tari
DESCRIPTION
iveTRANSCRIPT
BLOK SISTEM PERKEMIHAN
MAKALAH
SISTEM PERKEMIHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KANDUNG KEMIH
DISUSUN OLEH :
1. ELVA TIRTA YULI
2. FENDIA FIONTARI
3. GHTA SRI UTAMI
4. IKHSAN DINILHAQ
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPERAWATAN
STIKES FORTH DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2014/2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN KANKER KANDUNG KEMIH” ini dapat
terselesaikan.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Perkemihan.Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya.Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
bukittiggi, 4 Juni 2015
Penyusun
kelompok
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................................................1
1.3 Manfaat...................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit.....................................................................................................................3
2.1.1 Definisi............................................................................................................................3
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Tulang........................................................................................3
2.2 Etiologi....................................................................................................................................5
2.3 Jenis Histology........................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi............................................................................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis...................................................................................................................8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan......................................................................................................................9
2.8Komplikasi...............................................................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian...............................................................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................................................12
3.3 Rencana Keperawatan.............................................................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................................18
4.2 Saran........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi
dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme dalam tubuh.Kanker
merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada organ
sistem perkemihan, misalnya kanker kandung kemih.
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah
kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada
pria dibandingkan dengan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih
sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali
dibuat diagnosa.
Tumor atau karsinoma ini lebih sering mengenai laki-laki dengan
perbandingan 2,7 : 1. Biasanya dijumpai sebagai tumor superficial dan pada
umumnya belum disertai metastasis, namun rekurensinya tinggi.Merupakan
tumor maligna kedua pada system genitourinary.
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria
meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang
25%.Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah
karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma
haematobium dan merokok.
Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai
ke carcinoma maligna yang invasif.Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-
sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi.Neoplasma
bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih
dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui.Karsinoma sel-sel
squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain
adalah adenocarcinoma.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
1
Untuk mengetahui tentang konsep penyakit dan asuhan keperawatan
Kanker Kandung Kemih secara teoritis
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami definisi, anatomi fisiologi,
etiologi,manifestasi klinis, patofisiologi, patoflow, komplikasi,
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
Kanker Kandung Kemih Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa
keperawatan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih
Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien
Kanker Kandung Kemih
Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada
klien dengan Kanker Kandung Kemih
Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi keperawatan yang
telah dilaksanakan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih
1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Dari makalah ini akan menyediakan informasi yang sangat berguna
untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit
Kanker Kandung Kemih
b. Bagi Pendidikan
Untuk pendidikan keperawatan, informasi yang didapat dari makalah
ini akan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pengembangan
pembelajaran asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker Kandung
Kemih.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang
berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita
(3:1).(Brunner & SUddarth, 2001).
Ca kandung kemih merupakan 2% dari seluruh keganasan dan
merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah
karsinoma prostat.Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada
wanita.Dan angka kejadiannya meningkat pada daerah industri.
Tumor ganas kandung kemih adalah karsinoma sel transisional dan 10%
adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari
jaringan urakus.Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker
skuamosa.Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, ulseratif atau
infiltratif.Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi
ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih.Epitel transisional
terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat
distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam maslah ini adalah sel
basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel
intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi
atau tidak.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
3
Kandung kemih bagian dari saluran kemih yang berbentuk seperti buah
pir.Sebuah organ yang dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet
yangterletak di belakang simfisis pubis.Sebagian besar dinding kandung
kemih tersusundari otot polos yang disebut muskulus destrusor. Di dinding
kandung kemihterdapat scratch reseptor yang akan bekerja memberikan
stimulus sensasiberkemih apabila volume kandung kemih telah mencapai 150
cc. Kandung kemihmengumpulkan dan menyimpan urin sampai urin siap
untuk dikeluarkan dari tubuh.Urin diproduksi oleh ginjal dan dialirkan ke
kandung kemih melalui dua saluran yangdisebut ureter.Ketika kandung
kemih terisi penuh oleh urin akan memaksa dindingkandung kemih untuk
berkontraksi sehingga timbullah keinginan untuk berkemih.Kemudian urin
dikeluarkan dari kandung kemih melalui uretra (sebuah saluran kecilyang
membawa urin dari kandung kemih keluar dari tubuh).
Dinding kandungkemih terdiri dari beberapa lapisan yang berperan
penting dalam perkembangan,peningkatan, dan pengobatan kanker kandung
kemih.Ketika dilihat di bawah mikroskop dengan penampang yang melintang
dari dindingkandung kemih maka akan terlihat lapisan dari sel, yaitu :
1. Epithelium
Epithelium adalah lapisan dari sel yang berada pada bagian dalam
dindingkandung kemih yang dikenal sebagai urothelium atau transitional
epithelium.Kebanyakan kanker kandung kemih berada pada lapisan ini.
4
Sel-sel ini dapatmeregangkan ketika kandung kemih sudah penuh dan
menyusut saatdikosongkan
2. Lamina propria
Lapisan ini adalah lapisan dari jaringan ikat dan pembuluh darah
yanglokasinya berada di bawah lapisan transitional epithelium.
3. Lapisan submukosa
Lapisan antara lamina propria dan muskularis propria.
4. Muskularis propria (destrusor muscle)
Ini adalah lapisan yang terdiri dari sel-sel otot yang membentuk
dindingkandung kemih.
5. Jaringan lunak perivesikel
Lapisan ini adalah lapisan terjauh dari dinding kandung kemih yang
terdiridari lemak, jaringan fibrosa, dan pembuluh darah.
2.2 Etiologi
Keganasan kandung kemih terjadi karena induksi bahan karsinogen yang
banyak terdapat disekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah
seseorang menderita karsinoma kandung kemih adalah :
1. Pekerjaan. Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat),
labolatorium, pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit dan pekerja pada
salon/ pencukur rambut sering terpapar oleh karsinogen berupa senyawa
amin aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil)
2. Perokok. Resiko untuk mendapatkan karsinoma kandung kemih pada
perokok adalah 2-6 kali lebih besar dibandungkan dengan bukan
perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatik
dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih. Telah diketahui bahwa kuman – kuman E.coli
dan Proteus spp menghasilkan nitrosaminyang merupakan zat
karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan. Kebiasaan mengkonsumsi
kopi , pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta
5
pemakaian obat-obatan siklofosfasmid yang diberikan intravesika,
fenasetin, opium, dan obat antituberkolosa INH dalam jangka waktu lama
dapat meningkatkan resiko timbulnya karsinoma kandung kemih.
5. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia.
6. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
7. Riwayat keluarga, Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita
kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker ini.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kandung kemih adalah
zat karsinogen,baik eksoghen dari rokok atau bahan kimia atau endogen dari
hasil metabolisme.Penyebab lain diduga akibat dari pemakaian
analgetik,sitostatik,dan iritasi kronik oleh batu,sistosomiasis (infeksi parasit
karena iritasi kandung kemih)atau radiasi.
2.3 Jenis histology
Jenis histology yang terbanyak adalah karsinoma sel transisional (90 %),
sedangkan jenis lain yaitu karsinoma sel skuamosa (5-10%), mixed
carcinoma (4-6 %), adenoma (<2%), undifferentiated carcinoma dan sangat
jarang dijumpai adalah adenoma, tumor karsinoid, karsinosarkoma,
melanoma, feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma, hemangioma,
sarcoma osteogenik dan miosarkoma. IV. Patofisiologi. Sel tumor transisional
invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan merusak otot
sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organlain lainnya. Penyebaran
secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada
kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati.
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan
program pengobatan. Klasifikasiny adalah ssebagai berikut :
Tumor Primer (T)
CIS Sel-sel kanker yang terdeteksi hanya pada lapisan paling dalam dari
6
lapisan kandung kemih
Ta Kanker hanya di lapisan paling dalam dari lapisan kandung kemih
T1 Kanker telah mulai tumbuh menjadi jaringan ikat di bawah lapisan
kandung kemih
T2 Kanker telah berkembang melalui jaringan ikat ke dalam otot
T2a Kanker telah tumbuh menjadi otot superfisial
T2b Kanker telah berkembang menjadi otot yang lebih dalam
T3 Kanker telah berkembang melalui otot ke lapisan lemak
T3a Kanker pada lapisan lemak hanya dapat dilihat di bawah mikroskop
T3b Kanker pada lapisan lemak dapat dilihat pada tes atau dirasakan oleh
dokter selama pemeriksaan di bawah anastesi ( invasi makroskopik)
T4 Kanker telah menyebar keluar kandung kemih
T4a Kanker telah menyebar ke Rahim, prostat, atau vagina
T4b Kanker telah menyebar ke dinding panggul atau perut
Kelenjar Getah Bening (KGB) Regional (N)
N0 Tidak ada kanker dalam kelenjar getah bening
N1 Satu node getah bening yang terkena di panggul (bagian bawah perut,
di dalam tulang pinggul)
N2 Lebih dari satu kelenjar getah bening di panggul yang terkena
N3 Satu atau lebih kelenjar getah bening yang terkena di pangkal paha
Metastasis Jauh (M)
MX Adanya metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh
(American Cancer Society. Cancer Fascts and figures, 2008)
2.4 Patofisiologi
Tumor urothelial, lebih dari 90% adalah karsinoma sel
transisional.Namun, sampai dengan 5% dari kandung kemih berasal dari sel
skuamosa dan 2% adalah adenokarsinoma.Nonurothelial tumor kandung
7
kemih primer sangat langka dan mungkin termasuk karsinoma sel kecil,
carcinosarcoma, limfoma primer, dan sarcoma.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Hematuria : hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau
penuh, dan dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal
hematuria, sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada
pembuangan gumpalan gumpalan darah dan bangkai bangkai busuk.
2. Iritasi kandung kemih : tumor terbentuk di trigonum kandung kemih,
lingkup patologi meluas atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi
8
Faktor-faktor resiko lingkungan dan merangsang pertumbuhan sel
Stoma
MK: Perubahan pola eliminasi urine berduka disfungsional
disfungsi seksual
MK: Kerusakan integritas jaringan
kulit
Kecemasan pemenuhan informasi koping maladatif
Terapi endoskopik bedah radikal kistektomi
Diversi urine pengangkatan vagina
Respons iritasi lokal
MK: Risiko tinggi infeksi
Respon sistemik (anemia, penurunan berat badan, mual
muntah)
nyeri
MK: Ketidak seimbangan nutrisi gangguan ADL
MK: Gangguan pola eliminasi
urine
Hematuria, disuria, urgensi, sering buang air kecil
Luka pasca bedah
Intervensi radioterapi
Intervensi medis intravesical
immunotherapy, intraveical chemotherapy, adjuvant
chemotherapy
Proliferasi sel meningkat cepat kerusakan struktur fungsional kandung kemih
Pertumbuhan sel-sel baru pada jaringan kandung kemih
Kerusakan jaringan lokal
sampai ke kandung kemih sehingga menyebabkan fenomena sering buang
air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih: tumor yang lebih besar, tumor pada leher
kandung kemih dan penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan
buang air bahkan sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang
saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga
menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase: invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung
kemih sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah panggul
simpul, akan menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula
vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang lebih
jauh, nyeri tulang dan cachexia.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba/dirasakan benjolan di perut.
Jika dicurigai kanker ginjal, maka dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai
berikut:
Urografi intravena
USG
CT scan
MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran
tumor.
Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan
analisa.Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai
persiapan pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai
tumor dan arteri renalis.(Sumber : Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan Edisi 2)
Prosedur diagnostic yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
9
Biasanya tidak ditemukan kelainan selain hematuria.Anemia dapat
dijumpai sebagai tanda adanya perdarahan kronis atau pendesakan sel
metastasis ke sumsum, sedangkan uremia dapat dijumpai apabila tumor
menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya sendiri
ataupun limfadenopati.
2. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto torax.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan traktus urinarius yaitu
berupa adanya gangguan fungsi eksresi ginjal, hidronefrosis, hidroureter,
dan filling defect pada buli-buli, menilai infiltrasi tumor ke dinding buli-
buli, dan melihat adanya metastasis regional atau jauh.
3. Sitoskopi dan biopsy
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sitoskopi
adalah mutlak dilakukan, bila perlu pdapat dilakukan CT-scan.Pada
pemeriksaan sitoskopi, dapat dilihat adanya tumaor dan sekaligus dapat
dilakukan biopsi atau reseksi tumor yang juga merupakan tindakan
pengobatan pada tumor-tumor superficial. (Sumber :Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan)
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan
1. Intravesical Imunnotherapy ( Bacillus Calmette-Guerin
{BCG}immunotherapy)
2. Intravesical kemoterapi
3. Kemoterapi ajuvan
4. Terapi radiasi
Intervensi Bedah
1. Terapi endoskopik.
2. Radikal kistektomi.
a. Panggul limfadenektomi. Setelah melakukan kistektomi, sebuah
pengalihan kemih harus dibuat dari segmen usus.
10
b. Conduit (pengalihan): conduits dapat dibangun baik dari ileum atau
usus besar.
c. Kantong Indiana.
d. Neobladder.
Perawatan untuk kanker kandung kemih
Perawatan makanan :
1. Pasien kanker kandung kemih dianjurkan untuk memakan buah dan
sayuran segar
2. Harus diberikan diet tinggi protein seperti telur, susu dan ikan
3. Berikan makanan kesukaan pasien kanker kandung kemih yang telah
dimodifikasi, tetapi hindari makanan pedas, keras dan yang sulit dicerna
oleh tubuh.
Perawatan setelah Operasi
1. Kondisi ruangan harus tetap bersih, dengan udara yang bersih juga
2. Pasien kanker kandung kemih harus hindari infeksi, harus meningkatkan
daya tahan tubuh
3. Keluarga harus terus memberikan semangat dan membantu pasien
menghilangkan sikap dan pikiran negative.
2.8 Komplikasi
Komplikasi pembedahan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping
dari radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon.
Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
1. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama :Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada
benjolan pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri
diseluruh tubuh terutama dipinggang.
b. Riwayat Penyakit Sekarang(riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit). Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa
nyeri sera sulit BAB.
c. Riwayat Penyakit Dahulu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga, penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang menjadi faktor resiko.
e. Riwayat psikososial dan spiritual.
f. Kondisi lingkungan rumah.
g. Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas latihan, pola
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (rokok, ketergantungan
obat, minuman keras).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
12
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
d. Eleminasi
Gejala : Perubahan gejala BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
e. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
h. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
i. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
j. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
k. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
3.2 Diagnosa Keperawatan
13
1. Perubahan eliminasi urine b.d peradangan kandung kemih, pasca- diversi
urine.
2. Nyeri b.d respons inflamasi kandung kemih, kerusakan jaringan pasca
bedah.
3. Risiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas pasca kemoterapi dan
radiasi, post de entrée luka pasca bedah
4. Kerusakan integritas kulit b.d pascabedah, adanya stoma.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan yang
kurang, peningkatan metabolism, mual muntah.
6. Kecemasan b.d tindakan invasive diagnostic, intervensi medic, rencana
bedah.
7. Pemenuhan informasi b.d tindakan diagnostik invasive, intervensi
kemoterapi, radiasi dan pembedahan, adanya stoma, perencanaan pasien
pulang.
8. Berduka disfungsional b.d. perubahan anatomis seksual.
14
3.3 Intervensi dan Rasional
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi RASIONAL
1 Perubahan eliminasi urine b.d. peradangan kandung kemih, pasca-diversi urine.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam pola eliminasi urine membaik.Kriteria Hasil:
- Secara objektif berpartisipasi dalam aktivitas yang b.d. perawatan stoma.
1. Kaji kemampuan partisipasi dan keluarga.
2. Lakukan dan ajarkan cara perawatan ostomi.
3. Pasang alat ostomi yang tepat ukuran.
4. Bantu pasien melakukan perawatan ostomi secara mandiri.
5. Pantau proses penyembuhan luka insisi pada ostomi.
6. Anjurkan klien mengunjungi seseorang yang telah mengalami ostomi.
7. Sarankan klien untuk mencegah kontak urine dengan kulit, untuk mencegah iritasi kulit akibat diversi urine. Bersihkan stoma
1. Menjadi data dasar dalam memberikan informasi.
2. Pascabedah dengan stoma yang ada, maka pasien atau keluarga perlu diajak dalam berpartisipasi agar kemandirian meningkat.
3. Mencegah iritasi pada kulit daerah sekitar ostomi.
4. Mengembangkan teknik yang benar.
5. Mengembangkan intervensi dini terhadap kemungkinan komplikasi.
6. Menurunkan kecemasan dan ketakutan terhadap kemampuan beradaptasi.
7. Menurunkan risiko infeksi.
15
dengan sabun dan air lalu dikeringkan pada setiap penggantian kantong urine.
8. Ganti kantung ostomi sesuai kebutuhan.
8. Memberi kesempatan dan penguatan terhadap prosedur mengganti kantong dan mengevaluasi stoma.
2 Risiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas pasca-kemoterapi dan radiasi, port de entrée luka pasca bedah.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak tejadi infeksi.Kriteri Hasil:
- TTV normal- Tidak ada tanda
dan gejala ISK.
1. Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan.
2. Pertahankan intake cairan adekuat.
3. Ajarkan klien cuci tangan.
4. Ajarkan klien tentang gejala dan tanda infeksi, serta anjurkan untuk melaporkannya.
5. Ajarkan klien dan keluarga untuk sering mengalirkan kantong untuk mencegah refluks.
6. Kaji jenis pembedahan, hari pembedahan, dan
1. Mencegah transmisi organisme.
2. Meningkatkan aliran urine.
3. Memberikan informasi tentang personal higiene.
4. Memberikan info untuk meningkatkkan kepatuhan.
5. Dapat mencegah infeksi.
6. Mengidentifikasikan kemajuan atau penyimpangan dari
16
apakah adanya order khusus dari tim dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
7. Lakukan mobilisasi miring kiri-kanan tiap 2 jam.
8. Lakulan perawatan luka:- Lakukan
perawatan luka steril pada hari ke-3 operasi dan diulang 2 hari sekali.
- Bersihkan luka dengan cairan antiseptik jenis iodine providum dengan caraswabbing dari arah dalam ke luar.
- Bersihkan bekas sisa iodine providum dengan alkohol 70% atau normal saline dengan
tujuan yang diharapkan.
7. Mencegah penekanan setempat yang berlanjut pada nekrosis jaringan lunak.
8. - perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan kontak tindakan dengan luka yang dalam kondisi steril sehingga mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah.
- Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan mati) dan kuman sekitar luka dengan mengoptimalkan kelebihan dari iodine providum sebagai antiseptik dan dengan arah dari dalam ke luar dapat mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka.
- Antiseptik iodine providum mempunyai kelemahan dalam menurunkan proses epitelisasi jaringan
17
caraswabbing dari arah dalam ke luar.
- Tutup luka dengan kasa steril dan tutup dengan plester adhesif yang menyeluruh menutupi kasa.
sehingga memperlambat pertumbuhan luka, maka harus dibersihkan dengan alkohol atau normal saline.
- Penutupan secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi dari benda atau udara yang bersentuhan dengan luka bedah.
3 Pemenuhan informasi b.d. tindakan diagnostiki invasif, intervensi kemoterapi, radiasi dan pembedahan, adanya stoma, perencanaan pasien pulang.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam terpenuhin ya informasi yang di butuhkan pasien.Kriteria Hasil:
- Pasien teradaptasi dengan kondisi yang dialami.
- Pasien mampu mengungkapkan jadwal pengobatan dan tujuannya.
1. Ajarkan klien dan keluarga prosedur dan tujuan terpi.
2. Lakukan pemberian kemoterapi intravesika:
- Gunakan tekhnik steril dalam kateterisasi.
- Instruksikan klien untuk berkemih sebelum obat dimasukkan.
- Instruksikan untuk selalu mengubah posisi.
- Instruksikan untuk menunggu berkemih selama
1. Meningkatkan pemahaman dan menurunkan ansietas.
2.- mencegah infeksi.- Emeningkatkan
retensi obat.- Meningkatkan lapisan
bagian dalam kandungan kemih dengan obat-obatan.
- Memberikan kontak yang besar dari obat dengan permukaan kandung kemih.
- Mencegah pemajanan pada kemoterapi dan imunoterapi yang dikeluarkan melalui
18
beberapa jam.- Instruksikan klien
untuk toileting dengan hati-hati.
3. Ajarkan perawatan stoma selama dirumah.
urine.
3. Meningkatkan kemandirian.
4 Berduka disfungsional b.d. perubahan anatomis seksual.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam adaptasi pasien meningkat.Kriteria Hasil:
- Pasien teradaptasi dengan kondisi yang dialami.
- Pasien mampu mengungkapkan perasannya.
1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan mengenai ostomi dan kanker kandung kemih dan dampak yang diharapkan pada gaya hidup.
2. Evaluasi perasaan klien mengenai diversi urinarius dan efeknya, identitas seksual, hubungan, dan citra diri.
3. Bant untuk memisahkan penampilan fisik atas kehilangan fungsi kandung kemih.
4. Berikan kesempatan untuk berduka atas kehilangan fungsi kandung kemih.
1. Meningkatkan integrasi dari perubahan ke dalam gaya tubuh.
2. Sebagai data untuk merumuskan rencana asuhan keperwatan.
3. Meningkatkan adaptasi fisiologis.
4. Memberi waktu untuk mengatasi kehilangan.
19
5. Pantau apakah klien dapat melihat ostominya.
5. Ketidakmampuan memandang ostominya mengidikasikan kesulitan koping.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah
suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker
atau tumor pada kandung kemih.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli
(kandung kemih).Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung
air kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih
akan dikeluarkan.
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi
penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor
resiko:
1. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia.
2. Merokok,merupakan faktor resiko utama.
3. Lingkungan kerja. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan
bahan-bahan karsinogenik(penyebab kanker). Misalnya pekerja industri
karet, kimia, kulit.
4. Infeksi, terutama infeksi saluran kemih.
5. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
6. Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita
kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker ini.
Gejalanya Bisa Berupa:
Hematuria (adanya darah dalam kencing).
Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
Desakan untuk berkemih.
21
Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya
sukar kencing.
Badan terasa panas dan lemah.
Nyeri pinggang karena tekanan saraf.
Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung
kemih (sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan.Patut
dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,
gejalanya tidak menghilang.
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya
(yang didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor
(derajat invasi local serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor
tersebut (apakah tumor tersebut memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan
status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan
bentuk terapinya
4.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat
mengerti bagaimana asuhan keperawatan kanker kandung kemih, dan paham
bagaimana patofiologi yang terjadi klien kanker kandung kemih.sehingga bisa
berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges E Marilynn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C & John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
23