syirkah
TRANSCRIPT
Disusun Oleh :
Ressa
1.Syirkah
a.Pengertian Syirkah
Syirkah, menurut bahasa, adalah ikhthilath (berbaur).
Adapun menurut istilah syirkah (kongsi) ialah perserikatan yang
terdiri atas dua orang atau lebih yang didorong oleh kesadaran
untuk meraih keuntungan. Terkadang syirkah ini terbentuk tanpa
disengaja, misalnya berkaitan dengan harta warisan. (Fathul Bari
V: 129).
b.Persyaratan Syirkah
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shalih; dan amat sedikitlah mereka ini.” (Q.S. Shaad: 24).
“Jika seorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau
seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-
masing dari kedua jenis saudara ituseperenam harta. Tetapi jika
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka
merekabersekutu dalam yang sepertiga itu.” (Q.S. An-Nisaa': 12)
Dari Saib ra bahwa ia berkata kepada Nabi SAW, “Engkau
pernah menjadi kongsiku pada (zaman) jahiliyah, (ketika itu)
engkau adalah kongsiku yang paling baik. Engkau tidak
menyelisihku, dantidak berbantah-bantahan denganku.” (Shahih:
Shahih Ibnu Majah no: 1853 dan Ibnu Majah II:768 no: 2287).
c. Syirkah Syar’iyah
Dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam Asy-
Syaukani rahimahullah menulis sebagai berikut, “(Syirkah
syar’iyah) terwujud (terealisasi) atas dasar sama-sama ridha di
antara dua orang atau lebih, yang masing-masing dari mereka
mengeluarkan modal dalam ukuran yang tertentu. Kemudian
modal bersama itu dikelola untuk mendapatkan keuntungan,
dengan syarat masing-masing di antara mereka mendapat
keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang diserahkan
kepada syirkah tersebut. Namun manakala mereka semua
sepakat dan ridha,keuntungannya dibagi rata antara mereka,
meskipun besarnya modal tidak sama, maka hal ituboleh dan sah,
walaupun saham sebagian mereka lebih sedikit sedang yang lain
lebih besar jumlahnya. Dalam kacamata syari’at, hal seperti ini
tidak mengapa, karena usaha bisnis itu yang terpenting di
dasarkan atas ridha sama ridha, toleransi dan lapang dada.”
d.Rukun Syirkah
1. Anggota yang berserikat, Syaratnya dewasa, berakal sehat,
merdeka (Atas kehendak sendiri).
2. Pokok - pokok pekerjaan dan modal harus jelas.
3. Surat perjanjian atau shigat.
e.Bentuk – bentuk Syirkah
1. Persero terbatas, yaitu perusahaan yang modalnya dari saham
– saham dan berbadan hukum.
2. CV, yaitu suatu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
memperoleh keuntungan dan tidak semua anggota aktif.
3. Firma, yaitu kerjasama dua orang atau lebih untuk mendirikan
perusahaan guna memperoleh keuntungan dan masing –
masing anggota aktif serta bertanggung jawab bersama – sama.
4. Koperasi, yaitu kerjasama usaha dalam bentuk badan usaha
berdasarkan asas kekeluargaan.
2. Mudharabah
a. Pengertian Mudarabah
Mudharabah adalah Akad kerjasama antara Shahibul Mal
(pemilik modal) dengan mudharib (yang mempunyai keahlian)
untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal,
keuntungan dibagi sesuai kesepakatan bersama, jika terjadi
kerugian ditanggung shahibul mal (pemilik modal).
Contohnya :
Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pengusaha
untuk diusahakan dalam lapangan perniagaan, dengan
keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara dua belah pihak
yaitu shahibul mal dan mudharib.
Contoh praktek di bank :
Seorang pedagang yang memerlukan modal untuk
berdagang dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan
bagi hasil seperti mudharabah, dimana bank bertindak selaku
shahibul maal Sedangkan pihak nasabah, bertindak selaku
pengelola (mudharib), dengan keuntungan dibagi menurut
kesepakatan dimuka dan apabila rugi ditanggung oleh sahibul
maal.
b.Syarat – syarat Mudharabah
1. Modal yang akan di mudarahkan harus jelas jumlahnya.
2. Jumlah uang yang akan di mudarabahkan harus jelas
jumlahnya.
3. Keuntungan di bagi sesuai dengan kesepakatan semula.
4. Mudarabah harus bersifat mutlak, Artinya si pemilik modal
tidak boleh ikut campur dalam pelaksanaan usaha.
3. Musaqah
a.Pengertian Musaqah
Musaqah merupakan kerja sama antara pemilik kebun atau
tanaman dan pengelola atau penggarap untuk memelihara dan
merawat kebun atau tanaman dengan perjanjian bagi hasil yang
jumlahnya menurut kesepakatan bersama dan perjanjian itu
disebutkan dalam aqad.
b.Rukun Musakah
1. Pemilik kebun
dan penggarap.
2. Kebun yang
akan di garap.
3. Bentuk atau jenis
garapanya.
4. Penetapan hasilnya.
5. Ijab dan qabul.
c. Syarat Musaqah
1. Orang yang meyerahkan kebun itu adalah pemilik kebun
yang sebenarnya.
2. Tanaman yang di pelihara harus jelas.
3. Pemilik kebun menyatakan dengan jelaslamanya
pengurusan tanaman.
4. Presentase pembagian hasil harus jelas sebelum di mulai
pekerjaan.
d.Batalnya Musaqah
1. Pengarap tidak mampu mengarap tugas.
2. Meninggalnya salah seorang yang melakukan akad.
e.Hikmah Musaqah
1. Sama – sama memberikan keberuntungan antar pemilik
kebun dengan penggarap.
2. Meninggkatkan perekonomian.
3. Mengentaskan kemiskinan.
4.Muzara'ah
Sedangkan muzara’ah dan mukhabarah mempunyai pengertian
yang sama, yaitu kerja
sama antara pemilik sawah atau tanah dengan penggarapnya,
namun yang dipersoalkan di sini hanya mengenai bibit pertanian itu.
Mukhabarah bibitnya berasal dari pemilik lahan, sedangkan
muzara’ah bibitnya dari petani.
5. Musaqah,Muzara'ah,DanMukhabarah
Aqad musaqah,muzara’ah,dan mukhabarah telah disebutkan di
dalam hadits yang menyatakan bahwa aqad tersebut diperbolehkan
asalkan dengan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak
dengan perjanjian bagi hasil sebanyak separo dari hasil tanaman
atau buahnya.
Adapun persamaan dan perbedaan antara
musaqah,muzara’ah,dan mukhabarah yaitu, persamaannya adalah
ketiga-tiganya merupakan aqad (perjanjian), sedangkan
perbedaannya adalah di dalam musaqah, tanaman sudah ada, tetapi
memerlukan tenaga kerja yang memeliharanya. Di dalam
muzara’ah, tanaman di tanah belum ada, tanahnya masih harus
digarap dulu oleh pengggarapnya, namun benihnya dari petani
(orang yang menggarap). Sedangakan di dalam mukhabarah,
tanaman di tanah belum ada, tanahnya masih harus digarap dulu
oleh pengggarapnya, namun benihnya dari pemilik tanah.