masyarakat desa penapalan agar membayar
uang PAMSIMAS dengan tepat waktu, itu yang buat kami pengurus PAMSIMAS
ini kebingungan sendiri. Ada uang segalanya lancar.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor sumber daya manusia merupakan hal yang paling penting dalam
sebuah organisasi atau kelompok. Sumber daya manusia yang baik dapat
dipengaruhi oleh factor pendidikan, dimana didalam kepengurusan Badan Usaha
Milik Desa Harapan Sejahtera ini yang memiliki pendidikan tinggi hanya sedikit,
hal tersebut mempengaruhi bagaimana pola piker dan kepedulian terhadap tanggug
jawab. Sebagaimana yang dikatakan Nurcholis Madjid Dalam Judul Buku Titik
Temu Mengatakan majunya suatu tempat tidak tergantung pada seberapa benyak
sumber daya alam atau seberapa banyak jumlah penduduk, akan tetapi kemajuan
suatu tempat atau organisasi dipengaruhi seberapa tinggi kualitas sumber daya
manusia dalam mengelola sumber daya alam.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Zamli (Diektur
PAMSIMAS) mengatakan :
Jumlah pengurus Bumdes Harapan Sejahtera yang memiliki pendidikan
tinggi hanya sedikit. rata-rata lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat
bahkan ada juga yang lulusan paket C, hal ini mempengaruhi dari segi pengetahuan
dan tingkat pemahaman terhadap pekerjaan maupun kepedulian terhadap proses
pengelolaan Badan Usaha Milik Desa itu sendiri.
53
Selain itu masyrakat berpandangan bahwa : adanya faktor antrian untuk
kepengurusan Bumdes Harapan Sejahtera, maksud nya adalah yang lebih tua di
utamakan dibandingkan yang muda untuk mengelola Bumdes Harapan Sejahtera
walaupun yang muda memiliki kemampuan untuk hal itu.
Amanap selaku pengguna PAMSIMAS juga mengatakan bahwa : memang
dalam penerapan pengelolaan Bumdes ini memang saya lihat orangnya kurang
memiliki pengetahuan tentang bagaimana pengelolaan Bumdes itu sendiri, rata-
rata memang dalam kepengurusan itu adalah orang-orang yang tamatan Sekolah
Menengah Atas (SMA)/sederajat.
Hal ini dibenarkan oleh Sarbaini dalam hal ini sebagai Direktur Utama
Bumdes Harapan Sejahtera Desa Penapalan yang mengatakan bahwa
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi pengurus-pengurus lainnya
termasuk saya dalam pengelolaan Bumdes ini adalah minimnya Sumber Daya
Manusia yang memiliki pengetahuan dalam pengelolaan Bumdes Harapan
Sejahtera ini, yang memang rata-rata pengurus-pengurus Bumdes ini tersebut
lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat.
Dalam beberapa wawancara dan data yang penulis dapatkan diatas
dapatlah penulis menganalisis bahwa ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat bagi proses pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera
Di Desa Penapalan Antara lain Kepemimpinan, pemahaman tentang prinsip GCG,
pembayaran dan Sumber Daya Manusia,
54
Pertama, masalah kepemimpinan, dimana konsep atau teori diatas tidak
sesuai dengan yang diharapkan dilapangan, dikarenakan kurang tegasnya Direktur
Utama Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera yang mengakibatkan
pengurus-pengurus yang lain juga merasa santai dan ogah-ogahan.
Kedua, kurangnya pemahaman tentang penerapan prinsip Tata Kelola
yang baik (Good Coperate Governence) yang menurut hemat penulis adalah faktor
yang paling penting dalam pengelolaan suatu perusahaan.
Ketiga, pembayaran, dimana seperti yang telah disampaikan oleh sarbaini
diatas tadi kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kewajiban yang harus
dituntaskan sepeti pembayaran penggunaan PAMSIMAS yang juga dikatakan
oleh Nawazir ada uang semua urusan berjalan dengan lancar.
Keempat, Sumber Daya Manusia, permasalaham SDM ini merupakan
permasalahan yang paling mendasar bagi apapun bentuknya sebuah organisasi,
dimana didalam kepengurusan Bumdes Harapan Sejahtera ini minimnya SDM yg
memiliki kemampuan pengetahuan tentang pengelolaan Bumdes Harapan
Sejahtera.
C. Solusi Yang Tepat Dalam Pelaksanaan Tata Kelola PAMSIMAS Di Desa
Penapalan Kecamatan tengah Ilir Kabupaten tebo Provinsi jambi Tahun
2017
Diatas telah penulis paparan beberapa faktor penghambat tentang Tata Kelola
Bumdes Harapan Sejahtera. Menurut analisis penulis yang pertama salah satu
alternative sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas kepengurusan
55
antara lain adalah pertama melakukan sosialisi untuk memberikan penyegaran
tentang peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Penerapan Good Coperate
Governence diantaranya adalah Peraturan Menteri Nmor :PER-01/MBU/2011
tentang penerapan Badan Usaha Milik Negara, kegiatan sosialisasi ini dapat
dilakukan dengan cara melalui pendidikan dan latihan (diklat) dan Bimbingan
teknis (bimtek) serta bentuk program kerja lainnya yang bertujuan untuk supaya
Bumdes Harapan Sejahtera bisa berkembang secara efektif dan efisien.
Kedua, meningkatkan upaya komunikasi natar kepengurusan guna agar
kepengurusan tersebut bisa bekerja sebagai tim dan bisa saling bahu membahu dan
saling membantu.
Ketiga, diharapkan semua kepengurusan Bumdes Harapan Sejahtera atau
yang terkait bisa intropeksi diir dan merasa bertanggung jawab atas apa yang telah
di amanahkan oleh Allah SWT terhadap pengurus Bumdes tersebut.
Menurut analisis penulis bahwa solusi yang tepat yang penulis tawarkan
dalam permasalahan-permasalahan yang ditemukan dilapangan terhadap
pengelolaan Bumdes Harapan Sejahtera adalah Pertama, perlunya sosialisasi
untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan kepengurusan lainnya tentang
bagaimana seharusnya pengelolaan Bumdes tersebut supaya Bumdes Harapan
Sejahtera mampu maju dan berkembang secara efektif dan efisie. Kedua, perlunya
ketegasan dari dari Direktur Utama Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera
berupa sanksi bagi pengurus yang tidak produktif dalam mengelola Bumdes
Harapan Sejahtera, sanksi ini bisa bertahap-tahap seperti diberikan surat
peringatan beberapa kali lalu jika pengurus masih melakukan kesalahan yang sama
56
maka lakukan sanksi berupa pemberhentian kepengurusan (Pemecatan). Ketiga,
perlunya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia kepada Direktur Utama
dan Kepengurusan lainnya guna memiki kemampuan utuk melakukan penerapan
pengelolaan Bumdes yang bai dan benar. Peningkatan Sumber Daya Manusia ini
bisa berupa pendidikan dan latihan (DIKLAT), bimbingan teknis (BIMTEK) atau
study banding ketempat-tempat yang Bumdes nya sudah mengalami kemajuan dan
perkembangan. Keempat, perlunya kepengurusan memiliki kemampuan
kreatifitas untuk bagaimana supaya masyarakat semangat untuk membayar unag
bersama Bumdes tersebut. Bisa dilakukan dengan cara semacam undian unik
seperti sayembara barang siapa yang membayar PAMSIMAS tepat waktu akan
mendapatkan hadiah.
Dengan solusi yang ditawarkan penulis ini diharapkan Bumdes yang ada di
Desa enapalan Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi mampu
maju dan berkembang secara efektif dan efisien.
57
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari permasalahan-permasalahan yang telah dibahas dalam penelitian ini,
maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Coperate Governence dalam Tata Kelola
Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera di Desa Penapalan Kecamatan
Tengah Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi penulis tidak menemukan
kesesuaian antara apa yang seharusnya dilakukan dengan dengan apa yang
terjadi lapangan.
2. Habatan-hambatan yang dihadapi oleh Direktur dan pengurus-pengurus
Bumdes lainnya adalah kurangnya komunikasi antara sesama kepengurusan
Bumdes Harapan Sejahtera. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang
mumpuni untuk mengatur dan mengelola Bumdes Harapan Sejahtera dan
kurangnya kesadaran bagi masyarakat dalam ketepatan waktu pembayaran
Bumdes dalam Hal ini adalah PAMSIMAS.
3. Solusi yang tepat yang dihadapi Bumdes Harapan Sejahtera tersebut
perlunya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan perlunya
melakukan Bimbingan dan Teknisi (BIMTEK) ata pendidikan dan latihan
(DIKLAT). Guna agar Harapan yang di inginkan Bumdes dapat terlaksana
secara efektif dan effisien.
58
B. Saran
Melihat beberapa permasalahan yang terjadi di Badan Usaha Milik Desa
Harapan Sejahtera Desa Penapalan tersebut dapatlah penulis menawarkan beberapa
solusi untuk kemajuan Bumdes Harapn Sejahtera Di Desa Penapalan Kecamatan
Tengah Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Solusi kedepannya untuk Badan Usaha
Milik Desa Harapan sejahtera agar bisa berkembang adalah perlunya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia bagi Direktur dan pengurus-pengurus Bumdes
lainnya, dikarenakan Sumber Daya Manusia ini sangat menentukan kemana arah
tujuan dari sebuah organisasi. Dan perlunya melakukan Sosialisasi berupa
Bimbingan dan Teknis (BIMTEK) atau Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) guna
agar pengurus-pengurus Badan Usaha Milik Desa Harapan Sejahtera tersebut dapat
memahami bagaimana yang semestinya dilakukan untuk menerapkan prinsip-
prinsip Tata Kelola yang baik seperti yang diharapkan dalam peraturan menteri
Badan Usaha Milik Negara No : PER-01/MBU/2011 tata kelola perusahaan yang
baik pasal 2 tentang penerapan sistem tata kelola Perusahaan dengan bahasa lain
good coperate governence. Lalu perlunya kepengurusan melakukan kreatifitas
untuk bagaimana masyarakat pengguna Bumdes dalam hal ini adalah pengguna
PAMSIMAS sadar dan semangat untuk membayar uang tagihan dari penggunaan
PAMSIMAS tersebut. Solusi-solusi yang telah ditawarkan ini hendaknya dilakukan
oleh para pengurus-pengurus Bumdes yang ada diindonesia lebih terkhusus
pengurus Bumdes Harapa Sejahtera Desa Penapalan Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo Provinsi Jambi..
59
DAFTAR PUSTAKA
A. Literture
Adil Tobing, “Pengaruh Penerapan Good Coperate Governence Terhadap Tingkat
Kesehatan dan Daya Saing di Perbankan Indonesia,” Journal.sbm.itb.ac.i.,
Vol 12 (November 2013)
akbarPrabawa, “pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pembangunan Di Desa
Loa Lepu Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Karta
Negara,” eJournal Ilmu Pemerintahan, Vol 3 No. 1, (2015)
Akhmad Faozan, “Implementasi Good Coperate Governence dan Peran Dewan
Pengawas Syariah di Bank Syariah,” jurnal.uii.ac.id, Vo IV (1 Juli 2010)
Armansyah Yudi, Sistem Politik Indonesia, Palembang Nurfikri Offset 2016
Edi Wibowo, “Implementasi Good Coperate Governence Di Indonesia”, Tesis
Fakultas Ekonomi, (2008)
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
Grasindo, 2005
Intan, <<Good Coperate Governence (CGC),>>https://diaryintan.wordpress.com,
akses 15 Novemer 2010
Inu Kencana Syafiie, Ilmu Pemerintahan, cet ke-2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
M. Nur Alamsyah, “Memahami Perkembangan Desa Di Indonesia,” Jurnal
ACADEMICA Fisip Untad, Vol 03 No. 03, (Oktober 2011)
Marbun, Proses Pembangunan Desa, Erlangga, Jakarta 2006
Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR-RI, Sekretariat Jendral MPR-RI, jakarta
60
2015
Mustika Ramdhani, <<CGC (Good Coperate Governence),>>
https://mustikaramdhany.wordpress.com, akses 26 November 2010
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek, PT Rineka
Cipta, Jakarta 1997
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 113 Tahun 2014
pengelolaan Keuangan Desa
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No PER-01/MBU/2011
Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sentilasi Berbasis Masyarakat,
https://www.ampl.or.id/program/program-nasional-penyediaan-air-
minum--dan-santilasi-berbasis-masyarakat-pamsimas, akses 7 mei 2016
Ryas Rasyid Muhammad, Birokrasi Pemerintahan & Politik Orde Baru, Yarsif
Watampone, Jakarta 1997
Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung, Alfabeta
2012
Sinambela Lijan Poltak, Reformasi Pelayanan Publik (Teori Kebijakan dan
Implementasi), Bumi Aksara, 2006
Taliziduhu Ndraha, KYBERNOLOGY (Ilmu Pemerintahan Baru), jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 2003
“Tujuan dan Manfaat Good Coperate Governence,“
https://datarental.blogspot.com, htm, akses 07 September 2015.
https://go.worldbank.org/LHV3EZQV10
Una Sayuti, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revis,,) Syariah Pres, 2014
61
Winarno Budi, Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Media Presindo Yogyakarta
2002
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, cet. Ke-5, (Jakarta: Sinar Grafika,
2014)
B. Undang-Undang
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-
01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Coperate Governence) pada Badan Usaha Milik Negara.
Undang-Undang No 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
Undang-undang nomor 6 tahun 2014
Undang-undang No tahun 2014 Tentang Desa
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Atas Undang-undang No 6 Tahun2014
62
CURICULUM VITAE
a. IdentitasDiri
Nama : Novi Firmansyah
Tempat/Tanggallahir : Penapalan, 16 Mei 1996
JenisKelamin : Laki-Laki
NIM : SPI. 141856
Alamat
1. AlamatAsal : DesaPenapalan RT. 02 Rw 01
Kecamatan Tengah Ilir
KabupatenTebo
2. AlamatSekarang :PerumahanMendaloAsri
KelurahanMendaloDarat
Kecamatan Jambi Luar Kota
No. Telp/Hp : 0821-8591-1492
Email : [email protected]
Orang Tua
1. Ayah : Tibrani
2. Ibu : Suzanah
b. RiwayatPendidikan
NO Pendidikan Tempat Tahun Lulus
1 SDN 42/VII Penapalan DesaPenapalan 2002 - 2008
2 SMP N 29 Kab. Tebo DesaMengupeh 2008 - 2011
3 SMA N 13Tebo RantauApi 2011 - 2014