tari mayang madu karya arif anshori sebagai salah satu bentuk tari islami di kabupaten lamongan
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : YUNIAR HERDIA MARJIANTI, http://ejournal.unesa.ac.idTRANSCRIPT
TARI MAYANG MADU KARYA ARIF ANSHORI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK TARI ISLAMI DI
KABUPATEN LAMONGAN
Yuniar Herdia Marjianti (082134211)
ABKTRAK
Tari Mayang Madu Merupakan hasil kreativitas Arif Anshori seniman asal Lamongan yang diciptakan pada tahun 2005. Dalam perkembangannya, Tari Mayang Madu lambat laun diakui sebagai salah satu ikon Tari Islami di Kabupaten Lamongan. Untuk mempertahankan eksistensinya maka perlu dilakukan pengkajian terhadap latar belakang terciptanya Tari Mayang Madu dan konsep koreografi yang mendasari terciptanya Tari Mayang Madu karya Arif Anshori di Kabupaten Lamongan
Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana latar belakang penciptaan Tari Mayang Madu, serta bagaimana konsep koreografi Tari mayang Madu karya Arif Anshori di Kabupaten Lamongan. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengkajian terhadap bentuk Tari Mayang Madu sehingga dapat disebut sebagai Tari Islami.
Untuk melakukan pengkajian pada Tari Mayang Madu sebagai salah satu Tari Islami, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan yang meliputi wawancara dan observasi.
Hasil data mengungkapkan latar belakang penciptaan Tari Mayang Madu berasal dari adanya program kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan. Ditinjau dari konsep koreografinya, nama Mayang Madu diambil dari gelar Sunan Drajat. Tari Mayang Madu merupakan tarian yang bertema religi. Tari Mayang Madu memiliki kesesuaian antara tata busana, musik pengiring dan gerak yang merujuk pada identitas tari Islami.
Kata Kunci : Tari Mayang Madu, latar belakang penciptaan, dan konsep koreografi
I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Lamongan merupakan salah satu wilayah kabupaten di Jawa Timur yang
memiliki kekayaan seni budaya yang beragam dan sangat khas. Salah satu cabang
seni yang mendukung kehidupan masyarakat Kabupaten Lamongan di antaranya
adalah seni tari. Berbagai produk seni tari sebagai hasil kreativitas seniman
merupakan asset berharga bagi masyarakat Kabupaten Lamongan yang
selayaknya untuk diapresiasi dan dilestarikan.
Pelestarian terhadap seni tari dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya dapat melalui upaya pendokumentasian atau pencatatan. Dengan
melakukan pencatatan tari berarti membuat suatu peringatan, mulai dari
pencatatan yang berhubungan dengan pengetahuan tari maupun ilmu tari
(kontekstual). Tujuan pencatatan adalah untuk dapat diungkap kembali, dibaca,
dilihat, disebar-luaskan, disimpan, diperbanyak, dan lain sebagainya.1
Sebagaimana disampaikan oleh I Made Bandem dalam tulisannya berjudul
“Metodologi Penelitian Seni” bahwa, ditinjau dari segi bentuk atau format
penelitian seni ada tiga bentuk penelitian yang dapat dibedakan satu sama lain,
namun tidak terlalu eksklusif meliputi: pencatatan, pengembangan atau
eksperimental, dan disiplin ilmiah. Ketiganya dapat dilaksanakan dengan
penelitian yang bersifat umum (deskriptif, eksplanasi, dan studi kasus).2
Tari Mayang Madu merupakan bentuk tari islami hasil kreativitas seniman
Kabupaten Lamongan bernama Arif Anshori yang berasal dari Kecamatan
Mantup Kabupaten Lamongan. Tari Mayang Madu dicipta dan dipentaskan
pertama kali pada tahun 2005 bertempat di Obyek Wisata Makam Sunan Drajat di
daerah Paciran Kabupaten Lamongan. Pada pementasan perdana dibawakan oleh
lima orang siswi dari SMPN 1 Babat Lamongan. Pada pementasan perdana di
Obyek Wisata Makam Sunan Drajat tersebut selain bertujuan untuk
memperkenalkannya pada masyarakat, juga dilakukan perekaman secara audio-
1 Eko Wahyuni Rahayu, “Analisis Tari” (Hand Out Mata Kuliah Analisis Tari Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Unesa, 2012: 2)
2 I Made Bandem, ”Metodologi Penelitian Seni” dalam Selonding (Jurnal Etnomusikologi Indonesia) Vol. III No. 1 Maret 2006 (Yogyakarta: Masyarakat Etnomusikologi Indonesia, 2006:3)
visual, dengan maksud agar hasil rekaman dapat diperbanyak dan dapat dipelajari
oleh siswa-siswa di SMP maupun SMA di Kabupaten Lamongan.
Setelah pementasan perdana tahun 2005 tersebut, Tari Mayang Madu
mendapat apresiasi dan respon masyarakat Lamongan dan selanjutnya sering
dipentaskan pada berbagai event baik yang bersifat hiburan maupun festival yang
bersifat kompetisi tari. Terbukti pada tahun 2006 Tari Mayang Madu mulai
mendapatkan prestasi yaitu predikat tari terbaik pada festifal tari remaja di SMKN
9 Surabaya yang dibawakan oleh lima siswi SMPN 1 Kembangbahu. Setelah
peristiwa tersebut mulailah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Lamongan berinisiatif untuk mengangkat Tari Mayang Madu sebagai materi
pembelajaran seni muatan lokal di setiap sekolah yang ada di Kabupaten
Lamongan. Untuk mendukung program tersebut akhirnya Dinas Pendidikan
Kabupaten Lamongan menyelenggarakan pelatihan Tari Mayang Madu bagi guru-
guru pelajaran seni se Kabupaten Lamongan. Pada waktu itu tempat pelatihan
dilaksanakan di SDN Jetis 3 Lamongan, yang merupakan salah satu Sekolah
Dasar unggulan di Kabupaten Lamongan. Selain itu pada tahun 2006 diadakan
Lomba Tari Mayang Madu yang melibatkan pelajar SMP dan SMA di Kabupaten
Lamongan.3
Dalam perkembangannya, secara fungsional Tari Mayang Madu sering
dijadikan sebagai tari penyambutan tamu daerah maupun pembukaan suatu acara
yang bersifat kenegaraan atau kepemerintahan di Kabupaten Lamongan. Selain
itu, Tari Mayang Madu juga sering dipentaskan pada berbagai acara di sekolah-
sekolah tingkat menengah pertama dan menegah atas di Kabupaten Lamongan.
Dalam perkembangan eksistensinya, keberadaan Tari Mayang Madu lambat
laun diakui sebagai salah satu ikon tari Islami di Kabupaten Lamongan. Salah satu
bukti mengenai hal itu, adalah Tari Mayang Madu selalu menjadi pilihan materi
yang dibawakan oleh peserta Duta Penari dari Kabupaten Lamongan dalam
program “Pemilihan Duta Penari Jawa Timur” yang diselenggarakan oleh Dinas
3 Wawancara dengan Arif Anshori (koreografer Tari Mayang Madu) di rumahnya di Perumahan Graha Indah Blok C 51 Lamongan. Wawancara juga dilakukan kepada Mohamad Zahri pensiunan pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan bagian kebudayaan di kediamannya di Perumnas Made Lamongan.
Pariwisata dan Budaya Propinsi Jawa Timur tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010.
Dalam program “Pemilihan Duta Penari Jawa Timur” tersebut persyaratan bagi
peserta calon Duta Penari adalah membawakan tari tradisional daerah masing-
masing dan tari dari daerah lain yang ada di Jawa Timur. Para peserta yang
menjadi duta sebagai wakil dari Kabupaten Lamongan selalu membawakan Tari
Mayang Madu sebagai bentuk tari tradisional daerah khas Kabupaten Lamongan.
Dipilihnya Tari Mayang Madu sebagai pelengkap persyaratan tersebut tentu
bukan tanpa alasan, tentu karena sebagai produk kreativitas dari seorang seniman
Kabupaten Lamongan, dan mungkin memiliki nilai-nilai estetika yang
menyiratkan nilai-nilai islami dan budaya tradisional daerah Lamongan. Pada saat
ini masyarakat Lamongan maupun Jawa Timur umumnya mengakui bahwa Tari
Mayang Madu sebagai produk tari khas Kabupaten Lamongan.4
Terlepas dari eksistensi maupun pengakuan atau kedudukannya sebagai
produk seni tari yang bernuansa islami daerah Kabupaten Lamongan, produk seni
Tari Mayang Madu sangat perlu dijaga pelestariannya karena merupakan asset
kekayaan daerah Kabupaten Lamongan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
ialah melalui pencatatan tertulis. Atas dasar tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan pencatatan bentuk Tari Mayang Madu. Untuk dapat melakukan hal itu
tentu saja harus melalui penelitian yang mendalam terhadap keberadaannya.
Penelitian ini akan memfokuskan pada pengkajian bentuk Tari Mayang Madu
karya Arif Anshori sebagai salah satu Tari Islami di Kabupaten Lamongan.
II. PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Penciptaan Tari Mayang Madu
Tari Mayang Madu merupakan bentuk tari yang diciptakan oleh Arif
Anshori pada tahun 2005. Arif Anshori mengungkapkan bahwa latar belakang
penciptaan Tari Mayang Madu dulu adalah dalam rangka mewujudkan salah satu
program kerja dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lamongan pada tahun
2005. Pada waktu itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lamongan memiliki
program kerja yakni, pada tahun genap dilakukan penggalian terhadap budaya 4 Wawancara dilakukan dengan Ninin Desinta Y sebagai salah seorang koreografer
wanita dari Kabupaten Lamongan.
kerakyatan yang ada di Kabupaten Lamongan dan berikutnya pada tahun ganjil
dilakukan penggalian terhadap budaya-budaya Islami yang ada di Kabupaten
Lamongan.5 Hal tersebut diperkuat oleh Mohamad Zahri (mantan Kepala Bidang
Kebudayaan dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lamongan) yang menerangankan
bahwa program-program tersebut bertujuan untuk menggali keragaman budaya
lokal Kabupaten Lamongan, mengingat Kabupaten Lamongan yang memiliki
beragam produk seni budaya yang beragam. Keberagaman seni budaya yang
dimiliki oleh Kabupaten Lamongan dipengaruhi oleh faktor topografi, seperti
wilayah Lamongan bagian selatan yang topografinya berupa perbukitan
sedangkan bagian utara berupa daerah pesisir atau pantai. Dengan keadaan
topografi daerah yang demikian, menjadikan karakteristik serta budaya
masyarakat Lamongan sangat beragam. Sehingga hal tersebut berpengaruh pula
pada bentuk produk seni yang ada di daerah Lamongan.6 Sebagaimana yang
disampaikan oleh Koentjaraningrat yakni keanekaragaman budaya yang terjadi
pada masa kini merupakan sebuah realitet, keanekaragaman masyarakat yang
berbeda dikelaskan menjadi satu berdasar unsur serta berbagai pengaruh yang
pernah dialami.7 Daerah Lamongan bagian selatan memiliki budaya agraris karena
sebagian besar penduduknya bercocok tanam, bisa disebut juga sebagai kaum
pedesaan. Sedangkan daerah Lamongan bagian utara merupakan daerah pesisir
pantai, yang pada jaman dahulu merupakan tempat singgah serta tempat yang
strategis untuk berniaga bagi pedagang-pedagang dari Parsi dan Gujarat sehingga
agama Islam berkembang baik di daerah tersebut.
Berdasarkan kondisi yang ada maka hal tersebut memotivasi Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan dalam menyusun program-
program kerjanya dalam mengembangkan potensi seni budaya daerah. Arif
Anshori yang pada tahun itu masih mengabdi sebagai pegawai honorer di Dinas 5 Wawancara dengan Arif Anshori (koreografer Tari Mayang Madu) di rumahnya di
Perumahan Graha Indah Blok C 51 Lamongan. Wawancara juga dilakukan kepada Mohamad Zahri pensiunan pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan bagian kebudayaan di kediamannya di Perumnas Made Lamongan.
6 Wawancara dengan Mohamad Zahri pensiunan pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan bagian kebudayaan di kediamannya di Perumnas Made Lamongan.
7 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 31-32.
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan, tergugah untuk ikut
mensukseskan program yang digagas oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
pada waktu itu. Bertepatan pada waktu tahun 2005 merupakan tahun ganjil
dimana sesuai dengan isi program, maka berisi penggalian terhadap budaya-
budaya Islami. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan yang
pada saat itu dipimpin oleh Mohamad Zahri sebagai Kepala Bidang Kebudayaan
berinisiatif untuk membuat tari yang bernuansa Islami terutama yang berkaitan
dengan perjalanan Wali Songo sebagai tokoh penyebar Agama Islam di Jawa
khususnya yang ada di Lamongan. Kemudian Arif Anshori sebagai karyawan
yang juga memiliki jiwa seniman pada masa itu masih menjadi tenaga pegawai
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bidang kebudayaan ingin mewujudkan inisiatif
yang digagas oleh Mohamad Zahri.
Diilhami dari cerita tentang ketokohan Sunan Drajat dalam menyebarkan
Agama Islam di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, maka
Arif Anshori berupaya mengangkatnya menjadi tema dalam karya tari. Akhirnya
dengan dibantu oleh penata musik yang bernama Suwandi Widianto, pada tahun
2005 tersebut berhasil mewujudkan sebuah karya koreografi yang bernuansa
Islami yang diberi nama Tari Mayang Madu. Menurut Arif Anshori, bahwa nama
Mayang Madu diambil dari gelar Raden Qosym yang biasa disebut Sunan Drajat.8
Secara historis, Sunan Drajat merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam
di tanah Jawa, terutama di wilayah Lamongan. Gelar Mayang Madu yang
disandang oleh Sunan Drajat merupakan pemberian Sultan Demak sebagai
penguasa tanah hasil pemberiannya di daerah paciran sebagai tempat untuk
membangun pesantren dan menyebarkan agama Islam. yang kemudian dinamakan
Desa Drajat.9 Bagi Kabupaten Lamongan, keberadaan sejarah tentang perjuangan
Sunan Drajat merupakan kebanggan dan oleh karenanya harus dilestarikan.10 Oleh
karena itu untuk dapat melestarikan situs sejarah tersebut perlu dilakukan melalui
8 Wawancara dengan Arif Anshori (koreografer Tari Mayang Madu) di rumahnya di Perumahan Graha Indah Blok C 51 Lamongan.
9 Tim Peneliti dan Penyusun Buku Sejarah Sunan Drajat, “Sejarah Sunan Drajat Dalam Jaringan Masuknya Islam di Nusantara”(Lamongan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan, 2012), hal 136.
10 Wawancara dengan Poernomo pegawai bagian kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan.
beberapa pendekatan, salah satunya melalui wujud karya seni untuk mengenang
jasanya tersebut.
Tari Mayang Madu diciptakan bertujuan untuk mengingatkan sekaligus
memberikan pembelajaran pada masyarakat Lamongan tentang kegigihan Sunan
Drajat dalam menyebarkan agama Islam, serta mengajak masyarakat untuk tetap
melakukan ajaran-ajaran yang diberikan oleh Sunan Drajat. Ajaran Sunan Drajat
yang ada diantaranya tidak lupa untuk bersedekah kepada kaum-kaum yang
kekurangan dan menjalankan perintah agama yakni sholat sebagai tiang agama
dan rukun Islam yang lain.11
Dengan kata lain bahwa penciptaan Tari Mayang Madu adalah
dipengaruhi adanya sumber ide atau sebuah rangsang yaitu keberadaan situs
sejarah atau cerita tentang ketokohan Sunan Drajat. Dalam hal ini Arif Anshori
sebagai pencipta Tari Mayang Madu juga mempelajari lontar yang bertuliskan
ajaran-ajaran Sunan Drajat dalam menyebarkan agama Islam di daerah pesisir
Lamongan. Selain itu, koreografer Tari Mayang Madu yakni Arif Anshori juga
melakukan observasi terhadap situs Makam Sunan Drajat yang ada di Desa Drajat
Paciran Lamongan, untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang
ajaran-ajaran yang diberikan oleh Sunan Drajat. Dari hasil mengkaji lontar dan
observasi tersebut mendapat informasi bahwa dalam menyebarkan agama Islam
Sunan Drajat menggunakan media gamelan Jawa yang memiliki nama “Gamelan
Singo Mengkok”, disertai dengan tetembangan Jawa yang memiliki arti dan
makna kebaikan serta tersirat di dalamnya ajakan untuk memeluk agama Islam,
menjalankan perintah agama baik yang sunah maupun yang wajib. Setelah
melakukan penggalian terhadap ajaran-ajaran Sunan Drajat, Arif Anshori
menemukan lima ajaran dari sunan Drajat yang berisi nasehat-nasehat untuk
berbuat baik kepada sesama manusia. Kelima ajaran tersebut yakni:
a. Wenehono teken marang wong kang wuto (berilah tongkat pada orang yang
buta)
b. Wenehono pangan marang wong kang luwih (berilah makanan pada orang
yang lapar)11 Wawancara dengan Arif Anshori (koreografer Tari Mayang Madu) di rumahnya
Perumahan Graha Indah Blok C 51 Lamongan.
c. Wenehono sandang marang wong kawudan (berilah pakaian pada orang yang
telanjang)
d. Wenehono payung marang wong kudanan (berilah payung kepada orang yang
kehujanan)
e. Wenehono ngombe marang wong kang ngelak (berilah minum kepada orang
yang haus)
Memang, seyogyanya seorang seniman dalam mencipta sebuah karya tari
diawalai dari proses pencarian tema. Hal tersebut dapat diperoleh melalui
rangsang awal yang merupakan suatu yang mampu didefinisikan sebagai
pembangkit fikir, semangat serta sebagai pendorong kegiatan seorang seniman
dalam berkarya. Sebagaimana diungkapkan oleh Smith bahwa rangsang awal
dalam karya tari meliputi beberapa jenis di antaranya, rangsang dengar, rangsang
visual, rangsang kinestetik, rangsang peraba, dan rangsang gagasan.12 Dari
berbagai rangsang tersebutlah akan menginspirasi terhadap lahirnya sebuah
gagasan yang kemudian diwujudkan dalam sebuah bentuk tari.
Dalam penciptaan sebuah karya tari seorang koreografer hendaknya
memiliki pengetahuan yang luas terhadap sejarah yang ada pada lingkungannya
dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap musik. Maka sangat penting bagi
seorang koreografer untuk mengkaji secara mendalam gagasan yang muncul
melalui literatur terkait. Agar karya tari yang diciptakan memiliki kesesuaian
antara bentuk dan isi yang mampu diterima oleh penikmatnya, baik dalam hal
konsep koreografi maupun bentuk koreografinya. Hal tersebut merupakan dasar
untuk menemukan sumber dari tema yang akan dikontruksi menjadi sebuah tari.13
Demikian halnya, hasil kajian terhadap sejarah keberadaan Sunan Drajat, terutama
mengenai ajaran-ajaran yang digunakan sebagaimana terpapar di atas kemudian
diadobsi oleh Arif Anshori untuk digunakan sebagai syair pada iringan Tari
Mayang Madu.
12 Jacquelin Smith, Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, (Terjemahan Ben Suharto) (Yogyakarta: IKALASTI, 1985), hal. 20.
13 Soedarsono, Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, (Dance Composition, the Basic Elements, La Meri)(Yogyakarta: Legaligio untuk Fakultas Kesenian, Instirut Seni Indonesia, 1986), hal. 78.
Dalam salah satu teori dari Widaryanto yang mengungapkan tentang
koreografi dalam bukunya Koreografi (2009) menyatakan bahwa mengenai proses
garap dalam mencipta suatu karya tari, awalnya koreografer melakukan upaya
untuk membangkitkan gagasan. Kemudian mengelola imajinasi yang muncul dan
mentransformasikan dalam garapan. Selanjutnya meninjau kembali ide-ide yang
muncul dengan melakukan pengkajian dengan sumber-sumber terkait. Setelah itu
dilakukan penentuan terhadap pendukung tari diantaranya iringan, tata cahaya,
dan tata rias busana. Setelah konsep dirasa matang, koreografer melakukan
penerapan gagasan, isi dan koreografi melalui proses latihan.14 Hal tersebut
didukung dengan teori dari Sal Murgianto berkaitan dengan koreografi pelakunya
disebut sebagai koreografer yang memiliki pengertian sebagai, seseorang yang
menerjunkan diri dalam dunian komposisi yaitu akan selalu berhadapan dengan
pekerjaan memilih, menyusun, dan sekaligus mempertunjukkan hasil tatanannya
sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh pengamatnya.15
Setelah Arif menemukan gagasan tentang tema tari, kemudian mulailah
melakukan penjelajahan-penjelajahan gerak atau eksplorasi gerak. Eksplorasi
dilakukan koreografer sebagai bentuk proses kreatif. Dalam melakukan proses
kreatif dalam penciptaan Tari Mayang Madu secara keseluruhan, terlebih dahulu
disusun konsep gerak. Terdapat lima adegan yang membangun Tari Mayang
Madu. Masing-masing adegan memiliki makna yang berbeda yakni.
a. Salam, memiliki makna bahwa jika bertemu sesama muslim hendaklah
bertegur sapa dengan salam sebagai wujud doa keselamatan bagi sesama umat
muslim.
b. Solah, merupakan lima ajaran Sunan Drajat yang memilki makna bahwa
manusia tidak dapat berdiri sendiri karena setiap manusia harus saling berbuat
baik kepada manusia yang lain. Hal tersebut tidak dipungkiri bahwa dalam
kehidupan pasti ada memberi dan menerima.
14 F.X Widaryanto, Koreografi (Bahan Ajar Mata Kuliah Koreografi Program Studi S-1 Seni Tari STSI Bandung), (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), hal. 42.
15 Sal Murgiyanto, Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, (Jakarta: Dekdikbud, 1983), hal. 12.
c. Tetembangan, yang dilantunkan dalam iringan adalah tembang lir-ilir yang
bermakna rukun Islam ada lima, dan sebagai mislim wajib menegakkan shalat
sebagai tiang agama. Hal tersebut bertujuan untuk mengingatkan musli untuk
selalu teguh memegang ajarn-ajaran Islam.
d. Puji-pujian, memiliki makna bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat baik. dan
menunjukkan ke-esahan Allah sebagai sang pencipta.
e. Manembah, memiliki makna sebagai wujud syukur karena telah banyak yang
mengikuti ajaran yang diberikan oleh Sunan Drajat melalui sy’ar dan puji-
pujian yang diiringi dengan Gamelan Singo Mengkok.
Setelah koreografi Tari Mayang Madu dapat terselesaikan menjadi bentuk
tari yang utuh dan sempurna kemudian dilakukan presentasi perdana. Tari
Mayang Madu pada pergelaran awal ditarikan oleh siswi SMP Negeri 1 Babat
Lamongan untuk keperluan pengambilan gambar di Obyek Wisata Makam Sunan
Drajat di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada tahun 2005. Setelah itu
pada tahun 2006 Tari Mayang Madu digunakan untuk pelatihan guru-guru seluruh
Kabupaten Lamongan. Pada tahun yang sama Tari Mayang Madu mulai diajarkan
pada sekolah-sekolah menengah pertama dan menengah atas di Kabupaten
Lamongan. Selanjutnya pada tahun 2007 Tari Mayang Madu mendapatkan juara
dua pada Lomba Tari Kreasi tingkat SMP di SMK 9 Surabaya, penari berasal dari
SMPN 1 Kembangbahu Lamongan. Hal tersebut secara tidak langsung
menjadikan Tari Mayang Madu sebagai salah satu produk seni Kabupaten
Lamongan yang mengandung nilai-nilai budaya Kabupaten Lamongan.
Keberadaan Tari Mayang Madu secara fungsional awalnya sebagai media
pembelajaran sedangkan pada masa sekarang adalah, sebagai salah satu tari
penyambutan tamu daerah maupun pembukaan suatu acara yang bersifat
kenegaraan atau kepemerintahan di Kabupaten Lamongan. Selain itu, Tari
Mayang Madu juga sering dipentaskan pada berbagai acara di sekolah-sekolah
tingkat menengah pertama dan menegah atas di Kabupaten Lamongan.
B. Konsep Koreografi Tari Mayang Madu
Koreografi merupakan ilmu penataan tari. Istilah koreografi menurut Sal
Murgiyanto dapat dipahami sebagai pengetahuan penyusunan tari atau hasil
susunan tari, sedangkan seniman penyusunnya disebut sebagai koreografer
(penata tari).16 Sal Murgiyanto juga mengungkapkan, bahwa elemen-elemen dasar
pada koreografi antara lain meliputi: gerak tari, desain lantai atau floor design,
desain atas atau air design, desain musik, desain dramatik, tata rias dan busana,
properti tari, pementasan atau staging, dan tata lampu. Selain itu dalam teori
koreografi juga terdapat ptinsip-prinsip mengenai bentuk tari meliputi: unity,
variasi, repetisi, kontras, transisi, sequence, klimaks, balance, dan harmoni.17
Sementara Sumandiyo Hadi mengungkapkan bahwa konsep-konsep dalam
garap tari meliputi aspek-aspek atau elemen koreografi antara lain: gerak tari,
ruang tari, iringan, judul tari, tema tari, tipe tari, mode atau cara penyajian, jumlah
penari jenis kelamin dan postur tubuh. Selain itu perlu ditambah aspek-aspek rias
dan busana, tata cahaya, properti tari atau perlengkapan yang lain.18
Berbagai teori yang dipaparkan tersebut akan dipilih dan dipadukan untuk
digunakan sebagai rujukan dalam mengungkap konsep koreografi Tari Mayang
Madu karya Arif Anshori. Berdasarkan konsep tersebut, dan berdasarkan hasil
temuan di lapangan mengenai koreografi Tari Mayang Madu, maka secara
konseptual dapat diungkap melalui berbagai elemen sebagai berikut.
1. Judul Tari
Setelah disebutkan dimuka bahwa nama Mayang Madu diambil dari Gelar
Sunan Drajat yakni Sunan Mayang Madu yang diberikan oleh Sultan Demak, atas
jasanya menyebarkan ajaran Agama Islam dipesisir wilayah utara Lamongan.
Dengan kata lain bahwa pemilihan judul tari tersebut untuk menunjukkan bahwa
bentuk tari yang dimaksud merupakan representasi dar nilai-nilai sejarah atau
kultur masyarakat Lamongan yang senantiasa mengenang jasa Sunan Drajat atau
Sunan Mayang Madu. Menurut Arif Anshori sebenarnya inspirasi atau ilham
dalam menemukan judul diberi oleh Kyai Ghofur, sebagai pengurus Pesantren
Sunan Drajat di Paciran. Judul tersebut ditetapkan setelah proses garap bentuk tari
selesai secara utuh.
16 Sal Murgiyanto, Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, (Jakarta: Dekdikbud, 1983), hal. 4.
17 Ibid., hal. 12-17.18 Sumandiyo Hadi, Aspek-Aspek Koreografi Kelompok (Yogyakarta: Elkapi,2003), hal.
85-86.
2. Tema dan Sinopsis Tari
Tema Tari Mayang Madu bersifat religi, yaitu tentang sy’ar Agama Islam.
Sedangkan sinopsis dari Tari Mayang Madu adalah “Puja dan puji yukur kepada
Allah SWT sebagai sang pencipta yang telah memberikan petunjuk dan
perlindungan dan terimakasih kepada Sunan Drajat yang atas jasa dalam
menyebarkan Agama Islam di wilayah Lamongan”.
Apabila dikaji, secara tematik Tari Mayang Madu memiliki kesesuaian
antara judul dan tema yang diangkat. Sebagaimana diungkapkan oleh Sal
Murgianto bahwa berbagai sumber dapat digunakan sebagai tema tari yaitu,
diantaranya tuhan, manusia dan lingkungan. Tema suatu tari dapat berasal dari apa
yang dilihat, apa yang didengar, apa yang difikir dan apa yang dirasakan. Selain
itu dapat diambil dari pengalaman hidup, musik drama, legenda, sejarah,
psikologi, sastra, upacara, dongengeng, cerita rakyat, kondisi sosial, khayalan,
suasana hati dan kesan-kesan.19 Pada sisi yang lain Sal Murgianto juga
mengungkapkan bawa ada lima pendekatan untuk menguji tema diantaranya : (a)
apakah ide tari benar-benar memadai untuk diungkap lewat gerak; (b) apakah ide
tari benar-benar bernilai bagi penciptanya; (c) apakah ide tari mampu
berkomunikasi dengan penonton; (d) apakah penata tari dan penari cukup
memiliki ketrampilan untuk mewujudkan tema tari; (e) apakah peralatan-peralatan
teknis tersedia untuk mewujudkan ide tari tersebut.20
Dengan demikian menurut hemat peneliti bahwa tema yang diangkat dari
Tari Mayang Madu berasal dari sejarah tentang tokoh syi’ar Agama Islam yaitu
Sunan Drajat dan secara koreografis tema tersebut termasuk non-dramatis. Secara
ide tema tersebut memang layak atau memadai untuk diungkap lewat gerak, dan
pada kenyataannya gerak-gerak yang ada pada tari Mayang Madu juga terlihat
bernuansa islami yaitu merupakan transformasi dari gerakan adzan, takbir,
permohonan dan lainnya. Tari Mayang Madu tampak memiliki nilai baik bagi
pencipta maupun penikmat yaitu menuntun kesadaran untuk selalu ingat pada
Tuhan. Tari Mayang Madu juga terlihat komunikatif dan mudah dipahami oleh
19 Sal Murgiyanto, Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari, (Jakarta: Dekdikbud, 1983), hal. 38
20 Ibid., hal. 39-40.
penonton bahwa tari tersebut bertema islami. Tari Mayang Madu memiliki gerak-
gerak yang cukup sederhana dan mampu dilakukan oleh remaja putri yang ingin
mempelajari tari islami. Tari Mayang Madu merupakan tari islami yang tidak
menggunakan properti sebagai penunjang gerak, sehingga Tari Mayang Madu
dapat dilakukukan.
3. Bentuk Tari
Secara koreografis pola garapan bentuk Tari Mayang Madu adalah bentuk
tari tunggal yang dapat ditarikan secara kelompok. Tari tunggal merupakan tari
yang disajikan oleh satu orang penari, dalam pengertiannya yakni disebabkan oleh
sifat penyajiannya yaitu hanya menampilkan seorang penari dan secara struktural
gambaran yang tampak pada penyajian pola gerak menampakan kekuatan pola
gerak yang dipresentasikan secara personal.21 Dengan demikian Tari Mayang
Madu dapat ditarikan oleh satu orang penari atau lebih tanpa adanya peranan yang
berbeda bagi setiap penarinya.
4. Gerak
Gerak merupakan gejala primer dari manusia dan tidak dapat terlepas
keberadaannya sebagai media paling utama untuk menyatakan keinginan. Begitu
pula dalam tari, gerak merupakan substansi yang paling dasar. Gerak yang yang
digunakan bukan gerak yang realistis namun gerak-gerak yang sudah
mendapatkan sentuhan ekspresi oleh pelakunya.22 Secara koreografis, pola gerak
yang ada pada Tari Mayang Madu menyerupai gerak yang ada pada Tari Saman
dan Tari Zapin.
Menurut Arif Anshori, pola gerak yang digunakan dalam koreografi Tari
Mayang Madu sengaja merujuk pada pola-pola gerak yang ada pada Tari Saman
dan Tari Zapin yang kemudian dikreasi dan dipadupadankan dengan pola-pola
gerak tradisional Jawa Timur yang sudah ada.
5. Tata Rias dan Busana
21 Robby Hidajat, Seni tari: Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari Bagi Guru, (Malang: Perpustakaan Nasional,2008, hal. 27.
22 Sudarsono,Tari-tarian Indonesia:Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, (Jakarta:tanpa tahun), hal.16.
Menurut Widaryanto Tata rias dalam sebuah pertunjukan tari bukan
sekedar untuk mempercantik seorang penari, akan tetapi diharapkan mampu
memberikan wacana karakter dari konsep garap yang disajikan. Tata rias
merupakan pendukung ungkap yang memiliki kegunaan sebagai penegas dan
pemberi aksen khusus pada penari, yang disesuaikan dengan konsep tujuan
menunjang tercapainya apa yang diharapkan dalam suatu pertunjukan.23
Sebagai elemen pendukung koreografi pada Tari Mayang Madu yang
merupakan tari kreasi baru, sehingga dalam tata rias tidak ada unsur yang baku
terhadap tata rias Tari Mayang Madu. Karena Tari Mayang Madu merupakan tari
putri, maka Tata Rias yang digunakan adalah tata rias putri cantik dan disesuaikan
dengan kebutuhan Tata Rias Panggung. Pada awal penampilan Tari Mayang
Madu tata rias dan busana Tari Mayang Madu adalah sebagai berikut.
Gambar 3.1 Tata rias Tari Mayang Madu
Menggunakan tata rias cantik dengan bedak natural atau sesuai dengan
warna kulit. Untuk riasan mata, menggunakan eyeshadow sesuai warna kostum
yakni kuning keemasan dengan gradasi hijau tua dan hijau muda. Pada kelopak
mata menggunakan warna kuning keemasan dan sudut mata diberi warna hitam
gradasi hijau tua. Sudut mata diberi warna orange digradasi dengan warna coklat
dan dibaurkan keara shading hidung. Untuk bawah alis diberih warna kuning
gading dan putih shimer. Alis Menggunakan warna coklat tua, dilengkapi dengan
bulu mata dan eyeliner warna hitam untuk memberi kesan tegas pada mata. Untuk
23 F.X Widaryanto, Koreografi (Bahan Ajar Mata Kuliah Koreografi Program Studi S-1 Seni Tari STSI Bandung), (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), hal. 39.
perona pipi menggunakan warna merah bata dikombonasikan dengan warna
orange. Sedangkan Lipstik menggunakan warna merah cenderung orange.
Tata busana Tari Mayang Madu menggununakan perpaduan warna kuning
dan hijau. Sesuai dengan busana tari Islami, maka Tari Mayang Madu memiliki
busana tari yang berfungsi sebagai penutup tubuh penari. Selain busana yang
tertutup, harus diperhatikan aspek kenyamanan penari saat bergerak. Yang paling
utama, busana tari tidak mengganggu tebah gerak penari dan mampu menambah
nilai estetis dalam tarian.
Berikut adala tata busana Tari Mayang Madu terdiri dari :
Gambar 3.2 Kerudung tampak depan
Gambar 3.3 Kerudung tampak belakang
a. Kain tile polos ukuran segitiga 1,25 m2
b. Ciput cepol untuk dalaman jilbab
c. Bunga rambat samping
d. Bando hijau ukuran1x10 cm
Gambar 3.4 Baju tampak depan
Gambar 3.5 Baju tampak belakang
e. Baju lengan panjang, kerah shanghai, dengan tangan moidel terompet
f. Mekak warna hijau
g. Sepasang Rapek
h. Sabuk
Gambar 3.6 Rok tampak depan
Gambar 3.7 Rok tampak belakang
i. Celana panjang
j. Rok turun pinggang.
Gambar 3.8 Busana Tari Mayang secara keseluruhan
Pada perkembangannya, Tari Mayang Madu yang ada diberbagai
pementasaan sering munggunakan busana yang lain (berbeda) dalam artian tidak
menggunakan busana milik Arif Anshori tersebut. Hal tersebut dianggap wajar,
karena Tari Mayang Madu merupakan tari kreasi baru yang tidak memiliki
patokan baku, namun tetap berpedoman pada busana yang tertutup dan sopan
sesuai busana tari Islami.
6. Iringan
Tari Mayang Madu merupakan tari kreasi baru karya Arif Anshori, namun
dalam pembuatan sebuah karya tari tentu tidak lepas dari kolaborasi antar
seniman. Dalam hal ini Arif Anshori berkolaborasi dengan Suwandi Widianto
sebagai penata iringan Tari Mayang Madu. Suwandi Widianto merupakan
seniman yang berasal dari Kota Sidoarjo. Proses penciptaan musik pada Tari
Mayang Madu diawali oleh rangsang melodis oleh Suwandi. Yakni materi lagu
yang diberikan pada Suwandi selaku penata musik merupakan bentuk-bentuk
lagu-lagu Islami yang sudah ada, namun dikembangkan sesuai dengan kreatifitas
Suwandi sehingga tercipta iringan tari yang dinamis.
Iringan Tari Mayang Madu mempunyai syair yang bernuansa Islami yang
berisi lima ajaran Sunan Drajat, lir-ilir, dan sepuluh sifat wajib Allah. Karena
syair yang terkandung dalam Tari Mayang Madu memiliki nuansa Islami yang
kental, maka alat musik yang digunakan terdiri dari seperangkat gamelan dengan
laras pelok, keyboard dan dominasi rebana. Berikut adalah notasi iringan Tari
Mayang Madu.
NOTASI IRINGAN TARI MAYANG MADU
Intro :
[[ . 5 6 7 . 7 6 5 . 6 5 4 . 2 . 3
. 5 6 7 . 7 6 5 . 6 5 4 . 2 . 4
. 5 6 7 . 7 6 5 . 6 5 4 . 2 . 7
7 6 5 6 5 4 5 4 3 . 2 . 1
Vokal Tunggal :
5 5 5 4 6 5 1 1 2 53 . 1 1 1 . 2 . 1
As sa la mu alai kum warrah matullah wa ba ra ka tuh
[[ .1 1 2 3 5 3 2 1 .1 1 2 3 5 3 . .
Wa a lai kum mu salam warrah matu llah
3 3 2 1 . . . 1
Wa ba ra ka tuh
1. Takon lan jawab
[[ . . . . . .1 12 3 . . . . . .1 12 1
. . . . . .1 12 3 . . . . . .1 12 1
.2 3 2 1 .2 3 .2 1 .1 . 1 .1 . 1 2 3
.3 . .3 .3 . 3 2 1 .1 . 1 .1 . 1 2 3
3 3 3 2 5 3 2 1 ]] 2x
[[ . . 1 1 1 1 2 1 . 2 1 5 6. . 7 1
We neh a na te ken ma rang wong kang wu to
We neh a na pangan ma rang wong kang luwe
We neh a na sandang ma rang wong ka wudan
Isen-isen :
[[ 12 3 23 4 34 5 . 1 12 3 23 4 34 5 . 7
6 5 7 6 5 4 6 5 4 3 4 3 2 1 7 1]] 2x
[[ . . 1 1 1 1 2 1 . 2 1 5 6. . 7 1
We neh a na ngombe ma rang wong kang ngelak
We neh a na payung ma rang wong ku danan
. . . 3 . 2 . 1 . 7 . 6 . 7 . 5
Ya A llah hu ya rah man
Isen-isen :
[[ p pp .p p b bb .b b p pp .p p b bb .b 6
Ya
. 5 . 4 . . 3 2 1 2 3 1
ra khim
2. Lir-ilir
[[ . 1 .6 5 .6 1 .5 2 . 1 .6 5 .6 1 16 6
Lir i lir i lir i lir tan ndure wus su mi lir
Cah angon bocah angon penek no blimbing kuwi
Dodot iro do dot i ro ku mi tir bedah ing pinggir
. 5 .3 2 .3 5 3 2 .2 2 5 3 .1 6 1 5
Ta i jo ro yo ro yo tak sengguh te manten a nyar
Lu nyu lu nyu penek no kang go basuh do dot i ro
Do mo no jlumat to no kang go se ba mengko so re
.5 5 .1 61 65 5 .3 2 .5 5 .1 61 65 5 .3 2
Mumpung padang rembu la ne mumpung jembar kalangane
5 6 1 2
Ya su rak o
3. Suluk
Ya robbi qadhu sifut kamani
Bikhatilladzi khairil anan
Au talallah hu alaina rahmatallillalamin
Hu ya Allah
4. Sifat Wajib Allah
Allah wujud qidam baka, mukhallafadu lilkhawaditsi
Qiyamuhu binafsihi, wahdaniyat, qudrat iradat
Ilmu hayat, samak basher qalama qodiran muridan aliman kayan sami’an
basiran mutakaliman
Interlude :
[[ 1 1 2 3 . . 6 5 4 3 2 3
. . 1 1 . . 7 2 1 . 7 6 . 7 . 5
. . 4 3 .4 4 7 6 . . 4 3 . 2 . 1
. . 1 3 . 3 2 3 . 5 7 6 . 3 2 3
. . . 3 12 3 12 3 6 5 7 3 12 3 12 3
6 5 3 7 .7 . 7 . 6 5 4 5 5 . 5 .
6 7 5 6
5. Istighfar
Allah-Allah kula nyuwun ngapura
Gusti Allah kula nuwun ngapura
Sedayane dosa kula,dosa ageng kalawan engkang alit
Boten wonten engkang saget ngapura, Boten wonten engkang saget ngapura
Kajawine kang maha agung kang ngratoni sekathahing para Rasul
Yaiku Allah asmane, Yaiku Allah asmane
Astaghfirullahal adzim, inallaha ghafururakhim
Tramsisi :
. . . 3
21 3 31 2 21 67 67 5 65 7 75 6 65 43 23 1
6. Soreng
[[ .p bp bp bb .p bp bp b .p bp bp bb .p bp bp b
p p b p p b p p b p p b
pb pb b bb bb bb bb bb bb bb bb bb pb bp b .
pp pp pp pp pp pb p . pp pp pp pp pp pb p .
pp pp pp pp pp pb p . bb bb bb bb .p pb p .
.p bp bp bb .p bp bp b .p bp bp bb .p bp bp b
p p b p p b p p b p p b
pb bp b bb bb bb bb bb bb bb bb bb pb bp b .
7. Penutup
[[ pb .b p b ]]
Keterengan :
- Notasi ini menggunakan notasi system kepatihan
- Pada symbol huruf p dan b adalah symbol dari bunyi pukulan rebana
p = prang, b = bring
Dalam struktur musikal diatas, dapat dipahami bahwa terdapat sembilan
pokok bagian dalam musik pengiring Tari Mayang Madu, masing-masing bagian
memilki pola ritmis dan melodi yang berbeda namun tetap terjaalin harmonisasi
dalam setiap rangkaian bagian pola musikal. Hal tersebut sesuai dengan teori
Soedarsono mengungkapkan, iringan atau desain musik merupakan merupakan
pola ritmis dari suatu komposisi tari. Pada dasarnya musik mempunyai tiga
elemen dasar yang membangun yakni, melodi, harmoni, dan ritme.24
24 Soedarsono, Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, (Dance Composition, the Basic Elements, La Meri)(Yogyakarta: Legaligio untuk Fakultas Kesenian, Instirut Seni Indonesia, 1986), hal.44 .
Dalam sebuah tari Widaryanto mengungkapkan iringan memiliki
dwifungsi yang terdiri dari musik sebagai pembungkus gerakan dan musik yang
berfungsi sebagai ilustrasi, yang perlu diperhatikan dalam memilih musik untuk
karya tari adalah, alat yang akan dipakai dan menentukan jenis musik yang
disesuaikan dengan struktur adegan.25 Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
bahwa musik pengiring Tari Mayang Madu terdiri dari gamelan laras pelok,
rebana dan keyboard. Dari hasil kolaborasi ketiga alat tersebut menghasilkan
iringan yang kental dengan nuansa islami, maka dikatakan bahawa pemilihan alat
dalam penataan musik pengiring Tari Mayang Madu sudah cukup tepat. Didukung
dengan lirik-lirik Islami maka semakin menguatkan pola musikal yang bernuansa
Islami pada Tari Mayang Madu. Sedangkan bila ditinjau dari segi fungsi, musik
pengiring Tari Mayang Madu cenderung memiliki fungsi sebagai pengiring yang
membungkus gerak Tari Mayang Madu.
Setelah iringan terbentuk, maka gerak tari hasil kreativitas Arif Anshori
dikombinasikan dengan musik karya Suwandi. Karena iringan yang dibuat oleh
Suwandi sesuai dengan gerak dan konsep Islami Tari Mayang Madu, Arif Anshori
hanya perlu mengisi atau menambah gerak untuk melengkapi harmonisasi antara
musik dan gerak.
Menurut hasil analisis Tari Mayang Madu berkaitan dengan konsep garap
antara judul, tema, gerak, rias dan busana, musik pengiring tampak ada kesesuaian
(kesatuan bentuk) sebagai identitas tari Islami. Dalam bentuk koreografi Tari
Mayang Madu berbagai elemen-elemen yang nampak secara visual khususnya
yang berkaitan dengan konsep garap antara judul, tema, gerak, rias dan busana,
musik pengiring secara keseluruhan tampak adanya harmonisasi. Yakni pola-pola
gerak tari Islami dipadukan secara harmonis dengan musik pengiring yang
memiliki pola islami, terlihat dari instrumen pengiring dan vokal islami yang kuat.
Selain itu ditambah dengan tata busana Tari Mayang Madu yang tertutup dan
sesuai dengan tata busana tari Islami. Menjadikan Tari Mayang Madu memiliki
perpaduan yang harmonis.
25 F.X Widaryanto, Koreografi (Bahan Ajar Mata Kuliah Koreografi Program Studi S-1 Seni Tari STSI Bandung), (Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung, 2009), hal. 61.
Maka tidak heran jika keberadaan Tari Mayang Madu mendapatkan
tempat dihati masyarakat Lamongan sebagai tari Islami, jika ditinjau dari konsep
koreografi yang memiliki kesatuan bentuk dan latar belakang cerita yang diusung
merupakan representasi sejarah Sunan Mayang Mayang Madu yakni Sunan Drajat
yang melegenda dikalangan masyarakat Lamongan yang mayoritas penduduknya
adalah muslim.
III.SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Tari Mayang Madu merupakan tarian yang diciptakan pada tahun 2005
oleh Arif Anshori seniman yang berasal dari Daerah Lamongan berkolaborasi
dengan Suwandi Widianto sebagai penata iringan Tari Mayang Madu. Penciptaan
Tari Mayang Madu dilatar belakangi oleh program kerja Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Lamongan untuk menciptakan Tari Islami yang diilhami
dari cerita tentang ketokohan Sunan Drajat dalam menyebarkan Agama Islam di
Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Berkaitan dengan konsep
garap, Tari Mayang Madu memiliki tema religi. Jika dikaji secara keseluruhan
maka dapat disimpulkan bahwa antara judul, tema, pola gerak, tata rias busana,
dan musik pengiring dalam Tari Mayang Madu saling berkesinambungan dan
memiliki kesesuaian sebagai suatu bentuk karya tari Islami.
B. Saran
Dalam mencipta sebuah karya tari agar mampu diterima dan dinikmati,
seorang koreografer dituntut selalu memperhatikan aspek-aspek koreografi. Baik
mulai dari elemen dasar tari maupun elemen-elemen pendukungnya. Selain itu,
hendaknya dalam mencipta karya tari diikuti dengan melakukan pencatatan secara
mendalam terhadap berbagai bentuk koreografinya. Hal ini bertujuan untuk
merangkum gagasan-gagasan yang ada dalam bentuk tari secara menyeluruh
sehingga bermanfaat untuk infentarisasi produk seni tari.
DAFTAR PUSTAKA
Bandem, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Seni, jurnal Etnomusikologi Indonesia. Yogyakarta: Masyarakat etnomusikologi Indonesia.
Hadi, Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi Lembaga Kajian Pendidikan dan Humaniora Indonesia.
Hidajat, Robby. 2008. Seni tari. Malang: Perpustakaan Nasional..
Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murgianto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari Untuk SMKI. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan.
Rahayu, Eko W. 2012. Analisis Tari, Hand Out Mata Kuliah Analisis Tari. Surabaya: Jurusan Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya.
Smit, Jacqoueline. 1985. Komposisi Tari, Yogyakarta : Ikalasti Yogyakarta.
Soedarsono. 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari, Yogyakarta : Lagaligo.
Soedarsono. Tanpa tahun. Tari-tarian Indonesisa (Proyek Pengembangan Media Kebudayaan). Jakarta.
Sugiono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV.ALFABETA.Tim Penyusun, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
Tim Penyusun. 2012. Sejarah Sunan Drajat dalam Jaringan Masuknya Islam di Nusantara. Lamongan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan.
Widaryanto, F. X. 2009. Koreografi Bahan Ajar. Bandung : Jurusan Tari STSI