tanaman obat meningkatkan efisiensi pakan...

Download TANAMAN OBAT MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lkugs06-36.pdf · Ramuan tanaman obat pada umumnya dikonsumsi oleh manusia ... Pemberian

If you can't read please download the document

Upload: truongdieu

Post on 06-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

  • Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing

    202

    TANAMAN OBAT MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN DAN KESEHATAN TERNAK UNGGAS

    DESMAYATI ZAINUDDIN

    Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002

    ABSTRAK

    Ramuan tanaman obat pada umumnya dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu. Sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia sampai saat ini harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal, sehingga tidak terjangkau oleh para petani ternak, khususnya peternak dalam skala menengah ke bawah. Oleh karena itu peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai obat tradisional yang disebut jamu hewan yang dapat diberikan dalam bentuk larutan melalui air minum dan atau dalam bentuk simplisia (tepung) yang dicampur kedalam ransum sebagai feed additive maupun feed supplement. Tujuan makalah ini untuk mensosialisasikan dan menginformasikan manfaat dan khasiat dari tanaman obat sebagai jamu dan atau feed additive untuk ternak. Jamu hewan atau ramuan beberapa tanaman obat tersebut dapat dibuat sendiri oleh petani ternak dan harganya lebih murah dibandingkan obat pabrik, tetapi khasiatnya cukup baik untuk pencegahan maupun pengobatan pada ternak unggas, antara lain penyakit gangguan pernafasan (Snot dan CRD), koksidiosis, kurang nafsu makan, diare, feses hijau. Pemberian jamu hewan maupun tanaman obat obat sebagai feed additive sudah banyak dilakukan oleh peternak unggas (ayam lokal, ayam ras broiler, layer, puyuh, itik serta unggas kesayangan) di wilayah DKI, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Riau). Ternak ayam lokal (kampung) pedaging maupun petelur yang dipelihara pada kelompok ternak di Jakarta Selatan, setiap hari diberi larutan jamu hewan melalui air minum ternyata memberi respon positif terhadap pertumbuhan dan stamina ayam menjadi lebih baik (jarang sakit dan mortalitas rendah), lemak karkas sangat rendah, aroma daging dan telur tidak amis, warna kuning telur lebih oranye/skor diatas 7, serta bau kotoran ayam (ammonia) di sekitar kandang berkurang. Ternak ayam ras broiler, petelur maupun unggas lokal (ayam dan itik) yang diberi ramuan tanaman obat sebagai feed additive menunjukkan peningkatan terhadap efisiensi pakan dan kesehatan ternak

    Kata kunci: Tanaman obat, jamu hewan, feed additive, kesehatan unggas

    PENDAHULUAN

    Obat tradisional adalah obat yang terbuat dari bahan alami terutama tumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa dan telah digunakan turun temurun secara empirik. Ramuan tanaman obat (jamu) selain untuk konsumsi manusia dapat digunakan untuk kesehatan ternak. Akhir-akhir ini merebak berbagai penyakit pada ternak unggas terutama flu burung yang memusnahkan ternak unggas ras maupun unggas lokal, sangat merugikan para peternak. Berdasarkan laporan dari para peternak unggas bahwa peternak yang secara rutin sebelum ada wabah flu burung telah diberikan ramuan obat tradisional pada ayam dan puyuh baik melalui air minum atau dicampur dalam pakan, dan ternaknya terhindar dari serangan penyakit flu burung,

    Karena obat pabrik mahal maka para peternak skala kecil mencari alternatif lain dengan menggunakan jamu hewan. Secara umum didalam tanaman obat (rimpang, daun, batang, akar, bunga dan buah) terdapat senyawa aktif seperti alkoloid, fenolik, tripenoid, minyak atsiri glikosida dan sebagainya yang bersifat sebagai antiviral, anti bakteri serta imuno-modulator. Komponen senyawa aktif tersebut berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah. Bahan ramuan tanaman obat (empon-empon) dibuat sesuai kepentingan dan fungsinya yang bisa dipilih dari satu jenis atau beberapa jenis tanaman obat antara lain kunyit, lengkuas, jahe, temulawak, kencur dan lainnya dibuat menjadi ramuan yang biasa disebut jamu hewan. Respon ternak terhadap jamu hewan, dapat meningkatkan nafsu makan, ternak menjadi

  • Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing

    203

    lebih sehat (tidak mudah diserang penyakit, pertumbuhan optimal dan kandang tidak menimbulkan bau (ammonia) yang menyengat.

    Tanaman obat lainnya seperti mengkudu, sambiloto, lidah buaya, temu ireng, bawang putih, meniran, daun sirih dan lain sebagainya juga telah digunakan sebagai feed supplement atau feed additive dalam ransum ternak unggas khususnya. Bahan-bahan tanaman obat tersebut dapat berupa sediaan dalam bentuk tepung (simplisia) atau sediaan yang diminum (per-oral). Secara umum manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia maupun hewan adalah untuk peningkatan daya tahan tubuh (sebagai imunomodulator), pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. (SOEDIYO, 1992).

    MANFAAT TANAMAN OBAT PADA TERNAK UNGGAS

    Tanaman obat dalam bentuk ramuan jamu atau simplisia (bahan dikeringkan, ditepung) yang diberikan kepada ternak khususnya

    unggas melalui air minum dan atau dicampur kedalam pakan sebagai feed additive maupun feed supplement berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan dan stamina (sebagai immunomodulator) ternak, pertum-buhan, produktivitas menjadi optimal, mening-katkan efisiensi pakan (lebih ekonomis); lemak abdominal lebih sedikit, aroma karkas tidak amis; warna kuning telur lebih orange (nilai skore diatas 7) serta dapat mengurangi bau kotoran disekitar kandang.

    Pembuatan jamu hewan fermentasi

    Komposisi bahan pembuat jamu hewan dapat dilihat pada Tabel 1. Semua bahan rimpang dan umbi akar dikupas, ditumbuk/ diparut kemudian dihaluskan dengan alat blender yang ditambah air bersih secukup-nya. Air yang digunakan sebaiknya air sumur, jangan air ledeng (PAM) karena mengandung unsur kimia (chlor) yang dapat mengganggu pertumbuhan bakteri positif yang terkandung didalam bahan fermentasi (EM4 atau M-Bio).

    Tabel 1. Komposisi bahan jamu hewan fermentasi dan bagian-bagian tanaman obat yang digunakan (untuk pembuatan 10 liter)

    No Bahan tanaman obat dan rempah Bagian yang digunakan Jumlah 1 Bawang putih (Allium sativum. L) Umbi akar 250 gram 2 Kencur (Kaempferia galanga L) Rimpang 250 gram 3 Jahe (Gingeber officinale Rosc) Rimpang 125 gram 4 Langkuas (Langkuas galanga Stunz) Rimpang 125 gram 5 Kunyit (Curcuma domestica Vahl) Rimpang 125 gram 6 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Rimpang 125 gram 7 Kayu manis (Cinnamomum burmanii B) Kulit batang 62,5 gram 8 Sirih (Piper betle L) Daun 62,5 gram 9 Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl) Daun 62,5 gram 10 Gula tetes tebu atau gula merah kental Larutan 250 ml 11 EM4 (efektif mikroba) atau M-Bio Larutan 250 ml

    Sumber: ZAINUDDIN dan WAKRADIHARDJA, 2002

    Semua bahan jamu dibersihkan, dihaluskan, disaring dan diperas untuk diambil sarinya. Selanjutnya air perasan ditambahkan 250 ml tetes tebu atau molasses atau larutan gula merah kental yang sudah dicampur rata sebelumnya dengan 250 ml EM4 atau M-bio, kemudian diaduk rata (warna kecoklatan), tambahkan air bersih hingga volumenya

    menjadi 10 liter. Ramuan jamu tersebut dimasukan ke dalam drum atau jerigen bertutup rapat, difermentasi selama 6 hari. Setiap hari selama 5 menit jamu diaduk agar keluar gas, tutup rapat kembali. Setelah 6 hari jamu siap digunakan untuk ternak unggas (ZAINUDDIN dan WAKRADIHARDJA, 2002).

  • Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing

    204

    PENGGUNAAN TANAMAN OBAT PADA AYAM RAS PETELUR DAN PEDAGING

    Pemberian tepung jahe merah (Zingeber officinale Roxb) dengan level 0,5; 1,0;1,5 dan 2,0% kedalam ransum starter tanpa koksidiostat (ISKANDAR dan HUSEIN., 2003). Pengujian ini bertujuan untuk mengatasi terjadi koksidiosis pada ternak ayam ras petelur fase pertumbuhan (umur 4 s/d 8 minggu). Perlakuan level pemberian tepung jahe merah dibanding-kan dengan kelompok ayam yang diberi coxy (buatan pabrik) dan kontrol (tanpa jahe merah dan tanpa coxy pabrik). Hasil yang diperoleh pada kelompok ayam yang diberi 0,5% tepung jahe merah, bahwa penggunaan pakan lebih efisien dibandingkan perlakuan lainnya. Pemberian tepung jahe merah dapat menekan perlukaan (lesi) pada sekum (P

  • Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing

    205

    dan kadar kolesterol telur (WARDINY, 2005). Hasil pengujian menunjukkan bahwa rataan produksi dan warna kuning telur ayam yang diberi tepung daun mengkudu nyata (P

  • Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing

    206

    Pemberian tepung buah mengkudu dalam ransum yang diujicobakan pada anak ayam broiler jantan selama 4 minggu (NURHAYATI et al., 2005). BANGUN dan SARWONO melaporkan bahwa dalam buah mengkudu mengandung zat anti bakteri antara lain antrakuinon, acubin dan alizarin, dan zat nutrisi (protein 9,02% dan energi metabolis 3117 kkal/kg), xeronin dan precusor xeronin. Proxeronin akan diubah menjadi xeronin didalam usus oleh enzim proxeronase yang selanjutnya akan diserap oleh sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang tidak aktif. Oleh karena itu buah mengkudu dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak dalam batasan tertentu (5-10% dalam ransum), karena kandungan serat kasar cukup tinggi (NURHAYATI et al. 2005). Hasil pengujian NURHAYATI et al. (2005), pemberian tepung buah mengkudu dari level 2,5 sampai 10% dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan, bobot badan, persentase bobot karkas. (68,51 - 70,85%). Secara kuantitatif terjadi penurunan bobot badan masing-masing 3,1 dan 5,8% pada ayam broiler jantan yang diberi ransum 7,5 dan 10% buah mengkudu. Penggunaan mengkudu sebagai tanaman obat karena mengandung sejumlah zat aktif yang secara sinergi memberi

    efek yang baik bagi kesehatan tubuh seperti antistress (LI et al, 2001), anti bakteri (LEACH et al. 1998) dan anti kanker (FURUSAWA, 2003; JOHNSON et al. 2003).

    PENGGUNAAN TANAMAN OBAT PADA TERNAK AYAM LOKAL (KAMPUNG)

    DAN ITIK

    Beberapa jenis tanaman obat yang telah diujicobakan pada ternak unggas lokal (ayam dan itik) diantaranya mengkudu (Morinda citrifolia), sambiloto (Androgaphis paniculata), jahe (Zingeber officinale), kunyit (Curcuma domestica), Lengkuas (Langua galanga L), Temulawak (Curcuma xanthorrhiza R), daun sirih (Piper betle L), daun Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boer), kencur (Kaempferia galanga L), Bawang putih ( Allium sativum L) dan lainnya. Beberapa jenis tanaman obat diberikan dalam satu jenis tanaman, dan kebanyakan diramu dari beberapa tanaman obat dalam bentuk tepung maupun larutan jamu (Tabel 2).

    Respon pemberian tanaman obat dalam sediaan air minum pada ternak ayam kampung fase pertumbuhan disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Pemberian 3 macam ramuan tanaman obat selama 7 minggu (umur 40-75 hari) terhadap kinerja ayam kampung fase pertumbuhan

    Perlakuan tanaman obat Bobot akhir umur 75 hari (gram/ekor)Pertambahan bobot badan (gram/ekor)

    Konsumsi pakan (gram/ekor)

    Konversi pakan(gram/gram)

    Kontrol 999,17 675,69a 2158,64 3,20a Jamu hewan 1028,63 712,33ab 2153,00 3,02ab Sambiloto (Andrographis paniculata)

    1189,14 851,97ab 2362,00 2,77b

    Buah mengkudu (Morinda citrifolia)

    1182,85 875,77b 2417,60 2,76b

    Sumber: ZAINUDDIN 2003

    Dari Tabel 3 terlihat bahwa pertambahan bobot badan ayam kampung yang diberi buah mengkudu (875,77 gram/ekor) nyata (P

  • Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing

    207

    temulawak, temu ireng, daun pepaya dan daun mengkudu, dan sebagainya, kedalam ransum atau dicampur dengan air minum. Contohnya Peternak di RRMC Garut (SUKAMTO, 2005) sejak tahun 1990 memberi 0,5% tepung temulawak; 0,5% tepung kunyit; 5% irisan daun pepaya dengan frekuensi 2 kali seminggu, dan pemberian 100 gram temu ireng/liter air minum. Pemberian obat tradisional agar daya tahan tubuh ayam meningkat, mencegah penyakit pencernaan dan cacing.

    Ransum itik yang mengandung 0,25% daun pepaya diberi perlakuan suplementasi lactobacillus complex. yaitu terdiri atas Lactobacillus sp, bakteria, Acsomycies dan yeast (ragi). Ransum itik afkir diformula iso kalori (2800 kkal/kg) dan iso protein 15%), diberikan pada ternak itik Bali betina afkir (umur 2 tahun) selama 60 hari dibandingkan kontrol (tanpa daun pepaya dan lactobacillus komplek). Diperoleh hasil bahwa perlakuan suplementasi lactobacillus dapat meningkatkan bobot karkas dan persentase karkas, dan menurunkan persentase lemak termasuk kulit

    karkas itik betina afkir (TJOKORDA, 2004). Diketahui bahwa lemak kulit pada karkas itik sangat tebal, sehingga banyak konsumen yang kurang menyukai daging itik tersebut akibat bau amis dan berlemak. Ternyata penambahan larutan turunan EM4 dapat meningkatkan dayacerna serat kasar, bahan kering dan bahan organik (BELAWA, 2003) yang berpengaruh positif terhadap bobot karkas itik.

    KESIMPULAN

    Tanaman obat sebagai feed supplement atau feed additive dapat diberikan melalui air minum atau dicampur ke dalam ransum. Ternak unggas yang diberi ramuan tanaman obat akan meningkatkan daya tahan tubuh (kesehatan) ternak unggas, produktivitas, efisiensi pakan, kualitas karkas daging ayam lebih baik (perlemakan abdomen berkurang), aroma daging dan telur tidak amis, serta kotoran ternak tidak berbau (ammonia) yang menyengat.

    Dibersihkan/kupas

    Jerigen disimpan dalam suhu ruang, setiap hari tutup dibuka selama 5 menit, larutan diaduk, dan seterusnya sampai hari ke 6

    Siap digunakan untuk ternak unggas

    Lampiran 1. Bagan proses pembuatan jamu hewan fermentasi

    Bahan jamu tanaman obat dan rempah

    Bahan jamu yg telah bersih, digiling halus/blender, disaring, ambil sarinya

    Beri gula tetes tebu yang telah dicampur degan EM4

    (mikroba utk fermentasi)

    Tambahkan air bersih hingga volume 10 L diaduk sampai homogen

    Larutan disimpan dalam jerigen yang bertutup rapat. difermentasi

    selama 6 hari

    Jamu hewan

  • Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing

    208

    DAFTAR PUSTAKA

    BAKRIE, B., D. ANDAYANI, M. YANIS dan D. ZAINUDDIN. 2003. Pengaruh Penambahan Jamu ke Dalam Air Minum Terhadap Preferensi Konsumen dan Mutu Karkas Ayam Buras. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor.

    BANGUN, A.P. dan B. SARWONO. 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Agromedia Pustaka. Jakarta.

    BELAWA, Y.T.G. 2003. The Effect of Syzygium Polyanthum Walp. Supplementation in Diets Containing Different Crude Fibre Sources on Betutu Characteristic Composition and Quality on Betutu of Baliness Duck. Proceedings. International Conference on Functional and Health Foods: Market, Technology & Health Benefit, Gadjah Mada University. Yogyakarta.

    BINTANG, IAK. dan A.G. NATAAMIJAYA. 2003 Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma domestica Val) dan Tepung Lempuyang (Zingiber Aromaticum Val) dalam Ransum terhadap Berat Organ dalam dan Daya Simpan Daging Broiler pada Suhu Kamar. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor.

    CAHYANINGSIH, U. dan A. SURYANI. 2006. Pemberian Serbuk Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) dalam Pakan terhadap Mortalitas, Jumlah Ookista, Pertambahan Bobot Badan pada Ayam yang Diinfeksi Eimeria tenella. Prosisding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIX. Surakarta Maret 2006. Fakultas Kedokteran Hewan Univ. Sebelas Maret Surakarta bekerjasama dengan POKJANAS Tanaman Obat Indonesia. Surakarta.

    FURUSAWA, E. 2003. Anti Cancer Activity of Noni Fruit Juice Against Tumors in Mice. Proceedings of the 2002 Hawai I Noni Conference. University of Hawaii at Manoa, College of Tropical Agriculture and Human Resources: 23-24.

    GINTING, N.G. 1988. Sumber dan Pengaruh Aflatoksin terhadap Pertumbuhan dan Performa Ayam Broiler. Desertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.

    ISKANDAR, T. dan A. HUSEIN. 2003. Pemberian Campuran Serbuk Jahe Merah (Zingirber officinale Rubra) pada Ayam Petelur untuk Penanggulangan Koksidiosis. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor.

    JOHNSON, A., S.T. HEMSCHEIDT and W.K. CSISZAR. 2003. Cytotoxicity of Water and Ethanol Extracts of Morinda Citrifolia (L) Against Normal Epithelia and Breast Cancer Lines. Proceedings of the 2002 HawaiI Noni Canference. University Of Hawaii at Manoa College of Tropical Agriculture and Human Resources: 22.

    LEACH, A.J., D.N. LEACH and G.J. LEACH. 1988. Antibacteial Activity of Some Medical Plants of Papua New Guinea. Sci. Guinea 14 : 1-7.

    LI, Y.F.,L. YUAN, Y.K. XU., M. YANG, Y.M. ZHAI and Z.P, LUO. 2001. Antistress Effect of Oligosaccharides Extracted from Morinda Officinalis in Mice and Rats. Acta Pharmacol. Sin. 22 (12) : 1084-1088.

    MARYAM, R., Y. SANI, S. JUARIAH, R. FIRMANSYAH dan MIHARJA. 2003. Efektifitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn) dan Penanggulangan Aflatoksikosis pada Ayam Petelur. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. September 2003. Puslitbang Peternakan. Bogor.

    NURHAYATI, NELWIDA dan MARSADAYANTI. 2005. Pengaruh Penggunaan Tepung Buah Mengkudu dalam Ransum terhadap Bobot Karkas Ayam Broiler. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis (Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture). Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.

    PASARIBU, T, A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, S. SITOMPUL, J. ROSIDA dan SUSANA IWR. 2004. Pengaruh Pemberian Bioaktif Lidah Buaya (Aloe vera) dan Anthrakuinon terhadap Produktivitas Ayam Petelur. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor.

    SINURAT, A.P., T. PURWADARIA, M.H. TOGATOROP dan T. PASARIBU. 2003. Pemanfaatan Bioaktif Tanaman sebagai Feed additive pada Ternak Unggas. Pengaruh Pemberian Gel Lidah Buaya atau Ekstraknya dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Pedaging. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor.

  • Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas Berdayasaing

    209

    SOEDIBYO, B.M. 1992. Pendayagunaan Tanaman Obat. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah. Hasil Penelitian Plasma Nutfah dan Budidaya Tanaman Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor.

    SUKAMTO, P. 2005. Strategi Pembibitan yang Dilaksanakan di RRMC Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

    SUMARDI. 2006. Sumardi dan Jamu Tahan Flu Burung. Dilaporkan C. WAHYU HARYO dalam Harian Kompas tanggal 17 Juli 2006. hlm 16. Jakarta.

    WARDINY, T.M. 2005. Kandungan Kolesterol dan Vitamin A Telur Ayam yang Diberi Mengkudu (Morinda citrifolia) dalam Ransum Ayam Ras Petelur. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.

    ZAINUDDIN, D dan E. WAKRADIHARDJO. 2002. Racikan Ramuan Tanaman Obat dalam Bentuk Larutan Jamu dapat Mempertahankan dan Meningkatkan Kesehatan serta Produktivitas Ternak Ayam Buras. Prosiding Seminar Nasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama POKJANAS Tumbuhan Obat Indonesia dengan Puslit Perkebunan. Bogor.

    ZAINUDDIN, D dan W. PUASTUTI. 2002. Pengaruh Suplementasi Tepung Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam Ransum Ayam Ras Terhadap Kualitas Telur, Kadar Kolesterol Telur dan Feses. Prosiding Seminar Nasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama POKJANAS Tumbuhan Obat Indonesia dengan Puslit Perkebunan. Bogor.

    ZAINUDDIN, D. 2003. Pengaruh tumbuhan obat buah Mengkudu dan Sambiloto terhadap Pertumbuhan Ayam Kampung. Prosiding Seminar Tumbuhan Obat Indonesia XXIII, Maret 2003. Fakultas Farmasi Univ. Pancasila bekerjasama dengan POKJANAS Tanaman Obat Indonesia. Jakarta.