tahap grading laporan penilaian - signingblue.com · samudera ekowisata indonesia (jelajah biru)...

23
1 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party Tahap Grading: Laporan Penilaian Jelajah Biru (Operator Wisata) Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah 23 – 25 Maret 2017 Disusun oleh Tim Assessor Signing Blue Ranny Ramadhani Yuneni Alexandra Maheswari SIGNING BLUE (WWF-Indonesia) Jalan Pemuda I No. 2, Kel. Renon, Denpasar 80226, Bali – Indonesia Tel. : +62 361 222 726 Email : [email protected] Web : www.signingblue.com

Upload: dangkhue

Post on 14-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

Tahap Grading: Laporan Penilaian

Jelajah Biru (Operator Wisata) Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah 23 – 25 Maret 2017

Disusun oleh Tim Assessor Signing Blue Ranny Ramadhani Yuneni Alexandra Maheswari

SIGNING BLUE (WWF-Indonesia) Jalan Pemuda I No. 2, Kel. Renon, Denpasar 80226, Bali – Indonesia Tel. : +62 361 222 726 Email : [email protected] Web : www.signingblue.com

2 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................................................................................................. 3

INFORMASI UMUM .................................................................................................................................................................................................... 4

TUJUAN PENILAIAN .................................................................................................................................................................................................... 5

NILAI KESELURUHAN .................................................................................................................................................................................................. 5

METODE ..................................................................................................................................................................................................................... 9

Sistem Penilaian ..................................................................................................................................................................................................... 9

Pengumpulan data ............................................................................................................................................................................................... 10

Sumber informasi ................................................................................................................................................................................................. 10

EVALUASI DETAIL ..................................................................................................................................................................................................... 10

1. PRINSIP: LINGKUNGAN..................................................................................................................................................................................... 11

2. PRINSIP: SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA ............................................................................................................................................................... 18

3. PRINSIP: PENGELOLAAN EFEKTIF ..................................................................................................................................................................... 20

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI........................................................................................................................................................................... 23

3 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penilaian terhadap kegiatan dan paket wisata yang disajikan oleh Jelajah Biru dilakukan pada 24-26 Maret 2017 di Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara - Jawa Tengah, dengan menggunakan indikator penilaian Signing Blue. Penilaian ini merupakan tahapan pertama Signing Blue dan selanjutnya hasil dari penilaian digunakan sebagai landasan untuk mengetahui seberapa jauh kepariwisataan bahari bertanggung jawab telah diterapkan oleh Jelajah Biru. Dalam proses penilaian ini, tim Signign Blue melakukan observasi dan wawancara terhadap mitra yang ditunjuk oleh Jelajah Biru yakni Yayasan Taka dalam menjalankan trip ini. Penilaian lanjutan dilakukan kembali pada 7 April 2017 bertempat di kantor Jelajah Biru, Jakarta dan kali ini diikuti sepenuhnya oleh tim Jelajah Biru. Di tahapan ini seluruh dokumen Jelajah Biru diverifikasi dan dikoordinasikan. Hasil keseluruhan penilaian menunjukkan bahwa Jelajah Biru telah menerapkan komitmen tinggi dan juga telah mendorong pihak lain untuk bekerja sama dalam upaya berpariwisata yang bertanggung jawab.

Dari tiga prinsip penilaian, Jelajah Biru memiliki:

- Skor tertinggi pada prinsip Pengelolaan yang Efektif –kesehatan, keamanan dan manajemen ketenagakerjaan – dengan hasil 86% untuk Starfish 1, 50% untuk Starfish 2, 25% untuk Starfish 3, 57% untuk Starfish 4, dan 55% untuk starfish 5.

- Pada prinsip Sosial-Ekonomi-Budaya –untuk mengikuti adat istiadat setempat dan menghadiri beberapa pertemuan dengan stakeholders –memenuhi Starfish 1 dengan skor 80% dan hampir mencapai starfish 2 dengan skor 60%.

- Pada prinsip Lingkungan –dengan tujuan menciptakan destinasi pariwisata yang lebih efektif –Starfish 1 dengan skor 76% untuk Starfish 2 dengan skor 53%, untuk starfish 3 yaitu 35%, 35% untuk starfish 4, dan 18 % untuk starfish 5.

Berdasarkan skor yang diperoleh dan observasi lapangan, Jelajah Biru menunjukkan hal hal sebagai berikut:

- Memiliki komitmen dalam setiap aktivitas untuk berpariwisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, serta mengajak masyarakat luas untuk ikut serta dengan media-media komunikasi yang Jelajah Biru miliki.

- Jelahah Biru memiliki komitmen dalam mendukung budaya lokal setempat yang merupakan destinasi wisata dan mendukung dalam promosi terkait budaya tersebut.

- Telah memiliki SOP dalam upaya menerapkan prinsip-prinsip berwisata yang baik dan bertanggung jawab dengan jargon nya “travel with respect” telah mewakili dukungannya terhadap lingkungan dan sosial-budaya.

Namun, terdapat beberapa hal yang harus dipebaiki, diantaranya:

- Meningkatkan standar keselamatan dan keamanan bagi karyawan Jelajah Biru itu sendiri dan juga untuk tamu. - Meningkatkan kegiatan-kegiatan sosial-budaya yang melibatkan masyarakat lokal lebih banyak terutama yang merupakan wilayah baru

bagi Jelajah Biru. - Adanya peningkatan kemampuan yang sama terkait dalam penyampaian prinsip-prinsip berwisata yang berkelanjutan pada tamu,

sehingga standar yang disampaikan saat di lapangan bisa sama dan sesuai.

4 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

Dengan demikian, secara keseluruhan Jelajah biru diapresiasi dengan Starfish 1, yang mengindikasi Jelajah Biru telah mendemonstrasikan komitmen untuk menerapkan praktik-praktik terbaik wisata bahari yang bertanggung jawab dan dan memiliki pengetahuan untuk menerapkan praktek-praktek tersebut saat berwisata.

Keseluruhan skor yang didapat adalah:

Prinsip Starfish 1 Starfish 2 Starfish 3 Starfish 4 Starfish 5

Lingkungan 76% 53% 35% 35% 18%

Sosekbud 80% 60% 40% 20% 0%

Pengelolaan yang Efektif 86% 50% 25% 57% 45%

TOTAL 81% 54% 33% 37% 21%

INFORMASI UMUM Nama Perusahaan (klien) PT. Samudera Ekowisata Indonesia (Jelajah Biru)

Tipe usaha Operator Wisata

Wilayah cakupan bisnis Seluruh Indonesia, terutama Kabupaten Wakatobi, Solor-Alor, Kei, dan Koon. Tambahan area : Kepulauan Karimunjawa

Pengelolaan destinasi wisata Kepulauan Karimunjawa - Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 - Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: SK. 28/IV – SET/2012 Tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Otoritas pengelola wisata Kepulauan Karimunjawa - Taman Nasional Karimunjawa - Dinas Pariwisata Kabuapaten Jepara - Kementerian Pariwisata - Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah

Jumlah karyawan 2 orang

Jumlah pengunjung/ tahun 100-200 (2016)

5 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

TUJUAN PENILAIAN Tujuan penilaian ini adalah untuk mengevaluasi capaian perusahan dalam mengimplementasikan kegiatan kepariwisataan bahari yang

bertanggung jawab di Indonesia, menentukan posisi-level perusahaan dalam Signing Blue, serta untuk mendapatkan rekomendasi yang efetkif

dalam pengembangan program perbaikan kepariwisataan bahari (Marine Tourism Improvement Program/ MTIP).

Tujuan:

1. Untuk menentukan posisi-level perusahaan dalam Signing Blue

2. Untuk mengembangkan rencana kerja dalam Marine Tourism Improvement Program (MTIP)

NILAI KESELURUHANHijau : terpenuhi

Kuning : terpenuhi sebagian (masih terdapat beberapa dokumen verifikasi yang belum dilengkapi)

Merah : belum terpenuhi

Putih : tidak relevan

S 1-5 : starfish 1-5

6 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

Kategori Kriteria Indikator Score

S1 S2 S3 S4 S5

1. Prinsip Lingkungan

1.1. Biodiversity 1.1.1 Edukasi konservasi 1.1.1.1 Peningkatan pemahaman dan kesadaran dalam mengelola ekosistem laut dan konservasi satwa.

1 1 1 1 1

1.1.1.2. Tersedianya pembiayaan untuk konservasi di wilayah kerja (Corporate Sosial Responsibility)

1 0 0 0 0

1.1.2. Berinteraksi dengan satwa yang dilindungi dan terancam punah

1.1.2.1. Tidak terdapat kegiatan yang mengancam satwa dan merusak ekosistem laut

1 1 1 1 1

1.1.2.2 Tidak ada atraksi wisata ilegal/ barang yang terbuat dari satwa laut dari jenis dilindungi dan terancam punah, serta memahami langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat bertemu dengan satwa yang terluka/ terdampar/ terjerat/ tidak sengaja tertangkap saat beraktivitas wisata

1 1 1 1 0

1.1.2.3. Berpartisipasi dalam menginformasikan temuan ancaman terhadap satwa dan habitatnya (tangkapan non-target, hewan terdampar, perburuan ilegal, interaksi fisik, dsb)

0 0 0 0 0

1.1.3 Penggunaan jangkar 1.1.3.1 Penggunaan jangkar dan/ mooring buoy dengan bertanggung jawab

1 0 0 1 0

1.1.4 Terwujudnya tata kelola wilayah tujuan wisata yang efektif dan bertanggung jawab

1.1.4.1 Pengembangan, perencanaan, dan pelaksanaan tata kelola wilayah tujuan wisata yang bertanggung jawab

1 1 0 0 0

1.1.4.2 Terdapat informasi maupun promosi mengenai produk/ fasilitas wisata yang bertanggung jawab

1 1 1 1 0

1.2. Jejak ekologi 1.2.1. Pengelolaan makanan

1.2.1.1. Selektif memilih material kemasan untuk pengurangan sampah

1 1 1 1 1

1.2.1.2 Penggunaan produk seafood yang ramah lingkungan 1 1 0 0 0

1.2.1.3. Penggunaan produk makanan lokal dalam rangka mengurangi carbon footprint

1 1 1 0 0

1.2.2. Penghematan Energi dan Air

1.2.2.1. Penerapan kegiatan penghematan dan konservasi energi listrik

1 1 0 0 0

7 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

1.2.2.2. Penerapan kegiatan penghematan dan konservasi bahan bakar fosil

1 0 0 0 0

1.2.2.3. Penerapan kegiatan penghematan dan konservasi air bersih

0 0 0 0 0

1.2.3 Pengelolaan sampah dan limbah berbahaya

1.2.3.1. Memiliki kebijakan dan menerapkan kegiatan manajemen sampah.

1 0 0 0 0

1.2.3.2 Memiliki sistem pengelolaan limbah berbahaya selama proses kegiatan dan/ aktivitas bahari (limbah minyak, oli, bahan bakar bekas perahu, baterai, cat kedap air)

0 0 0 0 0

1.2.4 Polusi dan pencemaran

1.2.4.1 Pengurangan polusi suara dan cahaya selama kegiatan wisata

0 0 0 0 0

2. Prinsip Sosial Ekonomi Budaya

2.1 Kesetaraan dan nilai sosial

2.1.1 Bagi penyandang kebutuhan khusus

2.1.1.1. Terdapat fasilitas dan produk wisata bagi pihak berkebutuhan khusus* NOTE : *Lanjut usia, pengguna kursi roda, penderita autis, tuna rungu, dll

0 0 0 0 0

2.1.2. Menghargai nilai-nilai lokal.

2.1.2.1. Mempromosikan budaya setempat dan mengikuti peraturan formal maupun informal yang terkait adat/sosial yang berlaku di destinasi tujuan wisata.

1 1 1 1 0

2.2 Partisipasi 2.2.1 Keterlibatan dalam usaha masyarakat/ komunitas lokal

2.2.1.1. Peningkatan usaha lokal melalui promosi dan kemitraan

1 1 1 0 0

2.2.1.2. Dukungan terhadap program kewirausahaan masyarakat/ komunitas lokal di lokasi kegiatan wisata

1 1 0 0 0

2.2.2 Keterlibatan dalam pengelolaan pariwisata

2.2.2.1. Adanya akses masyarakat lokal dalam merencanakan dan mengambil keputusan dalam tahapan kebijakan pengelolaan pariwisata.

1 0 0 0 0

8 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

3. Prinsip Pengelolaan yang Efektif

3.1 Legalitas 3.1.1 Kepatuhan hukum 3.1.1.1 sistem pengelolaan usaha yang legal dan taat hukum 1 1

3.2 kesehatan dan keselamatan

3.2.1 Kesehatan dan keselamatan dalam pengelolaan usaha

3.2.1.1 Memiliki mekanisme internal meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan kerja

1 0 0 0 0

3.2.1.2 Memiliki peralatan dasar standar dan relevan untuk kesehatan dan keselamatan serta daftar kontak darurat/penting

1 0

3.3 Ketenagakerjaan 3.3.1 Tenaga Kerja 3.3.1.1 Legalitas tenaga kerja 1

3.3.1.2 Komposisi tenaga kerja Warga Negara Indonesia (WNI) dan asing

1 1 1 1 1

3.3.2 Perlindungan anak 3.3.2.1 Bebas pekerja anak 1 1

3.3.2.2 Menghargai hak-hak karyawan perempuan yang berkeadilan

1 1

3.3.3 Hak-hak pekerja 3.3.3.1 Hak-hak dan fasilitas yang didapatkan oleh pekerja sesuai peraturan Perundang-undangan dan aturan lokal yang berlaku

1 0

3.3.4. Kemitraan, keanggotaan dan relasi dalam usaha pariwisata Indonesia

3.3.4.1. Perusahaan tergabung dan aktif dalam asosiasi pariwisata yang relevan dan diakui di Indonesia

0 0

3.3.5. Pembekalan edukasi dan keterampilan

3.3.5.1. Peningkatan kapasitas/pelatihan karyawan sesuai bidang dan tanggung jawabnya

0 1 0 0 0

3.4. Kualitas pelayanan, Kepuasan Tamu, dan Branding

3.4.1. Pelayanan karyawan dan mitra kerja

3.4.1.1. Pemahaman mengenai pelayanan kepada tamu/mitra kerja dengan baik

1 0 0 1 0

9 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

METODE Kepatuhan perusahaan untuk melaksanakan proses penilaian diukur dengan menggunakan kriteria, standar dan indikator Signing Blue, WWF-

Indonesia. Perusahaan memiliki pilihan untuk menggunakan jasa konsultan atau tim tourism WWF-ID untuk melaksanakan penilaian ini. Setelah

hasil diperoleh, sebuah rencana kerja akan dikembangkan bersama oleh tim Signing Blue dan perwakilan perusahaan untuk menjadi dasar Program

Peningkatan Wisata Bahari (Marine Tourism Improvement Program – MTIP).

Keterangan penilaian Signing Blue:

Hasil penilaian diperoleh berdasarkan tingkat komitmen, kesediaan untuk menerapkan praktik-praktik terbaik dalam usaha wisata bahari, serta

upaya untuk mengedukasi dan mempengaruhi pihak terkait lain untuk berpartisipasi dalam wisata bahari yang bertanggung jawab. Hasil penilaian

dikategorikan dari Starfish 1 (tahap awal) sampai Starfish 5 (tahap terdepan).

Starfish 1: Menunjukkan pengetahuan dan komitmen atas usaha atau praktik pariwisata yang bertanggung jawab

Starfish 2: Menunjukkan komitmen yang tinggi untuk menerapkan praktik-praktik terbaik dalam sektor bisnis (penerapan minor atau kurang dari

50% staf internal berkomitmen dan menerapkan praktik-praktik terbaik)

Starfish 3: Sadar dan bersedia untuk melaksanakan Pariwisata Bahari Bertanggung Jawab dengan melibatkan pihak terkait (penerapan mayor atau

lebih dari sama dengan 50% staf internal berkomitmen dan menerapkan praktik-praktik terbaik)

Starfish 4: Memiliki kesadaran untuk mengedukasi dalam menerapkan dan mempengaruhi pihak terkait yang lain untuk berpartisipasi dalam

praktik-praktik wisata bahari yang bertanggung jawab (kontribusi minor atau kontribusi kurang dari 50% dari pihak luar yang terkait)

Starfish 5: Mampu menunjukkan program wisata yang inovatif dan menyediakan dampak yang signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan,

sosial-ekonomi-budaya, dan pengurangan jejak karbon, serta mampu mempengaruhi kebijakan dan peraturan dalam pengelolaan

sumber daya alam berkelanjutan (kontribusi mayor atau kontribusi lebih dari sama dengan 50% dari pihak luar yang terkait)

Sistem Penilaian

1. Memenuhi Starfish 1-3 (penerapan oleh pihak dalam) jika skor penilaian mencapai >= 70%

2. Memenuhi Starfish 4-5 (penerapan oleh pihak luar) jika skor penilaian mencapai >= 70% dan Starfish 1-3 mencapai 100%

10 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

Pengumpulan data

Penilaian dilakukan berdasarkan beberapa metode pengumpulan data, seperti wawancara dengan pihak perusahaan, pengamatan, dokumentasi

dokumen terkait dan panduan yang dibutuhkan, serta riset media.

Rincian informasi terkait metodologi penilaian mengacu pada Panduan Standar Signing Blue.

Sumber informasi

EVALUASI DETAIL

Jelajah Biru adalah operator wisata yang menawarkan perjalanan wisata ke beberapa destinasi menarik di Indonesia, terutama lokasi yang memiliki

pesona laut yang memikat dengan mengdepankan wisata yang bertanggung jawab dari segi lingkungan, sosial-budaya dan keberlangsungan bisnis

lokal. Dalam hal tersebut Jelajah Biru berupaya untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimpukan dari aktifitas pariwisata dan pelibatan

masyarakat lokal sebagai salah satu pengalaman dalam berwisata.

Penilaian yang dilakukan pada saat tim Sigining Blue mengevaluasi yaitu kegiatan di Taman Nasional Karimunjawa yang bekerja sama dengan

Yayasan TAKA dalam membuat kegiatan Coastal Clean-Up yang mendapat dukungan dari USAID. Peserta kegiatan terdiri dari mahasiswa dan

umum. Penilaian dilakukan dalam beberapa hari yang melingkupi kegiatan workshop di kelas, tracking di mangrove dan melakukan Coastal Clean

Up di salah satu pulau di Kepulauan Karimunjawa.

Dalam kegiatan ini, Jelajah Biru menunjukan adanya aksi pariwisata yang bertanggung jawab dimana pengurangan jumlah plastik, seperti tempat

dan alat makan yang bisa didaur ulang dan mewajibkan seluruh peserta untuk membawa botol minumnya sendiri sehingga tidak memerlukan

botol plastik yang sekali pakai. Selama interview, Pihak Jelajah Biru menjelaskan bahwa adanya media publikasi yang selalu mengajak masyarakat

luas untuk lebih memperhatikan wisata yang menerapkan prinsip berpariwisata yang baik.

Tanggan dan lokasi Nama dan jabatan Perusahaan

23 Maret 2017 Ilma Jelajah Biru

24 Maret 2017 Miko Yayasan TAKA

25 Maret 2017 Harris Sukandar Yayasan TAKA

7 April 2017 Ilma & Annisa R Jelajah Biru

11 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

1. PRINSIP: LINGKUNGAN

Secara umum Jelajah Biru telah memenuhi Starfish 1 (76%) dan saat ini hampir memenuhi Starfish 2 (53%).

Jelajah Biru memiliki perhatian dalam aspek lingkungan yang cukup tinggi karena sering ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pariwisata berbasis

lingkungan. Jelajah memiliki SOP dalam pengolahan sampah dan meminimalisir sampah yang dihasilkan oleh karyawannya sendiri maupun saat

berkegiatan. Selain itu, Jelajah Biru juga berkomitmen dalam konservasi laut seperti melndungi kawasan terumbu karang dengan tidak melepaskan

jangkar dan menyarankan untuk menambatkan kapal ke mooring buoy apabila melakukan aktifitas dengan kapal lokal. Selain itu upaya dalam

penghematan energi seperti air dan listrik telah dicantumkan pada booklet yang disebarkan kepada peserta kegiatan.

Salah satu kegiatan di Kepulauan Karimunjawa ini juga bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam pembersihan pantai di Pulau Cemara

yang diidentifikasi sebagai salah satu pulau yang memiliki jumlah sampah yang cukup banyak karena aktfitas wisata di pulau tersebut maupun

sampah bawaan dari pulau lain. Kegiatan Coastal Clean Up ini tentu merupakan poin tambah untuk Jelajah Biru dalam upaya mendukung pariwisa

bertanggung jawab dengan menyebarkan nilai positif dari kegiatan Coastal Clean Up tersebut dalam media sosial yang cukup aktif yang dimiliki

oleh Jelajah Biru.

Adapun yang harus diperhatikan yaitu saat memberikan briefing kepada peserta harus lebih sering dilakukan, terlebih jika peserta yang ikut dalam

kegiatan cukup banyak. Briefing juga harus lebih jelas dalam penyampaian terkait SOP untuk aktifvitas bawah laut dari segi keamanan wisatawan

maupun keberlangsungan habitat atau biota laut yang menjadi objek wisata itu sendiri untuk meminimalisir dampak negatif. Terlepas dari itu

beberapa indikator yang sepatutnya menjadi fokus utama untuk meningkatkan dan mencapai pariwisata bahari yang bertanggung jawab

diantaranya:

- Membuat rencana program CSR dalam upaya mendukung aksi/pendanaan bagi konservasi dan program CSR ini dapat terdokumentasikan

dengan baik.

- Memiliki standar briefing sebagai pengingat karyawan saat di lapangan dan karyawan mampu menerapkan dan memahami praktik terbaik

dan tidak menerapkan secara konsisten.

- Mengajak mitra dan bekerjasama menyusun kegiatan dan mempromosikan atraksi wisata yang tidak mengancam satwa.

- Berpartisipasi dalam menginformasikan temuan ancaman terhadap satwa dan habitatnya (tangkapan non-target, hewan terdampar,

perburuan ilegal, interaksi fisik, dsb) dengan cara berkomitmen melakukan pencatatan dalam logbook dan melaporkan pelanggaran ke

pihak berwenang.

- Berkomitmen dan memiliki mekanisme penggunaan jangkar dan/ mooring buoy saat berlabuh yang bertanggung jawab dengan

menyesuaikan terhadap wilayah penyelaman/ berlabuh (berdasarkan Panduan Operasional Kerja (POK) baik secara internal karyawan

ataupun bersama mitra.

12 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

- Menyediakan informasi carrying capacity pariwisata di lokasi kerja, dan tersedianya informasi tata ruang pariwisata di lokasi kerja untuk

tujuan tata kelola wilayah tujuan wisata yang bertanggung jawab

- Melakukan kerjasama dengan Pemasok untuk menyediakan produk kemasan ramah lingkungan dan merupakan masyarakat lokal.

- Menggunakan produk seafood dalam proses perbaikan dibawah mekanisme Fisheries/Aquaculuture Improvement Program (FIP/AIP)

ataupun MSC dan ASC.

- Mitra penyedia jasa dan tamu dapat mempromosikan produk lokal.

- Menyediakan inovasi penghematan energi.

- Menerapkan mekanisme penghematan bahan bakar secara internal karyawan dan mitra.

- Berkomitmen mengurangi polusi dan pencemaran di wilayah operasional kerja baik secara internal maupun ekternal.

Kategori Kriteria Indikator Assesment Result

Existing Condition Existing Gap

1.1. Biodiversity 1.1.1 Edukasi konservasi

1.1.1.1 Peningkatan pemahaman dan kesadaran dalam mengelola ekosistem laut dan konservasi satwa.

- Membuat dan mengirimkan e-booklet perjalanan di setiap trip, terdiri dari: * do and don't * introduction: lokasi (Taman Nasional) * itinerary * kontribusi terhadap lingkungan dan pariwisata (lebih dari sekedar liburan) - Memberikan reward kepada tamu terbaik per kegiatan berupa badge/ lencana (coral reef, mangrove, fish) - kerja sama lebih ke memastikan kegiatan sejalan dengan responsible tourism - Memberikan booklet kepada mitra - Penyampaian ke karyawan dalam bentuk briefing: memastikan safety jacket, memastikan makanan tidak pakai/ mengurangi bungkus makanan, dan mengingatkan karyawan untuk brieifng kepada tour operator - Mengadakan pre dan post-test kepada peserta trip mengenai pemahaman kepariwisataan bertanggung jawab (Dok. tersedia) - Melakukan beach clean up bersama TAKA - Tidak memanfaatkan satwa liar

- Belum ada peta lokasi wisata yang menunjukkan zonasi BTNKJ - Saat di lapang, karyawan belum menerapkan SOP yang dibuat (tidak mengambil kesempatan untuk menjelaskan/ mengingatkan ke peserta dan mitra) - Belum ada pre dan post test untuk pihak HPI dan TNKJ (mitra yang diundang) - Belum ada list mitra kolaborasi

13 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

(berdasarkan observasi) - melakukan sharing kepada pihak pemerintah, pelaku wisata (HPI), dan peserta YCCU (>50% stakeholder)

1.1.1.2. Tersedianya pembiayaan untuk konservasi di wilayah kerja (Corporate Sosial Responsibility)

- Membayar retribusi desa (5000/orang di setiap desa: Wakatobi - Darawa, Sombano, Pajang, Bente), bukit Joko Tuwo, - Membayar simaksi BTNKJ - Menyisihkan revenue (dari margin keuntungan) dalam bentuk penyediaan alat makan ramah lingkungan (sedotan, kotak makan ampas tebu, sendok garpu)

Belum memiliki program CSR

1.1.2. Berinteraksi dengan satwa yang dilindungi dan terancam punah

1.1.2.1. Tidak terdapat kegiatan yang mengancam satwa dan merusak ekosistem laut

- SOP berinteraksi dengan satwa sudah ada (merujuk ke BEEP WWF Indonesia) - Melakukan briefing dan saling mengingatkan kepada karyawan - Melakukan evaluasi kepada mitra lokal (Todani, Wakatobi) dan evaluasi terhadap tamu - Evaluasi dan briefing sebelum, selama dan setelah kegiatan (penggunaan plastik) - Menunjukkan hal-hal yang dapat diangkat (kepada mitra lokal) - Memberikan edukasi kepada tamu dan mitra - Memiliki dokumentasi cetak, elektronik, kegiatan pertemuan dan sharing

- Belum ada standar brieifing yang menjadi standar pengingat karyawan saat di lapang - Karyawan kurang memahami praktik terbaik dan tidak menerapkan secara konsisten - Belum ada dokumentasi yang baik terkait: pelatihan staf dan hasilnya, implementasi praktik-praktik perlindungan/ berinteraksi terhadap satwa dan ekosistem di lapangan.

1.1.2.2 Tidak ada atraksi wisata ilegal/ barang yang terbuat dari satwa laut dari jenis dilindungi dan terancam punah, serta memahami langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat bertemu dengan satwa yang terluka/ terdampar/ terjerat/ tidak sengaja

- Tidak mengadakan dan memiliki promosi atraksi wisata dari hewan dilindungi - Jelajah Biru menyatakan bahwa menginginkan melihat hewan-hewan sesuai keadaan natural, contoh: monitoring satwa lewat Reef Check - Jelajah Biru (jika menghadapi kejadian membahayakan satwa) memiliki pemahaman untuk melaporkan/ menghubungi pihak berwenang atau ke LSM yang dikenal di wilayah setempat

- Karyawan belum memahami langkah-langkah yang harus dilakukan saat menemukan satwa terluka/ terdampar - Belum ada pernyataan/ pengumuman mengenai komitmen perusahaan mengenai isu ini - Belum ada pemahaman yang terdokumentasi terkait langkah-langkah yang harus dilakukan ketika bertemu satwa terluka/ terdampar/ terjerat/ tidak sengaja tertangkap

14 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

tertangkap saat beraktivitas wisata

- Jelajah Biru telah mendorong mitranya, dalam hal ini Komunitas Todani untuk memahami cara menangani mamalia (dugong terdampar)

- Belum terdapat dokumentasi mengenai mitra dan pihak eksternal yang paham cara menangani satwa terluka/terdampar/ terjerat/ tertangkap

1.1.2.3. Berpartisipasi dalam menginformasikan temuan ancaman terhadap satwa dan habitatnya (tangkapan non-target, hewan terdampar, perburuan ilegal, interaksi fisik, dsb)

- Menyatakan bahwa jika menemukan kejadian akan melaporkan dengan informasi: mencatat kejadian, mengambil foto dan/ video, dan menandakan lokasi (jika memungkinkan)

- Belum memiliki logbook pencatatan pelaporan kejadian dan belum ada sistem dokumentasi laporan pelanggaran yang ditemui ke pihak berwenang - Belum pernah mengalami kejadian membahayakan bagi satwa

1.1.3 Penggunaan jangkar

1.1.3.1 Penggunaan jangkar dan/ mooring buoy dengan bertanggung jawab

- Secara konsisten mematuhi dan bahkan mengingatkan mitra usaha untuk melepas jangkar ilakukan tidak di lokasi yang terdapat ekosistem penting seperti terumbu karang, dll - Jelajah biru dan mitra kerjanya—dalam hal ini kapal yang disewa menunjukkan pemahaman dalam penggunaan jangkar di wilayah pantai berpasir. - Jelajah Biru melakukan briefing terhadap mitra (Yayasan TAKA) untuk tata cara penggunaan Jangkar dan mooring buoy di lokasi trip mereka. Selanjutnya, Yayasan Taka melakukan briefing terhadap crew kapal yang mengantar mereka ke lokasi wisata.

- Belum ada dokumen atau statement internal - Belum ada dokumentasi/ pencatatan jumlah keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan konservasi satwa laut

1.1.4 Terwujudnya tata kelola wilayah tujuan wisata yang efektif dan bertanggung jawab

1.1.4.1 Pengembangan, perencanaan, dan pelaksanaan tata kelola wilayah tujuan wisata yang bertanggung jawab

- Perusahaan dan karyawan memiliki data lebih awal tentang wilayah yang jadi target wisata, dan memastikan kegiatan yang akan dilakukan bukan di zona inti atau dilakukan pada zona yang diperbolehkan (pemanfaatan pariwisata, dll)

- Belum adanya kajian carrying capacity untuk lokasi-lokasi tertentu, seperti Alor (Dugong) atau TN. Komodo (Manta), sehingga karyawan juga belum bisa mengetahui daya dukung wisata kawasan setempat yang bisa disesuaikan. - Belum ada rencana terkait keikut sertaan dalam melaksanakan tata kelola wisata

15 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

1.1.4.2 Terdapat informasi maupun promosi mengenai produk/ fasilitas wisata yang bertanggung jawab

- Tersedia materi promosi wisata (instagram, facebook, website) - awareness, materi reguler peserta wisata dalam booklet - Mampu menjelaskan dan mempromosikan informasi produk atau fasilitas wisata yang ramah lingkungan, dari sumber media sosial, booklet. - Memiliki dan menyediakan materi promosi keanekaragaman hayati

- Belum memiliki pemahaman yang sama mengenai produk pariwisata ramah lingkungan - Belum ada keterlibatan dalam pengelolaan tujuan wisata

1.2. Jejak ekologi

1.2.1. Pengelolaan

makanan

1.2.1.1. Selektif memilih material kemasan untuk pengurangan sampah

- Terdapat SOP untuk pengurangan penggunaan kemasan makanan, penggunaan kotak makanan - Karyawan memahami POK yang ada - Seluruh karyawan mendapatkan briefing dan penjelasan mengenai SOP pengurangan kemasan makanan dan penggunaan kotak makan - Memiliki daftar mitra pemasok kemasan jenis ramah lingkungan (kotak makan ampas bambu, sedotan kertas, sedotan kaca)

- Belum konsisten untuk menggunakan kotak makan karena masih menggunakan bungkus dan penutup plastik - Belum mengetahui asal usul dari pemasok kemasan ramah lingkungan, kemasan tersebut bukan dari lokal (dibawa dari Jakarta)

1.2.1.2 Penggunaan produk seafood yang ramah lingkungan

- Memiliki panduan seafood ramah lingkungan (seafood guide) - Selalu memberi pengarahan kepada mitranya (dalam hal ini Yayasan Taka) untuk menggunakan seafood guide - Perusahaan mengetahui produk dan jenis seafood di wilayah tertentu (Jakarta dan Bali) menggunakan produk Fish N Blues. - Perusahaan sudah mengetahui bahwa produk bukan berasal dari satwa dilindungi/ terancam punah - Melakukan promosi terhadap produk seafood ramah lingkungan bersama (Fish N Blues)

- Produk dan jenis seafood yang digunakan belum diketahui semua apakah sedang dalam mekanisme FIP/AIP - Belum menggunakan jenis sertifikat eco label MSC ASC

1.2.1.3. Penggunaan produk makanan lokal dalam rangka

- Memiliki mekanisme untuk menggunakan penyedia makanan lokal,

- Perusahaan belum mengetahui asal-usul bahan baku makanan lainnya, hanya

16 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

mengurangi carbon footprint

meminta memasak dari menu biasanya dan khas - Tersedia code of ethics /peraturan untuk meminimalisir bungkus sampah yaitu dengan membuang bungkus plastik makanan sebelum memasuki kapal (namun berdasarkan observasi, belum sepenuhnya menjalankan peraturan yang ada) - Menggunakan produk lokal 90% - Tidak memberikan/ memenuhi permintaan menu khusus jika tidak dapat diakses

tahu beli di pasar lokal - Belum memiliki list mitra pemasok bahan makanan dan penyedia jasa memasak - Belum ada materi promosi dan publikasi untuk penyediaan produk lokal

1.2.2. Penghematan Energi dan Air

1.2.2.1. Penerapan kegiatan penghematan dan konservasi energi listrik

- Mencantumkan dalam booklet agar menggunakan listrik secukupnya (siap dengan kondisi sekitar dimana listrik sering padam) - Menyatakan alat bersama yang bisa digunakan di kantor adalah laptop dan printer

- Belum ada mekansime/panduan tertulis penggunaan listrik selama trip - Tidak memiliki daftar rekam jejak (tidak memiliki alat elektronik) - Belum memiliki proses pelatihan penghematan energi - Belum memiliki peralatan yang berlabel hemat energi - Belum ada petunjuk penghematan listrik selama trip - Belum melakukan inovasi terkait penghematan listrik

1.2.2.2. Pener apan kegiatan penghematan dan konservasi bahan bakar fosil

-Mengefisienkan penggunaan kendaraan kapal dan mobil dalam satu hari -- berdasarkan rute dan sesuai kebutuhan (1/2 hari atau fullday)

- Belum memiliki, panduan penghematan bahan bakar untuk tamu - Belum menunjukkan rekam jejak penggunaan bahan bakar dan cara penghematan bahan bakar - Belum memiliki mekanisme internal tertulis dan materi training penghematan energi untuk karyawan

1.2.2.3. Penerapan kegiatan penghematan dan konservasi air bersih

- Menyatakan mengingatkan penggunaan air seperlunya karena keterbatasan (namun dalam observasi tidak diingatkan) - Menyatakan mengedukasi tamu dengan menunjukkan kondisi keterbatasan air

- Belum memiliki, panduan penghematan air - Belum memiliki dokumen rekam jejak dan informasi akses air bersih di lapang - Karyawan belum menerapkan gerakan

17 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

penghematan air yang dimaksud dalam starfish 1 - Karyawan belum memastikan adanya petunjuk dan investasikan peralatan

1.2.3 Pengelolaan sampah dan limbah berbahaya

1.2.3.1. Memiliki kebijakan dan menerapkan kegiatan manajemen sampah.

- Memiliki SOP untuk memisahkan sampah organik-anorganik - Meminimalisir menghasilkan sampah dengan menggunakan botol minum pribadi, dan menggunakan bungkus makanan organik

- Belum melakukan pemisahan karena belum ada mekanisme di wilayah tersebut - Belum melakukan pengolahan/ composting untuk sampah organik - Belum memiliki kerjasama dengan mitra lain dalam mendaur ulang sampah - Belum memiliki rencana mengurangi sampah tahunan

1.2.3.2 Memiliki sistem pengelolaan limbah berbahaya selama proses kegiatan dan/ aktivitas bahari (limbah minyak, oli, bahan bakar bekas perahu, baterai, cat kedap air)

Limbah berbahaya yang dihasilkan hanya baterai

- Belum ada pedoman/ dokumen pengelolaan limbah berbahaya - Kolaborasi pengelolaan limbah dengan mitra belum terdokumentasi - Belum memiliki sarana penampungan limbah sementara

1.2.4 Polusi dan pencemaran

1.2.4.1 Pengurangan polusi suara dan cahaya selama kegiatan wisata

- Menyatakan bahwa kebanyakan mitra Jelajah Biru sudah paham prosedur pengurangan polusi suara dan cahaya untuk mengurangi gangguan dari kegiatan wisata. Jelajah Biru telah bermitra dengan Tour operator antara lain di Labuan Bajo (Flores XP, Divine Diving, dan Dive Komodo)

- Belum memiliki POK mengenai polusi suara dan cahaya - Karyawan belum mempraktikkan upaya minimalisir dampak polusi suara dan/ cahaya - Belum terdapat brieifing sejauh mana maksimal jarak operasi kapal dan suara apa yang boleh dipraktekkan - Belum melakukan kerja sama untuk mengurangi dampak polusi tersebut - belum ada dokumentasi mitra yang paham mengenai pengurangan polusi suara dan cahaya

18 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

2. PRINSIP: SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA

Jelajah Biru meraih 80% pada Starfish 1 yang membuktikan tercapainya kesiapan untuk berkomitmen dan berkontribusi terhadap budaya setempat

dan kehidupan masyarakatnya.

Secara umum Jelajah Biru telah memiliki komitmen untuk dalam menghargai keputusan lokal yang menjadi destinasi tujuan, seperti melakukan

koordinasi terlebih dahulu sebelum kegiatan berlangsung dari beberapa hari sebelumnya. Selain itu Jelajah Biru juga mendukung dalam promosi

budaya setempat dan terus berupaya dalam mengikuti peraturan formal maupun informal. Hal ini juga terlihat dari beberapa trip Jelajah Biru yang

memperlihatkan adanya keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatannya seperti di Wakatobi dan Bali.

Hal yang harus diperhatikan adalah apabila destinasi yang kunjungi merupakan lokasi yang baru, Jelajah Biru mungkin harus lebih banyak

melakukan survey awal terlebih dahulu terkait sosial budaya, seperti kegiatan di Karimunjawa ini, walaupun kegiatan workshop mengundang

orang lokal namun masih kurangnya keterlibatan masyarakat Karimunjawa yang mengikuti kegiatan Coastal Clean Up atau kegiatan di lapangan

yang serharusnya menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan serta keterlibatan masyarakat itu

sendiri dalam kegiatan di kawasan mereka sendiri.

Untuk mencapai target yang lebih tinggi dalam upaya menerapkan praktek yang bertanggung jawab, ada beberapa indikator yang sebaiknya

menjadi fokus perbaikan diantaranya:

- Berkomitmen meningkatkan pelayanan pada pihak berkebutuhan khusus baik secara internal maupun ekternal.

- Bersama mitra berkotribusi dalam mempromosikan budaya dan kegiatan masyarakat setempat di distinasi wisata yang menjadi wilayah

kerja Jelajah Biru.

- Melibatkan karyawan / manajemen ikut serta mempromosikan / mengontrol kualitas produk/ jasa komunitas lokal yang ditawarkan pada

pihak lain dalam upayan peningkatan usaha lokal melalui promosi dan kemitraan.

- Membuat program untuk mendukung kewirausahaan masyarakat lokal atau terlibat langsung program dalam mendukung kewirausahaan

masyarakat lokal.

- Terlibat dalam kegiatan musyawarah/ diskusi dengan masyarakat lokal dalam 1 tahun di wilayah kerjanya.

19 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

Kategori Kriteria Indikator Assesment Result

Existing Condition Existing Gap

2.1 Kesetaraan dan nilai sosial

2.1.1 Bagi penyandang kebutuhan khusus

2.1.1.1. Terdapat fasilitas dan produk wisata bagi pihak berkebutuhan khusus* NOTE : *Lanjut usia, pengguna kursi roda, penderita autis, tuna rungu, dll

-Terdapat liability release untuk peserta. Pada umumnya sebelum berkegiatan peserta sudah mengetahui kegiatan yang akan dilakukan di lapang - Tidak menyarankan lansia atau pihak berkebutuhan khusus ikut dalam trip trip yang dinilai tak mengakomodir kebutuhan mereka. -Memiliki pengalaman membawa tamu lansia usia 60 tahun dan memenuhi seluruh kebutuhan khusus bagi lansia tersebut.

- Belum memiliki panduan dan pakest wisata yang disiapkan untuk orang berkebutuhan khusus - Staf dan mitra belum menerima pelatihan untuk mendampingi orang berkebutuhan khusus - Belum ada dokumentasi pelaksanaan paket wisata untuk orang berkebutuhan khusus

2.1.2. Menghargai nilai-nilai lokal.

2.1.2.1. Mempromosikan budaya setempat dan mengikuti peraturan formal maupun informal yang terkait adat/sosial yang berlaku di destinasi tujuan wisata.

- Menyediakan booklet untuk perjalanan yang relevan dengan destinasi dan daerah tujuan trip: Wakatobi: booklet mengenai budaya lokal, pantangan yang tidak boleh dilakukan - Karimunjawa ; pengenalan sumberdaya lokal - Bali : Mempromosikan kegiatan kegiatan edukasi (1) belajar melukis, (2) SOS yayasan anak, rumah dan ibu asuh untuk anak kurang beruntung; kegiatan menari Bali dan membuat kartu nama, (3) Jaringan Ekowisata Desa (JED)

- Belum memiliki panduan/bahan/informasi tentang adat istiadat yang berlaku di destinasi yang dituju. - Belum ada bentuk dan daftar kontribusi perusahaan dan tamu untuk promosi budaya masyarakat setempat

2.2 Partisipasi 2.2.1 Keterlibatan dalam usaha masyarakat/ komunitas lokal

2.2.1.1. Peningkatan usaha lokal melalui promosi dan kemitraan

- JB memiliki beberapa mitra usaha, antara lain: - Flores XP, Divine Diving, Dive Komodo (TN Komodo) - Yayasan Taka (Karimunjawa) - komunitas Toudani (Kaledupa - Wakatobi) - produk yang ditawarkan ke tamu 100% produk lokal

- Belum terdapat list mitra usaha lokal dari setiap lokasi - Belum ada program untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat setempat dalam bentuk kemitraan sebagai penyedia barang & jasa

2.2.1.2. Dukungan terhadap program kewirausahaan masyarakat/ komunitas lokal di lokasi kegiatan wisata

- Memiliki visi misi untuk menjadi perusahaan penyedia jasa pariwisata yang menguntungkan dan berkelanjutan dengan menjunjung prinsip ramah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. - Telah bekerja sama dengan mitra di lokasi

- Belum memiliki program kewirausahaan yang melibatkan pemangku kepentingan terkait (kelompok masyarakat, sektor jasa pariwisata, pemerintah setempat, dll)

20 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

beberapa lokasi untuk pengembangan potensi ekowisata http://jelajahbiru.com/about/about

2.2.2 Keterlibatan dalam pengelolaan pariwisata

2.2.2.1. Adanya akses masyarakat lokal dalam merencanakan dan mengambil keputusan dalam tahapan kebijakan pengelolaan pariwisata

- Melakukan survei terhadap kawasan target sebelum kegiatan (misalnya: ke Bali dan Wakatobi) - Melakukan koordinasi mengenai besar kontribusi yang perlu diberikan ke masyarakat lokal. - Mencari informasi lebih awal tentang ketentuan dan peraturan yang harus dipatuhi di lapangan (misalnya: mematuhi peraturan tidak mengunjungi rumah adat, menganjurkan tamu mengenakan pakaian yang sopan di wilayah tertentu) - Mencari informasi mengenai larangan, kesepakatan, atau keputusan masyarakat lokal. Jelajah Biru memiliki mitra lokal di daerah daerah target yang rutin menyampaikan kondisi sosial masyarakat pada Jelajah Biru.

- Belum terlibat secara aktif dalam musyawarah/diskusi dengan masyarakat lokal '- Belum ditemukan berita mengenai adanya kontrol masyarakat lokal (Karimunjawa, Alor dan Wakatobi) dalam merencanakan dan mengambil keputusan dalam tahapan kebijakan pengelolaan pariwisata

3. PRINSIP: PENGELOLAAN EFEKTIF

Jelajah Biru memperoleh pencapaian terbaik dari prinsip lainnya pada prinsip Pengelolaan yang Efektif, dengan meraih Starfish 1 (86%), Starfish 2 (50%), Starfish 3 (33%), Starfish 4 (37%), dan Starfish 5 (24%).

Jelajah Biru menunjukan adanya keutamaan dalam keselamatan untuk wisatawan dengan adanya form liability yang harus di isi sebelum aktivitas

berlangsung. Selain itu juga terdapat obat-obatan standar yang dibawa untuk persiapan pertolongan pertama jika ada kejadian yang tidak

diinginkan. Selain itu Jelajah Biru juga sering mengikuti sosialisasi atau workshop yang dilakukan terkait dengan wisata yang bertanggung jawab

seperti dari WWF-Indonesia. Adanya briefing terkait keselamatan juga, menurut interview, sudah dilakukan oleh pihak Jelajah Biru terhadap

wisatawan yang mengikuti trip. Hal terkait kualitas kegiatan juga diperhatikan seperti adanya survei terhadap pemahaman tamu terhadap

pemahaman mereka terhadap kepariwisataan yang bertanggung jawab.

Hal yang perlu diperhatikan yaitu terkait keselamatan dari karyawannya itu sendiri yang seharusnya memilii keselamatan kerja yang lebih aman

seperti memiliki asuransi atau yang lainnya karena resiko nya mungkin lebih tinggi. Selain itu juga kelengkapan obat-obatan juga perlu ditingkatkan,

selain itu juga briefing terkait keselamatan untuk evakuasi bencana alam juga belum di sampaikan kepada tamu.

21 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

Terlepas dari beberapa yang sudah dijabarkan diatas, maka perbaikan-perbaikan lainnya yang perlu menjadi target untuk mencapai Marine

Tourism Improvement Program (MTIP) dan menjadi pelaku wisata yang lebih bertanggung jawab adalah:

- Memberikan pelatihan mekanisme keselamatan kerja dan mitigasi bencana alam di lokasi kerja kepada karyawan dan tamu.

- Melakukan pengecekan rutin kepada semua peralatan dasar standar dan relevan untuk kesehatan dan keselamatan.

- Bergabung dalam anggota/ pengurus aktif kelompok/ forum/ asosiasi yang legal dan Aktif dalam perbaikan pengelolaan kepariwisataan

yang relevan melalui advokasi kebijakan bersama kelompok/ forum/ asosiasi.

- Membuat Panduan Operasional Kerja (POK) pelatihan/dokumen materi pelatihan peningkatan kapasitas sesuai bidangnya masing-masing

untuk karyawan ataupun bersama pihak luar.

- Memberikan pengetahuan kepada karyawan agar dapat memberikan kualitas layanan yang baik dan akhirnya tamu bisa memberikan

penilaian yang positif.

Kategori Kriteria Indikator

Assesment Result

Existing Condition Existing Gap

3.1 Legalitas 3.1.1 Kepatuhan hukum

3.1.1.1 sistem pengelolaan usaha yang legal dan taat hukum

- Memiliki akta pendirian perushaan & akta perubahan - Surat pengesahan kemenkumham - NPWP - surat keterangan domisili - TDP - TDUP - Laporan tahunan (2016) dan laporan bulanan - Tanda terima SPPL

3.2 kesehatan dan keselamatan

3.2.1 Kesehatan dan keselamatan dalam pengelolaan usaha

3.2.1.1 Memiliki mekanisme internal meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan kerja

- Terdapat form liability & SOP untuk tamu - Melakukan pengarahan mengenai evacuation plan pada tamu dan dijelaskan oleh mitra (TAKA) saat kegiatan - Mitra memiliki info kontak darurat

- Tidak ada panduan (POK) mitigasi bencana alam, dan K3. - Belum pernah ada pelatihan kepada karyawan dan tamu mengenai keselamatan kerja dan mitigasi bencana alam

3.2.1.2 Memiliki peralatan dasar standar dan relevan untuk kesehatan dan keselamatan serta daftar kontak darurat/penting

-Terdapat kotak p3k di kantor - Aktif mengajak mitra untuk menyediakan kotak P3K - Tersedia kotak P3K saat arrange trip pribadi

- Belum terdapat tangki pemadam kebakaran, informasi jalur evakuasi, oksigen 100%, di kantor dan selama kegiatan - Belum terdapat logbook

22 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

pengecekan yang diisi secara rutin

3.3 Ketenagakerjaan 3.3.1 Tenaga Kerja 3.3.1.1 Legalitas tenaga kerja Memiliki dokumen yang lengkap, sesuai rekrutmen (NPWP, CV, buku tabungan, KTP)

3.3.1.2 Komposisi tenaga kerja Warga Negara Indonesia (WNI) dan asing

100% karyawan WNI dan menduduki posisi kunci

- Belum memiliki mekanisme/ panduan/ Panduan Operasional Kerja (POK) penerimaan tenaga kerja - Belum memiliki dokumen daftar total karyawan yang bekerja lengkap dengan posisi jabatan

3.3.2 Perlindungan anak

3.3.2.1 Bebas pekerja anak - Tidak ditemukan pekerja di bawah umur

Belum memiliki Daftar total karyawan yang bekerja lengkap dengan umur pekerja

3.3.2.2 Menghargai hak-hak karyawan perempuan yang berkeadilan

Tidak terdapat komplain terhadap hak-hak karyawan perempuan dan tindak pelecehan seksual

- Belum tersedia POK mengenai hak dan kewajiban karyawan perempuan - Belum tersedia POK yang mengatur tentang tata cara berkomunikasi dan bersikap dan bekerja

3.3.3 Hak-hak pekerja

3.3.3.1 Hak-hak dan fasilitas yang didapatkan oleh pekerja sesuai peraturan Perundang-undangan dan aturan lokal yang berlaku

- Terdapat mekanisme THR, kontrak pekerja, - Terdapat dokumen pembayaran gaji karyawan (100% karyawan menerima gaji sesuai dengan standar UMR)

Tidak terdapat asuransi

3.3.4. Kemitraan, keanggotaan dan relasi dalam usaha pariwisata Indonesia

3.3.4.1. Perusahaan tergabung dan aktif dalam asosiasi pariwisata yang relevan dan diakui di Indonesia

- Belum tergabung ke dalam asosiasi yang legal, baru masuk ke dalam marketplace (Triptrus)

3.3.5. Pembekalan edukasi dan keterampilan

3.3.5.1. Peningkatan kapasitas/pelatihan karyawan sesuai bidang dan tanggung jawabnya

- Mengikuti sosialisasi BEEP dari WWF, mengikuti workshop YCCU - Pelatihan manajemen administrasi

- Belum terdapat program pelatihan dan pendampingan formal untuk semua karyawan internal sesuai bidang dan tanggung jawab

23 Pihak Pertama/First Pary Pihak Kedua/Second Party

3.4. Kualitas pelayanan, Kepuasan Tamu, dan Branding

3.4.1. Pelayanan karyawan dan mitra kerja

3.4.1.1. Pemahaman mengenai pelayanan kepada tamu/mitra kerja dengan baik

Memiliki mekanisme pre dan post test terhadap tamu mengenai pemahaman mereka dalam kepariwisataan bertanggung jawab. Hasil tersebut dijadikan bahan penilaian terhadap Jelajah Biru, jika responden (tamu) tidak dapat menjawab dengan jawaban yang seharusnya, menjadi bahan evaluasi bagi Jelajah Biru.

Belum terdapat portal/ halaman yang berisi review dari tamu Jelajah Biru mengenai pelayanan yang diberikan selama trip wisata.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Melalui Signing Blue, WWF-Indonesia mengajak Jelajah Biru untuk mengembangkan kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab dan bekerja

bersama masyarakat dan otoritas lokal. Peningkatan dilakukan dengan melakukan peningkatkan kapasitas internal, pelayanan kepada mitra, serta

berkontribusi dalam upaya pelestarian di wilayah kerja Jelajah Biru.

Signing Blue mengarahkan anggotanya untuk memenuhi syarat-syarat dengan tiga prinsip utama yaitu; lingkungan, sosial-ekonomi-budaya, dan

Pengelolaan yang Efektif. Berdasarkan hasil tahap penilaian, secara keseluruhan Jelajah Biru termasuk ke dalam Starfish 1, yaitu telah sepenuhnya

berkomitmen atas kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab. Namun, dari ketiga prinsip yang dimiliki, Jelajah Biru telah mencapai pencapaian

dalam tingkat pariwisata bahari bertanggung jawab yang berbeda, yaitu mencapai skor tertinggi dalam prinsip Pengelolaan yang Efektif (memenuhi

Starfish 1), diikuti dengan prinsip Lingkungan (Starfish 1), dan terendah dimiliki prinsip Sosial Ekonomi dan Budaya (hampir memenuhi Starfish 2).

Secara umum, menuju langkah kepariwisataan bertanggung jawab, Jelajah Biru sebaiknya menguatkan prinsip lingkungan dengan membuat

program CSR, secara aktif menginformasikan temuan di lapangan, pembuatan panduan dalam pengurangan jejak ekologis dari air, listrik dan

pengelolaan limbah. Jelajah Biru juga dapat meningkatkan pelayanan kepada tau berkebutuhan khusus, mendukung usaha lokal dan masyarakat

melalui pendampingan dan kemitraan resmi.