swot new

42
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six) Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.

Upload: untung-edi-purwanto

Post on 08-Apr-2016

188 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta

masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta

mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia, khususnya di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six)

Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu

pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawab dalam

kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,

ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir

dengan komplikasi, bayi, dan balita.

Keberhasilan program KIA menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu prioritas utama pembangunan

kesehatan di Indonesia. Survei Demografi Indonesia tahun 2007 menunjukkan

bahwa Angka Kematian Ibu yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka

Kematian Bayi sebanyak 34 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi

Baru Lahir (AKN) sebanyak 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan

kesepakatan global (Millenium Development Goal/MDG’s 2000) pada tahun

2015 diharapkan angkan kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007

menjadi 102 dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi

23. Angka kematian ibu di Kabupaten Wonosobo tahun 2011 yaitu 112 per

100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 13 per 1000 kelahiran hidup,

sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan angka kematian ibu menjadi 129

per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 12 per 1000 kelahiran

hidup. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi disebabkan oleh dua

hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya persalinan

terlantar dan terlambatnya melakukan rujukan (Manuaba, 2008).

Oleh karena pentingnya kesehatan ibu dan anak sebagai salah satu indikator

kesehatan, maka penulis mengangkatkan makalah Evaluasi Pelaksanaan

Program KIA di Puskesmas Leksono II sebagai perbandingan bagi puskesmas

lain dan sebagai evaluasi bagi Puskesmas Leksono II sendiri untuk memberikan

pelayanan yang lebih baik di bidang KIA di masa yang akan datang.

B. Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan

Pelaksanaan program KIA di Puskesmas Leksono II.

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui program KIA di Puskesmas Leksono II

2. Mengetahui pelaksanaan program KIA di Puskesmas Leksono II.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk

pada berbagai literatur, laporan tahunan dan laporan bulanan Puskesmas

Leksono II, dan diskusi dengan Kepala puskesmas dan pemegang program KIA

Puskesmas Leksono II.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN KIA

Program pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu

prioritas utama pembangunan kesehatan dan menjadi masalah nasional karena

sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada generasi

mendatang. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi

ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah

menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu. Sasaran Deklarasi

Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar

semua  Negara, diantaranya adalah : Meningkatkan kesehatan ibu dengan  target

untuk 2015 : Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses

melahirkan.

Hasil survei menunjukkan bahwa AKI di Indonesia telah turun menjadi 307

per 100.000 kelahiran hidup antara 1998–2001, hal itu perlu ditafsirkan secara

hati-hati mengingat keterbatasan metode penghitungan yang digunakan. Dari lima

juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu

meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan

seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa

terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat

laju penurunannya.

Menurut WHO (2005), angka kematian ibu di dunia sekitar 470/100.000

kelahiran hidup atau setengah juta wanita meminggal setiap tahunnya disebabkan

karena kehamilan. Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara berkembang

Asia dan Afrika dengan 480/100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan

negara maju (27/100.000). Sebagian besar juga terjadi di negara berpendapatan

menengah ke bawah.

Angka kematian ibu (AKI) melahirkan yang terjadi pada saat kehamilan

maupun  persalinan,  42  hari  pasca  persalinan    di  Indonesia  masih  tinggi

dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya, di Negara kita AKI masih

menduduki urutan tertinggi di negara ASEAN. AKI di Indonesia masih relatif

lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN. Risiko

kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan

dengan 1 dari 1.100 di Thailand. Berdasarkan kesepekatan internasional, tingkat

kematian maternal (maternal Mortality Rate) didefinisikan sebagai jumlah

kematian maternal selama 1 tahun dalam 100.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah

menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk

mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan

komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

B. ANALISIS SWOT

Analisa SWOT sendiri memiliki tujuan untuk memisahkan masalah pokok dan

memudahkan pendekatan strategis dalam suatu bisnis atau organisasi. SWOT

adalah sebuah singkatan dari Strenghths (S), Weakness (W), Opportunities (O),

dan Threats (T).

Banyak para ahli mendefinisikan arti analisis SWOT. Stephen Pelayanan

Mary dan Robbins Coulter (1999, 229) mendefinisikan analisis SWOT adalah

suatu analisis organisasi dengan menggunakan kekuatan, kelemahan, kesempatan

serta ancaman dari lingkungan. Menurut Rangkuti, Freddy (2000 : 18), analisis

SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

strategi perusahaan.

“Definisi analisa SWOT secara umum adalah metode perencanaan

strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan

(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam

suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.”

Penjelasan dari masing-masing SWOT , sebagai berikut:

1. Strenghts (kekuatan)

Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau

program pada saat ini. Strenght  ini bersifat internal dari organisasi atau

sebuah program.

2. Weaknesses (Kelemahan)

 Adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau

sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh

organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah

kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak

diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang

sudah ada.

3. Opportunity (kesempatan)

Adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan

kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk

memanfaatkannya. Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang

dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa

respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat.

4. Threat (ancaman)

Adalah faktor negative dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi

berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program. Ancaman

ini adalah hal yang terkadang selalu terlewat dikarenakan banyak yang ingin

mencoba untuk kontroversi atau out of stream (melawan arus) namun pada

kenyataannya organisasi tersebut lebih banyak layu sebelum berkembang.

C. PEMERIKSAAN DAN PELAYANAN ANTENATAL TERFOKUS

STRENGTHS    WEAKNESSES                  Skills and abilities                  Funding lines                  Commitment to positions                  Contacts and partners                  Existing activitiesOPPORTUNITIES  THREATS                  Other organizations relevant to issue                  Resources : financial, technical, human                  Political and policy space                  Other groups or forces

1. Tujuan focused antenatal care

a. Menjelaskan antenatal care (ANC )

b. Mendiskusikan frekuensi dari waktu kunjungan antenatal

c. Menjelaskan elemen dasar rencana persalinan termasuk persiapan

menghadapi komplikasi

d. Menjelaskan keterampilan interpersonal interpersonal untuk melakukan

ANC yang efektif

e. Menjelaskan komponen pencataan untuk memeriksa ANC

2. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan  ( surbival) ibu dan bayi baru lahir

melalui

a. Deteksi dini dan pengobatan pada masalah dan komplikasi

b. Pencegahan komplikasi dan penyakit

c. Persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi

d. Promosi kesehatan

3. Pelayanan antenatal tradisional

a. Penekanan

1) Bersifat ritual, pelayanan rutin, berdasarkan bukti ilmiah, intervensi

terarah pada tujuan

2) Kunjungan yang sering

3) Tujuan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan klien

Tidak lagi di anjurkan :

1) Kunjungan rutin berulang kali

2) Membebani perempuan dan system pelayanan kesehatan

b. Pengukuran dan pemeriksaan urine

1) Berat badan dan tinggi badan ibu

2) Edema

3) Protein Urine

4) Posisi janin sebelum 36 minggu

c. Pelayanan berdasarkan pada penelitian risiko

4. Pendekatan risiko bukan merupakan strategi ANC yang efektif, karena

a. Penekanan

1) Bersifat ritual,pelayanan rutin, berdasarkan bukti ilmiah, intervensi

terarah pada tujuan

2) Kunjungan yang sering

3) Tidak memberikan perhatian khusus pada kebutuhan klien

4) Pada umumnya ibu dengan risiko tinggi,menjalani persalinan tanpa

komplikasi

5) Penggunaan secara tidak efisien sumber daya yang terbatas

6) Pelayanan antenatal terfokus

b. Berdasarkan bukti ilmiah ( evidence based ) intervensi mengarah pada

tujuan :

1) Membicarakan masalah kesehatan yang sering terjadi dan

berpengaruh pada ibu serta BBL

2) Disesuaikan uuntuk populasi / daerah tertentu

3) Sesuai dengan usia kehamilan

4) Berdasarkan pemikiran rasional yang  kuat

5) Individual, terfokus pada pelayanan pada ibu berdasarkan :

a) Kebutuhan dan kecemasaan spesifik

b) Riwayat, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

c) Sumber daya yang tersedia

D. PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

1. K1

Diisi dengan jumlah ibu hamil yang kontak dengan petugas pertama kali dan

diberi buku KIA

2. K2

a.  Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling

sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang di

anjurkan adalah satu kali dalam triwulan pertama, satu  kali pada triwulan

kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan

b. Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup

minimal :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Ukur tekanan darah

3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toksoid

4) Ukur tinggi fundus uteri

5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama hamil )

6) Temu wicara ( pemberian komunikasi interpersonal  dan konseling )

7) Test labortorium sederhana ( hb, protein urine ) dan atau

berdasarkan  indikasi (HbsAG, Sifilis , HIV,Malaria,TBC )

3. TT 1 (Pertama )

Ibu hamil yang mendapat kan suntikan tetanus toksoid pertama kali dari hasil

penelusuran / riwayat mendpatkan iminisasi TT.

4. TT 2 ( Kedua )

Pemberian  tetanus toksoid yang diberikan kedua kali dengan interval

pemberian dengan TT yang pertama berjarak minimal 1 bulan

5. TT 5 (Long Life )

Pemberian TT dengan dosis ke 5 yang diberikan dengan interval suntikan ke

empat minimal 1 tahun.

6. Fe 1

Pemberian tablet besi sebanyak 30 tablet dan diberikan pada

periode  trimester  kehamilan pertama

7. Fe 3

Pemberian tablet besi sebanyak 30 tablet dan diberikan dengan interval

dengan suntikan trimester pertama.

8. Deteksi resiko tenaga kesehatn

Penapisan deteksi adanya risiko yang dapat berakibat buruk pada kehamilan,

persalinan ,dan saat nifas yang ditemukan oleh tenaga kesehatan pada periode

waktu yang ada dalam satu wilayah

9. Masyarakat

Penapisan deteksi adanya risiko yang dapat berakibat buruk pada kehamilan,

persalinan ,dan saat nifas yang ditemukan oleh  pada masyarakat ( kader,

dukun, masyarakat ) pada periode waktu yang ada dalam satuan wilayah.

10. Rujukan kasus resiko tinggi

Jumlah kasus kedaruratan / penyakit / factor resiko yang dilakukan rujukan

dipelayanan lanjut pada peride waktu  yang ada dalam satuan wilayah

tertentu.

a) Rujukan resiko tinggi maternal terdiri dari ibu hamil bersalin dan nifas )

b) Rujukan resiko tinggi neonatal.neonatus adalah bayi umur 1-28 hari yaitu

rujukan pada bayi karena penyakit atau kelainan yang dapat

menyebabkankesakitan,kecacatan,dan kematian.neonatus dengan

komplikasi: asfiksia, ikterik, hipotermi, tetanus

neonatorum,infeksi/sepsis,trauma lahir,BBLR, Sindrom gangguan

pernafasaan, kelainan congenital.

BAB III

ANALISA SITUASI

A. GAMBARAN UMUM

1. Kondisi Geografi

Puskesmas Leksono II berada di wilayah Kecamatan Leksono, terletak

antara 32º LS dan 22º derajad LU dan berada di sebelah Barat Ibukota

Kabupaten Wonosobo dengan jarak 10 km dari ibu kota kabupaten,

dan 115 km dari Ibukota Propinsi Jawa Tengah.

2. Luas Wilayah Kerja

Wilayah Puskesmas Leksono II mempunyai luas wilayah 1410,721 ha

yang terbagi menjadi tanah sawah seluas 1.364,576 Ha dengan

pengairan irigasi teknis, setengah teknis, dan sederhana, serta tanah

bukan sawah seluas 418,98 Ha yang terbagi atas tanah pekarangan,

tegalan, hutan Negara, kolam, dan perkebunan.

3. Batas Wilayah Kerja

Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Leksono II berbatasan

kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah

Puskesmas Leksono II. Batas - batas wilayah kerja Puskesmas

Leksono II yaitu :

Utara : Kelurahan Leksono

Timur : Kecamatan Selomerto

Selatan : Kecamatan Kaliwiro

Barat : Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara

Umumnya masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan

mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke puskesmas.

4. Ketinggian

Wilayah Puskesmas Leksono II merupakan daerah dataran tinggi, yang

keadaan tanahnya bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung

yang jenis tanahnya adalah jenis tanah regosol. Wilayah Puskesmas

Leksono II berada pada ketinggian 600 meter sampai dengan 972

meter diatas permukaan laut dengan suhu 18º Celcius sampai dengan

29º Celcius.

5. Desa di Wilayah Kerja

a. Wilayah Puskesmas Leksono II terdiri dari 5 Desa sebagai berikut :

1) Sawangan dengan 6 dusun

2) Lipursari dengan 3 dusun

3) Selokromo dengan 2 dusun

4) Jlamprang dengan 5 dusun

5) Wonokerto dengan 2 dusun

Dari 5 Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Leksono II,

secara keseluruhan telah berstatus Desa Siaga aktif.

6. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas

Leksono II selama tahun 2013 adalah : 13094 jiwa dengan distribusi

kependudukan menurut desa sebagai berikut:

Sawangan : 3459 jiwa

Lipursari : 2145 jiwa

Selokromo : 2816 jiwa

Jlamprang : 2747 jiwa

Wonokerto : 1927 jiwa

7. Tingkat pendidikan masyarakat wilayah Leksono II relatif rendah

karena 57,8 % hanya mengenyam pendidikan SD. Selain itu hanya

13,10 % yang melanjutkan pendidikan setelah lulus SLTP.

Tabel 3.1. Penyebaran tingkat pendidikan masyarakat di wilayah Leksono II

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PENDUDUK

Tidak pernah sekolah 275

Tidak tamat SD 1.723

Belum tamat SD 149

SD/MI 7.341

SLTP 1.664

SLTA 1.336

Akademi/Perguruan Tinggi 214

12.700

8. Pekerjaan sebagian besar penduduk di wilayah Leksono II adalah di

sektor pertanian yakni mencapai 70,2 %, baik sebagai petani

penggarap maupun buruh tani. Yang lain adalah di bidang peternak,

perdagangan, industri, bangunan, angkutan, PNS/ABRI, dan lain-lain.

B. GAMBARAN KHUSUS

1. Sumber Daya Kesehatan

Untuk melaksanakan kegiatan program demi mendukung SPM,

MDG’S dan Renstra serta melakukan pelayanan kesehatan rawat jalan,

puskesmas Leksono II perlu didukung oleh Sumber Daya Kesehatan

(SDK). Sumber daya kesehatan di puskesmas Leksono II beberapa

belum memadai. Secara rinci sumber daya yang tersedia adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.2. Sarana dan Prasarana di Puskesmas Leksono II Tahun 2013

Sarana Pelayanan KesehatanPustu PKD

Lainy

aKondisi

N

ODesa

Puskesma

s

1 Sawangan 1 - - - Baik

2 Lipursari - - 1 - Baik

3 Selokromo - - 1 - Baik

4 Jlamprang - - 1 - Baik

5 Wonokerto - - 1 - Baik

Jumlah 1 - 4 -

Sumber Data : Puskesmas Leksono I I

Tabel 3.3. Sumber Daya Manusia di Puskesmas Leksono II Tahun 2013

NO Kualifikasi

Pendidikan Terakhir Status Kepegawaian

Kedokteran/S1S2

Kesehatan

S2 Non

Kesehata

n

Jml PNS/CPNS PTTHonore

rLainnya Jml

1 Dokter 1 - - 1 1 - - - 1

2 Dokter gigi - - - - - - - - -

3 Perawat gigi - - - - - - - - -

4 Perawat - - - - 6 - - - 6

5 Bidan 5 1 - - 6

6 Apoteker - - - - - - - - -

7Asisten

Apoteker- - - - - - - - -

8 Gizi - - - - - - - - -

9 Sanitarian - - - - 1 - - - 1

10 Promkes - - - - - - - - -

11 Rekamedis - - - - - - - - -

12 Laborat - - - - - - - - -

14

Tenaga

Administrasi

dan Pekarya

- - - - - - - 1 1

Jumlah 1 - - - 13 1 - 1 15

Sumber Data : Data Kepegawaian Puskesmas Leksono I I

Tabel 3.4. Alat Transportasi di Puskesmas Leksono II Tahun 2013.

Sumber Data : Puskesmas Leksono I I

Tabel 3.5. Sumber Daya Keuangan Puskesmas Leksono II Tahun 2013

NO SUMBER DANA JUMLAH KETERANGAN1 APBD Kab. Wonosobo 108.000.000 100% dari pendapatan

restribusi puskesmas2 BOK 40.000.000 Untuk preventif &

kuratif3 Jamkesmas Sistem Kapitasi4 Lain-lain Insidentil

Keseluruhan SDK yang ada akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan

program kesehatan masyarakat dan melakukan pelayanan kesehatan

perorangan dengan sasaran yang beberapa sasaran telah dapat diperkirakan

jumlahnya seperti tersebut dalam tabel dibawah :

Tabel 3.6. Data Cakupan Program KIA di Wilayah Puskesmas Leksono II

No Desa K1 K4 Resti Nakes Resti Masyarakat

Persalinan Nakes Neonatal

1 Sawangan 101,58 101,58 50,79 7,9 103 118

2 Selokromo 82,69 73,07 28,8 5,76 73,46 102

3 Lipursari 94,87 99,23 20,50 10,25 97,29 111

4 Jlamprang 64 58 34 4 108 105

5 Wonokerto 94,28 95,28 60 8,57 109 109

PUSKESMAS 85,12

BAB IV

NOJenis

Spesifikasi KondisiRoda Dua Pusling Ambulan Lainnya

1 7 - 1 - 8 Baik -Jumlah 7 - 1 - 8 Baik -

ANALISIS SWOT

1. Strengths (kekuatan)

a.  Tenaga kesehatan terjun langsung ke masyarakat dengan melakukan

pemeriksaan secara langsung melalui posyandu kepada ibu hamil, nifas dan

balita.

b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan.

c. Bentuk pelayanan kesehatan bagi keluarga difokuskan pada pelayanan

kesehatan ibu (yaitu pelayanan kebidanan dasar, pertolongan persalinan dan

pelayanan nifas).

d. Bumil telah menerima pelayanan rujukan baik ke Puskesmas perawatan

maupun ke rumah sakit.

e. Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA langsung di tengah-tengah

masyarakat bekerja sama dengan masyarakat setempat baik individu,

kelompok, tenaga kesehatan lain (bidan desa, dukun, dokter, dsb).

f. Meningkatnya motivasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan

g. Pelayanan yang diberikan cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat mengenai masalah kesehatan.

2. Weakness (kelemahan)

a. Cakupan K1 masih rendah, yaitu 85,12%

b. Cakupan K4 masih rendah, yaitu 78,51%

c. Cakupan Resti oleh mayarakat masih kurang, yaitu 7,43%

d. Cakupan persalinan nakes 96,95% ( masih ada Desa dengan cakupan

persalinan 73,46%).

e. Masih ada ibu hamil KEK sebanyak 11 orang.

f. Angka kejadian AB sebanyak 9 kasus selama tahun 2013, IUGR 1 kasus,

IUFD 1 kasus, ibu hamil dengan anemia 2 ibu hamil.

g. Masih ada 11 balita gizi kurang.

h. Cakupan imunisasi BCG masih kurang, yaitu 88,6%.

i. Pada ruang KIA KB belum ada jangka panggul, set untuk penanganan

anafilaktik syok.

j. Ibu hamil belum dilakukan pemeriksaan Hb secara rutin pada TM I dan TM

III, serta belum dilakukan tes protein urin mulai kehamilan TM II.

k. Ibu hamil belum dilakukan pemeriksaan gigi setidaknya pada setiap

kunjungan pertama kali di Puskesmas.

l. Pada tindakan KB dan imunisasi belum dilakukan informed consent.

m. Belum ada jadwal/ tanggal ED sterilisasi alat KB.

n. Ketenagaan:Kekurangan tenaga(Administrasi,Kesehatan Lingkungan,Analis

Laborat,Asisten Apoteker,Penjaga malam/tukang kebun )

o. Kurangnya tenaga yang sesuai dengan tupoksi, misal tenaga laboratorium

laksanakan perawat, tenaga gizi di pegang oleh Bidan

p. Fasilitas :

- Mebelair belum terpenuhi

- SIK belum memadai

- Aula/ruang pertemuan belum ada

- Sarana untuk penyuluhan belum ada (pengeras suara,

Laptop,LCD,VCD,dll

q. Belum ada sasaran mutu pelayanan, jaminan mutu layanan (survey kepuasan

pelanggan ),belum ada kotak saran atau layanan aduan masyarakat

3. Opportunities (peluang)

a. Semua Desa sudah mempunyai Bidan di Desa.

b. Adanya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam peningkatan

kesehatan ibu.

c. Adanya Posyandu yang aktif di setiap Desa.

d. Adanya keterlibatan kader dalam kegiatan posyandu.

e. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui sistem JPKM melalui

program BPJS dan Jamkesmas.

f. Pemerintah telah mensukseskan program kesehatan ibu dan anak melalui

peningkatan dan memperluas sarana dan prasarana kesehatan.

g. Adanya peraturan dari pemerintah yang menganjurkan persalinan ditolong

oleh bidan bukan oleh dukun dan di fasilitas kesehatan.

h. Adanya dana operasional Puskesmas baik APBD maupun BOK.

i. Adanya pengembangan Desa siaga aktif di semua wilayah Desa.

E. Threats (ancaman)

a. Mobilitas penduduk tinggi

Mempercepat sebaran penyakit menular ( HIV/AIDS,DBD,Malaria)

b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat masih lemah sehingga mempengaruhi

kemampuan masyarakat dalam konsumsi makanan bergizi dan mengakses

pelayanan kesehatan.

c. Masih ada budaya/mitos/kepercayaan yang menghambat program kesehatan.

Misal : menolak imunisasi, pantang makanan tertentu pada ibu hamil dan

menyusui.

d. Sebagian besar masyarakat masih memiliki pola makan dan gaya hidup tidak

sehat seperti tidak merokok dan konsumsi makanan berlebih.

e. Rendahnya kualitas lingkungan karena pembuangan sampah di sungai.

Tabel 3.1 ANALISA SWOT PUSKESMAS LEKSONO II (JANUARI 2014)

KEKUATAN1. Tenaga kesehatan terjun langsung ke

masyarakat dengan melakukan pemeriksaan secara langsung melalui posyandu kepada ibu hamil, nifas dan balita.

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan.

3. Bentuk pelayanan kesehatan bagi keluarga difokuskan pada pelayanan kesehatan ibu (yaitu pelayanan kebidanan dasar, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas).

4. Bumil telah menerima pelayanan rujukan baik ke Puskesmas perawatan maupun ke rumah sakit.

5. Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA langsung di tengah-tengah masyarakat bekerja sama dengan masyarakat setempat baik individu, kelompok, tenaga kesehatan lain (bidan desa, dukun, dokter, dsb).

6. Meningkatnya motivasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan

7. Pelayanan yang diberikan cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai masalah kesehatan.

KELEMAHAN. 1. Cakupan K1 masih rendah, yaitu

85,12% ( Cakupan desa terendah 64% = Desa Jlamprang)

2. Cakupan K4 masih rendah, yaitu 78,51% ( Cakupan Desa terendah 58% = Desa Jlamprang)

3. Cakupan Resti oleh mayarakat masih kurang, yaitu 7,43% ( Cakupan terendah 4% = desa Jlamprang)

4. Cakupan persalinan nakes 96,95% ( masih ada Desa dengan cakupan persalinan 73,46% = Desa Selokromo)

5. Masih ada ibu hamil KEK sebanyak 11 orang( tersebar disemua Desa).

6. Angka kejadian AB sebanyak 9 kasus selama tahun 2013, IUGR 1 kasus, IUFD 1 kasus, ibu hamil dengan anemia 2 ibu hamil.

7. Masih terdapat 11 balita gizi kurang ( Tersebar di semua Desa)

8. Cakupan imunisasi BCG masih kurang, yaitu 88,6%.

9. Ibu hamil belum dilakukan pemeriksaan Hb secara rutin pada TM I dan TM III, serta belum dilakukan tes protein urin mulai

kehamilan TM II.10. Ibu hamil belum dilakukan

pemeriksaan gigi setidaknya pada setiap kunjungan pertama kali di Puskesmas.

11. Pada tindakan KB dan imunisasi belum dilakukan informed consent

12. Pada ruang KIA KB belum ada jangka panggul, set untuk penanganan anafilaktik syok

13. Belum ada jadwal/ tanggal ED sterilisasi alat KB

14. Ketenagaan:Kekurangan tenaga(Administrasi,Kesehatan Lingkungan,Analis Laborat,Asisten Apoteker,Penjaga malam/tukang kebun )

15. Kurangnya tenaga yang sesuai dengan tupoksi, misal tenaga laboratorium laksanakan perawat, tenaga gizi di pegang oleh Bidan.

16. Fasilitas :- Mebelair belum terpenuhi- SIK belum memadai- Aula/ruang pertemuan belum ada- Sarana untuk penyuluhan belum

ada (pengeras suara, Laptop,LCD,VCD,dll

17. Belum ada sasaran mutu, jaminan mutu layanan maupun survey kepuasan pelanggan dan kotak saran atau layanan aduan masyarakat

PELUANG

1. Semua Desa sudah mempunyai Bidan di Desa.

2. Adanya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu.

3. Adanya Posyandu yang aktif di setiap Desa.

4. Adanya keterlibatan kader dalam kegiatan posyandu.

5. Masyarakat yang tidak mampu akan

ANCAMAN

1. Mobilitas penduduk tinggiMempercepat sebaran penyakit menular ( HIV/AIDS,DBD,Malaria)

2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat masih lemah sehingga mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam konsumsi makanan bergizi dan mengakses pelayanan kesehatan.

3. Masih ada budaya/mitos/kepercayaan yang menghambat program kesehatan.

dibantu melalui sistem JPKM melalui program BPJS dan Jamkesmas.

6. Pemerintah telah mensukseskan program kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan dan memperluas sarana dan prasarana kesehatan.

7. Adanya peraturan dari pemerintah yang menganjurkan persalinan ditolong oleh bidan bukan oleh dukun dan di fasilitas kesehatan.

8. Adanya dana operasional Puskesmas baik APBD maupun BOK.

9. Adanya pengembangan Desa siaga aktif di semua wilayah Desa.

Misal : menolak imunisasi, pantang makanan tertentu pada ibu hamil dan menyusui.

4. Sebagian besar masyarakat masih memiliki pola makan dan gaya hidup tidak sehat seperti tidak merokok dan konsumsi makanan berlebih.

5. Rendahnya kualitas lingkungan karena pembuangan sampah di sungai.

BAB V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. PEMBAHASAN

. 1.Cakupan K1 dan K4 yang kurang dapat disebabkan antara lain oleh :

- Penemuan ibu hamil baru secara dini kurang

- Ibu hamil yang periksa hamil di luar wilayah belum tercover

- Ibu hamil pendatang yang sebelumnya periksa di luar wilayah/ luar kota/

luar propinsi dan datang sudah pada trimester III langsung di catat

sebagai kunjungan K4.

Kemungkinan pemecahan masalahnya :

- Kemitraan dengan dukun bayi dan kader (PPWS KIA) untuk penemuan

secara dini/ awal adanya ibu hamil baru, dan ibu hamil dengan resiko

tinggi.

- Kerjasama dengan kader untuk meminjam buku periksa hamil ibun yang

periksa kehamilan di luar wilayah atau penelusuran ke BPS, Klinik, PKD

atau Puskesmas lain tempat ibu hamil periksa.

- Ibu hamil yang periksa di luar kota atau propinsi yang datang sudah K4

dan ada dokumen pemeriksaan sebelumnya di catat sebagai kunjungan

K1, K2, K3 dan K4 sekaligus.

2. Cakupan persalinan nakes di Desa Selokromo masih rendah 73,46%,

kemungkinan penyebabnya adalah

- belum semua persalinan nakes tercatat.

Kemungkinan pemecahan masalah :

- Penelusuran persalinan nakes di tempat lain ( BPS, klinik, PKD,

Puskesmas lain)

- Kemitraan dengan kader dan dukun bayi untuk melaporkan semua

persalinan yang ada di wilayahnya.

3. Cakupan resti oleh masyarakat kurang dapat disebabkan oleh :

- Peran serta masyarakat kurang

- Deteksi resti yang seharusnya bisa dilakukan oleh masyarakat, seperti

umur, jarak kehamilan, dll, dilaporkan sebagai deteksi resti oleh nakes.

Kemungkinan pemecahan masalah :

-Meningkatkan peran serta masyarakat melalui kemitraan kader dan

dukun serta organisasi kemasyarakatan.

-Resti yang bisa dilakukan oleh masyarakat seperti umur, jarak

kehamilan, tinggi badan dilaporkan sebagai resti masyarakat.

3.Penemuan ibu hamil dengan anemia tahun 2013 baru 2 orang,

kemungkinan penyebabnya adalah belum dilakukan pemeriksaan ANC

sesuai SOP, sehingga adanya ibu hamil anemia belum terdeteksi semua.

Kemungkinan pemecahan masalah :

-Melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai SOP, dimana pemeriksaan Hb

minimal dilakukan dua kali, yaitu sekali pada trimester I dan sekali pada

TM III

4. Ditemukan 11 ibu hamil KEK dan 11 balita gizi kurang

Kemungkinan penyebab masalahnya Penapisan calon ibu hamil pada

WUS/ Catin kurang, Pengetahuan ibu hamil dan ibu balita tentang gizi

masih kurang

Kemungkinan pemecahan masalah

-Penapisan pada WUS/Catin dengan KEK sebaiknya di tunda dulu

kehamilannya.

- Penyuluhan tentang gizi, cara pengolahan dan konsumsi makanan.

B. KESIMPULAN

Peranan Puskesmas sebagai unit fungsional kesehatan yang terdepan akan

sangat menentukan keberhasilan program. Secara operasional peran Puskesmas

tersebut harus lebih jelas dan terukur, sehingga Puskesmas harus lebih efektif

dan responsif terhadap masalah masalah kesehatan di wilayah kerjanya.

Pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan suatu jaminan dalam bentuk

layanan yang memiliki tingkat mutu yang dapat dipertanggung jawabkan.Untuk

meningkatkan pengelolaan pelayanan kesehatan diperlukan komitmen yang

penuh kesungguhan.

Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan

mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-

kekuatan (Strenghts) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses). Suatu organisasi

dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats)

dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.

C. SARAN

1. Untuk dapat meningkatkan pelayanan yang berkualitas ( sesuai dengan

SOP dan dapat memberikan kepuasan penerima pelayanan)

2. Meningkatkan komitmen semua petugas dalam memberikan pelayanan

yang berkualitas.

3. Meningkatkan kemitraan dan peran serta masyarakat.

4. Meningkatkan jumlah penyuluhan kesehatan publik baik secara langsung

maupun dengan media massa.

5. Memperbaiki pencatatan dan pelaporan

6. Meningkatkan penelusuran dan pemantauan wilayah setempat KIA

( sistim jemput bola)

7. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Dainur. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat Kegiatan KIA di

Puskesmas dan Permasalahannya. Jakarta : EGC.

Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Polewali Mandar. 2008.

NirWana_My blog My ZoNe   di 21:04

Sumber : Program Kesehatan di   Puskesmas

Mbah Yat ⋅ Januari 27, 2009.