tari di jawa

22
Macam-macam Tarian Tradisional di Jawa ini saya tulis dengan tujuan agar saya khususnya dan teman-teman pada umumnya agar lebih mengetahui jenis-jenis tarian daerah yang ada di Indonesia. Karena negara kita yang tercinta ini, Indonesia, mempunyai banyak sekali tarian-tarian daerah yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Masing-masing tari daerah mempunyai ciri-ciri dan mempunyai ke-khasan tersendiri dibanding dengan tarian yang lain. Dengan mempunyai banyak sekali tarian daerah yang tersebar di seluruh nusantara, Indonesia merupakan negara terkenal dan terbaik karena kaya akan budaya, kaya akan kesenian dan kaya akan tari-tarian tradisional. Dibawah ini teman-teman bisa melihat berbagai jenis tarian daerah nusantara yang tersebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia. 1. Tari Topeng

Upload: hawek

Post on 08-Feb-2016

104 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

artikel tarian tradisional jawa

TRANSCRIPT

Page 1: Tari Di Jawa

Macam-macam Tarian Tradisional di Jawa ini saya tulis dengan tujuan agar

saya khususnya dan teman-teman pada umumnya agar lebih mengetahui jenis-

jenis tarian daerah yang ada di Indonesia. Karena negara kita yang tercinta ini,

Indonesia, mempunyai banyak sekali tarian-tarian daerah yang tersebar di seluruh

provinsi di Indonesia. Masing-masing tari daerah mempunyai ciri-ciri dan

mempunyai ke-khasan tersendiri dibanding dengan tarian yang lain.

Dengan mempunyai banyak sekali tarian daerah yang tersebar di seluruh

nusantara, Indonesia merupakan negara terkenal dan terbaik karena kaya akan

budaya, kaya akan kesenian dan kaya akan tari-tarian tradisional.

Dibawah ini teman-teman bisa melihat berbagai jenis tarian daerah nusantara

yang tersebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia.

1. Tari Topeng

Secara historis, pertunjukkan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya pada

abad ke-19 yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut T. Tjetje

Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut

dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh rombongans topeng berupa

wayang wong dengan dalangnya bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan

data historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat (Priangan)

ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan.

Page 2: Tari Di Jawa

Bentuk pertunjukkan tari topeng dibedakan atas dua bentuk pertunjukan

yaitu topeng Cirebon dan Topeng Priangan. Adapun bentuk pertunjukkan

Tari Topeng Cirebon memiliki bermacam-macam bentuk yaitu :

Topeng Babarang/ Baragan

Topeng Hajatan/ Dinaan

Topeng Ngunjung

Topeng Kuputarung

Sedangkan topeng Priangan hanya tersaji dalam satu bentuk saja yang

lebih bersifat entertaintment (hiburan).

Susunan penyajian tari topeng pun memiliki perbedaan. Tari Topeng

Cirebon memiliki lima bagian penyajian yaitu: Panji, dilakukan pada bagian

pertama, karakteristiknya halus atau lungguh, memakai kedok yang berwarna

putih.

Pamindo/ Samba : menggambarkan seorang raja yang menginjak dewasa

yang serba ingin tahu, gerakannya enerjik, lincah dan penuh dinamika.

Rumyang : menggambarkan seseorang yang beranjak dewasa dan serba

ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya. Gerakannya lincah, lembut, tegas

dan terputus-putus dengan kedok berwarna merah jambu (pink).

Tumenggung/ Patih : karakteristik Tumenggung adalah gagah. Tarian ini

dilatarbelakangi oleh kisah Tumenggung Magang Diraja yang diutus untuk

menaklukkan Jinggananom. Kedok yang harus digunakan oleh tokoh

Tumenggung adalah Slasi, Drodos dan Sanggan. Sementara tokoh

Jinggananom memakai kedok Tatag Prekicil, Peloran dan Mimis.

Kelana/ Rowana : menggambarkan personalitas raja yang gagah dan

angkara murka. Kedok yang digunakan berwarna merah tua atau kecoklatan.

Dengan ciri khas berkumis dan berjambang tebal, serta memakai mahkota

susun emas.

Page 3: Tari Di Jawa

Didalam pertunjukkan topeng Cirebon yang utuh, terdapat beberapa macam

kedok bodor yang juga ikut ditampilkan, antara lain kedok tembeb, pentul dan

dayun.

Adapun susunan Tari Topeng Priangan mencakup tiga watak yaitu :

Tari Topeng Tumenggung, menggambarkan watak seorang pejabat tinggi

yang karismatik, berpengaruh dan disegani masyarakat sekitarnya.

Tari Topeng Kencana Wungu, menggambarkan karaktek yang lincah dan

dinamis, dengan kedok berwarna telor asin.

Tari topeng kelana : menggambarkan karakter yang enerjik dan kasar.

2. Tari Wayang

Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon

pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan

oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor,

Bandung dan Tasikmalaya.

Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang dikelompokkan menjadi 3

bagian antara lain :

1. Tari Tunggal yaitu tarian yang dibawakan oleh satu orang penari dengan

membawakan satu tokoh pewayangan. Contoh : Tari Arjuna, Gatotkaca,

dll.

Page 4: Tari Di Jawa

2. Tari berpasangan, yaitu tarian yang dibawakan oleh dua orang penari atau

lebih yang keduanya saling melengkapi keutuhan tariannya, contoh : Tari

Sugriwa, Subali dll.

3. Tari Massal yang berjumlah lebih dari satu penari dengan tarian atau

ungkapan yang sama. Contoh : Tari Monggawa, Badaya.

Tari wayang memiliki tingkatan atau jenis karakter yang berbeda misalnya

karakter tari pria dan wanita. Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh

untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi.

Sedangkan karakter tari pria terdiri dari :

Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna Sastrabahu.

Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa.

Satria Ladak Dengah/ Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi

Karna dan sebagainya.

Monggawa Dengah/ Kasar seperti Baladewa dan Bima.

Monggawa Lungguh seperti Antareja dan Gatotkaca.

Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca.

Secara garis besar, jika dilihat dari segi koreografinya tari wayang

memiliki tiga gerakan utama yaitu :

Pokok ialah patokan tarian, gerak tersebut antara lain adeg-adeg, jangkung

ilo, mincid, keupat, gedut, kiprahan, tindak tilu, engkek gigir, mamandapan,

dan calok sembahan.

Peralihan ialah gerak sebagai sisipan yang digunakan sebagai peralihan

dari gerak satu ke gerak yang lainnya. Misal cindek, raras, trisi dan gedig.

Khusus ialah gerak secara spesifik yang terdapat pada tari tertentu.

Page 5: Tari Di Jawa

3. Tari Kursus

Berdasarkan etimologinya, arti kata khusus berasal dari Bahasa Belanda

Curcus yaitu belajar secara teratur. Tari Kursus merupakan perkembangan

dari tari Tayub yang tumbuh dan berkembang pada masa keemasan kaum

bangsawan tempo dulu.

Tari kursus berdiri pada 1927 yang dikenal dengan nama perkumpulan

Wirahmasari pimpinan R. Sambas Wirakusumah dari Ranca Ekek Bandung.

Tari Kursus merupakan salah satu tarian yang diajarkan secara sistematis dan

mempunyai patokan atau aturan tertentu dalam cara membawakannya.

Disamping itu tari kursus juga mempunyai nilai estetis yang cukup tinggi dan

kaya akan pokabuler gerak.

Berdasarkan bentuk penyajiannya tari kursus dibagi kedalam 5 tahapan

yakni :

1. Tari Lenyepan : karakternya lembut, halus, selaras dengan Satrias

Lungguh.

2. Tari Gawil : karakternya lanyap atau ladak selaras dengan Satria Dangah

3. Tari Kawitan : karakternya lenyep atau lanyap dan Ponggawa.

4. Tari Gunungsari : karakternya ponggawa lungguh

5. Tari Kastawa : karakternya agung

Tatanan gerak tari kursus dapat dibagi kedalam lima kelompok yang

terdiri dari :

Page 6: Tari Di Jawa

1. Gerak Pokok : rangkaian dari gerak unsur, penghubung dan peralihan.

2. Gerak Unsur : sikap-sikap yang terdiri dari kesatuan bentuk-bentuk yang

terdapat pada kaki, lengan, kepala, leher, bahu, badan dan mata.

3. Gerak Penghubung : menghubungkan bentuk sikap yang satu untuk

mencapai bentuk atau sikap lainnya.

4. Gerak Peralihan : menyangkut perpindahan adegan terutama pada gerak-

gerak pokok yang satu kepada yang lain.

5. Gerak Pelengkap : gerak sisipan yang memperindah gerak dan sikap.

Karawitan yang digunakan dalam penyajian tari kursus adalah gamelan

pelengkap dengan laras Salendro atau Pelog. Waditranya terdiri dari saron

satu dan dua, seperangkat kendang, demung, kenong, rebab, gambang,

bonang, rincik, penerus, peking, kecrek, selentem, kempul dan gong besar.

Pada umumnya jenis lagu yang dibawakan yaitu lagu ageung, opat wilet naek

lagu kering dua dan tiga dengan tempo 4 gurudugan.

4. Tari Jaipongan

Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang

seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat

yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan

mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada

Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan,

nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas

Page 7: Tari Di Jawa

cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini

dikenal dengan nama Jaipongan.

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang

melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari

pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam

pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan

pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk

kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng

dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum

pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh

masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916.

Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-

unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah

kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak

tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang

sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran

(penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/ Doger/

Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah

Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan

Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya

maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian

sebelumnya (Ketuk Tilu/ Doger/ Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-

tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di

mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet

ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk

Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan

beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan

tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk

Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

Page 8: Tari Di Jawa

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk

Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan

pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih

sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi

maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan

sebutan Jaipongan.

5. Tari Merak

Tari Merak, adalah sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung

merak yang serba indah dan memukau.

6. Tari Topeng Kuncaran

Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan

dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.

Page 9: Tari Di Jawa

7. Tari Topeng Cisalak

Topeng Cisalak (masuk kategori kanda wetan berbahasa Sunda)

merupakan salah satu jenis kesenian masyarakat sunda. Topeng Kinang Putra

yang berada di Kampung Curug, Desa Cisalak Kecamatan Cimanggis

Kabupaten DT II Bogor merupakan salah satu contoh topeng Cisalak yang

legendaris. Perkumpulan topeng ini dipimpin oleh Dalih bin Djiun ini.

Perkumpulan topeng lainnya yang ada di Kabupaten Bekasi, Jakarta,

Tangerang dll merupakan turunan atau pecahan dari kelompok Topeng

Kinang Putra.

Waditra yang digunakan sangat sederhana : rebab atau sulung, kendang,

terbang, kromong, kecrak. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu priangan.

Selain menyajikan lagu topeng ini juga menampilkan berbagai lakon:

lawakan dan drama rumah tangga.

Meskipun Topeng Cisalak dikatakan juga sebagai Topeng Betawi tapi

tidak berarti kesenian ini berasal dari Betawi (DKI Jakarta). Kesenian ini

merupakan sebagian dari khazanah kesenian masyarakat Sunda Jawa Barat.

Hanya karena daerah pementasan dan bahasa yang digunakan adalah bahasa

dan dialek Betawi maka disebut Topeng Betawi.

Page 10: Tari Di Jawa

8. Tari Topeng Babakan

Adalah pertunjukan jenis kesenian topeng yang ditanggap oleh seseorang

hanya untuk macam Tarian Topeng tertentu (Perbabak). Terdapat di Cirebon

dan sekitarnya merupakan jenis seni tari rakyat di Jawa Barat.

Satu Tarian Topeng berarti Satu Babak, Dua Tarian Topeng berarti Dua

Babak. Biasanya yang paling di senangi adalah Tari Topeng Kalana yang

gagah, kedoknya berwarna merah, dengan penampilan yang garang atau

beringas.

Pada pertunjukkannya, mungkin juga dibubuhi dengan Tari Topeng

Bodor. Umpamanya; kalau yang dimaksud Tari Topeng Kalana itu adalah

menggambarkan Rahwana yang murka dan Gandrung, maka Panakawannya

adalah Togog. Dia menghibur rajanya yang sedang kasmaran, mabuk

kepayang, merindukan Dewi Sinta. Togog oleh Rahwana dirangkul, sebab

pandangan Rahwana bahwa dihadapannya adalah Dewi Sinta. Di sinilah para

penonton tertawa tergelak-gelak, melihat adegan yang lucu tersebut.

9. Topeng Dinaan

Page 11: Tari Di Jawa

Adalah jenis Ibing (tari) Topeng yang menyebar di Kabupaten Cirebon,

Indramayu dan Majalengka, Jawa Barat. Pertunjukkannya sehari suntuk

(sedina/ sadinten). Dipertunjukkan setela pementasan Wayang Kulit pada

upacara Babarit.

Selain sebagai pelengkap setelah upacara Babarit, Topeng Dinaan pun di

pertunjukkan pada acara selamatan, khitanan, pernikahan bahkan pada pesta

kenegaraaan atau hari-hari penting lainnya.

Dalam topeng dinaan disajikan tari topeng watak yang terdiri dari: Tari

Topeng Panji, melambangkan manusia yang berkelakuan baik, bersih seperti

bayi baru lahir. Tari Topeng Panji berwatak Lungguh (tenang); Tari Topeng

Pamindo melambangkan orang beranjak remaja, berwatak Ganjen (lincah);

Tari Topeng Rumiang baru beranjak akan dewasa, berwatak agak ganjen ;

Tari Topeng Tumenggung, melambangkan orang yang sudah dewasa,

berwatak mapan (mempunyai keyakinan), Tari Topeng Kalana

melambangkan orang yang sudah mempunyai waktu, berwatak garang.

Untuk memperpanjang waktu pagelaran, pertunjukannya diselingi oleh

Bodor (lawakan) dengan Ibing Topeng Bodor, yang kadang-kadang pula

disertai oleh Nayaga uang muncul di pentas dan pada sat ini penari utama

beristirahat.

Tari Topeng Bodornya yaitu Pentul (laki-laki) dan Nyo (wanita) yang

muncul pada adegan terpisah. Pada Tari Tumenggung disertai oleh Tari

Jinggaanom yang bersifat agak jenaka.

Page 12: Tari Di Jawa

10. Tari Srimpi

Suatu jenis tari klasik dari daerah Yogyakarta yang selalu dibawakan oleh

4 penari, karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Hanya pada Srimpi

Renggowati penarinya ada 5 orang. Menurut Dr. Priyono nama serimpi

dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai

sepanjang 3/4 hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam

mimpi.

Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Srimpi

melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia yaitu :

1. Grama (api)

2. Angin (Udara)

3. Toya (air)

4. Bumi (Tanah)

Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan

istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap

pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama

dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian

antara dua hal yang bertentangan antara baik dengan buruk, antara benar dan

salah antara akal manusia dan nafsu manusia.

Page 13: Tari Di Jawa

11. Tari Gambyong

Tarian Klasik ini berasal dari Surakarta, Jawa Tengah yang menggambarkan

sifat-sifat wanita yang diungkapkan dalam gerak halus, lembut lincah dan

terampil. Meskipun begitu sebagai seorang wanita tetap menonjolkan

keluwesannya. Nama tari Gambyong disesuaikan dengan nama gending yang

mengiringinya. Contoh : Gambyong Gambirsawit, Gambyong Pareanom, dan

Gambyong Pangkur.

12. Tari Bedhaya Ketawang

Bedhaya Ketawang adalah juga salah satu tarian tradisional yang datang

dari SOLO dan Jogja (Pulau Jawa bagian Tengah). Kita sering lihat tarian ini

dalam beberapa aktivitas seperti suatu upacara penobatan raja, festival atau

pertunjukan. Bedhaya Ketawang dimainkan oleh 9 penari. Masing-Masing

penari mempunyai tugas dan nama khusus. Nama mereka adalah Batak

( penari pertama), Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi,

Apit Meneg, Gulu, Dhada, dan Boncit.

Page 14: Tari Di Jawa

Tarian ini pada umumnya ditemani oleh Musik Jawa Orkes yang disebut

Gamelan. Gamelan ini dinamai Gamelan Kyai Kaduk Manis yang terdiri dari

dari banyak instrumen musik seperti kendhang Ageng (kendhang besar),

Kendhang Ketipung, Kenong, dan kethuk.

13. Seni Barong Blora

Merupakan salah satu kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan

masyarakat Blora. Alur cerita bersumber dari hikayat panji. Di dalam seni

Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas, sederhana, keras,

kompak yang dilandasi kebenaran. Kesenian barongan berbentuk tarian

kelompok yang terdiri dari tokoh Singo Barong, Bujangganong, Joko Lodro/

Gendruwon. Jaranan/Pasukan Berkuda, serta prajurit.

14. Tari Aplang

Merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Banjarnegara.

Dahulu Tari Aplang digunakan untuk syiar Agama Islam. Aplang berasal dari

kata ndaplang yang berarti tangan digunakan seperti gerakan silat. Tarian ini

ditarikan oleh remaja putra-putri dengan diiringi rebana, bedug, kendang dan

Page 15: Tari Di Jawa

nyanyian syair salawatan. Kostumnya model Islam Jawa yang indah

dipandang mata. Kembali ke Jatidiri Bangsa Kabupaten Banjarnegara.

15. Tari Bambangan Cakil

Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa

khususnya Jawa Tengah. Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan

yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang.

Tari ini menceritakan perang antara ksatria melawan raksasa. Ksatria adalah

tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa

menggambarkan tokoh yang kasar dan bringas. Didalam pementasan wayang

Kulit, adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di

Pathet Sanga. Perang antara Ksatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat

atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian

seorang dalang dalam menggerakkan wayang.

Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk

kejahatan, keangkara murkaan pasti kalah dengan kebaikan.