tambang emas rakyat

91
DAMPAK PENGGUNAAN Hg PADA PENAMBANGAN EMAS RAKYAT TERHADAP LINGKUNGAN (Studi Kasus di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY) SKRIPSI Diajukan oleh : Agus Suyono 114.050.032 Kepada PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN” YOGYAKARTA 2011

Upload: dewi-hanisa

Post on 30-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Tambang Emas Rakyat

TRANSCRIPT

  • DAMPAK PENGGUNAAN Hg PADA PENAMBANGAN EMAS RAKYAT

    TERHADAP LINGKUNGAN (Studi Kasus di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan Kokap,

    Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY)

    SKRIPSI

    Diajukan oleh :

    Agus Suyono

    114.050.032

    Kepada

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

    YOGYAKARTA

    2011

  • DAMPAK PENGGUNAAN Hg PADA PENAMBANGAN EMAS RAKYAT TERHADAP LINGKUNGAN

    (Studi Kasus di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten

    Kulon Progo Provinsi DIY) SARI Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, industri dan pemakaian produk telah menghasilkan bahan buangan dalam jumlah besar, perkembangan industri yang semakin meningkat berdampak positif pada manusia dalam mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namun dari kegiatan industri juga tidak luput dari dampak negatif yang berakibat buruk terhadap lingkungan, karena adanya bahan sisa (limbah) sebagai hasil samping dari kegiatan industri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan metode analisis. Metode survey yaitu metode untuk memperoleh data lapangan dengan cara pengamatan, pengukuran dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Sedangkan Metode analisis yang digunakan terhadap data yang diperoleh yaitu melalui analisis laboratorium yaitu menganalisis zat yang terkandung di badan air dan tanah yang telah diambil sampelnya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan, analisis sifat kimia dari contoh air Permukaan (sungai), air tanah di laboratorium dan data kimia tanah. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan wilayah penelitian. Pengambilan sampel dilakukan pada titik yang dianggap dapat mewakili yaitu pada tanah di sekitar tempat pemrosesan bijih serta sungai sebagai tempat pembuangan akhir, kali ini akan menggunakan 6 titik sampel untuk uji kualitas air sungai (air permukaan) 5 titik untuk pengujian air tanah dan 6 titik untuk uji kualitas tanah. Uji kualitas air dan tanah akan dilakukan satu kali dimana akan dilakukan ulangan untuk sampel yang terbukti melebihi nilai baku mutu atau peraturan pemerintah, sebagai pembanding dalam penelitian ini menggunakan peraturan pemerintah No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Berdasarkan hasil analisis di laboratorium dapat diketahui bahwa tiga dari enam sampel tanah yang diujikan menunjukan kandungan merkuri melebihi baku mutu sedangkan enam sampel air permukaan dan dan enam sampel air tanah menunjukan kadar merkuri di bawah baku mutu hal ini menunjukan air permukaan dan air tanah di daerah penelitian tidak tercemar akibat kegiatan penambangan emas rakyat di daerah tersebut. Kata Kunci: Tambang Emas Rakyat, Merkuri (Hg), Pencemaran Lingkungan.

  • EFFECTS OF Hg ON USE OF GOLD MINING ON THE ENVIRONMENT

    (Case Study on Hamlet Village Sangon Kalirejo Sub Kokap Kulon Progo Regency of

    Yogyakarta Province)

    ABSTRACT The increasing rate of population growth, industrial and consumption waste product generated in large numbers, increasing industrial developments have a positive impact on people in getting a better quality of life, but from industrial activities are also not spared from the negative impact of adverse effects on the environment, because of the residual materials (waste) as a byproduct of industrial activities. The method used is a survey method and analytical methods. Survey method is method to obtain field data by means of observation, measurement and systematic recording of the phenomenon under investigation. While the method of analysis used data obtained through laboratory analysis is to analyze the substance contained in the soil and water bodies that have been sampled. Data collected in this study consisted of primary data and secondary data. Primary data is the data measurement and direct observation, analysis of chemical properties of surface water samples (river), groundwater in the laboratory and soil chemistry data. Secondary data obtained from agencies related to area of research. Samples were taken at a point which is considered to represent that on the ground in the vicinity of ore processing and the river as a place of final disposal, this time will use 6 points for the test samples of river water quality (surface water) 5 points for ground water testing and 6 points for test soil quality. Test water and soil quality will be one time where it will be repeated for samples that proved to exceed the quality standards or government regulations, as a comparison in this study using government regulation No 18 of 1999 on Management of Hazardous and Toxic Waste. Based on the analysis in the laboratory can be seen that three of the six soil samples tested showed the mercury content exceeds the standard, while six samples and six surface water and ground water samples showed mercury levels below this shows the quality standard of surface water and groundwater in the study area not contaminated due to gold mining activities of the people in the area.

    Keywords: People's Gold Mine, Mercury (Hg), Environmental Pollution.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

    berkah dan hidayah-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

    Dampak Penggunaah Hg Pada Penambangan Emas Rakyat Terhadap

    Lingkungan. (Studi kasus di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan

    Kokap Kabupaten Kulon Progo DIY) .

    Adapun tujuan dari penulisan Skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu

    syarat dalam menyelesaikan program studi S-1 Teknik Lingkungan, Fakultas

    Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

    Penelitian ini dilakukan di Dusun Sangon Kecamatan Kokap, Kabupaten

    Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Skripsi ini dapat tersusun berkat kerjasama, bimbingan dan bantuan dari

    berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis

    mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Ir. Suharwanto, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan,

    Fakultas Teknologi Mineral, Univesitas Pembangunan Nasional Veteran

    Yogyakarta

    2. Bapak Ir. Said Fadhillah. A. M.Si., selaku Dosen Pembimbing I. yang

    senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan demi terelesaikannya

    skripsi ini.

    3. Ibu Ir. Dyah Tri Retno, MM., selaku Dosen Pembimbing II. yang juga

    senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan demi terelesaikannya

    skripsi ini.

  • iv

    4. Bapak Prof. Dr. Supranto, SU Selaku dosen Pembahas I. yang senantiasa

    memberikan masukan dan pengarahan demi perbaikan skripsi ini.

    5. Bapak Ir. Peter Eka Rosadi, MT. selaku Dosen Pembahas II yang juga

    senantiasa memberikan masukan dan pengarahan demi perbaikan skripsi ini.

    6. Bapak Ir. Ign. S. Hendrobusono, M.Si., selaku Dosen Wali.

    7. Seluruh staff TU Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta .

    8. Bapak Nurwaji Selaku pemilik Tambang, yang telah memberikan izin dan

    pengarahan sehingga penelitian ini dapat terlaksanakan..

    9. Temanteman di Teknik Lingkungan Angkatan 2005 serta pihak yang tidak

    dapat disebutkan satu-persatu.

    Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

    Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca demi

    kesempurnaan penulisan berikutnya.

    Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah

    ilmu pengetahuan kepada penulis serta semua orang yang membacanya.

    Yogyakarta, Agustus 2011

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ............................................................................. 2 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3

    1.2.1. Keaslian Penelitian ............................................................ 3 1.3. Maksud, Tujuan dan Manfaat penelitian ..................................... 4

    1.3.1. Maksud Penelitian ............................................................. 4 1.3.2. Tujuan ................................................................................ 4 1.3.3. Manfaat .............................................................................. 5

    1.4. Peraturan perundang-Undangan .................................................. 5 1.5. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 7

    1.5.1. Genesa Emas ..................................................................... 7 1.5.2. Usaha Pertambangan Emas Rakyat ..................................... 8 1.5.3.Pengolahan Bijih Emas Dengan Proses Amalgamasi .......... 9 1.5.4. Merkuri (Hg) ....................................................................... 12

    1.5.4.1 Sumber Dan Produksi Merkuri ............................... 12 1.5.4.2. Sumber Dan Bahan Penggunaannya ....................... 13 1.5.4.5. Sifat Fisik Kimia ..................................................... 14 1.5.4.4 Bahaya Utama Terhadap Kesehatan ....................... 15 1.5.4.5.Efek Merkuri (Hg) Terhadap Manusia

    dan lingkungan ......................................................... 16 1.5.4.6. Dampak Merkuri Terhadap Ekonomi ..................... 17 1.5.4.7. Sifat dan kegunaannya ............................................ 17

    1.5.5. Merkuri di Lingkungan Perairan ......................................... 18 1.5.6. Merkuri dalam Tanah .......................................................... 20

    1.6. Lingkup Batas Penelitian ............................................................... 22 1.6.1. Batas Kegiatan ..................................................................... 22 1.6.2. Batas Ekologis ..................................................................... 22 1.6.3. Batas Sosial ......................................................................... 23 1.6.4. Batas Administrasi............................................................... 23

    BAB II. CARA PENELITIAN ....................................................................... 22

    2.1. Metode Penelitian dan parameter Yang Digunakan .................... 22 2.2. Bahan Dan Alat Penelitian .......................................................... 25 2.3. Tahap Penelitian .......................................................................... 26

    2.3.1. Tahap Persiapan ............................................................... 27 2.3.2. Tahap Kerja Lapangan ..................................................... 27

  • vi

    2.3.3. Tahap Kerja Laboraturium .............................................. 31 2.3.4. Tahap Analisis ................................................................. 32

    BAB III. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN ......................................... 34 BAB VI. RONA LINGKUNGAN HIDUP ..................................................... 37

    4.1. Rona Lingkungan Hidup ............................................................. 37 4.1.1. Komponen Geofisik Kimia ................................................ 37

    4.1.1.1. Tipe Iklim ................................................................ 37 4.1.1.2. Bentuk Lahan .......................................................... 40 4.1.1.3. Tanah ....................................................................... 42 4.1.1.4. Batuan ...................................................................... 43 4.1.1.5. Tata Air .................................................................... 44 4.1.1.6. Tata Guna Lahan ..................................................... 44

    4.1.2. Komponen Biotis ............................................................... 45 4.1.2.1. Flora ......................................................................... 45 4.1.2.2. Fauna ....................................................................... 46

    4.1.3. Komponen Sosial............................................................... 47 4.1.3.1. Demografi ................................................................ 47 4.1.3.2. Sosial Ekonomi ........................................................ 47 4.1.3.3. Sosial Budaya .......................................................... 47 4.1.3.4. Kesahatan Masyarakat ............................................. 48

    BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN ................................................... 48 5.1. Pencemaran Lingkungan di Dusun Sangon ................................. 49 5.2. Merkuri Dalam Air Permukaan ................................................... 49 5.3. Hasil Penelitian ............................................................................ 49

    5.3.1. Kadar Hg Dalam Air Pada Daerah penelitian .................. 49 5.3.1.1. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 1 (Hulu) ........ 51 5.3.1.2. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 2 (Tengah) .... 51 5.3.1.3. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 3 (Hilir) ......... 52 5.3.1.4. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 4

    (Sungai Sangon 2) .................................................... 52 5.3.1.6. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 5

    (Sungai Sangon 2) .................................................... 53 5.3.1.7. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 6

    (Sungai Sangon2) ..................................................... 53 5.3.2. Kadar Hg Dalam Air Tanah (Sumur). 54 5.3.3. Kualitas Air Sungai Sangon 1 dan Sangon 2 Berdasarkan

    Sifat Kimia ......................................................................... 55 5.3.3.1. pH (Potensial Hidrogen) ....................................... 55 5.3.3.2. Total Disolved Solid (TDS) .................................. 57 5.3.3.3. Kekeruhan ............................................................. 58

    5.3.4. Merkuri (Hg) Dalam Tanah ............................................... 59

    BAB VI. ARAHAN PENGELOLAAN ............................................................ 61 6.1. Arahan Pengelolaan Teknis ......................................................... 61 6.2. Pendekatan Sosial ekonomi ......................................................... 62 6.3. Pendekatan Institusi ..................................................................... 62

  • vii

    BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 64

    7.1. Kesimpulan .................................................................................. 64 7.2. Saran ............................................................................................ 65

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66

    LAMPIRAN

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian Penulis Dengan Penelitian Terdahulu ...... 4 Tabel 2.1. Bahan Dan Alat Penelitian ............................................................... 25 Tabel 2.2. Data Skunder Yang diperlukan ....................................................... 27 Tabel 2.3. Data Primer Yang diperlukan ........................................................... 28 Tabel 4.1. Data Curah Hujan Bulanan .............................................................. 38 Tabel 4.4. Tumbuh-Tumbuhan di Lokasi Penelitian ......................................... 45 Tabel 4.5. Biota Air di Lokasi Penelitian .......................................................... 46 Tabel 5.6. Biota Darat Dan Unggas di Daerah Penelitian ................................. 46 Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Kadar Hg Pada Air di Daerah Penelitian. ... 50 Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kadar Hg pada Air Tanah di Daerah Penelitian 55 Tabel 5.3. Hasil Pengukuran pH pada Air sungai di Daerah Penelitian .......... 57 Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Kadar TDS pada Air di Daerah Penelitian ........ 57 Tabel 5.5. Nilai Kekeruhan pada Air di Daerah Penelitian ............................... 58 Tabel 5.6. Hasil Kadar Hg pada Tanah di Daerah penelitian........................... 60

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Diagram Alir Pengolahan Emas .................................................... 9 Gambar 1.2. Mesin Gelondong ........................................................................... 9 Gambar 1.3. Terowongan Penambangan ............................................................ 9 Gambar 2.1. Diagram Alur Penelitian ................................................................ 26 Gambar 2.2. Diagram Pengambilan Sampel ....................................................... 30 Gambar 3.1. Pembuangan Limbah Secara Langsung di Permukaan Tanah ...... 35 Gambar 3.2. Pembuangan Limbah Melalui Parit ............................................... 35 Gambar 3.3. Diagram Alur pikir Penelitian ........................................................ 36 Gambar 4.1. Grafik Rata-Rata Curah Hujan Bulanan Tahun 1999-2008 ........... 37 Gambar 4.2. Grafik Rata- Rata Curah Hujan Harian Tahun 1999-2008 ............ 40 Gambar 4.3. Kenampakan Solum Tanah Daerah Penelitian ............................... 42 Gambar 4.4. Singkapan Batuan Andesit di Daerah Penelitian............................ 43 Gambar 4.5. Sungai Daerah penelitian ............................................................... 44 Gambar 4.6. Tanaman Kelapa Daerah Penelitian ............................................... 45 Gambar 4.7. Beberapa Jenis Hewan Ternak Non Unggas .................................. 56

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Peta Batas Penelitian, Ekologis dan Batas Sosial Lampiran 2 Peta Batas Administrasi Lampiran 3 Peta Geologi Lampiran 4 Peta Penggunaan Lahan Lampiran 5 Peta Pengambilan Sampel Air Lampiran 6 Peta Pengambilan Sampel Tanah Lampiran 7 Peta Kemiringan Lereng Lampiran 8 Peta Topografi Lampiran 9 Peta Catchment Area (Daerah Resapan Air Hujan) Lampiran 10 Peta Flownet (Arah Aliran Air Bawah Tanah) Lampiran 11 Hasil Analisis Laboraturium

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Lingkungan hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan

    dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

    kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

    lainnya.(Anonim, 2009). Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, industri dan

    pemakaian produk telah menghasilkan bahan buangan dalam jumlah besar,

    perkembangan industri yang semakin meningkat berdampak positif pada manusia dalam

    mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namun dari kegiatan industri juga tidak

    luput dari dampak negatif yang berakibat buruk terhadap lingkungan, karena adanya

    bahan sisa (limbah) sebagai hasil samping dari kegiatan industri.

    Usaha pertambangan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat sering dianggap

    sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh penambangan

    emas skala kecil atau tambang emas rakyat. Pengolahan bijih dilakukan dengan proses

    amalgamasi dimana merkuri (Hg) digunakan sebagai media pengikat emas. Merkuri

    banyak digunakan sejak lama oleh para penambang emas, mengingat sifat merkuri yang

    berbahaya dan termasuk dalam bahan berbahaya dan beracun (B3) maka dampak logam

    ini perlu diperhatikan dan diawasi sehingga penanganannya dapat dilakukan sedini

    mungkin dan terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu

    dilakukan perbaikan sistem pengolahan yang dapat menekan jumlah limbah merkuri

    akibat dari pemurnian emas. Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka perlu diadakan

  • 2

    pendekatan dalam pengelolaan tailing yang berwawasan lingkungan dan sekaligus

    peningkatan efesiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan .(Bambang

    Tjahjono Setiabudi, 2005).

    Merkuri (Hg) menjadi bahan pencemar sejak manusia mengenal industri,

    kemudian menggali sumberdaya alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin

    untuk kebutuhannya. Jika merkuri terdapat dalam tanah melebihi 0,15mg/liter artinya

    berbahaya bagi mahluk hidup, kenyataan ini menunjukkan bahwa manusialah yang telah

    menciptakan suatu bentuk lingkungan yang tidak seimbang (tercemar) sebagai efek dari

    kemajuan perindustrian dan pertanian yang telah dicapai.(Wardoyo,1981)

    Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri (Hg) dan logam-logam lain ke

    lingkungan umumnya berasal dari aktifitas gunung api, rembesan air tanah yang

    melewati deposit merkuri dan lainnya. Namun demikian, makin banyak sumber

    keberadaan merkuri (Hg) di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan secara

    alamiah, tidaklah menimbulkan efek yang merugikan bagi lingkungan karena dapat di

    tolerir oleh alam itu sendiri (Palar, 1994)

    1.2. Rumusan masalah

    Berbagai masalah lingkungan yang timbul dalam pembangunan dewasa ini

    berpangkal dari ketidakmampuan manusia mengatur, menata dan mengawasi

    perkembangan sumberdaya dalam ruang dan waktu yang berjalan secara dinamis.

    Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata

    lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan

    kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-

  • 3

    benda asing (seperti sampah, limbah industry, minyak, logam dan sebagainya) sebagai

    akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi

    seperti semula (Susilo, 2003). Penambangan emas rakyat yang menggunakan merkuri

    pada proses pengolahan emas tentunya berpotensi mengakibatkan pencemaran

    lingkungan khususnya pencemaran tanah, air permukaan (sungai) dan air bawah tanah.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang

    dapat dirumuskan adalah:

    Apakah penggunaan merkuri (Hg) pada proses Pengolahan emas di Dusun Sangon mencemari lingkungan?

    Berapakah kadar merkuri pada tanah, air permukaan (sungai) dan air bawah tanah khususnya di Dusun Sangon Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon

    Progo Propinsi DIY.

    Dari pemikiran di atas penulis tertarik untuk meneliti masalah yang

    berkaitan dengan dampak penggunaan Hg terhadap kualitas lingkungan, dalam hal ini

    penulis mengambil judul Dampak Penggunaan Hg Pada Penambangan Emas

    Rakyat Terhadap Llingkungan di Dusun Sangon, Kecamatan Kokap, Kabupaten

    Kulon Progo.

    1.2.1. Keaslian penelitian

    Penelitian mengenai dampak penggunaan merkuri (Hg) terhadap

    lingkungan sekitar baik lingkungan biotik, abiotik maupun komponen

    sosial telah banyak ditekuni oleh para peneliti. Untuk itu sebagai

    perbandingan penelitian mengenai Dampak Penggunaan Hg Pada

    Penambangan Emas Rakyat Terhadap Lingkungan Dusun Sangon,

  • 4

    Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Maka penulis menguraikan

    studi dari penelitian terdahulu dalam bentuk tabel 1.1

    Tabel 1.1 Perbandingan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu

    No Nama Judul Tahun Instansi 1. 2.

    Ahmad Hadi Sofyan BambangTjahjono Setiabudi

    Penggunaan Elektrokinetik Untuk remidiasi tanah tercemar Hg, Dusun Plampang 2. Kecamatan Kokap Pendataan Penyebaran Merkuri Di Kecamatan Kokap

    2002

    2005

    STTL Yogyakarta Badan Konservasi Geologi Yogyakarta

    1.3. Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1. Maksud penelitian

    1. Memenuhi salah satu syarat akademik yang ditetapkan oleh Program Studi

    Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta.

    2. Melatih kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian berdasarkan ilmu

    yang didapat dari Program Studi Teknik Lingkungan UPN Veteran

    Yogyakarta.

    1.3.2. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan merkuri (Hg)

    pada lingkungan, meliputi lingkungan biofisik, Dusun Sangon, Kecamatan

    Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY.

  • 5

    2. Untuk mengetahui kadar merkuri pada lingkungan khususnya tanah, air

    permukaan (sungai) dan air tanah di Dusun Sangon Kecamatan Kokap

    kabupaten Kulon Progo, DIY.

    1.3.3. Manfaat Penelitian

    1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai gambaran

    mengenai dampak yang ditimbulkan dari adanya penggunaan merkuri (Hg)

    pada pertambangan emas rakyat.

    2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi

    Pemerintah Daerah (PEMDA) kabupaten Kulon Progo untuk mengambil

    kebijakan sehubungan dengan dampak yang diakibatkan dari penggunaan

    merkuri (Hg)

    3. Dapat memberikan arahan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan

    kelestarian fungsi lingkungan khususnya lingkungan disekitar daerah

    penambangan dan pengolahan emas.

    1.4. Peraturan Perundang-Undangan

    Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

    Undang-Undang

    1. Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    2. Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 2004 tentang Sumber

    Daya Air.

  • 6

    3. Undang-Undang Republik indonesia No 4 Tahun 2009 Tentang

    Pertambangan Mineral Dan Batubara

    Peraturan Pemerintah

    1 Peraturan Pemerintah No 18. tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah

    Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

    2 Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air.

    3 Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian

    Pencemaran Air.

    4 Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan

    Penambangan Mineral dan Batubara.

    5 Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Air Bersih.

    Keputusan Presiden

    1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 10 Tahun 2000 tentang

    Pengendalian Dampak Lingkungan.

    Keputusan Menteri

    1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/IX/1990 tentang

    Baku Mutu Air Bersih.

    2. Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No 22 Tahun 2008 tentang

    Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran Dan/Atau Kerusakan

    Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat.

  • 7

    Peraturan Daerah

    1. Peraturan Gubernur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air

    Bersih.

    2. Peraturan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo No 12 tahun 2008 tentang

    Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Air.

    1.5. Tinjauan Pustaka

    1.5.1. Genesa Emas

    Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di

    permukaan bumi. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme

    kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis

    menghasilkan endapan placer. Emas terdapat di alam dalam dua tipe endapan.

    Pertama, sebagai urat dalam batuan beku yang kaya besi dan berasosiasi dengan

    urat kuarsa. Kedua, sebagai endapan placer, yaitu emas dari batuan asal yang

    tererosi dan terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena memiliki berat

    jenis tinggi. Salah satu cara yang digunakan untuk mencari bijih atau cebakan

    emas adalah mengikuti urat emas dan cara pengeboran. Terdapat dua jenis bijih

    emas di alam, yaitu bijih emas primer dan bijih emas skunder.

    Bijih emas primer adalah bijih emas yang terkait dengan bebatuan dan

    menyebar rata. Bijih emas primer biasanya banyak ditemukan di urat emas dan

    bebatuan atau pada lingkungan pengendapan tempat mineral tersebut terbentuk.

    Bijih emas skunder adalah bijih emas yang berbentuk butiran lepas yang berasal

    dari bijih emas primer. Pada umumnya bijih emas skunder berada di permukaan

  • 8

    bumi ataupun aliran sungai kemudian diendapkan dan berasosiasi dengan bebatuan

    atau pasir yang ada di tempat tersebut. Endapannya disebut dengan endapan placer

    (Yanto Indonesianto dan Dwi Zaini Arifin, 2010).

    1.5.2. Usaha Pertambangan Emas Rakyat

    Usaha pertambangan emas rakyat adalah suatu usaha pertambangan emas

    yang dilakukan oleh masyarakat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong

    royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri.(Anonim, 2008)

    Kegiatan pertambangan emas primer secara tradisonal yang dilakukan oleh

    masyarakat dicirikan oleh teknik axplorasi dan exploitasi yang sederhana dan

    relatif murah. Untuk pekerjaan penggalian atau penambangan masyarakat

    menggunakan alat tradisonal yang sederhana seperti, cangkul, linggis, gancok,

    palu, dan beberapa alat tradisional lainnya. Batuan dan urat kuarsa yang

    mengandung emas hasil penambangan di tumbuk (diperkecil) hingga berukuran 1-

    2 cm kemudian digiling dengan alat yang dinamakan gelondong yang berukuran,

    panjang 50-60 cm dan diameter 30cm dengan alat penggiling 4-5 batang besi.

    Bijih seberat 5-10 kg dimasukkan ke dalam mesin gelondong, bersamaan dengan

    merkuri dan diputar selama beberapa jam untuk membentuk amalgam, setelah

    proses penggilingan dengan mesin gelondong, amalgam dikeluarkan dan disaring

    menggunakan kain parasut. Pada proses penyaringan lumpur dan air yang masih

    mengandung merkuri terbuang atau lolos dari penyaringan sedangkan emas yang

    masih diselimuti oleh merkuri tertinggal atau tidak lolos dari penyaringan, setelah

    proses penyaringan kemudian dilanjutkan dengan proses pembakaran untuk

  • B

    PengeciUkura

    Batuan

    menda

    pengo

    Beriku

    gelond

    G

    ilan an

    apatkan em

    lahan emas d

    ut adalah

    dong) dan te

    Gambar 1.2 Me

    Mesin Gelunding

    Air + Merku

    mas (Bamba

    disajikan da

    Gamba

    gambar ala

    rowongan (a

    esin gelondong

    Ama

    uri

    ang Tjahjon

    lam bentuk d

    ar 1.1 Diagram

    at yang di g

    adit) tempat

    g

    algam

    no Setiabu

    diagram

    m pengolahan em

    gunakan un

    pengambila

    Gamb

    Proses Penyaringan

    Tailing

    udi, 2005).

    mas

    ntuk mengol

    an bahan gali

    bar 1.3.Terow

    Bullio

    Berikut p

    lah emas (m

    ian.

    ongan penamb

    on Pe

    9

    proses

    mesin

    bangan

    Proses embakaran

    Emas

  • 10

    1.5.3. Pengolahan Bijih Emas Dengan Proses Amalgamasi

    Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana

    dan murah. Amalgamasi efektif untuk bijih emas yang berkadar tinnggi yang

    mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron), juga untuk membentuk emas

    murni yang bebas.

    Amalgamasi adalah proses pengikatan atau penyelaputan logam emas

    dari bijih emas oleh merkuri/air raksa (Hg) menggunakan yang disebut

    gelundung (amalgamator) sehingga terbentuk amalgam (Au-Hg).

    Amalgamator berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi dan berperan

    mereduksi ukuran butir bijih dari yang berbutir kasar (1cm) hingga berbutir

    halus (80-200 mesh) menggunakan media gerus berupa lempeng/batang besi

    bekas rel. Amalgamator diputar menggunakan tenaga penggerak air sungai

    melalui kincir atau tenaga listrik (dinamo). Selanjutnya dilakukan pencucian

    dan pendulangan terhadap hasil amalgamasi untuk memisahkan amalgam

    (perpaduan logam emas perak) dengan (Hg) dari tailing.

    Amalgam yang diperoleh kemudian diproses melalui pemanggangan

    untuk memperoleh perpaduan logam emas-perak. Apabila amalgamnya

    dipanaskan, akan terurai dengan elemen-elemen air raksa dan emas mentah.

    Amalgam dapat terurai dengan pemanasan didalam sebuah tabung yang

    disebut retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari

    kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara itu, Au-Ag tetap tertinggal di

    dalam retort sebagai logam. Selanjutnya, dilakukan pemisahan logam emas

    (Au) dari logam perak (Ag) menggunakan merkuri. Proses amalgamasi

  • 11

    merupakan proses kimia fisika (Yanto Indonesianto dan Dwi Zaini Arifin,

    2010).

    Prasetyo (2010) mengemukakan ekstraksi amalgam yang baik adalah

    sebagai berikut.

    1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan

    penambangan.

    2. Dilakukan pada lokasi khusus untuk meminimalkan penyebab

    pencemar bahan berbahaya akibat peresapan ke dalam tanah, terbawa

    aliran air permukaan maupun gas yang terbawa oleh angin.

    3. Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi untuk mengolah

    seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.

    4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak

    berada pada daerah banjir.

    5. Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.

    1.5.4. Merkuri (Hg)

    Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydrargyrum yang

    berupa dan berwarna perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada

    tabel periodika unsur-unsur kimia menempati urutan ( NA ) 80 dan mempunyai

    bobot atom (BA200.59), merkuri sudah dikenal oleh manusia semenjak manusia

    mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar (HgS) yang

    mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%

    HgS +

  • 12

    Air Raksa/merkuri sangat beracun, karena sifatnya yang sangat beracun,

    maka U.S. Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai

    Ambang Batas kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air, yaitu

    sebesar 0,005 ppm. Nilai Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan

    kimia, dalam hal ini Air raksa/merkuri dianggap belum membahayakan bagi

    kesehatan manusia. Bila dalam air, kadar merkuri sudah melampaui Nilai Ambang

    Batas, maka air yang diperoleh dari tempat tertentu dinyatakan berbahaya

    (Wardoyo,1981)

    1.5.4.1 Sumber Dan Produksi Merkuri (Hg)

    Untuk dapat masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan, merkuri

    (Hg) dapat masuk dari bermacam jalur dan bermacam-macam sumber,

    secara global sumber masuknya unsur logam Hg dalam tatanan lingkungan

    adalah secara alamiah dan non alamiah.

    Secara alamiah, Hg dapat masuk kedalam suatu tatanan

    lingkungan sebagai akibat dari berbagai peristiwa lingkungan. Unsur ini

    dapat bersumber dari kegiatan-kegiatan gunung api rembesan air tanah yang

    melewati daerah deposit mekuri. Sumber lain adalah debu-debu dan atau

    partikel-partikel Hg yang ada dalam lapisan udara yang di bawah turun oleh

    air hujan. Melalui jalur non alamiah Hg masuk kedalam tatanan lingkungan

    sebagai akibat dari kegiatan manusia. Jalur dari kativitas manusia ini untuk

    memasukkan Hg kedalam tatanan lingkungan ada bermacam-macam pula.

    Sebagai contoh adalah buangan sisa industri yang memakai Hg dalam proses

    produksinya, industri pulp (bubur kayu) dan kertas merupakan sumber

  • 13

    terbesar pencemaran merkuri, dari industri pertanian yang menggunakan

    senyawa merkuri sebagai anti jamur dimana dari areal pertanian ini sebagian

    merkuri akan terlarut dan sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah.

    Pada umumnya, merkuri (Hg) diperoleh dari hasil penambangan.

    Sejumlah penelitian yang telah dilakukan bahwa setiap Batu bara rata-rata

    mengandung 1 ppm merkuri jumlah ini kelihatan sangat kecil sekali, tetapi

    penambangan dan pemakaian batubara di dunia sangat besar. Sampai tahun

    1970 diperkirakan penggunaan batubara telah mencapai 5 10 ton.

    Keadaan ini menunjukan bahwa minimal 5000 ton merkuri telah dilepas

    kedalam lingkungan. Selanjutnya air buangan dari suatu laboraturium

    disinyalir ternyata juga mengandung merkuri. Keadaan ini memungkinkan

    karena terdapatnya senyawa merkuri dalam regen yang banyak dipakai di

    laboraturium-laboraturium (Palar 1994).

    1.5.4.2. Sumber Dan Bahan Penggunaannya

    Merkuri (air raksa, Hg) adalah suatu jenis logam yang banyak

    ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, bijih tambang, tanah, air

    dan udara sebagai senyawa organik dan anorganik. Umumnya kadar dalam

    tanah, air dan udara relatif rendah berbagai aktivitas manusia dapat

    meningkatkan kadar ini misalnya aktivitas penambangan yang dapat

    menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton /tahun. Pekerja yang mengalami

    pemaparan terus menerus terhadap kadar 0,05 Hg mg /, udara

    menunjukkan gejala non spesifik berupa neutratenia, sedangkan pada kadar

  • 14

    0,1 0,2 menyebabkan Tremor (Penyakit gemetar). Dosis fatal gram

    merkuri adalah 1 gram (Chandra, 2005).

    1.5.4.3. Sifat Fisik Kimia

    Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal

    berbentuk cairan berwarna abu-abu tidak berbau dengan berat molekul

    200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen

    bromida dan hidrogen iodide, larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas

    dan lipid (lemak). Tidak tercampur dalam oksidator halogen, bahanbahan

    yang mudah terbakar, logam asam, logam carbide dan amine.

    Toksitas (bahaya) merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya,

    misalnya merkuri inorganik bersifat toksis pada ginjal, sedangkan merkuri

    organik seperti metil merkuri bersifat toksis pada syaraf pusat.

    Dikenal 3 jenis merkuri (Hg) yaitu:

    1. Merkuri elemental (Hg): Terdapat dalam gelas termometer, tensimeter

    air raksa, amalgam gigi, alat elektrik batu batrai dan cat. Juga di

    gunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan

    desinpektan serta untuk produksi klorin dan sodium klorida.

    2. Merkuri inorganik: dalam bentuk(mercuric) dan

    (mercurous). Misalnya merkuri klorida ( HgC12) termasuk bentuk Hg

    inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai

    disenfektan. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk

    teething powder dan laksansia (calomel), Mercurous fulminate yang

    bersifat mudah terbakar

  • 15

    3. Merkuri organik: terdapat dalam bentuk metil merkuri dan etil

    merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai

    sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan

    yang tercemar zat merkuri dapat menyebabkan gangguan netrologis

    dan kogenital. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang

    dijumpai atau digunakan sebagai anti septik dan fungisida (Lina

    Warlina, 1997).

    1.5.4.4. Efek merkuri (Hg) Terhadap Manusia dan Lingkungan

    Sebagian besar merkuri yang terdapat di alam ini dihasilkan oleh

    sisa industri dalam jumlah 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan

    merkuri sangat luas dimana 3.000 jenis kegunaan dalam industri

    pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan obat-obatan yang

    digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan insektisida

    untuk pertanian (Kristoni 2006)

    Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metil maupun

    bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan

    kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal ( Kristoni, 2006 )

    Efek toksitas merkuri tergantung pada bentuk komposisi merkuri,

    jalan masuknya ke dalam tubuh, dan lamanya berkembang. Contoh adalah

    bentuk merkuri (HgCl2) lebih toksik dari pada bentuk merkuri (HgCl). Hal

    ini desebabkan karena bentuk divalent lebih mudah larut dari pada bentuk

    monovalen. Disamping itu, bentuk HgCl2 juga cepat dan mudah diabsorbsi

    sehingga daya toksitasnya lebih tinggi (Kristoni, 2006).

  • 16

    1.5.4.5. Dampak Merkuri Terhadap Ekonomi

    Dampak Ekonomi yaitu Penurunan hasil panen karena berkurang

    produksi pertanian berarti pendapatan menurun, ikan dan hasil sungai

    lainnya yang terkontaminasi tidak dapat dipasarkan, sehingga mengurangi

    pendapatan dari sektor perikanan, Biaya untuk program kesehatan dan

    pendidikan khusus akan meningkat.

    1.5.4.6. Sifat Dan Kegunaannya Merkuri (Hg)

    Menurut (Wardoyo,1981) Secara umum logam Hg memiliki sifat-

    sifat sebagai berikut:

    1. Berujud cair pada suhu kamar 25C dengan titik beku paling rendah sekitar

    -39C

    2. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan

    logam-logam lainnya.

    3. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah. Sehingga menempatkan

    merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.

    4. Dapat melarutkan bermacam-macam logam yang membentuk alloy yang

    disebut juga dengan amalgam.

    5. Merupakan unsur yang sangat beracun, baik itu unsur tunggal (logam)

    maupun dalam bentuk persenyawaan.

    Dalam keseharian penggunaan merkuri dalam bermacam - macam

    perindustrian, untuk keperluan-keperluan peralatan elektrik, digunakan untuk alat

    ukur, dalam dunia pertanian dan keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian

  • 17

    merkuri, mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan

    merkuri.

    1.5.5. Merkuri di Lingkungan Perairan

    Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh

    limbah industri (industrial wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan

    senyawa-senyawa merkuri pada bidang pertanian. Merkuri dapat berada dalam

    bentuk metil, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organik. keberadaan

    merkuri di perairan dapat disebabkan karena kegiatan industri misalnya pabrik

    cat, kertas, peralatan listrik dan oleh faktor alam itu sendiri melalui proses

    pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi. Namun pencemaran merkuri

    disebabkan oleh kegiatan alamiah pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi

    tidak terlalu berarti (signifikan)

    Diantara beberapa sumber polutan yang menyebabkan penimbunan

    merkuri di lingkungan perairan, menurut Mandlli di dalam Portmann (1976).

    yang terpenting adalah industri penambang logam, industri bijih besi, termasuk

    metal plating yang memproduksi bahan kimia baik organik maupun anorganik

    dan offshore dumping sampah domestik lumpur dan lain-lain. Merkuri yang

    terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktifitas

    mikroorganis memenjadi komponen methyl merkuri (CH3-Hg) yang memiliki

    sifat racun dan daya ikat yang kuat di samping kelarutannya yang tinggi terutama

    dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi

    melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-

    hewan air,sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik

  • 18

    bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang makan hasil tangkap

    hewan-hewan air tersebut.

    Sanusi (1980) mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi

    merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri

    (up take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses

    ekresi. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh

    terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil

    dalam sedimen. Fluktuasi merkuri di lingkungan laut, terutama di daerah

    estuari dan daerah pantai ditentukan oleh proses precification, sedimentation,

    floculation dan reaksi adsorpsi desorpsi. Berikut tabel Beberapa kadar Hg yang

    diperbolehkan menurut peraturan pemerintah yang ada di Indonesia.

    1.5.6. Merkuri Dalam Tanah

    Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia

    masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi

    karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial

    penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan

    sub-permukaan, kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah,

    air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung

    dibuang ke tanah dengan tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

    Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,

    maka ia (zat beracun) dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam

    tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat

    kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung

  • 19

    kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mecemari air tanah yang ada di

    bawahnya dan udara yang berada di atasnya (Tejoyuwono, 1996).

    Pencemaran tanah dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.

    Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia

    beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat

    menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan

    antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat

    memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi

    akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan

    tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,

    bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-

    kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.

    Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada

    burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian

    anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

    Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang

    pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat

    menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak

    mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki

    waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan

    terbentuk dari bahan pencemar tanah utama (Soekarto,1985).

  • 20

    1.6. Lingkup Batas Daerah Penelitian

    Kegiatan penelitian berlokasi di Dusun Sangon. Dimana di lokasi ini terdapat

    penambangan emas yang dilakukan secara tradisional oleh masyarakat. Dalam

    lingkup studi ini, wilayah studi terdiri atas batas kegiatan, batas ekologis,batas

    sosial dan batas administrasi.

    1.6.1. Batas Kegiatan

    Batas tapak proyek merupakan ruang dimana aktivitas penelitian pada

    penambangan emas rakyat berlangsung, mulai dari kegiatan survey, sampling air

    permukaan, air tanah dan tanah. Dari kegiatan inilah dapat dilihat dan dianalisis

    dampak penggunaan Hg pada penambangan emas rakyat terhadap lingkungan,

    pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo

    Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY. Meliputi Sungai, sumur

    warga dan tanah. Peta batas kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

    1.6.2. Batas Ekologis

    Merupakan daerah di sekitar penambangan emas rakyat. Dusun Sangon,

    Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah

    Istimewah Yogyakarta. Batas ekologis ini meliputi daerah-daerah yang merupakan

    daerah aliran Sungai Sangon yang kemungkinan tercemar akibat aktivitas

    penambangan emas rakyat di wilayah tersebut. Peta batas ekologis dapat dilihat

    pada Lampiran 1.

  • 21

    1.6.3. Batas Sosial

    Batas sosial adalah ruang di sekitar lokasi rencana kegiatan yang

    merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung

    norma dan nilai-nilai tertentu yang sudah mapan. Dalam hal ini batas sosial

    meliputi keadaan sosial ekonomi budaya yang diperkirakan akan terpengaruh

    oleh kegiatan penambangan emas rakyat. Batas sosial ini mencangkup wilayah

    atau pemukiman penduduk sekitar Areal penambangan emas rakyat.

    1.6.4. Batas Administrasi

    Daerah Sangon, Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten

    Kulon Progo terletak di bagian paling barat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Dapat ditempuh dari Kota Yogyakarta selama 1,5 jam, menempuh perjalanan darat

    menggunakan sepeda motor atau mobil. Secara geografis terletak antara 7 38 42

    LS - 7 59 03 LS dan 110 01 37 BT - 110 16 26 BT. Dengan batas-batas

    sebagai berikut.

    Sebelah Utara : Berbatasan dengan Dusun Plampang II

    Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Hargomulyo

    Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Purworejo

    Sebelah Timur : Berbatasan dengan Dusun Papak

    Letak dan luas daerah penelitian merupakan area sekitar Dusun Sangon dengan

    wilayah seluas 73,79 km2. Peta batas administrasi dapat dilihat pada Lamipran 2.

  • 24

    BAB II

    CARA PENELITIAN

    2.1 Metode Penelitian Dan Parameter Yang Digunakan

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan metode analisis.

    Metode survey yaitu metode untuk memperoleh data lapangan dengan cara pengamatan,

    pengukuran dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.

    Sedangkan Metode analisis yang digunakan terhadap data yang diperoleh yaitu melalui

    analisis laboratorium yaitu menganalisis zat yang terkandung di dalam air permukaan,

    air tanah dan tanah yang telah diambil sampelnya.

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

    sekunder. Data primer adalah data hasil pengukuran dan pengamatan langsung di

    lapangan, analisis sifat kimia dari sampel air permukaan, air bawah tanah di

    laboratorium dan data kimia tanah. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang

    terkait dengan wilayah penelitian.

    Data primer meliputi :

    a. Parameter lapangan dan pengujian kualitas air di laboratorium pada Sungai

    Sangon mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Baku

    Mutu Kualitas Air. Diantara parameter-parameter yang tercantum dalam

    lampiran PP. No. 82 Tahun 2001 yang berjumlah 39 parameter, baik dari

    parameter fisika, kimia, dan biologi hanya beberapa yang diambil yaitu, pH,

    Kekeruhan, TDS (Total Dissolved Solids) dan Kadar Hg berdasarkan zat

  • 25

    pencemar yang ditimbulkan oleh sumber pencemar yang berada pada lokasi

    penelitian.

    b. Data kualitas tanah dan air dari hasil uji Laboratorium

    Data sekunder meliputi :

    1. Data curah hujan

    2. Peta-peta meliputi: peta topografi, peta adminitrasi, peta geologi, peta

    penggunaan lahan.

    2.2. Bahan Dan Alat Penelitian

    Tabel 2.1 Alat dan Bahan Pendukung Penelitian

    No Perlengkapan penelitian Kegunaan Hasil

    1 Bahan A. Peta topograpi B. Peta administrasi skala

    1:50.000 C. Peta Geologi skala

    1:25.000

    Mengetahui lokasi penelitian

    Peta tafsiran dan peta dasar (untuk di lapangan an pembuatan peta tematik

    2 Data Curah hujan daerah penelitian

    Menentukan iklim pada daerah penelitian

    Iklim daerah penelitian

    3 Peralatan lapangan a.Global Positioning System (GPS)

    Menentukan lokasi atau posisi geografis

    Data pembuatan peta tematik

    b.Botol Plastik dan kantung plastik

    Sampling air dan tanah Bahan uji laboratorium

    d.Alat tulis-menulis Pencatatan data Informasi data tertulis

    e.Kamera Memotret kondisi lapangan

    Informasi pendukung untuk penelitian

    4 Laboraturium a.Untuk menganalisis

    kadungan merkuri dalam air dan tanah

    b.Menganalisis

    pH,TDS,Kekeruhan, Suhu,Hg

    Mengetahui kualitas air dan tanah daerah penelitian(Kandungan merkuri)

    Kualitas airtanah daerah penelitian

    5 Alat Tulis,komputer Penulisan,dan pembuatan peta

    Karya Ilmiah

  • 26

    2.3 Tahap Penelitian

    Studi Literatur Peta RBI & Geologi

    Survey Lapangan

    Pengumpulan Data

    Pengumpulan Data

    TAHAP KERJA LAPANGAN

    Rekomendasi

    Tanah (soil) Air (Water)

    Hg pH, TDS,Kekeruhan Hg

    1. Data Biotis/Abiotis 2. Data Sosekbud 3. Data Kesmas 4. Data Geografis 5. Peta RBI & Geologi

    Pengambilan Koordinat GPS

    Dokumentasi

    Pengecekan Hg dalam tanah Pengecekan Kualitas pH, Hg & TDS, Kekeruhan

    Hasil uji Laboratorium

    Pengolahan Data Primer & sekunder

    Analisis Dampak Penggunaan Hg terhadap Lingkungan Biogeofisik dan Lingkungan Sosial

    TAHAP ANALISIS DATA DAN

    PEMBUATAN HASIL LAPORAN

    TAHAP KERJA LABORATORIUM

    Gambar 2.1. Diagram Alur Penelitian

  • 27

    2.3.1. Tahap Persiapan

    Dalam teknik pengumpulan data yang akan digunakan untuk memperoleh

    data primer dan data sekunder, penelitian akan dilakukan melalui beberapa

    tahapan, yaitu:

    a. Studi pustaka, dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan

    dengan penelitian yang akan dilakukan. Studi pustaka mencakup

    penelusuran literatur-literatur, jurnal ilmiah, hasil penelitian terdahulu, buku,

    maupun peta-peta tematik

    b. Pengurusan izin penelitian, dilakukan untuk mendapatkan izin resmi

    melakukan penelitian dari instansi instansi yang terkait.

    c. Penyiapan perlengkapan (alat dan bahan) penelitian untuk dilapangan dan

    studio.

    d. Pembuatan peta tematik sementara dari data sekunder yang nantinya akan

    dicek di lapangan untuk penyempurnaan.

    2.3.2. Tahap Kerja Lapangan

    a. Pengumpulan Data Sekunder

    Tabel 2.2 Data Skunder Yang diperlukan

    No Data Skunder Instansi Terkait

    1. Data Biofisik BAPEDA Kabupaten Kulon Progo

    a.Iklim Dan hidrologi b.Tanah

    2. Data Biotis

    BAPEDA Kabupaten Kulon Progo

    3.

    Data sosekbud

    Kantor Kelurahan Kalirejo

  • 28

    b. Pengumpulan Data Primer

    Tabel 2.3 Data Primer Yang diperlukan

    No Parameter Unsur Parameter 1. Air Sifat kimia,Hg, Kekeruhan, TDS 2 Tanah dan air tanah Merkuri (Hg)

    Kegiatan dilapangan dilakukan untuk mengetahui dampak penggunaan

    Merkuri (Hg) tehadap lingkungan biofisik meliputi lingkungan biotik dan abiotik,

    pada daerah penelitian dengan cara sebagai berikut.

    1. Pengambilan Sampel

    Data primer diperoleh dari pengambilan sampel di lapangan yang

    terdiri dari sampel air permukaan, air tanah dan sampel tanah. Pemilihan

    sampel pada penelitian ini menggunakan sistem random sampling yaitu dengan

    cara acak pertimbangan tersebut berdasarkan arah aliran air sungai, letak atau

    lokasi pengolahan emas dan arah aliran air bawah tanah.

    Pengambilan sampel dilakukan pada titik yang dianggap dapat

    mewakili yaitu pada tanah di sekitar tempat pemrosesan bijih serta sungai

    sebagai tempat pembuangan akhir, kali ini akan menggunakan 6 titik sampel

    untuk uji kualitas air sungai (air permukaan) 5 titik untuk pengujian air tanah

    dan 6 titik untuk uji kualitas tanah. Uji kualitas air dan tanah akan dilakukan

    satu kali dimana akan dilakukan ulangan untuk sampel yang terbukti melebihi

    nilai baku mutu atau peraturan pemerintah, sebagai pembanding dalam

    penelitian ini menggunakan peraturan pemerintah No 18 tahun 1999 tentang

    Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Pengambilan ulangan

  • 29

    akan dilakukan untuk jarak 50 m dari sampel yang terbukti tercemar. Peta titik

    pengambilan sempel dapat dilihat pada Lampiran 3.

    2. Pengambilan Data sosial Kependudukan

    Pengambilan data sosial kependudukan dapat dilakukan dengan dua cara

    yaitu, wawancara dan kuisioner akan tetapi dalam penelitian ini pengambilan

    data keadaan sosial kependudukan akan dilakukan dengan metode wawancara.

    Pengambilan data sosial kependudukan tujuannya adalah untuk mengetahui

    dampak atau keadaan sosial penduduk di daerah penelitian dengan adanya isu

    pencemaran merkuri pada daerah tempat tinggal mereka.

    3. Survey Lapangan

    Survey lapangan meliputi pengumpulan data dan informasi, di daerah

    penambangan dan pengelolaan emas khususnya pada daerah penelitian yaitu

    Dusun Sangon Kecamatan, Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Pengumpulan data

    dilakukan dengan cara pemantauan lansung kondisi geologi dan lokasi tambang

    serta menggali informasi dari para penambang dan masyarakat pada lokasi

    penambangan tersebut. Pengukuran geografis dan letak mesin gelundung

    dilakukan dengan menggunakan GPS.

    4. Perlakuan Sampel di Lapangan

    Dalam perlakuan sampel dilapangan, beberapa kegiatan berikut ini perlu

    dilakukan pemeriksaan kualitas air dan tanah di lapangan. Parameter yang dapat

    berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan, maka pemeriksaannya harus

  • 30

    dikerjakan di lapangan. Parameter tersebut antara lain : suhu, pH, alkalinity,

    asiditi, oksigen terlarut dan penetapan gas lainnya.

    Keterangan: : Input : Output :Proses

    Gambar 2.2. Diagram Pengambilan Sampel

    Pengambilan Sampel Air Sungai, air sumur dan

    Tanah

    Uji Laboraturium (Hg, Ph, TDS,

    Kekerujan

    Data Kualitas Air Permukaan, Air Tanah dan Tanah

    Standarisasi berdasarkan PP No 18Tahun 1999 dan

    Tingkat Evaluasi

    Sesuai Cukup Sesuai

    Tidak sesuai

  • 31

    2.3.3. Tahap Kerja Laboratorium

    Tahap kerja laboratorium dilakukan untuk mengetahui kualitas dari

    sampel air dan tanah yang diambil dari lokasi penelitian, dari hasil laboratorium ini

    dapat diketahui kandungan unsur kimia yang terlarut dalam air dan tanah pada

    daerah penelitian. Parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya

    merkuri (Hg) adalah sifat fisik dan sifat kimia dari air permukaan (sungai), air tanah

    (sumur) dan tanah dengan mempertimbangkan karakteristik limbah yang dapat

    diperkirakan berdasarkan komposisi penyusun bahan limbah. Dengan demikian

    analisa laboratorium hanya mencakup beberapa parameter yang mencirikan jenis

    limbah. Beberapa parameter tersebut meliputi parameter Kimia dan logam berat

    dalam hal ini Merkuri (Hg).

    Tahap kerja Laboratorium akan dilakukan di laboratorium Pengujian Dan

    Penelitian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sampel air dan

    tanah yang diambil di lapangan akan dianalisis menggunakan metode ASS dan

    menggunakan alat mercuri analyzer, dengan cara menambahkan nitrat pada sampel

    air kemudian dipanaskan, sedangkan pada sampel tanah ditambahkan nitrat dan

    neklorat 1:1 kemudian dipanaskan. Untuk menghitung kadar merkuri dalam sampel

    tersebut, menggunakan cara regresi linier dari standar merkuri setelah dilakukan

    pemanasan.

    Pengukuran parameter pH.

    Pengukuran parameter pH dilakukan di lokasi penelitian dengan cara

    mencelupkan pH meter kedalam air, kemudian dilakukan pencatatan angka yang

    ditunjukan oleh pH meter.

  • 32

    Pengertian Parameter-parameter yang akan dianalisi di laboraturium sebagai

    berikut:

    Ph adalah Derajat Keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasama atau kebebasan yang dimiliki oleh suatu larutan.

    TDS ( Total Dissolve Solid) adalah Ukuran Zat terlarut (baik zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan.

    Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU.

    Hg (Merkuri) adalah Unsur renik pada kerak bumi, pada perairan alami, Hg juga ditemukan sangat kecil. Hg adalah satu-satunya logam yang

    berbentuk cair pada suhu normal.

    2.3.4. Tahap Analisis

    Data hasil olahan kemudian dianalisis dengan cara grafis atau tabel.

    a. Analisis Pembanding

    Analisis pembanding dilakukan agar mengetahui ambang batas beban

    pencemar suatu limbah, dalam hal ini sebagai pembanding adalan Peraturan

    pemerintah No.18 Tahun. 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

    Berbahaya dan Beracun. Dimana nilai ambang batas merkuri di lingkungan

    adalah 0,01 mg/L pada air Sedangkan untuk tanah sampai saat ini

    Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan baku mutu untuk tanah. Akan

    tetapi nilai konsentrasi Hg dalam tanah yang sering di pakai sebagai

    pahtpinder untuk keperluan eksplorasi berkisar 3,00 mg/L

  • 33

    b. Analisis Grafik

    Analisis grafis merupakan cara menganalisis data yang diperoleh

    secara mudah dan cepat dengan menampilkan grafik atau tabel. Dalam grafik

    atau tabel ini digunakan untuk membandingkan besarnya konsentrasi

    merkuri(Hg) pada setiap sampel.

  • 34

    BAB III

    LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN

    Penelitian yang akan dilakukan berada di Dusun Sangon, Kelurahan Kalirejo,

    Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kualitas lingkungan Dusun Sangon,

    Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    akibat penggunaan merkuri (Hg) pada proses penambangan emas rakyat di wilayah

    tersebut.

    Parameter yang diteliti terutama pada hasil analisis kimiawi pada air dan tanah.

    Mengacu kepada PP. No 82 Tahun 2001 dimana air berdasarkan peruntukannya dibagi

    menjadi empat golongan yaitu Menurut PP No. 82 Tahun 2001 air berdasarkan

    peruntukannya dibagi menjadi empat kelas, yaitu :

    1. Kelas A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai sumber air minum secara langsung

    tanpa diolah terlebih dahulu.

    2. Kelas B, yaitu air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

    pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengaliri pertanaman dan

    keperluan rumah tangga lainnya.

    3. Kelas C, yaitu air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,

    peternakan, air untuk mengaliri tanaman.

    4. Kelas D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat

    digunakan untuk usaha pertanian, industri dan listrik tenaga air.

  • 35

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam

    pengambilan keputusan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam hal

    Dampak Penggunaan Merkuri (Hg) pada penambangan Emas rakyat di wilayah

    Dusun Sangon Kelurahan Kali rejo Kecamatan Kokap. Berikut adalah gambar

    limbah hasil pengolahan bahan galian yang di buang melalui parit-parit dan di

    buang langsung ke tanah oleh para penambang.

    Gambar. 3.1 Pembuangan Limbah Secara langsung di Permukaan tanah

    Gambar 3.2 Pembuangan Limbah Melalui parit.

    Untuk lebih terpolakan dalam penulisan Tugas akhir, berikut adalah kerangka alur

    pikir penelitian yang akan dijalankan (Gambar 3.3.)

  • 36

    Gambar. 3.3 Diagram Alur Pikir Penelitian

    Kajian Teori Sistem penambangan, sis- tem pengolahan, bahan galian, dampak yang ditimbulkan.

    Metode Penelitian Secara Umum Menggunakan Survey dan Analisis

    laboraturium Parameter : Tanah dan air tanah 1. Hg (merkuri)

    : Air Hg, TDS, Kekeruhan , pH,

    Besarnya kandungan bahan pencemar (Hg) pada

    air dan Tanah

    Latar Belakang Penambangan emas rakyat tanpa adanya pengelolaan limbah secara telaten, meng- akibatkan terganggunya fungsi lingkungan sekitar daerah penambangan dan daerah tempat pemrosesan bahan galian.

    Perumusan Masalah Penambangan emas rakyat tentunya akan menimbulkan dampak bagi lingkungan setempat, baik bagi ling- kungan biofisik, sosial dan ekonomi masyarakat setempat.

    Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dampak yang ditimbulkan

    akibat penggunaan merkuri (Hg) pada penambangan emas,di Dusun Sangon Kelurahan Kalirejo Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo DIY

    Kegunaan Penelitian 1. Sebagai penerapan dan pengembangan

    ilmu pengetahuan 2. Mengetahui tingkat Pencemaran limbah

    Merkuri pada daerah penelitian, khususnya pada air dan tanah.

    3. Sebagai dasar kebijakan permerintah dalam pengambilan keputusan di bidang pertambangan yang berkaitan dengan dampak penggunaan merkuri akibat penambangan emas rakyat.

  • 37

    BAB IV

    RONA LINGKUNGAN HIDUP

    4.1 Rona Lingkungan Hidup

    Rona lingkungan hidup meliputi komponen Geofisik-kimia, biotis, sosial

    (demografi, ekonomi dan budaya), dan kesehatan masyarakat.

    4.1.1. Komponen Geofisik Kimia

    4.1.1.1. Tipe Iklim

    Iklim adalah rata-rata cuaca suatu daerah yang cukup luas dan dalam

    waktu yang cukup lama. Pengendalian iklim dapat mengatur keberadaan unsur-

    unsur atau elemen-elemen iklim itu antara lain : temperatur atau suhu,

    kelembaban udara, tekanan udara, awan, curah hujan, dan angin. Dalam hal ini

    parameter iklim yang berpengaruh adalah temperatur atau suhu dan curah

    hujan.

    Temperatur atau suhu di bumi terjadi karena menerima panas, sumber

    panas itu dari yang terbesar ke terkecil ialah matahari, magma, planet lain, dan

    bulan atau satelit. Adapun temperatur yang berperan besar terhadap iklim di

    bumi ialah panas yang berasal dari matahari, bahkan langsung berpengaruh

    terhadap kehidupan biologis dan proses alam, terutama pelapukan batuan.

    Hujan adalah peristiwa jatuhnya titik air, berasal dari awan yang

    terbentuk oleh kondensasi di atmosfer, yang sampai di permukaan bumi. Satuan

    curah hujan diukur dengan kesatuan milimeter atau inci.

    Adapun data curah hujan tahunan selama 10 tahun di Kecamatan

    Kokap, Kabupaten Kulonprogo dirangkum pada tabel 4.1. sebagai berikut :

  • 36

    Tabel 4.1. Curah hujan bulanan (mm) periode 1998-2007

    Bulan 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Rerata JANUARI 269 328 431 235 269 384 303 348 356 410 3333 333.30

    FEBRUARI 250 447 174 470 248 555 406 422 488 431 3891 389.10

    MARET - 593 324 480 441 79 543 575 226 359 3620 402.22

    APRIL 122 299 175 378 222 159 26 136 297 499 2313 231.30

    MEI 155 58 91 108 52 38 135 246 - 475 1358 150.89

    JUNI - 165 0 28 125 - - 10 154 0 482 68.86

    JULI - 162 0 - 84 - - 40 135 11 432 72.00

    AGUSTUS - 23 0 143 - - - 5 - 0 171 34.20

    SEPTEMBER - - 0 - - - 10 - 53 0 63 15.75

    OKTOBER - 540 294 356 501 56 108 45 206 8 2114 234.89

    NOPEMBER - 423 295 585 366 181 295 386 156 12 2699 299.89

    DESEMBER 293 418 260 303 75 477 403 631 496 512 3868 386.80

    Jumlah 1089 3456 2044 3086 2383 1929 2229 2844 2567 2717 24344

    Rerata 217.80 314.18 170.33 308.60 238.30 241.13 247.67 258.55 256.70 226.42 247.97

    Sumber : Kabupaten Kulonprogo Dalam Angka 2007

    38

  • 39

    4.1.1.2. Bentuk Lahan

    Daerah penelitian merupakan daratan pantai pada bagian

    selatan, perbukitan bergelombang pada bagian tengah dan timur. Serta

    pegunungan terjal dan pegunungan dibagian barat dan utara (dikenal

    sebagai pegunungan menoreh).

    Dikabupaten Kulon Progo terdapat dua daerah aliran sungai

    (DAS) yaitu DAS Progo dan DAS Serang. Sungai Serang dan anak-anak

    sungainya memiliki daerah pengaliran seluas 3636 hektar dengan

    debit minimum 0,03 m/detik dan maksimum156,3 m/detik.

  • 40

    4.1.1.3. Tanah

    Tanah adalah akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas

    menduduki sebagian besar permukaan bumi, yang mampu

    menumbuhkan tanaman, dan yang memiliki sifat-sifat sebagai akibat

    pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk

    dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa,

    1980 dalam Sukyati, 2005). Berikut adalah gambar jenis dan ketebalan

    tanah pada daerah penelitian, jenis tanah yang terdapat di wilayah

    penelitian adalah tanah lempung (Sumber Data : Dinas PU Kab. Kulon

    Progo 2009).

    Gambar 4.3. Kenampakan Solum Tanah Daerah Penelitian (Foto Penulis, 2011)

  • 41

    4.1.1.4. Batuan

    Daerah Sangon didominasi oleh batuan andesit forfiri dan

    sedikit endapan aluvial kuarter. Sebagian andesit mengalami breksiasi

    silisifikasi dan ubahan propilitik sampai filik. Beberapa urat kuarsa yang

    mengisi urat rekahan dan zona geser menunjukan mineralisasi emas

    berasosiasi dengan firit dan sulfide logam dasar.(Bambang Thajono

    Setyabudi).

    Mineralisasi emas di Sangon tersebar tidak merata dalam urat

    kuarsa mengandung sulfide dan kadang-kadang berasosiasi dengan

    lempung ubahan filik-argilik yang penyebaranya dikontrol oleh bidang-

    bidang rekahan membentuk stockwork veins. Berikut adalah gambar

    singkapan batuan andesit pada daerah penelitian.

    Gambar 4.4 Singkapan batuan andesit di daerah penelitian (Foto Penulis, 2010)

  • 42

    4.1.1.5. Tata air

    Tata air di Dusun Sangon terbagi menjadi dua yaitu air

    permukaan dan air bawah tanah, pada penelitian ini hanya melingkupi

    air permukaan, mengingat limbah hasil pengolahan bahan galian

    dibuang ke sungai melewati parit-parit yang telah dibuat oleh para

    penambang. Pada penelitian ini akan menganalisis kandungan tanah

    pada daerah pengolahan bahan galian dan air di Sungai Sungon karena

    Sungai Sangon merupakan salah satu sungai yang digunakan sebagai

    tempat pembuangan akhir limbah hasil pengolahan bijih. Berikut adalah

    gambar sungai Sangon 1 dan sungai Sangon 2, sebagai tempat

    pembuangan limbah, selain tempat pembuangan limbah sungai ini juga

    diguanakan oleh masyarakat sebagai tempat mandi, mencuci dan

    sebagainya.

    Gambar 4.5. Sungai Daerah Penelitian Kiri : Sungai Sangon 1, Kanan : Sungai Sangon 2 (Foto Penulis, 2011)

    4.1.1.6. Tata Guna Lahan

    Berdasarkan data monografi tahun 2008 periode Juli -

    Desember, penggunaan lahan di daerah penelitian yaitu di Kecamatan

  • 43

    Kokap terdiri dari permukiman, sawah, kebun, tegalan, semak-belukar

    dan lain-lain. Tata guna lahan dapat dilihat pada lampiran 8 Peta

    penggunaan lahan Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo.

    4.1.2. Komponen Biotis

    4.1.2.1. Flora

    Tumbuh-tumbuhan yang berada di daerah penelitian meliputi

    tumbuh-tumbuhan alami dan ditanam oleh manusia. Flora yang ada

    dapat tumbuh berdasarkan pemantauan di lapangan yang dilakukan di

    sekitar lokasi penelitian ditemukan beberapa jenis flora. Flora tersebar

    di sekitar lokasi penelitian, jenis flora tersebut seperti yang tercantum

    pada tabel berikut ini :

    Tabel 4.4.Tumbuh-tumbuhan di lokasi penelitian No Nama Lokal Nama Latin 1 Jati Psidium aguajaya 2 Kelapa Coccos nucifera 3 Nanas Annas sp. 4 Papaya Carica papaya 5 Pisang Musa indica 6 Rumput Cyperus rotundus 7 Ubi kayu Manihot sp. 8 Nangka Arthocarpus integra 9 Mangga Magnifera sp.

    Sumber : Dinas Kehutanan kab.Kulon Progo dan Pengamatan Langsung

    Berikut adalah gambar berbagai jenis tanaman di daerah penelitian,

    terdiri dari Pohon kelapa, papaya, pisang dan lain-lain.

  • 44

    Gambar 4.6. Tanaman Kelapa (Coccos nucifera) Daerah Penelitian (Foto Penulis, 2011)

    4.1.2.2. Fauna

    Jenis hewan atau fauna yang ada di sekitar lokasi penelitian

    berdasarkan pamantauan di lapangan adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.5. Biota air di lokasi penelitian No. Nama Lokal Nama Latin 1. Belut Monopterus albus 2. Ikan emas Cyprinus sp. 3. Ikan lele Clarias sp. 4. Ikan mujair Tilapia musambica

    Sumber : Dinas BLH Kab. Kulon Progo dan Pengamatan Langsung

    Tabel 4.6. Biota darat dan unggas di lokasi penelitian No. Nama Lokal Nama Latin 1. Ayam Gallus domestica 2. Anjing Canis sp. 3. Belalang Ordo ortoptera 4. Burung dara Columba livia 5. Kadal Mabouya multifaciata 6. Kambing Capra sp. 7. Kerbau Bufalos sp. 8. Kucing Felis sp. 9. Kupu-kupu Ordo lepidoptera 10. Lalat Musa domestica 11. Lembu/sapi Bibos 12. Mentok Cairina moschata 13. Tikus Ratus sp.

    Sumber : Dinas BLH Kab. Kulon Progo dan Pengamatan Langsung

  • 45

    Berikut adalah gambar beberapa jenis hewan ternak apada daerah penelitian,

    terdiri dari kambing, sapid an lain-lain,

    Gambar. 4.7. Beberapa jenis hewan ternak non unggas Kiri : sapi, kanan : kambing (Foto Penulis, 2011)

    4.1.3. Komponen Sosial

    4.1.3.1. Demografi

    Berdasarkan data monografi Kelurahan Kalirejo pada bulan

    Juli-Desember 2008, jumlah penduduknya sebesar 2679 jiwa. Dirinci

    menurut jenis kelamin terdiri dari 1224 laki-laki dan 1455 penduduk

    perempuan.

    Sarana pendidikan yang terdapat di Dusun Sangon terdiri dari

    dua sekolah dasar dan satu taman kanak-kanak, dua masjid tempat

    beribadah peduduk setempat. Dan tidak ada sarana dan prasarana

    kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.

    4.1.3.2. Sosial Ekonomi

    Sebagian besar penduduk Dusun Sangon bermata pencaharian

    sebagai penambang emas dan bertani (berkebun). Ketika musim hujan

    tiba, penduduk Dusun Sangon beralih profesi dari penambang menjadi

  • 46

    petani hal ini dilakukan karena pada musim hujan aktivitas

    penambangan terganggu oleh air hujan yang masuk kedalam lubang

    tambang mereka. Dan ketika musim hujan berhenti penduduk Dusun

    Sangon kembali menambang.

    4.1.3.3. Sosial Budaya

    Sebagian besar penduduk Dusun Sangon memeluk agama

    Islam Budaya gotong royong masih sangat terlihat jelas dengan cara

    membangun rumah dengan bergotong royong tanpa dipungut upah,

    begitu pula dengan kesenian daerah kebudayaan jawa masih sangat

    kental.

    4.1.3.4. Kesehatan Masyarakat

    Di Dusun Sangon tidak terdapat fasilitas kesehatan, akan tetapi

    ketika masyarakat mengalami gangguan kesehatan masyarakat

    mendatangi puskesmas terdekat yaitu di puskesmas Kelurahan Kalirejo,

    yang berjarak 2 km dari Dusun Sangon. Penyakit yang sering diderita

    oleh masyarakat Dusun Sangon adalah, demam, diare, batuk-batuk, flu,

    gatal-gatal, gangguan pada tenggorokan dan lain-lain

    (Sumber.Puskesmas,Kalirejo)

  • 49

    BAB V

    EVALUASI HASIL PENELITIAN

    5.1. Pencemaran Lingkungan di Dusun Sangon.

    Pengolahan Bijih emas di Dusun Sangon dengan teknik amalgamasi umumnya di

    lakukan di halaman rumah dan di pinggir sungai, yang berdekatan dengan lokasi

    tambang dengan memakai gelondong (Mesin Tromol). Satu lokasi pengolahan bijih

    menggunakan 16 gelondong dan setiap gelondong dapat mengolah 12-25 kg bijih

    dalam sehari. Bijih dimasukkan ke dalam gelondong ditambahkan air dan merkuri

    kemudian diputar selama 4-8 jam dengan menggunakan tenaga mesin generator (mesin

    diesel). Setelah proses amalgamasi selesai, amalgam dipisahkan dari tailingnya dengan

    cara diperas dengan kain parasut dan tailingnya dialirkan ke tanah dan ke sungai

    sehingga terjadi kontaminasi terhadap lingkungan.

    5.2. Merkuri dalam Air Permukaan.

    Konsentrasi merkuri dapat disebabkan oleh partikel halus yang terbawa oleh

    limbah akibat proses amalgamasi dan pelarutan dari sedimen sungai yang mengandung

    merkuri. Dalam jangka waktu yang cukup lama, logam merkuri dapat teroksidasi dan

    terlarut dalam air permukaan.

    5.3. Hasil Penelitian

    5.3.1. Kadar Hg Dalam Air pada Daerah Penelitian

    Berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian di laboratorium diperoleh nilai

    Hg dari semua titik pengukuran berkisar antara < 0,01 ppb sampai 0,77 ppb. Secara

    rinci hasil pengukuran Hg dapat dilihat pada table 5.1

  • 50

    Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Kadar Hg pada Air di Daerah Penelitian

    No Kode Sampel Kadar dalam ppb Kadar dalam ppm ( mg/l) Baku Mutu

    PP No 18 Tahun 1999

    1 Titik 1 < 0,01 0,00001 mg/l 0,01 mg/l

    2 Titik 2 0,04 0,00004 mg/l 0,01 mg/l

    3 Titik 3 0,77 0,0008 mg/l 0,01 mg/l

    4 Titik 4 0,09 0,00009 mg/l 0,01 mg/l

    5 Titik 5 0,22 0,0002 mg/l 0,01 mg/l

    6 Titik 6 0,24 0,0003 mg/l 0,01 mg/l Sumber : Data Hasil Analisis dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah

    Mada

    Pada saat pengambilan Sampel air Sungai di daerah penelitian, peneliti

    menghitung debit sungai pada dua titik yang berbeda yaitu sungai Sangon 1 dan

    Sungai sangon 2. pada sungai Sangon 1 hasil pengukuran debit yang diperoleh 0,42

    m3/s, sedangkan pada sungai Sangon 2 hasil pengukuran debit yang diperoleh 0,59

    m3/s. Sungai pada daerah penelitian merupakan sungai musiman, apabila musim

    kemarau sungai tersebut menjadi kering dan memiliki nilai debit yang kecil,

    sedangkan pada saat musim penghujan air sungai memiliki debit yang besar. Pada

    saat pengambilan Sampel air di lapangan dilakukan saat musim penghujan.

    Pengambilan Sampel air untuk menghitung nilai Hg dilakukan pada 6 titik.

    Titik 1 merupakan bagian hulu sungai yang belum adanya kegiatan penambangan

    atau kegiatan penambangan masih sedikit. Titik 2, merupakan output pembuangan

    limbah hasil olahan bijih. Titik 3 merupakan daerah hilir sungai Sangon 1, sedangkan

    titik 4,5 dan 6 merupakan aliran sungai Sangon 2 yang merupakan daerah

    penambangan dan pengolahan Emas. Peta titik pengambilan Sampel air dapat dilihat

    pada Lampiran 4.

  • 51

    5.3.1.1. Kadar Hg pada Air Sungai di Titik 1 (hulu)

    Sampel air Sungai pada titik 1 diambil di bagian hulu sungai, keadaan

    cuaca mendung dan berada pada koordinat X = 0397587 dan Y = 9134784.

    Adapun hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Hg yaitu:

  • 52

    5.3.1.3. Kadar Hg pada Air Sungai di Titik 3 (Hilir)

    Sampel air sungai 3 diambil di bagian hilir sungai Sangon 1 yang berada

    pada koordinat X = 0396856 dan Y = 9133277, kondisi cuaca mendung. Adapun

    hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Hg yaitu: 0,00077

    Mg/L. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kandungan Hg tidak

    melebihi Baku Mutu Air, kadar Hg dalam air bersih berdasarkan Peraturan

    Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

    dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Hal ini dikarenakan titik pengukuran

    sebelum bagian hilir (titik 2) kadar Hg masih dibawah Baku Mutu yang telah

    ditentukan. Secara otomatis kondisi air sungai di bagian hilir tidak mengalami

    pencemaran Hg karena sepanjang aliran sungai dari titik 2 (tengah) ke titik 3 (hilir)

    tidak terdapat mesing gelondong untuk pengolahan emas. Selain itu pengambilan

    sampel air sungai dilakukan pada saat musim hujan, hujan memicu debit air sungai

    menjadi deras, hal ini memungkinkan terjadi proses pengenceran.

    5.3.1.4. Kadar Hg pada Air Sungai di Titik 4 (Sungai sangon 2)

    Sampel air sungai 4 diambil di daerah penambangan emas di sungai Sangon

    2 dan berada pada koordinat X = 0396670 dan Y = 9133916 kondisi cuaca

    mendung. Adapun hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Hg

    yaitu: 0,00009 mg/L. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

    kandungan Hg tidak melebihi Baku Mutu Air kadar Hg dalam air bersih

    berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan

    Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Hal ini

    disebabkan karena pada saat pengambilan sampel air sungai, kegiatan

  • 53

    penambangan dan pengolahan emas menggunakan air raksa tidak sedang berkerja,

    dan kondisi air sungai yang mengalir deras. Di lokasi ini masih sedikit terdapat

    permukiman penduduk.

    5.3.1.6. Kadar Hg pada Air Sungai di Titik 5 ( sungai Sangon 2)

    Sampel air sungai pada titik 5 diambil di lokasi daerah penambangan emas

    di sungai Sangon 2 dan berada pada koordinat X = 0396678 dan Y = 9133967,

    kondisi cuaca mendung. Adapun hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa

    kandungan Hg yaitu: 0,000022 mg/L. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan

    bahwa kandungan Hg tidak melebihi Baku Mutu Air kadar Hg dalam air bersih

    berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan

    Limbah bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Hal ini

    disebabkan karena pada saat pengambilan sampel air sungai, kegiatan

    penambangan dan pengolahan emas menggunakan air raksa sedang tidak berkerja,

    dan air sungai mengalir deras.

    5.3.1.7. Kadar Hg Pada Air Sungai di Titik 6 ( sungai Sangon 2)

    Sampel air sungai 6 diambil di daerah penambangan emas di sungai Sangon

    2, kondisi cuaca mendung dan berada pada koordinat X = 0396706 dan Y =

    9133748. Adapun hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan Hg

    yaitu: 0,00024 mg/L. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

    kandungan Hg tidak melebihi baku mutu air kadar Hg dalam air bersih

    berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan

    Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Hal ini

  • 54

    disebabkan karena pada saat pengambilan sampel air sungai, kegiatan

    penambangan dan pengolahan emas menggunakan air raksa tidak sedang berkerja,

    serta air sungai yang mengalir deras. Di lokasi ini masih sedikit terdapat

    permukiman penduduk.

    5.3.2. Kadar Hg dalam Air Tanah (Sumur)

    Berdasarkan hasil uji di laboratorium diperoleh kadar Hg (merkuri) dari lima

    sampel air tanah yang di ambil dari sumur-sumur masyarakat di sekitar daerah

    penelitian : Sumur 1. 0,0002 mg/L, sumur 2. 0,0002 mg/L. Sumur 3. 0,0002 mg/L,

    sumur 4. 0,00023 mg/L, sumur 5. 0,00029 mg/L. Analisis kualitas air tanah

    dilakukan, mengingat sebagian masyarakat Dusun Sangon menggunakan air sumur

    sebagai air minum, masak dan kebutuhan rumah tangga lainnya, jarak antara

    sumur warga dengan parit pembuangan limbah berjarak 20 meter. Berdasarkan

    hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar merkuri pada air tanah di Dusun

    sangon masih di bawah Baku Mutu yang telah di tetapkan dalam Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia No 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah

    Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yaitu sebesar 0,01 mg/L. Pengambilan

    sempel air tanah dilakukan dengan melihat arah aliran air tanah (Flownet), dengan

    pertimbangan limbah merkuri dari sisa pengolahan bijih emas terserap ke dalam

    tanah dan terbawah oleh air tanah. Agar lebih terperinci berikut hasil analisis

    laboratorium disajikan dalam tabel 5.2.

  • 55

    Tabel 5.2. Hasil Pengukuran Kadar Hg pada Air Tanah di Daerah Penelitian

    No Kode Sampel Kadar dalam ppb Kadar dalam ppm ( mg/l) Baku Mutu

    PP No 18 Tahun 1999

    1 Sumur 1 0, 19 ppb 0,0002 mg/L 0,01 mg/L

    2 Sumur 2 0, 18 ppb 0,0002 mg/L 0,01 mg/L

    3 Sumur 3 0, 20 ppb 0,0002 mg/L 0,01 mg/L

    4 Sumur 4 0, 23 ppb 0,00023 mg/L 0,01 mg/L

    5 Sumur 5 0, 29 ppb 0,00029 mg/L 0,01 mg/L

    5.3.3. Kualitas Air Sungai Sangon 1 dan Sangon 2 Berdasarkan Sifat Kimia

    5.3.3.1.pH (Potensial Hidrogen)

    Berdasarkan hasil pengukuran di laboratorium, diperoleh nilai pH

    pada 2 sungai yang berbeda yaitu sungai sangon 1 dan sungai sangon 2.

    Sungai sangon 1 mempunyai nilai, dari 3 titik Sampel air yang di ambil adalah

    Titik 1 (7,81), Titik 2 (7,59) dan Titik 3,(7,92). Sedangakan 3 Sampel air dari

    sungai Sangon 2 mempunyai nilai pH yaitu Titik 4 (8,15), Titik 5 (8,31) dan

    titik 6 (8,37). Nilai pH air mencerminkan kelarutan ion hidrogen dalam air

    serta menggambarkan tingkat kemasaman air. Semakin rendah nilai pH, maka

    nilai kemasaman air makin tinggi. pH air sangat berpengaruh terhadap

    aktivitas organisme air. Sebagian besar biota air tidak dapat bertahan hidup

    dalam air pada kondisi air sangat masam (pH rendah). Perubahan keasaman

    pada air, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH menurun),

    akan sangat mengganggu kehidupan biota perairan.

  • 56

    Derajat keasaman (pH) air merupakan suatu hal yang sangat penting

    dalam menentukan daya guna suatu perairan yang baik bagi keperluan rumah

    tangga, kehidupan organisme air dan kepentingan lainnya. pH air memiliki

    peranan dalam proses reaksi kimia pada logam berat beracun. Karena pada

    perairan yang asam logam berat seperti Hg dapat melepaskan ion-ion Hg dan

    sangat beracun bagi hewan air dan manusia serta hewan darat lainnya. pH

    yang sama dengan atau lebih kecil dari 4,0 atau lebih besar dari 9,8 tidak

    dapat digunakan sebagai sumber air minum. Peranan pH bagi organisme air

    tergantung pada spesies, karena masing-masing spesies memiliki toleransi dan

    kemampuan adaptasi yang relatif berbeda.

    Berdasarkan hasil pengukuran di Laboraturium dapat diketahui

    bahwa derajat keasaman pH pada daerah penelitian menunjukan adanya

    perbedaan pada masing-masing sungai tetapi tidak terlalu jauh pada setiap

    Titik pengukuran.,pada sungai sangon 1 nilai pH yang paling tinggi adalah

    pada Titik 3 yaitu (7,92) sedangkan pada Sungai Sangaon 2 nilai pH yang

    paling tinggi yaitu pada Titik 6 dengan nilai (8,37). Dari hasil pengukuran ini

    menunjukan bahwa pH air di sungai Sangon 1 dan Sangon 2 masih berada

    dalam kisaran Baku Mutu yang telah ditetapkan yaitu 5-9. Hasil Pengukuran

    pH secara rinci dapat dilihat pada table 5.3

  • 57

    Tabel 5.3. Hasil Pengukuran pH pada Air sungai di Daerah Penelitian

    No Kode Sampel Nilai pH (T) Baku Mutu

    PP No 20 Tahun 1990

    1 Titik 1 7,81(26,5C) 5-9

    2 Titik 2 7,59 (26,4C) 5-9

    3 Titik 3 7,92 (27,1C) 5-9

    4 Titik 4 8,15 (26, 4C) 5-9

    5 Titik 5 8,31 (26, 4C) 5-9

    6 Titik 6 8,37 (26, 6C) 5-9

    5.3.3.2.Total Disolved Solid (TDS)

    TDS (Total Dissolve Solid). Dari hasil pengukuran yang dilakukan di

    laboraturium, nilai TDS pada 2 sungai di daerah penelitian yaitu Sungai

    Sangon 1 dan Sunagi Sangon 2 menunjukan angka yang relatif rendah atau

    di bawah ambang Batas Baku Mutu Air yaitu 1000 mg/L.

    Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Kadar TDS pada Air di Daerah Penelitian

    No Kode Sampel Nilai

    Total Dissolve Solid (T