tamba han

27
1. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mengobati kondisi dan penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan kehidupan psikososial. Ciri- ciri pasien geriatri adalah lebih dari 60 tahun, menderita beberapa penyakit dan mengalami penurunan fungsi organ. 2. Bisoprolol adalah obat golongan beta bloker untuk mengobati penyakit jantung dan terutama diindikasikan untuk orang yang menderita hipertensi. 3. Meloxicam adalah obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang bersifat analgesik, antipiretik dan anti inflamasi yang bekerja dengan menghambat COX 2 . Tersedia dalam sediaan 7,5 mg dan 15 mg. 4. Antalgin adalah obat golangan metasulfat dan amidofirina yang bekerja mengurangi rasa nyeri dan mempenruhi pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja di SSP serta memiliki efek antipiretik, analgetik, dan AINS. 5. mata kabur adalah gangguan pengliahatan yang dapat disebabkan karena kelainan pada lensa, presbiopi maupun komplikasi dari Diabetes Melitus yaitu retinopati diabetika. 6. Kurang dengar adalah suatu keadaan dimana penderita tidak dapat menangkap sensor berupa suara yang disebabkan karena kelainan konduksi maupun neural. 7. Sering lupa adalah penderita tidak mengingat memori jangka pendek.

Upload: artrinda-anggita

Post on 09-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

t

TRANSCRIPT

1. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mengobati kondisi dan penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan kehidupan psikososial. Ciri- ciri pasien geriatri adalah lebih dari 60 tahun, menderita beberapa penyakit dan mengalami penurunan fungsi organ.2. Bisoprolol adalah obat golongan beta bloker untuk mengobati penyakit jantung dan terutama diindikasikan untuk orang yang menderita hipertensi.3. Meloxicam adalah obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang bersifat analgesik, antipiretik dan anti inflamasi yang bekerja dengan menghambat COX2. Tersedia dalam sediaan 7,5 mg dan 15 mg.4. Antalgin adalah obat golangan metasulfat dan amidofirina yang bekerja mengurangi rasa nyeri dan mempenruhi pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja di SSP serta memiliki efek antipiretik, analgetik, dan AINS.5. mata kabur adalah gangguan pengliahatan yang dapat disebabkan karena kelainan pada lensa, presbiopi maupun komplikasi dari Diabetes Melitus yaitu retinopati diabetika.6. Kurang dengar adalah suatu keadaan dimana penderita tidak dapat menangkap sensor berupa suara yang disebabkan karena kelainan konduksi maupun neural.7. Sering lupa adalah penderita tidak mengingat memori jangka pendek.8. N

Bagaimana fisiologi dari proses menua ? Apa saja yang menyebabkan jatuh pada lansia dan bahayanya ?Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium?Apa saja pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan?Apa saja diagnosis banding untuk kasus ini?Apa saja penatalaksanaan untuk kasus ini?

A. Jatuh dan Fraktur Pada Geriatri1. Perubahan pada proses menua yang berkaitan dengan instabilitas dan jatuha. Perubahan kontrol posturalProses menua mengakibatkan perubahan pada kontrol postural yang mungkin memegang peranan penting pada sebagian besar kejadian jatuh. Pada lansia terjadi perubahan komponen dari kapasitas biomekanik meliputi latensi mioelektrik yang memanjang, waktu untuk bereaksi yang memanjang, input proprioseptif yang berkurang, lingkup gerak sendi yang menurun, kekuatan otot yang menurun, perubahan postur tubuh, ayunan postural yang meningkat, dapat meningkatkan prevalensi kejadian jatuh pada lansia. b. Perubahan gaya berjalanPada umumnya, lansia tidak dapat mengangkat kakinya cukup tinggi sehingga cenderung mudah terantuk. Pada lansia laki-laki, postur tubuh membungkuk dengan kedua kaki melebar dan langkah pendek-pendek. Pada lansia perempuan, kedua kaki menyempit dengan gaya jalan bergoyang-goyang. Selain itu, pada lansia dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan satu siklus berjalan. Hal ini dapat meningkatkan risiko jatuh sebesar lima kali lipat.c. Peningkatan prevalensi kondisi patologis yang terkait dengan instabilitasPenyakit sendi degeneratif terutama vertebra servikal leher, lumbosakral, dan ekstremitas bawah, dapat menimbulkan rasa nyeri, sendi tidak stabil, kelemahan otot, dan gangguan neurologis. Fraktur panggul dan femur yang baru menyembuh dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak normal dan kurang mantap. Strok yang menyebabkan kelemahan otot dan defisit sensorik dapat menyebabkan instabilitas. Berkurangnya input sensorik pada neuropati diabetik dan neuropati perifer lainnya, gangguan penglihatan, dan ganggguan pendengaran mengakibatkan berkurangnya isyarat dari lingkungan yang berperan dalam kestabilan. Penyakit lain yang sering dialami oleh usia lanjut, seperti penyakit Parkinson dan penyakit jantung dapat mengakibatkan instabilitas dan jatuh pula. d. Peningkatan prevalensi demensiaGangguan fungsi kognitif dapat mengakibatkan seseorang berjalan-jalan (wandering) ke tempat atau lingkungan yang tidak aman dan memudahkan untuk jatuh. 2. Faktor Risiko Jatuh pada Geriatria. Faktor risiko intrinsik1) Faktor intrinsik lokalFaktor risiko intrinsik lokal yang dapat menyebabkan jatuh pada geriatri antara lain osteoarthritis pada genu atau vertebra lumbal, gangguan pendengaran dan penglihatan, gangguan alat keseimbangan, dan kelemahan musculus quadriceps femoris.2). Faktor intrinsik sistemikFaktor risiko intrinsik sistemik yang dapat menyebabkan jatuh adalah berbagai penyakit yang dapat memicu gangguan keseimbangan dan jatuh seperti PPOK, pneumonia, infark miokard akut, infeksi saluran kemih, hiponatremia, hipoglikemia, hiperglikemia, hipoksia, stroke, dan transient iskemik attack (TIA).Penyakit kardiovaskuler dan neurologis, dapat berkaitan dengan jatuh. Stenosis aorta dapat menyebabkan sinkop dan jatuh pada lansia. Beberapa pasien memiliki baroreseptor karotis yang sensitif dan rentan mengalami sinkop karena refleks tonus vagal yang meningkat akibat batuk, mengedan atau berkemih sehingga terjadi bradikardi atau hipotensi. Stroke akut dapat menyebabkan jatuh atau memberikan gejala jatuh. TIA sirkulasi anterior dapat menyebabkan kelemahan unilateral dan meicu jatuh. b. Faktor risiko ekstrinsikFaktor risiko ekstrinsik merupakan faktor-faktor lingkungan yang memudahkan lansia jatuh seperti pencahayaan yang kurang, lantai yang licin, tidak rata, dan basah, tangga yang tidak aman, tidak ada tempat berpegangan, dan benda-benda yang berserakan di lantai. Selain faktor ekstrinsik tersebut, konsumsi obat-obatan juga merupakan salah satu faktor risiko ekstrinsik. Golongan obat diuretik dapat menimbulkan keinginan untuk buang air kecil terus-menerus sehingga harus sering ke kamar mandi sehingga meningkatkan faktor risiko jatuh. Obat-obat sedatif dan antipsikotik juga dapat menyebabkan kantuk dan kurang waspada sehingga meningkatkan risiko jatuh. Selain obat-obat golongan diuretik, sedatif dan antipsikotik, obat-obat antihipertensi, antidepresi trisiklik, dan hipoglikemi juga dapat meningkatkan faktor risiko jatuh. 3. Penyebab Jatuh pada Geriatria. KecelakaanKecelakaan yang dimaksud adalah kecelakaan murni seperti terantuk, terpeleset, dan lain-lain yang mengakibatkan jatuh. Kecelakaan biasanya disebabkan interaksi antara bahaya di lingkungan dan faktor yang meningkatkan kerentanan.b. SinkopSinkop atau kehilangan kesadaran mendadak dapat disebabkan respons vasovagal, gangguan kardiovaskuler, gangguan neurologis akut, emboli paru, dan gangguan metabolit.c. Drop attacksDrop attacks merupakan kelemahan otot tungkai bawah mendadak yang menyebabkan jatuh tanpa kehilangan kesadaran. Kondisi tersebut sering kali dikaitkan dengan insufisiensi vertebrobasiler yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. d. Hipotensi ortostatikSekitar 10-20% lansia mengalami hipotensi ortostatik yang sebagian besar tidak bergejala. Beberapa kondisi dapat menyebabkan hipotensi ortostatik yang yang berat sehingga memicu timbulnya jatuh. Kondisi-kondisi tersebut antara lain curah jantung yang rendah, disfungsi otonom (akibat diabetes mellitus), gangguan aliran balik vena, tirah baring lama, serta beberapa obat. e. Dizziness dan atau vertigoDizziness atau rasa tidak stabil merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh lansia yang mengalami jatuh. Vertigo pada pasien geriatric biasanya dikaitkan dengan kelainan telinga bagian dalam, penyakit Meniere, dan benign paroxysmal positional vertigo.f. Obat-obatanObat-obatan yang dapat menyebabkan jatuh antara lain diuretika, antihipertensi, antidepresi trisiklik, sedatif, antipsikotik, hipoglikemia, dan alkohol. g. Proses penyakitKejadian jatuh biasanya dikaitkan dengan proses penyakit akut pada sistem kardiovaskuler dan neurologis.h. Idiopatik Jatuh pada lansia yang tidak dapat diidentifikasi penyebabnya termasuk ke dalam golongan ini.4. Penatalaksanaan Jatuh dan Fraktur pada Geriatria. Prinsip penatalaksanaan jatuh pada geriatri1) Mengkaji dan mengobati trauma fisik akibat jatuh2) Mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh3) Memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, menguatkan otot, penggunaan alat bantu.4) Mengubah agar lingkungan lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, lantai yang tidak licin, dan lain-lain)5) Latihan fisik seperti senam tai chi.b. Penatalaksanaan medis frakturTujuan utama penanganan fraktu pada geriatri adalah mengembalikan pasien pada kondisi sebelum terjadi fraktur. Pada geriatri yang mengalami fraktur, perlu dilakukan operasi dan mobilisasi dini. Tetapi jika terdapat penyakit penyerta seperti riwayat infark miokard akut yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas operasi, operasi perlu ditunda sampai risiko tersebut berkurang dan dapat ditangani. Mobilisasi dini diperlukan untuk mencegah komplikasi akibat tirah baring lama. Obat-obatan yang dikonsumsi pasien perlu dievaluasi dan hentikan penggunaan obat yang tidak efektif. Untuk mengurangi nyeri pasien, dapat diberikan parasetamol 500 mg sampai maksimal 3000 mg per hari. Jika tidak adekuat, dapat ditambah kodein 10 mg. untuk nyeri yang sangat, terutama pada penderita osteoporosis, dapat diberikan kalsitonin 50-100 injeksi subkutan malam hari. Golongan narkotik sebaiknya tidak digunakan untuk mengurangi nyeri karena dapat menyebabkan delirium pada geriatri. B. Diabetes Melitus (DM) pada Lanjut UsiaPrevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.Untuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua, pendekatan selalu dimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti poliuri, polidipsi atau polifagi. Demikian pula gejala komplikasi seperti neuropati, retinopati dan sebagainya, umumnya bias dengan perubahan fisik karena proses menua, oleh karena itu memerlukan konfirasi pemeriksaan fisik, kalau perlu pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik, pasien diabetes yang timbul pada usia lanjut kebanyakan tidak ditemukan adanya kelainan-kelainan yang sehubungan dengan diabetes seperti misalnya kaki diabetik, serta tumbuhnya jamur pada tempat-tempat tertentu.Kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada rekomendasi ADA (American Diabetes Association) yang tidak menunjukkan adanya pertimbangan spesifik umur. Diagnosis DM dibuat setelah dua kali pemeriksaan gula darah puasa > 126 mg/dl (dengan sebelumnya puasa paling sedikit 8 jam). Pasien perlu dipastikan tidak dalam kondisi infeksi aktif atau sakit akut dalam pemeriksaan ini. Atau gula darah acak > 200 mg/dl dengan gejala-gejala diabetes. Pengukuran hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) tidak direkomendasikan sebagai alat diagnostik, tetapi dipakai secara luas untuk memantau efektifitas pengobatan.Penampilan klinis DM pada lanjut usiaBerbagai perubahan karena proses menua dapat mempengaruhi penampilan klinis DM pada lanjut usia. Gejalanya dapat sangat tidak khas dan menyelinap. Dikatakan paling sedikit separuh dari populasi lanjut usia tidak tahu bahwa mereka terkena DM. Keluhan tradisional dari hiperglikemia seperti polidipsi dan poliuria sering tidak jelas, karena penurunan respon haus dan peningkatan nilai ambang ginjal untuk pengeluaran glukosa urin. Penurunan berat badan, kelelahan dan kencing malam hari dianggap hal yang biasa pada lanjut usia, berakibat tertundanya deteksi adanya DM. Penampilan klinis seperti dehidrasi, konfusio, inkontinentia dan komplikasi-komplikasi yang berkaitan DM merupakan gejala-gejala yang tampak.Komplikasi mikrovaskuler seperti neuropati dapat berupa kesulitan untuk bangkit dari kursi atau menaiki tangga. Pandangan yang kabur atau diplopia juga dapat dikeluhkan, akibat mononeuropati yang mengenai syaraf kranialis yang mengatur okulomotorik. Proteinuria tanpa adanya infeksi, harus dicari kemungkinan adanya DM.Infeksi khusus yang sering berkaitan dengan DM, lebih banyak dijumpai pada lanjut usia antara lain otitis eksterna maligna dan kandidiasis urogenital. Sebaliknya adanya penyakit-penyakit akut seperti bronkopneumoni, infark miokard atau stroke dapat meningkatkan kadar glukosa sehingga berakibat tercapainya kriteria diagnosis DM, pada mereka yang telah ada peningkatan kadar intoleransi glukosa. Beberapa gejala unik yang dapat terjadi pada penderita lanjut usia antara lain adalah: neuropati diabetika dengan kaheksia, neuropati diabetic akut, amiotropi, otitis eksterna maligna, nekrosis papilaris dari ginjal dan osteoporosis.Bila terlambat diketahui adanya penyakit diabetes pada lanjut usia, penderita mungkin sudah dalam keadaan status dekompensasi dari sistem metabolik seperti hiperglikemi, hiperosmolaritas, sindroma non ketotik atau ketoasidosis diabetik. Penderita juga dapat dijumpai gejala-helaja hipoglikemi, yang biasanya disebabkan oleh obat-obat antidiabetik. Penampilan klinis hipoglikemia yang khas tampak sebagai perubahan status mental dan status neurologi seperti penurunan fungsi kognitif, konfusio, kjang, diaphoresis dan bradikadi.Keadaan yang menyertai hiperglikemi seperti hiponatremia (pseudohiponatremi), kondisi dehidrasi dan hipomagnesia (akibat diuresis osmotik) dapat juga terjadi. Profil lipid pada umunya menunjukkan peningkatan trigliserid, penurunan HDL sedangkan LDL kolesterol tidak selalu meningkat tetapi terisi oleh small dense LDL yang lebih banyak, yang lebih aterogenik.

Patofisiologi DM pada Lanjut UsiaPatofisiologi DM pada usia lanjut belum dapat diterangkan seluruhnya, namun didasarkan atas faktor-faktor yang muncul oleh perubahan proses menuanya sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain perubahan komposisi tubuh, menurunnya aktifitas fisik, perubahan life style, faktor perubahan neurohormonal khusunya penurunan kadar DHES dan IGF-1 plasma, serta meningkatnya stres oksidatif. Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena aged related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved insulin action despite age.3Berbagai faktor yang mengganggu homeostasis glukosa antara lain faktor genetik, lingkungan dan nutrisi. Berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua, yaitu faktor intrinsik yang terdiri atas faktor genetikdan biologik serta faktor ekstrinsik seperti faktor gaya hidup, lingkungan, kultur dan sosial ekonomi, maka timbulnya DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dapat mempengaruhi baik sekresi insulin maupun aksi insulin pada jaringan sasaran.Faktor risiko diabetes melitus akibat proses menua: Penurunan aktifitas fisik Peningkatan lemak Efek penuaan pada kerja insulin Obat-obatan Genetik Penyakit lain yang ada Efek penuaan pada selPerubahan progresif metabolisme karbohidrat pada lanjut usia meliputi perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi glukosa dan hambatan pelepasan glukosa yang diperantarai insulin. Besarnya penurunan sekresi insulin lebih tampak pada respon pemberian glukosa secara oral dibandingkan dengan pemberian intravena. Perubahan metabolisme karbohidrat ini antara lain berupa hilangnya fase pertama pelepsan insulin. Pada lanjut usia sering terjadi hiperglikemia (kadar glukosa darah >200 mg/dl) pada 2 jam setelah pembebanan glukosa dengan kadar gula darah puasa normal (