tari aplang

6
TARI APLANG (Tari Khas Banjarnegara) 4.1 Sejarah Tari Aplang Sejarah terbentuknya Tari Aplang berasal dari tradisi penyebaran agama islam di Jawa Tengah, dimana pada saat itu sedang mencapai masa puncaknya. Dulu, Tari Aplang sangat terkenal di kalangan masyarakat Banjarnegara. namun berbeda pada masa sekarang, Tari Aplang kurang dikenal seperti Tari Geol Banjarnegara. 4.2 Ciri Khas Tari Aplang Tari Aplang merupakan suatu kesenian yang pada awalnya digunakan sebagai media penyebaran agama islam. Oleh karena itu, Tari Aplang mempunyai ciri khas yang tidak terlepas dari unsur islami, diantaranya iringan rebana, bedug dan beberapa cerita serta syair puji-pujian yang dilakukan menggunakan bahasa Arab dan Jawa. Selain itu, Tari Aplang juga mempunyai ciri khas gerakan yang tidak baku (tidak ada nama-nama spesifiknya) sehingga dapat terus dilakukan pengembangan dan modifikasi agar tarian semakin indah. Gerakan Tari Aplang juga merupakan gerakan bebas (bukan klasok), melainkan bersifat kerakyatan Tari Aplang biasanya dipentaskan oleh sedikitnya lima orang penari putra atau putri sampai jumlah yang tidak ditentukan. Usia penari maksimal adalah 25 tahun. Hal ini dimaksudkan agar penari lebih energik dan bersemangat dalam membawakan tarian. Gerakan khas dari Tari Aplang adalah gerakan silat yang dibubuhi dengan gerakan gerakan lain agar terlihat lebih indah dan luwes.

Upload: anugrah-r-alfani

Post on 27-Dec-2015

252 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Tari Aplang

TRANSCRIPT

Page 1: Tari Aplang

TARI APLANG

(Tari Khas Banjarnegara)

4.1 Sejarah Tari Aplang

Sejarah terbentuknya Tari Aplang berasal dari tradisi penyebaran agama islam di Jawa Tengah, dimana pada saat itu sedang mencapai masa puncaknya. Dulu, Tari Aplang sangat terkenal di kalangan masyarakat Banjarnegara. namun berbeda pada masa sekarang, Tari Aplang kurang dikenal seperti Tari Geol Banjarnegara.

4.2 Ciri Khas Tari Aplang

Tari Aplang merupakan suatu kesenian yang pada awalnya digunakan sebagai media penyebaran agama islam. Oleh karena itu, Tari Aplang mempunyai ciri khas yang tidak terlepas dari unsur islami, diantaranya iringan rebana, bedug dan beberapa cerita serta syair puji-pujian yang dilakukan menggunakan bahasa Arab dan Jawa.

Selain itu, Tari Aplang juga mempunyai ciri khas gerakan yang tidak baku (tidak ada nama-nama spesifiknya) sehingga dapat terus dilakukan pengembangan dan modifikasi agar tarian semakin indah. Gerakan Tari Aplang juga merupakan gerakan bebas (bukan klasok), melainkan bersifat kerakyatan

Tari Aplang biasanya dipentaskan oleh sedikitnya lima orang penari putra atau putri sampai jumlah yang tidak ditentukan. Usia penari maksimal adalah 25 tahun. Hal ini dimaksudkan agar penari lebih energik dan bersemangat dalam membawakan tarian. Gerakan khas dari Tari Aplang adalah gerakan silat yang dibubuhi dengan gerakan gerakan lain agar terlihat lebih indah dan luwes.

4.3 Perkembangan Tari Aplang

Dalam perkembangannya, Tari Aplang mengalami beberapa modifikasi baik dalam gerakan, kostum dan segi teknis lainnya. Saat ini, pemerintah kabupaten Banjarnegara melalui Dinas Pariwisata dan Budaya (DSPARBUD) sedang memfokuskan pengembangan Tari Aplang tradisional dengan tidak mengubah isi atau maksud tarian yang secara umum berisi suatu doa-doa atau ungkapan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa.

Berikut ini akan disajikan beberapa perubahan atau modifikasi pada Tari Aplang dan perbandingannya dengan Tari Aplang tradisional yang dilakukan oleh Bapak Mudianto selaku pelatih Tari Aplang kabupaten Banjarnegara yang juga merupakan Saff Teknisi bagian Kebudayaan Dians Pariwisata dan Budaya (DISPARBUD).

Page 2: Tari Aplang

4.3.1 Gerakan

Jika Tari Aplang tradisional, gerakannya bersifat statis atau monoton, kemudian kebanyakan dari gerakannya hanya berupa gerakan ditempat. Berbeda dengan Tari Aplang modern, gerakannya sudah mengalami modifikasi atau perubahan. Antara lain gerakannya bersifat dinamis dan tidak lagi bersifat monoton. Banyak dari gerakannya yang bepindah tempat. Selain itu, gerakan yang sekarang juga lebih luwes dan tidak kaku sehingga hal ini terkesan lebih menarik.

4.3.2 Durasi

Durasi dari Tari Aplang yang bersifat tradisional lama, sehingga hal ini dapat mengakibatkan penonton yang menyaksikan tarian ini menjadi jenuh dan bosan. Dalam perkembangannya, Tari Aplang ini diubah atau dimodifikasi menjadi sesuatu yang bersifat modern dan lebih menarik yaitu dengan mengurangi durasi tarian menjadi lebih singkat menjadi kurang lebih tujuh menit. Hal ini ditujukan agar para penonton yang menyaksikan tarian ini tidak merasa bosan dan jenuh.

4.3.3 Kostum

Pada Tari Aplang tradisional, kostum yang dikenakan berupa baju putih dengan legan panjang, dilengkapi dengan tapi, slempang hitam kain jahit dan hanya mengenakan kaos kaki sebagai alas kaki pada saat menari.

Berbeda dengan Tari Aplang yang sekarang. Untuk kostum Tari Aplang yang sekarang berupa baju putih, merah muda, biru lengan panjang dari bahan sejenis diamond yang terkesan lebih indah dan meriah. Kostum tersebut dilengkapi dengan topi yang dipakai pada sanggul penari, dan dilengkapi dangan slemapng yang dililitkan menyamping pada badan dengan warna yang disesuakan denagn warna hijau, juga dilengkapi dengan kain jarit yang menutupi celana legin kira-kira setinggi lutut.

Alas kaki yang digunakan yaitu gapyak yang dapat menimbulkan kesan agamis mengingat gapyak dulu merupakan alas kaki khas yang dipakai saat pergi ke masjid. Terkadang para penari juga mengenakan kacamata agar terkesan lebih menarik.

Page 3: Tari Aplang

4.4 Upaya Pelestarian

Pemerintah kabupaten Banjarnegara telah melakukan berbagai upaya pelestarian terhadap Tari Aplang dengan harapan nantinya dapat mengangkat nama Banjarnegara bahkan juga dapat mengangkat nama bangsa Indonesia di mata dunia. Berikut adalah upaya-upaya yang telah dilakukan guna mengangkat nam Tari Aplang, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan sosialisasi (penataran) pada guru-guru sekabupaten Banjarnegara (DIANAS) dan juga pada para pelaku seni.

2. Membakukan gerakan Tari Aplang dengan tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan lagi kedepannya.

3. Melakukan pelatihan Tari Aplang yang sudah dibakukan oleh Bapak Mudiono kepada para pelaku seni.

4. Dengan mengadakan promosi keluar daerah, atau dengan mengadakan pertukaran misi dan kebudayaan. Seperti yang telah dilakukan, yaitu dengan diadakannya Parade Kebudayaan Hut

5. Mengadakan festival yang wajib diikuti oleh seluruh wakil kecamatan sekabupaten Banjarnegara

4.5 Kendala yang Dihadapi

Adapun bermacam-macam masalah atau kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan dan pelestarian Tari Aplang di kalangan masyarakat Banjarnegara. Beberapa kendala tersebut anatara lain adalah sebagai berikut:

1. Generasi yang Kuramg Aspiratif

Generasi yang kurang aspiratif dalam hal ini dimaksudkan bahwa generasi-generasi muda di Indonesia kurang mempunyai aspirasi atau minat terhadap suatu nilai kebudayaan. Hal ini dapat memperlambat perkembangan kebudayaan suatu daerah. Generasi muda sekarang menganggap bahwa hal-hal yang berkaitan dengan budaya merupakan suatu yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Sebagian besar dari mereka selalu sealu memperhatikan perkembangan fashion.

Adanya sifat yang seperti ini mengakibatkan perkembangan budaya di Indonesia terhambat, bahkan berujung pada beberapa budaya tradisional Indonesia yang diklaim sebagai budaya milik Negara lain, yang mana hal ini sangat merugikan bangsa Indonesia. Mulai dari lagu “Rasa Sayange“, yang digunakan Malaysia sebagai lagu sambutan yang berkaitan dengan pariwisata.

Page 4: Tari Aplang

Saat ini pun, Indonesia tengah mempertahankan kebudayaannya yang lain seperti “Reog Ponorogo” yang juga akan diklaim oleh Malaysia sebagai salah satu kebudayaannya. Tidak hanya itu, makanan yang jelas-jelas buatan Indonesia yaitu tempe turut menjadi objek klaim oleh Negara lain. Makanan ini sekarang diklaim oleh Negara Jepang sebagai makanan dari Jepang, dan masih bnayak lagi kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh Negara lain.

Hal ini merupakan keadaan yang memprihatinkan, dan kembali lagi bahwa hal ini dikarenakan oleh sebagian besar generasi muda yang tidak peduli dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Seandainya generasi muda peduli dengan kebudayaan yang ada di Indonesia, maka hal yang seperti ini atau hal-hal lain yang tidak diinginkan tidak akan pernah terjadi.

2. Pendanaan

Kurangnya pendanaan dari pemerintah daerah menyebabkan terhambatnya perkembangan Tari Aplang di wilayah kabupaten Banjarnegara. Para panitia ataupun pelatih Tari Aplang mengalami keurangan biaya selama proses pelatihan, mulai dari transportasi, biaya sosialisasi dan masih banyak lagi kendala yang dihadapi dalam upaya perkembangan Tari Aplang.

3. Kurangnya Sosialisai di Klangan Masyarakat

Dalam hal ini masih kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat menyebabkan Banjarnegara belum terlalu tahu apakah Tari Aplang itu. Terkecuali untuk Tari Geol Banjarnegara, karena tarian ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Banjarnegara yang membuat masyarakat bangga atasnya sebagai salah satu tarian tradisional khas Banjarnegara yang harus dilestarikan.