syirik dalam fiqih islam
TRANSCRIPT
Yang Membatalkan SyahadatYang Membatalkan Syahadat
Senin, 1 Oktober 2012 - 15 Dzulkaedah 1433 H
search... Search
AGENDA
HOME
SYARIAH.AKIDAH.IBADAH
Blog Style
ARTIKEL ISLAMI
Blog Style
TOKOH
Blog Style
MUALAF
Blog Style
ISLAM INDONESIA
Blog Style
DUNIA ISLAM
Blog Style
SEJARAH ISLAM DUNIA
Blog Style
ARTIKEL UMUM
Blog Style
BERITA.ARTIKEL
TERKINI
Bertemu Allah Pada Hari
Kiamat
Minggu, 30 September 2012
Penyebab Ditahannya
Anugerah Dan
Kemurahan Allah
Minggu, 30 September 2012
Ketegangan di Myanmar
Bisa Meluas
Minggu, 30 September 2012
Tokoh Lintas Agama
Turut Berunjuk Rasa di
Depan Kedubes AS
Minggu, 30 September 2012
Kerusuhan di
Bangladesh, Kuil Budha
Dibakar
Minggu, 30 September 2012
Pasar Kuno Warisan
Dunia Hangus Akibat
Pertempuran di Suriah
Minggu, 30 September 2012
BKKBN Sambut Fatwa
Halal Vasektomi
Minggu, 30 September 2012
KISPA Desak Pemerintah
Identifikasi Semua
Produk Israel di
Indonesia
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
1 of 9 01/10/2012 2:46
Fiqhislam.com - Dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat seseorang berarti telah mempersaksikan diri
sebagai hamba Allah semata. Kalimat Lailaaha illallahu
dan Muhammadur rasulullah selalu membekas dalam
jiwanya dan menggerakkan anggota tubuhnya agar tidak
menyembah selain Allah.
Baginya hanya Allah sebagai Tuhan yang harus ditaati,
diikuti ajaranNya, dipatuhi perintahnya, dan dijauhi
laranganNya. Caranya bagaimana, lihatlah pribadi Rasulullah saw. sebab dialah contoh hamba
Allah sejati.
Dalam pembukaan surat Al-Israa’, Allah telah mendeklarasikan bahwa Rasulullah saw. adalah
hambaNya.
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. Al Israa' (17): 1]
Begitu juga dalam pembukaan surat Al-Kahfi, Allah menegaskan bahwa Rasulullah adalah
hambaNya yang mendapat bimbingan Al-Qur’an.
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur’an)
dan dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. [QS. Al-Kahfi (18): 1]
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa makna dua kalimat syahadat –yang intinya adalah
tauhid—harus benar-benar tercermin dalam jiwa dan perbuatan orang yang mengikrarkannya.
Dan bagi orang yang mengikrarkan syahadatain itu bentuk pengakuan dirinya sebagai hamba
Allah. Sebagai hamba Allah, orang yang berikrar tadi tidak ada pilihan kecuali mencontoh
pribadi Rasulullah saw. dalam segala sisi kehidupannya, baik dari sisi akidah dan ibadah,
maupun sisi-sisi lainnya seperti sikapnya terhadap istri dan pelayannya di rumah, pergaulannya
bersama-sahabatnya, akhlaknya dalam melakukan tansaksi bisnis dan kepemimpinannya
sebagai kepala Negara. Kenapa? Karena Rasulullah adalah seorang hamba Allah sejati yang
memang dibentuk sebagai figur ideal yang wajib dicontoh akhlaknya.
Untuk menjaga kemurnian tauhid, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw., seorang hamba
hendaknya menghindar jauh-jauh dari hal-hal yang merusak kemurnian tauhid sebagai
cerminan dua kalimat syahadat tersebut. Setidaknya ada tiga hal yang bisa membatalkan
syahadatnya, yaitu asy-syirkual-ilhaadu (menyimpang dari kebenaran), dan an-nifaaku
(berwajah dua, menampakkan diri sebagai muslim, sementara hatinya kafir). (menyekutukan
Allah),
Syirik (menyekutukan Allah)
Definisi syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat,
sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat
Allah seperti dzat makhlukNya. Akidah ini dianut oleh kelompok mujassimah. Syirik secara
sifat artinya seseorang meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah.
Dengan kata lain, mahluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah. Tidak ada bedanya
sama sekali.
Sedangkan syirik secara perbuatan artinya seseorang meyakini bahwa makhluk mengatur alam
semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik
secara ibadah artinya seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti
mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai Allah. Syrik-syirik dalam pengertian
tersebut, secara eksplisit maupun implisit, telah ditolak oleh Islam. Karenanya, seorang
muslim harus benar-benar berhat-hati dan menghindar jauh-jauh dari syirik-syirik seperti yang
telah diterangkan di atas.
Contoh bentuk-bentuk syirik ada banyak. Di antaranya;
Pertama, menyembah patung atau berhala (al-ashnaam). Allah swt. menyebutnya dalam ayat
berikut ini.
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat
di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan
bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu
Minggu, 30 September 2012
Ban Ki Moon : Presiden
Myanmar Janji Tangani
Konflik Etnik
Minggu, 30 September 2012
OKI Desak Myanmar
Akui Rohingya
Minggu, 30 September 2012
Mimpi Dua Kalimat
Syahadat Bimbing Areeb
Masuk Islam
Minggu, 30 September 2012
13 Akhlak Utama
Salafush Shalih
Minggu, 30 September 2012
Nikmat dan Musibah
Terbesar Menurut Islam
Minggu, 30 September 2012
Dahsyatnya Shalawat
Minggu, 30 September 2012
Para Pemimpin Muslim di
PBB Pertanyakan
Kebebabasan Bicara ala
Barat
Sabtu, 29 September 2012
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
2 of 9 01/10/2012 2:46
keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta. [QS. Al Hajj (22): 30]
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, “Wahai Bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong
kamu sedikitpun?” [QS. Maryam (19): 42]
Menyembah matahari adalah bentuk syirik yang kedua. Allah menolak orang-orang yang
menyebah matahari, bulan, dan atau bintang.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan
dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. [QS. Al
A'raaf (7): 54]
“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan
bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi
bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah”. [QS. Fushshilat (41): 37]
Bentuk syirik yang ketiga adalah menyembah malaikat dan jin.
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal
Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan)
bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, tanpa (berdasar) ilmu
pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. [QS.
Al An'aam (6): 100]
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya
kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembah
kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab, “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung
kami, bukan mereka. Bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka
beriman kepada jin itu.”. [QS. Saba' (34): 40-41]
Bentuk syirik keempat adalah menyembah para nabi, seperti Nabi Isa a.s. yang disembah kaum
Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya sama-sama dianggap anak Allah.
Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putera Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata,
“Al masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka,
mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka,
bagaimana mereka sampai berpaling?” [QS. At-Taubah (9): 30]
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah ialah
Al-Masih putera Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
[QS. Al-Maidah (5): 72]
Bentuk syirik yang kelima adalah menyembah rahib atau pendeta.
Allah berfirman, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera
Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.”
Adi bin Hatim r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai hal tersebut, seraya berkata,
“Sebenarnya mereka tidak menyembah pendeta atau rahib mereka.”
Rasululah saw. menjawab, “Benar, tetapi para rahib atau pendeta itu telah
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
3 of 9 01/10/2012 2:46
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, sementara mereka
mengikutinya. Bukankah itu tindak penyembahan terhadap mereka?”
Bentuk syirik yang keenam, menyembah Thaghuut. Istilah thaghuut diambil dari kata
thughyaan artinya melampaui batas. Maksudnya, segala sesuatu yang disembah selain Allah.
Setiap seruan para rasul intinya adalah mengajak kepada tauhid dan menjauhi thaghuut.
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu. Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
[QS. An-Nahl (16): 36].
Dan tauhid yang murni tidak akan bisa dicapai tanpa menghindar dari menyembah
thaghuut. Allah berfirman, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa
yang ingkar kepada thaghuut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al-Baqarah (2): 256]
Allah bangga dengan orang-orang beriman yang menjauhi thaghuut. “Dan orang-orang yang
menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka
berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku.” [QS.
Az-Zumar (39): 17]
Bentuk syirik yang ketujuh adalah menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecendrungan
untuk melakukan keburukan. Seseorang yang menuhankan hawa nafsu, mengutamakan
keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan demikian ia telah mentaati hawa
nafsunya dan menyembahnya.
Allah berfirman, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” [QS.
Al-Furqaan (25): 43]
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya, dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS. Al-Jatsiyah (45): 23]
Macam-macam Syirik
Ada dua macam syirik, yaitu syirik besar dan syirik kecil. Masing-masing dari kedua macam ini
mempunyai dua dimesi: zhahir (tampak) dan khafiy (tersembunyi).
Syirik besar (asy-syirkul akbar) adalah tindakan menyekutukan Allah dengan makhlukNya.
Dikatakan syirik besar karena pelakunya tidak akan diampuni dosanya dan tidak akan masuk
surga.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia; dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116]
Syirik besar ini dibagi dua dimensi: zhahir dan kafiy. Contoh syirik besat yang zhahir adalah
seperti menyembah bintang, matahari, bulan, patung-patung, batu-batu, pohon-pohon besar,
dan manusia (seperti menyembah Fir’un, raja-raja, Budha, Isa bin Maryam, malaikat, jin dan
Setan). Sementara yang khafiy bisa dicontohkan seperti meminta kepada orang-orang yang
sudah mati dengan keyakinan bahwa mereka bisa memenuhi apa yang mereka yakini, atau
menjadikan seseorang sebagai pembuat hukum, menghalalkan dan mengharamkan seperti yang
seharusnya menjadi hak Allah swt.
Adapun syirik kecil (asy-syirkul ashghar) adalah suatu tindakan yang mengarah kepada syirik,
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
4 of 9 01/10/2012 2:46
tetapi belum sampai ke tingkat keluar dari tauhid, hanya saja mengurangi kemurniannya.
Syirik kecil juga dua dimensi: dzahir dan khafiy. Yang zhahir bisa berupa lafal (pernyataan) dan
perbuatan.
Contoh yang berupa lafal adalah bersumpah dengan nama selain Allah dan mengarah ke syirik
seperti “demi Nabi, demi Ka’bah, demi kakek dan nenek.”
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Man halafa bighairillahi faqad kafara
wa asyraka (siapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka ia kafir dan musyrik).”
(HR. Turmidzi nomor 1535).
Termasuk lafal yang mengarah ke syirik pernyataan, “Kalau tidak karena Allah dan si fulan
niscaya ini tidak akan terjadi.” Contoh yang lain adalah memberikan nama anak dengan Abdul
Ka’bah dan lain sebagainya.
Adapun contoh syirik kecil zhahir yang berupa perbuatan seperti mengalungkan jimat dengan
keyakinan bahwa itu bisa menyelamatkan dari mara bahaya.
Syirik kecil yang khafiy biasanya berupa niat atau keinginan, seperti riya’ dan sum’ah. Yaitu
melakukan tindak ketaatan kepada Allah dengan niat ingin dipuji orang. Seperti menegakkan
shalat dengan tampak khusyu’ karena sedang di samping calon mertua. Seseorang berbuat
seperti itu dengan harapan supaya dipuji sebagai orang shalih. Padahal di saat sendirian,
shalatnya tidak demikian. Riya’ adalah termasuk dosa hati yang sangat berbahaya. Karena itu,
Islam sangat memperhatikan sebab perbuatan hati adalah faktor yang menentukan bagi baik
tidaknya perbuatan zhahir.
Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih
(tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan;
dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Baqarah (2):
264]
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Man samma’a sammallahu bihii, waman
yaraa’ii yaraaillahu bihii (siapa yang menampakkan amalnya dengan maksud riya’ Allah
akan menyingkapnya di hari Kiamat, dan siapa yang menunjukkan amal shalihnya
dengan maksud ingin dipuji orang, Allah mengeluarkan rahasia tersebut di hari
Kiamat).” (HR. Bukhari 11/288 dan Muslim nomor 2987)
Bahaya-bahaya Syirik
Perbuatan syirik sangat berbahaya. Berikut ini beberapa bahaya yang akan menimpa
orang-orang pelaku syirik.
Pertama, syirik adalah kezhaliman yang nyata.
Allah berfirman, “Innasy syirka ladzlumun adziim (sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar).” [QS. Luqman (31): 13].
Mengapa disebut kezhaliman yang besar? Sebab dengan berbuat syirik seseorang telah
menjadikan dirinya sebagai hamba makhluk yang sama dengan dirinya yang tidak berdaya
apa-apa.
Kedua, syirik merupakan sumber khurafat. Sebab, orang-orang yang meyakini bahwa selain
Allah –seperti bintang, matahari, kayu besar dan lain sebagainya– bisa memberikan manfaat
atau bahaya, berarti ia telah siap melakukan segala khurafat dengan mendatangi para dukun,
kuburan-kuburan angker, dan mengalungkan jimat di lehernya.
Ketiga, syirik adalah sumber ketakutan dan kesengsaraan.
Allah berfirman, “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut
disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah
seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim.” [QS. Ali Imran (3): 151]
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
5 of 9 01/10/2012 2:46
Keempat, syirik merendahkan derajat kemanusiaan si pelakunya.
Allah berfirman, “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke
tempat yang jauh.” [QS. Al-Hajj (22): 31]
Kelima, syirik menghancurkan kecerdasan manusia.
Allah berfirman, “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan. Dan
mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah.’
Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya
baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’ Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka mempersekutukan (itu).” [QS. Yunus (10): 18]
Keenam, di akhirat nanti orang-orang musyrik tidak akan mendapatkan ampunan Allah dan
akan masuk neraka selama-lamanya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116]
Allah juga berfirman, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka.
Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [QS. Al-Maidah (5): 72]
Sebab-sebab Syirik
Ada tiga sebab fundamental munculnya prilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dha’ful
iiman (lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam
disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana
yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat
syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecendrungan berbuat syirik
semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan
utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu
bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya
para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dha’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang
imannya lemah cendrung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat.
Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai
diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan
jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena
ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi
presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap
memikat hati orang banyak.
Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang
menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak
nenek moyang mereka.
Allah berfirman, “Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh
kami mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh
(mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui?” [QS. Al-A'raf (7): 28]
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.”
Mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
dari (perbuatan) nenek moyang kami.” “(Apakah mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?” [QS. Al-Baqarah (2): 170]
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
6 of 9 01/10/2012 2:46
Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan
mengikuti Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek
moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan
tidak (pula) mendapat petunjuk?” [QS. Al-Maidah (5): 104]
Al-Ilhaadu (Menyimpang Dari Kebenaran)
Istilah Al-Ilhaadu digunakan Al-Qur’an di banyak tempat. Kadang berbentuk kata yulhiduun
seperti di surat Al-A’raf (7): 180, An-Nahl (16): 103, dan Fushshilat (41): 40.
يعملونكانواماسيجزونأسمائهفييلحدونالذينوذروابهافادعوهالحسنىاألسماءوهللا
Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan. [QS. Al-A'raf (7): 180]
عربيلسانوهذاأعجميإليهيلحدونالذيلسانبشريعلمهإنمايقولونأنهمنعلمولقدمبين
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an
itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Padahal bahasa orang
yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa `ajam, sedang
Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang. [QS. An-Nahl (16): 103]
يومءامنايأتيمنأمخيرالنارفييلقىأفمنعلينايخفونالءاياتنافييلحدونالذينإنبصيرتعملونبماإنهشئتممااعملواالقيامة
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka
tidaktersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam
neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari
kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.” [QS. Fushshilat (41): 40]
Kadang munucul dalam berbentuk kata ilhaad seperti dalam surat Al-Hajj (22): 25 ini.
العاكفسواءللناسجعلناهالذيالحراموالمسجداهللاسبيلعنويصدونكفرواالذينإنأليمعذابمننذقهبظلمبإلحادفيهيردومنوالبادفيه
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan
Masjidil Haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di
situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan
kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang
pedih.”
Dan kadang berbentuk kata multahadaa seperti di surat Al-Kahfi (18): 27 dan Al-Jin (72): 22.
ملتحدادونهمنتجدولنلكلماتهمبدلالربككتابمنإليكأوحيماواتل
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al-Qur’an).
Tidak ada (seorangpun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak
akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.” [QS. Al-Kahfi (18): 27]
ملتحدادونهمنأجدولنأحداهللامنيجيرنيلنإنيقل
Katakanlah, “Sesungguhnya sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari
(azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain
daripada-Nya.” [QS. Al-Jin (72): 22.
Arti al-ilhaad menurut para ulama
Al-Farra' mengatakan bahwa kata yulhiduun atau yalhaduun artinya condong kepadanya. Imam
Al-Harrani dari Ibn Sikkit mengatakan, al-mulhid artinya orang yang menyimpang dari
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
7 of 9 01/10/2012 2:46
kebenaran, dan memasukkan sesuatu yang lain kepadanya.
Dalam Lisanul Arab dikatakan, al-ilhaad artinya menyimpang dari maksud yang sebenarnya.
Meragukan Allah juga termasuk ilhaad. Dikatakan juga bahwa setiap tindak kedzaliman dalam
bahasa Arab disebut ilhaad. Karenanya, dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa monopoli
makanan di Tanah Haram itu termasul ilhad. Ketika dikatakan laa tulhid fil hayaati itu artinya
jangan kau menyimpang dari kebenaran selama hidupmu.
Imam Ashfahani dalam bukunya Mufradaat Alfazhil Qur'an mengatakan bahwa kata al-ilhaad
artinya menyimpang dari kebenaran. Dalam hal ini –kata Al Ashfahani-- ada dua makna:
pertama, ilhad yang identik dengan syirik, bila ini dilakukan maka otomatis seseorang menjadi
kafir. Kedua, ilhad yang mendekati syirik, ini tidak membuat seseorang menjadi kafir, tetapi
setidaknya telah mengurangi kemurnian tauhidnya. Termasuk sikap ini apa yang diganbarkan
dalam firman Allah berikut ini.
أليمعذابمننذقهبظلمبإلحادفيهيردومن
"Siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya akan
Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih." [QS. Al-Hajj (22): 25]
Dalam menafsirkan ayat أسمائهفييلحدونالذينوذروا (dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya), Imam Al-Ashfahani
menyebutkan bahwa ada dua macam dalam ilhaad kepada nama-nama Allah: pertama,
mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas disebut sebagai sifat Allah, dan kedua,
menafsirkan nama-nama Allah dengan makna yang tidak sesuai dengan keagunganNya (lihat
Mufradat Alfaazhul Qur’an halaman 737).
Hakikat Ilhad
Berdasarkan keterangan di atas, baik ditinjau dari segi bahasa maupun definisi yang
disampaikan para ulama, tampak bahwa istilah ilhad digunakan untuk segala tindakan yang
menyimpang dari kebenaran. Jadi, setiap penyimpangan dari kebenaran disebut ilhad. Tetapi
secara definitif istilah ini khusus digunakan untuk sikap yang menafikan sifat-sifat,
nama-nama, dan perbuatan Allah. Dengan kata lain, para mulhidun adalah mereka yang tidak
percaya adanya sifat-sifat, nama-nama, dan perbuatan Allah.
Berbeda dengan kafir yang di dalamnya bisa berupa pengingkaran kepada Allah,
menyekutukannya, dan pengingkaran terhadap nikmat-nikmatNya, ilhadilhad. Karenanya
–seperti dikatakan dalam buku Al-Furuuq Al-Lughawiyah– orang-orang Yahudi dan Nasrani
sekalipun mereka tergolong kafir, tetapi mereka tidak termasuk mulhiduun. Tetapi setiap
tindakan ilhad itu termasuk kafir. lebih kepada pengingkaran sifat-sifat, nama-nama, dan
perbuatan Allah saja. Dari sini tampak bahwa tidak setiap kafir itu
Bahaya-bahaya ilhaad
Pertama, bahwa para ulama sepakat bahwa tauhid mempunyai tiga dimensi, yaitu tauhid
uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma’ wa sifat. Karena ilhad adalah tindakan
menafikan sifa-sifat, nama-nama, dan perbuatan Allah, maka dengan melakukan ilhad
seseorang telah menghapus satu dimensi dari dimensi tauhid yang sudah baku. Para ulama
sepakat bahwa mengingkari salah satu dari dimensi-dimensi tauhid adalah kafir. Karena itu
orang-orang mulhid tergolong orang kafir.
Kedua, bahwa dengan menafikan sifat-sfat dan nama-nama Allah berarti seseorang telah
mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an yang menegaskan adanya nama-nama dan sifat-sifat Allah.
Para ulama sepakat bahwa mengingkari satu ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an adalah kafir.
Ketiga, bahwa mengingkari perbuatan Allah berarti mengingkari segala wujud di alam ini
sebagai ciptaanNya. Bila ini yang diyakini berarti telah mengingkari kekuasaan Allah sebagai
Pencipta. Mengingkari kekuasaan Allah adalah kafir.
An-Nifaaqu (Wajahnya Islam, Hatinya Kafir)
Imam Al-Ashfahani menerangkan bahwa an-nifaaq diambil dari kata an-nafaq artinya jalan
tembus. Dalam Al-Qur’an dikatakan:
السماءفيسلماأواألرضفينفقاتبتغيأناستطعتفإنإعراضهمعليككبركانوإنالجاهلينمنتكوننفالالهدىعلىلجمعهماهللاشاءولوبآيةفتأتيهم
“Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
8 of 9 01/10/2012 2:46
dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan
mu`jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah
menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali
termasuk orang-orang yang jahil.” [QS. Al-An'aam (6): 35]
Orang Arab berkata, naafaqal yarbu ‘binatang yarbu’ telah melakukan nifak, karena ia masuk
ke satu lubang lalu keluar dari lubang yang lain. Dalam pengertian ini kata an-nifaaq
digunakan. Sebab orang-orang munafik ketika bertemu dengan orang-orang Islam, mereka suka
menampakkan dirinya sebagai seorang muslim. Sementara ketika bertemu dengan
kawan-kawan mereka sesama kafir, mereka kembali lagi ke wajah mereka yang asli sebagai
orang-orang kafir.
Karenanya Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang
fasik.” [QS. At-Taubah (9): 67]
Ciri-ciri orang munafik
Di pembukaan surat Al-Baqarah, setelah menceritakan ciri-ciri orang-orang beriman dan
ciri-ciri orang-orang kafir, Allah lalu menceritakan ciri-ciri orang-orang munafik secara panjang
lebar. Ringkasnya sebagai berikut: (a) di mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah
dan hari Kiamat, sementara hati mereka kafir [lihat QS. Al-Baqarah (2): 8-10]. (b) Ketika
dikatakan kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka mengaku berbuat baik
[lihat QS. Al-Baqarah (2): 11-12]. (c) Ketika bertemu dengan orang-orang beriman, mereka
menampakan keimanan. Tetapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama setan,
mereka kembali kafir. (d) Ibarat orang berbisnis, mereka sedang membeli kekafiran dengan
keimanan. Sebab setiap saat wajah mereka berganti-ganti tergantung dengan siapa mereka
pada saat itu sedang bersama. (e) Ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka
menyalakan obor, seketika obor itu padam kembali. (f) Ibarat orang-orang yang ketakutan
mendengarkan petir saat hujan turun, mereka selalu menutup telinga karena takut
kebenaran yang disampaikan Rasulullah saw. masuk ke hati mereka.
Demikianlah hal-hal yang merusak kemurnian tauhid (baca: menghancurkan makna dua kalimat
syahadat), yang secara singkat setidaknya ada tiga: asy-syriku, al-ilhaadu, dan an-nifaqu.
Masing-masing dari komponen tersebut mempunyai tujuan sendiri, hanya saja syirik lebih
mengarah kepada sikap menyekutukan Allah, sementara ilhad lebih mengarah kepada sikap
menafikan sifat, asma, dan perbuatan Allah. Adapun nifaq lebih mengarah kepada penampilan
dengan wajah dua. Tetapi ujung-ujungnya sama: kekafiran. [yy/dakwatuna/foto: multiply.com]
< Prev Next >
Copyright © 2007 - 2012 Fiqhislam.comValid XHTML and CSS
Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...
9 of 9 01/10/2012 2:46