syirik dalam fiqih islam

9
Yang Membatalkan Syahadat Yang Membatalkan Syahadat search... Search AGENDA HOME SYARIAH.AKIDAH.IBADAH Blog Style ARTIKEL ISLAMI Blog Style TOKOH Blog Style MUALAF Blog Style ISLAM INDONESIA Blog Style DUNIA ISLAM Blog Style SEJARAH ISLAM DUNIA Blog Style ARTIKEL UMUM Blog Style BERITA.ARTIKEL TERKINI Bertemu Allah Pada Hari Kiamat Minggu, 30 September 2012 Penyebab Ditahannya Anugerah Dan Kemurahan Allah Minggu, 30 September 2012 Ketegangan di Myanmar Bisa Meluas Minggu, 30 September 2012 Tokoh Lintas Agama Turut Berunjuk Rasa di Depan Kedubes AS Minggu, 30 September 2012 Kerusuhan di Bangladesh, Kuil Budha Dibakar Minggu, 30 September 2012 Pasar Kuno Warisan Dunia Hangus Akibat Pertempuran di Suriah Minggu, 30 September 2012 BKKBN Sambut Fatwa Halal Vasektomi Minggu, 30 September 2012 KISPA Desak Pemerintah Identifikasi Semua Produk Israel di Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic... 1 of 9 01/10/2012 2:46

Upload: bengkel-las-dekorasi

Post on 06-Aug-2015

30 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Syirik Dalam Fiqih Islam

Yang Membatalkan SyahadatYang Membatalkan Syahadat

Senin, 1 Oktober 2012 - 15 Dzulkaedah 1433 H

search... Search

AGENDA

HOME

SYARIAH.AKIDAH.IBADAH

Blog Style

ARTIKEL ISLAMI

Blog Style

TOKOH

Blog Style

MUALAF

Blog Style

ISLAM INDONESIA

Blog Style

DUNIA ISLAM

Blog Style

SEJARAH ISLAM DUNIA

Blog Style

ARTIKEL UMUM

Blog Style

BERITA.ARTIKEL

TERKINI

Bertemu Allah Pada Hari

Kiamat

Minggu, 30 September 2012

Penyebab Ditahannya

Anugerah Dan

Kemurahan Allah

Minggu, 30 September 2012

Ketegangan di Myanmar

Bisa Meluas

Minggu, 30 September 2012

Tokoh Lintas Agama

Turut Berunjuk Rasa di

Depan Kedubes AS

Minggu, 30 September 2012

Kerusuhan di

Bangladesh, Kuil Budha

Dibakar

Minggu, 30 September 2012

Pasar Kuno Warisan

Dunia Hangus Akibat

Pertempuran di Suriah

Minggu, 30 September 2012

BKKBN Sambut Fatwa

Halal Vasektomi

Minggu, 30 September 2012

KISPA Desak Pemerintah

Identifikasi Semua

Produk Israel di

Indonesia

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

1 of 9 01/10/2012 2:46

Page 2: Syirik Dalam Fiqih Islam

Fiqhislam.com - Dengan mengucapkan dua kalimat

syahadat seseorang berarti telah mempersaksikan diri

sebagai hamba Allah semata. Kalimat Lailaaha illallahu

dan Muhammadur rasulullah selalu membekas dalam

jiwanya dan menggerakkan anggota tubuhnya agar tidak

menyembah selain Allah.

Baginya hanya Allah sebagai Tuhan yang harus ditaati,

diikuti ajaranNya, dipatuhi perintahnya, dan dijauhi

laranganNya. Caranya bagaimana, lihatlah pribadi Rasulullah saw. sebab dialah contoh hamba

Allah sejati.

Dalam pembukaan surat Al-Israa’, Allah telah mendeklarasikan bahwa Rasulullah saw. adalah

hambaNya.

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil

Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan

kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. Al Israa' (17): 1]

Begitu juga dalam pembukaan surat Al-Kahfi, Allah menegaskan bahwa Rasulullah adalah

hambaNya yang mendapat bimbingan Al-Qur’an.

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur’an)

dan dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. [QS. Al-Kahfi (18): 1]

Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa makna dua kalimat syahadat –yang intinya adalah

tauhid—harus benar-benar tercermin dalam jiwa dan perbuatan orang yang mengikrarkannya.

Dan bagi orang yang mengikrarkan syahadatain itu bentuk pengakuan dirinya sebagai hamba

Allah. Sebagai hamba Allah, orang yang berikrar tadi tidak ada pilihan kecuali mencontoh

pribadi Rasulullah saw. dalam segala sisi kehidupannya, baik dari sisi akidah dan ibadah,

maupun sisi-sisi lainnya seperti sikapnya terhadap istri dan pelayannya di rumah, pergaulannya

bersama-sahabatnya, akhlaknya dalam melakukan tansaksi bisnis dan kepemimpinannya

sebagai kepala Negara. Kenapa? Karena Rasulullah adalah seorang hamba Allah sejati yang

memang dibentuk sebagai figur ideal yang wajib dicontoh akhlaknya.

Untuk menjaga kemurnian tauhid, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw., seorang hamba

hendaknya menghindar jauh-jauh dari hal-hal yang merusak kemurnian tauhid sebagai

cerminan dua kalimat syahadat tersebut. Setidaknya ada tiga hal yang bisa membatalkan

syahadatnya, yaitu asy-syirkual-ilhaadu (menyimpang dari kebenaran), dan an-nifaaku

(berwajah dua, menampakkan diri sebagai muslim, sementara hatinya kafir). (menyekutukan

Allah),

Syirik (menyekutukan Allah)

Definisi syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat,

sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat

Allah seperti dzat makhlukNya. Akidah ini dianut oleh kelompok mujassimah. Syirik secara

sifat artinya seseorang meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah.

Dengan kata lain, mahluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah. Tidak ada bedanya

sama sekali.

Sedangkan syirik secara perbuatan artinya seseorang meyakini bahwa makhluk mengatur alam

semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik

secara ibadah artinya seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti

mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai Allah. Syrik-syirik dalam pengertian

tersebut, secara eksplisit maupun implisit, telah ditolak oleh Islam. Karenanya, seorang

muslim harus benar-benar berhat-hati dan menghindar jauh-jauh dari syirik-syirik seperti yang

telah diterangkan di atas.

Contoh bentuk-bentuk syirik ada banyak. Di antaranya;

Pertama, menyembah patung atau berhala (al-ashnaam). Allah swt. menyebutnya dalam ayat

berikut ini.

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat

di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan

bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu

Minggu, 30 September 2012

Ban Ki Moon : Presiden

Myanmar Janji Tangani

Konflik Etnik

Minggu, 30 September 2012

OKI Desak Myanmar

Akui Rohingya

Minggu, 30 September 2012

Mimpi Dua Kalimat

Syahadat Bimbing Areeb

Masuk Islam

Minggu, 30 September 2012

13 Akhlak Utama

Salafush Shalih

Minggu, 30 September 2012

Nikmat dan Musibah

Terbesar Menurut Islam

Minggu, 30 September 2012

Dahsyatnya Shalawat

Minggu, 30 September 2012

Para Pemimpin Muslim di

PBB Pertanyakan

Kebebabasan Bicara ala

Barat

Sabtu, 29 September 2012

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

2 of 9 01/10/2012 2:46

Page 3: Syirik Dalam Fiqih Islam

keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah

perkataan-perkataan dusta. [QS. Al Hajj (22): 30]

Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, “Wahai Bapakku, mengapa kamu

menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong

kamu sedikitpun?” [QS. Maryam (19): 42]

Menyembah matahari adalah bentuk syirik yang kedua. Allah menolak orang-orang yang

menyebah matahari, bulan, dan atau bintang.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam

enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang

yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan

bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan

dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. [QS. Al

A'raaf (7): 54]

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan

bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi

bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja

menyembah”. [QS. Fushshilat (41): 37]

Bentuk syirik yang ketiga adalah menyembah malaikat dan jin.

Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal

Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan)

bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, tanpa (berdasar) ilmu

pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. [QS.

Al An'aam (6): 100]

“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya

kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembah

kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab, “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung

kami, bukan mereka. Bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka

beriman kepada jin itu.”. [QS. Saba' (34): 40-41]

Bentuk syirik keempat adalah menyembah para nabi, seperti Nabi Isa a.s. yang disembah kaum

Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya sama-sama dianggap anak Allah.

Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putera Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata,

“Al masih itu putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka,

mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka,

bagaimana mereka sampai berpaling?” [QS. At-Taubah (9): 30]

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah ialah

Al-Masih putera Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil,

sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan

(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan

tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

[QS. Al-Maidah (5): 72]

Bentuk syirik yang kelima adalah menyembah rahib atau pendeta.

Allah berfirman, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka

sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera

Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada

Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka

persekutukan.”

Adi bin Hatim r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai hal tersebut, seraya berkata,

“Sebenarnya mereka tidak menyembah pendeta atau rahib mereka.”

Rasululah saw. menjawab, “Benar, tetapi para rahib atau pendeta itu telah

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

3 of 9 01/10/2012 2:46

Page 4: Syirik Dalam Fiqih Islam

mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, sementara mereka

mengikutinya. Bukankah itu tindak penyembahan terhadap mereka?”

Bentuk syirik yang keenam, menyembah Thaghuut. Istilah thaghuut diambil dari kata

thughyaan artinya melampaui batas. Maksudnya, segala sesuatu yang disembah selain Allah.

Setiap seruan para rasul intinya adalah mengajak kepada tauhid dan menjauhi thaghuut.

Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat

(untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu. Maka di antara

umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya

orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi

dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

[QS. An-Nahl (16): 36].

Dan tauhid yang murni tidak akan bisa dicapai tanpa menghindar dari menyembah

thaghuut. Allah berfirman, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa

yang ingkar kepada thaghuut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah

berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al-Baqarah (2): 256]

Allah bangga dengan orang-orang beriman yang menjauhi thaghuut. “Dan orang-orang yang

menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka

berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku.” [QS.

Az-Zumar (39): 17]

Bentuk syirik yang ketujuh adalah menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecendrungan

untuk melakukan keburukan. Seseorang yang menuhankan hawa nafsu, mengutamakan

keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan demikian ia telah mentaati hawa

nafsunya dan menyembahnya.

Allah berfirman, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya

sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” [QS.

Al-Furqaan (25): 43]

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai

tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah

mengunci mati pendengaran dan hatinya, dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?

Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).

Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS. Al-Jatsiyah (45): 23]

Macam-macam Syirik

Ada dua macam syirik, yaitu syirik besar dan syirik kecil. Masing-masing dari kedua macam ini

mempunyai dua dimesi: zhahir (tampak) dan khafiy (tersembunyi).

Syirik besar (asy-syirkul akbar) adalah tindakan menyekutukan Allah dengan makhlukNya.

Dikatakan syirik besar karena pelakunya tidak akan diampuni dosanya dan tidak akan masuk

surga.

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan

(sesuatu) dengan Dia; dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa

yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,

maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116]

Syirik besar ini dibagi dua dimensi: zhahir dan kafiy. Contoh syirik besat yang zhahir adalah

seperti menyembah bintang, matahari, bulan, patung-patung, batu-batu, pohon-pohon besar,

dan manusia (seperti menyembah Fir’un, raja-raja, Budha, Isa bin Maryam, malaikat, jin dan

Setan). Sementara yang khafiy bisa dicontohkan seperti meminta kepada orang-orang yang

sudah mati dengan keyakinan bahwa mereka bisa memenuhi apa yang mereka yakini, atau

menjadikan seseorang sebagai pembuat hukum, menghalalkan dan mengharamkan seperti yang

seharusnya menjadi hak Allah swt.

Adapun syirik kecil (asy-syirkul ashghar) adalah suatu tindakan yang mengarah kepada syirik,

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

4 of 9 01/10/2012 2:46

Page 5: Syirik Dalam Fiqih Islam

tetapi belum sampai ke tingkat keluar dari tauhid, hanya saja mengurangi kemurniannya.

Syirik kecil juga dua dimensi: dzahir dan khafiy. Yang zhahir bisa berupa lafal (pernyataan) dan

perbuatan.

Contoh yang berupa lafal adalah bersumpah dengan nama selain Allah dan mengarah ke syirik

seperti “demi Nabi, demi Ka’bah, demi kakek dan nenek.”

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Man halafa bighairillahi faqad kafara

wa asyraka (siapa yang bersumpah dengan selain Allah, maka ia kafir dan musyrik).”

(HR. Turmidzi nomor 1535).

Termasuk lafal yang mengarah ke syirik pernyataan, “Kalau tidak karena Allah dan si fulan

niscaya ini tidak akan terjadi.” Contoh yang lain adalah memberikan nama anak dengan Abdul

Ka’bah dan lain sebagainya.

Adapun contoh syirik kecil zhahir yang berupa perbuatan seperti mengalungkan jimat dengan

keyakinan bahwa itu bisa menyelamatkan dari mara bahaya.

Syirik kecil yang khafiy biasanya berupa niat atau keinginan, seperti riya’ dan sum’ah. Yaitu

melakukan tindak ketaatan kepada Allah dengan niat ingin dipuji orang. Seperti menegakkan

shalat dengan tampak khusyu’ karena sedang di samping calon mertua. Seseorang berbuat

seperti itu dengan harapan supaya dipuji sebagai orang shalih. Padahal di saat sendirian,

shalatnya tidak demikian. Riya’ adalah termasuk dosa hati yang sangat berbahaya. Karena itu,

Islam sangat memperhatikan sebab perbuatan hati adalah faktor yang menentukan bagi baik

tidaknya perbuatan zhahir.

Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)

sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti

orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman

kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di

atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih

(tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan;

dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Baqarah (2):

264]

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Man samma’a sammallahu bihii, waman

yaraa’ii yaraaillahu bihii (siapa yang menampakkan amalnya dengan maksud riya’ Allah

akan menyingkapnya di hari Kiamat, dan siapa yang menunjukkan amal shalihnya

dengan maksud ingin dipuji orang, Allah mengeluarkan rahasia tersebut di hari

Kiamat).” (HR. Bukhari 11/288 dan Muslim nomor 2987)

Bahaya-bahaya Syirik

Perbuatan syirik sangat berbahaya. Berikut ini beberapa bahaya yang akan menimpa

orang-orang pelaku syirik.

Pertama, syirik adalah kezhaliman yang nyata.

Allah berfirman, “Innasy syirka ladzlumun adziim (sesungguhnya mempersekutukan

Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar).” [QS. Luqman (31): 13].

Mengapa disebut kezhaliman yang besar? Sebab dengan berbuat syirik seseorang telah

menjadikan dirinya sebagai hamba makhluk yang sama dengan dirinya yang tidak berdaya

apa-apa.

Kedua, syirik merupakan sumber khurafat. Sebab, orang-orang yang meyakini bahwa selain

Allah –seperti bintang, matahari, kayu besar dan lain sebagainya– bisa memberikan manfaat

atau bahaya, berarti ia telah siap melakukan segala khurafat dengan mendatangi para dukun,

kuburan-kuburan angker, dan mengalungkan jimat di lehernya.

Ketiga, syirik adalah sumber ketakutan dan kesengsaraan.

Allah berfirman, “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut

disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak

menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah

seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim.” [QS. Ali Imran (3): 151]

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

5 of 9 01/10/2012 2:46

Page 6: Syirik Dalam Fiqih Islam

Keempat, syirik merendahkan derajat kemanusiaan si pelakunya.

Allah berfirman, “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia

seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke

tempat yang jauh.” [QS. Al-Hajj (22): 31]

Kelima, syirik menghancurkan kecerdasan manusia.

Allah berfirman, “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat

mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan. Dan

mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah.’

Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya

baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’ Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang

mereka mempersekutukan (itu).” [QS. Yunus (10): 18]

Keenam, di akhirat nanti orang-orang musyrik tidak akan mendapatkan ampunan Allah dan

akan masuk neraka selama-lamanya.

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan

(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa

yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,

maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116]

Allah juga berfirman, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)

Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka.

Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [QS. Al-Maidah (5): 72]

Sebab-sebab Syirik

Ada tiga sebab fundamental munculnya prilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dha’ful

iiman (lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).

Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam

disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana

yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat

syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecendrungan berbuat syirik

semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan

utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu

bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya

para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.

Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dha’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang

imannya lemah cendrung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat.

Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai

diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan

jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena

ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi

presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap

memikat hati orang banyak.

Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang

menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak

nenek moyang mereka.

Allah berfirman, “Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami

mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh

kami mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh

(mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah

apa yang tidak kamu ketahui?” [QS. Al-A'raf (7): 28]

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.”

Mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati

dari (perbuatan) nenek moyang kami.” “(Apakah mereka akan mengikuti juga),

walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak

mendapat petunjuk?” [QS. Al-Baqarah (2): 170]

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

6 of 9 01/10/2012 2:46

Page 7: Syirik Dalam Fiqih Islam

Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan

mengikuti Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati

bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek

moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan

tidak (pula) mendapat petunjuk?” [QS. Al-Maidah (5): 104]

Al-Ilhaadu (Menyimpang Dari Kebenaran)

Istilah Al-Ilhaadu digunakan Al-Qur’an di banyak tempat. Kadang berbentuk kata yulhiduun

seperti di surat Al-A’raf (7): 180, An-Nahl (16): 103, dan Fushshilat (41): 40.

يعملونكانواماسيجزونأسمائهفييلحدونالذينوذروابهافادعوهالحسنىاألسماءوهللا

Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut

asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran

dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa

yang telah mereka kerjakan. [QS. Al-A'raf (7): 180]

عربيلسانوهذاأعجميإليهيلحدونالذيلسانبشريعلمهإنمايقولونأنهمنعلمولقدمبين

Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an

itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Padahal bahasa orang

yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa `ajam, sedang

Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang. [QS. An-Nahl (16): 103]

يومءامنايأتيمنأمخيرالنارفييلقىأفمنعلينايخفونالءاياتنافييلحدونالذينإنبصيرتعملونبماإنهشئتممااعملواالقيامة

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka

tidaktersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam

neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari

kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang

kamu kerjakan.” [QS. Fushshilat (41): 40]

Kadang munucul dalam berbentuk kata ilhaad seperti dalam surat Al-Hajj (22): 25 ini.

العاكفسواءللناسجعلناهالذيالحراموالمسجداهللاسبيلعنويصدونكفرواالذينإنأليمعذابمننذقهبظلمبإلحادفيهيردومنوالبادفيه

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan

Masjidil Haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di

situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan

kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang

pedih.”

Dan kadang berbentuk kata multahadaa seperti di surat Al-Kahfi (18): 27 dan Al-Jin (72): 22.

ملتحدادونهمنتجدولنلكلماتهمبدلالربككتابمنإليكأوحيماواتل

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al-Qur’an).

Tidak ada (seorangpun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak

akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.” [QS. Al-Kahfi (18): 27]

ملتحدادونهمنأجدولنأحداهللامنيجيرنيلنإنيقل

Katakanlah, “Sesungguhnya sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari

(azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain

daripada-Nya.” [QS. Al-Jin (72): 22.

Arti al-ilhaad menurut para ulama

Al-Farra' mengatakan bahwa kata yulhiduun atau yalhaduun artinya condong kepadanya. Imam

Al-Harrani dari Ibn Sikkit mengatakan, al-mulhid artinya orang yang menyimpang dari

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

7 of 9 01/10/2012 2:46

Page 8: Syirik Dalam Fiqih Islam

kebenaran, dan memasukkan sesuatu yang lain kepadanya.

Dalam Lisanul Arab dikatakan, al-ilhaad artinya menyimpang dari maksud yang sebenarnya.

Meragukan Allah juga termasuk ilhaad. Dikatakan juga bahwa setiap tindak kedzaliman dalam

bahasa Arab disebut ilhaad. Karenanya, dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa monopoli

makanan di Tanah Haram itu termasul ilhad. Ketika dikatakan laa tulhid fil hayaati itu artinya

jangan kau menyimpang dari kebenaran selama hidupmu.

Imam Ashfahani dalam bukunya Mufradaat Alfazhil Qur'an mengatakan bahwa kata al-ilhaad

artinya menyimpang dari kebenaran. Dalam hal ini –kata Al Ashfahani-- ada dua makna:

pertama, ilhad yang identik dengan syirik, bila ini dilakukan maka otomatis seseorang menjadi

kafir. Kedua, ilhad yang mendekati syirik, ini tidak membuat seseorang menjadi kafir, tetapi

setidaknya telah mengurangi kemurnian tauhidnya. Termasuk sikap ini apa yang diganbarkan

dalam firman Allah berikut ini.

أليمعذابمننذقهبظلمبإلحادفيهيردومن

"Siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya akan

Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih." [QS. Al-Hajj (22): 25]

Dalam menafsirkan ayat أسمائهفييلحدونالذينوذروا (dan tinggalkanlah orang-orang yang

menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya), Imam Al-Ashfahani

menyebutkan bahwa ada dua macam dalam ilhaad kepada nama-nama Allah: pertama,

mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas disebut sebagai sifat Allah, dan kedua,

menafsirkan nama-nama Allah dengan makna yang tidak sesuai dengan keagunganNya (lihat

Mufradat Alfaazhul Qur’an halaman 737).

Hakikat Ilhad

Berdasarkan keterangan di atas, baik ditinjau dari segi bahasa maupun definisi yang

disampaikan para ulama, tampak bahwa istilah ilhad digunakan untuk segala tindakan yang

menyimpang dari kebenaran. Jadi, setiap penyimpangan dari kebenaran disebut ilhad. Tetapi

secara definitif istilah ini khusus digunakan untuk sikap yang menafikan sifat-sifat,

nama-nama, dan perbuatan Allah. Dengan kata lain, para mulhidun adalah mereka yang tidak

percaya adanya sifat-sifat, nama-nama, dan perbuatan Allah.

Berbeda dengan kafir yang di dalamnya bisa berupa pengingkaran kepada Allah,

menyekutukannya, dan pengingkaran terhadap nikmat-nikmatNya, ilhadilhad. Karenanya

–seperti dikatakan dalam buku Al-Furuuq Al-Lughawiyah– orang-orang Yahudi dan Nasrani

sekalipun mereka tergolong kafir, tetapi mereka tidak termasuk mulhiduun. Tetapi setiap

tindakan ilhad itu termasuk kafir. lebih kepada pengingkaran sifat-sifat, nama-nama, dan

perbuatan Allah saja. Dari sini tampak bahwa tidak setiap kafir itu

Bahaya-bahaya ilhaad

Pertama, bahwa para ulama sepakat bahwa tauhid mempunyai tiga dimensi, yaitu tauhid

uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma’ wa sifat. Karena ilhad adalah tindakan

menafikan sifa-sifat, nama-nama, dan perbuatan Allah, maka dengan melakukan ilhad

seseorang telah menghapus satu dimensi dari dimensi tauhid yang sudah baku. Para ulama

sepakat bahwa mengingkari salah satu dari dimensi-dimensi tauhid adalah kafir. Karena itu

orang-orang mulhid tergolong orang kafir.

Kedua, bahwa dengan menafikan sifat-sfat dan nama-nama Allah berarti seseorang telah

mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an yang menegaskan adanya nama-nama dan sifat-sifat Allah.

Para ulama sepakat bahwa mengingkari satu ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an adalah kafir.

Ketiga, bahwa mengingkari perbuatan Allah berarti mengingkari segala wujud di alam ini

sebagai ciptaanNya. Bila ini yang diyakini berarti telah mengingkari kekuasaan Allah sebagai

Pencipta. Mengingkari kekuasaan Allah adalah kafir.

An-Nifaaqu (Wajahnya Islam, Hatinya Kafir)

Imam Al-Ashfahani menerangkan bahwa an-nifaaq diambil dari kata an-nafaq artinya jalan

tembus. Dalam Al-Qur’an dikatakan:

السماءفيسلماأواألرضفينفقاتبتغيأناستطعتفإنإعراضهمعليككبركانوإنالجاهلينمنتكوننفالالهدىعلىلجمعهماهللاشاءولوبآيةفتأتيهم

“Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

8 of 9 01/10/2012 2:46

Page 9: Syirik Dalam Fiqih Islam

dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan

mu`jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah

menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali

termasuk orang-orang yang jahil.” [QS. Al-An'aam (6): 35]

Orang Arab berkata, naafaqal yarbu ‘binatang yarbu’ telah melakukan nifak, karena ia masuk

ke satu lubang lalu keluar dari lubang yang lain. Dalam pengertian ini kata an-nifaaq

digunakan. Sebab orang-orang munafik ketika bertemu dengan orang-orang Islam, mereka suka

menampakkan dirinya sebagai seorang muslim. Sementara ketika bertemu dengan

kawan-kawan mereka sesama kafir, mereka kembali lagi ke wajah mereka yang asli sebagai

orang-orang kafir.

Karenanya Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang

fasik.” [QS. At-Taubah (9): 67]

Ciri-ciri orang munafik

Di pembukaan surat Al-Baqarah, setelah menceritakan ciri-ciri orang-orang beriman dan

ciri-ciri orang-orang kafir, Allah lalu menceritakan ciri-ciri orang-orang munafik secara panjang

lebar. Ringkasnya sebagai berikut: (a) di mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah

dan hari Kiamat, sementara hati mereka kafir [lihat QS. Al-Baqarah (2): 8-10]. (b) Ketika

dikatakan kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka mengaku berbuat baik

[lihat QS. Al-Baqarah (2): 11-12]. (c) Ketika bertemu dengan orang-orang beriman, mereka

menampakan keimanan. Tetapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama setan,

mereka kembali kafir. (d) Ibarat orang berbisnis, mereka sedang membeli kekafiran dengan

keimanan. Sebab setiap saat wajah mereka berganti-ganti tergantung dengan siapa mereka

pada saat itu sedang bersama. (e) Ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka

menyalakan obor, seketika obor itu padam kembali. (f) Ibarat orang-orang yang ketakutan

mendengarkan petir saat hujan turun, mereka selalu menutup telinga karena takut

kebenaran yang disampaikan Rasulullah saw. masuk ke hati mereka.

Demikianlah hal-hal yang merusak kemurnian tauhid (baca: menghancurkan makna dua kalimat

syahadat), yang secara singkat setidaknya ada tiga: asy-syriku, al-ilhaadu, dan an-nifaqu.

Masing-masing dari komponen tersebut mempunyai tujuan sendiri, hanya saja syirik lebih

mengarah kepada sikap menyekutukan Allah, sementara ilhad lebih mengarah kepada sikap

menafikan sifat, asma, dan perbuatan Allah. Adapun nifaq lebih mengarah kepada penampilan

dengan wajah dua. Tetapi ujung-ujungnya sama: kekafiran. [yy/dakwatuna/foto: multiply.com]

< Prev Next >

Copyright © 2007 - 2012 Fiqhislam.comValid XHTML and CSS

Fiqhislam.com - Agenda Muslim http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=artic...

9 of 9 01/10/2012 2:46