tanggapan masyarakat dalam proses pelayanan …repo.apmd.ac.id/503/1/skripsi inda sella s...
TRANSCRIPT
1
SKRIPSI
TANGGAPAN MASYARAKAT DALAM PROSES
PELAYANAN SIM DI POLRES BANTUL
Disusun Oleh :
INDA SELLA SELFAROSA
07530677
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
i
SKRIPSI
TANGGAPAN MASYARAKAT DALAM PROSES PELAYANAN SIM DI
POLRES BANTUL
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Disusun Oleh :
INDA SELLA SELFAROSA
07530677
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
ii
iii
iv
MOTTO :
Berlakulah Baik Kepada Temanmu Untuk Menjaga Mereka, Dan Berlaku Baiklah
Kepada Musuhmu Untuk Mengalahkan Mereka
(Benjamin Franklin)
Berangkat Di Waktu Pagi, Pulang Di Waktu Petang, Untuk Menuntut Ilmu Itu Bagi Allah Lebih Utama Dari Jihad Fisabilillah
( HR Dailami da Ibnu Abbas )
Belajar Tentang Pikiran Dan Ilmu Pengetahuan Tanpa Belajar Untuk
Memperkaya Hati Sama Dengan Tak Belajar Apa-Apa
(Aristoteles)
Banyak Kegagalan Dalam Hidup Ini Dikarenakan Orang-Orang Tidak
Menyadari Betapa Dekatnya Mereka Dengan Keberhasilan Saat
Mereka Menyerah
(Thomas Alva Edison)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Allah SWT Yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
Kedua Orang tuaku yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang,
serta kedua saudaraku yang selalu memberi dorongan dan semangat dalam
penyusunan skripsi ini.
Suamiku Miftakhudin dan Putraku Bazlan Zaidan A.M sebagai
penyemangatku dalam menyelesaikan study di STPMD “APMD” untuk
meraih gelar Sarjana Komunikasi.
Semua teman-teman, saudara, yang telah banyak membantu baik dalam kritik
maupun saran dalam proses penyelesaian skripsi ini
Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul:
“Tanggapan Masyarakat Dalam Proses Pelayanan SIM di Polres Bantul”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Komunikasi di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “ APMD “.
Dalam penyusunan skripsi ini sungguh telah banyak menyita waktu, tenaga, pikiran
serta biaya, akan tetapi kita sadari bahwa penulisan skripsi ini merupakan suatu
perjuangan penulis untuk meningkatkan pengetahuannya. Dengan selesainya skripsi
ini telah menambah pengetahuan penulis tentang tanggapan masyarakat akan
pelayanan SIM yang baik.
Skripsi ini disusun atas bantuan dari berbagai pihak, karena itu ingin
disampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak Habib Muhsin, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “ APMD “
2. Bapak Ade Candra, S,Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing saya yang
telah memberikan banyak masukan saran dan juga motivasi kepadda saya
untuk mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi.
vii
3. Bapak Sahat M Hasibuan,SIK, MH, Kepala Kepolisian Resor Bantul
beserta stafnya, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
mengadakan penelitian.
4. Ibu Carryn Nova M.P, SH,M.Hum seabgai Kasat Lantas Polres Bantul
yang telah banyak membantu memberikan data serta masukan dan saran
dalam dalam penelitian untuk penyusunan skripsi ini
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “ APMD “ serta rekan-rekan mahasiswa atas segala
yang telah diberikan selama penulis mengikuti pendidikan.
Ada istilah dalam bahasa Indonesia “tak ada gading yang tak retak” yang
artinya tiada suatupun yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu
penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga tulisan skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 5 Oktober 2018
Penulis
Inda Sella Selfarosa
viii
ABSTRAK
Kepolisian merupakan salah satu instansi dari pemerintah yang memberikan
pelayanan pada masyarakat. Fungsi pemerintah yang dijalankan oleh polri dibidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Tugas ini berkaitan erat dengan
tugas-tugas sosial yang sehari-harinya berhadapan dengan masyarakat. Di samping
berfungsi sebagai salah satu lembaga penegak hukum dan penjaga keamanan
masyarakat, kepolisian juga memiliki fungsi sebagai instansi yang memberikan
pelayanan administrasi kepada masyarakat. Salah satunya ialah pelayanan pembuatan
SIM (surat izin mengemudi) merupakan salah satu pelayanan dasar administratif yang
penting.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................... ……………………………………
LEMBAR PERNYATAAN.........................……………………………………
HALAMAN PENGESAHAN..................... ……………………………………
MOTTO ...............................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................
HALAMAN KATA PENGANTAR........... ……………………………………
HALAMAN ABSTRAK..............................……………………………………
DAFTAR ISI................................................……………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
E. Kajian Teori
1. Komunikasi ....................................................................................
2. Komunikasi Antar Manusia ...........................................................
3. Tujuan Komunikasi .......................................................................
4. Unsur-Unsur Komunikasi ..............................................................
5. Tanggapan ......................................................................................
6. Masyarakat ....................................................................................
7. Pelayanan .......................................................................................
8. SIM ................................................................................................
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian ..............................................................................
2. Narasumber
3. Lokasi Penelitian ............................................................................
4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
1
6
6
6
7
8
13
14
15
18
20
21
23
23
24
24
x
5. Teknik Analisa Data ......................................................................
BAB II DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Polres Bantul ......................................................................................
B. Lalu Lintas ..........................................................................................
C. Satpas / SIM ........................................................................................
BAB III SAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
A. SAJIAN DATA
1. Profile Narasumber ............................................................................
2. Konsep Pelayanan SIM
A. Prinsip Pelayanan Publik ..............................................................
B. Standar Pelayanan Publik .............................................................
3. Fasilitas dan Sarana Prasarana .............................................................
4. Cara Memberikan Pelayanan ...............................................................
5. Proses Komunkasi Petugas dengan Pemohon SIM .............................
B. ANALISA DATA
1. Tanggapan Masyarakat atas Pelayanan SIM .......................................
2. Kendala – Kendala dalam Proses Penerbitan SIM ..............................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
LAMPIRAN – LAMPIRAN ...............................................................................
25
27
33
36
38
38
40
43
47
49
53
55
57
57
58
60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pelayanan terhadap masyarakat dalam sistem komputerisasi sangat
diperlukan terhadap petugas untuk menguasai secara profesional mengingat
masyarakat yang memerlukan sangat tinggi permintaan pelayanan penerbitan
SIM di wilayah Hukum Polres Bantul dikarenakan pesatnya pertumbuhan
kesadaran dalam berlalu lintas.
Lalu lintas jalan adalah sebagian dari aktivitas keseharian masyarakat.
Bagi sebagian masyarakat, berlalu lintas dilakukan untuk menuju pusat
aktivitasnya, seperti kantor, sekolah, pasar, dan sebagainya. Bagi sebagian
masyarakat lain, kegiatan berlalu lintas. Di jalan adalah aktivitas pokok seperti
para pengemudi kendaran. Apapun perbedaannya kedua kelompok masyarakat
ini sama-sama bertumpu di jalan raya dalam melaksanakan kegiatan masing-
masing.
Dengan bertumpunya aneka ragam aktivitas pada lalu lintas di jalan, maka
munculah berbagai macam problema yang tingkat kerumitannya bergantung
pada intensitas kegiatan masyarakat tersebut dalam menggunakan jalan.
Semakin tinggi intensitas kegiatan masyarakat, semakin rumit pula
problematika lalu lintas demikian pula sebaliknya.
2
Problema lalu lintas jalan yang terjadi seiring dengan meningkatnya
intensitas penggunaan jalan antara lain kecelakan lalu lintas, kemacetan lalu
lintas dan pelanggaran hukum lalu lintas.
Tugas Polri dalam Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah sebagai Pusat
Komunikasi, Koordinasi, Komando dan Pengendalian serta penyajian informasi
lalu lintas angkutan jalan ; Koordinator Forum Lalu Lintas ; Koordinator Pusat
Pengendalian Sistem Informasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, selain itu
Polri/Polisi Lalu Lintas juga memiliki tugas dalam pemberian rekomendasi
penggunaan jalan selain dari fungsi jalan , pengembangan industri dan teknologi
lalu lintas serta registrasi dan identifikasi baik ranmor maupun pengemudi.
Keseluruhan tugas diatas adalah untuk mewujudkan dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban lalu lintas, menurunkan pertumbuhan angka kecelakaan
dan meningkatkan keselamatan, mewujudkan budaya tertib berlalu lintas dan
meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Sebagai Institusi yang dipercaya masyarakat dalam melindungi,
mengayomi dan melayani masyarakat, menegakkan hukum, memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, dalam mewujudkan pelaksanaan
Reformasi Birokrasi Polri telah mengambil langkah-langkah percepatan
pelayanan kepada masyarakat melalui kebijakan Kapolri dalam Program
Promoter ( Profesional, Modern dan Terpercaya )guna meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, menghilangkan praktek / tradisi yang
menyimpang dari ketentuan dan menciptakan transparansi dan akuntabilitas.
3
Untuk mewujudkan dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban
lalu lintas, menurunkan pertumbuhan angka kecelakaan dan meningkatkan
keselamatan, mewujudkan budaya tertib berlalu lintas dan meningkatkan
kualitas pelayanan publik, diperlukan upaya-upaya yang berkesinambungan
dalam penyiapan dan pengadaan Sumber Daya Manusia, Sarana dan
Prasarana pendukung baik yang berupa peralatan khusus maupun peralatan
utama Polisi Lalu Lintas.
Oleh karena itu diperlukan reposisi pembangunan dan pengembangan
satuan lalu lintas Polres Bantul yang meliputi penajaman visi, misi, kebijakan,
strategi dan program melalui manajemen, regulasi dan sumber daya manusia,
serta melibatkan, mendorong dan memberikan peran yang lebih besar
terhadap masyarakat untuk turut serta menciptakan dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas.
Tugas dan wewenang Kepolisian yang diberikan oleh negara mendasari
seperangkat aturan yang sistematis dan tersruktur yang mengatur pelaksanaan
tugas Kepolisian, baik dalam pengelolaan organisasi maupun dalam
menjalankan kewenangannya yang harus mampu mengikuti perkembangan
lingkungan dan teknologi guna menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Dalam menyongsong tantangan tugas kedepan yang semakin kompleks
dan dinamis di tengah gelombang globalisasi ditandai dengan revolusi teknologi,
pesatnya perubahan sosial dan tingginya tuntutan masyarakat perlu diimbangi
dengan kesiapsiagaan Polri. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan
kejahatan dengan modus operandi yang semakin variatif, mobilitas tinggi dan
4
pemanfaatan teknologi canggih, maka untuk membangun kepercayaan masyarakat
kepada Polri, maka Polri mengeluarkan program Quick Respon dimana salah
satunya adalah "meningkatkan" Pelayanan prima Kepolisian terhadap masyarakat.
Keselamatan lalu lintas terus-menerus menjadi kebutuhan yang makin
mendesak untuk diwujudkan dalam penyelenggaraan transportasi nasional.
Tidak berlebihan bila keselamatan lalu lintas dimasukkan sebagai salah satu
indikator dan parameter kesejahteraan masyarakat sebagai tanda keberhasilan
atau tidaknya suatu pembangunan. Dari fakta di lapangan bahwa perkembangan
kendaraan bermotor di wilayah hukum Polres Bantul sangat pesat, mengingat
kondisi transportasi di wilayah Bantul belum dapat menjangkau sampai ke
pelosok pedesaan sehingga fakta ini berkembang ke transportasi sepeda motor
untuk dapat menjangkau di semua lokasi.
Perkembangan transportasi kendaraan bermotor di era sekarang
sangatlah mudah untuk mendapatkannya, semakin berkembangnya jumlah
masyarakat semakin banyak pula masyarakat yang membutuhkan kendaraan
untuk mempermudah dalam kegiatan sehari – hari. Sebagai warga Negara
Indonesia yang baik dan patuh hukum , masyarakat yang sudah cukup umur dan
memenuhi syarat wajib mempunyai SIM ( Surat Ijin Mengemudi ) , karena
disamping STNK , SIM (Surat Izin Mengemudi) juga merupakan syarat mutlak
bagi pengendara kendaraan baik roda dua ataupun kendaraan roda empat.
Pelayanan SIM (Surat Izin Mengemudi) merupakan salah satu
pelayanan dasar administratif yang penting. Dengan SIM, seseorang dianggap
sudah memiliki hak dan kewajiban dalam mengendarai kendaran bermotor.
5
dengan adanya SIM, seseorang telah dianggap menjadi suatu wajib hukum yang
taat hukum, sehingga dalam berkendara haruslah selalu mentaati peraturan yang
berlaku, SIM merupakan bukti administratif bahwa seseorang tersebut sudah
terikat oleh hukum, terutama hukum dalam berkendaraan.
Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomer 9
Tahun 2012 Pasal 52 Ayat 2 Tentang Surat Izin Mengemudi.Menyebutkan
bahwa yang berwenang dalam melakukan penerbitan SIM (Surat Izin
Mengemudi) kepada masyarakat adalah Kepala Kepolisian di setiap wilayah
masing-masing dan didelegasikan kepada Kepala Satuan Lalu Lintas.
Keefektivan pelayanan dalam suatu administrasi, administrator harus
banyak mendengar dari pada memberitahu, melayani daripada
mengendalikan.Berarti mewujudkan efektivitas organisasi, dalam mencapai
tujuan diperlukan adanya pelayanan publik.Ini menunjukkan bahwa pelayanan
menjadi penting dan utama di dalam melayani publik.Pemerintah sebagai
pemberi pelayanan dan publik sebagai penerima pelayanan.
Pelayanan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur kepuasan yang
berdampak terhadap persepsi masyarakat kepada institusi kepolisian yang
memberikan pelayanan yang efektif. Bentuk pelayanan yang efektif antara
masyarakat dan pemberi layanan sering terjadi perbedaan persepsi. Masyarakat
mengartikan pelayanan yang efektif jika pelayanannya nyaman, menyenangkan
dan petugas yang ramah.
Adapun kondisi pelayanan pembuatan SIM (Surat izin mengemudi) di
Polres Bantul menunjukkan masalah terhadap keefektivan yakni adanya
6
keluhan yang sering terdengar dari masyarakat yang biasanya menjadi sasaran
adalah waktu dalam pelayanan pembuatan SIM (Surat izin Mengemudi), selain
itu juga tentang sarana yang kurang memadai.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pokok-pokok pikiran diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana tanggapan Masyarakat dalam proses
Pelayanan Pembuatan Sim (Surat Izin Mengemudi) di Polres Bantul.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan
masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui sarana dan prasarana dalam pembuatan SIM (Surat
Izin Mengemudi) guna menunjang pelayanan yang baik di Polres Bantul.
2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan kualitas pelayanan dalam
proses pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) di Polres Bantul.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelayanan pembuatan SIM di
Polres Bantul.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penulis dalam melakukan penelitian tentang Tanggapan
Masyarakatdalam Proses Pelayanan Penerbitan SIM (Surat Izin Mengemudi) di
Polres Bantul, berharap :
1. Penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat serta berguna dalam
proses penerbitan SIM (Surat Izin Mengemudi) di Polres Bantul.
7
2. Dapat memberikan masukan terhadap lembaga atau instansi yang terlibat
dalam proses penerbitan SIM (Surat Izin Mengemudi).
E. KAJIAN TEORI
1. Komunikasi
Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia
diciptakan di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan
manusia lain untuk keberlangsungan hidupnya.
Dalam berinteraksi dengan manusia lainnya tidak terlepas dari kegiatan
komunikasi. Manusia normal akan selalu terlibat komunikasi dengan
sesamanya untuk melakukan kegiatan sehari – harinya. Melalui komunikasi itu
pula, segala aspek kehidupan dapat tersentuh.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal
dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication
atau communicare yang berarti membuat sama (to make common).
Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai
asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya
yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau
suatu pesan di anut secara sama. Akan tetapi definisi- definsi kontemporer
menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut,
seperti dalam kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna”,“dan
kita mengirimkan pesan”(Mulyana,2002:4-42).
Komunikasi adalah proses artinya bahwa komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan
8
dan sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
Sebagai suatu proses, komunikasi tidak statis, melainkan dinamis dalam arti
akan selalu mengalami perubahan berlangsung terus – menerus.
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih
orang yang terlibat, dan menghasilkan konsekuensi. Menurut Joseph A. DeVito
, (1996: 29) dalam buku terjemahan Komunikasi Antar Manusia.
Berkaitan dengan komunikasi Alo Liliweri (2001:162) bahwa unsur –
unsur komunikasi meliputi :
a.) Pengirim, pesan dan penerima
b.) Pengirim dan penerima terdiri paling sedikit dua orang atau lebih dengan
segala perilaku yang melatarbelakanginya
c.) Pesan – pesan yang terbentuk pikiran gagasan, secara verbal dan non
verbal yang bersifat simbolis
d.) Adanya pengaruh tertentu yang menghasilkan efek, dampak tanggapan
dan umpan balik
e.) Mengutamakan hubungan antar manusia (antar pribadi, antar pribadi
dengan kelompok dan antar kelompok dan kelompok).
2. Bentuk – bentuk komunikasi antar manusia
Menurut Joseph A. DeVIto bentuk – bentuk komunikasi ada 5 antara lain
:
a.) Komunikasi Pribadi dan Hubungan Antar Pribadi
Meliputi komunikasi kepada diri sendiri dan komunikasi dua orang dan
menekankan komunikasi antar kawan dekat serta bagaiman perjumpaan ini,
9
termasuk perjumpaan yang bersifat konflik, dan dibuat lebih efektif. Bagaimana
dan mengapa hubungan antarpribadi berkembang dan menjadi rusak serta
bagaimana kita dapat lebih mengendalikannya akan menjadi perhatian utama.
Namun ada juga komunikasi Intra Personal dan Komunikasi Inter Personal.
Yaitu ;
Komunikasi Intra Personal
Komunikasi Intrapibadi, secara harfiah dapat diartikan sebagai komunikasi
dengan diri sendiri. Hal ini menyangkut proses disaat diri (self) menerima
stimuli dari lingkungan untuk kemudian melakukan proses internalisasi. Hal ini
sering dijelaskan dengan proses ketika seseorang melakukan proses persepsi,
yaitu proses ketika seseorang mengintrepretasikan dan memberikan makna
pada stimuli atau objek yang diterima panca inderanya
Komunikasi Inter Personal
Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai proses
pertukaran makna orang-orang yang saling berkomunikasi.
Pertama, K.A.P dimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi
komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat
dari diri sendiri.
Kedua, KAP bersifat transaksional, hal ini mengacu padatindakan pihak-
pihak yang berkomunikasi secara serempak mengirim dan menerima
pesan.
10
Ketiga, KAP, mencangkup isi pesan dan hubungan yang bersifat pribadi
(intimacy). Maksudnya, KAP tidak hanya sekedar berkenaan dengan isi
pesan, tapi juga menyangkut siapa partner kita dalam berkomunikasi.
Keempat, KAP mensyaratkan adanya kedekatan fisik anatar pihak-piha
yang berkomunikasi.
Kelima, partisipan dalam KAP terlibat secara interdependent atau saling
bergantung satu dengan lainnya.
Keenam, Komunikasi tidak dapat diubah atau diulang, jika kita sudah
salah mengucapkan sesuatu kepada lawan bicara kita, mungkin kita bisa
minta maaf, tetapi tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan
b.) Komunikasi Kelompok dan Organisasi
Komunikasi Kelompok
Secara umum komunikasi kelompok dapat diartikan sebagai interaksi tatap
muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang
dikehendaki. Seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri (self maintenance)
atau pemecahan masalah, sehingga menumbuhkan karakteristik pribadi masing-
masing anggotanya.
Pertama, Tatap muka, mengandung makna bahwa dalam komunikasi
kelompok setiap anggotanya harus dapat melihat dan mendengan anggota
lainnya.
Kedua, Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar tiga
orang atau lebih.
11
Ketiga, Maksud dan tujuan dari komunikasi kelompok adalah untuk
berbagi informasi, dan pemeliharaan diri (self maintenance). Jika tujuan
komunikasi kelompok adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang
dilakukan adalah dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan. Jika
tujuannya untuk pemeliharaan diri biasanya komunikasinya dituyjuan
sebagai pemuasan kebutuhan pribadi anggota-anggotanya.
Keempat, Kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik
personal anggota lainnya. Maksudnya adalah secara tidak langsung
masing-masing anggota berhubungan tidak saja dalam konteks kelompok,
tetapi juga melibatkan sentuan antar pribadi.
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks
organisasi.
Dari pengertian tersebut, maka kita dapat memahami bahwasannya komunikasi
organisasi adalah proses komunikasi yang berlangsung secara formal maupun
non formal dalam sebuah system yang disebut organisasi. Yang bentuknya bisa
diidentifikasikan dalam :
Downward Communication
Upward Communication
Horizontal Communication
Jadi pada hakikat dan pola interaksi kelompok serta bagaimana dapat dibuat
menjadi efektif. Unit – unit ini telah diperbarui untuk menggambarkan
12
pemikiran – pemikiran terbaru dan telah ditata lebih baik untuk menjelaskan
proses kompleks dalam interaksi kelompok dan untuk mengidentifikasikan
ketrampilan – ketrampilan yang diperlukan untuk efektivitas dalam lingkungan
kelompok kecil dan organisasi.
c.) Komunikasi di Muka Umum
Menjelaskan prinsip – prinsip organisasi, gaya, penyampaian, pemprosesan
informasi dan persuasif, dan menyajikan pedoman praktis untuk penyiapan dan
penyampaian berbagai pembicaraan di muka umum.
d.) Komunikasi Antar Budaya
Mencakup komunikasi di antara anggota – anggota kultur yang berlainan serta
mengidentifikasikan beberapa bentuk utama komunikasi antar budaya.
e.) Komunikasi Massa
Suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan
kepada public secara luas. Disisi lain komunikasi massa jugadiartikan sebagai
proses komunikasi dimana, pesan dari media dicari, digunkan dandikonsumsi
oleh audiens. Dari batasan singkat tersebut, kita dapat melihat bahwasannya
karakteristik utama komunikasi massa adalah adanya media massa sebagai alat
dalam penyebaran pesannya. Ciri – ciri komunikasi massa antara lain ;
Komunikator melembaga
Pesan :
- Publicly
- Rapidly
- Transient
13
Keserempakan
Khalayak : heterogen dan Anonim
Feed back tertunda
Media: Mass media
3. Tujuan Komunikasi
Menurut Berlo ada 2 (dua) ukuran tujuan komunikasi (dimension of purpose)
yaitu :
1) Kepada "Siapa" seseorang melakukan komunikasi. Dalam hal ini harus
dibedakan antara sasaran yang dituju (Intended receiver) dengan sasaran
yang bukan dituju (unitended receiver). Dalam berkomunikasi paling
sedikit terdapat dua keinginan bereaksi.
2) Bagaimana seseorang melakukan komunikasi. Tujuan komunikasi dapat
diletakan di sepanjang ukuran continum, yang menunjukkan apakah
tujuan itu segera diperoleh (consum story purpose) atau tertunda
(Instrumental purpose). Schramm menyebutnya sebagai "lmmediate
reword" dan "delayed reword". Komunikasi pun mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Perubahan Sikap (attitude change)
Komunikan dapat merubah sikap setelah dilakukan suatu proses komunikasi.
2. Perubahan pendapat (opinion change)
Perubahan pendapat dapat terjadi dalam suatu komunikasi yang tengah dan
sudah berlangsung dan tergantung bagaimana komunikator menyampaikan
komunikasinya.
14
3. Perubahan perilaku (behaviour change)
Perubahan perilaku dapat terjadi bila dalam suatu proses komunikasi, apa yang
dikemukakan komunikator sesuai dengan yang disampaikan hal ini tergantung
kepada kredibilitas komunikator itu sendiri.
4. Perubahan sosisal (social change).
Perubahan yang terjadi dalam tatanan masyarakat itu sendiri sesuai dengan
lingkungan ketika berlangsungnya komunikasi.
4. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar
manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3
(tiga) unsur yaitu:
1. Pengirim pesan (komunikator).
2. Penerima pesan (komunikan).
3. Pesan itu sendiri.
Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960), komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa (who), mengatakan apa (says
what), dengan saluran apa (in which channel) kepada siapa (to whom), dengan
akibat atau hasil apa (with what effect) :
1. Who (siapa/ sumber)
Sumber atau komunikator adalah pihak yang mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi atau yang memulai suatu Komunikasi bisa seorang individu,
kelompok organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator.
2. Says What (pesan)
15
Apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan kepada penerima
(komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan
seperangkat symbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai,
gagasan atau maksud sumber tadi.
3. In Which Channel (saluran / media)
Wahana atau alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber)
kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun
tidak langsung (melalui media cetak atau elektronik).
4. To Whom (untuk siapa atau penerima)
Orang atau kelompok atau organisai atau suatu Negara yang menerima
pesan dari sumber. Disebut tujuan ,pendengar, khalayak, komunikan,
penafsir atau penyandi balik.
5. With What Effect (dampak atau efek)
Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima
pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan.
Feedback (umpan balik), umpan balik memainkan peranan penting dalam
komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi.
Umpan balik dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Feedback adalah
informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya (Clement dan Frandsen, 1976).
5. Tanggapan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggapan sama dengan pengertian
persepsi (penerimaan) yaitu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
panca indera (Dep P dan K, 1989 : 6754). Berdasarkan pada pengertian tersebut
16
bahwa apa yang diterima oleh panca indera dapat disebut dengan tanggapan.
Sebagaimana dijelaskan Sumadi Suryabrata (1989 : 36) bahwa tanggapan
adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan.
Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa yang dimaksud tanggapan adalah
bayangan yang berupa kesan-kesan yang ada dalam ingatan seseorang yaitu
hasil dari pengamatan terhadap suatu objek tersebut sudah lepas dari ruang dan
waktu pengamatan, dalam arti pengamatan sudah berlangsung.Hal ini senada
dengan pendapat Kartini Kartono (1996 : 57) menjelaskan bahwa tanggapan
adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada, dalam arti
proses pengamatan sudah berhenti dan tinggal kesan-kesan saja peristiwa
demikian ini disebut dengan tanggapan. Adapun Westy Soemanto (1990 : 23)
mendefinisikan bahwa tanggapan adalah bayangan yang menjadi kesan yang
dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi kesadaran yang dapat
dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu
sekarang serta antisipasi kesadaran untuk masa yang akan datang.
Di samping itu, Abu Ahmadi dan M. Umar (1995 :36), berpendapat
bahwa tanggapan adalah gambaran dari pengamatan di mana objek yang
diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi jika proses
pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa
demikian itu disebut dengan tanggapan. Dari pendapat ini dapat diketahui
bahwa timbulnya tanggapan berasal dari pengamatan yang sudah
berlakuterhadap suatu objek..Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan tanggapan adalah bayangan atau
17
kesan-kesan yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan
terhadap suatu objek, dengan objek tersebut sudah tidak ada lagi dalam ruang
dan waktu pengamatan.
Adapun jenis atau macam-macam tanggapan dilihat dari fungsinya ada
dua yaitu tanggapan fungsi primer dan tanggapan fungsi sekunder.
Tanggapan fungsi primer adalah tanggapan-tanggapan yang berpengaruh pada
kehidupan kejiwaan (berpikir, perasaan dan pengenalan).
Tanggapan fungsi sekunder adalah tanggapan-tanggapan yang sudah disadari
dan masih terus berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan kita. (Kartini
Kartono, 1996 : 59). Agus Sujanto (1993 : 32) mengklasifikasikan tanggapan ke
dalam tiga bagian :
1) Menurut indera yang mengamati tersebut
Tanggapan auditif adalah jenis tanggapan suara yang memakai indera
pendengar.
Tanggapan visual adalah jenis tanggapan yang memakai indera
pelihat.
Tanggapan perasa yaitu jenis tanggapan yang memakai indera perasa.
2) Menurut terjadinya
Tanggapan ingatan, artinya orang orang itu mempunyai tanggapan
yang baik sekali mengenai kejadian yang telah berlalu.
Tanggapan fantasi, artinya orang yang mempunyai tanggapan yang
baik sekali bagi apa yang telah diangan-angankan/dibayangkan.
18
Tanggapan fikir, artinya orang yang mempunyai tanggapan yang baik
sekali bagi apa yang telah dipikirkannya.
3) Menurut Lingkungannya
Tanggapan benda (kebendaan) artinya orang itu mempunyai
tanggapan yang baik sekali tentang benda-benda yang ada di
lingkungannya.
Tanggapan perkataan, artinya orang itu mempunyai tanggapan yang
baik sekali mengenai apa-apa yang telah dikatakan individu di
sekelilingnya.
6. Masyarakat
Banyak para ahli mendefinisikan pengertian masyarakat. Namun Secara
umum Pengertian Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup
bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam
lingkungannya. Masyarakat berasal dari bahasa inggris yaitu "society" yang
berarti "masyarakat", lalu kata society berasal dari bahasa latin yaitu "societas"
yang berarti "kawan". Sedangkan masyarakat yang berasal dari bahasa arab
yaitu "musyarak". ( www.artikelsiana.com )
Pengertian masyarakat terbagi atas dua yaitu pengertian masyarakat
dalam arti luas dan pengertian masyarakat dalam arti sempit.
Pengertian Masyarakat dalam Arti Luas adalah keseluruhan hubungan hidup
bersama tanpa dengan dibatasi lingkungan, bangsa dan sebagainya.
19
Sedangkan Pengertian Masyarakat dalam Arti Sempit adalah sekelompok
individu yang dibatasi oleh golongan, bangsa, teritorial, dan lain sebagainya.
Pengertian masyarakat juga dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang
terorganisasi karena memiliki tujuan yang sama. Pengertian Masyarakat secara
Sederhana adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi atau bergaul
dengan kepentingan yang sama. Terbentuknya masyarakat karna manusia
menggunakan perasaan, pikiran dan keinginannya memberikan reaksi dalam
lingkungannya.
Masyarakat memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang membuat kita lebih mudah
mengetahui arti masyarakat.
Karakteristik Masyarakat adalah sebagai berikut.
Memiliki wilayah tertentu
Dengan secara yang kolektif menghadapi atau menghindari musuh
Mempunyai cara dalam berkomunikasi
Timbulnya diskriminasi warga masyarakat dan bukan warga
masyarakat tersebut.
Setiap dari anggota masyarakat dapat bereproduksi dan beraktivitas.
Unsur-unsur suatu masyarakat
Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak
Telaah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.
adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk
menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
20
Ciri-ciri dari suatu Masyarakat, diantaranya ialah :
Merupakan pengelompokkan individu.
Adanya interaksi antara individu-individu anggota masyarakat.
Adanya aturan-aturan yang mengatur perilaku anggota masyarakat.
Individu-individu sebagai satu kesatuan mendukung, mengembangkan,
dan meneruskan kebudayaan.
7. Pelayanan
Menurut Suparlan (2000:35), pelayanan adalah usaha pemberian
bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun non
materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Lanjut Moenir
(2005:47) menjelaskan bahwa pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktivitas orang lain secara langsung.
Adapun Kotler (2003:464) menyebutkan bahwa pelayanan (Service) dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan atau kinerja yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain. Pelayanan atau lebih dikenal dengan service dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. High contact service, yaitu klasifikasi pelayanan jasa dimana kontak
antara konsumen dan penyedia jasa yang sangat tinggi, konsumen
selalu terlibat dalam proses dari layanan jasa tersebut.
b. Low contact service, yaitu klasifikasi pelayanan jasa dimana kontak
antara konsumen dengan penyedia jasa tidak terlalu tinggi. Physical
contact dengan konsumen hanya terjadi di front desk adalah termasuk
21
dalam klasifikasi low contact service. Contohnya adalah lembaga
keuangan.
8. SIM ( Surat Ijin Mengemudi )
SIM adalah bukti kopetensi bagi seseorang yang telah lulus uji
pengetahuan,kemampuan keterampilan mengemudi di jalan sesuai persyaratan
yang di tentukan berdasarkan undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan.
Kompetensi mengemudi adalah kemampuan seseorang pengemudi dalam
bidang pengetahuan dan keterampilan untuk mengemudikan kendaraan
bermotor dijalan dengan benar sesuai kenyataan yang ditentukan berdasarkan
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Fungsi SIM ialah sebagai registrasi pengemudi kendaraan bermotor
yang memuat keterangan identitas lengkap mengemudi, untuk mendukung
kegiatan pendidikan, penyidikan dan identifikasi forensik kepolisian. Berbagai
sarana identifikasi seseorang bertitik tolak dari SIM akan diketahui identitas
ciri-ciri fisik seseorang, disamping itu juga berfungsi sebagai tanda bukti bahwa
pemegang SIM telah memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
untuk mengemudikan kendaraan bermotor tertentu.
Sebagai alat bukti SIM selain sebagai tanda bukti sebgaimana diuraikan
di atas mempunyai fungsi dan peranan sebgai alat bukti dalam kaitanya dalam
pelaksaaan tugas pokok Polri, khususnya yang bersifat represif yustisiil, dimana
hal tersebut sebagai penunjang pendidikan dan pengungkapan pelanggaran
maupun kejahatan yang berkaitan dengan kendaraan bermotor. Sebagai sarana
upaya paksa penyitaan
22
SIM dalam kasus pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, untuk kemudian
memaksapelanggar menghadiri sidang, merupakan bukti nyata betapa besarnya
fungsi dan peranan SIM dalam pelaksanaan tugas Polri, karena pada dasarnya
upaya paksademikian itu dipastikan bahwa pelaksanaan penegakan hukum akan
berhasil dengan baik. Sebagai saran perlindungan masyarakat. Pengemudi
kendaraan bermotor wajib memiliki SIM sesuai dengan golongannya bahwa
pemegang SIM tersebut telah memiliki kemampuan mengemudikan kendaraan
bermotor dengan baik sehingga bahaya kecelakaan dan terjadinya pelanggaran
akan dapat dikurangi. Sebagai sarana pelayanan masyarakat Polri sebagai
instansi yang berwenang menerbitkan SIM.
Penggolongan Surat Izin Mengemudi.
Berdasarkan Undang-undang R.I Nomor 22 tahun 2009 Tentang
Lalulintas dan Angkutan Jalan, Bab VIII tentang bentuk dan penggolongan
Surat Izin Mengemudi dalam pasal 80 menyebutkan bahwa :
Surat Izin Mengemudi untuk Kendaraan Bermotor perseorangan sebagaimana
dimaksudkan pasal 77 ayat (2) huruf a digolongkan menjadi :
a) Surat Izin Mengemudi A berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan tidak melebihi 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
b) Surat Izin Mengemudi B I berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
23
c) Surat Izin Mengemudi BII berlaku untuk mengemudikan kendaraan
alat
berat, Kendaraan penarik, atau Kendaraan Bermotor dengan menarik
kereta tempelan atau gandengan perseorangan dengan berat yang
diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari 1.000
(seribu) kilogram
d) Surat Izin Mengemudi C berlaku untuk mengemudikan Sepeda Motor
e) Surat Izin Mengemudi D berlaku untuk mengemudikan kendaraan
khusus
bagi penyandang cacat.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Moleong yang dimaksud
dengan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2007: 6). Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian
terhadap strategi yang diterapkan dalam menjalin hubungan dengan costumer
oleh Satpas Polres Bantul.
2. Narasumber Penelitian
Menurut Moleong (2007:88) sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Untuk
24
mendapatkan data dan informasi maka informan dalam penelitian ini
ditentukan secara purposive atau sengaja dimana informan telah ditetapkan
sebelumnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat yang terlibat proses pelayanan SIM di Polres
Bantul baik proses pembuatan SIM Baru ataupun
Perpanjangan. ( 5 narasumber )
2. Petugas yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
( 2 petugas )
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Satpas Polres Bantul Jl. Jenderal Sudirman no
202 Bantul Yogyakarta.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
wawancara dan dokumentasi yaitu sebagai berikut
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara atau pihak yang mengajukan pertanyaan dan informan, dan
dilakukan dengan maksud tertentu. Maksud tertentu yang dimaksud
dalam hal ini adalah untuk mendapat sebanyak mungkin data yang untuk
menjawab rumusan masalah penelititan (Moleong, 2007: 200). Dalam
penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada narasumber dan
informan penelitian dengan menyiapkan pedoman wawancara terlebih
dahulu.
25
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengambil data-
data dari catatan, dokumen administrasi yang sesuai dengan masalah
yang diteliti (Nasution, 2003: 143). Dalam penelitian ini dokumen yang
dibutuhkan untuk mendukung penelitian adalah sebagai berikut:
1) Struktur Organisasi Polres Bantul
2) Foto-foto kegiatan dalam proses pembuatan SIM di Polres Bantul
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
deskriptif.Menurut Kasiran yang dimaksud dengan deskriptif adalah analisis
hasil penelitian yang menggunakan data berupa kata-kata tertulis atau
kalimat dari subjek yang diamati (Kasiran, 2010: 15). Dalam penelitian ini
penulis melakukan analisis dengan tahap yang dimulai dengan pengumpulan
data, pemilihan data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan serta
rekomendasi penelitian yang terkait dengan strategi yang diterapkan dalam
menjalin hubungan dengan costumer oleh Satpas Polres Bantul.
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
a. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik
wawancara dan dokumentasi.Data tersebut penulis ambil dari lapangan
dan dikumpulkan sebagai bahan untuk menjawab pokok permasalahan
penelitian.
26
b. Pemilihan Data
Setelah data penulis kumpulkan dari lapangan, maka data selanjutnya
adalah dengan melakukan tahap pemilihan data. Data-data yang telah
terkumpul, penulis pilih sesuai dengan pokok permasalahan yang
diambil.
c. Penyajian Data
Penulis dalam melakukan tahap penyajian data mendasarkan analisis
pada data yang telah dipilih, yang kemudian disajikan secara deskriptif
dalam bentuk narasi yang saling berkesinambungan antar pokok
permasalahan.
d. Pengambilan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dilakukan setelah tahap penyajian data
selesai.Dalam penelitian ini kesimpulan diambil dengan menjawab
rumusan masalahan yang ada.Selain kesimpulan penulis juga
memberikan saran atau rekomendasi untuk penelitian ini.
27
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. POLRES BANTUL
A.1 Sejarah Singkat
Pada jaman sebelum kemerdekaan , lebih tepatnya pada jaman penjajahan
Jepang, Mapolres Bantul ( pada masa itu kantor Polisi) atau lebih dikenal
dengan istilah Jepang “ KEI SATSUO „ dengan kepala polisinya bernama “
MICUTAKE “ dan diganti oleh P. MENOT berpangkat NITO KAIBO.
Sedangkan nara sumber pada saat itu bernama DARMO WIYONO ( kurang
lebih tahun 1921 ) terakhir berpangkat Letnan Dua Polisi sebagai Kabag Res
Intel Distrik Bantul Barat beserta 13 anggota tergabung dalam KEI SATSURO;
Dan perlengkapan persenjataan pada waktu itu yang ada antara lain pakaian
seragam dril warna abu-abu tua, sepatu dengan lengkap dan mengenakan pet,
senjata yang digunakan yaitu pistol Buldog dan Karaben Mouser, serta
kendaraan Jeep untuk Komandan, Truck dan sepeda untuk anggota;
Dan ketika Penjajahan Jepang sudah berakhir di Indonesia, KEI SATSUSO
berubah menjadi kantor Kabupaten Bantul dengan Kepala Polisi pada waktu
itu pimpinan P. Menot yang berpangkat NOTO KAIBO di gantikan oleh P.
NASIRUN dengan pangkat Inspektur Polisi Klas I. Setelah kemerdekaan
Indonesia Kepala Polisi Kabupaten Bantul di jabat oleh Bapak SUNARYO
KINGKONG berpangkat Inspektur Polisi Klas I yang menggantikan Bapak R,
28
SUMARDI berpangkat Inspektur Polisi Klas II; Kantor Polisi Kabupaten
Bantul sempat di duduki Bangsa Belanda sebagai markas seluruh anggota Polisi
Kabupaten Bantul bergabung dengan Kesatuan lain serta para pejuang melawan
Bangsa Belanda, dan pada saat itu telah gugur 3 anggota Polisi dan 3 pejuang
dari masyarakat sipil;
Setelah peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 berlanjut dengan
peristiwa 18 Maret 1949 di daerah Gunungdoro Kelurahan Argomulyo Sedayu
yang merupakan markas gerilyawan sebagai Kusuma Bangsa, yang di
dalamnya termasuk 18 ( delapan belas ) orang yang tergabung dalam Brigade
Polisi;
Dan untuk mengenang peristiwa tersebut diatas, maka di tempat tersebut telah
didirikan monumen pengabdian Brigade Mobil Kepolisian Republik Indonesia
di Gunungdoro kelurahan Argomulyo, Sedayu Bantul di resmikan pada tanggal
14 Nopember 1970 yang bertepatan pada HUT Brigade Mobil ke XXV oleh
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi HOEGENG IMAM
SANTOSO. Setelah Bangsa belanda menarik pasukannya dan Indonesia,
Kantor Polisi kabupaten Bantul di tempati oleh Angkatan Darat. Sedangkan
Ksntor Polisi Kabupaten Bantul menyewa di rumash Bapak Pawiro Mihardjo (
depan Kantor Kabupaten Bantul );
Dan setelah Angkatan Darat meninggalkan Kantor Polisi Kabupaten
Bantul, dan menempati kantor Seksi II sebelah timur Kridosono ,dan dalam
perkembangan sejarah kantor Polisi Kabupaten Bantul mengalami perubahan
nama menjadi kantor Polisi Resort Bantul kemudian Komanto Resort
29
Kepolisian 962 Bantul dan sekarang Polres Bantul, maupun Kantor Polisi
Distrik dan Kecamatannya.
Sampai dengan tahun 1990 pembagian wilayah dengan 3 (tiga) Distrik yaitu
Distrik Bantul Barat yang berkedudukan di Srandakan dengan 6 (enam )
kecamatan meliputi : Sranndakan, Pandak, Bambanglipuro, Sanden, Pundong
dan Kretek, dan Distrik Bantul Tengah yang Kantor Polisi Distrik bergabung
dengan Polres Bantul dengan 6 (enam ) Kecamatan yang meliputi : Bantul,
Jetis, Sewon, Kasihan, Sedayu, Pajangan serta Distrik Bantul Timur
berkjedudukan di Gondowulung yang terdiri dari 5 (lima ) kecamatan yang
meliputi piyungan kotagede ska, Kotagede Yka, Imogiri Ska dan Imogiri Yka.
Dan perkembangan selanjutnya yaitu penghapusan Distrik serta peleburan
kecam atan Kotagede Ska/Yka menjadi Kecamatan Banguntapan dan Pleret
sedangkan Imogiri menjadi Kecamatan Imogiri dan Dlingo.
Dengan demikian hingga saat ini Polres Bantul memiliki 7 Polsek yang terdiri
dari 9 Polsek Urban dan 8 Polsek Rurel yaitu:
a. Polsek Urban yaitu:
1. Polsek Bantul
2. Polsek Sewon
3. Polsek Kasihan
4. Polsek Sedayu
5. Polsek Banguntapan
6. Polsek Piyungan
7. Polsek Imogiri
30
8. Polsek Kretek
9. Polsek Srandakan
b. Polsek Rurel yaitu :
1. Polsek Pleret
2. Polsek Jetis
3. Polsek Pundong
4. Polsek Dlingo
5. Polsek Sanden
6. Polsek Bambanglipuro
7. Polsek Pandak
8. Polsek Pajangan
A.2 Letak Geografis
Letak geografis Wilayah Kabupaten Bantul, berada di Propinsi Daerah
istimewa Yogyakarta bagian selatan,berupa dataran rendah dan dataran tinggi,
pegunungan, di bagian selatan di batasi oleh Samudra Indonesia, bagian timur
Kabupaten Gunungkidul, bagian utara Kodya Yogyakarta dan kabupaten
sleman dan bagian barat Kabupaten Kulonprogo. Kabupaten Bantul dengan luas
wilayah 506.85 Km2 dan jumlah penduduk 823.242 jiwa terdiri dari WNI laki-
laki 402.480 jiwa perempuan 420.719 jiwa sedangkan WNA laki-laki 14 jiwa
dan perempuan 29 jiwa mempunyai korelasi terhadap perkembangan
Kamtibmas di wilayah hukum Polres Bantul.
31
1. Visi dan Misi Polres Bantul
a. Visi Polres Bantul
Polres Bantul bertekad mewujudkan postur polri yang
profesional,bermoral dan modern sebagai pelindung pengayom dan pelayan
masyrakat yang terpercaya dalam memelihara kamtibmas dan penegakan
hukum di wilayah hukum polres bantul sebagai kota budaya dan pariwisata
dalam suatu kehidupan sosial yang demokratis dan budaya serta masyrakat
yang sejahtera.
b. Misi Polres Bantul
1) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyrakat yang membutuhkan sehingga masyrakat bantul bebas dari
gangguan psikis dan fisik.
2) Memberikan bimbingan kepada masyrakat bantul melalui upaya pre-emtif
dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta
kepatuhan hukum masyrakat.
3) Menegakan hukum secara profesional dan proporsional dengan
menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia serta budaya
setempat menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasakeadilan.
4) Memelihara keamanan dan ketertiban masyrakat dengan tetap
memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku dalam
masyrakat bantul dalam rangka mendukung pembagunan daerah.
5) Meningkatkan sumber daya manusia dan sarana prasarana /matlog polres
bantul secara profesional untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban
32
masyrakat sehingga dapat mendorong gairah kerja masyrakat bantuk
sebagai kota pendidikan dan pariwisata guna mencapai kesejahteraan.
6) Meningkatkan konsolidasi kedalam sebagai upaya menyamakan visi dan
misi Polres Bantul ke depan, agar mampu melaksanakan tugas sesuai
keinginan masyrakat.
7) Meningkatkan kerjasama dengan intansi terkait / pemda dalam rangka
kelancaran tugas pokok fungsi Plores Bantul
8) Memelihara solidaritas institusi Polres Bantul dari berbagai pengaruh
external yang sangat merugikan organisasi.
9) Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa mengingat
bantuk sebagai kota budaya dan pariwisata banyak turis baik domestik
maupun manca negara.
A.3 Struktur Organisasi
33
B. LALU LINTAS
B.1 Pengertian Lalu Lintas
Pengertian lalu lintas menurut Undang Undang No.22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdapat di dalam Pasal 1 point 1. Lalu
Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang Lalu Lintas Jalan. Lalu lintas
yang dimaksud disini adalah lalu lintas dijalan. Hampir setiap hari manusia
dalam melakukan kegiatan sehari-hari mempergunakan jalan raya. Warga
masyarakat dalam mempergunakan jalan raya harus mematuhi peraturan-
peraturan mengenai angkutan jalan raya maupun lalu – lintas.
Masalah lalu lintas merupakan masalah yang setiap hari dihadapi oleh warga
masyarakat terutama yang sehari-harinya mempergunakan jalan raya.
Penggunaan jalan raya harus didasarkan pada peraturan lalu lintas disamping
keserasian antara ketertiban umum dengan ketertiban pribadi.
Ciri utama dari hukum adalah adanya sanksi, ini dapat dimengerti karena
biasanya warga masyarakat baru mengetahui adanya hukum kalau ditindak.
Kesan inipun berkaitan erat dengan pendapat bahwa hukum adalah petugas.
B.2 Fungsi Satuan lalu Lintas
a. Satuan Lalu Lintas adalah unsur pelaksana Polres yang dalam dalam
tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Kapolres.
b. Satuan Lalu Lintas bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi Lalu
Lintas yang meliputi kegiatan pendidikan masyrakat, penegak hukum,
pengkajian masalah Lalu Lintas, administrasi registrasi dan identifikasi
pengemudi dan kendaraan bermotor serta melaksanakan patroli jalan raya.
34
c. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Satuan Lalu
Lintas menyelenggarakan fungsi :
1) Pembinaan fungsi lalu lintas di lingkungan Polres dan Polsek
Jajaran.
2) Penyelenggaraan dan pembinaan partisipasi masyarakat
melalui kerjasama lintas sektoral, pendidikan masyarakat dan
pengkajian masalah di bidang lalu lintas.
3) Penyelenggaraan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam
rangka penegakan hukum dan ketertiban Lalu Lintas.
4) Penyelenggaran administrasi registrasi dengan identifikasi
kendaraan bermotor dan pengemudi yang dilaksanakan di
Polres.
5) Penyelenggaraan patroli jalan raya serta penanganan
kecelakaan Lalu Lintas serta menjamin kelancaran Lalu
Lintas di jalan raya.
Gambar . Logo Satuan Lalu Lintas