tantangan kesiapan pemilihan jasa konstruksi …

21
1 TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI Yaya Supriyatna Sumadinata *) PENDAHULUAN 1. Konstruksi secara harfiah didefinisikan sebagai bangunan. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (UUJK 2017) bangunan terdiri atas bangunan gedung dan bangunan sipil. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa Konsultansi Konstruksi dan/atau Pekerjaan Konstruksi. Pelaku Konsultansi Konstruksi biasa disebut konsultan sedangkan Pekerjaan Konstruksi disebut kontraktor. 2. Berdasarkan UUJK 2017 bangunan diwujudkan melalui proses penyelenggaraan konstruksi yang dapat dikerjakan sendiri (swakelola) atau oleh penyedia jasa konstruksi melalui pengikatan jasa konstruksi.Sampai saat ini di Indonesia telah teregistrasi sekitar 190 ribu penyedia jasa konstruksi. Untuk memilih penyedia jasa konstruksi yang tepat sesuai dengan bangunan yang akan diwujudkan dilakukan melalui proses pemilihan penyedia jasa.Kriteria yang tepat untuk pemilhan jasa konstruksi yang dibiayai dari pemerintah telah diatur pada pada pasal 4 dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Perpres PBJ 2018). 3. Penyedia jasa konstruksi merupakan pelaku bisnis dalam penyediaan jasa konstruksi yang menjadi bagian dari industri konstruksi. Berdasarkan pasal 4 Perpres PBJ 2018, penggunaan penyedia jasa tidak terbatas pada pemanfaatan keunggulan kompetitif kompetensinya, tetapi terkait dengan tujuan nasional dalam pengembangan perekonomian nasional termasuk pengembangan industri konstruksi. Partisipasi penyedia jasa konstruksi harus berkelanjutan. Oleh karena itu, proses Pemilihan Jasa Konstruksi harus dilakukan dengan prinsip yang dijelaskan oleh Agus Prabowo (2019) sebagai berikut: a. Efisien, yaitu dengan dana minimum mencapai tujuan yang ditetapkan baik secara kuantitas, kualitas, dan waktu; atau dengan dana yang telah ditetapkan mencapai tujuan maksimum. b. Efektif, yaitu sesuai dengan kebutuhan (tujuan/sasaran) dan bermanfaat dengan baik.

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

1

TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI

Yaya Supriyatna Sumadinata *)

PENDAHULUAN

1. Konstruksi secara harfiah didefinisikan sebagai bangunan. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (UUJK 2017) bangunan

terdiri atas bangunan gedung dan bangunan sipil. Jasa Konstruksi adalah layanan

jasa Konsultansi Konstruksi dan/atau Pekerjaan Konstruksi. Pelaku Konsultansi

Konstruksi biasa disebut konsultan sedangkan Pekerjaan Konstruksi disebut

kontraktor.

2. Berdasarkan UUJK 2017 bangunan diwujudkan melalui proses penyelenggaraan

konstruksi yang dapat dikerjakan sendiri (swakelola) atau oleh penyedia jasa

konstruksi melalui pengikatan jasa konstruksi.Sampai saat ini di Indonesia telah

teregistrasi sekitar 190 ribu penyedia jasa konstruksi. Untuk memilih penyedia jasa

konstruksi yang tepat sesuai dengan bangunan yang akan diwujudkan dilakukan

melalui proses pemilihan penyedia jasa.Kriteria yang tepat untuk pemilhan jasa

konstruksi yang dibiayai dari pemerintah telah diatur pada pada pasal 4 dalam

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (Perpres PBJ 2018).

3. Penyedia jasa konstruksi merupakan pelaku bisnis dalam penyediaan jasa

konstruksi yang menjadi bagian dari industri konstruksi. Berdasarkan pasal 4

Perpres PBJ 2018, penggunaan penyedia jasa tidak terbatas pada pemanfaatan

keunggulan kompetitif kompetensinya, tetapi terkait dengan tujuan nasional dalam

pengembangan perekonomian nasional termasuk pengembangan industri

konstruksi. Partisipasi penyedia jasa konstruksi harus berkelanjutan. Oleh karena

itu, proses Pemilihan Jasa Konstruksi harus dilakukan dengan prinsip yang

dijelaskan oleh Agus Prabowo (2019) sebagai berikut:

a. Efisien, yaitu dengan dana minimum mencapai tujuan yang ditetapkan baik

secara kuantitas, kualitas, dan waktu; atau dengan dana yang telah ditetapkan

mencapai tujuan maksimum.

b. Efektif, yaitu sesuai dengan kebutuhan (tujuan/sasaran) dan bermanfaat

dengan baik.

Page 2: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

2

c. Transparan, yaitu semua ketentuan dan informasi bersifat jelas, tidak

menimbulkan multi presepsi, dan mudah diakses oleh pelaku kepentingan.

d. Terbuka, yaitu proses Pemilihan Jasa Konstruksi dapat diikuti oleh seluruh

penyedia jasa konstruksi yang memenuhi persyaratan.

e. Bersaing, yaitu tercipta persaingan sehat di antara sebanyak mungkin

penyedia yang setara dan memenuhi persyaratan, dan dalam prosesnya tidak

ada intervensi yang mengganggu terciptanya persaingan sehat.

f. Adil, yaitu tidak diskriminatif, memperlakukan yang sama bagi semua calon

penyedia jasa, dan tidak mengarah atau memberi keuntungan kepada pihak

tertentu tetapi tetap memperhatikan kepentingan nasional.

g. Akuntabel, yaitu taat asas dan aturan, setiap tahapan proses terdokumentasi

dengan baik, dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Dalam Perpres PBJ 2018 telah diatur etika yang harus dipatuhi oleh semua pihak

yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa. Terkait dengan Pemilihan Jasa

Konstruksi aturan etika tersebut dapat dimaknai sebagai berikut:

a. Memberikan jaminan bahwa Pemilihan Jasa Konstruksi sesuai dengan tujuan

yang diamanatkan pada pasal 4 Perpren PBJ 2018.

b. Menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan.

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang

ber1akibat persaingan usaha tidak sehat

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait.

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang

terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat

persaingan usaha tidak sehat.

f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara.

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi; dan

h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi

atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada

siapapun yang diketahui atau patut diduga akan berpengaruh terhadap

pelaksanaan prinsip PBJ.

Page 3: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

3

5. Berbagai upaya - baik dari sisi regulasi, kesiapan SDM, maupun prasarana/sarana

- telah dilakukan agar tujuan Pemilihan Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan sesuai

dengan tujuan, prinsip, dan etika Pemilihan Jasa Konstruksi. Namun, kegagalan

dalam proses Pemilihan Jasa Konstruksi masih kerap terjadi. Gagal pemilihan baik

untuk prakualifikasi maupun untuk tender atau seleksi penyedia jasa konstruksi

diartikan sebagai penghentian proses Pemilihan Jasa Konstruksi yang dinyatakan

oleh Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan atau Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA) sesuai dengan kewenangannya.

6. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya gagal Pemilihan Jasa Konstruksi

sebagaimana disebutkan dalam pasal 51 Perpres PBJ 2018, yaitu antara lain

kekurangan peserta yang mendaftar prakualifikasi, jumlah peserta yang lulus

evaluasi prakualifikasi masih kurang dari yang dipersyaratkan, tidak ada peserta

yang mendaftar tender/seleksi, tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran,

terjadi kesalahan dalam proses evaluasi tender/seleksi,; ditemukan kesalahan

dalam Dokumen Pemilihan, seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme (KKN); seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat;

7. Terjadinya gagal pemilihan dapat disebabkan persiapan pelelangan yang tidak

memenuhi prinsip Pemilihan Jasa Konstruksi. Misalnya, petugas mencantumkan

persyaratan kualifikasi yang berlebihan dan cenderung mengada-ada untuk

kepentingan pihak tertentu atau petugas berkolusi dengan pihak tertentu sejak

penyiapan dokumen pemilihan, dan/atau kekuranglayakan dokumen pemilihan

yang dihasilkan. Dalam Rapat Kerja Kementerian PUPR (Oktober 2018), Dirjen

Bina Konstruksi menyampaikan kegagalan tender/seleksi yang disebabkan

kelemahan dokumen pemilihan sekitar 41%.

8. Identifikasi penyebab kegagalan pemilihan yang terjadi pada tahapan

praPemilihan Jasa Konstruksi perlu dilakukan untuk mengurangi risiko gagal

pemilihan baik pada proses pemilihan yang melalui tahapan prakualifikasi,

ataupun yang langsung pada proses tender/seleksi jasa konstruksi.

Page 4: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

4

METODOLOGI

9. Sumber permasalahan Pemilihan Jasa Konstruksi pada tahap prapemilihan

dikumpulkan dari hasil berbagai kegiatan diskusi dalam berbagai media di

lingkungan Kementerian PUPR, khususnya di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Konstruksi (DJBK).

10. Permasalahan dan tantangan terkait dengan Pemilihan Jasa Konstruksi pada

tahap prapemilihan yang mengemuka pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

a. Masih terjadi keraguan terhadap kebijakan pimpinan yang memprioritaskan

penyelenggaraan Pemilihan Jasa Konstruksi yang bebas KKN

b. Bagaimana menjadikan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) dan Unit

Pelaksana Pemilihan Barang/Jasa (UPTPBJ) efektif?

c. Bagaimana mengurangi risiko penyimpangan yang masih sering terjadi pada

tahap praPemilihan Jasa Konstruksi?

11. Upaya penyelesaian atau sekurangnya tanggapan terhadap permasalahan

Pemilihan Jasa Konstruksi pada butir 10 mengacu pada UUJK 2017, Perpres PBJ

2018, Peraturan Menteri dan Surat Edaran dari Kementerian PUPR sebagai

Lembaga Pembina Jasa Konstruksi.

RESTRUKTURISASI KELEMBAGAAN PENGADAAN BARANG/JASA

12. Kebijakan Pimpinan

a. Sekurang-kurangnya sejak tahun 2017 atau dalam 3 tahun terakhir, Bapak

Menteri PUPR sering mempertanyakan beban tugas dang tanggung jawab

Pokja Pengadaan Barang/Jasa yang sangat besar. Dari sejak penyiapan

dokumen lelang sampai dengan penetapan pemenang lelang pekerjaan jasa

konstruksi dilakukan oleh Pokja, bahkan pengusulan penetapan pemenang

lelang di atas 50 miliar rupiah kepada Menteri untuk pekerjaan konstruksi

dilakukan langsung oleh ketua Pokja tanpa melalui kepala balainya. Bapak

Menteri mempertanyakan apa peran Kepala Balai Pelaksana. Setelah

dilakukan serangkaian pembahasan dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang saat itu dipimpin langsung oleh Pejabat

Page 5: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

5

Tinggi Madya atas instruksi Menteri, mekanisme pengusulan tersebut dapat

disesuaikan dengan melibatkan kepala balai.

b. Pada tanggal 22 Maret 2018 diterbitkan Perpres PBJ 2018 yang substansinya

antara lain:

1) Tugas dan peran strategis Pengguna Anggara terkait dengan PBJ yang

penyelenggaraannya dapat didelegasikan ke jajaran di bawahnya

2) Reformasi kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan

membentuk UKPBJ di masing-masing Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Daerah

Selama ini proses Pemilihan Jasa Konstruksi menjadi tugas UNOR yang

bertanggung jawab terhadap pengelolaan asset. Dalam pelaksanaannnya

sering terjadi konflik kepentingan antara tuntutan kemajuan pekerjaan fisik

dengan ketaatan pada peraturan PBJ. Konflik yang sering terjadi misalnya

pada saat memeriksa kelayakan dokumen lelang. Keputusan untuk

memproses Pemilihan Jasa Konstruksi diambil walaupun dokumen

pemilihannya belum lengkap dengan pertimbangan dokumen pemilihan masih

bisa dilengkapi selama proses pemilihan. Namun, proses perbaikan tersebut

sering terlupakan dan terlambat untuk diperbaiki karena sudah ada sanggahan

dan/atau pengaduan. Hal ini menyebabkan jumlah paket yang mengalami

pelelangan ulang dan gagal lelang relatif cukup banyak.

c. Pada tanggal 8 Juni 2018 diterbitkan Peraturan Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Unit

Kerja Pengadaan Barang/Jasa (Perlem 14/ 2018) sebagai pedoman untuk

pembentukan UKPBJ dan UPTPBJ di masing-masing

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

d. Pada akhir bulan Desember 2018, Menteri PUPR memberikan arahan tentang

pencegahan fraud dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi PUPR, khususnya

untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang terkait dengan KKN yang

terdiri atas 9 strategi. Strategi yang pertama adalah Reorganisasi Unit

Pelayanan Pengadaan dan Kelompok Kerja Pemilihan Barang/Jasa.

e. Pada tanggal 7 Februari 2019 diterbitkan Permen PUPR Nomor:

03/PRT/M/2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan

Page 6: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

6

Umum Dan Perumahan Rakyat sebagai dasar pembentukan Direktorat

Pengadaan Jasa Konstruksi (DPJK) di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.

f. Pada tanggal 20 Maret diterbitkan Surat Keputusan Menteri PUPR Nomor

288/KPTS/M/2019 yang dijadikan dasar pembentukan UKPBJ yang dirangkap

oleh DPJK dan UPT PBJ yang dirangkap oleh BP2JK,

g. Dalam Rapat Kerja jajaran Kementerian PUPR pada tanggal 30 Oktober 2019,

Menteri PUPR menegaskan bahwa reformasi kelembagaan dalam

penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa di Kementerian PUPR adalah

kebijakan Meteri PUPR yang wajib didukung oleh semua jajarannya.

Selanjutnya Bapak Menteri menjelaskan, Direktorat Jenderal bertanggung

jawab dan fokus untuk menyelenggarakan survey, investigation, design, land

acquisition, construction, operation and maintenance (SIDLACOM) sesuai

dengan tanggung jawab masing-masing sektornya. Pemilihan Jasa Konstruksi

yang sebelumnya diselenggarakan Direktorat Jenderal selanjutnya

diselenggarakan Direktorat Pengadaan Jasa Konstruksi sebagai Unit Kerja

Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) dan Balai Pelaksana Pemilihan Jasa

Konstruksi (BP2JK) di masing-masing provinsi.

h. Dalam Rapat Kerja PUPR tersebut, seluruh Direktur Jenderal bersama

jajarannya telah menyatakan dukungan sepenuhnya kelancaran

penyelenggaraan tugas dan fungsi BP2JK. Dukungan yang sangat diperlukan

adalah penugasan ASN dari masing-masing Direktorat Jenderal untuk menjadi

Pengelola PBJ di BP2JK.

13. Kesiapan Kelembagaan

a. Direktorat Pengadaan Jasa Konstruksi bertindak sebagai UKPBJ PUPR.

Pelaksanaan program dan produk layanan yang telah dihasilkannya antara

lain:

1) SOP untuk mendukung penyelenggaraan Pemilihan Jasa Konstruksi yang

dilaksanakan oleh BP2JK.

2) SOP monitoring dan evaluasi pengelolaan dan pelaksanaan Pemilihan Jasa

Konstruksi dengan semaksimal mungkin memanfaatkan teknologi informasi

dan komputasi.

3) Pembinaan teknis, pendampingan teknis, kordinasi dan sosialisasi termasuk

di dalamnya persiapan tender dini.

Page 7: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

7

4) Pelaporan hasil monitoring dan evaluasi termasuk di dalamnya kinerja

organisasi khususnya yang terkait dengan kegagalan pemiliham.

b. Struktur organisasi BP2JK terdiri atas Kepala Balai, Kepala Tatat Usaha yang

merangkap sebagai sekretariat UPTPBJ, dan Pengelola Pemilihan Jasa

Konstruksi. Pengelola Pemilihan Jasa Konstruksi adalah Pejabat Fungsional

Pengelola PBJ yang dalam pelaksanaannya ditugaskan oleh Kepala Balai

sebagai Tim Pelaksana, Tim Peneliti, dan/atau Kelompok Kerja Pemilihan Jasa

Konstruksi. Tim Pelaksana yang paling banyak berhubungan dengan tahapan

prapemilihan.

1) Kepala Balai bertanggung jawab dan menjamin penyelenggaraan Pemilihan

Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan. Menteri PUPR menggambarkan

penyelenggaraan pemilihan yang baik adalah “tidak memenangkan yang

seharusnya kalah dan tidak mengalahkan yang seharusnya menang dalam

proses Pemilihan Jasa Konstruksi”. Tugas strategis lainnya yang perlu

dilaksanakan Kepala Balai adalah membangun kesepahaman dengan

seluruhan pemangku kepentingan terutama pemahaman terhadap

perubahan paradigma akibat pemisahan fungsi Pemilihan Jasa Konstruksi

dari unit kerja/ unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab atas

pengelolaan asset.

a) Sebelum dilakukan pemisahan tugas, penanggung jawab proyek lebih

mengedepankan penanganan risiko terhadap gagalnya program

pekerjaan fisik yang sudah dianggarkan dibandingkan dengan risiko

kurang berkualitasnya proses Pemilihan Jasa Konstruksi. Karena

penanganan risiko dalam satu tangan, kekurangan dalam proses

pemilihan masih dapat ditutupi pada saat proses pelaksanaan

pekerjaan.

b) Setelah dilakukan pemisahan tugas, penanggung jawab pemilhan jasa

konstruksi secara otomatis akan menempatkan proses pemilihan yang

berkualitas menjadi prioritas

2) Kepala Tata Usaha Balai yang merangkap sebagai Sekretaris UPTPBJ

bertanggung jawab untuk mendukung operasional pelaksanaan tugas dan

fungsi BP2JK dapat berjalan dengan baik termasuk secara terus menerus

mengingatkan peran strategis BP2JK sebagai beranda depan Kementerian

Page 8: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

8

PUPR dan memberikan semangat dan motivasi berkarya kepada seluruh

pegawai.

3) Tim Pelaksana menjadi titik awal keberhasilan peningkatan kualitas

Pemilihan Jasa Konstruksi. Tim ini menjadi gawang proses penjaminan mutu

dokumen pemilihan yang disiapkan PPK. Anggota Tim ini sekurang-

kurangnya memiliki keterampilan menggunakan format-format yang sudah

disiapkan untuk memeriksa dengan cermat kelengkapan dan kesesuaian

dengan standar atas usulan dokumen pemilihan yang diajukan PPK. Ke

depan Tim Pelaksana harus memiliki kompetensi teknis paket yang ditender

(SDA, BM, CK, PnP).

4) Kelompok Kerja Pemilihan memiliki kedudukan yang sangat penting. Kriteria

personil dan tugasnya langsung diatur dalam Perpres PBJ 2018. Tugas

utama Pokja adalah memproses dan menetapkan pemenang pemilihan,

Kecuali untuk paket proyek dengan nilai tertentu yang diatur dalam Perpres

PBJ 2018.

5) Tim Peneliti bertugsa membantu Ka BP2JK dalam penjaminan mutu

pelaksanaan pemilihan. Sesuai Kepmen PUPR 288/ 2019,, Kepala Balai

BP2JK meinstruksikan Tim Peneliti untuk meneliti laporan hasil pemilihan

dan penetapan dari Pokja. Selanjutnya Kepala BP2JK menyampaikan hasil

pemilihan dan penetapan tersebut kepada PPK yang dilengkapi dengan

hasil penelitian oleh Tim Peneliti.

c. Subjek hukum yang utama dalam UPTPBJ adalah Kepala Balai/UPTPBJ yang

menetapkan Pokja dan meneruskan hasil pemilihan oleh Pokja ke

PA/KPA/PPK, dan Pokja Pemilihan yang menetapkan pemenang pemilihan.

Oleh karena itu, Subjek hukum utama wajib memenuhi kriteria pengelola PBJ

sebagaimana diamanatkan dalam Perpres PBJ 2019. Salah satu kriteria yang

wajib dipenuhi adalah integritas (tidak koruptif dan menjunjung independensi).

d. Sampai saat ini pemenuhan SDM yang diperlukan BP2JK baru 85 orang atau

10,63% (Dirjen Bina Konstruksi dalam Raker PUPR Oktober 2019). Pada tahun

2020 diperkirakan jumlah paket yang harus dilayani 9000 paket. Oleh karena

itu pemenuhan SDM Balai menjadi prioritas utama. Upaya strategis untuk

pemenuhan SDM tersebut antara lain:

1) Pada masa transisi memanfaatkan Pokja yang suda ada sebelumnya di

masing-masing Ditjen dengan mengangkat kembali sebagai Pokja oleh

Page 9: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

9

Kepala BP2JK. Pada prinsipnya, Pokja yang diangkat kembali bekerja

sepenuhnya di bawah BP2JK, tetapi karena banyak Pokja yang masih

menjabat sebagaii tenaga inti proyek di masing-masing Ditjen-nya maka

mereka masih banyak yang bekerja di tempat asalnya sehingga kurang

efektif.

2) Menugaskan tenaga ASN baru yang ada di DJBK ke BP2JK. Setiap BP2JK

mendapatkan rata-rata 1 orang ASN.

3) Masih dalam tahap transisi, khususnya untuk BP2JK yang berlokasi di Pusat

dan di kota yang ada UPT DJBK lainnya, sebagian pegawai DJBK

ditugaskan untuk membantu pelaksanaan tugassi BP2JK, kususnya pada

saat puncak kesibukan.

4) Merekruit tenaga fungsional Pengelola PBJ yang berasal dari berbagai Unor

di lingkungan Kemeneterian PUPR melalui program impassing. Sampai saat

ini baru terproses 82 orang dari kebutuhan sekitar 800 orang. Tampaknya

masih banyak yang belum tertarik untuk menjadi Pejabat Fungsional

Pengelola PBJ.

5) Akan segera ditugaskan ASN dari setiap Unor untuk menjadi Jafung

Pengelola PBJ selama 2-3 tahun.

Sebagai tindak lanjut hasil Rapat Kerja Kementerian PUPR akhir Oktober 2019,

saat ini sedang diproses pengalihan tugas dari DJSDA, DJBM, DJCK, dan DJPP

serta Unit Organisasi lainnya ke BP2JK sekitar 370 orang. Dengan demikian

diharapkan sekitar 55% kebutuhan tenaga di BP2JK dapat dipenuhi.

e. Proses Pemilihan Jasa Konstruksi akan berjalan lebih baik apabila

dilaksanakan oleh orang-orang yang menguasai objek pekerjaannya.

Substansi pekerjaan masing-masing Ditjen lebih dikuasai oleh orang-orang

yang berasal dari Ditjennya. Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi tugasnya

lebih banyak membantu Ditjen untuk mendapatkan mitra kerja terbaik. Hasil

proses Pemilihan Jasa Konstruksi akan kembali ke masing-masing Ditjen. Oleh

karena itu, dalam Rapat Kerja PUPR bulan Oktober 2019 seluruh Direktur

Jenderal bersama jajarannya telah menyatakan pemberian dukungan

sepenuhnya terhadap BP2JK untuk dapat menyelenggarakan tugas dan

fungsinya dengan baik. Dukungan utama yang paling diharapkan adalah

penugasan personilnya untuk memperkuat kelembagaan BP2JK.

Page 10: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

10

f. Menteri PUPR menyatakan bahwa tugas menjadi aparatur BP2JK menghadapi

risiko tinggi. BP2JK berhadapan dengan pengusaha yang bertekad dengan

berbagai cara untuk mendapatkan pekerjaan dengan memenangkan proses

pemilihan. Risiko yang dihadapi BP2JK berupa sanksi, ancaman perdata, dan

ancaman pidana serta ancaman pidana berdasarkan UU Tipikor. Namun,

pemghargaan yang diberikan kepada Jafung Pengelola PBJ yang akan

menjadi pegawai BP2JK realtif lebih kecil karena tidak dapat memperoleh

honor dari penanganan paket proyek yang ditender/diseleksikan. Hal ini juga

menjadi faktor penghambat perpindahan pegawai Ditjen ke BP2JK. Pimpinan

PUPR bersama-sama dengan instansi terkait sedang mengupayakan agar

penghargaan yang diterima Jafung Pengelola PBJ lebih baik dibandingkan

dengan pegawai lainnya. Berbagai alternatif formulasi penghargaan telah

dirumuskan, salah satunya aadalah dengan mengusulkan Perpres untuk

pemberian penghargaan khusus kepada Jafung Pengelola PBJ.

g. Mengingat risiko yang dihadapi begitu tinggi, Pimpinan PUPR memberikan

dukungan dan perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi

BP2JK. Menteri PUPR selalu memanggil Kepala BP2JK dalam berbagai

kesempatan ketika berkunjung ke provinsi. Dirjen Bina Konstruksi

menginstruksikan agar setiap pejabat DJBK yang berdinas ke provinsi harus

mengunjungi kantor BP2JK.

Keputusan Menteri PUPR No. 288/KPTS/M/2019, tidak hanya berisi klausal

pembentukan BP2JK juga dilengkapi dengan SOP pelaksanaan tugas dan

fungsi BP2JK. Selanjutnya DBJK melengkapinya dengan standar kertas kerja

dan instruksi kerja untuk lebih memudahkan petugas Pengelola PBJ

melaksanakan tugasnya. DJBK pun secara aktif bersinergi dengan Inspektorat

Jenderal untuk memberikan dukungan dalam mengatasi berbagai

permasalahan yang dihadapi BP2JK khususnya terkait dengan sanggah dan

sanggah banding serta pengaduan baik yang dilakukan peserta pemilihan

maupun masyarakat jasa konstruksi pada umumnya. Komunikasi langsung

antara Inspektur Jenderal beserta jajarannya, Direktur Jenderal Bina

Konstruksi beserta jajarannya dan Kepala BP2JK melalui fasilitas jejajring

sosial sangat membantu percepatan penyelesaian permasalahan di lapangan.

Page 11: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

11

DISKUSI DAN UPAYA SOLUSI ATAS KESALAHAN DALAM TAHAP

PRAPEMILIHAN

14. Fraud pada Tahapan Programming dan Budgeting

Fraud pada tahapan programming terjadi ketika ada kekuatan external tertentu

untuk meng-goal-kan program proyek konstruksi yang menjadi kepentingannya.

Pihak tersebut selanjutnya mengawal sejak proses penganggaran sampai dengan

pemilihannya. Mereka biasanya memanfaatkan kelemahan budaya paternalistik.

Restrukturisasi kelembagaan PBJ yang telah dilakukan Kementerian PUPR secara

efektif akan mengurangi terjadinya fraud pada tahapan program. BP2JK yang tidak

terkait langsung dengan kinerja pelaksanaan proyek akan lebih independent untuk

secara lugas menolak intervensi. Keberanian penolakan tersebut semakin tinggi

karena pimpinan telah menunjukkan komitmennya di lapangan.

Ketidaktepatan besaran anggaran bisa terjadi karena kekurangan data dalam

tahapan programnya. Tetapi ketidaktepatan anggaran tersebut tidak selalu

menyebabkan fraud dalam proses Pemilihan Jasa Konstruksi. Fraud akan terjadi

apabila Pengelola PBJ dapat diintervensi.

Pemaketan proyek menjadi bagian dari tahapan program dan penganggaran.

Pengaduan pemaketan biasanya dikaitkan dengan keberpihakan pada usaha kecil

atau sebaliknya dianggap sebagai ajang bagi-bagi proyek. Kebijakan pemaketan

proyek tidak mungkin dapat memuaskan semua pihak, jadi seharusnya tidak

menjadi delik aduan oleh peserta pemilihan. Istilah pemaketan proyek sering

dibiaskan dengan istilah konsolidasi pengadaan melalui restrukturisasi pemaketan

paket proyek dalam Pemilihan Jasa Konstruksi. Restrukturisasi pemaketan proyek

dalam proses pengadaan seharusnya tidak mengubah klasifikasi dan kualifikasi.

15. Fraud Regulasi dan Kelembagaan

a. Regulasi yang tidak konsisten sering menyebabkan fraud dalam PBJ. Biasanya

dalam pengaduan, peserta pemilihan dan/atau masyarakat jasa konstruksi

menyatakan proses pemilihan harus dinyatakan gagal karena dokumen

pemilihan atau proses penilaiannya bertentangan dengan peraturan di atasnya.

Tim Pelaksana yang ada di BP2JK berperan besar untuk mencegah

Page 12: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

12

permasalhan ini dengan memeriksa secara seksama kesesuaian usulan

dokumen pemilihan dengan peraturan perundang-undangan.

b. Fraud Pemilihan Jasa Konstruksi yang disebabkan kelembagaan biasanya

terjadi karena arogansi kelembagaan. Jika tidak dikelola dengan baik, hasil

restrukturisasi kelembagaan PBJ saat ini sangat memungkinkan terjadinya

fraud kelembagaan. Berapa kemungkinan terjadi fraud diantaranya:

1) PPK memaksakan diri untuk menyampaikan usulan dokumen pemilihan

yang tidak memadai, sehingga proses pengusulan dokumen pemilihan

bolak-balik antara PPK dengan BP2JK.

2) Tim Pelaksana BP2JK dengan berbagai alasan lambat untuk memproses

usulan dokumen pemilihan. Ketika diperlukan perbaikan atas usulan

dokumen tersebut, waktu yang dimiliki PPK sangat terbatas sehingga dapat

menimbulkan ketidakcermatan.

DJBK berupaya mengurangi risiko fraud regulasi dan kelembagaan dengan

meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi atas progress BP2JK. Jika

penyebabnya ada di PPK, DJKB segera mengkoordinasikannya dengan

pimpinan PPK di Pusat.

16. Fraud Perencanaan Teknis

Fraud Pemilihan Jasa Konstruksi dapat disebabkan oleh ketidaksiapan dokumen

perencanaan teknis. Dokumen hasil perencanaan teknis yang diperlukan dalam

Pemilihan Jasa Konstruksi, sekurang-kurangnya terdiri atas gambar rencana

teknis (gambar), rencana kerja dan syarat-syarat (spesifikasi), daftar volume

pekerjaan (BoQ), dan umur rencana layanan konstruksi. Untuk mendukung proses

penyiapan dokumen dan penilaian Pemilihan Jasa Konstruksi diperlukan informasi

dari hasil perencanaan teknis antara lain: Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan

metode konstruksi. Fraud perencanaan teknis yang sering terjadi adalah ketika

terjadi ketidakkonsistenan antara gambar dengan spesifikasi yang dapat

menyebabkan perbedaan asumsi dasar dalam memberikan penawaran. Fraud

perencanaan teknis lainnya terjadi ketika spesifikasi dianggap berpihak pada

merek barang tertentu, dan pesryaratan dalam spesifikasi dianggap terlalu tinggi

sehingga tidak ada penyedia jasa yang memenuhi syarat.

Page 13: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

13

17. Fraud Kerangka Acuan Kerja Konsultan

Usaha jasa konsultansi konstruksi sangat tergantung pada penyediaan tenaga ahli

konstruksi. Kesesuaian persyaratan tenaga ahli dengan Kerangka Acuan Kerja

(KAK) mendapatkan bobot terbesar dalam penilaian seleksi jasa konsultansi

sehingga sangat menentukan pemenang seleksi. Fraud pemilihan jasa konsultansi

konstruksi dapat terjadi karena persyaratan tenaga ahli berlebihan. Misalnya,

tenaga ahli harus memiliki beberapa sertifikat keahlian, kualifikasi sertifikat yang

dimiliki terlalu tinggi untuk jenis pekerjaan yang akan ditangani, persyaratan jumlah

dan kualifikasi tenaga ahli yang dipersyaratkan tidak sesuai dengan pagu dana

yang tersedia. Contoh lainnya, antara lain ketidaksesuaian KAK dengan jenis

kontrak pekerjaan yang akan diterapkan khususnya untuk pekerjaan perancangan.

Pada pekerjaan perancangan biasanya diterapkan jenis kontrak lumsum, tetapi

dalam KAK masih dipersyaratkan hal-hal yang terkait dengan kontrak waktu

penugasan. Sering ditemukan, penyusun KAK sering lupa memasukkan

persyaratan yang baru diundangkan, misalnya terkait dengan kewajiban

penawaran dengan remunerasi minimum. Oleh karena itu, peran Tim Pelaksana

BP2JK sangat penting untuk memeriksa usulan dokumen pemilihan ternasuk

memeriksa KAK nya.

18. Fraud Penyusunan Spesifikas Teknis

Fraud Pemilihan Jasa Konstruksi yang disebabkan ketidaksesuaian dengan

Spesifikasi Teknis sering terjadi. Berdasarkan pengalaman panjang dalam

penyelenggaraan infrastruktur telah disusun Standar Spesifikasi Teknis untuk

beberapa jenis pekerjaan konstruksi. Namun, jenis pekerjaan konstruksi pada

prinsipnya sesuai dengan keinginan pemiliknya sehingga sangat beragam. Bentuk

dan ukuran produk konstruksi yang diinginkan divisualkan dalam gambar teknis.

Kriteria, kualitas dan cara memeriksa kualitas serta cara menghitung kuantitas dari

produk konstruksi dituangkan dalam Spesifikasi Teknis. Oleh karena itu,

spesifikasi teknis harus sesuai dengan gambar teknis. Spesifikasi Teknis yang baik

sekurang-kurangnya memilih bagian informasi dari Standar Spesifikasi Teknis

yang sesuai dan dilengkapi dengan informasi lainnya yang diperlukan sesuai

dengan gambar teknis. Fraud Spesifikasi Teknis terjadi karena penyesuaian

dengan gambar teknis tidak dilakukan. Dalam hal ini, pelaksanaan peran strategis

Page 14: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

14

Tim Pelaksana BP2JK kembali diperlukan. Beberapa risiko fraud Spesifikasi

Teknis yang sering ditemukan antara lain:

a. Dokumen spesifikasi teknis belum mendapatkan persetujuan dari PA/KPA

b. Substansi Spesifikasi Teknis belum lengkap untuk dapat menyusun dokumen

pemilihan. Misalnya, PPK belum menetapkan: daftar pekerjaan utama, daftar

peralatan utama, dokumen Identifikasi bahaya, pekerjaan wajib

disubkontrakkan kepada kontraktor spesialis, dan metode pelaksanaan.Terkait

dengan subkontrak, dalam Permen 07/2019 telah diatur kewajiban

mensubkonkan sebagian pekerjaan utama kepada penyedia jasa pekerjaan

konstruksi spesialis (jika ada) dan sebagian pekerjaan bukan utama kepada

penyedia jasa pekerjaan konstruksi kualifikasi kecil setempat. Yang dimaksud

penyedia jasa konstruksi setempat adalah penyedia jasa yang bekedudukan di

dalam provinsi tempat peket tersebut ditender/ diseleksikan.

Kewajiban mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utama dapat menjadi fraud

apabila tidak diatur atau dijelaskan dengan baik. Misalnya apakah penyedia

jasa pekerjaan konstruksi dapat bersifat nasional atau harus berlokasi di

provinsi tempat pekerjaan tersebut berada; bagaimana dengan persyaratan

kualifikasinya; dan apabila bersifat provinsi apa yang membuktikan

ketidaktersediaan spesialis yang sesuai tersebut. Kejelasan persyaratan ini

harus sudah disampaikan ke peserta tender sebelum pemasukan penawaran.

c. Spesifikasi Teknis memuat persyaratan yang dapat dianggap sebagai

pengarahan proses pemilihan untuk kepentingan produk atau penyedia barang

dan jasa tertentu. Misalnya, ukuran tidak lazim, persyaratan merek dagang,

persyaratan metode konstruksi yang sebenarnya sudah umum dilakukan

menjadi tidak lazim, termasuk persyaratan penggunaan alat yang tidak lazim.

d. Persyaratan kualifikasi dan teknis berlebihan sehingga berpotensi

mengakibatkan peserta yang lulus terbatas. Misalnya, mensyaratkan lebih dari

satu SKA/SKT untuk satu orang personel manajerial, dan persyaratan

peralatan utama yang hanya dimiliki oleh penyedia jasa yang sangat terbatas.

19. Fraud Sistem Deliveri

Sejak awal seharusnya sudah direncanakan system deliveri yang akan digunakan

apakah Design – Bid – Build, Design and Build, Enigeering – Procurement –

Construction, atau system deliveri lainnya. Penetapan sejak awal akan lebih

Page 15: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

15

memudahkan PPK untuk menyiapkan dokumen pemilihannya. Sistem deliveri

Design – Bid – Build sudah dianggap konvensional. Saat ini sudah banyak

digunakan system Design and Build (DB), tetapi dalam pelaksanaannya masih

banyak ditemukan masalah, antara lain:

a. Dalam Permen PUPR No. 12/PRT/M/2017 tentang Standar dan Pedoman

Pengadaan Pekerjaan Konstruksui Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design

and Build) jenis kontrak yang harus digunakan adalah kontrak lumsum dengan

alasan daftar volume pekerjaan belum diketahui. Namun, kenyataannya,

walaupun tahapan perencanaannya sudah diselesaikan, volume pekerjaan

beberapa item pekerjaan, seperti item pekerjaan yang berada di bawah tanah,

belum dapat dipastikan volumenya, Oleh karena itu, untuk sistem deliveri

Design and Build dalam pekerjaan konstruksi masih diperlukan sistem

pembayaran dengan dasar harga satuan untuk beberapa komponen pekerjaan

yang tidak dapat diketahui secara pasti volumenya. Dengan demikian, Design

and Build pekerjaan konstruksi terintegrasi seharusnya dapat menggunakan

kontrak gabungan lumsum dan harga satuan.

b. Masih terjadi perbedaan presepsi dengan auditor atas kontrak lumsum.

Spesifikasi teknis untuk kontrak lumsum dalam Design and Build belum dapat

mendukung pertangungjawaban cara pembayaran lumsum sehingga dalam

pelaksanaannya sering bermasalah dengan auditor.

c. Istilah perubahan design masih ditemukan dalam Design and Build. Dalam

sistem deliveri Design and Build tidak ada perubahan design karena designnya

dilaksanakan sepanjang pelaksanaan kontrak.

d. Masih ada anggapan bahwa tidak ada perubahan nilai kontrak dalam kontrak

lumsum. Dalam sistem deliveri Design and Build masih dimungkinkan

terjadinya perubahan nilai kontrak karena ada komponen pekerjaan yang

dibayar dengan dasar harga satuan, atau terjadi perubahan kriteria, perubahan

spesifikasi, atau perubahan lainnya yang sebelumnya telah disepakati dalam

dokumen pemilihan.

e. Rincian pelaksanaan pekerjaan masih menjadi dasar dalam

pertanggungjawaban pembayaran pekerjaan kontrak lumsum. Perlu ada

ketegasan yang mengikat dalam kontrak lumsum adalah nilai kontrak secara

keseluruhan setelah seluruh pekerjaan diterima dan tidak ada addendum

perubahan kontrak dalam pelaksanaannya.

Page 16: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

16

20. Fraud Rancangan Dokumen Kontrak

Fraud Pemilihan Jasa Konstruksi dapat terjadi yang disebabkan rancangan

kontrak tidak sesuai dengan Permen PUPR 07/2019. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan Rancangan Dokumen Kontrak (RDK):

a. Penyusunan RDK menjadi tanggung jawab PPK

b. Penyusunan RDK masih belum menjadi perhatian utama, karena sebelumnya

dianggap dapat terus diperbaiki secara parallel dengan pelaksanaan pemilihan.

BP2JK perlu mengingatkan tidak ada Pemilihan Jasa Konstruksi jika RDK tidak

siap.

c. Apabila jenis kontraknya lumsum untuk pekerjaan konstruksi perlu didukung

dengan:

1) hasil DED dan spesifikasi teknik yang lengkap dan akurat untuk sistem

deliveri Design – Bid – Build.

2) Basic Design yang memadai untuk sistem deliveri Design and Build.

3) Rumusan output tahapan pekerjaan yang jelas dan terukur sehingga dapat

digunakan sebagai dasar tahapan pembayaran.

d. Apabila sistem deliverinya Design and Build, maka perlu dicek bahwa DED nya

belum pernah dilakukan. Apabila DED sudah tersedia tetapi tidak sesuai lagi

dengan kondisi lapangan, maka perlu dibuat berita acara hasil review DED

untuk disampaikan ke PA/KPA.

e. Sistem perhitungan hasil pekerjaan meliputi antara lain:

1) Indikasi volume pekerjaan dalam kontrak harga satuan dituangkan dalam

daftar kuantitas dan harga (bill of quantity/ BoQ).

2) Perhitungan kuantitas hasil pekerjaan mengacu pada gambar kerja, BoQ,

dan spesifikasi teknis

3) Perhitungan kuantitas yang dapat dibayar sesuai dengan spesifikasi teknis

4) Perhitungan pembayaran sesuai dengan progress pekerjaan bulanan dalam

kontrak harga satuan

5) Perhitungan pembayaran termin sesuai dengan output pekerjaan dalam

kontrak lumsum tanpa rincian biaya dan volume.

6) Pengukuran progress pekerjaan yang dilakukan bersama.

f. Penuangan umur konstruksi dan pertanggungan terhadap kegagalan

bangunan.

Page 17: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

17

1) Umur konstruksi sesuai dengan hasil DED

2) Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa

dan/atau Pengguna Jasa atas Kegagalan Bangunan dan jangka waktu

pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan sesuai dengan umur konstruksi

atau maksimum 10 tahun.

g. Tim Pelaksana BP2JK perlu memeriksa kelengkapan dan kesesuaian RDK

yang disusun oleh PPK

h. Pembentukan Pokja oleh BP2JK setelah Penetapan Rancangan Kontrak oleh

PPK

21. Fraud Penyusunan HPS

Penyusunan HPS yang tidak berkualitas dapat menyebabkan fraud Pemilihan

Jasa Konstruksi. HPS yang telalu rendah dapat menyebabkan penyedia jasa tidak

berminat, dan apabila terlalu tinggi dapat dianggap mark-up. Beberap hal yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan HPS, antara lain:

a. Penyusunan HPS mengacu pada hasil reviu perkiraan biaya (RPB)/ Rencana

Anggaran Biaya (RAB).

1) Untuk Pekerjaan Konstruksi (PK) ≤ Rp 100 M, RPB disetujui oleh Kepala

Balai Teknis pemilik paket/SNVT.

2) Untuk PK > Rp 100 M, RPB disetujui oleh Pejabat Eselon I

b. Sesuai dengan Permen 7/2019, biaya K3 dicantumkan dalam rincian biaya

tersendiri sesuai dengan kebutuhan dan dimasukan ke dalam dokumen

pemilihan

c. Sampai saat ini belum ada hasil evaluasi terhadap tingkat akuntabilitas

penyusunan HPS dan kesesuaian dengan harga pasar. Untuk itu, Direktorat

PJK/ UKPBJ telah menyiapkan standar kertas kerja untuk mereviu HPS oleh

BP2JK.

d. Penyusunan HPS dikalkulasikan berdasarkan keahlian dan data-data yang

bisa dipertanggungjawabkan. Data yang dipakai untuk menyusun HPS

meliputi:

1) harga pasar setempat yaitu harga barang dilokasi barang diproduksi/

diserahkan/ dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pengadaan barang;

2) informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat

Statistik (BPS).

Page 18: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

18

3) informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi

terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

4) daftar biaya/tarif Barang yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal.

5) biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan

mempertimbangkan faktor perubahan biaya.

6) inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank

Indonesia.

7) hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan

instansi lain maupun pihak lain.

8) Norma indeks.

9) informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

22. Fraud Penyusunan Perencanaan Umum Pengadaan

Fraud Pemilihan Jasa Konstruksi dapat disebabkan oleh ketidakcermatan dalam

Penyusunan Perencanaan Umum Pengadaan. Beberapa ketidakcermatan yang

sering terjadi:

a. Perencanaan tidak realistis, terutama dari sudut waktu pelaksanaan

b. Pengumuman tender/seleksi dibatasi hanya kelompok tertentu saja

c. Pengumuman tidak lengkap dan membingungkan (ambigious)

d. Tingkat kompleksitas belum ditentukan pada saat perencanaan pengadaan.

e. Besaran nilai paket Pekerjaan Konstruksi tidak dapat dijadikan dasar untuk

menetapkan kompleksitas pekerjaan. Kompleksitas paket ditentukan

berdasarkan kriteria risiko, teknologi, peralatan khusus. Oleh karena relative

sulit untuk menghitung kriteria tersebut, maka kompleksitas paket pekerjaan

ditetapkan oleh KPA.

23. Paket Bantuan Luar Luar Negeri

Paket yang dibiayai dari sumber Bantuan Luar Negeri biasanya pemberi bantuan

mempersyaratakan Standard Biding Document (SBD) yang harus disetujui

pemberi bantuan (lender) dengan mendapatkan No Objection Letter (NOL). Untuk

mendapatkan NOL SBD dari Lender membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh

karena itu, KPA/PPK harus bersinergi dengan UKPBJ untuk mempercepat proses

mendapatkan NOL SBD tersebut.

Page 19: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

19

24. Paket Multy Year Contract

Paket yang diusulkan dengan pembiayaan/pelaksanaan melebihi satu tahun

anggaran atau multy year contract (MYC), harus mendapatkan ijin dari Menteri

Keuangan. Proses mendapatkan ijin tersebut memerlukan waktu, dan seringkali

waktunya relatif lama. Agar tidak menghambat proses Pemilihan Jasa Konstruksi

sesuai dengan Rencana Umum Pengadaan, maka pembentukan Pokja oleh

BP2JK dilakukan setelah usulan persetujuan MYC dari Eselon 1 ke Menteri.

25. Pemeriksanaan Usulan Dokumen Pemilihan

Setelah dilakukan restrukturisasi lelembagaan PBJ di Kementerian PUPR,

tanggung jawab kinerja pelaksanaan Pemilihan Jasa Konstruksi berada di BP2JK.

Pencapaian kinerja tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas Dokumen Pemilihan

yang disiapkan oleh PPK. Oleh karena itu, Tim Pelaksana BP2JK perlu mereviu

usulan Dokumen Pemilihan sebelum diserahkan kepada Pokja yang dibentuk oleh

BP2JK. Kekurangan yang sering terjadi dalam penyusunan Dokumen Pemilihan

antara lain:

a. Instruksi Kepada Peserta Pemilihan (IKP) tidak sesuai dengan Standar

Dokumen Pemilihan (SDP) Jasa Konstruksi dalam Permen PUPR 07/2019

b. Format Lembar Data Kualifikasi (LDK) dan Lembar Data Pemilihan (LDP) tidak

sesuai Permen PUPR 07/2019. Misalnya, menghilangkan ketentuan tenaga

tetap untuk kualifikasi menengah untuk paket PK diatas Rp 100 Miliar.

c. Persyaratan kualifikasi dan teknis tidak sesuai Permen PUPR 07/2019.

Misalnya, persyaratan sewa peralatan utama dihilangkan untuk paket di bawah

Rp 100 Miliar

d. Sesuai dengan Perpres PBJ 2018, penerapan e-reverse auction adalah pilihan

yang ditetapkan Pokja. Pada saat akan menerapkannya, tidak ada pengaturan

tentang waktu lamanya pelaksanaan e-reverse auction. Pada saat Pokja tidak

memberlakukan e-reverse auction, seharusnya SPSE tidak mengundang

peserta untuk e-reverse auction. Selanjutnya, diperlukan pengaturan tentang

waktu lamanya pelaksanaan e-reverse auction, berupa rentang waktu minimal

dan maksimal. SPSE juga perlu disesuaikan agar format pengisian e-reverse

auction tidak ditampilkan apabila tidak akan diterapkan sehingga tidak

membingungkan peserta pemilihan.

Page 20: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

20

e. Masih sering terjadi perbedaan data dan informasi antara yang tertera di SPSE

dengan Dokumen Pemilihan-nya. Misalnya, adanya perbedaan judul pemilihan

antara yang tertera pada Dokumen Pemilihan dan SPSE, perbedaan persyaratan

peralatan dan personil manajerial antara yang tertera pada Dokumen Pemilihan

dan SPSE. Hal ini akan merugikan peserta pemilihan apabila menggugurkan

penawarannya. Oleh karena itu, perlu ditegaskan dan diinformasikan, misalnya

apabila ada perbedaan yang berlaku adalah data/informasi yang tertulis di SPSE.

Apabila peserta pemilihan menuliskan data yang ada di hard copy maka substansi

tulisan tersebut dianggap sesuai dengan data yang ada SPSE.

26. Pembentukan Pokja

Salah satu kinerja BP2JK adalah Pokja dapat melaksanakan tugas dan fungsinya

dalam waktu yang telah ditetapkan dalam SOP. Oleh karena itu, waktu

pembentukan Pokja oleh Kepala BP2JK menjadi penting. Pada prinsipnya Pokja

bertanggung jawab terhadap setiap paket pekerjaan yang ditanganinya. Setiap

paket bersifat unik yang keunikannya perlu diinformasikan kepada Pokja. Satu

Pokja dapat menangani lebih dari satu paket, tetapi dalam surat keputusan

pembentukannya harus jelas kapan waktu efektif masing-masing paket. Kinerja

Pokja mulai berjalan sesuai dengan waktu efektif paket tersebut. Pertimbangan

yang perlu diperhatikan dalam pembentukan Pokja, antara lain:

a. Secara umum Pokja dibentuk setelah Dokumen Pemilihan siap. Kesiapan

Dokumen Pemilhan menjadi tanggung jawab Kepala BP2JK berdasarkan hasil

pemeliksaan Tim Pelaksana terhadap usulan Dokumen Pemilihan dari PPK.

Dengan demikian, tidak ada komunikasi antara PPK dengan Pokja dalam

penyiapan Dokumen Pemilihan, karena Pokjanya belum terbentuk.

b. Paket yang diusulkan dengan pembiayaan/pelaksanaan melebihi satu tahun

anggaran atau multy year contract (MYC), harus mendapatkan ijin dari Menteri

Keuangan. Proses mendapatkan ijin tersebut memerlukan waktu, dan

seringkali waktunya relatif lama. Agar tidak menghambat proses Pemilihan

Jasa Konstruksi sesuai dengan Rencana Umum Pengadaan, maka

pembentukan Pokja oleh BP2JK dilakukan setelah usulan persetujuan MYC

dari Eselon 1 ke Menteri.

Page 21: TANTANGAN KESIAPAN PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI …

21

KESIMPULAN

27. Kebijakan Menteri PUPR untuk meningkatkan kualitas Pemilihan Jasa Konstruksi

melalui restrukturisasi kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa dengan dibentuknya

Direktorat Pengadaan Jasa Konstruksi dan Balai Pelaksanaan Pemilihan Jasa

Konstruksi didukung sepenuhnya oleh seluruh pimpinan dan jajaran unit

organisasi di Kementerian PUPR.

28. Pelaksanaan tugas yang terkoordinasi, bersinergi dan efektif serta dilandasi

prinsip pengadaan yang adil untuk “tidak memenangkan yang seharusnya kalah

dan tidak mengalahkan yang seharusnya menang”, dari unit-unit pelaksana

pelayanan yang terdiri atas Pejabat Pembuat Komitmen, Unit Kerja Pengadaan

Barang/Jasa, dan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/Jasa merupakan

kunci keberhasilan pencegahan fraud kemungkinan terjadinya Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme di Kementerian PUPR.

29. Hasil identifikasi dan kompilasi penyelesaian berbagai permasalahan yang sering

terjadi pada PraPemilihan Jasa Konstruksi perlu dikelola secara berkelanjutan dan

dijadikan modal pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas Pengelola

Pengadaan Barang/Jasa di Kementerian PUPR.

Jakarta, 19 November 2019

*) Penulis adalah Pejabat Fungsional Teknis Utama Pembina Jasa Konstruksi di

Direkrorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat.