kata pengantar - kinerjaku.kkp.go.idkinerjaku.kkp.go.id/2018/dok/lkj/lkj_ditjenprl2017.pdf · 4)...

125

Upload: others

Post on 05-Nov-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 1

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL)

Tahun 2017 disusun sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas Ditjen PRL dalam

melaksanakan berbagai kewajiban pembangunannya, serta sebagai bentuk

pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi.

Laporan Kinerja Ditjen PRL Tahun 2017 ini diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang berbagai capaian kinerja yang telah dicapai, baik makro maupun

mikro serta langkah-langkah pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan

yang telah dilaksanakan di Bidang Pengelolaan Ruang Laut. Sangat disadari bahwa

laporan ini belum secara sempurna menyajikan prinsip transparansi dan akuntabilitas

seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang

berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang hasil pembangunan dan

pengelolaan ruang laut yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal PRL.

Capaian Pembangunan dan Pengelolaan Ruang Laut ini menjadi modal dasar

untuk lebih mengembangkan pembangunan dan pengelolaan ruang laut di masa

datang, khususnya untuk menyongsong tahun 2019 sebagai tahun terakhir periode

RPJMN 2015-2019 sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara

optimal dan berkelanjutan.

Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed

back terhadap penyelenggaraan program Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang

Laut dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan

Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Akhirnya atas perhatian dan bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya

program dan kegiatan Ditjen PRL Tahun 2017 diucapkan terima kasih.

Jakarta, Februari 2017

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut,

Brahmantya Satyamurti Poerwadi

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 4 1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Pengeloaan Ruang Laut ............................... 4

1.1.1 Unit Pelaksana Teknis (UPT) ......................................................................... 6

1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi ............................................................................... 7

1.2.1 Tugas Pokok .................................................................................................. 7

1.2.2 Fungsi ............................................................................................................ 7

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 7

1.4 Sistematika Penulisan .................................................................................... 8

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ................................ 9 2.1 Rencana Strategis 2015 - 2019 ...................................................................... 9

2.2 Indikator dan Target Kinerja Utama Tahun 2017 .......................................... 12

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................ 15 SS.1. Terwujudnya Kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil...... 17

IKU 1. Nilai Tukar Petambak Garam ................................................................. 17

IKU 2. Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluruhan ............. 19

IKU3. Pertumbuhan PDB Perikanan ................................................................. 23

SS.2. Terwujudnya Kedaulatan dalam Pengelolaan SDKP Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan ........................................................................... 25

IKU 4. Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen PRL ..................... 25

IKU 5. Jumlah pulau kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah (HAT) ....... 36

SS.3. Terwujudnya Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang

partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan ........................................ 40

IKU 6. Produksi Garam Nasional (juta ton) ....................................................... 40

IKU 7. Jumlah luas kawasan konservasi (jt Ha) ............................................... 48

IKU 8. Jumlah Jasa Kelautan yang dikelola untuk Pengembangan

Ekonomi (Ragam) .................................................................................... 51

IKU 9. Jumlah masyarakat hukum adat, tradisional dan lokal di Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil yang direvitalisasi (komunitas) ........................ 52

IKU 10. Jumlah kawasan konservasi Perairan yang meningkat kualitas

pengelolaan efektifnya (kawasan).......................................................... 58

IKU 11. Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak yang pulih

kembali (Kawasan) .................................................................................. 64

IKU 12. Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki dokumen RZ

kawasan laut ............................................................................................ 67

IKU 13. Jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan (kawasan) ...... 67

IKU 14. Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah lingkup Ditjen Pengelolaan

Ruang Laut (%) ................................................................................ 73

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 3

SS.4. Tersedianya Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang

Efektif ........................................................................................................... 74

IKU 15. Indeks efektifitas kebijakan pemerintah ............................................ 74

SS.5. Terselenggaranya Tata Kelola Pemanfaatan Pemanfaatan Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan yang Berkeadilan, Berdaya Saing dan

Berkeadilan .................................................................................................. 76

IKU 16. Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki

rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan

ditetapkan menjadi peraturan perundangan (kawasan) ...................... 77

IKU 17. Jumlah penambahan luas kawasan konservasi (Ha) ........................ 82

IKU 18. Jumlah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana

prasarananya (pulau) .............................................................................. 84

IKU 19. Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat

ketangguhan-nya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim

(kawasan) ................................................................................................. 86

IKU 20. Kawasan di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura Jawa yang

direhabilitasi (batang) ............................................................................. 89

IKU 21. Jumlah luas lahan yang difasilitasi (ha) ............................................... 91

SS.6. Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP yang

Profesional dan Partisipatif ........................................................................... 92

IKU 22. Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi, dilestarikan

dan/atau dimanfaatkan (jenis) ................................................................ 93

SS.7.Terwujudnya Aparatur Sipil Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan

Ruang Laut yang Kompeten, Profesional dan Berintegritas ......................... 97

IKU 23. Indeks kompetensi dan integritas Ditjen PRL .................................... 97

SS.8 Tersedianya Manajemen Pengetahuan Direktorat Jenderal Pengelolaan

Ruang Laut yang Handal dan Mudah Diakses ............................................. 99

IKU 24. Persentase unit kerja DJPRL yang menerapkan sistem

manajemen pengetahuan yang terstandar ........................................... 99

SS.9 Terwujudnya birokrasi DJPRL yang efektif, efisien dan berorientasi pada

layanan prima ............................................................................................. 102

IKU 25. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi Ditjen PRL .................................... 102

IKU 26. Nilai AKIP Ditjen PRL .......................................................................... 104

IKU 27. Nilai Maturitas SPIP............................................................................. 106

IKU 28. Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%) .................................. 108

IKU 29. Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup Ditjen PRL ..................... 110

SS.10. Terkelolanya Anggaran Pembangunan DJPRL Secara Efisien dan

Akuntabel ................................................................................................... 112

IKU 30. Nilai kinerja anggaran Ditjen PRL (%) ............................................... 112

IKU 31. Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPRL .................... 115

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 117

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 4

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Pengeloaan Ruang Laut

Pelaksanaan program Presiden Joko Widodo yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan ditetapkan

melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 yang dirumuskan dengan 9

Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (Nawa Cita). Dalam kerangka itu, KKP

melakukan penyesuaian antara lain dengan perubahan struktur kerja organisasi.

Dalam arahan Struktur Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun

2015-2020, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Direktorat

Jenderal KP3K) mengganti namanya menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan

Ruang Laut (Direktorat Jenderal PRL). Perubahan nomenklatur menjadi Direktorat

Jenderal Pengelolaan Ruang Laut pasca Lahirnya Peraturan Presiden Nomor 63

Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Secara prinsip program-program dasar Ditjen KP3K selama ini tidak akan

berubah bahkan ada penguatan pada pengendalian pemanfaatan ruang laut, dan hal

ini merupakan upaya mempertegas bahwa ruang laut perlu dikelola baik untuk

keberlanjutan sumberdaya pesisir dan laut sesuai dengan amanat Undang-Undang

No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Dalam Pasal 42 Ayat (1) Undang-Undang No.

32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Pengelolaan ruang laut dilakukan untuk: i)

melindungi sumberdaya dan lingkungan dengan berdasar pada daya dukung

lingkungan dan kearifan lokal; ii) memanfaatkan potensi sumberdaya dan/atau

kegiatan di wilayah laut yang berskala nasional dan Internasional; dan iii)

mengembangkan kawasan potensial menjadi pusat kegiatan produksi, distribusi dan

jasa.

Penguatan kapasitas kelembagaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang

Laut dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal yakni:

1) Perubahan paradigma pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dari

production oriented ke people oriented.

2) Mandat yang diberikan, meliputi mandat konstitusional, mandat teknis, mandat

pembangunan, dan mandat organisasi.

3) Kebijakan pembangunan, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, peraturan

perundangan terkait yang berlaku.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 5

4) Prinsip-prinsip pengorganisasian yang right sizing, unified function, efektif, efisien

dan transparan, sesuai dengan bisnis proses pembangunan kelautan dan

perikanan.

5) Tata laksana dan sumber daya aparatur

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2015 tentang Kementerian

Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut yang

merupakan Unit Eselon I lingkup KKP telah ditetapkan penaatan kelembagaan yang

ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23 Tahun 2015

serta perubahan PERMEN-KP Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal PRL sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017

Pengelolaan Ruang Laut merupakan manifestasi konsep pengembangan

wilayah kelautan Indonesia yang menyeluruh dan terpadu, di dalamnya antara lain

memuat pusat-pusat pertumbuhan ekonomi kelautan, sistem konektivitas

kemaritiman, kawasan laut strategis, serta arahan zonasi peruntukan penggunaan

ruang laut pada skala nasional sesuai potensi dan daya dukung lingkungannya.

Pengelolaan Ruang Laut sangat penting bagi Indonesia dalam rangka mendukung

terwujudnya Kedaulatan, Keberlanjutan, dan Kesejahteraan.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 6

1.1.1 Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal PRL pada Tahun 2015,

masih mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Nomor

PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan

Perikanan yang terdiri dari 8 UPT sebagai berikut:

1) Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang;

2) Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang;

3) Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar;

4) Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak;

5) Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar;

6) Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong;

7) Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru;

8) Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang.

Wilayah kerja dan perangkat satuan kerja UPT lingkup Direktorat Jenderal PRL

berdasarkan Permen KP Nomor PER.23/MEN/2011 Tentang Perubahan Kedua Atas

Permen KP Nomor PER.22/MEN/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT

Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Lautan dan berdasarkan Permen KP Nomor

PER.24/MEN/2011 Tentang Perubahan Atas Permen KP Nomor PER.23/MEN/2008

Tentang Organisasi Dan Tata Kerja UPT Kawasan Konservasi Perairan Nasional,

adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Satker dan Wilayah Kerja UPT Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 7

1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi

1.2.1 Tugas Pokok

Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan

ruang laut, pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati laut, pengelolaan

pesisir dan pulau-pulau kecil.

1.2.2 Fungsi 1) Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan tata ruang laut nasional,

zonasi teluk, selat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, penataan dan

pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati,

pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan

pulau-pulau kecil serta jasa kelautan;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan tata ruang laut nasional,

zonasi teluk, selat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, penataan dan

pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati,

pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan

pulau-pulau kecil serta jasa kelautan;

3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyusunan

rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, penataan dan

pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati,

pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan

pulau-pulau kecil serta jasa kelautan;

4) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyusunan rencana zonasi

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, penataan dan pemanfaatan kawasan

konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan pesisir terpadu,

rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan pulau-pulau kecil serta jasa

kelautan;

5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan tata ruang laut

nasional, zonasi teluk, selat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, penataan dan

pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati,

pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan

pulau-pulau kecil serta jasa kelautan;

6) Pelaksanaan administrasi direktorat jenderal pengelolaan ruang laut, dan

7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

1.3 Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut dalam rangka mencapai sasaran program pengelolaan

ruang laut. Oleh karena itu, tujuan pengelolaan ruang laut adalah:

1) Meningkatkan tata kelola ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil;

2) Meningkatkan dayaguna wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

3) Menata dan memanfaatkan jasa-jasa kelautan;

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 8

4) Meningkatkan pengelolaan sumberdaya hayati, non hayati dan buatan;

5) Melestarikan kawasan konservasi dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragaman hayati laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

1.4 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan: Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi , dengan

penekanan kepada aspek strategis oraginsasi serta permasalahan utama (strategic

issue) yang sedang dihadapi oleh organisasi.

Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja: Pada bab ini disajikan rencana strategis,

gambaran singkat mengenai sasaran strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

pada tahun 2015 – 2019, rencana kerja dan anggaran tahun 2017, penetapan kinerja

Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut.

Bab III Akuntabilitas Kinerja: Pada bab ini disajiikan secara singkat capaian kinerja

orgainsasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis orgainsasi sesuai

dengan hasil pengukuran kinerja oraginsasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasarn

strategis tersebut dilakukan analisasi capaian kinerja.

Bab IV Penutup: Pada bab ini disajikan kesimpulan umum atas capaian kinerja

organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk

meningkatkan kinerjanya.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 9

BAB II.

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis 2015 - 2019

Sasaran strategis pengelolaan ruang laut 2015-2019 dengan Visi: “Pengelolaan

Ruang Laut Yang Berdaulat dan Mensejahterakan Secara Berkelanjutan” dan

Misi: (i) Mewujudkan perencanaan ruang laut pesisir, dan pulau-pulau kecil yang

terpadu; (ii) Mendayagunakan, melindungi dan melestarikan sumberdaya laut,

pesisir, dan pulau-pulau kecil; (iii) Meningkatkan tata kelola dan pengendalian ruang

laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil; (iv) Mengendalikan pemanfaatan ruang laut

secara berdaulat untuk kesejahteraan masyarakat. Sebagai penjabaran Visi Misi

pembangunan nasional dan KKP ditetapkan melalui tahapan-tahapan berdasarkan tujuan

yang akan dicapai dan arah kebijakan yang ditetapkan dan dibagi dalam empat perspektif

(Gambar 4).

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 10

Sta

keh

old

ers

Pre

spective

00

Custo

mer

Pers

pective

Inte

rna

l P

rocess

Pers

pective

Learn

ing

an

d G

row

th

Pers

pective

Gambar 3. Visi KKP dan Peta Strategi Ditjen Pengelolaan Ruang Laut 2015-2019

Keempat perspektif pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan tersebut adalah:

1. Stakeholders Prespective yang menjabarkan misi Kesejahteraan. 2. Customer Perspective yang menjabarkan misi Kedaulatan dan Keberlanjutan. 3. Internal Process Perspective yang merupakan proses dalam upaya pencapaian

target pembangunan. 4. Learning and Growth Perspective yang merupakan input/sumberdaya dalam

mendukung pelaksanaan proses pencapaian target pembangunan.

Sasaran strategis PRL Tahun 2015-2019 dijabarkan sebagai berikut:

1. Sasaran Strategis Pertama (SS-1): Terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Nilai Tukar Petambak Garam. b. Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total produksi garam. c. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

0

PELAKSANAAN KEBIJAKAN

0 SS 1. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan

masyarakat KP

SS 2. Terwujudnya kedaulatan

dalam pengelolaan SDKP

SS 3. Terwujudnya pengelolaan SDKP

yang partisipatif, bertanggung jawab,

dan berkelanjutan

PERUMUSAN KEBIJAKAN

PENGAWASAN KEBIJAKAN

SS 9. Terwujudnya

birokrasi DJPRL yang

efektif, efisien, dan

berorientasi pada

layanan prima

SS7. Terwujudnya

ASN DJPRL yang

kompeten,

profesional &

berintegritas

HUMAN CAPITAL

INFORMATION CAPITAL

ORGANIZATION CAPITAL

FINANCIAL CAPITAL

SS 5. Terselenggaranya

tata kelola pemanfaatan

SDKP yang adil, berdaya

saing, dan berkelanjutan

SS 4. Tersedianya

kebijakan

pembangunan yang

efektif

SS 6. Terselenggaranya

pengendalian dan

pengawasan SDKP secara

professional dan

partisipatif

SS 8.Tersedianya

manajemen

pengetahuan DJPRL

yang handal dan

mudah diakses

SS 10. Terkelolanya

anggaran

pembangunan

DJPRL secara efisien

& akuntabel

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 11

2. Sasaran Strategis Kedua (SS-2): Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen PRL. b. Jumlah pulau kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah (HAT).

3. Sasaran Strategis Ketiga (SS-3): Terwujudnya pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Produksi Garam Nasional. b. Jumlah Luas Kawasan Konservasi. c. Jumlah Jasa Kelautan yang dikelola untuk Pengembangan Ekonomi. d. Jumlah masyarakat hukum adat, tradisional dan lokal di Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil yang direvitalisasi. e. Jumlah kawasan konservasi Perairan yang meningkat kualitas pengelolaan

efektifnya. f. Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak yang pulih kembali. g. Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki dokumen RZ kawasan

laut. h. Jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan. i. Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah lingkup Ditjen Pengelolaan Ruang

Laut.

4. Sasaran Strategis Keempat (SS-4): Tersedianya kebijakan pembangunan KP yang efektif dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Indeks efektifitas kebijakan pemerintah.

5. Sasaran Strategis Kelima (SS-5): Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan.

b. Jumlah penambahan luas kawasan konservasi. c. Jumlah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana prasarananya. d. Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat

ketangguhannya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim. e. Kawasan di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura Jawa yang direhabilitasi. f. Jumlah luas lahan yang difasilitasi.

6. Sasaran Strategis Keenam (SS-6): Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang profesional dan partisipatif dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan.

7. Sasaran Strategis Ketujuh (SS-7): Terwujudnya aparatur sipil negara Ditjen PRL yang kompeten, profesional dan berintegritas dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Indeks kompetensi dan integritas DJPRL.

8. Sasaran Strategis Kedelapan (SS-8): Tersedianya manajemen pengetahuan Ditjen PRL yang handal dan mudah diakses dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Persentase unit kerja Ditjen PRL yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 12

9. Sasaran Strategis Kesepuluh (SS-9): Terwujudnya birokrasi Ditjen PRL yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Nilai kinerja Reformasi Birokrasi (RB) Ditjen PRL. b. Nilai AKIP Ditjen PRL. c. Nilai Maturitas SPIP. d. Persentase tindak lanjut direktif pimpinan. e. Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup DJPRL.

10. Sasaran Strategis Kesebelas (SS-10): Terkelolanya anggaran pembangunan Ditjen PRL secara efisien dan akuntabel dengan Indikator Kinerja Utama:

a. Nilai Kinerja Anggaran Ditjen PRL. b. Presentase kepatuhan terhadap SAP lingkup Ditjen PRL.

2.2 Indikator dan Target Kinerja Utama Tahun 2017

Mulai tahun 2013, sesuai dengan dinamika organisasi yang berkembang ada

upaya perbaikan pengelolaan kinerja organisasi pada Kementerian Kelautan dan

Perikanan, yaitu berupa penggunaan metode Balanced Scorecard (BSC).

Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja Tahun 2017 menggunakan

penekanan pada empat perspektif yang saling berimbang dan di “cascading”

(diturunkan) sampai level staf/individu (pegawai).

Dengan metode/pendekatan dan strategi BSC, telah dilakukan restrukturisasi

SAKIP KKP dimulai dari level Renstra kementerian sampai dengan level monitoring

dan pengukuran kinerja.Rencana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan

kebijakan pimpinan untuk pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal PRLTahun 2017

yang tertuang dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2017. Dokumen

RKT 2017 tersebut kemudian diimplementasikan dalam Perjanjian Kinerja (PK)

Tahun 2017 (Lampiran 1). Berikut merupakan Indikator dan Target Kinerja Utama

Ditjen PRL tahun 2017 :

Tabel 1. Indikator dan Target Kinerja Utama Ditjen PRL Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Penanggung

Jawab

Stakeholder Perspective

1. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

IKU 1. Nilai Tukar Petambak Garam

102,25 Setditjen PRL

IKU 2. Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluruhan (%)

65 Dit. Jasa Kelautan

IKU 3. Pertumbuhan PDB Perikanan (%)

8 Setditjen PRL

Customer Perspective

2. Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP

IKU 4. Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen PRL

4 Dit. P4K, Dit. KKHL, Dit. Jasa

Kelautan

IKU 5. Jumlah pulau kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah (HAT) (pulau)

37 Dit. P4K

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 13

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Penanggung

Jawab

3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan

IKU 6. Produksi Garam Nasional (juta ton)

3,8 Dit. Jasa Kelautan

IKU7. Jumlah luas kawasan konservasi (jt Ha)

18,6 Dit. KKHL

IKU 8. Jumlah Jasa Kelautan yang dikelola untuk Pengembangan Ekonomi (Ragam)

2 Dit. Jasa Kelautan

IKU 9. Jumlah masyarakat hukum adat, tradisional dan lokal di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang direvitalisasi (komunitas)

5 Dit. P4K

IKU 10. Jumlah kawasan konservasi Perairan yang meningkat kualitas pengelolaan efektifnya (kawasan)

30 Dit. KKHL

IKU 11. Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak yang pulih kembali (Kawasan)

23 Dit. P4K

IKU 12. Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki dokumen RZ kawasan laut

2 Dit. PRL

IKU 13. Jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan (kawasan)

1 Dit. Jasa Kelautan

IKU 14. Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah lingkup Ditjen Pengelolaan Ruang Laut (%)

80 Dit. P4K, Dit. KKHL, Dit. Jasa

Kelautan

Internal Process Perspective

4. Tersedianya kebijakan pembangunan KP yang efektif

IKU 15. Indeks efektifitas kebijakan pemerintah

7,7 Setditjen PRL

5. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan

IKU 16. Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan (kawasan)

7 Dit. PRL

IKU 17. Jumlah penambahan luas kawasan konservasi (Ha)

700.000 Dit. KKHL

IKU 18. Jumlah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana prasarananya (pulau)

31 Dit. P4K

IKU 19. Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat ketangguhannya terhadap bencana dan

18 Dit. P4K

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 14

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Penanggung

Jawab

dampak perubahan iklim (kawasan)

IKU 20. Kawasan di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura Jawa yang direhabilitasi (batang)

900,000 Dit. P4K

IKU 21. Jumlah luas lahan yang difasilitasi (ha)

10,000 Dit. Jasa Kelautan

6. Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang profesional dan partisipatif

IKU 22. Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan (jenis)

19 Dit. KKHL

Learning and Growth Perspective

7. Terwujudnya aparatur sipil negara Ditjen PRL yang kompeten, profesional dan berintegritas

IKU 23. Indeks kompetensi dan integritas Ditjen PRL

80 Setditjen PRL

8. Tersedianya manajemen pengetahuan Ditjen PRL yang handal dan mudah diakses

IKU 24. Persentase unit kerja Ditjen PRL yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar

65 Setditjen PRL

9. Terwujudnya birokrasi Ditjen PRL yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima

IKU 25. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi Ditjen PRL

A (86) Setditjen PRL

IKU 26. Nilai AKIP Ditjen PRL A (85) Setditjen PRL

IKU 27. Nilai Maturitas SPIP 2 Setditjen PRL

IKU 28. Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%)

100 Setditjen PRL

IKU 29. Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup Ditjen PRL

1 Setditjen PRL

10. Terkelolanya anggaran pembangunan DJPRL secara efisien dan ekuntabel

IKU 30. Nilai kinerja anggaran Ditjen PRL (%)

85 Setditjen PRL

IKU 31. Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup Ditjen PRL (%)

100 Setditjen PRL

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran capaian kinerja Ditjen PRL tahun 2017 dilakukan dengan cara

membandingkan antara target (rencana) dan realisasi indikator kinerja utama pada

masing-masing perspektif. Pencatatan dan pengukuran kinerja dilakukan dengan

bantuan perangkat lunak berbasis balanced scorecard dari Kementerian Kelautan

Perikanan, yaitu pada http://kinerjaku.kkp.go.id.

Pengukuran capaian kinerja Ditjen PRL tahun 2017 dilakukan dengan cara

membandingkan antara target (rencana) dan realisasi indikator kinerja utama pada

masing-masing perspektif. Pencatatan dan pengukuran kinerja dilakukan dengan

bantuan perangkat lunak berbasis balanced scorecard dari Kementerian Kelautan

Perikanan, yaitu pada http://kinerjaku.kkp.go.id.

Secara rinci, capaian masing-masing sasaran strategis dan indikator kinerja

utama Ditjen PRL Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja PRL Tahun 2017

Indikator Kinerja Utama Target Tahun 2017

Realisasi % No Uraian

Stakeholder Perspective

IKU 1 Nilai Tukar Petambak Garam 102,25 115.5* 112.96%

IKU 2 Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluruhan (%)

PK Revisi per November 2017 (DIHILANGKAN)

65 57.9 Drop off

IKU 3 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 8 5,95 74,37

Customer Perspective

IKU 4 Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen PRL

4 4 100%

IKU 5 Jumlah pulau kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah (HAT) (pulau)

37 37 100%

IKU 6 Produksi Garam Nasional (juta ton) 3,8 1.1 29,21%

IKU 7 Jumlah luas kawasan konservasi (jt Ha) 18,6 19.144 102.92%

IKU 8 Jumlah Jasa Kelautan yang dikelola untuk Pengembangan Ekonomi (Ragam)

2 2 100.00%

IKU 9 Jumlah masyarakat hukum adat, tradisional dan lokal di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang direvitalisasi (komunitas)

5 5 100%

IKU 10 Jumlah kawasan konservasi Perairan yang meningkat kualitas pengelolaan efektifnya (kawasan)

30 22 73,33%

IKU 11 Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil 23 25 108,7%

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 16

Indikator Kinerja Utama Target Tahun 2017

Realisasi % No Uraian

rusak yang pulih kembali (Kawasan)

IKU 12 Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki dokumen RZ kawasan laut

2 2 100.00%

IKU 13 Jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan (kawasan)

1 5 500.00%

IKU 14 Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah lingkup Ditjen Pengelolaan Ruang Laut (%)

80 83,33 104,16

Internal Process Perspective

IKU 15 Indeks efektifitas kebijakan pemerintah 7,7 8.08 104.94%

IKU 16 Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan (kawasan)

7 7 100.00%

IKU 17 Jumlah penambahan luas kawasan konservasi (Ha)

700.000 1,179,342 168.48%

IKU 18 Jumlah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana prasarananya (pulau)

31 52 167,74%

IKU 19 Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat ketangguhannya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim (kawasan)

18 16 88.89%

IKU 20 Kawasan di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura Jawa yang direhabilitasi (batang)

PK Revisi per November 2017 (DIHILANGKAN)

900,000 - Drop off

IKU 21 Jumlah luas lahan yang difasilitasi (ha) 10,000 18,422 184.22%

IKU 22

Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan (jenis)

19 19 100.00%

Learning and Growth Perspective

IKU 23 Indeks kompetensi dan integritas DJPRL 80 95,89 119,86 %

IKU 24 Persentase unit kerja DJPRL yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar

65 68.68 105.66%

IKU 25 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPRL A (86) 89.1 103.60%

IKU 26 Nilai AKIP DJPRL A (85) 85.07 100.08%

IKU 27 Nilai Maturitas SPIP 2 2.347 117,35%

IKU 28 Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%) 100 100 100%

IKU 29 Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup DJPRL 1 1 100%

IKU 30 Nilai kinerja anggaran DJPRL (%) 85 75,62 88,96%

IKU 31 Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPRL (%)

100 100 100%

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 17

SS.1. Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Terwujudnya Kesejahteraan

Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen PRL menjabarkannya dalam 3

(tiga) indikator kinerja, yaitu: Nilai Tukar Petambak Garam (NTPG), Persentase

Kualitas Garam KP1 terhadap Total Keseluruhan (%) dan Pertumbuhan PDB

Perikanan (%). Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja

pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada Tahun 2017 ini dijelaskan pada

capaian masing-masing indikator berikut:

IKU 1. Nilai Tukar Petambak Garam

Kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan adalah suatu kondisi

dimana kehidupan masyarakat KP, dalam hal ini petambak garam yang mampu

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menabung. Pengamatan terhadap tingkat

kesejahteraan petambak garam dilakukan melalui penghitungan indeks Nilai Tukar

Petambak Garam (NTPG). Nilai Tukar Petambak Garam menunjukkan daya tukar

(terms of trade) dari produk petambak garam dengan barang maupun jasa yang

dikonsumsi dan untuk biaya proses produksi.

Nilai Tukar Petambak Garam merupakan rasio antara indeks harga yang

diterima petambak garam (Indeks terima = It) dengan indeks harga yang dIbayar

petambak garam (Indeks bayar = Ib). indeks harga yang diterima petambak garam (It)

merupakan indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas

hasil produksi petambak garam, sedangkan Ib adalah indeks harga yang

menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petambak garam, baik

untuk konsumsi sehari hari maupun kebutuhan untuk proses produksi. Secara

konsepsional NTPG adalah pengukur kemampuan tukar garam yang dihasilkan

petambak dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga

dan keperluan dalam memproduksi garam, dengan kata lain bila NTPG=100, berarti

masyarakat mengalami impas/break even; NTPG>100, berarti masyarakat

mengalami surplus; NTPG<100, berarti masyarakat mengalami defisit. Indeks NTPG

dapat menggambarkan perkembangan tingkat pendapatan masyarakat kelautan dan

perikanan dibidang tambak garam dari waktu ke waktu.

Target NTPG tahun 2017 adalah 102,25 yang menggambarkan pendapatan

petambak garam lebih besar daripada biaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

rumah tangga dan biaya produksi garam.

Sumber data untuk untuk menghitung nilai indeks NTPG berasal dari hasil

survey (pengambilan data primer) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik

terhadap sampel petambak garam di 5 Provinsi (Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur). Indeks yang diperoleh merupakan angka

tahunan yang dihitung secara triwulanan, dengan hasil sebagai berikut :

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 18

Tabel 3. Nilai Indeks NTPG Tahun 2017

No. Uraian Trw1 Trw2 Trw3 Trw4*)

Rata-Rata

1 It (Indeks terima) 122.96 133.62 123.89 130.90 127.84

2 Ib (Indeks bayar) 110.09 110.51 110.72 111.43 110.69

KRT (Kebutuhan Rumah Tangga) 112.82 113.23 113.34 114.22 113.40

BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal)

105.94 106.37 106.73 107.18 106.56

NTPG (Nilai Tukar Petambak Garam) 111.69 120.92 111.90 117.46 115.49

NTUPG (Nilai Tukar Usaha Petambak Garam)

116.06 125.62 116.08 122.12 119.97

*) Angka sementara, perubahan harga Desember 2017 menggunakan perubahan harga pada Desember 2016

Tabel 3 menunjukkan bahwa capaian NTPG tahu 2017 adalah 115,49 yang

dipengaruhi oleh indeks terima sebesar 127,84 dan indeks bayar sebesar 110,69.

Indeks bayar merupakan biaya yang harus dikeluarkan petambak garam untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga (indeks 113,40) dan biaya produksi dan

penambahan barang modal (106,56). Nilai tukar usaha petambak garam (sebesar

119,97) yang lebih besar dari NTPG (115,49) menunjukkan bahwa usaha tambak

garam mempunyai keuntungan.

Tabel 4. Perbandingan Nilai Tukar Petambak Garam Tahun 2015-2017

No Uraian 2015 2016 2017

1 It (Indeks terima) 103,85 110,99 127,84

2 Ib (Indeks bayar) 105,09 108,57 110,69

KRT (Kebutuhan Rumah Tangga) 106,61 111,08 113,40

BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal)

102,76 104,75 106,56

NTPG (Nilai Tukar Petambak Garam) 98,82 102,23 115,50

NTUPG (Nilai Tukar Usaha Petambak Garam)

101,06 105,96 119,98

Capaian NTPG tahun 2017 yaitu 115,50 atau naik 12,98% dibanding NTPG

tahun 2016 dengan nilai 102,23 dan mengalami kenaikan sebesar …% dibandingkan

NTPG tahun 2015 (98,82). Kenaikan tersebut dikarenakan kenaikan It (naik 15,18%,

dari semula 110,99 menjadi 127,84) lebih besar dibandingkan dengan kenaikan Ib

(naik 1,95%, dari semula 108,57 menjadi 110,69). Kenaikan It Triwulan IV 2017

dipengaruhi oleh naiknya It garam tambak sebesar 15,64 % dan It garam rebusan

sebesar 4,59 %.

Peningkatan NTPG 2017 didukung oleh peningkatan harga garam, terutama

garam tambak yang cukup signifikan. Peningkatan harga garam dikarenakan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 19

kebutuhan garam untuk industri cukup tinggi sedangkan musim produksi baru masuk

masa persiapan dan impor garam diawasi secara ketat oleh pemerintah.

Komoditas dominan yang mempengaruhi kenaikan indeks terima tahun 2017

adalah garam tambak di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Berdasarkan

data di lapangan, harga garam tambak mencapai kisaran Rp.4.000,- per kg atau

meningkat tajam dibanding harga garam tambak 2016 yang paling tinggi adalah

Rp.900,- per kg. Disisi lain, komoditas produksi yang mempengaruhi kenaikan Ib

adalah kenaikan biaya sewa dan juga ongkos angkut, sedangkan yang non produksi

adalah komoditas seperti cabe, beras, rokok, dan bawang putih.

Kendala yang dihadapi terkait survei harga NTPG yaitu padatnya kegiatan

petugas baik di lapangan maupun di pusat karena masih menselesaikan rangkaian

kegiatan Sensus Ekonomi. Hal ini menyebabkan terlambatnya pengiriman dan

pengolahan data di awal tahun. Selain itu, angka NTPG tahun 2017 (tahunan) masih

angka sementara, karena data belum final dan masih dalam proses pengolahan data

di BPS.

Kegiatan penghitungan NTPG sudah menginjak tahun ke-4 dengan

menggunakan kuesioner dan pedoman yang hampir sama. Ada usulan perubahan

kuesioner namun tidak signifikan, sehingga tidak perlu mengadakan pelatihan lagi

bagi petugas. Hal ini dapat menghemat pembiayaan.

Terdapat kelemahan dari penghitungan NTPG tahun 2015-2017, yakni bahwa

angka yang diperoleh tidak tepat waktu karena memerlukan proses pengumpulan

data (kompilasi data dari BPS daerah) dan selanjutnya baru dilakukan pengolahan

data (˃1 bulan) oleh BPN Pusat, untuk kemudian disajikan dalam bentuk laporan

resmi. Ke depannya, agar penghitungan NTPG yang dilakukan BPS dapat di sajikan

tepat waktu di setiap akhir periode triwulanan.

Untuk mencapai target NTPG, pada tahun 2017 Ditjen PRL telah

menganggarkan dana sebesar Rp 700.000.000,-. Sementara dalam pelaksanaannya

telah membelanjakan dana sebesar Rp 654.302.650,- atau 93,47%. Dengan capaian

IKU sebesar 115,50% maka anggaran yang ada sudah cukup efisien.

IKU 2. Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluruhan

Garam KP1 merupakan garam berkualitas produksi rakyat yang mempunyai

ciri-ciri warna putih, kandungan air maksimal 5% atau hasil produksi garam rakyat

dengan menggunakan teknologi geoisolator dan/atau teknologi ulir filter (TUF),

sebagai bahan baku untuk proses lebih lanjut. Pengukuran indikator kinerja dilakukan

dengan membandingkan jumlah produksi garam KP1 terhadap produksi garam

keseluruhan dalam satuan persen (%). Sumber data garam berasal dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota yang mendapatkan program PUGAR (15

Kabupaten/Kota) dan direkapitulasi serta dianalisa oleh Sekretariat PUGAR di

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 20

Direktorat Jasa Kelautan Ditjen PRL. Indikator Kinerja Utama ini periode

pelaporannya tahunan.

Pada tahun ini fokus kegiatan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR)

adalah Integrasi lahan garam dan teknologi geoisolator dalam upaya mencapai target

Ditjen PRL. Integrasi lahan adalah salah satu metode untuk meningkatkan

produktivitas dan kualitas serta efisiensi biaya produksi garam, dengan

menggabungkan lahan petambak menjadi lahan yang terintegrasi dengan luas

minimal 15 ha dalam satu hamparan. Teknologi geoisolator adalah teknologi

produksi garam dengan memanfaatkan lapisan plastik kedap air sebagai alas lahan

meja garam untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam.

Tabel 5. Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluruhan

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

1 Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluruhan

65 57.9 Drop off

Penetapan target indikator kinerja utama presentase kualitas garam KP1

terhadap total keseluruhan adalah 65%, Realisasi persentase kualitas garam KP1

sebesar 57,9% atau capaian realisasi IKU sebesar 89,08%. Berikut penjelasan

dalam tabel :

Tabel 6. Realisasi capaian persentase produksi garam kualitas KP1 tahun 2017

No Satker Realisasi Produksi KP1 (Ton)

1 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Cirebon 36,684.89

2 Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu 86,822.96

3 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Rembang 54,127.63

4 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Demak 28,001.02

5 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Brebes 838.53

6 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati 66,950.63

7 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lamongan 25,720.00

8 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sampang 98,752.83

9 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pamekasan 35,013.50

10 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumenep 134,546.92

11 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tuban 18,872.24

12 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jeneponto 2,109.94

13 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pangkep 2,151.76

14 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bima 53,575.58

15 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kupang 1,200.56

Total 645,369.01

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 21

Realisasi capaian persentase produksi garam kualitas KP1 tahun 2017 ini

lebih besar jika dibandingkan dengan capaian persentase tahun sebelumnya (2016)

yang menghasilkan garam KP1 sebanyak 42,87% sebagai perhitungan jumlah garam

KP1 sebanyak 645.369,01 ton dibandingkan dengan jumlah produksi garam

sebanyak 1.114.698,06 ton.

Target persentase kualitas garam KP1 terhadap total keseluruhan tidak

tercapai, hal ini dikarenakan intensitas hujan pada tahun 2017 cukup tinggi, hal ini

berpengaruh pada kualitas NaCl di meja kristalisasi. Apabila dibandingkan dengan

target dan realisasi Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas Garam KP1 pada

tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, capaian Tahun 2017 dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 7. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun ini dengan Tahun lalu dan Beberapa Tahun

Terakhir

No IKU 2015 2016 2017

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1 Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluru-han (%)

60 19,3 50 42.87 65 57,9

Tabel diatas menjelaskan pada tahun 2015 ini dari target KP1 60% hanya

tercapai 19,34%, atau 32,33% dari target. Nilai ini jauh lebih rendah dari capaian

tahun 2016 yang mencapai 42,87% atau 85.74% dari target. Sementara pada tahun

2017 dari target 65 tercapai 57,90% atau sekitar 89,08% dan merupakan capaian

tertinggi dari capaian tiga tahun terakhir.

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun 2016 dengan target

jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis Ditjen

Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2016 dengan Perencanaan Jangka Menengah

No Rincian

2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1 Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluruhan (%)

40 19,3 50 42,87 65 57,9 70 - 75 -

Berdasarkan target dalam renstra, maka IKU ini tidak mencapai realisasi

capaian yang ditargetkan. Dari target 65 % kualitas garam KP1 baru tercapai 57,9%

(realisasi 89,08%). Berdasarkan kondisi tersebut, maka target untuk tahun-tahun

mendatang dalam renstra direvisi menjadi: 50% (2016), 65% (2017), 70% (2018),

dan 75% (2019), selama harga garam tidak mendapatkan jaminan harga (subsidi)

serta masih bisanya garam impor masuk ke pasaran, maka harga garam terutama

KP1 tidak akan ada lonjakan peningkatan produksi.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 22

Beberapa penyebab kegagalan tercapainya target produksi KP1 adalah:

1. Perbedaan harga KP1 dan KP2 yang tidak signifikan, sementara untuk

memproduksi KP1, petambak garam perlu lebih banyak waktu (hari) penuaan air

dan penjemuran air tua (evaporasi) serta perlakuan (hanya mengambil garam

lapisan atas, pengemasan serta penyimpanan garam yang baik) yang

memerlukan tenaga dan biaya lebih;

2. Pelaksanaan integrasi lahan yang berlangsung sampai akhir tahun

menyebabkan lahan yang berproduksi terhambat dan berdampak terhadap

menurunnya produksi garam KP1;

3. Musim kering yang singkat menyebabkan petambak berupaya memproduksi

garam sebesar mungkin mengejar waktu yang tersedia, serta riskannya

menunggu waktu lebih lama untuk menjemur air tua karena takut hujan.

Realisasi kinerja persentase kualitas garam KP1 terhadap total keseluruhan

pada tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2016. Hal ini

dikarenakan pada tahun 2017, masyarakat petambak garam telah menerapkan

sistem manajemen lahan berupa integrasi lahan, sehingga kualitas produksi garam

petambak garam mengalami peningkatan. Kementerian Kelautan dan Perikanan

akan terus berupaya memajukan kesejahterakan petambak garam rakyat sebagai

amanat dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.

Untuk mencapai target, pada tahun 2017 Ditjen PRL telah menganggarkan

dana sebesar Rp 38.550.000.000,-. Sementara dalam pelaksanaannya (karena

keterlambatan pengerjaan integrasi lahan) berhasil membelanjakan dana sebesar Rp

36.175.320.000,- atau 93,84%. Dengan capaian IKU sebesar 89,08% maka

anggaran yang ada sudah cukup efisien. Namun hal ini bukan disebabkan karena

kesalahan pembelanjaan atau penggunaan anggaran, akan tetapi lebih karena

keterlambatan pengerjaan integrasi lahan di beberapa daerah sebagai sarana

penunjang peningkatan kualitas dan produktivitas garam.

Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total

keseluruhan ini, dihilangkan melalui Perjanjian Kinerja revisi (PK Revisi) yang telah di

tandatangani oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut dan Menteri Kelautan

dan Perikanan pada bulan November 2017, dikarenakan semenjak tahun 2016

sampai dengan 2019 bentuk bantuan sarpras yang diberikan keselurahan guna

menunjang pencapaian garam KP1, sehingganya capaian indikator ini sudah

merupakan bagian dari pencapaian produksi garam.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 23

IKU 3. Pertumbuhan PDB Perikanan

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah nilai produk berupa barang

dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara

(domestik) selama periode tertentu. PDB perikanan merupakan sub sektor dari PDB

Nasional. Dalam PDB perikanan, yang dihitung adalah produksi perikanan tangkap

dan budidaya, dalam bentuk ikan segar (non-olahan) di seluruh indonesia. Produksi

yang dihasilkan belum diperhitungkan penyusutannya, karena jumlah yang

didapatkan dari PDB dianggap bersifat bruto/kotor. Produk Domestik Bruto Perikanan

yang rutin diterbitkan oleh BPS hanya merupakan subsektor dari Sektor Pertanian

sehingga nilai PDB Perikanan mencerminkan kinerja dari Kementerian Kelautan dan

Perikanan itu sendiri, karena yang tercakup dalam subsektor perikanan hanyalah

sektor primer yaitu penangkapan dan pembudidayaan ikan.

Capaian PDB perikanan yang digunakan oleh KKP mengacu pada BPS,

dimana PDB dihitung dengan pendekatan pengeluaran, yaitu dengan cara

menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli produk perikanan yang

diproduksi selama periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan

dengan menghitung pengeluaranyang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan

ekonomi negara, yaitu: (1) Rumah tangga, (2) Pemerintah, (3) Pengeluaran investasi,

dan (4) selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (ekspor bersih).

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan PDB

Perikanan terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pengumpulan data primer dan

pengumpulan data skunder. Data primer didapat dari Survei Khusus yang diadakan

oleh Direktorat Neraca Produksi bekerjasama dengan Pusdatin KKP. sedangkan

data skunder didapat dari statistik perikanan tangkap dan budidaya KKP, statistik

perusahaan perikanan dari subdit statistik perikanan BPS, statistik industri besar dan

sedang BPS, statistik industri mikro dan kecil BPS.

Pada tahun 2017, target Pertumbuhan PDB Perikanan sebesar 8% yang

diharapkan produksi garam dapat mendukungnya. Capaian ini baru mencapai

74,37% dari target tahun 2017. sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 9. Target dan Realisasi IKU PDBTahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

PDB Perikanan 8 5,95 74,37

Sumber data: Pusdatin, KKP

Capaian ini baru mencapai 74,37 persen dari target tahun 2017.

Perekonomian subsektor perikanan s.d. triwulan IV 2017 tumbuh rata-rata sebesar

5,95 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata ekonomi Indonesia (5,07 persen)

dan sektor pertanian (3,42 persen). Untuk sektor perikanan dapat diketahui bahwa

pendapatan para pelaku usaha di bidang perikanan tangkap dan budidaya pada

triwulan IV-2016 ADHB mencapai Rp. 90,57 triliun dan ADHK 2010 mencapai Rp.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 24

57,79 triliun. Kontribusi perekonomian sektor perikanan triwulan IV-2017 terhadap

PDB ADHB sebesar 2,59 persen, kontribusi ini lebih tinggi daripada triwulan III-2016

(2,56 persen), dan triwulan II-2017 (2,53 persen) dan stabil dibandingkan total 2016

(2,56 persen). Kontribusi PDB sektor perikanan Indonesia ADHB triwulan IV-2017

terhadap PDB nasional menunjukkan adanya peningkatan nilai tambah yang

mencerminkan peningkatan income para pelaku subsektor kelautan dan perikanan

secara rata-rata pada triwulan IV-2017 dibandingkan triwulan III-2017, triwulan II-

2017 dan total 2016.

Laju pertumbuhan PDB perikanan triwulan IV-2017 (3,60 persen) lebih tinggi

daripada laju pertumbuhan PDB kelompok perikanan (1,79 persen) dan lebih rendah

daripada laju pertumbuhan PDB Nasional (5,19 persen). Laju pertumbuhan PDB

perikanan triwulan IV-2017 (3,60 persen) juga lebih tinggi daripada laju pertumbuhan

PDB perikanan triwulan IV-2016 (2,62 persen). Perekonomian perikanan tahun 2017

tumbuh sebesar 5,95 persen, pertumbuhan ini lebih tinggi daripada pertumbuhan

ekonomi Indonesia (5,07 persen) dan lebih tinggi daripada pertumbuhan sektor

pertanian 2017 (3,42 persen), Pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan

daya beli (purchasing power) dari para pelaku sektor kelautan dan perikanan

dibandingkan sektor lain pada kelompok pertanian, kehutanan, perikanan dan

nasional. Pertumbuhan sektor perikanan tahun 2017 menunjukkan bahwa sektor

perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya menunjukkan potensi

besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan perekonomian

subsektor perikanan triwulan IV 2017 disebabkan oleh meningkatnya produksi

perikanan tangkap dan perikanan budidaya triwulan IV 2017 sebesar 1,78 persen

dari triwulan III. Berikut tabel pertumbuhan PDB perikanan :

Tabel 10. Pertumbuhan PDB Perikanan

Sasaran Strategis 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Budidaya

IKU-2 Pertumbuhan PDB Perikanan

Realisasi 2016

2017 Kenaikan 2016-2017 (% /Tahun)

2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian 2017-2019

5,15 8 5,95 74,37 0,8 12 49,58

*Sumber data, BPS mengeluarkan data PDB Tahun 2017 di 5 Februari 2018

Dalam tiga tahun terakhir PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata-rata

nasional dan dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam

sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan

memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok

pertanian, maupun nasional. PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata-rata

nasional dan memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara

umum. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan memegang peranan

strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian, maupun

nasional.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 25

Dengan melihat faktor pendukung di atas, maka terlihat bahwa Ditjen PRL

tidak terkait langsung dengan indikator Pertumbuhan PDB Perikanan ini.

SS.2. Terwujudnya Kedaulatan dalam Pengelolaan SDKP

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Terwujudnya Kedaulatan dalam

pengelolaan SDKP, Ditjen PRL menjabarkannya dalam 2 (dua) Indikator kinerja,

yaitu Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen PRL dan Jumlah pulau

kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah (HAT). Capaian setiap indikator kinerja

utama untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis selama tahun 2017 adalah:

IKU 4. Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen PRL

Indikator kinerja Tingkat Kemandirian SKPT tanggung Jawab Ditjen PRL

merupakan indikator kinerja utama (IKU) Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau

Kecil untuk lokasi Kab. Morotai, Direktorat Jasa Kelautan untuk Lokasi Kabupaten

Talaud dan Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut di Kabupaten

Mentawai, IKU ini muncul pada tahun 2017 berkaitan dengan program pembangunan

sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) di pulau-pulau kecil dan/atau

kawasan perbatasan.

Target indikator kinerja adalah tingkat kemandirian SKPT mengalami

peningkatan untuk setiap lokasinya. Indikator Kenerja Tingkat Kemandiarian SKPT

dapat dibandingkan dengan standar nasional yaitu Renstra KKP Tahun 2015-2019

adalah target terbangunnya sarana dan prasarana di 25 pulau kecil hingga tahun

2019. Pada tahun 2017 sudah sesuai dengan renstra yaitu ditargetkan sebanyak 31

pulau.

Penilaian SKPT mandiri di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan

menggunakan beberapa kriteria, yaitu:

a. Aspek fisik.

b. Aspek ekonomi dan produksi.

c. Aspek kelembagaan.

d. Aspek sosial dan lingkungan.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 26

Tabel 11. Alat Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Mandiri di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan

Kriteria

Aspek Fisik Aspek Ekonomi

dan Produksi Aspek

Kelembagaan Aspek Sosial dan

Lingkungan

1. Sarana perikanan tangkap dan pengolahan (meliputi (pelabuhan perikanan, kapal perikanan, alat tangkap perikanan, cold storage, ABF, pabrik es, tempat pelelangan, APL);

2. Sarana perikanan budidaya dan pengolahan (meliputi balai benih ikan, karamba jaring apung, alat pengering rumput laut, pabrik chip);

3. Sarana jasa kelautan (meliputi jetty apung, tracking mangrove, mooring buoy, homestay);

4. Sarana pengelola SKPT (meliputi kantor syahbandar, kantor karantina, kantor pengawasan, dan kantor beacukai); dan

5. Sarana dan prasarana penunjang SKPT (meliputi runway, jalan, listrik, air bersih, SPDN/AFMS, dan mobil pendingin).

1. Peningkatan pendapatan nelayan/ pembudidaya;

2. Peningkatan produksi hasil perikanan;

3. Peningkatan nilai tambah pengolahan hasil perikanan;

4. Peningkatan ekspor hasil perikanan dan produk perikanan; dan

5. Akses kredit perbankan bagi nelayan/pembudi-daya.

1. Dokumen rencana induk (master plan) dan rencana bisnis (business plan) SKPT;

2. Kebijakan perencanaan (RPJMD) dan anggaran (APBD) dukungan pengembangan SKPT;

3. Sumberdaya manusia dan lembaga pengelola SKPT;

4. Kelembagaan usaha nelayan serta kemitraan; dan

5. Sistem perijinan dan ekspor hasil perikanan.

1. Kesadaran masyarakat untuk konsumsi ikan berkualitas baik di lokasi SKPT;

2. Kegiatan perikanan yang ramah lingkungan di lokasi SKPT;

3. Pemantauan dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan di lokasi SKPT;

4. Sistem pengelolaan limbah perikanan di PPI dan unit pengolahan nelayan (waste management) di lokasi SKPT; dan

5. Mitigasi bencana dan adaptasi dampak perubahan iklim di lokasi SKPT.

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil - Ditjen PRL

Data dan informasi yang digunakan untuk penilaian SKPT yang mandiri ini

diperoleh melalui data primer (pengamatan visual, observasi langsung, interview di

lokasi SKPT, laporan), data sekunder, dan focus group discussion (FGD).

Selanjutnya, untuk mengetahui status pengelolaan SKPT yang mandiri, maka

disusunlah instrumen penilaian status SKPT yang mandiri.

Tabel 12.Penilaian Status Pengelolaan Sentra Kelautan Dan Perikanan Terpadu (SKPT) Mandiri

Status Nilai Kategori

Pra Mandiri 1 0.25 Pra Persiapan

Pra Mandiri 2 ≥ 0.25 dan < 0.5 Persiapan

Pra Mandiri 3 ≥ 0.5 dan < 0.75 Terbangun

Pra Mandiri 4 ≥ 0.75 dan < 1 Terkelola

Mandiri 1 Terkelola Efektif

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 27

Berdasarkan penilaian status pengelolaan SKPT di 15 lokasi dengan

menggunakan empat kriteria pengukuran (aspek fisik, ekonomi dan produksi,

kelembagaan, serta sosial dan lingkungan) diperoleh capaian seperti pada gambar di

bawah ini.

Gambar 4. Status Capaian PSKPT Di 15 Lokasi Tahun 2016

Data dasar tingkat kemandirian SKPT berasal dari hasil pengukuran tingkat

kemandirian SKPT yang menjadi tanggung jawab Ditjen PRL. Pada tahun 2017,

target tingkat kemandirian SKPT sebesar 4 dengan capaian indikator kinerja utama

Tingkat kemandirian SKPT Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Target dan Realisasi IKU Tingkat Kemandirian SKPT tanggungjawab Ditjen PRL

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

SKPT Mentawai Level 4 Level 4 (0,76) 100

SKPT Morotai Level 4 Level 4 (0,84) 100

SKPT Talaud Level 3 Level 3 (0,64) 100

Rata-rata nilai kemandirian SKPT Ditjen PRL Level 4 Level 4 (0,75) 100

Sumber data:Pusdatin, KKP

Secara keseluruhan capaian tingkat kemandirian SKPT yang dikelola oleh

Ditjen PRL tercapai 100% pada masing-masing lokasi SKPT, namun secara

akumulasi dari tiga (3) lokasi SKPT yang dikelola oleh Direktorat Jenderal

Status Nilai Kategori

Pra Mandiri 1 0.25 Pra Persiapan

Pra Mandiri 2 ≥ 0.25 dan < 0.5 Persiapan

Pra Mandiri 3 ≥ 0.5 dan < 0.75 Terbangun

Pra Mandiri 4 ≥ 0.75 dan < 1 Terkelola

Mandiri 1 Terkelola Efektif

Simeulue (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.48

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.35

Aspek Kelembagaan 0.54

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.63

Nilai Rata-Rata 0.50

Natuna (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.65

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.45

Aspek Kelembagaan 0.71

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.58

Nilai Rata-Rata 0.60

Nunukan (Pra Mandiri 2)

Aspek Fisik 0.42

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.30

Aspek Kelembagaan 0.68

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.38

Nilai Rata-Rata 0.44

Sangihe (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.67

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.20

Aspek Kelembagaan 0.50

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.75

Nilai Rata-Rata 0.53

Talaud (Pra Mandiri 2)

Aspek Fisik 0.43

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.30

Aspek Kelembagaan 0.46

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.46

Nilai Rata-Rata 0.41

Sarmi (Pra Mandiri 2)

Aspek Fisik 0.40

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.30

Aspek Kelembagaan 0.61

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.46

Nilai Rata-Rata 0.44

Biak (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.62

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.45

Aspek Kelembagaan 0.50

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.42

Nilai Rata-Rata 0.50

Merauke (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.67

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.50

Aspek Kelembagaan 0.54

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.58

Nilai Rata-Rata 0.51

Mentawai (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.50

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.25

Aspek Kelembagaan 0.75

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.58

Nilai Rata-Rata 0.52

Morotai (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.74

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.30

Aspek Kelembagaan 0.82

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.50

Nilai Rata-Rata 0.59

MTB (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.61

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.40

Aspek Kelembagaan 0.75

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.58

Nilai Rata-Rata 0.59

MBD (Pra Mandiri 2)

Aspek Fisik 0.34

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.30

Aspek Kelembagaan 0.64

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.46

Nilai Rata-Rata 0.44

Rote (Pra Mandiri 2)

Aspek Fisik 0.26

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.25

Aspek Kelembagaan 0.36

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.42

Nilai Rata-Rata 0.32

Tual (Pra Mandiri 3)

Aspek Fisik 0.72

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.50

Aspek Kelembagaan 0.93

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.67

Nilai Rata-Rata 0.50

Mimika (Pra Mandiri 2)

Aspek Fisik 0.57

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.45

Aspek Kelembagaan 0.32

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.53

Nilai Rata-Rata 0.47

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 28

Pengelolaan Ruang Laut yaitu SKPT Mentawai, SKPT Morotai dan SKPT Talaud

capaian mencapai 100%, pada SKPT Talaud targetnya adalah level 3. Kesimpulan

perhitungan rata-rata nilai Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen PRL adalah

0,75 atau berada pada Level 4.

Pengelolaan SKPT ini merupakan tahun kedua, perbandingan dengan tahun

sebelumnya adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Perbandingan Tingkat Kemandirian SKPT tanggungjawab Ditjen PRL terhadap tahun sebelumnya

INDIKATOR KINERJA Realisasi

Tahun 2016

Realisasi

Tahun 2017 Ket

SKPT Mentawai Level 3 Level 4 Naik

SKPT Morotai Level 3 Level 4 Naik

SKPT Talaud Level 2 Level 3 Naik

Sumber data:Ditjen PRL, KKP

Pada tabel perbandingan pencapaian tingkat kemandirian SKPT di tiga lokasi

(SKPT Mentawai, SKPT Morotai dan SKPT Talaud) tahun 2017 terhadap tahun

sebelumnya 2016, masing-masing mengalami kenaikan sesuai target yang

diharapkan yaitu naik satu level, sesuai perhitungan Penilaian Status Pengelolaan

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Mandiri. Lebih rinci terkait capaian

SKPT di masing-masing lokasi sebagai berikut :

SKPT MENTAWAI

Target Kemandirian SKPT untuk tahun 2017 ini sebesar 4, dan realisasi

kinerja tahun 2017 ini sebesar 100 % yaitu level 4. Target IKU tahun 2016 level 3

dicapai dengan presentase 100% oleh Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil.

Pada tahun 2017 amanat pengembangan SKPT Mentawai di lakukan oleh Direktorat

Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut dengan Realisasi tahun 2017 sama

dengan realisasi pada tahun 2016 yaitu sebesar 100%.

Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai pengembangan

SKPT Mentawai hingga mencapai target di tahun ini antara lain:

1. Sekretariat SKPT Kabupaten Kepulauan Mentawai

2. Masterplan SKPT Kabupaten Kepulauan Mentawai

3. DED untuk kegiatan fisik

4. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 3B/PER-

DJPRL/2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembangunan Sentra

Kelautan dan Perikanan Terpadu Kabupaten Kepulauan Mentawai di Provinsi

Sumatera Barat Tahun 2017 tanggal 5 April 2017

5. Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 32/KEP-

DJPRL/2017 tentang Penerima Bantuan Pembangunan Sentra Kelautan dan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 29

Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Kepulauan Mentawai tanggal 1 Agustus

2017

6. Dukungan Kegiatan Penangkapan Ikan: (i) Pembangunan ice storage, kapasitas

30 ton, Pengadaan Portable Ice Storage, (ii) Pembangunan sistem air tawar

bersih (Kapasitas 180 m3/hari), (iii) Penimbunan dan pemasangan conblock

(Luas : 1.950 m2), (iv) Pembangunan kapal ikan 5 gt, alat tangkap gillnet : 15

unit, (v) Penataan kawasan pelabuhan (Listrik tenaga surya untuk JPU, gapura

SKPT, fas. Kebersihan), (vi) Mobil pick up, cool box 50 liter (172 buah) dan 1 ton,

(vii) Bimbingan Teknis Penangkapan dan Penanganan Pasca Penangkapan Ikan

masyarakat dan penyuluh,

7. Dukungan Kegiatan pembudidayaan ikan: (i) Pembangunan jaringan air tawar

(pipanisasi) ke BBIP) Jarak mata air ke bbip 1.2 km, (ii) Pengadaan genset 30

KVA (2 unit), pembangunan tempat genset, (iii) Pengadaan Pompa Air Laut dan

Instalasi, (iv) Bantuan benih ikan kerapu (32.000 ekor) alat pembersih jarring,

pakan dan obat-obatan untuk 10 kelompok, (v) Pengadaan KJA-HDPE (2 UNIT

@ 8 petak ukuran 4m x 4m, untuk pemeliharaan indukan), (vi) Pengadaan

speed boat, (vii) Pengadaan bak pendederan, (viii) Penataan Kawasan BBIP

(LTS untuk JPU, Gapura SKPT, Fas. Kebersihan, Perlengkapan Kantor,

Pemasangan Instalasi Jaringan Listrik di BBIP), (ix) Bimbingan Teknis Budidaya

Kerapu dan Pembenihan Kerapu bagi masyarakat dan penyuluh, (x) Magang

Staf BBIP Sikakap di BPBL Batam (10 orang) Berikut tabel penilaian status level

pengelolaan SKPT Mentawai

Berikut tabel penilaian status level pengelolaan SKPT Mentawai

Tabel 15. Penilaian status level pengelolaan SKPT Mentawai

Kriteria Pra Mandiri 4

Aspek Fisik 0.81

Aspek Produksi dan Ekonomi 0.50

Aspek Kelembagaan 0.86

Aspek Sosial dan Lingkungan 0.88

Nilai Rata-Rata 0.76

Gambar 5. Status Capaian PSKPT Mentawai

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 30

Keberhasilan dalam pencapaian target IKU dinilai berdasarkan form penilaian

pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan (SKPT) Mandiri yang di input oleh

manager site SKPT Mentawai, dimana aspek yang dinilai sesuai dengan parameter 4

aspek pengukuran. Dari parameter-parameter diatas yang dinilai (rincian pada

lampiran) SKPT Mentawai memperoleh nilai 0.76 yang merupakan nilai minimum

pada level pengelolaan pramandiri 4 atau terkelola. Faktor penunjang keberhasilan

pencapaian diraih dengan telah terselesaikannya pembangunan sarana prasarana

fisik, telah beroperasionalnya kegiatan produksi budidaya dan perikanan tangkap,

telah beroperasionalnya sarana penunjang SKPT seperti pangkalan BBM, mobil

operasional, akses jalan. Aspek sosial dan lingkungan seperti telah meningkatnya

kesadaran masyarakat untuk konsumsi ikan berkualitas baik, kegiatan perikanan

ramah lingkungan, pemantauan dan pengawasan sumberdaya perikanan serta

mitigasi bencana juga merupakan faktor penunjang peningkatan level pengelolaan

SKPT Mentawai.

Beberapa hal yang perlu di tingkatkan untuk pengelolaan SKPT Mentawai

antara lain dengan meningkatkan sarana pengawasan seperti kantor pengawas dan

peralatan penunjangnya, peningkatan produksi perikanan untuk ekspor, kemudahan

akses kredit perbankan bagi nelayan/pembudidaya, peningkatan sosialisasi system

perijinan dan ekspor hasil perikanan, serta pendampingan masyarakat dalam

pengelolaan limbah.

SKPT MOROTAI

Pembangunan SKPT Morotai memiliki beberapa tujuan yaitu: (i) meningkatkan

produksi ikan (ii) meningkatkan kualitas/mutu hasil perikanan melalui industrialisasi

perikanan agar dapat menciptakan nilai tambah, (iii) mendatangkan devisa negara

melalui ekspor hasil perikanan, (iv) meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor

perikanan, dan (v) meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi

nelayan serta pelaku usaha sektor perikanan.

Pembangunan sarana dan prasarana SKPT Morotai saat ini dilaksanakan di

Desa Daeo Majiko, Kec. Morotai Selatan, Kab. Pulau Morotai. Sarana dan prasarana

yang dimaksud meliputi pekerjaan tanah dan drainase, tanggul penahan pantai,

fasilitas tambat labuh, jaringan jalan, parkir, sistem penyediaan daya listrik, sarana

air bersih, IPAL, TPST, kios nelayan, TPI, ice flake machine, Masjid, workshop dan

areal perbaikan API, bangunan tambahan ICS dan CS. Waktu pelaksanaan

pekerjaan adalah 112 hari kalender yaitu dari tanggal 5 September s.d 25 Desember

2017. Realisasi pekerjaan sampai Triwulan IV (kemajuan fisik sampai dengan akhir

tahun 2017 sebesar 96,41%) adalah Sarana dan Prasarana PPI Daeo Majiko, Kapal

Penangkapan Ikan Ukuran <3 GT (90 unit), Kapal Penangkapan Ikan Ukuran 5 GT

(12 unit), Alat Penangkapan Ikan untuk kapal <3 GT (Handline) 90 unit, Alat

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 31

Penangkapan Ikan untuk kapal 5 GT (Rawai Dasar) 12 unit, mobil berpendingin roda

4 sebanyak 2 unit, motor roda 3 sebanyak 2 unit, Cool Box (220 L, 50 L dan 660 L).

Sampai dengan akhir tahun 2017 capaian fisik untuk pembangunan sarana

dan prasarana PPI Daeo Majika 96,41%. Hal ini disebabkan karena 1) permasalahan

status lahan pada saat awal pembangunan; 2) tertundanya kedatangan material

yang didatangkan dari luar morotai (seperti: kusen, rangka baja, atap multi roof, alat

ME, Ice Flake Machine, 2) Cuaca yang sulit terprediksi (sering hujan) menyulitkan

pelaksanaan pekerjaan; 3) kendala dalam mendatangkan material lokal (seperti: batu

kali dikarenakan lokasi pengambilan yang sulit diakses ketika terjadi hujan); dan 4)

ketersediaan sumber BBM untuk operasional genset. Pengadaan Kapal

Penangkapan Ikan Ukuran <3 GT (90 unit) dan Alat Penangkapan Ikan untuk kapal

<3 GT (Handline) mencapai 100% selesai. Pengadaan Kapal Penangkapan Ikan

Ukuran 5 GT (12 unit) dan Alat Penangkapan Ikan untuk kapal 5 GT (Rawai Dasar)

mencapai 100% selesai. Pengadaan mobil berpendingin roda 4 (2 unit) dan motor

roda 3 (2 unit) telah selesai 100%. Pengadaan Cool Box (220 L, 50 L dan 660 L)

sebanyak 211 unit telah terealisasi 100%.

Untuk target tingkat kemandirian SKPT Morotasi tahun 2017 sebesar 4

(empat). Dari penilaian efektifitas pengelolaan yang dilakukan pada SKPT Kab.

Morotai sampai dengan Triwulan IV dengan menilai rata-rata pencapaian kriteria

yang meliputi; (a) Aspek Fisik dengan nilai 0,87, (b) Aspek Produksi dan Ekonomi

dengan 0,75, (c) Aspek Kelembagaan dengan nilai 0,89, dan (d) Aspek Sosial dan

Lingkungan dengan nilai 0,83, sehingga didapatkan nilai rata-rata 0,84 sesuai Tabel

1 dibawah ini. Hal tersebut diartikan bahwa status SKPT Kab. Morotai berada pada

tingkat Pra Mandiri 4 atau kategori Terkelola.

Kategori Terkelola dalam penilaian status SKPT Mandiri menunjukkan bahwa

komponen-komponen sistem bisnis kelautan dan perikanan terpadu Kab. Morotai

sudah terbangun dan operasional dengan tingkat efektifitas di atas 75%. Hasil

penilaian efektifitas pengelolaan SKPT Kab. Morotai dapat dlihat pada tabel berikut:

Tabel 16. Penilaian status level pengelolaan SKPT Morotai

Kriteria Pra Mandiri 4

Aspek Fisik 0,87

Aspek Produksi dan Ekonomi 0,75

Aspek Kelembagaan 0,89

Aspek Sosial dan Lingkungan 0,83

Nilai Rata-Rata 0,84

STATUS SKPT : Pra Mandiri 4

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 32

Gambar 6. Status Capaian PSKPT Morotai

Gambar 7. PPI Daeo Majiko, Morotai 2017

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 33

Gambar 8. Kapal 5 GT

Gambar 9. Alat tangkap ikan, mobil dan motor.

SKPT TALAUD

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 34

Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten

Kepulauan Talaud (SKPT Talaud) merupakan salah satu program prioritas KKP

tahun 2015-2019 yang bertujuan untuk mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan

perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya

kelautan dan perikanan (khususnya perikanan tangkap) di kabupaten Kepulauan

Talaud secara berkelanjutan. Untuk tahun 2017, SKPT Talaud ditargetkan mencapai

tingkat kemandirian level 3. Dari hasil penilaian Status SKPT adalah Pra Mandiri 3

dengan nilai rata-rata 0,64 atau status menjadi pra mandiri (terbangun) dengan kata

lain target pra mandiri level 3 terpenuhi. Sementara realisasi hasil penilaian status

SKPT adalah Pra mandiri level 2 (persiapan). Nilai tingkat keberhasilan tersebut

diperoleh dari hasil pengukuran terhadap 4 aspek Indikator kemandirian

Pembangunan SKPT, yaitu fisik (sarana dan prasarana), produksi dan ekonomi,

kelembagaan, sosial dan lingkungan.

Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai pengembangan

SKPT Talaud hingga mencapai target di tahun 2017 antara lain:

1. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Nomor 3C/PER-

DJPRL/2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembangunan Sentra

Kelautan dan Perikanan Terpadu Kabupaten Kepulauan Talaud di Provinsi

Sulawesi UtaraTahun 2017 tanggal 5 April 2017

2. Sekretariat SKPT Kabupaten Kepulauan Talaud

3. Review Masterplan SKPT Kabupaten Kepulauan Talaud

4. Penyusunan DED untuk kegiatan Sarana dan Prasarana Pelabuhan

5. Penyusunan Dokumen Lingkungan

6. Penyusunan Baseline SKPT Talaud (Business Plan)

7. Keputusan Direktur Jasa Kelautan 61/DJPRL/X/2017 tanggal 20 Oktober 2017

tentang Penetapan Kelompok Penerima Bantuan Pemerintah Kapal

Penangkapan Ikan <5GT, Mesin Kapal Pengangkapan Ikan 15 HP beserta alat

penangkapan ikan dan bantuan Ice Flake Machine (IFM) kapasitas 1,5 ton dalam

rangka pembangunan SKPT di Kabupaten Kepulauan Talaud 2017 yang

disahkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

8. Dukungan Kegiatan : (i) Pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan

(Pekerjan persiapan, Jalan Kawasan, Fasilitas Tambat Kapal Kecil, Bangunan

Kios Nelayan, TPI, Utilitas Kawasan), (ii) Pengadaan Genset sejumlah 1 unit, (iii)

Pengadaan Kendaraan Pengangkut Ikan Berpendingin sejumlah 1 unit, (iv)

Pengadaan IFM kapasitas 2 ton sejumlah 2 unit , (v) Pengadaan Alat

Penangkapan Ikan sejumlah 60 paket, (vi) Pengadaan Kapal Penangkapan Ikan

< 5 GT sejumlah 60 unit, (vii) Pengadaan dan Pengiriman Mesin Kapal

Penangkapan Ikan 15 HP sejumlah 60 unit, (viii) Pengadaan Kendaraan Roda 3

sejumlah 2 unit, (ix) Pemasangan/Penyambungan Listrik PLN, (x) Pengadaan

Kendaraan Kendaraan Roda 4 sejumlah 1 unit, (xi) Bimbingan Teknis

(Pengelolaan Koperasi, Manajemen Usaha Kelautan dan Perikanan, Alat

Tangkap, Penanganan Hasil Perikanan dan Mesin Perikanan).

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 35

Berikut tabel penilaian status level pengelolaan SKPT Talaud :

Tabel 17. Penilaian status level pengelolaan SKPT Talaud

Kriteria Pra Mandiri 3

Aspek Fisik 0,75

Aspek Produksi dan Ekonomi 0,30

Aspek Kelembagaan 0,71

Aspek Sosial dan Lingkungan 0,71

Nilai Rata-Rata 0,64

Keberhasilan dalam pencapaian target IKU dinilai berdasarkan form penilaian

pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan (SKPT) Mandiri. Dari parameter-

parameter diatas yang dinilai (rincian pada lampiran) SKPT Talaud memperoleh nilai

realisasi 0.64 pada level pengelolaan pramandiri 3 atau terbangun. Faktor penunjang

keberhasilan pencapaian diraih dengan telah terselesaikannya pembangunan sarana

prasarana fisik, telah beroperasionalnya kegiatan perikanan tangkap (Kapal

Penangkapan ikan <5GT, Mesin kapal perikanan 15 HP dan Alat penangkapan ikan),

telah beroperasionalnya sarana penunjang SKPT seperti kendaraan roda 3,

kendaraan pengangkut ikan berpendingin, mobil operasional, dan akses jalan. Aspek

sosial dan lingkungan seperti telah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk

konsumsi ikan berkualitas baik, kegiatan perikanan ramah lingkungan, pemantauan

dan pengawasan sumberdaya perikanan serta mitigasi bencana juga merupakan

faktor penunjang peningkatan level pengelolaan SKPT Talaud.

Gambar 10. Status Capaian PSKPT Morotai

Berdasarkan diagram diatas ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan untuk

pengelolaan SKPT Talaud antara lain dengan meningkatkan produksi dan

produktivitas kegiatan penangkapan ikan, Peningkatan produksi perikanan untuk

ekspor, kemudahan akses kredit perbankan bagi nelayan/pembudidaya, peningkatan

sosialisasi system perijinan dan ekspor hasil perikanan, pendampingan masyarakat

dalam pengelolaan limbah serta pengelolaan Pelabuhan Perikanan (Kelembagaan).

0,00

0,25

0,50

0,75

1,00 Aspek Fisik

Aspek Produksi dan

Ekonomi

Aspek Kelembagaan

Aspek Sosial dan

Lingkungan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 36

IKU 5. Jumlah pulau kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah

(HAT)

Indikator Kinerja Utama pulau kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah

(HAT) merupakan IKU baru di tahun 2017, pada tahun sebelumnya yaitu 2015 dan

2016 tidak terdapat IKU tersebut. Target tahun 2017 sejumlah 37 pulau kecil memiliki

hak atas tanah, Indikator Kinerja Utama ini periode pelaporannya tahunan.

Indikator kinerja utama Jumlah Pulau Kecil/Terluar yang Memiliki Hak Atas

Tanah (HAT) adalah melakukan penataan pemanfaatan PPKT dengan tujuan untuk:

1) Menjaga kedaulatan Negara; 2) Melakukan Penataan aset Negara; 3)

Meningkatkan PNBP yang berasal dari pemanfaatan PPK/T; 4) Mempertahankan

budaya masyarakat hukum adat dan lokal di PPK/T; dan 5) Meningkatkan

kesejahteraan masyarakat PPK/T.

Tabel 18. Target dan Realisasi Jumlah pulau kecil / terluar yang memiliki Hak Atas Tanah (HAT)

No IK

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

1 Jumlah pulau kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah (HAT) (pulau)

37 37 100

Capaian kinerja indikator kinerja utama Jumlah pulau kecil/terluar yang

memiliki Hak Atas Tanah (HAT) pada tahun 2017 sebagaimana pada tabel di atas,

menunjukkan bahwa capaian tahun 2017 tercapai 100%, dengan Menginventarisir

dan menjumlahkan dokumen pra sertifikasi atas PPK/T yang diajukan ke K/L terkait

(Kementerian ATR) untuk memperoleh Hak Atas Tanah sampai dengan dokumen

Alas Hak, dimana dokumen alas hak sebagai dasar pengajuan sertifikat, proses pra-

sertifikasi yang telah dilakukan di 37 pulau yaitu P. Tokongmalangbiru, P. Damar, P.

Tokongnanas, P. Tokongbelayar, P. Manuk (Nusamanuk), P. Batukolotok, P.

Simeulu Cut, P. Malangberdaun, P. Berakit, P. Mangudu, P. Kei Besar (Nuhu Yut), P.

Lingayan (Lingian), P. Salando, P. Lumpur Sidoarjo (Lusi), P. Salaut Besar, P.

Sambit, P. Marampit, P. Intata, P. Yiew Besar (Jiew Besar), P. Moff (Budd), P. Raya,

P. Rusa, P. Rondo, P. Berhala, P. Pelampong, P. Batuberantai, P. Putri (Nongsa), P.

Fani, P. Bras, P. Batek, P. Dana, P. Mangkai, P. Sekatung, P. Sebetul. Dokumen

yang dihasilkan di tahun 2017 ini adalah: (i) Dokumen Hasil Survey, (ii) Dokumen

proposal dan peta dan (iii) Dokumen Alas Hak.

Rangkaian kegiatan Fasilitasi Hak Atas Tanah meliputi:

1) Persiapan. Proses ini meliputi kegiatan Penyelesaian Pembuatan Peta

Status Pertahanan di 37 Pulau (Data SHP Peta Ke BPN, Citra Satelit Pulau Ke

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 37

Lapan), Audiensi Pengecekan Update Status Kawasan Hutan 111 PPKT Ke KLHK,

Audiensi Tata Cara dan Persyaratan Pengajuan Hak Pakai dan Hak Pengelolaan

Lahan Pulau BPN, Pengecekan Update Status Penguasaan Pemilikan Pemanfaatan

Penggunaan Tanah di 111 PPKT, Penyusunan Draft SK MKP Tim Kerja Penataan

dan Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Terluar, Penyusunan Proposal rencana

Pengunaan/Pemanfaatan Tanah di 38 PPKT dan Rapat Koordinasi Teknis Tim Kerja

Penataan Pemanfaatan PPKT;

2) Pelaksanaan workshop. Pelaksanaan Workshop Regional Penataan

Pemanfaatan PPKT dilaksanakan di Batam, Manado, Sorong dan Bali. Hasil

workshop tersebut adalah tersusunnya laporan dan rekomendasi hasil workshop,

penyempurnaan dokumen persyaratan sertifikasi dan rencana pemanfaatan PPKT;

3) Proses Pengajuan Hak Pengelolaan Atau Hak Pakai Atas Tanah.

Proses pengajuan hak pengelolaan atau hak pakai atas tanah tersebut memiliki

beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Melakukan pertemuan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, Kantor

Pertanahan/BPN Kabupaten/Kota, Camat, dan Kepala Desa;

b. Melakukan survey untuk penyusunan proposal/rencana penggunaan tanah, peta

bidang tanah, dan profil PPKT;

c. Mendapatkan alas hak sebagai dasar pengajuan sertipikat HP/HPL dari Desa

berupa Surat Keterangan Riwayat Tanah, Surat Penguasaan Tanah Sporadik,

Surat Pernyataan hibah dari masyarakat atau Surat Pelepasan Hak dari

masyarakat adat, untuk lokasi yang sebelumnya telah ada penguasaan/pemilikan

tanah adat di pulau kecil tersebut;

d. Melengkapi berkas persyaratan pengajuan HP/HPL kepada Kantor Pertanahan,

antara lain: Surat Keterangan Nomor Objek Pajak ke Badan Keuangan Daerah,

Surat Penetapan Lokasi atau Surat Penunjukan Penggunaan Tanah kepada

Bupati/Walikota dan Surat Pernyataan Aset KKP;

e. Pengecekan fisik bidang tanah, pemasangan patok tanda batas tanah dan

pengukuran bidang tanah bersama dengan Tim dari Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota, Kepala Desa, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan saksi-saksi;

f. Melakukan pembayaran PNBP pengukuran, pemetaan bidang tanah,

pemeriksaan tanah melalui SIMPONI berdasarkan Surat Perintah Setor dari

Kantor Pertanahan.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 38

Gambar 11. Tahapan sertifikasi pulau-pulau kecil

Progres pengajuan Hak Pengelolaan Atau Hak Pakai Atas Tanah hingga akhir tahun

2017 dapat disampaikan sebagai berikut:

Telah dilakukan koordinasi dengan Pemda, BPN serta Desa dan survei

penyusunan proposal serta peta di 41 pulau dimana 37 pulau merupakan target

utama IKU tahun 2017 dan 4 pulau merupakan lokasi tambahan. Untuk proses

ini sudah terealisasi 100% di 37 pulau

Alas Hak (dasar permohonan). Alas hak merupakan dasar permohonan berupa

Surat Keterangan Riwayat Tanah (SKRT)/Surat Pernyataan Hibah/Surat

Pernyataan Pelepasan Hak/Surat Penyerahan Tanah/Berita Acara Persetujuan

Sertifikasi yang dikeluarkan oleh Desa/Kepala Desa/Adat/Masyarakat. Untuk

proses ini sudah terealisasi di 33 pulau atau sekitar 89,19%

Proses pemasangan patok/tanda batas sudah dilaksanakan di 15 pulau

sedangkan 22 pulau belum terpasang patok/tanda batas. Untuk proses ini sudah

terealisasi 40,54%.

Proses pengukuran bidang tanah sudah dilaksanakan di 12 pulau sedangkan 25

pulau belum dilaksanakan pengukuran. Untuk proses ini sudah terealisasi

32,43%

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 39

Pembayaran PNBP/Penerbitan SPS sudah dilaksanakan di 14 pulau sedangkan

23 pulau belum dilaksanakan. Untuk proses ini sudah terealisasi 37,84%.

14 pulau sedang dalam proses pemberian hak sedangkan sedangkan 23 pulau

belum dilaksanakan. Untuk proses ini sudah terealisasi 37,84%.

Dari semua proses rangkaian kegiatan Fasilitasi Hak Atas Tanah di 37 pulau

sebagaimana tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan sertifikasi sampai

dengan akhir tahun 2017 mencapai 86,50%. Beberapa kendala yang dihadapi di

lapangan sehingga menghambat proses pengajuan Hak Pengelolaan Atau Hak

Pakai Atas Tanah tersebut, yaitu:

a. kondisi cuaca dan gelombang ekstrim pada sebagian wilayah perairan Indonesia

pada bulan Oktober-Desember;

b. beberapa PPKT telah dikuasai oleh masyarakat lokal/masyarakat adat sehingga

membutuhkan tahapan/proses lebih lama untuk mendapatkan alas hak;

c. persyaratan berupa Surat Penetapan Lokasi/Surat Penunjukan Penggunaan

Tanah, dan Surat Keterangan Nomor Objek Pajak dari Gubernur/Bupati

memerlukan waktu dan proses lebih lanjut, antara lain rapat koordinasi lintas

sektor di daerah;

d. beberapa PPKT yang telah digunakan sebagai Pos TNI Angkatan Laut/Distrik

Navigasi Kemhub membutuhkan kesepakatan dan rapat koordinasi lanjutan

terkait delineasi batas tanah untuk disertipikatkan atas nama KKP (P. Berhala, P.

Rondo);

e. beberapa pulau kecil masuk dalam Kawasan Hutan yang ditetapkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sehingga tidak dapat

dimohonkan Hak Atas Tanahnya.

Gambar 12. Pelaksanaan kegiatan ha katas tanah

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 40

SS.3. Terwujudnya Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan yang partisipatif, bertanggungjawab dan

berkelanjutan

Dalam upaya mencapai sasaran strategis Terwujudnya Pengelolaan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang Partisipatif, Bertanggung Jawab dan

Berkelanjutan, capaian diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama: (1) Produksi

Garam Nasional, (2) Jumlah Luas Kawasan Konservasi, (3) Jumlah Jasa Kelautan

yang Dikelola untuk Pengembangan Ekonomi, (4) Jumlah Masyarakat Hukum Adat,

Tradisional dan Lokal di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang Direvitalisasi, (5)

Jumlah Kawasan Konservasi Perairan yang Meningkat Kualitas Pengelolaan

Efektifnya, (6) Jumlah Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Rusak yang Pulih

Kembali, (7) Jumlah Perairan Laut Antar Wilayah yang Memiliki Dokumen Rencana

Zonasi Kawasan Laut, (8) Jumlah Kawasan Wisata Bahari yang Dikembangkan, dan

(9) Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah Lingkup Ditjen Pengelolaan Ruang Laut.

Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai

berikut:

IKU 6. Produksi Garam Nasional (juta ton)

Produksi Garam nasional adalah garam yang dihasilkan oleh petambak garam

rakyat dan PT. Garam selama panen garam atau musim produksi tahun 2017. Target

tahun 2017 adalah 3,8 juta ton yang terdiri atas 3,2 juta ton garam rakyat dan 0,6 juta

ton hasil dari PT. Garam. Pendataan jumlah produksi garam nasional berasal dari

data produksi garam rakyat Kabupaten/Kota yang mendapatkan program PUGAR

(15 Kabupaten/Kota), Non PUGAR (36 Kabupaten/Kota), dan PT. Garam. Metodologi

Pendataan Garam disusun oleh KKP bersama BPS sedangkan Pengumpulan dan

Validasi Data dilakukan oleh Dinas Kabupaten/Kota.

Gambar 13. Alur proses menuju swasembada garam rakyat

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 41

Target jumlah produksi garam rakyat yang dihasilkan berdasarkan Dokumen

Penetapan Kinerja Tahun 2017 adalah sebesar 3,8 juta ton. Karena cuaca di daerah

- daerah penghasil garam terjadi musim kemarau yang pendek, maka hingga akhir

masa produksi 2017 menghasilkan 1.111.394,950 ton (tercapai hanya 29,25% dari

target).

Tabel 19. Target dan Realisasi Produksi Garam Rakyat

No IKU

Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir

Capaian (%)

5 Jumlah Produksi Garam Rakyat (juta ton) 3,8 1.1 29,25%

Hasil produksi 1.111.394,950 ton terdiri dari produksi PUGAR 786.917,244

ton, Non PUGAR 130.181,705 ton dan PT. Garam 194.296,000 ton merupakan hasil

sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) di 51 kabupaten pada 10

provinsi. Jumlah produksi garam dari setiap kabupaten/kota adalah sebagaimana

terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 20. Jumlah produksi garam (ton) tahun 2017

KABUPATEN PRODUKSI 2017 (Ton)

KABUPATEN PRODUKSI 2017 (Ton)

KABUPATEN PRODUKSI 2017 (Ton)

1. Aceh Timur 622,882 2. Tuban 12,080,525 3. Kota Bima 671,394

4. Aceh Besar 414,782 5. Lamongan 13,245,230 6. Sumba Timur 259,727

7. Pidie 7,764,368 8. Gresik 3,646,691 9. Kupang 868,676

10. Bireuen 6,454,141 11. Bangkalan 3,352,956 12. TTU 224,467

13. Aceh Utara 1,342,237 14. Sampang 110,343,026 15. Alor 6,725

16. Pidie Jaya

676,368 17. Pamekasan 40,613,458 18. Lembata 2,334,331

19. Cirebon 47,885,098 20. Sumenep 126,662,208 21. Flores Timur 172,371

22. Indramayu 97,820,385 23. Pasuruan 2,731,720 24. Ende 411,777

25. Karawang 3,354,534 26. Kota Surabaya 17,687,130 27. Manggarai 643,393

28. Rembang 76,486,928 29. Klungkung

9,060 30. Rote Ndao 15,030

31. Pati 115,949,954 32. Karang Asem

358,269 33. Nagekeo 1,373,033

34. Jepara 12,579,607 35. Buleleng 4,572,880 36. Palu 597,680

37. Demak 40,304,677 38. Lombok Barat 257,812 39. Selayar 113,125

40. Brebes 10,433,692 41. Lombok

Tengah 3,480,434 42. Jeneponto 5,664,823

43. Probolinggo 15,832,080 44. Lombok Timur 4,183,849 45. Takalar 4,872,972

46. Pasuruan 14,427,384 47. Sumbawa 2,029,534 48. Pangkep 8,088,192

49. Sidoarjo 11,989,996 50. Bima 80,470,371 51. Pohuwato 716,965

Total 917,098,950 Ton

PT. Garam 194,296,000 Ton

Total Produksi 1.111.394,950 Ton

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 42

Jika dibandingkan dengan jumlah produksi garam tahun 2015 mendapat 2,91

juta ton, tahun 2016 turun hanya menjadi sebesar 0,118 juta ton dan jumlah

produksi garam tahun 2017 sebesar 1,11 juta ton, serta realisasi terhadap target

jangka menengah (2019) dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 21. Perbandingan realisasi Jumlah produksi garam terhadap realisasi tahun-tahun

sebelumnya dan prosentase terhadap target jangka menengah (2019)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2015

REALISASI

2016

REALISASI

2017

TARGET

JANGKA

MENENGAH

Produksi Garam (Juta ton) 2,91 0,118 1,11 4,5

Realisasi capaian jumlah produksi garam tahun ini lebih besar jika

dibandingkan dengan capaian jumlah jumlah produksi garam tahun sebelumnya

(2016), dimana pada tahun 2016 PUGaR hanya mampu menghasilkan garam

sebanyak 0,118 juta ton dari jumlah yang ditargetkan sebanyak 3,6 juta ton atau

hanya sebanyak 3,9%. Kecilnya pencapaian jumlah produksi garam pada tahun 2017

(28,95%) ini diakibatkan terjadinya kemarau pendek akibat lebih cepatnya perkiraan

BMKG hujan akan kembali turun di tahun 2017.

Kendala Penghambat Capaian Kinerja musim kemarau yg bergeser tidak

sesuai dengan prediksi, tahun 2017 ini musim kemarau lebih sedikit masanya

dibandingkan musim penghujan dan hal ini didukung data dari BMKG pada bulan

September, berikut press realase BMKG :

Jakarta, (7/9). Jika dibandingkan tahun 2016, di tahun 2017, sebagian wilayah

Indonesia lebih kering dan lebih basah dibandingkan tahun 2015. Sesuai dengan rilis

yang telah dilakukan BMKG pada Maret 2017, sebanyak 85% wilayah Zona Musim

Indonesia telah memasuki musim kemarau pada awal September 2017. Sementara

berdasarkan pantauan Hari Tanpa Hujan bahwa beberapa tempat di Jawa hingga

NTT telah mengalami Hari tanpa Hujan berturut-turut selama lebih dari 60 hari.

Bahkan di beberapa tempat di Jawa Timur, NTB, NTT mengalami Hari Tanpa Hujan

lebih dari 100 hari. Hal ini diutarakan Deputi Bidang Klimatologi, Prabowo R. Mulyono

di depan media massa saat kegiatan jumpa pers awal musim hujan 2017/2018 kamis

sore di BMKG Pusat.

Lebih lanjut Prabowo mengutarakan bahwa pada bulan ini, sebagian besar pulau

Jawa bisa dikatakan sedang mengalami puncak musim kemarau, dan akan masuk

awal musim hujan pada Oktober-November 2017. "Saat ini sekitar 86% wilayah

Indonesia sudah masuk musim kemarau, sedangkan 14% masih banyak terjadi

hujan. "Beberapa wilayah seperti Sumatera bagian selatan, Sumatera Selatan,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan bagian Selatan, Jawa bagian

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 43

Tengah, Jawa Tengah, Jawa bagian Timur, Jawa Timur, dan Papua memasuki awal

musim hujan Oktober-November 2017" tambah Prabowo.

Menjawab beberapa pertanyaan yang muncul di tengah-tengah masyarakat kapan

wilayah Indonesia masuk awal musim hujan dan mengalami puncak musim hujan?,

Prabowo menuturkan bahwa Awal Musim Hujan 2017/18 di sebagian besar daerah

diprakirakan mulai akhir Oktober - November 2017 sebanyak 260 ZOM (76.0%)

dan mengalami puncak musim hujan pada Desember 2017-Februari 2018.

Solusi yang telah dilakukan untuk mengatasi penurunan produksi akibat

musim kemarau yang pendek adalah manajemen lahan dengan sistem integrasi

lahan. Integrasi lahan adalah kegiatan untuk mengkonsolidasikan/menggabungkan

lahan dalam satu kesatuan proses produksi. Prinsip utama dalam konsep lahan

integrasi adalah untuk mensinergikan kegiatan produksi bahan baku, pengolahan

dan pemasaran dalam satu rangkaian kegiatan besar dalam satu kawasan guna

mendapatkan peningkatan nilai tambah produk garam. Peningkatan nilai tambah

tersebut akan mendapatkan hasil keuntungan usaha petambak garam rakyat. Berikut

alur proses Integrasi penggaraman:

Gambar 14. Alur proses Integrasi pergaraman

Adanya integrasi lahan diharapkan produksi bisa meningkat minimal 2x lipat

dibandingkan dengan apabila lahan dikerjakan masing-masing petambak, dengan

catatan mulai produksi tidak terlambat. Berikut disampaikan analisis perbandingan

produktivitas dan kelayakan usaha antara tambak tradisional dengan sistem integrasi

lahan :

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 44

Tabel 22. Analisis perbandingan produktivitas dan kelayakan usaha antara tambak tradisional dengan sistem integrasi lahan

No. Uraian Tambak Tradisional

Integrasi Lahan

1 Kapasitas efektif pekerja 43 30

2 Efisiensi tenaga kerja 50 98

3 Biaya investasi dalam 15 Ha 632.775.000 357.045.000

4 Biaya tetap dalam 15 Ha 364.205.000 238.904.000

5 Biaya tidak tetap dalam 15 Ha 248.250.000 216.899.500

6 Total biaya dalam 15 Ha 612.455.000 455.803.500

7 Persentase perbandingan biaya dalam 15 Ha (%)

134 0

8 Produksi/Ha 63.600 113.636

9 Produksi dalam 15 Ha 954.000 1.704.545

10 Efisiensi Produksi (%) 100 178,67

11 Penerimaan usaha dalam 15 Ha (asumsi harga Rp. 1.000/kg)

954.000.000 1.704.545.455

12 Keuntungan bersih 341.545.000 1.248.741.955

13 Persentase peningkatan keuntungan 365,62

14 R/C Ratio 1,56 3,74

Dari tabel diatas terlihat bahwa produksi garam di lahan integrasi lebih besar

178% dibandingkan dengan tambak tradisional. Hal ini juga berbanding lurus dengan

keuntungan usaha yang meningkat hingga 3x lipat. Produksi garam di lahan integrasi

sudah menggunakan geomembran/geo-isolator sehingga kualitas garamnya akan

lebih baik. Target produksi garam nasional pada tahun 2017 sebesar 3,8 jt ton,

sedangkan realisasi hanya 1,1 jt ton. Produksi garam nasional pada tahun 2017

mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2016,

yaitu sebesar 884%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2017 musim kemarau lebih

lama sehingga masa produksi relatif lebih panjang.

Realiasi anggaran PUGaR tahun 2017 mencapai Rp. 58.976.952.215,- dari

total anggaran Rp. 63.200.000.000,- atau 93,32%, yang terdiri dari anggaran pusat,

APBN-P, dan Tugas Pembantuan (TP) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 23. Analisis perbandingan produktivitas dan kelayakan usaha antara tambak tradisional dengan sistem integrasi lahan

Sumber Anggaran Total Anggaran Realisasi Sisa %

Realisasi

Swakelola 6.150.000.000 5.066.538.097 1.083.461.903 82,38

APBN-P 18.500.000.000 17.735.094.118 764.905.882 95,87

Tugas Pembantuan 38.550.000.000 36.175.320.000 2.374.680.000 93,84

Total 63.200.000.000 58.976.952.215 4.223.047.785 93,32

Realisasi anggaran total tahun 2017 sebesar 93,32% dapat dikatakan cukup

baik dan mampu meningkatkan hasil produksi garam rakyat terutama melalui

program integrasi lahan pergaraman, meskipun di beberapa daerah belum

berproduksi optimal karena keterlambatan pengerjaan lahan. Program integrasi

lahan melalui dana TP bisa terserap hingga 93,84%. Hal ini berarti secara fisik lahan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 45

sudah terintegrasi dengan baik, hanya produksi garamnya belum mampu memenuhi

target karena hujan mulai turun saat lahan selesai diintegrasikan. Permasalahan ini

menjadi bahan evaluasi agar di tahun berikutnya pengerjaan lahan integrasi bisa

lebih awal dan lebih cepat agar disaat puncak musim kemarau bisa berproduksi

secara maksimal.

Kendala lain yang dihadapi adalah belum siapnya petambak dengan program

integrasi lahan. Penyatuan lahan dari beberapa pemilik dan ketidakpastian

pembagian hasil panen sedikit menghambat operasional integrasi lahan. Solusinya

adalah pendampingan yang intensif baik dari Pemerintah maupun Pemerintah

Daerah mulai dari pengerjaan lahan, sistem produksi garam, pemanenan,

pembagian hasil panen, hingga pemasaran hasil produksi.

Selain dengan program integrasi lahan, upaya peningkatan produksi dilakukan

melalui pengadaan sarana pendukung usaha garam rakyat dengan dana APBN-P,

Gambar 15. Validasi calon integrasi lahan pergaraman

Gambar 16. Contoh peta integrasi lahan di Kab. Bima, Prov. NTB

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 46

yang terdiri atas: (1). Excavator sebanyak 15 unit; (2). Truk pengangkut garam

sebanyak 12 unit; (3). Motor roda 3 pengangkut garam sebanyak 46 unit; dan (4).

Alat uji mutu garam sebanyak 6 unit. Adapun penerima bantuan sarana pendukung

usaha garam tahun 2017, adalah:

Tabel 24. Sarana pendukung usaha garam rakyat dana APBN-P 2017

No Kabupaten Nama Koperasi Jenis Bantuan Vol

1 Cirebon Koperasi Garam Rakyat Muara Djati

Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 3 unit

Alat Uji Mutu Garam 1 unit

2 Indramayu Koperasi Mina Garam Rejeki Agung

Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 4 unit

Alat Uji Mutu Garam 1 unit

3 Brebes

Koperasi Mutiara Fajar Harapan

Excavator Mini 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 3 unit

Koperasi Garam Mutiara Bahari

Truk Pengangkut Garam 1 unit

4 Demak

Koperasi Garam Laut Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 3 unit

5 Pati Koperasi Mutiara Laut Mandiri

Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 4 unit

Alat Uji Mutu Garam 1 unit

6 Rembang Koperasi Guyup Rukun Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 1 unit

Koperasi Sari Makmur Kendaraan Roda Tiga 3 unit

7 Tuban Koperasi Ronggolawe Makmur

Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 47

No Kabupaten Nama Koperasi Jenis Bantuan Vol

Kendaraan Roda Tiga 3 unit

8 Lamongan Koperasi Garam Lamongan Excavator Mini 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 3 unit

9 Sampang

Koperasi Maju Bersama Excavator Mini 1 unit

Koperasi Syirkah Mu’awanah

Truk Pengangkut Garam 1 unit

10 Pamekasan KUD. Karya Sakti Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 4 unit

Alat Uji Mutu Garam 1 unit

11 Sumenep Koperasi Semangat Karya Muda

Excavator Mini 1 unit

Koperasi Sumber Asri Sejahtera

Kendaraan Roda Tiga 3 unit

12 Pangkajene Kepulauan

Koperasi Mappatuwo Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 4 unit

Alat Uji Mutu Garam 1 unit

13 Jeneponto Koppas Utama Excavator Mini 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 4 unit

14 Bima Koperasi Nusa Larity Jaya Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Kendaraan Roda Tiga 4 unit

Alat Uji Mutu Garam 1 unit

15 Kupang Koperasi Mitra Usaha Bipolo Excavator Mini 1 unit

Truk Pengangkut Garam 1 unit

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 48

Melalui dana APBN-P pula dibuat demplot produksi garam di Kabupaten

Indramayu. Demonstrasi plot (demplot) garam adalah salah satu teknologi

pengolahan air laut menjadi garam dan produk sampingan lainnya. Air laut tidak

hanya mengandung NaCl, tetapi juga terdiri dari puluhan senyawa kimia lainnya yang

memiliki nilai jual tinggi. Pembuatan garam dengan sistem Bestekin diharapkan

mampu menjawab tantangan akan kekurangan garam akibat anomali cuaca karena

produksi garam memakan waktu yang cukup singkat. Mulai dari air tua yang

disalurkan ke meja garam hingga panen memakan waktu kurang dari 1 hari apabila

panas terik dengan kualitas garam yang sangat baik yaitu NaCl >95% atas dasar

berat kering.

IKU 7. Jumlah luas kawasan konservasi (jt Ha)

Indikator Kinerja Utama Jumlah Luas Kawasan Konservasi merupakan luas

kawasan konservasi yang dikelola dan dimanfaatkan selama tahun 2017.

Penghitungan target dilakukan dengan menjumlahkan luas kawasan konservasi

Gambar 17. Bantuan sarana pendukung usaha garam rakyat

Gambar 18. Produksi garam dengan sistem Bestekin

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 49

tahun 2016 dan luas kawasan konservasi baru pada tahun 2017. Data penghitungan

diperoleh dari Direktorat Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut dan

Pemerintah Daerah. Target luas kawasan konservasi pada tahun 2017 sejumlah 18,6

juta ha dan target tahun 2019 adalah 20 juta ha. Target luas kawasan konservasi

mengalami peningkatan setiap tahunnya dibandingkan target tahun 2015 (16,5 juta

ha) dan tahun 2016 (17,9 juta ha).

Target luasan Kawasan Konservasi Perairan di tahun 2017 sebesar 18.6 juta

Ha dengan realisasi sebesar 19.144 juta ha atau sebesar 163% dari target.

Perbandingan target dan realisasi indikator kinerja Jumlah luas kawasan konservasi

mulai tahun 2015 sampai tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Tabel 25. Perbandingan realisasi Jumlah luas kawasan konservasi terhadap realisasi tahun-

tahun sebelumnya dan prosentase terhadap target jangka menengah (2019)

Indikator Kinerja Tahun Target Realisasi Persentase

Jumlah

Luas Kawasan Konservasi

(juta Ha)

2015 16.5 17.3 104%

2016 17.9 18.6 103%

2017 18.6 19.11 102%

2019 20 - -

Persentase capaian kinerja luas kawasan Konservasi Perairan dari tahun

2015 lebih dari 100%. Pencapaian tahun 2017 melebihi target yang dicanangkan di

dalam renstra KKP yang diturunkan kedalam renstra Dirjen PRL sebesar 18.6 juta

Ha. Pencapaian kinerja ini merupakan akumulasi luas kawasan Konservasi dari

tahun sebelumnya di tambahkan dengan penambahan luas kawasan Konservasi

perairan yang dicadangkan pada tahun 2017 sebesar 1.179.342 ha. Penambahan

kawasan yang dicadangkan berada pada Provinsi Sulut, Sulteng, Kalbar, Bali,

Sumbar dan Sulbar. Berikut tabel kawasan Konservasi perairan di Indonesia hingga

tahun 2017:

Tabel 26. Kawasan Konservasi perairan di Indonesia hingga tahun 2017

No Kawasan Konservasi Jumlah

Kawasan Luas (Ha) Ketrangan

A Dikelola KLHK 32 4,694,947.55

1 Taman Nasional Laut 7 4,043,541.30 DKI, Jateng, Sulteng, Sulsel,

Sultera, Papua

2 Taman Wisata Alam Laut 14 491,248.00 Maluku(3), Sultera(2),

Kaltim(1), NTT(3), NTB(2), Banten(1), Aceh(2)

3 Suaka Margasatwa Laut 5 5,678.25 DKI, Jabar, Kaltim, Pabar(2)

4 Cagar Alam Laut 6 154,480.00 Lampung, Jabar(2), NTT,

Kalbar, Pabar

B Dikelola KKP dan PEMDA

140 14,449,746.73

5 Taman Nasional Perairan 1 3,355,352.82 Nusa Tenggara Timur

6 Suaka Alam Perairan 3 445,630.00 Maluku, Pabar(2)

7 Taman Wisata Perairan 6 1,541,040.20 Sumbar, Kepri, NTB, Sultera,

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 50

No Kawasan Konservasi Jumlah

Kawasan Luas (Ha) Ketrangan

Maluku, Papua

8 Kawasan Konservasi Daerah

130 9,107,723.71

Aceh(4), Sumut(4), Sumbar(9), Riau(1),

Bengkulu(3), Jambi(2), Lampung(3), Babel(5),

Kepri(5), Jabar(3), Jateng(6), DIY(2), Jatim(4), Banten(1),

Bali(4), NTB(9), NTT(4), Kalbar(4), Kaltim(2), Kalteng(1), Kalsel(2), Kaltara(3), Sulut(6),

Gorontalo(3), Sulteng(7), Sulsel(5), Sultera(10), Sulbar(3), Maluku(6),

Malut(5), Pabar(3), Papua(1)

Jumlah Total 172 19,144,694.28

Kegiatan pendukung keberhasilan pencapaian target 2017 adalah Identifikasi

Potensi Calon Kawasan Konservasi Perairan dan Penetapan Kawasan Konservasi

Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dengan anggaran yang terbatas, Direktorat

KKHL sebagai penanggung jawan IKU berupaya mengoptimalkan kerjasama dengan

stakeholders terkait seperti akademisi, NGO, masyarakat, pemerintah kabupaten dan

Pemerintah Provinsi untuk meningkatkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan

luasan kawasan Konservasi perairan di Indonesia untuk mencapai target 20 Juta Ha.

Dari realisasi anggaran Konservasi Perlindungan dan Pemanfaatan Kawasan

Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut yang 79.58%, dengan tidak dapat

dimanfaatkannya dana yang berasal dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)

COREMAP- CTI maka capaian kinerja jumlah luas kawasan Konservasi sebesar

102% ini masih bisa dikatakan efisien. Tentu saja jika realisasi anggaran bisa

dimaksimalkan, maka hasil yang didapat bisa dan sangat mungkin akan lebih baik.

Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan kinerja adalah

pelaksanaannya identifikasi potensi dan pencadangan kawasan, mensyaratkan

adanya usulan inisiatif, data potensi kawasan serta hasil diskusi dengan masyarakat

dan stakeholders terkait. Implikasi dari pencadangan adalah pemerintah daerah dan

pusat harus menyiapkan Personil, Pendanaan, Prasarana dan Sarana, serta

pemberdayaan masyarakat yang diharapkan akan memperbaiki dan menjaga kondisi

sumberdaya ekosistem kawasan yang dijadikan kawasan konservasi .

Program yang sangat erat dengan capaian luas kawasan konservasi adalah

identifikasi potensi calon kawasan Konservasi perairan dan Penetapan Kawasan

Konservasi Perairan, merupakan salah satu Program Perlindungan dan Pelestarian

Sumberdaya Hayati laut yang dilaksanakan oleh Kementerian Kelautan dan

Perikanan cq Ditjen Pengelolaan Ruang Laut sebagai salah satu IKU Menteri

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 51

Kelautan dan Perikanan guna mencapai penambahan luas kawasan Konservasi

perairan hingga 20 juta ha pada tahun 2019.

IKU 8. Jumlah Jasa Kelautan yang dikelola untuk Pengembangan

Ekonomi (Ragam)

Ragam Jenis Jasa Kelautan seperti yang tercantum dalam pasal 19 UU No. 1

Tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil perlu dikelola untuk pengembangan

ekonominya. Jasa kelautan perlu diupayakan pengelolaan dan pemanfaatannya

untuk mendukung perekonomian setempat dalam rangka meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraaan masyarakat. Target Jasa Kelautan yang dikelola pada tahun

2017 adalah 2 ragam. Dibandingkan target tahun 2016, jumlah ragam jasa kelautan

yang dikelola mengalami peningkatan 100%. Pengukuran target indikator kinerja

utama dilakukan dengan menghitung jumlah ragam jasa kelautan yang telah

dilakukan pengelolaan/pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan perekonomian

masyarakat.

Penilaian indikator ini dilakukan oleh seksi biofarmokologi dan seksi reklamasi,

dengan tujuan untuk memperoleh dokumen pengelolaan biofarmakologi dan

kawasan yang terfasilitasi perizinan reklamasinya. Pada tahun 2017 telah dilakukan

dan dihasilkan:

1. Biofarmokologi: Draft Roadmap Biofarmakologi Kelautan, Rekomendasi Teknis

Pemanfaatan Air Laut, Penyusunan RSKKNI pengolahan garam. Standar

kompetensi bagi dunia usaha atau industri sangat penting dan diperlukan bagi

peningkatan produktivitas dan daya saing dunia usaha dan perekonomian

nasional.

2. Reklamasi: Fasilitasi perizinan reklamasi di 4 lokasi (1. Tanjung Carat, Sumsel;

2. Pantai Berlin, Sorong; 3. Pulau Asam, Kab. Karimun; 4. Tanjung Burung,

Tangerang). Fasilitasi Perizinan Reklamasi yang bertujuan untuk memfasilitasi

kegiatan reklamasi pesisir yang akan dilaksanakan serta evaluasi kegiatan

reklamasi terdahulu untuk mendapatkan masukan dalam penyusunan kebijakan

terkait reklamasi pesisir.

Pada tahun 2017 indikator kinerja utama jumlah jasa kelautan yang dikelola

untuk pengembanngan ekonomi ini target tercapai 100%, sebagaimana pada tabel

berikut:

Tabel 27. Target dan Realisasi IKU jumlah jasa kelautan yang dikelola untuk pengembangan

ekonomi tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah jasa kelautan yang dikelola untuk pengembangan ekonomi

2 2 100

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 52

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Jika dibandingkan dengan tahun 2015 mendapat belum ada capaian karena

IKU ini baru ada pada tahun 2016, tahun 2016 naik capaian 100% dan tahun 2017

tetap 100%, namun beda jumlah dokumen yang dihasilkan, IKU ini merupakan IKU

baru pada tahun 2016 yang terbentuk karena adanya perubahan struktur organisasi

di lingkup Ditjen PRL khususnya dan lingkup KKP pada umumnya, sehingganya

muncul tusi baru di Ditjen PRL yang sebelumnya Direktorat Pemberdayaan

Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha menjadi Direktorat Jasa Kelautan.

Pada tahun 2016 capaian yang dihasilkan berupa NSPK, pada tahun kedua 2017 ini

sudah mengarah kepada produk dalam rangka pengelolaan dan fasilitasi dari target

yang hendak dicapai. Berikut merupakan perbandingan jumlah jasa kelautan yang

dikelola untuk pengembangan ekonomi dari tahun-tahun sebelumnya:

Tabel 28. Perbandingan jumlah jasa kelautan yang dikelola untuk pengembangan ekonomi

Tahun 2017 Terhadap Realisasi Tahun 2015 dan 2016, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2019)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2015

REALISASI

2016

REALISASI

2017

thdp TARGET

JANGKA

MENENGAH

Jumlah jasa kelautan yang dikelola

untuk pengembanngan ekonomi

(Ragam)

Tidak ada 4 2 4

Penyusunan roadmap biofarmakologi kelautan melibatkan pakar bioteknologi

kelautan dan ahli farmasi yang meneliti produk kelautan sebagai bahan baku obat

dan kosmetik. Draft roadmap biofarmakologi kelautan juga dilengkapi dengan

rencana aksi pemanfaatan biofarmakologi untuk 3 tahun ke depan hingga tahun

2020. Rekomendasi teknis pemanfaatan air laut terkait verifikasi pengajuan ijin

pemanfaatan air laut oleh PT. Berkah Air Laut (BAL) yang akan melakukan investasi

di bidang penyediaan air bersih untuk masyarakat, perhotelan, dan usaha lain di Gili

Trawangan dan Gili Meno, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi NTB.

Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(RSKKNI) Pengolahan Garam telah mencapai tahap pelaksanaan konvensi dengan

mengundang stakeholder kemudian diserahkan ke Kementerian Tenaga Kerja untuk

disahkan. Lingkup pekerjaan dalam kegiatan Penyusunan Rancangan Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Pengolahan Garam Tahun 2017

meliputi:

a. Pembentukan tim perumus dan tim verifikator b. Penyusunan Peta Kompetensi RSKKNI Pengolahan Garam c. Penyusunan Draft RSKKNI Pengolahan Garam d. Verifikasi e. Pra Konvensi RSKKNI Pengolahan Garam f. Verifikasi eksternal g. Konvensi RSKKNI Pengolahan Garam

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 53

Ruang lingkup kegiatan ini adalah melakukan rapat persiapan dengan menyusun

rencana kerja kegiatan, koordinasi dengan instansi pemerintah daerah, observasi lapangan

secara primer dan sekunder untuk verifikasi dokumen reklamasi, serta rapat pembahasan

substansi hasil observasi dengan melibatkan stakeholder terkait guna mendapatkan

masukan untuk tahap lanjutan dalam proses perizinan reklamasi. Agenda pertemuan juga

dijadikan media dalam proses penyusunan Perbup/Pergub, sebagai wujud implementasi

PERMEN KP No. 17 tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau –

Pulau Kecil, Fasilitasi penerbitan perizinan reklamasi di 4 lokasi:

a. Tanjung Carat, Musi Banyuasin: Rencana perizinan kegiatan reklamasi di Tanjung

Carat, Kabupaten Musi Banyuasin diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten Musi

Banyuasin. Permohonan Perubahan Rekomendasi Izin Lokasi Reklamasi Tanjung

Carat di Kab. Banyuasin Prov. Sumatera Selatan. Dirjen PRL dalam surat tersebut

menyampaikan agar Gubernur Sumatera Selatan dapat berkoordinasi dan meminta

penjelasan kepada Kementerian Perhubungan mengenai arahan pemanfaatan ruang

wilayah rencana reklamasi sesuai dengan arahan dalam RIP Tanjung Api-Api

Sumatera Selatan termasuk data dan keputusan mengenai penetapan DLKr/DLKp di

wilayah tersebut

b. Pantai Berlin, Sorong: Rencana perizinan kegiatan reklamasi di Pantai Berlin

diusulkan oleh PT. Pelindo IV seluas 5Ha dan rencana reklamasi oleh PT. Moderen

Multi Graha seluas 20Ha. Lokasi rencana reklamasi oleh PT. Moderen Multi Graha

sudah sesuai dengan peruntukan dan tidak termasuk alur pelayaran tradisional

mengikuti peraturan-peraturan terkait reklamasi, seperti Perpres 122 Tahun 2012,

Permen KP 17 Tahun 2013, Permen KP 28 Tahun 2014 dan Kepdirjen KP3K 037

Tahun 2014

c. Pulau Asam, Kab. Karimun: Rencana perizinan kegiatan reklamasi di Pulau Asam

diusulkan oleh PT. Batam Properta Makmur melalui surat dari Gubernur Kepulauan

Riau yang akan dibagi menjadi 2 tahap yaitu 209.13 ha dan 97.67 ha. Area rencana

reklamasi berada pada zona terumbu karang dan terdapat sebaran ekosistem

mangrove, Berdasarkan UU 27/2007 dilarang menggunakan cara-cara yang merusak

ekosistem mangrove-terumbu karang, sehingga aktifitas apapun termasuk reklamasi

dihindari untuk dilakukan pada zona tersebut

d. Tanjung Burung, Tangerang: Rencana perizinan kegiatan reklamasi di Kabupaten

Tangerang diusulkan oleh PT. Angkasa Pura II (Persero) perihal Usulan

Pengembangan Bandara International Soekarno-Hatta-2 yang luasnya mencapai ±

2.000 Ha, Rencana lokasi pengembangan bandara tersebut juga beririsan dengan

zona merah yang merupakan zona latihan milter TNI angkatan Udara, sehingga status

rencana pengembangan bandara Soeta 2 dilakukan peninjauan kembali.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 54

Rencana Lokasi Reklamasi Perubahan di Tanjung Carat Area Rencana Reklamasi Pantai Tembok

Berlin

Gambar 19. Rencana Lokasi Reklamasi Perubahan di Tanjung Carat dan Area Rencana

Reklamasi Pantai Tembok Berlin

Dari realisasi anggaran Biofarmakologi yang mencapai 93,32%, atau dari

anggaran sebesar Rp. 750.000.000,- terealisasi sebesar Rp. 699.959.034,-,

Realisasi anggaran Biofarmakologi yang mencapai 99,80%, atau dari anggaran

sebesar Rp. 750.000.000,- terealisasi sebesar Rp. 715.653.708,-, maka kegiatan ini

bisa dikatakan sudah efisien. Target output telah tercapai. Tentu saja jika realisasi

anggaran bisa dimaksimalkan, maka hasil yang didapat bisa dan sangat mungkin

akan lebih baik.

Sedangkan dalam hal efisiensi sumber daya alam dan manusia, maka hasil ini

sudah maksimal, karena keberhasilan realisasi IKU ini sangat bergantung pada

kompetensi sumberdaya manusia dan para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan

kegiatan Biofarmakologi, yaitu: penyusunan Draft Roadmap Biofarmakologi Kelautan,

Rekomendasi Teknis Pemanfaatan Air Laut, Penyusunan RSKKNI pengolahan

garam. Kegiatan tersebut melibatkan perguruan tinggi dan para pakar atau tenaga

ahli yang kompeten di bidangnya.

Mengingat kompleksitas permasalahan reklamasi, pada tahun 2017 makas

hasi ini sudah maksimal, keberhasilan IKU ini sangat ditunjang oleh kerjasama dari

para stakholder yang berkaitan dengan proses perizinan kegiatan reklamasi ini

antara lain Pemerintah Daerah, Kementerian Perhubungan, Kementerian

Perdagangan, Kementerian ESDM, TNI AL dan para tenaga ahli/pakar.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 55

IKU 9. Jumlah masyarakat hukum adat, tradisional dan lokal di

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang direvitalisasi (komunitas)

Indikator Kinerja Utama Jumlah Masyarakat Hukum Adat, Tradisional, dan

Lokal di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang Direvitalisasi merupakan banyaknya

komunitas masyarakat hukum adat, lokal, dan tradisional yang direvitalisasi untuk

meningkatkan kesejahteraannya. Tahun 2017 merupakan tahun kedua bagi Indikator

Kinerja Utama Jumlah Masyarakat Hukum Adat, Tradisional, dan Lokal di Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil yang Direvitalisasi dengan target 5 komunitas yang mana target

tidak mengalami perubahan jumlah dari tahun sebelumnya. Sebelumnya tahun 2016,

IKU ini dikelola oleh Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil dengan nama IKU

Jumlah Masyarkat Adat, Tradisional, dan Lokal yang Direvitalisasi, dan pada tahun

2017 beralih ke Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Pada tahun 2016 terdapat 5 komunitas masyarakat hukum adat, tradisional,

dan lokal. Target capaian IKU tahun 2016 sampai pada draft peraturan

Bupati/Walikota. 5 (lima) lokasi yang menjadi target adalah sebagai berikut: (1)

Kabupaten Sorong: telah ditetapkan sebagai masyarakat hukum adat (mendapat

stimulan dan bantuan sarana ekonomi produktif), (2) Kota Tual: telah ditetapkan

sebagai masyarakat hukum adat (stimulan), (3) Kabupaten Kaimana menjadi

Kabupaten Wakatobi : telah ditetapkan sebagai masyarakat hukum adat (stimulan),

(4) Kabupaten Maluku Tengah: telah ditetapkan sebagai masyarakat hukum adat

(stimulan), (5) Kabupaten Buton Selatan: telah ditetapkan sebagai masyarakat

hukum adat (stimulan dan bantuan sarana ekonomi produktif). Dalam perjalanannya,

Kabupaten Kaimana tidak dapat ditindaklanjuti dan ditingkatkan menjadi sebuah

peraturan Bupati. Hal ini dikarenakan adanya konflik kepentingan sehingga sampai

batas waktu yang diberikan SK Kepanitian pembentukan masyarakat hukum adat

belum terbit. Lokasi yang semula Kabupaten Kaimana, diganti menjadi Kabupaten

Wakatobi (Komunitas Kadiya Liye). Kelima komunitas ini telah dilengkapi dengan

Peraturan Bupati/Walikota sebagai legalitas masyarakat hukum adat.

Target capaian IKU tahun 2017 ditingkatkan menjadi Peraturan

Bupati/Walikota, dari tahun sebelumnya hanya sampai pada draft peraturan

Bupati/Walikota. Untuk capaian pada tahun 2017 sejumlah 5 komunitas masyarakat

hukum adat, tradisional. Output IKU tahun 2017 adalah penetapan masyarakat

hukum adat dari Bupati/Walikota. Dari 5 (lima) komunitas masyarakat hukum adat

tercapai 100% dengan lokasi berada di Kabupaten Sorong (Kampung Malaumkarta

Distrik Makbon), Kabupaten Buton Selatan (Pulau Siompu), Kabupaten Maluku

Tengah (Negeri Haruku), Kota Tual (Pulau Manggur dan Pulau Kaimear) dan

Kabupaten Wakatobi (Kadie Liya).

Daftar Perbup/walikota terkait hukum adat dan kearifan local yang dicapai

selama tahun 2017:

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 56

1. Peraturan Bupati Sorong No. 7 Tahun 2017 tentang Hukum Adat dan Kearifan

Lokal dalam Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Laut di Kampung

Malaumkarta, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong.

2. Peraturan Bupati Buton Selatan No. 24 Tahun 2017 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Sumberdaya Laut berbasis Kearifan Lokal dalam wilayah Pulau

Siompu di Kabupaten Buton Selatan.

3. Peraturan Walikota Tual No. 43 tahun 2017 tentang Hukum Adat & Kearifan

Lokal dalam Pengelolaan & Perlindungan Sumberdaya Laut Pulau Mangur dan

Pulau Kaimbar Kota Tual.

4. Peraturan Bupati Wakatobi No.40 tahun 2017 tentang perlindungan &

pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut berbasis masyarakat hukum adat

Kadie Liya Kec. Wangi-wangi selatan Kab. Wakatobi.

5. Peratiran Bupati Maluku Tengah No. 81 tahun 2017 tentang hukum adat dan

kearifan lokal dlm perlindungan dan pengelolaan sumberdaya laut negeri Haruku

Kab Maluku Tengah.

Capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis

Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap

pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja

sebagai berikut:

1. Target pada tahun pada 2017 dengan 5 (lima) komunitas dapat tercapai tepat

waktu.;

2. Kegiatan penetapan masyarakat hukum adat ini dimulai tahun 2016. Pada tahun

2016, ada 5 (lima) komunitas yang ditargetkan. Dari target yang ditetapkan,

outputnya hanya sampai pada draft peraturan kepala daerah;

3. Beberapa alasan keberhasilan tersebut antara lain: (1) KKP mendukung penuh

dalam penetapan masyarakat hukum adat melalui komunikasi yang intensif; (2)

Masyarakat hukum adat dapat memahami peran penting dalam melestarikan

budaya khususnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; (3) Masyarakat adat

yang akan ditetapkan sangat mengharapkan legalitas dari pemerintah sebagai

pengakuan yang sah.

4. Bila dirunut, sejak 2016 sampai 2018 terkait anggaran untuk mencapai IKU ini

mengalami penurunan.

5. Pada tahun 2018 target yang ditetapkan, namun demikian harus didukung oleh

anggaran penambahan anggaran yang memadai, sehingga dapat menghasilkan

output dan outcome sesuai dengan target.

6. Untuk target 2018, komunitas yang sudah ditetapkan melalui peraturan

bupati/walikota perlu didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk

menciptakan masyarakat hukum adat yang sejahtera, kuat dan mandiri. Tahun

2017, salah satu bentuk dukungan tersebut berupa stimulan ke 5 (lima)

komunitas dengan masing-masing Rp.40 juta per komunitas dalam bentuk

diantaranya: jaring, alat selam, GPS, kamera digital, life jacket, teropong,

binokuler, mesin tempel 15 PK, rumpon.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 57

Gambar 20. Penyerahan Peraturan Bupati Maluku Tengah dengan KKP.

Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan Masyarakat Hukum Adat (5

komunitas):

Gambar 21. Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan Masyarakat Hukum Adat (5

komunitas)

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 58

Dari realisasi anggaran IKU ini serapan Anggaran 3,1 Milyar (93%), dengan

pencapaian realisasi fisiknya 100%, yang terdiri dari anggaran sebesar 3,3Milyar,

maka kegiatan ini bisa dikatakan sudah efisien.

IKU 10. Jumlah kawasan konservasi Perairan yang meningkat

kualitas pengelolaan efektifnya (kawasan)

Kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil adalah kawasan

perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil yang dilakukan upaya perlindungan,

pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan

sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan dengan tetap memelihara

dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (UU 27/2007, PP 60/2009).

Efektivitas pengelolaan kawasan konservasi adalah suatu metode untuk menilai

efektivitas KKP yang pengukurannya melalui Evaluasi Efektivitas Pengelolaan

Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K). E-KKP3K

merupakan suatu panduan baku/standar untuk mengevaluasi capaian pengelolaan

berkelanjutan suatu kawasan konservasi perairan sesuai Keputusan Direktur

Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Nomor KEP.44/KP3K/2012.

Indikator Kinerja Utama Jumlah Kawasan Konservasi Perairan yang

Meningkat Kualitas Pengelolaan Efektifnya merupakan IKU lanjutan dari tahun

sebelumnya. Pengukuran target dilakukan dengan menghitung banyaknya kawasan

konservasi perairan nasional/daerah yang meningkat pengelolaan efektifnya

berdasarkan penilaian E-KKP3K berupa level pengelolaan kawasan konservasi

merah, kuning, hijau, biru, dan emas. Ukuran keberhasilan berupa peningkatan

minimal 1 tingkat pengelolaan efektif dari level tahun sebelumnya. Sumber data

untuk mengetahui jumlah kawasan konservasi yang meningkat efektivitas

pengelolaannya berasal dari data base di Direktorat KKHL. Target penilaian pada

tahun 2017 adalah 30 kawasan konservasi mangalami peningkatan pengelolaan

efektifnya. Jumlah kawasan yang menjadi target ini lebih banyak dibandingkan

tahun-tahun sebelumnya dimana target dan capaian pada tahun 2015 sebanyak 17

kawasan dan tahun 2016 sebanyak 28 kawasan, sedangkan target tahun 2019

sebanyak 35 kawasan.

Pada tahun 2017 indikator kinerja utama jumlah kawasan konservasi yang

meningkat kualitas pengelolaan efektifnya ini target tercapai 100%, sebagaimana

pada tabel berikut:

Tabel 29. Target dan Realisasi IKU jumlah kawasan konservasi yang meningkat kualitas pengelolaan efektifnya tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

jumlah kawasan konservasi yang meningkat

kualitas pengelolaan efektifnya (Kawasan)

30 22 73,33%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 59

Target peningkatan pengelolaan yang efektif pada tahun 2017 untuk 30

kawasan konservasi. Penghitungan nilai efektifitas pengelolaan kawasan Konservasi

menggunakan tools E-KKP3K dengan kartu skor eveluasi efektifitas pengelolaan

kawasan Konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil dengan kriteria sebagai

berikut:

Tabel 30. Kartu skor eveluasi efektifitas pengelolaan kawasan Konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil

Dalam evaluasi penilaian peringkat level pengelolaan memiliki kriteria-kriteria

sebagai berikut :

A. Peringkat merah kriteria yang harus dipenuhi adalah :

a. Usulan inisiatif

b. Identifikasi dan inventarisasi calon kawasan

c. Pencadangan kawasan Konservasi perairan

B. Peringkat kuning kriteria yang harus dipenuhi adalah :

a. Unit organisasi pengelola dan SDM

b. Rencana pengelolaan dan zonasi

c. Sarana dasar dan prasarana

d. Dukungan pembiayaan pengelolaan

C. Peringkat hijau

a. Unit organisasi Pengelola dan SDM

b. Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan

c. Dukungan pembiayaan dan pengelolaan

d. Pengesahan rencana pengelolaan dan Zonasi

e. Standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan

f. Pelaksanaan rencana pengelolaan dan zonasi

g. Penetapan KKP3K oleh Menteri

D. Peringkat Biru

a. Unit organisasi pengelola dan SDM

b. Sarana dan Prasarana pendukung pengelolaan

c. Dukungan pembiayaan pengelolaan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 60

d. Standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan

e. Penetapan Kawasan Konservasi

f. Penataan Batas kawasan

g. Pelembagaan

h. Pengelolaan sumberdaya kawasan

i. Pengelolaan sosial ekonomi dan budaya

E. Peringkat Emas

a. Pelembagaan

b. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

c. Pendanaan berkelanjutan

Penghitungan berdasarkan kriteria-kriteria di atas untuk tahun 2017 dapat

dilihat hasilnya untuk penilaian peningkatan E-KKP3K di 30 kawasan Konservasi

pada tabel di bawah ini :

Tabel 31. Hasil penilaian peningkatan E-KKP3K

No NAMA KAWASAN TAHUN

Ket 2016 (28 Kawasan)

2017 (30 Kawasan)

1 Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang

100 100

100 100

100 100

36 50

-

2 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Nias Utara

100 100

27 100 √

71 95

-

-

3 Kawasan Konservasi Laut Daerah Kep. Mentawai (lokasi Desa Saibi Samukop,Saliguma dan desa Katurai

100 100

100 100

71 95

- -

- -

4 Taman Wisata Perairan Gugusan Pulau-pulau Momparang dan Laut Sekitarnya( Belitung Timur)

100 100

100 100

38 95

- -

- -

5 Kawasan Konservasi laut Daerah Bintan

100 100

100 100

71 81

- -

- -

6 KKPD Batam

100 100

100 100

61 67

- -

- -

7 Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau 100 100

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 61

No NAMA KAWASAN

TAHUN

Ket 2016 (28 Kawasan)

2017 (30 Kawasan)

Kecil (KKP3K) Kabupaten Sukabumi dengan status Taman Pesisir

100 100

95 100 √

29 36

0 -

8 Kawasan Konservasi Taman Pesisir Ujungnegoro – Batang

100 100

100 100

90 100 √

18 57

0 -

9 Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida-Klungkung

100 100

100 100

100 100

71 75

0 -

10 Taman Wisata Perairan Gili Sulat dan Lawang- Kab Lombok Timur

100

100 √

52

-

-

11 Taman Wisata Perairan Gili Tangkong, Gili Nanggu dan Gili Sundak- Lombok Barat

100 100

73 100 √

29 52

- -

- -

12 Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Pantar-Alor

100 100

100 100

90 100 √

61 69

- -

13 Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Sikka

100 100

100 100

69 71

- -

14 Kawasan Konservasi Taman Pesisir dan Taman Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan Perairan sekitarnya – berau

100 100

100 100

95 100 √

- 32

- -

15 Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

100 100

73 100 √

- 38

- -

- -

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 62

No NAMA KAWASAN

TAHUN

Ket 2016 (28 Kawasan)

2017 (30 Kawasan)

16 Kawasan Konservasi Perairan Kei Kab Maluku Tenggara

100 100

100 100

71 100 √

76 76

17 Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Taman Pulau Kecil-yamdena Kab maluku tenggara barat

100

100 √

19

-

-

18 Kawasan Konservasi Laut Raja Ampat :(ayau-asia,teluk mayalibit, selat dampier, wayag-sayang-piay, misool selatan; 1 SML)-raja ampat

100 100

100 100

91 100 √

96 96

- -

19 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Tambrauw

100 100

100 100

43 95

0 -

0 -

20 Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Biak Numfor

100 100

41 100 √

0 38

0 -

0 -

100 100

TNP laut Sawu dan Sekitarnya

100 100

90 100 √

21 39 51

TWP Kepualauan Anambas

100 100

100 100

22 62 100 √

7 59

SAP Kepulauan Aru Tenggara

100 100

100 100

23 57 100 √

17 51

SAP Kepulauan Raja Ampat

100 100

100 100

24 19 100 √

46

SAP Kepulauan Waigeo sebelah barat

100 100

100 100

25 43 100 √

46

TWP Kapoposang

100 100

100 100

26 43 100 √

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 63

No NAMA KAWASAN

TAHUN

Ket 2016 (28 Kawasan)

2017 (30 Kawasan)

32

TWP Pulau Padaido

100 100

100 100

27 33 100

32

TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan

100 100

100 100

28 90 100 √

18 46

TWP Laut Banda

100 100

100 100

29 43 100 √

22 32

TWP Pulau Pieh

100 100

100 100

30 76 100 √

31 76

Capaian IKU tahun 2017 sebesar 30 kawasan meningkat pengelolaannya

yang terdiri atas: 22 kawasan atau 73,33% meningkat level pengelolaannya (5

kawasan menjadi 100% kuning dan 17 kawasan menjadi 100% hijau) serta 8

kawasan masih pada level warna yg sama namun prosentasenya meningkat.

Kegiatan yang menunjang pencapaian kinerja antara lain : Pemasangan titik

referensi di TNP Laut Sawu dan SAP Raja Ampat; Konsultasi Publik penyusunan

Dokumen Rencana Pengelolaan Zonasi Taman Pulau Kecil Kepulautan Tatoarang,

TNP Natuna, TP Banggari dan TPL Maluku Tenggara; Rapat koordinasi CTi-CFF

Pokja Kawasan Konservasi Perairan; pembahasan percepatan pengalihan P3D,

Pembahasan revisi UU m 5 tahun 1990; peningkatan kapasitas SDM pengelola KKP;

bimbingan teknis SDM pengelola KKP; penyusunan NSPK terkait pengelolaan efektif

KKP;

Pelaksanaan pencapaian kinerja ini menghadapi tantangan dengan

berkurangnya pagu anggaran Dit KKHL dengan adanya pemotongan anggaran serta

penghentian pembiayaan kegiatan yang berasal dari PHLN. Untuk mengoptimalkan

anggaran serta pencapaian target Dit KKHL bekerjasama dengan Unit Pelaksana

Teknis Dit PRL , NGO, Perguruan Tinggi serta Pemerintah Daerah dan Provinsi

untuk mencapai target pengelolan efektif kawasan Konservasi.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 64

IKU 11. Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak yang

pulih kembali (Kawasan)

Indikator Kinerja Utama Jumlah Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rusak yang Pulih Kembali dengan satuan kawasan adalah indikator yang didukung

oleh indikator kinerja utama pada Internal Process Perspective yaitu Jumlah

Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang Meningkat Ketangguhannya terhadap

Bencana dan Dampak Perubahan Iklim dan Jumlah Kawasan di Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil/Pantura Jawa yang Direhabilitasi serta indikator kinerja kegiatan

Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yaitu Jumlah Kawasan

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang Direstorasi.

Pada tahun 2017 indikator kinerja utama jumlah kawasan pesisir dan pulau-

pulau kecil rusak yang pulih kembali ini target tercapai 100%, sebagaimana pada

tabel berikut:

Tabel 32. Target dan Realisasi IKU jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak yang pulih kembali tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak yang pulih kembali (Kawasan)

23 25 108,7%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Pada tahun 2017 target IKU Jumlah Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rusak yang Pulih Kembali adalah 23 kawasan yang terdiri atas: 18 kawasan pesisir

dan pulau-pulau kecil yang meningkat ketangguhannya terhadap bencana dan

dampak perubahan iklim, 4 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil/Pantai Utara Jawa

yang direhabilitasi melalui penanaman 900 ribu batang mangrove, dan 1 kawasan

pesisir dan pulau-pulau kecil yang direstorasi. Target jumlah kawasan rusak yang

pulih kembali pada tahun 2017 lebih kecil dibandingkan target dan capaian tahun

2016 sejumlah 37 kawasan.

Capaian 1 kawasan pembangunan Pusat Restorasi Pembelajaran Mangrove

dan Pesisir (PRPM) telah dilaksanakan 100% di Pulau Lusi, Kabupaten Sidoarjo,

Jawa Timur. Lokasi pemulihan ekosistem mangrove yang dikembangkan menjadi

sarana edukasi, penelitian, dan wisata melalui pembangunan sarana/prasarana

pendukung (tracking mangrove, gardu pandang, pusat bibit, dan lain-lain).

Capaian 4 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil/Pantai Utara Jawa yang

direhabilitasi, capaian 8 lokasi kawasan yg direhabilitasi antara lain: (i) Indramayu

penanaman mangrove 52.000 batang, (ii) Batam penanaman mangrove 10.000

batang, (iii) Jepara penanaman mangrove 1.500 batang, (iv) Kubu Raya tracking

mangrove sepanjang 140 Meter dan 2 buah Gazebo, (v) Lombok Barat tracking

mangrove sepanjang 102 Meter dan 2 buah gazebo, (vi) Kota Makasar tracking

mangrove sepanjang 100 Meter dan 1 buah gazebo, (vii) Kota Bitung tracking

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 65

mangrove sepanjang 122 Meter dan 3 buah gazebo, (viii) Berau bantuan sarpras

ekowisata (peralatan snorkling dan perahu wisata).

Capaian 18 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat

ketangguhannya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim, tercapai 16

kawasan (88,89%) yang terdiri dari :

Sabuk Pantai: (1) Kab. Karawang, Jawa Barat sepanjang 3300 meter; (2) Kab.

Kotawaringin Timur, Prov Kalimantan Tengah sepanjang 420 meter;

Struktur Hybrid: (3) Kab. Serang, Banten sepanjang 2240 meter; (4) Kab, Cirebon,

Jabar sepanjang 1850 meter; (5) Kab. Demak, Jateng sepanjang 3500 meter, (6)

Kab. Rembang, Jawa Tengan sepanjang 1100 meter; (7) Kab. Gresik, Jawa Timur

sepanjang 1200 meter;

Struktur Concrete: (8) Kab. Mempawah, Kalbar sepanjang 30 meter; (9) Kab.

Pangandaran, Jabar sepanjang 180 meter; (10) Kab. Aceh Barat, Aceh sepanjang

145 meter; (11) Kab. Pati, Jawa Tengah sepanjang 240 meter; (12) Kab. Padang

Pariaman, Sumbar sepanjang 120 meter;

APBN-P : terdapat kegiatan tambahan berupa Sekolah Pantai di 4 kawasan yakni

(13) Sabang, (14) Pangandaran, (15) Indramayu, (16) Merauke yang berisi materi

penyadaran lingkungan kepada generasi muda berupa implementasi 4A (amati,

analisa, ajarkan dan aksi) dan tindakan aksi berupa penanaman mangrove, bersih

pantai, dan transplantasi karang.

Sesuai lampiran II Permen KP No.45 Permen-KP/2015 tentang Perubahan

atas Permen KP No.25 tahun 2016 tentang Renstra KP 2015-2019, disebutkan

bahwa total target pembangunan sabuk pantai sampai tahun 2016 adalah sepanjang

20 Km. namun demikian, realisasi kinerja sampai dengan tahun 2016 dibandingkan

target menengah yang terdapat dalam perencanaan strategis organisasi sepanjang

12,65 Km atau tercapai ±63%. Meskipun realisasi kinerja tahun 2016 apabila

dibandingkan tahun 2015 cenderung meningkat, tetapi apabila dibandingkan target

kumulatif sampai dengan tahun 2016 atau sesuai dokumen Renstra organisasi maka

realisasi kinerja cenderung menurun. Penyebab penurunan realisasi kinerja sampai

tahun 2016 adalah adanya kebijakan efisiensi anggaran selama beberapa kali dalam

setahun yang berimplikasi kepada penghematan dan review terhadap program

kegiatan dan anggaran.

Pada tahun 2015 sabuk pantai yang ditargetkan sebesar 5 Km dan

terealisasi sepanjang 2,65 Km atau terealisasi 52%. Sedangkan tahun 2016 target

awal sebesar 15 Km tetapi dikarenakan efisiensi target berubah menjadi 10 Km.

Realisasi dari target TA 2016 sebesar 10 Km atau 100 %. Realisasi kinerja serta

capaian kinerja tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 lebih tinggi. Untuk

sabuk pantai tahun 2017 melebihi target yang ditetapkan tahun 2016 yakni 15 km

dengan capaian tambahan di tahun 2017 sepanjang 3720 meter. Untuk Struktur

Hybrid penambahan di 2017 sepanjang 9890 meter. Untuk struktur concrete ada

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 66

mulai 2017 sepanjang 715 meter. Kendala yang dihadapi selama tahun 2017

meliputi: (i) Penggabungan 2 satker Direktorat Pendayagunaan Pesisir dengan

Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil menjadi Direkorat Pendayagunaan

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, (ii) Terlambatnya perencanaan, dan (iii) Gagal lelang.

Terkait target 4 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil/pantai utara Jawa

yang direhabilitasi melalui penanaman 900 ribu batang mangrove, target ini secara

jumlah batang tidak tercapai namun jumlah kawasan mencapai 9 kawasan sehingga

melebihi target. Jumlah capaian kawasannya 1) Pulau Lusi, Sidoarjo, 2) Pulau

Ngenang, Batam, 3) Pantai Desa Pabean Ilir, Kec. Pasekan, Kab. Indramayu, 4)

Sungai Kupah Kab. Kuburaya Kalbar, 5) Desa Lembar Selatan Kab. Lombok Barat,

NTB, 6) Pantai Lamtebu, Kel. Bira, Kota Makasar, Sulsel, 7) Pantai Lirang Pulau

Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara, 8) Desa Teluk Awur, Kab. Jepara, Jawa Tengah, 9)

Pulau Maratua dan Pulau Derawan di Kab. Berau, Kalimantan Utara. Mengingat

rehabilitasi diarahakan agar menggunan dana CSR maupun pihak ketiga lainnya

maka sesuai dengan amanat tersebut, untuk penanaman mangrove di Pulau

Ngenang, Batam dilakukan melalui kerjasama dengan pihak BUMN PT. Pertamina

Trans Continental melalui program Coorperate Social Responsibility (CSR); Badan

Pengelola Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk Pulau Lusi yang tumbuh mengelilingi

pulau; dengan Pemda Kabupaten/Kota dan International Fund for Agriculture

Development (IFAD) di Kuburaya, Lombok Barat, Kota Makasar dan Bitung, dan

dengan kelompok masyarakat di Indramayu. Hasil penanaman (1) Indramayu

sebanyak 52.000 bibit mangrove, (2) CSR Pertamina Trans Continental (anak

Perusahaan PT. Pertamina Tbk) sebanyak 10.000 bibit mangrove di Pulau Ngenang,

Batam, Prov. Kepulauan Riau, dan (3) Universitas Diponegoro di Teluk Awur, Jepara,

Jawa Tengah sebanyak 1.500 bibit.

Melihat kembali tahun 2016 target awal penanaman vegetasi mengalami

perubahan target dari semula 200.000 batang dikarenakan penghematan anggaran

tahap 3 sehingga merubah jumlah output menjadi 33.000 batang berdasar

pemotongan melalui surat ND. 603/PRL/VIII/2016 tanggal 22 Agustus 2016 perihal

Pemotongan/Penghematan Anggaran Tahap. Realisasi dari target TA 2016 sebesar

33.000 batang atau 100%. Hal ini berarti realisasi telah memenuhi target yang telah

ditetapkan. Untuk tahun 2017 dari target awal penanaman mangrove 900.000 batang

mengalami penyesuaian dikarenakan kegiatan penanaman bekerjasama dengan

CSR.

Untuk selanjutnya Rencana Aksi penanaman mangrove kedepan untuk

Tahun 2018-2023 di Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk kegiatan

Rehabilitasi Mangrove antara lain:

Nilai penting sosial ekonomi, program pemulihan pada ekosistem mangrove

alami dan buatan antara lain melalui kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan

mangrove bekerjasama dengan CSR BUMN dengan target 900.000

batang/tahun selama kurun waktu 2018 – 2023.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 67

Pembangunan Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) sebanyak

25 kawasan selama 5 tahun kedepan (2018-2023).

Penyebab penurunan kinerja untuk tahun 2017 terkait jumlah batang

mangrove yang ditanam dikarenakan untuk penanaman mangrove arahannya

dilakukan melalui kerjasama dengan CSR dimana belum banyak pihak swasta

dengan CSR yang menaruh perhatian pada penanaman mangrove, jikalau adapun

seperti PT. Pertamina Trans continental jumlahnya batang mangrove yang ditanam

tidak signifikan besar jumlahnya (tidak mencapai ratusan ribu batang).

Penunjang keberhasilan kinerja tergantung pada:

1. CSR pihak swasta menaruh perhatian pada penanaman mangrove.

2. Perhatian dari pemerintah daerah terhadap penanaman mangrove.

3. Peran serta kelompok masyarakat setempat dalam memelihara pertumbuhan

bibit mangrove yang ditanam sampai dengan besar.

Sedangkan 1 kawasan pembangunan Pusat Restorasi Pembelajaran

Mangrove dan Pesisir (PRPM) telah dilaksanakan 100% di Pulau Lusi, Kabupaten

Sidoarjo, Jawa Timur. Lokasi pemulihan ekosistem mangrove yang dikembangkan

menjadi sarana edukasi, penelitian, dan wisata melalui pembangunan

sarana/prasarana pendukung (tracking mangrove, gardu pandang, pusat bibit, dan

lain-lain).

IKU 12. Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki dokumen

RZ kawasan laut

Pada tahun 2016, Indikator Kinerja Utama Jumlah Perairan Laut Antar

Wilayah yang Memiliki Dokumen Rencana Zonasi Kawasan Laut merupakan

indikator kinerja yang termasuk dalam Indikator Kinerja Utama Jumlah Lokasi

Kawasan Laut dan Wilayah Pesisir yang Memiliki Rencana Zonasi dan/atau

Masterplan dan Bisnisplan yang akan Ditetapkan Menjadi Peraturan Perundangan.

Sebagai tindak lanjut tercapaianya IKU Perairan Laut Indonesia yang Memiliki

Dokumen Rencana Tata Ruang Laut Nasional, maka pada tahun 2017 ditetapkan

IKU Jumlah Perairan Laut Antar Wilayah yang Memiliki Dokumen Rencana Zonasi

Kawasan Laut dengan target 2 kawasan. Kawasan laut yang menjadi target

penyusunan rencana zonasi adalah Laut Jawa dan Selat Makassar.

Dasar hukum penetapan IKU ini adalah UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan Pasal 3 dan Pasal 43. Pada Pasal 3 ayat 5 berbunyi Rencana Zonasi

Kawasan Antarwilayah meliputi: Rencana Zonasi Teluk; Rencana Zonasi Selat; dan

Rencana Zonasi Laut. Pasal 43 ayat 4 menyatakan Perencanaan zonasi kawasan

laut merupakan perencanaan untuk menghasilkan rencana zonasi kawasan

strategis nasional, rencana zonasi kawasan strategis nasional tertentu, dan rencana

zonasi kawasan antarwilayah. Yang dimaksud dengan kawasan antarwilayah

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 68

adalah: teluk, selat dan laut. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan yang mendefinisikan Pengelolaan Ruang Laut adalah perencanaan,

pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian ruang Laut, dimana penyusunan

rencana zonasi kawasan antar wilayah merupakan perencanaan untuk dapat

dimanfaatkan harus dilegalkan sampai menjadi perpres. Setelah tersusunnya

Perpres dapat dilaksanakan pengendalian pemanfaatan berupa ; perizinan,

pemberian insentif, dan pengenaan sanksi (Pasal 46 UU No.32 Tahun 2014). Pada

tahun 2017 ditargetkan tersusunya Draft Ranperpres yang tahapannya antara lain :

1. Penyusunan Dokumen Rencana Zonasi Kawasan antar Wilayah (Teluk, Selat

dan Laut) di Laut Jawa dan Selat Makassar yang tahapannya antara lain : FGD,

Pengumpulan Data Sekunder, Analisis Data dan Penyusunan Peta Tematik,

Penyusunan Dokumen Awal, Konsultasi Publik, Penyusunan Dokumen Antra

dan Penyusunan Dokumen Final.

2. Penyusunan Draft Perpres : Penyusunan draft Kepmen KP tentang Panitia Antar

Kementerian, Pembahasan Draft Perpres dengan BHO Sesditjen Pengelolaan

Ruang Laut, Rapat Koordinasi dengan Kementerian Koordinator Maritim,

Penyampaian Izin Prakarsa, Pembahasan alokasi ruang lintas K/L. Pada tahun

2018 akan ditindaklanjuti dengan tahapan yaitu :

a. Pemantapan Teknis Antar K/L dengan melakukan pertemuan di Pusat

dengan mengundang K/L (narasumber dan pakar) terkait, tujuannya untuk

memperoleh masukan dan saran secara teknis dan arahan kebijakan lintas

K/L terhadap kegiatan RZ Laut Jawa dan Selat Makassar.

b. Harmonisasi Ranperpres di Kemenkumham dengan melakukan pertemuan

harmonisasi di Kumham dengan mengundang narasumber terkait dengan

tujuan untuk mengarmonisasikan/mensinkronkan Ranperpres RZ Antar

Wilayah terhadap kegiatan RZ Laut Jawa dan Selat Makassar.

c. Penetapan di Setkab dengan melaksanakan pertemuan di Kemenkumham

dengan mengundang narasumber tujuan untuk menetapkan Ranperpres RZ

KSN Jabodetabekpunjur.

Setelah tersusunnya Rencana Zonasi di Teluk, Selat dan Laut maka dapat

dilaksanakan pemanfaatan yaitu penyusunan perpres sesuai UU No.32 tahun 2014

tentang Kelautan Pasal 44 Pemanfaatan ruang laut dilakukan melalui :

1. perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang Laut nasional

dan rencana zonasi kawasan Laut (KSN, KSNT dan antar wilayah);

2. perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan rencana tata ruang Laut

nasional dan rencana zonasi kawasan Laut (KSN, KSNT dan antar wilayah); dan

3. pelaksanaan program strategis dan sektoral dalam rangka mewujudkan rencana

tata ruang Laut nasional dan zonasi kawasan Laut (KSN, KSNT dan antar

wilayah).

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 69

Dokumen Pepres yang sudah ada menjadi dasar Pengawasan (tindakan

pemantauan, evaluasi, pelaporan) dan Pengendalian (perizinan, pemberian insentif,

pengenaan sanksi).

Pada tahun 2017 indikator kinerja utama Jumlah perairan laut antar wilayah

yang memiliki dokumen RZ kawasan laut ini target tercapai 100%, sebagaimana

pada tabel berikut:

Tabel 33. Target dan Realisasi IKU jumlah Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki dokumen RZ kawasan laut tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki dokumen RZ kawasan laut

2 2 100.00%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Pada capaian indikator di tahun 2017 apabila dibandingkan dengan target

untuk penyusunan Ranperpres sudah sesuai yaitu dokumen Draft Ranperpres yang

sudah dibahas lintas K/L yaitu pada Laut Jawa (Pembahasan Antar Kementerian 28

Desember 2017) dan Selat Makassar (Pembahasan Antar Kementerian tanggal 28

Desember 2017). Selain itu kegiatan yang sudah dilaksanakan selama triwulan IV

rapat internal pembahasan Dokumen Final Rencana Zonasi Laut Jawa dan Selat

Makassar yang dilaksanakan di Gedung Mina Bahari Kementerian Kelautan dan

Perikanan, pada tanggal 29 November 2017. Pada tahun 2018 direncanakan

rencana aksi, yaitu :

Percepatan penyampaian Ranperpres RZ Selat Makassar ke BHO KKP untuk

proses lebih lanjut

Percepatan penyampaian Ranperpres RZ Laut Jawa ke BHO KKP untuk proses

lebih lanjut

Sedangkan untuk pencapaian indikator ini sudah sesuai dengan Manual IKU

dengan teknik menghitung Jumlah kawasan perairan laut dan antar wilayah yang

memiliki dokumen rencana zonasi dengan satuannya berupa dokumen final rencana

zonasi, sedangkan Perpres merupakan tindaklanjut dari amanat UU No.32 tahun

2014 tentang Kelautan.

Pada tahun ini indikator kinerja jumlah perairan laut antar wilayah yang

memiliki dokumen RZ kawasan laut tersusun di 2 lokasi yaitu di Selat Makassar dan

Laut Jawa yang capaian fisiknya sebesar 100 %, sedangkan untuk capaian

keuangan, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 70

Gambar 22. Pagu dan realisasi keuangan kegiatan rencana zonasi di laut jawa dan selat makassar

Pada gambar diatas menginformasikan realisasi Penyusunan Rencana Zonasi

Selat Makasar sebesar 99,93 % lebih besar dari realisasi laut jawa yaitu sebesar

99,93 %. Capaian indikator kinerja jumlah perairan antar wilayah yang memiliki

dokumen rencana zonasi kawasan laut bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 34. Target dan Realisasi IKU jumlah Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki

dokumen RZ kawasan laut tahun 2017

Tahun 2016 2017

Pagu 292,050,000 842,720,000

Realisasi 291,810,000 841,533,000

Porsentase (%) 99.92 99.86

Lokasi 1 2

Setelah dibandingkan dengan capaian tahun 2016 realisasi keuangan di tahun

2017 lebih kecil, sedangkan jumlah lokasi lebih besar. Hal ini dikarenakan pada

tahun 2017 terfokus pada finalisasi RPP Perencanaan Ruang Laut dan RPP

Rencana Tata Ruang Laut Naional yang ditargetkan pada tahun 2016 sudah menjadi

PP tetapi pada tahun 2017 masih menunggu paraf dari ATR/BPN. Pencapaian

indikator ini bila dilihat dari effisiensi penggunaan sumber daya pada tahun 2016 dan

2017 dari keterlibatan narasumber lain, yaitu :

Gambar 23. Penggunaan sumberdaya manusia tahun 2016 dan 2017

Laut Jawa

Selat Makassar 185.570.000

657.150.000

184.793.000

656.740.000

R E A L I SA S I R E N C A N A Z O N A S I D I L AU T JAWA DA N S E L AT M A K A S S A R

Pagu Realisasi

Pagu IKU RZ Selat, Teluk dan Laut

Belanja Jasa Profesi mendukung IKU RZ Selat, …

Porsentase terhadap pagu

292.050.000

125.100.000

43

842.720.000 289.000.000

34

PENG GUNAAN SUMBERDAYA MANUSIA TAHUN 2016 DAN 2017

2017 2016

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 71

Pada gambar diatas menunjukkan penggunaan sumberdaya manusia untuk

tahun 2017 lebih effisien sebesar 34 % sedangkan pada tahun 2016 sebesar 43 %.

Adanya hal ini dikarenakan target lokasi pada tahun 2016 sebanyak 1 lokasi

sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 2 lokasi, sehingga dapat disimpulkan

penggunaan sumberdaya tahun 2016 lebih effisien dengan anggaran sebesar 125

juta untuk 1 lokasi sedangkan 2017 anggaran sebesar 289 untuk 2 lokasi.

IKU 13. Jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan

(kawasan)

Kawasan wisata bahari adalah kawasan dengan kegiatan wisata yang

berkaitan dengan laut dan pantai seperti wisata selam/snorkeling, wisata bahari

alam, dolphin watching, dan memancing. Indikator Kinerja Utama Jumlah Kawasan

Wisata Bahari yang dikembangkan melalui kegiatan pembangunan sarana/prasarana

ekowisata (kapal wisata, dermaga apung, alat selam, alat keselamatan/jaket

pelampung, rumah apung, tracking mangrove, gazebo, landmark , dll ) untuk

dikembangkan sebagai destinasi wisata bahari. Kawasan wisata bahari yang

dikembangkan meliputi Kawasan wisata bahari yang menjadi kewenangan KKP dan

Kewenangan Pemerintah daerah sesaui dengan UU no. 23, tahun 2014. ada

kemungkinan termasuk ke dalam kawasan destinasi wisata yang telah ditetapkan

oleh Kementerian Pariwisata Koordinasi dilakukan dimana Kementerian Kelautan

dan Perikanan menyiapkan destinasi wisata bahari sedangkan Kementerian

Pariwisata melakukan promosi dan publikasi destinasi wisata bahari tersebut dan

pengembangan lebih lanjut. Pengembangan kawasan wisata bahari ini dimaksudkan

untuk meningkatkan kegiatan wisata yang berbasis ekowisata dalam upaya

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir serta

meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan kegiatan wisata bahari

yang berkelanjutan.

Target IKU Jumlah Kawasan Wisata Bahari yang dikembangkan pada tahun

2017 adalah 1 kawasan. Pengukuran target IKU dilakukan dengan melakukan

inventarisasi hasil pengembangan kawasan wisata bahari melalui parameter

kawasan wisata bahari yang mendapatkan bantuan sarana/prasarana wisata bahari

untuk mendukung pengembangan ekowisata bahari baik kawasan yang menjadi

kewenangan KKP maupun mendukung pengembangan kawasan wisata daerah

(yang menjadi kewenangan daerah) berupa Bantuan Pemerintah bagi kelompok

/lembaga masyarakat berbasis ekowisata . Indikator ini dilakukan dengan

menginventaris sarana/prasarana yang ada dengan membandingkan sarana yang

sudah dimiliki pada tahun sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk melihat peningkatan

kemandirian kelompok/ lembaga dalam mengelola ekowisata bahari. Sarana yang

diberikan kepada kelompok atau pengelola diberikan maksimal 2 kali/2 tahun dengan

jenis sarana/prasarana yang berbeda. Pertimbangan dengan pemberian bantuan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 72

kepada kelompok/lembaga berdasarkan pada verifikasi proposal dan verifikasi

lapangan. Pada tahun 2017 dilakukan (i) pemberian bantuan perahu wisata

kapasitas 12 org di Bintan dan Pulau Lusi (1 unit/lokasi), (ii) Bantuan 4 paket papan

nama, papan informasi dan penunjuk arah di Bintan, Kulonprogo, Bima dan Pulau

Lusi, kawasan ekowisata yang menjadi kewenangan KKP (iii) Bantuan Gazebo 1

unit di Sekotong, Lombok Barat, (iv) Bantuan Kano 1 unit di Sekotong, Lombok

Barat, (v) Pembuatan Masterplan di Pulau Lusi dan Pulau Cemara Besar dengan

hasil target 1 kawasan (tercapai 100%) sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 35. Target dan realisasi iku jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah Kawasan Wisata Bahari yang

dikembangkan (Kawasan)

1 5 500

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Jika dibandingkan dengan target 15 kawasan tercapai 100% tahun 2015,

target 3 kawasan tercapai 100% tahun 2016 dan target 1 kawasan tercapai 500%

tahun 2017, selama 3 tahun terakhir jumlah kawasan wisata bahari yang

dikembangkan selalu memenuhi target yang diharapkan dari rencana program,

berikut perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya:

Tabel 36. Perbandingan Nilai jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan Tahun 2017

Terhadap Realisasi Tahun 2015, 2016 dan 2017, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2019)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2015

REALISASI

2016

REALISASI

2017

Thdp

TARGET

JANGKA

MENENGAH

Jumlah kawasan wisata bahari

yang dikembangkan

15 3 5 5

Penggunaan sumberdaya dengan memanfaatkan sumberdaya lokal (dinas)

untuk membantu pelaksanaan kegiatan sehingga efisiensi dalam hal penggunaan

anggaran. Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan didasarkan pada hasil

proposal dari calon penerima bantuan pemerintah sehingga tepat sasaran. Untuk

menunjang hasil yang dicapai dari tahun 2017 ini maka dilakukan Pelatihan

keterampilan terkait wisata serta Bimbingan Teknis Wisata untuk meningkatkan

kapasitas SDM dalam pengelolaan wisata bahari di beberapa lokasi. Berikut adalah

tabel jenis bantuan masyarakat yang telah di sampaiakan kelokasi:

Tabel 37. Jenis bantuan masyarakat tahun 2017

No. Lokasi Jenis Bantuan Jumlah

1. Pulau Lusi Papan Nama 1

Media Informasi 1

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 73

Penunjuk arah 2

Perahu wisata 1

2. Kab. Bintan, Kepri Papan Nama 1

Media Informasi 1

Penunjuk arah 2

Perahu wisata 1

3. Kab. Lombok Barat, NTB Balai-balai (Berugak) 2

Perahu Kano 2

4. Kab. Kulonprogo, DI Yogyakarta

Papan Nama 1

Media Informasi 2

Penunjuk arah 2

5. Kab. Kulonprogo, DI Yogyakarta

Papan Nama 1

Media Informasi 2

Penunjuk arah 2

IKU 14. Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah lingkup Ditjen

Pengelolaan Ruang Laut (%)

Pada tahun 2017, Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah Lingkup Ditjen PRL

merupakan indikator kinerja baru sebagai implementasi dari penyaluran bantuan

pemerintah lingkup Ditjen PRL yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Nilai

Kesesuaian merupakan suatu ukuran atas kesesuaian antara rencana (kebutuhan)

dan realisasi penyaluran bantuan pemerintah oleh Ditjen PRL untuk pemerintah

daerah atau masyarakat berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Pengukuran

dilakukan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penyaluran bantuan pemerintah

berdasarkan kesesuaian kebutuhan, sasaran, kontrak (spesifikasi, jumlah, dan

waktu), dan infrastruktur pendukung.

Nilai kesesuaian bantuan pemerintah merupakan IKU baru pada tahun 2017

dengan target nilai kesesuaian bantuan pemerintah sebesar 80% yang berarti

minimal 80% bantuan pemerintah yang disalurkan kepada pemerintah

daerah/masyarakat telah sesuai kebutuhan, sasaran, kontrak, dan infrastruktur

pendukung dari kegiatan-kegiatan yang direncanakan. Target kesesuaian bantuan

pemerintah Ditjen PRL adalah penyaluran bantuan pemerintah untuk kegiatan: (1)

Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, (2) Pemanfaatan Jasa Kelautan, dan

(3) Keanekaragaman Hayati Laut yang Dilindungi, Dilestarikan dan/atau

Dimanfaatkan.

Penilaian indikator ini dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian

Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan untuk mengukur implementasi dari

penyaluran bantuan pemerintah lingkup Ditjen PRL Pada tahun 2017 dilakukan

terhadap kegiatan prioritas yaitu pemberian bantuan dermaga apung di 4 lokasi yaitu

Pariaman (Pulau Tangah), Indragiri Hilir (Pulau Cawan), Pangandaran (PPI

Nusawiru) dan Wakatobi (Pulau Wangi-Wangi) dengan hasil nilai 83,33 dari target 80

(tercapai 104,16%) sebagaimana pada tabel berikut:

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 74

Tabel 38. Target dan Realisasi IKU nilai kesesuaian bantuan pemerintah Lingkup Ditjen PRL Tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai kesesuaian bantuan pemerintah Lingkup

Ditjen PRL (%)

80 83,33 104,16

Sumber data: Inspektorat Jenderal, KKP

SS.4. Tersedianya Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan

yang Efektif

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Tersedianya Kebijakan

Pembangunan KP yang Efektif, Ditjen PRL menjabarkannya dalam 1 (satu) Indikator

kinerja, yaitu Indeks Efektifitas Kebijakan Pemerintah. Target yang ditetapkan untuk

mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi

pada tahun 2017 ini dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 39. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Tersedianya Kebijakan Pembangunan KP yang Efektif

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Indeks efektifitas kebijakan pemerintah 7,7 8.08 104.94%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

IKU 15. Indeks efektifitas kebijakan pemerintah

Efektivitas adalah suatu kriteria yang digunakan untuk menilai hasil atau

akibat dari implementasi suatu kebijakan publik berdasarkan indikator-indikator yang

ditetapkan dalam dokumen kebijakan tersebut. Efektivitas kebijakan pemerintah

adalah keputusan yang diambil oleh Ditjen PRL melalui penerbitkan Peraturan Dirjeni

dan/atau Keputusan Dirjen dapat dilaksanakan dan mampu menyelesaikan masalah

sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut.

Indeks efektivitas kebijakan pemerintah adalah suatu ukuran untuk menilai

sejauh mana kebijakan yang diterbitkan oleh Ditjen PRL dapat diterima oleh

stakeholders pesisir dan pulau-pulau kecil, serta mampu menyelesaikan masalah

sesuai dengan tujuan pembuatan kebijakan tersebut.

Teknik Menghitung : Melakukan survey melalui prosedur sebagai berikut: (a)

konsistensi nilai jawaban responden; (b) pemberian skor nilai skala (methods of

summated ratings); (c) standarisasi skor nilai skala; (d) penetapan angka indeks,

dengan besaran angka indeks bergerak dari ‘0’ sampai dengan ‘1’; dan (e) analisis

dan interpretasi nilai indeks.

Hasil kegiatan indeks efektivitas kebijakan pemerintah lingkup Direktorat

Jenderal Pengelolaan Ruang Laut diperoleh setelah melalui beberapa tahapan yang

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 75

meliputi rapat koordinasi dengan direktorat teknis lingkup Ditjen PRL, inventarisasi

kebijakan/peraturan yang akan disurvey setiap unit Eselon II sesuai dengan

Perjanjian Kinerja, penetuan responden, penyusunan kuesioner, survey efektivitas

kebijakan pemerintah, pengolahan hasil dan penyusunan laporan.

Pelaksanaan kegiatan Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah Lingkup Ditjen

PRL, dimulai dari bulan April – November 2017. Adapun peraturan/kebijakan yang

dilakukan survey oleh masing-masing unit eselon II telah dilaksanakan dengan baik

dan menghasilkan angka indeks sebagaimana disajikan pada Tabel 40 berikut:

Tabel 40. Indeks Efektivitas Kebijakan Pemerintah Ditjen PRL

NO. UNIT KERJA KEBIJAKAN YANG DI SURVEY NILAI

INDEKS

1 Setditjen PRL Perdirjen Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Perdirjen KP3K Nomor 03 Tahun 2010 Kode Etik Pegawai

Di Lingkungan Ditjen KP3K

7,19

2 Direktorat PRL Permen 23 Tahun 2016 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

8,69

3 Direktorat PPPK Permen KP Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Tatacara Rehabilitasi Pesisir PPPK

8,20

4 Direktorat JASKEL

Permenkp Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Perubahan Permen KP Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perizinan

Reklamasi di WP3K

7,84

5 Direktorat KKHL Permen KP Nomor 02 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan

8,51

NILAI INDEKS LEVEL I (RATA-RATA) 8,08

Pada Tabel 40 menunjukan bahwa nilai indeks efektivitas kebijakan

Peraturan Dirjen KP3K Nomor 03 Tahun 2010 tentang Kode Etik Pegawai di

Lingkungan Ditjen KP3K dan Peraturan Dirjen KP3K Nomor 01 Tahun 2012 tentang

Perubahan atas Peraturan Dirjen Nomor 03 Tahun 2010 tentang Kode Etik Pegawai

di Lingkungan Ditjen KP3K adalah 7,19, indeks efektivitas kebijakan Permen

KP Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Perencanaan Pengelolaan WP3K adalah

8,69, indeks efektivitas kebijakan Permen KP Nomor 24 Tahun 2016 Tentang

Tatacara Rehabilitasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah 8,20, indeks efektivitas

kebijakan Permen KP Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Perubahan Permen KP

Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perizinan Reklamasi di WP3K adalah 7,84 dan

indeks efektivitas kebijakan Permen KP Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Tata Cara

Penetapan Kawasan Konservasi Perairan adalah 8,51.

Maka dari hasil diatas, diperoleh nilai indeks efektivitas kebijakan pada Level

I sebesar 8,08 yang merupakan nilai capaian IKU 15 pada Perjanjian Kinerja Direkur

Jenderal Pengelolaan Ruang Laut.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 76

Nilai indeks efektivitas kebijakan pemerintah Direktorat Jenderal Pengelolaan

Ruang Laut diperoleh dari hasil rata-rata capaian nilai indeks level eselon 2

sebagaimana dijelaskan diatas. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai indeks level

I Ditjen PRL sebesar 8,08. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan kebijakan

lingkup Ditjen PRL sudah cukup efektif namun masih perlu dilakukan evaluasi

dan perbaikan khususnya yang terkait dengan Peraturan Dirjen KP3K Nomor 03

Tahun 2010 tentang Kode Etik Pegawai di Lingkungan Ditjen KP3K dan Peraturan

Dirjen KP3K Nomor 01 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Dirjen

Nomor 03 Tahun 2010 tentang Kode Etik Pegawai di Lingkungan Ditjen KP3K;

Permen KP Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Perencanaan Pengelolaan WP3K;

Permen KP Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Tatacara Rehabilitasi Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil; KP Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Perubahan Permen KP

Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perizinan Reklamasi di WP3K; dan Permen KP

Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi

Perairan.

Jika dibandingkan dengan dengan capaian tahun 2015 belum bisa di hitung

dikarenakan IKU ini baru ada tahun 2016, terhadap capaian 2016 yang tercapai

7,79% dari target 6,5. Nilai tersebut, menunjukkan bahwa kebijakan Ditjen PRL

khususnya terkait dengan larangan pengeluaran ikan hiu koboi dan hiu martil dari

Wilayah NKRI Ke Luar Wilayah NKRI sudah berjalan dengan baik, jika dibandingkan

capaian 2017 yang mengalami peningkatan target dan capaian yang diharapkan

dengan tercapainya 8,08 dari target 7,7, berikut perbandingan terhadap tahun-tahun

sebelumnya :

Tabel 41. Perbandingan Nilai indeks efektivitas kebijakan pemerintah Tahun 2017 Terhadap Realisasi Tahun 2015, 2016 dan 2017, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2019)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2015

REALISASI

2016

REALISASI

2017

Thdp TARGET

JANGKA

MENENGAH

Indeks efektivitas kebijakan

pemerintah

Belum ada 7,79 8,08 7,90

SS.5. Terselenggaranya Tata Kelola Pemanfaatan Pemanfaatan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang Berkeadilan,

Berdaya Saing dan Berkeadilan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 77

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Terselenggaranya Tata Kelola

Pemanfaatan SDKP yang Berkeadilan,Berdaya Saing dan Berkelanjutan , Ditjen PRL

menerjemahkannya kedalam 6 Indikator Kinerja Utama, yaitu: (1) Jumlah Lokasi

Kawasan Laut dan Wilayah Pesisir yang Memiliki Rencana Zonasi dan/atau

Masterplan dan Bisnisplan yang akan Ditetapkan Menjadi Peraturan Perundangan,

(2) Jumlah penambahan luas kawasan konservasi (Ha), Jumlah Pesisir dan Pulau-

pulau kecil yang dibangun sarana prasarananya (pulau), Jumlah kawasan pesisir dan

pulau-pulau kecil yang meningkat ketangguhannya terhadap bencana dan dampak

perubahan iklim (kawasan), Kawasan di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura Jawa

yang direhabilitasi (batang) dan Jumlah luas lahan yang difasilitasi (ha).

Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada

sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2017 tentang penjelasan capaian

masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut:

IKU 16. Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang

memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan

yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan

(kawasan)

Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi

dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan

perundangan merupakan banyaknya Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan/atau

Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yang memiliki dokumen rencana

zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan. Kawasan strategis nasional dan KSNT

meliputi kawasan laut, selat, teluk antar wilayah, dan pulau-pulau kecil terluar

(PPKT). Dasar hukum adanya IKU ini adalah UU Nomor: 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan Pasal 43 ayat 4 (Perencanaan zonasi kawasan laut merupakan

perencanaan untuk menghasilkan rencana zonasi kawasan strategis nasional,

rencana zonasi kawasan strategis nasional tertentu, dan rencana zonasi kawasan

antarwilayah) dan Pasal 4 ayat 4 (Penyusunan RTRLN, RZ KSN, RZ KSNT, dan

rencana zonasi Kawasan Antarwilayah dilaksanakan dengan melibatkan

kementerian/lembaga terkait), Sedangkan untuk KSNT dasar hukumnya selain UU

No.32 Tahun 2014 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor: 62 Tahun 2010 tentang

Pemanfaatan PPKT, bahwa dalam pemanfataan PPKT dilakukan berdasarkan

Rencana Zonasi (RZ) yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri.

Indikator kinerja ini diukur melalui penghitungan jumlah lokasi KSN/KSNT

kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan

dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan. Pada

indikator ini di tahun 2017 mengalami perubahan dalam pencapaian target, dimana

kawasan selat, teluk dan antar wilayah tidak mendukung pencapaian dalam IKU ini,

tetapi IKU Jumlah Perairan Laut Antar Wilayah yang Memiliki Dokumen Rencana

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 78

Zonasi Kawasan Laut. Sedang yang mendukung pencapaian IKU Jumlah lokasi

kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan

dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan (kawasan)

adalah penyusunan rencana zonasi/masterplan di KSN, KSNT dan lokasi SKPT.

Tahapan pencapaian output di indikator ini memiliki perbedaan untuk tahapan

penyusunan dan pemanfaatan output masterplan, rencana zonasi di KSN, KSNT dan

lokasi SKPT yaitu :

1. Penyusunan Masterplan di Sabang dan Sumba Timur, tahapannya pengumpulan

data sekunder, penyusunan draft masterplan, pengumpulan data primer dan

sekunder di daerah, FGD di daerah, pembahasan hasil survey, konsultasi teknis

dan Penyusunan Dokumen Masterplan. Hasil dari kegiatan ini

diimplementasikan oleh Ditjen Perikanan Budidaya.

2. Penyusunan Rencana Zonasi di Jabodetabekpunjur dan BBK, dalam pencapaian

outputnya untuk menjadi perpres sama dengan rencana zonasi antar wilayah

yaitu

a. Penyusunan Dokumen Rencana Zonasi di Jabodetabekpunjur dan BBK

yang tahapannya antara lain : FGD, Pengumpulan Data Sekunder, Analisis

Data dan Penyusunan Peta Tematik, Penyusunan Dokumen Awal,

Konsultasi Publik, Penyusunan Dokumen Antra dan Penyusunan Dokumen

Final.

b. Penyusunan Draft Perpres Rencana Zonasi di Jabodetabekpunjur dan BBK,

melalui proses : Penyusunan draft Kepmen KP tentang Panitia Antar

Kementerian, Pembahasan Draft Perpres dengan BHO Sesditjen

Pengelolaan Ruang Laut, Rapat Koordinasi dengan Kementerian

Koordinator Maritim, Penyampaian Izin Prakarsa, Pembahasan alokasi

ruang lintas K/L. Pada tahun 2018 akan ditindaklanjuti dengan tahapan

yaitu : Pemantapan Teknis Antar K/L, Harmonisasi Ranperpres di

Kemenkumham dan Penetapan di Setkab

Hasil Dokumen Penyusunan Rencana Zonasi di Jabodetabekpunjur dan BBK

penggunaannya sama dengan Rencana Zonasi di Laut Jawa dan Selat Makasar

yaitu sebagai dasar pemanfaatan (perpres), Pengawasan (tindakan

pemantauan, evaluasi, pelaporan) dan Pengendalian (perizinan, pemberian

insentif, pengenaan sanksi).

3. Penyusunan Rencana Zonasi di Maratua, Sambit dan Senoa dalam pencapaian

outputnya untuk menjadi Permen melalui tahapan : Kegiatan Pengumpulan Data

Sekunder, Penyusunan/Perbaikan Dokumen Final dan Draft Ranpermen, FGD

Lintas Kementerian/Lembaga, Harmonisasi dengan Biro Hukum, Legalisasi

Ranpermen menjadi Permen Kelautan dan Perikanan.

Permen KP Rencana Zonasi di Maratua, Sambit dan Senoa sebagai dasar dalam pemanfaatan PPKT (KSNT) sesuai dengan PP No.62 Tahun 2010 tentang Pemanfatan PPKT Pasal 4 Ayat 1 Pemanfaatan PPKT dilakukan berdasarkan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 79

Rencana Zonasi yang ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan masukan menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait.

Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada

IKU ini, serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 42. Target dan Realisasi IKU Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan

7 7 100

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Dalam rangka memenuhi target 7 lokasi pada tahun 2017, telah dilakukan

tahap-tahap kegiatan penyusunan rencana zonasi/masterplan/bisnisplan untuk lokasi

KSN/KSNT yang meliputi: (1) Sabang, (2) Sumba Timur, (3) Pulau Senoa, (4) Pulau

Sambit, (5) Pulau Maratua, (6) Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK), dan (7)

Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Cianjur (Jabodetabekjur).

Pada capaian indikator di tahun ini realisasi sudah sesuai dengan target

dengan didukung oleh kegiatan-kegiatan:

1. Penyusunan Masterplan SKPT Sabang dan Sumba Timur dan telah diserahkan

ke Ditjen Perikanan Budidaya pada tanggal 22 Juni 2017.

2. Penyusunan Rencana Zonasi KSNT di Pulau Maratua dan Sambit sudah

tersusun Dokumen Rencana zonasi KSNT dan draft permen-nya posisi saat ini di

Biro Hukum KP untuk selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan

Perikanan, sedangkan untuk Rencana Zonasi KSNT di Pulau Senoa sudah

tersusun Dokumen Rencana Zonasi dan Draft Permennya pada tahun 2018 akan

ditindaklanjuti oleh Biro Hukum KP.

3. Penyusunan Rencana Zonasi di KSN sudah tersusun dokumen perencanaannya,

sedangkan untuk perkembangan Ranperpres untuk BBK dan Jabodetabekpunjur

yaitu :

Batam Bintan Karimun (BBK)

Penyampaian Ijin Prakarsa tanggal 05/10/2017 (Nota Dinas No.

ND.600/DJPRL.1/X/2017)

Pembahasan alokasi ruang lintas K/L sudah dilaksanakan tanggal 23

Oktober 2017

Pembahasan Drat Ranperpres RZ KSN BBK tanggal 31 Oktober 2017

Penyampaian Ranperpres RZ KSN BBK, Peta Pola Ruang, Peta Struktur

Ruang dan Kronologis kegiatan kepada Dirjen PRL, Sesditjen PRL, dan

Kepala BHO pada tanggal 4 November 2017 (Ranperpres, Peta, Indikasi

Program, Daftar Koordinat).

Jabodetabekpunjur

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 80

REALISASI ANGGARAN IKU 16 TAHUN 2017

Pagu Realisasi

Penyampaian Ijin Prakarsa tanggal 05/10/2017 (Nota Dinas No.

ND.600/DJPRL.1/X/2017)

Penyampaian Ranperpres, Peta Pola Ruang, Peta Struktur Ruang dan

Kronologis kegiatan kepada Dirjen PRL, Sesditjen PRL, dan Kepala BHO

tanggal 16 Oktober 2017 (Ranperpres, Peta, Indikasi Program, Daftar

Koordinat).

Pembahasan Ranperpres tentang RZ KSN Jabodetabekpunjur (Internal

KKP) dilaksanakan tanggal 14 November 2017 di R.R BHO, Gedung

Minabahari 3 Lt.3B,KKP,Jakarta.

Pembahasan Perbaikan Rancangan Final Perpres RZ KSN

Jabodetabekpunjur dilaksanakan tanggal 28 November 2017 di R.R

Direktur PRL,KKP,Jakarta.

Sinkronisasi dan harmonisasi RZ KSN dan RZWP-3-K Provinsi DKI

Jakarta dilaksanakan tanggal 6 Desember 2017 di R.R Direktur PRL,

KKP, Jakarta.

Pada tahun ini indikator kinerja Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah

pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan

ditetapkan menjadi peraturan perundangan (kawasan) ditargetkan tersusun di 7

lokasi yang capaian fisiknya sebesar 100 %, sedangkan untuk capaian keuangan,

dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 24. Target dan realisasi IKU 16 tahun 2017

Pada gambar ini menunjukkan realisasi kegiatan untuk semua lokasi sama

yaitu sebesar 100 %, yang berbeda dalam waktu pencapaian dimana masterplan di

Sabang dan Sumba Timur sudah tercapai 100 % pada bulan juni 2017.

Capaian indikator kinerja Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang

memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 81

menjadi peraturan perundangan (kawasan) bila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 43. Perbandingan realisasi IKU Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan terhadap tahun sebelumnya

Tahun 2016 2017

Pagu 7,768,270,000 1,912,140,000

Realisasi 7,754,480,900 1,912,140,000

Porsentase (%) 99.82 100

Lokasi 14 7

Setelah dibandingkan dengan capaian tahun 2016 realisasi keuangan di tahun 2017

lebih besar porsentasenya, sedangkan jumlah lokasi lebih kecil. Adanya hal ini

sesuai antara anggaran dengan capaian kegiatan.

Pencapaian indikator ini bila dilihat dari effisiensi penggunaan sumber daya pada

tahun 2016 dan 2017 dari keterlibatan narasumber lain, yaitu :

Gambar 25. Effisiensi penggunaan sumber daya pada tahun 2016 dan 2017 dari keterlibatan

narasumber lain tahun 2017

Pada gambar diatas menunjukkan penggunaan sumberdaya manusia untuk

tahun 2017 lebih effisien sebesar 35 % sedangkan pada tahun 2016 sebesar 51 %.

Adanya hal ini dikarenakan target lokasi pada tahun 2016 sebanyak 14 lokasi

sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 7 lokasi. Sehingga dapat disimpulkan

penggunaan sumberdaya di tahun 2017 lebih efisien karena belanja jasa profesi 600

Juta untuk 7 lokasi dibandingkan tahun 2016 karena belanja jasa profesi sebesar 3,9

Milyar untuk 14 lokasi.

Pagu IKU RZ/Masterplan di KSNT/KSN

Belanja Jasa Profesi mendukung IKU RZ/Masterplan di KSNT/KSN

Porsentase terhadap pagu

7.768.270.000

3.967.030.000

51

1.912.140.000

669.900.000

35

Penggunaan Sumberdaya Manusia Tahun 2016 dan 2017

2017 2016

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 82

IKU 17. Jumlah penambahan luas kawasan konservasi (Ha)

Indikator Kinerja Utama Jumlah Penambahan Luas Kawasan Konservasi

adalah jumlah penambahan luas kawasan konservasi baru yang dicadangkan

melalui Surat Keputusan Kepala Daerah atau Surat Keputusan Menteri yang diatur

melalui beberapa tahapan sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan.

Tahapan yang harus dilakukan untuk kawasan konservasi yang baru adalah: usulan

inisiatif, identifikasi dan penilaian potensi calon kawasan konservasi perairan, dan

pada akhirnya pencadangan kawasan melalui SK Kepala Daerah/Menteri. Target

indikator kinerja pada tahun 2017 sebesar 700.000 Ha penambahan luas kawasan

konservasi perairan baru yang telah dicadangkan melalui SK Kepala Daerah.

Penghitungan penambahan luas kawasan konservasi perairan adalah dengan

menginventarisasi dan menjumlahkan luas kawasan konservasi baru yang telah

dicadangkan melalui SK Kepala Daerah/SK Menteri dan menambahkan luasan

kawasan konservasi tersebut ke dalam data base capaian kumulatif kawasan

konservasi perairan yang ada dalam data base kawasan konservasi perairan di

Ditjen PRL.

Pencapaian penambahan luas kawasan Konservasi perairan pada tahun 2017

adalah sebesar 1.179.342 ha atau mencapai 168% dari target tahun 2017 sebesar

700.000 ha. Target dan realisasi kinerja beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 44. Perbandingan target dan realisasi penambahan luas kawasan konservasi perairan

terhadap tahun-tahun sebelumnya

Tahun Target (ha) Realisasi (ha) Persentase

(%)

2015 500.000 851.670 170

2016 600.000 1.144.037 190

2017 700.000 1.179.342 168

Pencapaian target penambahan luas yang dicapai oleh Dit KKHL dari tahun

2015 melebih dari 100%, dimana pencapaian target pada tahun 2017 di peroleh

dengan dicadangkannya kawasan Konservasi perairan di 7 (tujuh) Provinsi yaitu

Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Kalimantan Barat,

Provinsi Bali, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi

Sulawesi Barat. Rincian penambahan luas kawasan dapat di lihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 45. Rincian penambahan luas kawasan tahun 2017

No Nama Kawasan Luas

Kawasan Provinsi Kab/Kota SK Pencadangan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 83

No Nama Kawasan Luas

Kawasan Provinsi Kab/Kota SK Pencadangan

1 Kawasan Konservasi Peraran - Taman Wisata Perairan Pulau Wawonii

28,340.00

Provinsi Sulawesi Tenggara

Konawe Kepulauan

Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara

nomor 725 Tahun 2016 tanggal 30 Desember

2016

2 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Karangasem

5,856.31

Provinsi Bali

Karangasem Keputusan Gubernur Bali 375/03-L/HK/2017

tanggal 19 Januari 2017

3 Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Kepulauan Tatoareng dan Perairan sekitarnya

167,398.00

Provinsi Sulawesi

Utara

Kepulauan Sangihe

Keputusan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 170 tanggal 12 April

2017

4 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan

174,166.30

Provinsi Sumatera

Barat

Pesisir Selatan

Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor

523-6-150 - 2017 7 Februari 2017

5 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Padang

459.86

Provinsi Sumatera

Barat

Kota Padang

Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor

523-6-150 - 2017 7 Februari 2017

6 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pasaman Barat

6,785.80

Provinsi Sumatera

Barat

Pasaman Barat

Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor

523-6-150 - 2017 7 Februari 2017

7 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab. Mamuju

67,000.00

Provinsi Sulawesi

Barat

Mamuju Keputusan Gubernur Sulawesi Barat Nomor

188.4/526/sulbar/IX/2016 6 September 2016

8 Taman Pulau Kecil Pulau Randayan

133,779.00

Provinsi Kalimantan

Barat

Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 193/DKP/2017 tanggal

21 Februari 2017

9 Taman Pesisir Paloh 105,252.79

Provinsi Kalimantan

Barat

Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 193/DKP/2017 tanggal

21 Februari 2017

10 Taman Pesisir Kubu Raya

301,845.94

Provinsi Kalimantan

Barat

Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 193/DKP/2017 tanggal

21 Februari 2017

11 Taman Pulau Kecil Kendawan

188,458.29

Provinsi Kalimantan

Barat

Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 193/DKP/2017 tanggal

21 Februari 2017

1,179,342.29

Pencapaian penambahan luas kawasan Konservasi perairan di tahun 2017

yang melebihi 100% dari target disebabkan oleh tingginya komitmen dari Pemerintah

Pusat dan Daerah untuk membentuk kawasan Konservasi perairan serta kesadaran

masyarakat dalam menjaga kelestarian alam di daerahnya. Kerjasama dengan

stakeholders seperti NGO serta perguruan tinggi di Indonesia turun mendukung

percepatan pembentukan kawasan Konservasi di Indonesia.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 84

Penurunan anggaran kegiatan menyebabkan Ditjen PRL mengoptimalkan

kerjasama dengan pemerintah provinsi serta berbagai mitra dalam pencadangan

kawasan Konservasi, kegiatan yang mendukung tercapainya kinerja ini adalah

identifikasi potensi calon kawasan Konservasi perairan daerah, penetapan kawasan

Konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil, kolaborasi dengan pemda dan

NGO untuk proram pencadangan kawasan Konservasi serta mendorong proses

percepatan P3D (Personil, Pendanaan, Prasarana dan Sarana dan Dokumen)

Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

IKU 18. Jumlah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana

prasarananya (pulau)

Target Indikator Kinerja Utama Jumlah Pulau-Pulau Kecil yang Dibangun

Sarana Prasarananya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Penghitungan

dilakukan secara komulatif dari tahun-tahun sebelumnya. Target tahun 2015 sebesar

20 pulau mengalami penambahan 5 pulau pada tahun 2016 sehingga menjadi 25

pulau. Pada tahun 2017, target secara komulatif berjumlah 31 pulau atau mengalami

penambahan 6 pulau dari tahun sebelumnya. Penambahan 6 pulau inilah yang

menjadi target pembangunan sarana-prasarananya pada tahun 2017.

Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada

sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada tabel

berikut:

Tabel 46. Target dan Realisasi Jumlah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana prasarananya (pulau)

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana prasarananya (pulau)

31 52* 167,74%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Kawasan pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana-prasarananya

adalah wilayah pesisir dan PPK/PPKT dimana dilakukan pengadaan sarana-

prasarana dasar misalnya jetty dan sarana-prasarana pendukung ekonomi produktif

(misalnya: alat selam, jukung, chest freezer, cool box, jarring, genset, kompresor).

Sarana dan pasarana yang dibangun ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

setempat. Hasil dari pelaksanaan yang menunjang IKU ini adalah:

1. Pembangunan dermaga apung di 4 Kabupaten pada 4 Provinsi yaitu

Kabupaten Indragiri Hilir (Provinsi Riau), Kabupaten Pangandaran (Provinsi

Jawa Barat), Kabupaten Wakatobi (Provinsi Sulawesi Tenggara) dan

Kabupaten Pariaman (Provinsi Sumatera arat) yang terealisasi 100%;

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 85

2. Bantuan sarana ekonomi produktif di 23 Kab/Kota di 17 Provinsi, terdiri dari 17

Provinsi (Riau, Sultera, Jateng, Papua Barat, Sulsel, Kepri, NTB, Jatim,

Lampung, Sumbar, Malut, Aceh, NTT, Babel, Gorontalo, Maluku dan Jabr)

penerima bantuan sarana usaha ekonomi produktif di pesisir dan pulau-pulau

kecil, dengan bentuk bantuan sebagai berikut :

Tabel 47. Jenis bantuan sarana usaha ekonomi produktif di pesisir dan pulau-pulau kecil

No. PROPINSI JENIS BANTUAN

1 Riau Perahu 0,5 GT 13 Unit, Alat tangkap kepiting 700 Unit

2 Sulawesi Tenggara

alat selam scuba 4 set, alat selam dasar 24 set, pelampung 15 unit, mesin tempel 15 pk 1 unit, mesin tempel 5,5 PK 4 unit,Cool Box,

Pancing tuna, Jaring gillnet dasar, jaring gillnet permukaan

3 Jawa Tengah

Alat Diving (masker,snorkel, Fins, Boties,Wetsuit,BCD Regulator, pressure 2in 1, octopus,pemberat timah dan Belt with 16 Unit, Life jacket 50 unit, Alat selam dasar 15 set, mesin tempel 15 PK 1 unit,

perahu fiber 12x1,2m, Genset 4,6 KVA

4 Papua Barat Alat selam scuba 4 set, kompresor 1 unit

5 Sulawesi Selatan

alat selam scuba 6 set, alat selam dasar 6 set, pelampung 15 unit, cool box 100 liter 10 unit, jaring 30 set

6 Kepulauan Riau

Alat selam dasar 20 unit, life jacket 15 unit, kamera bawah laut 1 unit, baju snorkel 20 unit, banana boat 2 unit, pompa 2 unit, perahu fiber 1 GT 1 unit, mesin tempel 40 PK 1 unit, mesin tempel 25 PK 1 unit, mesin tempel 15 PK 1 unit, life jacket 50 unit, penampung air 1 unit, jet pump 1 unit, alat selam scuba 1 unit, Alat Selam Scuba 5

set, Kamera 2 unit

7 Nusa Tenggara Barat

Mesin Tempel 15 PK, Perahu fiber 1 Unit, Alat selam dasar (masker,Snork, Fin), Life jaket, Gerobak sampah, Gajebo 2x2

tempat sampah 240 ltr, Etalase 2 unit, Alat pengolah hasil perikanan (Alat pemisah ikan dan tulang dll)

8 Jawa Timur Mesin Tempel 15, 25,40 PK masing2 1 Unit, Mesin tempel

Jiandong 1 Unit, Genset 10.000 Watt 1 Unit

9 Lampung Perahu 2 Unit, Mesin Tempel 15 PK 2 Unit, Alat selam dasar

(masker,fin , snork) 38 Set, life jacket 140 Unit

10 Sumatera Barat

Alat selam scuba 2 set, kompresor 1 unit dan mesin tempel 15 PK 1 unit

11 Maluku Utara

Kompresor 1 unit, tabung selam 6 unit, chest freezer 370 liter 25 unit, Alat selam scuba 3 set, cool box 300 L 10 unit, mesin tempel

40 PK 1 unit dan mesin tempel 15 PK 1 unit

12 Aceh Alat selam scuba 2 unit, mesin tempel 15 PK 3 unit, Coolbox 350

liter 2 unit, collbox 200 liter 1 unit

13 NTT Cool Box 100 Liter 166 unit

14 Bangka Belitung

mesin pemotong 8 unit, mixer adonan 8 unit, mesin penggiling elektrik 8 unit, chest freezer 400 lt 3 unit, mesin pembuat tepung 1

unit

15 Gorontalo Alat selam scuba 3 unit, kompresor selam 1 unit, tabung selam 9

unit

16 Maluku mesin tempel 15 PK 1 unit, chest freezer 1000 liter 4 unit, coolbox

350 liter 6 unit, genset 10000 KvA 1 unit, jaring 3 inch 16 unit, Jaring 2 inch 14 unit

17 Jawa Barat Cool Box 120 L 97 buah, 200 L 90 Buah

Terealisasinya IKU ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1) adanya kerjasama, dukungan dan kesiapan pemerintah daerah dan kelompok

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 86

masyarakat yang baik; 2) Pihak ketiga sebagai pelaksana kegiatan cukup kooperatif;

3) Setiap tahap kegiatan dikawal dengan baik oleh penanggungjawab kegiatan.

Gambar 26. Dermaga Apung

Gambar 27. Ekonomi Produktif

IKU 19. Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang

meningkat ketangguhannya terhadap bencana dan

dampak perubahan iklim (kawasan)

IKU Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat

ketangguhannya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim merupakan IKU

Ditjen PRL yang telah ada dari tahun 2015 dengan target IKU 22 kawasan. Pada

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 87

tahun anggaran 2016 targei IKU meningkat menjadi 25 kawasan, sedangkan pada

tahun 2017, tagret IKU menjadi 18 kawasan.

Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada

sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada tabel

berikut:

Tabel 48. Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat ketangguhannya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim (kawasan)

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat ketangguhannya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim (kawasan)

18 16 88.89%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Terkait target 18 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat

ketangguhannya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim, tercapai 16

kawasan yang terdiri dari:

Sabuk Pantai: (1) Kab. Karawang, Jawa Barat sepanjang 3300 meter; (2) Kab.

Kotawaringin Timur, Prov Kalimantan Tengah sepanjang 420 meter;

Struktur Hybrid: (3) Kab. Serang, Banten sepanjang 2240 meter; (4) Kab, Cirebon,

Jabar sepanjang 1850 meter; (5) Kab. Demak, Jateng sepanjang 3500 meter, (6)

Kab. Rembang, Jawa Tengan sepanjang 1100 meter; (7) Kab. Gresik, Jawa Timur

sepanjang 1200 meter;

Struktur Concrete: (8) Kab. Mempawah, Kalbar sepanjang 30 meter; (9) Kab.

Pangandaran, Jabar sepanjang 180 meter; (10) Kab. Aceh Barat, Aceh sepanjang

145 meter; (11) Kab. Pati, Jawa Tengah sepanjang 240 meter; (12) Kab. Padang

Pariaman, Sumbar sepanjang 120 meter;

APBN-P: terdapat kegiatan tambahan berupa Sekolah Pantai di 4 kawasan yakni

(13) Sabang, (14) Pangandaran, (15) Indramayu, (16) Merauke yang berisi materi

penyadaran lingkungan kepada generasi muda berupa implementasi 4A (amati,

analisa, ajarkan dan aksi) dan tindakan aksi berupa penanaman mangrove, bersih

pantai, dan transplantasi karang.

Untuk Kab. Indramayu mengalami gagal kontrak karena perusahaan

pemenang lelang mengundurkan diri sesuai dengan surat dari Direktur PT.

Ramadhan Karya Pratama No. 36/S/RKP/XI/2017 tanggal 27 November 2017 perihal

Surat Pengunduran Diri.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 88

Gambar 28.Surat pengunduran diri PT. Ramadhan Karya Pratama

5 lokasi belum dapat dilaksanakan meliputi: Sabuk Pantai: (1) Kab.

Bengkalis-Riau; Struktur Hybrid: (2) Kab. Meranti-Riau; Struktur Concrete: (3)

Kab. Banyuasin- Sumsel, (4) Kab. Nunukan-Kaltara, (5) Kab. Lamongan-Jatim. Hal

ini disebabkan oleh hasil perencanaan yang perlu ditelaah lebih lanjut. Namun

terdapat kegiatan tambahan berupa Sekolah Pantai di 4 lokasi yakni 1) Sabang, 2)

Pangandaran, 3) Indramayu, 4) Merauke yang berisi materi penyadaran lingkungan

kepada generasi muda berupa implementasi 4A (amati, analisa, ajarkan dan aksi)

dan tindakan aksi berupa penanaman mangrove, bersih pantai, dan transplantasi

karang.

Pada tahun 2015 sabuk pantai yang ditargetkan sebesar 5 Km dan

terealisasi sepanjang 2,65 Km atau terealisasi 52%. Sedangkan tahun 2016 target

awal sebesar 15 Km tetapi dikarenakan efisiensi target berubah menjadi 10 Km.

Realisasi dari target TA 2016 sebesar 10 Km atau 100 %. Realisasi kinerja serta

capaian kinerja tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 lebih tinggi.

Sesuai lampiran II Permen KP No.45 Permen-KP/2015 tentang Perubahan

atas Permen KP No.25 tahun 2016 tentang Renstra KP 2015-2019, disebutkan

bahwa total target pembangunan sabuk pantai sampai tahun 2016 adalah sepanjang

20 Km. namun demikian, realisasi kinerja sampai dengan tahun 2016 dibandingkan

target menengah yang terdapat dalam perencanaan strategis organisasi sepanjang

12,65 Km atau tercapai ±63%. Meskipun realisasi kinerja tahun 2016 apabila

dibandingkan tahun 2015 cenderung meningkat, tetapi apabila dibandingkan target

kumulatif sampai dengan tahun 2016 atau sesuai dokumen Renstra organisasi maka

realisasi kinerja cenderung menurun. Penyebab penurunan realisasi kinerja sampai

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 89

tahun 2016 adalah adanya kebijakan efisiensi anggaran selama beberapa kali dalam

setahun yang berimplikasi kepada penghematan dan review terhadap program

kegiatan dan anggaran.

Untuk sabuk pantai tahun 2017 melebihi target yang ditetapkan tahun 2016

yakni 15 km dengan capaian tambahan di tahun 2017 sepanjang 3720 meter. Untuk

Struktur Hybrid penambahan di 2017 sepanjang 9890 meter. Untuk struktur concrete

ada mulai 2017 sepanjang 715 meter. Kendala yang dihadapi selama tahun 2017

meliputi: (i) Penggabungan 2 satker menjadi satu, (ii) Terlambatnya perencanaan, (iii)

Gagal lelang.

IKU 20. Kawasan di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura Jawa

yang direhabilitasi (batang)

Indikator Kinerja Utama Kawasan di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura

Jawa yang direhabilitasi merupakan IKU lanjutan dari tahun 2016 dengan

penghitungan dilakukan melalui jumlah mangrove yang ditanam dengan satuan

batang pada sejumlah kawasan. Target IKU 2017 sebanyak 900.000 batang

mengalami penurunan jumlah daripada target tahun 2016 sebanyak 3 juta batang.

Hingga tahun 2016, capaian penanaman mangrove dalam upaya rehabilitasi pesisir

telah mencapai 450.880 batang. Target penanaman mangrove sebanyak 900.000

batang pada tahun 2017 ini jika realisasinya mencapai 100% akan melebihi target

akhir RPJM tahun 2019 dengan target 7.360.980 batang. Target lokasi penanaman

mangrove pada tahun 2017 berada di 4 lokasi, yaitu: Kabupaten Indramayu, Gresik,

Lampung Timur, dan Jepara.

Terkait target 4 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil/pantai utara Jawa

yang direhabilitasi melalui penanaman 900 ribu batang mangrove, target ini secara

jumlah batang tidak tercapai namun jumlah kawasan mencapai 9 kawasan sehingga

melebihi target. Jumlah capaian kawasannya 1) Pulau Lusi, Sidoarjo, 2) Pulau

Ngenang, Batam, 3) Pantai Desa Pabean Ilir, Kec. Pasekan, Kab. Indramayu, 4)

Sungai Kupah Kab. Kuburaya Kalbar, 5) Desa Lembar Selatan Kab. Lombok Barat,

NTB, 6) Pantai Lamtebu, Kel. Bira, Kota Makasar, Sulsel, 7) Pantai Lirang Pulau

Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara, 8) LSM di Tombok Lorok, 9) Pulau Maratua dan

Pulau Derawan di Kab. Berau, Kalimantan Utara. Mengingat rehabilitasi diarahakan

agar menggunan dana CSR maupun pihak ketiga lainnya maka sesuai dengan

amanat, untuk penanaman mangrove di Pulau Ngenang, Batam dilakukan melalui

kerjasama dengan pihak BUMN PT. Pertamina Trans Continental melalui program

Coorperate Social Responsibility (CSR); Badan Pengelola Lumpur Sidoarjo (BPLS)

untuk Pulau Lusi yang tumbuh mengelilingi pulau; dengan Pemda Kabupaten/Kota

dan International Fund for Agriculture Development (IFAD) di Kuburaya, Lombok

Barat, Kota Makasar dan Bitung, dan dengan kelompok masyarakat di Indramayu.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 90

Capaian tahun 2017 dari target awal penanaman mangrove 900.000 batang

mengalami penyesuaian dikarenakan kegiatan di cut off berdasarkan hasil retreat,

kedepan diarahkan kegiatan CSR, dimana hal-hal yang perlu menjadi perhatian :

1) Perubahan target output penanaman 900.000 batang mangrove diganti menjadi

kegiatan Gerakan Cinta Laut (GITA LAUT) di 6 lokasi didasari karena

penanaman mangrove akan diintegrasikan dengan BUMN melalui kegiatan

CSR. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah berkoordinasi dengan

Kementerian BUMN melalui surat Sekretaris Jenderal KKP Sekretaris

Kementerian BUMN Nomor B.786/SJ/VII/2017 tanggal tanggal 19 Juli 2017

perihal Permohonan Bantuan Rehabilitasi Mangrove di Pesisir melalui dana

CSR/PKBL BUMN.

2) Dengan Gerakan Cinta Laut diharapkan masyarakat semakin sadar untuk secara

aktif turut serta dalam upaya merehabilitasi kawasan pesisir serta pengelolaan

wilayah pesisir secara menyeluruh.

Namun demikian, pada tahun 2017 telah terdapat capaian program CSR

sebanyak 62.000 batang atau sekitar 6,87% dari target 900.000 batang, hasil

penanaman mangrove dari program CSR dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 49. Program CSR terkait penanaman mangrove

No Lokasi Jumlah (Batang) Keterangan

1 Desa Pabean Ilir, Indramayu

52.000 POKMAS Rapi Jaya Putra

2 Pulau Ngenang, Batam 10.000 CSR Pertamina Trans Continental

(anak Perusahaan PT. Pertamina Tbk)

3 Teluk Awur, Jepara 1.500 Universitas Diponegoro di Teluk Awur,

Jepara, Jawa Tengah sebanyak 1.500 bibit

Jumlah 63.500

.

Dari capaian tersebut diatas, penunjang keberhasilan kinerja Kawasan di

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura Jawa yang direhabilitasi tergantung pada hal-

hal sebagai berikut:

1. CSR pihak swasta menaruh perhatian pada penanaman mangrove.

2. Perhatian dari pemerintah daerah terhadap penanaman mangrove.

3. Peran serta kelompok masyarakat setempat dalam memelihara pertumbuhan

bibit mangrove yang ditanam sampai dengan besar.

Penyebab penurunan kinerja untuk tahun 2017 terkait jumlah batang

mangrove yang ditanam dikarenakan untuk penanaman mangrove arahannya

dilakukan melalui kerjasama dengan CSR dimana belum banyak pihak swasta

dengan CSR yang menaruh perhatian pada penanaman mangrove, jikalau adapun

seperti PT. Pertamina Trans continental jumlahnya batang mangrove yang ditanam

tidak signifikan besar jumlahnya (tidak mencapai ratusan ribu batang). Disamping itu,

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 91

syarat dari perusahaan untuk mengeluarkan CSR berupa penanaman mangrove

lebih banyak ke biaya publikasi, namun jumlah batang yang akan di tanam sedikit.

Upaya langkah kedepan mendorong peran aktif dari pihak swasta melalui

CSR penanaman mangrove, dengan menjalin komunikasi dan kerjasama dengan

lebih banyak kepada pihak sawasta.

IKU 21. Jumlah luas lahan yang difasilitasi (ha)

Indikator Kinerja Utama Jumlah Luas Lahan yang Difasilitasi merupakan

jumlah luas lahan garam rakyat binaan KKP yang menjadi target penyaluran bantuan

pemerintah dalam bentuk bantuan fisik dan teknis selama musim produksi. Teknik

penghitungan dilakukan melalui: (1) Pendataan luas lahan garam rakyat dari DKP

Kab/Kota PUGAR berdasarkan pendataan oleh tenaga pendamping sesuai data luas

lahan anggota kelompok PUGAR; (2) Verifikasi data oleh BPS Kab/Kota; (3)

Pengolahan data oleh Sekretariat PUGAR, Direktorat Jasa Kelautan Ditjen PRL; dan

(4) Validasi secara nasional bersama BPS Pusat.

Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada

IKU ini, serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 50. Target dan Realisasi Jumlah luas lahan yang difasilitasi (Ha)

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah luas lahan yang difasilitasi (ha) 10,000 18,422 184.22%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Target IKU luas lahan yang difasilitasi pada tahun 2017 seluas 10.000 Ha,

lebih rendah dibandingkan target tahun 2016 seluas 24.000 Ha. Target luas lahan

yang difasilitasi tahun 2016 tidak tercapai, capaian seluas 12.643 Ha (52,68%),

karena kurang optimalnya pendekatan persuasif dengan pemilik lahan. Pada tahun

2017 ini rencana yang akan menjadi sasaran utama dalam rangka pencapaian IKU

antara lain dicapai melalui integrasi lahan, intensifikasi menggunakan geoisolator dan

teknologi ilir filter, dan ekstensifikasi lahan. Berikut jumlah luas lahan yang difasilitasi

:

Tabel 51. Jumlah luas lahan yang difasilitasi (Ha)

No Satker Realisasi

Luas Lahan (Ha)

1 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Cirebon 1,435.00

2 Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu 2,714.46

3 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Rembang 1,579.89

4 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Demak 1,271.24

5 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Brebes 430.00

6 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati 2,838.11

7 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lamongan 205.50

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 92

No Satker Realisasi

Luas Lahan (Ha)

8 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sampang 2,775.01

9 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pamekasan 913.50

10 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumenep 1,596.75

11 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tuban 272.75

12 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jeneponto 182.71

13 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pangkep 408.78

14 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bima 1,743.02

15 Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kupang 55.32

Total 18,422.04

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Target jumlah luas lahan yang difasilitasi pada tahun 2017 seluas 10.000,00

Ha, sedangkan realisasi jumlah luas lahan yang difasilitasi seluas 18.422,04 Ha.

Target luas lahan yang difasilitasi pada tahun 2017 lebih rendah dibandingkan target

tahun 2016 seluas 24.000 Ha. Target luas lahan yang difasilitasi tahun 2016 tidak

tercapai, capaian seluas 12.643 Ha (52,68%), karena kurang optimalnya pendekatan

persuasif dengan pemilik lahan. Beberapa langkah yang telah dilakukan agar dapat

mencapai IKU, antara lain melalui integrasi lahan, intensifikasi menggunakan

geoisolator dan teknologi ulir filter, dan ekstensifikasi lahan. Kementerian Kelautan

dan Perikanan akan terus berupaya memajukan kesejahterakan petambak garam

rakyat sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak

Garam. Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya dan target jangka

menengah (2019) sebagai berikut :

Tabel 52. Perbandingan Nilai jumlah luas lahan yang di fasilitasi Tahun 2017 Terhadap Realisasi Tahun 2015, 2016 dan 2017, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2019)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2015

REALISASI

2016

REALISASI

2017

TARGET JANGKA

MENENGAH

Jumlah luas lahan yang

difasilitasi (ha)

Belum ada 12.643 18,422 1.300

SS.6. Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP

yang Profesional dan Partisipatif

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Terselenggaranya Pengendalian

dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang Profesional dan

Partisipatif, Ditjen PRL menerjemahkan Indikator Kinerja Utama melalui Jumlah

Keanekaragaman Hayati Laut yang Dilindungi, Dilestarikan dan/atau Dimanfaatkan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 93

dengan satuan jenis. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator

kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada

tabel berikut:

Tabel 53. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan SDKP yang Profesional dan Partisipatif

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan (jenis)

19 19 100%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

IKU 22. Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi,

dilestarikan dan/atau dimanfaatkan (jenis)

Jumlah Keanekaragaman Hayati Laut yang Dilindungi, Dilestarikan dan/atau

Dimanfaatkan merupakan jumlah jenis ikan yang dilakukan upaya perlindungan,

pelestarian dan/atau pemanfaatannya melalui pengelolaan terhadap spesies

prioritas yang dilakukan upaya-upaya antara lain: pendataan, penetapan status

perlindungan/regulasi pemanfaatan, sosialisasi, penyusunan rencana pengelolaan,

implementasi rencana pengelolaan yang bertujuan untuk menjaga/meningkatkan

populasinya dan dapat memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat

sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009.

Pada tahun 2017, target IKU sebesar 19 jenis dan lebih besar dibandingkan

target tahun 2016 (15 jenis) dan 2015 (15 jenis). Cara menghitung jumlah jenis ikan

yang dilakukan perlindungan, pelestarian, dan atau pemanfaatannya dengan

melakukan penilaian terhadap upaya pengelolaan yang dilakukan berdasarkan

pedoman evaluasi pengelolaan jenis yang terbagi dalam 3 level pengelolaan, yaitu:

(1) level perunggu, yaitu jenis ikan yang telah dilakukan upaya pendataan sebaran

dan populasinya, upaya penetapan status perlindungan, aturan pemanfaatan, dan

telah dilakukan sosialisasi aturan dalam rangka penyadaran masyarakat; ; (2) level

perak, yaitu jenis ikan yang telah mempunyai rencana pengelolaan, yang merupakan

strategi dan rencana aksi upaya pengelolaan yang akan dilakukan berbagai pihak

terkait; (3) level emas, yaitu jenis ikan yang rencana pengelolaannya telah

diimplementasikan serta populasinya terjaga serta bermanfaat secara ekonomi bagi

masyarakat.

capaian target iku pada tahun 2017 sebesar 100% dimana tercapai 19 jenis

spesies target yang dikelola. Dimana target dan realisasi pengelolaan jenis ikan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 54. Target dan realisasi pengelolaan jenis ikan terhadap tahun-tahun sebelumnya dan

jangka menengah

Tahun Target (ha) Realisasi (ha) Persentase (%)

2015 15 15 100

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 94

2016 19 19 100

2017 19 19 100

2019 20 - -

Level pengelolaan jenis ikan prioritas hingga tahun 2019 yang akan dilakukan adalah

seperti gambar dibawah ini

Gambar 29.Level pengelolaan jenis ikan prioritas hingga tahun 2019

Status pengelolaan spesies prioritas hingga tahun 2017 dapat dilihat sebagai

berikut :

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 95

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 96

Gambar 30.Status pengelolaan spesies prioritas hingga tahun 2017

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai target di tahun 2017 ini sebagai

berikut: Rancangan Permen KP Larangan Ekspor Pari Mobula (Proses pengesahan

oleh MKP); Rancangan Kepmen KP RAN Konservasi Jenis Ikan untuk jenis

Terubuk, Pari Manta, Bambu Laut, Napoleon, dan Hiu (Proses di BHO); Rancangan

Kepmen KP RAN Konservasi Mamalia Laut (Proses di BHO) ; Rancangan Kepmen

KP RAN Penetapan Status Perlindungan Terbatas BCF (Proses di Bag Hukum

PRL); Rancangan Permen KP Perpanjangan Ketiga Larangan Ekspor Hiu Martil dan

Hiu Koboi (Proses di BHO); Inisiasi awal perlindungan ikan mola-mola; Dokumen

Analisis Kebijakan Perlindungan Ikan Capungan Banggai (BCF); Pertemuan tindak

lanjut pengelolaan hiu paus; Pembentukan Komite Konservasi Dugong; Pelaksanaan

program konservasi dugong dan lamun berbasis masyarakat (DSCP) di Bintan, Alor,

dan Kobar; Non-Detrimental Finding (NDF) Hiu Martil; Assesment Report Spesies

Terancam Punah (Penyu, Mamalia Laut, Hiu) di wilayah segitiga karang;

Conservation Plan Spesies Terancam Punah (Penyu, Mamalia Laut, Hiu) di wilayah

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 97

segitiga karang; Pertemuan Koordinasi Hasil AC CItes untuk spesies karang Hias;

Evaluasi RAN Konservasi Sidat; Pertemuan koordinasi tindak lanjut pengelolaan

ikan arwana papua; Survey T0 BCF; Sosialisasi Biota Perairan Dilindungi di Bangka,

Mentawai, Pangandaran, dan DIY; SOP dan standar pelayanan publik Rekomendasi

hiu utuh dan sirip hiu utuh; SOP dan standar pelayanan publik rekomendasi pari,

insang pari dan kulit pari; SOP dan standar pelayanan publik rekomendasi produk

olahan hiu dan pari; Draft Permen Pemanfaatan jenis ikan yang dilindungi dan/atau

appendiks CITES, kuota perdagangan hiu appendiks II dan koordinasi implementasi

MA CITES.

SS.7.Terwujudnya Aparatur Sipil Negara Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut yang Kompeten, Profesional dan

Berintegritas

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Terwujudnya Aparatur Sipil

Negara DJPRL yang Kompeten,Profesional dan Berintegritas , Ditjen PRL

menjabarkannya dalam 1 (satu) Indikator kinerja yaitu Indeks Kompetensi dan

Integritas DJPRL (%). Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator

kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada

tabel berikut:

Tabel 55. Target dan Realisasi Indeks kompetensi dan integritas DJPRL

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Indeks kompetensi dan integritas DJPRL 80 95,89 119,86 %

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

IKU 23. Indeks kompetensi dan integritas Ditjen PRL

Kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas sesuai

dengan kemampuan dan pengetahuan dan integritas adalah kecendrungan untuk

sikap yang patuh pada aturan dan norma yang telah ditetapkan. Indeks kompetensi

dan integritas merupakan indeks kemampuan dan kepatuhan pegawai Ditjen PRL

dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penghitungan indeks kompetensi dan

integritas terdiri atas disiplin kehadiran pegawai, capaian kinerja individu sesuai

Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), dan Laporan Harta Kekayaan Pejabat

Negara/Aparatur Sipil Negara (LHKPN/LHKASN). Target indeks kompetensi dan

integritas tahun 2017 adalah 80 yang akan dicapai dalam 1 tahun, sesuai dengan

nilai standar nasional sebesar 80.

Indikator Indeks komptensi dan intregitas Ditjen PRL mengacu pada hasil nilai

indeks dibawah ini :

NO URAIAN NILAI CAPAIAN BOBOT TOTAL

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 98

1 Rekap Presensi Online 94,33 25 23,58

2 Nilai SKP Pegawai 89,22 25 22,30

3 Nilai LHKPN/LHKSN 100 25 25,00

4 Nilai Asessment 100 25 25,00

Rata - rata 95,89

Tabel 56. Hasil Nilai Indeks Kompetensi dan Intregitas Ditjen PRL Tahun 2017

Dari tabel hasil nilai indeks kompetensi dan intregitas diatas untuk capaian

sudah bagus dikarenakan sudah melampaui target yang ditetapkan dengan nilai

indeks 80. Apabila dibandingkan dengan nilai capaian kinerja tahun lalu, untuk tahun

ini memiliki selisih nilai antara target dan capaian lebih tinggi daripada tahun lalu.

Adapun perhitungan selisih nilai indeks sebagai berikut :

Tahun 2015 sebesar : 94,80 (capaian) – 88 (target) = 6,80 (selisih)

Tahun 2016 sebesar : 84,46 (capaian) – 77 (target) = 7,46 (selisih)

Tahun 2017 sebesar : 95,89 (capaian) - 80 (target) = 15,89 (selisih)

Perbandingan realisasi capaian kinerja sampai dengan tahun 2017 degan

target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategi Ditjen

PRL Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

No Tahun Indeks Kompetensi dan Intregitas

Target Capaian Realisasi

1 2015 88 94,80

2 2016 77 84,46

3 2017 80 95,89

4 2018 93 -

5 2019 94 -

Tabel 57. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2017 dengan Perencanaan Jangka Menengah

Analisa keberhasilan dari indeks kompetensi dan integritas Ditjen PRL yaitu :

1. Meningkatnya persentase tingkat kehadiran pegawai lingkup DJPRL yaitu

sebesar 94,33 ;

2. Meningkatnya persentase tingkat pengisian capaian kinerja pada Aplikasi SKP

online lingkup DJPRL yaitu sebesar 89,22;

3. Terkumpulnya Laporan LHKPN/LHKSN seluruh pegawai lingkup DJPRL yaitu

sebesar 100%;

4. Telah dilakukan Asessment seluruh pegawai DJPRL yaitu sebesar 100%;

5. Telah diberikan reward bagi 10 pegawai terbaik dinilai dari kedisiplinan kehadiran

pegawai lingkup DJPRL.

Analisa efisiensi sumberdaya telah dilakukan dengan pengisian SKP dan

Presensi dilakukan secara online. Adapun beberapa kegiatan yang telah dilakukan

oleh Ditjen PRL yang menunjang pencapaian realisasi kinerja yang melampaui target

adalah sebagai berikut :

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 99

1. Aplikasi Sasaran Kerja Pegawai Online (e-SKP) untuk pengukuran kinerja

individu seluruh pegawai lingkup Ditjen PRL dapat diukur secara berkala setiap

bulannya;

2. Aplikasi Sistem Informasi Kehadiran Pegawai Online (SIKEPO) untuk

pengukuran tingkat kehadiran Pegawai dengan menerapkan Disiplin Pegawai

yang mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

3. Dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengisian Laporan Harta Kekayaan

Aparatur Sipil Negara (LHKASN) dan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) seluruh pegawai Ditjen PRL;

4. Dilakukannya Asessment Pegawai yang sudah dilakukan untuk seluruh pegawai

Ditjen PRL;

5. KKP telah menerapkan seleksi terbuka untuk jabatan dari tingkat pengawai

sampai dengan tingkat jabatan pimpinan tinggi madya dengan menggunakan

persyaratan Assesment Pegawai dan kompetensi Pegawai.

SS.8 Tersedianya Manajemen Pengetahuan Direktorat Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut yang Handal dan Mudah Diakses

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Tersedianya Manajemen

Pengetahuan DJPRL yang Kompeten, Profesional dan Berintegritas , Ditjen PRL

menjabarkannya dalam 1 (satu) Indikator kinerja yaitu Persentase Unit Kerja DJPRL

yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang terstandar (%). Target

yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran

strategis ini, serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 35. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Terwujudnya Manajemen Pengetahuan Ditjen PRL yang Kompeten, Professional dan Berintegritas

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Persentase unit kerja DJPRL yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar

65 68.68 105.66%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

IKU 24. Persentase unit kerja DJPRL yang menerapkan sistem

manajemen pengetahuan yang terstandar

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur sasaran strategis

tersedianya manajemen pengetahuan Ditjen PRL yang handal dan mudah diakses,

yaitu: Persentase unit kerja Ditjen PRL yang menerapkan sistem manajemen

pengetahuan yang terstandar. Sistem manajemen pengetahuan adalah suatu

rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 100

pemerintah ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan

mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari.

Cara menghitung sebagai berikut: unit kerja yang menerapkan sistem manajemen

pengetahuan dibandingkan dengan total unit kerja Ditjen PRL. Dalam penghitungan

realisasi indikator kinerja ini, Ditjen PRL melakukan koordinasi dengan Setjen KKP

khususnya Biro Perencanaan. Pada umumnya, indikator ini dihitung untuk satu tahun

penuh (sifatnya tahunan).

Dalam rangka pelaksanaan IKU Penerapan Manajemen Pengetahuan

Terstandar Lingkup KKP sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management), sampai

dengan akhir Tahun 2017 Nilai Penerapan Manajemen Pengetahuan (MP) Ditjen

PRL Tahun 2017 adalah 68.68% termasuk dalam 4 besar KKP, berikut grafik

capaian MP level KKP :

Gambar 31. Grafik Capaian IKU MP KKP tahun 2017

Salah satu poin penting dalam penilaian manajemen pengetahuan adalah

pimpinan eselon I dan II memberikan apresiasi/penghargaan kepada individu/unit

kerja di bawahnya melalui aplikasi Sistem informasi Manajemen Pengetahuan

berstandar (https://kinerjakkp.bitrix24.com) atas capaian/prestasi dalam mendukung

kinerja KKP/Unit kerja eselon I/Unit kerja eselon II. Berikut merupakan grafik capaian

MP per komponen pembentuk level KKP :

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 101

Gambar 32. Garfik Capaian per Komponen MP KKP tahun 2017

Ditjen PRL memperoleh niliai tertinggi se-KKP dengan nilai 22,78% dari

penilaian komponen Keaktifan. Pada lingkup Ditjen PRL beberapa kekurangan yang

menyebabkan Nilai Penerapan Manajemen Pengetahuan (MP) Ditjen PRL Tahun

2017 belum tercapai optimal antara lain (i) Dokumen rencana kinerja RB masih

belum ada, (ii) Keaktifan di level pejabat (Eselon III, dan IV) perlu di optimalkan, (iii)

Keikutsertaan pada level staff masih cukup jauh dari target. Untuk itu, perbaikan dari

komponen-komponen tersebut dapat meningkatkan nilai manajemen pengetahuan

Ditjen PRL tahun 2018, berikut tabel rincian per Komponen pembentuk MP Ditjen

PRL tahun 2017 :

Tabel 58. Rincian per komponen pembentuk MP Ditjen PRL tahun 2017

Jika dibandingkan dengan nilai tahun 2015 hingga tahun 2017 selalu

mengalami peningkatan, dan secara target yang direncanakan selalu tercapai diatas

100%, berikut perbandingan capaian terhadap tahun-tahun sebelumnya dan

terhadap periode jangka menengah (2019) sebagai berikut :

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 102

Tabel 59. Perbandingan Nilai Persentase unit kerja DJPRL yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar Tahun 2017 Terhadap Realisasi Tahun 2015, 2016 dan 2017, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2019)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2015

REALISASI

2016

REALISASI

2017

TARGET

JANGKA

MENENGAH

Persentase unit kerja DJPRL yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar

40% 65,83% 68,68% 76%

SS.9 Terwujudnya birokrasi DJPRL yang efektif, efisien dan berorientasi pada

layanan prima

Dalam upaya mencapai sasaran strategis Terwujudnya Birokrasi Direktorat

Jenderal Pengelolaan Ruang Laut yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada

Layanan Prima, capaian kinerja diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama: (1) Nilai

Kinerja Reformasi Birokrasi Ditjen PRL, (2) Nilai AKIP Ditjen PRL, (3) Nilai Maturitas

SPIP, (4) Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan, dan (5) Jumlah Inovasi

Pelayanan Publik Lingkup DJPRL. Target yang ditetapkan untuk mengukur

keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun

2017 ini dijelaskan pada capaian IKU berikut:

IKU 25. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi Ditjen PRL

Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan

perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama

menyangkut aspek-aspek: (a) kelembagaan atau organisasi; (b) ketatalaksanaan

atau business process; (c) sumber daya manusia aparatur; (d) pengawasan; (e)

Akuntablitas; (f) pelayanan publik; (g) peraturan perundang-undaangan. Pelaksanaan

reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan; (1) birokrasi yang

bersih dan akuntabel; (2) Birokrasi yang efektif dan efisien; (3) birokrasi yang

memiliki pelayanan publik yang berkualitas.

Dalam rangka mengukur pelaksanaan dan pencapaian reformasi birokrasi di

lingkungan Ditjen PRL maka dilakukan penilaian mandiri pelaksanaan reformasi

birokrasi (PMPRB) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi

Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Penilaian kinerja reformasi birokrasi Ditjen

PRL diperoleh dari penilaian komponen pengungkit yang terdiri atas : (a) manajemen

perubahan; (b) penataan peraturan perundang-undangan; (c) penataan tata laksana;

(d) penataan organisasi; (e) penataan SDM aparatur; (f) penguatan pengawasan; (g)

penguatan akuntabilitas; (h) peningkatan kualitas pelayanan publik. Dan komponen

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 103

hasil yang terdiri atas : (a) terwujudnya pemerintahan yang bersih dan korupsi, kolusi

dan nepotisme yang diukur melalui nilai persepsi korupsi (suvei eksternal) dan opini

Badan Pemeriksa Keuangan atasa laporan keuangan instasi pemerintah; (b)

terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik yang diukur melalui survei

kepuasan masyarakat; (c) kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi yang diukur

melalui nilai akuntabilitas kinerja dan nilai kapasitas organisasi (survei internal).

Berikut merupakan target dan realisasi iku nilai kinerja reformasi birokrasi

DJPRL tahun 2017 :

Tabel 60. Target dan Realisasi IKU Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPRL Tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPRL A (86) 89.1 103.60%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Target nilai kinerja reformasi birokrasi pada tahun 2017 adalah 86 sesuai

target Kementerian Kelautan dan Perikanan. Target nilai kinerja ini lebih tinggi dari

nilai kinerja reformasi birokrasi standar nasional dengan nilai 78. Capaian Ditjen PRL

dalam penilaian kinerja reformasi birokrasi yang penilaiannya dilakukan pada periode

Maret 2016 - April 2017 memperoleh nilai 89,1 dengan nilai pada komponen

pengungkit sebesar 54,47 dan komponen hasil sebesar 34,68. Terdapat

peningkatan nilai kinerja RB pada Ditjen PRL yang diperoleh melalui adanya

perubahan dan perbaikan dalam komponen peningkatan kualitas pelayanan publik

yang meliputi adanya standar pelayanan bagi pelayanan publik di lingkungan Ditjen

PRL, peningkatan budaya pelayanan prima dan perbaikan pada pengelolaan

pengaduan serta pelaksanaan survei kepuasan masyarakat yang dilakukan setiap

semester. Berdasarkan hal tersebut maka Capaian tahun 2017 lebih tinggi dari

capaian tahun 2016 sebesar 87,65 , begitu pula terhadap capaian tahun 2015

sebesar 82,74. sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 61. Perbandingan Nilai Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPRL Tahun 2017 Terhadap Realisasi Tahun 2015, 2016 dan 2017, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2019)

INDIKATOR KINERJA REALISASI

2015

REALISASI

2016

REALISASI

2017

TARGET

JANGKA

MENENGAH

Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPRL

82,74 87,65 89.1 85

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Pencapaian nilai kinerja reformasi birokrasi di lingkungan Ditjen PRL diperoleh

karena adanya komitmen yang tinggi dari pimpinan dan seluruh jajaran di lingkungan

Ditjen PRL dalam melaksanakan reformasi birokrasi dan internalisasi dan

optimalisasi pelaksanaan program reformasi birokrasi melalui 8 area perubahan di

tiap lini di lingkungan Ditjen PRL.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 104

Aspek yang harus di tingkatkan dalam peningkatan nilai kinerja reformasi

birokrasi adalah sebagai berikut: (a) pembentukan agent of change di tingkat Unit

Pelaksana Teknis (UPT); (b) peningkatan kompetensi assesor dan pembantu

assesor PMPRB; (c) penyempurnaan dan perbaikan peta proses bisnis; (d)

penyusunan kode etik khusus petugas pelayanan yang didalamnya mengatur

mengenai reward dan punishment.

IKU 26. Nilai AKIP Ditjen PRL

Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah

untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan

kegiatan yang telah di amanatkan dalam rangka mencapai misi organisasi secara

terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja

instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Penghitungan nilai AKIP tahun

2017 dilakukan oleh Inspektorat Jenderal KKP sesuai pedoman dari Kementerian

PAN-RB untuk pelaksanaan AKIP tahun 2016. Penilaian berdasarkan indikator-

indikator:

1. Perencanaan Kinerja dengan bobot 30%;

2. Pengukuran Kinerja dengan bobot 25%;

3. Pelaporan Kinerja dengan bobot 15%;

4. Evaluasi kinerja dengan bobot 10%;

5. Pencapaian Kinerja dengan bobot 20%.

Tahun 2017 dari target nilai A, Ditjen PRL telah tercapai A (85,07) adalah hasil

pengukuran yang dilakukan oleh Tim SAKIP ITJEN KKP, sebagaimana tersaji pada

tabel berikut: Tabel 62. Target dan Realisasi IKU Nilai AKIP Ditjen PRL Tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai AKIP Ditjen PRL A (85) A (85,07) 100.08%

Sumber data : Ijten KKP (25 Juli, 2017)

Target nilai AKIP Ditjen PRL tahun 2017 sebesar 85 sesuai target nilai AKIP

KKP capaian 85,07 hasil pengukuran yang dilakukan oleh Tim ITJEN KKP. Capaian

nilai AKIP pada tahun 2017 sudah dapat diperoleh nilainya hasil penghitungan oleh

Itjen KKP. Uraian hasil penilaian terhadap masing-masing komponen manajemen

kinerja dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Perencanaan Kinerja: telah disusun Renstra 2015-2019, Renja/RKT 2017,

RKAKL 2017, Perjanjian Kinerja 2016 dan 2017 Level 1 dan 2. Namun demikian,

Dokumen Renstra yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan jangka

menengah 5 (lima) tahunan belum ditetapkan disebabkan Renstra Ditjen PRL

terdapat perubahan/revisi, serta adanya re-organisasi Ditjen PRL.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 105

2. Pengukuran kinerja telah menyusun dan memiliki mekanisme pengukuran kinerja

yang cukup memadai mulai dari Eselon I s.d IV. Namun demikian masih terdapat

beberapa kekurangan, yaitu :

a. IKU sebagai alat ukur kinerja, namun masih terdapat kelamahan, antara lain:

(i) IKU dan PK belum dipublikasikan dalam aplikasi Kinerjaku, (ii) IKU dan PK

belum diformalkan dalam bentuk KEPMEN-KP atau KEP Dirjen PRL, (iii)

Indikator kinerja Eselon II, III dan IV belum dapat dimonitor pencapaiannya

menggunakan aplikasi e-kinerjaku.

b. Hasil pengukuran kinerja beluum dikaitkan dengan reward and punishment.

3. Pelaporan kinerja telah disusun LKJ 2016 & TW I 2017, Dokumentasi Data

dukung tahun 2016 serta pelaporan online 2016 & 2017 (e-SKP & kinerjaku).

Namun, Laporan Kinerja belum diunggah ke dalam website organisasi.

4. Evaluasi Kinerja telah disusun Evaluasi Program/kegiatan 2016 & Evaluasi

Rencana Aksi TW I tahun 2017. Namunn, pemantauan rencana aksi belum

dilaksanakan secara bulanan.

5. Capaian Kinerja telah disusun Kinerja pengelolaan keuangan tahun 2016,

capaian & penghargaan lain s.d 2016, serta kinerja Output & Outcome 2016.

Namun, masih terdapat sebagian kecil target kinerja output dan outcome yang

belum tercapai sesuai target dan belum lebih baik dari tahun 2015.

Perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) Ditjen PRL

dari tahun ke tahun mengalami pencapaian yang fluktuatif (Naik-turun). Tahun 2015,

nilai Ditjen PRL adalah 85,68 (kategori A), tahun 2016 berkurang menjadi 84,03 (A)

dan pada Tahun 2017 naik menjadi 85,07 (A), sebagaimana terlihat pada tabel

berikut:

Tabel 63. Perbandingan Nilai AKIP Ditjen PRL Terhadap Realisasi Tahun 2015, 2016 dan 2017, berdasarkan Komponen penilaian AKIP

NO KOMPONEN NILAI

2015

NILAI

2016

NILAI

2017

A. Perencanaan Kinerja 28,85 27,69 26,86

B. Pengukuran Kinerja 21,88 20,94 22,50

C. Pelaporan Kinerja 11,79 11,62 13,62

D. Evaluasi Internal 07,81 04,00 08,63

E. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi 15,35 19,78 13,46

Total Nilai 85,68 84,03 85,07

Sumber data: Ijten KKP (25 Juli,2017)

Salah satu hal yang mendorong kenaikan nilai AKIP Ditjen PRL pada Tahun

2017 adalah dengan mulai melakukan pengukuran kinerja melalui pertemuan setiap

triwulanan dengan melaporkan progress pencapaian kinerja, Pelaporan kinerja

dilaporkan secara rutin triwulanan melalui aplikasi kinerja di lingkungan KKP yaitu

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 106

aplikasi kinerjaku.kkp.go.id dan aplikasi Sistem Penilaian Kinerja Individu (SKP

online) di lingkungan KKP serta Ditjen PRL telah melakukan evaluasi internal yang

dilakukan dengan memantau rencana aksi secara triwulanan sebagai kontrol

terhadap upaya pencapaian target indikator kinerja utama nilai AKIP Ditjen PRL.

Beberapa kendala penghambat pencapaian indikator kinerja utama antara lain

(i) Dokumen Renstra yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan jangka

menengah 5 (lima) tahunan belum ditetapkan disebabkan Renstra Ditjen PRL

terdapat perubahan/revisi, serta adanya re-organisasi Ditjen PRL dan (ii) Masih

terdapat sebagian kecil target kinerja output dan outcome yang belum tercapai

sesuai target dan belum lebih baik dari tahun 2016, faktor kebijakan internal dan

faktor force major menjadi kendala utama pencapain target IKU AKIP Ditjen PRL

tahun anggaran 2017 ini.

IKU 27. Nilai Maturitas SPIP

Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP adalah tingkat

kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern

pemerintah dalam mencapai tujuan pengendalian intern sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Dalam tingkat maturitas dikenal 5 level mulai dari level 1 sampai level 5.

Penghitungan dilakukan selama 1 tahun dimana indikator kinerja utama nilai

maturitas merupakan indikator baru pada tahun 2017 ini. Target tahun 2017 sebesar

2, yang berarti Ditjen PRL mempunyai target maturitas pada level 2. Penilaian

dilakukan oleh Inspektorat Jenderal KKP sesuai pedoman penilaian dari Badan

Penilaian maturitas SPIP dilakukan melalui penilaian pelaksanaan

SPIP/manajemen risiko; pegelolaan keuangan, pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

Beberapa komponen yang dapat menghambat penilaian dikarenakan adanya

ketidaksesuaian antara peraturan dengan pelaksanaan dan kurangnya sosialisasi

peraturan kepada eselon 2, sehingga rekomendasi yang diberikan adalah Melakukan

sosialisasi peraturan ke masing-masing eselon II serta melaksanakan kegiatan

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Capaian tahun 2017 telah diukur nilainya terealisasi 2,347 (berkembang) dari target

2 pada akhir tahun 2017 berdasarkan pelaksanaan SPIP tahun 2016. Proses penghitungan

telah dilaksanakan penelitian data dukung hasil survey tahun 2016, survey kuesioner

lanjutan, wawancara, analisis dokumen, dan observasi yang dilakukan oleh tim assessor

Itjen KKP. sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 64. Target dan Realisasi IKU Nilai Maturitas SPIP Tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai Maturitas SPIP 2 2.347 117,35%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 107

Penilaian maturitas SPIP lingkup Ditjen PRL telah dilakukan oleh tim ITJEN

KKP, disampaikan hasil pengujian dokumen sebagai berikut:

a. Tim Evaluasi telah melakukan penilaian mandiri maturitas SPIP lingkup Ditjen

PRL terutama pengujian bukti dengan nilai 2,347 (Berkembang) yang secara

umum dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengendalian intern belum

didukung dengan dokumentasi yang baik dan pelaksanaannya sangat tergantung

pada individu, belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian

belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani

secara memadai.

b. Berdasarkan hasil reviu bukti dokumen, terdapat parameter pemandu yang tidak

ada bukti dukung atau kurang lengkap, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian,

a) Terdapat dokumen kebijakan/prosedur tentang Aturan Perilaku (Kode Etik)

yang mengatur mengenai keteladanan pimpinan, integritas, nilai etika, dan

penegakan disiplin dalam rangka penguatan komitmen terhadap integritas

dan nilai etika lingkup Ditjen PRL masih menggunakan Peraturan Dirjen

KP3K No PER.01/KP3K/2012 tentang perubahan atas Per Dirjen KP3K

No. PER.03/KP3K/2010 tentang Kode Etik Pegawai di lingkungan Ditjen

KP3K yang tidak dapat dinilai dan menyebabkan pertanyaan pada

parameter pemandu berikutnya tidak dapat dinilai.

b) Belum ada dokumen hasil evaluasi pemberlakuan kebijakan/prosedur

tentang sistem manajemen kinerja dan dokumen/laporan hasil

pemanfaatan sistem/aplikasi manajemen kinerja.

c) Belum ada dokumen hasil evaluasi pemberlakuan Struktur Organisasi

entitas K/L/P dan dokumen hasil evaluasi pemberlakuan tata laksana

terkait Struktur Organisasi.

d) Belum ada dokumen pengkomunikasian prosedur pendelegasian

wewenang kepada seluruh level pimpinan unit entitas dan pegawai yang

berkepentingan seperti dokumen sosialisasi, surat edaran, notulen, dsb.

e) Belum ada dokumen hasil evaluasi secara berkala atas prosedur

pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, termasuk mekanismenya

dan perbaikan berkelanjutan terhadap prosedur pendelegasian wewenang

dan tanggung jawab.

f) Belum ada hasil evaluasi berkala atas penerapan standar kompetensi dan

SOP-SOP kepegawaian dan belum ada dokumen evaluasi dan

pemutakhiran SKI.

g) Laporan pertanggungjawaban realisasi anggaran belum disusun tepat

waktu dan belum ada Surat tugas pelaksanaan evaluasi atas kegiatan

rekonsiliasi data.

2. Penilaian Risiko

Komponen Penilaian Risiko merupakan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal.

3. Kegiatan Pengendalian

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 108

a) Belum ada Surat Tugas dan hasil evaluasi yang menujukkan frekuensi

pelaksanaan evaluasi atas kinerja.

b) Belum ada kebijakan tentang pemetaan kebutuhan pegawai yang

didasarkan pada rencana strategis.

c) Belum ada Surat Tugas pelaksanaan evaluasi atas kinerja pegawai dan

Surat Tugas pelaksanaan evaluasi atas pengamanan umum dan

pengendalian aplikasi TI.

d) Belum ada Surat Tugas pelaksanaan evaluasi atas IKU dan Surat Tugas

pelaksanaan evaluasi atas pelaksanaan pemisahan tugas.

4. Informasi dan Komunikasi

a) Belum membuat dokumen laporan program kegiatan yang memuat

Evaluasi Informasi dan Komunikasi.

b) Belum membuat dokumen notulen, kick off, pakta integritas, pencanangan

arahan Pimpinan tentang tanggungjawab pengendalian intern.

c) Belum membuat dokumen laporan setiap pelaksanaan program kegiatan

yang memuat evaluasi berkala komunikasi internal dan eksternal dan

dokumen Laporan Hasil Pemutakhiran Data.

5. Pemantauan

a) Belum ada dokumen tindak lanjut atas pengaduan rekanan mengenai

praktik tidak adil oleh Instansi Pemerintah harus diselidiki.

b) Belum ada mekanisme formal tanggung jawab untuk menyimpan,

menjaga, dan melindungi aset dan sumber daya lain dibebankan kepada

orang yang ditugaskan

IKU 28. Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%)

Indikator Kinerja Utama Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan

merupakan indikator kinerja baru yang muncul pada tahun 2017 dan masuk dalam

sasaran strategis terwujudnya birokrasi Ditjen PRL yang efektif, efisien dan

berorientasi pada layanan prima. Direktif pimpinan merupakan arahan pimpinan dari

hasil rapat pimpinan, rapat terbatas, sidang kabinet, dan rapat kerja yang harus

ditindaklanjuti oleh Ditjen PRL. Penghitungan dilakukan melalui persentase jumlah

direktif pimpinan yang telah diselesaikan sesuai rencana waktu dibandingkan total

direktif yang harus ditindaklanjuti, perbandingan dinyatakan dalam satuan %.

Penghitungan dilakukan melalui status tindaklanjut di aplikasi Directive Monitoring

System (DMS) dalam aplikasi kinerjaku.kkp.go.id. Directive Monitoring System

berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi dan kegiatan yang telah

dilakukan dalam rangka menindaklanjuti arahan pimpinan. Kriteria tindak lanjut

ditampilkan melalui warna dengan arti: (1) Hijau berarti “Selesai”, telah selasai

dilaksanakan; (2) Kuning berarti “Alert”, dalam proses tindak lanjut; (3) Merah berarti

“Off track”, belum ditindak lanjuti dan telah jatuh tempo; dan (4) Putih berarti “Belum

ada TL”, belum ditindak lanjuti tetapi belum jatuh tempo.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 109

Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja ini,

serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada tabel dan gambar berikut:

Tabel 65. Target dan Realisasi Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%)

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%) 100 100 100%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Gambar 33. Status tindak lanjut direktif pimpinan

Pada tahun 2017 ditargetkan nilai persentase tindak lanjut direktif pimpinan

sebesar 100% atau seluruh arahan pimpinan dapat diselesaikan seluruhnya. Selama

tahun 2017 telah tercapai target IKU sebesar 100% yang berasal dari telah

diselesaikannya 11 arahan pimpinan dari total 11 arahan yang harus diselesaikan

oleh Ditjen PRL. Enam (6) arahan yang telah dilaksanakan tersebut adalah (i)

Pelaksanaan APBN 2017 dan isu aktual agar dibuat handbook, manual dan SOP di

KKP, (ii) Dirjen PRL telah menyampaikan kepada MKP melalui Sekjen KKP terkait

pemenuhan dokumen dari total anggaran KKP yang dibintang, (iii) Terkait akan

dibukanya bintang kegiatan SKPT, Ditjen PRL telah menyelesaikan juknnis dan

dokumen pendukung teknis lainnya, (iv) Ditjen PRL telah berkoordinasi dengan pihak

terkait dalam rangka kunjungan MKP kunker ke SULTERA, (v) Terkait hasil kunker

MKP ke Jepang Ditjen PRL telah berkoordinasi, (vi) Antisipasi akhir tahun proyek-

proyek dan kegiatan KKP yg dapat dijadikan temuan BPK, sudah di tindaklanjuti oleh

masing-masing PPK antara lain skema bank garansi untuk penyelesaian pekerjaan.

Beberapa kendala tindak lanjut dikarenakan terdapat 5 arahan/direktif berwarna

kuning (alert) artinya arahan dalam proses tindak lanjut, dari Ditjen PRL telah

melakukan tindaklanjut, namun pada level verifikator belum ada arahan apakah

tindaklanjut dari kami sudah sesuai atau belum, sampai dengan tempo akhir tahun

anggaran 2017 belum ada informasi dan 0 arahan/direktif berwarna merah (off track)

artinya tidak ada arahan yang tidak ditindaklanjuti dan telah jatuh tempo.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 110

IKU 29. Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup Ditjen PRL

Inovasi Pelayanan Publik adalah terobosan jenis pelayanan publik baik yang

merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang

memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Telah dilakukan koordinasi antara dengan Bagian Program Sekretariat

Ditjen PRL dan juga koordinasi dengan Bidang Kepatuhan, Pusat Standarisasi

Sistem dan Kepatuhan – Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu.

Capaian indikator kinerja utama jumlah invoasi pelayanan publik lingkup Ditjen

PRL tahun 2017 dengan mengangkat Aplikasi E-Rekomendasi Pelayanan Lalu-lintas

Hiu dan Pari pada BPSPL Pontianak. Kegiatan Pendukung Capaian Kinerja Inovasi

pelayanan publik yang sudah dilakukan e-rekomendasi (pelayanan pemberian

rekomendasi jenis online) dan Pembuatan SOP pelayanan Publik pemanfaatan

kawasan dan jenis ikan, dan saat ini pada tahap penetapan inovasi yang akan

diangkat Ditjen PRL sebagai komponen pembentuk capaian kinerja IKU Jumlah

inovasi pelayanan publik lingkup Ditjen PRL. sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 66. Target dan Realisasi IKU Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup DJPRL Tahun

2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup DJPRL

1 1 100%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.22/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut, salah satu fungsi Unit Pelaksana Teknis

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (UPT PSPL) adalah melakukan

pengawasan lalu lintas perdagangan jenis ikan yang dilindungi, dengan penerbitan

surat rekomendasi perdagangan hiu dan pari merupakan suatu cara untuk

memastikan produk hiu dan pari yang akan dilalulintaskan adalah bukan berasal dari

hiu dan pari yang dilindungi dan dilarang keluar wilayah Negara Republik Indonesia.

Akan tetapi dari tahun ke tahun dengan semakin meningkatnya jumlah pelayanan

penerbitan surat rekomendasi perdagangan hiu dan pari dan ditemukannya

beberapa permasalahan/kelemahan.

Selain itu, perlunya percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik untuk

mengimbangi tingginya harapan masyarakat/ pengguna jasa. Terdapat 2 (dua) hal

yang menjadi sasaran, yaitu melakukan terobosan perbaikan pelayanan dan

meningkatkan kepercayaan masyarakat melalui pelayanan-pelayanan yang inovatif,

dengan konsep One Agency, One Innovation maka inovasi pelayanan publik tersebut

dikemas menjadi kebijakan publik.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 111

Dalam hal ini inovasi dalam bentuk perbaikan pelayanan penerbitan

rekomendasi perdagangan hiu dan pari di wilayah bebas dari korupsi BPSPL

Pontianak melalui aplikasi e-rekomendasi. Inovasi ini diawali dengan perubahan

sistem pelayanan yang awalnya manual menjadi elektronik berbasis aplikasi e-

rekomendasi. Dengan adanya sistem aplikasi ini, pengguna layanan mendapatkan

pelayanan yang lebih cepat, tepat dan berkualitas.

Perbaikan pelayanan penerbitan rekomendasi perdagangan hiu dan pari di

wilayah bebas dari korupsi BPSPL Pontianak melalui aplikasi e-rekomendasi ini

diawali dengan perubahan sistem pelayanan yang awalnya manual menjadi

elektronik berbasis aplikasi e-rekomendasi. Dengan adanya sistem aplikasi ini,

pengguna layanan mendapatkan pelayanan yang lebih cepat, tepat dan berkualitas.

Waktu pelayanan sebelum menggunakan aplikasi e-Rekomendasi mencapai 3 hari

untuk proses pemeriksaan/identifikasinya saja. Sedangkan dengan adanya e-

Rekomendasi ini waktu pelayanan bisa selesai pada hari yang sama. Adanya

efisiensi waktu pelayanan memberikan keuntungan bagi pengguna layanan,

diantaranya dari segi biaya transportasi, upah harian pegawai lepas, sewa gudang

dan lain-lain.

Sebelum menggunakan aplikasi e-Rekomendasi, pengguna layanan setiap

melakukan permohonan diwajibkan untuk membawa berkas-berkas persyaratan

beserta salinannya, setelah adanya e-Rekomendasi pengguna layanan tidak

direpotkan lagi untuk membawa berkas-berkas persyaratan, dikarenakan ketika

proses pendaftaran akun e-Rekomendasi seluruh berkas persyaratan telah diunggah

ke aplikasi.

Setelah adanya pembaruan bagi aplikasi e-Rekomendasi, terdapatnya menu

statistik dan tembusan surat e-Rekomendasi yang langsung terintegrasi dengan

instansi/ stakeholder terkait sehingga alur perdagangan hiu dan pari lebih terkontrol

dan terintegrasi, sehingga surat e-Rekomendasi tidak dapat di manipulasi. Selain itu,

sistem e-Rekomendasi yang langsung mengirim surat tembusan ke

instansi/stakeholder terkait menguntungkan pengguna layanan dalam hal efisiensi

dan kemudahan, pengguna layanan tidak perlu lagi membawa surat dalam bentuk

hard copy.

Sebelum adanya inovasi aplikasi e-rekomendasi ini, kertas diperlukan sebagai

media untuk membuat blanko surat permohonan, blanko pemeriksaan, berita acara

hasil pemeriksaan, dan juga untuk mencetak surat rekomendasi yang diterbitkan.

Sekurang-kurangnya dibutuhkan 20 (dua puluh) lembar kertas pada setiap kali

proses pelayanan. Semua proses pelayanan dilaksanakan secara online berbasis

pada aplikasi sehingga tidak memerlukan kertas sebagai medianya/paper less

karena semua sistem baik dari pengajuan sampai penerbitan surat rekomendasi

sudah dalam bentuk surat elektronik. Sebelum adanya aplikasi e-rekomendasi ini,

pengguna jasa mengajukan permohonan sehari sebelum barang diperiksa dengan

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 112

mendatangi kantor BPSPL Pontianak. Selain itu, setelah adanya inovasi ini,

pengguna layanan bisa mengajukan permohonan kapan saja dan dimana saja

dengan mengisi formulir permohonan melalui smartphone, laptop, atau komputer

secara online tanpa harus datang ke kantor, sehingga mengurangi frekuensi tatap

muka dengan petugas pelayanan yang dapat mengurangi potensi terjadinya

pungli/gratifikasi.

SS.10. Terkelolanya Anggaran Pembangunan DJPRL Secara

Efisien dan Akuntabel

Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Terkelolanya Anggaran

Pembangunan Ditjen PRL Secara Efisien dan Akuntabel, Ditjen PRL

menjabarkannya dalam 2 indikator kinerja yaitu: (1) Nilai Kinerja Anggaran Ditjen

PRL dan (2) Persentase Kepatuhan terhadap SAP Lingkup DJPRL. Target yang

ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini,

serta realisasi pada tahun 2017 ini dijelaskan pada capaian IKUI berikut:

IKU 30. Nilai kinerja anggaran Ditjen PRL (%)

Dalam penghitungan realisasi indikator kinerja ini, Ditjen PRL melakukan

koordinasi dengan Setjen KKP khususnya Biro Perencanaan. Pada umumnya,

indikator ini dihitung untuk satu tahun penuh (sifatnya tahunan) melalui aplikasi

SMART DJA yang dikembangkan oleh Kementerian Keuangan, dimana aplikasi ini di

input oleh operator pada masing-masing satker penerima anggaran APBN melalui

DIPA Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Cara Menghitung indikator kinerja nilai kinerja anggaran Ditjen PRL sebagai

berikut: Untuk menghitung nilai kinerja anggaran, mengacu kepada Peraturan

Menteri Keuangan Nomor: 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi

Kinerja Atas Pelaksanaan RKA-K/L:

Nilai kinerja aspek implementasi = (P x WP) + (K x WK) + (PK x WPK) + (NE x WE)

Bobot kinerja aspek implementasi (WI) sebesar 33.3% , terdiri atas:

1) Bobot penyerapan anggaran (WP) = 9.7%.

2) Bobot konsistensi antara perencanaan dan implementasi (WK) = 18.2%).

3) Bobot pencapaian keluaran (WPK) = 43.5%.

4) Bobot efisiensi (WE) = 28.6%.

Pengukuran aspek implementasi:

1. Pengukuran penyerapan anggaran (P), dilakukan dengan membandingkan

antara akumulasi realisasi anggaran seluruh satker dengan akumulasi pagu

anggaran seluruh satker.

2. Pengukuran konsistensi (K) antara perencanaan dan implementasi, dilakukan

berdasarkan rata-rata ketepatan waktu penyerapan anggaran setiap bulan yaitu

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 113

dengan membandingkan antara akumulasi dan akumulasi realisasi anggaran

bulanan seluruh satker rencana penarikan dana bulanan seluruh satker dengan

jumlah bulan.

3. Pengukuran pencapaian keluaran (PK), dilakukan dengan membandingkan

antara rata-rata realisasi volume keluaran dengan target volume keluaran dan

rata-rata realisasi Indikator kinerja keluaran dengan target indikator kinerja

keluaran (contoh terlampir).

Pengukuran tingkat efisiensi (NE), dilakukan berdasarkan rata-rata efisiensi

untuk setiap jenis keluaran pada setiap satker, yang diperoleh dari hasil

perbandingan Capaian Nilai Kinerja Anggaran Ditjen PRL Tahun 2017 adalah

sebesar 75,62 atau mempunyai realisasi capaian keluaran sebesar 87,82% jika

dibandingkan dari nilai target sebesar 85%. Penyerapan anggaran Ditjen PRL

sebesar 43,31% merupakan perbandingan realisasi anggaran sebesar Rp.

443.119.897.762,00 terhadap pagu Rp. 1.023.197.473.000,00. Realisasi anggaran

setiap bulan berada dibawah nilai rencana penarikan dana awal dan revisi dengan

nilai konsistensi sebesar 28,52% terhadap rencana penarikan dana awal dan 25,39%

terhadap rencana penarikan dana revisi. Penyerapan anggaran Ditjen PRL

menghasilkan pencapaian output sebesar 87,82% dengan tingkat efisiensi sebesar

20%. sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 67. Target dan Realisasi IKU Nilai Kinerja Anggaran Lingkup DJPRL Tahun 2017

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Nilai kinerja anggaran DJPRL (%) 85 75,62 88,96%

Sumber data: Ditjen PRL, KKP

Realisasi anggaran Ditjen PRL Tahun 2017 sebesar Rp. 443.119.897.762,00

terdiri atas Rp. 63.790.491.726,00 belanja pegawai, Rp. 375.872.752.295,00 belanja

barang, dan Rp. 3.443.353.741,00 belanja modal. Berikut tabel penyerapan

anggaran Ditjen PRL tahun 2017:

Tabel 68. Penyerapan Anggaran Ditjen PRL tahun 2017 (dalam ribuan)

NO ESELON I BELANJA

PEGAWAI

BELANJA

BARANG

BELANJA

MODAL

PAGU

ANGGARAN REALISASI %

7 DITJEN PRL 68.775.485 885.564.238 68.857.750 1.023.197.473 443.119.898 43,31*

* Terdapat partial cancelation PHLN sebesar Rp. 455.294.565.000, realisasi 43,31% menjadi 78,03%

Sumber: https://spanint.kemenkeu.go.id. (17 Januari 2018)

Persentase penyerapan anggaran tahun 2017 sebesar 43,31% lebih kecil

dibandingkan persentase penyerapan anggaran tahun 2016 (69,49%) dan tahun

2015 (83,20%). Penurunan persentase penyerapan anggaran pada tahun 2017

disebabkan adanya kebijakan pemerintah berupa partial cancelation PHLN sebesar

Rp. 455.294.565.000 dan efisiensi anggaran sehingga tidak semua anggaran dapat

direalisasikan. Hal ini mempengaruhi pencapaian keluaran karena tidak seluruh

target kinerja dapat dicapai. Pencapaian keluaran tahun 2017 sebesar 87,82%

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 114

berada dibawah pencapaian keluaran tahun 2016 (89,9%) begitu pula jika

dibandingkan pencapaian keluaran tahun 2015 (92,06%). Rendahnya pencapaian

keluaran tahun 2017 dikarenakan adanya kebijakan pemerintah berupa partial

cancelation PHLN sebesar 44,5% dari total anggaran Ditjen PRL.

Efisiensi anggaran dan partial cancelation PHLN yang terjadi pada tahun 2017

mengakibatkan tidak tercapainya target pencapaian keluaran Ditjen PRL karena

terdapat sebagain anggaran yang tidak dapat dibelanjakan untuk mencapai target

yang telah ditetapkan. Kurangnya pencapaian keluaran Ditjen PRL ini akan

mengurangi nilai kinerja anggaran secara keseluruhan, akan tetapi jika penghitungan

pencapaian keluaran diluar anggaran yang di-blocking dan partial cancelation PHLN

maka anggaran yang direalisasikan dapat mencapai 100% dari target yang

ditetapkan. Dengan demikian, efisiensi anggaran yang terjadi pada Ditjen PRL telah

menghambat pencapaian target kinerja dan mengurangi nilai kinerja anggaran. Untuk

meningkatkan nilai kinerja anggaran perlu dilakukan revisi anggaran dengan

menyesuaikan jumlah efisiensi anggaran sehingga dapat meningkatkan persentase

penyerapan anggaran dan pencapaian keluaran.

Bila penghitungan nilai kinerja anggaran Ditjen PRL menggunakan pagu

anggaran sebelum self blocking dan partial cancelation PHLN mengikuti hasil

penghitungan berdasarkan http://monev.anggaran.depkeu.go.id/2017/satker pada

dashborad satker, maka nilai kinerja anggaran Direktorat Jenderal Pengelolaan

Ruang Laut sebesar 75.62, seperti pada table di bawah ini :

Tabel 69. Nilai Kinerja Anggaran Ditjen PRLTahun 2017

No Uraian Nilai

1 Penyerapan Anggaran (WP) 43,31

2 Konsistensi antara Perencanaan dan Implementasi (WK) (atas revisi) 28,52

3 Pencapaian Keluaran (WPK) 87,82

4 Efisiensi (WE) 20,00

Nilai kinerja aspek implementasi (WI) 75,62

Keterangan: Penghitungan NKA bersumber dari http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 115

Gambar 34.Capaian Nilai Kinerja Anggaran Ditjen PRL berdasarkan Aplikasi SMART-DJA

IKU 31. Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPRL

Angka persentase informasi dalam Laporan Keuangan yang relevan, dapat

dipahami, dapat diperbandingkan dan tepat waktu sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintah (PP No. 71 Tahun 2010). Cara Menghitung menghitung capaian IKU

Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPRL melaui Prosentase

penyelesaian Laporan Keuangan yang telah di kerjakan oleh masing-masing satker

penerima anggaran dari Ditjen PRL pada tahun anggaran 2017.

Capaian pada tahun 2017 ini adalah 100%, dengan 77 satker telah

menyelesaikan laporan keuangan dengan baik dan telah direview oleh Inspektorat

Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Analisis keberhasilan indikator

tersebut yaitu:

1. Melakukan e-rekon SAIBA setiap bulan serta melakukan upload dokumen

Melakukan monitoring terhadap DIPA/RKAKL untuk melihat kuantitas dari

revisi serta alasan-alasan dilakukan revisi;

2. Monitoring belanja barang dan modal yang bersifat kontraktual untuk melihat

progres sampai kontrak berakhir;

3. Monitoring terhadap pendapatan untuk mencatat NTPN setiap transaksi agar

sesuai akunnya;

4. Monitoring belanja pegawai untuk melihat kesesuaian jumlah PNS dan

Tenaga Kontrak dan dibandingkan dengan realisasi belanja pegawai;

5. Monitoring belanja barang pembentuk persediaan yang terdiri dari akun 5218,

523, dan 526 untuk melihat penginputan data persediaan secara benar yang

akan berpengaruh terhadap SAIBA, termasuk potensi unregister dalam

laporan;

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 116

6. Monitoring pencatatan informasi akrual pada akun 522111, 522112, 522113,

dan 522119 agar tercatat secara benar termasuk penjurnalan dalam aplikasi

SAIBA;

7. Monitoring pencatatan Konstruksi Dalam Pekerjaan (KDP), Aset Tetap

Renovasi dan Barang Dalam Proses (BDP) atas kontrak berjalan;

Solusi dan rekomendasi yang telah dilakukan yaitu Sebelum melakukan e-

rekon dengan Kementerian Keuangan dilakukan rekon antara data SAIBA dan BMN,

serta Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan sesuai standar dan peraturan yang

berlaku serta melakukan koordinasi dengan Itjen KKP. Rencana aksi 2018 yaitu

Pelaksanaan kegiatan dan pencatatan informasi keuangan serta pelaporannya

sesuai peraturan yang berlaku.

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun 2015 dengan target

jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis Ditjen 2015

– 2019, adalah sebagai berikut :

Tabel 70. Perbandingan Persentase Kepatuhan Tahun 2015 dengan Perencanaan Jangka Menengah

N

o Rincian

2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1 Persentase

Kepatuhan

terhadap

SAP

lingkup

DJPRL (%)

100 100 100 100 100 100 100 - 100 -

Apabila dibandingkan dengan capian kinerja tahun lalu dan beberapa tahun

terakhir, indicator ini memiliki capaian yang sama dengan tahun 2016 yaitu 100%,

sehingga kinerja terkait IKU Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPRL

bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 117

BAB IV

PENUTUP

Berbagai hasil pembangunan pengelolaan ruang laut yang telah dicapai

selama Tahun 2017, telah dikemukakan di atas. Upaya pembangunan perlu terus

ditingkatkan dan perbaikan kualitas pelayanan harus dilaksanakan lebih konsisten

dan secara terus menerus oleh semua jajaran aparatur pada semua tingkatan,

sehingga pelayanan selalu dapat diberikan secara tepat, cepat dan mudah

dilaksanakan serta tidak diskriminatif.

Sangat disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan pengelolaan ruang laut

masih memerlukan perbaikan dan kerja keras oleh seluruh jajaran Ditjen PRL. Selain

itu, sangat diperlukan dukungan lintas sektor dan lembaga terkait lainnya, serta para

stakeholders kelautan dan perikanan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran

pembangunan pengelolaan ruang laut terutama dalam meningkatkan perekonomian

nasional.

Pelaksanaan pembangunan pengelolaan ruang laut sepanjang Tahun 2017 ini

mudah-mudahan dapat memenuhi harapan masyarakat serta menyumbangkan

gagasan dan pemikiran tentang arah dan strategi pembangunan pengelolaan ruang

laut ke depan secara lebih kompleks.

Tugas membangun sektor pengelolaan ruang laut ke depan, bukanlah

merupakan tugas pemerintah semata. Dibutuhkan partisipasi aktif pihak lain dan juga

masyarakat luas dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan

yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan analisis pencapaian akuntabilitas

kinerja tahun 2017, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut telah melaksanakan

kegiatannya berdasarkan pada program/kegiatan untuk mencapai sasaran, sesuai

dengan pengukuran kinerja terlihat bahwa target-target dari sasaran yang ingin

dicapai, secara umum tercapai (rata-rata capaian 100,28 %), sebagaimana tersaji

pada dashboard kinerjaku.kkp.go.id sebagai berikut:

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 118

Gambar 35. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen PRL 2017

Hal ini tercapai karena dari 31 Indikator Kinerja Direktorat Jenderal PRL,

terdapat 25 Indikator Kinerja yang mencapai target ≥100% yakni:

1) IK 1 Nilai Tukar Petambak Garam

2) IK 4 Tingkat Kemandirian SKPT tanggung jawab Ditjen PRL

3) IK 5 Jumlah pulau kecil/terluar yang memiliki Hak Atas Tanah (HAT)

4) IK 7 Jumlah luas kawasan konservasi

5) IK 8 Jumlah Jasa Kelautan yang dikelola untuk Pengembangan Ekonomi

6) IK 9 Jumlah masyarakat hukum adat, tradisional dan lokal di Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil yang direvitalisasi

7) IK 11 Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak yang pulih

kembali

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 119

8) IK 12 Jumlah perairan laut antar wilayah yang memiliki dokumen RZ kawasan

laut

9) IK 13 Jumlah kawasan wisata bahari yang dikembangkan

10) IK 14 Nilai Kesesuaian Bantuan Pemerintah lingkup Ditjen Pengelolaan

Ruang Laut

11) IK 15 Indeks efektifitas kebijakan pemerintah

12) IK 16 Jumlah lokasi kawasan laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana

zonasi dan/atau masterplan dan bisnisplan yang akan ditetapkan

menjadi peraturan perundangan

13) IK 17 Jumlah penambahan luas kawasan konservasi

14) IK 18 Jumlah Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang dibangun sarana

prasarananya

15) IK 21 Jumlah luas lahan yang difasilitasi

16) IK 22 Jumlah keanekaragaman hayati laut yang dilindungi, dilestarikan

dan/atau dimanfaatkan

17) IK 23 Indeks kompetensi dan integritas DJPRL

18) IK 24 Persentase unit kerja DJPRL yang menerapkan sistem manajemen

pengetahuan yang terstandar

19) IK 25 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPRL

20) IK 26 Nilai AKIP DJPRL

21) IK 27 Nilai Maturitas SPIP

22) IK 28 Persentase tindak lanjut direktif pimpinan

23) IK 29 Jumlah inovasi pelayanan publik Lingkup DJPRL

24) IK 31 Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPRL

Namun demikian, masih terdapat 6 indikator kinerja yang belum mencapai

target, 2 indikator diantaranya masuk dalam PK revisi Ditjen PRL, yaitu:

1) IK 2 Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total keseluruhan, tercapai

89,08% dari yang ditargetkan (PK revisi Ditjen PRL);

2) IK 3 Pertumbuhan PDB Perikanan, tercapai 84,38% dari yang ditargetkan;

3) IK 6 Produksi Garam Nasional, tercapai 29,25% dari yang ditargetkan;

4) IK 10 Jumlah kawasan konservasi Perairan yang meningkat kualitas

pengelolaan efektifnya, tercapai 73,33% dari yang ditargetkan;

5) IK 19 Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meningkat

ketangguhannya terhadap bencana dan dampak perubahan iklim,

tercapai 88,89% dari yang ditargetkan;

6) IK 20 Kawasan di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/Pantura Jawa yang

direhabilitasi, tercapai 9 kawasan dari 4 kawasan (900 batang) yang

ditargetkan (PK revisi Ditjen PRL);

7) IK 30 Nilai kinerja anggaran DJPRL, tercapai 89,13% dari yang ditargetkan.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 120

4.2. Saran

Berkenaan dengan capaian indikator kinerja Ditjen PRL Tahun 2017, hal-hal

yang perlu ditindaklanjuti di tahun 2018, antara lain berupa:

1. Untuk mencapai target (IK 2) Persentase Kualitas Garam KP1 terhadap total

keseluruhan, perlu dihilangkan dikarenakan semenjak tahun 2016 sampai

dengan 2019 bentuk bantuan sarpras yang diberikan keselurahn guna

menunjang pencapaian garam KP1, sehingganya capaian indikator ini sudah

merupakan bagian dari pencapaian produksi garam;

2. Untuk mencapai target (IK 3) kedepan perlu dipertimbangkan kembali untuk

tidak dimasukkan dalam bagian dari target IKU Ditjen PRL, karena terlihat

bahwa Ditjen PRL tidak terkait langsung dengan indicator Pertumbuhan PDB

Perikanan ini, indicator terkait IK 3 ini supported by Perikanan Budidaya dan

Perikanan Tangkap;

3. Untuk mencapai target (IK 6) Produksi garam Nasional, program peningkatan

kuantitas dan kualitas garam rakyat telah efektif, antara lain penyempurnaan

program integrasi lahan garam rakyat dan sistem geomembran, namun

kendala (i) belum siapnya petambak dengan program integrasi lain ini, (ii)

hujan mulai turun saat lahan selesai diintegrasikan, (ii) cuaca yang

ekstrim/tidak bisa diprediksi perlu adanya mewujudkan pola/sistem rumah

kaca (high cost) atau dengan sistem Bestekin diharapkan mampu menjawab

tantangan akan kekurangan garam akibat anomali cuaca karena produksi

garam memakan waktu yang cukup singkat;

4. Untuk mencapai target (IK 19) Kendala yang dihadapi selama tahun 2017

meliputi: (i) Penggabungan 2 satker menjadi satu, (ii) Terlambatnya

perencanaan, (iii) Gagal lelang, diperlukan langkah : Percepatan jadwal

pelelangan barang/jasa pemerintahan dan mebuat Manajemen Risiko (MR)

lebih awal secara menyeluruh di lingkungan Ditjen PRL agar pelaksanaan

kegiatan lebih terkontrol dan bisa selesai tepat waktu.

5. Untuk mencapai target (IK 20) Penyebab penurunan kinerja untuk tahun 2017

terkait jumlah batang mangrove yang ditanam dikarenakan untuk penanaman

mangrove arahannya dilakukan melalui kerjasama dengan CSR dimana belum

banyak pihak swasta dengan CSR yang menaruh perhatian pada penanaman

mangrove, sehingganya kedepan perlu di evaluasi ulang terkait untuk tidak

menjadikan jumlah batang mangrove sebagai indikator kinerja utama (Revisi

PK 2017);

6. Untuk mencapai target (IK 30) Nilai kinerja anggaran di Ditjen PRL, diperlukan

langkah antara lain : penguatan sistem monitoring dan evaluasi dan Sistem

Pengendalian melalui evaluasi kinerja/rekonsiliasi yang dilakukan minimal dua

kali dalam setahun (semester I dan semester II), guna optimalisasi

keberhasilan kinerja program.

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 121

LAMPIRAN 1

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 122

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 123

Laporan Kinerja Ditjen PRL 2017 | 124