tari massal sebagai bentuk pluralisme budaya pada ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun...

12
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected] 2 Dosen Pembimbing I Dan Staf Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman 3 Dosen Pembimbing II Dan Staf Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman eJournal Ilmu Komunikasi, 2019, Volume 7 (No 3):98-102 ISSN 2502-5961 (Cetak), ISSN 2502-597x (Online), ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2019 TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA “KEGIATAN BIRAU” DI KABUPATEN BULUNGAN Muhammad Jafar 1 ,Hairunnisa 2 ,Ghufron 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tari Massal sebagai bentuk Pluralisme Budaya pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan. Hal yang melatar belakangi penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui mengetahui pluralisme budaya yang di tampilkan di dalam pelaksanaan tari massal pada kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kulitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang dikembangkan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tari Massal sebagai bentuk Pluralisme Budaya pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan yaitu pluralisme budaya yang di tampilkan pada tari massal meliputi etnis dan ras, bahasa daerah, adat-istiadat, dan pakaian oleh 450 siswa-siswi SMA dan SMK yang mencerminkan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat kabupaten Bulungan yang di tuangkan ke dalam tari-tarian seperti tari tarian adat biduk bebandung, lem lai suri, tarian gantar dan kancet papatai, pejen, kemudian tari-tarian nusantara dan tarian dari adat tionghoa yang setiap penari di lengkapi dengan baju-baju adat dari tiga adat asli kabupaten Bulungan yaitu Dayak, Tidung, dan Bulungan, serta baju dari adat nusantara. dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Tari Massal pada kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan telah mencerminkan sebagai bentuk pluralisme budaya yang merupakan wujud dari keragaman budaya yang di miliki masyarakat kabupaten Bulungan yang di tuangkan ke dalam tari-tarian. Kata kunci : Bentuk , Pluralisme Budaya, Tari Massal Pendahuluan Keragaman budaya yang ada biasanya ditampilkan dalam sebuah acara Birau atau Pekan Budaya Daerah yang di laksanakan 2 tahun sekali, yang merupakan satu-satuya wadah bagi masyarakat di Kabupaten Bulungan untuk menampilkan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Birau menampilkan berbagai

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Mulawarman. Email: [email protected] 2 Dosen Pembimbing I Dan Staf Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Mulawarman 3 Dosen Pembimbing II Dan Staf Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Mulawarman

eJournal Ilmu Komunikasi, 2019, Volume 7 (No 3):98-102 ISSN 2502-5961 (Cetak), ISSN 2502-597x (Online), ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2019

TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME

BUDAYA PADA “KEGIATAN BIRAU” DI

KABUPATEN BULUNGAN

Muhammad Jafar

1,Hairunnisa

2,Ghufron

3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tari Massal sebagai

bentuk Pluralisme Budaya pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan. Hal

yang melatar belakangi penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui

mengetahui pluralisme budaya yang di tampilkan di dalam pelaksanaan tari

massal pada kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan. Metode penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif kulitatif. Sedangkan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara

observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah

model interaktif yang dikembangkan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael

Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tari Massal sebagai bentuk

Pluralisme Budaya pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan yaitu pluralisme

budaya yang di tampilkan pada tari massal meliputi etnis dan ras, bahasa

daerah, adat-istiadat, dan pakaian oleh 450 siswa-siswi SMA dan SMK yang

mencerminkan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat kabupaten Bulungan

yang di tuangkan ke dalam tari-tarian seperti tari tarian adat biduk bebandung,

lem lai suri, tarian gantar dan kancet papatai, pejen, kemudian tari-tarian

nusantara dan tarian dari adat tionghoa yang setiap penari di lengkapi dengan

baju-baju adat dari tiga adat asli kabupaten Bulungan yaitu Dayak, Tidung, dan

Bulungan, serta baju dari adat nusantara. dari penjelasan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa Tari Massal pada kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan

telah mencerminkan sebagai bentuk pluralisme budaya yang merupakan wujud

dari keragaman budaya yang di miliki masyarakat kabupaten Bulungan yang di

tuangkan ke dalam tari-tarian.

Kata kunci : Bentuk , Pluralisme Budaya, Tari Massal

Pendahuluan

Keragaman budaya yang ada biasanya ditampilkan dalam sebuah acara

Birau atau Pekan Budaya Daerah yang di laksanakan 2 tahun sekali, yang

merupakan satu-satuya wadah bagi masyarakat di Kabupaten Bulungan untuk

menampilkan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Birau menampilkan berbagai

Page 2: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)

99

hiburan masyarakat, pembangunan ekonomi daerah, dan melibatkan berbagai

kesenian dan keragaman budaya yang ada di Kabupaten Bulungan, termasuk

kebudayaan asli masyarakat pribumi sampai kebudayaan-kebudayaan masyarakat

pendatang.

Di antaranya tradisi adat Kesultanan bulungan, yaitu dengan melakukan

acara ritual yang dilakukan oleh kerabat Kesultanan Bulungan, ziarah makam dan

biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari

massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen dan gerak sama.

Penampilan kesenian dari paguyuban seni yang ada di kabupaten Bulungan,

penampilan kesenian Peso Hilir, pawai budaya daerah.

Kemudian lomba-lomba seni seperti : tari kreasi daerah pesisir dan tari

kreasi daerah pedalaman, lomba cipta lagu dan musik daerah, lomba musik

tradisional gambus dan sampek, lomba busana bermotif khas daerah, dan lomba

masak khas daerah. Serta lomba-lomba olahraga tradisional seperti : lomba

menyumpit, tarik tambang, balap karung, gasing, lomba perahu dayung, lomba

perahu ketinting, lomba menombak, lomba speed boad, dan lomba panjat pinang.

Kemudain terdapat penampilan drum band dari sekolah-sekolah, penampilan artis

dan band lokal dan ibu kota, pertunjukan kembang api, dan berbagai kerajinan

hasil karya masyarakat Kabupaten Bulungan yang di pamerkan selama acara

Birau berlangsung.

Pada acara tari masal yang melibatkan 450 orang anak sekolah dari

perwakilan berbagai sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah

kejuruan (SMK) di kabupaten Bulungan yang tentunya memiliki latar belakang

ras, budaya, agama yang berbeda-beda pula. Tari masal merupakan pertunjukan

seni budaya yang memperlihatkan kesatuan masyarakat kabupaten bulungan dari

berbagai etnis, hal ini terlihat dari pakaian yang dikenakan oleh para penari yang

mencirikan masing-masing etnis yang terdapat di kabupaten Bulungan. Di

samping itu, tarian yang di bawakan biasanya tidak hanya satu, melainkan tarian

perpaduan dari berbagai etnis.

Perbedaan latar belakang budaya yang berbeda secara tidak langsung

terdapat kesulitan dalam memahami individu yang berbeda budaya dengan

dirinya sehingga mengharuskan menyesuaikan diri dengan lawan bicara yang

memiliki latar belakang budaya yang berbeda pula. Sehingga hal tersebut

menyebabkan terjadinya gesekan antara individu antarbudaya yang bisa memicu

timbulnya konflik. Hubungan antara komunikasi dan budaya penting diketahui

untuk memahami komunikasi antar budaya, yaitu dengan mengetahui sedalam

apa makna pluralisme bagi pelaku komunikasi itu sendiri.

Maka peneliti semakin tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai : Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya Pada “Kegiatan

Birau” di Kabupaten Bulungan

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat rumusan

permasalahan yang dapat dikaji lebih dalam yaitu : Bagaimana Tari Massal

Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya Pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan

Page 3: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109

100

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai

Tari massal sebagai bentuk pluralisme budaya pada kegiatan birau di kabupaten

Bulungan

Kerangka Dasar Teori

Definisi dan Karakteristik Komunikasi Istilah komunikasi atau communication berasal dari Bahasa latin, yaitu

communicates yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya

commnunis yang bermakna umum atau atau bersama-sama. Dengan demikian

komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu

upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. (Mahraeni Fajar

209:31)

Multikultural

Kultur adalah sinonim dari kata kebudayaan yang berasal dari kata culture

dari bahasa latin, Ia culture dari bahasa Prancis yang salah satu artinya adalah

“essemble des aspects intellectuels d’ube civilization” (serangkaian bidang

intelektual sebuah peradaban) (komunikasi multikultural, Andrik Purwasito

2015:134). Artinya, kultur atau kebudayaan adalah hasil kegiatan intelektual

manusia, suatu konsep mencakup berbagai komponen yang digunakan oleh

manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya sehari-hari.

Komunikasi Multikultural

Hamid Mowlana dalam komunikasi multikultural menuliskan secara

lengkap pendapatnya sebagai berikut :

Intercultural communication as the information exchange between one

person and any other source transmitting a message displaying properties of a

culture different to one of the reciver’s culture.the source of such a message can

be either a person, in an interpersonal communication process, or any form of

mass media or other form of media. (komunikasi multikultural (Andrik Purwasito

2015:176)sebagai pertukaran informasi antara seseorang dengan orang lain,

sebagai yang menyampaikan pesan dengan disertai berbagai unsur-unsur latar

belakang kebudayaan yang berbeda kepada seseorang penerima dari kultur

lainnya. Sumber informasi sebagai pesan dapat berupa dalam proses komunikasi

antar persona atau segala bentuk media massa atau bentuk lainnya dari media.)

Pluralisme

Pluralisme berasal dari kata plural dan isme, plural yang berarti banyak

(jamak), sedangkan isme berarti paham. Jadi pluralisme adalah suatu paham

atau teori yang menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi (,

M. Dahlan Pius A. P 1994 : 604)

. Pluralitas merupakan realitas sosiologi yang mana dalam

kenyataannya masyarakat memang plural. Plural pada intinya menunjukkan

Page 4: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)

101

lebih dari satu dan isme adalah sesuatu yang berhubungan dengan paham atau

aliran. Dengan demikian pluralisme adalah paham atau sikap terhadap keadaan

majemuk atau banyak dalam segala hal diantaranya sosial, budaya, politik dan

agama.

Teori Identitas Budaya dan Kaitannya dengan Multikulturalisme

Stuart Hall dalam karyanya Cultural Identity and Diaspora. London

19990. Halaman 393, (dalam Aditya Ari Prabowo, 2008) menjelaskan bahwa

identitas budaya (atau juga disebut identitas etnis) sedikitnya dapat dilihat dari

dua cara pandang, yaitu identitas budaya sebagai sebuah wujud (identity as

becoming) dalam cara pandang pertama diuraikan bahwa, identitas budaya

dilihat sebagai suatu kesatuan yang dimiliki bersama atau yang merupakan

“bentuk dasar/ asli” seseorang dan berada dalam diri banyak orang yang

memiliki kesamaan sejarah dan leluhur. Identitas budaya adalah cerminan

kesamaan sejarah dan kode-kode budaya yang membentuk sekelompok orang

menjadi “satu” walaupun dari “luar” mereka tampak beda. Hal ini dapat

berarti juga selain dari kesamaan sejarah dan kode-kode budaya yang

menyatukan mereka, sudut pandang ini melihat bahwa ciri fisik atau lahiriah

mengidentifikasikan mereka sebagai suatu kelompok.

Tari Masal

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan

waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud,

dan pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan

penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.

Perkembangan tari dapat dilihat sebagai sarana pembentuk dan peneguh

status sosial tertentu pada bidang-bidang ilmu sosial seperti ilmu komunikasi,

ilmu pendidikan dan psikologi yang dijadikan tolak ukur kedisiplinan untuk

melakukan kajian tari. Setiap komponen dalam tari mempunyai riwayat

perjalanan perubahan gaya. Pada dasarnya gaya terjadi sebagai suatu percampuran

dari berbagai gaya dan tidak pernah hanya terdapat pada satu contoh saja

(Sedyawati, 2012: 37). (dalam Yosi Meilin, 2015)

Definisi Konsepsional

Tari massal sebagai bentuk pluralisme budaya pada kegiatan birau di

kabupaten bulungan adalah : pertunjukan seni tari oleh 450 anak sekolah pada

acara birau yang menampilkan berbagai tari-tarian masyarakat daerah yang ada di

kabupaten bulungan sebagai bentuk pluralisme yang di klasifikasikan ke dalam

faktor horizontal yang meliputi : etnik dan ras, Bahasa daerah, adat

istiadat/perilaku, pakaian/makanan, dan material lainnya. Yang diharapkan dapat

membentuk kesatuan dan persatuan serta membangun sebuah masyarakat global

yang penuh persahabatan dan perdamaian.

Page 5: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109

102

Metodologi Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Deskriptif Kualitatif yang menggambarkan mengenai tari massal sebagai bentuk

pluralisme budaya pada kegiatan birau di kabupaten bulungan

Fokus Penelitian

Karena terlalu luasnya masalah, maka peneliti perlu membuat batasan

masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini, itu dimaksudkan agar

memudahkan peneliti dalam mengelola data yang akan dijadikan suatu

kesimpulan. Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka penelitian ini

difokuskan Pada : Tari massal sebagai bentuk pluralisme budaya pada kegiatan

birau di kabupaten bulungan, yaitu :

1. faktor horizontal pada pluralisme yang meliputi :

a. Etnik dan Ras,

b. Bahasa Daerah,

c. Adat Istiadat ,

d. Pakaian

Jenis dan Sumber Data

Data Primer, merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung

terhadap narasumber yang berkompeten dengan menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data. Data yang diperoleh dari lapangan dengan cara melakukan

observasi dan wawancara dengan informan. Informan adalah orang yang

memberikan informasi. Dengan pengertian ini maka informan dapat dikatakan

sama dengan responden, apabila pemberian keterangannya karena dipancing oleh

pihak peneliti. (Arikunto,2006:145).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan key informant dan informant

sebagai sumber memperoleh data, dimaksudkan untuk dapat menarik sebanyak

mungkin informasi mengenai kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan dalam ruang

lingkup komunikasi mutlikultural, Key Informant dan informant dalam penelitian

ini adalah orang yang dianggap peneliti paling tahu tentang apa yang diharapkan

dan diinginkan peneliti sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek

atau situasi sosial yang diteliti, teknik ini sering disebut dengan purposive

sampling.

Adapun yang menjadi Key Informan dan Informan adalah:

a. Key Informan

Yang menjadi key informan dalam penelitian ini yaitu Ibu Tjendra Budi

Aryati, B.A. selaku kepala bidang kebudayaan dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Bulungan.

b. Informan

Informan dalam penelitian ini yaitu,

1. Bapak Tanyith Alui selaku budayawan dan ketua Tim Tari Massal

(2002-2016) dan pensiunan Seksi Kesenian di Dinas Kebudayan,

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga kabupaten Bulungan tahun 2017

Page 6: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)

103

2. Bapak Ahmad Tjatjuk CH. Rofiq selaku kasi sejarah tradisi dan kesenian

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan.

3. Ardianto, salah satu peserta tari massal 2014 dari etnis buggis yang

menarikan tarian etnis Dayak.

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data untuk

mendukung penulis pada penelitian ini yaitu melalui dokumen atau catatan yang

ada, buku-buku pustaka, file yang di download di internet dan tulisan-tulisan

karya ilmiah dari berbagai media.

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk membantu

proses penelitian adalah sebagai berikut :

- Teknik Wawancara

Wawancara merupakan alat recccheking atau pembuktian terhadap informasi

atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara Tanya jawab sambal bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara terlibat

dalam kehidupan sosial yang relative lama (Sutomo 2006:74)

- Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis,

mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian

dilakukan pencatatan. Dalam penelitian ini Peneliti datang langsung ke lokasi

penelitian untuk mengamati bagaimana Tari Massal Sebagai Bentuk

Pluralisme Budaya Pada Kegiatan Birau di Kabupaten Bulungan

- Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Studi dokumen merupakan studi pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono 2008 : 83)

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, analisis data

dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian itu berlangsung.

Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi. Setelah itu

data diolah secara sistematis. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis (interview model of analysis) dikembangkan oleh

Mathew B Miles, A. Michael Huberman dan Johnny Saldana (2014).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bulungan sebagai salah satu kabupaten di bagian utara pulau

Kalimantan mempunyai luas 18.010,50 km2 terletak antara 116°04'41" sampai

Page 7: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109

104

dengan 117°57'56" Bujur Timur dan 2°09'19" sampai dengan 3°34'49" Lintang

Utara. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2007

Tentang Pembentukan Kabupaten Tana Tidung di Provinsi Kalimantan Utara

maka Luas Kabupaten Bulungan berkurang menjadi 13.181,92 km2.

Adapun batas-batas Kabupaten Bulungan; Sebelah Utara dengan Kabupaten

Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan, Sebelah Timur dengan Laut Sulawesi dan

Kota Tarakan, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Berau dan Sebelah Barat

dengan Kabupaten Malinau.

Kabupaten Bulungan memiliki beberapa pulau yang dialiri puluhan sungai

besar dan kecil, serta secara topografi memiliki daratan yang berbukit-bukit,

bergunung-gunung dengan tebing terjal dan kemiringan yang tajam.

Adapun pulau yang terluas adalah Pulau Mandul di Kecamatan Bunyu

(38.737,413 ha) dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Kayan (576 km:

termasuk yang berada di wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana

Tidung) sedangkan gunung yang tertinggi adalah Gunung Kundas yang berada di

Kecamatan Peso dengan ketinggian 1.670 m.

Hasil Penelitian

Etnis dan Ras

Dari hasil wawancara di atas peneliti memperoleh informasi bahwa pada

pelaksanaan tari masal terjadinya pluralisme budaya dengan melibatkan berbagai

etnis yang ada di kabupaten Bulungan melalui para peserta tari massal dari siswa-

siswi SMA dan SMK se kabupaten Bulungan yang menampilkan berbagai tari-

tarian.

Bahasa Daerah

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti memperoleh informasi bahwa

di dalam pelaksanaan tari massal penggunaan bahasa daerah biasanya terjadi

pada sesama penari saja yang memiliki latar belakang etnis ataupun suku yang

sama untuk saling berkomunikasi, namun dalam proses pelatihan, pelatih tari

massal menggunakan bahasa Indonesia agar dimengerti oleh seluruh peserta tari

massal yang berlatar belakang dari berbagai etnis tersebut.

Adat Istiadat

peneliti memperoleh infromasi bahwa adat istiadat yang terdapat di

kegiatan Birau terdapat adat asli suku Bulungan yang dilaksanakan di Tanjung

palas, tepatnya di museum kerajaan Bulungan, kemudian pada tari massalnya

yang di laksanakan di lapangan agatis Tanjung Selor terdapat pertunjukan adat

seperti sejarah ataupun legenda pada masa kerajaan Bulungan, kemudian terdapat

tiga tarian adat asli Bulungan dan berbagai adat-istiad yang ada di Kabupaten

Bulungan yang di tuangkan ke dalam tari-tarian.

Hal tersebut senada dengan yang di sampaikan oleh bapak Tanyith Alui

selaku budayawan dan ketua Tim Tari Massal (2002-2016) dan pensiunan Seksi

Kesenian di Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga kabupaten

Page 8: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)

105

Bulungan yang menyatakan bahwa : “…tari masal sudah melibatkan tarian dari

berbagai adat yang ada di kabupaten Bulungan, tergambar dari keragaman tarian

nusantara selain dari tiga tarian tradisional asli kabupaten Bulungan.

Pakaian

Berdasarkan hasil wawancara peneliti memperoleh infromasi bahwa pada

pelaksanaan tari massal, peserta tari massal biasanya menggunakan berbagai baju

adat sebagai ciri khas masing-masing daerah yang di tampilkan pada tari massal,

walaupun lebih dominan pada baju adat asli adat Bulungan.

bapak Ahmad Tjatjuk CH. Rofiq selaku kasi sejarah tradisi dan kesenian

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan juga mengungkapkan di

dalam wawancara bahwa: “…pakain-pakain adat yang di gunakan merupakan

pakaian khas atau pakaian adat suku asli dan suku pendatang yang ada di

kabupaten bulunngan.” (wawancara 24 januari 2017).

Hal tersebut senada dengan yang di sampaiakan oleh bapak Tanyith Alui

selaku budayawan dan ketua Tim Tari Massal (2002-2016) dan pensiunan Seksi

Kesenian di Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga kabupaten

Bulungan bahwa pakaian adat yang di gunakan sudah menggambarkan atau

menunnjukkan pakaian adat dari berbagai suku atau etnis yang ada di kabupaten

Bulungan.

Pembahasan

Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya Pada Kegiatan Birau di

Kabupaten Bulungan.

Berdarakan hasil wawancara yang di peroleh bahwa Pluralisme budaya

yang terjadi di dalam tari massal dapat di lihat dari keragaman peserta SMA dan

SMK dan juga melibatkan paguyuban-paguyuban seni yang ada di kabupaten

Bulungan dari berbagai etnis yang menampilkan berbagai macam tari-tarian

seperti tarian asli masyarakat dayak, tidung, bulungan dan tari-tarian dari etnis

pendatang atau biasa di sebut tarian nusantara dengan di lengkapi atribut-atribut

seperti baju adat yang di gunakan yang menunjukkan identitas dari masing-

masing etnis yang membentuk sebuah kesatuan melalui pertunjukan tari massal

tersebut yang di lakukan secara bergantian maupun secara serentak di lapangan

agatis Tanjung Selor.

Etnis dan Ras

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh dilapangan, tari massal

yang melibatkan siswa-siswi SMA dan SMK dari berbagai etnis asli maupun

pendatang yang ada di kabupaten Bulungan dalam melakukan pertunjukan tari

massal untuk memperingati hari jadi kabupaten Bulungan dan kecamat Tanjung

Selor serta menggali dan memperkenalkan kebudayaan serta sejarah melalui tari

tarian yang ditampilkan pada kegiatan birau telah mewakili dari berbagai etnis

dan ras yang ada di kabupaten Bulungan melalui para peserta tari massal dan

berbagai paguyuban seni yang di libatkan di dalam pertunjukan tari massal.

Page 9: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109

106

Bahasa Daerah

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh dilapangan, tari massal

yang terdapat pada kegiatan birau bahwa bahasa daerah sebetulnya hampir tidak

di gunakan, bahasa daerah hanya terdapat di dalam syair-syair lagu yang di

mainkan, seperti di dalam syair lagu daerah atau lagu adat dayak, tidung dan

bulungan. Walaupun terkadang di dalam pertunjukan tari adat dayak terdapat

suara teriakan ataupun pekikan yang harus di lontarkan para peserta seperti pada

tari perang.

Secara umum, Bahasa verbal yang di gunakan ialah bahaa Indonesia,

Bahasa daerah di dalam lagu-lagu yang di mainkan dan lebih Nampak pada

Bahasa non-verbal yaitu melalui gerakan-gerakan dari tari-tarian yang di mainkan

pada teri massal yang memiliki makna di setiap gerakan gerakan tarian. Dan

melalui simbol-simbol yang di gunakan seperti atribut-atribut tarian yaitu

pedang, tongkat, bayung, panah, Mandau, kuda lumping, barongsai, pakaian.

Adat Istiadat

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh dilapangan, tari massal

yang terdapat pada kegiatan birau telah melibatkan dari berbagai adat istiadat

yang ada di kabupaten Bulungan, baik dari adat istiadat asli masyarakat

kabupaten Bulungan yaitu tarian adat Dayak, Tidung, Bulungan dan adat istiadat

dari masyarakat pendatang yang di tuangkan melalui tarian-tarian yang di

perankan oleh 450 siswa-siswi SMA dan SMK yang ada di kabupaten bulungan.

Pakaian

Dalam hal ini pada pelaksanaan tari massal di kegiatan Birau yang di

lakukan dua tahun sekali oleh pemerintah kabupaten Bulungan dan kecamatan

Tajung Selor sebagai memperingati hari jadi kota Tanjung Selor dan kabupaten

Bulungan sudah berusaha mencerminkan tari massal sebagai bentuk pluralisme

budaya yang terlihat dari segi atau faktor horizontal oleh Pelly (1993) yang

terdapat 4 faktor yaitu etnis dan ras, bahasa, pakaian, dan adat-sitiadat yang

sangat beragam yang di libatkan atau di tampilkan di dalam tari massal. Lewat

proses interaksi dan komunikasi antara peserta tari massal dari beerbgai kultur

sebagai upaya untuk membangun masyarakat yang memiliiki aneka ragam budaya

agar bisa hidup Bersama secara damai dan harmonis.

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa di dalam tari massal yang terdapat pada kegiatan Birau di

Kabupaten Bulungan telah mencerminkan sebagai bentuk pluralisme budaya

sesuai dengan faktor horizontal pada pluralisme yang meliputi : Etnik dan Ras,

Bahasa Daerah, Adat Istiadat , dan Pakaian. Sebagai berikut:

1. Etnis dan Ras Berdasarkan hasil penelitian dan data yang peneliti peroleh dilapangan, dapat

peneliti simpulkan bahwa pada pergelaran tari massal telah melibatkan

Page 10: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)

107

berbagai etnis dan ras yang ada di kabupaten Bulungan melalui para peserta

tari massal dari siswa-siswi sekolah SMA maupun SMK yang ada di

kabupaten Bulungan, bahkan melibatkan paguyuban-paguyuban seni dan

budaya yang mencerminkan akan keragaman etnis dan ras yang ada di

kabupaten Bulungan. 2. Bahasa Daerah

Berdasarkan hasil penelitian dan data yang peneliti peroleh dilapangan, dapat

peneliti simpulkan bahwa pada pergelaran tar massal pada kegiatan birau

telah melibatkan beberapa bahasa daerah selain bahasa Indonesia yang di

tuangkan melalui syair-syair lagu yang di mainkan, seperti syair dalam lagu

dayak, tidung, jawa dan yang lainnya. 3. Adat-Istiadat

Berdasarkan hasil penelitian dan data yang peneliti peroleh dilapangan, dapat

peneliti simpulkan bahwa pada tari massal telah melibatkan berbagai adat-

istiadat yang di miliki masyarakat kabupaten Bulungan, seperti adat dayak

yang di tuangkan pada tarian gantar, tarian kancet papatai pada tarian adat

tidung dan Bulungan yaitu tarian jepen, Biduk Bebandung, dan pada tarian

jawa, bali, tionghoa, dan lain-lain yang mencerminkan identitas maupun adat

istiadat dari masing-masing daerah. 4. Pakaian

Berdasarkan hasil penelitian dan data yang peneliti peroleh dilapangan, dapat

peneliti simpulkan bahwa pada pergelaran tari masal telah melibatkan

berbagai adat-istiadat yang di tuangkan juga melalui pakaian adat yang di

kenakan para peserta tari massal yang mencerminkan akan keragaman

budaya sebagai identitas yang terdapat di kabupaten Bulungan.

Saran

Setelah menjalankan berbagai macam penelitian, dengan rendah hati

penulis merasa perlu untuk memberikan saran yang mungkin bisa bermanfaat.

Dan berdasarkan hasil penelitian berikut saran yang hendak peneliti kemukakan

yaitu :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, bahwa tari massal pada tahun

2016 di lakukan secara sederhana karena terkait anggaran dana, maka dari itu

sebaiknya tari massal di lakukan kembali seperti sebelum-sebelumnya yaitu

2 tahun sekali secara megah dan melibatkan berbagai etnis, karena tari

massal mencerminkan identitas dari keragaman budaya, suku, adat-istiadat

yang di miliki masyarakat kabupaten Bulungan yang harus tetap di jaga dan

di lestarikan.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan, di dalam pelaksanaan tari

massal yang menampilkan tarian adat asli dan nusantara yang melibatkan

siswa-siswi SMA dan SMK sebagai penari, alangkah baiknya jika peserta

tarinya berasal dari masyarakat ataupun paguyuban dari etnik atau adat yang

ada di kabupaten Bulungan supaya lebih menunjukkan keanekaragam budaya

dan adat istiadanya secara kompleks yaitu dari penarinya, bajunya, dan

tarian-tariannya

Page 11: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, 2019: 98-109

108

3. Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, di dalam pelaksanaan tari

massal lebih dominan pada tarian adat dayak, tidung, dan Bulungan, maka

dari itu di harapkan kepada dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten

Bulungan selaku pelaksana di harapkan lebih menunjukkan atau memberikan

ruang lagi bagi tarian adat nusantara dari tiap-tiap etnis atau suku yang ada di

kabupaten Bulunga sebagai contoh kesatuan dan persatuan masyarakat

kabupaten Bulungan dari berbagai etnis yang hidup berdampingan secara

aman, damai, adil dan sejahtera.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, di dalam pelaksanaan tari

massal memerlukan waktu pelaksanaan sekitar dua jam untuk menunjukkan

tarian adat dan tarian nusantara. sehingga pada tarian nusantara kurang

efektif karena hanya sebentar, tidak seperti pada tarian adat asli kabupaten

Bulungan yang lebih dominan. Maka dari itu di harapakan di dalam

pelaksanaan tari massal untuk menambah durasi lebih lama lagi supaya pada

pelaksanaan tarian nusantara dari berbagai adat bisa di laksanakan lebih lama

dan lebih banyak tarian yang di tampilkan untuk lebih menunjukkan

pluralisme budaya yang terjadi di dalam tari massal pada kegiatan birau

tersebut.

Daftar Pustaka

Sumber Buku :

Arikunto, Suharsimi, 2006. Metode Penelitian: Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Drs. ALo Liliweri, M.S. dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Pustaka Pelajar.

Cetakan VI, Oktober 2013. Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta.

Drs. Alo Liliweri, M.S. Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Belajar,

Cetakan II, Desember 2011. Celebetan Timur UH III/548 Yogyakarta.

Fajar, Mahraeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Cetakan Pertama. 2009.

Larry A. Samover. Ricard E.Porter. Edwin R. McDabiel. Komunikasi Lintas

Budaya. Salemba Hmanika. Edisi ke 7. 2014

Miles, Huberman dan Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis A Methods

Sourcebook. USA: SAGE Publications, Inc

Milon, Benyamin. Multikulturalisme, Cerdas Membangun Hidup Bersama Yang

Stabil dan Dinamis. Pratama Puri Media. Cetakan 1, 2015

Morissan. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Kencana Prenadamedia

Group. Edisi Pertama 2013

Moleong, Lexy J, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosdakarya

Bandung.

Purwasito, Andik. Komunikasi Multikultural. Pustaka Pelajar, Cetakan pertama.

2015

Rustanto M,HUM, DR. Bambang Masyarakat Multikultural di Indonesia. PT

Remaja Rosdakarya. Cetakan Pertama, 2015

Ruben, Brent D dan Stewart, Lea P. Komuniksai dan Perilaku Masyarakat.edisi

ke lima. Rajawalli Pers. 2013

Page 12: TARI MASSAL SEBAGAI BENTUK PLURALISME BUDAYA PADA ... · biduk bebandung, sinopsis tenguyun (merundung bebatun de benuanta), tari massal 450 orang anak sekolah SMA dan SMK, tari jepen

Tari Massal Sebagai Bentuk Pluralisme Budaya (Muhammad Jafar)

109

Sarbila, Atiqa dan Khisbiyah, Yayah. 2004. Pendidikan Apreasi Seni Wacana

dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya. Surakarta: PSB-PS-UMS

Sugiyono, 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R DAN D, Alfabeta

Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogya: Kanisius, 2000

Anthony Giddens, Modernity and Self-Identity: Self and Society in the Late

Modern Age, Stanford, CA:Standford University Press, 1991

Sutopo, HB. Metode Penelitian Kualitatif, UNS Press, Surakarta. 2006

1 Pius A. P, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 1994), Cet.

Ke-1, H.604. (dlm skripsi/jurnal)

17 Usman Pelly, 1991. Pengukuran Intensistas Potensi Konflik dalam

Masyarakat Majemuk. Jakarta:Makalah pada Kongres Kebudayaan

Fiola Panggalo. 2013. Perilaku Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dan Etnik

Bugis makassar di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin.

Aditya Ari Prabowo, 2008. Kostruksi Identitas Budaya masyarakat Imigran Turki

di Jerman Dalam Film “Kebab Connection”. Universitas Indonesia

Aji Nastiti Rizky Fioriyah, 2017. Makna Pesan Baju Adat Kutai Miskat dan

Takwo Pada Masyarakat Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Universitas

Mulawarman

Yosi Meilin, 2015. Perkembangan Tari Erai-Erai di Kabupten lahat Provinsi

Sumatera Selatan. Unversitas Negeri Yogyakarta

Eva Dwi Wijayani, 2016. Variasi Dialeg Bahasa Bawean di Wilayah Pulau

Bawean Kabupaten Gresik: Kajian Dialwktologi. Universitas Aerlangga.

Dokumen-dokumen :

Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2015, sumber Badan Pusat Statiskik

Kabupaten Bulungan. Di akses pada atnggal 4 april 2015

Buku panduan Pekan Budaya Daerah Kabupaten Bulungan Prov. KALTARA

tahun 2014