t1 292010241 bab iirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8032/2/t1...karakteristik sebagai dasar...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Dalam penelitian ini teori yang akan dikaji adalah (1) Mata pelajaran IPA, (2) Model pembelajaran Kooperatif, (3) Model pembelajaran Kooperatihf tipe TGT (Teams Games Tournament), (4) Pengertian Belajar, (5) Hasil Belajar.
2.2. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
2.2.1.Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada
rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang
pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun (Wikipedia Indonesia ). Menurut
Trianto (2013 :136-137) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan teori
yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam, lahir,
dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. IPA
merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara
ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh (Khalimah 2010 : 11)
IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Cain & Evans dalam Trianto
(2013: 141) menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: kon-ten atau
produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.
Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
6
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan
karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-
unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA
bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat,
melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam
dimensi Pendidikan IPA.
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan Pengertian IPA
merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik
itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan
pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif
ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif.
IPA sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di dalam IPA
terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah
diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA
merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA sebagai
sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka,
dan jujur. IPA sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa IPA terkait dengan
peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA mengandung keempat hal tersebut, maka
dalam pendidikan IPA di sekolah seyogyanya siswa dapat mengalami keempat hal
tersebut, sehingga pemahaman siswa terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan
untuk mengatasi permasalahan hidupnya.
2.2.2 Hakikat IPA
Ilmu pengetahuan alam yang sering disebut juga dengan istilah pendidian
sains, disingat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
kuriklum pendidikan di Indonesia, termasuk jenjang sekolah dasar
7
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan
dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam
yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam sebagai produk,
proses, dan sikap.
Menurut Jacobsen & Bergman (dalam Susanto,2013:170) IPA juga memiliki
karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya yaitu :
1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hokum, dan teori
2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena
alam, termasuk juga penerapanya.
3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap
rahasia alam.
4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau
beberapa saja.
5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat
objektif.
Dari uraian Hakikat IPA, dapat dipahami bahwa pembelajaran sains
merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat
menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA.
2.2.3 Pengertian Pembelajaran IPA
Pendidikan IPA adalah IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan
fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di
sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan
mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, KTSP (2006).
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Wiji Suwarno 2008: 58) bahwa
anak membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui
pengalaman- pengalamannya. Piaget membedakan perkembangan kognitif seorang
anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensori motor (0- 2 th), (2) taraf pra-
8
operasional (2-7 th), (3) taraf operasional konkrit (7-11 th), dan (4) taraf operasional
formal (11-15 th). Walaupun ada perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada
kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa
jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Piaget (dalam Wiji
Suwarno, 2008:58) menyatakan peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi
informasi.
Dalam pembelajaran IPA Peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil
prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari didi sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari, yang
didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami
alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam ( Trianto,
2013:152).
Dari uraian yang telah dipaparkan, satu prinsip paling penting dalam
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta didik pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan mereka
sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai pentransfer pengetahuan dari otaknya kepada
otak siswa. Tugas guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang membantu agar
siswa sendiri belajar dan menekuni bahan yaitu dengan menggunakan ketrampilan
proses.
9
2.3. Pengertian Model pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangakaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu ubtuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin (Isjoni,2009:15) pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok–kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan
dtruktur kelompok heterogen.
Sugiyanto (2010:37) mengatakan pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Cooperative learning menurut Slavin (2005:4-8) merujuk pada berbagai
macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok –
kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar
belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi pelajaran.
Agus Suprijono (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukan oleh para ahli, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
telah menenmpatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya
bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah,
perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar semua anggota
belajar maksimal.
2.3.1. Pengertian tipe Teams Game Tournament (TGT)
Teams Game Tournament (TGT) merupakan salah sau strategi pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (1995) untuk membantu siswa mereview
dan menguasai materi pelajaran. Slavin menemukan bahwa TGT berhasil
10
meningkatkan skill – skill dasar, pencapaian, interaski positif antar siswa, harga diri,
dan sikap penerimaan pada siswa – siswa lain yang berbeda.
Dalam TGT, siswa mempelajari materi di ruang kelas. Setiap siswa
ditempatkan dalam satu kelompok yang teridiri dari 3 orang berkemampuan rendah,
sedang, dan tinggi. Komposisi ini di catat dalam table khusus (table tournament),
yang setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk
mempelajari materi terlebih dahulu bersama angota-anggotanya. Barulah mereka diuji
secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka perolehdari game akan
menentukan skor kelompok mereka masing-masing (Huda,2011).
2.3.2. Komponen dan Pelaksanaan Team Games Tournament dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu :
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang
dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan
dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.
Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya
dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompoknya agar bekerja dengan
baik dan optimal pada game.
3. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertnyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa
memilih kartu bernomor dan mencoba pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.
Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.
11
4. Turnamen
Penentuan turnamen dilakukan secara homogen dengan langkah sebagai
berikut: 1) Menggunakan daftar rangka yang telah dibuat sebelumnya; 2) membentuk
kelompok – kelompok yang masing-masing dari 3 sampai 4 siswa; menentukan setiap
anggota dari masing-masing kelompok berdasarkan kesetaraan dalam kemampuan
akademik, jadi ada turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok yang terdiri
dari siswa – siswa pandai dan ada turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok
siswa yang lemah secara akademik.
Format yang diterapkan adalah 1) memberikan kartu-kartu yang telah
dinomori (misalnya dari 1-30) kepada setiap kelompok; 2) memberi pertanyaan pada
setiap kartu sebelum dibagikan siswa; 3) membuat jwaban yang sudah dinomori; 4)
membagikan satu amplop pada masing-masing tim yang berisi kartu-kartu, lembar
pertanyaan, dan lembar jawaban; 4)mengisntruksikan siswa untuk membuka kartu; 5)
menunju pemegang nomor tertinggi untuk membacakan pertanyaan terlebih dahulu;
6) mengarahkan siswa pertama untuk mengambil sebuah kartu dari amplop dan
membacakan nomornya, lalu siswa kedua (yang memiliki lembar pertanyaan )
membaca pertanyaan dengan keras, lalu siswa pertama menjawab pertanyaan
tersebut, kemudian siswa ketiga (yang memiliki lembar jawaban) mengkonfirmasi
apakah jawaban benar atau salah; 7) menggunakan aturan jika jawaban benar, maka
siswa pertama mengambil kartu itu, namun jika jawabanya salah, maka siswa kedua
dapat membatu menjawabnya. Jika benar, kartu tetap mereka pegang. namun, jika
tetap salah, kartu itu harus dibuang.
5. Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian kelompok yang menang, masing – masing team akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan.
2.3.3. Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimplementasian hal yang harus diperhatikan yaitu :
1) Pembelajaran terpusat pada siswa
12
2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3) Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan
persoalan)
4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5) Dalam kompetisi diterapkan sistem point
6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal
kesetaraan dalam kinerja akademik
7) Kemajuan kelompok dapat diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang
diterbitkan secara mingguan
8) Dalam pemberian bimbngan guru mengacu pada jurnal
9) Adanya sistem penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak.
2.3.4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT
Kelebihan dan kelamahan pembelajaran TGT Metode pembelajaran
kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifkan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosisalisasi dengan orang lain
6) Motivasi belajar lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT adalah :
1. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari
segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi apabila guru yang bertindak
sebagai pemegang kendali dalam menentukan pembagian kelompok waktu
13
yang sudah ditetapkan. Kesulitan lain dapat diatasi jika guru mampu
menguasai kelas secara menyuluruh.
2. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit meberikan
penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelamahan ini, tugas guru
adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuanya kepada
siswa yang lain.
2.4. Pengertian Belajar
Menurut R..Gagne (dalam Susanto, 2013:1), belajar adalah “suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Belajar
dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua
konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru
dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Menurut Burton (dalam susanto,2013:3), belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu lain dan individu dengan lingkunganya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut E.R Hilgard (dalam susanto,2013:3), belajar adalah suatu perubahan
kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kwgiatan yang dimaksud mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku dan ini diperoleh melalui latihan
(pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu
yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan pembiasaan, pengalaman dan
sebagainya.
Sedangkan menurut W.S. Winkel (dalam susanto, 2013:4) belajar adalah suatu
aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang sengan
lingkungannya, dan menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relative konstan dan
berbekas.
14
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat dipahami bahwa belajar
merupakan suatu prose perubahan dalam diri seseorang melalui hasil interaksi
maupun pengalaman dengan lingkungan dimana perubahan tersebutnampak dalam
tingkah laku, kebiasaan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berfikirnya.
Berdasarkan pengejelasan dari belajar, maka penggukuran hasil belajar ditunjukkan
untuk mengetahui sejauh mana belajar mencapai tujuan yang diinginkan.
2.5. Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi, tujuanya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa
setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut Sudjana (2011:22) menyatakan, “hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Menurut Winkel
(dalam purwanto,2010:45). Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu
kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Blom, Simpson dan
Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 1996: 244).
Gagne dalam Sudjana, (2011:22) membagi lima katagori hasil belajar, yakni (a)
informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) stratego kognitif, (d) sikap, (e)
keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kulikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajarintelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (a)
15
gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Kingsley dalam Suprijono (2011:14) membagi tiga macam hasil belajar, yakni:
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.
Gagne dalam Suprijono (2011:16) membagi lima kategori hasil belajar, yakni:
informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan
keterampilan motoris. Berdasarkan sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Sudijono (2008:5).
Klasifikasi hasil belajar Bloom secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Pengetahuan adalah kemampuan
mengingat materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. Pemahaman yaitu
kemampuan untuk mengerti atau mehamami materi pelajaran setelah materi itu
diketahui dan diingat. Aplikasi yaitu kemampuan menafsirkan atau menggunakan
materi yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru dan kongkret. Analisis
merupakan kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam
komponen- komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.
Sintesis adalah kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu
keseluruhan. Evaluasi yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk
membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar
yang datang kepada dirinya. Reaksi merupakan kemampuan untuk
16
mengikutsertakan diri secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya dengan salah satu cara. Penilaian yaitu memberikan nilai terhadap
suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Organisasi berarti
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal,
yang membawa kepada perbaikan umum. Internalisasi adalah keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
Dilihat dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak
proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar
siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan
proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes atau ulangan
harian setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran, dalam hal ini yang diukur adalah
pada ranah kognitif siswa.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2010:54-60) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa
itu sendiri yang disebut faktor individu (intern) dan faktor yang ada pada luar
individu yang disebut dengan faktor ekstern.
Faktor individu atau intern meliputi: faktor biologis, faktor psikologis, dan
faktor kelelahan. Faktor biologis antara lain: kesehatan, gizi, pendengaran dan
penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu maka akan
mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, minat dan
motivasi, serta perhatian ingatan berpikir. Faktor kelelahan meliputi: kelelahan
jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh,
lapar dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
17
kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu akan hilang.
Faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.
Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat
menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. Faktor sekolah meliputi:
metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan
berdisiplin di sekolah. Faktor masyarakat yaitu bentuk kehidupan masyarakat sekitar
yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah
lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih
giat belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa diluar diri atau yang disebut faktor ekstern, salah satunya yang
berpengaruh adalah dari faktor sekolah yaitu metode mengajar guru. Metode yang
digunakan guru dalam mengajar penting karena hal ini akan berpengaruh pada
pemerolehan hasil belajar siswa berdasarkan pemahaman dalam proses belajar siswa.
selain itu, lingkungan belajar yang paling dominan dalam mempengaruhi hasil
belajar adalah kualitas pengjaran. Karena hal ini akan menentukan efektif atau
tidaknya proses belajar mengajar mencapai tujuan belajar.
2.6. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan yang hampir sama dengan
penelitian ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dini Ayu Lestari, Chumdari,
Hartono (2013) MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES
TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN IPS memperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki minat
belajar yang tinggi dalam belajar IPS maka akan berusaha lebih keras untuk belajar
dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat beajar rendah. Dengan
meningkatnya minat belajar siswa makanilai evaluasi meningkat pula. Hal ini dapat
18
dilihat pada kondisi awal minat belajar siswa rata-ratanya masuk kedalam kategori
minat rendah hanya 3 siswa (12%) dari 25 siswa yang memiliki minat belajar tinggi,
rata-rata minat awal sebelum tindakan 49,1 (49,1%), siswa yang memiliki minat
tinggi 3 siswa (12%). Pada siklus I minat meningkat rata-rata menjadi 59,9(59,9%)
dan yang memiliki minat tinggi 5 siswa (20%). Siklus II minat meningkat bila
dibandingkan siklus I dengan nilai rata-rata 71,46 (71,46%) masuk kriteria minat
sedang, yang memiliki minat tinggi adalah 8 siswa (32%). Siklus III meningkat bila
dibandingkan dengan hasil siklus II dengan kriteria minat tinggi dengan rata-rata nilai
minat adalah 86(86%) dan untuk minat tinggi dicapai oleh 23 siswa (92%).
Hasil penelitian yang dlakukan oleh Sriudin (2008) dengan judul “
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Konsep Operasi Hitung Perkalian Melalui
Model Kooperatif Tipe TGT di Kelas IV SDN Tambak Sirang Baru “ menyimpulkan
bahwa : 1) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT guru dapat melaksankan
semua langkah-langkah pembelajaran dengan baik 2) melalui pembelajaran
kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap
pembelajaran Matematika sehingga hasil belajar siswa turut mengalami peningkatan.
Dari kajian teori-teori yang sudah di teliti oleh peneliti mengenai
pembelajaran kooperatif dengan model TGT sangat baik untuk dilaksanakan karena
akan memacu siswa untuk berkompetensi, sehingga pembelajaran IPA dengan
menggunakan permainan akan mengubah pola pikir siswa bahwa IPA itu sangat
mudah dan menyenangkan.
19
2.7. Kerangka Berpikir
Penelitian ini menerapkan pembelajaran kooperatif dengan model TGT (Team
Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar. Dalam teknik ini, siswa
bekerja secara berkelompok. Kelompok terbentuk secara heterogen dari kemampuan
akademik, jenis kelamin, suku maupun agama. Tujuan penerapan model
pembelajaran ini agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Setiap
anggota kelompok bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang telah dibagi oleh
kelompok. Setiap kelompok bersaing dengan kelompok lain untuk mendapatkan skor.
Dalam kegiatan pembelajaran IPA menggunakan model TGT (Teams Games
Tournament),mengakibatkan siswa mengalami proses pembelajaran yang sangat
menyenangkan dengan menggunakan permainan dan akan menjadi daya tarik bagi
siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran. Dengan demikian minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran dengan model ini pasti akan timbul, sehingga hasil belajar
ang diperoleh siswa menjadi lebih baik dari pada dengan menggunakan metode dan
model yang biasa-biasa saja.
20
Bagan 2.1 Kerangka berpikir
Guru belum menggunakan model pembelajaran TGT
(Teams Games Tournament)
• Siswa kurang aktif • Siswa mencari
aktivitas sendiri
• Siswa tidak mau memperhatikan guru
Hasil belajar siswa belum mencapai KKM
Menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournamet) dalam pembelajaran IPA melalui 2 siklus
Karakter Siswa SD:
1. Senang bermain 2. Senang bergerak 3. Senang berkelompok 4. Senang melakukan
sesuatu secara langsung
Kelebihan model pembelajaran TGT:
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2. Mengedapankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5. Motivasi belajar lebih tinggi 6. Hasil belajar lebih baik
Melalui model pembelajaran TGT hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA meningkat
21
2.8. Hipotesis Tindakan
Dari refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir
masalah maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Game
Tournament) meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas
4 SDN 2 Kapung Semester II Tahun 2013/2014.
2. Dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Game
Tournament) akan memberi pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA kelas 4 SDN 2 Kapung Semester II Tahun 2013/2014.