tari mayang madu karya arif anshori sebagai salah satu bentuk tari islami di kabupaten lamongan

39
TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN Yuniar Herdia Marjianti (082134211) ABKTRAK Tari Mayang Madu Merupakan hasil kreativitas Arif Anshori seniman asal Lamongan yang diciptakan pada tahun 2005. Dalam perkembangannya, Tari Mayang Madu lambat laun diakui sebagai salah satu ikon Tari Islami di Kabupaten Lamongan. Untuk mempertahankan eksistensinya maka perlu dilakukan pengkajian terhadap latar belakang terciptanya Tari Mayang Madu dan konsep koreografi yang mendasari terciptanya Tari Mayang Madu karya Arif Anshori di Kabupaten Lamongan Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana latar belakang penciptaan Tari Mayang Madu, serta bagaimana konsep koreografi Tari mayang Madu karya Arif Anshori di Kabupaten Lamongan. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengkajian terhadap bentuk Tari Mayang Madu sehingga dapat disebut sebagai Tari Islami. Untuk melakukan pengkajian pada Tari Mayang Madu sebagai salah satu Tari Islami, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan yang meliputi wawancara dan observasi. Hasil data mengungkapkan latar belakang penciptaan Tari Mayang Madu berasal dari adanya program kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan. Ditinjau dari konsep koreografinya, nama Mayang Madu diambil dari gelar Sunan Drajat. Tari Mayang Madu

Upload: alim-sumarno

Post on 03-Jan-2016

690 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : YUNIAR HERDIA MARJIANTI, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

Page 1: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI

KABUPATEN LAMONGAN

Yuniar Herdia Marjianti (082134211)

ABKTRAK

Tari Mayang Madu Merupakan hasil kreativitas Arif Anshori seniman asal Lamongan yang diciptakan pada tahun 2005. Dalam perkembangannya, Tari Mayang Madu lambat laun diakui sebagai salah satu ikon Tari Islami di Kabupaten Lamongan. Untuk mempertahankan eksistensinya maka perlu dilakukan pengkajian terhadap latar belakang terciptanya Tari Mayang Madu dan konsep koreografi yang mendasari terciptanya Tari Mayang Madu karya Arif Anshori di Kabupaten Lamongan

Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana latar belakang penciptaan Tari Mayang Madu, serta bagaimana konsep koreografi Tari mayang Madu karya Arif Anshori di Kabupaten Lamongan. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengkajian terhadap bentuk Tari Mayang Madu sehingga dapat disebut sebagai Tari Islami.

Untuk melakukan pengkajian pada Tari Mayang Madu sebagai salah satu Tari Islami, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan yang meliputi wawancara dan observasi.

Hasil data mengungkapkan latar belakang penciptaan Tari Mayang Madu berasal dari adanya program kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan. Ditinjau dari konsep koreografinya, nama Mayang Madu diambil dari gelar Sunan Drajat. Tari Mayang Madu merupakan tarian yang bertema religi. Tari Mayang Madu memiliki kesesuaian antara tata busana, musik pengiring dan gerak yang merujuk pada identitas tari Islami.

Kata Kunci : Tari Mayang Madu, latar belakang penciptaan, dan konsep koreografi

Page 2: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Lamongan merupakan salah satu wilayah kabupaten di Jawa Timur yang

memiliki kekayaan seni budaya yang beragam dan sangat khas. Salah satu cabang

seni yang mendukung kehidupan masyarakat Kabupaten Lamongan di antaranya

adalah seni tari. Berbagai produk seni tari sebagai hasil kreativitas seniman

merupakan asset berharga bagi masyarakat Kabupaten Lamongan yang

selayaknya untuk diapresiasi dan dilestarikan.

Pelestarian terhadap seni tari dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya dapat melalui upaya pendokumentasian atau pencatatan. Dengan

melakukan pencatatan tari berarti membuat suatu peringatan, mulai dari

pencatatan yang berhubungan dengan pengetahuan tari maupun ilmu tari

(kontekstual). Tujuan pencatatan adalah untuk dapat diungkap kembali, dibaca,

dilihat, disebar-luaskan, disimpan, diperbanyak, dan lain sebagainya.1

Sebagaimana disampaikan oleh I Made Bandem dalam tulisannya berjudul

“Metodologi Penelitian Seni” bahwa, ditinjau dari segi bentuk atau format

penelitian seni ada tiga bentuk penelitian yang dapat dibedakan satu sama lain,

namun tidak terlalu eksklusif meliputi: pencatatan, pengembangan atau

eksperimental, dan disiplin ilmiah. Ketiganya dapat dilaksanakan dengan

penelitian yang bersifat umum (deskriptif, eksplanasi, dan studi kasus).2

Tari Mayang Madu merupakan bentuk tari islami hasil kreativitas seniman

Kabupaten Lamongan bernama Arif Anshori yang berasal dari Kecamatan

Mantup Kabupaten Lamongan. Tari Mayang Madu dicipta dan dipentaskan

pertama kali pada tahun 2005 bertempat di Obyek Wisata Makam Sunan Drajat di

daerah Paciran Kabupaten Lamongan. Pada pementasan perdana dibawakan oleh

lima orang siswi dari SMPN 1 Babat Lamongan. Pada pementasan perdana di

Obyek Wisata Makam Sunan Drajat tersebut selain bertujuan untuk

memperkenalkannya pada masyarakat, juga dilakukan perekaman secara audio-

1 Eko Wahyuni Rahayu, “Analisis Tari” (Hand Out Mata Kuliah Analisis Tari Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Unesa, 2012: 2)

2 I Made Bandem, ”Metodologi Penelitian Seni” dalam Selonding (Jurnal Etnomusikologi Indonesia) Vol. III No. 1 Maret 2006 (Yogyakarta: Masyarakat Etnomusikologi Indonesia, 2006:3)

Page 3: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

visual, dengan maksud agar hasil rekaman dapat diperbanyak dan dapat dipelajari

oleh siswa-siswa di SMP maupun SMA di Kabupaten Lamongan.

Setelah pementasan perdana tahun 2005 tersebut, Tari Mayang Madu

mendapat apresiasi dan respon masyarakat Lamongan dan selanjutnya sering

dipentaskan pada berbagai event baik yang bersifat hiburan maupun festival yang

bersifat kompetisi tari. Terbukti pada tahun 2006 Tari Mayang Madu mulai

mendapatkan prestasi yaitu predikat tari terbaik pada festifal tari remaja di SMKN

9 Surabaya yang dibawakan oleh lima siswi SMPN 1 Kembangbahu. Setelah

peristiwa tersebut mulailah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Lamongan berinisiatif untuk mengangkat Tari Mayang Madu sebagai materi

pembelajaran seni muatan lokal di setiap sekolah yang ada di Kabupaten

Lamongan. Untuk mendukung program tersebut akhirnya Dinas Pendidikan

Kabupaten Lamongan menyelenggarakan pelatihan Tari Mayang Madu bagi guru-

guru pelajaran seni se Kabupaten Lamongan. Pada waktu itu tempat pelatihan

dilaksanakan di SDN Jetis 3 Lamongan, yang merupakan salah satu Sekolah

Dasar unggulan di Kabupaten Lamongan. Selain itu pada tahun 2006 diadakan

Lomba Tari Mayang Madu yang melibatkan pelajar SMP dan SMA di Kabupaten

Lamongan.3

Dalam perkembangannya, secara fungsional Tari Mayang Madu sering

dijadikan sebagai tari penyambutan tamu daerah maupun pembukaan suatu acara

yang bersifat kenegaraan atau kepemerintahan di Kabupaten Lamongan. Selain

itu, Tari Mayang Madu juga sering dipentaskan pada berbagai acara di sekolah-

sekolah tingkat menengah pertama dan menegah atas di Kabupaten Lamongan.

Dalam perkembangan eksistensinya, keberadaan Tari Mayang Madu lambat

laun diakui sebagai salah satu ikon tari Islami di Kabupaten Lamongan. Salah satu

bukti mengenai hal itu, adalah Tari Mayang Madu selalu menjadi pilihan materi

yang dibawakan oleh peserta Duta Penari dari Kabupaten Lamongan dalam

program “Pemilihan Duta Penari Jawa Timur” yang diselenggarakan oleh Dinas

3 Wawancara dengan Arif Anshori (koreografer Tari Mayang Madu) di rumahnya di Perumahan Graha Indah Blok C 51 Lamongan. Wawancara juga dilakukan kepada Mohamad Zahri pensiunan pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan bagian kebudayaan di kediamannya di Perumnas Made Lamongan.

Page 4: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Pariwisata dan Budaya Propinsi Jawa Timur tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010.

Dalam program “Pemilihan Duta Penari Jawa Timur” tersebut persyaratan bagi

peserta calon Duta Penari adalah membawakan tari tradisional daerah masing-

masing dan tari dari daerah lain yang ada di Jawa Timur. Para peserta yang

menjadi duta sebagai wakil dari Kabupaten Lamongan selalu membawakan Tari

Mayang Madu sebagai bentuk tari tradisional daerah khas Kabupaten Lamongan.

Dipilihnya Tari Mayang Madu sebagai pelengkap persyaratan tersebut tentu

bukan tanpa alasan, tentu karena sebagai produk kreativitas dari seorang seniman

Kabupaten Lamongan, dan mungkin memiliki nilai-nilai estetika yang

menyiratkan nilai-nilai islami dan budaya tradisional daerah Lamongan. Pada saat

ini masyarakat Lamongan maupun Jawa Timur umumnya mengakui bahwa Tari

Mayang Madu sebagai produk tari khas Kabupaten Lamongan.4

Terlepas dari eksistensi maupun pengakuan atau kedudukannya sebagai

produk seni tari yang bernuansa islami daerah Kabupaten Lamongan, produk seni

Tari Mayang Madu sangat perlu dijaga pelestariannya karena merupakan asset

kekayaan daerah Kabupaten Lamongan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

ialah melalui pencatatan tertulis. Atas dasar tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan pencatatan bentuk Tari Mayang Madu. Untuk dapat melakukan hal itu

tentu saja harus melalui penelitian yang mendalam terhadap keberadaannya.

Penelitian ini akan memfokuskan pada pengkajian bentuk Tari Mayang Madu

karya Arif Anshori sebagai salah satu Tari Islami di Kabupaten Lamongan.

II. PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Penciptaan Tari Mayang Madu

Tari Mayang Madu merupakan bentuk tari yang diciptakan oleh Arif

Anshori pada tahun 2005. Arif Anshori mengungkapkan bahwa latar belakang

penciptaan Tari Mayang Madu dulu adalah dalam rangka mewujudkan salah satu

program kerja dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lamongan pada tahun

2005. Pada waktu itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lamongan memiliki

program kerja yakni, pada tahun genap dilakukan penggalian terhadap budaya 4 Wawancara dilakukan dengan Ninin Desinta Y sebagai salah seorang koreografer

wanita dari Kabupaten Lamongan.

Page 5: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

kerakyatan yang ada di Kabupaten Lamongan dan berikutnya pada tahun ganjil

dilakukan penggalian terhadap budaya-budaya Islami yang ada di Kabupaten

Lamongan.5 Hal tersebut diperkuat oleh Mohamad Zahri (mantan Kepala Bidang

Kebudayaan dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lamongan) yang menerangankan

bahwa program-program tersebut bertujuan untuk menggali keragaman budaya

lokal Kabupaten Lamongan, mengingat Kabupaten Lamongan yang memiliki

beragam produk seni budaya yang beragam. Keberagaman seni budaya yang

dimiliki oleh Kabupaten Lamongan dipengaruhi oleh faktor topografi, seperti

wilayah Lamongan bagian selatan yang topografinya berupa perbukitan

sedangkan bagian utara berupa daerah pesisir atau pantai. Dengan keadaan

topografi daerah yang demikian, menjadikan karakteristik serta budaya

masyarakat Lamongan sangat beragam. Sehingga hal tersebut berpengaruh pula

pada bentuk produk seni yang ada di daerah Lamongan.6 Sebagaimana yang

disampaikan oleh Koentjaraningrat yakni keanekaragaman budaya yang terjadi

pada masa kini merupakan sebuah realitet, keanekaragaman masyarakat yang

berbeda dikelaskan menjadi satu berdasar unsur serta berbagai pengaruh yang

pernah dialami.7 Daerah Lamongan bagian selatan memiliki budaya agraris karena

sebagian besar penduduknya bercocok tanam, bisa disebut juga sebagai kaum

pedesaan. Sedangkan daerah Lamongan bagian utara merupakan daerah pesisir

pantai, yang pada jaman dahulu merupakan tempat singgah serta tempat yang

strategis untuk berniaga bagi pedagang-pedagang dari Parsi dan Gujarat sehingga

agama Islam berkembang baik di daerah tersebut.

Berdasarkan kondisi yang ada maka hal tersebut memotivasi Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan dalam menyusun program-

program kerjanya dalam mengembangkan potensi seni budaya daerah. Arif

Anshori yang pada tahun itu masih mengabdi sebagai pegawai honorer di Dinas 5 Wawancara dengan Arif Anshori (koreografer Tari Mayang Madu) di rumahnya di

Perumahan Graha Indah Blok C 51 Lamongan. Wawancara juga dilakukan kepada Mohamad Zahri pensiunan pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan bagian kebudayaan di kediamannya di Perumnas Made Lamongan.

6 Wawancara dengan Mohamad Zahri pensiunan pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan bagian kebudayaan di kediamannya di Perumnas Made Lamongan.

7 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 31-32.

Page 6: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan, tergugah untuk ikut

mensukseskan program yang digagas oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

pada waktu itu. Bertepatan pada waktu tahun 2005 merupakan tahun ganjil

dimana sesuai dengan isi program, maka berisi penggalian terhadap budaya-

budaya Islami. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan yang

pada saat itu dipimpin oleh Mohamad Zahri sebagai Kepala Bidang Kebudayaan

berinisiatif untuk membuat tari yang bernuansa Islami terutama yang berkaitan

dengan perjalanan Wali Songo sebagai tokoh penyebar Agama Islam di Jawa

khususnya yang ada di Lamongan. Kemudian Arif Anshori sebagai karyawan

yang juga memiliki jiwa seniman pada masa itu masih menjadi tenaga pegawai

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bidang kebudayaan ingin mewujudkan inisiatif

yang digagas oleh Mohamad Zahri.

Diilhami dari cerita tentang ketokohan Sunan Drajat dalam menyebarkan

Agama Islam di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, maka

Arif Anshori berupaya mengangkatnya menjadi tema dalam karya tari. Akhirnya

dengan dibantu oleh penata musik yang bernama Suwandi Widianto, pada tahun

2005 tersebut berhasil mewujudkan sebuah karya koreografi yang bernuansa

Islami yang diberi nama Tari Mayang Madu. Menurut Arif Anshori, bahwa nama

Mayang Madu diambil dari gelar Raden Qosym yang biasa disebut Sunan Drajat.8

Secara historis, Sunan Drajat merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam

di tanah Jawa, terutama di wilayah Lamongan. Gelar Mayang Madu yang

disandang oleh Sunan Drajat merupakan pemberian Sultan Demak sebagai

penguasa tanah hasil pemberiannya di daerah paciran sebagai tempat untuk

membangun pesantren dan menyebarkan agama Islam. yang kemudian dinamakan

Desa Drajat.9 Bagi Kabupaten Lamongan, keberadaan sejarah tentang perjuangan

Sunan Drajat merupakan kebanggan dan oleh karenanya harus dilestarikan.10 Oleh

karena itu untuk dapat melestarikan situs sejarah tersebut perlu dilakukan melalui

8 Wawancara dengan Arif Anshori (koreografer Tari Mayang Madu) di rumahnya di Perumahan Graha Indah Blok C 51 Lamongan.

9 Tim Peneliti dan Penyusun Buku Sejarah Sunan Drajat, “Sejarah Sunan Drajat Dalam Jaringan Masuknya Islam di Nusantara”(Lamongan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan, 2012), hal 136.

10 Wawancara dengan Poernomo pegawai bagian kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan.

Page 7: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

beberapa pendekatan, salah satunya melalui wujud karya seni untuk mengenang

jasanya tersebut.

Tari Mayang Madu diciptakan bertujuan untuk mengingatkan sekaligus

memberikan pembelajaran pada masyarakat Lamongan tentang kegigihan Sunan

Drajat dalam menyebarkan agama Islam, serta mengajak masyarakat untuk tetap

melakukan ajaran-ajaran yang diberikan oleh Sunan Drajat. Ajaran Sunan Drajat

yang ada diantaranya tidak lupa untuk bersedekah kepada kaum-kaum yang

kekurangan dan menjalankan perintah agama yakni sholat sebagai tiang agama

dan rukun Islam yang lain.11

Dengan kata lain bahwa penciptaan Tari Mayang Madu adalah

dipengaruhi adanya sumber ide atau sebuah rangsang yaitu keberadaan situs

sejarah atau cerita tentang ketokohan Sunan Drajat. Dalam hal ini Arif Anshori

sebagai pencipta Tari Mayang Madu juga mempelajari lontar yang bertuliskan

ajaran-ajaran Sunan Drajat dalam menyebarkan agama Islam di daerah pesisir

Lamongan. Selain itu, koreografer Tari Mayang Madu yakni Arif Anshori juga

melakukan observasi terhadap situs Makam Sunan Drajat yang ada di Desa Drajat

Paciran Lamongan, untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang

ajaran-ajaran yang diberikan oleh Sunan Drajat. Dari hasil mengkaji lontar dan

observasi tersebut mendapat informasi bahwa dalam menyebarkan agama Islam

Sunan Drajat menggunakan media gamelan Jawa yang memiliki nama “Gamelan

Singo Mengkok”, disertai dengan tetembangan Jawa yang memiliki arti dan

makna kebaikan serta tersirat di dalamnya ajakan untuk memeluk agama Islam,

menjalankan perintah agama baik yang sunah maupun yang wajib. Setelah

melakukan penggalian terhadap ajaran-ajaran Sunan Drajat, Arif Anshori

menemukan lima ajaran dari sunan Drajat yang berisi nasehat-nasehat untuk

berbuat baik kepada sesama manusia. Kelima ajaran tersebut yakni:

a. Wenehono teken marang wong kang wuto (berilah tongkat pada orang yang

buta)

b. Wenehono pangan marang wong kang luwih (berilah makanan pada orang

yang lapar)11 Wawancara dengan Arif Anshori (koreografer Tari Mayang Madu) di rumahnya

Perumahan Graha Indah Blok C 51 Lamongan.

Page 8: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

c. Wenehono sandang marang wong kawudan (berilah pakaian pada orang yang

telanjang)

d. Wenehono payung marang wong kudanan (berilah payung kepada orang yang

kehujanan)

e. Wenehono ngombe marang wong kang ngelak (berilah minum kepada orang

yang haus)

Memang, seyogyanya seorang seniman dalam mencipta sebuah karya tari

diawalai dari proses pencarian tema. Hal tersebut dapat diperoleh melalui

rangsang awal yang merupakan suatu yang mampu didefinisikan sebagai

pembangkit fikir, semangat serta sebagai pendorong kegiatan seorang seniman

dalam berkarya. Sebagaimana diungkapkan oleh Smith bahwa rangsang awal

dalam karya tari meliputi beberapa jenis di antaranya, rangsang dengar, rangsang

visual, rangsang kinestetik, rangsang peraba, dan rangsang gagasan.12 Dari

berbagai rangsang tersebutlah akan menginspirasi terhadap lahirnya sebuah

gagasan yang kemudian diwujudkan dalam sebuah bentuk tari.

Dalam penciptaan sebuah karya tari seorang koreografer hendaknya

memiliki pengetahuan yang luas terhadap sejarah yang ada pada lingkungannya

dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap musik. Maka sangat penting bagi

seorang koreografer untuk mengkaji secara mendalam gagasan yang muncul

melalui literatur terkait. Agar karya tari yang diciptakan memiliki kesesuaian

antara bentuk dan isi yang mampu diterima oleh penikmatnya, baik dalam hal

konsep koreografi maupun bentuk koreografinya. Hal tersebut merupakan dasar

untuk menemukan sumber dari tema yang akan dikontruksi menjadi sebuah tari.13

Demikian halnya, hasil kajian terhadap sejarah keberadaan Sunan Drajat, terutama

mengenai ajaran-ajaran yang digunakan sebagaimana terpapar di atas kemudian

diadobsi oleh Arif Anshori untuk digunakan sebagai syair pada iringan Tari

Mayang Madu.

12 Jacquelin Smith, Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, (Terjemahan Ben Suharto) (Yogyakarta: IKALASTI, 1985), hal. 20.

13 Soedarsono, Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, (Dance Composition, the Basic Elements, La Meri)(Yogyakarta: Legaligio untuk Fakultas Kesenian, Instirut Seni Indonesia, 1986), hal. 78.

Page 9: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Dalam salah satu teori dari Widaryanto yang mengungapkan tentang

koreografi dalam bukunya Koreografi (2009) menyatakan bahwa mengenai proses

garap dalam mencipta suatu karya tari, awalnya koreografer melakukan upaya

untuk membangkitkan gagasan. Kemudian mengelola imajinasi yang muncul dan

mentransformasikan dalam garapan. Selanjutnya meninjau kembali ide-ide yang

muncul dengan melakukan pengkajian dengan sumber-sumber terkait. Setelah itu

dilakukan penentuan terhadap pendukung tari diantaranya iringan, tata cahaya,

dan tata rias busana. Setelah konsep dirasa matang, koreografer melakukan

penerapan gagasan, isi dan koreografi melalui proses latihan.14 Hal tersebut

didukung dengan teori dari Sal Murgianto berkaitan dengan koreografi pelakunya

disebut sebagai koreografer yang memiliki pengertian sebagai, seseorang yang

menerjunkan diri dalam dunian komposisi yaitu akan selalu berhadapan dengan

pekerjaan memilih, menyusun, dan sekaligus mempertunjukkan hasil tatanannya

sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh pengamatnya.15

Setelah Arif menemukan gagasan tentang tema tari, kemudian mulailah

melakukan penjelajahan-penjelajahan gerak atau eksplorasi gerak. Eksplorasi

dilakukan koreografer sebagai bentuk proses kreatif. Dalam melakukan proses

kreatif dalam penciptaan Tari Mayang Madu secara keseluruhan, terlebih dahulu

disusun konsep gerak. Terdapat lima adegan yang membangun Tari Mayang

Madu. Masing-masing adegan memiliki makna yang berbeda yakni.

a. Salam, memiliki makna bahwa jika bertemu sesama muslim hendaklah

bertegur sapa dengan salam sebagai wujud doa keselamatan bagi sesama umat

muslim.

b. Solah, merupakan lima ajaran Sunan Drajat yang memilki makna bahwa

manusia tidak dapat berdiri sendiri karena setiap manusia harus saling berbuat

baik kepada manusia yang lain. Hal tersebut tidak dipungkiri bahwa dalam

kehidupan pasti ada memberi dan menerima.

14 F.X Widaryanto, Koreografi (Bahan Ajar Mata Kuliah Koreografi Program Studi S-1 Seni Tari STSI Bandung), (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), hal. 42.

15 Sal Murgiyanto, Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, (Jakarta: Dekdikbud, 1983), hal. 12.

Page 10: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

c. Tetembangan, yang dilantunkan dalam iringan adalah tembang lir-ilir yang

bermakna rukun Islam ada lima, dan sebagai mislim wajib menegakkan shalat

sebagai tiang agama. Hal tersebut bertujuan untuk mengingatkan musli untuk

selalu teguh memegang ajarn-ajaran Islam.

d. Puji-pujian, memiliki makna bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat baik. dan

menunjukkan ke-esahan Allah sebagai sang pencipta.

e. Manembah, memiliki makna sebagai wujud syukur karena telah banyak yang

mengikuti ajaran yang diberikan oleh Sunan Drajat melalui sy’ar dan puji-

pujian yang diiringi dengan Gamelan Singo Mengkok.

Setelah koreografi Tari Mayang Madu dapat terselesaikan menjadi bentuk

tari yang utuh dan sempurna kemudian dilakukan presentasi perdana. Tari

Mayang Madu pada pergelaran awal ditarikan oleh siswi SMP Negeri 1 Babat

Lamongan untuk keperluan pengambilan gambar di Obyek Wisata Makam Sunan

Drajat di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada tahun 2005. Setelah itu

pada tahun 2006 Tari Mayang Madu digunakan untuk pelatihan guru-guru seluruh

Kabupaten Lamongan. Pada tahun yang sama Tari Mayang Madu mulai diajarkan

pada sekolah-sekolah menengah pertama dan menengah atas di Kabupaten

Lamongan. Selanjutnya pada tahun 2007 Tari Mayang Madu mendapatkan juara

dua pada Lomba Tari Kreasi tingkat SMP di SMK 9 Surabaya, penari berasal dari

SMPN 1 Kembangbahu Lamongan. Hal tersebut secara tidak langsung

menjadikan Tari Mayang Madu sebagai salah satu produk seni Kabupaten

Lamongan yang mengandung nilai-nilai budaya Kabupaten Lamongan.

Keberadaan Tari Mayang Madu secara fungsional awalnya sebagai media

pembelajaran sedangkan pada masa sekarang adalah, sebagai salah satu tari

penyambutan tamu daerah maupun pembukaan suatu acara yang bersifat

kenegaraan atau kepemerintahan di Kabupaten Lamongan. Selain itu, Tari

Mayang Madu juga sering dipentaskan pada berbagai acara di sekolah-sekolah

tingkat menengah pertama dan menegah atas di Kabupaten Lamongan.

B. Konsep Koreografi Tari Mayang Madu

Koreografi merupakan ilmu penataan tari. Istilah koreografi menurut Sal

Murgiyanto dapat dipahami sebagai pengetahuan penyusunan tari atau hasil

Page 11: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

susunan tari, sedangkan seniman penyusunnya disebut sebagai koreografer

(penata tari).16 Sal Murgiyanto juga mengungkapkan, bahwa elemen-elemen dasar

pada koreografi antara lain meliputi: gerak tari, desain lantai atau floor design,

desain atas atau air design, desain musik, desain dramatik, tata rias dan busana,

properti tari, pementasan atau staging, dan tata lampu. Selain itu dalam teori

koreografi juga terdapat ptinsip-prinsip mengenai bentuk tari meliputi: unity,

variasi, repetisi, kontras, transisi, sequence, klimaks, balance, dan harmoni.17

Sementara Sumandiyo Hadi mengungkapkan bahwa konsep-konsep dalam

garap tari meliputi aspek-aspek atau elemen koreografi antara lain: gerak tari,

ruang tari, iringan, judul tari, tema tari, tipe tari, mode atau cara penyajian, jumlah

penari jenis kelamin dan postur tubuh. Selain itu perlu ditambah aspek-aspek rias

dan busana, tata cahaya, properti tari atau perlengkapan yang lain.18

Berbagai teori yang dipaparkan tersebut akan dipilih dan dipadukan untuk

digunakan sebagai rujukan dalam mengungkap konsep koreografi Tari Mayang

Madu karya Arif Anshori. Berdasarkan konsep tersebut, dan berdasarkan hasil

temuan di lapangan mengenai koreografi Tari Mayang Madu, maka secara

konseptual dapat diungkap melalui berbagai elemen sebagai berikut.

1. Judul Tari

Setelah disebutkan dimuka bahwa nama Mayang Madu diambil dari Gelar

Sunan Drajat yakni Sunan Mayang Madu yang diberikan oleh Sultan Demak, atas

jasanya menyebarkan ajaran Agama Islam dipesisir wilayah utara Lamongan.

Dengan kata lain bahwa pemilihan judul tari tersebut untuk menunjukkan bahwa

bentuk tari yang dimaksud merupakan representasi dar nilai-nilai sejarah atau

kultur masyarakat Lamongan yang senantiasa mengenang jasa Sunan Drajat atau

Sunan Mayang Madu. Menurut Arif Anshori sebenarnya inspirasi atau ilham

dalam menemukan judul diberi oleh Kyai Ghofur, sebagai pengurus Pesantren

Sunan Drajat di Paciran. Judul tersebut ditetapkan setelah proses garap bentuk tari

selesai secara utuh.

16 Sal Murgiyanto, Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, (Jakarta: Dekdikbud, 1983), hal. 4.

17 Ibid., hal. 12-17.18 Sumandiyo Hadi, Aspek-Aspek Koreografi Kelompok (Yogyakarta: Elkapi,2003), hal.

85-86.

Page 12: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

2. Tema dan Sinopsis Tari

Tema Tari Mayang Madu bersifat religi, yaitu tentang sy’ar Agama Islam.

Sedangkan sinopsis dari Tari Mayang Madu adalah “Puja dan puji yukur kepada

Allah SWT sebagai sang pencipta yang telah memberikan petunjuk dan

perlindungan dan terimakasih kepada Sunan Drajat yang atas jasa dalam

menyebarkan Agama Islam di wilayah Lamongan”.

Apabila dikaji, secara tematik Tari Mayang Madu memiliki kesesuaian

antara judul dan tema yang diangkat. Sebagaimana diungkapkan oleh Sal

Murgianto bahwa berbagai sumber dapat digunakan sebagai tema tari yaitu,

diantaranya tuhan, manusia dan lingkungan. Tema suatu tari dapat berasal dari apa

yang dilihat, apa yang didengar, apa yang difikir dan apa yang dirasakan. Selain

itu dapat diambil dari pengalaman hidup, musik drama, legenda, sejarah,

psikologi, sastra, upacara, dongengeng, cerita rakyat, kondisi sosial, khayalan,

suasana hati dan kesan-kesan.19 Pada sisi yang lain Sal Murgianto juga

mengungkapkan bawa ada lima pendekatan untuk menguji tema diantaranya : (a)

apakah ide tari benar-benar memadai untuk diungkap lewat gerak; (b) apakah ide

tari benar-benar bernilai bagi penciptanya; (c) apakah ide tari mampu

berkomunikasi dengan penonton; (d) apakah penata tari dan penari cukup

memiliki ketrampilan untuk mewujudkan tema tari; (e) apakah peralatan-peralatan

teknis tersedia untuk mewujudkan ide tari tersebut.20

Dengan demikian menurut hemat peneliti bahwa tema yang diangkat dari

Tari Mayang Madu berasal dari sejarah tentang tokoh syi’ar Agama Islam yaitu

Sunan Drajat dan secara koreografis tema tersebut termasuk non-dramatis. Secara

ide tema tersebut memang layak atau memadai untuk diungkap lewat gerak, dan

pada kenyataannya gerak-gerak yang ada pada tari Mayang Madu juga terlihat

bernuansa islami yaitu merupakan transformasi dari gerakan adzan, takbir,

permohonan dan lainnya. Tari Mayang Madu tampak memiliki nilai baik bagi

pencipta maupun penikmat yaitu menuntun kesadaran untuk selalu ingat pada

Tuhan. Tari Mayang Madu juga terlihat komunikatif dan mudah dipahami oleh

19 Sal Murgiyanto, Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, (Jakarta: Dekdikbud, 1983), hal. 38

20 Ibid., hal. 39-40.

Page 13: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

penonton bahwa tari tersebut bertema islami. Tari Mayang Madu memiliki gerak-

gerak yang cukup sederhana dan mampu dilakukan oleh remaja putri yang ingin

mempelajari tari islami. Tari Mayang Madu merupakan tari islami yang tidak

menggunakan properti sebagai penunjang gerak, sehingga Tari Mayang Madu

dapat dilakukukan.

3. Bentuk Tari

Secara koreografis pola garapan bentuk Tari Mayang Madu adalah bentuk

tari tunggal yang dapat ditarikan secara kelompok. Tari tunggal merupakan tari

yang disajikan oleh satu orang penari, dalam pengertiannya yakni disebabkan oleh

sifat penyajiannya yaitu hanya menampilkan seorang penari dan secara struktural

gambaran yang tampak pada penyajian pola gerak menampakan kekuatan pola

gerak yang dipresentasikan secara personal.21 Dengan demikian Tari Mayang

Madu dapat ditarikan oleh satu orang penari atau lebih tanpa adanya peranan yang

berbeda bagi setiap penarinya.

4. Gerak

Gerak merupakan gejala primer dari manusia dan tidak dapat terlepas

keberadaannya sebagai media paling utama untuk menyatakan keinginan. Begitu

pula dalam tari, gerak merupakan substansi yang paling dasar. Gerak yang yang

digunakan bukan gerak yang realistis namun gerak-gerak yang sudah

mendapatkan sentuhan ekspresi oleh pelakunya.22 Secara koreografis, pola gerak

yang ada pada Tari Mayang Madu menyerupai gerak yang ada pada Tari Saman

dan Tari Zapin.

Menurut Arif Anshori, pola gerak yang digunakan dalam koreografi Tari

Mayang Madu sengaja merujuk pada pola-pola gerak yang ada pada Tari Saman

dan Tari Zapin yang kemudian dikreasi dan dipadupadankan dengan pola-pola

gerak tradisional Jawa Timur yang sudah ada.

5. Tata Rias dan Busana

21 Robby Hidajat, Seni tari: Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari Bagi Guru, (Malang: Perpustakaan Nasional,2008, hal. 27.

22 Sudarsono,Tari-tarian Indonesia:Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, (Jakarta:tanpa tahun), hal.16.

Page 14: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Menurut Widaryanto Tata rias dalam sebuah pertunjukan tari bukan

sekedar untuk mempercantik seorang penari, akan tetapi diharapkan mampu

memberikan wacana karakter dari konsep garap yang disajikan. Tata rias

merupakan pendukung ungkap yang memiliki kegunaan sebagai penegas dan

pemberi aksen khusus pada penari, yang disesuaikan dengan konsep tujuan

menunjang tercapainya apa yang diharapkan dalam suatu pertunjukan.23

Sebagai elemen pendukung koreografi pada Tari Mayang Madu yang

merupakan tari kreasi baru, sehingga dalam tata rias tidak ada unsur yang baku

terhadap tata rias Tari Mayang Madu. Karena Tari Mayang Madu merupakan tari

putri, maka Tata Rias yang digunakan adalah tata rias putri cantik dan disesuaikan

dengan kebutuhan Tata Rias Panggung. Pada awal penampilan Tari Mayang

Madu tata rias dan busana Tari Mayang Madu adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Tata rias Tari Mayang Madu

Menggunakan tata rias cantik dengan bedak natural atau sesuai dengan

warna kulit. Untuk riasan mata, menggunakan eyeshadow sesuai warna kostum

yakni kuning keemasan dengan gradasi hijau tua dan hijau muda. Pada kelopak

mata menggunakan warna kuning keemasan dan sudut mata diberi warna hitam

gradasi hijau tua. Sudut mata diberi warna orange digradasi dengan warna coklat

dan dibaurkan keara shading hidung. Untuk bawah alis diberih warna kuning

gading dan putih shimer. Alis Menggunakan warna coklat tua, dilengkapi dengan

bulu mata dan eyeliner warna hitam untuk memberi kesan tegas pada mata. Untuk

23 F.X Widaryanto, Koreografi (Bahan Ajar Mata Kuliah Koreografi Program Studi S-1 Seni Tari STSI Bandung), (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), hal. 39.

Page 15: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

perona pipi menggunakan warna merah bata dikombonasikan dengan warna

orange. Sedangkan Lipstik menggunakan warna merah cenderung orange.

Tata busana Tari Mayang Madu menggununakan perpaduan warna kuning

dan hijau. Sesuai dengan busana tari Islami, maka Tari Mayang Madu memiliki

busana tari yang berfungsi sebagai penutup tubuh penari. Selain busana yang

tertutup, harus diperhatikan aspek kenyamanan penari saat bergerak. Yang paling

utama, busana tari tidak mengganggu tebah gerak penari dan mampu menambah

nilai estetis dalam tarian.

Berikut adala tata busana Tari Mayang Madu terdiri dari :

Gambar 3.2 Kerudung tampak depan

Gambar 3.3 Kerudung tampak belakang

a. Kain tile polos ukuran segitiga 1,25 m2

b. Ciput cepol untuk dalaman jilbab

c. Bunga rambat samping

d. Bando hijau ukuran1x10 cm

Page 16: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Gambar 3.4 Baju tampak depan

Gambar 3.5 Baju tampak belakang

e. Baju lengan panjang, kerah shanghai, dengan tangan moidel terompet

f. Mekak warna hijau

g. Sepasang Rapek

h. Sabuk

Page 17: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Gambar 3.6 Rok tampak depan

Gambar 3.7 Rok tampak belakang

i. Celana panjang

j. Rok turun pinggang.

Gambar 3.8 Busana Tari Mayang secara keseluruhan

Pada perkembangannya, Tari Mayang Madu yang ada diberbagai

pementasaan sering munggunakan busana yang lain (berbeda) dalam artian tidak

Page 18: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

menggunakan busana milik Arif Anshori tersebut. Hal tersebut dianggap wajar,

karena Tari Mayang Madu merupakan tari kreasi baru yang tidak memiliki

patokan baku, namun tetap berpedoman pada busana yang tertutup dan sopan

sesuai busana tari Islami.

6. Iringan

Tari Mayang Madu merupakan tari kreasi baru karya Arif Anshori, namun

dalam pembuatan sebuah karya tari tentu tidak lepas dari kolaborasi antar

seniman. Dalam hal ini Arif Anshori berkolaborasi dengan Suwandi Widianto

sebagai penata iringan Tari Mayang Madu. Suwandi Widianto merupakan

seniman yang berasal dari Kota Sidoarjo. Proses penciptaan musik pada Tari

Mayang Madu diawali oleh rangsang melodis oleh Suwandi. Yakni materi lagu

yang diberikan pada Suwandi selaku penata musik merupakan bentuk-bentuk

lagu-lagu Islami yang sudah ada, namun dikembangkan sesuai dengan kreatifitas

Suwandi sehingga tercipta iringan tari yang dinamis.

Iringan Tari Mayang Madu mempunyai syair yang bernuansa Islami yang

berisi lima ajaran Sunan Drajat, lir-ilir, dan sepuluh sifat wajib Allah. Karena

syair yang terkandung dalam Tari Mayang Madu memiliki nuansa Islami yang

kental, maka alat musik yang digunakan terdiri dari seperangkat gamelan dengan

laras pelok, keyboard dan dominasi rebana. Berikut adalah notasi iringan Tari

Mayang Madu.

NOTASI IRINGAN TARI MAYANG MADU

Intro :

[[ . 5 6 7 . 7 6 5 . 6 5 4 . 2 . 3

. 5 6 7 . 7 6 5 . 6 5 4 . 2 . 4

. 5 6 7 . 7 6 5 . 6 5 4 . 2 . 7

7 6 5 6 5 4 5 4 3 . 2 . 1

Vokal Tunggal :

5 5 5 4 6 5 1 1 2 53 . 1 1 1 . 2 . 1

As sa la mu alai kum warrah matullah wa ba ra ka tuh

[[ .1 1 2 3 5 3 2 1 .1 1 2 3 5 3 . .

Page 19: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Wa a lai kum mu salam warrah matu llah

3 3 2 1 . . . 1

Wa ba ra ka tuh

1. Takon lan jawab

[[ . . . . . .1 12 3 . . . . . .1 12 1

. . . . . .1 12 3 . . . . . .1 12 1

.2 3 2 1 .2 3 .2 1 .1 . 1 .1 . 1 2 3

.3 . .3 .3 . 3 2 1 .1 . 1 .1 . 1 2 3

3 3 3 2 5 3 2 1 ]] 2x

[[ . . 1 1 1 1 2 1 . 2 1 5 6. . 7 1

We neh a na te ken ma rang wong kang wu to

We neh a na pangan ma rang wong kang luwe

We neh a na sandang ma rang wong ka wudan

Isen-isen :

[[ 12 3 23 4 34 5 . 1 12 3 23 4 34 5 . 7

6 5 7 6 5 4 6 5 4 3 4 3 2 1 7 1]] 2x

[[ . . 1 1 1 1 2 1 . 2 1 5 6. . 7 1

We neh a na ngombe ma rang wong kang ngelak

We neh a na payung ma rang wong ku danan

. . . 3 . 2 . 1 . 7 . 6 . 7 . 5

Ya A llah hu ya rah man

Isen-isen :

[[ p pp .p p b bb .b b p pp .p p b bb .b 6

Ya

. 5 . 4 . . 3 2 1 2 3 1

ra khim

2. Lir-ilir

[[ . 1 .6 5 .6 1 .5 2 . 1 .6 5 .6 1 16 6

Lir i lir i lir i lir tan ndure wus su mi lir

Cah angon bocah angon penek no blimbing kuwi

Page 20: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Dodot iro do dot i ro ku mi tir bedah ing pinggir

. 5 .3 2 .3 5 3 2 .2 2 5 3 .1 6 1 5

Ta i jo ro yo ro yo tak sengguh te manten a nyar

Lu nyu lu nyu penek no kang go basuh do dot i ro

Do mo no jlumat to no kang go se ba mengko so re

.5 5 .1 61 65 5 .3 2 .5 5 .1 61 65 5 .3 2

Mumpung padang rembu la ne mumpung jembar kalangane

5 6 1 2

Ya su rak o

3. Suluk

Ya robbi qadhu sifut kamani

Bikhatilladzi khairil anan

Au talallah hu alaina rahmatallillalamin

Hu ya Allah

4. Sifat Wajib Allah

Allah wujud qidam baka, mukhallafadu lilkhawaditsi

Qiyamuhu binafsihi, wahdaniyat, qudrat iradat

Ilmu hayat, samak basher qalama qodiran muridan aliman kayan sami’an

basiran mutakaliman

Interlude :

[[ 1 1 2 3 . . 6 5 4 3 2 3

. . 1 1 . . 7 2 1 . 7 6 . 7 . 5

. . 4 3 .4 4 7 6 . . 4 3 . 2 . 1

. . 1 3 . 3 2 3 . 5 7 6 . 3 2 3

. . . 3 12 3 12 3 6 5 7 3 12 3 12 3

6 5 3 7 .7 . 7 . 6 5 4 5 5 . 5 .

6 7 5 6

5. Istighfar

Allah-Allah kula nyuwun ngapura

Gusti Allah kula nuwun ngapura

Sedayane dosa kula,dosa ageng kalawan engkang alit

Page 21: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Boten wonten engkang saget ngapura, Boten wonten engkang saget ngapura

Kajawine kang maha agung kang ngratoni sekathahing para Rasul

Yaiku Allah asmane, Yaiku Allah asmane

Astaghfirullahal adzim, inallaha ghafururakhim

Tramsisi :

. . . 3

21 3 31 2 21 67 67 5 65 7 75 6 65 43 23 1

6. Soreng

[[ .p bp bp bb .p bp bp b .p bp bp bb .p bp bp b

p p b p p b p p b p p b

pb pb b bb bb bb bb bb bb bb bb bb pb bp b .

pp pp pp pp pp pb p . pp pp pp pp pp pb p .

pp pp pp pp pp pb p . bb bb bb bb .p pb p .

.p bp bp bb .p bp bp b .p bp bp bb .p bp bp b

p p b p p b p p b p p b

pb bp b bb bb bb bb bb bb bb bb bb pb bp b .

7. Penutup

[[ pb .b p b ]]

Keterengan :

- Notasi ini menggunakan notasi system kepatihan

- Pada symbol huruf p dan b adalah symbol dari bunyi pukulan rebana

p = prang, b = bring

Dalam struktur musikal diatas, dapat dipahami bahwa terdapat sembilan

pokok bagian dalam musik pengiring Tari Mayang Madu, masing-masing bagian

memilki pola ritmis dan melodi yang berbeda namun tetap terjaalin harmonisasi

dalam setiap rangkaian bagian pola musikal. Hal tersebut sesuai dengan teori

Soedarsono mengungkapkan, iringan atau desain musik merupakan merupakan

pola ritmis dari suatu komposisi tari. Pada dasarnya musik mempunyai tiga

elemen dasar yang membangun yakni, melodi, harmoni, dan ritme.24

24 Soedarsono, Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, (Dance Composition, the Basic Elements, La Meri)(Yogyakarta: Legaligio untuk Fakultas Kesenian, Instirut Seni Indonesia, 1986), hal.44 .

Page 22: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Dalam sebuah tari Widaryanto mengungkapkan iringan memiliki

dwifungsi yang terdiri dari musik sebagai pembungkus gerakan dan musik yang

berfungsi sebagai ilustrasi, yang perlu diperhatikan dalam memilih musik untuk

karya tari adalah, alat yang akan dipakai dan menentukan jenis musik yang

disesuaikan dengan struktur adegan.25 Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,

bahwa musik pengiring Tari Mayang Madu terdiri dari gamelan laras pelok,

rebana dan keyboard. Dari hasil kolaborasi ketiga alat tersebut menghasilkan

iringan yang kental dengan nuansa islami, maka dikatakan bahawa pemilihan alat

dalam penataan musik pengiring Tari Mayang Madu sudah cukup tepat. Didukung

dengan lirik-lirik Islami maka semakin menguatkan pola musikal yang bernuansa

Islami pada Tari Mayang Madu. Sedangkan bila ditinjau dari segi fungsi, musik

pengiring Tari Mayang Madu cenderung memiliki fungsi sebagai pengiring yang

membungkus gerak Tari Mayang Madu.

Setelah iringan terbentuk, maka gerak tari hasil kreativitas Arif Anshori

dikombinasikan dengan musik karya Suwandi. Karena iringan yang dibuat oleh

Suwandi sesuai dengan gerak dan konsep Islami Tari Mayang Madu, Arif Anshori

hanya perlu mengisi atau menambah gerak untuk melengkapi harmonisasi antara

musik dan gerak.

Menurut hasil analisis Tari Mayang Madu berkaitan dengan konsep garap

antara judul, tema, gerak, rias dan busana, musik pengiring tampak ada kesesuaian

(kesatuan bentuk) sebagai identitas tari Islami. Dalam bentuk koreografi Tari

Mayang Madu berbagai elemen-elemen yang nampak secara visual khususnya

yang berkaitan dengan konsep garap antara judul, tema, gerak, rias dan busana,

musik pengiring secara keseluruhan tampak adanya harmonisasi. Yakni pola-pola

gerak tari Islami dipadukan secara harmonis dengan musik pengiring yang

memiliki pola islami, terlihat dari instrumen pengiring dan vokal islami yang kuat.

Selain itu ditambah dengan tata busana Tari Mayang Madu yang tertutup dan

sesuai dengan tata busana tari Islami. Menjadikan Tari Mayang Madu memiliki

perpaduan yang harmonis.

25 F.X Widaryanto, Koreografi (Bahan Ajar Mata Kuliah Koreografi Program Studi S-1 Seni Tari STSI Bandung), (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), hal. 61.

Page 23: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

Maka tidak heran jika keberadaan Tari Mayang Madu mendapatkan

tempat dihati masyarakat Lamongan sebagai tari Islami, jika ditinjau dari konsep

koreografi yang memiliki kesatuan bentuk dan latar belakang cerita yang diusung

merupakan representasi sejarah Sunan Mayang Mayang Madu yakni Sunan Drajat

yang melegenda dikalangan masyarakat Lamongan yang mayoritas penduduknya

adalah muslim.

III.SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Tari Mayang Madu merupakan tarian yang diciptakan pada tahun 2005

oleh Arif Anshori seniman yang berasal dari Daerah Lamongan berkolaborasi

dengan Suwandi Widianto sebagai penata iringan Tari Mayang Madu. Penciptaan

Tari Mayang Madu dilatar belakangi oleh program kerja Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Lamongan untuk menciptakan Tari Islami yang diilhami

dari cerita tentang ketokohan Sunan Drajat dalam menyebarkan Agama Islam di

Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Berkaitan dengan konsep

garap, Tari Mayang Madu memiliki tema religi. Jika dikaji secara keseluruhan

maka dapat disimpulkan bahwa antara judul, tema, pola gerak, tata rias busana,

dan musik pengiring dalam Tari Mayang Madu saling berkesinambungan dan

memiliki kesesuaian sebagai suatu bentuk karya tari Islami.

B. Saran

Dalam mencipta sebuah karya tari agar mampu diterima dan dinikmati,

seorang koreografer dituntut selalu memperhatikan aspek-aspek koreografi. Baik

mulai dari elemen dasar tari maupun elemen-elemen pendukungnya. Selain itu,

hendaknya dalam mencipta karya tari diikuti dengan melakukan pencatatan secara

mendalam terhadap berbagai bentuk koreografinya. Hal ini bertujuan untuk

merangkum gagasan-gagasan yang ada dalam bentuk tari secara menyeluruh

sehingga bermanfaat untuk infentarisasi produk seni tari.

Page 24: TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI KABUPATEN LAMONGAN

DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Seni, jurnal Etnomusikologi Indonesia. Yogyakarta: Masyarakat etnomusikologi Indonesia.

Hadi, Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi Lembaga Kajian Pendidikan dan Humaniora Indonesia.

Hidajat, Robby. 2008. Seni tari. Malang: Perpustakaan Nasional..

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murgianto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari Untuk SMKI. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan.

Rahayu, Eko W. 2012. Analisis Tari, Hand Out Mata Kuliah Analisis Tari. Surabaya: Jurusan Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya.

Smit, Jacqoueline. 1985. Komposisi Tari, Yogyakarta : Ikalasti Yogyakarta.

Soedarsono. 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, Yogyakarta : Lagaligo.

Soedarsono. Tanpa tahun. Tari-tarian Indonesisa (Proyek Pengembangan Media Kebudayaan). Jakarta.

Sugiono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV.ALFABETA.Tim Penyusun, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

Tim Penyusun. 2012. Sejarah Sunan Drajat dalam Jaringan Masuknya Islam di Nusantara. Lamongan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan.

Widaryanto, F. X. 2009. Koreografi Bahan Ajar. Bandung : Jurusan Tari STSI