sus

62
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari bentuk sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair). Tujuan dari desain sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang dapat diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus- menerus. Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan sediaan padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspensi, elixir dan lain sebagainya, sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep, gel. Sedangkan untuk sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet dan lain sebagainya. Salah satu bentuk sediaan cair yang sering diproduksi adalah suspensi. Sediaan suspensi dibuat jika bahan obat padat tidak dapat larut dalam pembawanya sehingga untuk mendispersikannya dalam pembawa diperlukan suspending agent. Sediaan suspensi memiliki beberapa keuntungan antara lain

Upload: yusuf-dadan-anshori

Post on 29-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Yusup dadan Saori

TRANSCRIPT

Page 1: Sus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari

bentuk sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara

sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat)

dan liquid (cair).

Tujuan dari desain sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang

dapat diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam

skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus-

menerus. Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan

sediaan padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspensi, elixir dan lain

sebagainya, sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep, gel.

Sedangkan untuk sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet dan

lain sebagainya.

Salah satu bentuk sediaan cair yang sering diproduksi adalah suspensi. Sediaan

suspensi dibuat jika bahan obat padat tidak dapat larut dalam pembawanya sehingga

untuk mendispersikannya dalam pembawa diperlukan suspending agent. Sediaan

suspensi memiliki beberapa keuntungan antara lain absorpsinya lebih cepat

dibandingkan dengan sediaan padat sehingga memberikan efek terapi lebih cepat.

Sediaan yang ditujukan untuk mengobati penyakit mata telah ditemukan sejak

dahulu. Istilah “collyria” diberikan oleh bangsa Yunani dan Romawi terhadap bahan-

bahan yang dapat larut dalam air, susu atau putih telur yang dapat digunakan sebagai

tetes mata. Pada abad pertengahan, tetes mata digunakan untuk memperbesar (dilatasi)

pupil.

Page 2: Sus

Sediaan obat mata biasanya dibuat pada farmasi komunitas atau farmasi rumah

sakit dengan stabilitas yang terbatas hanya untuk beberapa hari saja. Produk-produk

obat mata steril tersedia sebelum pertengahan tahun 1950-an, namun pentingnya

sterilitas untuk obat tetes mata masih belum dikenal secara resmi sampai tahun 1955

ketika panduan resmi pertama kali memasukkan persyaratan sterilitas. Saat ini,

jenisjenis bentuk sediaan formulasi obat mata adalah mulai dari larutan yang

sederhana sampai dengan sistem penghantaran kompleks.

Ada berbagai macam zat aktif yang dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan

suspensi. Namun tidak semua zat aktif dapat stabil pada air atau mudah terurai jika

disimpan dalam waktu yang lebih lama dan salah satunya adalah antibiotika

Klomramfenikol. Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril Kloramfenikol,

mengandung Kloramfenikol tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 130% dari

jumlah yang tertera pada etiket. Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan

sebagai zat aktif pada sediaan obat tetes mata steril adalah Kloramfenikol yang

mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata dan merupakan

antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik.

.

Page 3: Sus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sediaan

2.1.1 Definisi Tetes Mata (Guttae Ophthalmicae)

- Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang

digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar

kelopak mata dan bola mata. (FI III Hal. 10)

- Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan

sediaan yang dibuat dan dikemas sedekimian rupa hingga sesuai digunakan

pada mata. (FI IV Hal. 13)

- Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-

partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada obat

seperti yang tertera pada suspensiones. (FI IV Hal. 14)

2.1.2 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan :

- Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas

dan kemudahan penanganan.

- Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat

memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu

terdisolusinya oleh air mata sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas

dan efek terapinya.

Kerugian :

- Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka

larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur

gastrointestinal menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.

- Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler

pada retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk

mata adalah efeknya lokal atau topikal.

Page 4: Sus

2.1.3 Syarat sediaan tetes mata

1. Steril.

2. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata.

Isotonis = 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 - 1,4% b/v atau 0,7

- 1,5% b/v.

3. Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.

4. Tidak iritan terhadap mata.

2.1.4 Pemilihan Bentuk Zat Aktif

Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut

air atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang

harus diperhatikan dalam memilih garam untuk formula larutan tetes mata

yaitu:

1. Kelarutan.

2. Stabilitas.

3. pH stabilitas dan kapasitas dapar.

4. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula.

Sebagian besar zat aktif untuk sediaan tetes mata adalah basa lemah.

Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan

nitrat. Sedangkan untuk zat aktif yang berupa asam lemah, biasanya digunakan

garam natrium.

2.1.5 Formulasi

Formula umum

R/ Zat aktif

Bahan pembantu :

- Pengawet

- Pengisotonis

- Antioksidan

- Pendapar

- Peningkat viskositas

- Pensuspensi

- Surfaktan

Page 5: Sus

2.1.6 Teori Bahan Pembantu

a. Pengawet

Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan

mikroorganisme selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan

obat tetes mata hendaknya memiliki sifat sebagai berikut :

- Bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutama

terhadap Pseudomonasa aeruginosa.

- Non iritan terhadap mata.

- Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.

- Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.

- Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan

sediaan.

b. Pengisotonis

Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol

dan dapar. Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata

berdasarkan FI IV yaitu 0,6 - 2,0%.

c. Pendapar

Secara ideal, larutan obat tetes mata mempunyai pH dan isotonisitas yang

sama dengan air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH

7,4 banyak obat yang tidak cukup larut dalam air, sebagian besar garam

alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak

obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4. Tetapi larutan tanpa

dapar antara pH 3,5 - 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang

nyaman. Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut FI IV

yaitu 3,5 - 8,5.

Syarat dapar yaitu :

- Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan.

- Konsentrasinya tidak cukup tinggi sehingga secara signifikan dapat

mengubah pH air mata.

d. Peningkat Viskositas

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat

viskositas untuk sediaan tetes mata yaitu:

Page 6: Sus

1. Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri.

2. Perubahan pH yang dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat

viskositas.

3. Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi

baik oleh mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelompok

mat, sulit bercampur dengan air mata atau menganggu difusi obat.

Viskositas untuk larutan tetes mata dipandang optimal jika berkisar antara

15 - 25 cps. Pemilihan bahan pengental dalam obat tetes mata didasarkan

pada, yaitu:

- Ketahanan pada saat sterilisasi.

- Kemungkinan dapat disaring.

- Stabilitas.

- Ketidakcanpuran dengan bahan-bahan lain.

e. Antioksidan

Zat aktif untuk sediaan tetes mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara.

Untuk itu kadang dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering

digunakan adalah Na metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai

0,3%.

f. Surfaktan

Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhi berbagai

aspek:

1. Sebagai antimikroba (surfaktan golongan kationik).

2. Menurunkan tegangan permukaan antara obat tetes mata dan kornea

sehingga meningkatkan aktif terapeutik zat aktif.

3. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan

lakrimal, meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva

sehingga meningkatkan penembusan dan penyerapan obat.

4. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan

merusak kornea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima

dibandingkan dengan surfaktan golongan lainnya.

7

Page 7: Sus

2.1.7 Metode Sterilisasi

Metode sterilisasi terutama ditentukan oleh sifat sediaan. Jika memungkinkan,

penyaringan dengan penyaring membran steril merupakan metode yang baik

jika dapat ditunjukkan bahwa pemanasan mempengaruhi stabilitas sediaan,

sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan autoklaf juga merupakan pilihan

baik. Pendaparan obat tertentu disekitar pH fisiologis dapat menyebabkan obat

tidak stabil pada suhu tinggi. Penyaringan dengan menggunakan penyaring

bakteri adalah suatu cara yang baik untuk menghindari pemanasan, namun

perlu perhatian khusus dalam pemilihan, perakitan, dan pengunaan alat-alat.

Sedapat I mungkin gunakan penyaring steril satu kali pakai. (FI IV Hal. 13)

Menurut FI III, kecuali dinyatakan lain tetes mata dibuat dengan salah satu cara

berikut:

1. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat

pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan

dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah. Tutup wadah

dan sterilkan dengan autoklaf pada suhu 115 - 116°C selama minimal 30

menit, tergantung volume cairan yang akan disterilkan (cara sterilisasi A).

2. Obat dilarutkan ke dalam pembawa berair yang mengandung salah satu zat

pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan

disterilkan dengan cara filtrasi (cara sterilisasi C) ke dalam wadah yang

sudah steril secara aseptik dan ke tutup rapat.

3. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah

satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan

dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup rapat,

sterilkan dengan uap air mengalir pada suhu 98 - 100°C selama minimal 30

menit tergantung volume cairan yang akan disterilkan (cara sterilisasi B).

2.1.8 Evaluasi Sediaan

A. Evaluasi Fisik

1. Uji kejernihan

2. Penentuan bobot jenis

3. Penentuan pH

4. Penentuan bahan partikulat

Page 8: Sus

5. Penentuan volume terpindahkan

6. Penentuan viskositas dan aliran

7. Volume sedimentasi

8. Kemampuan redispersi

9. Penentuan homogenitas

10. Penentuan distribusi ukuran partikel

B. Evaluasi Kimia

1. Identifikasi

2. Penetapan kadar

3. Penetapann potensi

C. Evaluasi Biologi

1. Uji sterilitas

2. Uji efektivitas pengawet

2.1.9 Wadah dan Penyimpanan

Saat ini wadah untuk larutan tetes mata berupa gelas telah digantikan oleh

wadah plastik fleksibel terbuat dari polietilen atau polipropilen dengan built in

dopper.

Keuntungan wadah plastik :

- Murah, ringan, relatif tidak mudah pecah.

- Mudah digunakan dan lebih tahan kontaminasi karena menggunakan built

in dopper.

- Wadah polietilen tidak tahan autoklaf sehingga disterilkan dengan radiasi

atau etilen oksida sebelum dimasukkan produk secara aseptik.

Kekurangan wadah plastik :

- Dapat menyerap pengawet dan mungkin permeabel terhadap senyawa

volatil, uap air, dan oksigen.

- Jika disimpan dalam waktu lama, dapat terjadi hilangnya pengawet, produk

menjadi kering (terutama wadah dosis tunggal) dan produk teroksidasi.

Persyaratan kompendial :

- Farmakope eropa mensyaratkan wadah untuk tetes mata terbuat dari

bahan yang tidak menguraikan atau merusak sediaan akibat difusi obat

Page 9: Sus

ke dalam bahan wadah atau karena wadah melepaskan zat asing ke

dalam sediaan.

- Wadah terbuat dari bahan gelas atau bahan lain yang cocok.

- Wadah sediaan dosis tunggal harus mampu menjaga sterilitas sediaan

dan aplikator sampai waktu penggunaan.

- Wadah untuk tetes mata dosis ganaplikator sampai waktu penggunaan.

- Wadah untuk tetes mata dosis ganda harus dilengkapi dengan penetes

langsung atau dengan penetes dengan penutup berulir yang steril yang

dilengkapi pipet karet.

- Penyimpanan dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap, volume10

ml, dilengkapi dengan penetes.

Penyimpanan

- Tetes mata disimpan dalam wadah “tamper-evident”. Kompatibilitas dari

komponen plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan.

- Wadah untuk tetes mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang

bersatu dengan wadah atau dengan suatu tutup yang dibuat dan

disterilisasi secara terpisah.

2.1.10 Penandaan

Farmakope eropa mengkhususkan persyaratan berikut pada pelabelan sediaan tetes

mata.

1. Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi pengawet antimikroba

atau senyawa lain yang ditambahkan dalam pembuatan. Untuk wadah dosis

ganda harus mencantumkan batas waktu sediaan tersebut tidak boleh

digunakan lagi terhitung mulai wadah pertama kali dibuka.

2. Kecuali dinyatakan lain lama waktunya tidak boleh lebih dari 4 minggu.

3. Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi zat aktif, kadaluarsa dan

kondisi penyimpanan.

4. Untuk wadah dosis tunggal, karena ukurannya kecil hanya memuat satu

indikasi bahan aktif dan kekuatan atau potensi sediaan dengan

menggunakan kode yang dianjurkan, bersama dengan persentasenya. Jika

digunakan kode pada wadah, maka pada kemasan juga harus diberi kode.

Page 10: Sus

5. Untuk wadah sediaan dosis ganda, label harus ntuk wadah sediaan dosis

ganda, label harus menyatakan perlakuan yang harus d perlakuan yang

harus dilakukan untuk menghindarilakukan untuk menghindari kontaminasi

isi selama penggunaan.

Labelling

Label harus mencantumkan :

- Nama dan persentase zat aktif.

- Tanggal dimana sediaan tetes mata tidak layak untuk digunakan lagi.

- Kondisi penyimpanan sediaan tetes mata.

Untuk wadah dosis ganda, label harus menyatakan bahwa harus dilakukan

perwatan tertentu untuk mencegah kontaminasi isi sediaan selama

penggunaan.

2.2.6 Evaluasi dan Stabilitas

1. Evaluasi Fisika

a. Distribusi ukuran

partikel

b. Homogenitas

c. Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi

d. BJ sediaan dengan piknometer

e. Sifat aliran dan viskositas dengan Viskometer Brookfield

f. Volume terpindahkan

g. Penetapan pH

h. Kadar air (untuk suspensi kering)

i. Penetapan waktu rekonstitusi (untuk suspensi kering)

Page 11: Sus

2. Evaluasi Kimia

a. Keseragaman sediaan

b. Penetapan kadar

c. Identifikasi

d. Penetapan kapasitas penetralan asam (untuk suspensi antasida)

3. Evaluasi Biologi

a. Uji potensi (untuk antibiotic)

b. Uji batas mikroba (untuk suspensi antasida)

c. Uji efektivitas pengawet

Page 12: Sus

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Karakter umum sediaan jadi :

1. Mengandung partikel padat (bahan aktif) terdispersi dalam pembawa.

2. Mengandung pembawa.

3. Partikel terdispersi halus.

4. Mengandung suspending agent.

5. Mengandung bahan tambahan : pengawet dan bahan mudah tercampurkan,pendapar.

6. Steril

3.2 Syarat Sediaan Jadi

No Parameter Satuan Spesifikasi sediaan Syarat Farmakope Syarat lain

yang akan dibuat

1 Kadar bahan aktif % Sesuai Farmakope 0,25% - 1 %,

Tetes mata chloramphenikol

Mengandung chloramphenicol,

tidak kurang dari 90,0 %

dan tidak lebih dari 130,0 %

dari jumlah yang tertera pada etiket.

(FI IV hal. 191)

2 Homogenitas Homogen Homogen

3 Kejernihan Jernih tanpa cemaran Memenuhi uji kejernihan

4 Stabilitas Stabil Stabil

5 Sterilitas Dibuat dengan cara Memenuhi syarat prosedur uji

aseptik menggunakan penyaringan

membran (FI IV hal, 192)

6 Isotonis Tidak pedih dimata Tidak pedih di mata

7 pengawet Tidak menganggu

bahan aktif dan sediaan

8 Bau Tidak berbau Tidak berbau (FI III hal. 143)

9 Rasa Pahit Sangat pahit (FI III hal. 143)

10 Warna Jernih tidak berwarna Putih, putih kelabu, putih

kekuningan (FI III hal. 143)

11 pH Sesuai denagn pH mata Antara 7,0-7,5 (FI IV hal. 192)

15

Page 13: Sus

12 Cara pemakaian Teteskan pada mata Teteskan pada mata yang sakit

yang sakit

13 Wadah&penyimpa Sesuai Farmakope Dalam wadah tertutup rapat dan

nan disimpan dalam lemari

pendingin. Wadah atau karton

disegel untuk menjamin sterilitas

pada pemakaian pertama (FI IV

hal. 192)

3.3 Data Pengkajian Praformulasi

No Rumusan Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah

1. Bentuk sediaan

apa yang sesuai

untuk dibuat

sediaansteril

kloramfenikol

tetes mata?

2. Bahan pembawa

apa yang sesuai

untuk dipakai

sebagai pembawa

dalam pembuatan

kolamfenikol

tetes mata?

Komponen

1. Larutan

2. Suspensiopt

almik

3. Emulsi

AquaProInjection

API bebas O2

API bebas CO2

Proses Pengawasan

Mutu

Penghalusan Ukuran partikel

Pelarutan Kelarutan

Keputusan

Suspensi optalmik, karena kolamfenikol tidak larut dalam air

Aqua pro

injection, karena

dapat melarutkan

bahan aktif

dengan sempurna

merupakan zat

pembawa yang

baik serta memang

ditujukan untuk

pembuatan

larutan sejati

Page 14: Sus

.

3 Dosis yang dibua

tuntuk memberi

efek terapi

4. Sediaan dibuat

obat tetes mata

steril. Dapat

tercampur dengan

konsentrasi dalam

tubuh. Dibuat

sediaan yang

bersifat dan apa

yang digunakan

5. Sediaan tetes

mata

kloramfenikol

dipakai berulang

sehingga mudah

ditumbuhi

mikroba

6. Zat / sediaan

dikhawatirkan

tidak stabil.

Sediaan tetes

mata yang stabil

diberi zat

pendapar agar

tidak pedih saat

0,5 %

1%

Isotonis

Hipotonis

hipertonis

Dengan

penambahan

pengawet :

Phenylhidragrinitras

AcidumBoricum

NaH2PO4

Na2HPO4

Perhitungan Perhitungan

kadar bahan

aktif

Pencampuran Kelarutan

Homogenitas

Stabilitas

Pencampuran Uji mikrorganisme

Pencampuran Kelarutan

Uji

homogenitas

0,5% aman unuk

pembuatan tetes

mata dan dapat

memberikan

efek terapeutik

Isotonis. Syarat

sediaan tetes

mata steril harus

berupa sediaan

yang isotonis

dengan

menambahkan

NaCl

Acidum

boricum.karena

tidak OTT pada

kloramfenikol

NaH2PO4 dan

Na2HPO4

sebagai dapar

agar tidak pedih

di mata pada

saat digunakan

17

Page 15: Sus

digunakan

7. Metode

pembuatan apa

yang sesuai

untuk membuat

tetes mata

kloramfenikol

agar diperoleh

hasil sterilitas

yang terbaik?

8. Penandaan

berdasarkan

golongan obat

bermacam-

macam.

Penandaan

golongan yang

sesuai sebagai

petunjuk

penggunaan

konsumen

9. Dikhawatirkan zat

tidak dapat larut

dalam air, maka

ditambahkan zat

pensuspensi

10 Cara sterilisasi

yang sesuai

Teknik aseptic

Non aseptik

Metil selulosa

Hidroksi propil

metil selulosa

Polivinil alkohol

Teknik aseptik

Pemanasan

Pencanpuran Homogen

Sterilisasi Uji sterilitas

Sterilisasi

aseptis. Karena

kondisi aseptis

efektif untuk

meminimalisir

terjadinya

kontaminasi

mikroorganisme

Karena

penggunaan

sediaan tetes

mata harus

dengan resep

dokter dan perlu

dilakkan oleh

tenaga ahli

medis.

Metil selulosa

memiliki sifat

viskositas yang

dapat

meningkatkan

waktu kontak

dengan kornea

mata

Digunakan

teknik aseptik

karena tetesmata

yang akan

dibuat adalah

18

Page 16: Sus

dalam bentuk

suspensi.

11 Bahan aktif tidak Penyaringan

larut dalam membran

pelarut, apa yang sterilisasi

harus dilakukan

agar larutan jernih

Penyaringan

membran perlu Penyaringan Uji kejernihan

dilakukan agar

sediaan bebas

dari partikel

atau bahan yang

tidak larut.

3.4 Data Praformulasi

Nama Bahan Aktif : Chloramphenicol

NO. PARAMETER DATA

1. Pemerian Hablur halus berbentuk jarumatau lempeng memanjang, warna putih kelabu

sampai kekuningan, tidak berbau, rasa sangat pahit(FI III hal. 143 )

2 Kelarutan Larut dalam ± 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol 95%, dalam bagian

propilen glikol, sukar larut dalam kloform eter P dan eter P ( FI III hal. 143)

3 pH Antara 4,5 dan 7,5 (FI IV hal. 188)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi teknik aseptis

6 Indikasi Antibiotikum ( FI III)

7 Dosis lazim Sekali 250 mg-500 mg. Sehari 1 g-2 g ( FI III hal. 963). 0.5 % (larutan) dan 1 %

(salep); tiap 10 ml mengandung 50 mg kloramfenikoluntuksediaantetesmata

8 Cara pemakaian Oral dan pemakaian luar

9 Sediaan lazim dan Kapsul, tetes mata, tetes telinga, salep matakadar

10 Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat ( FI IV hal.190)penyimpanan

19

Page 17: Sus

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : API (Aqua Pro Injeksi )

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (FI IV hal.112)

2 Kelarutan Dapat tercampur dengan pelarut polar

3 pH -

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Disterilkan tanpa penambahan bakterisida ( FI III hal. 97)atau dengan autoclave

6 Indikasi Untuk pembuatan injeksi ( FI III hal. 97)

7 Dosis lazim -

8 Cara pemakaian Sebagai pembawa dan pelarut sediaan steril

9 Sediaan lazim dan Cairan -kadar

10 Wadah Dalam wadah tertutup kedap . dalam wadah bertutuppenyimpanan kapasberlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari

setelah pembuatan ( FI III hal. 97 )

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : Acidum Boricum

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidakberbau, rasa agak asam, pahit, kemudian manis (FI III hal. 49)

2 Kelarutan Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16bagian etanol 95% Pdan dalam 5 bagian gliserol P ( FI III hal. 49)

3 pH 3,8 sampai 4,8 (FI III hal 49)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis

6 Indikasi Sebagai pengawet atau antiseptikum ekstern ( FI III hal. 50)

20

Page 18: Sus

7 Dosis lazim 0,125%

8 Cara pemakaian Zat tambahan sebagai pengawet

9 Sediaan lazim dan Serbukkadar

10 Wadah penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup baik (FI III hal. 50)

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : Dapar fosfat ( NaH2PO4 )

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasaasam dan asin ( FI III hal. 409)

2 Kelarutan Larut dalam 1 bagian air ( FI III hal. 409)

3 pH 4,4 sampai 4,6 ( FI III hal. 409)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis

6 Indikasi Sebagai pendapar atau zat tambahan

7 Dosis lazim 0,8 %

8 Cara pemakaian -

9 Sediaan lazim dan Serbukkadar

10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ( FI III hal. 410)

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : Dapar fosfat ( Na2HPO4 )

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Hablur tidak berwarna , tidak berbau, rasa asin. Dalam udara keringmerapuh (FI III hal, 227)

2 Kelarutan Larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%) P ( FI III hal.227)

3 pH 2,0% b/v 9,0 s 9,2 sampai ( FI III hal. 227)

4 OTT -

21

Page 19: Sus

5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis

6 Indikasi Sebagai pendapar atau zat tambahan

7 Dosis lazim 0,947 %

8 Cara pemakaian -

9 Sediaan lazim dan Serbukkadar

10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ( FI III hal. 227 )

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : NaCl 0,9%

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih tidak

berbau rasa asin. (FI III hal. 403)

2 Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam

lbh kurang bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol 95% P ( FI III

hal. 403)

3 pH 4,5-7,0 (FI III 404)

4 OTT -

5 Cara sterilisasi -

6 Indikasi Zat tambahan/pengisotonis

7 Dosis lazim 0,6% - 2,0% (FI IV)

8 Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai cairan infus

9 Sediaan lazim dan Cairan -kadar

10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI III hal 404)

22

Page 20: Sus

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama bahan tambahan : Metil Selulosa

NO PARAMETER DATA

1 Pemerian Serbuk berserat atau granul berwarna putih. Suspensi dalam air

bereaksi netral terhadap lakmus Pengembang dalam air dan

membentuk suspensi yang jernih hingga opalesen kental, koloidal

2 Kelarutan Tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam kloroform. Larut

dalam asam asetat glasial dan dalam campuran volume sama etanol

dan kloroform (FI IV hal. 544)

3 pH -

4 OTT -

5 Cara sterilisasi Teknik aseptis

6 Indikasi Sebagai pengental

7 Dosis lazim 1% - 2%

8 Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai pengental pada sediaan tetes mata

9 Sediaan lazim dan -kadar

10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI IV hal. 544 )

3.5 Perhitungan dan Penimbangan

Batch : 5 mL

No Nama Bahan

1 Chloramfenicol

2 Aqua Pro Injeksi

3 Acid Boric

4 Natriumdihidrogenfosfat

Fungsi (untuk Pemakaian Lazimfarmakologi/farmas (%) Penimbangan danetika) Pemipetan Bahan

Unit BatchSebagai antibiotika 0,5% (0,005 gr/mL) 0,025 0,075 gr

gr/5mL

Sebagai Pelarut Ad 5ml Ad 15 mlatau PembawaSebagai Pengawet 0,125% 0,00625 0,01875

(0.00125gr/mL gr/5ml grSebagai Pendapar 0,8 % dibuat 6mL 0,016 0,048

untuk 15 mL sediaan gr/5ml gr/15 ml

23

Page 21: Sus

(0,0032gr/mL)

5 Dinatrium Sebagai Pendapar 0,947 % dibuat 9mL 0,028 0,08523hidrogenfosfat untuk 15 mL sediaan gr/5ml gr/15ml

(0,0056 gr/mL)

6 Natrium Klorida Sebagai 0,9 % (0.009 gr/mL) 0,045 0,135Pengisotonis gr/5ml gr/15ml

7 Metil Selulosa Sebagai Pengental 0,05 0,15 grdan Pensuspensi 1% (0,01gr/ml) gr/5ml

Perhitungan

Chloramfenicol 0,5%

5 mL →0,5/100 x 5 mL = 0.025 gram

3 botol → 3 x 0,025 gr = 0,075 gram

Acid boric 0,125%

5mL→ 0,125/100 x 5mL = 0,00625 gram

3 botol→ 3 x 0,00625gr = 0.01875 gram

Natrium dihidrogenfosfat 0,8 % dibuat 6 mL untuk 15 mL sediaan tetes mata

5mL → 0,048/3 = 0,016gram

3 botol →→ 0,8/100 x 6mL = 0,048 gram

Dinatrium hidrogenfosfat 0,947% dibuat 9 mL untuk 15 mL sediaan tetes mata

5ml → 0,08523/ 3 = 0,028 gr/mL

3 botol→ = 0,947/100 x 9 mL = 0,08523 gr/mL

NaCl 0,9 %

5 mL→0,9/100 x 5 mL = 0,04 5gram

3 botol → 3 x 0,045 gram = 0,135 gram

Metil selulosa 1%

5 mL → 1/100 x 5 mL = 0,05 gram

3 botol → 3 x 0,05 gr = 0,15 gram

24

Page 22: Sus

3.6 Pengawasan Mutu Sediaan

1. In Process Control

No Parameter yg diuji Satuan Cara pemeriksaan

1. Waktu dan suhu sterilisas iakhir - IK Uji sterilisasi

homogenitas

2. pH - IK pengukuran pH

3. Ketepatan volume - IK volume terpindahkan

-

2. End proses control

No Parameter yg diuji Satuan Cara pemeriksaan

1. Organoleptis - IK uji organoleptis

2. PH - IK pengukuran pH

3. Bobot Jenis - IK bobot jenis

4. Uji kejernihan - IK uji kejernihan

5. Uji volume terpindahkan - IK uji volume terpindahkan

6. Sterilitas - IK uji sterilitas

7. Efektivitas pengawet - IK uji efektivitas pengawet

3.6 Prosedur Tetap

Disusun Oleh :Kelompok Diperiksa Disetujui Hal Dari Hal7 Oleh : Oleh:

No: / /Tanggal : Tanggal :

Tanggal : Penanggung Jawab Prosedur Tetap

I. Persiapan

a. Ruangan, peralatan dan wadah dibersihkan

b. Peralatan dan wadah dibersihkan

c. Kebersihan diperiksa

d. Pakai pelindung pernapasan dan jalankan exhauter.

e. Beri label identitas tiap wadah.

f. Pakai masker dan sarung tangan

II. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi terdiri dari :

1. Penyiapanalatdanbahan

25

Page 23: Sus

2. Penimbangan dan pemipetan bahan

3. Pelarutan bahan aktif dan bahan tambahan

4. Pengujian mutu sediaan tetes mata

5. Pengemasan

6. Penyerahan produk jadi

Semua anggota kelompok membuat jadwal harian produksi berdasarkan rencana

produksi untuk periode yang datang, mempertimbangkan.

1. sisa jadwal yang lalu

2. kapasitas masing - masing mesin setiap tahap

3. jumlah tenaga kerja

4. jumlah bahan baku dan kemasan dan kemungkinan adanya keterlambatan

kedatangannya

5. urgensi masing - masing produk.

III. Penimbangan dan Pemipetan Bahan

a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan

b. Anggota kelompok melakukan Penimbangan dan pemipetan lalu

mencatat hasil penimbangan dan pemipetan sesuai dengan IK

Penimbangan dan pemipetan bahan

IV. Pelarutan bahan aktif dan bahan tambahan

a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan

b. Anggota kelompok melakukan Pencampuran sesuai dengan IK Pelarutan

bahan aktif dan bahan tambahan

V. Pengujian mutu sediaan

a. Anggota kelompok menyiapkan alat utuk kegiatan Evaluasi terhadap

sediaan yang dihasilkan

b. Anggota kelompok melakukan kegiatan untuk Evaluasi sesuai dengan

IK Pengujian mutu eliksir

VI. Pengemasan.

Anggota kelompok melaksanakan pengemasan dan mencatat semua

kegiatan dan hasil pengemasan sesuai IK. Pengemasan

VI. Penyerahan produk jadi

a. anggota kelompok membuat nota penyerahan barang dan

26

Page 24: Sus

menyerahkan barangnya kepada dosen pembimbing.

b. Dosen pembimbing memeriksa kecocokan barang dengan nota

penyerahan barang.

c. Menyerahkan sediaan jadi

3.7 Instruksi Kerja

Hal. Dari

INSTRUKSI KERJA TanggalBerlaku:

PENIMBANGAN DAN PEMIPETAN BAHAN

Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Pengganti No.

Tgl. Tgl.

Tgl.

Tujuan: Memperoleh bahan baku sesuai jenis dan jumlah yang diinginkan

Bahan: 1. Chloramfenicol Alat: 1. Timbangan

2. WadahBahan

2. Aqua Pro Injeksi 3. Label

4. Pipet ukur/ pipet

3. Acid Boricvolume

5. Balp

27

Page 25: Sus

4. Natrium Dihidrogenfosfat

5.Nacl

6.Metil selulosa

7.API

Instruksi Operator: Pengawas:

Cara Kerja:

1. Beri label pada wadah yang akan digunakan

2. Timbang masing-masing bahan, masukkan ke dalam wadah

yang sesuai

No. Bahan: Penimbangan Seharusnya:

Chloramfenicol

Aqua Pro Injeksi

Acid Boric

Natrium

Dihidrogenfosfat

Dinatrium

hidrogenfosfat

Nacl

Metil selulosa

28

Page 26: Sus

3.8 Tahap Pembuatan Tetes Mata Kloramfenikol

Hal. Dari

INSTRUKSI KERJATanggalBerlaku:

PELARUTAN BAHAN AKTIF

DiperiksaOleh: DisetujuiOleh: Pengganti No.

Tgl. Tgl.

Tujuan: Memperoleh zat aktif yang larut

Bahan: 1. Chloramfenicol Alat: 1. Beaker Glass

2. Spatel2. Aqua Pro Injeksi

3. WadahBahan

3. Acid Boric 4. Label

4. Natrium Dihidrogenfosfat

5. Dinatrium hidrogenfosfat

6. Nacl

7. Metil selulosa

29

Page 27: Sus

Instruksi Operator: Pengawas:

Pembuatan API

Panaskan 50 ml air hingga mendidih

Setelah mendidih, tutup denga nkapas + kasa biarkan selama 30’

ad dingin.

Pengenceran Bahan

Pembuatan Dapar

Larutkan 0.048 gr NaH2PO4 dengan 6 ml API dan larutkan 0,085 gr

Na2HPO4 dengan 9 mLAPI

Pembuatan Suspending Agent

0,15 gr CMC Na dilarutkan dalam API

Pencampuran I

Campurkan CMC Na yang telah dikembangkan dengan larutanAcid

Boric,dan dapar fosfat, gerus ad homogen,

Sterilisasikan campuran I dalam autoklaf pada suhu 1150 - 1160C

selama 30 menit

Pencampuran II

Kloramfenikol yang telah ditimbang ditambahkan pada campuran I

yang telah dingin dan digerus ad homogen

30

Page 28: Sus

Pengukuran volume

Masukkan filtrat kedalam gelas ukur

Bila volume belum mencukupi, maka tambahkan API ad 15 ml.

3.9 Evaluasi Tetes Mata Kloramfenikol

IK : PENGUJIAN MUTU Hal. Dari hal

TETES MATA

Diperiksa Disetujui oleh : No. : / /oleh :

Tgl :

Tgl :

Tujuan Memastikan bahwa suspensi tetes mata yang telah dihasilkan memenuhi kriteria

dan syarat yang telah ditetapkan

Bahan Sediaan suspensi

Alat Alat-alat evaluasi suspensi

Cara Kerja Operator SPV

1. Organoleptis

Dengan menggunakan panca indra kita dapat

mengevaluasi rasa, bau, dan warna

31

Page 29: Sus

Uji Diinginkan Hasil

Warna Jernih Jernih

Bau - -

Rasa - -

2. Uji Kejernihan

Masukkan sampel dan pelarut pembanding dalam 2

tabung yang berbeda

Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang

hitam lalu amati tegak lurus kearah bawah tabung.

Hasil: Suatu cairan dikatakan jernih apabila

kejernihannya sama dengan kejernihan air atau pelarut

yang dipakai

3. Uji Bobot jenis

Timbang bobot piknometer kosong dan piknometer

+ air pada suhu 25oC

Timbang bobot pikometer + sampel

Gunakan rumus untuk menghitung Bobot Jenis

(bobot pikno + sampel) - bobot pikno kosong

( bobot pikno + air) - bobot pikno kosong

4. Volume Terpindahkan

Tuang kembali tetes mata kedalam gelasukur, lihat

hasilnya apakah sesuai dengan volume sebelumnya /

volume yang ditentukan.

32

Page 30: Sus

Tulis hasil pengamatan pada table.

Volume Sediaan HasilPengamatan

5. Penentuan pH

Masukkan tetes mata kedalam beker glass, ukur pH dengan

pH indikator

Sampel pH

Tetes Mata Kloramfenikol 7,4

6. Uji Sterilisasi

Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau

jarum suntik yang steril secara aseptik. Inokulasikan

sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji kedalam

tabung media. Campur cairan dan media tanpa durasi

berlebihan. Inokulasikan pada media tertentu seperti

yang tertera pada prosedur umum selama tidak kurang

dari 14 hari. Amati pertumbuhan pada media secara

visual sesering mungkin.

7. Uji Volume Sedimentasi

Sediaan tetes mata dimasukkan ke dalam gelas

ukur.

Volume yang diisikan merupakan volume awal.

Setelah didiamkan, catat endapan setiap 24 jam

selama 1 minggu diamati merupakan volume akhir

33

Page 31: Sus

dengan terjadinya sedimentasi volume akhir

terhadap volume yang diukur.

Hasil :

Sediaan Hari Volume sediian

Tetes mata Ke-1 5 ml

kloramfenikol

Tetes mata Ke-2 5 ml

kloramfenikol

Tetes mata Ke-3 4,9 ml

kloramfenikol

Tetes mata Ke-4 4,9 ml

kloramfenikol

Tetes mata Ke-5 4,8 ml

kloramfenikol

Tetes mata Ke-6 4,8 ml

kloramfenikol

Tetes mata Ke-7 4,8 ml

kloramfenikol

8. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba

Cara :

a. Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik

menggunakan jarum suntik melalui karet, lakukan

pengujian pada wadah asli sediaan.

b. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara

aseptik, pindahkan 20 ml sampel kedalam masing -

masing lubang bakteriologik berukuran sesuai dan

steril.

c. Inokulasi masing - masing wadah atau tabung salah

satu suspensi mikrobakokus, menggunakan

perbandingan 0,10 ml. Inokulasi ~ 20 ml sediaan

dan campur.

d. Mikroba uji dengan jumlah sesuai harus ditambah

34

Page 32: Sus

sedemikian rupa sehingga jumlah mikroba didalam

sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara

100.000 - 1.000.000 per ml.

e. Tetapkan jumlah mikroba didalam tiap suspensi

inokulasi dan hitung angka awal mikroba tiap ml

sediaan yang diuji dengan metode lempeng.

f. Inkubasi wadah atau tabung yang telah di inokulasi

pada suhu 20 - 25O C.

g. Amati wadah pada hari ke-7, 14, 21 dan ke-28

sesudah inokulasi.

h. Catat tiap perubahan yang dilihat dan tetapkan

jumlah mikroba variabel pada tiap selang waktu

tersebut dengan metode lempeng.

35

Page 33: Sus

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami membuat suatu sediaan steril yaitu Tetes Mata

Kloramfenikol. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan

dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

Tetes mata disebut juga Guttae Opthalmitae. Tetes mata berair umumnya dibuat

menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet yang pemilihannya

didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya

selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. (FI III, 1979). Obat tetes mata

yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk dapat memberi efek. Larutan obat

tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal dan meluas di permukaan kornea dan

konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui kornea menembus mata.

Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang

stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada

pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata

harus disterilkan.

Sediaan ini diteteskan ke dalam mata sebagai antibacterial, anestetik, diagnose,

midratik, miotik, dan antiinflamasi. Obat tetes mata sering digunakan pada mata yang luka

karena habis dioperasi atau karena kecelakaan. Syarat-syarat untuk tetes mata dikehendaki

syarat-syaratnya yaitu obatnya harus stabil secara kimia, harus mempunyai aktivitas terpeutik yang

optimal, harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, harus teliti dan

tepat secara jernih, harus bebas dari mikroorganismeyg hidup dan tetap tinggal demikian

selama penyimpanan yang diperlukan. Jadi pada prinsipnya obat tetes mata harus steril, jernih,

dan bebas partikel asing.

Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek local pada pengobatan bagian

permukaan, mata, atau bagian dalamnya. Yang sering dipakai adalah larutan dalam air, akan

tetapi juga biasa dipakai suspense cairan bukan air dan salep mata, karena kapasitas mata

untuk menahan atau menyimoan cairan dan salep terbatas. Pada umumnya obat mata

dibiarkan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan

36

Page 34: Sus

tetes mata dan salep mata dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata. Volume

sediaan cairan yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan dan mencuci mata.

Dalam praktikum ini bahan obat yang kami gunakan sebagai zat aktif adalah

Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata

dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik. Kloramfenikol juga

mengandung tidak lebih 103,0% dan tidak kurang dari 97,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung dari

zat yang telah dikeringkan. Adapun formula yang kami gunakan untuk membuat sediaan

steril ini yaitu:

R/ Kloramfenikol 0,025 g

Asam Borat 0,00625 g

Natrium Dihidrogenfosfat 0,016 g

Dinatrium hidrogenfosfat 0,028 g

Natrium Klorida 0,045 g

API Ad 5 ml

Selain kloramfenikol digunakan asam borat sebagai pengawet, Natrium

dihidrogenfosfat dan Dinatrium hidrogenfosfat sebagai pendapar, Natrium klorida sebagai

pengisotonis dan aqua pro injeksi sebagai pelarut.

Dari hasil evaluasi diperoleh didapatkan hasil pH 7,4 yaitu pH netral diukur

menggunakan lakmus pH. Maka dapat disimpulkan tetes mata kloramfenikol ini layak pakai

karena memenuhi syarat sesuai di Farmakope Indonesia.

37

Page 35: Sus

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sediaan suspensi yang kami buat adalah tetes mata Kloramfenikol, dimana

formula yang kami gunakan untuk membuat sediaan steril ini yaitu:

R/ Kloramfenikol 0,025 g

Asam Borat 0,00625 g

Natrium Dihidrogenfosfat 0,016 g

Dinatrium hidrogenfosfat 0,028 g

Natrium Klorida 0,045 g

API Ad 5 ml

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan

dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata

dan bola mata Tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat karena

memenuhi syarat yaitu pH 7,4 dan larutan jernih.

Karena sifat dari zat aktif yang tidak tahan pemanasan dan juga bentuk sediaan

yang dibuat yaitu suspensi maka dalam pembuatan tetes mata kloramfenikol ini tidak

dilakukan sterilisasi akhir autoklaf tetapi sterilisasi yang dilakukan yaitu dengan

teknik aseptis. Alat - alat disterilisasikan dengan sterilisasi dengan menggunakan

autoklaf 121°C selama 30 menit dan oven 150°C selama 1 jam.

5.2 Saran

Semoga praktek selanjutnya dapat lebih baik lagi, untuk itu diharapkan lebih

diperhatikan lagi dalam hal :

Sarana dan prasarana agar lebih dilengkapi

Waktu praktikum agar lebih diperhatikan sehingga praktek yang dilakukan

dapat lebih maksimal dan uji evaluasi pun dapat kami lakukan karena

bagaimanpun juga akan lebih baik lagi bila teori yang diperoleh ditunjang

sepenuhnya dengan praktek.

38

Page 36: Sus

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta

Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Kedokteran EGC. Jakarta

39

Page 37: Sus

LAMPIRAN

- Formula.

- SOP dan IK.

- Nota sterilisasi.

- Hasil evaluasi.

- Kemasan Sediaan.

- Brosur Sediaan.

40