tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

62
LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN DOSEN PEMULA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA MELALUI BLENDED LEARNING DENGAN STRATEGI PROBING-PROMPTING Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun TIM PENGUSUL: Ketua : Dahlia Fisher, S.Pd..,M.Pd. (NIDN. 0410128105) Anggota : Thesa Kandaga, S.Si., M.Pd.(NIDN. 0411098404) UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG OKTOBER 2017

Upload: others

Post on 09-Jan-2022

65 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

LAPORAN AKHIR TAHUN

PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA MELALUI

BLENDED LEARNING DENGAN STRATEGI PROBING-PROMPTING

Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

TIM PENGUSUL:

Ketua : Dahlia Fisher, S.Pd..,M.Pd. (NIDN. 0410128105)

Anggota : Thesa Kandaga, S.Si., M.Pd.(NIDN. 0411098404)

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

OKTOBER 2017

Page 2: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

i

HALAMAN PENGESAHAN

Page 3: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

ii

RINGKASAN

Tuntutan peradaban masa sekarang adalah kemampuan untuk dapat menyelesaikan

permasalahan dengan cepat, berkomunikasi secara baik dengan orang lain, dapat secara

mandiri memenuhi kebutuhannya dan kemampuan-kemampuan lainnya. Blended learning

adalah metode belajar yang menggabungkan dua atau lebih metode dan strategi dalam

pembelajaran untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan

penalaran matematis mahasiswa calon guru matematika, melalui Blended Learning

dengan strategi pembelajaran Probing-prompting. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode Embedded Design, yaitu peneliti hanya melakukan mixed pada bagian

dengan pendekatan kualitatif pada penelitian yang berkarakter kuantitatif. Penelitian ini

mengimplementsikan blended learning secara concurrent artinya pelaksanaan blended

learning dengan menggabungkan antara pembelajaran secara online dengan pembelajaran

secara face-to-face dalam satu kali pertemuan. Artinya, dalam setiap pertemuan

dilaksanakan pembelajaran secara online dan pembelajaran secara face-to-face. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa calon guru matematika di program studi

Pendidikan Matematika FKIP Unpas. Sementara sampel dalam penelitian ini adalah

mahasiswa pada mata kuliah Analisis Real di semester genap. Peneliti memilih dua kelas

pararel dari peserta mata kuliah Analisis Real, untuk kemudian diberi perlakuan yang

berbeda, disesuaikan dengan desain penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode penelitian kuantitatif, dengan membagi objek penelitian menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah kelompok kelas eksperimen yaitu kelompok mahasiswa calon

guru yang mendapatkan Blended Learning dengan Strategi Probing-Prompting dan

kelompok kedua adalah kelompok kontrol; yaitu mahasiswa calon guru yang

mendapatkan pembelajaran konvensional. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa calon

guru semester 6 dari salah satu universitas di Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan

penelitian ini, diketahui bahwa: kelompok kelas eksperimen; yaitu kelompok mahasiswa

calon guru yang mendapatkan Blended Learning memiliki peningkatan kemampuan

penalaran matematis yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kelas kontrol. Hal

tersebut dapat terlihat dari hasil perhitungan gain ternormalisasi kelas eksperimen

mencapai rata-rata 0,50 sementara gain ternormalisasi kelas kontrol mencapai rata-rata

0,34. Meskipun keduanya masih dalam kategori sedang, namun berdasarkan hasil uji-t

dua pihak didapatkan bahwa dalam peningkatan tersebut terdapat perbedaan yang

signifikan.

Page 4: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

iii

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah dan karunia-Nya., sehingga kami dapat menyelesaikan

Laporan Kemajuan Penelitian Dosen Pemula dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika melalui

Blended Learning Dengan Strategi Probing-Prompting”.

Berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan

Laporan Kemajuan Penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Pasundan

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan

3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Pasundan beserta staf

4. Pihak-pihak yang telah membantu dan mensukseskan pelaksanaan

penelitian ini.

Kami berharap kegiatan yang telah terlaksana ini dapat bermanfaat

khususnya untuk pengembangan Program Studi Pendidikan Matematika

Universistas Pasunndan, serta masyarakat pada umumnya.

Bandung, 29 Oktober 2017

Ketua Tim Peneliti

Dahlia Fisher, S.Pd., M.Pd.

Page 5: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................i

RINGKASAN ................................................................................................................... ii

PRAKATA ...................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. viii

BAB I ................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

BAB II ............................................................................................................................... 6

A. Penalaran ................................................................................................................ 6

B. Probing-Pompting .................................................................................................. 8

C. Blended Learning ................................................................................................. 10

D. Implementasi Blended Learning dengan Strategi Probing-prompting .................. 13

BAB III ............................................................................................................................ 16

A. TUJUAN .............................................................................................................. 16

B. MANFAAT .......................................................................................................... 16

BAB IV ............................................................................................................................ 17

BAB V ............................................................................................................................. 20

A. Analisis Data Tes Awal / Pretes ........................................................................... 20

1. Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku .............................................................. 20

2. Tes Normalitas Distribusi Frekuensi ................................................................ 20

3. Tes Homogenitas Dua Varians ......................................................................... 22

4. Uji-t .................................................................................................................. 22

B. Analisis data Tes Akhir/ Postes ............................................................................ 24

Page 6: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

v

1. Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku .............................................................. 24

2. Tes Normalitas Distribusi Frekuensi ................................................................ 24

3. Uji-t .................................................................................................................. 26

C. Skor Gain ............................................................................................................. 27

D. Presepsi Mahasiswa terhadap implementasi e-learning dan blended learning ..... 30

BAB VI ............................................................................................................................ 32

A. KESIMPULAN .................................................................................................... 32

B. SARAN ................................................................................................................ 32

Page 7: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 5.1 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rata-rata dan Simpangan

Baku Tes Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……………………

19

TABEL 5.2 Output Data Normalitas Distribusi Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol………………………………………………………………..

20

TABEL 5.3 Output Uji Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes) Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol……………………………………………...

21

TABEL 5.4 Output Uji-t Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol………………………………………………………………………

22

TABEL 5.5 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rata-rata dan Simpangan

Baku Tes AkhirKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………………………

23

TABEL 5.6 Output Data Normalitas Distribusi Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol………………………………………………………………..

23

TABEL 5.7 Output Uji-t Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol……………………………………………………………………...

26

TABEL 5.8 Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…. 27

TABEL 5.9 Hasil Uji Normalitas Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol…………………………………………………………..

27

TABEL 5.10 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata Skor Gain

Ternormalisasi……………………………………………………………….

27

TABEL 5.11 Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata Skor Gain

Ternormalisasi……………………………………………………………….

28

Page 8: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 2.1. KONSEP BLENDED LEARNING……………………….. 11

GAMBAR 2.2 KOMPONEN BLENDED LEARNING DAN

IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING………………………...……..

14

GAMBAR 4.1 LANGKAH-LANGKAH METODE EMBEDDED

DESIGN ……………………………………………………………………

17

GAMBAR 4.2 CONTOH PLATFORM EDMODO………………………. 18

GAMBAR 5.1 Q-Q PLOT TES AWAL (PRETES) EKSPERIMEN……… 20

GAMBAR 5.2 Q-Q PLOT TES AWAL (PRETES) KELAS KONTROL.... 20

GAMBAR 5.3 Q-Q PLOT TES AWAL (POSTES) EKSPERIMEN………. 24

GAMBAR 5.4 Q-Q PLOT TES AWAL (POSTES) KELAS KONTROL… 24

GAMBAR 5.5. CONTOH BUKU NILAI PADA PLATFORM EDMODO 30

Page 9: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen……………………………………………………………… 34

Lampiran 2 Personalia Peneliti beserta kualifikasinya…………………………….. 35

Lampiran 3 Luaran. Prosiding AD Intercomme…………………………………… 41

Lampiran 4 Evaluasi Atas Capaian Luaran Kegiatan……………………………… 52

Page 10: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan dari pendidikan tinggi menurut Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 adalah berkembangnya potensi mahasiswa agar

menjadi manusia yang cakap, kreatif, mandiri, menguasai cabang Ilmu

Pengetahuan dan atau Teknologi untuk peningkatan daya saing bangsa.

Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan prinsip pembelajaran yang berpusat

pada mahasiswa dengan memperhatikan lingkungan yang selaras dan seimbang.

Ilmu pengetahuan telah berkembang pesat di mana pada abad ini teknologi

utama yang menjadi landasannya adalah komputer melalui jaringan internet.

Internet dijadikan salah satu sumber belajar tanpa batas ruang dan waktu. Menurut

Clark (dalam Hasbullah, 2014) terdapat lima fungsi pemanfaatan internet sebagai

sumber belajar yakni: (a) media as technology , (b) media as tutor or teacher, (c)

media as socializing agents, (d) media as motivators for learning, and (e) media

as problem solving”.

NCTM (2000) Principles and Standards for School Mathematics

mengklasifikasikan kemampuan dasar matematika dalam 5 (lima) standar

kemampuan sebagai berikut: (1) Problem Solving (2) Reasoning and Proof (3)

Communication (4) Connections (5) Representation.

Untuk memunculkan suatu idea atau konsep dalam matematika,

Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa “matematika timbul karena pikiran-pikiran

yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran”. Dengan kata lain, tujuan

pembelajaran matematika perlu diarahkan pada upaya menumbuh kembangkan

pemahaman dan penalaran siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan khusus

pembelajaran matematika dalam kurikulum 2004, yakni:

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, ekperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

Page 11: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

2

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan

penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu,

membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,

grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Penalaran dalam matematika merupakan sesuatu yang pokok dan penting,

tidak pernah sedikitpun penalaran lepas dari matematika, sehingga dapat

dikatakan bahwa penalaran adalah intinya matematika. Setiap belajar matematika

pasti berkenaan dengan penalaran, oleh karenanya kemampuan penalaran akan

menggambarkan kemampuan matematiknya.

Tujuan pembelajaran umum matematika, sesuai prinsip belajar konstruktivisme,

menggariskan bahwa peserta didik harus mempelajari matematika melalui

pemahaman dan pembangunan pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan

yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada Kurikulum 2004

telah dirumuskan lima kecakapan atau kemahiran yang diharapkan dapat dicapai

dalam belajar matematika, yaitu: (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical

communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); (3) belajar

untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); (4) belajar untuk

mengaitkan ide (mathematical connections); dan (5) pembentukan sifat positif

terhadap matematika (positive attitudestowards mathematics). Kelima hal tersebut

dikenal dengan daya matematika (mathematical power). Tetapi proses pengembangan

daya matematika merupakan sebuah proses yang kompleks. Peserta didik dalam

belajar matematika tidak hanya bergantung pada “apa” yang diajarkan, tetapi juga

bergantung pada “bagaimana” matematika itu diajarkan, atau bagaimana peserta didik

itu belajar. Proses pembelajaran merupakan hasil sinergi dari tiga komponen utama

pembelajaran, yaitu peserta didik, kompetensi guru, dan fasilitas pembelajaran.

Ketiga prasyarat tersebut pada akhirnya bermuara pada proses dan model

pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif dalam kerangka peningkatan kualitas

pembelajaran matematika antara lain harus memiliki nilai relevansi dengan

Page 12: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

3

pencapaian daya matematika dan memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas

peserta didik dan juga kreativitas guru itu sendiri.

Di sisi lain upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika perlu

mempertimbangkan perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran, yang antara

lain ditandai dengan adanya perubahan dari model belajar terpusat pada guru ke

model terpusat pada peserta didik, dari kerja terisolasi ke kerja kolaborasi, dari

pengiriman informasi sepihak ke pertukaran informasi, dari pembelajaran pasif ke

pembelajaran aktif dan partisipatif, dari yang bersifat faktual ke cara berpikir kritis,

dari respon reaktif ke proaktif, dari konteks artificial ke konteks dunia nyata, dari

single media ke multimedia. Oleh karena itu, pembelajaran harus berpotensi

mengembangkan suasana belajar mandiri. Dalam hal ini, pembelajaran dituntut dapat

menarik perhatian peserta didik dan sebanyak mungkin memanfaatkan momentum

kemajuan teknologi khususnya dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi (information andcommunication technology).

Kemajauan TIK telah mendorong manusia untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pada setiap kegiatannya. Bidang-bidang seperti e-commerce, e-banking,

egovernment misalnya, telah banyak memanfaatkan kemajuan TIK dalam

aktivitasnya. Memasuki abad XXI ini, banyak institusi pendidikan, khususnya di luar

negeri, berusaha meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan memanfaatkan

kemajuan TIK melalui program e-learning. Bahkan di Malaysia, program e-learning

ini mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya melalui program Agenda

Information Technology National yang dilancarkan oleh National Information

Technology Council (NITC). Untuk membawa Malaysia siap bersaing di era global

abad XXI ini, NITC melancarkan lima agenda, yaitu bidang e-community, e-public

services, e-learning, e-economy, dan esovereignity (Koran, 2003). Sedangkan di

Singapura, yang mempunyai basis TIK lebih baik, telah melangkah lebih maju

menuju era e-government dengan visinya to be a leading e-Government to better

serve the nation in the digital economy (Djunaedi, 2003).

Walaupun infrastruktur TIK di Indonesia masih kalah dari beberapa Negara di

luar negeri, sebaiknya para insan pendidikan, khususnya para tenaga pengajar dan

pengelola lembaga pendidikan, harus mulai berpikir dan bertindak untuk memajukan

elearning. Jika tidak segera bertindak, dimungkinkan sekolah-sekolah di Indonesia

Page 13: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

4

akan kehilangan para peserta didiknya, yang lebih suka mengikuti program distance

learning dari sekolah-sekolah di luar negeri. Di samping itu, UNESCO juga telah

menetapkan standar bagi guru untuk dapat menggunakan TIK bagi keperluan

pembelajarannya (Majumdar, 2005). Pemerintah Indonesia melalui Keppres No.

6/2001 telah mulai mencanangkan eeducation. Ini berarti bahwa pemerintah telah

melakukan inisiasi pemanfaatan TIK dalam bidang pendidikan. Untuk mendukung

pelaksanaan Keppres tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas

memfasilitasi pengembangan infrastruktur TIK dan jaringannya bagi lembaga

pendidikan tinggi di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan literasi

komputer (computer literacy / Jw : “melek komputer”) bagi dosen dan mahasiswa

berturut-turut 80% dan 50% pada tahun 2009. Oleh karena itu, TIK bagi guru adalah

kunci utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan relevansi.. Oleh karena itu,

muncul istilah-istilah seperti e-teacher, e-test, e-library, e-assignment, eeducation,

virtual school, virtual university, e-learning, dan sebagainya. e-learning adalah

pembelajaran yang menggunakan TIK untuk mentransformasikan proses

pembelajaran antara pendidik dan peserta didik. Tujuan utama penggunaan teknologi

ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas

pembelajaran. TIK yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam

elearning ini dapat berupa komputer, LAN (local area network), WAN (wide area

network), internet, intranet, satelit, TV, CD ROM, dan sebagainya. Proses

pembelajaran dapat disampaikan secara synchronously (pada waktu bersamaan) atau

asynchronously (pada waktu yang berbeda). Bahan pembelajaran yang bercirikan

multimedia, mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio, video. Hal ini

merupakan kelebihan yang dimiliki media berbasis komputer. Di samping itu, suatu

e-learning juga harus mempunyai kemudahan bantuan profesional isi pelajaran secara

on line.

Salah satu strategi yang dapat meningkatkan proses berpikir dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan adalah probing-prompting. Menurut

Suherman (2008) strategi probing-prompting adalah strategi pembelajaran dengan

cara dosen menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan

menggali sehingga terjadi proses berpikir dan bernalar.

Page 14: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

5

Yaniawati (2005) Beberapa perpendidikan tinggi di negara-negara maju

memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada

para peserta didiknya. Tujuannya agar para peserta didik dapat secara fleksibel

mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas sehari-hari

peserta didik. Ada tiga alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih

peserta didik, yaitu: 1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional) 2) sebagian

secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau 3) sepenuhnya melalui

internet.

Pada era sekarang , ilmu pengetahuan telah berkembang pesat di mana

pada abad ini teknologi utama yang menjadi landasannya adalah komputer

melalui jaringan internet. Internet dijadikan salah satu sumber belajar tanpa batas

ruang dan waktu Menurut Clark (dalam Hasbullah, 2014) terdapat lima fungsi

pemanfaatan internet sebagai sumber belajar yakni : (a) media as technology ,

(b) media as tutor or teacher, (c) media as socializing agents, (d) media as

motivators for learning, and (e) media as problem solving”.

Yaniawati (2005) Melakukan penelitian tentang Implementasi E-Learning

Dalam Upaya Mengembangkan Daya Matematik (Mathematical Power)

Mahasiswa Calon Guru. Hasil penelitian Yaniawati (2005) Terdapat perbedaan

yang signifikan daya matematik antara mahasiswa calon guru yang belajarnya

melalui full e-learning, blended-learning, dan pembelajaran konvensional. Daya

matematik mahasiswa yang melalui blended learning lebih baik dibandingkan

melalui pembelajaran lainnya (full e-learning dan konvensional), berdasarkan latar

belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti peningkatan

Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika Melalui

Blended Learning Dengan Strategi Probing-Prompting.

Page 15: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang dilakukan dengan satu cara untuk

menarik kesimpulan. Kesimpulan yang bersifat umum dapat ditarik dari kasus-

kasus yang bersifat individual, tetapi dapat juga sebaliknya dari hal yang bersifat

individual menjadi khusus dan bersifat umum (Suherman dan Winataputra,

1993). Penalaran terdiri dari penalaran induktif yang disebut induksi dan

penalaran deduktif yang disebut deduksi. Penalaran induktif adalah penalaran

untuk menarik suatu kesimpulan dari hal-hal khusus ke hal yang umum

(Sumarmo, 1987).

Penalaran analogi merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan sifat

yang serupa. Sejalan dengan hal tersebut Mundiri dalam Tamalene (2010: 16)

mengatakan bahwa analogi adalah membandingkan dua hal yang berlainan

berdasarkan keserupaannya, kemudian menarik kesimpulan berdasarkan

keserupaannya. Sedangkan Generalisasi adalah pemaparan tentang hubungan

beberapa konsep yang diterapkan dalam situasi yang lebih umum. Penalaran ini

mencakup pengamatan contoh-contoh khusus dan menentukan pola atau aturan

yang melandasinya. Sebagai contoh hasil kali dua bilangan ganjil adalah bilangan

ganjil. Prinsip yang menjadi dasar generalisasi adalah “apa yang beberapa kali

terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi

yang sama terpenuhi” (Soekadijo, 1999: 134).

Sumarmo (2010: 6) Secara garis besar penalaran dapat digolongkan

dalam dua jenis yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran

induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus

berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif dapat

bersifat benar atau salah. Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran

induktif di antaranya adalah:

a) Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu

diterapkan pada yang kasus khusus lainnya.

Page 16: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

7

b) Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses

c) Generalisasi: penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang

teramati

d) Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan: interpolasi dan

ekstrapolasi

e) Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang

ada

f) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun

konjektur

Menurut Baroody, A.J. (Tamalene, 2010), ada tiga tipe penalaran utama

yaitu: (a) penalaran intuitif (b) penalaran induktif dan (c) penalaran deduktif.

Penalaran intuitif memerlukan suatu pengetahuan siap atau memainkan suatu

dugaan. Seringkali, kita tidak dapat melakukan semua informasi yang diperlukan

untuk suatu pengambilan keputusan dan dengan demikian kita mendasarkan

keputusan kita pada apakah tepat atau pada suatu perasaan yang mendalam.

Penalaran intiutif meliputi suatu konklusi pada penampilan atau apakah perasaan

benar (suatu asumsi). Penalaran induktif meliputi perasaan atau regularitas,

dimulai dengan menguji contoh-contoh khusus dan berperan untuk

menggambarkan suatu konklusi umum.

Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas

No.506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian perkembangan

anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran sebagai hasil

belajar matematika. Indikator tersebut adalah: (1) menyajikan pernyataan

matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram, (2) mengajukan dugaan,(3)

melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan, menyusun bukti,(4)

memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi, (5) menarik kesimpulan

dari pernyataan, (6) memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan pola atau

sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Dalam pembelajaran penalaran, Glade dan Citron (dalam Tamalene, 2010:

21) memberikan 4 tahapan program pembelajaran penalaran:

Page 17: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

8

Tahap 1. Tahap ini bertujuan untuk membangun kemampuan metakognisi

dengan pengembangan pengetahuan anak dari enam dasar

keterampilan berpikir dan bagaimana mereka menggunakan

keterampilan tersebut untuk berkomunikasi, belajar, menalar dan

menyelesaikan masalah. Fokus pada tahap ini adalah membangun

kesadaran siswa sehingga proses berpikir mereka secara sistematis

turut serta menggunakan enam keterampilan berpikir dan juga mereka

dapat belajar untuk menjadi pemikir yang baik.

Tahap 2. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan level dari kecakapan kognisi

siswa melalui pelatihan dalam setiap enam dasar kemampuan berpikir

sebagai alat untuk berkomunikasi, belajar, bernalar dan memecahkan

masalah. Fokusnya adalah pengembangan kemampuan siswa

sehingga melakukan setiap enam kemampuan berpikir ketika dia

menyelesaikan suatu masalah.

Tahap 3. Tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk

mentransfer dan menggunakan keterampilan berpikir anak untuk

belajar, memahami, menganalisis, berkomunikasi dan memecahkan

masalah secara dasar. Karena kesadaran penggunaan dan

pentransferan keterampilan berpikir untuk mempelajari teori tidak

muncul secara intuitif atau otomatis, maka perlu dikembangkan aspek

materi untuk strategi penalarannya.

Tahap 4. Tahap ini sebagai refleksi sejauh mana kemampuan berpikir anak

dapat diaplikasikan dalam menganalisis, memahami,

mengkomunikasikan pemecahan masalah baik yang berkaitan

dengan konsep matematika maupun masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Probing-Pompting

Probing-prompting terdiri dari dua kata yaitu probing dan prompting.

apabila diartikan setiap kata, probing artinya penyelidikan, pemeriksaan, atau

menggali. Prompting artinya mendorong atau menuntun. Probing dilakukan

Page 18: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

9

untuk untuk mengetahui atau memperoleh informasi yang ada pada diri

mahasiswa, yaitu pengetahuan apa yang dimiliki mahasiswa

mmenyangkut/menegnai permasalahan yang sedang dibahas. Prompting

dilakukan untuk mengarahkan proses berpikir mahasiswa, dari pengetahuan yang

sudah pada dirinya ke arah penyelesaian suatu permasalahan. Proses probing

dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang menggali, dan prompting

dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun.

Probing-prompting merupakan suatu strategi pembelajaran dengan cara

guru/dosen menyajikan serangkaian yang sifatnya menuntun dan menggali

sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap

siswa/mahasiswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang

dibahas/dipelajari (Suherman, 2008).

Langkah-langkah implementasi probing-prompting dalam pembelajaran

yang dikembangkan oleh Joyce & Weil (Rosdiana, 2010) adalah sebagai berikut:

a) Menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki

(menyajikan masalah) melalui gambar, peragaan, dan lain-lain

b) Menunggu beberapa saat (1-3 menit)

c) Mengajukan pertanyaan sesuai indikator

d) Menunggu beberapa saat (1-3 menit)

e) Meminta seseorang untuk menjawabnya

f) Merespon siswa/mahasiswa, jika responnya tidak relevan maka guru/dosen

mengajukan pertanyaan sesuai indikator dengan satu seri pertanyaan probing

atau prompting. jika responnya relevan maka guru/dosen mengajukan

pertanyaan akhir untuk menguji indikator.

Strategi probing-prompting diberikan kepada semua mahasiswa dari

semua golongan kemampuan. Ketika pelaksanaan, pertanyaan-pertanyaan

probing-prompting diberikan kepada mahasiswa secara acak. Untuk mahasiswa

yang memiliki kemampuan awal yang baiik diberikan pertanyaan yang menggali

pengetahuan yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya untuk mahasiswa dengan

kemampuan awal yang rendah berikan pertanyaan yang tidak terlalu tinggi.

Page 19: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

10

Srategi probing-prompting diberikan apabila mahasiswa menemui

kendala dalam menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan, baik ketika

pembelajaran face-to-face maupun pembelajaran online. Adapun langkah-langkah

dalam menerapkan startegi probing-prompting adalah sebagai berikut:

a) Mengajukan pertanyaan, permasalahan atau suatu pertanyaan utama kepada

mahasiswa

b) Menunggu respon atau tanggapan mahasiswa

c) Mengajukan pertanyaan, menggali pengetahuan yang dimiliki mahasiswa

yang berkaitan dengan permasalahan utama. Pertanyaan atau perintah yang

diberikan disesuaikan dengan respon yang diberikan mahasiswa sebelumnya.

d) Menunggu respon atau tanggapan mahasiswa

e) Menunjuk salah satu mahasiswa untuk menjawab pertanyaan

f) Mengajukan pertanyaan atau perintah yang menuntun mahasiswa dalam

menemukan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan utama. Pertanyaan

atau perintah yang diberikan disesuaikan dengan respon yang diberikan

mahasiswa sebelumnya.

g) Menunggu respon atau tanggapan mahasiswa

h) Menunjuk salah satu mahasiswa untuk menjawab pertanyaan

i) Mengajukan pertanyaan seterusnya, sesuai dengan permasalahan yang

diberikan sampai pertanyaan atau permasalahan utama dapat dijawab

mahasiswa dengan baik.

j) Menunggu respon akhir dari mahasiswa

k) Menunjuk salah satu mahasiswa untuk menjawab pertanyaan

l) Dosen bersama mahasiswa memperjelas jawaban akhir.

C. Blended Learning

Blended learning merupakan proses mempersatukan beragam metode

belajar yang dapat dicapai dengan penggabungan sumber-sumber virtual dan fisik.

Driscool & Carliner (Hasbullah 2014) mendefinisikan: blended learning

integrates –or blends-learning programs in different formats to achieve a common

goal. artinya blended learning mengintegrasikan –atau menggabungkan- program

Page 20: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

11

belajar dalam format yang berbeda dalam mencapai tujuan umum. Blended

learning merupakan sebuah kombinasi dan berbagai strategi di dalam

pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa blended learning adalah metode

belajar yang menggabungkan dua atau lebih metode dan strategi dalam

pembelajaran untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran tersebut.

Gambar 2.1. Konsep Blended Learning

(Sumber : http://orangecharterschool.org/the-future-of-learning-has-arrived-at-ocs/)

Menurut Garnham dan Kaleta (2002) pembelajaran hybrid atau blended

adalah pembelajaran yang sebagian kegiatannya dilakukan secara online dan

waktu yang biasanya digunakan dalam kelas dapat dikurangi tetapi tidak

dihilangkan. Dalam penelitian ini kegiatan online dilakukan di luar jam tatap

muka tanpa mengurangi kegiatan tatap muka sehingga memberikan waktu yang

cukup banyak untuk terjadinya komunikasi antar mahasiswa maupun mahasiswa

dengan dosen pembina matakuliah. Komunikasi yang dilakukan secara online

mambantu mahasiswa menguasai kompetensi.

Page 21: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

12

Aktivitas belajar mahasiswa juga mengalami peningkatan dengan adanya

blended learning. Mahasiswa dapat secara mandiri mengakses sumber-sumber

belajar yang telah disiapkan dalam website. Mahasiswa dapat melakukan diskusi

dengan dosen dan mahasiswa lain secara terjadwal maupun secara mandiri. Hal

ini sesuai dengan pendapat Garnham dan Kaleta (2002) bahwa tujuan

dikembangkannya pembelajaran blended atau hybrid adalah menggabungkan ciri-

ciri terbaik dari pembelajaran di kelas (tatap muka) dan ciri-ciri terbaik

pembelajaran online untuk meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif.

Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran blended yang dikembangkan dalam

matakuliah dilakukan dengan tatap muka, offline , dan online merupakan cara

tepat untuk meningkatkan pencapaian kompetensi mahasiswa sebagai calon guru

yang harus menguasai filosofi dan teori belajar secara menyeluruh. Kegiatan

pembelajaran mengembangkan keterampilan berpikir kritis, berkomunikasi lisan

dan tulisan, mengelola diskusi, dan mengemukakan pendapat yang rasional.

Siemens (dalam Yaniawati, 2005) menyebutkan salah satu kategori e-

learning yaitu blended learning, yang menyediakan peluang terbaik untuk transisi

pembelajaran dari kelas menuju e-learning. Blended learning melibatkan kelas

(atau face-to- face) dan pembelajaran secara online sebagai proses

pembelajarannya. Model ini cukup efektif untuk menambah efisiensi

pembelajaran di kelas dan melakukan diskusi atau menambah/mencari informasi

di luar kelas.

Kurtus (2004) menyatakan bahwa “blended learning is a mixture of the

various learning strategies and delivery methods that will optimize the learning

experience of the user”. Hal tersebut menyatakan bahwa blended learning adalah

campuran dari berbagai strategi pembelajaran dan metode penyampaian yang akan

mengoptimalkan pengalaman belajar bagi penggunanya. Pelaksanaan strategi ini

memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama yang berbasis

web/blog, tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka (Elliot, 2002:58).

Sedangkan menurut Allen, Seaman, and Garrett (Hasbullah, 2014),

mendefinisikan blended learning yaitu:

Page 22: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

13

The definition of an online program or blended program is similar to the

definition used for courses; an online program is one where at least 80 percent of

the program content is delivered online and a blended program is one where

between 30 and 79 percent of the program content is delivered online.

Untuk mengimplementasikan blended learning dalam perkuliahan di

perguruan tinggi, teori Gynther (dalam Hapizah, 2007) menyatakan bahwa ada

empat pertanyaan didaktik yang difokuskan, yaitu (1) pengetahuan apa yang harus

dicapai mahasiswa dan bentuk pendidikan yang harus dicapai; (2) bagaimana

pengaturan ruangan yang diperlukan untuk pembelajaran; (3) bagaimana

pengaturan lingkungan belajar yang dibutuhkan; dan (4) sumber belajar apa yang

dibutuhkan. Permasalahan yang dijumpai dalam pelaksanaan pembelajaran di

perguruan tinggi adalah jika mengajar dalam kelas yang besar, maka pembelajaran

dengan one-to-one dan hands-on dirasakan agak sulit dilaksanakan. Permasalahan

lain adalah masalah waktu pembelajaran. Cotrell dan Robinson (dalam Hapizah,

2015) blended learning tidak hanya sebuah metode yang mengurangi

permasalahan waktu perkuliahan tetapi juga sebuah cara untuk melakukan

program perkuliahan dengan jumlah mahasiswa yang lebih banyak.

Taradi (Hapizah, 2015), blended learning merupakan salah satu dari tiga

prinsi pembelajaran yang ada di pendidikan tinggi, ketiga prinsip tersebut adalah

web-based learning, problem-based learning, dan collaborative learning. Blended

learning termasuk dalam prinsip web-based learning karena dalam blended

learning terdapat pembelajaran online, yaitu pembelajaran melalui website yang

telah dirancang.

Ada beberapa alasan menggunakan blended learning menurut Graham

(2004), yaitu: (1) meningkatkan pedagogi; (2) kemudahan akses dan fleksibilitas;

(3) meningkatkan keefektifan.

D. Implementasi Blended Learning dengan Strategi Probing-prompting

Implementasi blended learning dalam mencapai kemampuan penalaran

matematis mahasiswa calon guru akan memperoleh hasil yang maksimal apabila

dalam proses perkuliahan tersebut dilakukan sesuai dengan lagkah-langkah

Page 23: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

14

blended learning yang dipilih. Implementasi blended learning terdiri dari

implementasi secara sequential dan secara concurrent. Implementasi secara

sequential artinya dalam beberapa pertemuan pembelajaran yang dilakukan

adalah pada pertemuan pertama melaksanakan pembelajaran secara online dan

kemudian pada pertemuan berikutnya melaksanakan pembelajaran secara face-to-

face, ataupun sebaliknya pembelajaran pertama melaksanakan secara online.

Secara garis besar alur penerapan blended learning dalam pembelajaran di

perguruan tinggi diperlihatkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Komponen Blended Learning dan Implementasi Blended Learning

(Sumber: Modul diklat Pembelajaran berbasis TIK)

Strategi

Probing-prompting

Implementasi

Blended Learning

Kemampuan

Penalaran

Matematis

Page 24: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

15

Sedangkan implementasi blended learning secara concurrent adalah pelaksanaan

blended learning dengan menggabungkan antara pembelajaran secara online

dengan pembelajaran secara face-to-face dalam satu kali pertemuan. Artinya,

dalam setiap pertemuan dilaksanakan pembelajaran secara online dan

pembelajaran secara face-to-face. Penelitian ini mengimplementsikan blended

learning secara concurrent.

Page 25: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

16

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT

A. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh interaksi antara jenis pembelajaran (BLPP, PP) dan

kemampuan awal mahasiswa terhadap peningkatan Kemampuan Penalaran

Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika

2. Membandingkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Calon Guru

Matematika yang memperoleh pembelajaran blended learning dengan strategi

probing prompting dan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Calon

Guru Matematika yang memeroleh pembelajaran dengan strategi

pembelajaran probing prompting.

3. Mengkaji secara komprehensif keunggulan dan kelemahan implementasi

pembelajaran blended learning dengan strategi probing prompting (BLPP)

dan pembelajaran dengan strategi Probing Prompting (PP) saja.

B. MANFAAT

Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan mafaat khususnya pada guru

dan dosen maupun kepada masyarakat luas pada umumnya mengenai penggunaan

model Blended Learning dengan strategi Probing-Prompting. Dengan

menggunakan model pembelajaran tersebut dihipotesiskan dapat meningkatkan

kemampuan penalaran matematis.

Page 26: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

17

BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods), yaitu

metode penelitian yang menggabungkan atau menghubungkan metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif (Creswell, 2009). Pemilihan jenis penelitian kuantitatif

dan kualitatif atau mixed methods adalah untuk mendapatkan fakta yang lebih

komprehensif tentang kemampuan penalaran matematis belajar mahasiswa calon

guru matematika melalui blended learning dengan strategi probing prompting.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Embedded Design, yaitu

peneliti hanya melakukan mixed pada bagian dengan pendekatan kualitatif pada

penelitian yang berkarakter kuantitatif. Demikian pula sebaliknya, penyisipan

dilakukan pada bagian yang memang membutuhkan penguatan ataupun

penegasan, sehingga simpulan yang dihasilkan memiliki tingkat pemahaman yang

lebih baik, bila dibandingkan dengan hanya menggunakan satu pendekatan saja

(Indrawan dan Yaniawati, 2016). Alasan pemilihan model ini adalah agar hasil

penelitian yang didapatkan lebih lengkap, valid, reliable, dan objektif. Disamping

itu, dengan metode Embedded Design, peneliti dapat mengumpulkan data

KUANTITATIF dan data kualittatif secara bersama-sama, dengan demikian

dapat mempercepat waktu penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi metode

primernya adalah metode KUANTITATIF, sedangkan metode kualitatif sebagai

metode sekunder.

Metode KUANTITATIF digunakan untuk mengukur kemampuan

penalaran matematius mahasiswa calon guru serta interaksinya antar variabel,

metode kualitatif digunakan untuk melihat secara mendalam kemampuan

penalaran mahasiswa calon guru faktor-faktor penyebabnya, serta keunggulan dan

kelemahan dari penerapan blended learning dengan strategi probing-prompting.

Instrumen penelitian yang disusun terdiri dari: (1) tes kemampuan awal

mahasiswa dan tes kemampuan penalaran matematis; (2) angket untuk mengukur

kemampuan penalaran mahasiswa;(3) lembar observasi untuk mencatat aktivitas

dosen dan mahasiswa ketika pembelajaran; (4) panduan wawancara untuk

mengetahui kesulitan mahasiswa yang tidak dapat diketahui dari lembar jawaban

Page 27: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

18

mahasiswa. Langkah-langkah penelitian metode Embedded Design yang

dilakukan diperlihatkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Langkah-langkah Metode Embedded Design

Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, kepada subjek penelitian

diberikan dua kali tes kemampuan yang sama, yaitu dia awal (pretest) dan di akhir

semester (posttest). Skor peningkatan kemampuan penalaran matematis belajar

mahasiswa diperoleh dengan mengurangkan skor posttest dengan skor pretest.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif

Masalah dan Rumusan

Masalah

Tinjauan Pustaka dan

Hipotesis

Pengumpulan Data KUAN Pengumpulan Data kual

Analisis Data

KUAN dan kual

Penyajian Data Hasil

Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Page 28: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

19

dan kualitatif dilakukan pada waktu yang bersamaan dan bergantian dalam selang

waktu yang tidak terlalu lama. Data kuantitatif diperoleh melalui hasil pretest dan

posttest. Data kualitatif dilakukan untuk melengkapi data kuantitatif agar analisis

hasil penelitian yang dilakukan menjadi lebih luas, mendalam, dan bermakna.

Data kualitatif diperoleh melalui instrument lembar observasi, video rekaman,

catatan lapangan, serta wawancara dengan subjek penelitian. Langkah-langkah

analisis data dipisahkan berdasarkan jenis data tersebut. Data kuantitatif diperoleh

dari analisis pretest dan posttest, sedangkan data kualitatif diperoleh dari analisis

lembar observasi, wawancara, angket, serta catatan lapangan dan dokumentasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Pendidikan

Matematika, FKIP, UNPAS. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 80

orang mahasiswa yang dipilih secara acak kelas.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini tidak ada yang khusus,

hanya berupa koneksi internet untuk kelas Blended Learning Probing-prompting

(BLPP). Mahasiswa dapat menggunakan modem sendiri atau dapat

memanfaatkan fasilitas WiFi yang ada di kampus. Website yang digunakan untuk

kelas BLPP menggunakan media pembelajaran yang tersedia secara gratis yaitu

Edmodo (http://www.edmodo.com). Contoh Platform Edmodo adalah sebagai

berikut:

Gambar 4.2 Contoh Platform Edmodo

Page 29: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

20

BAB V

HASIL YANG DICAPAI

Analisis data yang dilakukan terhadap hasil penelitian ini adalah analisis terhadap

data hasil tes awal, tes akhir, dan skala sikap. Tes awal digunakan untuk mengetahui

kemampuan penalaran matematika mahasiswa, sedangkan analisis presepsi digunakan

untuk mengetahui presepsi mahasiswa mahasiswa terhadap pembelajaran blended

learning. Adapun pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0

for windows.

A. Analisis Data Tes Awal / Pretes

1. Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku

Data tes awal diperoleh dari hasil tes awal yang telah diberikan sebelum

pembelajaran. Analisis data tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1

Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rata-rata dan Simpangan Baku

Tes Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

Tes Awal (Pretes)

N Nilai

Maksimum

Nilai

Minimum

Rata-

Rata

Simpangan

Baku

Ekperimen 39 6 0 2.69 1.575

Kontrol 37 6 0 3.11 1.577

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

2. Tes Normalitas Distribusi Frekuensi

Langkah pertama adalah menguji normalitas antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Uji normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan degan

menggunakan uji Shapiro-Wilk melalui program SPSS 17.0 for windows

dengan taraf signifikansi 0.05. Setelah dilakukan pengolahan data,

tampilan output SPSS dapat dilihat seperti terdapat pada Tabel 5.2.

Berdasarkan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 5.2,

terlihat sigifikansi pada kolom signifikansi untuk kelas eksperimen adalah

0,069 Dan kelas kontrol adalah 0,056 Oleh karena nilai signifikansi kedua

kelas lebih dari 0.05, maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan

Page 30: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

21

kelas kontrol merupakan sampel yang berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

Tabel 5.2

Output Data Normalitas Distribusi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .167 39 .008 .948 39 .069

Kontrol .176 37 .005 .943 37 .056

a. Lilliefors Significance Correction

Gambar 5.1 Q-Q Plot Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen

Gambar 5.2 Q-Q Plot Tes Awal (Pretes) Kelas Kontrol

Page 31: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

22

Dari Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 terlihat ada garis lurus dari kiri ke kanan

atas. Tingkat penyebaran titik disuatu garis menunjukkan normal tidaknya

suatu data. Jika distribusi normal, maka data akan tersebar di sekeliling

garis. Dari grafik di atas terlihat bahwa data tersebar di sekeliling garis.

Sehingga dapat diartikan bahwa data skor pretes untuk mahasiswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol atau kedua sampel tersebut berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

3. Tes Homogenitas Dua Varians

Langkah kedua adalah menguji homogenitas variansi antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji Levene melalui

program SPSS 17.0 for windows dengan taraf signifikasi 0.05. Setelah

dilakukan pengolahan data, tampilan output SPSS dapat dilihat seperti

terdapat pada Tabel 5.3 berikut ini :

Tabel 5.3

Output Uji Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes)

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.092 1 74 .763

Berdasarkan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene

pada Tabel 5.3 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0.763 lebih

besar dari 0.05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang

mempunyai varians sama, atau kedua kelas tersebut homogen.

4. Uji-t

Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki variansi yang

homogen, selanjutya dilkukan uji kesamaan dua rerata dengan uji-t melalui

Page 32: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

23

aplikasi program SPSS 17.0 for windows menggunakan Independent

Sample t-tes dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians

assumed) dengan taraf signifikansinya 0.05. Hipotesis tersebut dirumuskan

dalam bentuk hipotesis statistic (Uji dua pihak) sebagai berikut :

Keterangan :

Ho : kemampuan penalaran matematis mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran blended learning dengan strategi probing prompting

dan kemampuan penalaran matematis mahamahasiswa yang

memperoleh pembelajaran dengan strategi probing prompting

tidak berbeda secara signifikan.

H1 : kemampuan penalaran matematis mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran blended learning dengan strategi probing prompting

dan kemampuan penalaran matematis mahamahasiswa yang

memperoleh pembelajaran dengan strategi probing prompting

berbeda secara signifikan

Setelah dilakukan pengolahan untuk tes awal, tampilan output SPSS dapat

dilihat seperti terdapat pada Tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 5.4

Output Uji-t Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pada Tabel 5.4 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi pada signifikansi

(2-tailed) adalah 0,254. Oleh karena nilai signifikansi > 0,05, maka Ho

diterima atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan

Page 33: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

24

penalaran matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran blended

learning dengan strategi probing prompting dan kemampuan penalaran

matematis mahamahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan

strategi probing prompting

B. Analisis data Tes Akhir/ Postes

1. Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku

Data tes akhir diperoleh dari hasil tes akhir yang telah diberikan sebelum

pembelajaran. Analisis data tes akhir pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5

Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rata-rata dan Simpangan Baku

Tes AkhirKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

Tes Akhir (Postes)

N Nilai

Maksimum

Nilai

Minimum

Rata-

Rata

Simpangan

Baku

Ekperimen 39 15 3 8.56 3.48

Kontrol 37 13 2 7.00 2.51

2. Tes Normalitas Distribusi Frekuensi

Langkah pertama adalah menguji normalitas antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Uji normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan degan

menggunakan uji Shapiro-Wilk melalui program SPSS 17.0 for windows

dengan taraf signifikansi 0.05. Setelah dilakukan pengolahan data,

tampilan output SPSS dapat dilihat seperti terdapat pada Tabel 5.6

Tabel 5.6

Output Data Normalitas Distribusi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .109 39 .200* .957 39 .142

Kontrol .105 37 .200* .974 37 .536

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 34: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

25

Berdasarkan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel

5.6 di atas, terlihat sigifikansi pada kolom signifikansi untuk kelas

eksperimen adalah 0.2 Dan kelas kontrol adalah 0.2 Oleh karena nilai

signifikansi kedua kelas lebih dari 0.05, maka dapat dikatakan bahwa kelas

eksperimen dan kelas kontrol merupakan sampel yang berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

grafik Q-Q plots di bawah ini :

Gambar 5.3 Q-Q Plot Tes Awal (Postes) Kelas Eksperimen

Grafik 4.4 Q-Q Plot Tes Awal (Postes) Kelas Kontrol

Gambar 5.4 Q-Q Plot Tes Awal (Postes) Kelas Kontrol

Page 35: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

26

Dari Grafik 4.3 dan Grafik 4.4 terlihat ada garis lurus dari kiri ke kanan

atas. Tingkat penyebaran titik disuatu garis menunjukkan normal tidaknya

suatu data. Jika distribusi normal, maka data akan tersebar di sekeliling

garis. Dari grafik di atas terlihat bahwa data tersebar di sekeliling garis.

Sehingga dapat diartikan bahwa data skor postes untuk mahasiswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol atau kedua sampel tersebut berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

3. Uji-t

Kedua kelas tersebut berdistribusi normal selanjutnya dilkukan uji

kesamaan dua rerata dengan uji-t melalui aplikasi program SPSS 17.0 for

windows menggunakan Independent Sample t-tes tanpa asumsi kedua

varians homogen (equal varians not assumed) dengan taraf signifikansinya

0,05. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistic (Uji

dua pihak) sebagai berikut :

Keterangan :

Ho : kemampuan penalaran matematis mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran blended learning dengan strategi probing prompting

dan kemampuan penalaran matematis mahasiswa yang

memperoleh pembelajaran dengan strategi probing prompting

tidak berbeda secara signifikan.

H1 : kemampuan penalaran matematis mahasiswa yang memperoleh

pembelajaran blended learning dengan strategi probing prompting

dan kemampuan penalaran matematis mahamahasiswa yang

memperoleh pembelajaran dengan strategi probing prompting

berbeda secara signifikan

Setelah dilakukan pengolahan untuk tes akhir, tampilan

output SPSS dapat dilihat seperti terdapat pada Tabel 5.8 berikut

ini :

Page 36: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

27

Tabel 5.7

Output Uji-t Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differen

ce

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai Equal

variances

assumed

6.357 .014 2.233 74 .029 1.564 .701 -.288 3.416

Equal

variances

not

assumed

2.251 69.187 .028 1.564 .695 -.276 3.404

Pada Tabel 5.4 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi pada signifikansi

(2-tailed) adalah 0,028. Oleh karena nilai signifikansi < 0,05, maka Ho

ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan penalaran

matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran blended learning

dengan strategi probing prompting dan kemampuan penalaran matematis

mahamahasiswa yang tidak memperoleh pembelajaran blended learning

dengan strategi probing prompting

C. Skor Gain

Untuk melihat peningkatan dari pretes ke postes, maka dilakukan

perhitungan peningkatannya (gain). Gain terdiri dari absolute gain atau actual

gain (gain mutlak atau gain actual) dan normalized gain (gain ternormalisasi).

Gain mutlak adalah besarnya peningkatan skor dari pretes ke postes. Jadi gain

mutlak sama dengan skor postes dikurangi dengan skor pretes. gain ternormalisasi

adalah proporsi gain mutlak terhadap gain maksimal yang dapat dicapai.

Page 37: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

28

Untuk melihat penigkatan kemampuan penalaran Matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran blended learning dengan strategi probing prompting

dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional adalah dengan

menghitung gain kedua kelompok dengan menggunakan rumus gain

ternormalisasi. Hasi perhitungan gain ternormalisasi selengkapnya disajikan pada

Tabel 5.9 berikut:

Tabel 5.8 Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Aspek

Eksperimen Kontrol

Rata-rata gain

ternormalisai Kategori

Rata-rata gain

ternormalisai Kategori

Kemampuan

Penalaran

Matematis

0,50 Sedang 0,34 Sedang

Dari Tabel 5.9. terlihat bahwa rata-rata gain ternormalisasi kemampuan

penalaran Matematis siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol.

Meskipun kedua kategori gain interpretasinya sedang.

Untuk mengetahui apakah perbedaan skor rata-rata gain ternormalisasi

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol cukup signifikan atau tidak, maka data

diuji dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan

analisis uji perbedaan dua rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan

uji homogenitas terhadap data skor gain ternormalisasi.

Hasil perhitungan uji normalitas aspek kemampuan penalaran Matematis siswa

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan menggunakan SPSS. 17.0

disajikan pada Tabel 5.10 berikut ini:

Tabel 5.9

Hasil Uji Normalitas Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .141 39 .048 .938 39 .034

Kontrol .106 37 .200* .957 37 .166

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 38: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

29

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas Shapiro-Wilk yang tersaji

pada Tabel 5.6 di atas, nilai signifikan pada setiap kelompok untuk kelas

eksperimen kurang dari 0,05 dan kelas kontrol lebih dari 0,05. Ini berarti untuk

kelas kontrol hipotesis nol diterima, dengan kata lain skor gain ternormalisasi

kemampuan penalaran Matematis untuk kelas kontrol berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas eksperimen hipotesis nol ditolak ,

dengan kata lain skor gain ternormalisasi kemampuan penalaran Matematis untuk

kelas eksperimen berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Data skor gain ternormalisasi kelas kontrol yang menggunakan

model konvensional berdistribusi normal, akan tetapi data kelas eksperimen tidak

berdistribusi normal. Karena salah satu data tidak berdistribusi normal, perbedaan

rata-rata diuji dengan Mann-Whitney Test. Hasil uji perbedaan rata-rata skor gain

ternormalisasi dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.10

Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata

Skor Gain Ternormalisasi

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Nilai Eksperimen 39 45.77 1785.00

Kontrol 37 30.84 1141.00

Total 76

Tabel 5.11

Hasil Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata Skor Gain Ternormalisasi

Test Statisticsa

Nilai

Mann-Whitney U 438.000

Wilcoxon W 1141.000

Z -2.951

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Grouping Variable: Kelompok

Page 39: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

30

Berdasarkan Tabel 5.12. diketahui nilai statistik uji Z yaitu -4.951 dan nilai

Asymp. Sig. (2 tailed) 0.003 < 0,05. Hasil uji statistik menolak H0. Artinya

terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai gain ternormalisasi kemampuan

penalaran Matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol secara keseluruhan.

D. Presepsi Mahasiswa terhadap implementasi e-learning dan blended

learning

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti langsung terhadap mahasiswa

melalui sebuah wawancara dengan harapan akan dicapai hasil wawancara yang

optimal karena pewawancara memahami tujuan wawancara, dan responden

dituntut memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Pada bagian pertama materi wawancara (A) meliputi pertanyaan mengenai

pengenalan, kemampuan dan kebiasaan responden menggunakan komputer,

penggunaan software dan jaringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua

responden (80 dari 80 responden) pengguna Microsoft office. Hal ini sesuai

dengan penggunaan untuk belajar (89%) dalam arti mengerjakan tugas-tugas

kuliah. Sebagian menggunakan aplikasi web browser (65%) untuk kegiatan

belajar, chatting dan komunikasi lainnya.

Pada penelitian tentang lama penggunaan komputer, sebanyak 59%

responden menggunakan komputernya lebih dari 3 jam per hari. Sisanya 26%

mengunakan lebih dari 2 jam per hari, sisanya 15% menggunakan komputer

kurang dari 2 jam per hari.

Dalam hal penggunaan internet, sebagian besar mahasiswa (91% dari

responden) menyatakan bahwa mereka menggunakan komputer untuk belajar,

searching bahan ajar di internet, membuat paper dan bahan presentasi dengan

power point, 91% mahasiswa menggunakan internet untuk berkomunikasi lewat

e-mail, chatting, facebook, dan lainnya. 45% untuk kepentingan rekreasi (seperti

melihat film di you tube atau melakukan game online dan sebagainya).

Pertanyaan mengenai pengenalan aplikasi e-learning menunjukkan,

sebanyak 69% responden menyatakan tahu tentang e-learning, 31% responden

mahasiswa menyatakan tidak mengenal.

Page 40: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

31

Presepsi mahasiswa mengenai kesiapan penggunaan e-learning dengan

platform edmodo di kelas pada saat pembelajaran, 66 responden menjawab

mungkin bisa menggunakan aplikasi e-learning, 6 orang ragu-ragu dan 8 orang

tidak menjawab.

Kurangnya pengenalan akan program e-learning yang digunakan

menyebabkan mahasiswa tidak mampu menetapkan presepsi yang tepat mengenai

penilaian dengan proses pembelajaran lewat e-learning menunjukkan perlu

sosialisasi dan pembuktian bahwa penilaian lewat e-learning dapat lebih adil dan

mudah diperoleh. Contoh Buku nilai pada platform edmodo adalah sebagai

berikut:

Gambar 5.5. Buku Nilai pada Platform Edomodo

Bersumber pada pengalaman menggunakan internet, adalah koneksi yang buruk

menjadi kendala utama. Kendala berikutnya adalah fasilitas pendukung dan

jaringan. Masalah lainnya yang disampaikan mahasiswa adalah kemungkinan

mahasiswa tidak jujur, tugas yang diserahkan bukan hasil kerja mahasiswa yang

bersangkutan, terjadinya kesalahan system, dan kurangnya interaksi langsung

antara dosen dan mahasiswa.

Page 41: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

32

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Model Blended Learning dengan strategi Probing-Prompting memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan Penalaran

Matematis Mahasiswa Calon Guru.

2. Mahasiswa Calon Guru yang belajar dengan model Blended Learning

dengan strategi Probing-Prompting memiliki kenaikan kemampuan

Penalaran Matematis yang lebih baik dalam mata kuliah Analisis Real,

jika dibandingkan dengan Mahasiswa Calon Guru yang belajar dengan

model pembelajaran konvensional.

B. SARAN

Walaupun penelitian ini telah menghasilkan temuan awal, peneliti masih

harus mengembangkan analisis dan hasil lebih lanjut, khususnya memperdalam

mengenai keunnggulan dan kelemahan implementasi pembelajaran blended

learning dengan strategi probing prompting (BLPP) dan pembelajaran dengan

strategi Probing Prompting (PP) saja.

Page 42: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

33

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Bumi Aksara

Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.

Curtis J.Bonk, Charles R. Graham. (2006). The Handbook of Blended learning.

USA : Pfeiffer.

Depdiknas. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem

Pendidikan Nasional.

Driscoll, M. (2002). Blended Learning: Let’s Get Beyond the Hype. [online].

Diakses https://www-07.ibm.com/services/pdf/blended_learning.pdf

Elliott, M. (2002). Blended Learning: The Magic Is In The Mix. In A. Rossett

(Ed.), The ASTD e-learning handbook (pp. 58-63). New York : McGraw-

Hill.

Ernst, J.V. “A Comparison of Traditional and Hybrid Online Instructional

Presentation in Communication Technology. Journal of Technology

Education Vol. 19 No. 2, Spring 2008 halaman 40-49.

http://scholar. lib.vt.edu/ejournals/JTE/v19n2/pdf/ernst.pdf

Diakses 24 April 2016

Garnham, C. dan Kaleta, R. “Introduction to Hybrid Course” 2002, Teaching

with Technology Today, Volume 8, Number 6: March 20, 2002.

http://www.wisconsin.edu/ttt/articles/garnham. Diakses 24 April 2016

Hapizah, (2015). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis, Komunikasi

Matematis, dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Calon Guru Matematika

Melalui Blended Learning dengan Strategi Probing-prompting.

(Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Hasbullah.(2008). “Perancangan dan Implementasi Model Pembelajaran E-

learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di JPTE FPTK

UPI,” Jurnal Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hicks, M., dkk. (2001). Enhancing online teaching: Designing responsive

learning environments. The International Journal for Academic

Development. 6(2),hlm. 143-151

Page 43: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

34

Indrawan, R. dan Yaniawati, P. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif,

kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan dan

Pendidikan. Refika Aditama, Bandung.

Kurtus, R. 2004. Blended Learning. Available at http://www.school-for

champions.com/elearning/blended.htm [diakses 16-03-2016]

Prayitno, W. (2015). Penerapan Blended Learning Dalam Pengembangan

Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Bagi Pendidik Dan Tenaga

Kependidikan (PTK).

http://lpmpjogja.org/wp-content/uploads/2015/08/Artikel-br_10juli-

Penerapan-Blended-Learning-dalam-Pengembangan-Diklat-

PTK_Wendhie.pdf

Diakses 24 April 2016.

Russefendi, H.E. T. (1998). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-

Eksakta lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

JICA

Tamalene, Hanisa. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Model CORE melalui

Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan

Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis Magister pada

PPS UPI bandung: Tidak diterbitkan.

Yaniawati, P. (2010). E-learning Alternative Pembelajaran Kontemporer.

Bandung: Arfino Raya.

Yaniawati, P. (2014). Budaya Belajar Mandiri Mahasiswa Melalui Pemanfaatan

E-Learning dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas

Pasundan.

Yaniawati, P. (2012). Pengaruh E-Lerning untuk meningkatkan Daya Matematik

Mahasiswa. Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan. November

2012, Th. XXXI, No. 3. Halaman 381-393.

Page 44: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

35

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen

ETUNJUK

Kerjakan semua soal dibawah ini

SOAL:

1. Jika sebarang dua vektor dalam Rp, buktikan:

a. | | | || |

b. | | | | | |

2. “Suatu himpunan K subhimpunan dari disebut konveks, Jika untuk

dan adalah suatu bilangan real di antara 0 dan, , maka

titik ( ) juga anggota himpunan K”

Berdasarkan definisi tersebut, periksalah untuk *( ) | | +

3. Tunjukkan bahwa himpunan * | + himpunan terbuka.

4. Himpunan {

|

} adalah himpunan tak

tersambung dalam R.

Buktikan pernyataan tersebut!

SELAMAT MENGERJAKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JALAN TAMANSARI NO. 6 TELEPON 4205317

UN

IVE

R

S ITAS PAS

UN

DA

N

B A N D U N G

SOAL TES

Page 45: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

36

Page 46: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

37

Page 47: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

38

Page 48: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

39

Page 49: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

40

Page 50: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

41

Page 51: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

42

Lampiran 3. Luaran. Prosiding AD Intercomme

Enhancing the Ability of Mathematical Reasoning for

Students Prospective Teachers

Through Blended Learning Method

Dahlia Fisher1, Thesa Kandaga

2

1 2Faculty of Teacher Training and Education Pasundan University,

Jl. Taman Sari No. 6-8, Bandung, Indonesia.

[email protected]

[email protected]

Abstract. This study aims to analyze the effectiveness of blended learning method in

improving the mathematical reasoning ability of math students prospective teachers. The

method used in this study is quantitative research method. The study was conducted on

two groups: the experimental group and the control group. The experimental group

consisted of students who used blended learning method while the control group

consisted of students who were taught by conventional learning. The object of this study

is a math student prospective teachers in level three in one of the universities in Bandung.

Based on the study, it can be concluded that learning with effective blended learning

method can improve the mathematical reasoning ability of math students prospective

teachers.

Keywords: Blended leaning, mathematical reasoning ability

INTRODUCTION

Science has developed rapidly in this century that the main technology which

computer became its foundation through the Internet connection. The Internet is a source

of learning without limits of space and time. According to Clark in Kurtus [13] there are

five functions of Internet utilization as a learning resource i.e: (a) media as technology,

(b) media as tutor or teacher, (c) media as socializing agents, (d) media as motivators for

learning, and (e) media as problem-solving”.

NCTM (2000) Principles and Standards for School Mathematics classify the

basic math skills in five (5) the ability of the following standards: (1) Problem Solving (2)

Reasoning and Proof (3) Communication (4) Connections (5) Representation.

To bring up an idea or concept in mathematics, Ruseffendi [15] states that

"mathematics arises because thoughts are related to ideas, processes, and reasoning". In

other words, the purpose of learning mathematics needs to be directed at developing the

students' understanding and reasoning. This is in line with the specific objectives of

mathematics learning in the 2004 curriculum, ie:

1) Train the way of thinking and reasoning in drawing conclusions, for example,

through investigation, exploration, experimentation, showing similarities, differences,

consistency, and inconsistency.

Page 52: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

43

2) Develop creative activities that involve imagination, intuition, and discovery by

developing divergence, original, curiosity, making predictions and guesswork and

experimenting.

3) Develop problem-solving skills.

4) Developing the ability to convey information or communicate ideas among others

through oral conversations, notes, charts, diagrams in explaining ideas.

Reasoning in mathematics is something essential and important, never the

slightest off of mathematical reasoning, so that it can be said that the reasoning is the

essence of mathematics. Any mathematics learning must be concerned with reasoning,

therefore reasoning ability will describe its mathematical ability.

Yaniawati [21] Conducted research on E-Learning Implementation in Efforts to

Develop Mathematical Power of Student Prospective Teachers. According to him, some

high education in developed countries provide some alternative models of learning

activities/lectures to the learners. The goal is that learners can flexibly manage lecture

activities in accordance with the time and activities of everyday learners. There are three

alternative models of learning activities that students can choose: 1) fully face-to-face

(conventional) 2) partly face-to-face and partly via the internet, or 3) completely over the

internet. Yaniawati [21] There is a significant difference in mathematical power between

prospective teachers who study through full e-learning, blended-learning, and

conventional learning. The students' mathematical power through blended learning is

better than through other learning (full e-learning and conventional), based on the

background of the above problems, the researcher is interested to examine the

improvement of Mathematical Reasoning Competency for Math Student Prospective

Teachers through Blended Learning.

THEORETICAL FRAMEWORK

Reasoning

The reasoning is a thought process done in one way to draw conclusions. General

conclusions can be drawn from individual cases, but can also be otherwise from

individual to special and general to Suherman [16]. Reasoning consists of inductive

reasoning called inductive and deductive reasoning called deduction. Inductive reasoning

is the reasoning to draw a conclusion from the particular things to the general Sumarmo

[17].

Analogy reasoning is a conclusion based on a similar nature. In line with that

Mundiri in Tamalene [18] says that the analogy is to compare two different things based

on similarity, then draw conclusions based on their likeness. While Generalization is an

exposition of the relationship of some concepts applied in a more general situation. This

reasoning includes observing specific examples and determining the underlying patterns

or rules. For example, the product of two odd numbers is an odd number. The principle

underlying generalization is "what happens several times under certain conditions, can be

expected to always occur when the same conditions are met".

Sumarmo [17] reasoning can be classified into two types: inductive reasoning and

deductive reasoning. Inductive reasoning is defined as a general or specific conclusion

based on observed data. The value of truth in inductive reasoning can be either right or

wrong. Some of the activities categorized as inductive reasoning include:

a) Transductive: draws conclusions from one particular case or one particular property

applied to the other special case.

b) Analogy: drawing inferences based on data similarity or process

Page 53: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

44

c) Generalization: general drawing conclusions based on the amount of data observed

d) Estimate answers, solutions or tendency: interpolation and extrapolation

e) Provide an explanation of existing models, facts, traits, relationships, or patterns

f) Use relationship patterns to analyze the situation, and construct conjectures

According to Baroody, A.J. Tamalene [18], there are three main types of

reasoning: (a) intuitive reasoning (b) inductive reasoning and (c) deductive reasoning.

Intuitive reasoning requires a ready knowledge or play a guess. Often, we can not do all

the information necessary for a decision-making and thus we base our decisions on

whether it is appropriate or in a deep sense. Intuitive reasoning involves a conclusion of

appearance or whether the feeling is right (an assumption). Inductive reasoning involves

feeling or regularity, started with testing specific examples and contributing to a general

conclusion.

In the technical guidance of Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.506/C/PP/2004,

11th November 2004 on the assessment of the development of junior high school

students, there are indicators of reasoning ability as a result of learning mathematics. The

indicators are: (1) present the mathematical statements orally, written, drawing, diagrams,

(2) presupposes, (3) manipulates mathematics, draws conclusions, prepares evidence, (4)

gives reasons or evidence to the truth of the solution, 5) draw conclusions from

statements, (6) examine the validity of an argument, find patterns or properties of

mathematical phenomena to make generalizations. In reasoning learning, Glade and Citron in Tamalene [18] provide 4 stages of the

reasoning learning program seen in Figure 1.1.

Stage 1. This stage aims to build metacognition skills with the development of children's

knowledge of the six basic thinking skills and how they use such skills to

communicate, learn, reason and solve problems. The focus at this stage is to build

student awareness so that their thinking processes systematically participate using

six thinking skills and also they can learn to be good thinkers.

Stage 2. This stage aims to increase the level of students' cognitive skills through training

in every six basic thinking abilities as a tool for communicating, learning,

reasoning and problem-solving. The focus is on developing students' abilities so

that they perform every six thinking skills when he or she solves a problem.

Stage 3. This stage aims developing students' ability to transfer and use children's

thinking skills to learn, understand, analyze, communicate and solve problems on

a basic basis. Because awareness of the use and transfer of thinking skills to study

theory does not arise intuitively or automatically, it is necessary to develop

material aspects for its reasoning strategy.

Stage 4. This stage as a reflection of the extent to which the ability to think children can

be applied in analyzing, understanding, communicating problem-solving both

related to mathematical concepts and problems in everyday life.

Blended Learning

Blended learning is a process of uniting a variety of learning methods that can be

achieved by combining virtual and physical resources. Driscool & Carliner Hasbullah

[10] defines: blended learning integrates -or blends-learning programs in different

formats to achieve a common goal. This means that blended learning integrates - or

combines - learning programs in different formats to achieve common goals. Blended

Page 54: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

45

learning is a combination and a variety of strategies in learning. So it can be said that

blended learning is a learning method that combines two or more methods and strategies

in learning to achieve the purpose of the learning process.

According to Garnham and Kaleta [8] hybrid or blended learning is a learning

activity that is partly done online and the time normally used in the classroom can be

reduced but not eliminated. In this study online activities conducted outside the face-to-

face without reducing face-to-face activities so as to provide sufficient time for the

occurrence of communication between students and students with faculty lecturers.

Communication is done online help students master competence.

Student learning activities also experienced an increase in the presence of

blended learning. Students can independently access the learning resources that have been

prepared on the website. Students can conduct discussions with other lecturers and

students on a scheduled or independent basis. This is in line with Garnham and Kaleta's

opinion [8] that the purpose of developing blended learning or hybrid learning is to

combine the best features of classroom learning (face-to-face) and the best characteristics

of online learning to actively enhance active learning. Based on the above opinion,

blended learning developed in the course done face-to-face, offline, and online is the right

way to improve the achievement of student competence as a prospective teacher who

must master the philosophy and theory of learning as a whole. Learning activities develop

critical thinking skills, communicate oral and written, manage discussions, and rational

opinions.

Siemens in Yaniawati [21] mentions one of the categories of e-learning that is

blended learning, which provides the best opportunity for the learning transition from

class to e-learning. Blended learning involves class (or face-to-face) and online learning

as a learning process. This model is effective enough to increase the efficiency of learning

in the classroom and conduct discussions or add/seek information outside the classroom.

Figure 1. Blended Learning Concept

(Source : http://orangecharterschool.org/the-future-of-learning-has-arrived-at-ocs/

Page 55: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

46

Kurtus [13] states that "blended learning is a mixture of the various learning

strategies and delivery methods that will optimize the learning experience of the user". It

states that blended learning is a mixture of various learning strategies and delivery

methods that will optimize the learning experience for its users. Implementation of this

strategy allows the use of online learning resources, especially web-based / blogs, without

leaving Elliot's face-to-face activities [6].

Meanwhile, according to Allen, Seaman, and Garrett Hasbullah [10], defines

blended learning, that is:

The definition of an online program or blended program is similar to the

definition used for courses; an online program is one where at least 80 percent of the

program content is delivered online and a blended program is one where between 30 and

79 percent of the program content is delivered online.

To implement blended learning in college, Gynther's theory in Hapizah [9] states

that there are four focused didactic questions, namely (1) what knowledge the student

must achieve and what the form of education to be achieved; (2) how the room

arrangements are needed for learning; (3) how to set up the learning environment needed;

and (4) what learning resources are needed. Problems encountered in the implementation

of learning in college is if teaching in a large class, then learning with one-to-one and

hands-on is rather difficult to implement. Another problem is the problem of learning

time. Cotrell and Robinson in Hapizah [9] blended learning is not only a method that

reduces lecture time issues but also a way to lecture programs with more students.

Taradi in Hapizah [9], blended learning is one of three principles of learning that

exist in higher education, the three principles are web-based learning, problem-based

learning, and collaborative learning. Blended learning is included in the principle of web-

based learning because in blended learning there is online learning, that is learning

through a website that has been designed.

There are several reasons to use blended learning according to Graham [8],

namely: (1) increase pedagogy; (2) ease of access and flexibility; (3) improve

effectiveness.

METHODOLOGY

The research method used in this research is quantitative research method, by

dividing the object of research into two groups. The first group is the experimental class

group that is the group of prospective teachers who get Blended Learning and the second

group is the control group; that is prospective teachers who get conventional learning.

The study was conducted on 80 prospective teachers at the third level of one of

the universities in Bandung, West Java. Data obtained through pretest and posttest result

to 80 students. The research instruments comprised of: (1) the student's initial ability test

and the mathematical reasoning test; (2) questionnaire to measure students' reasoning

ability; (3) observation sheets to record the activities of lecturers and students when

learning; (4) an interview guide to find out the student difficulties that can not be known

from the student answer sheets.

Page 56: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

47

RESULT AND DISCUSSION

1. Data Analysis of Preliminary Test/Pretest

a) Average Scores and Standard deviations

Preliminary test data is obtained from the initial test results that have been given

before the learning. Analysis of preliminary test data in the experimental and control

groups can be seen in Table 1 below:

Table 1. Maximum Score, Minimum Score, Average and Standard Deviation Initial Test

of Experiment Class and Control Class

Class

Preliminary Tes Data (Pretes)

N Maximum Score Minimum

Score Average Standard Deviation

Experiment 39 6 0 2.69 1.575

Control 37 6 0 3.11 1.577

b) Normality Test of Frequency Distribution

The first step is to test the normality between the experimental class and the

control class. Normality test of the two classes is done by using Shapiro-Wilk test with

significance level of 0.05. After processing data, SPSS output display can be seen as

shown in the following table.

Table 2. Output of Normalities Data of Classroom Distribution of Experiment and

Control Class

Tests of Normality

Group Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Score Experiment .167 39 .008 .948 39 .069

Control .176 37 .005 .943 37 .056

a. Lilliefors Significance Correction

c) Homogeneity Test Two Variance

The second step is to test the homogeneity of variance between experimental class and

control class by using Levene test with significance level of 0.05. After data processing,

the output can be seen as shown in Table 3 below.

Table 3. Output Test Homogeneity Two Variants Initial Test (Pretest)

Experiment Class and Control Class

Test of Homogeneity of Variances

Score

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.092 1 74 .763

Page 57: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

48

Based on homogeneity test class come from populations that have the same

variance, or both classes are homogeneous of variance by using Levene test in Table 3

above, it can be seen that the significance score of 0.763 is greater than 0.05. So it can be

concluded that the students of the experimental class and the control, have the same

variance.

d) T-test

Both classes are normally distributed and have homogeneous variance, followed

by two-tension equality test with t-test through SPSS 17.0 for windows application using

Independent Sample t-test with the assumption of the two variance homogeneous with a

significance level of 0.05. After processing for the initial test, the SPSS output display

can be seen as shown in Table 4 below.

Table 4. Output Test-t Test Initial (Pretets) Experiment Class and Control Class

In Table 4 above, it can be seen that the significance value at significance (2-tailed) is

0.254. Due to the significance value> 0,05, hence accepted or there is no difference

of significant mathematical reasoning ability of student who get blended learning learning

and mathematical reasoning ability of student who gain learning with conventional

model.

2. Analysis of Final Test Data/ Postest

a) Average Scores and Standard deviations

The final test data is obtained from the final test result that has been given before the

learning. Analysis of the final test data in the experimental and control groups can be seen

in Table 5 below:

Table 5. Maximum Scores, Minimum Scores, Average and Standard Deviation

Experimental Final Test and Control Class

Class

Final test (Postest)

N Maximum

Score Minimum Score Average Standard Deviation

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Score Equal variances assumed

.092 .763 -1.149 74 .254 -.416 .362 -1.137 .305

Equal variances not assumed

-1.149 73.780 .254 -.416 .362 -1.137 .305

Page 58: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

49

Experiment 39 15 3 8.56 3.48

Control 37 13 2 7.00 2.51

b) Normality Test of Frequency Distribution

The first step is to test the normality between the experimental class and the control class.

Normality test of the two classes is done by using Shapiro-Wilk test with significance

level of 0.05. After data processing, SPSS output display can be seen as shown in Table 6

Table 6. Output of Normalities Data of Classroom Distribution of Experiment and

Control Class

Tests of Normality

Group Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Score Exsperiment .109 39 .200* .957 39 .142

Control .105 37 .200* .974 37 .536

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Based on the test of normality with Kolmogorov-Smirnov test in Table 6 above,

it is seen in the column of significance for the experimental class is 0.2 And the control

class is 0.2 Since the significance value of the two classes is more than 0.05, it can be said

that the experimental class and the control class are samples comes from a normally

distributed population.

c) The t-test

The two classes were normally distributed and then tested the equality of two

averages with the t-test using the Independent Sample t-test without the assumption of the

two variances not assumed with a significance level of 0.05.

In Table 7 below, it is seen that the significance value at significance (2-tailed) is

0.028. Due to the significance value , Ho is rejected or there is a significant

difference in the students 'mathematical reasoning ability that obtains blended learning

with students' mathematical reasoning ability that obtains conventional learning.

Table 7. Output of Final T-test of Experiment Class and Control Class

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed

)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper

Score Equal

variances

assumed

6.357 .014 2.233 74 .029 1.564 .701 -.288 3.416

Equal

variances

not

assumed

2.251 69.187 .028 1.564 .695 -.276 3.404

Page 59: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

50

d) Score Gain

To see an improvement from pretest to posttest, then the calculation of the

increase (gain). Gain consists of absolute gain or actual gain (normal gain or normal gain)

and normalized gain (normalized gain). The absolute gain is the magnitude of the

increase in scores from pretest to posttest. So the absolute gain equals the post score

minus the pretest score. the normalized gain is the absolute proportion of gain against the

achievable maximum gain.

To see the enhancement of Mathematical reasoning abilities students who

acquired blended learning and students who received conventional learning were to

calculate the gain of the two groups using the normalized gain formula. The result of the

normalized gain calculation is presented in Table 8.

Table 8. Gain Normalized Experiment Class and Control Class

Aspects

Experiment Control

The average gain

is normalized Category

The average gain

is normalized Category

Mathematical

reasoning

abilities

0,50 Medium 0,34 Medium

From table 8, it is seen that the average gain normalized the Mathematical reasoning

ability of the experimental class students is greater than the control class. Although both

categories gain a moderate interpretation.

To find out whether the difference in gain average scores normalized

experimental class and control class students was significant or not, the data were tested

using a two-averaging difference test. Prior to the analysis of two average difference test,

first tested normality and homogeneity test to normalized gain score data.

The result of normality test of an aspect of students' Mathematical reasoning ability for

experimental class and control class is presented in table 9 below:

Table 9. Normalized Gain Test Result in Experiment Class and Control Class

Tests of Normality

Group Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Score Exseriment .141 39 .048 .938 39 .034

Control .106 37 .200* .957 37 .166

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Based on the results of Shapiro-Wilk normality test calculation presented in table

9 above, the significant value for each group for the experimental class is less than 0.05

and the control class is more than 0.05. This means that for the control class the null

hypothesis is accepted, in other words, the gain score is normalized Mathematical

reasoning abilities for the control class come from the normally distributed population. As

for the experimental class, the null hypothesis is rejected, in other words, the normalized

gain score of Mathematical reasoning abilities for the experimental class comes from the

non-distributed population.

Normalized gain score data of control class using conventional model is a normal

distribution, but experiment class data is not normally distributed. Since one of the data is

Page 60: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

51

not normally distributed, the average difference is tested with Mann-Whitney Test. The

result of difference test of the average normalized gain score can be seen in table 10.

Table 10. Mann Whitney Test Description The Difference of Average Normalized Gain

Score Ranks

Groups N Mean Rank Sum of Ranks

Score Experiment 39 45.77 1785.00

Control 37 30.84 1141.00

Total 76

Table 11. Mann Whitney Test Result Average Difference Normalized Gain Score

Test Statistica

Score

Mann-Whitney U 438.000

Wilcoxon W 1141.000

Z -2.951

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Grouping Variable: Kelompok

According to Table 11, it is known that the Z test statistic is -2.951 and Asymp

value. Sig. (2 tailed) 0.003 <0.05. The statistical test results reject . This means that

there is a significant difference in the average value of gains normalized Mathematical

reasoning ability of the experimental class and the control class as a whole.

CONCLUSIONS

Based on the results of research analysis and discussion of conclusions in this

study are:

1. Blended Learning model has a significant influence on the improvement of

Mathematical Reasoning Competency for Math Students Prospective Teacher.

2. Mathematical Reasoning Skills Math Students Prospective Teachers who have

blended learning have a better (normalized gain) compared to the reasoning ability

of Math Students Prospective Teachers who acquired learning with conventional

learning strategies.

ACKNOWLEDGMENT

The author’s thanks to Pasundan University and Department of Mathematic Education,

Postgraduate School, Indonesian Education University for this work.

REFERENCES

[1] Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi

Aksara

[2] Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.

[3] Curtis J.Bonk, Charles R. Graham. 2006. The Handbook of Blended learning. USA:

Pfeiffer.

Page 61: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

52

[4] Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan

Nasional.

[5] Driscoll, M. 2002. Blended Learning: Let’s Get Beyond the Hype. [online].

Diakses https://www-07.ibm.com/services/pdf/blended_learning.pdf

[6] Elliott, M. 2002. Blended Learning: The Magic Is In The Mix. In A. Rossett (Ed.),

The ASTD e-learning handbook (pp. 58-63). New York: McGraw-Hill.

[7] Ernst, J.V. “A Comparison of Traditional and Hybrid Online Instructional

Presentation in Communication Technology. Journal of Technology Education Vol.

19 No. 2, Springer 2008 p. 40-49.

http://scholar. lib.vt.edu/ejournals/JTE/v19n2/pdf/ernst.pdf

Diakses 24 April 2016

[8] Garnham, C. dan Kaleta, R. “Introduction to Hybrid Course” 2002, Teaching with

Technology Today, Volume 8, Number 6: March 20, 2002.

http://www.wisconsin.edu/ttt/articles/garnham. Diakses 24 April 2016

[9] Hapizah, 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis, Komunikasi

Matematis, dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Calon Guru Matematika Melalui

Blended Learning dengan Strategi Probing-prompting. (Disertasi). Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

[10] Hasbullah.2008. “Perancangan dan Implementasi Model Pembelajaran E-learning

Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di JPTE FPTK UPI,” Jurnal

Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

[11] Hicks, M., dkk. 2001. Enhancing online teaching: Designing responsive learning

environments. The International Journal for Academic Development. 6(2),hlm. 143-

151

[12] Indrawan, R. dan Yaniawati, P. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, kualitatif,

dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan dan Pendidikan. Refika Aditama,

Bandung.

[13] Kurtus, R. 2004. Blended Learning. Available at http://www.school-for

champions.com/elearning/blended.htm [diakses 16-03-2016]

[14] Prayitno, W. 2015. Penerapan Blended Learning Dalam Pengembangan Pendidikan

Dan Pelatihan (Diklat) Bagi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PTK).

http://lpmpjogja.org/wp-content/uploads/2015/08/Artikel-br_10juli-Penerapan-

Blended-Learning-dalam-Pengembangan-Diklat-PTK_Wendhie.pdf

Diakses 24 April 2016.

[15] Russefendi, H.E. T. 1998. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-

Eksakta lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

[16] Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA

[17] Sumarmo, Utari. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan

Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA UPI Bandung

[18] Tamalene, Hanisa. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Model CORE melalui

Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis Magister pada PPS UPI

bandung: Tidak diterbitkan.

[19] Yaniawati, P. 2010. E-learning Alternative Pembelajaran Kontemporer. Bandung:

Arfino Raya.

[20] Yaniawati, P. 2014. Budaya Belajar Mandiri Mahasiswa Melalui Pemanfaatan E-

Learning dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pasundan.

Page 62: Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

53

[21] Yaniawati, P. 2012. Pengaruh E-Learning untuk meningkatkan Daya Matematik

Mahasiswa. Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan. November 2012, Th.

XXXI, No. 3. Halaman 381-393.