takikardi
DESCRIPTION
pbl jantung berdebarTRANSCRIPT
Pengaruh Emosi Terhadap Reaksi Tubuh
Anesty Claresta
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang berakal budi dan memiliki perasaan atau emosi. Ciri
manusia sebagai makhluk hidup salah satunya juga adalah peka terhadap rangsangan, baik
dari luar maupun dari dalam. Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau sesuatu. Emosi juga merupakan suatu reaksi terhadap seseorang atau suatu kejadian.
Emosi dapat berupa perasaan senang, sedih, marah, dan lainnya.
Di dalam dunia kedokteran, fenomena emosi dapat dijelaskan secara fisiologi,
anatomi, histologi, dan biokimia. Proses terjadinya emosi merupakan proses yang rumit dan
melibatkan berbagai organ, zat kimia, dan sel-sel di dalam tubuh.1 Proses terjadinya emosi ini
tidak dapat dilihat langsung secara makroskopis. Namun, efek dari emosi ini dapat kita lihat
dan kita rasakan. Fenomena emosi ini tidak hanya merupakan suatu perasaan saja, tetapi efek
dari emosi dapat juga memberi dampak pada organ-organ tubuh yang lainnya.
Skenario
Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak
seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang
meninggal tiba-tiba, diduga karena serangan jantung. Pada pemeriksaan fisik dokter tidak
menemukan kelainan apa-apa, jantung dan paru-paru dalam keadaan baik.
Pada skenario ini rumusan masalah adalah keluhan berdebar terutama ketika mengingat
suaminya yang meninggal.
Emosi
Emosi tidaklah muncul dengan sendirinya, karena emosi adalah suatu reaksi tubuh
terhadap rangsangan. Jadi, adanya suatu rangsangan yang memicu terjadinya emosi. Emosi
bisa muncul tepat setelah rangsangan atau suatu peristiwa terjadi. Bisa juga, peristiwa yang 1
memicu emosi telah terjadi beberapa waktu lalu, dan karena masih diingat, maka emosi yang
sama timbul kembali. Oleh karena itu, dalam proses terjadinya emosi memori atau ingatan
juga berperan.
Konsep emosi mencakup perasaan emosional subyektif dan suasana hati (misalnya
marah, takut, dan kegembiraan) plus respons fisik nyata yang berkaitan dengan perasaan-
perasaan tersebut.1 Respons-respons ini mencakup pola perilaku spesifik (misalnya bersiap
menyerang atau bertahan ketika terancam oleh musuh) dan ekspresi emosi yang dapat diamati
(misalnya tertawa, menangis, atau tersipu). Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan peran
sentral sistem limbik dalam semua aspek emosi.1
Struktur yang Terlibat – Sistem Limbik
Sistem limbik adalah suatu cincin struktur-struktur otak depan yang mengelilingi batang
otak dan saling berhubungan melalui jalur-jalur neuron rumit.2 Sistem limbik diartikan
sebagai keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan
motivasional. Bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus dan struktur-strukturnya yang
berkaitan. Sistem limbik ini terletak di bagian tengah otak dan membungkus batang otak.2
Sistem limbik secara makroskopis terbagi menjadi :
hipotalamus,
amigdala
hipocampus
korteks limbik.2
Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan hormon, memelihara
homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa senang, metabolisme, dan juga
memori jangka panjang.3
Sistem limbik juga memiliki peran penting dan berhubungan langsung dengan sistem
otonom maupun bagian otak penting lainnya.1,3 Karena hubungan langsung sistem limbik
dengan sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan
diterima oleh sistem limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti: gangguan
jantung, hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat seseorang marah, maka
jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi.
2
Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem Limbik
tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang mampu
melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini menjelaskan kenapa
seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya tidak rasional.
Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti
cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru
menyadari saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya hipertensi.
Gambar 1. Sistem limbik
(Sumber: http://www.daviddarling.info/encyclopedia/L/limbic_system.html)
Hipothalamus
Hipothalamus terletak di sisi inferior thalamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi
dinding ventrikel ketiga.2
Struktur
o Bagian anterior hipotalamus adalah substansi abu-abu yang menyelubungi
kiasma optik, yang merupakan persilangan pada saraf optik.
o Bagian tengah hipotalamus terdiri dari infundibulum (batang) kelenjar
hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisis.2
Fungsi
o Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang
melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh.3
3
o Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan,
nyeri, kegembiraan, dan kemarahan dan juga fungsi viseral.1
o Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi
hormon kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem
endokrin.
Pengeluaran sinyal, keluar dalam 3 arah :
o Ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutama di are retikular
mesenfalon, pons, dan medula dan dari area tersebut ke saraf perifer sistem
saraf otonom.
o Ke atas menuju bagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan
serebrum khususnya bagian anterior talamus dan bagian limbik korteks serebri.
o Infundibulum hipotalamus untuk mengatur atau mengatur secara sebagain dari
fungsi sekretorik pada sebagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.2
Gambar 2 : Hipothalamus.
(Sumber : http://img201.imageshack.us/img201/5857/hypothalamus.jpg)
Amigdala
Amigdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat di bawah
korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis. Amigdala ini juga
merupakan sekumpulan saraf yang bentuknya seperti kacang almond. Amigdala mempunyai
4
banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipothalamus seperti juga dengan daerah sistem
limbik lainnya. Amigdala menerima sistem neuronal dari semua bagian korteks limbik seperti
juga dari neokorteks lobus temporalis, parietalis, dan oksipitalis terutama dari area asosiasi
auditorik dan area asosiasi visual. Oleh karena hubungan yang multiple ini, amigdala disebut
“jendela“, yang dipakai oleh sistem limbik untuk melihat kedudukan seseorang di dunia.2
Sebaliknya, amigdala menjalarkan sinyal- sinyal :
kembali ke area kortikal yang sama ini
ke hipokampus,
ke septum,
ke hipothalamus.
Efek perangsangan amigdala hampir sama dengan efek perangsangan langsung pada
hipothalamus, ditambah dengan efek lain. Efek yang diawali dari amigdala kemudian dikirim
melalui hipotalamus meliputi :
1) Peningkatan dan penurunan tekanan arteri
2) Meningkatkan atau menurunkan frekuensi denyut jantung
3) Meningkatkan atau menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal
4) Defekasi atau mikturisi
5) Dilatasi pupil atau kadangkala kontriksi
6) Piloereksi
7) Sekresi berbagai hormon hipofisis anterior terutama hormon gonadotropin dan
adrenokortikortopik.3
Disamping efek yang dijalarkan melalui hipotalamus ini, persangsangan amigdala juga
dapat menimbulkan beberapa macam gerakan involunter yakni:
1) Pergerakan tonik seperti mengangkat kepala atau membungkukkan badan
2) Pergerakan melingkar melingkar
3) Kadangkala pergerakan klonik, ritmis, dan berbagai macam pergerakan yang berkaitan
dengan penciuman dan makan sperti menjilat, mengunyah, dan menelan.
5
Selain itu, perangsangan pada nukleo amigdala tertentu dapat menimbulkan pola
marah, melarikan diri, rasa terhukum, nyeri yang sangat, dan rasa takut seperti pola rasa
marah yang dicetuskan oleh hipotalamus.1
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar.
Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik seseorang dalam berhubungan
dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala dianggap membuat respon perilaku seseorang
sesuai dengan tiap keadaan.3
Gambar 3. Letak Nukleus Amigdala atau Nukleus Amigdaloid
(Sumber: http://www.puntodelectura.es/blogs/gato/upload/posts/amigdala3.jpg)
Hipokampus
Struktur dan letak
o Hipokampus terletak diantara lobus temporal otak dan bagian media lobus
temporal bagian yang terletak paling dekat dengan garis tengah badan.
o Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang melipat ke
dalam untuk membentuk lebih banyak bagian dalam ventrikel lateralis.2
Fungsi
Hipokampus merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik
yang masuk, yang dapat memulai reaksi perilaku dengan tujuan yang berbeda. Seperti
6
halnya halnya pada struktur-struktur limbik lain, perangsangan pada berbagai area
dalam hipokampus hampir selalu dapat menyebabkan salah satu dari berbagai pola
perilaku, misalnya rasa marah, ketidak pedulian, atau dorongan seks yang berlebihan.2
Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat diubah untuk disimpan
menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus. Hipokampus (terletak diantara
lobus temporal otak) dan bagian media lobus temporal (bagian yang terletak paling
dekat dengan garis tengah badan) juga berperan dalam proses penggabungan ingatan
(memory consolidation).3
Untuk mengingat sesuatu, seseorang harus berhasil melaksanakan 3 hal, yaitu
mendapatkan informasi, menahan/meyimpannya dan mengeluarkannya. Bila kita lupa
akan sesuatu, maka gangguan dapat terjadi pada bagian mana saja dari ke 3 proses
tersebut. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu
diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita.1,3
Gambar 4. Letak Hippocampus
(Sumber : http://imageshack.us/photo/my-images/504/hippocampusthumbed5.jpg/)
Struktur yang terlibat secara mikroskopis
Secara mikroskopis, di dalam sistem saraf terdapat 2 jenis sel :
Sel neuron 10%
Sel glia atau neuroglia 90%.4
7
Sel neuron merupakan sel fungsional pada system saraf, yang bekerja dengan cara
menghasilkan potensi aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya.1
Pembentukan potensi aksi merupakan cara yang dilakukan sel saraf dalam memindahkan
informasi. Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh system saraf
dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh.1
Gambar 5. Sel Neuron
(Sumber : ehumanbiofield.wikispaces.com)
Ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu neuron
motorik, sensorik, dan interneuron. Neuron sensorik ialah sel saraf yang berfungsi untuk
membawa rangsang dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf (otak dan sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis). Neuron motorik ialah sel saraf yang berfungsi membawa
rangsang dari pusat saraf ke daerah tepi (perifer tubuh). Interneuron atau saraf penghubung
ialah sel sraf yang terdapat di pusat saraf, yang menjadi penghubung antara neuron sensorik
dan motorik. Ketiga jenis neuron terseut tersusun secara khusus sehingga mampu menanggapi
berbagai perubahan yang terjadi pada lingkungan baik dari dalam dan luar tubuh.4
Sedangkan berdasarkan jumlah dan prosessus yang terjulur dari badan sel, kebanyakan
neuron dapat digolongkan sebagai :
1) Neuron multipolar, yang memiliki sebuah akson dan dua atau lebih dendrit
2) Neuron bipolar, dengan sebuah dendrit dan sebuah akson
8
3) Neuron pseudounipolar, yang memiliki sebuah processus yang bercabang di dekat
perikarion, dengan cabang panjang yang terjulur ke ujung perifer dan yang lain
terjulur ke SSP.4
Gambar 6. Jenis-jenis sel neuron berdasarkan fungsi
(Sumber: http://www.tutorvista.com)
Gambar 7. Jenis-jenis sel neuron berdasarkan jumlah dan prosessus
(Sumber : HowStuffWorks)
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel saraf di dukung oleh sel glia. Jadi sel
glia merupakan sel yang berkaitan erat dengan neuron, yang berfungsi sebagai pendukung
struktur dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam fungsi penjalaran impuls. Sel glia
berfungsi untuk menjamin agar kondisi lingkungan ionic sekitar neuron dapat selalu tepat, dan
juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron.
9
Jenis-jenis sel glia beserta fungsinya :
(a) Astrosit : menopang neuron dalam hubungan spasial yang tepat, menyerap
dan menguraikan neurotransmitter yang dibebaskan menjadi bahan mentah
untuk membentuk lebih banyak neurotransmiter oleh neuron.4
(b) Oligodendrosit : membentuk selubung mielin di SSP.1
(c) Mikroglia : berperan dalam pertahanan otak sebagai fagosit
(d) Sel Ependim : melapisi bagian dalam otak dan medula spinalis, ikut
membentuk cairan serebrospinal, berfungsi sebagai sel punca neuron
dengan potensi membentuk neuron baru dan sel glia baru.4
Gambar 8. Sel Glia atau Neuroglia
(Sumber : Histologi dasar Junqueira)
10
Neurotransmitter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal mealui
eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.5
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron.1 Setiap neuron melepaskan satu
transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
dengan bantuan zat-zat kimia ini maka neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls,
bergantung pada jenis neuron dan transmitter tersebut.2 Contoh neurotransmitter adalah:
1) Asetilkolin (ACh) dilepas oleh neuron motorik yang berakhir di otot rangka
(sambungan neuromuskular). ACh juga dilepas oleh neuron parasimpatis dalam SSO
dan oleh neuron tertentu di otak.
a. Sebagian besar ACh disintesis dari kolin dan koenzim asetil A dalam badan
neuron motorik; kemudian ditranspor ke terminal akson dan disimpan dalam
vesikel sinaptik.
b. Setelah dilepas, ACh dipecah oleh enzim asetilkolinesterase menjadi asetat dan
kolin. Kolin kemudian ditarik terminal akson dan disiklusulangkan.
c. Asetilkolinesterase seperti esterin dan prostigmin dipakai secara teraputik pada
kasus miastenia gravis, penyakit yang ditandai dengan melemahnya otot
karena penurunan daya respons sel-sel otot rangka terhadap ACh.2
2) Katekolamin meliputi norepinefrin (NE), epinefrin (E) dan dopamin (DA).
Katekolamin mengandung nukleus katekol dan merupakan derivat dari asam amino
tirosin.2,5
a. Katekolamin digolongkan sebagai monoamina karena memiliki satu gugus
tunggal amina.
b. Ketiganya merupakan neurotransmitter dalam SSP; NE dan E juga berfungsi
sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal.
c. Katekolamin terinaktivasi setelah pelepasan karena:
i. Penyerapan ulang oleh terminal akson.
ii. Degradasi enzimatik oleh monoamina oksidase (MAO) yang terjadi
pada ujung neuron presinaptik.
iii. Degradasi enzimatik oleh katekolamin-O-metil transferase (COMT)
yang terjadi pada neuron postsinaptik.
11
3) Serotonin termasuk monoamina, tetapi tidak mengandung nukleus katekol. Serotonin
merupakan derivat dari asam amino triptofan yang ada dalam SSP dan pada sel-sel
tertentu dalam darah dan sistem pencernaan.
4) Beberapa asam amino, seperti glisin, asam glutamat, asam aspartat dan asam
aminobutirat gamma (GABA) berfungsi sebagai neurotransmitter. Diketahui bahwa
sampai saat ini bahwa glisin dan GABA bekerja sebagai inhibitor.
5) Sejumlah neuropeptida, berkisar dari dua sampai 40 asam amino dalam setiap rantai
panjang telah diidentifikasi dalam organ tubuh. Senyawa seperti substansi P,
enkefalin, bradikinin dan kolesistokinin berperan sebagai neurotransmiter asli atau
sebagai neuromodulator untuk mempengaruhi pelepasan atau respon terhadap,
transmiter aktual. Semuanya memiliki efek nonsaraf dan saraf.
Jaras Emosi
Pada skenario PBL, seorang wanita mengalami gangguan pada tubuhnya yaitu pada
jantungnya yang berdebar. Tentu saja hal ini dapat dijelaskan dalam bentuk jaras emosi.
Seperti yang telah kita ketahui, emosi disebabkan oleh adanya rangsangan. Rangsangan atau
stimulus diterima oleh saraf-saraf sensoris kita melalui alat-alat panca indera kita. Informasi
yang berasal dari masing-masing panca indera tersebut diintegrasikan di korteks serebral yang
merupakan pusat sensoris dan intelektual. Informasi yang telah diintegrasikan itu diteruskan
ke sistem limbik. Sistem limbik adalah pusat emosi dan tempat pembentukan emosi tersebut.
Setelah dari sistem limbik, informasi tersebut atau emosi yang sudah terbentuk dibawa ke dua
tempat, yaitu hipothalamus dan kembali ke korteks serebral sebagai timbal balik untuk
menciptakan kesadaran tentang adanya emosi tersebut. Setelah sampai di hipothalamus dan
batang otak, terbentuklah respon dari emosi tersebut.
Respon dari emosi ini dapat berupa respon somatik, respon autonom, respon endokrin,
dan respon imun. Contoh dari respon ini saat terjadi emosi berupa kemarahan adalah :
Respon somatik : menggerbrak meja
Respon autonom : jantung berdetak cepat
Respon endokrin : hormon adrenalin meningkat
Respon imunitas : stress dan gampang sakit
Dalam skenario PBL kali ini, respon yang paling terlihat adalah respon otonom. Respon
otonom ini tentu saja dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
12
Sistem Saraf Otonom (SSO)
Sistem saraf otonom adalah sistem motorik eferen viseral. SSO tidak memiliki input volunter;
walaupun demikian, sistem ini dikendalikan oleh pusat dalam hipotalamus, medula, dan
korteks serebral, serta pusat tambahan pada formatio retikular batang otak. SSO ini memiliki
2 (dua) divisi, yaitu: divisi simpatis dan parasimpatis.2
Sistem Saraf Simpatiso Struktur
Terdiri dari 25 pasang simpul saraf. Terletak di sebelah kiri-kanan tulang belakang. Berpangkal pada medulla spinalis di daerah leher dan di daerah
pinggang sehingga disebut juga saraf torakolumbar. Pra ganglion pendek. Praganglion → pendek, urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion. Post ganglion → panjang, urat saraf yang berada pada ujung ganglion.
o Fungsi
memperbesar pupil menghambat aliran ludah mempercepat denyut jantung Relaksasi paru – paru Menghambat aktivitas lambung Menghambat aktivitas pankreas menghambat stuktur seks. Menghambat pelepasan glukosa oleh hati. Mengekresikan epinefrin dan norepinefrin. Relaksasi kantong kemih.1-3
Sistem Saraf Parasimpatiko Struktur
Urat praganglionnya panjang karena menempel pada organ yang dibantu.
Berpangkal pada medulla oblongata. Kerjanya berlawanan dengan kerja saraf simpatis.
o Fungsi
mengecilkan pupil menstimulasi aliran ludah memperlambat denyut jantung kontraksi paru – paru merangsang aktivitas lambung Merangsang aktivitas pankreas Merangsang urinasi
13
Gambar 8. Sistem saraf otonom
(Sumber: 4shared.com)
Kesimpulan
Emosi terjadi akibat suatu rangsangan (seseorang atau suatu peristiwa). Rangsangan tersebut
dapat tersimpan dalam memori atau ingatan kita. Saat rangsangan tersebut muncul, sistem
limbik akan membentuk emosi yang sesuai. Munculnya emosi dapat memberikan respon-
respon dari bagian tubuh yang lainnya sesuai dengan jenis emosi yang keluar. Jadi hipotesis
diterima: berdebar merupakan respon otonom (simpatis) yang disebabkan oleh memori dan
emosi.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2012.p.145-96.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.p.154-99.
3. Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2010.
4. Mescher AL. Histologi dasar Junqueira: teks & atlas. Edisi ke-10. Jakarta : EGC;
2007. p.136-63.
5. Staff Pengajar Farmakologi FK Unsri. Kumpulan kuliah farmakologi. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2009.p.330-1.14
15