john roosa - dalih pembunuhan massal

Upload: rowland-pasaribu

Post on 05-Apr-2018

368 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    1/419

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    2/419

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    3/419

    DALIH PEMBUNUHAN MASSALGERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    JOHN ROOSA

    Jakarta, 2008

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    4/419

    Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

    Buku ini pertama kali diterbitkan dalam baasa Inggris dengan judulPretext for Mass Murder: he September 30t Movement and Suartos Coup dtat in Indonesia

    2006 he University of Wisconsin Press, Madison, USA

    Pertama kali diterjemakan dan diterbitkan dalam baasa Indonesia seizin penerbit asli oleInstitut Sejara Sosial Indonesia bekerjasama dengan Hasta Mitra pada Januari 2008.

    Penerjema : Hersri SetiawanPenyunting: Ayu Rati dan Hilmar Farid

    Penyelaras baasa: M. Fauzi dan h. J. Erlijna

    Desain sampul dan tata letak: Alit AmbaraFoto sampul: Corbis

    Institut Sejara Sosial IndonesiaJalan Pinang Ranti No. 3 Jakarta 13560

    Email: [email protected]

    Hasta MitraJalan Duren Tiga Selatan No. 36 Jakarta Selatan

    Email: [email protected]

    Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)Jon Roosa,

    Dali Pembunuan MassalGerakan 30 September dan Kudeta Suarto, Cetakan 1

    Jakarta: Institut Sejara Sosial Indonesia dan Hasta Mitra, 2008xxiv+392 lm; 16 cm x 23 cm

    ISBN: 978-979-17579-0-4

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    5/419

    untuk orangtua saya

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    6/419

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    7/419

    v

    DAFTAR ISI

    Daftar Ilustrasi viiSekapur Sirih xiKata Pengantar edisi Bahasa Indonesia xv

    Pendahuluan 3I. Kesemrawutan Fakta-Fakta 52

    II. Penjelasan tentang G-30-S 90III. Dokumen Supardjo 122IV. Sjam dan Biro Chusus 169V. Aidit, PKI, dan G-30-S 199VI. Suharto, Angkatan Darat, dan Amerika Serikat 250VII. Menjalin Cerita Baru 291

    Lampiran-lampiran

    1. Beberapa Pendapat jang Mempengarui GagalnjaG-30-S Dipandang dari Sudut Militer (1966),ole Brigadir Jenderal Supardjo 323

    2. Kesaksian Sjam (1967) 344Daftar Pustaka 362Indeks 375

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    8/419

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    9/419

    vii

    DAFTAR ILUSTRASI

    PETA

    1. Jakarta, 19652. Lapangan Merdeka3. Pangkalan Angkatan Udara Halim dan Lubang Buaya

    FOTO DAN KARTUN

    1. Monumen Pancasila Sakti2. Detil relief pada Monumen Pancasila Sakti3. Museum Pengkianatan PKI4. Detil relief pada Monumen Pancasila Sakti5. Supardjo dan Ibu Supardjo, ca. 19626. Kartun memperingati 20 taun kemerdekaan nasional7. Kartun mendukung Gerakan 30 September8. Kartun: Film minggu ini

    9. Kartun anti-PKI

    TABEL DAN FIGUR

    1. Staf Umum Angkatan Darat (SUAD)2. Personil Militer dan Sipil dalam Gerakan 30 September

    3. Struktur Organisasi PKI

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    10/419

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    11/419

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    12/419

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    13/419

    xi

    SEKAPUR SIRIH

    Saya mulai menulis tentang Gerakan 30 September saat menjadipenerima beasiswa pascadoktoral Rockefeller Foundation di Instituteof International Studies di University of California-Berkeley, sebagaibagian dari Communities in Contention Program pada 2001-2002. Terimakasi kepada direktur lembaga, Micael Watts, yang tela memberikansaya suasana yang demikian idup untuk belajar. Josep Nevins adala

    pembaca rumusan-rumusan awal pandangan saya. Kritiknya yang tajampada saat makan siang di kafe-kafe di Berkeley menyadarkan saya bawamenulis tentang Gerakan 30 September dalam bentuk karangan jurnalsingkat tidak memadai untuk mengurai keruwetan-keruwetannya.Ulasan-ulasannya teradap rancangan buku yang muncul belakangansangat membantu saya dalam berpikir tentang penyajian argumen saya.Untuk berbagai-bagai bentuk bantuan di Bay Area, saya berterimakasikepada Iain Boal, Nancy Peluso, Silvia Tiwon, Jeff Hadler, Hala Nassar,

    Mizue Aizeki, dan Mary Letterii.Sidang pendengar di Center for Souteast Asian Studies di Univer-sity of Wisconsin, Madison, pada akir 2001 tela mendengarkan uraianversi awal yang masi menta dari buku ini. Saya ucapkan terima kasikepada semua yang adir di sana, dan untuk ulasan-ulasan mereka yangmendalam. Terima kasi juga untuk Alfred McCoy, yang bertaun-taunlalu perna mengajar saya tentang bagaimana mempelajari masala-masala kemiliteran dan kudeta, karena suda mengundang saya memberi

    cerama dan mendorong saya menulis buku ini.

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    14/419

    xii

    SEKAPUR SIRIH

    Sesuda naska awal saya diamkan selama dua taun agar dapatmenyelesaikan pekerjaan saya yang berkaitan dengan pengalaman parakorban kekerasan massal 1965-66 di Indonesia, pada awal 2004 saat di

    University of Britis Columbia saya kembali ke naska tersebut. Sayamenyampaikan terima kasi kepada rekan-rekan di jurusan sejara,Steven Lee yang memberikan ulasan teradap rancangan keseluruanbuku, dan Erik Kwakkel untuk bantuannya dalam al kata-kata Belanda.Terima kasi pula kepada Brad Simpson dari University of Maryland,yang membagikan pengetauannya tentang dokumen-dokumen resmipemerinta Amerika Serikat mengenai Indonesia; dan David Webster,lulusan program doktoral dari University of Britis Columbia, yang

    membagikan pengetauannya tentang dokumen-dokumen resmi pe-merinta Kanada.Saya sangat berutang budi kepada dua pengulas tanpa nama yang

    dengan mura ati tela memberikan pujian mereka bakan sesudamereka mungkin mengabiskan waktu berjam-jam untuk mengoreksisangat banyak kesalaan dalam naska saya dan mengajukan bantaanteradap uraian-uraian saya. Saya arap kesabaran mereka ketika menulis-kan ulasan-ulasan yang sedemikian kritis dan rinci itu tela saya imbangi

    dengan perbaikan-perbaikan yang akan mereka temukan dalam bukuini.Sejak awal 2000 saya melakukan penelitian tentang peristiwa 1965-

    66 dengan sekelompok peneliti yang tergabung dalam Jaringan KerjaBudaya di Jakarta. Buku ini tumbu dari penelitian kami bersama danpendirian lembaga kami, Institut Sejara Sosial Indonesia. Ucapan terimakasi kepada rekan-rekan berikut ini kiranya tidak layak, ole karenabuku ini sebagian merupakan milik mereka, yaitu: Hilmar Farid, Agung

    Putri, Razif, Muammad Fauzi, Rinto Tri Hasworo, Andre Liem, GraceLeksana, h.J. Erlijna, Yayan Wiludiarto, Alit Ambara, B.I. Purwantari,dan Pitono Adi. Dua penggembala para budayawan muda di Garuda,Dolorosa Sinaga dan Arjuna Hutagalung, tela memberikan ruang kerjauntuk penelitian kami dan ruang terbuka yang tedu di tenga-tengamegalopolis yang iruk-pikuk sebagai tempat kami bersantai. Joan Abedan Maryatun terus memberi bantuan tanpa kenal lela.

    Pasangan idup saya selama tiga belas taun terakir, Ayu Rati,

    tela memandu saya dalam menulis sejara Indonesia, sekaligus mene-

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    15/419

    xiii

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    gaskan bawa penulisan sejara anyala satu bagian dari keidupanaktif yang berjalinan erat dengan keidupan banyak orang lain. Sayaberuntung suda berada sangat dekat dengan suri teladan sikap kritis

    dan angat dalam berubungan dengan dunia ini.

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    16/419

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    17/419

    xv

    KATA PENGANTAR EDISI BAHASA INDONESIA

    Saya mengantar terjemaan buku saya dengan sedikit kebimbangan.Mengacu kepada surat keputusan Jaksa Agung setaun lalu, buku-buku teks sejara yang tidak mencantumkan akiran /PKI setelasingkatan G-30-S arus dibakar. Buku ini tidak menggunakan akirantersebut. Tak akan ada gunanya menulis buku ini seandainya saya me-

    nambakan /PKI. Akiran tersebut mencerminkan jawaban teradappertanyaan tentang siapa yang mendalangi gerakan itu. Ia adala simbolpernyataan: PKI mendalangi G-30-S. Apabila jawaban itu didukungole bukti-bukti tak tersangkal dan secara luas diterima sebagai faktaistoris maka kita tidak perlu mengajukan pertanyaan tentang dalanglagi. Kita bisa tutup buku dengan G-30-S. Tapi banyak sejarawan yangbelum menerima jawaban tersebut, atau jawaban lain, sebagai sesuatuyang final, karena terdapat begitu banyak aspek yang ane, tak terjelaskan

    tentang G-30-S. Banyak orang Indonesia bingung dengan G-30-S danberarap menemukan lebi banyak informasi tentangnya. Pemerintadapat mencoba menulis sejara dengan keputusan resmi. Tetapi me-mastikan bawa setiap penyebutan G-30-S arus diikuti dengan /PKItidak akan mencega orang untuk bertanya-tanya tentang arti keduaistila yang arus mereka kaitkan itu: Apa itu G-30-S? Apa itu PKI? Danbentuk ubungan seperti apa antara kedua istila yang ditandai dengangaris miring tersebut?

    Ketika Suarto jatu dari kekuasaannya pada 1998 saya tidak mem-

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    18/419

    xvi

    KATA PENGANTAR EDISI BAHASA INDONESIA

    bayangkan bawa satu dekade kemudian pemerinta akan terus melarangbuku-buku yang tidak sesuai dengan propaganda rezim yang lalu. RezimSuarto mengklaim bawa PKI bertanggung jawab atas G-30-S; partai

    itu memimpin atau mengorganisasikan G-30-S. Klaim serupa itu dapatditerima sebagai sebua ipotesa tetapi kita searusnya berarap diberisejumla bukti sebelum kita menerimanya sebagai kesimpulan. Kita jugaarus berarap ada rumusan yang lebi persis. PKI adala sebua partaidengan anggota kurang lebi tiga juta orang. Kalau pemerinta berniatbersikuku bawa PKI mengorganisasikan G-30-S, maka pemerintaarus mampu menjelaskan siapa di dalam PKI yang mengorganisasikangerakan tersebut. Apaka tiga juta anggota partai secara keseluruan

    bertanggung jawab? Atau ka sebagian? Atau anya pimpinan partai?Apaka piak pimpinan itu Central Comite atau Politbiro? Sepanjangmasa kepemimpinan Suarto pemerinta tidak perna dengan telakmengidentifikasi siapa di dalam PKI yang bertanggung jawab. Malaan,dengan secara terus-menerus menggunakan istila PKI masyarakatdigiring untuk percaya bawa bukan anya seluru tiga juta anggotapartai yang bertanggung jawab, tetapi juga siapa pun yang berubungandengan partai, seperti para anggota organisasi-organisasi sealiran (seperti

    Lekra), bertanggung jawab.Dokumen-dokumen internal rezim Suarto lebi terus terang.Kebetulan saya menemukan buku yang ditulis Lemanas pada 1968untuk pejabat-pejabat pemerinta yang persis mengajukan pertanyaan-pertanyaan di atas. Buku 80 alaman ini ditulis dalam bentuk tanya-

    jawab. Berikut satu bagian tentang tanggung jawab PKI:

    Pertanyaan: Apaka benar bawa G-30-S/PKI yang meng-

    gerakkan adala PKI dan apaka setiap anggota PKI tentuterlibat dalam G-30-S/PKI?

    Jawab: Benar

    a. bawa G-30-S/PKI digerakkan ole PKI tela dapat di-buktikan baik secara fakta maupun secara ukum di depansidang-sidang Mamilub yang memeriksa dan mengadili

    perkara-perkara toko-toko G-30-S/PKI.

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    19/419

    xvii

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    b. Seluru anggota PKI dapat dianggap terlibat baik secaralangsung maupun tidak langsung (setiap orang berkewajibanmelaporkan pada penguasa bila ia mengetaui bawa suatu

    kejaatan akan dilakukan dan juga sesuai dengan prinsiporganisasi PKI bawa keputusan pimpinan partai, mengikatseluru anggota).1

    Saya tidak puas dengan kedua poin jawaban itu. Poin pertama,persidangan-persidangan Mamilub tidak membuktikan bawa PKImendalangi G-30-S. Kesaksian-kesaksian terdakwa dan saksi-saksimerupakan timbunan ketidakajegan. Para penuntut tidak mengajukan

    bukti-bukti tandas kesalaan PKI dan para akim tidak membu-tukannya; mereka memulai prosiding peradilan dengan kepercayaan(yang tela dipropagandakan Angkatan Darat) bawa PKI bersala.Seperti diamati Harold Crouc saat mengulas beberapa berkas rekamanpersidangan Mamilub pada awal 1970-an, orang dapat dengan mudamenyimpulkan dari berkas-berkas tersebut bawa sekelompok perwira

    Angkatan Darat yang tidak puas memimpin G-30-S dan mengajakbeberapa pimpinan PKI untuk membantu mereka.2

    Poin kedua jawaban Lemanas sama muda disangkal. Tuduannyaadala bawa seluru tiga juta anggota partai mengetaui tentang G-30-Ssebelumnya dan bersala karena pengabaian (tidak melaporkan padapenguasa). Tuduan ini tidak mungkin benar: saluran-saluran informasidi dalam partai tidak sedemikian ketat seingga tiga juta orang dapatmengetaui sesuatu yang orang lain, termasuk agen-agen intelijen kuncidi dalam Angkatan Darat, tidak tau. Selain bersala karena pengabaian,mereka bersala karena keterkaitan; sebagai anggota partai, mereka

    bertanggung jawab atas segala keputusan yang diambil para pimpinan(keputusan pimpinan partai mengikat seluru anggota). Itula prinsipkesalaan kolektif sebua prinsip yang suda ditolak ole semua negaradi dunia berdasarkan rule of law.

    Sebelum 1965 pemerinta Indonesia tidak perna menimpakankesalaan kepada suatu kelompok masyarakat secara keseluruan.Kaum nasionalis yang berjuang untuk kemerdekaan pada 1945-49 tidakmembunu orang-orang Belanda anya karena mereka orang Belanda.

    Setela pemberontakan PRRI/Permesta pada akir 1950-an pemerin-

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    20/419

    xviii

    KATA PENGANTAR EDISI BAHASA INDONESIA

    ta Sukarno melarang PSI dan Masjumi karena pemimpin-pemimpinkedua partai mendukung pemberontakan-pemberontakan tersebut.Tetapi pemerinta Sukarno tidak menyatakan bawa semua anggota

    kedua partai adala pengkianat; pemerinta tidak menaan dan/ataumembunu orang anya karena mereka anggota PSI atau Masjumi.Sukarno mengampuni pemberontak-pemberontak Darul Islam orang-orang yang memang mengangkat senjata untuk melawan pemerinta kecuali pimpinan-pimpinan puncaknya. Bayangkan seandainya prinsipkesalaan kolektif diterapkan pada anggota-anggota Golkar dewasa ini:aruska setiap anggota Golkar pada masa Orde Baru diminta bertang-gungjawab atas kejaatan-kejaatan Suarto?

    Satu aspek yang tidak bermanfaat dalam debat tentang G-30-S diIndonesia adala kecenderungan untuk menggolongkan posisi apa punapaka sebagai pro-PKI atau anti-PKI. Siapapun yang tidak menye-tujui penaanan dan pembunuan massal atau menunjukkan simpatiteradap taanan politik dianggap sebagai pendukung PKI. Pipit Rociatkeberatan dengan kecenderungan ini dalam esai yang ditulisnya pada1984 Saya PKI atau Bukan PKI?.3 Menciptakan dikotomi serupa itusama dengan mengabaikan kemungkinan posisi seperti yang diperliat-

    kan Rociat, yaitu tidak membela aksi-aksi PKI sebelum 1965, tidakjuga membenarkan kekerasan massal yang diarakan kepada PKI setelaG-30-S. Kekerasan tersebut mencerminkan bencana kemanusiaan. Sayadapat memaami seandainya seseorang mengambil sikap antagonistikteradap PKI sebelum 1965: PKI adala partai yang berniat mendirikannegara satu partai, yang dipimpin ole orang-orang yang berbicara danmenulis secara dogmatis dan berdasarkan rumus-rumus baku, yang meng-galang pengikut-pengikutnya untuk mengintimidasi organisasi-organi-

    sasi pesaingnya. Tapi saya tidak dapat mengerti bagaimana orang dapatmembenarkan cara partai tersebut ditindas: keboongan-keboonganpropaganda negara untuk memicu kekerasan, penangkapan massal tanpadakwaan, interogasi dengan penyiksaan, penaanan berkepanjangantanpa pengadilan, pengilangan paksa dan pembunuan kilat. Sekarang,setela 40 taun berlalu, kita searusnya suda mampu berenti berpikirsemata-mata dalam kerangka dikotomis tentang peristiwa-peristiwatersebut, seakan-akan tiap kritik teradap kisa resmi rezim Suarto

    anya dapat didorong ole kecintaan teradap PKI.

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    21/419

    xix

    Suda saatnya pula untuk berenti berpikir mengikuti stereotip-stereotip basi. Sepanjang kekuasaan Suarto PKI digambarkan sebagaimomok jaat seingga tidak mungkin memaami bagaimana partai itu

    perna menjadi demikian populer, dengan jutaan anggota dan simpatisan.Bagaimana mungkin sebegitu banyak orang Indonesia diujat sebagaiiblis? Buku ini ditulis berdasarkan anggapan bawa anggota-anggota PKIsebenarnya manusia, bukan setan, dan memiliki karakter moral yangtidak lebi baik atau lebi buruk dari orang-orang lain di Indonesia.

    Jika kita bersedia berpikir jerni tentang pertanyaan siapa yangbertanggung jawab atas G-30-S maka kita arus menelisik apa yangsesunggunya terjadi pada awal Oktober 1965. Benarka gerakan itu

    merupakan pemberontakan setiap orang di dalam PKI? Benarka gerakanitu merupakan percobaan kudeta? Rezim Suarto bersikuku bawaG-30-S adala keduanya: pemberontakan dan percobaan kudeta. Babsatu buku ini mencoba merekonstruksi peristiwa-peristiwa yang terjadipada beberapa ari pertama Oktober 1965 tanpa ada kesimpulan sebe-lumnya. Saya menulis bab ini supaya paparannya cocok dengan salasatu dari empat penjelasan yang saya ulas di bab 2. Informasi dasar yangdisajikan pada bab 1 mengungkap bawa G-30-S ane; beberapa aspek

    memberi kesan gerakan ini merupakan percobaan kudeta, aspek-aspeklain tidak menunjukkan adanya kudeta. Narasi apapun yang memuaskantentang kejadian-kejadian pada awal Oktober 1965 pertama-tama arusmengakui keganjilan-keganjilan ini, kemudian mencoba menjelaskan-nya.

    Satu masala yang saya peratikan di dalam kebanyakan bukutentang G-30-S bersifat metodologis. Biasanya, seorang penulis mulaidengan sebua kesimpulan tentang siapa yang bertanggung jawab atas

    G-30-S (PKI, Sukarno, Suarto, dst.), lalu menimbang penjelasan-penjelasan alternatif yang mungkin sebelum menyimpulkan bawaipotesanya benar. Sejarawan tidak bekerja dengan cara seperti yangdigunakan ilmuwan pengetauan alam tingka laku manusia danperistiwa-peristiwa sosial tidak diatur ole ukum-ukum alam tetapimereka kadang-kadang mengikuti beberapa prinsip fundamental yangsama. Satu prinsip adala mengindari untuk memulai suatu peneli-tian dengan kesimpulan-kesimpulan di tangan. Kita tak akan perna

    menemukan sesuatu yang baru dengan cara seperti ini.

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    22/419

    xx

    KATA PENGANTAR EDISI BAHASA INDONESIA

    Masala besar lain yang muncul dalam kepustakaan yang sudaada adala kurangnya penilaian kritis teradap sumber-sumber yangdigunakan. Dalam al G-30-S, sumber-sumbernya memang secara

    kusus bermasala. Transkrip interogasi (Berita Acara Pemeriksaan atauProses Verbal) dan kesaksian di pengadilan militer dua jenis sumberyang sering digunakan dalam buku-buku tentang G-30-S tidak dapatdikatakan andal atau pun ajeg. Seorang sejarawan selalu arus berpikirtentang konteks tempat sumber-sumber diproduksi dan mengajukanpertanyaan yang sangat penting: bagaimana seseorang yang mengklaimtau sesuatu sesunggunya tau tentang al itu?

    Sala satu sumber yang paling andal tentang G-30-S adala Visum

    et Repertum yang dilakukan para dokter di Ruma Sakit Pusat AngkatanDarat Gatot Subroto teradap jazad tuju perwira yang ditemukan diLubang Buaya. Justru sumber inila yang tidak diumumkan ole pe-merinta Suarto. Salinan laporan visum tersembunyi ingga 1980-an,ketika dokumen itu ditemukan seorang ilmuwan dari Cornell University.4Dari laporan ini kita cukup tau bawa apa yang dilaporkan di mediayang dikontrol Angkatan Darat pada akir 1965 tentang bagaimanapara perwira dibunu ternyata palsu. Para perwira tersebut terbunu

    ole tembakan dan luka-luka tusukan bayonet; mereka tidak diiris-irisribuan kali dengan silet, mata mereka tidak dicungkil, dan mereka tidakpula dimutilasi. Jika kita berpegang pada laporan para dokter, sepertiyang saya pikir searusnya demikian, maka kita arus berasumsi bawakisa-kisa tentang penyiksaan para perwira merupakan bagian daripropaganda perang urat syaraf Angkatan Darat teradap PKI. Kita jugaarus mempertimbangkan kisa-kisa apa tentang G-30-S dari rezimSuarto yang palsu dan dokumen-dokumen lain mana yang tela di-

    sembunyikan dari pengliatan kita.Ketiadaan penilaian kritis teradap sumber-sumber suda meng-giring berbagai macam artikel dan buku yang menyajikan argumen-argumen berdasarkan kisa-kisa palsu ole propagandis, dokumen-dokumen palsu, dan spekulasi besar-besaran. Misalnya, tidak kurangdari tiga buku yang baru saja diterbitkan mengklaim bawa PresidenSukarno enta adala sang dalang atau sala satu dari sekian dalangG-30-S.5 Klaim ini tidak berdasar dan absurd. Pada saat menulis buku

    ini saya berpikir bawa klaim tersebut bakan tidak layak ditanggapi.

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    23/419

    xxi

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    Tak ada bukti untuknya. Penerbitan ketiga buku ini mendorong sayauntuk menulis sangkalan rinci teradap klaim yang dibuat sebagai esaiulasan untuk sebua jurnal akademik.6

    Saya arus menekankan bawa buku ini anya tentang G-30-S. Inibukan buku tentang kekerasan massal yang muncul setela gerakan ituterjadi walaupun di bagian pengantar saya sampaikan beberapa argumendasar tentang kekerasan tersebut dan kaitannya dengan G-30-S. Sayaberanggapan bawa lebi banyak penelitian arus dilakukan tentangkekerasan massal pasca G-30-S sebelum sebua analisis ilmia yang baikbisa ditulis. Menimbang skalanya, kekerasan pasca G-30-S merupakantopik yang lebi penting daripada G-30-S itu sendiri. Buku ini diarap-

    kan bermanfaat bagi penelitian lebi lanjut tentang kekerasan massalpasca G-30-S dengan menyajikan konteks baru untuk memaamitragedi tersebut. Jika G-30-S lebi jelas mungkin akan lebi mudauntuk memusatkan peratian pada topik-topik lain yang berkaitan.Lebi banyak pula studi-studi yang perlu digarap tentang kudeta Suarto,misalnya, bagaimana ia mengambilali media massa, keuangan negara,dan birokrasi sipil.

    Saya berarap pembaca akan mengargai proses panjang yang

    menyertai pembuatan buku ini. Saya menduga beberapa pembaca takterlalu paam bagaimana suatu buku diterbitkan ole penerbit uni-versitas. Saya menyerakan manuskrip bakal buku ini ke Universityof Wisconsin Press pada 2004. Seorang editor di badan penerbitan inimembacanya dan menilai apaka manuskrip tersebut layak diterbitkan. Sieditor mengirim manuskrip ke dua ali sejara Indonesia yang kemudianmenulis ulasan mereka, menyampaikan penilaian apaka manuskrip inilayak diterbitkan, dan apabila layak, perubaan-perubaan apa yang

    arus dibuat. Taap ini disebut ulasan ole rekan anonim. Dengandemikian mereka dapat bersikap lebi terus terang dalam menyampaikankritik mereka. Saya menerima ulasan tanpa nama ini kurang lebi enambulan setela saya menyerakan manuskrip. Saya kemudian merevisimanuskrip untuk memperbaiki kesalaan-kesalaan yang diidentifikasipara pengulas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan.Saya menyerakan manuskrip dengan revisi pada 2005. Badan penerbitmenyewa seorangcopy editoruntuk memeriksa manuskrip, memper-

    baiki kesalaan-kesalaan dalam ejaan, tata baasa, atau tanda baca, dan

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    24/419

    xxii

    KATA PENGANTAR EDISI BAHASA INDONESIA

    mengusulkan perbaikan dalam al gaya penulisan. Saya mengabiskanbeberapa minggu pada akir 2005 untuk berkorespondensi dengan copyeditortentang bermacam-macam masala. Produk akir dari proses ini

    baru diterbitkan pada September 2006.Ketelitian serupa juga diberikan dalam proses penerjemaan. Setelapenerjema utama menyelesaikan pekerjaannya, dua penerjema alilainnya memeriksa manuskrip terjemaan kata demi kata dan mengu-sulkan perubaan. Versi akir dari proses ini kemudian dikirimkan keseorangcopy editoryang berpengalaman. Baru setela copy editormem-perbaiki kesalaan-kesalaan yang ada, manuskrip dikirim ke pembacanaska yang melakukan pengecekan taap akir. Proses panjang ini

    membuat banyak teman-teman kami frustrasi karena lamanya waktuyang dibutukan untuk menerbitkan buku ini. Tetapi kami pandangluar biasa penting untuk mengasilkan terjemaan yang secara tepatmenyampaikan maksud dalam teks aslinya dan sesedikit mungkin me-ngandung kesalaan-kesalaan tipografis.

    Dalam jangka waktu satu setenga taun setela edisi baasa Inggrisbuku ini diterbitkan saya tela belajar lebi banyak tentang G-30-S.Namun, saya menolak godaan untuk menambakan pengetauan baru

    apa pun ke edisi ini. Saya berarap beberapa taun lagi, begitu sayamengumpulkan lebi banyak informasi dan mendengar dari lebi banyakpembaca, saya akan siap menerbitkan suatu artikel yang menjabarkanargumen-argumen di dalam buku ini.

    CATATAN

    1 Lembaga Ketaanan Nasional, Baan-Baan Pokok G-30-S/PKI dan Pengancurannya,bagian kedua (Maret 1969), 17-18. Edisi yang saya miliki adala salinan yang dibuat pada1982. Seperti dinyatakan pada alaman judul, edisi ini disalin sesuai dengan aslinya oleSekretaris Pokja Balat Lemannas.2 Crouc, Anoter Look At te Indonesian Coup, Indonesia no. 15 (April 1973)3 Diterbitkan dalam majala maasiswa Indonesia di Berlin Barat, Gotong Royong(Maret1984).4 Benedict Anderson, How did te Generals Die?, Indonesiano. 43 (April 1987). Catatan

    Prof. Anderson tentang tanggapan rezim Suarto teradap analisisnya tentang G-30-S

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    25/419

    xxiii

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    dan pencekalan dirinya dari Indonesia layak dibaca kalangan yang lebi luas: Scolarsipon Indonesia and Raison dtat: Personal Experience, Indonesiano. 62 (October 1996).

    Artikel lain yang juga berarga adala: Indonesian Nationalism Today and in te Future,Indonesiano. 67 (April 1999).

    5 Victor M. Fic,Anatomy of te Jakarta Coup, October 1, 2004(New Deli: Abinav,2004); Antonie C.A. Dake, he Sukarno File, 1965-67: Cronology of a Defeat (Leiden:Brill, 2006); Helen-Louise Hunter, Sukarno and te Indonesian Coup: he Untold Story(Wesport: Praeger, 2007).6 Sukarno and te September 30t Movement, Critical Asian Studies40: 1 (Marc2008).

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    26/419

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    27/419

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    28/419

    Peta 1. Jakarta, 1965

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    29/419

    3

    PENDAHULUAN

    Kebenaran tentang perebutan kekuasaan tidak bole dibikin jelas;pada mulanya ia terjadi tanpa alasan tapi kemudian menjadi masukakal. Kita arus memastikan bawa kebenaran itu dianggap sa danabadi; adapun asal-muasalnya sendiri arus disembunyikan, jika kitatidak ingin kebenaran itu cepat berakir.

    Blaise Pascal, Penses (1670)

    Bagi sejarawan yang ingin memaami perjalanan sejara Indonesiamodern, al yang terkadang menimbulkan rasa frustrasi iala

    justru karena kejadian yang paling misterius ternyata merupakansala satu babak kejadian yang terpenting. Pada dini ari 1 Oktober1965, Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Letnan Jenderal

    Amad Yani dan lima orang staf umumnya diculik dari ruma-rumamereka di Jakarta, dan dibawa dengan truk ke sebidang areal perkebunan

    di selatan kota. Para penculik membunu Yani dan dua jenderal lainnyapada saat penangkapan berlangsung. Tiba di areal perkebunan beberapasaat kemudian pada pagi ari itu, mereka membunu tiga jenderal lainnyadan melempar enam jasad mereka ke sebua sumur mati. Seorang letnan,yang sala tangkap dari ruma jenderal ketuju yang lolos dari pencu-likan, menemui nasib dilempar ke dasar sumur yang sama. Pagi ari itu

    juga orang-orang di balik peristiwa pembunuan ini pun mendudukistasiun pusat Radio Republik Indonesia (RRI), dan melalui udara menya-

    takan diri sebagai anggota pasukan yang setia kepada Presiden Sukarno.

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    30/419

    4

    PENDAHULUAN

    Adapun tujuan aksi yang mereka umumkan iala untuk melindungiPresiden dari komplotan jenderal kanan yang akan melancarkan kudeta.Mereka menyebut nama pemimpin mereka, Letnan Kolonel Untung,

    Komandan Batalyon I Kawal Keormatan Cakrabirawa, yang bertang-gung jawab mengawal Presiden, dan menamai gerakan mereka Gerakan30 September (selanjutnya disebut sebagai G-30-S). Dalam sebua unjukkekuatan, ratusan prajurit pendukung G-30-S menduduki LapanganMerdeka (sekarang Lapangan Monas) di pusat kota. Lalu pada sore danpetang ari 1 Oktober, seperti menanggapi isyarat dari Jakarta, beberapapasukan di Jawa Tenga menculik lima perwira pimpinan mereka.

    Kesulitan memaami G-30-S antara lain karena gerakan tersebut

    suda kala sebelum kebanyakan orang Indonesia mengetaui keber-adaannya. Gerakan 30 September tumbang secepat kemunculannya.Dengan tidak adanya Yani, Mayor Jenderal Suarto mengambil alikomando Angkatan Darat pada pagi ari 1 Oktober, dan pada petang ariia melancarkan serangan balik. Pasukan G-30-S meninggalkan stasiunRRI dan Lapangan Merdeka yang sempat mereka duduki selama duabelas jam saja. Semua pasukan pemberontak akirnya ditangkap ataumelarikan diri dari Jakarta pada pagi ari 2 Oktober. Di Jawa Tenga,

    G-30-S anya bertaan sampai 3 Oktober. Gerakan 30 September lenyapsebelum anggota-anggotanya sempat menjelaskan tujuan mereka kepadapublik. Pimpinan G-30-S bakan belum sempat mengadakan konferensipers dan tampil memperliatkan diri di depan kamera para fotografer.

    Kendati bernapas pendek, G-30-S mempunyai dampak sejarayang penting. Ia menandai awal berakirnya masa kepresidenan Sukarno,sekaligus bermulanya masa kekuasaan Suarto. Sampai saat itu Sukarnomerupakan satu-satunya pemimpin nasional yang paling terkemuka

    selama dua dasawarsa lebi, yaitu dari sejak ia bersama pemimpin nasionallain, Moammad Hatta, pada 1945 mengumumkan kemerdekaanIndonesia. Ia satu-satunya presiden negara-bangsa baru itu. Dengankarisma, kefasian lida, dan patriotismenya yang menggelora, ia tetapsangat populer di tenga-tenga semua kekacauan politik dan sala urusperekonomian pascakemerdekaan. Sampai 1965 kedudukannya sebagaipresiden tidak tergoyakan. Sebagai bukti popularitasnya, baik G-30-Smaupun Mayor Jenderal Suarto berdali bawa segala tindakan yang

    mereka lakukan merupakan langka untuk membela Sukarno. Tidak

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    31/419

    5

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    ada piak mana pun yang berani memperliatkan pembangkangannyateradap Sukarno.

    Suarto menggunakan G-30-S sebagai dali untuk merongrong

    legitimasi Sukarno, sambil melambungkan dirinya ke kursi kepresi-denan. Pengambilalian kekuasaan negara ole Suarto secara bertaap,yang dapat disebut sebagai kudeta merangkak, dilakukannya di bawaselubung usaa untuk mencega kudeta. Kedua bela piak tidak beranimenunjukkan ketidaksetiaan teradap presiden. Jika bagi PresidenSukarno aksi G-30-S itu sendiri disebutnya sebagai riak kecil di tengasamudra besar Revolusi [nasional Indonesia], sebua peristiwa kecilyang dapat diselesaikan dengan tenang tanpa menimbulkan guncangan

    besar teradap struktur kekuasaan, bagi Suarto peristiwa itu merupakantsunami pengkianatan dan kejaatan, yang menyingkapkan adanyakesalaan yang sangat besar pada pemerintaan Sukarno.1 Suartomenudu Partai Komunis Indonesia (PKI) mendalangi G-30-S, danselanjutnya menyusun rencana pembasmian teradap orang-orang yangterkait dengan partai itu. Tentara Suarto menangkapi satu setenga jutaorang lebi. Semuanya ditudu terlibat dalam G-30-S.2 Dalam salasatu pertumpaan dara terburuk di abad keduapulu, ratusan ribu

    orang dibantai Angkatan Darat dan milisi yang berafiliasi dengannya,terutama di Jawa Tenga, Jawa Timur, dan Bali, dari akir 1965 sampaipertengaan 1966.3 Dalam suasana darurat nasional taap demi taapSuarto merebut kekuasaan Sukarno dan menempatkan dirinya sebagaipresiden de facto (dengan wewenang memecat dan mengangkat paramenteri) sampai Maret 1966. Gerakan 30 September, sebagai titikberangkat rangkaian kejadian berkait kelindan yang bermuara padapembunuan massal dan tiga pulu dua taun kediktatoran, merupakan

    sala satu di antara kejadian-kejadian penting dalam sejara Indonesia,setara dengan pergantian kekuasaan negara yang terjadi sebelum dansesudanya: proklamasi kemerdekaan Sukarno-Hatta pada 17 Agustus1945, dan lengsernya Suarto pada 21 Mei 1998.

    Bagi kalangan sejarawan, G-30-S tetap merupakan misteri. Versiresmi rezim Suarto bawa G-30-S adala percobaan kudeta PKI tidak cukup meyakinkan. Sukar dipercaya bawa partai politik yangberanggotakan orang sipil semata-mata dapat memimpin sebua operasi

    militer. Bagaimana mungkin orang sipil dapat memerinta personil

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    32/419

    6

    PENDAHULUAN

    militer untuk melaksanakan keinginan mereka? Bagaimana mungkinsebua partai yang terorganisasi dengan baik, dengan reputasi sebagaipartai yang berdisiplin tinggi, merencanakan tindak amatiran semacam

    itu? Mengapa partai komunis yang dipimpin prinsip-prinsip revolusiLeninis mau berkomplot dalamputsc ole sepasukan tentara? Mengapapartai politik yang sedang tumbu kuat di pentas politik terbuka memiliaksi konspirasi? Agaknya tak ada alasan ke ara sana. Di piak lain, sukardipercaya bawa G-30-S seperti dinyatakannya dalam siaran radio yangpertama semata-mata dalam tubu Angkatan Darat, karena memangada beberapa toko PKI yang jelas ikut memimpin G-30-S bersamabeberapa orang perwira militer. Sejak ari-ari pertama Oktober 1965,

    masala siapa dalang di belakang peristiwa ini tela menjadi perdebatanyang tak kunjung reda. Apaka para perwira militer itu bertindak sendiri,sebagaimana yang mereka nyatakan, dan kemudian mengundang ataubakan menipu beberapa toko PKI agar membantu mereka? Atauka,

    justru PKI yang menggunakan sementara perwira militer ini sebagai alatpelaksana rencana mereka, sebagaimana yang dikatakan Suarto? Atau,adaka semacam modus vivendiantara para perwira militer tersebut danPKI?

    Perdebatan juga timbul di sekitar ubungan Suarto dengan G-30-S.Bukti-bukti tidak langsung memberi kesan bawa para perencana G-30-Ssetidaknya mengarapkan dukungan Suarto; mereka tidak mencan-tumkan Suarto dalam daftar jenderal yang akan diculik, dan jugatidak menempatkan pasukan di sekeliling markasnya. Dua perwira diantara pimpinan G-30-S adala saabat-saabat pribadi Suarto. Salaseorang, yaitu Kolonel Abdul Latief, mengaku memberi tau Suartotentang G-30-S sebelumnya dan mendapat restu darinya secara diam-

    diam. Benarka Suarto suda diberitau sebelumnya? Informasi apayang diberikan G-30-S kepadanya? Apa tanggapan Suarto teradapinformasi itu? Apaka ia menjanjikan dukungan atau melangka lebi

    jau dan membantu merencanakan operasi G-30-S? Apaka ia denganlicik menelikung G-30-S agar dapat naik ke tampuk kekuasaan?

    Sampai sekarang dokumen utama yang ditinggalkan ole G-30-Sanyala empat pernyataan yang disiarkan RRI pusat pada pagi dansiang ari 1 Oktober 1965. Pernyataan-pernyataan itu menampilkan

    waja G-30-S di depan publik dan tentu saja tidak mengungkap peng-

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    33/419

    7

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    organisasian di balik layar dan tujuan yang mendasarinya. Sesuda ter-tangkap, para pimpinan kunci G-30-S tidak mengungkap banyak al.Kesaksian mereka di depan pengadilan yang dikenal sebagai Makama

    Militer Luar Biasa (Mamilub) lebi mencerminkan keterdesakan sangatuntuk menolak segala dakwaan, ketimbang menjelaskan secara rincitentang bagaimana dan mengapa G-30-S dilancarkan. Para terdakwa,dapat dimengerti, memili tutup mulut, berboong, tidak sepenu-nya berkata benar, dan mengindar demi melin-dungi diri sendiri dankawan-kawan mereka, atau melempar kesalaan kepada orang lain. Baikpenuntut umum maupun akim tidak ambil pusing untuk mengorekkesaksian-kesaksian mereka yang saling bertentang-tentangan; pengadilan

    memang tidak dimaksudkan untuk menyelidiki kebenaran atas peristiwatersebut. Semua anyala pengadilan sandiwara belaka. Tidak satu orangpun yang dibawa ke Mamilub dibebaskan dari tuntutan. Dari limaorang pimpinan utama G-30-S, kecuali satu orang, semuanya dinyata-kan terbukti berkianat, dijatui ukuman mati, dan dieksekusi oleregu tembak, seingga dengan demikian menutup setiap kemungkinanmereka muncul kembali dengan keterangan baru yang lebi rinci danakurat tentang gerakan mereka.4

    Satu-satunya pemimpin kunci G-30-S yang lolos dari regu tembak,yaitu Kolonel Abdul Latief, menolak menjelaskan G-30-S secara rinci.Ketika akirnya diajukan ke depan pengadilan pada 1978, sesudabertaun-taun dikurung dalam sel isolasi, ia juga tidak memanfaatkankesempatan itu untuk menjelaskan bagaimana mereka mengorganisasiG-30-S. Pidato pembelaannya menjadi terkenal dan tersebar luas karenasatu pernyataannya yang mengejutkan bawa ia tela memberi tauSuarto tentang gerakan itu sebelumnya. Arti penting pernyataan itu lalu

    menutupi kenyataan bawa Latief tidak menceritakan barang sedikit puntentang G-30-S itu sendiri. Sebagian besar pidato pembelaannya tercurapada cekcok yang relatif reme-teme tentang keterangan para saksi,atau pada penje-lasan riwayat idupnya untuk membuktikan diri sebagaiprajurit yang patriotik. Sesuda 1978, Latief tidak perna menyimpangdari pembelaannya dan juga tidak perna mengurai lebi lanjut pernya-taan-pernyataannya. Bakan juga sesuda dibebaskan dari penjara pada1998, ia tidak memberikan keterangan baru satu pata kata pun.5

    Gerakan 30 September dengan begitu tela mengamparkan

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    34/419

    8

    PENDAHULUAN

    sebua misteri tak terpecakan bagi para sejarawan. Bukti-bukti yangterbatas adanya kebanyakan tidak dapat diandalkan. Angkatan Daratmerekayasa sebagian besar bukti ketika menyulut kampanye anti-PKI

    dalam bulan-bulan setela G-30-S, termasuk cerita tentang para pengikutPKI yang menyiksa dan menyilet tubu para jenderal sambil menari-naritelanjang.6 Terbitan-terbitan yang didukung rezim Suarto bersandarpada laporan interogasi para tapol, yang setidak-tidaknya beberapa diantara mereka tela disiksa atau diancam akan disiksa. Banyak di antarakorban teror militer yang selamat tetap takut untuk berbicara terus terangdan jujur. Kedua bela piak, baik yang kala (para peserta G-30-S)maupun yang menang (para perwira Suarto), tidak memberikan ke-

    terangan yang layak dipercaya. Hampir semua kesaksian pribadi dandokumen tertulis dari akir 1965 dan selanjutnya tampaknya sengajadibuat untuk menyesatkan, mengaburkan, atau menipu.

    Ole karena G-30-S dan pembasmiannya merupakan tindakan-tindakan yang dirancang secara raasia ole para perwira militer, agenintelijen, dan agen ganda, sumber-sumber informasi yang lazim dipakaisejarawan surat kabar, majala, dokumen pemerinta, dan pamflet tidak banyak membantu. Dalam buku teksnya tentang sejara

    Indonesia, Merle Ricklefs menulis bawa ruwetnya panggung politikpada 1965 dan banyaknya bukti-bukti yang mencurigakan menye-babkan penyimpulan tegas mengenai G-30-S ampir tidak mungkin.7Rekan-rekannya sesama sejarawan asal Australia, Robert Cribb dan ColinBrown, berpendapat bawa alur kejadian yang tepat itu diselubungiketidakpastian. Menjelang G-30-S terjadi, desas-desus, kabar burung,dan penyesatan berita yang disengaja menyesaki udara.8 Kebanyakansejarawan yang menulis mengenai Indonesia dan berusaa memecakan

    misteri ini mengaku tidak begitu yakin dengan penjelasan yang merekatawarkan.Gerakan 30 September adala sebua misteri pembunuan yang

    pemecaannya akan membawa implikasi sangat luas bagi sejara nasionalIndonesia. Hal-al yang dipertarukan dalam kontroversi tentangdalang sunggu besar. Rezim Suarto membenarkan tindakan represiberdaranya teradap PKI dengan menekankan bawa partai itulayang memulai dan mengorganisasi G-30-S. Walaupun aksi-aksi pada

    1 Oktober tersebut tak lebi dari pemberontakan berskala kecil dan

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    35/419

    9

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    terbatas ole pasukan Angkatan Darat dan demonstrasi ole kalangansipil, rezim Suarto menggambarkannya sebagai awal dari serangan PKIyang masif dan keji teradap semua kekuatan nonkomunis. Gerakan 30

    September diliatnya sebagai tembakan salvo pembuka dari PKI untuksebua revolusi sosial. Dalam membangun ideologi pembenaran bagikediktatorannya, Suarto menampilkan diri sebagai juru selamat bangsadengan menumpas G-30-S. Rezim Suarto terus-menerus menanamkanperistiwa itu dalam pikiran masyarakat melalui semua alat propagandanegara: buku teks, monumen, nama jalan, film, museum, upacara per-ingatan, dan ari raya nasional. Rezim Suarto memberi dasar pembe-naran keberadaannya dengan menempatkan G-30-S tepat pada jantung

    narasi istorisnya dan menggambarkan PKI sebagai kekuatan jaat takterperikan. Pernyataan bawa PKI mengorganisasi G-30-S, bagi rezimSuarto, bukan sekadar fakta biasa; tetapi sangfakta sejara maabesar,yang menjadi sumber pokok keabsaan rezimnya.

    Di bawa Suarto, antikomunisme menjadi agama negara, lengkapdengan segala situs, upacara, dan tanggal-tanggalnya yang sakral. Paraperwira Suarto menguba situs pembunuan tuju perwira AngkatanDarat di Jakarta pada 1 Oktober 1965, yaitu Lubang Buaya, menjadi

    tana keramat. Sebua monumen didirikan dengan tuju patungperunggu para perwira yang tewas, semua berdiri setinggi manusiadengan sikap gaga dan menantang. Pada dinding belakang deretanpatung para perwira ditempatkan patung garuda raksasa dengan sayapmengembang, burung kayali yang tela diangkat Indonesia sebagailambang kebangsaannya.

    Di dinding seputar monumen dengan tinggi sebatas tatapanmata rezim Suarto menetakkan relief dari perunggu, mirip dengan

    lempengan-lempengan panjang melintang dari abad ke-9 di CandiBorobudur. Jika pengunjung berjalan menyusuri dinding relief dari kirike kanan, mereka akan meliat versi sejara Indonesia pascakolonialyang antikomunis. Dari pemberontakan Madiun 1948 sampai Gerakan30 September 1965, PKI selalu ditampilkan sebagai pemicu kekacauan.Relief itu menampilkan sebua kisa klasik tentang sang palawan(Suarto) yang mengalakan penjaat keji (PKI) dan menyelamatkanbangsa dari keancuran. Tepat di tenga dinding relief digambarkan

    adegan perempuan-perempuan berkalung rangkaian bunga dan ber-

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    36/419

    10

    PENDAHULUAN

    telanjang menari-nari mengitari seorang laki-laki yang tenga melemparmayat perwira ke dalam sumur. Rekayasa perang urat syaraf yang saratdengan citra seks dan kekerasan demikian kuat dituangkan dalam logamkemudian berole status sebagai fakta yang tak terbantakan. Di depandinding relief tertera slogan: Waspada ...... dan mawas diri agar peristiwasematjam ini tidak terulang lagi.

    Monumen yang dibuka pada 1969 ini dinamai Monumen PancasilaSakti.9 Semasa pemerintaan Suarto, Pancasila, lima prinsip nasional-isme Indonesia yang diucapkan Sukarno untuk pertama kali pada 1945,diangkat menjadi ideologi resmi negara. Pancasila dibayangkan sebagaiperjanjian suci bangsa dan Lubang Buaya adala situs pelanggaran palingmengerikan teradap perjanjian itu. Dengan demikian, monumen inimenyucikan situs pelanggaran tersebut dan menabiskan para perwirayang dibunu sebagai syuada-syuada suci. Sebagai ruang sakral,

    Monumen Pancasila Sakti menjadi lokasi penyelenggaraan ritual-ritualrezim Suarto yang paling penting. Setiap lima taun semua anggotaparlemen berkumpul di sini, sebelum memulai sidang pertama, untukbersumpa setia kepada Pancasila. Setiap taun pada 1 Oktober, Suartodan pejabat terasnya menyelenggarakan upacara di adapan monumentersebut untuk menyatakan janji kesetiaan mereka yang abadi kepadaPancasila.10 Semalam sebelumnya semua stasiun televisi diwajibkan me-nyiarkan film buatan pemerinta, Pengkianatan Gerakan 30 September/

    PKI(1984). Film sepanjang empat jam yang melelakan ini bercerita

    Gambar 1. Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta. Foto: John Roosa

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    37/419

    11

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    Gambar 2. Detil relief pada Monumen Pancasila Sakti. Perempuan-perempuan anggota PKImenari telanjang, sementara laki-laki komunis membunuh para perwira Angkatan Darat danmembuang mayat-mayat mereka ke Lubang Buaya. Foto: John Roosa

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    38/419

    12

    PENDAHULUAN

    mengenai penculikan dan pembunuan tuju perwira Angkatan Darat diJakarta, dan menjadi tontonan wajib setiap taun bagi anak-anak sekola.Film ini dimulai dengan sorotan berkepanjangan teradap monumen

    itu, diiringi pukulan ratapan genderang yang murung. Lubang Buayaditanamkan dalam kesadaran publik sebagai tempat PKI melakukankejaatan besar.

    Di samping Monumen Pancasila Sakti rezim Suarto membangunMuseum Pengkianatan PKI pada 1990. Hampir semua dari 42 dioramadi dalam museum itu, yang kaca-kacanya dipasang renda agar anak-anaksekola yang berkunjung dapat meliatnya, menggambarkan babak-babak kekejaman PKI dari 1945 sampai 1965. Apa yang dipelajari para

    pengunjung museum adala pelajaran moral sederana: bawa sejakkemerdekaan dan masa-masa selanjutnya, PKI bersifat antinasional,antiagama, agresif, aus dara, dan sadis.11 Museum itu tidak menawar-kan penjelasan tentang komunisme sebagai ideologi yang menentangkepemilikan pribadi dan kapitalisme; tidak ada sejara mengenaisumbangan PKI dalam perjuangan nasional melawan kolonialismeBelanda, atau kegiatan partai dalam mengorganisasi buru dan tanisecara damai.12 Adegan-adegan kekerasan dirancang untuk meyakinkan

    pengunjung tentang kemustailan memberi toleransi teradap PKI ditenga keidupan berbangsa.Bagi rezim Suarto, kejadian 1 Oktober 1965 menyingkap kebenaran

    tentang sifat PKI yang kianat dan antinasional. Ia mendiskreditkanprinsip yang digalakkan Sukarno, yaitu Nasakom akronim yang me-nyatakan azas tritunggal nasionalisme, agama, dan komunisme yangmemberi keabsaan bagi PKI sebagai komponen dasaria dalam perpoli-tikan Indonesia. Rupa-rupanya G-30-S menandai adanya pemutusan

    imanen dengan (meminjam istila filsuf Prancis Alain Badiou) penge-tauan yang tela dilembagakan, dan meyakinkan orang-orang yangakan menjadi setia kepada kebenaran gerakan tersebut. Seperti dinyatakanBadiou, Bersetia kepada suatu peristiwa adala bergerak dalam situasiyang disodorkan peristiwa tersebut dengan berpikir ... [tentang] situasitersebut sesuai dengan peristiwa itu.13 Rezim Suarto menampilkan dirisebagai waana, yang dapat digunakan bangsa Indonesia agar tetap setiakepada kebenaran peristiwa 1 Oktober 1965. Kebenaran yang dinyatakan

    peristiwa itu iala bawa PKI jaat dan pengkianat yang tak dapat

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    39/419

    13

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    disadarkan lagi. Rezim Suarto akan tampak sebagai semacam proseskebenaran jika kebenaran dirumuskan sesuai dengan cara Badiou meru-muskannya, yaitu suatu proses nyata tentang kesetiaan kepada suatuperistiwa. Maka semua pejabat negara arus mengucapkan sumpasetia kepada Pancasila dan bersumpa bawa mereka (serta keluarga

    masing-masing) bersi dari kaitan apa pun dengan PKI dan G-30-S.Namun, jika kita menggunakan kerangka berpikir Badiou dalam berpikirtentang G-30-S, kita akan menemukan bawa G-30-S bukanla suatuperistiwa menurut pengertian Badiou karena peristiwa itu sedikit banyakmerupakan asil rekayasaex post facto (dari sesuatu yang suda terjadi).Dengan operasi-operasi perang urat syaraf rezim Suarto berdusta tentangcara bagaimana enam orang jenderal tersebut dibunu (menciptakankisa-kisa tentang penyiksaan dan mutilasi) dan tentang identitas para

    pelaku yang bertanggung jawab (menudu setiap anggota PKI bersala).Gerakan 30 September tidak sama dengan revolusi Indonesia 1945-1949, yang merupakan peristiwa-kebenaran (trut-event)bagi Sukarno.Revolusi itu bersifat terbuka dan umum. Jutaan orang mengambil bagiandi dalamnya (sebagai gerilyawan, kurir, juru rawat, dermawan, dll.).Untuk mengancurkan prinsip rasial yang menjadi tumpuan pemerin-ta kolonial Belanda, revolusi tampil membela prinsip-prinsip universalpembebasan umat manusia.14 Sebaliknya, G-30-S adala kejadian yang

    berlangsung cepat, berskala kecil, bersifat tertutup, dan masyarakat

    Gambar 3. Museum Pengkhianatan PKI, Lubang Buaya, Jakarta. Foto: John Roosa

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    40/419

    14

    PENDAHULUAN

    umum ampir tidak mempunyai pengetauan langsung mengenainya.Hanya rezim Suarto saja yang mengaku mampu meliat kebenaranperistiwa tersebut. Dengan demikian rezim itu setia kepada sesuatu yang

    bukan peristiwa, kepada suatu fantasi yang dibuatnya sendiri. Kesetiaankepada citra kayali [simulacrum] tulis Badiou, meniru sebua proseskebenaran yang aktual, namun memutarbalikkan aspirasi universaltentang peristiwa kebenaran yang sejati. Ia anya mengakui sekumpulanorang tertentu (misalnya orang-orang nonkomunis) sebagai peserta dalamkebenaran suatu peristiwa dan menciptakan perang dan pembantaiansebagai upaya membasmi siapa pun yang berada di luar kumpulan yangtela diakui tersebut.15

    Sampai pengujung rezim Suarto pada 1998 pemerinta danpejabat militer Indonesia menggunakan antu PKI untuk menanggapisetiap masala kerusuan atau gejala pembangkangan. Kata-kata kuncidalam wacana rezim itu adala baaya laten komunisme.16 Agen-agentersembunyi dari Organisasi Tanpa Bentuk (OTB) senantiasa mengendap,siap merongrong pembangunan ekonomi dan tertib politik. PembasmianPKI yang tak kunjung usai, sunggu-sunggu merupakan raison dtre(alasan keberadaan) bagi rezim Suarto. Landasan ukum asali yang

    dipakai rezim ini untuk menguasai Indonesia selama lebi dari 30 taunadala perinta Presiden Sukarno pada 3 Oktober 1965, yang memberiwewenang kepada Suarto untuk memulikan ketertiban. Perintaitu dikeluarkan dalam situasi darurat. Tapi bagi Suarto situasi daruratitu tidak perna berakir. Kopkamtib (Komando Operasi PemulianKeamanan dan Ketertiban) yang dibentuk pada masa itu tetap diper-taankan sampai akir kekuasaan rezim (dengan penggantian namamenjadi Bakorstanas pada 1988). Badan ini memungkinkan personil

    militer bertindak di luar dan di atas ukum dengan dali keadaandarurat.17 Pengambilalian kekuasaan ole Suarto sejalan denganucapan teoretisi politik Carl Scmitt, Sang penguasa adala dia yangmengambil keputusan akan adanya kekecualian.18 Bagi Suarto, G-30-Sadala sebua kekecualian; sebua pataan dalam tertib ukum yangnormal, yang memerlukan kekuasaan ekstra legal untuk memberantas-nya. Gerakan 30 September bukan sekadar riak kecil di tenga samudraluas Revolusi Indonesia, seperti yang dinyatakan Sukarno, penguasa di

    atas kertas.19

    Namun teori Scmitt perlu kualifikasi tersendiri untuk

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    41/419

    15

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    menangani kasus-kasus ketika penguasa memutuskan bawa kekecua-lian arus menjadi norma.20 Suarto memutuskan bawa kekecualiandari 1 Oktober 1965 bersifat permanen. Rezimnya mempertaankan

    baaya laten komunisme dan menyandera Indonesia dalam keadaandarurat terus-menerus. Seperti dikatakan Ariel Heryanto, komunismetidak perna mati di Indonesia-nya Suarto.21 Rezim Suarto tidak dapatmembiarkan komunisme mati, karena ia menetapkan dirinya dalamubungan dialektis dengan komunisme, atau lebi tepat, dengan citrakayali (simulacrum) komunisme.

    GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN AMERIKA SERIKAT

    Gerakan 30 September merupakan peristiwa signifikan dan bukan anyabagi Indonesia. Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia pada1965, Marsall Green, berpendapat bawa G-30-S merupakan salasatu saat paling berbaaya bagi AS semasa perang dingin. Ia menafsirkangerakan itu sebagai usaa kudeta komunis, yang jika berasil, dapatmenguba Indonesia menjadi negara komunis yang bersekutu dengan

    Uni Soviet dan/atau Tiongkok. Dalam wawancara di televisi pada 1997ia menyatakan, Saya kira [G-30-S] ini merupakan peristiwa yang sangatpenting di dunia, dan saya tak yakin pers dan masyarakat umum pernamenganggapnya demikian. Dan saya tidak beranggapan bawa sayaberkata begitu semata-mata karena saya ada di sana waktu itu: Saya kirabenar bawa inila bangsa yang sekarang merupakan bangsa terbesarkeempat di dunia ini ... akan menjadi komunis, dan memang nyarisdemikian.22

    Serangan Suarto teradap kaum komunis dan perebutan kekuasaanpresiden yang dilancarkannya berakir pada pembalikan sepenunyaperuntungan AS di Indonesia. Hampir dalam semalam pemerintaIndonesia beruba dari kekuatan yang di tenga-tenga perang dingindengan garang menyuarakan netralitas dan antiimperialisme menjadirekanan pendiam yang patu kepada tatanan dunia AS. Sebelum G-30-Sterjadi, kedutaan AS tela memulangkan ampir semua personil merekadan menutup konsulat-konsulatnya di luar Jakarta, karena gelombang-

    gelombang demonstrasi militan yang dipimpin PKI. Presiden Sukarno

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    42/419

    16

    PENDAHULUAN

    keliatannya menutup mata dan merestui aksi-aksi itu dengan tidakmemberikan perlindungan keamanan yang cukup bagi konsulat-konsulat

    AS. Sementara serangan teradap fasilitas-fasilitas pemerinta AS suda

    begitu mengkawatirkan, kaum buru mengambil ali perkebunan-perkebunan dan sumber-sumber minyak milik perusaaan-perusaaanAS, dan pemerinta Indonesia mengancam akan menasionalisasi peru-saaan-perusaaan tersebut. Sejumla pejabat pemerinta AS sempatmempertimbangkan pemutusan ubungan diplomatik sama sekali.Tampaknya Wasington arus melupakan Indonesia dan mengang-gapnya sebagai bagian dari dunia komunis. Sebua laporan intelijentingkat tinggi yang disiapkan awal September 1965 mengatakan bawa,

    Indonesia di bawa Sukarno dalam al-al penting tertentu sudabertindak seperti sebua negara Komunis, dan lebi secara terbukamemusui AS ketimbang kebanyakan negeri-negeri Komunis. Laporanitu memperkirakan bawa pemerinta Indonesia, dalam waktu dua atautiga taun, akan sepenunya didominasi PKI.23

    Lepasnya Indonesia dari pengaru AS akan menjadi keilanganbesar, yang jau lebi maal daripada lepasnya Indocina. Dalam politikluar negeri AS setela Perang Dunia Kedua, Indonesia dianggap sebagai

    domino terbesar di Asia Tenggara, bukan anya karena bobot demo-grafis sebagai negeri berpenduduk terbesar kelima di dunia dan keluasangeografis sebagai kepulauan yang terbentang 3.000 mil lebi dari timurke barat, tapi juga karena sumber daya alamnya yang melimpa rua.Indonesia adala sumber minyak, tima, dan karet yang penting. Denganinvestasi lebi banyak, Indonesia akan menjadi produsen baan mentayang lebi besar lagi, termasuk emas, perak, dan nikel. Seperti dikatakansejarawan Gabriel Kolko, bawa AS pada awal 1950-an tela menyera-

    kan Indonesia di bawa pengaru ekonomi Jepang; minyak, mineral,logam, dan tanaman pangan dari Indonesia akan mengidupi indus-trialisasi Jepang. Kepriatinan utama AS adala keamanan Jepang,yang aksesnya ke negeri kepulauan dengan sumber alam kaya raya ituarus dijaga agar tetap aman berada di kubu AS.24 Penilaian Kolkodisusun berdasarkan penyataan kebijakan Dewan Keamanan Nasionaltaun 1952 yang berjudul, United States Objectives and Courses of

    Action wit Respect to Souteast Asia (Tujuan dan Ara Tindakan

    Amerika Serikat untuk Asia Tenggara). Para pembuat kebijakan dalam

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    43/419

    17

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    pemerintaan Truman meliat kawasan ini dari segi sumber daya alam:Asia Tenggara, kususnya Malaya dan Indonesia, merupakan sumberutama dunia bagi karet alam dan tima, dan produsen minyak bumi,

    serta komoditi lain yang penting secara strategis. Jatunya kawasan inike tangan komunis (atau, sejatinya kekuatan lokal mana pun yang inginmembatasi ekspor sumber daya alam tersebut) akan mengambat indus-trialisasi Jepang, dan al ini akan sangat mempersulit upaya mengalangi

    Jepang untuk pada akirnya menyesuaikan diri dengan komunisme.25Pemerinta Eisenower mengeluarkan pernyataan politik serupa tentang

    Asia Tenggara dua taun kemudian, yang mengulangi baasa memoran-dum terdaulu ampir kata demi kata.26

    Wasington menganggap kemungkinan jatunya pemerintaIndonesia di bawa kekuasaan komunis sebagai ari kiamat. Sikapnyamempertaankan garis melawan komunisme di Indocina antara laindidorong keinginan melindungi Indonesia. Dalam logika teori domino,negeri-negeri Indocina yang relatif tidak begitu strategis arus diamankandari komunisme agar negeri-negeri yang lebi penting di Asia Tenggaradapat dipagari dari pengarunya. Dalam pidatonya pada 1965, RicardNixon membenarkan pemboman atas Vietnam Utara sebagai alat untuk

    melindungi potensi mineral yang luar biasa di Indonesia.27

    Dua taunkemudian ia menyebut Indonesia sebagai anugera terbesar di wilayaAsia Tenggara, dan merupakan timbunan sumber daya alam terkayadi kawasan itu.28 Pasukan darat yang mulai memasuki Vietnam sejakMaret 1965 akan menjadi tidak berguna jika kaum komunis menang dinegeri yang lebi besar dan lebi strategis. Penguasaan Indonesia ole PKIakan membuat intervensi di Vietnam sia-sia belaka. Pasukan AmerikaSerikat sibuk bertempur di pintu gerbang, sementara musu suda berada

    di dalam, akan segera menduduki istana, dan menjara-raya gudang-gudang simpanan.Dalam minggu-minggu sebelum G-30-S beraksi, para pembuat

    kebijakan di Wasington saling mengingatkan diri, agar perang diVietnam tidak sampai mengalikan peratian mereka dari situasi diIndonesia yang sama daruratnya. Pertemuan antara sekelompok kecilpejabat Departemen Luar Negeri dan Wakil Menteri Luar Negeri GeorgeBall di akir Agustus 1965 menegaskan bawa Indonesia paling tidak

    sama penting dengan seluru Indocina. Kelompok ini juga menegaskan

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    44/419

    18

    PENDAHULUAN

    bawa pengambilalian kekuasaan ole sayap kiri di Indonesia sudadekat. Menurut sala seorang pejabat yang adir, William Bundy,kelompok tersebut percaya bawa pengambilalian kekuasaan seperti itu

    akan menimbulkan efek menjepit sangat kuat bagi kedudukan negeri-negeri nonkomunis di Asia Tenggara.29Dalam renungan reflektifnya, Robert McNamara, Menteri Perta-

    anan dalam pemerintaan Kennedy dan Jonson, mengatakan bawaAS searusnya mengurangi keterlibatannya di Indocina setela pembas-mian kaum komunis di Indonesia ole Suarto. Begitu domino besar di

    Asia Tenggara suda aman di tangan tentara Indonesia, para pembuatkebijakan AS arusnya menyadari bawa Vietnam sebenarnya tidak

    sepenting seperti yang mereka pikirkan semula. Kekalaan permanenPKI di Indonesia, menurut pengakuannya sekarang, tela mengurangipertaruan riil AS di Vietnam secara substansial.30 Walaupun dalamsebua memorandum 1967 McNamara tela menyebut pengancuranPKI sebagai alasan untuk mengentikan langka AS meningkatkanperang, ia tidak mendorong dilakukannya peninjauan kembali kebijakan

    AS secara menyeluru.31 Perang pada gilirannya memperole logikanyasendiri, yang terpisa dari teori domino. Kendati memiliki pemaaman

    mengenai implikasi dari kejadian-kejadian di Indonesia, McNamaratetap terpaku dalam kerangka pikir yang mengendaki, pada satu piak,kemenangan AS dalam perang Vietnam, atau pada piak lain, suatu carapengunduran diri dari Vietnam tanpa keilangan muka bagi pemerinta

    AS. Para pembuat kebijakan gagal memaami bawa setela 1965 anyasedikit domino-domino yang tertinggal, dan kecil kemungkinannyamereka akan ikut robo.32

    Walaupun tersita ole urusan Indocina pada 1965, Wasing-

    ton sangat gembira ketika tentara Suarto mengalakan G-30-S danmerangsak mengantam kaum komunis. Ketidakberpiakan Sukarnodalam perang dingin dan kekuatan PKI yang semakin besar tela dibikintamat dengan sekali pukul. Tentara Suarto melakukan apa yang tidakmampu dilakukan negara boneka AS di Vietnam Selatan meskipuntela dibantu dengan jutaan dolar dan ribuan pasukan AS, yaitu meng-abisi gerakan komunis di negerinya. Dalam sepulu ari setela G-30-Smeletus, wartawan New York TimesMax Frankel suda mencatat bawa

    suasana Wasington menjadi cera. Artikel Max Frankel berjudul U.S.

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    45/419

    19

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    Is Heartened by Red Setback in Indonesia Coup (AS Gembira karenaKekalaan Kaum Mera dalam Kudeta di Indonesia). Ia mengamatibawa sekarang ada arapan, padaal baru dua pekan lalu anya ada

    keputusasaan mengenai negeri berpenduduk terbesar kelima di bumi itu,yang dengan 103 juta penduduknya di 4.000 pulau memiliki sumberdaya melimpa tapi belum dimanfaatkan dan menduduki sala satuposisi paling strategis di Asia Tenggara.33

    Ketika berita-berita pembantaian mulai berdatangan sepanjangbulan-bulan berikutnya, arapan Wasington justru membesar. Pada Juni1966, seorang penulis editorial utamaNew York Times, James Reston,menyebut transformasi biadab di Indonesia sebagai secerca caaya di

    Asia.34 Laporan utama majala Timemenyebut naiknya Suarto sebagaikabar terbaik bagi dunia Barat selama bertaun-taun di Asia.35 WakilMenteri Muda Luar Negeri Alexis Jonson percaya bawa pembalikangelombang pasang komunis di Indonesia yang besar itu merupakanperistiwa yang bersama perang Vietnam mungkin merupakan titikbalik sejara terpenting di Asia dalam dasawarsa ini.36 Seperti dinyata-kan Noam Comsky dan Edward Herman, pembantaian di Indonesiamerupakan pembantaian bermaksud baik dan teror yang konstruktif

    karena melayani kepentingan politik luar negeri AS. Sementara Wasing-ton mengemukakan setiap pelanggaran ak asasi manusia di blok Sovietsebagai bukti kejaatan musunya dalam perang dingin, ia mengabaikan,memberi pembenaran, atau bakan bersekongkol dalam kejaatan yangdilakukan ole pemerinta-pemerinta yang bersekutu dengan AS.37

    MEMIKIRKAN KEMBALI GERAKAN

    Gerakan 30 September dengan begitu menjadi pemicu serangkaiankejadian: penumpasan PKI, pengambilalian kekuasaan negara oletentara, dan pergeseran tajam posisi strategis Amerika Serikat di AsiaTenggara. Saya menyadari arti penting peristiwa-peristiwa ini saatmelakukan penelitian lapangan di Indonesia pada awal 2000. Namunsaya tidak bermaksud menulis tentang G-30-S karena saya menganggap-nya sebua misteri yang tak dapat ditembus, dan tidak ada al baru yang

    dapat ditulis mengenainya. Versi rezim Suarto jelas patut dipertanyakan,

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    46/419

    20

    PENDAHULUAN

    jika bukan sama sekali sala, tapi kelangkaan baan mempersulit orangmengajukan versi tandingan. Tanpa informasi baru mengenai G-30-S,orang anya dapat mengunya ulang fakta-fakta yang suda diketaui

    umum tidak memuaskan dan menamba spekulasi yang suda demikianbanyak. Penelitian sejara lisan yang saya lakukan terpusat pada akibatsesuda G-30-S terjadi. Peratian saya terutama pada pengalaman merekayang selamat dari pembunuan massal dan penaanan.38 Gerakan 30September itu sendiri tampaknya dapat disamakan dengan peristiwapembunuan Jon F. Kennedy dalam sejara AS sebua topik yangcocok bagi mereka yang gemar teori konspirasi atau deep politics (politikterselubung).39

    Saya mulai yakin bawa ada al baru yang dapat diketengakanmengenai G-30-S saat menemukan dokumen yang ditulis almarumBrigadir Jenderal M.A. Supardjo. Menurut pengumuman radio yangdisiarkan G-30-S pada pagi 1 Oktober 1965, ia adala sala satu dariempat wakil komandan di bawa Letkol Untung. Saya tertarik kepadaSupardjo karena ia merupakan sala satu dari sekian banyak keganjilandalam G-30-S: mungkin untuk pertama kali dalam sejara pembe-rontakan dan kup seorang jenderal menjadi bawaan seorang kolonel.

    Mengapa Letkol Untung menjadi komandan dan Brigjen Supardjomenjadi wakil komandan? Kebetulan saya bertemu dengan sala satuputra Supardjo di ruma seorang eks tapol. Saya berbicara dengannyadalam kesempatan itu dan beberapa pertemuan lain kemudian mengenaibagaimana ibu dan delapan saudaranya dapat bertaan dalam pemis-kinan dan stigmatisasi yang mereka alami setela 1965. Tergerak olekeingintauan, saya lalu mendatangi penyimpanan arsip militer diDinas Dokumentasi Museum Satria Mandala, Jakarta, untuk membaca

    pernyataan Supardjo di Mamilub pada 1967 dan bukti-bukti yangdiajukan makama kepadanya. Di situla, ampir pada ujung bundelterakir dokumen pengadilan, pada bagian yang ditandai Barang-BarangBukti, saya menemukan analisis yang ditulisnya mengenai kegagalanG-30-S. Awalnya saya mengira bawa dokumen itu palsu atau tidakdapat digunakan. Saya belum perna meliat dokumen itu disebut dalamtulisan-tulisan ilmia mengenai G-30-S. Jika memang dokumen ituotentik, searusnya ada orang yang perna menulis sesuatu mengenai-

    nya. Tapi, setela mempelajari naska itu, saya berkesimpulan bawa

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    47/419

    21

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    dokumen itu tidak dapat lain dari apa yang menampak: sebua analisispascaperistiwa yang ditulis Supardjo dengan jujur. Belakangan saya me-ngetaui Jenderal A.H. Nasution (yang berasil lolos dari penggerebekan

    G-30-S pagi itu) memuat kutipan dari dokumen itu dalam otobiografinyayang berjilid-jilid.40 Nasution tidak memberi komentar apa-apa. Selamabertaun-taun para sarjana mengabaikan dokumen tersebut begitusaja.41 Dokumen selengkapnya tampil pertama kali dalam bentuk cetakanpada 2004 (setela saya menyelesaikan draft pertama buku ini). VictorFic (almarum) memasukkan terjemaan dokumen ini dalam bukunyayang terbit di India.42 Pengabaian yang begitu lama teradap dokumentersebut sunggu disayangkan. Dokumen ini merupakan sumber utama

    yang memberi informasi paling banyak mengenai G-30-S karena ditulisole orang yang paling dekat dengan para pelaku inti selama gerakanberlangsung. Supardjo menulis dokumen itu sekitar 1966 saat iamasi dalam persembunyian. Ia baru ditangkap pada 12 Januari 1967.Dokumen itu dimaksudkan untuk dibaca orang-orang yang mempunyaiubungan dengan G-30-S agar mereka dapat belajar dari kesalaan yangmereka lakukan. Sebagai sebua dokumen internal, dokumen itu lebiandal daripada kesaksian-kesaksian para pelaku yang diberikan di depan

    interogator dan makama militer.Minat saya kepada G-30-S semakin diperkuat ketika, lagi-lagisecara tidak sengaja, bertemu dengan mantan perwira militer yangnamanya disebut melalui siaran radio sebagai wakil komandan G-30-S:Heru Atmodjo. Ia seorang letnan kolonel Angkatan Udara. Hampirsepanjang ari pada 1 Oktober 1965 Atmodjo bersama Supardjo dandipenjara bersama dengannya pula pada 1967-68. Ia mengonfirmasikeaslian dokumen Supardjo itu. Ia bakan perna diberi salinannya

    ole Supardjo untuk dibaca di dalam penjara.43

    (Menurut Atmodjo,dokumen-dokumen biasanya diselundupkan keluar-masuk penjaraole para penjaga yang simpati). Atmodjo juga mengonfirmasi banyakpenegasan yang dikemukakan Supardjo dalam dokumen itu. Sayaberulang kali berbicara dengan Atmodjo selama tiga taun dan menga-dakan empat wawancara yang direkam dengannya.

    Setela membaca dokumen Supardjo dan berbicara dengan HeruAtmodjo, saya berkesimpulan perlu ada analisis baru mengenai G-30-S.

    Lalu, saya mulai melakukan pengumpulan informasi yang lebi terara

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    48/419

    22

    PENDAHULUAN

    dan sistematis. Mengingat sifat persoalannya, saya arus berpikir sepertidetektif yang kadang-kadang memang arus dilakukan sejarawan. Sayaberasil menemui seorang kader tinggi PKI yang berpengetauan luas

    mengenai Biro Cusus, organisasi raasia yang berperan penting dalamG-30-S. Ia belum perna berbicara kepada wartawan atau sejarawansiapa pun mengenai pengalamannya. Ia berbicara kepada saya dengansyarat, saya tidak mengungkap nama atau informasi apa saja yang dapatmembuatnya dikenali. Ia suda tua dan meniti idup dengan tenang dantidak mau terlibat dalam kontroversi. Dalam naska ini saya memberinyanama samaran, Hasan.44

    Bersama beberapa rekan di Indonesia saya mewawancarai empat

    orang yang berpartisipasi dalam G-30-S, empat kader tinggi PKI, danbeberapa orang lain yang cukup mengetaui masala G-30-S. Salaseorang mantan pimpinan PKI yang saya wawancarai menyerakansalinan dari analisis mengenai G-30-S yang ditulis temannya, almarumSiauw Giok Tjan.45 Sebelum Oktober 1965 Siauw adala pemimpinutama Baperki, organisasi Tiongoa Indonesia yang besar dan pendukungPresiden Sukarno.46 Siauw, yang dipenjara selama 12 taun, menulis ana-lisisnya berdasarkan diskusi dan wawancaranya dengan sesama taanan.

    Analisisnya, ole karena itu, mencerminkan pendapat kolektif dari parataanan politik mengenai G-30-S.Dengan jatunya Suarto pada Mei 1998, banyak penulis yang

    memanfaatkan kebebasan pers untuk menerbitkan tulisan-tulisan yangkritis teradap versi resmi tentang peristiwa 1965. Mantan wakil perdanamenteri pertama di zaman Sukarno, yakni Subandrio, yang dipenjaraselama Suarto berkuasa, menerbitkan analisisnya mengenai G-30-Spada 2001.47 Mantan Menteri Panglima Angkatan Udara, Omar Dani,

    memberikan wawancara di media massa dan membantu sebua timpenulis untuk menyusun biografinya.48 Sebua tim penulis yang secaratidak resmi mewakili korps Angkatan Udara menerbitkan keteranganrinci mengenai kejadian-kejadian di pangkalan Halim.49 Bermuncul-annya berbagai penerbitan baru ini juga membantu meyakinkan sayabawa analisis baru yang lebi menyeluru mengenai G-30-S memangdiperlukan.

    Sementara para korban Suarto menerbitkan cerita mereka, peme-

    rinta AS menyiarkan seberkas dokumen yang suda dideklasifikasikan

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    49/419

    23

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    mengenai kejadian-kejadian di Indonesia dalam 1965-1966. Berkas itusebagian besar berupa memorandum dari pejabat pemerintaan L.B.

    Jonson, dan pertukaran surat-surat kawat antara Kedutaan Besar AS

    di Jakarta dan Departemen Luar Negeri di Wasington, DC. Untukalasan yang tidak dijelaskan, Departemen Luar Negeri langsung menarikkembali berkas dokumen yang tela diumumkannya itu. Penarikan itusia-sia belaka karena beberapa eksemplar suda terlanjur dikirim keberbagai perpustakaan. Langka itu (bagi Departemen Luar Negeri)

    juga kontraproduktif karena aroma kontroversi justru merangsang asratingin tau masyarakat umum. Seluru berkas naska itu sekarang tersediadi berandawarta (website) sebua lembaga penelitian di Wasington,

    DC.50Saya juga menemukan dua dokumen penting di sebua tempatpenyimpanan arsip di Amsterdam. Dua orang mantan anggota PolitbiroPKI, Muammad Munir dan Iskandar Subekti, menulis analisis masing-masing tentang G-30-S, yang belum perna dimanfaatkan para sejarawansebelumnya.

    Dengan menggunakan potongan-potongan informasi yang telasaya kumpulkan dari berbagai sumber ini, saya mencoba menetapkan

    siapa yang mengorganisasi G-30-S, apa yang ingin mereka capai melaluitindakan mereka, dan mengapa mereka gagal sedemikian paranya.Analisis yang ditampilkan dalam buku ini dengan sendirinya menjadirumit karena kisa G-30-S banyak bersimpul dan berliku-liku. Masing-masing orang bergabung dalam G-30-S dengan motivasi dan penga-rapan berbeda-beda dan dengan tingkat pengetauan mengenai rencanaaksi yang berbeda-beda pula. Seperti alnya kebanyakan operasi raasiayang melibatkan beragam orang dan lembaga, kita akan meliat adanya

    kesalaan asumsi, sala komunikasi, dan penipuan diri-sendiri.Buku ini dapat dianggap sebagai apa yang ole Robert Darntondisebut analisis insiden karena memusatkan peratiannya pada satuinsiden dramatis, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kas darilanggam ini: Bagaimana kita dapat mengetaui apa yang sesunggunyaterjadi? Apa yang membedakan fakta dari fiksi? Bagaimana menemukankebenaran di antara interpretasi yang saling bertentangan?51 Darntonmencatat bawa orang yang menulis tentang kekejaman dan pemban-

    taian cenderung mengkaji dengan teliti dokumen tertulis dan narasi

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    50/419

    24

    PENDAHULUAN

    lisan untuk memaami apa yang sesunggunya terjadi: identitaspara pelaku, jumla korban, kronologi kejadian yang tepat, dan sete-rusnya. Mengadapi bukti yang bias dan memiak, seorang sejarawan

    akan tergoda menggunakan strategi Akira Kurosawa dalam film taun1950 yang terkenal, Rasomon (berdasarkan cerita pendek RyunosukeAkutagawa). Empat orang masing-masing memberikan empat ceritayang berbeda-beda tentang satu kejaatan yang sama. Cerita lalu berakirtanpa kepastian tentang yang manaka cerita yang benar. Sala satu diantara empat toko yang berusaa menetapkan siapa yang bertanggung

    jawab atas kejaatan yang terjadi, pada akirnya mengatakan kepadatemannya yang sama-sama bingung. Sudala, jangan kawatirkan

    itu lagi. Seakan-akan manusia itu rasional saja.52 Kesimpulan demikiantidak menjadi soal bagi sebua cerita fiktif. Namun sulit untuk menga-takan kepada masyarakat yang ingin mengetaui kebenaran tentangtrauma di masa lalu, bawa mereka arus menyerakan diri kepada idebawa kebenaran itu relatif, masa lalu itu tidak dapat dimengerti, danmanusia itu irasional.53 Walaupun saya mengindari pengakiran kisadengan gayaRasomon, saya juga tidak mengambil gaya pengakirankisa seperti Serlock Holmes atau Hercule Poirot. Tak seorang pun

    dengan penu keyakinan dapat menudingkan telunjuk tuduan kepadasi pelaku kejaatan seingga seluru misteri G-30-S pun tidak dapatterungkap dengan baik. Banyak yang masi tetap tidak diketaui atautidak pasti. Orang arus menerima bawa mungkin masi banyak toko-toko yang tidak dikenal, namun memainkan peranan sangat pentingdi balik layar. Meminjam komentar epistemologis Donald Rumsfeldyang tela dikecam abis secara tak berimbang, tentu terdapat banyakal-al tidak diketaui yang tidak diketaui, yaitu al-al yang kita

    tidak tau bawa kita tidak tau.54

    Bagian akir buku ini anya berniatmembawa kita sedikit lebi maju dalam menyusuri labirin misteri ini,memberi pertanda beberapa jalan buntu, dan menunjukkan jalan-jalanyang paling menjanjikan bagi penelitian lebi lanjut.55

    PENYAJIAN ARGUMEN

    Buku ini dimulai dengan bab yang menggambarkan aksi-aksi dan per-

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    51/419

    25

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    nyataan-pernyataan G-30-S pada 1 Oktober 1965 dan kekalaannya ditangan Mayjen Suarto. Bab ini akan memperkenalkan pembaca kepadasemua keganjilan G-30-S, yang menjadi alasan mengapa banyak sejarawan

    meliatnya sebagai teka-teki. Aksi-aksi G-30-S tidak didasari alasan yangjelas, bergerak dengan berbagai tujuan yang saling berlawanan, danakirnya ampir tidak mencapai apa pun. Pengumuman-pengumumanyang disiarkan di radio tidak konsisten dan ampir tidak ada kaitannyadengan tindakan di lapangan. Jika diliat secara menyeluru, G-30-Stampak sebagai sosok ane yang tidak masuk akal. Tidak ada pola yang

    jelas, bakan jika kita susun berurutan rangkaian kejadian-kejadian yangsuda disepakati umum yang dapat kita anggap sebagai fakta sekalipun.

    G-30-S tidak dapat digolongkan sebagai pemberontakan pasukan militer,percobaan kudeta, atau pemberontakan sosial. Bab yang pertama sengajatidak saya tulis dalam bentuk narasi, karena memang peristiwa-peristiwayang terjadi tidak memiliki kesinambungan alur dan karakter yang di-perlukan untuk menyusun sebua narasi. Bab ini bermaksud menyorotiberbagai keganjilan yang kacau dari G-30-S, yang merupakan pengalangbagi narasi yang lugas dan lancar.

    Bab kedua akan mengiktisarkan berbagai cara keganjilan-kegan-

    jilan itu tela ditafsirkan dan disusun menjadi sebua narasi kejadianyang padu. Rezim Suarto dengan kasar mendesakkan sebua narasigampangan, yang menetapkan PKI sebagai dalang keji yang mengontrolsetiap aspek G-30-S. Sejumla sarjana asing yang lebi berperatianpada prosedur pengungkapan bukti dan logika dibanding dengan parapropagandis negara menunjukkan kelemaan-kelemaan versi rezimSuarto, dan mengajukan jalan cerita yang berbeda. Para ilmuwan itumenyatakan bawa peran para perwira militer yang terlibat dalam G-30-S

    lebi besar dari peran PKI, atau bawa Suarto sendiri terlibat dalamoperasi ini.Bab-bab tiga sampai enam mencermati sumber primer yang baru:

    dokumen Supardjo, wawancara lisan saya dengan Hasan dan lainnya,dokumen-dokumen internal PKI, beberapa memoar yang baru diter-bitkan, dan dokumen-dokumen raasia pemerinta AS yang sudadiumumkan. Saya menganalisis para pelaku secara bergiliran: paraperwira militer dalam G-30-S, Sjam dan Biro Cususnya, D.N. Aidit

    dan pimpinan PKI jajarannya, Suarto dan para perwira rekan-rekannya,

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    52/419

    26

    PENDAHULUAN

    dan pemerinta AS. Bab-bab ini, sebagai tinjauan atas bukti-bukti yangada, berjalan dengan mengikuti logika penyelidikan detektif. Barulapada bab terakir saya membangun suatu narasi yang berjalan secara

    kronologis dan bermaksud untuk memecakan banyak keganjilan dalamperistiwa yang saya uraikan dalam bab pertama.

    GERAKAN 30 SEPTEMBER SEBAGAI DALIH

    Dalam ingatan sosial masyarakat Indonesia seperti yang dibentuk rezimSuarto, G-30-S merupakan kekejaman yang begitu jaat, seingga

    kekerasan massal teradap siapa pun yang terkait dengannya diliatsebagai sesuatu yang dapat dibenarkan dan bakan terormat. Didugaada ubungan sebab-akibat langsung: represi teradap PKI merupakan

    jawaban sepatutnya teradap ancaman yang diajukan G-30-S. Memangdalam wacana politik di Indonesia menjadi lazim menggabungkan G-30-Sdengan kekerasan massal yang mengikutinya, seakan-akan keduanyamerupakan suatu peristiwa tunggal; satu istila, Gerakan 30 September,digunakan untuk merujuk ke dua peristiwa. Kendati demikian sejak awal

    serangan Suarto teradap PKI, sesuatu yang tidak benar suda terasadengan pelekatan erat kedua peristiwa tersebut. Sepanjang akir 1965sampai awal 1966 Presiden Sukarno terus-menerus memprotes bawa

    Angkatan Darat mau membunu tikus seluru rumanya dibakar.56Kampanye anti-PKI sama sekali menjadi tidak sepadan dengan alasansenyatanya. Pada dasarnya G-30-S merupakan suatu peristiwa yang relatifberskala kecil di Jakarta dan Jawa Tenga, yang suda berakir palinglambat 3 Oktober 1965. Secara keseluruan G-30-S tela membunu

    dua belas orang.57

    Suarto membesar-besarkannya sedemikian rupaseingga peristiwa itu tampak seperti sebua konspirasi nasional berkelan-jutan untuk melakukan pembunuan massal. Berjuta-juta orang yangberubungan dengan PKI, bakan para petani buta uruf di dusun-dusun terpencil, ditampilkan sebagai gerombolan pembunu yang secarakolektif bertanggung jawab atas G-30-S. Setiap orang yang ditaanmiliter ditudu sebagai langsung atau tidak langsung terlibat dalamGerakan 30 September, jika kita mengutip dari surat keterangan yang

    diberikan kepada taanan politik pada saat ia dibebaskan. (Peratikan

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    53/419

    27

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    istila karet tidak langsung.) Dua orang pakar tentang Indonesia dariCornell University, Benedict Anderson dan Rut McVey, pada awal 1966mengamati bawa tentara Suarto tela memulai kampanye antikomunis

    cukup lama sesuda G-30-S ancur dan tidak menunjukkan tanda-tandaakan bangkit kembali. Di antara saat G-30-S tamat riwayatnya dengansaat penangkapan massal ole tentara dimulai, tiga minggu berlalu tanpaadanya kekerasan atau tanda-tanda terjadinya perang saudara, bakanmenurut Angkatan Darat sendiri. Dua penulis itu berpendapat bawaG-30-S dan kampanye antikomunis yang mengikutinya merupakanfenomena politik yangsama sekali terpisa (cetak miring penegas dalamteks asli).58

    Kekerasan yang terjadi sepanjang akir 1965 sampai awal 1966arus diliat lebi sebagai saat awal pembangunan sebua rezim baru,ketimbang sebua reaksi wajar teradap G-30-S. Suarto dan paraperwira tinggi Angkatan Darat lainnya menggunakan G-30-S sebagaidali untuk menegakkan kediktatoran militer di negeri ini. Mereka perlumenciptakan keadaan darurat nasional dan suasana yang sama sekalikacau jika endak menumbangkan seluru generasi kaum nasionalisdan menyapu bersi cita-cita kerakyatan Presiden Sukarno. Mereka me-

    ngetaui bawa mereka arus melawan pendapat umum.59

    Suarto saatitu relatif bukan siapa-siapa, seorang pejabat biasa, yang bersiasat untukmenggeser sang pemimpin karismatik bangsa. Ia dan para pemimpinmiliter lainnya mengetaui bawa mereka akan mengadapi perla-

    wanan ebat jika militer melancarkan kudeta teradap Sukarno secaralangsung tak berselubung. Ali-ali menyerang istana terlebi dulu,Suarto justru menyerang masyarakat dengan kekerasan secepat kilat,lalu dengan menginjak-injak penduduk yang dicengkam ketakutan dan

    kebingungan melenggang masuk ke istana.Suarto sendiri, tak mengerankan, menyangkal bertanggungjawab atas kekerasan massal 1965-66 pelaku jarang mau mengakuikejaatan mereka di adapan publik.60 Dalam catatan resmi dinyatakanbawa penumpasan PKI tela dilakukan melalui tindakan adminis-tratif dan tanpa pertumpaan dara; orang yang dicurigai ditangkap,diperiksa untuk memastikan bersala atau tidak, lalu dibagi dalam tigagolongan (A, B, dan C) sesuai tingkat keterlibatan masing-masing di

    dalam G-30-S, lalu dipenjarakan. Catatan resmi tidak perna menyebut

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    54/419

    28

    PENDAHULUAN

    tentang pembunuan massal.61 Dalam memoarnya Suarto menulisbawa strateginya adala pengejaran, pembersian dan pengan-

    curan.62

    Ia tidak memberi tau pembaca bawa ada orang yang tewasdalam proses itu. Film mengenai G-30-S yang disponsori pemerinta jugatidak menggambarkan adanya penangkapan dan pembunuan massal.Panel terakir pada relief Monumen Pancasila Sakti memperliatkanLetkol Untung di depan Mamilub, seola-ola proses ukum dengankepala dingin merupakan satu-satunya bentuk reaksi militer teradapG-30-S. Tidak ada tugu peringatan dibangun di Monumen PancasilaSakti bagi ratusan ribu korban. Saat menyinggung tentang kekerasan yang

    terjadi, dalam kesempatan yang amat langka, Suarto menjelaskannyasebagai sesuatu yang bersumber pada konflik dalam masyarakat. Dalampidato pada 1971, ia menyampaikan analisis tentang sebab-musababpembunuan itu dalam satu kalimat singkat, Ribuan korban djatudidaera2 karena rakjat bertindak sendiri2, djuga karena prasangka2buruk antar golongan yang selama bertaun2 ditanamkan ole praktek2politik jang sangat sempit.63 Dengan demikian Angkatan Darat seola-ola tidak memainkan peran apa pun dalam mengatur pembunuan;

    rakyat melakukannya sendiri untuk alasan yang tidak ada kaitan dengan

    Gambar 4. Detil relief pada Monumen Pancasila Sakti: Suharto mengakhiri kekacauan,menciptakan ketertiban, dan mengembalikan perempuan ke rumah tangga dan kepatuhan.Foto: John Roosa

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    55/419

    29

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    operasi pengancuran G-30-S ole militer.Penjelasan Suarto yang singkat tentang sebab-musabab pem-

    bunuan itu bukanla sesuatu yang unik. Banyak orang Indonesia,

    bakan yang biasanya kritis teradap propaganda negara, mempercayaibawa pembunuan itu merupakan tindak kekerasan yang terjadispontan dari bawa, sebagai pengadilan liar barisan keamanan masyara-kat,yang membarengi usaa penumpasan pemberontakan PKI olemiliter yang sangat terkendali dan terorganisasi dengan baik. Karenaketidaktauan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di daera-daeralain, orang yang menyaksikan pembunuan besar-besaran yang diaturmiliter di daera tempat tinggalnya bisa jadi menganggap pembunuan

    tersebut sebagai pengecualian. Tidak adanya pembicaraan yang terbukadan penyelidikan yang teliti teradap pembantaian yang terjadi telamenimbulkan ketidakpastian yang besar tentang pola umum kejaatanini. Kaum terpelajar Indonesia, dalam mencari jawab tentang masalaini, cenderung terjerumus pada prasangka berkerak akan kerentananmassa. Kalangan kelas menenga Indonesia sering mengatakan kepadasaya bawa pembunuan itu merupakan bua antagonisme yang sudaada sebelumnya antara PKI dan partai-partai politik lain. Anggota PKI,

    karena militansi dan kekejaman mereka, rupanya menjadi sangat dibencisejak sebelum 1965, seingga lawan-lawan mereka langsung mengambilkesempatan untuk membantai mereka. Pembunuan itu seakan-akanterjadi begitu saja, tanpa ada orang atau lembaga apa pun yang bertang-gung jawab. Seperti dikatakan Robert Cribb, pembunuan yang terjadidipandang seola-ola tergolong dalam kategori tak lazim kematianmassal akibat kecelakaan.64

    Koran-koran Indonesia tidak memberitakan adanya pembunuan-

    pembunuan. Angkatan Darat memberangus ampir semua surat kabardalam pekan pertama Oktober 1965 dan menerapkan sensor teradapbeberapa di antaranya yang mendapat ijin terbit kembali. Angkatan Daratmenerbitkan beberapa korannya sendiri. Orang akan sia-sia mencari beritadalam koran-koran yang terbit antara akir 1965 sampai akir 1966 yangsekadar menyebut saja bawa ada pembunuan besar-besaran. Koran-koran anya memuat berita tentang cara-cara tanpa kekerasan dalampenumpasan PKI: pemecatan orang-orang yang ditudu pendukung PKI

    dari berbagai badan pemerintaan (seperti kantor berita Antara), pem-

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    56/419

    30

    PENDAHULUAN

    bubaran organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan PKI, dan demon-strasi maasiswa menuntut pemerinta untuk membubarkan PKI. Sudapasti para redaktur koran-koran tersebut mengetaui tentang terjadinya

    pembunuan besar-besaran kisa-kisa mengerikan suda beredarluas dari mulut ke mulut. Tapi mereka sengaja tidak memberitakannyabarang sepata kata pun. Sebagai gantinya mereka penui koran-koranmereka dengan cerita-cerita fiktif dari para ali perang urat syaraf dikalangan tentara, yakni kisa-kisa yang melukiskan PKI sebagai pelakutunggal kekerasan di tenga masyarakat. Bakan koran-koran indepen-den pun, seperti misalnyaKompas, yang belakangan menjadi koran acuanterkemuka selama taun-taun kekuasaan Suarto, ikut ambil bagian

    dalam kampanye militer untuk menggalakkan isteria anti-PKI.Angkatan Darat mengendalikan dengan ketat keberadaan wartawanasing, melarang banyak dari mereka masuk Indonesia sejak Oktober1965, dan membatasi gerak mereka yang berasil tinggal atau menye-linap masuk agar tetap berada di Jakarta. Sebagian besar pemberitaanpara wartawan yang berdiam di Jakarta terpusat pada manuver-manuverpolitik tingkat tinggi Presiden Sukarno, Jenderal Nasution, dan pejabat-pejabat tinggi pemerintaan yang lain. Para juru bicara militer dengan

    sopan meyakinkan para wartawan bawa pembunuan apa pun yangterjadi adala akibat kemaraan rakyat yang tak terkendali, bukanpembantaian yang diatur tentara. Dari cerita-cerita yang merembes ke

    Jakarta, para wartawan menduga-duga bawa angka korban mati yangdiumumkan Sukarno pada Januari 1966, yaitu 87.000, sangat jau dibawa angka sebenarnya. Tetapi mereka tidak dapat memberitakanpembunuan besar-besaran itu selengkap-lengkapnya sampai sesuda

    Angkatan Darat melonggarkan batasan-batasan bergerak pada Maret

    1966. Skala pembunuan mulai menjadi lebi jelas ketika wartawandapat pergi ke daera-daera di luar Jakarta. Wartawan pertama yangmelakukan penyelidikan, Stanley Karnow dari WasingtonPost, setelamelalui perjalanan selama dua pekan di seluru Jawa dan Bali, mem-perkirakan setenga juta orang tela mati dibunu. Set King dari NewYorkTimes, pada Mei 1966,mengajukan angka perkiraan moderat, yaitusebanyak 300.000 korban tewas. Seymour Topping, rekan Set King darikoran yang sama, melakukan penyelidikan beberapa bulan kemudian dan

    menyimpulkan bawa jumla korban mati selurunya bakan dapat

  • 7/31/2019 John Roosa - Dalih Pembunuhan Massal

    57/419

    31

    DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

    lebi dari setenga juta orang.65

    Ketiga koresponden asing itu memberitakan bawa personil militerdan milisi sipil antikomunis terlibat dalam pembunuan dan sering kali

    mereka melakukannya dengan cara-cara yang sistematik dan raasia.King mencatat bawa orang-orang asing di Jakarta tidak menyaksikankekerasan apa pun. Mereka anya mengetaui bawa tentara pada malamari melakukan penggerebekan ruma-ruma, menggiring mereka yangdicurigai sebagai simpatisan PKI ke atas truk, dan membawa merekake luar kota sebelum fajar. King mendengar cerita dari seseorang yangkebetulan menumpang sebua truk tentara bawa kira-kira lima ribuorang dari Jakarta yang diambil dari ruma mereka masing-masing

    dibawa ke sebua penjara di pinggir kota