tanah alfisol karangsari stopsite 2

13
STOP SITE II MORFOLOGI TANAH ALFISOL KARANGSARI ABSTRAK Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 April 2015 yang berlokasi di stop site II, yaitu Karangsari, Bukit Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengenali karakteristik tanah meliputi jenis, ciri, kenampakan dan klasifikasi secara langsung di setiap lokasi. Bahan yang digunakan pada praktikum lapangan adalah akuades, H 2 O 2 3%, H 2 O 2 10%, HCl 2N dan contoh tanah yang diambil dari pembukaan profil tanah. Sedangkan, alat yang digunakan meliputi palu pedologi, pengeruk tanah, tisu, cepuk pH, kertas lakmus, klinometer, kompas, GPS dan Soil Munsell Color Chart. Praktikum ini dilakukan dengan pembukaan profil tanah utnuk mengamati morfologi tapak, karakteristik profil dan uji khemikalia pada contoh tanah yang diambil dari pembukaan profil tanah. Lokasi Karangsari, Bukit Patuk ini memiliki fisiografi Perbukitan Batu Agung, landform perbukitan dan litologi batuan breksi andesitik. Pada lokasi ini terdapat lima lapisan tanah yang meliputi horison A, horison E, horison Bt, horison C dan horison R. Karakteristik pada lokasi ini bertekstur lempung debuan dan geluh lempungan, memiliki struktur kuat dan serta memiliki kandungan Fe yang tinggi dengan ciri tanah berwarna merah. Sifat kimia tanah di lokasi ini memiliki pH 5 dan pH 3 di lapisan yang paling bawah, kadungan BO, Mn, dan kapur lebih banyak pada horison A. Pada morfologi tapak karangsari ini didominasi oleh vegetasi dikotil seperti pohon magga, melinjo, dan sengon. Melihat dari sifat fisik dan kimia tanah pada Karangsari, Bukit Patuk dapat diklasifikasikan menurut PPT sebagai tanah Mediteran, menurut FAO sebagai tanah Alvisol dan menurut Soil Taxonomy USDA adalah sebagai tanah Alfisol. Kata kunci: tanah alfisol, karangsari, perbukitan batu agung, vegetasi dikotil. I. PENGANTAR Alfisol merupakan tanah yang relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral lempung kristalin dan kaya akan unsur hara. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan cadangan unsur hara tinggi. Alfisol merupakan tanah-tanah dimana terdapat penimbunan lempung di horison bawah, lempung yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan 17

Upload: desyisrania

Post on 25-Sep-2015

226 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Laporan Resmi Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah

TRANSCRIPT

STOP SITE II

MORFOLOGI TANAH ALFISOL KARANGSARIABSTRAK

Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 April 2015 yang berlokasi di stop site II, yaitu Karangsari, Bukit Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengenali karakteristik tanah meliputi jenis, ciri, kenampakan dan klasifikasi secara langsung di setiap lokasi. Bahan yang digunakan pada praktikum lapangan adalah akuades, H2O2 3%, H2O2 10%, HCl 2N dan contoh tanah yang diambil dari pembukaan profil tanah. Sedangkan, alat yang digunakan meliputi palu pedologi, pengeruk tanah, tisu, cepuk pH, kertas lakmus, klinometer, kompas, GPS dan Soil Munsell Color Chart. Praktikum ini dilakukan dengan pembukaan profil tanah utnuk mengamati morfologi tapak, karakteristik profil dan uji khemikalia pada contoh tanah yang diambil dari pembukaan profil tanah. Lokasi Karangsari, Bukit Patuk ini memiliki fisiografi Perbukitan Batu Agung, landform perbukitan dan litologi batuan breksi andesitik. Pada lokasi ini terdapat lima lapisan tanah yang meliputi horison A, horison E, horison Bt, horison C dan horison R. Karakteristik pada lokasi ini bertekstur lempung debuan dan geluh lempungan, memiliki struktur kuat dan serta memiliki kandungan Fe yang tinggi dengan ciri tanah berwarna merah. Sifat kimia tanah di lokasi ini memiliki pH 5 dan pH 3 di lapisan yang paling bawah, kadungan BO, Mn, dan kapur lebih banyak pada horison A. Pada morfologi tapak karangsari ini didominasi oleh vegetasi dikotil seperti pohon magga, melinjo, dan sengon. Melihat dari sifat fisik dan kimia tanah pada Karangsari, Bukit Patuk dapat diklasifikasikan menurut PPT sebagai tanah Mediteran, menurut FAO sebagai tanah Alvisol dan menurut Soil Taxonomy USDA adalah sebagai tanah Alfisol.

Kata kunci: tanah alfisol, karangsari, perbukitan batu agung, vegetasi dikotil.I. PENGANTARAlfisol merupakan tanah yang relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral lempung kristalin dan kaya akan unsur hara. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan cadangan unsur hara tinggi. Alfisol merupakan tanah-tanah dimana terdapat penimbunan lempung di horison bawah, lempung yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama gerakan air perkolasi. Alfisol atau tanah Mediteran merupakan kelompok tanah merah yang disebabkan oleh kadar besi yang tinggi disertai kadar humus yang rendah. Warna tanah Alfisol pada lapisan atas sangat bervariasi dari coklat abu-abu sampai coklat kemerahan.Untuk membuktikan uraian di atas, maka dilakukan praktikum di lapangan untuk mengamati secara langsung profil tubuh tanah alfisol. Pengamatan morfologi tanah meliputi morfologi tubuh tanah, sifat fisika tanah, dan sifat kimia tanah. Morfologi tubuh tanah diukur dengan mengamati tebal horison atau lapisan tanah, batas horison, bentuk horison, perakaran tanaman, bercak tanah, dan nodul atau konkresi. Sifat fisika tanah diukur melalui tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, dan warna tanah. Sifat kimia tanah diukur dengan menguji reaksi tanah (pH tanah), kadar kapur (kualitatif), kadar bahan organik tanah (kualitatif), kandungan Mn tanah (kualitatif), dan kondisi reduktivitas tanah. Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengenali karakteristik tanah meliputi jenis, ciri, kenampakan dan klasifikasi secara langsung di setiap lokasi.Alfisol merupakan tanah yang telah berkembang dengan karakteristik profil tanah membentuk sekuen horison A/E/Bt/C, yang terbentuk melalui proses kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim basah dan biasanya terbentuk di bawah tegakan hutan berkayu keras (Tan, 2000). Alfisol adalah tanah-tanah di daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi untuk menggerakkan lempung turun ke bawah dan membentuk horison argilik. Horison argilik merupakan horison atau lapisan tanah yang terbentuk akibat terjadi akumulasi lempung. Tanah tersebut umumnya terbentuk di bawah berbagai hutan atau tertutup semak (Miller and Donahue, 1990).

Alfisol memiliki ciri penting: (a) perpindahan dan akumulasi lempung di horison B membentuk horison argilik pada kedalaman 23-74 cm, (b) kemampuan me-masok kation basa sedang hingga tinggi yang memberikan bukti hanya terjadi pelindian/pencucian sedang, (c) tersedianya air cukup untuk pertumbuhan tanaman selama tiga bulan atau lebih (Soil Survey Staff, 1975). Tanah alfisol juga memiliki horison argilik (horison penimbunan lempung), kandik atau natrik (latin baru: natric = natrium), tetapi tanpa fragipan (horison subsurface yang mampat [dense] dan rapuh [brittle, tekstur berlempung, tidak mengeras tetapi dapat menghambat pergerakan air dan perakaran]); atau memiliki fragipan yang,a. berada di dalam atau di bawah horison argilik, kandik atau natrik; ataub. memenuhi semua persyaratan horison argilik atau kandik; atau c. mempunyai selaput lempung setebal lebih 1 mm pada beberapa bagian (Soil Survey Staff, 1998).

Persyaratan untuk memenuhi sebagai tanah alfisol adalah sebagai berikut:1. Status basa tertinggi: kejenuhan basa > 35% pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas dari horizon argilik, natrik, atau horizon kandik.2. Horizon argilik yang tidak berada di bawah horizon spodik atau oksik.3. Kebanyakan tanah bersuhu rezim, kecuali pergelic (soils.ifas.ufl.edu).Ada 5 faktor pokok yang mempengaruhi pembentukan tanah, yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup, relief/topografi, dan waktu. Dengan pe-ningkatan intensitas penggunaan tanah, khususnya dalam bidang pertanian, manusia dapat dimasukkan sebagai faktor pem-bentuk tanah. Dengan tindakannya mengolah tanah, mengirigasi, memupuk, mengubah bentuk muka tanah (meratakan, menteras) dan mereklamasi, manusia dapat mengubah atau mengganti proses tanah yang semula dikendalikan oleh faktor-faktor alam. Faktor pembentuk tanah ialah keadaan lingkungan yang berdaya meng-gerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah berjalan. Proses pembentukan tanah ber-langsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia, dan biologi. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga tahapan: (1) mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah, (2) mengubah bahan induk tanah menjadi bahan penyusun tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah (Notohadiprawiro, 2006).

II. METODOLOGI

Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah stop site II tentang Morfologi Tanah Alfisol Karangsari dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11 April 2015 di Karangsari, Bukit Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan pada praktikum lapangan meliputi kompas, pH stik atau kertas lakmus pH, palu pedologi, klinometer, Munsell Color Charts, kamera, peralatan tulis. Sedangkan untuk bahan-bahan yang digunakan yaitu H2O, HCl, H2O2 3%, dan H2O2 10%.

Pengamatan yang dilakukan me-liputi pengamatan morfologi lahan dan pengamatan profil tubuh tanah. Pengamatan profil morfologi lahan sesuai yang tertera pada borlist meliputi lokasi, fisiografi, landform, topografi, lereng, arah lereng, litologi, batuan permukaan, pola drainase, letak lintang, altitude, erosi, tingkat erosi, landuse, vegetasi, pertumbuhan, jeluk air tanah, dan cuaca. Pengamatan karakteristik profil meliputi jeluk, warna tanah (matrik, karatan, campuran), tekstur (kualitatif) dengan metode perabaan, struktur (tipe, kelas, derajat), konsistensi (kering, lembab, basah), perakaran (ukuran, jumlah), bahan kasar, dan uji khemikalia untuk kandungan BO dengan H2O2 10%, untuk Mn dengan H2O2 3%, untuk kapur dengan HCl 2N, dan untuk menguji pH aktual dengan menggunakan H2O.III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Morfologi Tapak (Site)

Tabel 2.1 Morfologi Tapak (Site) Stop Site II

ParameterSpesifikasi

LokasiKarangsari, Bukit Patuk

FisiografiPerbukitan Batu Agung

LandformPerbukitan

TopografiBergelombang

Lereng15o

Arah Lereng25 NE

LitologiBatuan breksi andesitik

Batuan Permukaan5 10%

Pola DrainaseDendritik

Letak LintangS: 07o51.196

E: 110o29.354

Altitude (ketinggian)282 mdpl

ErosiLembar

Tingkat ErosiSedang

LanduseKebun campuran

VegetasiMangga, melinjo, sengon

PertumbuhanSubur

Jeluk Air Tanah-

CuacaCerah

B. Karakteristik Profil

Tabel 2.2. Karakteristik Profil Tanah Stop Site II

NoPengamatanHorison AHorison EHorison BtHorison CHorison R

1.Jeluk (cm)3963 - 3963 - 100100 - 145145 - 183

2.Warna TanahMerahMerahMerahMerahMerah

a. Matrik2,5 YR 5/62,5 YR 5/62,5 YR 5/62,5 YR 5/62,5 YR 5/6

b. KaratanNodul Fe-Nodul FeNodul FeNodul Fe

c. Campuran-----

3.TeksturLempung debuanLempung debuanLempung debuanLempung debuanGeluh lempungan

4.StrukturKuat

a. TipeGumpal menyudutGumpal menyudutGumpal menyudutGumpal menyudutGumpal menyudut

b. KelasSedangSedangSedangSedangKuat

c. DerajatPaling remahRemahAgak remahSedikit remahPaling sedikit remah

5. Konsistensi

a. KeringLepas-lepasLepas-lepasLepas-lepasLepas-lepasLepas-lepas

b. LembabLekatLekatLekatLekatSangat lekat

c. BasahLekatLekatLekatSangat lekatSangat lekat

6.Perakaran

a. UkuranMakroMakroMesoMeso-

b. JumlahSedikitSedikitSedikitSedikit-

7.Bahan Kasar

a. JenisKerikil kecilKerikil kecil

b. JumlahSedikitSedikit

c. UkuranKecilKecil

8.Uji khemikalia

a. BO (H2O2 10%)+++++++++++++++

b. Mn (H2O2 3%)+++++++++++++++

c. Kapur (HCl 2N)+++++++++++++++

9.pH H2O55553

10.Catatan khususTerjadinya pelindian kation-kation basa yang sangat intensif pada lapisan tanah ke-V

C. Klasifikasi Ordo Tanah

a. PPT

: Mediteran

b. FAO

: Alvisolc. Soil Taxonomy: Alfisol

Pada praktikum lapangan stop site II yang dilakukan pengamatan tanggal 11 April 2015 dan berlokasi di Karangsari, Bukit Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta pada koordinat S: 07o51.196 dan E: 110o29.354 dengan ketinggian 282 mdpl (282 meter di atas permukaan laut). Dalam pembacaan klinometer diperoleh bahwa lokasi memiliki kemiringan sebesar 15o, sehingga lokasi/wilayah termasuk dalam kategori agak curam dengan topografi bergelombang dan arah lereng 25 NE yang berarti arah lerengnya 25 dari arah utara atau ke arah timur laut. Lokasi ini memiliki landform perbukitan, dengan fisiografi perbukitan Batu Agung dan litologi batuan breksi andesitik. Tipe penggunaan lahan atau landuse pada stop site II ini adalah sebagai kebun campuran dengan vegetasi yang didominasi oleh tumbuhan dikotil dan beberapa tumbuhan monokotil dengan pertumbuhan tanaman yang subur. Pada stopsite inipola drainase adalah dendritik (bercabang) yang dapat dikatakan cukup baik atau bahkan agak buruk, hal ini dikarenakan topografi wilayahnya yang bergelombang. Dengan kelerengan atau kemiringan yang agak curam, yaitu sebesar 15o dapat menyebabkan tingkat erosi pada lokasi ini berlevel sedang dengan tipe erosi lembar.

Profil tanah pada stopsite II terbagi atas 5 horison, yaitu horison A, horison E, horison Bt, horison C dan horison R. Penetapan warna tanah dilakukan secara kuantitatif menggunakan kartu warna Soil Munsell Color Charts yang tersusun atas tiga unsur. Nilai Hue yang menunjukan spektrum warna yang membedakan warna merah sampai kuning. Value yang menunjukan tingkat kecerahan dengan warna putih sebagai pembanding yaitu angka 8 untuk putih hingga angka 0 untuk hitam dan nilai Chrome yang menunjukan kemurnian semakin besar, semakin keruh. Warna pada setiap lapisan adalah sama, yaitu 2,5 YR 5/6 yang berarti nilai Hue 2,5, Value YR dan nilai Chrome 5/6 yang secara keseluruhan memiliki warna merah, hal ini membuktikan bahwa tanah pada lokasi ini sangat kaya akan unsur hara Fe. Pada setiap horison, kecuali horison E juga terdapat karatan yang berupa nodul Fe.Tekstur tanah adalah proporsi atau perbandingan relatif dari komposisi fraksi-fraksi penyusun tanah dominan. Pada tanah di wilayah ini fraksi dominannya adalah lempung sehingga tanah dikatakan bertekstur lempung debuan hingga geluh lempungan dengan menggunakan metode perabaan. Struktur tanah pada wilayah ini memiliki derajat keremahan yang berbeda-beda antar tiap lapisan. Dalam keadaan kering, tanah memiliki konsistensi lepas-lepas, sedangkan dalam keadaan lembab dan basah, tanah memiliki konsistensi lekat hingga sangat lekat.Setelah diuji dengan khemikalia, diketahui kandungan BO (Bahan Organik), Mn, dan kapur dalam tanah menurun diikuti dengan semakin dalamnya lapisan tanah. Hal ini mungkin disebabkan oleh bahan organik tanah diperoleh dari sisa-sisa tumbuhan atau seresah-seresah tumbuhan yang sebagian besar terkumpul pada lapisan atas tanah, sehingga lapisan atas akan mengandung lebih banyak bahan organik daripada lapisan yang berada di bawahnya. Sedangkan adanya kandungan Mn didapat melalui proses mineralisasi bahan organik, karena melalui proses mineralisasi BO akan tersedia unsur hara makro maupun hara mikro. Kandungan kapur dalam tanah dipengaruhi oleh bahan induk tanah tersebut. Terjadinya perbedaan konsentrasi kapur dalam tanah antar lapisan tanah mungkin disebabkan adanya proses pelindian kapur oleh air hujan yang dikenal dengan istilah proses kalsifikasi-dekalsifikasi.pH tanah merupakan indikator yang diakibatkan oleh kejenuhan basa dimana kejenuhan basa itu disebabkan oleh kation-kation basa. Semakin tinggi konsentrasi kation-kation basa, maka akan tinggi pula pHnya. Setelah diuji dengan H2O, tanah memiliki pH aktual 5 untuk horison A hingga horison C dan untuk horison R tanah memiliki pH aktual 3. Sedangkan untuk syarat dapat dikatakan sebagai tanah alfisol itu sendiri kejenuhan basanya adalah lebih dari 35%, untuk yang kurang dari 35% adalah sudah termasuk tanah ultisol. Terjadinya hal ini dicurigai sebagai akibat dari adanya proses pelindian kation-kation basa yang sangat intensif sehingga menyebabkan kejenuhan basanya turun.Berdasarkan hasil pengamatan profil, sifat fisik, sifat kimia dan bahan induk yang berupa kapur, tanah pada Karangsari, Bukit Patuk ini diklasifikasikan sebagai tanah Mediteran menurut klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, tanah Alvisol menurut FAO, dan sebagai tanah Alfisol menurut klasifikasi Soil Taxonomy USDA. Tanah Alfisol di wilayah Karangsari, Bukit Patuk ini dimanfaat sebagai kebun campuran yang didominasi tumbuhan dikotil dengan pertumbuhan yang cukup subur. Tanah ini kaya unsur hara mikro Fe sehingga kurang baik untuk dimanfaatkan dalam pertanian karena akan dapat terjadi keracunan Fe pada tumbuhan.IV. KESIMPULANBerdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dapat diklasifikasikan tanah pada stopsite 2 ini adalah tanah alfisol dengan ciri utamanya adalah tingginya kandungan Fe (ditandai warna tanah merah), kejenuhan basanya > 35%, dan memiliki kandungan lempung pada lapisan bawah.

Daftar Pustaka

Miller, R.W. and R. L. Donahue. 1990. Soils: An Introduction to Soils and Plant Growth 6th Edition. Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Jersey.Notohadiprawiro, T. 2006. Tanah dan Lingkungan. http://soil.blog.ugm.ac.id/files/2006/11/1991-Tanah-dan-lingkungan.pdf. Diakses tanggal 26 April 2015.Professor of Sabine Grunwald Soil & Water Science Department in University of Florida. Alfisols. https:// soils.ifas.ufl.edu. Diakses tanggal 26 April 2015.Soil Survey Staff. 1975. Soil Taxonomy Agriculture Handbook No. 436. Soil Conservation Service U.S. Department of Agriculture, Washington D.C.Soil Survey Staff. 1998. Keys to Soil Taxonomy Sixth Edition. USDA, Washington D.C.

Tan, K.H. 2000. Environmental soil science. Marcel Dekker, New York.Gambar 2.1. Morfologi Stop Site II Karangsari, Bukit Patuk

Gambar 2.2. Profil Tanah Stop Site II Karangsari, Bukit Patuk

17