tabel bagian bagian mikroskop

26
TOPIK I: TEKNIK MIKROSKOPIK Tabel 1. Bagian bagian mikroskop Bagian – bagian mikroskop menurut Respati (2008): No Nama bagian mikroskop Keterangan 1 Lensa Okuler Berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif. 2 Lensa Obyektif Berfungsi untuk menghasilkan bayangan dari benda yang diamati. 3 Lengan Mikroskop Berfungsi sebagai tumpuan pengguna untuk membawa mikroskop. 4 Revolver Berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa obyektif. 5 Makrometer Berfungsi untuk mengatur fokus bayangan secara kasar. 6 Mikrometer Berfungsi untuk mengatur fokus bayangan secara halus. 7 Meja Preparat Sebagai wadah tempat kaca prepaat yang berisi sampel yang diamati.

Upload: saniyatly

Post on 14-Jul-2016

203 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

mikro

TRANSCRIPT

Page 1: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

TOPIK I: TEKNIK MIKROSKOPIK

Tabel 1. Bagian bagian mikroskop

Bagian – bagian mikroskop menurut Respati (2008):

No Nama bagian mikroskop Keterangan

1 Lensa Okuler Berfungsi untuk memperbesar

bayangan yang dibentuk oleh lensa

objektif.

2 Lensa Obyektif Berfungsi untuk menghasilkan

bayangan dari benda yang diamati.

3 Lengan Mikroskop Berfungsi sebagai tumpuan pengguna

untuk membawa mikroskop.

4 Revolver Berfungsi untuk mengatur perbesaran

lensa obyektif.

5 Makrometer Berfungsi untuk mengatur fokus

bayangan secara kasar.

6 Mikrometer Berfungsi untuk mengatur fokus

bayangan secara halus.

7 Meja Preparat Sebagai wadah tempat kaca prepaat

yang berisi sampel yang diamati.

8 Penjepit Obyek Sebagai penyangga kaca preparat yang

ada pada meja preparat.

9 Kondensor Sebagai pengatur banyak sedikitnya

cahaya yang masuk.

10 Sekrup Kondensor Sebagai pengatur kondensor.

11 Cermin Sebagai sumber cahaya dan

mengarahkan cahaya ke kondensor.

12 Kaki Mikroskop Sebagai penyangga mikroskop.

Page 2: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Pembahasan

1. Bagian-bagian mikroskop

2. Fungsi bagian-bagian mikroskop

a. Fungsi lensa diafragma

1. Untuk mengatur intensitas sinar yang masuk ke objek pengamatan

yang diperiksa (Ahmad, 2011).

2. Untuk mengontrol diameter cahaya yang masuk ke lensa kondensor

(Sumitro et al., 2014).

3. Menjamin agar sinar yang meninggalkan kondensor memenuhi lensa

obyektif (Alexander et al., 2003.

Lensa okuler

LenganTabung

Revolver

Lensa objektif

Meja Preparat

Kondensor

Tuas

Base

Sumber Cahaya

Makrosekrup

Mikrosekrup

Tuas Pengatur Meja

Pengatur Cahaya

Page 3: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

b. Fungsi kondensor

1. Untuk memfokuskan sinar dari sumber cahaya pada gelas objek

(Ahmad, 2011)

2. Untuk memancarkan sinar lampu (Respati, 2008).

3. Untuk mengatur intensitas sinar yang masuk ke dalam mikroskop

(Alexander et al., 2003).

c. Fungsi revolver

1. Untuk memutar lensa obyektif agar posisi penglihatannya baik

(Alexander et al., 2003).

2. Untuk mengumpulkan cahaya yang masuk (Ahmad, 2011).

3. Untuk mengatur perbesaran lensa obyektif (Sumitro et al., 2014).

d. Fungsi makrometer

1. Memfokuskan specimen secara kasar (Alexander et al., 2003).

2. Untuk mendekatkan lensa obyektif ke spesimen (Sumitro et al., 2014).

3. Mengatur tabung lensa secara kasar (Ahmad, 2011).

e. Fungsi micrometer

1. Untuk mendapat image dengan kualitas maksimal (Sumitro et al.,

2014).

2. Mengatur tabung lensa secara halus (Ahmad, 2011).

3. Memfokuskan specimen secara halus (Alexander et al., 2003).

d. Fungsi penjepit pada meja benda

1. Mengurangi pergerakan kaca preparat (Alexander et al., 2003)

3. Perhatikan mikroskop yang digunakan dalam praktikum ini

a. Jumlah lensa okuler 2 mempunyai perbesaran 10x

b. Jumlah lensa obyektif yang ada di revolver 4

c. Sebutkan masing-masing perbesaran lensa obyektif tersebut: 4x, 10x, 40x,

100x

d. Hitung total pembesaran untuk tiap tiap kombinasi okuler/obyektif dari

mikroskop yang digunakan untuk praktikum ini

Perbesaran Okuler X Perbesaran Obyektif = Total perbesaran

Page 4: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

10x 4x 40x10x 10x 100x10x 40x 400x10x 100x 1000x

Menggunakan Mikroskop

1. Cara meletakan preparat yang akan diamati dengan mikroskop

Sebelum menempatkan slide preparat pada meja preparat, gunakan

tombol pengatur kasar (makrometer) untuk menurunkan meja preparat

sampai posisi paling bawah. Perhatikan arah putaran. Aturlah cermin pada

bagian bawah sampai ada cahaya yang memantul, melewati diafragma

sehingga terlihat dari lensa okuler. Perhatikan, titik fokus mata setiap orang

berbeda-beda, sehingga setiap orang harus mencari sendiri pencahayaan

sesuai kondisi mata (Ahmad, 2011).

Letakkan slide preparat di atas meja preparat dengan baik. Pastikan

slide pada posisi yang telah disediakan (bagian berbentuk siku) dan tahan

dengan penjepit (Sumitro et al., 2014). Meja preparat diposisikan tetap

horisontal untuk mencegah agar preparat (slide) tidak jatuh (Respati, 2008).

2. Cara mengatur besarnya cahaya yang mengenai preparat

Atur sekrup kondensor ke arah kanan atau kiri sampai mendapatkan

cahaya yang sesuai dan menghasilkan bayangan yang terlihat pada lensa

okuler.

3. Cara mengatur agar preparat berada tepat dibawah lensa obyektif

Memutar tuas mikrometer sampai tepat di bawah lensa objektif.

Putar tuas mikrometer untuk mendapatkan bayangan benda yang lebih

fokus.

Page 5: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

4. Cara menempatkan lensa obyektif sesuai dengan perbesaran yang diinginkan

Atur revolver untuk mendapatkan perbesaran lensa obyektif yang

diinginkan. Caranya yaitu putar revolver ke arah lensa obyektif yang

diinginkan.

5. Cara mendapatkan focus bayangan

Cara mendapatkan fokus bayangan yaitu dengan menggerakkan meja

preparat menggunakan tuas penggerak meja. Kemudian putar makrometer

sampai didapatkan jarak yang tepat antara meja preparat dengan lensa

objektif, kemudian gunakan mikrometer untuk menggerakkan meja benda

dengan pergerakan kecil sampai diperoleh fokus yang tepat.

6. Perbedaan antara resolving power dan magnifying power lensa

Resolving power adalah kemampuan dari suatu lensa untuk melihat

sebuah benda sebagai obyek yang terpisah secara jelas. Sifat resolving

power lensa dipengaruhi oleh panjang gelombang sinar dan numerical

aperture (NA) dari lensa (Fardiaz, 1992).

Magnifying power adalah kekuatan perbesaran pada mikroskop, yang

dapat diatur dengan pemilihan lensa objektif dan okuler secara tepat

(Fardiaz, 1992).

7. Mengapa pada saat menyimpan atau membawa mikroskop lensa obyektif

diposisikan pada lensa dengan kekuatan yang paling kecil ?

Tujuan lensa objektif diposisikan dengan kekuatan paling kecil

adalah supaya didapatkan jarak yang cukup jauh dengan meja preparat

sehingga menghindari lensa objektif bergesekan atau berbenturan dengan

meja preparat yang dapat menyebabkan kerusakan pada lensa obyektif

(Fardiaz, 1992).

8. Mengapa minyak imersi diperlukan pada saat menggunakan lensa obyektif

perbesaran 100

Page 6: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Minyak imersi digunakan pada saat menggunakan lensa objektif

dengan perbesaran 100 karena semakin besar kekuatan perbesaran lensa

objektif maka akan semakin kecil daya pisahnya. Semakin kecil daya pisah,

maka akan semakin kuat kemampuan lensa untuk memisahkan dua titik yang

berdekatan, sehingga struktur benda akan terlihat terlalu besar dan

resolusinya akan menjadi kurang baik, untuk itu daya pisah harus diperkuat.

Daya pisah dapat diperkuat dengan cara memperbesar indeks bias. Cara

memperbesar indeks bias adalah dengan menggunakan minyak imersi

(Ahmad, 2011).

9. Apa fungsi iris diaphragm

Iris diafragma gunanya untuk mengatur intensitas sinar yang masuk

ke objek pengamatan yang diperiksa. Di bawah iris diafragma, terdapat filter

berwarna biru yang gunanya untuk mengurangi kelebihan komponen sinar

tertentu dari sumber cahaya yang digunakan (Ahmad, 2011).

10. Bagaimana meningkatkan resolusi mikroskop anda

Meningkatkan resolusi pada mikroskop dilakukan dengan cara

meningkatkan indeks bias yang diperoleh dengan menambahkan minyak

imersi (Respati, 2008).

11. Di mikrobiologi lensa obyektif dengan kekuatan berapa yang biasa

digunakan? Jelaskan

Pada umumnya, dalam bidang mikrobiologi, kekuatan lensa yang

obyektif yang digunakan adalah perbesaran 10x. Karena dengan perbesaran

tersebut, dapat mencakup seluruh deskripsi objek dengan jelas dan dapat

diamati dengan baik. Apabila digunakan perbesaran 40x, maka hasil yang

terlihat tidak begitu baik karena perbesaran yang tidak cocok dengan objek

yang diteliti (Sumitro, 2014).

12. Di mikrobiologi lensa okuler dengan kekuatan berapa yang biasa digunakan?

Jelaskan

Page 7: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Dalam bidang mikrobiologi, lensa okuler yang digunakan adalah

perbesaran 10x , karena dengan perbesaran tersebut yang dikalikan dengan

kekuatan lensa objektif yang sama yaitu 10x akan diperoleh total perbesaran

100x, sehingga yang dihasilkan akan terlihat jelas dan objek dapat diamati

dan dideskripsikan dengan baik. Ukuran perbesaran ideal untuk mengamati

dan mendeskripsikan suatu objek adalah 10x10 (Sumitro, 2014).

13. Mengapa diperlukan untuk melakukan kalibrasi ocular micrometer

Kalibrasi ini dilakukan dengan menyejajarkan kedua bayangan skala,

yaitu skala mikrometer okuler dan objektif dengan memutar bagian atas

lensa okuler (Saktiyono, 2006: 13-14 dalam Kholifatun, 2012).

Page 8: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Simpulan dan Saran

Kesimpulan dari praktikum teknik mikroskopik adalah:

1. Mikroskop berfungsi sebagai alat bantu pengamatan terhadap

mikroorganisme yang bersifat mikroskopik.

2. Mikroskop terdiri dari beberapa bagian dengan fungsi yang saling

berhubungan.

Saran dari praktikum teknik mikroskop adalah:

1. Saat menggunakan mikroskop, praktikan diharapkan berhati – hati karena

merupakan alat yang cukup mahal.

2. Dalam praktikum, sebaiknya praktikan menaati prosedur yang telah ada

agar praktikum berjalan lancar.

Pustaka

Ahmad, Herwindo. 2011. Tingkat Pengetahuan Siswa Sma Negeri I Medan

Terhadap Penggunaan Mikroskop. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Alexander S.K., Sterete D., Niles M.J. 2003. Laboratory Exercises in Organismal

and Molecular Microbiology. USA: The McGraw−Hill Companies.

Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Harley−Prescott. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology, Fifth Edition, The

McGraw−Hill Companies, 449 p

J. A. Morello, P. A. Granato, H. E. Mizer. 2003. Laboratory Manual and

Workbook in Microbiology. The McGraw−Hill Companies, 285 p.

Kholifatun, candra. 2012. Penyusunan E-Module Pembelajaran Ipa Terpadu

Tema “Mikroskop Cahaya Sebagai Alat Untuk Mempelajari

Organisasi Kehidupan” Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk

Peserta Didik Smp Kelas Vii. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Respati, S.M.B. 2008. Macam-Macam Mikroskop Dan Cara Penggunaan.

Semarang: Momentum, Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 : 42 – 44

Page 9: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Sitorus, sulastri. 2010. Karakterisasi, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Daun Dari Dua Varietas Sirih (Piper Betle L.)

Terhadap Streptococcus Mutans Penyebab Karies Gigi. Medan:

Universitas Sumatera Utara

Sumitro, Sutiman B. 2014. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Malang:

Universitas Brawijaya

Nilai Akhir:...............................................................................

Nama & Paraf Asisten: ............................................................

Page 10: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

TOPIK II: PENGECATAN GRAM

Hasil

Bakteri simbion sedimen mangrove

Pembahasan

1. Bagaimana sifat gram bakteri simbion sedimen mangrove ? Jelaskan

Golongan bakteri Simbion yaitu golongan bakteri yang saling

menguntungkan terhadap manusia. Contohnya kuman yang terdapat dalam

saluran pencernaan yaitu usus besar (Suparmin, 2015).

2. Apa perbedaan antara pengecatan sederhana dengan pengecatan diferencial

Pengecatan sederhana merupakan pemberian warna pada bakteri atau

mikroorganisme dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada

lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi. Sedangkan, pengecatan

diferensial merupakan teknik pewarnaan yang menampilkan perbedaan di

antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Berbeda dengan

pengecatan sederhana, teknik pengecatan diferencial menggunakan beberapa

warna (Mahfudhi et al., 2012).

Page 11: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

3. Sebutkan nama reagent dan tujuan penggunaan masing-masing pada

pengecatan gram

a. Mordant

Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang berfungsi memfiksasi

pewarna primer yang diserap mikroorganisme target atau

mengintensifkan warna utama (Campbell et al., 2003).

b. Cat utama

Cat utama dalam pengecatan gram adalah crystal violet yang

berwarna ungu. Cat utama ini akan memberi warna pada

mikroorganisme yang akan diuji (Campbell et al., 2003).

c. Decolorizer

Decolorizer adalah proses pencucian menggunakan isopropanol-

acetone atau alkohol yang bertujuan untuk melunturkan cat-cat

yang mewarnai bagian luar dinding sel bakteri (Campbell et al.,

2003).

d. Counterstain

Counterstain adalah cat penutup. Cat yang digunakan adalah

safranin yang berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah

kehilangan cat utama setelah perlakuan dengan alkohol (Campbell

et al., 2003).

4. Tahapan mana yang paling penting atau yang paling menjadi penyebab hasil

pengecatan gram yang buruk? Jelaskan

Tahap yang paling penting dalam pengecatan gram tahap counterstain

dimana tahap ini merupakan tahap penentu apakah bakteri yang menjadi

objek pengecatan merupakan gram positif atau negatif. Oleh karena itu, pada

tahap ini diperlukan ketelitian dalam pengerjaan dan dalam pengamatan agar

hasil yang diperoleh akurat (Dwidjoseputro, 2005).

5. Mengapa kultur muda yang dipakai dalam pengecatan gram ?

Umur kultur mempengaruhi dalam tahap pengecatan gram. Karena

pada umumnya, umur kultur yang lebih muda akan lebih mudah menyerap

Page 12: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

larutan yang dijadikan perlakuan pada saat tahapan pengecataran gram ini

(Dwidjoseputro, 2005).

6. Apa yang dimaksud dengan gram variabel

Gram variabel adalah bakteri yang pada usia tertentu yang berubah

dari gram positif menjadi gram negatif (Dwidjoseputro, 2005).

7. Bagian sel apakah yang paling terlibat dalam pengecatan gram ? mengapa?

Bagian yang paling terlibat adalah dinding sel, karena dinding sel lah

yang akan mengikat warna dari cat tertentu yang kemudian menentukan jenis

bakteri tersebut. Pada bakteri gram positif, selapis dinding sel berupa

peptidoglikan yang tebal akan mengikat warna ungu, sedangkan pada bakteri

gram negatif, lapisan terluar dari 3 lapis dinding sel akan mengikat warna

merah dari safranin (Fitri dan Yekki, 2011).

8. Jelaskan bagaimana mekanisme respon bakteri gram positif dan bakteri gram

negatif terhadap tiap tahapan dalam prosedur pengecatan gram !

Pada bakteri gram positif, saat ditetesi crystal violet, akan mengikat

warna ungu dari cat tersebut. Ketika ditetesi lugol, warna ungu akan

semakin melekat, lalu selanjutnya ketika ditetesi alkohol, warna ungu

tidak akan runtuh. Ketika diberi safranin, warna merah dari safranin tidak

akan diserap oleh bakteri tersebut (Dwidjoseputro, 2005).

Pada bakteri gram negatif, ketika diberi perlakuan crystal violet dan lugol

akan memberikan respon yang sama seperti bakteri gram positif, tetapi

pada saat ditetesi alkohol, warna ungu akan runtuh. Selanjutnya, ketika

diberi perlakuan dengan safranin, bakteri gram negatif akan mengikat

warna merah (Dwidjoseputro, 2005).

Page 13: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Simpulan dan Saran

Kesimpulan pada praktikum pengecatan gram adalah:

1. Ada dua jenis pengecatan, yaitu pengecatan sederhana dan pengecatan

diferensial.

2. Pada pengecatan gram, bakteri gram negatif akan menyerap warna merah,

sedangkan bakteri gram positif akan menyerap warna ungu.

3. Pada pengecatan gram, larutan yang digunakan adalah crystal violet, lugol,

safranin, dan alkohol.

Saran pada praktikum pengecatan gram adalah:

1. Pada saat melakukan pengecatan gram harus dilakukan sebaik mungkin

karena akan mempengaruhi hasil akhir yang terjadi pada warna bakteri.

Pustaka

Campbell, N. dan B. Jane. 2003. Biologi Edisi Kelima- Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta, Djambatan.

Fitri, L. dan Y. Yasmin. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri

Kitinolitik. J. Ilmiah Pendidikan Biologi 3 (2):20-25.

Mahfudhi, S., B. Sulistiyanto dan C. S. Utama. 2012. Kualitas Chip Berbahan

Dasar Onggok dan Ekstrak Limbah Sayur Fermentasi Dilihat dari

Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Gram. Anim. Agric. Journal 1 (2):

141-150.

Suparmin, Ahmad. 2015. Analisis Keragaman Bakteri Simbion Pada Saluran

Pencernaan Rayap Dengan Metode Trflp. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada.

Nilai Akhir:...............................................................................

Nama & Paraf Asisten: ............................................................

Page 14: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

TOPIK III: PEMBUATAN MEDIA

Pembahasan

1. Jelaskan fungsi media pada penelitian mikrobiologi

Media pertumbuhan mikroba adalah bahan yang terdiri dari nutrisi

yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Nugraheni, 2007).

Pertumbuhan mikrobia bergantung dari jumlah energi yang tersedia pada

medium untuk mikrobia tersebut, serta suplai makanan, kelembaban, suhu,

lingkungan fisik dan kimia juga mempengaruhi pertumbuhan mikroba

(Prastiwi et al., 2006). Masalah yang sering terjadi pada penggunaan medium

yaitu sering terjadi kegagalan dalam penghitungan jumlah koloni-koloni

akibat tumbuhnya koloni yang menyebar sehingga menghambat atau

menutupi koloni-koloni yang lain (Indriati et al., 2010).

2. Jelaskan ada berapa jenis media berdasarkan konsistensinya

Medium dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan konsistensinya yaitu

medium cair, semipadat, dan padat (Sitorus, 2010).

1. Media cair (liquid medium) adalah medium berbentuk cair yang dapat

digunakan untuk tujuan menumbuhkan atau membiakan mikroba,

penelaah fermentasi, uji-uji lain. Contohnya : Nutrient Broth (NB),

Lactose Broth (LB) dan kaldu sapi (Rakhmawati, 2012)

2. Media semi padat (semi solid medium), biasanya digunakan untuk uji

mortalitas (pergerakan) mikroorganisme dan kemampuan

fermentasi. Contohnya : Agar dengan konsentrasi rendah 0,5%

(Rakhmawati, 2012)

3. Media padat (solid medium) adalah medium yang berbentuk padat

yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba dipermukaan

sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung dan

diisolasi. Contohnya:  Nutrient Agar (NA), Plate Count Agar

(PCA), Potato Dextrose Agar (PDA), gelatin, silika gel dan beberapa

limbah pertanian berbentuk padat  (Ardiyansyah, 2004).

Page 15: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

3. Apa fungsi pemanasan pada saat membuat media agar

Media yang akan di inokulasi dengan mikroba tentu sebelum

memadat harus didinginkan terlebih dahulu disuhu ruangan sampai 47-50O C.

Jika media terlalu panas, mikroba yang akan ditumbuhkan akan mati (Yanny,

2004).

4. Kenapa pada saat membuat media agar dilakukan pengadukan secara

menerus ?

Pengadukan secara terus-menerus pada saat pembuatan media

bertujuan agar bahan penyusun media homogen dan tercampur merata,

supaya pada saat media berubah menjadi agar bahan merata di semua bagian

(Yanny, 2004)

5. Kenapa media pada penelitian mikrobiologi perlu dilakukan sterilisasi ?

Sumber kontaminasi dapat berasal dari eksplan tumbuhan, organisme

kecil yang masuk ke dalam media, alat yang tidak steril dan lingkungan kerja

yang kotor. Sehingga harus dilakukan: sterilisasi lingkungan kerja, alat-alat,

media dan bahan tanaman (Gunawan, 1988 dalam Susilowati dan Listyawati,

2001).

6. Ada berapa macam sterilisasi media yang anda ketahui ? jelaskan jawaban

anda !

Sterilisasi Kering

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan atau

menginaktivasi mikroorganisme hidup, oleh karena itu kita harus

mengusahakan semua alat-alat yang berhubungan dengan medium dan

pekerjaan inokulasi benar-benar steril yang berfungsi untuk menghindari

kontaminasi yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan

(Darwis, 2006). Sterilisasi kering tidak menggunakan air atau uap air,

melainkan menggunakan udara panas dengan menggunakan oven dengan

suhu 160 oC selama dua jam atau dengan suhu 170 oC selama satu jam

(Yuliarti, 2010).

Page 16: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Sterilisasi Basah

Sterilisasi basah menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC dan dengan

tekanan 2 atm (Wulandari dan Nasution, 2014). Autoklaf adalah alat untuk

memanaskan bahan pada kondisi tekanan udara jenuh air yang biasanya

bertujuan untuk sterilisasi (Dwidjoseputro, 2005).

Ada 5 metode umum seterilisasi menurut Yanny (2004), yaitu:

1. Sterilisasi uap (panas lembab)

2. Sterilisasi panas kering

3. Sterilisasi dengan penyaringan

4. Sterilisasi dengan gas

5. Sterilisasi dengan radiasi

7. Kenapa pada saat sterilisasi menggunakan autoklaf perlu dilakukan

pengeluaran udara dalam autoklaf

Pengeluaran udara dalam autoklaf diperlukan untuk menciptakan

keadaan vakum dalam autoklaf. Ketika keadaan vakum berlangsung, uap

dimasukkan ke dalam autoklaf, kemudian uap berhubungan dengan seluruh

permukaan benda, terjadi peningkatan suhu dari nol hingga 121oC, dan

proses sterilisasi berlangsung (Chairlan dan Lestari, 2004).

8. Apa fungsi katup pengaman pada autoklaf ?

Untuk mengelurkan kelebihan uap bila tekanan terlalu tinggi sehingga

dapat mencegah terjadinya ledakan (Chairlan dan Lestari, 2004).

Page 17: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Simpulan dan saran :

Kesimpulan dari praktikum teknik pembuatan media dan sterilisasi adalah:

1. Sterilisasi media bertujuan agar media tidak terkontaminasi dengan bahan

atau mikroorganisme lain yang terdapat di lingkungan sekitarnya dan

menghilangkan mikroorganisme atau kotoran yang menempel pada

media.

2. Media diperlukan dalam mikrobiologi untuk tempat tumbuhnya mikroba,

tempat hidup mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah mikroba dan lain-

lain.

Saran untuk praktikan pada saat praktikum teknik pembuatan media dan sterilisasi

adalah:

1. Pada saat pembuatan media pastikan dalam keadaan sudah steril agar tidak

terjadi kontaminasi.

2. Pada pembuatan media agar pengadukan harus terus dilakukan agar hasil

tidak menggumpal dan panasnya merata.

Pustaka

Ardiansyah. 2004. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Bogor: Universitas

Djuanda.

Chairlan dan Lestari, Estu. 2004. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium

Kesehatan. Jakarta; EGC.

Darwis, D. 2006. Sterilisasi Produk Kesehatan (Health Care Products) dengan

Radiasi Berkas Elektron. BATAN. Jakarta. (Prosiding Pertemuan dan

Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya: 78-86).

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta, Djambatan.

Harley−Prescott. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology, Fifth Edition. The

McGraw−Hill Companies, 449 p

Page 18: Tabel Bagian Bagian Mikroskop

Indriati, N., P. Nandang dan T. Radestya. 2010. Penggunaan Dichloran Rose

Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC) Sebagai Media Tumbuh

Kapang Pada Produk Perikanan. J. Pascapanen dan Bioteknologi

Kelautan dan Perikanan 5 (2): 117-122.

Nugraheni, R. 2010. Analisis Mikrobiologis Abon Ikan Tuna dan Kecap. Solo:

Program D-III Universitas Negeri Sebelas Maret. (Skripsi Ahli Madya

Pertanian).

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, UNSOED

Prastiwi, W.D., J. Achmadi dan Nurwantoro. 2006. Populasi Mikrobia Sisa Susu

Peralatan Unit Pendingin Susu Akibat Lama Penyimpanan Dan

Aras Penambahan Dedak Padi. J.Indon.Trop. Anim.Agric 31 (1):

47-54.

Rakhmawati, anna. 2012. Penyiapan Media Mikroorganisme. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta

Susilowati, ari. Listyawati, shanti. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme

Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium

MIPA Pusat UNS. Surakarta: B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-

033X Volume 2, Nomor 1 Januari 2001 Halaman: 110-114.

Yanny Priantieni, E. 2004. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Bogor : SMAKBO.

Yuliarti, N. 2010. Kultur Jaringan Tamanan Skala Rumah Tangga. Lily

Publisher, Yogyakarta.

Nilai Akhir:...............................................................................

Nama & Paraf Asisten: ............................................................