ta_10111001019
TRANSCRIPT
ANALISIS PENURUNAN KADAR LOGAM BERAT
(FE DAN MN) PADA AIR ASAM TAMBANG
MENGGUNAKAN METODE CONSTRUCTED WETLAND
DI PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UPTE TAHUN 2015
MANUSKRIF SKRIPSI
OLEH
NAMA : RIA PUSPITA SARI
NIM : 10111001019
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
Manuskrif skripsi ini dengan Judul “Analisis Penurunan Kadar Logam Berat (Fe
dan Mn) Pada Air Asam Tambang Menggunakan Metode Constructed Wetland di
PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE Tahun 2015” telah mendapat arahan dan
bimbingan dari Pembimbing I dan/atau Pembimbing II serta disetujui pada
tanggal Juli 2015
Indralaya, Juli 2015
Pembimbing :
1. Elvi Sunarsih, S.KM., M.Kes. ( )
NIP 19780628 200912 2004
2. Imelda G. Purba, S.KM.,M.Kes ( )
NIP
ANALISIS PENURUNAN KADAR LOGAM BERAT (FE DAN MN) PADA
AIR ASAM TAMBANG MENGGUNAKAN METODE CONSTRUCTED
WETLAND DI PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UPTE TAHUN 2015
ANALYSIS OF DECREASED LEVELS OF HEAVY METALS (FE AND MN) ON
ACID MINE DRAINAGE WITH CONSTRUCTED WETLAND SYSTEM IN PT
BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UPTE 2015
Ria Puspita Sari
1, Elvi Sunarsih
2, Imelda G. Purba
3
1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
2Bagian K3/KL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
3Bagian K3/KL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Background : Acid mine drainage (AMD) which has the high heavy metals (Fe and Mn) can
make an impact on public health if contaminates the water. To solve this problem, PTBA applied
constructed wetland as an effort of the acid mine drainage treatment. The aim of this study is to
analyze the effectiveness PTBA’s constructed wetland in lowering the levels of Fe and Mn metals.
Method : This study is a descriptive analytic research which used quantitative methods. The
samples taken at the location of inlet and outlet constructed wetland. Data analyzed by paired t-
test and compared with regulation of Sumsel Governor No. 8 Year 2012 on effluent standards.
Result : There is a decrease in Fe and Mn metals after got treatment in PTBA’s constructed
wetland. The result for p value of Fe concentration is 0.0135 and Mn metal is 0.0085. At the
location of outlet wetland, known that the average of the metal content of Fe is 0.70 mg/L and for
Mn is 0.63 mg/L.
Conclusion : It concluded that the PTBA’s constructed wetland was effective for decreased levels
of heavy metals (Fe and Mn) on acid mine drainage. Recommended, PTBA should to multiply the
system passive treatment with a constructed wetland method for treating the acid mine drainage
Keywords : Constructed wetland, acid mine drainage, Fe Metal, Mn Metal.
ABSTRAK
Latar Belakang : Air asam tambang (AAT) yang memiliki kandungan logam berat (Fe dan Mn)
akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat apabila mencemari sumber air dari masyarakat.
PTBA menerapkan metode constructed wetland sebagai salah satu upaya dalam pengolahan air
asam tambang. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat efektifitas dari metode constructed
wetland yang diterapkan oleh PTBA dalam menurunkan kadar logam Fe dan Mn.
Metode Penelitian : Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik dengan metode
kuantitatif. Sampel AAT diambil pada lokasi inlet dan outlet constructed wetland PTBA untuk
dilakukan uji laboratorium kadar logam Fe dan Mn. Data dianalisis dengan paired t-test serta
dibandingkan dengan baku mutu air limbah menurut Pergub Sumsel No. 8 Tahun 2012.
Hasil Penelitian : Terdapat penurunan kadar logam Fe dan Mn setelah melalui metode
constructed wetland PTBA. Hasil p value untuk kadar logam Fe adalah 0,0135 dan logam Mn
adalah 0,0085. Pada lokasi outlet wetland diketahui bahwa rata-rata kadar logam Fe sebesar 0,70
mg/L dan Mn sebesar 0,63 mg/L. Kesimpulan : Disimpulkan bahwa constructed wetland yang diterapkan oleh PTBA efektif dalam
menurunkan kadar logam berat (Fe dan Mn) pada air asam tambang. Disarankan, sebaiknya PT
Bukit Asam (Persero) Tbk memperbanyak sistem pengolahan pasif dengan metode constructed
wetland dalam mengolah air asam tambangnya.
Kata Kunci : Constructed wetland, air asam tambang, logam Fe, logam Mn
PENDAHULUAN
Industri pertambangan batubara merupakan industri yang berperan penting
dalam memenuhi kebutuhan energi baik didalam maupun diluar negeri1. Semakin
meningkatnya kebutuhan akan pasokan batubara maka akan menuntut pemasok
batubara dalam meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas
batubara akan sejalan dengan timbulnya dampak negatif terhadap penurunan
kualitas lingkungan. Umumnya permasalahan ini diakibatkan oleh terbentuknya
air asam tambang yang memiliki karakteristik pH yang sangat rendah dan
kandungan logam berat yang sangat tinggi sebagai akibat dari aktivitas
penambangan batubara2.
Akibat yang paling berbahaya dari air asam tambang adalah tingginya
akumulasi logam-logam berat khususnya Fe dan Mn yang dapat merusak fungsi
lingkungan terutama komponen air3. Air yang telah tercemar oleh kandungan
logam besi dan mangan yang tinggi dapat berdampak terhadap kesehatan
masyarakat yang mengalami pajanan asupan oral secara terus menerus. Dampak
toksik logam mangan dapat mengakibatkan gangguan sistem syaraf/neurologi dan
logam besi dapat mengakibatkan gangguan saluran pencernaan dan sistem
kardiovaskuler4,5
.
PTBA merupakan perusahaan tambang batubara terbesar di Sumatera
Selatan yang mempunyai operasi produksi sebesar 66.414 Ha. Air asam tambang
yang terbentuk akibat aktivitas penambangan PTBA nantinya akan dialirkan ke
badan air yaitu sungai Enim yang menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar.
Untuk mengatasi permasalahan terkait air asam tambang, PTBA menerapkan
metode constructed wetland sebagai salah satu upaya dalam mengolah air asam
tambangnya.
Metode constructed wetland ini mampu menurunkan kadar Fe dan Mn lebih
dari 90% dan dapat digunakan dalam pengolahan air asam tambang6. PT Bukit
Asam (Persero) Tbk UPTE menerapkan metode constructed wetland sejak tahun
2004. Constructed wetland PTBA memanfaatkan jenis-jenis tanaman yang
mampu menyerap kandungan logam berat khususnya Fe dan Mn dengan tujuan
menjaga kualitas airnya memenuhi baku mutu lingkungan (BML) yang ditetapkan
sebelum dialirkan ke badan sungai yang menjadi sumber air bagi masyarakat
sekitar.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik menggunakan metode
kuantitatif. Dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui kandungan
logam besi dan Mn pada lokasi sebelum dan sesudah memasuki constructed
wetland KPL Stockpile 1 Cik Ayib di IUP Tambang Air Laya PT Bukit Asam
(Persero) Tbk UPTE. Frekuensi pengambilan sampel dilakukan sebanyak lima
kali pada bulan Juni. Pengujian sampel dilakukan di laboratorium pengujian PT
Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE. Data hasil uji laboratorium dianalisis dengan
paired t-test serta dibandingkan dengan baku mutu air limbah menurut Pergub
Sumsel No. 8 Tahun 2012 terkait baku mutu limbah cair industri batubara.
HASIL PENELITIAN
A. Kadar Logam Besi (Fe)
Berdasarkan data hasil pengujian laboratorium kadar logam besi (Fe) pada
sampel air asam tambang yang dilakukan di laboratorium PT Bukit Asam
(Persero) Tbk UPTE didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 1.
Hasil Uji Laboratorium Kadar Logam Besi (Fe) pada Sampel Air Asam
Tambang
Hari
Ke- Tanggal
Besi (Fe)
Inlet (mg/L) Outlet (mg/L)
1 Senin, 15 Juni 2015 3,5558 0,1478
5 Jum’at,19 Juni 2015 3,1613 0,2647
8 Senin, 22 Juni 2015 6,6949 1.7949
12 Jum’at,26 Juni 2015 1,3018 0,2966
15 Senin, 29 Juni 2015 1,8742 1,0168
Dari hasil pengujian laboratorium logam Fe pada air asam tambang di atas
dapat diketahui bahwa kadar logam Fe pada lokasi inlet constructed wetland KPL
Stockpile 1 berkisar antara 1,3 sampai dengan 6,7 mg/L dengan rata-rata
kandungan sebesar 3,31 mg/L. Sedangkan untuk kadar logam Fe pada lokasi
outlet wetland memiliki rata-rata kandungan logam Fe sebesar 0,70 mg/L dengan
kadar tertinggi 1,79 mg/L dan terendah sebesar 0,15 mg/L.
B. Kadar Logam Mangan (Mn)
Untuk data hasil pengujian laboratorium air asam tambang untuk kadar logam
mangan (Mn) pada lokasi constructed wetland KPL Stockpile 1 didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 2.
Hasil Uji Laboratorium Kadar Logam Mangan (Mn) pada Sampel Air Asam
Tambang
Hari
Ke- Tanggal
Mangan (Mn)
Inlet (mg/L) Outlet (mg/L)
1 Senin,15 Juni 2015 2,0022 0,4693
5 Jum’at,19 Juni 2015 6,0089 1,0837
8 Senin,22 Juni 2015 4,4204 0,8510
12 Jum’at,26 Juni 2015 2,7194 0,1698
15 Senin, 29 Juni 2015 1,6575 0,5883
Berdasarkan data hasil pengujian logam mangan (Mn) didapatkan gambaran
distribusi frekuensi logam Mn pada lokasi inlet wetland berkisar antara 1,65 mg/L
sampai 6,00 mg/L dengan kandungan logam Mn rata-rata sebanyak 3,36 mg/L.
Sedangkan setelah melalui constructed wetland KPL Stockpile 1 kadar logam Mn
pada air asam tambang berkisar antara 0,16 sampai dengan 1,08 mg/L dengan
rata-rata kandungan sebanyak 0,63 mg/L.
C. Efektifitas Metode Constructed Wetland Dalam Menurunkan Kadar
Logam Fe Dan Mn
Tipe constructed wetland PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE adalah tipe
aliran permukaan (free water surface) seluas ± 4,5 Ha dengan catchment area
seluas 35 Ha. Terdiri dari 12 kompartemen. Namun, kompartemen yang
dimanfaatkan sebagai constructed wetland dimulai dari kompartemen ketiga. Pada
wetland KPL Stockpile 1, PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE memanfaatkan
lima jenis vegetasi tanaman dalam pengolahan air asam tambang yaitu tanaman
kiambang (terdiri dari 4 kompartemen), eceng gondok (satu kompartemen), akar
wangi (Vetiveria zizanioides) terdapat dalam kompartemen floating wetland
system, thypa angustifolia (terdiri dari dua kompartemen), dan kiapu. Dari hasil
uji statistik dengan uji t berpasangan terhadap hasil uji laboratorium kadar logam
Fe dan Mn didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 3.
Hasil uji t berpasangan kadar logam besi (Fe) dan mangan (Mn) n Perbedaan
Rerata±s.b.
t p
Kadar logam Fe sebelum
memasuki constructed
wetland
Kadar logam Fe setelah
memasuki constructed
wetland
5
5
2,61±1,70 3,430 0,027
Kadar logam Mn sebelum
memasuki constructed
wetland
Kadar logam Mn setelah
memasuki constructed
wetland
5
5
2,73±1,56 3,909 0,017
Dari tabel hasil uji t berpasangan kadar logam Fe diperoleh nilai significancy
0,027. Pada penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah hipotesis satu arah (ke
arah kanan). Maka untuk penggunaan hipotesis one tailed, nilai significancy
dibagi dua dan didapatkan hasil sebesar 0,0135 (p < 0,05). Untuk kadar logam
mangan diperoleh nilai significancy sebesar 0,017 maka pada uji one tailed, nilai
significancy didapatkan hasil sebesar 0,0085 yang artinya p value < α (0,05).
Hasil ini sejalan dengan perhitungan menggunakan statistik hitung (t hitung)
hipotesis yang digunakan adalah terdapat penurunan konsentrasi logam besi (Fe)
dan mangan (Mn) pada air asam tambang dari lokasi inlet sampai outlet
constructed wetland. Artinya pada hipotesis awal konsentrasi logam pada lokasi
inlet memiliki rata-rata sama dengan atau lebih kecil dengan rata-rata pada lokasi
outlet. Sedangkan hipotesis alternatifnya adalah rata-rata kandungan logam pada
lokasi inlet lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pada lokasi outlet. Hipotesis
awal ditolak bila t hitung > t tabel. Dari tabel (lampiran 4), didapatkan nilai t tabel
(df(n-1);α) untuk uji statistik satu arah adalah sebesar 2,132. Dari hasil uji statistik,
t hitung yang didapat untuk kadar logam Fe adalah 3,430 dan logam Mn sebesar
3,909 (t hitung > t tabel, hipotesis awal ditolak).
D. Baku Mutu Lingkungan Logam Fe dan Mn
Berikut ini adalah perbandingan hasil pengujian dibandingkan dengan baku
mutu lingkungan yang diatur dalam Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 8
tahun 2012 tentang baku mutu limbah cair industri pertambangan batubara.
Tabel 4.
Hasil uji laboratorium Fe dan Mn dibandingkan BML Fe Mn
Ket. Outlet wetland BML Outlet wetland BML
0,1478
7 mg/L
0,4693
4,00 mg/L
Pergub
Sumsel No.
8 Tahun
2012
0,2647 1,0837
1,7949 0,8510
0,2966 0,1698
1,0168 0,5883
Dari hasil uji laboratorium kadar logam Fe dan Mn pada lokasi outlet KPL
Stockpile 1 adalah tidak melewati baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan.
Kadar logam Fe berkisar antara 0,15-1,79 mg/L dengan baku mutu sebesar 7
mg/L sedangkan kadar logam Mn berkisar antara 0,17-1,08 mg/L dengan baku
mutu logam Mn sebesar 4 mg/L.
PEMBAHASAN
A. Kadar Logam Besi (Fe)
Berdasarkan Tabel 1. mengenai hasil uji laboratorium kadar logam besi
diketahui bahwa pada lokasi inlet wetland rata-rata kadar logam besi adalah 3,31
mg/L sedangkan pada lokasi outlet sebesar 0,70 mg/L. Pada lokasi inlet
kandungan logam Fe lebih besar jika dibandingkan dengan lokasi outlet.
Tingginya kandungan logam dilokasi inlet wetland dikarenakan pada lokasi ini air
asam tambang belum mendapatkan pengolahan apapun pada air asam
tambangnya. Hal ini dikarenakan, lokasi inlet adalah lokasi ketika air yang berasal
dari kegiatan penambangan batubara dan air buangan yang berasal dari kegiatan
pengolahan/pencucian batubara baru masuk ke dalam constructed wetland untuk
diolah lebih lanjut atau dengan kata lain bahwa air asam tambang tersebut belum
mendapatkan treatment. Sedangkan pada lokasi outlet, air tersebut keluar dari
constructed wetland setelah mendapatkan treatment sebelum dibuang ke air
permukaan dan belum terkena pengaruh dari kegiatan lain dan atau sumber air
lain selain dari kegiatan pengolahan itu sendiri.2
B. Kadar Logam Mangan (Mn)
Berdasarkan Tabel 2. didapatkan hasil rata-rata kandungan logam mangan pada
lokasi inlet sebesar 3,36 mg/L sedangkan pada outlet wetland sebesar 0,63 mg/L.
Hal ini sejalan dengan hasil yang didapatkan untuk kadar logam Fe dimana
kadar logam Mn pada inlet wetland juga lebih besar dibandingkan pada lokasi
outlet wetland. Hal ini menunjukkan bahwa constructed wetland pada IUP TAL
PT Bukit asam (Persero) Tbk UPTE mampu mereduksi kandungan logam mangan
yang terkandung dalam air asam tambangnya karena pada umumnya sistem
pengolahan air limbah dengan sistem wetland mempunyai tingkat efisiensi sekitar
80% dalam mengolah air limbahnya7. Pada dasarnya air asam tambang yang
terbentuk dari hasil kegiatan penambangan memiliki karakteristik pH yang rendah
dan kandungan logam-logam berat yang tinggi. Berbeda dengan lokasi outlet
wetland, air asam tambang telah mendapatkan treatment, kandungan logam Fe
dan Mn sudah mengalami penurunan karena telah mendapatkan perlakuan
terhadap air asam tambang. Penurunan kandungan logam-logam pada lokasi outlet
pada dasarnya telah menunjukkan tingkat keefektifan terhadap pengolahan air
asam tambang2.
C. Efektifitas Metode Constructed Wetland Dalam Menurunkan Kadar
Logam Fe Dan Mn
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai p value untuk uji statistik satu
arah untuk kadar logam besi adalah 0,0135 dan untuk kadar logam mangan adalah
0,0085 (p value < α). Jika p value < 0,05 maka hasil uji statistik menunjukkan
bahwa terdapat penurunan kadar logam besi dan mangan yang bermakna setelah
memasuki constructed wetland di IUP Tambang Air Laya PT Bukit Asam
(Persero) Tbk UPTE. Perubahan kadar logam Fe dan Mn dari lokasi inlet ke outlet
menunjukkan bahwa constructed wetland yang diterapkan oleh PT Bukit Asam
efektif dalam menurunkan kadar logam berat (Fe dan Mn) pada air asam tambang.
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap t hitung juga menunjukkan hasil yang
sejalan dengan hasil terhadap p value. Dari hasil uji statistik, t hitung yang didapat
untuk kadar logam Fe adalah 3,430 dan logam Mn sebesar 3,909 sedangkan t
tabel adalah 2,132 (t hitung > t tabel) artinya terdapat penurunan yang signifikan
pada konsentrasi logam besi dan mangan setelah melalui constructed wetland IUP
TAL PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE atau rata-rata kandungan logam Fe dan
Mn pada lokasi inlet lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pada lokasi outlet.
Tingkat efektifitas suatu constructed wetland dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Pada constructed wetland KPL Stockpile 1 terdapat empat jenis vegetasi
yang dimanfaatkan. Jenis tanaman air yang dimanfaatkan dalam constructed
wetland sangat mempengaruhi proses penyerapan bahan-bahan pencemar
terutama bahan pencemar yang bersifat nutritif bagi tanaman8.
Penurunan
kandungan Fe dan Mn pada constructed wetland disebabkan adanya
pengakumulasian kandungan logam besi dan mangan pada air asam tambang oleh
tanaman-tanaman yang memiliki kemampuan untuk menyerap logam-logam berat
tersebut. Logam-logam ini akan diakumulasi dalam permukaan akar dan jaringan
tanaman bagian atas (batang dan daun)9. Hal ini didukung dengan hasil pengujian
terhadap tanaman yang terdapat pada constructed wetland PT Bukit Asam
(Persero) Tbk UPTE dilaboratorium seomeo biotrop dan didapatkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 5.
Hasil Pengujian Akar Tanaman
No Parameter
Pengujian Satuan
Akar
Kiambang
(Salvinia
Natans)
Akar Vetiver
(Vetiveria
Zizanioides)
Akar
Eceng
Gondok
Akar Typha
Angustifolia
1 Bobot Biomasa Gram 2.6062 39.0751 5.2065 4.8554
2 Mn Total Ppm 7682 486 1120 936
3 Fe Total Ppm 13231 3964 5350 15116
Sumber: Satker Pengelolaan Lingkungan PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE
Tabel 6.
Hasil Pengujian Batang Tanaman
No Parameter
Pengujian Satuan
Batang
Kiambang
(Salvinia Natans)
Batang Vetiver
(Vetiveria
Zizanioides)
Batang
Eceng
Gondok
Batang
Typha
Angustifolia
1 Bobot Biomasa Gram 3.5541 18.4775 4.7848 36.3181
2 Mn Total Ppm 516 119 1366 1484
3 Fe Total Ppm 2842 448 394 1432
Sumber: Satker Pengelolaan Lingkungan PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE
Berdasarkan tabel diatas, tanaman-tanaman yang dimanfaatkan dalam
constructed weland PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE memiliki kemampuan
dalam menyerap logam Fe dan Mn.
Selain tanaman, faktor yang mempengaruhi tingkat efektifitas dari metode
constructed wetland adalah jenis aliran air, tingkat beban influent dan waktu
retensi air limbah8. Jenis aliran air akan mempengaruhi proses kontak antara
limbah dengan mikroorganisme pengurai. Debit air pada constructed wetland
mempengaruhi efektifitas tanaman dalam menyerap logam. Tipe constructed
wetland PT Bukit Asam (Persero) Tbk adalah aliran permukaan dengan debit air
yang tidak terlalu besar dan stabil. Hal ini ditandai dengan volume air yang masuk
ke constructed wetland KPL stockpile 1 tidak terlalu banyak dengan debit air
sebesar 0,026 m3/s. Sedangkan tingkat beban influen akan menentukan kapasitas
penyangga constructed wetland dalam mengolah bahan pencemar. Air asam
tambang yang masuk kedalam constructed wetland KPL Stockpile 1 tidak berasal
dari lokasi penambangan/galian (mine sump) tetapi berasal dari stockpile (tempat
penimbunan batubara) dimana air asam tambangnya berasal dari limpasan air
pencucian batubara dan air hujan dari jalan angkut, pencucian coal handling
facility (CHF)/fasilitas penunjang kegiatan penambangan batubara, dan dan air
asam tambang yang berasal dari train loading station (TLS)/stasiun pemuat
batubara. Dari ketiga sumber AAT yang masuk kedalam constructed wetland ini,
kandungan pH dan logam Fe dan Mn lebih rendah bila dibandingkan dengan air
asam tambang yang berasal dari mine sump sehingga akan lebih mudah untuk
diolah didalam constructed wetland PTBA.
Faktor lainnya yang mempengaruhi efektifitas constructed wetland adalah
waktu retensi air limbah. Waktu retensi air limbah dalam constructed wetland
mempengaruhi proses penguraian bahan pencemar. Semakin lama air berada
didalam constructed wetland maka akan semakin lama waktu kontak dengan
tanaman dan mikroba pendegradasi bahan pencemar. Diketahui bahwa air asam
tambang berada didalam constructed wetland di IUP TAL PTBA kurang lebih
selama 4 hari. Empat hari adalah waktu yang cukup untuk proses pendegradasian
bahan pencemar untuk constructed wetland seluas 4,5 Ha.
Bila dilihat dari hasil uji statistik dan ditinjau dari faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat efektifitas constructed wetland diatas maka constructed
wetland PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE dapat dikategorikan sebagai
constructed wetland yang dapat menurunkan kadar logam Fe dan Mn secara
efektif.
D. Baku Mutu Lingkungan Logam Fe dan Mn
Bila ditinjau dari Pergub Sumsel No. 8 tahun 2012, hasil pengukuran kadar
logam besi dan mangan pada constructed wetland PT Bukit Asam (Persero) Tbk
masih dalam batas baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan (Fe sebesar 7 mg/L
dan Mn sebesar 4 mg/L). Ini mengindikasikan bahwa PT Bukit asam (Persero)
Tbk UPTE telah melaksanakan pengelolaan terhadap air limbahnya secara optimal
sehingga ketika air asam tambang ini dialirkan ke badan air yang digunakan oleh
masyarakat tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada lokasi inlet constructed wetland PTBA rata-rata kadar logam besi adalah
3,31 mg/L sedangkan pada lokasi outlet sebesar 0,70 mg/L.
2. Kadar rata-rata Mn pada lokasi inlet sebesar 3,36 mg/L sedangkan pada outlet
wetland sebesar 0,63 mg/L.
3. Hasil p value untuk kadar logam besi adalah 0,0135 dan untuk kadar logam
mangan adalah 0,0085 (p value < α) artinya terdapat penurunan yang signifikan
untuk kadar logam besi dan mangan pada air asam tambang setelah memasuki
constructed wetland di IUP TAL PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE.
4. Hasil pengukuran kadar logam besi < 7 mg/L dan mangan < 4 mg/L artinya
masih berada dalam batas baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan menurut
Pergub Sumsel No. 8 tahun 2012 sehingga aman untuk dialirkan ke badan air.
Dari kesimpulan di atas, peneliti mempunyai saran terkait metode constructed
wetland PTBA:
1. Agar metode constructed wetland yang dimanfaatkan dalam mengolah air
limbah lebih efektif harus memanfaatkan berbagai jenis tanaman sebagai
agen fitoremediasi berbagai bahan pencemar yang terdapat dalam air
limbah.
2. Penggunaan tanaman harus memperhatikan umur tanaman untuk
mengoptimalkan daya serap logam berat.
3. Perusahaan tambang lainnya sebaiknya menerapkan sistem pengolahan
pasif air asam tambang dengan metode constructed wetland karena lebih
ekonomis dan lebih ramah terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan
pengolahan secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Raden, Ince. et al. Kajian Dampak Penambangan Batubara terhadap
Pengembangan Sosial Ekonomi di Kabupaten Kutai Kartanegara. Laporan
Penelitian-Badan Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri, Jakarta. Dari:
http://km.ristek.go.id/assets/files/330.pdf [31 Maret 2015]. 2010.
2. Iskandar. 2014. ‘Penanganan Air Asam Tambang pada Perusahaan Tambang
Batubara: Studi kasus untuk pengembangan lahan perkebunan/HTI’ pada
Workshop: Teknologi Bioremediasi Kawasan Pascapenutupan Tambang
untuk Areal Perkebunan dan HTI, 15-17 Januari. Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.
3. Hakim et al. Penelitian Penanggulangan Air Asam Tambang Pada Tambang
Batubara Terbuka Di Kalimantan Timur Dan Kalimantan Selatan. Puslitbang
Teknologi Mineral dan Batubara, Jakarta. Dari:
http://intranet.tekmira.esdm.go.id/ [18 Maret 2015]. 2009.
4. Ashar, Taufik. Analisis Risiko Asupan Oral Pajanan Mangan dalam Air
terhadap Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan Lingkungan. pp. 106-111.
Dari: http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/265 [17
April 2015]. 2007.
5. Widowati, W., Sastiono, A. & Jusuf R, R. Efek Toksik Logam; Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: 2008.
6. Saputra, M.W., et. al. Efektivitas Penurunan Fe Dan Mn Pada Air Asam
Tambang Dengan Tanaman Purun Tikus (Eleocharis Dulcis), Dan Kayu Apu
(Pistia Stratiotes) Menggunakan Sistem Lahan Basah Buatan Metode Batch
Bertingkat. [Laporan Penelitian]. Universitas Lambung Mangkurat Fakultas
Teknik Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Banjarbaru: 2014.
7. Tangahu, B. V. dan Warmadewanthi, I. D. A. A. Pengelolaan Limbah Rumah
Tangga Dengan Memanfaatkan Tanaman Cattail (Typha angustifolia) dalam
Sistem Constructed Wetland. Jurnal Purifikasi, Vol 2 No. 3, ITS – Surabaya.
2001.
8. Puspita, Lani. Reduksi Senyawa Nitrogen, Fosfor, Konstituen Organik, Dan
TSS Pada Air Lindi Limpasan Dengan Rawa Buatan. Tesis. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43829 [17 April 2015]. 2007.
9. Sandrawati, Apong. Pengelolaan Air Asam Tambang Melalui Rawa Buatan
Berbasis Bahan In Situ Di Pertambangan Batu Bara ( Studi Kasus di Site
Pertambangan Sambrata, PT. Berau Coal, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/57497 [17 April 2015].
2012.