tambang emas rakyat
DESCRIPTION
Tambang Emas RakyatTRANSCRIPT
-
DAMPAK PENGGUNAAN Hg PADA PENAMBANGAN EMAS RAKYAT
TERHADAP LINGKUNGAN (Studi Kasus di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan Kokap,
Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY)
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Agus Suyono
114.050.032
Kepada
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2011
-
DAMPAK PENGGUNAAN Hg PADA PENAMBANGAN EMAS RAKYAT TERHADAP LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten
Kulon Progo Provinsi DIY) SARI Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, industri dan pemakaian produk telah menghasilkan bahan buangan dalam jumlah besar, perkembangan industri yang semakin meningkat berdampak positif pada manusia dalam mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namun dari kegiatan industri juga tidak luput dari dampak negatif yang berakibat buruk terhadap lingkungan, karena adanya bahan sisa (limbah) sebagai hasil samping dari kegiatan industri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan metode analisis. Metode survey yaitu metode untuk memperoleh data lapangan dengan cara pengamatan, pengukuran dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Sedangkan Metode analisis yang digunakan terhadap data yang diperoleh yaitu melalui analisis laboratorium yaitu menganalisis zat yang terkandung di badan air dan tanah yang telah diambil sampelnya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan, analisis sifat kimia dari contoh air Permukaan (sungai), air tanah di laboratorium dan data kimia tanah. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan wilayah penelitian. Pengambilan sampel dilakukan pada titik yang dianggap dapat mewakili yaitu pada tanah di sekitar tempat pemrosesan bijih serta sungai sebagai tempat pembuangan akhir, kali ini akan menggunakan 6 titik sampel untuk uji kualitas air sungai (air permukaan) 5 titik untuk pengujian air tanah dan 6 titik untuk uji kualitas tanah. Uji kualitas air dan tanah akan dilakukan satu kali dimana akan dilakukan ulangan untuk sampel yang terbukti melebihi nilai baku mutu atau peraturan pemerintah, sebagai pembanding dalam penelitian ini menggunakan peraturan pemerintah No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Berdasarkan hasil analisis di laboratorium dapat diketahui bahwa tiga dari enam sampel tanah yang diujikan menunjukan kandungan merkuri melebihi baku mutu sedangkan enam sampel air permukaan dan dan enam sampel air tanah menunjukan kadar merkuri di bawah baku mutu hal ini menunjukan air permukaan dan air tanah di daerah penelitian tidak tercemar akibat kegiatan penambangan emas rakyat di daerah tersebut. Kata Kunci: Tambang Emas Rakyat, Merkuri (Hg), Pencemaran Lingkungan.
-
EFFECTS OF Hg ON USE OF GOLD MINING ON THE ENVIRONMENT
(Case Study on Hamlet Village Sangon Kalirejo Sub Kokap Kulon Progo Regency of
Yogyakarta Province)
ABSTRACT The increasing rate of population growth, industrial and consumption waste product generated in large numbers, increasing industrial developments have a positive impact on people in getting a better quality of life, but from industrial activities are also not spared from the negative impact of adverse effects on the environment, because of the residual materials (waste) as a byproduct of industrial activities. The method used is a survey method and analytical methods. Survey method is method to obtain field data by means of observation, measurement and systematic recording of the phenomenon under investigation. While the method of analysis used data obtained through laboratory analysis is to analyze the substance contained in the soil and water bodies that have been sampled. Data collected in this study consisted of primary data and secondary data. Primary data is the data measurement and direct observation, analysis of chemical properties of surface water samples (river), groundwater in the laboratory and soil chemistry data. Secondary data obtained from agencies related to area of research. Samples were taken at a point which is considered to represent that on the ground in the vicinity of ore processing and the river as a place of final disposal, this time will use 6 points for the test samples of river water quality (surface water) 5 points for ground water testing and 6 points for test soil quality. Test water and soil quality will be one time where it will be repeated for samples that proved to exceed the quality standards or government regulations, as a comparison in this study using government regulation No 18 of 1999 on Management of Hazardous and Toxic Waste. Based on the analysis in the laboratory can be seen that three of the six soil samples tested showed the mercury content exceeds the standard, while six samples and six surface water and ground water samples showed mercury levels below this shows the quality standard of surface water and groundwater in the study area not contaminated due to gold mining activities of the people in the area.
Keywords: People's Gold Mine, Mercury (Hg), Environmental Pollution.
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan hidayah-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
Dampak Penggunaah Hg Pada Penambangan Emas Rakyat Terhadap
Lingkungan. (Studi kasus di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulon Progo DIY) .
Adapun tujuan dari penulisan Skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan program studi S-1 Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan di Dusun Sangon Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Skripsi ini dapat tersusun berkat kerjasama, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Suharwanto, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknologi Mineral, Univesitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
2. Bapak Ir. Said Fadhillah. A. M.Si., selaku Dosen Pembimbing I. yang
senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan demi terelesaikannya
skripsi ini.
3. Ibu Ir. Dyah Tri Retno, MM., selaku Dosen Pembimbing II. yang juga
senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan demi terelesaikannya
skripsi ini.
-
iv
4. Bapak Prof. Dr. Supranto, SU Selaku dosen Pembahas I. yang senantiasa
memberikan masukan dan pengarahan demi perbaikan skripsi ini.
5. Bapak Ir. Peter Eka Rosadi, MT. selaku Dosen Pembahas II yang juga
senantiasa memberikan masukan dan pengarahan demi perbaikan skripsi ini.
6. Bapak Ir. Ign. S. Hendrobusono, M.Si., selaku Dosen Wali.
7. Seluruh staff TU Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta .
8. Bapak Nurwaji Selaku pemilik Tambang, yang telah memberikan izin dan
pengarahan sehingga penelitian ini dapat terlaksanakan..
9. Temanteman di Teknik Lingkungan Angkatan 2005 serta pihak yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan penulisan berikutnya.
Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah
ilmu pengetahuan kepada penulis serta semua orang yang membacanya.
Yogyakarta, Agustus 2011
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 2 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.2.1. Keaslian Penelitian ............................................................ 3 1.3. Maksud, Tujuan dan Manfaat penelitian ..................................... 4
1.3.1. Maksud Penelitian ............................................................. 4 1.3.2. Tujuan ................................................................................ 4 1.3.3. Manfaat .............................................................................. 5
1.4. Peraturan perundang-Undangan .................................................. 5 1.5. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 7
1.5.1. Genesa Emas ..................................................................... 7 1.5.2. Usaha Pertambangan Emas Rakyat ..................................... 8 1.5.3.Pengolahan Bijih Emas Dengan Proses Amalgamasi .......... 9 1.5.4. Merkuri (Hg) ....................................................................... 12
1.5.4.1 Sumber Dan Produksi Merkuri ............................... 12 1.5.4.2. Sumber Dan Bahan Penggunaannya ....................... 13 1.5.4.5. Sifat Fisik Kimia ..................................................... 14 1.5.4.4 Bahaya Utama Terhadap Kesehatan ....................... 15 1.5.4.5.Efek Merkuri (Hg) Terhadap Manusia
dan lingkungan ......................................................... 16 1.5.4.6. Dampak Merkuri Terhadap Ekonomi ..................... 17 1.5.4.7. Sifat dan kegunaannya ............................................ 17
1.5.5. Merkuri di Lingkungan Perairan ......................................... 18 1.5.6. Merkuri dalam Tanah .......................................................... 20
1.6. Lingkup Batas Penelitian ............................................................... 22 1.6.1. Batas Kegiatan ..................................................................... 22 1.6.2. Batas Ekologis ..................................................................... 22 1.6.3. Batas Sosial ......................................................................... 23 1.6.4. Batas Administrasi............................................................... 23
BAB II. CARA PENELITIAN ....................................................................... 22
2.1. Metode Penelitian dan parameter Yang Digunakan .................... 22 2.2. Bahan Dan Alat Penelitian .......................................................... 25 2.3. Tahap Penelitian .......................................................................... 26
2.3.1. Tahap Persiapan ............................................................... 27 2.3.2. Tahap Kerja Lapangan ..................................................... 27
-
vi
2.3.3. Tahap Kerja Laboraturium .............................................. 31 2.3.4. Tahap Analisis ................................................................. 32
BAB III. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN ......................................... 34 BAB VI. RONA LINGKUNGAN HIDUP ..................................................... 37
4.1. Rona Lingkungan Hidup ............................................................. 37 4.1.1. Komponen Geofisik Kimia ................................................ 37
4.1.1.1. Tipe Iklim ................................................................ 37 4.1.1.2. Bentuk Lahan .......................................................... 40 4.1.1.3. Tanah ....................................................................... 42 4.1.1.4. Batuan ...................................................................... 43 4.1.1.5. Tata Air .................................................................... 44 4.1.1.6. Tata Guna Lahan ..................................................... 44
4.1.2. Komponen Biotis ............................................................... 45 4.1.2.1. Flora ......................................................................... 45 4.1.2.2. Fauna ....................................................................... 46
4.1.3. Komponen Sosial............................................................... 47 4.1.3.1. Demografi ................................................................ 47 4.1.3.2. Sosial Ekonomi ........................................................ 47 4.1.3.3. Sosial Budaya .......................................................... 47 4.1.3.4. Kesahatan Masyarakat ............................................. 48
BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN ................................................... 48 5.1. Pencemaran Lingkungan di Dusun Sangon ................................. 49 5.2. Merkuri Dalam Air Permukaan ................................................... 49 5.3. Hasil Penelitian ............................................................................ 49
5.3.1. Kadar Hg Dalam Air Pada Daerah penelitian .................. 49 5.3.1.1. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 1 (Hulu) ........ 51 5.3.1.2. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 2 (Tengah) .... 51 5.3.1.3. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 3 (Hilir) ......... 52 5.3.1.4. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 4
(Sungai Sangon 2) .................................................... 52 5.3.1.6. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 5
(Sungai Sangon 2) .................................................... 53 5.3.1.7. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 6
(Sungai Sangon2) ..................................................... 53 5.3.2. Kadar Hg Dalam Air Tanah (Sumur). 54 5.3.3. Kualitas Air Sungai Sangon 1 dan Sangon 2 Berdasarkan
Sifat Kimia ......................................................................... 55 5.3.3.1. pH (Potensial Hidrogen) ....................................... 55 5.3.3.2. Total Disolved Solid (TDS) .................................. 57 5.3.3.3. Kekeruhan ............................................................. 58
5.3.4. Merkuri (Hg) Dalam Tanah ............................................... 59
BAB VI. ARAHAN PENGELOLAAN ............................................................ 61 6.1. Arahan Pengelolaan Teknis ......................................................... 61 6.2. Pendekatan Sosial ekonomi ......................................................... 62 6.3. Pendekatan Institusi ..................................................................... 62
-
vii
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 64
7.1. Kesimpulan .................................................................................. 64 7.2. Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66
LAMPIRAN
-
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian Penulis Dengan Penelitian Terdahulu ...... 4 Tabel 2.1. Bahan Dan Alat Penelitian ............................................................... 25 Tabel 2.2. Data Skunder Yang diperlukan ....................................................... 27 Tabel 2.3. Data Primer Yang diperlukan ........................................................... 28 Tabel 4.1. Data Curah Hujan Bulanan .............................................................. 38 Tabel 4.4. Tumbuh-Tumbuhan di Lokasi Penelitian ......................................... 45 Tabel 4.5. Biota Air di Lokasi Penelitian .......................................................... 46 Tabel 5.6. Biota Darat Dan Unggas di Daerah Penelitian ................................. 46 Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Kadar Hg Pada Air di Daerah Penelitian. ... 50 Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kadar Hg pada Air Tanah di Daerah Penelitian 55 Tabel 5.3. Hasil Pengukuran pH pada Air sungai di Daerah Penelitian .......... 57 Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Kadar TDS pada Air di Daerah Penelitian ........ 57 Tabel 5.5. Nilai Kekeruhan pada Air di Daerah Penelitian ............................... 58 Tabel 5.6. Hasil Kadar Hg pada Tanah di Daerah penelitian........................... 60
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Diagram Alir Pengolahan Emas .................................................... 9 Gambar 1.2. Mesin Gelondong ........................................................................... 9 Gambar 1.3. Terowongan Penambangan ............................................................ 9 Gambar 2.1. Diagram Alur Penelitian ................................................................ 26 Gambar 2.2. Diagram Pengambilan Sampel ....................................................... 30 Gambar 3.1. Pembuangan Limbah Secara Langsung di Permukaan Tanah ...... 35 Gambar 3.2. Pembuangan Limbah Melalui Parit ............................................... 35 Gambar 3.3. Diagram Alur pikir Penelitian ........................................................ 36 Gambar 4.1. Grafik Rata-Rata Curah Hujan Bulanan Tahun 1999-2008 ........... 37 Gambar 4.2. Grafik Rata- Rata Curah Hujan Harian Tahun 1999-2008 ............ 40 Gambar 4.3. Kenampakan Solum Tanah Daerah Penelitian ............................... 42 Gambar 4.4. Singkapan Batuan Andesit di Daerah Penelitian............................ 43 Gambar 4.5. Sungai Daerah penelitian ............................................................... 44 Gambar 4.6. Tanaman Kelapa Daerah Penelitian ............................................... 45 Gambar 4.7. Beberapa Jenis Hewan Ternak Non Unggas .................................. 56
-
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Batas Penelitian, Ekologis dan Batas Sosial Lampiran 2 Peta Batas Administrasi Lampiran 3 Peta Geologi Lampiran 4 Peta Penggunaan Lahan Lampiran 5 Peta Pengambilan Sampel Air Lampiran 6 Peta Pengambilan Sampel Tanah Lampiran 7 Peta Kemiringan Lereng Lampiran 8 Peta Topografi Lampiran 9 Peta Catchment Area (Daerah Resapan Air Hujan) Lampiran 10 Peta Flownet (Arah Aliran Air Bawah Tanah) Lampiran 11 Hasil Analisis Laboraturium
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.(Anonim, 2009). Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, industri dan
pemakaian produk telah menghasilkan bahan buangan dalam jumlah besar,
perkembangan industri yang semakin meningkat berdampak positif pada manusia dalam
mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namun dari kegiatan industri juga tidak
luput dari dampak negatif yang berakibat buruk terhadap lingkungan, karena adanya
bahan sisa (limbah) sebagai hasil samping dari kegiatan industri.
Usaha pertambangan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat sering dianggap
sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh penambangan
emas skala kecil atau tambang emas rakyat. Pengolahan bijih dilakukan dengan proses
amalgamasi dimana merkuri (Hg) digunakan sebagai media pengikat emas. Merkuri
banyak digunakan sejak lama oleh para penambang emas, mengingat sifat merkuri yang
berbahaya dan termasuk dalam bahan berbahaya dan beracun (B3) maka dampak logam
ini perlu diperhatikan dan diawasi sehingga penanganannya dapat dilakukan sedini
mungkin dan terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu
dilakukan perbaikan sistem pengolahan yang dapat menekan jumlah limbah merkuri
akibat dari pemurnian emas. Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka perlu diadakan
-
2
pendekatan dalam pengelolaan tailing yang berwawasan lingkungan dan sekaligus
peningkatan efesiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan .(Bambang
Tjahjono Setiabudi, 2005).
Merkuri (Hg) menjadi bahan pencemar sejak manusia mengenal industri,
kemudian menggali sumberdaya alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin
untuk kebutuhannya. Jika merkuri terdapat dalam tanah melebihi 0,15mg/liter artinya
berbahaya bagi mahluk hidup, kenyataan ini menunjukkan bahwa manusialah yang telah
menciptakan suatu bentuk lingkungan yang tidak seimbang (tercemar) sebagai efek dari
kemajuan perindustrian dan pertanian yang telah dicapai.(Wardoyo,1981)
Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri (Hg) dan logam-logam lain ke
lingkungan umumnya berasal dari aktifitas gunung api, rembesan air tanah yang
melewati deposit merkuri dan lainnya. Namun demikian, makin banyak sumber
keberadaan merkuri (Hg) di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan secara
alamiah, tidaklah menimbulkan efek yang merugikan bagi lingkungan karena dapat di
tolerir oleh alam itu sendiri (Palar, 1994)
1.2. Rumusan masalah
Berbagai masalah lingkungan yang timbul dalam pembangunan dewasa ini
berpangkal dari ketidakmampuan manusia mengatur, menata dan mengawasi
perkembangan sumberdaya dalam ruang dan waktu yang berjalan secara dinamis.
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata
lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-
-
3
benda asing (seperti sampah, limbah industry, minyak, logam dan sebagainya) sebagai
akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi
seperti semula (Susilo, 2003). Penambangan emas rakyat yang menggunakan merkuri
pada proses pengolahan emas tentunya berpotensi mengakibatkan pencemaran
lingkungan khususnya pencemaran tanah, air permukaan (sungai) dan air bawah tanah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan adalah:
Apakah penggunaan merkuri (Hg) pada proses Pengolahan emas di Dusun Sangon mencemari lingkungan?
Berapakah kadar merkuri pada tanah, air permukaan (sungai) dan air bawah tanah khususnya di Dusun Sangon Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon
Progo Propinsi DIY.
Dari pemikiran di atas penulis tertarik untuk meneliti masalah yang
berkaitan dengan dampak penggunaan Hg terhadap kualitas lingkungan, dalam hal ini
penulis mengambil judul Dampak Penggunaan Hg Pada Penambangan Emas
Rakyat Terhadap Llingkungan di Dusun Sangon, Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulon Progo.
1.2.1. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai dampak penggunaan merkuri (Hg) terhadap
lingkungan sekitar baik lingkungan biotik, abiotik maupun komponen
sosial telah banyak ditekuni oleh para peneliti. Untuk itu sebagai
perbandingan penelitian mengenai Dampak Penggunaan Hg Pada
Penambangan Emas Rakyat Terhadap Lingkungan Dusun Sangon,
-
4
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Maka penulis menguraikan
studi dari penelitian terdahulu dalam bentuk tabel 1.1
Tabel 1.1 Perbandingan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu
No Nama Judul Tahun Instansi 1. 2.
Ahmad Hadi Sofyan BambangTjahjono Setiabudi
Penggunaan Elektrokinetik Untuk remidiasi tanah tercemar Hg, Dusun Plampang 2. Kecamatan Kokap Pendataan Penyebaran Merkuri Di Kecamatan Kokap
2002
2005
STTL Yogyakarta Badan Konservasi Geologi Yogyakarta
1.3. Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Maksud penelitian
1. Memenuhi salah satu syarat akademik yang ditetapkan oleh Program Studi
Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta.
2. Melatih kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian berdasarkan ilmu
yang didapat dari Program Studi Teknik Lingkungan UPN Veteran
Yogyakarta.
1.3.2. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan merkuri (Hg)
pada lingkungan, meliputi lingkungan biofisik, Dusun Sangon, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY.
-
5
2. Untuk mengetahui kadar merkuri pada lingkungan khususnya tanah, air
permukaan (sungai) dan air tanah di Dusun Sangon Kecamatan Kokap
kabupaten Kulon Progo, DIY.
1.3.3. Manfaat Penelitian
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai gambaran
mengenai dampak yang ditimbulkan dari adanya penggunaan merkuri (Hg)
pada pertambangan emas rakyat.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi
Pemerintah Daerah (PEMDA) kabupaten Kulon Progo untuk mengambil
kebijakan sehubungan dengan dampak yang diakibatkan dari penggunaan
merkuri (Hg)
3. Dapat memberikan arahan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan khususnya lingkungan disekitar daerah
penambangan dan pengolahan emas.
1.4. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Undang-Undang
1. Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air.
-
6
3. Undang-Undang Republik indonesia No 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara
Peraturan Pemerintah
1 Peraturan Pemerintah No 18. tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
2 Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
3 Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air.
4 Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Penambangan Mineral dan Batubara.
5 Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Air Bersih.
Keputusan Presiden
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 10 Tahun 2000 tentang
Pengendalian Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/IX/1990 tentang
Baku Mutu Air Bersih.
2. Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No 22 Tahun 2008 tentang
Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran Dan/Atau Kerusakan
Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat.
-
7
Peraturan Daerah
1. Peraturan Gubernur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air
Bersih.
2. Peraturan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo No 12 tahun 2008 tentang
Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Air.
1.5. Tinjauan Pustaka
1.5.1. Genesa Emas
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan bumi. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme
kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan placer. Emas terdapat di alam dalam dua tipe endapan.
Pertama, sebagai urat dalam batuan beku yang kaya besi dan berasosiasi dengan
urat kuarsa. Kedua, sebagai endapan placer, yaitu emas dari batuan asal yang
tererosi dan terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena memiliki berat
jenis tinggi. Salah satu cara yang digunakan untuk mencari bijih atau cebakan
emas adalah mengikuti urat emas dan cara pengeboran. Terdapat dua jenis bijih
emas di alam, yaitu bijih emas primer dan bijih emas skunder.
Bijih emas primer adalah bijih emas yang terkait dengan bebatuan dan
menyebar rata. Bijih emas primer biasanya banyak ditemukan di urat emas dan
bebatuan atau pada lingkungan pengendapan tempat mineral tersebut terbentuk.
Bijih emas skunder adalah bijih emas yang berbentuk butiran lepas yang berasal
dari bijih emas primer. Pada umumnya bijih emas skunder berada di permukaan
-
8
bumi ataupun aliran sungai kemudian diendapkan dan berasosiasi dengan bebatuan
atau pasir yang ada di tempat tersebut. Endapannya disebut dengan endapan placer
(Yanto Indonesianto dan Dwi Zaini Arifin, 2010).
1.5.2. Usaha Pertambangan Emas Rakyat
Usaha pertambangan emas rakyat adalah suatu usaha pertambangan emas
yang dilakukan oleh masyarakat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong
royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri.(Anonim, 2008)
Kegiatan pertambangan emas primer secara tradisonal yang dilakukan oleh
masyarakat dicirikan oleh teknik axplorasi dan exploitasi yang sederhana dan
relatif murah. Untuk pekerjaan penggalian atau penambangan masyarakat
menggunakan alat tradisonal yang sederhana seperti, cangkul, linggis, gancok,
palu, dan beberapa alat tradisional lainnya. Batuan dan urat kuarsa yang
mengandung emas hasil penambangan di tumbuk (diperkecil) hingga berukuran 1-
2 cm kemudian digiling dengan alat yang dinamakan gelondong yang berukuran,
panjang 50-60 cm dan diameter 30cm dengan alat penggiling 4-5 batang besi.
Bijih seberat 5-10 kg dimasukkan ke dalam mesin gelondong, bersamaan dengan
merkuri dan diputar selama beberapa jam untuk membentuk amalgam, setelah
proses penggilingan dengan mesin gelondong, amalgam dikeluarkan dan disaring
menggunakan kain parasut. Pada proses penyaringan lumpur dan air yang masih
mengandung merkuri terbuang atau lolos dari penyaringan sedangkan emas yang
masih diselimuti oleh merkuri tertinggal atau tidak lolos dari penyaringan, setelah
proses penyaringan kemudian dilanjutkan dengan proses pembakaran untuk
-
B
PengeciUkura
Batuan
menda
pengo
Beriku
gelond
G
ilan an
apatkan em
lahan emas d
ut adalah
dong) dan te
Gambar 1.2 Me
Mesin Gelunding
Air + Merku
mas (Bamba
disajikan da
Gamba
gambar ala
rowongan (a
esin gelondong
Ama
uri
ang Tjahjon
lam bentuk d
ar 1.1 Diagram
at yang di g
adit) tempat
g
algam
no Setiabu
diagram
m pengolahan em
gunakan un
pengambila
Gamb
Proses Penyaringan
Tailing
udi, 2005).
mas
ntuk mengol
an bahan gali
bar 1.3.Terow
Bullio
Berikut p
lah emas (m
ian.
ongan penamb
on Pe
9
proses
mesin
bangan
Proses embakaran
Emas
-
10
1.5.3. Pengolahan Bijih Emas Dengan Proses Amalgamasi
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana
dan murah. Amalgamasi efektif untuk bijih emas yang berkadar tinnggi yang
mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron), juga untuk membentuk emas
murni yang bebas.
Amalgamasi adalah proses pengikatan atau penyelaputan logam emas
dari bijih emas oleh merkuri/air raksa (Hg) menggunakan yang disebut
gelundung (amalgamator) sehingga terbentuk amalgam (Au-Hg).
Amalgamator berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi dan berperan
mereduksi ukuran butir bijih dari yang berbutir kasar (1cm) hingga berbutir
halus (80-200 mesh) menggunakan media gerus berupa lempeng/batang besi
bekas rel. Amalgamator diputar menggunakan tenaga penggerak air sungai
melalui kincir atau tenaga listrik (dinamo). Selanjutnya dilakukan pencucian
dan pendulangan terhadap hasil amalgamasi untuk memisahkan amalgam
(perpaduan logam emas perak) dengan (Hg) dari tailing.
Amalgam yang diperoleh kemudian diproses melalui pemanggangan
untuk memperoleh perpaduan logam emas-perak. Apabila amalgamnya
dipanaskan, akan terurai dengan elemen-elemen air raksa dan emas mentah.
Amalgam dapat terurai dengan pemanasan didalam sebuah tabung yang
disebut retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari
kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara itu, Au-Ag tetap tertinggal di
dalam retort sebagai logam. Selanjutnya, dilakukan pemisahan logam emas
(Au) dari logam perak (Ag) menggunakan merkuri. Proses amalgamasi
-
11
merupakan proses kimia fisika (Yanto Indonesianto dan Dwi Zaini Arifin,
2010).
Prasetyo (2010) mengemukakan ekstraksi amalgam yang baik adalah
sebagai berikut.
1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan
penambangan.
2. Dilakukan pada lokasi khusus untuk meminimalkan penyebab
pencemar bahan berbahaya akibat peresapan ke dalam tanah, terbawa
aliran air permukaan maupun gas yang terbawa oleh angin.
3. Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi untuk mengolah
seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.
4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak
berada pada daerah banjir.
5. Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.
1.5.4. Merkuri (Hg)
Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydrargyrum yang
berupa dan berwarna perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada
tabel periodika unsur-unsur kimia menempati urutan ( NA ) 80 dan mempunyai
bobot atom (BA200.59), merkuri sudah dikenal oleh manusia semenjak manusia
mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar (HgS) yang
mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%
HgS +
-
12
Air Raksa/merkuri sangat beracun, karena sifatnya yang sangat beracun,
maka U.S. Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai
Ambang Batas kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air, yaitu
sebesar 0,005 ppm. Nilai Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan
kimia, dalam hal ini Air raksa/merkuri dianggap belum membahayakan bagi
kesehatan manusia. Bila dalam air, kadar merkuri sudah melampaui Nilai Ambang
Batas, maka air yang diperoleh dari tempat tertentu dinyatakan berbahaya
(Wardoyo,1981)
1.5.4.1 Sumber Dan Produksi Merkuri (Hg)
Untuk dapat masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan, merkuri
(Hg) dapat masuk dari bermacam jalur dan bermacam-macam sumber,
secara global sumber masuknya unsur logam Hg dalam tatanan lingkungan
adalah secara alamiah dan non alamiah.
Secara alamiah, Hg dapat masuk kedalam suatu tatanan
lingkungan sebagai akibat dari berbagai peristiwa lingkungan. Unsur ini
dapat bersumber dari kegiatan-kegiatan gunung api rembesan air tanah yang
melewati daerah deposit mekuri. Sumber lain adalah debu-debu dan atau
partikel-partikel Hg yang ada dalam lapisan udara yang di bawah turun oleh
air hujan. Melalui jalur non alamiah Hg masuk kedalam tatanan lingkungan
sebagai akibat dari kegiatan manusia. Jalur dari kativitas manusia ini untuk
memasukkan Hg kedalam tatanan lingkungan ada bermacam-macam pula.
Sebagai contoh adalah buangan sisa industri yang memakai Hg dalam proses
produksinya, industri pulp (bubur kayu) dan kertas merupakan sumber
-
13
terbesar pencemaran merkuri, dari industri pertanian yang menggunakan
senyawa merkuri sebagai anti jamur dimana dari areal pertanian ini sebagian
merkuri akan terlarut dan sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah.
Pada umumnya, merkuri (Hg) diperoleh dari hasil penambangan.
Sejumlah penelitian yang telah dilakukan bahwa setiap Batu bara rata-rata
mengandung 1 ppm merkuri jumlah ini kelihatan sangat kecil sekali, tetapi
penambangan dan pemakaian batubara di dunia sangat besar. Sampai tahun
1970 diperkirakan penggunaan batubara telah mencapai 5 10 ton.
Keadaan ini menunjukan bahwa minimal 5000 ton merkuri telah dilepas
kedalam lingkungan. Selanjutnya air buangan dari suatu laboraturium
disinyalir ternyata juga mengandung merkuri. Keadaan ini memungkinkan
karena terdapatnya senyawa merkuri dalam regen yang banyak dipakai di
laboraturium-laboraturium (Palar 1994).
1.5.4.2. Sumber Dan Bahan Penggunaannya
Merkuri (air raksa, Hg) adalah suatu jenis logam yang banyak
ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, bijih tambang, tanah, air
dan udara sebagai senyawa organik dan anorganik. Umumnya kadar dalam
tanah, air dan udara relatif rendah berbagai aktivitas manusia dapat
meningkatkan kadar ini misalnya aktivitas penambangan yang dapat
menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton /tahun. Pekerja yang mengalami
pemaparan terus menerus terhadap kadar 0,05 Hg mg /, udara
menunjukkan gejala non spesifik berupa neutratenia, sedangkan pada kadar
-
14
0,1 0,2 menyebabkan Tremor (Penyakit gemetar). Dosis fatal gram
merkuri adalah 1 gram (Chandra, 2005).
1.5.4.3. Sifat Fisik Kimia
Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal
berbentuk cairan berwarna abu-abu tidak berbau dengan berat molekul
200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen
bromida dan hidrogen iodide, larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas
dan lipid (lemak). Tidak tercampur dalam oksidator halogen, bahanbahan
yang mudah terbakar, logam asam, logam carbide dan amine.
Toksitas (bahaya) merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya,
misalnya merkuri inorganik bersifat toksis pada ginjal, sedangkan merkuri
organik seperti metil merkuri bersifat toksis pada syaraf pusat.
Dikenal 3 jenis merkuri (Hg) yaitu:
1. Merkuri elemental (Hg): Terdapat dalam gelas termometer, tensimeter
air raksa, amalgam gigi, alat elektrik batu batrai dan cat. Juga di
gunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan
desinpektan serta untuk produksi klorin dan sodium klorida.
2. Merkuri inorganik: dalam bentuk(mercuric) dan
(mercurous). Misalnya merkuri klorida ( HgC12) termasuk bentuk Hg
inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai
disenfektan. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk
teething powder dan laksansia (calomel), Mercurous fulminate yang
bersifat mudah terbakar
-
15
3. Merkuri organik: terdapat dalam bentuk metil merkuri dan etil
merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai
sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan
yang tercemar zat merkuri dapat menyebabkan gangguan netrologis
dan kogenital. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang
dijumpai atau digunakan sebagai anti septik dan fungisida (Lina
Warlina, 1997).
1.5.4.4. Efek merkuri (Hg) Terhadap Manusia dan Lingkungan
Sebagian besar merkuri yang terdapat di alam ini dihasilkan oleh
sisa industri dalam jumlah 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan
merkuri sangat luas dimana 3.000 jenis kegunaan dalam industri
pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan obat-obatan yang
digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan insektisida
untuk pertanian (Kristoni 2006)
Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metil maupun
bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan
kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal ( Kristoni, 2006 )
Efek toksitas merkuri tergantung pada bentuk komposisi merkuri,
jalan masuknya ke dalam tubuh, dan lamanya berkembang. Contoh adalah
bentuk merkuri (HgCl2) lebih toksik dari pada bentuk merkuri (HgCl). Hal
ini desebabkan karena bentuk divalent lebih mudah larut dari pada bentuk
monovalen. Disamping itu, bentuk HgCl2 juga cepat dan mudah diabsorbsi
sehingga daya toksitasnya lebih tinggi (Kristoni, 2006).
-
16
1.5.4.5. Dampak Merkuri Terhadap Ekonomi
Dampak Ekonomi yaitu Penurunan hasil panen karena berkurang
produksi pertanian berarti pendapatan menurun, ikan dan hasil sungai
lainnya yang terkontaminasi tidak dapat dipasarkan, sehingga mengurangi
pendapatan dari sektor perikanan, Biaya untuk program kesehatan dan
pendidikan khusus akan meningkat.
1.5.4.6. Sifat Dan Kegunaannya Merkuri (Hg)
Menurut (Wardoyo,1981) Secara umum logam Hg memiliki sifat-
sifat sebagai berikut:
1. Berujud cair pada suhu kamar 25C dengan titik beku paling rendah sekitar
-39C
2. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam-logam lainnya.
3. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah. Sehingga menempatkan
merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.
4. Dapat melarutkan bermacam-macam logam yang membentuk alloy yang
disebut juga dengan amalgam.
5. Merupakan unsur yang sangat beracun, baik itu unsur tunggal (logam)
maupun dalam bentuk persenyawaan.
Dalam keseharian penggunaan merkuri dalam bermacam - macam
perindustrian, untuk keperluan-keperluan peralatan elektrik, digunakan untuk alat
ukur, dalam dunia pertanian dan keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian
-
17
merkuri, mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan
merkuri.
1.5.5. Merkuri di Lingkungan Perairan
Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh
limbah industri (industrial wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan
senyawa-senyawa merkuri pada bidang pertanian. Merkuri dapat berada dalam
bentuk metil, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organik. keberadaan
merkuri di perairan dapat disebabkan karena kegiatan industri misalnya pabrik
cat, kertas, peralatan listrik dan oleh faktor alam itu sendiri melalui proses
pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi. Namun pencemaran merkuri
disebabkan oleh kegiatan alamiah pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi
tidak terlalu berarti (signifikan)
Diantara beberapa sumber polutan yang menyebabkan penimbunan
merkuri di lingkungan perairan, menurut Mandlli di dalam Portmann (1976).
yang terpenting adalah industri penambang logam, industri bijih besi, termasuk
metal plating yang memproduksi bahan kimia baik organik maupun anorganik
dan offshore dumping sampah domestik lumpur dan lain-lain. Merkuri yang
terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktifitas
mikroorganis memenjadi komponen methyl merkuri (CH3-Hg) yang memiliki
sifat racun dan daya ikat yang kuat di samping kelarutannya yang tinggi terutama
dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi
melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-
hewan air,sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik
-
18
bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang makan hasil tangkap
hewan-hewan air tersebut.
Sanusi (1980) mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi
merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri
(up take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses
ekresi. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh
terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil
dalam sedimen. Fluktuasi merkuri di lingkungan laut, terutama di daerah
estuari dan daerah pantai ditentukan oleh proses precification, sedimentation,
floculation dan reaksi adsorpsi desorpsi. Berikut tabel Beberapa kadar Hg yang
diperbolehkan menurut peraturan pemerintah yang ada di Indonesia.
1.5.6. Merkuri Dalam Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial
penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan, kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah,
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah dengan tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia (zat beracun) dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam
tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
-
19
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mecemari air tanah yang ada di
bawahnya dan udara yang berada di atasnya (Tejoyuwono, 1996).
Pencemaran tanah dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki
waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama (Soekarto,1985).
-
20
1.6. Lingkup Batas Daerah Penelitian
Kegiatan penelitian berlokasi di Dusun Sangon. Dimana di lokasi ini terdapat
penambangan emas yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat. Dalam
lingkup studi ini, wilayah studi terdiri atas batas kegiatan, batas ekologis,batas
sosial dan batas administrasi.
1.6.1. Batas Kegiatan
Batas tapak proyek merupakan ruang dimana aktivitas penelitian pada
penambangan emas rakyat berlangsung, mulai dari kegiatan survey, sampling air
permukaan, air tanah dan tanah. Dari kegiatan inilah dapat dilihat dan dianalisis
dampak penggunaan Hg pada penambangan emas rakyat terhadap lingkungan,
pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo
Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY. Meliputi Sungai, sumur
warga dan tanah. Peta batas kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1.
1.6.2. Batas Ekologis
Merupakan daerah di sekitar penambangan emas rakyat. Dusun Sangon,
Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah
Istimewah Yogyakarta. Batas ekologis ini meliputi daerah-daerah yang merupakan
daerah aliran Sungai Sangon yang kemungkinan tercemar akibat aktivitas
penambangan emas rakyat di wilayah tersebut. Peta batas ekologis dapat dilihat
pada Lampiran 1.
-
21
1.6.3. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar lokasi rencana kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung
norma dan nilai-nilai tertentu yang sudah mapan. Dalam hal ini batas sosial
meliputi keadaan sosial ekonomi budaya yang diperkirakan akan terpengaruh
oleh kegiatan penambangan emas rakyat. Batas sosial ini mencangkup wilayah
atau pemukiman penduduk sekitar Areal penambangan emas rakyat.
1.6.4. Batas Administrasi
Daerah Sangon, Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulon Progo terletak di bagian paling barat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dapat ditempuh dari Kota Yogyakarta selama 1,5 jam, menempuh perjalanan darat
menggunakan sepeda motor atau mobil. Secara geografis terletak antara 7 38 42
LS - 7 59 03 LS dan 110 01 37 BT - 110 16 26 BT. Dengan batas-batas
sebagai berikut.
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Dusun Plampang II
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Hargomulyo
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Dusun Papak
Letak dan luas daerah penelitian merupakan area sekitar Dusun Sangon dengan
wilayah seluas 73,79 km2. Peta batas administrasi dapat dilihat pada Lamipran 2.
-
24
BAB II
CARA PENELITIAN
2.1 Metode Penelitian Dan Parameter Yang Digunakan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan metode analisis.
Metode survey yaitu metode untuk memperoleh data lapangan dengan cara pengamatan,
pengukuran dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.
Sedangkan Metode analisis yang digunakan terhadap data yang diperoleh yaitu melalui
analisis laboratorium yaitu menganalisis zat yang terkandung di dalam air permukaan,
air tanah dan tanah yang telah diambil sampelnya.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data hasil pengukuran dan pengamatan langsung di
lapangan, analisis sifat kimia dari sampel air permukaan, air bawah tanah di
laboratorium dan data kimia tanah. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang
terkait dengan wilayah penelitian.
Data primer meliputi :
a. Parameter lapangan dan pengujian kualitas air di laboratorium pada Sungai
Sangon mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Baku
Mutu Kualitas Air. Diantara parameter-parameter yang tercantum dalam
lampiran PP. No. 82 Tahun 2001 yang berjumlah 39 parameter, baik dari
parameter fisika, kimia, dan biologi hanya beberapa yang diambil yaitu, pH,
Kekeruhan, TDS (Total Dissolved Solids) dan Kadar Hg berdasarkan zat
-
25
pencemar yang ditimbulkan oleh sumber pencemar yang berada pada lokasi
penelitian.
b. Data kualitas tanah dan air dari hasil uji Laboratorium
Data sekunder meliputi :
1. Data curah hujan
2. Peta-peta meliputi: peta topografi, peta adminitrasi, peta geologi, peta
penggunaan lahan.
2.2. Bahan Dan Alat Penelitian
Tabel 2.1 Alat dan Bahan Pendukung Penelitian
No Perlengkapan penelitian Kegunaan Hasil
1 Bahan A. Peta topograpi B. Peta administrasi skala
1:50.000 C. Peta Geologi skala
1:25.000
Mengetahui lokasi penelitian
Peta tafsiran dan peta dasar (untuk di lapangan an pembuatan peta tematik
2 Data Curah hujan daerah penelitian
Menentukan iklim pada daerah penelitian
Iklim daerah penelitian
3 Peralatan lapangan a.Global Positioning System (GPS)
Menentukan lokasi atau posisi geografis
Data pembuatan peta tematik
b.Botol Plastik dan kantung plastik
Sampling air dan tanah Bahan uji laboratorium
d.Alat tulis-menulis Pencatatan data Informasi data tertulis
e.Kamera Memotret kondisi lapangan
Informasi pendukung untuk penelitian
4 Laboraturium a.Untuk menganalisis
kadungan merkuri dalam air dan tanah
b.Menganalisis
pH,TDS,Kekeruhan, Suhu,Hg
Mengetahui kualitas air dan tanah daerah penelitian(Kandungan merkuri)
Kualitas airtanah daerah penelitian
5 Alat Tulis,komputer Penulisan,dan pembuatan peta
Karya Ilmiah
-
26
2.3 Tahap Penelitian
Studi Literatur Peta RBI & Geologi
Survey Lapangan
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
TAHAP KERJA LAPANGAN
Rekomendasi
Tanah (soil) Air (Water)
Hg pH, TDS,Kekeruhan Hg
1. Data Biotis/Abiotis 2. Data Sosekbud 3. Data Kesmas 4. Data Geografis 5. Peta RBI & Geologi
Pengambilan Koordinat GPS
Dokumentasi
Pengecekan Hg dalam tanah Pengecekan Kualitas pH, Hg & TDS, Kekeruhan
Hasil uji Laboratorium
Pengolahan Data Primer & sekunder
Analisis Dampak Penggunaan Hg terhadap Lingkungan Biogeofisik dan Lingkungan Sosial
TAHAP ANALISIS DATA DAN
PEMBUATAN HASIL LAPORAN
TAHAP KERJA LABORATORIUM
Gambar 2.1. Diagram Alur Penelitian
-
27
2.3.1. Tahap Persiapan
Dalam teknik pengumpulan data yang akan digunakan untuk memperoleh
data primer dan data sekunder, penelitian akan dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu:
a. Studi pustaka, dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Studi pustaka mencakup
penelusuran literatur-literatur, jurnal ilmiah, hasil penelitian terdahulu, buku,
maupun peta-peta tematik
b. Pengurusan izin penelitian, dilakukan untuk mendapatkan izin resmi
melakukan penelitian dari instansi instansi yang terkait.
c. Penyiapan perlengkapan (alat dan bahan) penelitian untuk dilapangan dan
studio.
d. Pembuatan peta tematik sementara dari data sekunder yang nantinya akan
dicek di lapangan untuk penyempurnaan.
2.3.2. Tahap Kerja Lapangan
a. Pengumpulan Data Sekunder
Tabel 2.2 Data Skunder Yang diperlukan
No Data Skunder Instansi Terkait
1. Data Biofisik BAPEDA Kabupaten Kulon Progo
a.Iklim Dan hidrologi b.Tanah
2. Data Biotis
BAPEDA Kabupaten Kulon Progo
3.
Data sosekbud
Kantor Kelurahan Kalirejo
-
28
b. Pengumpulan Data Primer
Tabel 2.3 Data Primer Yang diperlukan
No Parameter Unsur Parameter 1. Air Sifat kimia,Hg, Kekeruhan, TDS 2 Tanah dan air tanah Merkuri (Hg)
Kegiatan dilapangan dilakukan untuk mengetahui dampak penggunaan
Merkuri (Hg) tehadap lingkungan biofisik meliputi lingkungan biotik dan abiotik,
pada daerah penelitian dengan cara sebagai berikut.
1. Pengambilan Sampel
Data primer diperoleh dari pengambilan sampel di lapangan yang
terdiri dari sampel air permukaan, air tanah dan sampel tanah. Pemilihan
sampel pada penelitian ini menggunakan sistem random sampling yaitu dengan
cara acak pertimbangan tersebut berdasarkan arah aliran air sungai, letak atau
lokasi pengolahan emas dan arah aliran air bawah tanah.
Pengambilan sampel dilakukan pada titik yang dianggap dapat
mewakili yaitu pada tanah di sekitar tempat pemrosesan bijih serta sungai
sebagai tempat pembuangan akhir, kali ini akan menggunakan 6 titik sampel
untuk uji kualitas air sungai (air permukaan) 5 titik untuk pengujian air tanah
dan 6 titik untuk uji kualitas tanah. Uji kualitas air dan tanah akan dilakukan
satu kali dimana akan dilakukan ulangan untuk sampel yang terbukti melebihi
nilai baku mutu atau peraturan pemerintah, sebagai pembanding dalam
penelitian ini menggunakan peraturan pemerintah No 18 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Pengambilan ulangan
-
29
akan dilakukan untuk jarak 50 m dari sampel yang terbukti tercemar. Peta titik
pengambilan sempel dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Pengambilan Data sosial Kependudukan
Pengambilan data sosial kependudukan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu, wawancara dan kuisioner akan tetapi dalam penelitian ini pengambilan
data keadaan sosial kependudukan akan dilakukan dengan metode wawancara.
Pengambilan data sosial kependudukan tujuannya adalah untuk mengetahui
dampak atau keadaan sosial penduduk di daerah penelitian dengan adanya isu
pencemaran merkuri pada daerah tempat tinggal mereka.
3. Survey Lapangan
Survey lapangan meliputi pengumpulan data dan informasi, di daerah
penambangan dan pengelolaan emas khususnya pada daerah penelitian yaitu
Dusun Sangon Kecamatan, Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara pemantauan lansung kondisi geologi dan lokasi tambang
serta menggali informasi dari para penambang dan masyarakat pada lokasi
penambangan tersebut. Pengukuran geografis dan letak mesin gelundung
dilakukan dengan menggunakan GPS.
4. Perlakuan Sampel di Lapangan
Dalam perlakuan sampel dilapangan, beberapa kegiatan berikut ini perlu
dilakukan pemeriksaan kualitas air dan tanah di lapangan. Parameter yang dapat
berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan, maka pemeriksaannya harus
-
30
dikerjakan di lapangan. Parameter tersebut antara lain : suhu, pH, alkalinity,
asiditi, oksigen terlarut dan penetapan gas lainnya.
Keterangan: : Input : Output :Proses
Gambar 2.2. Diagram Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel Air Sungai, air sumur dan
Tanah
Uji Laboraturium (Hg, Ph, TDS,
Kekerujan
Data Kualitas Air Permukaan, Air Tanah dan Tanah
Standarisasi berdasarkan PP No 18Tahun 1999 dan
Tingkat Evaluasi
Sesuai Cukup Sesuai
Tidak sesuai
-
31
2.3.3. Tahap Kerja Laboratorium
Tahap kerja laboratorium dilakukan untuk mengetahui kualitas dari
sampel air dan tanah yang diambil dari lokasi penelitian, dari hasil laboratorium ini
dapat diketahui kandungan unsur kimia yang terlarut dalam air dan tanah pada
daerah penelitian. Parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya
merkuri (Hg) adalah sifat fisik dan sifat kimia dari air permukaan (sungai), air tanah
(sumur) dan tanah dengan mempertimbangkan karakteristik limbah yang dapat
diperkirakan berdasarkan komposisi penyusun bahan limbah. Dengan demikian
analisa laboratorium hanya mencakup beberapa parameter yang mencirikan jenis
limbah. Beberapa parameter tersebut meliputi parameter Kimia dan logam berat
dalam hal ini Merkuri (Hg).
Tahap kerja Laboratorium akan dilakukan di laboratorium Pengujian Dan
Penelitian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sampel air dan
tanah yang diambil di lapangan akan dianalisis menggunakan metode ASS dan
menggunakan alat mercuri analyzer, dengan cara menambahkan nitrat pada sampel
air kemudian dipanaskan, sedangkan pada sampel tanah ditambahkan nitrat dan
neklorat 1:1 kemudian dipanaskan. Untuk menghitung kadar merkuri dalam sampel
tersebut, menggunakan cara regresi linier dari standar merkuri setelah dilakukan
pemanasan.
Pengukuran parameter pH.
Pengukuran parameter pH dilakukan di lokasi penelitian dengan cara
mencelupkan pH meter kedalam air, kemudian dilakukan pencatatan angka yang
ditunjukan oleh pH meter.
-
32
Pengertian Parameter-parameter yang akan dianalisi di laboraturium sebagai
berikut:
Ph adalah Derajat Keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasama atau kebebasan yang dimiliki oleh suatu larutan.
TDS ( Total Dissolve Solid) adalah Ukuran Zat terlarut (baik zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan.
Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU.
Hg (Merkuri) adalah Unsur renik pada kerak bumi, pada perairan alami, Hg juga ditemukan sangat kecil. Hg adalah satu-satunya logam yang
berbentuk cair pada suhu normal.
2.3.4. Tahap Analisis
Data hasil olahan kemudian dianalisis dengan cara grafis atau tabel.
a. Analisis Pembanding
Analisis pembanding dilakukan agar mengetahui ambang batas beban
pencemar suatu limbah, dalam hal ini sebagai pembanding adalan Peraturan
pemerintah No.18 Tahun. 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Dimana nilai ambang batas merkuri di lingkungan
adalah 0,01 mg/L pada air Sedangkan untuk tanah sampai saat ini
Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan baku mutu untuk tanah. Akan
tetapi nilai konsentrasi Hg dalam tanah yang sering di pakai sebagai
pahtpinder untuk keperluan eksplorasi berkisar 3,00 mg/L
-
33
b. Analisis Grafik
Analisis grafis merupakan cara menganalisis data yang diperoleh
secara mudah dan cepat dengan menampilkan grafik atau tabel. Dalam grafik
atau tabel ini digunakan untuk membandingkan besarnya konsentrasi
merkuri(Hg) pada setiap sampel.
-
34
BAB III
LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan berada di Dusun Sangon, Kelurahan Kalirejo,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kualitas lingkungan Dusun Sangon,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
akibat penggunaan merkuri (Hg) pada proses penambangan emas rakyat di wilayah
tersebut.
Parameter yang diteliti terutama pada hasil analisis kimiawi pada air dan tanah.
Mengacu kepada PP. No 82 Tahun 2001 dimana air berdasarkan peruntukannya dibagi
menjadi empat golongan yaitu Menurut PP No. 82 Tahun 2001 air berdasarkan
peruntukannya dibagi menjadi empat kelas, yaitu :
1. Kelas A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai sumber air minum secara langsung
tanpa diolah terlebih dahulu.
2. Kelas B, yaitu air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengaliri pertanaman dan
keperluan rumah tangga lainnya.
3. Kelas C, yaitu air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengaliri tanaman.
4. Kelas D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
digunakan untuk usaha pertanian, industri dan listrik tenaga air.
-
35
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
pengambilan keputusan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam hal
Dampak Penggunaan Merkuri (Hg) pada penambangan Emas rakyat di wilayah
Dusun Sangon Kelurahan Kali rejo Kecamatan Kokap. Berikut adalah gambar
limbah hasil pengolahan bahan galian yang di buang melalui parit-parit dan di
buang langsung ke tanah oleh para penambang.
Gambar. 3.1 Pembuangan Limbah Secara langsung di Permukaan tanah
Gambar 3.2 Pembuangan Limbah Melalui parit.
Untuk lebih terpolakan dalam penulisan Tugas akhir, berikut adalah kerangka alur
pikir penelitian yang akan dijalankan (Gambar 3.3.)
-
36
Gambar. 3.3 Diagram Alur Pikir Penelitian
Kajian Teori Sistem penambangan, sis- tem pengolahan, bahan galian, dampak yang ditimbulkan.
Metode Penelitian Secara Umum Menggunakan Survey dan Analisis
laboraturium Parameter : Tanah dan air tanah 1. Hg (merkuri)
: Air Hg, TDS, Kekeruhan , pH,
Besarnya kandungan bahan pencemar (Hg) pada
air dan Tanah
Latar Belakang Penambangan emas rakyat tanpa adanya pengelolaan limbah secara telaten, meng- akibatkan terganggunya fungsi lingkungan sekitar daerah penambangan dan daerah tempat pemrosesan bahan galian.
Perumusan Masalah Penambangan emas rakyat tentunya akan menimbulkan dampak bagi lingkungan setempat, baik bagi ling- kungan biofisik, sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dampak yang ditimbulkan
akibat penggunaan merkuri (Hg) pada penambangan emas,di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo DIY
Kegunaan Penelitian 1. Sebagai penerapan dan pengembangan
ilmu pengetahuan 2. Mengetahui tingkat Pencemaran limbah
Merkuri pada daerah penelitian, khususnya pada air dan tanah.
3. Sebagai dasar kebijakan permerintah dalam pengambilan keputusan di bidang pertambangan yang berkaitan dengan dampak penggunaan merkuri akibat penambangan emas rakyat.
-
37
BAB IV
RONA LINGKUNGAN HIDUP
4.1 Rona Lingkungan Hidup
Rona lingkungan hidup meliputi komponen Geofisik-kimia, biotis, sosial
(demografi, ekonomi dan budaya), dan kesehatan masyarakat.
4.1.1. Komponen Geofisik Kimia
4.1.1.1. Tipe Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca suatu daerah yang cukup luas dan dalam
waktu yang cukup lama. Pengendalian iklim dapat mengatur keberadaan unsur-
unsur atau elemen-elemen iklim itu antara lain : temperatur atau suhu,
kelembaban udara, tekanan udara, awan, curah hujan, dan angin. Dalam hal ini
parameter iklim yang berpengaruh adalah temperatur atau suhu dan curah
hujan.
Temperatur atau suhu di bumi terjadi karena menerima panas, sumber
panas itu dari yang terbesar ke terkecil ialah matahari, magma, planet lain, dan
bulan atau satelit. Adapun temperatur yang berperan besar terhadap iklim di
bumi ialah panas yang berasal dari matahari, bahkan langsung berpengaruh
terhadap kehidupan biologis dan proses alam, terutama pelapukan batuan.
Hujan adalah peristiwa jatuhnya titik air, berasal dari awan yang
terbentuk oleh kondensasi di atmosfer, yang sampai di permukaan bumi. Satuan
curah hujan diukur dengan kesatuan milimeter atau inci.
Adapun data curah hujan tahunan selama 10 tahun di Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulonprogo dirangkum pada tabel 4.1. sebagai berikut :
-
36
Tabel 4.1. Curah hujan bulanan (mm) periode 1998-2007
Bulan 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Rerata JANUARI 269 328 431 235 269 384 303 348 356 410 3333 333.30
FEBRUARI 250 447 174 470 248 555 406 422 488 431 3891 389.10
MARET - 593 324 480 441 79 543 575 226 359 3620 402.22
APRIL 122 299 175 378 222 159 26 136 297 499 2313 231.30
MEI 155 58 91 108 52 38 135 246 - 475 1358 150.89
JUNI - 165 0 28 125 - - 10 154 0 482 68.86
JULI - 162 0 - 84 - - 40 135 11 432 72.00
AGUSTUS - 23 0 143 - - - 5 - 0 171 34.20
SEPTEMBER - - 0 - - - 10 - 53 0 63 15.75
OKTOBER - 540 294 356 501 56 108 45 206 8 2114 234.89
NOPEMBER - 423 295 585 366 181 295 386 156 12 2699 299.89
DESEMBER 293 418 260 303 75 477 403 631 496 512 3868 386.80
Jumlah 1089 3456 2044 3086 2383 1929 2229 2844 2567 2717 24344
Rerata 217.80 314.18 170.33 308.60 238.30 241.13 247.67 258.55 256.70 226.42 247.97
Sumber : Kabupaten Kulonprogo Dalam Angka 2007
38
-
39
4.1.1.2. Bentuk Lahan
Daerah penelitian merupakan daratan pantai pada bagian
selatan, perbukitan bergelombang pada bagian tengah dan timur. Serta
pegunungan terjal dan pegunungan dibagian barat dan utara (dikenal
sebagai pegunungan menoreh).
Dikabupaten Kulon Progo terdapat dua daerah aliran sungai
(DAS) yaitu DAS Progo dan DAS Serang. Sungai Serang dan anak-anak
sungainya memiliki daerah pengaliran seluas 3636 hektar dengan
debit minimum 0,03 m/detik dan maksimum156,3 m/detik.
-
40
4.1.1.3. Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas
menduduki sebagian besar permukaan bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman, dan yang memiliki sifat-sifat sebagai akibat
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa,
1980 dalam Sukyati, 2005). Berikut adalah gambar jenis dan ketebalan
tanah pada daerah penelitian, jenis tanah yang terdapat di wilayah
penelitian adalah tanah lempung (Sumber Data : Dinas PU Kab. Kulon
Progo 2009).
Gambar 4.3. Kenampakan Solum Tanah Daerah Penelitian (Foto Penulis, 2011)
-
41
4.1.1.4. Batuan
Daerah Sangon didominasi oleh batuan andesit forfiri dan
sedikit endapan aluvial kuarter. Sebagian andesit mengalami breksiasi
silisifikasi dan ubahan propilitik sampai filik. Beberapa urat kuarsa yang
mengisi urat rekahan dan zona geser menunjukan mineralisasi emas
berasosiasi dengan firit dan sulfide logam dasar.(Bambang Thajono
Setyabudi).
Mineralisasi emas di Sangon tersebar tidak merata dalam urat
kuarsa mengandung sulfide dan kadang-kadang berasosiasi dengan
lempung ubahan filik-argilik yang penyebaranya dikontrol oleh bidang-
bidang rekahan membentuk stockwork veins. Berikut adalah gambar
singkapan batuan andesit pada daerah penelitian.
Gambar 4.4 Singkapan batuan andesit di daerah penelitian (Foto Penulis, 2010)
-
42
4.1.1.5. Tata air
Tata air di Dusun Sangon terbagi menjadi dua yaitu air
permukaan dan air bawah tanah, pada penelitian ini hanya melingkupi
air permukaan, mengingat limbah hasil pengolahan bahan galian
dibuang ke sungai melewati parit-parit yang telah dibuat oleh para
penambang. Pada penelitian ini akan menganalisis kandungan tanah
pada daerah pengolahan bahan galian dan air di Sungai Sungon karena
Sungai Sangon merupakan salah satu sungai yang digunakan sebagai
tempat pembuangan akhir limbah hasil pengolahan bijih. Berikut adalah
gambar sungai Sangon 1 dan sungai Sangon 2, sebagai tempat
pembuangan limbah, selain tempat pembuangan limbah sungai ini juga
diguanakan oleh masyarakat sebagai tempat mandi, mencuci dan
sebagainya.
Gambar 4.5. Sungai Daerah Penelitian Kiri : Sungai Sangon 1, Kanan : Sungai Sangon 2 (Foto Penulis, 2011)
4.1.1.6. Tata Guna Lahan
Berdasarkan data monografi tahun 2008 periode Juli -
Desember, penggunaan lahan di daerah penelitian yaitu di Kecamatan
-
43
Kokap terdiri dari permukiman, sawah, kebun, tegalan, semak-belukar
dan lain-lain. Tata guna lahan dapat dilihat pada lampiran 8 Peta
penggunaan lahan Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo.
4.1.2. Komponen Biotis
4.1.2.1. Flora
Tumbuh-tumbuhan yang berada di daerah penelitian meliputi
tumbuh-tumbuhan alami dan ditanam oleh manusia. Flora yang ada
dapat tumbuh berdasarkan pemantauan di lapangan yang dilakukan di
sekitar lokasi penelitian ditemukan beberapa jenis flora. Flora tersebar
di sekitar lokasi penelitian, jenis flora tersebut seperti yang tercantum
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4.Tumbuh-tumbuhan di lokasi penelitian No Nama Lokal Nama Latin 1 Jati Psidium aguajaya 2 Kelapa Coccos nucifera 3 Nanas Annas sp. 4 Papaya Carica papaya 5 Pisang Musa indica 6 Rumput Cyperus rotundus 7 Ubi kayu Manihot sp. 8 Nangka Arthocarpus integra 9 Mangga Magnifera sp.
Sumber : Dinas Kehutanan kab.Kulon Progo dan Pengamatan Langsung
Berikut adalah gambar berbagai jenis tanaman di daerah penelitian,
terdiri dari Pohon kelapa, papaya, pisang dan lain-lain.
-
44
Gambar 4.6. Tanaman Kelapa (Coccos nucifera) Daerah Penelitian (Foto Penulis, 2011)
4.1.2.2. Fauna
Jenis hewan atau fauna yang ada di sekitar lokasi penelitian
berdasarkan pamantauan di lapangan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Biota air di lokasi penelitian No. Nama Lokal Nama Latin 1. Belut Monopterus albus 2. Ikan emas Cyprinus sp. 3. Ikan lele Clarias sp. 4. Ikan mujair Tilapia musambica
Sumber : Dinas BLH Kab. Kulon Progo dan Pengamatan Langsung
Tabel 4.6. Biota darat dan unggas di lokasi penelitian No. Nama Lokal Nama Latin 1. Ayam Gallus domestica 2. Anjing Canis sp. 3. Belalang Ordo ortoptera 4. Burung dara Columba livia 5. Kadal Mabouya multifaciata 6. Kambing Capra sp. 7. Kerbau Bufalos sp. 8. Kucing Felis sp. 9. Kupu-kupu Ordo lepidoptera 10. Lalat Musa domestica 11. Lembu/sapi Bibos 12. Mentok Cairina moschata 13. Tikus Ratus sp.
Sumber : Dinas BLH Kab. Kulon Progo dan Pengamatan Langsung
-
45
Berikut adalah gambar beberapa jenis hewan ternak apada daerah penelitian,
terdiri dari kambing, sapid an lain-lain,
Gambar. 4.7. Beberapa jenis hewan ternak non unggas Kiri : sapi, kanan : kambing (Foto Penulis, 2011)
4.1.3. Komponen Sosial
4.1.3.1. Demografi
Berdasarkan data monografi Kelurahan Kalirejo pada bulan
Juli-Desember 2008, jumlah penduduknya sebesar 2679 jiwa. Dirinci
menurut jenis kelamin terdiri dari 1224 laki-laki dan 1455 penduduk
perempuan.
Sarana pendidikan yang terdapat di Dusun Sangon terdiri dari
dua sekolah dasar dan satu taman kanak-kanak, dua masjid tempat
beribadah peduduk setempat. Dan tidak ada sarana dan prasarana
kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.
4.1.3.2. Sosial Ekonomi
Sebagian besar penduduk Dusun Sangon bermata pencaharian
sebagai penambang emas dan bertani (berkebun). Ketika musim hujan
tiba, penduduk Dusun Sangon beralih profesi dari penambang menjadi
-
46
petani hal ini dilakukan karena pada musim hujan aktivitas
penambangan terganggu oleh air hujan yang masuk kedalam lubang
tambang mereka. Dan ketika musim hujan berhenti penduduk Dusun
Sangon kembali menambang.
4.1.3.3. Sosial Budaya
Sebagian besar penduduk Dusun Sangon memeluk agama
Islam Budaya gotong royong masih sangat terlihat jelas dengan cara
membangun rumah dengan bergotong royong tanpa dipungut upah,
begitu pula dengan kesenian daerah kebudayaan jawa masih sangat
kental.
4.1.3.4. Kesehatan Masyarakat
Di Dusun Sangon tidak terdapat fasilitas kesehatan, akan tetapi
ketika masyarakat mengalami gangguan kesehatan masyarakat
mendatangi puskesmas terdekat yaitu di puskesmas Kelurahan Kalirejo,
yang berjarak 2 km dari Dusun Sangon. Penyakit yang sering diderita
oleh masyarakat Dusun Sangon adalah, demam, diare, batuk-batuk, flu,
gatal-gatal, gangguan pada tenggorokan dan lain-lain
(Sumber.Puskesmas,Kalirejo)
-
49
BAB V
EVALUASI HASIL PENELITIAN
5.1. Pencemaran Lingkungan di Dusun Sangon.
Pengolahan Bijih emas di Dusun Sangon dengan teknik amalgamasi umumnya di
lakukan di halaman rumah dan di pinggir sungai, yang berdekatan dengan lokasi
tambang dengan memakai gelondong (Mesin Tromol). Satu lokasi pengolahan bijih
menggunakan 16 gelondong dan setiap gelondong dapat mengolah 12-25 kg bijih
dalam sehari. Bijih dimasukkan ke dalam gelondong ditambahkan air dan merkuri
kemudian diputar selama 4-8 jam dengan menggunakan tenaga mesin generator (mesin
diesel). Setelah proses amalgamasi selesai, amalgam dipisahkan dari tailingnya dengan
cara diperas dengan kain parasut dan tailingnya dialirkan ke tanah dan ke sungai
sehingga terjadi kontaminasi terhadap lingkungan.
5.2. Merkuri dalam Air Permukaan.
Konsentrasi merkuri dapat disebabkan oleh partikel halus yang terbawa oleh
limbah akibat proses amalgamasi dan pelarutan dari sedimen sungai yang mengandung
merkuri. Dalam jangka waktu yang cukup lama, logam merkuri dapat teroksidasi dan
terlarut dalam air permukaan.
5.3. Hasil Penelitian
5.3.1. Kadar Hg Dalam Air pada Daerah Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian di laboratorium diperoleh nilai
Hg dari semua titik pengukuran berkisar antara < 0,01 ppb sampai 0,77 ppb. Secara
rinci hasil pengukuran Hg dapat dilihat pada table 5.1
-
50
Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Kadar Hg pada Air di Daerah Penelitian
No Kode Sampel Kadar dalam ppb Kadar dalam ppm ( mg/l) Baku Mutu
PP No 18 Tahun 1999
1 Titik 1 < 0,01 0,00001 mg/l 0,01 mg/l
2 Titik 2 0,04 0,00004 mg/l 0,01 mg/l
3 Titik 3 0,77 0,0008 mg/l 0,01 mg/l
4 Titik 4 0,09 0,00009 mg/l 0,01 mg/l
5 Titik 5 0,22 0,0002 mg/l 0,01 mg/l
6 Titik 6 0,24 0,0003 mg/l 0,01 mg/l Sumber : Data Hasil Analisis dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah
Mada
Pada saat pengambilan Sampel air Sungai di daerah penelitian, peneliti
menghitung debit sungai pada dua titik yang berbeda yaitu sungai Sangon 1 dan
Sungai sangon 2. pada sungai Sangon 1 hasil pengukuran debit yang diperoleh 0,42
m3/s, sedangkan pada sungai Sangon 2 hasil pengukuran debit yang diperoleh 0,59
m3/s. Sungai pada daerah penelitian merupakan sungai musiman, apabila musim
kemarau sungai tersebut menjadi kering dan memiliki nilai debit yang kecil,
sedangkan pada saat musim penghujan air sungai memiliki debit yang besar. Pada
saat pengambilan Sampel air di lapangan dilakukan saat musim penghujan.
Pengambilan Sampel air untuk menghitung nilai Hg dilakukan pada 6 titik.
Titik 1 merupakan bagian hulu sungai yang belum adanya kegiatan penambangan
atau kegiatan penambangan masih sedikit. Titik 2, merupakan output pembuangan
limbah hasil olahan bijih. Titik 3 merupakan daerah hilir sungai Sangon 1, sedangkan
titik 4,5 dan 6 merupakan aliran sungai Sangon 2 yang merupakan daerah
penambangan dan pengolahan Emas. Peta titik pengambilan Sampel air dapat dilihat
pada Lampiran 4.
-
51
5.3.1.1. Kadar Hg pada Air Sungai di Titik 1 (hulu)
Sampel air Sungai pada titik 1 diambil di bagian hulu sungai, keadaan
cuaca mendung dan berada pada koordinat X = 0397587 dan Y = 9134784.
Adapun hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Hg yaitu:
-
52
5.3.1.3. Kadar Hg pada Air Sungai di Titik 3 (Hilir)
Sampel air sungai 3 diambil di bagian hilir sungai Sangon 1 yang berada
pada koordinat X = 0396856 dan Y = 9133277, kondisi cuaca mendung. Adapun
hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Hg yaitu: 0,00077
Mg/L. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kandungan Hg tidak
melebihi Baku Mutu Air, kadar Hg dalam air bersih berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Hal ini dikarenakan titik pengukuran
sebelum bagian hilir (titik 2) kadar Hg masih dibawah Baku Mutu yang telah
ditentukan. Secara otomatis kondisi air sungai di bagian hilir tidak mengalami
pencemaran Hg karena sepanjang aliran sungai dari titik 2 (tengah) ke titik 3 (hilir)
tidak terdapat mesing gelondong untuk pengolahan emas. Selain itu pengambilan
sampel air sungai dilakukan pada saat musim hujan, hujan memicu debit air sungai
menjadi deras, hal ini memungkinkan terjadi proses pengenceran.
5.3.1.4. Kadar Hg pada Air Sungai di Titik 4 (Sungai sangon 2)
Sampel air sungai 4 diambil di daerah penambangan emas di sungai Sangon
2 dan berada pada koordinat X = 0396670 dan Y = 9133916 kondisi cuaca
mendung. Adapun hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Hg
yaitu: 0,00009 mg/L. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
kandungan Hg tidak melebihi Baku Mutu Air kadar Hg dalam air bersih
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Hal ini
disebabkan karena pada saat pengambilan sampel air sungai, kegiatan
-
53
penambangan dan pengolahan emas menggunakan air raksa tidak sedang berkerja,
dan kondisi air sungai yang mengalir deras. Di lokasi ini masih sedikit terdapat
permukiman penduduk.
5.3.1.6. Kadar Hg pada Air Sungai di Titik 5 ( sungai Sangon 2)
Sampel air sungai pada titik 5 diambil di lokasi daerah penambangan emas
di sungai Sangon 2 dan berada pada koordinat X = 0396678 dan Y = 9133967,
kondisi cuaca mendung. Adapun hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa
kandungan Hg yaitu: 0,000022 mg/L. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa kandungan Hg tidak melebihi Baku Mutu Air kadar Hg dalam air bersih
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Hal ini
disebabkan karena pada saat pengambilan sampel air sungai, kegiatan
penambangan dan pengolahan emas menggunakan air raksa sedang tidak berkerja,
dan air sungai mengalir deras.
5.3.1.7. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 6 ( sungai Sangon 2)
Sampel air sungai 6 diambil di daerah penambangan emas di sungai Sangon
2, kondisi cuaca mendung dan berada pada koordinat X = 0396706 dan Y =
9133748. Adapun hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Hg
yaitu: 0,00024 mg/L. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
kandungan Hg tidak melebihi baku mutu air kadar Hg dalam air bersih
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Hal ini
-
54
disebabkan karena pada saat pengambilan sampel air sungai, kegiatan
penambangan dan pengolahan emas menggunakan air raksa tidak sedang berkerja,
serta air sungai yang mengalir deras. Di lokasi ini masih sedikit terdapat
permukiman penduduk.
5.3.2. Kadar Hg dalam Air Tanah (Sumur)
Berdasarkan hasil uji di laboratorium diperoleh kadar Hg (merkuri) dari lima
sampel air tanah yang di ambil dari sumur-sumur masyarakat di sekitar daerah
penelitian : Sumur 1. 0,0002 mg/L, sumur 2. 0,0002 mg/L. Sumur 3. 0,0002 mg/L,
sumur 4. 0,00023 mg/L, sumur 5. 0,00029 mg/L. Analisis kualitas air tanah
dilakukan, mengingat sebagian masyarakat Dusun Sangon menggunakan air sumur
sebagai air minum, masak dan kebutuhan rumah tangga lainnya, jarak antara
sumur warga dengan parit pembuangan limbah berjarak 20 meter. Berdasarkan
hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar merkuri pada air tanah di Dusun
sangon masih di bawah Baku Mutu yang telah di tetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Pengambilan
sempel air tanah dilakukan dengan melihat arah aliran air tanah (Flownet), dengan
pertimbangan limbah merkuri dari sisa pengolahan bijih emas terserap ke dalam
tanah dan terbawah oleh air tanah. Agar lebih terperinci berikut hasil analisis
laboratorium disajikan dalam tabel 5.2.
-
55
Tabel 5.2. Hasil Pengukuran Kadar Hg pada Air Tanah di Daerah Penelitian
No Kode Sampel Kadar dalam ppb Kadar dalam ppm ( mg/l) Baku Mutu
PP No 18 Tahun 1999
1 Sumur 1 0, 19 ppb 0,0002 mg/L 0,01 mg/L
2 Sumur 2 0, 18 ppb 0,0002 mg/L 0,01 mg/L
3 Sumur 3 0, 20 ppb 0,0002 mg/L 0,01 mg/L
4 Sumur 4 0, 23 ppb 0,00023 mg/L 0,01 mg/L
5 Sumur 5 0, 29 ppb 0,00029 mg/L 0,01 mg/L
5.3.3. Kualitas Air Sungai Sangon 1 dan Sangon 2 Berdasarkan Sifat Kimia
5.3.3.1.pH (Potensial Hidrogen)
Berdasarkan hasil pengukuran di laboratorium, diperoleh nilai pH
pada 2 sungai yang berbeda yaitu sungai sangon 1 dan sungai sangon 2.
Sungai sangon 1 mempunyai nilai, dari 3 titik Sampel air yang di ambil adalah
Titik 1 (7,81), Titik 2 (7,59) dan Titik 3,(7,92). Sedangakan 3 Sampel air dari
sungai Sangon 2 mempunyai nilai pH yaitu Titik 4 (8,15), Titik 5 (8,31) dan
titik 6 (8,37). Nilai pH air mencerminkan kelarutan ion hidrogen dalam air
serta menggambarkan tingkat kemasaman air. Semakin rendah nilai pH, maka
nilai kemasaman air makin tinggi. pH air sangat berpengaruh terhadap
aktivitas organisme air. Sebagian besar biota air tidak dapat bertahan hidup
dalam air pada kondisi air sangat masam (pH rendah). Perubahan keasaman
pada air, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH menurun),
akan sangat mengganggu kehidupan biota perairan.
-
56
Derajat keasaman (pH) air merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam menentukan daya guna suatu perairan yang baik bagi keperluan rumah
tangga, kehidupan organisme air dan kepentingan lainnya. pH air memiliki
peranan dalam proses reaksi kimia pada logam berat beracun. Karena pada
perairan yang asam logam berat seperti Hg dapat melepaskan ion-ion Hg dan
sangat beracun bagi hewan air dan manusia serta hewan darat lainnya. pH
yang sama dengan atau lebih kecil dari 4,0 atau lebih besar dari 9,8 tidak
dapat digunakan sebagai sumber air minum. Peranan pH bagi organisme air
tergantung pada spesies, karena masing-masing spesies memiliki toleransi dan
kemampuan adaptasi yang relatif berbeda.
Berdasarkan hasil pengukuran di Laboraturium dapat diketahui
bahwa derajat keasaman pH pada daerah penelitian menunjukan adanya
perbedaan pada masing-masing sungai tetapi tidak terlalu jauh pada setiap
Titik pengukuran.,pada sungai sangon 1 nilai pH yang paling tinggi adalah
pada Titik 3 yaitu (7,92) sedangkan pada Sungai Sangaon 2 nilai pH yang
paling tinggi yaitu pada Titik 6 dengan nilai (8,37). Dari hasil pengukuran ini
menunjukan bahwa pH air di sungai Sangon 1 dan Sangon 2 masih berada
dalam kisaran Baku Mutu yang telah ditetapkan yaitu 5-9. Hasil Pengukuran
pH secara rinci dapat dilihat pada table 5.3
-
57
Tabel 5.3. Hasil Pengukuran pH pada Air sungai di Daerah Penelitian
No Kode Sampel Nilai pH (T) Baku Mutu
PP No 20 Tahun 1990
1 Titik 1 7,81(26,5C) 5-9
2 Titik 2 7,59 (26,4C) 5-9
3 Titik 3 7,92 (27,1C) 5-9
4 Titik 4 8,15 (26, 4C) 5-9
5 Titik 5 8,31 (26, 4C) 5-9
6 Titik 6 8,37 (26, 6C) 5-9
5.3.3.2.Total Disolved Solid (TDS)
TDS (Total Dissolve Solid). Dari hasil pengukuran yang dilakukan di
laboraturium, nilai TDS pada 2 sungai di daerah penelitian yaitu Sungai
Sangon 1 dan Sunagi Sangon 2 menunjukan angka yang relatif rendah atau
di bawah ambang Batas Baku Mutu Air yaitu 1000 mg/L.
Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Kadar TDS pada Air di Daerah Penelitian
No Kode Sampel Nilai
Total Dissolve Solid (T