tahun 2017 - kinerjaku.kkp.go.idkinerjaku.kkp.go.id/2018/dok/lkj/lkjpds2017.pdf · pdspkp melakukan...
TRANSCRIPT
TAHUN 2017
DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN DAYA
SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | i
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Daya
Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP)
Tahun 2017 sebagai wujud pertanggungjawaban kepada
stakeholders sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29
tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Laporan ini merupakan media akuntabilitas yang
merinci pertanggungjawaban sebagai amanah yang diemban organisasi dan
tanggung jawab pemakaian sumber daya untuk menjalankan misi organisasi. Di
samping itu, informasi perihal pengelolaan kegiatan dan sasaran organisasi
diuraikan dalam rangka pencapaian visi dan misinya.
Sebagai landasan penyusunan Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun
2017 adalah Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan dan
Rencana Strategis Ditjen PDSPKP Tahun 2015-2019 serta Target Kinerja Ditjen
PDSPKP Tahun 2017 berikut realisasinya. Laporan ini memuat pula pencapaian
kinerja sasaran dan kinerja kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Ditjen
PDSPKP.
Kami berharap agar laporan kinerja ini dapat memenuhi harapan sebagai
media pertanggungjawaban kepada stakeholders dan pemacu peningkatan
kinerja bagi organisasi Ditjen PDSPKP.
Jakarta, Januari 2018
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing
Produk Kelautan dan Perikanan
Ir. Nilanto Perbowo, M.Sc
ii | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
LAPORAN KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK
KELAUTAN DAN PERIKANAN
2017
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) Tahun 2017 disusun sebagai bentuk
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja (performance results) Ditjen
PDSPKP selama tahun 2017, dikaitkan dengan Rencana Kinerja (performance
plan) tahun 2016 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Strategis
Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Rencana Strategis Ditjen PDSPKP
Tahun 2015-2019.
Sesuai dengan Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja tahun 2016, Ditjen
PDSPKP melakukan pengukuran terhadap 5 (lima) kegiatan pokok dan 1 (satu)
kegiatan penunjang yang tercakup dalam 1 (satu) program Penguatan Daya
Saing Produk Kelautan dan Perikanan untuk mencapai tujuan strategis sebagai
berikut: (1) Meningkatkan nilai ekspor produk kelautan dan perikanan; (2)
Meningkatkan rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional; (3) Meningkatkan
volume produk olahan hasil perikanan yang bernilai tambah; (4) Meningkatnya
nilai produk kelautan dan perikanan; (5) Menjamin ketersediaan pasokan ikan di
Unit Pengolahan Ikan (UPI); (6) Meningkatkan nilai investasi hasil kelautan dan
perikanan; (7) Meningkatkan nilai pembiyaan usaha hasil kelautan dan perikanan
dari lembaga keuangan bank dan bukan bank; (8) Meningkatkan uji terap inovasi
teknologi hasil kelautan dan perikanan; dan (9) Meningkatkan dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis di lingkungan Ditjen PDSPKP.
Tujuan strategis di atas selanjutnya dijabarkan dalam sasaran strategis
Ditjen PDSPKP yang telah ditetapkan dalam bentuk kontrak kinerja antara
Direktur Jenderal PDSPKP dengan Menteri Kelautan dan Perikanan terdiri dari 15
sasaran strategis dan 36 indikator kinerja utama.
Secara garis besar, beberapa saran dan rekomendasi yang dapat diberikan
terkait dengan permasalahan-permasalahan dalam pencapaian target sasaran
yang telah ditetapkan dan sebagai langkah antisipatif dalam pelaksanaan
kegiatan mendatang, antara lain:
iv | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
1. Perlu adanya akselerasi pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran
dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan yang secara langsung
berkontribusi dalam pencapaian Indikator Kinerja Ditjen PDSPKP sesuai
dengan target yang telah ditetapkan. Untuk itu, koordinasi dan integrasi
pelaksanaan program dan kegiatan antara pusat, daerah dan instansi lintas
sektoral perlu dilakukan secara intensif agar kegiatan dapat terlaksana
dengan baik sesuai dengan perencanaan;
2. Melakukan koordinasi lingkup Unit Kerja Ditjen PDSPKP, KKP, Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta instansi terkait lainnya
untuk melakukan rekonsiliasi dan menyampaikan kemajuan pelaksanaan
dan pemanfaatan pekerjaan secara periodik.
Pencapaian terhadap target sasaran kinerja pembangunan penguatan
daya saing produk kelautan dan perikanan yang telah dicapai selama tahun 2016
serta rencana tindak lanjut penyelesaian permasalahan yang dihadapi
diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk merumuskan langkah-langkah
percepatan pelaksanaan kegiatan di tahun selanjutnya. Hasil analisis yang
komprehensif terhadap masing-masing indikator kinerja tahun 2016 diharapkan
dapat dijadikan umpan balik dan acuan perencanaan berikutnya.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | v
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................................... i
Ikhtisar Eksekutif .................................................................................................................... ii
Daftar Isi...... . ........................................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Tugas dan Fungsi ................................................................................................... 2
1.4 Keragaan Sumber Daya Manusia ....................................................................... 6
1.5 Permasalahan Utama ........................................................................................... 8
1.6 Sistematika Penyajian .......................................................................................... 10
II. Perencanaan Kinerja ................................................................................................... 12
2.1 Rencana Strategis ................................................................................................. 12
2.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ............................................................................ 16
III. Akuntabilitas Kinerja .................................................................................................... 19
3.1 Capaian Kinerja ...................................................................................................... 19
3.2 Evaluasi dan Analisis Kinerja ............................................................................... 22
3.2.1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat KP ..................................... 22
1. Nilai Tukar Pengolah .................................................................. 22
2. Pertumbuhan PDB Perikanan ................................................... 28
3.2.2 Terwujudnya Kedaulatan dalam Pengelolaan SDKP ........................ 32
3. Tingkat Kemandirian SKPT di bawah Tanggung Jawab
Ditjen PDSPKP .............................................................................. 32
3.2.3 Terwujudnya Pengelolaan SDKP yang Bertanggung Jawab dan
Berkelanjutan ......................................................................................... 41
4. Nilai Pembiayaan Usaha Hasil Kelautan dan Perikanan
dari Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank .................... 41
5. Nilai Ekspor Hasil Perikanan ...................................................... 43
6. Konsumsi Ikan Per Kapita .......................................................... 47
7. PNBP pada Sektor Penguatan Daya Saing Produk KP .......... 50
8. Nilai Kesesuaian BP Ditjen PDSPKP. ........................................ 51
3.2.4 Tersedianya Produk KP yang Berdaya Saing, Bertanggung Jawab
dan Berkelanjutan ................................................................................. 52
vi | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
9. Volume Produk Olahan Hasil Perikanan ................................... 53
10. Nilai Investasi Hasil Kelautan dan Perikanan .......................... 55
11. Terkendalinya Inflasi Ikan Tahunan .......................................... 58
3.2.5 Tersedianya Kebijakan Pembangunan Penguatan Daya Saing
yang Efektif ............................................................................................. 62
12. Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah Bidang PDSPKP ... 62
13. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang
PDSPKP ......................................................................................... 63
3.2.6 Akses Pasar Produk Kelautan dan Perikanan di Negara Tujuan
Ekspor yang Ditingkatkan .................................................................... 65
14. Negara yang Tertangani Hambatan Ekspornya ...................... 65
3.2.7 Promosi Produk Kelautan dan Perikanan di Pameran Skala
Internasional ........................................................................................... 66
15. Jumlah Nilai Potensi Transaksi yang Dihasilkan dari
Promosi di Pameran Skala Internasional ............................... 67
3.2.8 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Pengolahan dan
Pemasaran Produk Hasil KP yang Disusun ....................................... 69
16. Jumlah RSNI Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP
yang Disusun ................................................................................ 70
3.2.9 Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) yang Diterbitkan bagi
Unit Pengolahan Ikan ............................................................................ 72
17. Jumlah Sertifikat Kelayakan Pengolahan yang Diterbitkan
bagi Unit Pengolahan Ikan ....................................................... 72
3.2.10 Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP .......... 75
18. Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP
........................................................................................................ 75
3.2.11 Usaha Sektor KP yang Mendapatkan layanan Pembiayaan Bank
dan Non-Bank ......................................................................................... 77
19. Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Bank ................. 77
20. Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Non-Bank ....... 78
3.2.12 Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil
kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan .......................................... 79
21. Jumlah Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan 79
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | vii
3.2.13 Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI ............................................................. 83
22. Jumlah Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat
Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI .................................... 83
3.2.14 Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis .......................... 86
23. Jumlah Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis 86
3.2.15 Terwujudnya Aparatur Sipil Negara Ditjen PDSPKP yang
Kompeten, Profesional, dan Berintegritas ........................................ 89
24. Indeks Kompetensi dan Integritas Ditjen PDSPKP ............... 90
3.2.16 Tersedianya Manajemen Pengetahuan Ditjen PDSPKP yang
Handal dan Mudah Diakses .................................................................. 92
25. Persentase Unit Kerja Ditjen PDSPKP yang Menerapkan
Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar .............. 93
3.2.17 Terwujudnya Birokrasi Ditjen PDSPKP yang Efektif, Efisien,
dan Berorientasi pada Layanan Prima ............................................... 95
26. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi lingkup Ditjen PDSPKP
(%) ................................................................................................... 96
27. Nilai AKIP Ditjen PDSPKP ........................................................... 98
28. Level Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP ........................................ 100
29. Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan Lingkup Ditjen
PDSPKP ………………………………………………………………….…….. 102
30. Jumlah Inovasi Pelayanan Publik Lingkup Ditjen PDSPKP… 103
3.2.18 Terkelolanya Anggaran Pembangunan Ditjen PDSPKP secara Efisien
dan Akuntabel ...................................................................................... 106
31. Nilai Kinerja Anggaran lingkup Ditjen PDSPKP (%) .............. 106
32. Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup Ditjen PDSPKP 108
3.3 Realisasi Anggaran ................................................................................................ 109
IV. Penutup .......................................................................................................................... 111
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 111
4.2 Tindak Lanjut ........................................................................................................... 113
Lampiran
1. Perjanjian Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kelautan dan perikanan melalui program penguatan daya saing
produk kelautan dan perikanan diarahkan dalam rangka mewujudkan produk
kelautan dan perikanan yang memiliki daya saing di pasar domestik dan
internasional dengan menerapkan sistem industri yang efisien dan nir-limbah.
Kebijakan dimaksud mengacu pada pendekatan market driven atau pasar yang
menjadi acuan kebijakan, sehingga ketersediaan produk dapat diterima dan diminati
oleh konsumen. Dengan demikian, produk yang dihasilkan harus merupakan produk
kelautan dan perikanan yang memiliki sifat high quality, safe, traceable, high value
content dan competitive. Kebijakan ini akan dilaksanakan dalam dalam kurun waktu
tahunan dan lima tahunan.
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) Tahun 2015-2019 merupakan dokumen
perencanaan strategis Ditjen PDSPKP yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
program dan kegiatan dalam kurun waktu lima tahunan. Mengacu pada dokumen
Renstra tersebut, setiap unit kerja lingkup Ditjen PDSPKP membuat perencanaan
tahunan guna mencapai indikator sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan
program yang termuat dalam Renstra. Perencanaan tersebut dibuat dengan disertai
indikator sasaran dan cara mencapai sasaran tersebut secara strategis.
Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor
53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Ditjen PDSPKP sebagai
Entitas Akuntabilitas Kinerja berkewajiban menyusun perjanjian kinerja, melakukan
pengukuran kinerja dan pengelolaan data kinerja, serta menyampaikan Laporan
Kinerja yang merupakan wujud akuntabilitas dari mandat yang diemban.
2 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Dokumen Laporan Kinerja merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban
Instansi Pemerintah dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan berdasarkan Renstra maupun Rencana Kinerja Tahunan yang dibuat
sebelumnya, serta merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian
kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur
sejauh mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada, Ditjen PDSPKP
menyusun Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017. Laporan Kinerja ini secara
terstruktur akan menginformasikan capaian kinerja dari setiap pelaksanaan program
dan kegiatan selama tahun 2017.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
adalah untuk mengkomunikasikan pencapaian sasaran strategis selama tahun 2017
kepada para stakeholders guna mewujudkan akuntabilitas kepada pihak-pihak yang
memberi mandat atau amanah. Dengan demikian, Laporan Kinerja ini merupakan
sarana untuk mengkomunikasikan dan menjawab tentang apa yang telah dicapai
selama tahun 2017 dan bagaimana proses pencapaiannya.
1.3 Tugas dan Fungsi
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing
Produk Kelautan dan Perikanan mengalami perubahan sejak bulan Maret 2017.
Sampai dengan bulan Februari 2017, masih berlaku Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dimana kedudukan Ditjen PDSPKP
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kelautan dan Perikanan.
Sebelum mengalami perubahan, Ditjen PDSPKP dipimpin oleh seorang
Direktur Jenderal dan terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal (Setditjen);
2. Direktorat Akses Pasar dan Promosi (Dit APP);
3. Direktorat Bina Mutu dan Diversifikasi Produk Kelautan (Dit BMK);
4. Direktorat Bina Mutu dan Diversifikasi Produk Perikanan (Dit BMP);
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 3
5. Direktorat Sistem Logistik (Dit SL);
6. Direktorat Pengembangan Investasi (Dit PI);
7. Unit Pelaksana Teknis, Balai Besar Pengujian dan Penerapan Hasil Perikanan
(BBP2HP), dan
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Ditjen PDSPKP Berdasar Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015
Setelah adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-
KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP), maka struktur organisasi Ditjen PDSPKP mengalami perubahan tapi
DIREKTORAT JENDERAL
PENGUATAN DAYA SAING
PRODUK KELAUTAN DAN
PERIKANAN
SEKRETARIAT DIREKTORAT
JENDERAL
DIREKTORAT
BINA MUTU DAN
DIVERSIFIKASI
PRODUK KELAUTAN
DIREKTORAT
AKSES PASAR DAN
PROMOSI
DIREKTORAT BINA MUTU DAN
DIVERSIFIKASI
PRODUK PERIKANAN
DIREKTORAT SISTEM LOGISTIK
DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
INVESTASI
BAGIAN
PROGRAM
BAGIAN
KEUANGAN DAN
UMUM
BAGIAN
HUKUM,
ORGANISASI,
DAN HUBUNGAN
MASYARAKAT
BAGIAN
KEPEGAWAIAN
SUBDIREKTORAT
PENINGKATAN
KAPASITAS PASAR
SUBDIREKTORAT
ANALISIS DAN AKSES
PASAR LUAR NEGERI
SUBDIREKTORAT
PROMOSI DAN KERJA
SAMA DALAM NEGERI
SUBDIREKTORAT
PROMOSI DAN KERJA
SAMA LUAR NEGERI
SUBDIREKTORAT
ANALISIS DAN AKSES
PASAR DALAM NEGERI
SUBDIREKTORAT
STANDARDISASI
SUBDIREKTORAT
PENINGKATAN MUTU
SUBDIREKTORAT
DIVERSIFIKASI PRODUK
BIOTEKNOLOGI
SUBDIREKTORAT
DIVERSIFIKASI PRODUK
NONBIOTEKNOLOGI
SUBDIREKTORAT
PENINGKATAN
KAPASITAS PRODUKSI
SUBDIREKTORAT
STANDARDISASI DAN
PENILAIAN KESESUAIAN
SUBDIREKTORAT
PENINGKATAN MUTU
SUBDIREKTORAT
DIVERSIFIKASI
SUBDIREKTORAT
PENINGKATAN UTILITAS
SUBDIREKTORAT
PENINGKATAN
KAPASITAS PRODUKSI
SUBDIREKTORAT
PELAYANAN USAHA
SUBDIREKTORAT
PENGUSAHAAN DAN
KELEMBAGAAN USAHA
SUBDIREKTORAT
INVESTASI DAN
PEMBIAYAAN
SUBDIREKTORAT
KETENAGAKERJAAN DAN
KEMITRAAN
SUBDIREKTORAT DATA
DAN STATISTIK
SUBDIREKTORAT
PEMETAAN DAN
INFORMASI
SUBDIREKTORAT
JARINGAN DISTRIBUSI
DAN KERJA SAMA
SUBDIREKTORAT TATA
KELOLA
SUBDIREKTORAT
PEMANTAUAN
SUBDIREKTORAT
INFRASTRUKTUR
LOGISTIK
UPT PUSAT & KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
4 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
kedudukan Ditjen PDSPKP tetap berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan.
Ditjen PDSPKP mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan daya saing dan sistem logistik produk
kelautan dan perikanan serta peningkatan keberlanjutan usaha kelautan dan
perikanan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Ditjen PDSPKP menyelenggarakan
fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan mutu dan diversifikasi produk,
penguatan promosi produk kelautan dan perikanan, peningkatan sistem logistik
produk kelautan dan perikanan, serta peningkatan keberlanjutan usaha kelautan
dan perikanan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan mutu dan diversifikasi produk,
penguatan promosi produk kelautan dan perikanan, peningkatan sistem logistik
produk kelautan dan perikanan, serta peningkatan keberlanjutan usaha kelautan
dan perikanan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan mutu
dan diversifikasi produk, penguatan promosi produk kelautan dan perikanan,
peningkatan sistem logistik produk kelautan dan perikanan, serta peningkatan
keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan mutu dan
diversifikasi produk, penguatan promosi produk kelautan dan perikanan,
peningkatan sistem logistik produk kelautan dan perikanan, serta peningkatan
keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan mutu dan diversifikasi
produk, penguatan promosi produk kelautan dan perikanan, peningkatan sistem
logistik produk kelautan dan perikanan, serta peningkatan keberlanjutan usaha
kelautan dan perikanan;
6. Pelaksanaan administrasi Ditjen PDSPKP; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Ditjen PDSPKP dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal (Setditjen);
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 5
2. Direktorat Logistik;
3. Direktorat Pengolahan dan Bina Mutu;
4. Direktorat Pemasaran;
5. Direktorat Usaha dan Investasi;
6. Unit Pelaksana Teknis, Balai Besar Pengujian dan Penerapan Hasil Perikanan
(BBP2HP), dan
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Gambar 1.2. Struktur Organisasi Ditjen PDSPKP Berdasar Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017
Direktorat Logistik
Direktorat Usaha dan Investasi
Direktorat Pengolahan dan
Bina Mutu
Direktorat Pemasaran
Subdit Pemetaan
dan Pemantauan
Subdit Tata Niaga
Subdit
Pengadaan dan
Penyimpanan
Subdit Distribusi
Subdit
Standardisasi
Subdit Industri
Skala Mikro dan
Kecil
Subdit Industri
Skala Menengah
dan Besar
Subdit Diversifikasi
Subdit Pemetaan
dan Akses Pasar
Dalam Negeri
Subdit Pemetaan
dan Akses Pasar
Luar Negeri
Subdit Promosi
Subdit Kemitraan
Publik
Subdit Pemetaan
dan Peluang
Investasi
Subdit Pelayanan
dan Kemitraan
Usaha
Subdit Akses
Permodalan
Subdit
Kewirausahaan
dan Kelembagaan
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
Sekretariat Direktorat Jenderal
Bagian
Program
Bagian SDM
Aparatur
dan
Organisasi
Bagian
Hukum,
Kerja Sama,
dan Humas
Bagian
Keuangan
dan
Umum
Kelompok Jabatan Fungsional
6 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
1.4 Keragaan Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai di Ditjen PDSPKP Tahun 2017 mencapai 397 orang, dengan
rincian sebagai berikut:
1. Jumlah pegawai menurut unit kerja eselon II
Apabila dilihat dari gambar di bawah, jumlah pegawai menurut unit kerja Eselon
II terbanyak terdapat di UPT Ditjen PDSPKP, BBP2HP, yakni 118 orang, atau
sekitar 30,10% dari total pegawai Ditjen PDSPKP. Sedangkan jumlah pegawai
yang paling sedikit terdapat di Direktorat Usaha dan Investasi, yakni 49 orang
atau setara dengan 12,50% dari total jumlah pegawai Ditjen PDSPKP.
Gambar 1.2. Jumlah Pegawai menurut Unit Kerja
2. Jumlah pegawai menurut kedudukan, untuk Pusat sebanyak 283 orang atau
70,40%, sedangkan UPT sebanyak 118 orang atau 30,10%.
Gambar 1.3. Jumlah Pegawai menurut Kedudukan
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 7
3. Jumlah pegawai menurut golongan: golongan IV sebanyak 84 orang, golongan III
sebanyak 251 orang, golongan II sebanyak 55 orang, dan golongan I sebanyak 2
orang. Dilihat pada gambar di bawah, menurut golongannya, pegawai Ditjen
PDSPKP terbanyak pada golongan III, yakni mencapai 64,03%, sedangkan yang
paling sedikit adalah golongan I, yakni sekitar 0,51%.
Gambar 1.4. Jumlah Pegawai menurut Golongan
4. Jumlah pegawai menurut jenis kelamin: laki-laki sebanyak 223 orang, atau setara
dengan 56,89% dari total pegawai Ditjen PDSPKP, dan perempuan sebanyak 169
orang, atau setara dengan 43,11% dari total pegawai Ditjen PDSPKP.
Gambar 1.5. Jumlah Pegawai menurut Jenis Kelamin
5. Jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan: S3 sebanyak 4 orang, S2 sebanyak
139 orang, S1 sebanyak 147 orang, D4 sebanyak 13 orang, SM sebanyak 2
orang, D3 sebanyak 26 orang, D2 sebanyak 1 orang, SLTA sebanyak 53 orang,
SLTP sebanyak 5 orang, dan SD sebanyak 2 orang. Menurut tingkat
pendidikannya, pegawai Ditjen PDSPKP terbanyak dengan tingkat pendidikan S1,
yakni mencapai 37,50%, sedangkan yang paling sedikit adalah dengan tingkat
pendidikan D2, yakni sebanyak 0,26%.
8 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Gambar 1.6. Jumlah Pegawai menurut Pendidikan
1.5 Permasalahan Utama
Untuk mengimbangi permintaan masyarakat dunia yang terus meningkat
terhadap produk ikan yang bermutu dan aman dikonsumsi, maka berbagai upaya
peningkatan produksi dan penanganan pasca panen yang baik, diversifikasi produk,
penguatan sistem logistik dan keberlanjutan usaha perlu terus dilakukan dalam
rangka penguatan daya saing. Perkembangan dimaksud tentunya harus didukung
dengan sarana dan prasarana (infrastruktur), teknologi, sumbedaya manusia, dan
financial sector yang memadai. Namun demikian sampai saat ini dukungan tersebut
dinilai masih terbatas. Untuk itu, beberapa permasalahan yang berasal dari
dalam/internal (internal factors) dalam rangka penguatan daya saing produk
kelautan dan perikanan antara lain adalah:
a. Masih rendahnya nilai tambah dari produk perikanan dan kelautan
b. Terbatasnya ragam dan diversifikasi produk olahan hasil kelautan dan perikanan
yang bernilai tambah;
c. Belum memadainya sarana dan prasarana di sentra produksi dan pemasaran hasil
kelautan dan perikanan;
d. Belum optimalnya kelembagaan yang dapat memanfaatkan sarpras pasca panen
yang tersedia;
e. Terbatasnya informasi yang tepat, akurat dan aktual tentang ketersediaan produk
kelautan dan perikanan;
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 9
f. Terbatasnya promosi dan kerjasama usaha dan pemasaran hasil perikanan;
g. Terbatasnya jaringan distribusi dan konektivitas hulu-hilir hasil kelautan dan
perikanan;
h. Tingkat susut hasil yang relatif masih tinggi di sentra produksi dan pasca panen;
i. Terbatasnya jumlah Unit Pasca Panen dan Pasar Ikan yang memenuhi standar;
j. Terbatasnya ketersediaan bahan baku Unit Pengolahan Ikan, yang menyebabkan
masih rendahnya tingkat utilitas Unit Pengolahan Ikan;
k. Sebagian besar UMKM, belum memenuhi standar mutu dengan kemampuan SDM
dan finansial yang sangat terbatas
l. Makin ketatnya syarat pasar global (mutu dan keamanan pangan, ketelusuran,
keberlanjutan/ lingkungan, isu sosial);
m. Jumlah impor hasil perikanan relatif belum sesuai dengan standar, jumlah
kebutuhan pasar dan industri di dalam negeri dalam rangka melindungi produsen
dan konsumen di dalam negeri;
n. Terbatasnya kegiatan dalam rangka pemberdayaan kelompok pasca panen;
o. Terbatasnya wilayah pengembangan pasca panen hasil kelautan dan perikanan
yang berbasis kawasan dan terpadu dengan stakeholder terkait lainnya;
p. Terbatasnya kompetensi dan jumlah tenaga kerja dibidang pasca panen dan
pemasaran;
q. Terbatasnya kompetensi dan jumlah pembina mutu dan pembina pasar hasil
kelautan dan perikanan;
r. Belum meratanya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap produk ikan yang
bermutu dan aman dikonsumsi, terbukti dengan masih maraknya penggunaan
bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan hasil perikanan;
s. Biaya Logistik Indonesia yang masih mahal bila dibandingkan dengan Negara-
Negara maju dan ASEAN;
t. Belum efektifnya koordinasi antar stakeholder bidang pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan.
Sementara permasalahan yang berasal dari faktor luar eksternal (external
factors) bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan antara lain adalah:
1. Semakin ketatnya persyaratan ekspor yang berlaku di negara-negara tujuan ekspor
hasil perikanan;
10 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
2. Belum meratanya minat mengkonsumsi ikan pada konsumen lokal dan banyaknya
gejala gizi buruk masyarakat;
3. Semakin berkembangnya produk pangan substitusi yang disuplai dari negara-
negara penghasil utama daging ternak, seperti Australia dan beberapa negara
Amerika Latin;
4. Masih terbatasnya akses mendapatkan kredit perbankan bagi usaha investasi dan
permodalan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan khususnya yang
skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM);
5. Masih terbatasnya kebijakan pemerintah dalam rangka mendukung pembangunan
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;
6. Masih terbatasnya sarana dan prasarana yang berbiaya murah untuk mendukung
distribusi dan pemasaran produk perikanan antar daerah dan antar pulau.
1.6 Sistematika Penyajian
Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Pada dasarnya Laporan Kinerja ini mengkomunikasikan capaian kinerja Ditjen
PDSPKP selama Tahun 2017. Capaian Kinerja (Performance Results) Tahun 2017
tersebut dibandingkan dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) Tahun 2017
sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja
terhadap rencana kinerja ini akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah
celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa mendatang.
Adapun sistematika penyajian Laporan Kinerja adalah sebagai berikut:
1. Ikhtisar Eksekutif, menyajikan tujuan, sasaran, capaian kinerja selama tahun
2017;
2. Bab I Pendahuluan, menyajikan penjelasan umum tentang Ditjen PDSPKP,
dengan penekanan kepada aspek strategis Ditjen PDSPKP serta permasalahan
utama (strategic issued) yang sedang dihadapi oleh Ditjen PDSPKP;
3. Bab II Perencanaan Kinerja, menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja
Ditjen PDSPKP Tahun 2017;
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 11
4. Bab III Akuntabilitas Kinerja, menyajikan capaian kinerja Ditjen PDSPKP untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Ditjen PDSPKP sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja Ditjen PDSPKP. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran
strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Disamping itu, dalam Bab
ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan yang telah digunakan untuk
mewujudkan kinerja Ditjen PDSPKP sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
5. Bab IV Penutup, menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja Ditjen
PDSPKP serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan Ditjen PDSPKP
untuk meningkatkan kinerjanya;
6. Lampiran.
12 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019 berdasarkan Renstra KKP Tahun
2015-2019 dengan fokus pada program dan kegiatan yang menjadi
kewenangannya. Renstra tersebut telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur
Jenderal PDSPKP Nomor 01/KEP-DJPDSPKP/2015 tentang Rencana Strategis Ditjen
PDSPKP Tahun 2015-2019.
Sebagai langkah pertama dalam penyusunan rencana strategis adalah
menetapkan visi organisasi. Dalam hal ini visi Ditjen PDSPKP adalah:
“Mewujudkan daya saing produk kelautan dan perikanan yang mandiri, maju, kuat
dan berbasis kepentingan nasional“
Sebagai penjabaran dari visi tersebut di atas, maka misi Ditjen PDSPKP
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Memperkuat dan mengembangkan akses pasar dan promosi produk kelautan
dan perikanan di pasar dalam dan luar negeri;
b. Mengembangkan mutu dan diversifikasi produk kelautan dan perikanan;
c. Meningkatkan jaringan logistik dalam rangka menjamin ketersediaan produk
kelautan dan perikanan di pasar dalam negeri;
d. Mengembangkan investasi dan keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan;
e. Mengembangkan ragam produk olahan dengan penerapan teknologi inovatif;
f. Mengembangkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis di
bidang penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan dalam rangka
mewujudkan konektivitas hulu-hilir hasil kelautan dan perikanan yang baik.
Dalam rangka mendorong percepatan pencapaian misi pembangunan
kelautan dan perikanan tersebut, maka langkah-langkah strategis pembangunan
penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan akses pasar dan promosi hasil kelautan dan perikanan di
pasar dalam dan luar negeri;
2. Mengembangkan mutu dan diversifikasi produk kelautan dan perikanan;
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 13
3. Mengembangkan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan;
4. Mengembangkan investasi dan keberlanjutan usaha hasil kelautan dan
perikanan;
5. Mengembangkan pengujian penerapan hasil kelautan dan perikanan;
6. Mengembangkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis di
bidang penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan.
2.1.1 Tujuan dan Sasaran Strategis
Tujuan pembangunan penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan
disusun berdasarkan langkah-langkah strategis adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan konsumsi ikan per kapita nasional
2. Meningkatkan nilai ekspor produk kelautan dan perikanan
3. Meningkatkan volume produk olahan hasil perikanan
4. Meningkatnya nilai produk kelautan dan perikanan
5. Jaminan ketersediaan pasokan ikan di Unit Pengolahan Ikan (UPI)
6. Meningkatkan nilai investasi hasil kelautan dan perikanan
7. Meningkatkan nilai pembiyaan usaha hasil kelautan dan perikanan dari
lembaga keuangan bank dan bukan bank
8. Meningkatkan uji terap inovasi teknologi hasil kelautan dan perikanan
9. Meningkatkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis di
lingkungan Ditjen PDSPKP
14 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Gambar 2.1. Peta Sasaran Strategis Ditjen PDSPKP Tahun 2017
2.1.2 Kebijakan
Dalam rangka mendukung pembangunan kelautan dan perikanan yang
berdaulat, dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat, maka kebijakan
Ditjen PDSPKP periode tahun 2015-2019 diarahkan untuk mewujudkan daya saing
produk kelautan dan perikanan yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan
nasional. Dalam implementasi kebijakan dimaksud, strategi pembangunan yang
akan dilaksanakan, antara lain:
1. Penguatan Koneksitas Hulu-Hilir
Terwujudnya
kesejahteraan Masyarakat
KP
Terwujudnya
kedaulatan dalam
pengelolaan SDKP
Terwujudnya pengelolaan SDKP
yang bertanggungjawab dan
berkelanjutan
Tersedianya produk KP yang berdaya saing,
bertanggungjawab, dan berkelanjutan
pengelolaan SDKP
Tersedianya
kebijakan
pembangunan
penguatan daya
saing yang efektif
Akses pasar
produk KP di
negara tujuan
ekspor yang
ditingkatkan
Promosi
produk KP di
pameran skala
internasional
RSNI Pengolahan
dan Pemasaran
Hasil KP yang
disusun
SKP yang
Diterbitkan bagi
Unit Pengolahan
Ikan
Utilitas Unit
Penanganan dan
Pengolahan
Produk Hasil
KP
Usaha Sektor
KP yang
Mendapatkan
Layanan
Pembiayaan
Bank dan Non
Bank
Ragam Inovasi
Teknologi
Pengolahan dan
Pemasaran Hasil
KP yang
Dihasilkan
Produk
Perikanan yang
Mendapatkan
SPPT SNI
Pelaku Usaha
yang Dibina
dalam
Inkubator
Bisnis
Terwujudnya ASN
Ditjen PDSPKP yang
kompeten,
professional, dan
berintegritas
Tersedianya
manajemen
pengetahuan Ditjen
PDSPKP yang handal
dan mudah diakses
Terwujudnya birokrasi
Ditjen PDSPKP yang
efektif, efisien, dan
berorientasi pada
layanan prima
Terkelolanya anggaran
pembangunan Ditjen
PDSPKP secara efisien
dan akuntabel
HUMAN CAPITAL INFORMATION CAPITAL ORGANIZATION CAPITAL FINANCIAL CAPITAL
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 15
Penguatan Koneksitas Hulu-Hilir mutlak diperlukan dalam rangka mewujudkan
sistem produksi dan distribusi yang dapat menjamin ketersediaan pasokan untuk
memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat secara merata dan terjangkau
serta memenuhi kebutuhan permintaan industri secara berkelanjutan sehingga
dapat memberikan nilai tambah dan daya saing. Langkah-langkah operasional
strategi kebijakan tersebut meliputi: a. pengembangan komoditas dan produk
unggulan berorientasi pasar; b. penataan dan pengembangan kawasan dan
sentra produksi secara berkelanjutan; c. pengembangan konektivitas dan
infrastruktur; d. pengembangan usaha dan investasi; d. pengendalian mutu dan
keamanan produk kelautan dan perikanan; e. pengembangan sistem
manajemen.
2. Standardisasi dan Sertifikasi Produk Kelautan dan Perikanan
Standardisasi produk diamanatkan melalui UU Perikanan No. 31/2004 yang
telah diubah menjadi No. 45/2009. Secara nasional, kegiatan standardisasi
dikoordinasikan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagaimana
dituangkan dalam PP 102/2000 tentang Standardisasi Nasional. Standardisasi
akan lebih fokus diarahkan pada standar pasca panen produk pangan dan non
pangan dengan ragam jenis produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan pasar baik untuk lokal, ekspor maupun impor. Standardisasi
yang diberlakukan di Indonesia adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
dinyatakan dalam Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar NasionaI
Indonesia (SPPT SNI).
3. Pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN)
Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) adalah sistem manajemen rantai pasokan
ikan dan produk perikanan, bahan dan alat produksi, serta informasi mulai dari
pengadaan, penyimpanan, sampai dengan distribusi, sebagai suatu kesatuan
dari kebijakan untuk meningkatkan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi
perikanan hulu-hilir, pengendalian disparitas harga, serta untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri.
4. Pemberdayaan Masyarakat dan/atau Kelompok Masyarakat
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan/atau kelompok masyarakat
pengolah dan pemasar (Poklahsar) hasil kelautan dan perikanan, langkah-
langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: (i) identifikasi potensi dan
16 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
permasalahan wilayah, (ii) identifikasi masyarakat dan/atau kelompok
masyarakat penerima bantuan terutama usaha skala rumah tangga/mikro kecil,
(iii) melibatkan para pemangku kepentingan, (iii) bimbingan teknis bagi aparatur
dan masyarakat dan/atau kelompok masyarakat sasaran penerima bantuan, (v)
mengoptimalkan peran tenaga pendamping/penyuluh sebagai fasilitator
sekaligus motivator dalam proses perencanaan partisipatif, pelaksanaan dan
pelaporan serta melakukan sosialisasi, serta (vi) menerapkan upaya
pemberdayaan secara konsisten dan berkelanjutan.
Kebijakan dan strategi pembangunan dimaksud dilaksanakan dalam satu
program penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan dengan didukung
oleh 5 (lima) kegiatan pokok dan 1 (satu) kegiatan penunjang, yaitu:
1. Pembinaan Mutu dan Diversifikasi Produk;
2. Penguatan Promosi Produk Kelautan dan Perikanan;
3. Peningkatan Sistem Logistik Produk Kelautan dan Perikanan;
4. Peningkatan Keberlanjutan Usaha Kelautan dan Perikanan;
5. Pengujian Penerapan Hasil Perikanan
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya DJPDSKP
2.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Penetapan sasaran strategis yang akan dicapai dan pengukuran tingkat
keberhasilan dituangkan dalam dokumen rencana kinerja (performance plan) 2017.
Setiap sasaran strategis memiliki indikator kinerja dengan target kinerja. Target
kinerja tersebut dikelompokkan ke dalam 4 (empat) perspektif Balanced Scorecard,
yakni: 1) Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective); 2) Perspektif
Pelanggan (Customer Perspective); 3) Perspektif Internal (Internal Process
Perspective); dan 4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and
Growth Perspective).
Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
1
Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat KP
1 Nilai Tukar Pengolah Hasil Perikanan
102.5
2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%)
8
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 17
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
CUSTOMER PERSPECTIVE
2 Terwujudnya Kedaulatan dalam Pengelolaan SDKP
3 Tingkat Kemandirian SKPT di bawah tanggung jawab Ditjen PDSPKP
Pra Mandiri 3 (Terbangun)
3 Terwujudnya Pengelolaan SDKP yang Bertanggungjawab dan Berkelanjutan
4 Nilai Pembiayaan Usaha Hasil Kelautan dan Perikanan dari Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank (Rp. Triliun)
3
5 Nilai Ekspor Hasil Perikanan (USD Miliar)
7.62
6 Konsumsi Ikan per Kapita Nasional (Kg/Kap)
47.12
7 PNBP pada Sektor Penguatan Daya Saing Produk KP (Rp Juta)
229.53
8 Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah Ditjen PDSPKP (%)
80
4 Tersedianya Produk KP yang Berdaya Saing, Bertanggungjawab, dan Berkelanjutan
9 Volume produk olahan hasil perikanan (Juta Ton)
6.2
10 Nilai Investasi Hasil Kelautan dan Perikanan (Rp. Triliun)
5.94
11 Terkendalinya Inflasi Ikan Tahunan (%)
<15
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
5 Tersedianya Kebijakan Pembangunan Penguatan Daya Saing Yang Efektif
12 Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah Bidang PDSPKP
7,7
13 Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang PDSPKP (draft peraturan)
14
6 Akses Pasar Produk Kelautan dan Perikanan di Negara Tujuan Ekspor yang Ditingkatkan
14 Negara yang Tertangani Hambatan Ekspornya (negara)
1
7 Promosi Produk Kelautan dan Perikanan di Pameran Skala Internasional
15 Jumlah Nilai Potensi Transaksi yang Dihasilkan dari Promosi di Pameran Skala Internasional (juta USD)
200
8 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP yang Disusun
16 Jumlah RSNI Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP yang Disusun (RSNI)
15
9 Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) yang Diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan
17 Jumlah Sertifikat Kelayakan Pengolahan yang Diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan (SKP)
1500
18 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
10 Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP
18 Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP (%)
60
11 Usaha Sektor KP yang Mendapatkan Layanan Pembiayaan Bank dan Non-Bank
19 Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Bank (unit usaha)
50,000
20 Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Non-Bank (unit usaha)
100
12 Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan
21 Jumlah Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan (Ragam)
4
13 Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI
22 Jumlah Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI (Produk)
3
14 Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis
23 Jumlah Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis (UMKM)
7
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
15 Terwujudnya Aparatur Sipil Negara Ditjen PDSPKP yang Kompeten, Profesional, dan Berintegritas
24 Indeks Kompetensi dan Integritas Ditjen PDSPKP (%)
80
16 Tersedianya Manajemen Pengetahuan Ditjen PDSPKP yang Handal dan Mudah Diakses
25 Persentase Unit Kerja Lingkup Ditjen PDSPKP yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar (%)
65
17 Terwujudnya Birokrasi Ditjen PDSPKP yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
26 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi lingkup DJPDSPKP
A (80)
27 Nilai AKIP Ditjen PDSPKP A (88)
28 Level Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP (Level)
2
29 Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan lingkup Ditjen PDSPKP (%)
100
30 Jumlah Inovasi Pelayanan Publik lingkup Ditjen PDSPKP
1
18 Terkelolanya Anggaran Pembangunan Ditjen PDSPKP secara Efisien dan Akuntabel
31 Nilai Kinerja anggaran lingkup Ditjen PDSPKP
Baik (85)
32 Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup Ditjen PDSPKP
100
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 19
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Kinerja
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
(Ditjen PDSPKP) pada tahun 2017 menetapkan 18 (delapan belas) Sasaran
Strategis (SS) dengan 32 Indikator Kinerja.
Pengukuran capaian kinerja Ditjen PDSPKP 2017 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target dan realisasi indikator kinerja pada masing-masing
perspektif.
Tabel 3.1. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi %
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
1
Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat KP
Nilai Tukar Pengolah 102,5 102,67 100,17
Pertumbuhan PDB Perikanan
8 5,95 74,38
CUSTOMER PERSPECTIVE
2 Terwujudnya Kedaulatan dalam Pengelolaan SDKP
Tingkat Kemandirian SKPT di bawah tanggung jawab Ditjen PDSPKP
Pra Mandiri 3
(Terbangun)
Pra Mandiri 3
(Terbangun)
100,00
3 Terwujudnya Pengelolaan SDKP yang Bertanggungjawab dan Berkelanjutan
Nilai Pembiayaan Usaha Hasil Kelautan dan Perikanan dari Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank (Rp. Triliun)
3 11,27 375,67
Nilai Ekspor Hasil Perikanan (USD Miliar)
7,62 4,51 59,19
Konsumsi Ikan per Kapita Nasional (Kg/Kap)
47,12 47,34* 100,47
PNBP pada Sektor Penguatan Daya Saing Produk KP (Rp Juta)
229,53 1.746,10 760,73
Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah Ditjen PDSPKP (%)
80 90,20 112,75
4 Tersedianya Produk KP yang Berdaya Saing,
Volume produk olahan hasil perikanan (Juta
6,2 6,18* 99,68
20 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi %
Bertanggungjawab, dan Berkelanjutan
Ton)
Nilai Investasi Hasil Kelautan dan Perikanan (Rp. Triliun)
5,94 4,83 81,28
Terkendalinya Inflasi Ikan Tahunan (%)
<15 <15 100,00
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
5 Tersedianya Kebijakan Pembangunan Penguatan Daya Saing yang Efektif
Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah Bidang PDSPKP
7,7 8,06 104,68
Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang PDSPKP (draft peraturan)
14 45 321,43
6 Akses Pasar Produk Kelautan dan Perikanan di Negara Tujuan Ekspor yang Ditingkatkan
Negara yang Tertangani Hambatan Ekspornya (negara)
1 1 100,00
7 Promosi Produk Kelautan dan Perikanan di Pameran Skala Internasional
Jumlah Nilai Potensi Transaksi yang Dihasilkan dari Promosi di Pameran Skala Internasional (juta USD)
200 326,54 163,27
8 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP yang Disusun
Jumlah RSNI Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP yang Disusun
15 16 106,67
9 Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) yang Diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan
Jumlah Sertifikat Kelayakan Pengolahan yang Diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan (SKP)
1500 2.107 140,47
10 Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP
Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP (%)
60 60,89* 101,48
11 Usaha Sektor KP yang Mendapatkan Layanan Pembiayaan Bank dan Non-Bank
Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Bank (unit usaha)
50.000 59.702
119,40
Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Non-Bank (unit usaha)
100 4.797 4.797,00
12 Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan
Jumlah Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan (Ragam)
4 4 100,00
13 Produk Perikanan yang Jumlah Produk 3 11 366,67
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 21
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi %
Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI
Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI (Produk)
14 Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis
Jumlah Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis (UMKM)
7 7 100,00
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
15 Terwujudnya Aparatur Sipil Negara Ditjen PDSPKP yang Kompeten, Profesional, dan Berintegritas
Indeks Kompetensi dan Integritas Ditjen PDSPKP (%)
80 88,22 110,28
16 Tersedianya Manajemen Pengetahuan Ditjen PDSPKP yang Handal dan Mudah Diakses
Persentase Unit Kerja Lingkup Ditjen PDSPKP yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar (%)
65 57,16 87,94
17
Terwujudnya Birokrasi Ditjen PDSPKP yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi lingkup DJPDSPKP
A (80) 90,72 113,40
Nilai AKIP Ditjen PDSPKP
A (88) 88,49 100,56
Level Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP (Level)
2 3 150,00
Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan lingkup Ditjen PDSPKP (%)
100 58,33 58,33
Jumlah Inovasi Pelayanan Publik lingkup Ditjen PDSPKP
1 1 100,00
18
Terkelolanya Anggaran Pembangunan Ditjen PDSPKP secara Efisien dan Akuntabel
Nilai Kinerja anggaran lingkup Ditjen PDSPKP
Baik (85) 79,21 93,19
Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup Ditjen PDSPKP
100 100 100,00
Keterangan : * Angka capaian sementara
3.2 Evaluasi dan Analisis Kinerja
22 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
•NTPHP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima rumah tangga pengolah hasil perikanan dengan indeks harga yang dibayar rumah tangga pengolah hasil perikanan.
Pengertian
• NTPHP = 𝑙𝑙 x 100
•Keterangan :
• lt : indeks harga yang diterima
• lb : indeks harga yang dibayar
Cara Perhitungan
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
Capaian kinerja Ditjen PDSPKP pada Perspektif Pemangku Kepentingan
(Stakeholder Perspective) berasal dari 1 (satu) Sasaran Strategis, yakni
terwujudnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.
3.2.1 Sasaran Strategis 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan menjadi tolok ukur dari
dampak keberhasilan program dan kegiatan Ditjen PDSPKP. Indikator kinerja
yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran terwujudnya kesejahteraan
masyarakat kelautan dan perikanan terdiri atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan
capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.2. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat KP Tahun 2017
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
1 Nilai Tukar Pengolah 102,5 102,67 100,17
2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 8 5,95 74,38
1. Nilai Tukar Pengolah Hasil Perikanan (NTPHP)
Penjelasan:
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 23
Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Deli Serdang, Kab. Langkat, Kota Medan, Kota Sibolba, Kab. Batu
Bara
a. NTPHP >100, maka kenaikan harga produksi lebih besar dari kenaikan harga
konsumsi, artinya pendapatan pengolah hasil perikanan naik lebih besar dari
pengeluarannya atau surplus.
b. NTPHP =100, maka kenaikan harga produksi sama dengan kenaikan harga
konsumsi sehingga impas.
c. NTPHP <100, maka kenaikan harga produksi lebih rendah dari kenaikan harga
konsumsi
Gambar 3.1. Skema Perhitungan NTPHP
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
Survei Produksi Ikan
Olahan
Survei Penyusunan
Diagram Timbang
Survei Harga
NTPHP
Indeks Harga yang
Diterima (IT)
Indeks Harga yang
Dibayar (IB)
Nilai Produksi Ikan
Olahan
Persentase Marketed Surplus
Nilai BPPBM dan Struktur
BPPBM
Nilai Konsumsi
Rumah Tangga
Harga Tahun Dasar dan Bulanan
RH (Relatif Harga)
Diagram Timbang
(IT)
Diagram Timbang
(IB)
24 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kota Bandung, Kab. Pangandaran, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Bandung,
Kab. Karawang, Kab. Garut
Kab. Tulung Agung, Kab. Banyuwangi, Kab. Sidoarjo, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kota Surabaya, Kab.
Situbondo, Kab. Sampang
Kab. Selayar, Kab. Pangkajene, kepulauan Bone, Kota Makassar, Kab. Takalar, Kab.
Bulukumba
Kab. Rembang, Kab. Pati, Kab. Jepara, Kab. Demak, Kab. Kendal, Kab. Tegal, Kota Semarang, Kab. Batang, Kab.
Pekalongan
Responden untuk penghitungan NTPHP antara lain rumah tangga pengolah
hasil perikanan, pedagang yang menjual bahan baku, pedagang yang menjual alat
produksi pengolahan hasil perikanan, usaha jasa persewaan tempat usaha, usaha
persewaan alat produksi pengolahan hasil perikanan, jasa angkutan, buruh dan
lain-lain yang berkaitan dengan proses produksi pengolahan hasil perikanan.
Selain itu juga pedagang eceran pangan dan non pangan termasuk dokter,
puskesmas, pangkas rambut, dan lain-lain.
Jenis kuesioner yang digunakan untuk dijadikan database antara lain :
a. Harga Produsen:
1) HP-PHP1, untuk mencatat harga komoditi yang diproduksi oleh pengolah
hasil perikanan
2) HP-PHP2, untuk mencatat harga yang dibayar pengolah hasil perikanan
untuk keperluan biaya produksi
b. Harga Konsumen:
1) HK-PHP1, untuk mencatat harga eceran barang/jasa kelompok makanan
untuk keperluan konsumsi rumah tangga pengolah hasil perikanan
Cakupan Wilayah
Survei Harga NTPHP 2017
Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Barat
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 25
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
101,07
101,91 101,88
101,17
101,62 101,81
103,03
102,46
103,06 103,32
103,50 103,61
102,74
103,14
102,17 102,25 102,02
101,50
102,54 102,72
103,17
103,97
103,06 102,77
98
99
100
101
102
103
104
105
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des
2015 2016 2017
2) HK-PHP2-1, untuk mencatat harga eceran barang/jasa kelompok makanan
untuk keperluan konsumsi rumah tangga pengolah hasil perikanan
3) HK-PHP2-2, untuk mencatat harga eceran barang/jasa kelompok aneka
perlengkapan rumah tangga dan lainnya untuk keperluan konsumsi rumah
tangga pengolah hasil perikanan
Tabel 3.3. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja NTPHP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
2015 2016 2017* 2019* Capaian
2017
Perbandingan terhadap
Target 2017 (%)
Perbandingan terhadap
Target 2019 (%)
Pertumbuhan (%)
2015-2016
2016-2017
Nilai Tukar Pengolah (NTPHP)
100 102,38 102,5 105 102,67 100,17 99,20 2,38 0,28
Keterangan : * Target
Gambar 3.2. Dinamika Nilai Tukar Pengolah Hasil Perikanan Tahun 2015-2017
Pada tahun 2017, nilai capaian NTPHP sebesar 102,67 atau mencapai
100,17% dari target yang ditetapkan yaitu 102,5. Apabila dibandingkan dengan
nilai capaian tahun 2016 terjadi peningkatan sebesar 0,28%, sedangkan apabila
dibandingkan dengan target jangka menengah (tahun 2019) mencapai 99,20%.
Kegiatan penghitungan NTPHP tahun 2017 menggunakan pagu anggaran sebesar
Rp 2.098.600.000,-.
NTPHP Tahun 2015 hanya digunakan sebagai tahun dasar perhitungan
NTPHP untuk tahun-tahun selanjutnya sementara perhitungan NTPHP sendiri baru
26 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
108,44 107,57
108,25 107,82
110,04
112,40 111,86
111,21 110,63
109,94 110,88 111,17 111,41
110,95 110,60 110,24
112,26
114,08 114,70
114,24 114,14 114,30 114,27 114,25
104,00
106,00
108,00
110,00
112,00
114,00
116,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des
Ib It
dimulai sejak tahun 2016. Metode perhitungan NTPHP menggunakan metode
Laspeyres yang mengacu pada perhitungan yang dilakukan oleh BPS. Angka
indeks Laspeyres adalah angka yang ditimbang dengan faktor penimbangnya
kuantitas tahun dasar.
Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) berkontribusi
sebesar 89,44% terhadap indeks harga yang dibayar (Ib) yang akan sangat
berpengaruh pada perhitungan NTPHP. Dalam BPPBM tersebut komponen terbesar
adalah bahan baku (80,42%). Oleh karena itu untuk meningkatkan capaian NTPHP
diperlukan adanya kontrol ketersediaan bahan baku agar harga bahan baku tidak
melonjak.
Komponen yang mempengaruhi indeks harga yang dibayar (Ib) lainnya
adalah kebutuhan rumah tangga (10,56%). Besarnya pengeluaran terhadap
kebutuhan rumah tangga terutama bahan makanan dipengaruhi oleh jumlah
keluarga pengolah hasil perikanan dan inflasi terhadap bahan makanan.
Tercapainya NTPHP disebabkan indeks harga hasil olahan ikan (indeks
harga yang diterima) mengalami peningkatan sementara indeks harga kebutuhan
rumah tangga dan kebutuhan usaha (indeks harga yang dibayar) mengalami
penurunan sebagaimana bisa dilihat dari grafik berikut.
Gambar 3.2. Dinamika Nilai Indeks Harga yang Diterima (It) dan Nilai Indeks Harga yang Dibayar (Ib) Tahun 2017
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan capaian NTPHP
selama tahun 2017 antara lain:
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 27
1. Meningkatkan nilai pembiayaan usaha hasil KP dari lembaga keuangan
(bank dan non bank)
- Pada tahun 2017, nilai pembiayaan usaha hasil KP terealisasi sebesar Rp
11,27 triliun dengan jumlah debitur baru sebanyak 64.499 debitur.
Capaian naik 291,32% apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2016
sebesar Rp 2,88 triliun. Pertumbuhan yang positif ini menunjukkan bahwa
kepercayaan industri jasa keuangan kepada sektor KP semakin
meningkat. Nilai pembiayaan usaha hasil KP didominasi oleh bidang
usaha perdagangan dan pengolahan. Banyaknya pengolah yang
mendapatkan pembiayaan dapat meningkatkan modal kerja dan
produktifitas yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan pengolah hasil perikanan.
2. Pembinaan cara pengolahan dan penangan ikan yang baik dan benar di Unit
Penanganan dan Unit Pengolahan Hasil Kelautan dan Perikanan berdampak
pada kualitas mutu produk menjadi lebih baik hal ini dapat dilihat dengan
diterbitkannya 2107 SKP (Sertifikat Kelayakan Pengolahan) untuk Unit
Penanganan dan Unit Pengolahan Hasil Kelautan dan Perikanan sehingga
produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah yang tinggi dan menghasilkan
ragam baru produk hasil kelautan dan perikanan bernilai tambah.
3. Pemberian bantuan pemerintah dari Ditjen PDSPKP sebagai stimulan
ekonomi sehingga konektivitas produksi hulu dan hilir lebih kuat, efisiensi
biaya produksi dan membantu mempertahankan kualitas bahan baku dan
produk akhir sehingga harga produk akhir menjadi lebih tinggi.
- Pengadaan kendaraan roda 4 dan 6 berpendingin sejumlah 82 unit dan
telah diserahkan kepada kelompok usaha perikanan dan koperasi
perikanan di beberapa wilayah. Kegiatan ini adalah salah satu bentuk
implementasi SLIN yang bermanfaat untuk mendistribusikan ikan dari
hulu sampai hilir sehingga kontinyuitas dan suplai ikan bagi unit pengolah
ikan dan konsumen terjamin dan harga relatif stabil.
- Fasilitasi 225 Unit sarana dan prasarana pengolahan hasil kelautan dan
perikanan yang dibangun dan dimanfaatkan berupa chest freezer, sarana
peralatan pengolahan dan ICS (Integreted Cold Storage). Pemberian
28 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
REKOMENDASI
UNTUK TAHUN
MENDATANG
Koordinasi lintas Kementerian/Lembaga
untuk mengontrol faktor harga yang
mempengaruhi NTPHP
Perluasan wilayah cakupan survei harga NTPHP
Penghitungan NTPHP secara bulanan
Penyelarasan tahun dasar penghitungan nilai tukar berdasarkan tahun
dasar 2017
Reviu target indikator kinerja
NTPHP tahun 2018-2019 berdasar
capaian tahun 2017
sarana dan prasarana tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil
produksi sehingga pendapatan para pengolah hasil perikanan meningkat.
2. Pertumbuhan PDB Perikanan
Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan adalah jumlah nilai tambah atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perikanan. Pertumbuhan ekonomi
sektor perikanan merupakan perubahan PDB (atas dasar harga konstan) sektor
perikanan dari satu periode ke periode berikutnya (dalam persen). PDB Perikanan
tersebut hanya didasarkan pada sektor primer yang mencakup perikanan tangkap
dan perikanan budidaya. Pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun selalu
meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumberdaya
perikanan sebagai andalan dalam perekonomian nasional.
Kementerian Kelautan dan Perikanan selalu mendorong masyarakat dari
dunia usaha untuk melakukan kegiatan ekonomi di sektor kelautan dan perikanan
mengingat besarnya potensi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di
Indonesia. PDB perikanan memegang peranan strategis dalam memberikan
kontribusi bukan hanya untuk PDB kelompok pertanian secara umum, tetapi juga
pada PDB Nasional.
PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa
perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Adapun angka
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 29
persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh dengan membandingkan nilai
PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2017 dibandingkan dengan
nilai PDB Perikanan tahun 2016.
Tabel 3.4. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Pertumbuhan PDB Perikanan Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
2012 2013 2014 2015 2016 2017* 2019* Capaian
2017
Perbandingan terhadap Target (%)
Pertumbuhan (%)
2017 2019 2012-2016
2016-2017
Pertumbuhan PDB Perikanan (%)
6.49 6.86 7,35 7,89 5,15 8 12 5,95 74,38 49,58 -4,47 15,53
Keterangan * Target
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan PDB Perikanan tahun 2017 adalah
sebesar 5,95% atau naik 15,53% apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDB
Perikanan tahun 2016 yang besarnya 5,15%. Realisasi pertumbuhan PDB
Perikanan tahun 2017 belum melampaui target yang ditetapkan yakni sebesar
8,00% atau hanya tercapai 74,38% dari target. Apabila dibandingkan dengan
target Renstra KKP tahun 2019 sebesar 12%, maka pencapaian baru mencapai
49,58%.
Belum tercapainya target disebabkan melambatnya laju pertumbuhan
produksi perikanan pada tahun 2017, terutama perikanan budidaya yang antara
lain dikarenakan faktor cuaca yang ekstrim. Selain itu, investasi untuk
penangkapan ikan yang telah dibuka 100% untuk penanaman modal dalam negeri
guna menggenjot produksi perikanan masih belum maksimal pada tahun 2017.
Pemerintah telah berupaya melakukan pemberian bantuan kapal penangkap ikan
pada para koperasi nelayan, bantuan permodalan usaha penangkapan,
memberikan izin pengalihan ke fishing ground baru yang masih memiliki potensi
yang besar khusus bagi kapal-kapal eks cantrang di Pantura Jawa. Pada bidang
perikanan budidaya juga telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
produksi perikanan melalui pemberian paket bantuan sarana usaha budidaya dan
perbaikan kawasan budidaya baik tawar maupun tawar. Gerakan Pakan Mandiri
juga dilakukan secara intensif dalam rangka mengurangi biaya produksi sehingga
lebih efisien.
30 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
2014 2015 2016 2017
PDB Nasional 5,01 4,88 5,02 5,07
PDB Pertanian 4,24 3,77 3,25 3,42
PDB Perikanan 7,35 7,89 5,15 5,95
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Perekonomian subsektor perikanan sampai dengan triwulan IV tahun 2017
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 5,95 persen, lebih tinggi dari
pertumbuhan rata-rata ekonomi Indonesia (5,07 persen) dan sektor pertanian
(3,42 persen). Hal ini menunjukkan sektor perikanan mampu menjadi penggerak
utama pembangunan ekonomi. Pertumbuhan yang cukup tinggi dan stabil
merupakan syarat agar sektor perikanan layak dijadikan andalan pembangunan
ekonomi nasional.
Sumber : BPS
Gambar 3.3. Perbandingan Pertumbuhan PDB Nasional, PDB Pertanian (dalam arti luas) dan PDB Perikanan
Apabila dilihat secara triwulanan, pertumbuhan PDB Perikanan selama
tahun 2017 menunjukkan kecenderungan stabil, yakni berturut-turut 7,08
(triwulan I), 6,53 (triwulan II), 6,75 (triwulan III) dan 5,95 (triwulan IV). Stabilitas
ekonomi menunjukkan ketahanan ekonomi atau kuatnya kemampuan ekonomi
domestik dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia, gejolak sosial-politik,
dan bencana alam.
Pertumbuhan PDB Perikanan didorong oleh peningkatan daya beli
(purchasing power) dari para pelaku subsektor kelautan dan perikanan,
peningkatan produksi perikanan hingga akhir tahun, bantuan pemberian bibit
menjadi penunjang produksi rumput laut, serta bantuan pemberian sarana
prasarana penangkapan ikan kepada nelayan sehingga meningkatkan hasil
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 31
tangkapan. Pertumbuhan PDB perikanan juga dipengaruhi dengan terus
membaiknya neraca perdagangan komoditas perikanan nasional, membaiknya
kinerja industri perikanan nasional dan terus membaiknya investasi sektor
perikanan.
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan PDB Perikanan, akan dilakukan
upaya-upaya, antara lain: (1) meningkatkan produksi perikanan budidaya melalui
pengembangan budidaya laut, termasuk rumput laut, (2) Meningkatkan investasi
sektor kelautan dan perikanan melalui penerapan Peraturan Presiden No 44 Tahun
2016 Tentang Daftar Negatif Investasi, termasuk melakukan kerjasama dengan
BKPM Pusat dan Daerah serta melakukan bisinis forum dengan stakeholders
kelautan dan perikanan, (3) Berkoordinasi dengan Kementerian Bidang
Perekonomian, OJK, dan pihak perbankan untuk meningkatkan penyaluran KUR
Perikanan, (4) Mempercepat penyaluran dana pengelolaan pada Badan Layanan
Umum pada KKP yaitu LPMUKP, (5) Mendorong sinergi kebijakan dan program
dengan pemerintah daerah untuk peningkatan usaha kelautan dan perikanan baik
skala UKM maupun skala menengah dan besar.
CUSTOMER PERSPECTIVE
Capaian kinerja Ditjen PDSPKP pada customer perspective berasal dari 3
(tiga) sasaran strategis yaitu terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP,
terwujudnya pengelolaan SDKP yang bertanggungjawab dan berkelanjutan, serta
tersedianya produk KP yang berdaya saing, bertanggungjawab, dan berkelanjutan.
3.2.2 Sasaran Strategis 2 Terwujudnya Kedaulatan dalam Pengelolaan SDKP
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP terdiri atas 1 (satu) indikator
kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.5. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Terwujudnya Kedaulatan dalam Pengelolaan SDKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
32 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
3 Tingkat Kemandirian SKPT di bawah tanggung jawab Ditjen PDSPKP
Pra Mandiri 3 (Terbangun)
Pra Mandiri 3 (Terbangun)
100
3. Tingkat Kemandirian SKPT di bawah tanggung jawab Ditjen
PDSPKP
Program pembangunan SKPT adalah suatu program KKP sebagai upaya
bangsa dalam membantu daerah perbatasan dan terluar untuk membangun
kemandirian, kedaulatan bangsa serta menjaga teritorial wilayah perbatasan
secara detail dan terperinci sesuai dengan Nawacita ke-3 yakni membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan. Tujuan dari SKPT adalah membangun dan
mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat
melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-
pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan secara berkelanjutan.
Lokasi SKPT di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan telah ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 51/KEPMEN-KP/2016
tentang Penetapan lokasi pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Terdapat 2 (dua) lokasi SKPT yang
menjadi tanggung jawab PDSPKP yaitu: (1) Biak, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi
Papua dan (2) Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Kriteria pemilihan lokasi
SKPT antara lain:
a. Merupakan PPKT (Pulau-Pulau Kecil Terluar) atau Kabupaten/Kota yang
memiliki PPKT dan/atau daerah perbatasan atau Kawasan Strategis Nasional;
b. Mempunyai komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan yang
berpeluang untuk dikembangkan;
c. Terdapat ketergantungan masyarakat akan sumber daya kelautan dan
perikanan sangat tinggi;
d. Adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah;
e. Memiliki SDM di bidang kelautan dan perikanan;
f. Telah tersedia sarana dan prasarana di bidang kelautan dan perikanan.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 33
Pendaratan
(Landing)
Pengolahan
(Processing)
Pemasaran
(Marketing)
Perbekalan
Melaut Pelatihan Kelembagaan
Gambar 3.4. Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu yang menjadi Tanggung Jawab Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Telah diterbitkan Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Pembangunan SKPT yang mengatur fokus pembangunan
kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di pulau-pulau kecil dan/atau
kawasan perbatasan diarahkan pada 4 (empat) aspek, yaitu peningkatan nilai
tambah, peningkatan daya saing, modernisasi dan korporatisasi usaha, dan
penguatan produksi dan produktivitas pelaku utama dan pelaku usaha kelautan
dan perikanan.
Gambar 3.5. Target Pembangunan Sentra KP Terpadu
Nilai capaian indikator kinerja ini diperoleh dari hasil pengukuran Tim
Pembangunan SKPT KKP. Penilaian dilakukan terhadap 4 aspek, yaitu Fisik
(sarana dan prasarana), produksi dan ekonomi, kelembagaan, sosial dan
lingkungan dari masing-masing SKPT. Nilai yang didapat dari hasil pengukuran
kemudian dikonversi menjadi tingkat kemandirian berdasarkan kisaran yang telah
ditetapkan.
Kebutuhan : Listrik │Air Bersih │ Jalan Akses │ Rumah Singgah Nelayan
34 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
Aspek Fisik Aspek Produksidan Ekonomi
AspekKelembagaan
Aspek Sosial danLingkungan
0,68
0,54 0,53
0,7
0,5
0,94
0,68
0,42
Biak Timika
Tabel 3.6. Konversi Nilai ke Tingkat Kemandirian
Gambar 3.6. Hasil Pengukuran Tingkat Kemandirian SKPT
Berdasarkan hasil pengukuran dari Tim Pembangunan SKPT KKP, tingkat
kemandirian SKPT di bawah tanggung jawab Ditjen PDSPKP berstatus Pra Mandiri
3 (Terbangun). Capaian tersebut telah setara dengan 100% jika dibandingkan
dengan target tahun 2017.
Tabel 3.7. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Tingkat Kemandirian SKPT di Bawah Tanggung Jawab Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA 2016 2017* 2019* Capaian
2017
Perbandingan terhadap
Target 2017 (%)
Perbandingan terhadap
Target 2019 (%)
Pertumbuhan 2016-2017
(%)
Tingkat Kemandirian SKPT di Bawah Tanggung Jawab Ditjen PDSPKP
3 3 4 3 100 75 0
Keterangan : * Target
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 35
Berikut penjelasan atas penilaian kondisi SKPT Biak dan SKPT Mimika
berdasarkan Aspek Fisik (sarana dan prasarana), Aspek Produksi dan Ekonomi,
Aspek Kelembagaan, Aspek Sosial dan Lingkungan dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Penilaian Kondisi SKPT Berdasarkan Empat Aspek Lokasi SKPT SKPT Biak SKPT Mimika
Aspek Fisik - Review masterplan, DED, FS telah selesai - Pembangunan/pengadaan ICS 200 Ton,
Pangkalan Pendaratan Ikan, Chest Freezer, Coolbox, IFM 1,5 Ton, Kendaraan Berpendingin Roda 6 telah selesai
- Perencanaan pengadaan kapal 3 GT dan alat tangkap handline telah selesai, dan pekerjaannya akan dilaksanakan tahun 2018
- Pelaksanaan pekerjaan pembangunan Fasilitas Umum PPI Fandoi
- Telah dilakukan berbagai persiapan pembangunan sarpras seperti 1) Review masterplan, 2) Penyusunan dokumen lingkungan (Amdal), 3) Perencanaan T-1 meliputi : a. review perencanaan teknis kapal < 3 GT dan kapal pengumpul 10 GT, b. Review perencanaan single cold storage 200 ton
- Terkelolanya pabrik es balok kapasitas 15 Ton dan Cold Storage kapasitas 100 Ton dokumen perencanaan IFM 10 ton.
- Pemanfaatan Single Cold Storage 100 Ton sejak Februari 2017, data ikan yang disimpan sampai bulan November sebanyak 311.626 Kg, didominasi ikan demersal, udang dan ikan pelagis kecil.
Aspek Produksi dan Ekonomi
- Terdapat peningkatan pendapatan nelayan sebesar 17,81 juta per bulan
- Produksi Ikan di Kabupaten Biak Numfor sebesar 37.210 ton dengan nilai produksi senilai Rp 879,95 miliar
- Lalu lintas domestik ikan di Biak mengalami peningkatan dari 148,58 ton menjadi 255,56 ton (meningkat 72%)
- Pembangunan ICS 200 ton tahun 2017 mendukung rencana ekspor (secara langsung) yang berasal dari SKPT Biak.
- Jumlah nelayan di Biak sebanyak 4360 RTP dan 25% nelayan / pembudidaya mendapatkan pinjaman (kredit) usaha dari Bank senilai Rp 2.390,19 milyar
- Peningkatan produksi (hasil tangkapan) dan pendapatan nelayan.
- Rata-rata jumlah kedatangan kapal
ikan di Tahun 2017 di PPI Paumako
sejumlah 570 unit kapal (fariasi 6 –
500 GT), dengan jumlah ikan yang
didaratkan sebanyak 7.656 Ton.
- Peningkatan harga produk hasil perikanan
- Perdagangan domestik ikan beku antar pulau telah berjalan
- Ekspor kepiting hidup ke Singapura dan Malaysia telah berjalan sejak tahun 2016. Data ekspor Tahun 2017 66,7 Ton.
Aspek Kelembagaan
- Dokumen rencana induk (master plan) dan rencana bisnis (business plan)
- Draft RPJMD dan anggaran daerah untuk mendukung SKPT dibahas di DPRD
- Rencana pembentukan unit kerja pengelola SKPT
- Penempatan petugas Karantina Ikan, Syahbandar, Beacukai, dan Pengawas di unit pengelola SKPT
- Ada rencana bisnis (business plan) kelompok
- Tersusunnya MoU antara unit pengelola sentra dan pelaku (investor) untuk menjalankan bisnis perikanan
- Sosialisasi proses pelayanan ijin usaha
- Telah dibentuk 3 koperasi perikanan - Petugas untuk semua unsur
pelayanan (Karantina Ikan, Syahbandar, Bea Cukai, dan Pengawas) telah tersedia dan aktif
- Telah dilakukan perbaikan layanan perkarantinaan, kesyahbandaran, dan penyediaan jasa logistik (Shipping Line dan Reffer Container Forwarder)
- Adanya MoU antara pengelola SKPT dengan investor untuk menjalankan bisnis perikanan
- PKS antara koperasi perikanan MBITI selaku pengelola CS dengan BUMN perikanan (PT. PRINUS).
36 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Lokasi SKPT SKPT Biak SKPT Mimika
dan ekspor hasil perikanan
Aspek Sosial dan Lingkungan
- Konsumsi ikan kualitas baik oleh masyarakat meningkat dengan adanya bantuan pemerintah berupa chest freezer dan cool box pada tahun 2017
- Sebagian besar nelayan Biak tidak mengenal penangkapan ikan secara ilegal (menggunakan alat tangkap dan cara yang ilegal) yang dapat merusak lingkungan karena masyarakat Biak masih tunduk/patuh kepada agama/adat yang melarang kegiatan ilegal tersebut
- Aktivitas dan pencatatan hasil perikanan rutin terlaksana yang dilakukan oleh Karantina Ikan UPT Satker Biak yang mencatat adanya peningkatan lalu lintas domestik ikan dari 148,58 ton menjadi 255,56 ton (meningkat 72%)
- Unit pengolah limbah di PPI dirawat dan difungsikan dengan baik
- Sebagian besar nelayan lokal dan dari luar sadar dan menjaga kebersihan di PPI karena adanya adat yang mengatur masalah tersebut.
- Rencana kajian ketangguhan nelayan terhadap bencana dan dampak perubahan iklim di lokasi SKPT
- Upaya penangkapan ikan dilakukan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan dan memperhatikan wilayah penangkapan (contoh : untuk wilayah penangkapan sampai dengan 2 Mil maka panjang jaring yang diperbolehkan maks 100 meter).
- Hanya satu jenis alat tangkap di atas kapal.
- Pelarangan penggunaan destruktif fish bius ikan untuk menangkap udang di muara.
Rata-Rata Nilai 0,61 0,63
Tingkat Kemandirian
Pra Mandiri 3 (Terbangun) Pra Mandiri 3 (Terbangun)
Pada tahun 2017 beberapa pekerjaan dilaksanakan di SKPT Biak adalah
Review masterplan, DED dan FS, Pembangunan ICS kapasitas 200 ton,
Pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan, Pengadaan IFM 1,5 ton, Pengadaan
Chest Freezer dan Coolbox, Pengadaan Kendaraan Roda 6 Berpendingin, yang
mendukung target pencapaian status SKPT menjadi Pra Mandiri 3 (Terbangun).
Jenis Sarana dan Prasarana Bantuan Pemerintah yang dialokasikan dalam
pembangunan SKPT Biak Numfor pada tahun 2017 beserta progress
pembangunannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9. Alokasi Sarana dan Prasarana Bantuan Pemerintah dan Progres pembangunan SKPT Biak Numfor Tahun 2017
NO KEGIATAN VOLUME CAPAIAN
1 Kapal 3 GT 55 UNIT Perencanaan telah selesai
Pekerjaan akan dilaksanakan awal tahun 2018
2 Alat Tangkap 55 UNIT Perencanaan telah selesai
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 37
NO KEGIATAN VOLUME CAPAIAN
handline Pekerjaan akan dilaksanakan awal tahun 2018
3 Fasilitas Umum PPI Fandoi
1 PKT Pekerjaan drainase, Jalan di dalam lokasi, IPAL, Sarana air bersih, Pos jaga, Gedung genset & panel LVMDP, Pekerjaan gardu PLN dan R. Trafo, termasuk ME
Kontrak 31 Okt sd 29 Des 2017
Progress fisik: 18.38% (sd 21 Des 2017)
Carry Over TA 2018 (PMK 243)
4 Pangkalan Pendaratan Ikan
1 PKT Pekerjaan telah selesai
Kontrak 19 Okt sd 18 Des 2017
5 Kios Logistik 1 PKT Perencanaan telah selesai
Tidak dilaksanakan, diarahkan ke pihak swasta
6 Chest freezer 388 UNIT Pekerjaan telah selesai
Kontrak 27 Sept sd 27 Des 2017
BAST/Tahap: I (187 unit), II (139 unit), III (62 unit)
Kapasitas 386 liter : 260 unit, kapasitas 600 liter : 128 unit
7 Cool Box 603 UNIT Pelaksanaan pekerjaan: pengiriman tahap III (165 unit), tiba di Biak 14 Jan 2018
Kontrak 27 Sept sd 27 Des 2017
Carry Over TA 2018 (PMK 243)
BAST/Tahap: I (114 unit), II (324 unit)
Kapasitas 350 liter : 403 unit, 660 liter : 200 unit
8 Ice Flake Machine 1,5 ton
1 PKT Pekerjaan telah selesai
Kontrak 24 Juli sd 27 Okt 2017
9 Sentra Kuliner 1 PKT Perencanaan telah selesai
Tidak dilaksanakan, diarahkan kepada pihak swasta
10 Integrated Cold Storage 200 ton
1 UNIT Pekerjaan telah selesai
Kontrak 4 Sept sd 22 Des 2017
11 Kendaraan roda 4 1 UNIT Pekerjaan telah selesai
Kontrak: 18 Juli sd 15 Okt 2017
12 Kendaraan roda 6 Berpendingin
1 UNIT Pekerjaan telah selesai
Kontrak: 19 Okt sd 15 Des 2017
Alokasi anggaran Pembangunan SKPT Biak pada TA 2017 sebesar Rp 57,3
miliar, namun karena terdapat kegiatan pembangunan SKPT Biak yang tidak
terlaksana, tidak selesai dan gagal bayar menyebabkan realisasi anggaran SKPT
Biak relatif rendah, yakni Rp 29,9 miliar (52,19%). Permasalahan utama yang
dihadapi dalam rangka penyelesaian pekerjaan di SKPT Biak yaitu kendala
pengiriman material sehingga menghambat pembangunan dan distribusi bantuan
pemerintah di Biak. Oleh karena itu pendampingan dan pengendalian yang intensif
38 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
serta koordinasi lintas instansi dibutuhkan dalam rangka percepatan penyelesaian
pekerjaan.
Upaya-upaya yang akan dilaksanakan di tahun mendatang untuk
meningkatkan capaian tingkat kemandirian SKPT Biak Numfor antara lain :
1. Membantu perencanaan pembentukan unit kerja pengelola SKPT serta
mengefektifkan pelayanan ijin usaha dan ekspor hasil perikanan.
2. Membantu mensosialisasikan bisnis perikanan di SKPT pada para investor.
3. Membangun dan mensosialisasikan pentingnya unit pengolahan limbah pada
SKPT.
4. Membantu perencanaan pembentukan unit kerja pengelola SKPT.
5. Mengembangkan inovasi teknologi pengolahan dan pengemasan produk
perikanan pada SKPT agar produk lebih bernilai tambah melalui pelatihan-
pelatihan dan bantuan sarana prasarana yang dikembangkan oleh BBP2HP.
6. Mensosialisasikan skema kredit pembiayaan melalui bank maupun non bank
pada pelaku usaha perikanan pada SKPT.
Gambar 3.7. Dokumentasi SKPT Biak Numfor
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 39
Kegiatan yang dilakukan Ditjen PDSPKP dalam rangka mencapai target
tingkat kemandirian SKPT yaitu Pra Mandiri 3 (Terbangun) di SKPT Mimika antara
lain penugasan manajer lapangan dan pertemuan koordinasi secara berkelanjutan
dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten Mimika, pelaku usaha dan
pihak swasta. Sedangkan di SKPT Biak, Ditjen PDSPKP telah menetapkan calon
pengelola ICS, menyiapkan calon tenaga kerja terlatih untuk ICS, memfasilitasi
kemitraan pengelola ICS dengan off taker (PT. Bakri dan Perum Perindo), dan
menetapkan calon penerima Chest Freezer & Coolbox, serta meningkatkan
kapasitas kelembagaan KUB (Kelompok Usaha Bersama). Alokasi anggaran
Pembangunan SKPT Mimika pada TA 2017 sebesar Rp 42,86 miliar.
Gambar 3.8. Dokumentasi SKPT Mimika
Upaya-upaya yang akan dilaksanakan di tahun mendatang untuk
meningkatkan capaian tingkat kemandirian SKPT Mimika antara lain :
1. Koordinasi dan sinergi program/kegiatan dengan Kementerian/Lembaga
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Stekholder terkait
untuk pengembangan SKPT Mimika.
2. Perencanaan pembentukan kelembagaan pengelola SKPT Mimika serta
mengoptimalkan pelayananan izin usaha dan ekspor hasil perikanan.
3. Penerbitan izin lingkungan dan sertifikasi status lahan bagi kawasan SKPT
Mimika.
4. Fasilitasi sarana dan prasarana peningkatan produksi perikanan bagi nelayan
lokal (pemberian kapal dan alat tangkap).
5. Pengembangan inovasi tekhnologi pengolahan dan pengemasan produk
perikanan agar produk lebih bernilai tambah.
40 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
6. Pembentukan SKPT Mimika sebagai collecting centre untuk hasil perikanan di
WPP 718.
7. Fasilitasi kerjasama nelayan lokal dengan para buyer hasil perikanan (BUMN,
industri pengolahan dan supplier).
8. Optimalisasi peran jasa logistik dalam pengangkutan dan distribusi hasil
perikanan melalui pengembangan transportasi hasil perikanan antar pulau
dan tujuan ekspor → CONTAINERISASI pengangkutan hasil perikanan.
9. Fasilitasi pembiayaan pengembangan SKPT Mimika kepada investor dan pihak
perbankan.
3.2.3 Sasaran Strategis 3 Terwujudnya Pengelolaan SDKP yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
terwujudnya pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang partisipatif,
bertanggung jawab dan berkelanjutan terdiri atas 5 (lima) indikator kinerja, dengan
capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.10. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Terwujudnya Pengelolaan SDKP yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
4 Nilai Pembiayaan Usaha Hasil Kelautan dan Perikanan dari Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank (Rp. Triliun)
3 11,27 375,67
5 Nilai Ekspor Hasil Perikanan (USD Miliar) 7,62 4,51 59,19
6 Konsumsi Ikan per Kapita Nasional (Kg/Kap) 47,12 47,34* 100,47
7 PNBP pada Sektor Penguatan Daya Saing Produk KP (Rp Juta)
229,53 1.746,10 760,73
8 Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah Ditjen PDSPKP (%)
80 90,20 112,75
*Angka capaian sementara
4. Nilai Pembiayaan Usaha Hasil Kelautan dan Perikanan dari
Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank
Indikator kinerja ini menunjukkan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh
lembaga perbankan dan non perbankan kepada UMKM hasil kelautan dan
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 41
perikanan. Penyaluran permodalan dari Perbankan berupa Kredit Usaha Rakyat
(KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan skim kredit komersil
lainnya, dan Non perbankan berupa pegadaian dan LBPD. Adapun teknik
menghitung capaian indikator kinerja ini adalah dengan menjumlahkan seluruh
penyaluran usaha baik dengan skema perbankan maupun non perbankan.
Tabel 3.11. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Nilai Pembiayaan Usaha Hasil KP dari Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
2015 2016 2017* 2019* Capaian
2017
Perbandingan terhadap Target (%)
Pertumbuhan (%)
2017 2019 2015-2016
2016-2017
Nilai Pembiayaan Usaha Hasil KP dari Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank
0,32 2,88 3 3,63 11,27 375,67 310,47 800 291,32
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017 ditargetkan nilai pembiayaan usaha hasil KP mencapai
Rp 3 triliun dan terealisasi sebesar Rp 11,27 triliun dengan jumlah debitur baru
sebanyak 64.499 debitur. Capain ini naik 291,32% apabila dibandingkan dengan
capaian tahun 2016 sebesar Rp 2,88 triliun. Adapun capaian tahun 2017 terdiri
dari pembiayaan perbankan sebesar Rp 10,94 triliun dan pembiayaan non bank
sebesar Rp 325,35 miliar. Nilai ini setara dengan 375,67% terhadap target tahun
2017 yaitu Rp 3 triliun atau 310,47% dari target Renstra KKP Tahun 2019 sebesar
Rp 3,63 triliun.
Tabel 3.12. Capaian Nilai Pembiayaan Usaha Hasil Kelautan dan Perikanan dari Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank
No Triwulan Bank Non Bank Total
1 I 2,001,116,961,973 79,268,042,332 2,080,385,004,305
2 II 2,843,597,563,563 91,808,282,753 2,935,405,846,316
3 III 2,468,633,058,052 77,419,183,463 2,546,052,241,515
4 IV 3,629,145,532,199 76,852,736,534 3,705,998,268,733
Total 10,942,493,115,787 325,348,245,082 11,267,841,360,869 Sumber: OJK, diolah Ditjen PDS
42 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
-
200.000.000.000,00
400.000.000.000,00
600.000.000.000,00
800.000.000.000,00
1.000.000.000.000,00
1.200.000.000.000,00
1.400.000.000.000,00
1.600.000.000.000,00
2016 2017
Gambar 3.9. Capaian Nilai Pembiayaan Usaha Hasil Kelautan dan Perikanan Tahun 2016-2017
Pertumbuhan kredit yang positif ini menunjukan bahwa kepercayaan
industri jasa keuangan kepada sektor kelautan dan perikanan semakin meningkat,
hal ini juga diantaranya disebabkan oleh inisiatif kegiatan strategis yang telah
dilaksanakan pada tahun 2017 yaitu penguatan akses permodalan melalui
kerjasama OJK (Program JARING/Jangkau, Sinergi dan Guideline) dan Perluasan
KUR serta Forum Binis dan Investasi dengan stakeholders setiap bulan. Kegiatan
ini dicapai dengan didukung oleh anggaran sebesar Rp 2,046 miliar dengan
realisasi sebesar Rp 1,856 miliar atau 90,7%.
Alokasi anggaran untuk pencapaian indikator kinerja ini adalah sebesar Rp
2.046.005.000,- dan yang direalisasikan adalah sebesar Rp 1.856.785.077,- atau
90,75%. Hal ini menunjukkan adanya penggunaan anggaran yang cukup efisien
dalam pencapaian indikator kinerja ini.
5. Nilai Ekspor Hasil Perikanan
Ekspor adalah kegiatan mengirimkan atau memperdagangkan barang/jasa
ke luar negeri dengan tujuan memperoleh keuntungan. Melalui kegiatan ekspor,
suatu negara akan memperoleh devisa yang sangat diperlukan untuk membiayai
proses pembangunan bangsa. Kegiatan ekspor memegang peranan penting dalam
pengendalian inflasi dan mendorong produksi dalam negeri khususnya komoditas
yang diekspor. Diversifikasi produk hasil kelautan dan perikanan (pengolahan)
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 43
serta peningkatan mutu komoditas yang diekspor dapat meningkatkan nilai
tambah.
Nilai Ekspor hasil perikanan adalah jumlah komoditas produk perikanan,
baik hidup, segar, dingin, maupun olahan yang dikategorikan dalam kode HS
(Harmonized System) tahun 2017 sebanyak 482 kode HS dalam 8 digit yang dijual
ke luar negeri yang dikonversi dalam bentuk uang (US Dollar). Ekspor hasil
perikanan Indonesia tercatat nomor 3 di Asia Tenggara setelah Vietnam dan
Thailand padahal Indonesia memiliki laut yang lebih luas dan potensi sumber daya
ikan yang jauh lebih besar dibanding kedua negara tersebut.
Tabel 3.13. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Nilai Ekspor Hasil Perikanan Tahun 2017
Indikator Kinerja
2012 2013 2014 2015 2016 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian Terhadap Target
(%)
Pertumbuhan (%)
2017 2019 2012-2016
2016-2017
Nilai Ekspor Hasil Perikanan (USD Miliar)
3.85 4.16 4.64 3.95 4.17 7,62 5,5 4,51 59,19 82,00 2,57 8,16
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017, nilai ekspor hasil perikanan ditargetkan sebesar USD
7,62 Miliar. Secara kumulatif nilai ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai USD
4,51 Miliar, atau tercapai 59,19%. Berdasarkan data nilai ekspor hasil perikanan
tahun 2017, komoditas utama ekspor hasil perikanan antara lain udang (38,91%),
Tuna Tongkol Cakalang (TTC) (14,62%), Rajungan/Kepiting (9,11%) dan Cumi-
Cumi/Sotong/Gurita (CSG) (8,80%).
Pencapaian tahun 2017 ini meningkat 8,16% apabila dibandingkan dengan
nilai ekspor tahun 2016, yakni USD 4,17 Miliar. Nilai pertumbuhan empat tahun
terakhir (2012-2016) rata-rata sebesar 2,57% per tahun. Apabila pencapaian nilai
ekspor hasil perikanan tahun 2017 dibandingkan dengan target jangka menengah
sebagaimana tertuang pada Renstra Ditjen PDSPKP Tahun 2015-2019, maka
pencapaian indikator kinerja ini telah mencapai 82,00%.
Faktor yang menjadi penyebab kenaikan nilai ekspor Indonesia antara lain :
1. Meningkatnya harga komoditas perikanan yang diekspor dan kenaikan nilai
mata uang US. Dollar terhadap rupiah.
44 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
- Jika dibandingkan dengan capaian nilai ekspor hasil perikanan tahun 2016,
komoditas utama ekspor hasil perikanan tahun 2017 yang mengalami
kenaikan volume adalah TTC (6,59%), Rumput Laut (RL) (2,01%) dan yang
mengalami penurunan volume adalah udang (10,18%), CSG (1,45%) dan
Rajungan/Kepiting (5,77%). Namun, dari segi nilai produk, kelima
komoditas utama mengalami peningkatan rata-rata sebesar 17,90% yang
menandakan bahwa harga komoditas perikanan yang diekspor meningkat.
2. Nilai ekspor hasil perikanan negara pesaing selama 4 tahun terakhir (2013-
2016) rata-rata mengalami penurunan seperti Thailand turun 6,10%/tahun,
Vietnam turun 1,00%/tahun dan Philippina turun 12,27%/tahun.
- Secara umum kondisi perdagangan (ekspor-impor) global bervariasi tetapi
untuk negara tujuan utama ekspor Indonesia seperti Amerika Serikat dan
Jepang kondisi perdagangan produk KP menunjukkan tren menurun,
walaupun di negara-negara Asia Timur lainnya, seperti China dan Korea
mengalami peningkatan.
Tabel 3.14. Negara Pesaing di Beberapa Negara Tujuan Ekspor Utama Negara Tujuan Ekspor Udang Kecil dan Udang Biasa (Beku)
Vietnam Inggris China
Negara Pesaing India & Ekuador India, Bangladesh, Thailand Ekuador, Argentina, India, Thailand
Negara Tujuan Ekspor Kepiting
China Hongkong
Negara Pesaing Kanada & Amerika Serikat China, Filipina, Korea, Vietnam, Tanzania, Jepang, Bangladesh
Negara Tujuan Ekspor Crustacea Lainnya (Beku)
Inggris Hongkong Jepang Belgia
Negara Pesaing India, Bangladesh, Thailand, China, Portugal, Vietnam
China New Zealand, Korea, China
India, Belanda
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 45
Faktor penyebab tidak tercapainya target
tahun 2017:
1. Kebutuhan ikan untuk konsumsi
dalam negeri meningkat dengan ditandai
peningkatan konsumsi ikan sebesar 5,8%
dari 43,94 kg/kapita (2016) menjadi
47,34 kg/kapita (2017). Tantangan
hambatan ekspor di pasar utama yakni
masih tingginya hambatan tarif dan
potensi meningkatnya hambatan non-
tarif. Negara AS dan EU pada umumnya
masih mengenakan tarif normal (MFN)
untuk produk perikanan Indonesia dan
Jepang masih mengenakan tarif normal
(MFN) terutama produk tuna. Hambatan
non tarif pada negara tujuan ekspor antara
lain standardisasi kualitas produk/jasa
yang tinggi, pembatasan kuota impor,
peraturan khusus, struktur pasar, kondisi
politik, ekonomi, dan sosial budaya.
2. Potensi diversifikasi pasar tujuan
pasar non-tradisional (Afrika, Timur Tengah,
Rusia, dan Amerika Latin) masih
mengalami hambatan, mengingat
Indonesia belum
mempunyai Comprehensive Economic
Partnership Agreement (CEPA) sehingga
akses pasar ke kawasan tersebut belum
terbuka secara maksimal.
Kebijakan yang ditempuh Ditjen PDSPKP :
1. Menurunkan tarif impor produk perikanan Indonesia di negara Chile, hampir 80% produk perikanan diturunkan tariffnya dari 6 % menjadi 0% utk tuna, udang, sotong, rajungan dan pemangkasan tarif untuk rumput laut 50% dari tarif normal (MFN).
2. Penanganan hambatan ekspor ke AS:
Penyampaian pedoman aturan AS mengenai U.S. Seafood Import Monitoring Program (sistem ketertelusuran produk perikanan yg masuk ke AS) kepada seluruh Dinas KP Provinsi/Asosiasi Usaha/Pelaku Usaha.
Penyampaian tanggapan ke pihak AS mengenai aturan produk yang diekspor ke AS bebas dari penangkapan yang berdampak kematian mamalia laut (U.S. Marine Mammals Protection Act -List of Foreign Fisheries), Oktober 2017
3. Mengikuti pameran di pusat-pusat pasar seafood dunia a.l. SENA, Boston, SEG Brussels, FIE Jerman, JIST Jepang, Seafex Dubai.
4. Kerjasama promosi dan capacity building dengan Swiss Import Promotion Program (SIPO) dan peningkatan daya saing dengan SMARTFISH
5. Kerjasama penguatan jejaring pemasaran dengan KBRI dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC).
46 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan nilai
ekspor produk kelautan dan perikanan pada tahun mendatang antara lain (1)
peningkatan mutu produk kelautan dan perikanan untuk komoditas ekspor yang
bernilai ekonomis penting seperti udang, tuna, rajungan dll melalui pengembangan
sistem rantai dingin, sertifikasi mutu, pemenuhan persyaratan dari negara
pengimpor dll (2) Pengembangan diversifikasi produk ekspor yang didukung
dengan hasil Litbang dan market intelligence (3) Peningkatan jejaring internasional
melalui promosi dagang seperti partisipasi dalam pameran internasional/ ekspo,
(4) pembentukan wisma niaga ikan di beberapa negara, (5) perluasan pasar
ekspor/negara tujuan/negara mitra dan (6) penguatan branding produk kelautan
perikanan di dunia internasional.
6. Konsumsi Ikan Per Kapita Nasional
Konsumsi ikan adalah jumlah kebutuhan/permintaan ikan yang
menggambarkan fungsi dari jumlah penduduk dan necara permintaan ikan untuk
konsumsi domestik. Ikan mencakup ikan segar dan olahan sesuai dengan
ketentuan dari BPS. Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan : TKI = Konsumsi langsung rumah tangga KIDS = Konsumsi ikan dan udang segar KIDA = Konsumsi ikan dan udang asin/awetan KIMJ = Konsumsi ikan dalam kelompok makanan/minuman jadi
Hasil penghitungan data murni SUSENAS tersebut masih under estimate
disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
a. Tingkat kemampuan responden untuk mengingat kembali (recall) jenis dan
jumlah ikan yang dikonsumsi seminggu yang lalu dan kemampuan mengingat
aktivitas seluruh anggota keluarga di luar rumah yang cukup tinggi,
diperkirakan 20-35% responden under estimate dalam mengingat kembali
jenis dan jumlah ikan yang dikonsumsi dalam seminggu yang lalu.
b. Banyak jenis ikan yang belum tercakup dalam kuesioner SUSENAS dan
dimasukkan ke dalam ikan “lainnya”, sehingga berpotensi terlupakan pada
TKI = KIDS + KIDA + KIMJ
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 47
saat pengumpulan data, under estimate pencatatan jenis komoditas pangan
yang tidak ada di dalam kuesioner diperkirakan mencapai 10%.
Mengingat suvei Susenas masih under estimate maka perhitungan angka
konsumsi ikan ditambah dengan angka koreksi sehingga rumusnya menjadi :
Keterangan : A = Konsumsi langsung rumah tangga B = Konsumsi luar rumah tangga C = Konsumsi tidak tercatat
Tabel 3.15. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Konsumsi Ikan Per Kapita Nasional Tahun 2017
Indikator Kinerja
2016 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian Terhadap Target (%)
Pertumbuhan (%)
2017 2019 2008-2016
2016-2017
Konsumsi Ikan per Kapita Nasional
43,94 47,12 54,49 47,34** 100,47 86,88 6,72 7,74
Keterangan : * Target ** Angka capaian sementara
Dari sisi preferensi ketersediaan pangan yang menjadi kebutuhan utama
manusia, telah terjadi pergeseran mindset ke pola makan sehat dari daging merah
ke daging putih atau ikan ditandai dengan meningkatnya konsumsi ikan per kapita
nasional tahun 2017 (47,34 kg/kapita) dibanding tahun 2016 (43,94 kg/kapita).
Capaian konsumsi ikan per kapita nasional tahun 2017 setara dengan 100,47%
jika dibanding target tahun 2017 yaitu 47,12 kg/kapita atau setara dengan
86,88% jika dibanding target tahun 2019 yaitu 54,49 kg/kapita. Dalam rangka
mencapai taget indikator kinerja ini telah dialokasikan anggaran di tahun 2017
sebesar Rp 10,96 miliar.
Jika dibandingkan dengan capaian konsumsi ikan per kapita nasional tahun
2016 maka capaian tahun ini mengalami peningkatan sebesar 7,74%. Provinsi
dengan angka konsumsi ikan terendah adalah Prov. DIY yaitu sebesar 29,6
kg/kapita/tahun dan porovinsi dengan angka konsumsi tertinggi adalah Prov.
Maluku yaitu sebesar 62,91 kg/kapita/tahun.
Total Konsumsi Ikan = A + B + C
48 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
28 29,08 30,48
32,25 33,89
35,21 38,14
41,11 43,94
47,34
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
AKI
Faktor utama yang menyebabkan Prov DIY memiliki angka konsumsi
terendah adalah kebiasaan masyarakat untuk makan ikan yang rendah,
masyarakat Prov DIY lebih cenderung mengkonsumsi hasil pertanian dan
peternakan. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan secara intensif untuk
mengubah pola konsumsi masyarakat di wilayah-wilayah dengan nilai AKI yang
masih rendah.
Faktor penyebab tidak tercapainya target tahun 2017 : 1. kurangnya
pemahaman masyarakat tentang gizi dan manfaat protein ikan bagi kesehatan
dan kecerdasan, 2. rendahnya suplai ikan di beberapa wilayah, 3. sarana
pemasaran dan distribusi masih terbatas, 4. diversifikasi produk hasil perikanan
yang bisa memenuhi tuntutan konsumen masih belum berkembang.
Gambar 3.10. Capaian Angka Konsumsi Ikan Tahun 2008-2017
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pencapaian indikator kinerja
konsumsi ikan adalah:
a. Konsumsi ikan antar wilayah masih belum merata, wilayah Jawa dengan
penduduk yang besar memiliki angka konsumsi ikan yang kecil sedangkan
wilayah Ambon dan Sulawesi yang memiliki angka konsumsi ikan yang besar
memiliki jumlah penduduk yang kecil.
b. Pola konsumsi ikan masyarakat di Provinsi Bengkulu, DIY, Jawa Tengah, DKI
Jakarta, Banten, dan Jawa Barat masih lebih rendah jika dibandingkan pangan
asal ternak.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 49
Kegiatan yang dapat dilakukan guna mendukung pencapaian target
peningkatan konsumsi ikan adalah Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan
(Gemarikan) yang dilaksanakan di 34 provinsi. Selain itu dilakukan bazar produk
perikanan, lomba memasak menu ikan, pembangunan sentra kuliner di daerah
potensial, dan promosi dalam negeri produk olahan dan segar.
7. PNBP pada Sektor Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan
PNBP sektor penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan adalah
seluruh penerimaan Pemerintah Pusat pada sektor KP melalui Ditjen PDSPKP
yang bukan berasal dari penerimaan perpajakan. Penerimaan PNBP dari sektor KP
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis Dan Tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
PNBP sektor penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan
diperlukan untuk optimalisasi penerimaan negara melalui pengelolaan aset yang
optimal guna mendukung pembangunan sektor penguatan daya saing yang
berkelanjutan. Adanya perencanaan dan integritas SDM menjadi faktor utama
tercapainya target. Selain itu didukung juga oleh keakuratan dalam hal pencatatan
dan pelaporan.
Pada tahun 2017, PNBP sektor penguatan daya saing produk KP
ditargetkan sebesar Rp 229,53 juta. Sampai dengan akhir tahun 2017 (Januari-
Desember), indikator kinerja ini telah mencapai Rp 1.746,10 Juta. Nilai tersebut
setara dengan 760,73% terhadap target tahun 2017. Sumber PNBP sektor
penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan berasal dari pelayanan
sertifikasi penggunaan tanda SNI oleh LSPro-HP, pelayanan pengujian
laboratorium oleh BBP2HP, sewa bangunan/ruang/peralatan Raiser Ikan Hias
Cibinong, sewa Cold Storage di Muara Baru.
LSPro-HP adalah Lembaga Sertifikasi Produk Balai Besar Pengujian dan
Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) yang diberi wewenang untuk melakukan
sertifikasi penggunaan tanda SNI pada produk yang memenuhi syarat SNI yang
diacu melalui sistem mutu, penilaian hasil uji, atau inspeksi sebagaimana telah
50 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Bobot Penilaian
Kesesuaian Kebutuhan 20%
Kesesuaian Sarana dan Prasarana 25%
Kesesuaian Sasaran 50%
Kesesuaian Pelaporan 5%
diatur dalam Peraturan Dirjen P2HP Nomor 05/PER-DJP2HP/2014 tentang
Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan.
8. Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah Ditjen PDSPKP
Nilai kesesuaian bantuan pemerintah Ditjen PDSPKP dihitung dengan
mengukur realisasi bantuan Ditjen PDSPKP kepada masyarakat/pemda/BUMN/D,
berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi secara populasi berdasarkan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan dalam pedoman (bantuan sarana dan prasarana,
asuransi nelayan, biaya operasional serta rehabilitasi/pembangunan
gedung/bangunan).
Pengukuran tersebut dilakukan berdasarkan hasil pengadaan tahun 2017.
Target pencapaian nilai kesesuaian bantuan pemerintah Ditjen PDSPKP tahun
2017 adalah sebesar 80%. Berdasar hasil penilaian yang dilakukan inspektorat
jenderal KKP, nilai kesesuaian bantuan pemerintah Ditjen PDSPKP adalah sebesar
90,20% atau setara dengan 112,75% dari target 2017.
Tabel 3. 16. Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah Ditjen PDSPKP Tahun 2017
No Bantuan Pemerintah Nilai Kesesuaian BP (%)
1 Ice Flake Machine 1,5 Ton 89,21
2 Integrated Cold Storage -
3 Cold Storage 200 Ton 95,00
4 Pembangunan Pasar Ikan dan Sentra Kuliner
89,17
5 Freezer 300 kg 92,94
6 Kendaraan Berpendingin 89,50
Ditjen PDSPKP 90,20
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 51
Penilaian dilakukan oleh Inspektoral Jenderal KKP di 29 Provinsi dari total
34 provinsi. Kelima provinsi yang tidak dinilai antara lain Provinsi Banten, Bangka
Belitung, Papua, Kalimanatan Timur, dan NTT karena alokasi jumlah BP relatif
kecil. Integrated Cold Storage tidak dilakukan penilaian karena pengadaan belum
selesai pada saat uji substansi.
Secara umum Bantuan Pemerintah Ditjen PDSPKP Tahun 2017 telah
memenuhi kriteria kesesuaian kebutuhan tetapi beberap lokasi terdapat penerima
Bantuan Pemerintah yang belum menyediakan sarana prasarana pendukung yang
diperlukan, penyelesaian pekerjaan oleh rekanan yang mengalami keterlambatan,
volume yang tidak sesuai kontrak, serta belum tertibnya pelaporan dari penerima
Bantuan Pemerintah.
Rekomendasi tindak lanjut terkait permasalahan ini antara lain :
a) Pengendalian penyelesaian pekerjaan Bantuan Pemerintah TA 2017 melalui
monitoring dan evaluasi Bantuan Pemerintah TA 2017 terhadap keberlanjutan
usaha penerima Bantuan Pemerintah pada tahun 2018 dan kepatuhan di
bidang pelaporan.
b) Identifikasi calon penerima Bantuan Pemerintah dan calon lokasi Bantuan
Pemerintah TA 2018 secara cermat dengan berpedoman pada Petunjuk
Teknis.
c) Menyeleksi penyedia barang/jasa (rekanan) secara ketat.
d) Melaksanakan pengadaan Bantuan Pemerintah TA 2018 sesuai jadwal (paling
lambat triwulan II) serta mengendalikan pelaksanaannya di lapangan.
3.2.4 Sasaran Strategis 4 Tersedianya Produk KP yang Berdaya Saing, Bertanggung Jawab, dan Berkelanjutan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
tersedianya produk KP yang berdaya saing, bertanggung jawab, dan berkelanjutan
terdiri atas 3 (tiga) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
52 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Tabel 3.17. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Tersedianya Produk KP yang Berdaya Saing, Bertanggung Jawab, dan
Berkelanjutan Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
9 Volume produk olahan hasil perikanan (Juta Ton) 6.2 5,12** 82,61
10 Nilai Investasi Hasil Kelautan dan Perikanan (Rp. Triliun) 5,94 4,83 81,28
11 Terkendalinya Inflasi Ikan Tahunan (%) <15 <15 100,00
Keterangan : ** Angka capaian sangat sementara
9. Volume Produk Olahan Hasil Perikanan
Peningkatan volume produk olahan hasil perikanan adalah indikator kinerja
utama keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan produk dan usaha
pengolahan hasil kelautan dan perikanan yang dilakukan oleh Ditjen PDSPKP.
Peningkatan volume produk olahan sangat ditentukan oleh berkembangnya Unit
Pengolahan Ikan (UPI), baik skala UMKM maupun skala besar.
Kegiatan perhitungan volume produk olahan yang dihasilkan oleh UPI skala
besar dilakukan melalui metode penghitungan langsung ke seluruh UPI skala
besar. Sedangkan perhitungan yang dihasilkan oleh UPI skala UMKM dilakukan
melalui metode sampling.
Direktorat Jenderal PDSPKP ditargetkan mampu menjawab tantangan
tercapainya 6,2 juta ton volume produk olahan hasil perikanan. Untuk menjawab
tantangan tersebut, telah dilakukan kegiatan perhitungan volume produk olahan
hasil perikanan yang dihasilkan oleh usaha pengolahan skala Mikro Kecil dan
skala Menengah Besar. Dalam rangka mencapai target indikator kinerja ini telah
dialokasikan anggaran pada TA 2017 sebesar Rp 380 juta.
Tabel 3.18. Perkembangan Capaian Volume Produk Olahan Hasil Perikanan
Tahun TARGET CAPAIAN
Juta ton Juta ton
2010 4,20 4,20
2011 4,30 4,57
2012 4,80 4,83
2013 5,00 5,16
2014 5,20 5,21
2015 5,60 5,58
2016 5,90 5,96
2017 6,20 6,18* Keterangan :
* Angka capaian sementara
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 53
Tabel 3.19. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Volume Produk Olahan Hasil Perikanan Tahun 2017
Indikator Kinerja
Tahun Capaian
2017
Capaian Terhadap
Target 2017 (%)
Capaian Terhadap
Target 2019 (%)
Pertumbuhan
2012 2013 2014 2015 2016 2017* 2019* 2012-2016
2016-2017
Volume Produk Olahan Hasil Perikanan
4.83 5.16 5.37 5.58 5.96 6,20 6,80 6,18** 82,61 75,29 5,41 3,69
Keterangan : * Target ** Angka capaian sementara
Capaian volume produk olahan hasil perikanan tahun 2017 masih dibawah
target yang telah ditentukan yaitu sebesar 6,18 juta ton (99,68%) dari target
sebesar 6,20 juta ton hal ini dikarenakan data tersebut masih data sementara dan
saat ini masih dilaksanakan pendataan ke UPI, baik skala UMKM maupun besar.
Secara simultan juga dilakukan penginputan data dan penghitungan volume
produk olahan hasil perikanan.
Adapun permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pengambilan dan
perhitungan volume produk olahan hasil perikanan, antara lain:
a. UPI khususnya skala menengah besar sulit untuk memberikan data
produksinya. Belum ada peraturan yang mengatur tentang keharusan UPI skala
MB untuk dapat melaporkan produksinya secara berkala kepada Pemerintah
(KKP).
b. UPI skala Menengah Besar sangat heterogen. Misalkan dari jenis olahan ada
beku, kaleng, segar, asap, surimi, kering, dan lainnya, sedangkan dari jenis
komoditas : tuna, cakalang, udang, kepiting/rajungan, ikan demersal, ikan
pelagis, cephalopoda dan lainnya, selain itu range kapasitas terpasang UPI
skala MB mulai dari ± 200 ton per tahun sampai dengan ± 100.000 ton per
tahun. Heterogenitas tersebut membuat jumlah sampel yang seharusnya
diambil sehingga dapat mewakili setiap kelompok homogenitas sangat banyak
hampir mendekati sensus. Sedangkan saat ini hanya mampu melakukan
sampling dengan sumber daya yang sangat terbatas.
c. Belum ada sistem secara efektif dan efisien untuk memonitoring data UPI skala
MB secara berkala.
54 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Rencana dan tidak lanjut yang akan dilakukan untuk menjawab
permasalahan tersebut adalah:
a. Mengusulkan adanya rancangan peraturan yang mengharuskan UPI skala MB
dapat mengirimkan data produksinya secara berkala, dapat menggunakan
instrument-instrument izin yang dikeluarkan KKP terhadap UPI skala MB;
b. Membuat rancangan sistem online untuk menfasilitas laporan produksi dari UPI
skala MB kepada KKP;
c. Merealisasikan sistem logistik ikan nasional (SLIN) secepatnya dan
mengendalikan impor dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri
pengolahan ikan skala besar.
d. Melakukan pembinaan terhadap UPI skala UMKM dan skala besar terutama
dalam hal penerapan sanitasi.
e. Mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pengolahan.
f. Melakukan pendataan yanglebih mendetail di setiap Kecamatan dan setiap
Kabupaten untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
g. Melakukan penyeragaman dalam proses pengambilan data, metodologi dan
perhitungan volume produk olahan hasil perikanan dengan program SATU DATA.
10. Nilai Investasi Hasil Kelautan dan Perikanan
Nilai Investasi Hasil KP terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA),
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan kredit investasi. Penanaman Modal
di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. PMA adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri. PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Kredit
investasi adalah kredit jangka menengah/panjang yang diberikan kepada (calon)
debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi,
modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 55
mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, yang pelunasannya dari hasil
usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai.
Tabel 3.20. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Nilai Investasi Hasil Kelautan dan Perikanan Tahun 2017
Indikator Kinerja
Tahun Capaian
2017
Capaian Terhadap
Target 2017 (%)
Capaian Terhadap
Target 2019 (%)
Pertumbuhan
2012 2013 2014 2015 2016 2017* 2019* 2012-2016
2016-2017
Nilai investasi hasil kelautan dan perikanan
2.07 2.66 3.22 4.43 5.49 5,94 6,69 4,83 81,31 72,20 27,77 -12,02
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017, nilai investasi hasil kelautan dan perikanan ditargetkan
sebesar Rp 5,94 triliun. Sampai dengan bulan Desember 2017, telah tercapai Rp
4,83 triliun. Capaian ini setara dengan 81,28% jika dibandingkan dengan target
tahun 2017 dan setara dengan 72,17%. jika dibandingkan dengan target Renstra
KKP tahun 2019 sebesar Rp 6,69 triliun.
Tabel 3.21. Capaian Nilai Investasi Hasil Kelautan dan Perikanan
TAHUN Nilai (Rp Juta)
KREDIT INVESTASI PMDN PMA TOTAL
2016 2,226,567.60 1,835,877.57 1,431,391.70 5,493,836.87
2017 2,184,718.21 994,300.70 1,649,066.70 4,828,085.61
Sumber: BKPM dan OJK, diolah Ditjen PDS
Kinerja investasi sektor KP sampai dengan bulan Desember 2017 menurun
sebesar 12.02% apabila dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Penurunan
investasi ini dikontribusikan oleh penurunan realisasi PMDN dan Kredit Investasi
yang cukup signifikan, yakni 45,84% dan 1,88%. Kontribusi Kredit Investasi sangat
dominan apabila dibandingkan dengan PMA dan PMDN, yakni mencapai 45,25%
pada tahun 2017. Terjadi pergeseran proporsi antara PMA dengan PMDN, dari
semula PMDN yang lebih dominan pada 2016 menjadi PMA yang dominan di 2017
sebesar 34.16%.
Data BKPM TW III 2017 tercatat realisai PMA bidang usaha penangkapan
sebesar Rp 346.24 Miliar oleh RD Pacific International di Kota Bitung, Sulawesi
Utara. Telah dilakukan klarifikasi dengan BKPM bahwa realisasi PMA dimaksud
adalah realisasi PMA tahun 2014. Untuk itu, realisasi PMA TW III 2017 oleh RD
56 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Pacific International dialihkan ke realisasi PMA tahun 2014.
Realisasi PMA tahun 2017 naik sebesar 15.21% apabila dibandingkan
periode tahun 2016. Secara umum kontribusi realisasi investasi di bidang usaha
pengolahan masih sangat dominan sebesar 77.64% apabila dibandingkan dengan
bidang usaha perdagangan, jasa perikanan dan produksi perikanan (tangkap dan
budidaya). Realisasi investasi di usaha pengolahan mengalami pertumbuhan
negatif sebesar 6.25% pada periode 2016-2017. Kinerja investasi bidang usaha
perikanan produksi budidaya pada periode yang sama mengalami pertumbuhan
negatif positif sebesar 73.5%. Realisasi investasi di usaha budidaya tumbuh positif
62.58% pada periode triwulan I sd IV tahun 2017.
Sejumlah kendala yang menghambat investasi sektor kelautan dan
perikanan antara lain perbankan masih enggan dalam mengucurkan permodalan
untuk usaha perikanan karena dianggap berisiko tinggi antara lain infrastruktur
perikanan yang minim, seperti kekurangan air, gudang pendingin ikan, dan
sambungan listrik. Selain itu investor DN belum memanfaatkan Perpres Nomor 44
Tahun 2016 secara optimal khususnya peluang investasi di bidang usaha
penangkapan ikan.
Meskipun demikian, selama kurun waktu 2 tahun terakhir tercatat bahwa
nilai investasi hasil KP semakin membaik. Nilai investasi hasil KP menunjukkan
kecenderungan meningkat walaupun belum mencapai target yang telah
ditetapkan. Konsistensi kebijakan perikanan bisa menjadi salah satu faktor
pendorong membaiknya iklim investasi sektor perikanan. Langkah kedepan yang
perlu ditindaklanjuti antara lain percepatan realisasi PMDN ditingkatkan.
Momentum pertumbuhan realisasi investasi perlu dipertahankan untuk
pencapaian target akhir tahun, mengingat potensi sumber daya perikanan
merupakan peluang pasar yang sangat potensial di Indonesia.
Berdasar data BKPM, PMA di sektor perikanan terus meningkat, padahal
dengan adanya Perpres Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang
tertutup dan Bidang Usaha yang terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal, aktivitas usaha penangkapan ikan sudah tertutup untuk
investor asing. Hal yang sama juga terlihat dari investasi sektor perikanan yang
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 57
bersumber dari PMDN. Hal ini menunjukan bahwa sektor perikanan mendapatkan
perhatian yang baik dari para pemodal dalam negeri maupun para pemodal asing.
Indonesia merupakan negara yang menarik bagi investor asing. Hal ini
ditunjang oleh inflasi yang relatif terkendali, dan nilai rupiah yang relatif stabil.
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
17/PERMEN-KP/2015 tentang kriteria pemberian fasilitas pajak penghasilan di
bidang usaha tertentu dan atau di daerah tertentu pada sektor kelautan dan
perikanan, diharapkan dapat menarik investor untuk berinvestasi di sektor
kelautan dan perikanan di Indonesia. Ditjen PDSPKP optimis bahwa nilai investasi
hasil KP dapat ditingkatkan mengingat potensi sumber daya perikanan merupakan
peluang pasar yang sangat potensial di Indonesia. Namun, investasi yang masuk
harus memperhatikan kelestarian sumber daya alam, menjaga ekosistem,
keberlangsungan stok ikan dan selaras dengan berbagai kebijakan pemerintah.
Dalam rangka mepercepat dan mempermudah pelayanan berusaha di
sektor kelautan dan perikanan, telah diterbitkan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan 42 Tahun 2017 tentang Satgas Percepatan Pelaksanaan Berusaha di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai tindak lanjut dari
Perpres 91 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Dengan
terbitnya peraturan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor baik investor domestik maupun internasional untuk menanamkan
modalnya di dalam negeri khususnya pada sektor kelautan dan perikanan.
Ditjen PDSPKP optimis bahwa nilai investasi hasil KP dapat ditingkatkan
mengingat potensi sumber daya perikanan merupakan peluang pasar yang sangat
potensial di Indonesia. Namun, investasi yang masuk harus memperhatikan
kelestarian sumber daya alam, menjaga ekosistem, keberlangsungan stok ikan
dan selaras dengan berbagai kebijakan pemerintah.
11. Terkendalinya Inflasi Ikan
Pada tahun 2017, terkendalinya inflasi ikan tahunan ditargetkan stabil di
bawah 15%. Sejak bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2017, inflasi
ikan segar dan inflasi ikan diawetkan selalu <15% yang artinya capaian setara
dengan 100%.
58 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Pada bulan Desember 2017, inflasi bulanan (m-t-m) kelompok ikan segar
mengalami kenaikan dari 0,24 persen pada bulan November menjadi 2,37 persen
pada Desember. Sedangkan Inflasi tahunan (y-o-y) kelompok ikan segar periode
Desember 2017 sebesar 5,97 persen mengalami kenaikan dari Desember 2016
yang tercatat sebesar 2,89 persen.
Grafik 3.11. Perkembangan Inflasi Ikan Segar Desember 2016 –
Desember 2017
Inflasi bulanan lima komoditas perikanan yang masuk dalam bahan pangan
pokok, yakni Bandeng, Cakalang, Kembung, Tongkol dan Tuna pada bulan
Desember 2017 seluruhnya mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada
ikan kembung, yakni dari 0,36 persen di bulan November 2017 menjadi 3,66
persen di bulan Desember. Sedangkan inflasi bulanan tertinggi terjadi pada ikan
cakalang yaitu sebesar 4,78 persen.
Berbeda pada inflasi tahunan, komoditas yang mengalami kenaikan inflasi
tahunan paling tinggi adalah ikan Bandeng. Kenaikan tersebut terjadi dari -2,46
persen (deflasi) pada bulan Desember 2016 menjadi 9,00 di bulan Desember
2017. Inflasi tahunan tertinggi terjadi pada komoditas tongkol, yaitu 9,29 persen.
Inflasi bulanan (m-t-m) kelompok ikan diawetkan mengalami kenaikan
yaitu dari 0,25 persen (November 2017) menjadi 0,95 persen di bulan Desember
2017. Begitu pula inflasi tahunan (y-o-y) mengalami kenaikan menjadi 7,67 persen
dibandingkan bulan Desember 2016 yang tercatat sebesar 6,74 persen.
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
Dez.1
6
Jän.1
7
Feb.1
7
Mär.1
7
Apr.1
7
Mai.1
7
Jun.1
7Jul.17
Aug.1
7
Sep.1
7
Okt.1
7
Nov.1
7
Dez.1
7
Ikan Segar (m-t-m) 1,39 0,00 0,42 -0,64 -0,43 -0,08 1,53 1,27 -0,43 0,04 -0,47 0,24 2,37
Ikan segar (y-o-y) 2,89 3,98 3,78 3,86 4,93 5,22 4,58 4,54 4,45 4,62 4,56 4,96 5,97
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 59
Grafik 3.12. Perkembangan Inflasi Ikan Diawetkan bulan Desember 2016 – Desember 2017
Pada bulan Desember 2017, seluruh kelompok sumber protein mengalami
kenaikan inflasi dibandingkan pada bulan November 2017. Kenaikan inflasi
tertinggi terjadi pada kelompok daging dan hasil-hasilnya, diikuti oleh kelompok
telur, susu dan hasil-hasilnya, ikan segar dan yang terendah adalah ikan
diawetkan.
Grafik 3.13. Perbandingan Inflasi Sumber Protein Hewan Lainnya
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
Dez.1
6
Jän.1
7
Feb.1
7
Mär.
17
Apr.1
7
Mai.1
7
Jun.1
7Jul.17
Aug.1
7
Sep.1
7
Okt.1
7
Nov.1
7
Dez.1
7
Ikan Diawetkan (m-t-m) 0,42 0,00 1,14 0,62 0,21 0,10 1,94 0,73 0,38 0,07 -0,29 0,25 0,95
Ikan Diawetkan (y-o-y) 6,74 6,63 7,36 6,78 7,97 7,90 9,16 8,87 9,23 9,35 8,73 8,23 7,67
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Dez.1
6
Jän.1
7
Feb.1
7
Mär.
17
Apr.1
7
Mai.
17
Jun.1
7
Jul.1
7
Aug.
17
Sep.1
7
Okt.1
7
Nov.
17
Dez.1
7
Daging dan Hasil-hasilnya 1,59 1,79 -3,26 -0,16 0,38 2,16 2,11 -0,86 0,35 -1,33 -1,8 0,14 3,41
Ikan Segar 1,39 0,00 0,42 -0,64 -0,43 -0,08 1,53 1,27 -0,43 0,04 -0,47 0,24 2,37
Ikan Diawetkan 0,42 0,00 1,14 0,62 0,21 0,10 1,94 0,73 0,38 0,07 -0,29 0,25 0,95
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2,83 0,08 -1,36 -0,75 -0,16 2,52 -0,15 0,92 0,67 -0,76 -0,54 0,61 3,7
60 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Dari 82 Kab/Kota yang dipantau, pada periode Desember 2017 inflasi
bulanan kelompok ikan segar tertinggi terjadi di Kota Palu yaitu sebesar 29,01
persen dan terendah di Kota Sorong (-2,72 persen). Inflasi yang terjadi di Kota Palu
disebabkan adanya peningkatan konsumsi ikan segar terutama bagi yang
merayakan Natal dan Tahun Baru. Kenaikan inflasi ikan segar tersebut memberi
andil sebesar 1,1 persen terhadap inflasi keseluruhan Kota Palu. Komoditas ikan
segar yang menyumbang inflasi tersebut adalah ikan cakalang, ikan layang dan
bandeng.
Inflasi ikan awetan pada periode Desember 2017 tertinggi terjadi di Kota
Ternate sebesar 6,94 persen dan terendah di Kota Bima (-4,61 persen). Inflasi yang
terjadi di Kota Maumere dan Provinsi NTT secara keseluruhan disumbang oleh
beberapa komoditas diantaranya ikan kembung (andil 0,33 persen), ikan layang
(0,12 persen) dan ikan tongkol (0,11 persen).
Dalam pemantauan inflasi, beberapa hal yang telah dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi dan menyampaikan surat kepada Kepala Departemen
Kebijakan Moneter – Bank Indonesia perihal usulan penambahan komoditas
ikan untuk didata dan dipantau melalui website Pusat Informasi Pangan
Strategis Nasional (PIHPS).
b. Melakukan koordinasi dengan Direktorat Statistik Harga – Badan Pusat
Statistik dalam penyajian data inflasi komoditas ikan setiap bulan.
c. Melakukan koordinasi dan menyampaikan surat perintah laporan bulanan
perkembangan serapan, stock, dan harga ikan kepada operator utama
logistik ikan nasional (Perindo dan Perinus).
d. Melakukan koordinasi dan menyampaikan surat permintaan laporan bulanan
perkembangan serapan, stock, dan harga ikan kepada Kepala Dinas KP
Kab/Kota dan Pengelola Cold Storage yang menerima Tugas Perbantuan (TP)
pembangunan cold storage T.A. 2016.
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
Capaian kinerja Ditjen PDSPKP pada internal process perspective berasal
dari 10 (sepuluh) sasaran strategis yaitu tersedianya kebijakan pembangunan
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 61
penguatan daya saing yang efektif, akses pasar produk KP di negara tujuan ekspor
yang ditingkatkan, promosi produk KP di pameran skala internasional, Rancangan
Standar Nasional Indonesia (RSNI) pengolahan dan pemasaran produk hasil KP
yang disusun, Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) yang diterbitkan bagi unit
pengolahan ikan, utilitas unit penanganan dan pengolahan produk hasil KP, usaha
sektor KP yang mendapatkan layanan pembiayaan bank dan non-bank, ragam
inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil KP yang dihasilkan, produk
perikanan yang mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI,
serta pelaku usaha yang dibina dalam inkubator bisnis.
3.2.5 Sasaran Strategis 5 Tersedianya Kebijakan Pembangunan Penguatan Daya Saing yang Efektif
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
tersedianya kebijakan pembangunan penguatan daya saing yang efektif terdiri
atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.22. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Tersedianya Kebijakan Pembangunan Penguatan Daya Saing yang Efektif 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
12 Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah Bidang PDSPKP
7,7 8,06 104,68
13 Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang PDSPKP (draft peraturan)
14 45 321,43
12. Indeks Efektivitas Kebijakan Bidang PDSPKP
Efektivitas adalah suatu kriteria yang digunakan untuk menilai hasil atau
akibat dari implementasi suatu kebijakan publik berdasarkan indikator-indikator
yang ditetapkan dalam dokumen kebijakan tersebut. Kebijakan pemerintah adalah
keputusan yang diambil oleh KKP melalui penerbitkan Peraturan/Surat Edaran
untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan
tersebut.
Indeks adalah indikasi sejauh mana itu berpengaruh terhadap output atau
outcome, Indeks efektivitas kebijakan pemerintah lingkup Ditjen PDSPKP adalah
62 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
suatu ukuran untuk menilai sejauh mana kebijakan yang diterbitkan oleh Ditjen
PDSPKP dapat diterima oleh stakeholder Kelautan dan Perikanan pada umumnya,
serta mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan
tersebut.
Tabel 3.23. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Indeks Efektivitas Kebijakan Bidang PDSPKP Tahun 2017
Indikator Kinerja
Tahun Capaian
2017
Capaian Terhadap
Target 2017 (%)
Capaian Terhadap
Target 2019 (%)
Pertumbuhan 2016-2017 2016 2017* 2019*
Indeks efektivitas kebijakan bidang PDSPKP
7,82 7,7 7 8,06 104,68 100,75 3,07
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017, Ditjen PDSPKP ditargetkan dapat mencapai angka indeks
efektivitas kebijakan bidang PDSPKP sebesar 7,7%. Secara kumulatif angka
indeks efektivitas kebijakan bidang PDSPKP periode Januari-Desember 2017
mencapai 8,06%. Pencapaian ini setara dengan 104,68% jika dibandingkan
dengan target tahun 2017 dan 100,75% jika dibandingkan dengan target jangka
menengah tahun 2019. Jika dibandingkan tahun 2016, capaian ini mengalami
peningkatkan sebesar 3,07%.
13. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam Peraturan Perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan bidang
PDSPKP didefinisikan sebagai produk hukum yang tingkatannya berada di atas
Keputusan/Peraturan Direktur Jenderal, yaitu Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri KP, dan
Keputusan Menteri KP, serta Peraturan Bersama yang ditandatangani oleh Pejabat
Negara.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 63
Tabel 3.24. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan
Tahun 2017
Indikator Kinerja Utama
Tahun Capaian
2017
Capaian terhadap target (%)
Pertumbuhan (%)
2013 2014 2015 2016 2017* 2019* 2017 2019 2013-2016
2016-2017
Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
6 13 15 15 14 18 45 321,43 250 23,01 200
Keterangan : * Target
Jika capaian jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tahun 2017 sebanyak 45 draft
peraturan perundang-undangan dibandingkan dengan target 2017, maka
pencapaian indikator kinerja ini telah mencapai 321,43%. Jika dibandingkan
dengan target jangka menengah tahun 2019, maka pencapaian indikator kinerja
ini telah mencapai 250%. Selama kurun waktu tahun 2013-2016, jumlah draft
peraturan perundang-undangan bidang pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 44,02% per tahun sedangkan
pertumbuhan 2016-2017 mengalami kenaikan sebesar 200%.
Untuk mencapai target tersebut akan dilakukan beberapa kegiatan antara
lain : (1) Peningkatan kapasitas ilmu hukum berupa bimbingan teknis penyusunan
peraturan perundang-undangan kepada anggota tim perundang-undangan Ditjen
PDSPKP, (2) Penyiapan substansi teknis rancangan peraturan bidang pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan di lingkup Ditjen PDSPKP serta, (3) Focus Group
Discussion (FGD) dengan pihak terkait yaitu Biro Hukum KKP, Unit Eselon I KKP,
Kementerian/Lembaga terkait dan stakeholder lainnya.
64 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
3.2.6 Sasaran Strategis 6 Akses Pasar Produk Kelautan dan Perikanan di Negara Tujuan Ekspor yang Ditingkatkan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
akses pasar produk kelautan dan perikanan di negara tujuan ekspor yang
ditingkatkan terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai
berikut:
Tabel 3.25. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Akses Pasar Produk Kelautan dan Perikanan di Negara Tujuan Ekspor yang Ditingkatkan Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
14 Negara yang Tertangani Hambatan Ekspornya (negara)
1 1 100,00
14. Negara yang Tertangani Hambatan Ekspornya
Pada tahun 2017, Ditjen PDSPKP ditargetkan dapat menangani hambatan
ekspor minimal di satu negara tujuan ekspor. Dalam kurun waktu 1995-2016,
Direktorat Pengamanan Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar
Negeri Kementerian Perdagangan telah mencatat 400 kasus hambatan
perdagangan produk ekspor Indonesia. Produk perikanan termasuk dalam produk
ekspor Indonesia yang sering dihambat. Kendala umum yang dihadapi eksportir
Indonesia antara lain terbatasnya dukungan finansial, branding, paten, dan
pengembangan produk.
Pada tahun 2017, jumlah negara yang tertangani hambatan ekspornya
ditargetkan sebanyak 1 negara. Sampai dengan Desember 2017, jumlah negara
yang tertangani hambatan ekspornya tercapai sebanyak 1 negara atau setara
dengan 100% jika dibandingkan dengan target tahun 2017. Dalam rangka
pencapaian target indikator kinerja ini telah dialokasikan anggaran sebanyak Rp
112,7 Juta.
Salah satu hambatan ekspor yang berhasil ditangani di tahun 2017 yaitu
ekspor produk perikanan Indonesia ke Chile. Bagi Indonesia, Chile mempunyai arti
penting karena letak geografisnya yang strategis diharapkan menjadi pintu masuk
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 65
(hub) produk perikanan Indonesia di kawasan Amerika Latin. Chile merupakan
negara yang tergabung dalam Aliansi Pasifik yakni kerjasama regional yang
beranggotakan Chile, Kolombia, Meksiko dan Peru.
Perjanjian Indonesia – Chile Comprehensive Economic Partnership
Agreement (IC-CEPA) telah ditandatangani pada tanggal 14 Desember 2017 di
Santiago, Chile. Perjanjian IC-CEPA dirundingkan incremental mulai dengan
perdagangan barang (Trade in Goods). Perjanjian ini juga mencakup pengaturan
Sanitary and Phytosanitary (SPS), Technical Barriere to Trade (TBT), Rules of Origin
(ROO), Custom Procedure, isu legal dan kerjasama ekonomi.
Secara nasional, kedua negara akan saling mendapatkan tariff preferensi
untuk ekspor ke pasar satu sama lain. Dengan IC-CEPA, 89,3% pos tarip Chile akan
diturunkan menjadi 0% untuk produk-produk Indonesia yang masuk ke pasar Chile,
sedangkan Indonesia akan menghapus 86,1% pos tarifnya untuk produk impor
dari Chile.
Untuk produk perikanan Indonesia, sebanyak 767 pos tarif (85%) dari 899
pos tarif perikanan Chile dihapus menjadi 0% dan sebanyak 132 pos tarif (15%)
tarifnya dipangkas menjadi 50% dari tarif normal yang dikenakan. Produk ekspor
utama Indonesia yang telah dihapus tarif impornya di Chile seperti tuna, tilapia,
catfish, makarel, udang. Lobster dan rajungan serta rumput laut kecuali rumput
laut gracilarias tarifnya dipangkas 50% dari tarif normal.
3.2.7 Sasaran Strategis 7 Promosi Produk Kelautan dan Perikanan di Pameran Skala Internasional
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
promosi produk kelautan dan perikanan di pameran skala internasional terdiri atas
1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.26. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Promosi Produk Kelautan dan Perikanan di Pameran Skala Internasional Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
15 Jumlah Nilai Potensi Transaksi yang Dihasilkan dari Promosi di Pameran Skala
200 326,54 163,27
66 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Internasional (juta USD)
15. Jumlah Nilai Potensi Transaksi yang Dihasilkan dari Promosi di
Pameran Skala Internasional
Kegiatan promosi dilaksanakan melalui keikutsertaan pada pameran skala
internasional untuk memperkenalkan produk kelautan dan perikanan Indonesia,
memperkenalkan dan memperkuat branding Indonesia di pasar global,
memperluas pasar ekspor di pasar prospektif dan potensial. Keikutsertaan pada
pameran tersebut diharapkan dapat berkontribusi yang signifikan pada
peningkatan ekspor hasil perikanan Indonesia melalui kontrak dan transaksi
dagang yang terjadi pada saat dan setelah kegiatan pameran.
Data nilai potensi transaksi tersebut diperoleh selama kegiatan pameran
dan potensi transaksi tahun berjalan sebagai dampak dari keikutsertaan dalam
pameran yang diperoleh dari para pelaku usaha peserta pameran. Sampai dengan
akhir tahun 2017, KKP telah berpartisipasi pada beberapa pameran antara lain :
1. Pameran Seafood Expo North America (SENA) 2017 di Boston, Amerika Serikat
pada tanggal 18 – 22 Maret 2017 diikuti oleh 16 perusahaan dengan produk
yang diminati oleh buyers antara lain udang, tuna, mahi-mahi, kerapu, cumi-
cumi, gurita, kakap merah, oilfish, swordfish, wahoo, crab, kingfish, dan value
added products.
2. Seafood Expo Global (SEG) 2017 di Brussels, Belgia pada tanggal 25 – 27 April
2017 diikuti oleh 19 perusahaan dengan produk yang diminati oleh buyers
antara lain fresh tuna, frozen tuna, swordfish, udang, oilfish, mahi-mahi, kerapu,
cumi-cumi, gurita, crabmeat, canned snail, canned shrimp dan kingfish.
3. Japan International Seafood and Technology Expo (JISTE) di Tokyo, Jepang pada
tanggal 23 – 25 Agustus 2017 diikuti oleh 7 perusahaan dengan produk yang
diminati oleh buyers antara lain udang (black tiger dan vannamei), tuna beku,
makerel, gurita, cumi-cumi, sidat dan telur ikan terbang.
4. Seafood Expo (SEAFEX) 2017 di Dubai pada tanggal 18 – 20 September 2017
diikuti oleh 10 perusahaan dengan produk yang diminati oleh buyers antara
lain sardines dan tuna kaleng, bandeng, kingfish, swordfish, udang, tuna,
oilfish, ribbon fish, catfish dan reef fish.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 67
5. Trade Expo Indonesia (TEI) 2017 di BSD City, Banten-Indonesia pada tanggal 11
– 15 Oktober 2017 diikuti oleh 10 perusahaan dengan produk yang paling
diminati oleh buyers antara lain sardines dan tuna kaleng.
6. Food Ingredient Europe (FIE) tanggal 28 – 30 November 2017 di Frankfurt,
Jerman diikuti oleh 9 perusahaan dengan produk yang paling diminati oleh
buyers yaitu karaginan dan agar.
Tabel 3.27. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah Nilai Potensi Transaksi yang Dihasilkan dari Promosi di Pameran Skala Internasional Tahun 2017
Indikator Kinerja Utama
Tahun Capaian 2017
Capaian terhadap target (%)
Pertumbuhan 2016-2017
(%) 2016 2017* 2019* 2017 2019
Jumlah nilai potensi transaksi yang dihasilkan dari promosi di pameran skala internasional
233,7 200 275 326,54 163,27 118,74 39,73
Keterangan : * Target
Target jumlah nilai potensi transaksi yang dihasilkan dari promosi di
pameran skala internasional pada tahun 2017 sebesar USD 200 juta. Sampai
dengan Desember tahun 2017, nilai potensi transaksi yang dihasilkan tercatat
sebesar USD 326,54 juta. Nilai ini setara dengan 163,27% jika dibandingkan
dengan target tahun 2017 dan 118,74% jika dibandingkan target jangka
menengah (tahun 2019) sebesar USD 275 juta. Jika dibandingkan capaian tahun
2016 sebesar USD 233,7 juta, nilai potensi transaksi pada tahun 2017 naik
sebesar 39,73% pada tahun 2017.
Potensi transaksi dampak promosi diperoleh dari rekapitulasi
data/informasi potensi transaksi yang dilaporkan peserta pameran dalam
kuisioner selama pameran berlangsung. Nilai potensi transaksi hasil pameran dan
promosi di luar negeri mampu melampaui target disebabkan antara lain:
1. Penambahan luas lahan dan booth paviliun pada Pameran Seafood Expo North
America (SENA) di Boston, Amerika Serikat (semula 2000 sqf menjadi 3000
sqf), dan Seafood Expo Global (SEG) di Brussels, Belgia (semula 288 m2
menjadi 416 m2) yang berimplikasi pada penambahan jumlah peserta
pameran (semula 33 peserta menjadi 35 peserta) dan jumlah transaksi yang
68 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
dihasilkan dari kedua pameran tersebut (semula USD 181,6 juta menjadi USD
285,6 juta).
2. Keikutsertaan pada pameran internasional di lokasi/negara yang berbeda
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya membuka pangsa pasar dan transaksi
baru bagi para pelaku usaha perikanan/peserta pameran. Pameran yang
pertama kali diikuti oleh KKP pada tahun 2017, yaitu JISTE-Jepang dan
SEAFEX-Uni Emirat Arab.
3. Kebijakan pemberantasan IUU Fishing yang dilakukan oleh KKP memberi
peluang pelaku usaha perikanan/eksportir Indonesia untuk mengisi
kekosongan suplai produk seperti tuna dari negara pesaing.
4. Promosi produk perikanan dan paviliun Indonesia melalui website resmi
pameran, katalog pameran, pembagian brosur ke buyers utama, dan majalah
intrafish.
Alokasi anggaran untuk pencapaian indikator kinerja ini adalah sebesar Rp
14.273.279.000,- dan yang direalisasikan adalah sebesar Rp 13.099.788.842,-
atau 91,78%. Hal ini menunjukkan adanya penggunaan anggaran yang cukup
efisien.
3.2.8 Sasaran Strategis 8 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil Kelautan dan Perikanan yang Disusun
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) pengolahan dan pemasaran produk
hasil KP yang disusun terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja
sebagai berikut:
Tabel 3.28. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Pengolahan dan Pemasaran Produk
Hasil KP yang Disusun Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
16 Jumlah RSNI Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP yang Disusun
15 16 106,67
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 69
16. Jumlah RSNI Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP yang
Disusun
Penyusunan RSNI Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil Kelautan dan
Perikanan dilakukan oleh Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan dan Komite
Teknis 65-08 Produk Perikanan Nonpangan yang ditetapkan oleh BSN. RSNI yang
disusun harus harmonis dengan standar internasional, dapat digunakan oleh
pelaku usaha, konsumen dan tidak memberatkan. Dalam upaya mempercepat
proses penyusunan RSNI, selain dibantu oleh anggota komite teknis dan BSN,
Ditjen PDSPKP bekerja sama dengan instansi lingkup KKP dan instansi lainnya
khususnya sebagai konseptor RSNI antara lain IPB, Asosiasi Pengusaha
Pengolahan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), BBP2HP, BRSDMKP,
Balai Uji Standar Karantina Ikan (BUSKI) BKIPM, LPPMHP Cirebon, LPPMHP
Semarang dan LPPMHP Padang.
Tabel 3.29. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah RSNI Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP yang Disusun Tahun 2017
Indikator Kinerja Utama Tahun Capaian
2017
Capaian terhadap target (%)
2017* 2019* 2017 2019
Jumlah RSNI Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil KP yang Disusun
15 16 16 106,67 100
Keterangan : * Target
Target Indikator Kinerja Ditjen PDSPKP pada tahun 2017 adalah 15 RSNI
yang disusun, dan berhasil dicapai 16 RSNI atau 106,67% melebihi target yang
telah ditetapkan. Jika dibandingkan dengan target jangka menengah maka
capaian tahun 2017 telah 100%.
Tabel 3.30. RSNI Produk Perikanan yang Disusun Tahun 2017
No. Produk Perikanan
1. Cara uji kimia – Penentuan kadar asam domoat (amnesic shellfish poisoning) dengan metode enzyme linked immunoassay (ELISA) pada produk kekerangan
2. Bakso ikan
3. Bandeng duri lunak
4. Cumi cumi dan sotong kering
70 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
5. Daging kerang masak beku
6. Daging kerang masak dingin
7. Cara uji kimia - Penentuan kadar saxitoxin (paralytic shellfish poisoning) dengan metode enzyme linked immunoassay (ELISA) pada produk kekerangan
8. Rendang kerang
9. Stik kepiting analog
10. Teripang asap
11. Udang dalam kemasan kaleng
No. Produk Non Konsumsi
1. Ikan cupang hias Betta splendens Regan 1910 - Syarat mutu dan penanganan
2. Minyak ikan murni (refined fish oil) - Syarat mutu dan pengolahan
3. Rumput laut Sargassum spp. Sebagai bahan baku zat penagtur tumbuh dalam produksi pupuk tanaman – Syarat mutu dan pengolahan
4. Spirulina spp. Kering – Syarat mutu dan pengolahan
5. Cara uji kimia minyak ikan – Bagian 2 : Penentuan bilangan peroksida pada minyak ikan dengan metode titrasi iodometri
Komite Teknis 65-05 Produk Perikanan dan Komite Teknis 65-08 Produk
Perikanan Nonpangan dalam melakukan perumusan 16 RSNI tersebut diawali
dengan mengusulkan Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) ke BSN untuk
mendapat persetujuan Manajemen Teknis Perumusan Standar (MTPS). Kemudian
dilanjutkan dengan 3 tahap perumusan RSNI di Ditjen PDSPKP yang dimulai
dengan penyusunan konsep RSNI1, Rapat-rapat Teknis RSNI2, dan Rapat
Konsensus RSNI3. Selanjutnya adalah tahap jajak pendapat (e-balloting) dan jajak
pendapat ulang (apabila diperlukan) yang dilakukan oleh BSN di website SISPK,
dan penetapan SNI oleh Kepala BSN.
Atas kinerjanya yang dinilai sangat baik oleh BSN, maka Komite Teknis
65-05 : Produk Perikanan berhasil meraih penghargaan tertinggi Herudi Technical
Committee Award (HTCA) dari 5 Komite Teknis yang menerima nominasi
penghargaan HTCA Tahun 2017. Kegiatan HTCA tersebut diikuti oleh 145 Komite
Teknis pada kementerian/lembaga pemerintah. Komite Teknis 65-08 yang
merumuskan SNI Produk Kelautan/ Produk Perikanan Nonpangan juga menjadi
salah satu dari 5 Komite Teknis yang menerima nominasi penghargaan HTCA
tahun 2017. Penghargaan HTCA disampaikan oleh Kepala BSN kepada Direktur
Jenderal PDSPKP pada acara puncak Bulan Mutu Nasional di auditorium Gedung
BPPT Jakarta, Hari Rabu tanggal 22 November 2017.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 71
Alokasi anggaran untuk pencapaian indikator kinerja ini adalah sebesar Rp
1.384.545.000,- dan yang direalisasikan adalah sebesar Rp 1.362.170.250,- atau
98,38%. Hal ini menunjukkan adanya penggunaan anggaran yang cukup efisien.
3.2.9 Sasaran Strategis 9 Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) yang Diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) yang diterbitkan bagi unit pengolahan ikan
terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.31. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) yang Diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
17 Jumlah Sertifikat Kelayakan Pengolahan yang Diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan (SKP)
1500 2,107.00 140.47
17. Jumlah Sertifikat Kelayakan Pengolahan yang Diterbitkan bagi Unit
Pengolahan Ikan
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
pasal 20 ayat 3 bahwa setiap orang yang melakukan penanganan dan pengolahan
ikan wajib memenuhi dan menerapkan persyaratan kelayakan pengolahan ikan,
sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, dan ayat 4 bahwa setiap
orang yang memenuhi persyaratan kelayakan pengolahan ikan sebagaimana
dimaksud pada ayat 3, memperoleh Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP), serta
sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 72/PERMEN-KP/2016
Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan
(SKP) bahwa SKP adalah sertifikat yang diberikan kepada Unit Pengolahan Ikan
(UPI) yang telah menerapkan Cara Pengolahan Ikan yang Baik (Good
Manufacturing Practices) dan memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi
Standar (Standard Sanitation Operating Procedure).
72 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Kewajiban UPI memiliki SKP adalah untuk memberikan jaminan mutu
dan keamanan pada produk perikanan yang diproduksi, diimpor, dan diedarkan di
wilayah RI, untuk memenuhi standar produk hasil perikanan yang dipersyaratkan
(SNI untuk produk yang diperdagangkan di pasar dalam negeri atau standar
negara buyer untuk produk yang diekspor), dan untuk memenuhi persyaratan
sanitasi dan higiene dalam penanganan dan pengolahan hasil perikanan.
Tabel 3.32. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah SKP yang Diterbitkan bagi UPI selama Tahun 2017
Indikator Kinerja Utama
Tahun Capaian
2017
Capaian terhadap target (%)
Pertumbuhan (%)
2016 2017* 2019* 2017 2019 2011-2017
2016-2017
Jumlah SKP yang Diterbitkan bagi UPI
1933 1500 1900 2107 140,47 110,89 32,66 9
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017, capaian indikator jumlah sertifikat kelayakan
pengolahan yang diterbitkan bagi Unit Pengolahan Ikan sebanyak 2.107 SKP.
Capaian ini setara dengan 140,47% terhadap target tahun 2017 yakni 1.500 SKP
atau 110,89% terhadap target tahun 2019 yakni 1.900 SKP. Capaian ini terus
meningkat selama 7 tahun terakhir.
Gambar 3.14. Capaian Jumlah Penerbitan SKP dari Tahun 2011 - 2017
435 505 550 575
500
790
1500
444 558
792
947 1084
1933 2107
0
500
1000
1500
2000
2500
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Target Jumlah SKP yang diterbitkan
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 73
Kenaikan jumlah SKP yang diterbitkan di Tahun 2017 dapat melebihi target
disebabkan oleh :
1. Program kegiatan di Direktorat Jenderal PDSPKP dan pembinaan Pra-SKP oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi telah berhasil mendukung dan
meningkatkan capaian penerbitan SKP.
2. SKP diterbitkan berdasar jenis produk bukan berdasar jumlah UPI dan pada
tahun 2017 banyak UPI yang mengajukan penambahan ruang lingkup (produk
baru).
3. Kenaikan jumlah importir baru (38 importir) yang mengajukan SKP dengan
produk impor yang beragam.
4. Kenaikan UPI yang ekspor produk segar ke negara Malaysia dan Singapura yang
mengajukan SKP karena diwajibkan oleh BKIPM sebelum mendapatkan HACCP
dan HC.
5. Kenaikan jumlah UPI baru yang mengajukan SKP karena dipersyaratkan oleh
BKIPM.
Kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung pencapaian kinerja
tersebut di atas adalah kebijakan Ditjen PDS yaitu sudah terbitnya Peraturan
Dirjen PDSPKP No.24 Tahun 2017 tentang Pemeringkatan SKP dan Peraturan
Dirjen PDSPKP No.25 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pembinaan Kelayakan
Pengolahan sebagai pedoman bagi pemangku kepentingan pada Ditjen PDSPKP,
Dinas yang menangani urusan kelautan dan perikanan di Daerah, Lembaga yang
menangani pembinaan dan pengujian Mutu, Pembina Mutu, dan para pelaku
usaha perikanan melakukan pembinaan kelayakan pengolahan dalam rangka
penerbitan SKP, serta kegiatan yang rutin dilaksanakan dalam rangka pelayanan
publik, melalui operasionalisasi pelayanan SKP dan pembinaan UPI dalam
memperoleh SKP.
Pelayanan penerbitan SKP baik melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) ataupun online adalah untuk meningkatkan pelayanan SKP yang lebih
mudah, cepat, efektif, dan efisien. Selain itu juga adanya koordinasi antara
sekretariat penerbitan SKP pusat dan Sekretariat SKP daerah telah berjalan
dengan baik dan juga pembinaan yang dilakukan oleh pembina mutu daerah
74 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
dengan menggunakan anggaran APBD telah berjalan dengan baik. Meskipun
demikian masih terdapat beberapa kendala seperti sebagian besar UPI skala
UMKM belum mampu memenuhi persyaratan SKP dan jumlah pembina mutu di
daerah masih kurang.
Alokasi anggaran untuk pencapaian indikator kinerja ini adalah sebesar Rp
4.434.534.000,- dan yang direalisasikan adalah sebesar Rp 4.233.537.328,- atau
95,47%. Hal ini menunjukkan adanya penggunaan anggaran yang cukup efisien.
3.2.10 Sasaran Strategis 10 Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil Kelautan dan Perikanan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP terdiri atas 1 (satu)
indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.33. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP Tahun 2016
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
18 Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP (%)
60 60,89 101,48
Keterangan : * Angka capaian sementara
18. Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP
Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Hasil KP diartikan sebagai jumlah
produksi saat ini dibanding dengan kapasitas produksi terpasang pada setiap UPI.
Nilai utilitas yang tinggi menunjukkan kinerja membaik dari suatu unit pengolahan.
Pada tahun 2017, target utilitas UPI adalah 60%. Saat ini sedang
dilaksanakan pendataan dan verifikasi data produksi dan kapasitas terpasang di
seluruh UPI sehingga hasil perhitungan utilitas UPI diharapkan dapat diketahui
pada akhir tahun 2017. Data capaian diperoleh dengan rumus berikut :
Utilitas UPI = 𝑂 𝑝𝐾 𝑝 𝑖 𝐷𝑒 𝑖𝑛 x 100%
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 75
Data yang diperlukan untuk perhitungan utilitas UPI antara lain kapasitas
terpasang UPI, volume produk olahan UPI, volume bahan baku yang digunakan,
nilai produk olahan UPI dan kendala yang dihadapi UPI di lapangan. Metode yang
digunakan dalam pengambilan data yaitu teknik wawancara dan pengisian
kuisioner. Perhitungan ini dilakukan oleh tenaga ahli IPB, melalui data yang
diperoleh dari Dinas Provinsi Kelautan dan Perikanan.
Tabel 3.34. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Utilitas UPI Tahun 2017
Indikator Kinerja Utama
Tahun Capaian
2017
Capaian terhadap target (%)
Pertumbuhan (%)
2016 2017* 2019* 2017 2019 2012-2017
2016-2017
Utilitas Unit Pengolahan Ikan (%)
66.8 60 65 60,89 101,48 93,68 0,86 -8,85
Keterangan : * Target * Angka capaian sementara
Pada tahun 2017, nilai capaian indikator utilitas UPI sebesar 60,89% atau
sebesar 101,48% terhadap target yang telah ditetapkan sebesar 60%. Capaian
indikator kinerja ini cenderung mengalami penurunan dibanding tahun 2016 yaitu
sebesar 8,85%. Dalam perhitungan utilitas ini terdapat beberapa kendala terutama
masalah ketersediaan data yang valid.
Adapun permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pengambilan data
dan perhitungan utilitas industri skala menengah dan besar, antara lain:
1. UPI khususnya skala menengah besar sulit untuk memberikan data
produksinya. Belum ada peraturan yang mengatur tentang keharusan UPI skala
MB untuk dapat melaporkan produksinya secara berkala kepada Pemerintah
(KKP).
2. UPI skala Menengah Besar sangat heterogen. Misalkan dari jenis olahan ada
beku, kaleng, segar, asap, surimi, kering, dan lainnya, sedangkan dari jenis
komoditas : tuna, cakalang, udang, kepiting/rajungan, ikan demersal, ikan
pelagis, cephalopoda dan lainnya, selain itu range kapasitas terpasang UPI
skala MB mulai dari ± 200 ton per tahun sampai dengan ± 100.000 ton per
tahun. Heterogenitas tersebut membuat jumlah sampel yang seharusnya
diambil sehingga dapat mewakili setiap kelompok homogenitas sangat banyak
76 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
hampir mendekati sensus. Sedangkan saat ini hanya mampu melakukan
sampling dengan sumber daya yang sangat terbatas.
3. Belum ada sistem secara efektif dan efisien untuk memonitoring data UPI
skala MB secara berkala.
Apabila dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana
tertuang dalam Renstra Ditjen PDSPKP Tahun 2015-2019, maka pencapaian
tahun 2017 ini telah mencapai 93,68% terhadap target yang telah ditetapkan
pada tahun 2019 sebesar 65%. Alokasi anggaran untuk pencapaian indikator
kinerja ini adalah sebesar Rp 1.026.956.000,- dan yang direalisasikan adalah
sebesar Rp 889.020.642,- atau 86,57%. Hal ini menunjukkan adanya penggunaan
anggaran yang cukup efisien.
Kegiatan yang mendukung pencapaian indikator kinerja ini antara lain :
1. Terbangunnya 8 unit ICS (Integrated Cold Storage)
2. Pemberian bantuan sarana pengolahan
3. Bimbingan teknis pada SDM pengolahan
3.2.11 Sasaran Strategis 11 Usaha Sektor Kelautan dan Perikanan yang Mendapatkan Layanan Pembiayaan Bank dan Non-Bank
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Usaha Sektor KP yang Mendapatkan Layanan Pembiayaan Bank dan Non-Bank
terdiri atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.35. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Usaha Sektor Kelautan dan Perikanan yang Mendapatkan Layanan Pembiayaan Bank
dan Non-Bank Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
19 Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Bank (unit usaha)
50,000 59.702 119,40
20 Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Non-Bank (unit usaha)
100 4.797 4.797,00
19. Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Bank
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 77
Usaha sektor kelautan dan perikanan yang mendapat pembiayaan
didefinisikan sebagai UMKM hasil kelautan dan perikanan yang mendapatkan
pembiayaan usaha baik berupa modal kerja maupun investasi dari lembaga
keuangan.
Tabel 3.36. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Bank pada Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Bank (unit usaha)
50,000 59.702 119,40
Pada tahun 2017, target jumlah usaha sektor kelautan dan perikanan yang
dibiayai oleh bank yaitu 50.000 unit usaha. Sampai dengan triwulan IV tahun
2017, sebanyak 59.702 unit usaha telah telah mendapat fasilitasi pembiayaan
oleh bank, atau tercapai 119,40% dari target 2017. Apabila dibandingkan dengan
target Renstra KKP tahun 2019 sebesar 55.000 unit usaha, maka pencapaian
sudah mencapai 108,55%.
Peningkatan jumlah unit usaha sektor KP yang dibiayai oleh bank ini
menunjukan bahwa kepercayaan industri jasa keuangan kepada sektor kelautan
dan perikanan semakin meningkat, hal ini juga diantaranya disebabkan oleh
inisiatif kegiatan strategis yang telah dilaksanakan pada tahun 2017 yaitu
penguatan akses permodalan melalui kerjasama OJK (Program JARING/Jangkau,
Sinergi dan Guideline) dan Perluasan KUR serta Forum Binis dan Investasi dengan
stakeholders setiap bulan.
20. Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Non-Bank
Usaha sektor kelautan dan perikanan yang mendapat pembiayaan non
bank didefinisikan sebagai UMKM hasil kelautan dan perikanan yang
mendapatkan pembiayaan usaha, baik berupa modal kerja maupun investasi dari
lembaga keuangan non bank.
Tabel 3.37. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah Usaha Sektor Kelautan dan Perikanan yang Dibiayai oleh Non-Bank Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Jumlah Usaha Sektor KP yang Dibiayai oleh Non-Bank (unit usaha)
100 4.797 4.797,00
78 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Pada tahun 2017, target jumlah usaha sektor kelautan dan perikanan yang
dibiayai oleh non-bank yaitu 100 unit usaha. Sampai dengan triwulan IV tahun
2017, sebanyak 4.797 unit usaha telah telah mendapat fasilitasi pembiayaan oleh
Non-Bank, atau tercapai 4.797% dari target 2017. Apabila dibandingkan dengan
target Renstra KKP tahun 2019 sebesar 6.000 unit usaha, maka pencapaian
jumlah usaha sektor KP yang dibiayai oleh non bank sudah mencapai 79,95%.
Tingginya capaian ini, antara lain disebabkan oleh tumbuhnya pelaku
industri jasa keuangan non bank sebagai alternatif pembiayaan bagi pelaku usaha
sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, indikator jumlah unit usaha sektor
kelautan dan perikanan yang dibiayai oleh non bank merupakan indikator baru,
sehingga belum ada baseline yang dijadikan dasar perhitungan target indikator.
Untuk itu akan diusulkan perubahan target indikator kinerja (output) jumlah usaha
sektor KP yang dibiayai oleh non bank dari 100 unit usaha menjadi 10.000 unit
usaha.
Peningkatan jumlah unit usaha sektor KP yang dibiayai oleh bank ini
menunjukan bahwa kepercayaan industri jasa keuangan kepada sektor kelautan
dan perikanan semakin meningkat, hal ini juga diantaranya disebabkan oleh
inisiatif kegiatan strategis yang telah dilaksanakan pada tahun 2017 yaitu
koordinasi rutin dengan perbankan dan OJK, kegiatan sosialisasi program JARING
bersama OJK dan perbankan, kegiatan temu bisnis di daerah, dan penyusunan
pedoman umum KUR.
3.2.12 Sasaran Strategis 12 Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
ragam inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan
yang dihasilkan terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja
sebagai berikut:
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 79
Tabel 3.38. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang
Dihasilkan Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
21 Jumlah Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan (Ragam)
4 4.00 100.00
21. Jumlah Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan Dalam rangka mendukung program peningkatan daya saing produk
kelautan perikanan tahun 2017, BBP2HP akan melaksanakan 4 (empat) kegiatan
perekayasaan uji terap inovasi teknologi hasil kelautan dan perikanan. Kegiatan
perekayasaan yang dilakukan oleh tim BBP2HP meliputi berbagai tahapan
kegiatan antara lain tahapan persiapan (pembentukan tim pelaksana, rapat
persiapan dan penyusunan proposal), tahapan pelaksanaan, dan tahap evaluasi
serta pelaporan.
Tabel 3.39. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah Ragam Inovasi Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan yang Dihasilkan
Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
2015 2016 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target (%)
Pertumbuhan (%)
2017 2019 2015-2016
2012-2017
Jumlah ragam inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan yang dihasilkan
10 13 4 5 4 100 80 30,00 -69,23
80 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017, Ditjen PDSPKP ditargetkan melakukan perekayaan guna
memperoleh 4 ragam inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan
dan perikanan. Sampai dengan akhir tahun 2017 capaian indikator kinerja ini
telah mencapai 4 ragam atau setara dengan 100%. Jika dibandingkan dengan
target jangka menengah, capaian ini telah mencapai 80%.
Keberadaan SDM Pejabat Fungsional Perekayasa dan Analis Pasar Hasil
Perikanan yang bekerja bersama dalam Tim menghasilkan 4 ragam inovasi
teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan dalam bentuk:
1. Hidrolisat Protein Ikan (HPI)
2. Alat Pencetak Snack Dwifungsi
3. Display pemasaran ikan segar
4. Desain Lay Out Miniplant Rajungan
(a) (b) (C)
Gambar 3.15. (a) Alat Pencetak Snack Dwifungsi; (b) Display Ikan Segar; (c) Hidrolisat Protein Ikan (HPI)
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 81
Gambar 3.16. Desain Lay Out Unit Pengolahan ikan
Indikator kinerja ini pada tahun
2015 bernama jumlah produk hasil uji
terap teknologi inovatif bidang pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan, dengan
target dan capaian 10 ragam. Pada tahun
2016, indikator kinerja ini diubah lagi
menjadi uji terap inovasi teknologi hasil
kelautan dan perikanan dengan target dan
capaian 10 ragam, serta uji terap inovasi
pemasaran hasil kelautan dan perikanan
dengan target dan capaian 3 ragam.
Seiring penajaman fokus program yang
diikuti dengan pengurangan anggaran, indikator kinerja diubah menjadi jumlah
ragam inovasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan
yang dihasilkan.
Permasalahan yang dihadapi
dalam pencapaian indikator kinerja
ini adalah sebagai berikut:
a. Kontinuitas ketersediaan enzim
protease untuk pengolahan HPI
masih terbatas. Enzim protease
dari BALITBANG KP yang
digunakan pada kegiatan
Kerjasama Teknologi Pengolahan
Hidrolisat Protein Ikan belum
diproduksi secara massal.
b. Keterbatasan masa simpan enzim
sekitar 1 minggu pada suhu
tertentu dalam bentuk enzim cair.
Dari permasalahan tersebut,
tindak lanjut yang dilakukan oleh
BBP2HP adalah sebagai berikut:
a. Berkoordinasi dengan BALITBANG
KP agar kontinuitas enzim
protease dapat ditingkatkan serta
dapat diproduksi secara massal.
b. Telah dilakukan uji coba
penggunaan enzim protease
komersial merk ‘p’ dengan hasil
kadar protein tepung HPI sebesar
±70%.
82 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Untuk mendukung indikator kinerja ini, BBP2HP mengalokasikan anggaran
setelah revisi DIPA V sebesar Rp 782.040.000,- (Tujuh ratus delapan puluh dua
juta empat puluh ribu rupiah), dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
775.177.955,- atau sebesar 99.21%. Kegiatan pendukung tercapainya indikator
kinerja ini adalah uji terap inovasi teknologi pengolahan dan uji terap inovasi
teknologi pemasaran.
3.2.13 Sasaran Strategis 13 Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT)
SNI terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.40. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI
Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
22 Jumlah Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI (Produk)
3 11 366,67
22. Jumlah Produk Perikanan yang Mendapatkan Sertifikat Produk
Penggunaan Tanda (SPPT) SNI (produk)
Standardisasi memiliki peran yang strategis dalam peningkatan daya saing
suatu produk. Umumnya standar dimanfaatkan konsumen sebagai acuan dalam
memilih produk, sedangkan bagi produsen standar berfungsi sebagai patokan
dalam memproduksi produk yang berkualitas dan dapat diterima pasar nasional
maupun internasional. Masyarakat secara umum menghendaki bahwa seluruh
produk perikanan yang beredar di pasar merupakan barang yang aman dan tidak
membahayakan kesehatan. Pemberian tanda SNI pada suatu produk dapat
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 83
dilakukan apabila produk tersebut dihasilkan dari unit pengolahan yang telah
memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolah, melakukan produksi dan pemasaran
produk secara kontiniu serta melakukan proses produksi sesuai SNI. Pemberian
tanda SNI hanya dapat dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk yang telah
terakreditasi.
Peraturan Dirjen P2HP Nomor 01/PER-DJP2HP/2013 yang telah direvisi
menjadi Peraturan Dirjen P2HP Nomor 05/PER-DJP2HP/2014 Tentang Lembaga
Sertifikasi Produk Hasil Perikanan menjelaskan bahwa LSPro-HP merupakan
lembaga nonstruktural yang bersifat mandiri dan berada dibawah serta
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada Peraturan Dirjen tersebut
juga menunjuk BBP2HP sebagai pelaksana LSPro-HP dan mempunyai tugas
melaksanakan sertifikasi dan menerbitkan Sertifikat Produk Pengunaan Tanda
Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI) produk hasil perikanan.
Gambar 3.17. Prosedur Penerbitan Sertifikasi Produk
BBP2HP sebagai pelaksana lembaga sertifikasi produk hasil perikanan dan
telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) turut berperan serta
84 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
dalam peningkatan kualitas produk hasil perikanan. Rendahnya kesadaran para
pengolah produk perikanan akan mutu dan keamanan produk yang dihasilkan
dapat menyebabkan produk yang dihasilkan memiliki mutu yang kurang baik. Hal
ini dapat menyebabkan tingkat kepercayaan konsumen berkurang.
Tabel 3.41. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah Produk yang Mendapatkan SPPT SNI Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
2015 2016 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target (%)
Pertumbuhan (%)
2017 2019 2015-2016
2016-2017
Jumlah Produk yang Mendapatkan SPPT SNI
7 9 3 7 11 366,67 157,14 28,57 22,22
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017, Ditjen PDSPKP ditargetkan sebanyak 3 produk perikanan
yang mendapat sertifikat pengunaan tanda SNI. Sampai dengan akhir tahun 2017
telah tercapai 11 produk yang mendapat sertifikat pengunaan tanda SNI atau
setara dengan 366,67%. Jika dibandingkan dengan target jangka menengah,
maka telah mencapai 157,14%. Capaian ini mengalami pertumbuhan sebesar
22,22% jika dibandingkan tahun 2016.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 85
Pencapaian indikator kinerja ini telah melebihi target, hal ini disebabkan
oleh SPPT SNI yang diterbitkan pada tahun 2017 telah dimulai prosesnya sejak
akhir tahun 2016. Selain itu, BBP2HP berkerjasama dengan Badan Standarisasi
Nasional (BSN) dan implementasi SPPT SNI wajib untuk produk tuna dalam
kemasan kaleng.
Pelaksanaan sertifikasi produk oleh
LSPro-HP BBP2HP didukung dengan
penyelenggaraan Sistem Manajemen Mutu
LSPro-HP sesuai SNI ISO/IEC 17065:2012,
sumber daya Laboratorium Pengujian, dan
keberadaan SDM Pejabat Fungsional Pengawas
Perikanan Bidang Mutu.
Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam
mendukung capaian indikator kinerja ini antara
lain :
1. Evaluasi, sertifikasi, survailen, dan re-
sertifikasi klien LSPro-HP.
2. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu
LSPro-HP Sesuai SNI ISO/IEC 17065:2012
3. Pengujian produk hasil perikanan
4. Pemeliharaan Sistem Manajemen dan
Persyaratan Teknis Laboratorium ISO/IEC
17025:2005
Untuk mendukung indikator kinerja ini,
BBP2HP mengalokasikan anggaran setelah
revisi DIPA V sebesar Rp 237.660.000,- (Dua
ratus tiga puluh tujuh juta enam ratus enam
puluh ribu rupiah) dengan realisasi anggaran
sebesar Rp. 234.708.854.- atau sebesar
98.76%.
SPPT SNI yang diterbitkan pada
tahun 2017 :
1. Sarden dan mackerel dalam
kemasan kaleng, PT. Sari
Laut Jaya Food Products
(22/IKS/LSPro-HP/IV/2017)
2. Naget ikan, CV Fania Group
(10/NI/LSPro-HP/IV/2017)
3. Bakso Ikan, PT. Kelola Mina
Laut (27/BI/LSPro-
HP/VI/2017)
4. Naget ikan PT. Kelola Mina
Laut (28/NI/LSPro-
HP/VI/2017)
5. Somay ikan PT. Kelola Mina
Laut (29/SI/LSPro-
HP/VI/2017)
6. Abon Ikan, UKM Makmur
Jaya (30/AI/LSPro-
HP/VI/2017)
7. Naget Ikan, UKM Mina Food
(31/NI/LSPro-HP/VI/2017)
8. Amplang Ikan, Bumi Damai
Sentosa (32/APL/LSPro-
HP/VIII/2017)
9. Abon Ikan, UD. Anta Maiq
(33/AI/LSPro-HP/VIII/2017)
10. Tuna dalam Kemasan
Kaleng, PT Citraraja Ampat
(34/IKS/LSPro-
HP/XII/2017)
11. Bakso ikan, UKM Eltisyah
(35/AI/LSPro-HP/XII/2017)
86 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target IKU ini adalah
dokumen penunjukan LSPro yang berwenang untuk mensertifikasi dan Petunjuk
Teknis SNI Wajib dari Ditjen PDSPKP belum diterima BBP2HP. Dari permasalahan
tersebut, tindak lanjut yang dilakukan oleh BBP2HP adalah berkoordinasi lebih
lanjut dengan Ditjen PDSPKP.
3.2.14 Sasaran Strategis 14 Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
pelaku usaha yang dibina dalam inkubator bisnis terdiri atas 1 (satu) indikator
kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.42. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
23 Jumlah Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis (UMKM)
7 7 100,00
23. Jumlah Pelaku Usaha yang Dibina dalam Inkubator Bisnis
Jumlah pelaku usaha yang dibina dalam inkubator bisnis didefinisikan
sebagai jumlah UMKM binaan BBP2HP yang mendapatkan pelayanan inkubasi
bisnis antara lain: sosialisasi, verifikasi, dan bimtek, konsultasi usaha, serta uji
nutrisi, uji mutu, profil UMKM, perizinan, dan kemasan. Inkubasi Bisnis Inovasi
Produk KP adalah lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi
terhadap tenant yang bersedia menerapkan inovasi produk Kelautan dan
Perikanan. Program inkubasi dilakukan selama 2 (dua) tahun.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 87
Gambar 3.18. Alur Proses Pembentukan Inkubator Bisnis
Tabel 3.43. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah UMKM yang Dibina dalam Inkubator Bisnis Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA 2017* 2019* Capaian
2017 Capaian terhadap Target 2017 (%)
Capaian terhadap Target 2019 (%)
Jumlah UMKM yang Dibina dalam Inkubator Bisnis
7 9 7 100 77,78
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017 ditargetkan sebanyak 7 UMKM yang dibina dalam
inkubator bisnis. Realisasi jumlah UMKM yang dibina dalam inkubator bisnis tahun
2017 sebanyak 7 UMKM atau setara dengan 100%. Jika capaian tersebut
dibandingkan dengan target jangka menengah sesuai dengan Renstra Ditjen
PDSPKP Tahun 2015-2019 yakni 9 maka capaian tersebut telah mencapai
77,78%.
Pelayanan Inkubator Bisnis Inovasi Produk Kelautan dan Perikanan (Inbis
Invapro-KP) yang didukung SDM Pejabat Fungsional Analis Pasar Hasil Perikanan
dan Pranata Humas, terhadap 7 tenant tahun 2017, yaitu:
1. UMKM Dapur Sauja (Tekwan, Pempek, dll)
2. UMKM Dua Mitra Raya (Baby Fish Tilapia, Peyek Udang, dll)
Pra Inkubasi Inkubasi Pasca Inkubasi
• Seleksi administrasi (pengisian profil dan need assesment)
• Wawancara • Penilaian • Verifikasi
lapangan
• Pelaksanaan program inkubasi
• Monitoring dan evaluasi tenant dan kinerja inkubator bisnis
• Penilaian dan grading tenant
Pengembangan network, perluasan
pasar
Pelepasan tenant yang mandiri, berdaya saing
dan inovatif
88 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
3. UMKM Hanada (Snack Ikan Kering)
4. UMKM Anduang Food (Baso Ikan, tekwan ikan)
5. UMKM Bina Sejahtera (Crispy ikan Nila, Crispy kulit)
6. UMKM Bandeng Rorot (Bandeng isi tanpa duri, steak bandeng, baso tahu
bandeng)
7. UMKM Rizky Fish Farm (Ikan Hias)
Bentuk pelayanan yang diberikan adalah fasilitasi perizinan, kemasan,
pengujian produk, keikutsertaan dalam pameran, penyusunan business plan, dsb.
Gambar 3.19. Program yang Dilaksanakan BBP2HP dalam Mewujudkan Inkubasi Bisnis Inovasi Produk KP
Untuk mendukung indikator kinerja ini, BBP2HP mengalokasikan anggaran
sebesar Rp. 834.690.000 (delapan ratus tiga puluh empat juta enam ratus
sembilan puluh ribu rupiah) dengan realisasi sebesar Rp. 830.764.121.- atau
sebesar 99.53%.
Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target IKU ini adalah
sebagai berikut:
a. Belum ada Peraturan Dirjen PDSPKP terkait Inkubator Bisnis Inovasi Produk
Kelautan dan Perikanan (Inbis Invapro-KP).
Manajemen Usaha
Pemasaran
Kemasan
Perizinan
Pengujian
Peralatan
Ujicoba Produksi & Pasar
Rencana Bisnis
Profil Usaha
PROGRAM
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 89
b. Laporan perkembangan usaha tenant belum disampaikan sesuai jadwal yang
ditetapkan.
c. Keterbatasan anggaran dalam rangka pendampingan tenant outwall.
Dari permasalahan tersebut, tindak lanjut yang dilakukan oleh BBP2HP
adalah sebagai berikut :
a. Mengusulkan Peraturan Dirjen PDSPKP ke Sesdit PDSPKP terkait Inkubator
Bisnis Inovasi Produk Kelautan dan Perikanan (Inbis Invapro-KP).
b. Melaksanakan pendampingan dalam pengisian aplikasi keuangan, dan
menjadwalkan penyampaian laporan perkembangan usaha tenant inwall.
c. Berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan terkait, untuk
monitoring perkembangan usaha tenant.
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
Capaian kinerja Ditjen PDSPKP pada Learning and Growth Perspective
berasal dari 4 (empat) Sasaran Strategis, yakni terwujudnya aparatur sipil negara
ditjen pdspkp yang kompeten, profesional, dan berintegritas, tersedianya
manajemen pengetahuan Ditjen PDSPKP yang handal dan mudah diakses,
terwujudnya birokrasi Ditjen PDSPKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada
layanan prima, terkelolanya anggaran pembangunan Ditjen PDSPKP secara efisien
dan akuntabel.
3.2.15 Sasaran Strategis 15 Terwujudnya Aparatur Sipil Negara Ditjen PDSPKP yang Kompeten, Profesional, dan Berintegritas
indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
terwujudnya aparatur sipil negara Ditjen PDSPKP yang kompeten, profesional, dan
berintegritas terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai
berikut:
Tabel 3.44. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Terwujudnya Aparatur Sipil Negara Ditjen PDSPKP yang Kompeten, Profesional,
dan Berintegritas Tahun 2017
90 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
24 Indeks Kompetensi dan Integritas Ditjen PDSPKP (%) 80 88,22 110,28
24. Indeks Kompetensi dan Integritas Ditjen PDSPKP
Tingkat kompetensi SDM Ditjen PDSPKP merupakan kemampuan dan
karakteristik yang dimiliki seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga ASN tersebut dapat melaksanakan tugas
secara profesional, efektif dan efisien. Integritas merupakan suatu konsep yang
menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip, dan digunakan
untuk menggambarkan kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang.
Kompetensi dan integritas ASN merupakan salah satu komponen penting dalam
mewujudkan profesionalisme dan good governance di Ditjen PDSPKP.
Nilai Indeks Kompetensi dan Integritas diperoleh dari rata-rata nilai 4
(empat) variabel pembentuk, yaitu (1) Persentase nilai kompetensi dan integritas
(diperoleh dari hasil uji asesment pegawai) dibanding standar (sesuai Kepmen No.
3A tahun 2014); (2) Persentase pencapaian output Sasaran Kinerja Pegawai (SKP);
(3) Persentase tingkat kehadiran pegawai, dari data finger print absen yang
terintegrasi dengan Sekretariat Jenderal, dan (4) Persentase kepatuhan ASN dalam
penyerahan LHKASN/LHKPN. Penilaian Indeks kompetensi dan integritas
dilakukan terhadap 402 ASN yang mengikuti asesment pegawai Ditjen PDSPKP di
tahun 2016.
Tabel 3.45. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Indeks Kompetensi dan Integritas Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
2016 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target
(%) Pertumbuhan (%)
2017 2019 2015-2016
2016-2017
Indeks Kompetensi dan Integritas Ditjen PDSPKP
80,61 80 81 88,22 110,28 108,91 24,02 9,44
Keterangan : * Target
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 91
Realisasi Indeks kompetensi dan Integritas tahun 2017 sebesar 88,22 dari
target capaian tahun 2017 yakni 80, atau setara dengan 110,28%. Jika capaian
tersebut dibandingkan dengan target jangka menengah sesuai dengan Renstra
Ditjen PDSPKP Tahun 2015-2019 yakni 81 maka capaian tersebut telah mencapai
108,91 %. Capaian ini mengalami kenaikan dari tahun 2015 -2016 sebesar
24,02% dan mengalami kenaikan dari tahun 2016-2017 sebesar 9,44%.
Gambar 3.20. Nilai Setiap Komponen Pembentuk Capaian Indeks Kompetensi dan
Integritas Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Untuk mewujudkan ASN Ditjen PDSPKP yang kompeten dan ber-integritas
tinggi telah dilakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan sistem rekrutmen yang kompetitif dan terbuka
Salah satu langkah penting yang telah dilakukan adalah dengan melakukan
perubahan sistem rekrutmen menjadi berbasis kompetensi, yaitu melalui lelang
jabatan (job tender) untuk jabatan pimpinan tinggi utama, madya dan pratama di
Ditjen PDSPKP. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mendapatkan pejabat yang
berkinerja tinggi, memiliki kompetensi sesuai uraian dan syarat jabatan serta
memiliki integritas yang jelas.
2. Melakukan Uji Asesment untuk Eselon III, IV dan JFT/JFU
90,36*
Nilai kompetensi dan integritas dibanding
standar
86,37
Capaian output SKP
90,05
LKHPN/LHKASN
88,29
Tingkat kehadiran pegawai
96,73
92 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Telah dilakukan uji asesment pada tahun 2016 yang nilainya masih berlaku
selama 2 tahun dengan komponen penilaian (a) Uji Kompetensi Manajerial
(Integritas, kepemimpinan, perencanaan dan pengorganisasian, kerjasama,
berorientasi pada kualitas, dan sebagainya); (b) Pengetahuan dan keterampilan.
Standar kompetensi yang dibutuhkan untuk setiap jabatan telah ditetapkan
melalui Kepmen No. 3A tahun 2014.
3. Tingkat kehadiran pegawai sebagai salah satu komponen dalam
Perhitungan pemberian tunjangan kinerja Setiap pegawai Ditjen PDSPKP
wajib masuk kerja dan pulang kerja sesuai ketentuan hari kerja dan jam kerja di
lingkungan Ditjen PDSPKP serta melakukan presensi elektronik. Pegawai yang
melanggar ketentuan jam kerja akan mendapat sanksi berupa pengurangan
pemberian Tunjangan Kinerja. Hal tersebut telah di legalisasi melalui Permen KP
No. 15 tahun 2015.
4. Pengembangan aplikasi dan penerapan sistem teknologi informasi
Penerapan elektronisasi dalam pemantauan pencapaian kinerja dan disiplin
pegawai telah dilakukan melalui pengembangan sistem informasi (SI) : Simpeg
dan e-Pegawai (pemantauan presensi dan data pegawai), e-SKP (pengisian dan
pemantauan capaian kinerja pegawai), sikepo, integrasi finger print eselon I
dengan Setjen (Unit Kerja Eselon I yang telah terintegrasi dengan Setjen adalan
KP3K, Itjen, PDSPKP)
5. Penertiban LHKPN/LHKASN
Guna mendukung penyelenggaraan negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme, sekaligus menggambarkan integritas ASN PDSPKP, telah
dilakukan penertiban LHKPN/LHKASN dengan cara: melakukan pembenahan data
penyelenggaran negara di seluruh Ditjen PDSPKP dan melakukan pemantauan
terhadap kepatuhan penyelenggaran negara untuk menyampaikan LHKPN sesuai
Permen KP No. 22 tahun 2013.
3.2.16 Sasaran Strategis 16 Tersedianya Manajemen Pengetahuan Ditjen PDSPKP yang Handal dan Mudah Diakses
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 93
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
tersedianya manajemen pengetahuan Ditjen PDSPKP yang handal dan mudah
diakses terdiri atas 1 (satu) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai
berikut:
Tabel 3.46. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Tersedianya Manajemen Pengetahuan Ditjen PDSPKP yang Handal dan Mudah
Diakses Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
25 Persentase Unit Kerja Lingkup Ditjen PDSPKP yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar (%)
65 57,16 87,94
25. Persentase Unit Kerja lingkup Ditjen PDSPKP yang Menerapkan
Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar
Sistem Manajemen Pengetahuan adalah suatu rangkaian yang
memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi pemerintah
ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan
mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari.
Penghitungan persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen
pengetahuan yang standar, diperoleh dari persentase unit kerja level 1 dan 2 yang
tergabung dan mendistribusikan informasinya dalam sistem informasi manajemen
pengetahuan terpilih dibandingkan dengan seluruh unit kerja di Ditjen PDSPKP.
20%
40%
40%
Upload Dokumen RB Keikutsertaan Keaktifan Pimpinan
94 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
57,16%
Keaktifan 8,56%
Keikutsertaan 28,6%
Dokumen
20%
Gambar 3.21. Komponen Penilaian Indikator Kinerja Persentase Unit Kerja lingkup Ditjen PDSPKP yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan Terstandar
Tahun 2017
Tabel 3.47. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Persentase Unit Kerja yang Menerapkan Sistem MP yang Terstandar lingkup Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target (%)
Pertumbuhan 2016-2017 (%)
2017 2019
Persentase Unit Kerja yang Menerapkan Sistem MP yang Terstandar lingkup Ditjen PDSPKP
65 70 57,16 87,94 81,66 -6,17
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017 ditargetkan 65% unit kerja yang menerapkan sistem MP
yang terstandar. Pada tahun 2017 telah terealisasi sebesar 57,16% atau setara
dengan 87,94% dari target tahun 2017 dan 81,66% jika dibandingkan target
jangka menengah (70%). Capaian ini mengalami penurunan sebesar -6,17% jika
dibandingkan capaian tahun 2016 (60,92).hal ini disebabkan pada tahun 2016
keikutsertaan staf dan pejabat di UPT tidak diwajibkan dan persentase keaktifan
pejabat eselon yang dipersyaratkan lebih kecil dibandingkan tahun 2017.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 95
Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain dengan sosialisasi kepada
unit kerja pengguna, pemberian contoh-contoh informasi yang dapat disharing,
meningkatkan partisipasi user yang sudah tergabung. Kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pencapaian Indikator Kinerja penerapan Manajemen Pengetahuan
antara lain; 1) Pengumpulan data user (email) dari masing-masing unit Eselon I
dan II untuk pembuatan user aplikasi manajemen pengetahuan, 2) Optimalisasi
penggunaan aplikasi manajemen pengetahuan melalui: a) Penyimpanan dokumen
secara online, b) Polling dan penyampaian penghargaan, c) Sirkulasi Undangan
secara online, d) Data umum pegawai berdasarkan struktur organisasi, e) Jadwal
dan hasil kegiatan, f) Disposisi, dan g) Percakapan dan komunikasi.
Penyebab ketidaktercapaian indikator kinerja ini antara lain kurangnya
keikutsertaan staf lingkup Ditjen PDSPKP dan kurangnya keaktifan pejabat eselon
yang telah tergabung dalam aplikasi Bitrix. Ditjen PDSPKP perlu mengadakan
sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan capaian indikator kinerja ini.
3.2.17 Sasaran Strategis 17 Terwujudnya Birokrasi Ditjen PDSPKP yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
terwujudnya birokrasi Ditjen PDSPKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada
layanan prima terdiri atas 5 (lima) indikator kinerja, dengan capaian kinerja
sebagai berikut:
Tabel 3.48. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Terwujudnya Birokrasi Ditjen PDSPKP yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada
Layanan Prima Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
26 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi lingkup DJPDSPKP
A (80) 90,72 113,40
27 Nilai AKIP Ditjen PDSPKP A (88) 88,49 100,56
28 Level Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP (Level)
2 3 150
29 Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan lingkup Ditjen PDSPKP (%)
100 58,33 58,33
30 Jumlah Inovasi Pelayanan Publik lingkup Ditjen PDSPKP
1 1 100,00
96 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
26. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi lingkup Ditjen PDSPKP
Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di lingkungan Ditjen PDSPKP pada
hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang pelaksanaannya
dilakukan melalui program-program yang meliputi: (1) Manajemen Perubahan; (2)
Penguatan Pengawasan; (3) Penguatan Akuntabilitas Kinerja; (4) Penguatan
Kelembagaan; (5) Penguatan Tata Laksana; (6) Penguatan Sistem Manajemen
SDM Aparatur; (7) Penguatan Peraturan Perundang-undangan; (8) Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik; dan (9) Quick Wins.
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan tidak berjalan
atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau
diperbaharui. Reformasi birokrasi Ditjen PDSPKP dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata
lain reformasi birokrasi Ditjen PDSPKP merupakan langkah strategis untuk
membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam
mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang kelautan
dan perikanan. Oleh karena itu Ditjen PDSPKP harus segera mengambil langkah-
langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistemik sehingga tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien sesuai
dengan visi, misi, dan strategi Ditjen PDSPKP.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Ditjen PDSPKP sebagai salah satu
unit kerja eselon I yang membidangi daya saing produk kelautan dan perikanan
memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan reformasi birokrasi sesuai dengan
tugas dan fungsi yang diemban.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang grand design
Reformasi Birokrasi 2010-2025 dikatakan bahwa terdapat 8 area perubahan yaitu
organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, SDM aparatur,
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 97
pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, mind set dan culture set. Yang
kemudian diatur dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 11 Tahun 2015
tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015 – 2019 bahwa program reformasi
birokrasi terdapat 3 tingkat yaitu makro, meso dan mikro.
Terjadi perubahan tata cara penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi pada
instansi kementerian/lembaga, apabila pada tahun 2012–2013 berdasarkan
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian
Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagai instrumen untuk mengukur
kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri (self-assessment),
pada tahun 2014-2015 penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi berdasarkan
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pedoman Evaluasi
Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.
Perubahan tools penilaian dilakukan untuk mengikuti perkembangan
pelaksanaan reformasi birokrasi, agar penilaian kemajuan pelaksanaan reformasi
birokrasi dapat dilakukan dengan objektif, maka perlu dilakukan upaya
penyempurnaan. Penyempurnaan mencakup: (1) penekanan fokus penilaian
pelaksanaan reformasi birokrasi pada area perubahan yang sudah
ditetapkan, (2) perubahan terhadap sistem on-line dan petunjuk teknisnya, serta
(3) perlunya dilakukan evaluasi eksternal untuk memvalidasi/memverifikasi hasil
penilaian mandiri yang dilakukan oleh setiap instansi pemerintah dengan
menggunakan sistem self assessment. Penyempurnaan juga dimaksudkan untuk
mengintegrasikan instrumen evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dalam satu
instrumen yang dapat digunakan baik oleh Unit Pengelola Reformasi Birokrasi
Nasional (UPRBN), Tim Quality Assurance (TQA) dan Tim Independen Reformasi
Birokrasi Nasional (TIRBN). Dengan demikian penilaian terhadap kemajuan
pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan lebih obyektif.
Metodologi yang digunakan untuk melakukan penilaian pada komponen
pengungkit, adalah teknik “criteria referrenced test” dengan cara menilai
setiap komponen dengan kriteria penilaian dari masing-masing komponen yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk melakukan penilaian komponen
hasil, antara lain menggunakan nilai akuntabilitas kinerja, nilai kapasitas
98 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
organisasi (survei internal), nilai persepsi korupsi (survei eksternal), opini Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan.
Tabel 3.49. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target (%)
2017 2019
Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi Ditjen PDSPKP
80 81 90,72 113,40 112,00
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017 nilai kerja reformasi birokrasi ditargetkan sebesar 80.
Capaian tahun 2017 adalah sebesar 90,72 atau setara dengan 113,40%.
Penilaian atas implementasi RB dilaksanakan minimal satu kali setiap tahun
melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) oleh
masing-masing Unit Eselon I yang telah diverfikasi oleh Inspektorat Jenderal.
Selanjutnya, hasil pernilaian tersebut dibahas pada panel penilaian tingkat KKP.
Upaya yang akan dilakukan Ditjen PDSPKP adalah penyusunan lembar
kerja evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi lingkup Ditjen PDSPKP, yang
nantinya akan ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana tindak lanjut
pelaksanaan reformasi birokrasi lingkup Ditjen PDSPKP berdasarkan lembar kerja
evaluasi sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan
penilaian mandiri yang merupakan bagian dari siklus manajemen yang tidak
terlepas dari perubahan paradigma baru dalam manajemen pemerintahan.
27. Nilai AKIP Ditjen PDSPKP
AKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur
yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi
pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 99
pemerintah. Nilai AKIP merupakan penilaian terhadap penerapan AKIP pada
instansi pemerintah yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi
birokrasi, yang berorientasi pada penerapan outcome dan upaya untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Penilaian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) mengacu pada
indikator pengukuran yang ditetapkan oleh Kemen PAN RB yaitu:
(a) Perencanaan kinerja dengan bobot 35%
(b) Pengukuran kinerja dengan bobot 20%
(c) Pelaporan kinerja dengan bobot 15%
(d) Evaluasi kinerja dengan bobot 10%
(e) Pencapaian kinerja dengan bobot 20%
Tabel 3.50. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Nilai AKIP
Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target (%)
2017 2019
Nilai AKIP Ditjen PDSPKP
88 85 88,49 100,56 104,11
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017 nilai AKIP Ditjen PDSPKP ditargetkan sebesar 88.
Penilaian nilai AKIP akan dilakukan oleh Inspektorat Jenderal KKP dan hasil
penilaian AKIP yang didapatkan oleh Ditjen PDSPKP adalah 88,49 atau setara
dengan 100,56%.
28. Level Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP
Level maturitas penyelenggaraan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) Ditjen PDSPKP adalah level kematangan atau kesempurnaan
penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dalam mencapai tujuan
pengendalian intern di lingkungan Ditjen PDSPKP.
Tabel 3.51. Skala Penilaian Level Maturitas SPIP
Level Tingkat Maturitas Interval Skor
0 Belum Ada Kurang dari 1,0 (0 < skor < 1,0)
100 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
1 Rintisan 1,0 s/d kurang dari 2,0 (1,0 ≤ skor < 2,0)
2 Berkembang 2,0 s/d kurang dari 3,0 (2,0 ≤ skor < 3,0)
3 Terdefinisi 3,0 s/d kurang dari 4,0 (3,0 ≤ skor < 4,0)
4 Terkelola dan Terukur 4,0 s/d kurang dari 4,5 (4,0 ≤ skor < 4,5)
5 Optimum Antara 4,5 s/d 5,0 (4,5 ≤ skor ≤ 5,0)
Gambar 3.22. Pentingnya Pengendalian Intern
Tabel 3.52. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Level Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target (%)
2017 2019
Level Maturitas Ditjen PDSPKP
2 3 3 150 100
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017 level maturitas SPIP Ditjen PDSPKP ditargetkan berada
pada level 2. Capaian indikator kinerja ini dapat diukur secara triwulan dan
penilaiannya akan dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Pada semester I tahun 2017 telah dilakukan penilaian oleh
BPKP dan level maturitas SPIP Ditjen PDSPKP dinyatakan “Terdefinisi” atau “Level
3”. Dengan kata lain telah melampaui target yang telah ditetapkan. Level
Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP merupakan indikator kinerja baru sehingga belum
bisa dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya.
Tabel 3.53. Hasil Penilaian Level Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP
Efektifitas dan Efisiensi
dalam Pencapaian Tujuan
Keandalan Laporan
Keuangan
Keamanan Aset Ketaatan terhadap Peraturan dan Perundang-
undangan
SPIP
1 2
3 4
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 101
No Unsur Skor
1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 3
2 Komitmen terhadap Kompetensi 3
3 Kepemimpinan yang Kondusif 3
4 Struktur Organisasi sesuai Kebutuhan 4
5 Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat
3
6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan SDM
2
7 Perwujudan Peran APIP 3
8 Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait
4
9 Identifikasi Risiko 3
10 Analisis Risiko 3
11 Reviu Kinerja 3
12 Pembinaan SDM 0
13 Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi 2
14 Pengendalian Fisik Aset 2
15 Penerapan dan Reviu Indikator 3
16 Pemisahan Fungsi 3
17 Otorisasi Transaksi dan Kejadian Penting 3
18 Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu 4
19 Pembatasan Akses atas SD dan Catatan 3
20 Akuntabilitas Pencatatan dan SD 3
21 Dokumentasi yang Bai katas Sistem Pengendalian Intern 3
22 Informasi yang Relevan 3
23 Komunikasi yang Efektif 4
24 Pemantauan yang Berkelanjutan 4
25 Evaluasi Terpisah 3
Nilai Maturitas SPIP 3,08
Level Maturitas 3 (Terdefinisi)
29. Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan lingkup Ditjen
PDSPKP
Direktif Pimpinan adalah arahan pimpinan dalam Rapat Pimpinan, Rapat
Terbatas, Sidang Kabinet, dan Rapat Kerja. Pemantauan atas tindak lanjut direktif
pimpinan dilakukan menggunakan Sistem Aplikasi Directive Monitoring System
(DMS) yang dapat diakses pada alamat url: http://kinerjaku.kkp.go.id/dms/.
Arahan pimpinan dan informasi diinput oleh Biro Perencanaan KKP ke DMS dan
secara otomatis masuk ke akun DMS Eselon I penanggung jawab arahan tersebut.
Tindak lanjut Eselon I adalah langkah/kegiatan yang dilakukan Eselon I dalam
102 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
rangka menyelesaikan arahan pimpinan, yang diinput ke dalam sistem DMS.
Jangka waktu untuk menindaklanjuti arahan pimpinan adalah 2 minggu setelah
arahan diinput ke sistem DMS. Jika lebih dari 2 minggu akan dinyatakan jatuh
tempo/tidak selesai apabila tidak ditindaklanjuti. Tindak lanjut arahan akan
diverifikasi oleh Biro Perencanaan untuk dinyatakan “selesai” atau “perlu
koreksi/proses lebih lanjut”. Status tindak lanjut akan ditampilkan pada dashboard
sistem DMS. Status tindak lanjut dikelompokkan menjadi :
Tabel 3.54. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan lingkup Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target
2017 (%)
Capaian terhadap Target
2019 (%)
Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan lingkup Ditjen PDSPKP
100 100 58,33 58,33 58,33
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017 persentase tindak lanjut direktif pimpinan lingkup Ditjen
PDSPKP ditargetkan sebesar 100%. Dalam aplikasi tercatat bahwa Ditjen PDS
memiliki 12 (dua belas) arahan dari MKP, 1 di antaranya off track dan 4 alert.
Sampai dengan akhir tahun 2017, capaian indikator kinerja ini sebesar 58,33%.
Persentase TL direktif pimpinan lingkup Ditjen PDSPKP merupakan indikator
kinerja baru sehingga belum bisa dibandingkan dengan capaian tahun
sebelumnya.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 103
Gambar 3.23. Tampilan Aplikasi DMS 2017
30. Jumlah Inovasi Pelayanan Publik lingkup Ditjen PDSPKP
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara dan
Reformasi Birokrasi RI Nomor 30 tahun 2014 tentang Pedoman Inovasi Pelayanan
Publik, inovasi pelayanan publik didefinisikan sebagai terobosan jenis pelayanan
yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang
memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kriteria suatu inisiatif inovasi, yaitu (1) Memberikan perbaikan
pelayanan publik, (2) Memberikan manfaat bagi masyarakat, (3) Dapat dan/atau
sudah direplikasi, (4) Berkelanjutan, dan (5) Inovasi sudah dilaksanakan minimal 1
(satu) tahun. Dari Gambar 3. diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan
unggulan dalam inovasi pelayanan publik yang diadakan Menteri PAN-RBP selama
3 tahun terakhir.
104 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Gambar 3.24. Peta Sebaran Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2014-2016
Tabel 3.55. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah Inovasi Pelayanan Publik
lingkup Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target (%)
2017 2019
Jumlah Inovasi Pelayanan Publik lingkup Ditjen PDSPKP
1 1 1 100 100
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017 jumlah inovasi pelayanan publik lingkup Ditjen PDSPKP
ditargetkan sebanyak 1 inovasi. Penanggung jawab indikator kinerja ini adalah
BBP2HP. Inovasi pelayanan publik Ditjen PDSPKP tertuang dalam bentuk proposal
yang berjudul “Pelayanan Sertifikasi Produk Hasil Perikanan “CERDIK” BBP2HP”.
Jumlah Inovasi Pelayanan Publik lingkup Ditjen PDSPKP merupakan indikator
kinerja baru sehingga belum bisa dibandingkan dengan capaian tahun
sebelumnya.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 105
Konsep Inovasi Pelayanan Publik yang diusung oleh BBP2HP dalam
menerbitkan SPPT SNI bersifat Cepat, Efisien, Rapi, Dedikatif, Inovatif dan
Kompetitif (CERDIK) yang dilakukan melalui 3 (tiga) cara :
1. “CERDIK” dalam mengubah mind set Pelaku Usaha untuk mengikuti program
Sertifikasi karena produk SNI masih bersifat sukarela melalui sosialisasi dan
edukasi kepada Pelaku Usaha tentang pentingnya SNI dan manfaat dari SPPT
SNI.
2. “CERDIK” dalam meningkatkan pelayanan dengan memangkas waktu
penerbitan SPPT SNI dari 10 (sepuluh) hari menjadi 7 (tujuh) hari setelah
keputusan sertifikasi ditetapkan.
3. “CERDIK” dalam menggunakan Sistem Informasi dan Teknologi melalui SPPT
SNI Online.
Output dari inovasi Pelayanan Sertifikasi Produk Hasil Perikanan “CERDIK”
BBP2HP antara lain :
1. Meningkatkan daya saing produk perikanan pada klien seperti meningkatnya
penjualan produk dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas
produk. Link testimoni salah satu klien di youtube :
https://www.youtube.com/watch?v=t-YHh-Qcv08
2. Efisien waktu, dengan adanya sistem online yang dapat mempercepat waktu
pengurusan sertifikat mulai dari permohonan sampai dengan terbitnya
sertifikat.
3. Efisien biaya, dengan adanya sistem online yang dapat menghemat biaya
pengurusan sertifikat.
4. Pelayanan SPPT SNI produk hasil perikanan, informasi terkait dengan tarif
pelayanan sesuai dengan PP Nomor 75 Tahun 2015 telah dipublish baik secara
manual dan website.
5. Meningkatnya profesionalisme petugas dalam memberikan pelayanan, ini
merupakan hasil dari komitmen dan konsistensi standar pelayanan, standar
mutu, ISO 17065:2012.
Inovasi pelayanan publik dari Ditjen PDSPKP nantinya akan diseleksi di
lingkup KKP untuk selanjutnya akan ditentukan dapat atau tidaknya diikutsertakan
106 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik lingkup K/L, BUMN, dan BUMD Tahun
2018 yang diadakan oleh Kementerian PAN-RB.
3.2.18 Sasaran Strategis 18 Terkelolanya Anggaran Pembangunan Ditjen PDSPKP secara Efisien dan Akuntabel
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran
Terkelolanya Anggaran Pembangunan Ditjen PDSPKP secara Efisien dan Akuntabel
terdiri atas 2 (dua) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:
Tabel 3.56. Ikhtisar Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis Terkelolanya Anggaran Pembangunan Ditjen PDSPKP secara Efisien dan
Akuntabel Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
31 Nilai Kinerja anggaran lingkup Ditjen PDSPKP
Baik (85) 79,21 93,19
32 Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup Ditjen PDSPKP
100 100 100
31. Nilai Kinerja Anggaran lingkup Ditjen PDSPKP
Nilai Kinerja anggaran adalah proses menghasilkan suatu nilai capaian
kinerja untuk setiap indikator yg dilakukan dengan membandingkan data realisasi
dengan target yang telah direncanakan sebelumnya. Nilai diperoleh dari data input
dan output yang dimasukkan setiap satker lingkup Ditjen PDSPKP pada aplikasi
SMART Kemenkeu. Cara menghitung indikator tersebut dengan menggunakan
Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan
Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan RKAK/L melalui pengukuran Aspek:
1. Penyerapan Anggaran (P), dilakukan dengan membandingkan antara
akumulasi realisasi anggaran seluruh satker dengan akumulasi pagu anggaran
seluruh satker.
2. Konsistensi (K) antara perencanaan dan implementasi, dilakukan berdasarkan
rata-rata ketepatan waktu penyerapan anggaran setiap bulan yaitu dengan
membandingkan antara akumulasi dan akumulasi realisasi anggaran bulanan
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 107
79,21 Efisiensi 20 Pencapaian
Keluaran 92,59
Penyerapan 58,78
Konsistensi atas RPD
Revisi 29,73
Konsistensi atas RPD
Awal 25,47
seluruh satker rencana penarikan dana bulanan seluruh satker dengan jumlah
bulan.
3. Pencapaian Keluaran (PK), dilakukan dengan membandingkan antara rata-rata
realisasi volume keluaran dengan target volume keluaran dan rata-rata
realisasi Indikator kinerja keluaran dengan target indikator kinerja keluaran.
4. Tingkat efisiensi (NE), dilakukan berdasarkan rata-rata efisiensi untuk setiap
jenis keluaran pada setiap satker, yang diperoleh dari hasil perbandingan
antara realisasi anggaran per volume keluaran dengan pagu anggaran per
volume keluaran.
Tabel 3.57. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Nilai Kinerja Anggaran Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
2015 2016 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target (%)
Pertumbuhan
2017 2019 2015-2016
2016-2017
Nilai kinerja anggaran Ditjen PDSPKP (%)
85,32 73,84 85 100 79,21 93,19 79,21 -13,46 7,27
Keterangan : * Target
Pada tahun 2017, nilai kinerja anggaran Ditjen PDSPKP mencapai 79,21%
dari target yang ditetapkan sebesar 85% atau setara dengan 93,19%.
Perbandingan dengan target 2019 sebesar 100% adalah sekitar 79,21%. Terjadi
NKA
108 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
kenaikan dari capaian tahun 2016 sebesar 7,26% akan tetapi tingkat
pertumbuhan tahun 2015-2016 menunjukkan penurunan sebesar 13,46%.
Rendahnya capaian nilai kinerja anggaran Ditjen PDSPKP tahun 2017
antara lain :
1. Kurangnya ketepatan waktu antara perencanaan dan implementasi kegiatan
karena terjadinya reorganisasi pada Ditjen PDSPKP sehingga perlu adanya
revisi DIPA Ditjen PDSPKP tahun 2017.
2. Sebagian besar anggaran Ditjen PDSPKP berupa fisik dan mengalami banyak
kendala antara lain perubahan lokasi pasca retreat, status lokasi belum clean
and clear, kondisi lokasi seperti ketersediaan air bersih dan listrik belum
memadai, sarana dan prasarana mengalami perubahan spesifikasi.
Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan capaian nilai kinerja
anggaran Ditjen PDSPKP antara lain :
1. Melakukan reviu atas rencana penarikan,
2. Mempercepat proses verifikasi dan penyaluran bantuan pemerintah,
3. Menyelesaikan proses pembayaran atas kegiatan yang telah selesai
dilaksanakan dan percepatan revolving UP.
32. Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup Ditjen PDSPKP
Dalam rangka pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), kepatuhan
terhadap perundang-undangan dan kecukupan pengungkapan dalam laporan
keuangan, setiap Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) dan Unit
Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) diwajibkan untuk menyusun Laporan
Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara (BMN) eselon I.
Tabel 3.58. Analisis Pencapaian Indikator Kinerja Kepatuhan terhaadp SAP lingkup Ditjen PDSPKP Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
2016 2017* 2019* Capaian
2017
Capaian terhadap Target
2017 (%)
Capaian terhadap Target
2019 (%)
Pertumbuhan 2016-2017
Kepatuhan terhadap SAP
100 100 100 100 100 100 0
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 109
lingkup Ditjen PDSPKP (%) Keterangan : * Target
Pada tahun 2017, Ditjen PDSPKP ditargetkan persentase kepatuhan
terhadap SAP lingkup Ditjen PDSPKP tercapai sebesar 100%. Kepatuhan terhadap
SAP, kepatuhan terhadap perundang-undangan dan kecukupan pengungkapan
dalam laporan keuangan Ditjen PDSPKP tercapai 100% pada tahun 2017, kondisi
tersebut masih sama dengan capaian tahun 2016 yaitu 100%. Pengukuran
pencapaian Indikator Kinerja ini dicapai setelah laporan keuangan dan BMN Ditjen
PDSPKP tahun 2017 tersusun dan audited.
Sebagai tahapan penyusunan laporan keuangan dan laporan barang milik
negara, pada bulan Januari 2017 telah dilakukan sosialisasi dan rekonsiliasi
penyusunan laporan keuangan dan barang milik negara tahun 2017 lingkup Ditjen
PDSPKP di Arch Hotel, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan tersebut
melibatkan petugas Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) seluruh satker
binaan Ditjen PDSPKP Tahun 2017.
3.3 Realisasi Anggaran
Pelaksanaan anggaran, harus dikelola dengan optimal sesuai rencana yang
telah ditetapkan dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Pada tahun 2017,
anggaran pembangunan penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan
yang dikelola oleh Ditjen PDSPKP sebesar Rp 1.098.823.937.000,- (Satu triliun
sembilan puluh delapan miliar delapan ratus dua puluh tiga juta sembilan ratus
tiga puluh tujuh ribu rupiah), yang kesemuanya merupakan APBN rupiah murni.
Anggaran tersebut dialokasikan bagi 46 Satker lingkup Ditjen PDSPKP, yang terdiri
atas 6 Satker Pusat, 1 Satker UPT, 34 Satker Dekonsentrasi, dan 5 Satker Tugas
Pembantuan.
110 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
Tabel 3.59. Realisasi Penyerapan Anggaran Ditjen PDSPKP Tahun 2017
No Satuan Kerja Pagu Awal (Rp) Pagu Pasca Efisiensi
(Rp) Realisasi Anggaran
Rp %
1 KANTOR PUSAT 1.243.050.419.000 1.016.850.419.000 565.803.614.568 55,64
2 KANTOR DAERAH 25.853.421.000 27.553.421.000 26.847.897.821 97,44
3 DEKONSENTRASI 12.450.000.000 12.450.000.000 11.728.584.037 94,21
4 TP 41.970.097.000 41.970.097.000 41.477.115.820 98,83
Total 1.323.323.937.000 1.098.823.937.000 645.857.212.246 58,78
Tabel 3.60. Realisasi Penyerapan Anggaran Ditjen PDSPKP Tahun 2017 Menurut Sumber Pembiayaan
No Sumber
Pembiayaan Anggaran
(Rp)
Realisasi Anggaran
Rp %
1 Rupiah Murni 1,098,823,937,000 645.857.212.246 58,78
2 PHLN - - -
Total 1,098,823,937,000 645.857.212.246 58,78
Pada tahun 2017, penyerapan anggaran Ditjen PDSPKP adalah sebesar Rp
645.857.212.246,- atau setara dengan 58,78%. Apabila ditelaah menurut sumber
pembiayaan, maka penyerapan anggaran Ditjen PDSPKP tahun 2017
keseluruhannya merupakan APBN Rupiah Murni, mengingat pada tahun 2017
tidak ada kegiatan PHLN yang dikelola oleh Ditjen PDSPKP.
Rendahnya realisasi anggaran Ditjen PDSPKP Tahun 2017 disebabkan :
1. Pada saat evaluasi kegiatan pertengahan tahun, kegiatan Pembangunan
Integrated Cold Storage dengan alokasi anggaran sebesar Rp
155.629.768.000,- diefisiensi karena tidak sesuai kriteria pembangunan.
2. Kegiatan Pembangunan Sentra kuliner (4 lokasi), Ice Flake Machine 1,5 Ton
Tahap 4 (44 unit), Cold Storage (2 lokasi) dengan alokasi anggaran sebesar Rp
37.286.328.208,- menjadi tunggakan pada TA 2018.
3. Kegiatan Integrated Cold Storage (5 lokasi), kendaraan berpendingin roda 6 (1
unit), Cold Storage (3 unit), Pasar Ikan Bersih (5 lokasi), SKPT Biak (Fasilitas
Umum, Coolbox, Chest Freezer) sebesar Rp 80.776.064.021,- akan dilanjutkan
dan dibayarkan pada TA 2018.
4. Berdasarkan hasil kelayakan teknis Kementerian PUPR terkait Multi Years
Contract Pembangunan Pasar Ikan Modern (PIM) Muara Baru dengan pagu
anggaran Rp 70.000.000.000,- pada tahun 2017 direkomendasikan sebesar
Rp 34.878.000.000,- dan nilai kontrak setelah lelang sebesar Rp
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 111
24.711.500.000,-sehingga terdapat sisa anggaran sebanyak Rp
45.288.500.000,-.
110 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan (Ditjen PDSPKP) telah menetapkan Rencana Strategis 2015-2019
yang mencakup visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, yang selaras
dengan tugas dan fungsi yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan atas capaian dan
akuntabilitas kinerja tahun 2017, secara umum seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan Ditjen PDSPKP telah berhasil mencapai sasaran yang telah
ditetapkan dalam rencana strategis. Dari 32 Indikator Kinerja Ditjen PDSPKP,
terdapat 9 Indikator Kinerja yang realisasinya belum mencapai target yang
telah ditetapkan, antara lain (1) Pertumbuhan PDB Perikanan, (2) Nilai ekspor
hasil perikanan, (3) Volume produk olahan hasil perikanan, (4) Nilai investasi
hasil KP, (5) Utilitas Unit Penanganan dan Pengolahan Produk Hasil KP, (6)
Jumlah usaha sektor KP yang dibiayai oleh bank, (7) Persentase unit kerja
lingkup Ditjen PDSPKP yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan
yang terstandar, (8) Persentase tindak lanjut direktif pimpinan lingkup Ditjen
PDSPKP dan (9) Nilai kinerja anggaran Ditjen PDSPKP.
Faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya Indikator Kinerja Ditjen
PDSPKP antara lain; 1) Ketersediaan produk masih terkendala dalam
penyimpanan dan distribusi dari sentra produksi ke sentra konsumen, 2)
Tingginya hambatan tarif dan potensi meningkatnya hambatan non-tarif pada
negara tujuan ekspor, 3) Penerapan jaminan mutu di unit pengolahan ikan
masih belum optimal, khususnya di UPI skala UMKM, 4) Fasilitasi sarana dan
prasarana pengolahan masih terbatas, khususnya di UPI skala UMKM, 5)
Lembaga keuangan perbankan masih enggan dalam mengucurkan
permodalan untuk usaha perikanan karena dianggap berisiko tinggi, 6) UPI
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 111
mengalami kekurangan bahan baku karena standar mutu yang rendah, harga
beli yang tinggi serta masih adanya ekspor ikan cakalang dalam bentuk utuh
beku, 7) Investor DN belum memanfaatkan Perpres Nomor 44 Tahun 2016
secara optimal khususnya peluang investasi di bidang usaha penangkapan
ikan, 8) Kurangnya sinergitas antara tingkat pimpinan sampai dengan
pelaksana untuk pengupayaan pelaksanaan penyerapan anggaran sesuai
dengan rencana kerja, serta 9) Keterlambatan proses verifikasi dan penyaluran
bantuan pemerintah.
Sedangkan terdapat 23 indikator kinerja yang realisasinya telah
mencapai atau bahkan melampaui target yang telah ditetapkan yaitu; 1) Nilai
tukar pengolah, 2) Tingkat kemandirian SKPT di bawah tanggung jawab Ditjen
PDSPKP, (3) Konsumsi ikan per kapita nasional, (4) PNBP pada sector
penguatan daya saing produk KP, (5) Nilai kesesuaian BP Ditjen PDSPKP, (6)
Terkendalinya inflasi ikan tahunan, (7) Indeks efektivitas kebijakan pemerintah
bidang PDSPKP, (8) Negara yang tertangani hambatan ekspornya, (9) Jumlah
nilai potensi transaksi yang dihasilkan dari promosi di pameran skala
internasional, (10) Jumlah RSNI pengolahan dan pemasaran produk hasil KP
yang disusun, (11) Jumlah SKP yang diterbitkan bagi UPI, (12) Jumlah usaha
sector KP yang dibiayai oleh Non-Bank, (13) Jumlah ragam inovasi teknologi
pengolahan dan pemasaran hasil KP yang dihasilkan, (14) Jumlah produk
perikanan yang mendapatkan SPPT SNI, (15) Jumlah pelaku usaha yang dibina
dalam inkubator bisnis, (16) Indeks kompetensi dan integritas Ditjen PDSPKP,
(17) Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi lingkup Ditjen PDSPKP, (18) Nilai AKIP
Ditjen PDSPKP, (19) Level Maturitas SPIP Ditjen PDSPKP, (20) Jumlah Inovasi
Pelayanan Publik lingkup Ditjen PDSPKP, (21) Jumlah pelaku usaha hasil
kelautan dan perikanan, (22) Persentase kepatuhan terhadap SAP lingkup
Ditjen PDSPKP, dan (23) Jumlah draft peraturan perundang-undangan.
Capaian indikator kinerja yang masih di bawah target yang telah
ditetapkan akan senantiasa diupayakan peningkatannya melalui percepatan
pelaksanaan kegiatan dan perumusan langkah-langkah strategis untuk
mengoptimalkan pencapaian indikator kinerja sesuai dengan target yang telah
112 | Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017
ditetapkan. Sementara capaian indikator kinerja yang realisasinya telah
mencapai atau bahkan melampaui target yang telah ditetapkan harus
dipertahankan dan senantiasa ditingkatkan.
4.2 Tindak Lanjut
Secara umum, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan terkait
dengan permasalahan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan,
antara lain:
1. Setiap unit eselon III agar disiplin dan tepat waktu sesuai jadwal dalam
menginput capaian kinerja, realisasi anggaran, dan output ke dalam
aplikasi pelaporan yakni SAPK, sismon F8K, E-Monev Bappenas, dan
aplikasi monev aplikasi Anggaran Kementerian Keuangan.
2. Menyusun dan melaporkan capaian kinerja setiap triwulan dengan tepat
waktu disertai analisa serta tindak lanjut secara ringkas.
3. Perlu adanya akselerasi upaya percepatan pelaksanaan kegiatan dan
anggaran yang secara langsung mendukung pencapaian Indikator Kinerja
Ditjen PDSPKP, sehingga Indikator Kinerja Ditjen PDSPKP dapat tercapai
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Untuk itu, perlu adanya
koordinasi dan integrasi pelaksanaan program dan kegiatan antara pusat,
daerah dan instansi lintas sektoral secara intensif agar kegiatan dapat
terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan;
4. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta Unit Kerja terkait untuk secara periodik melakukan
rekonsiliasi data dan menyampaikan kemajuan pelaksanaan pekerjaan,
utamanya yang berkaitan secara langsung dengan pencapaian Indikator
Kinerja Ditjen PDSPKP, sehingga Indikator Kinerja Ditjen PDSPKP dapat
tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan;
5. Melakukan reviu SS dan Indikator Kinerja sebagaimana tertuang dalam
Renstra Ditjen PDSPKP Tahun 2015-2019, dalam upaya merumuskan SS
dan Indikator Kinerja yang masih relevan dengan Ditjen PDSPKP.
Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 | 113
Akhirnya, kehadiran Laporan Kinerja Ditjen PDSPKP Tahun 2017 ini
diharapkan dapat menjadi pertanggungjawaban tertulis kepada pemberi
wewenang serta dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dalam perencanaan sehingga terbentuknya pemerintahan yang
baik (good governance). Selain itu, Laporan Kinerja ini juga diharapkan dapat
menjadi salah satu sumbangan penting dalam penyusunan dan implementasi
Rencana Kerja (Operational Plan), Rencana Kinerja (Performance Plan),
Rencana Anggaran (Financial Plan), dan Rencana Strategis (Strategic Plan)
pada masa-masa mendatang.