sus
DESCRIPTION
Yusup dadan SaoriTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari
bentuk sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara
sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat)
dan liquid (cair).
Tujuan dari desain sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang
dapat diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam
skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus-
menerus. Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan
sediaan padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspensi, elixir dan lain
sebagainya, sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep, gel.
Sedangkan untuk sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet dan
lain sebagainya.
Salah satu bentuk sediaan cair yang sering diproduksi adalah suspensi. Sediaan
suspensi dibuat jika bahan obat padat tidak dapat larut dalam pembawanya sehingga
untuk mendispersikannya dalam pembawa diperlukan suspending agent. Sediaan
suspensi memiliki beberapa keuntungan antara lain absorpsinya lebih cepat
dibandingkan dengan sediaan padat sehingga memberikan efek terapi lebih cepat.
Sediaan yang ditujukan untuk mengobati penyakit mata telah ditemukan sejak
dahulu. Istilah “collyria” diberikan oleh bangsa Yunani dan Romawi terhadap bahan-
bahan yang dapat larut dalam air, susu atau putih telur yang dapat digunakan sebagai
tetes mata. Pada abad pertengahan, tetes mata digunakan untuk memperbesar (dilatasi)
pupil.
Sediaan obat mata biasanya dibuat pada farmasi komunitas atau farmasi rumah
sakit dengan stabilitas yang terbatas hanya untuk beberapa hari saja. Produk-produk
obat mata steril tersedia sebelum pertengahan tahun 1950-an, namun pentingnya
sterilitas untuk obat tetes mata masih belum dikenal secara resmi sampai tahun 1955
ketika panduan resmi pertama kali memasukkan persyaratan sterilitas. Saat ini,
jenisjenis bentuk sediaan formulasi obat mata adalah mulai dari larutan yang
sederhana sampai dengan sistem penghantaran kompleks.
Ada berbagai macam zat aktif yang dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan
suspensi. Namun tidak semua zat aktif dapat stabil pada air atau mudah terurai jika
disimpan dalam waktu yang lebih lama dan salah satunya adalah antibiotika
Klomramfenikol. Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril Kloramfenikol,
mengandung Kloramfenikol tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 130% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan
sebagai zat aktif pada sediaan obat tetes mata steril adalah Kloramfenikol yang
mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata dan merupakan
antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Sediaan
2.1.1 Definisi Tetes Mata (Guttae Ophthalmicae)
- Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar
kelopak mata dan bola mata. (FI III Hal. 10)
- Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan
sediaan yang dibuat dan dikemas sedekimian rupa hingga sesuai digunakan
pada mata. (FI IV Hal. 13)
- Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada obat
seperti yang tertera pada suspensiones. (FI IV Hal. 14)
2.1.2 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan :
- Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas
dan kemudahan penanganan.
- Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas
dan efek terapinya.
Kerugian :
- Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka
larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur
gastrointestinal menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
- Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler
pada retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk
mata adalah efeknya lokal atau topikal.
2.1.3 Syarat sediaan tetes mata
1. Steril.
2. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata.
Isotonis = 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 - 1,4% b/v atau 0,7
- 1,5% b/v.
3. Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
4. Tidak iritan terhadap mata.
2.1.4 Pemilihan Bentuk Zat Aktif
Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut
air atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang
harus diperhatikan dalam memilih garam untuk formula larutan tetes mata
yaitu:
1. Kelarutan.
2. Stabilitas.
3. pH stabilitas dan kapasitas dapar.
4. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula.
Sebagian besar zat aktif untuk sediaan tetes mata adalah basa lemah.
Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan
nitrat. Sedangkan untuk zat aktif yang berupa asam lemah, biasanya digunakan
garam natrium.
2.1.5 Formulasi
Formula umum
R/ Zat aktif
Bahan pembantu :
- Pengawet
- Pengisotonis
- Antioksidan
- Pendapar
- Peningkat viskositas
- Pensuspensi
- Surfaktan
2.1.6 Teori Bahan Pembantu
a. Pengawet
Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan
mikroorganisme selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan
obat tetes mata hendaknya memiliki sifat sebagai berikut :
- Bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutama
terhadap Pseudomonasa aeruginosa.
- Non iritan terhadap mata.
- Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
- Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
- Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan
sediaan.
b. Pengisotonis
Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol
dan dapar. Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata
berdasarkan FI IV yaitu 0,6 - 2,0%.
c. Pendapar
Secara ideal, larutan obat tetes mata mempunyai pH dan isotonisitas yang
sama dengan air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH
7,4 banyak obat yang tidak cukup larut dalam air, sebagian besar garam
alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak
obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4. Tetapi larutan tanpa
dapar antara pH 3,5 - 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang
nyaman. Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut FI IV
yaitu 3,5 - 8,5.
Syarat dapar yaitu :
- Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan.
- Konsentrasinya tidak cukup tinggi sehingga secara signifikan dapat
mengubah pH air mata.
d. Peningkat Viskositas
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat
viskositas untuk sediaan tetes mata yaitu:
1. Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri.
2. Perubahan pH yang dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat
viskositas.
3. Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi
baik oleh mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelompok
mat, sulit bercampur dengan air mata atau menganggu difusi obat.
Viskositas untuk larutan tetes mata dipandang optimal jika berkisar antara
15 - 25 cps. Pemilihan bahan pengental dalam obat tetes mata didasarkan
pada, yaitu:
- Ketahanan pada saat sterilisasi.
- Kemungkinan dapat disaring.
- Stabilitas.
- Ketidakcanpuran dengan bahan-bahan lain.
e. Antioksidan
Zat aktif untuk sediaan tetes mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara.
Untuk itu kadang dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering
digunakan adalah Na metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai
0,3%.
f. Surfaktan
Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhi berbagai
aspek:
1. Sebagai antimikroba (surfaktan golongan kationik).
2. Menurunkan tegangan permukaan antara obat tetes mata dan kornea
sehingga meningkatkan aktif terapeutik zat aktif.
3. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan
lakrimal, meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva
sehingga meningkatkan penembusan dan penyerapan obat.
4. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan
merusak kornea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima
dibandingkan dengan surfaktan golongan lainnya.
7
2.1.7 Metode Sterilisasi
Metode sterilisasi terutama ditentukan oleh sifat sediaan. Jika memungkinkan,
penyaringan dengan penyaring membran steril merupakan metode yang baik
jika dapat ditunjukkan bahwa pemanasan mempengaruhi stabilitas sediaan,
sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan autoklaf juga merupakan pilihan
baik. Pendaparan obat tertentu disekitar pH fisiologis dapat menyebabkan obat
tidak stabil pada suhu tinggi. Penyaringan dengan menggunakan penyaring
bakteri adalah suatu cara yang baik untuk menghindari pemanasan, namun
perlu perhatian khusus dalam pemilihan, perakitan, dan pengunaan alat-alat.
Sedapat I mungkin gunakan penyaring steril satu kali pakai. (FI IV Hal. 13)
Menurut FI III, kecuali dinyatakan lain tetes mata dibuat dengan salah satu cara
berikut:
1. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan
dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah. Tutup wadah
dan sterilkan dengan autoklaf pada suhu 115 - 116°C selama minimal 30
menit, tergantung volume cairan yang akan disterilkan (cara sterilisasi A).
2. Obat dilarutkan ke dalam pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan
disterilkan dengan cara filtrasi (cara sterilisasi C) ke dalam wadah yang
sudah steril secara aseptik dan ke tutup rapat.
3. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah
satu zat pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan
dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup rapat,
sterilkan dengan uap air mengalir pada suhu 98 - 100°C selama minimal 30
menit tergantung volume cairan yang akan disterilkan (cara sterilisasi B).
2.1.8 Evaluasi Sediaan
A. Evaluasi Fisik
1. Uji kejernihan
2. Penentuan bobot jenis
3. Penentuan pH
4. Penentuan bahan partikulat
5. Penentuan volume terpindahkan
6. Penentuan viskositas dan aliran
7. Volume sedimentasi
8. Kemampuan redispersi
9. Penentuan homogenitas
10. Penentuan distribusi ukuran partikel
B. Evaluasi Kimia
1. Identifikasi
2. Penetapan kadar
3. Penetapann potensi
C. Evaluasi Biologi
1. Uji sterilitas
2. Uji efektivitas pengawet
2.1.9 Wadah dan Penyimpanan
Saat ini wadah untuk larutan tetes mata berupa gelas telah digantikan oleh
wadah plastik fleksibel terbuat dari polietilen atau polipropilen dengan built in
dopper.
Keuntungan wadah plastik :
- Murah, ringan, relatif tidak mudah pecah.
- Mudah digunakan dan lebih tahan kontaminasi karena menggunakan built
in dopper.
- Wadah polietilen tidak tahan autoklaf sehingga disterilkan dengan radiasi
atau etilen oksida sebelum dimasukkan produk secara aseptik.
Kekurangan wadah plastik :
- Dapat menyerap pengawet dan mungkin permeabel terhadap senyawa
volatil, uap air, dan oksigen.
- Jika disimpan dalam waktu lama, dapat terjadi hilangnya pengawet, produk
menjadi kering (terutama wadah dosis tunggal) dan produk teroksidasi.
Persyaratan kompendial :
- Farmakope eropa mensyaratkan wadah untuk tetes mata terbuat dari
bahan yang tidak menguraikan atau merusak sediaan akibat difusi obat
ke dalam bahan wadah atau karena wadah melepaskan zat asing ke
dalam sediaan.
- Wadah terbuat dari bahan gelas atau bahan lain yang cocok.
- Wadah sediaan dosis tunggal harus mampu menjaga sterilitas sediaan
dan aplikator sampai waktu penggunaan.
- Wadah untuk tetes mata dosis ganaplikator sampai waktu penggunaan.
- Wadah untuk tetes mata dosis ganda harus dilengkapi dengan penetes
langsung atau dengan penetes dengan penutup berulir yang steril yang
dilengkapi pipet karet.
- Penyimpanan dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap, volume10
ml, dilengkapi dengan penetes.
Penyimpanan
- Tetes mata disimpan dalam wadah “tamper-evident”. Kompatibilitas dari
komponen plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan.
- Wadah untuk tetes mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang
bersatu dengan wadah atau dengan suatu tutup yang dibuat dan
disterilisasi secara terpisah.
2.1.10 Penandaan
Farmakope eropa mengkhususkan persyaratan berikut pada pelabelan sediaan tetes
mata.
1. Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi pengawet antimikroba
atau senyawa lain yang ditambahkan dalam pembuatan. Untuk wadah dosis
ganda harus mencantumkan batas waktu sediaan tersebut tidak boleh
digunakan lagi terhitung mulai wadah pertama kali dibuka.
2. Kecuali dinyatakan lain lama waktunya tidak boleh lebih dari 4 minggu.
3. Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi zat aktif, kadaluarsa dan
kondisi penyimpanan.
4. Untuk wadah dosis tunggal, karena ukurannya kecil hanya memuat satu
indikasi bahan aktif dan kekuatan atau potensi sediaan dengan
menggunakan kode yang dianjurkan, bersama dengan persentasenya. Jika
digunakan kode pada wadah, maka pada kemasan juga harus diberi kode.
5. Untuk wadah sediaan dosis ganda, label harus ntuk wadah sediaan dosis
ganda, label harus menyatakan perlakuan yang harus d perlakuan yang
harus dilakukan untuk menghindarilakukan untuk menghindari kontaminasi
isi selama penggunaan.
Labelling
Label harus mencantumkan :
- Nama dan persentase zat aktif.
- Tanggal dimana sediaan tetes mata tidak layak untuk digunakan lagi.
- Kondisi penyimpanan sediaan tetes mata.
Untuk wadah dosis ganda, label harus menyatakan bahwa harus dilakukan
perwatan tertentu untuk mencegah kontaminasi isi sediaan selama
penggunaan.
2.2.6 Evaluasi dan Stabilitas
1. Evaluasi Fisika
a. Distribusi ukuran
partikel
b. Homogenitas
c. Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi
d. BJ sediaan dengan piknometer
e. Sifat aliran dan viskositas dengan Viskometer Brookfield
f. Volume terpindahkan
g. Penetapan pH
h. Kadar air (untuk suspensi kering)
i. Penetapan waktu rekonstitusi (untuk suspensi kering)
2. Evaluasi Kimia
a. Keseragaman sediaan
b. Penetapan kadar
c. Identifikasi
d. Penetapan kapasitas penetralan asam (untuk suspensi antasida)
3. Evaluasi Biologi
a. Uji potensi (untuk antibiotic)
b. Uji batas mikroba (untuk suspensi antasida)
c. Uji efektivitas pengawet
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Karakter umum sediaan jadi :
1. Mengandung partikel padat (bahan aktif) terdispersi dalam pembawa.
2. Mengandung pembawa.
3. Partikel terdispersi halus.
4. Mengandung suspending agent.
5. Mengandung bahan tambahan : pengawet dan bahan mudah tercampurkan,pendapar.
6. Steril
3.2 Syarat Sediaan Jadi
No Parameter Satuan Spesifikasi sediaan Syarat Farmakope Syarat lain
yang akan dibuat
1 Kadar bahan aktif % Sesuai Farmakope 0,25% - 1 %,
Tetes mata chloramphenikol
Mengandung chloramphenicol,
tidak kurang dari 90,0 %
dan tidak lebih dari 130,0 %
dari jumlah yang tertera pada etiket.
(FI IV hal. 191)
2 Homogenitas Homogen Homogen
3 Kejernihan Jernih tanpa cemaran Memenuhi uji kejernihan
4 Stabilitas Stabil Stabil
5 Sterilitas Dibuat dengan cara Memenuhi syarat prosedur uji
aseptik menggunakan penyaringan
membran (FI IV hal, 192)
6 Isotonis Tidak pedih dimata Tidak pedih di mata
7 pengawet Tidak menganggu
bahan aktif dan sediaan
8 Bau Tidak berbau Tidak berbau (FI III hal. 143)
9 Rasa Pahit Sangat pahit (FI III hal. 143)
10 Warna Jernih tidak berwarna Putih, putih kelabu, putih
kekuningan (FI III hal. 143)
11 pH Sesuai denagn pH mata Antara 7,0-7,5 (FI IV hal. 192)
15
12 Cara pemakaian Teteskan pada mata Teteskan pada mata yang sakit
yang sakit
13 Wadah&penyimpa Sesuai Farmakope Dalam wadah tertutup rapat dan
nan disimpan dalam lemari
pendingin. Wadah atau karton
disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama (FI IV
hal. 192)
3.3 Data Pengkajian Praformulasi
No Rumusan Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah
1. Bentuk sediaan
apa yang sesuai
untuk dibuat
sediaansteril
kloramfenikol
tetes mata?
2. Bahan pembawa
apa yang sesuai
untuk dipakai
sebagai pembawa
dalam pembuatan
kolamfenikol
tetes mata?
Komponen
1. Larutan
2. Suspensiopt
almik
3. Emulsi
AquaProInjection
API bebas O2
API bebas CO2
Proses Pengawasan
Mutu
Penghalusan Ukuran partikel
Pelarutan Kelarutan
Keputusan
Suspensi optalmik, karena kolamfenikol tidak larut dalam air
Aqua pro
injection, karena
dapat melarutkan
bahan aktif
dengan sempurna
merupakan zat
pembawa yang
baik serta memang
ditujukan untuk
pembuatan
larutan sejati
.
3 Dosis yang dibua
tuntuk memberi
efek terapi
4. Sediaan dibuat
obat tetes mata
steril. Dapat
tercampur dengan
konsentrasi dalam
tubuh. Dibuat
sediaan yang
bersifat dan apa
yang digunakan
5. Sediaan tetes
mata
kloramfenikol
dipakai berulang
sehingga mudah
ditumbuhi
mikroba
6. Zat / sediaan
dikhawatirkan
tidak stabil.
Sediaan tetes
mata yang stabil
diberi zat
pendapar agar
tidak pedih saat
0,5 %
1%
Isotonis
Hipotonis
hipertonis
Dengan
penambahan
pengawet :
Phenylhidragrinitras
AcidumBoricum
NaH2PO4
Na2HPO4
Perhitungan Perhitungan
kadar bahan
aktif
Pencampuran Kelarutan
Homogenitas
Stabilitas
Pencampuran Uji mikrorganisme
Pencampuran Kelarutan
Uji
homogenitas
0,5% aman unuk
pembuatan tetes
mata dan dapat
memberikan
efek terapeutik
Isotonis. Syarat
sediaan tetes
mata steril harus
berupa sediaan
yang isotonis
dengan
menambahkan
NaCl
Acidum
boricum.karena
tidak OTT pada
kloramfenikol
NaH2PO4 dan
Na2HPO4
sebagai dapar
agar tidak pedih
di mata pada
saat digunakan
17
digunakan
7. Metode
pembuatan apa
yang sesuai
untuk membuat
tetes mata
kloramfenikol
agar diperoleh
hasil sterilitas
yang terbaik?
8. Penandaan
berdasarkan
golongan obat
bermacam-
macam.
Penandaan
golongan yang
sesuai sebagai
petunjuk
penggunaan
konsumen
9. Dikhawatirkan zat
tidak dapat larut
dalam air, maka
ditambahkan zat
pensuspensi
10 Cara sterilisasi
yang sesuai
Teknik aseptic
Non aseptik
Metil selulosa
Hidroksi propil
metil selulosa
Polivinil alkohol
Teknik aseptik
Pemanasan
Pencanpuran Homogen
Sterilisasi Uji sterilitas
Sterilisasi
aseptis. Karena
kondisi aseptis
efektif untuk
meminimalisir
terjadinya
kontaminasi
mikroorganisme
Karena
penggunaan
sediaan tetes
mata harus
dengan resep
dokter dan perlu
dilakkan oleh
tenaga ahli
medis.
Metil selulosa
memiliki sifat
viskositas yang
dapat
meningkatkan
waktu kontak
dengan kornea
mata
Digunakan
teknik aseptik
karena tetesmata
yang akan
dibuat adalah
18
dalam bentuk
suspensi.
11 Bahan aktif tidak Penyaringan
larut dalam membran
pelarut, apa yang sterilisasi
harus dilakukan
agar larutan jernih
Penyaringan
membran perlu Penyaringan Uji kejernihan
dilakukan agar
sediaan bebas
dari partikel
atau bahan yang
tidak larut.
3.4 Data Praformulasi
Nama Bahan Aktif : Chloramphenicol
NO. PARAMETER DATA
1. Pemerian Hablur halus berbentuk jarumatau lempeng memanjang, warna putih kelabu
sampai kekuningan, tidak berbau, rasa sangat pahit(FI III hal. 143 )
2 Kelarutan Larut dalam ± 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol 95%, dalam bagian
propilen glikol, sukar larut dalam kloform eter P dan eter P ( FI III hal. 143)
3 pH Antara 4,5 dan 7,5 (FI IV hal. 188)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi teknik aseptis
6 Indikasi Antibiotikum ( FI III)
7 Dosis lazim Sekali 250 mg-500 mg. Sehari 1 g-2 g ( FI III hal. 963). 0.5 % (larutan) dan 1 %
(salep); tiap 10 ml mengandung 50 mg kloramfenikoluntuksediaantetesmata
8 Cara pemakaian Oral dan pemakaian luar
9 Sediaan lazim dan Kapsul, tetes mata, tetes telinga, salep matakadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat ( FI IV hal.190)penyimpanan
19
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama bahan tambahan : API (Aqua Pro Injeksi )
NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (FI IV hal.112)
2 Kelarutan Dapat tercampur dengan pelarut polar
3 pH -
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Disterilkan tanpa penambahan bakterisida ( FI III hal. 97)atau dengan autoclave
6 Indikasi Untuk pembuatan injeksi ( FI III hal. 97)
7 Dosis lazim -
8 Cara pemakaian Sebagai pembawa dan pelarut sediaan steril
9 Sediaan lazim dan Cairan -kadar
10 Wadah Dalam wadah tertutup kedap . dalam wadah bertutuppenyimpanan kapasberlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari
setelah pembuatan ( FI III hal. 97 )
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama bahan tambahan : Acidum Boricum
NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidakberbau, rasa agak asam, pahit, kemudian manis (FI III hal. 49)
2 Kelarutan Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16bagian etanol 95% Pdan dalam 5 bagian gliserol P ( FI III hal. 49)
3 pH 3,8 sampai 4,8 (FI III hal 49)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6 Indikasi Sebagai pengawet atau antiseptikum ekstern ( FI III hal. 50)
20
7 Dosis lazim 0,125%
8 Cara pemakaian Zat tambahan sebagai pengawet
9 Sediaan lazim dan Serbukkadar
10 Wadah penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup baik (FI III hal. 50)
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama bahan tambahan : Dapar fosfat ( NaH2PO4 )
NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasaasam dan asin ( FI III hal. 409)
2 Kelarutan Larut dalam 1 bagian air ( FI III hal. 409)
3 pH 4,4 sampai 4,6 ( FI III hal. 409)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6 Indikasi Sebagai pendapar atau zat tambahan
7 Dosis lazim 0,8 %
8 Cara pemakaian -
9 Sediaan lazim dan Serbukkadar
10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ( FI III hal. 410)
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama bahan tambahan : Dapar fosfat ( Na2HPO4 )
NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Hablur tidak berwarna , tidak berbau, rasa asin. Dalam udara keringmerapuh (FI III hal, 227)
2 Kelarutan Larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%) P ( FI III hal.227)
3 pH 2,0% b/v 9,0 s 9,2 sampai ( FI III hal. 227)
4 OTT -
21
5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6 Indikasi Sebagai pendapar atau zat tambahan
7 Dosis lazim 0,947 %
8 Cara pemakaian -
9 Sediaan lazim dan Serbukkadar
10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ( FI III hal. 227 )
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama bahan tambahan : NaCl 0,9%
NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih tidak
berbau rasa asin. (FI III hal. 403)
2 Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam
lbh kurang bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol 95% P ( FI III
hal. 403)
3 pH 4,5-7,0 (FI III 404)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi -
6 Indikasi Zat tambahan/pengisotonis
7 Dosis lazim 0,6% - 2,0% (FI IV)
8 Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai cairan infus
9 Sediaan lazim dan Cairan -kadar
10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI III hal 404)
22
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama bahan tambahan : Metil Selulosa
NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Serbuk berserat atau granul berwarna putih. Suspensi dalam air
bereaksi netral terhadap lakmus Pengembang dalam air dan
membentuk suspensi yang jernih hingga opalesen kental, koloidal
2 Kelarutan Tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam kloroform. Larut
dalam asam asetat glasial dan dalam campuran volume sama etanol
dan kloroform (FI IV hal. 544)
3 pH -
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Teknik aseptis
6 Indikasi Sebagai pengental
7 Dosis lazim 1% - 2%
8 Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai pengental pada sediaan tetes mata
9 Sediaan lazim dan -kadar
10 Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (FI IV hal. 544 )
3.5 Perhitungan dan Penimbangan
Batch : 5 mL
No Nama Bahan
1 Chloramfenicol
2 Aqua Pro Injeksi
3 Acid Boric
4 Natriumdihidrogenfosfat
Fungsi (untuk Pemakaian Lazimfarmakologi/farmas (%) Penimbangan danetika) Pemipetan Bahan
Unit BatchSebagai antibiotika 0,5% (0,005 gr/mL) 0,025 0,075 gr
gr/5mL
Sebagai Pelarut Ad 5ml Ad 15 mlatau PembawaSebagai Pengawet 0,125% 0,00625 0,01875
(0.00125gr/mL gr/5ml grSebagai Pendapar 0,8 % dibuat 6mL 0,016 0,048
untuk 15 mL sediaan gr/5ml gr/15 ml
23
(0,0032gr/mL)
5 Dinatrium Sebagai Pendapar 0,947 % dibuat 9mL 0,028 0,08523hidrogenfosfat untuk 15 mL sediaan gr/5ml gr/15ml
(0,0056 gr/mL)
6 Natrium Klorida Sebagai 0,9 % (0.009 gr/mL) 0,045 0,135Pengisotonis gr/5ml gr/15ml
7 Metil Selulosa Sebagai Pengental 0,05 0,15 grdan Pensuspensi 1% (0,01gr/ml) gr/5ml
Perhitungan
Chloramfenicol 0,5%
5 mL →0,5/100 x 5 mL = 0.025 gram
3 botol → 3 x 0,025 gr = 0,075 gram
Acid boric 0,125%
5mL→ 0,125/100 x 5mL = 0,00625 gram
3 botol→ 3 x 0,00625gr = 0.01875 gram
Natrium dihidrogenfosfat 0,8 % dibuat 6 mL untuk 15 mL sediaan tetes mata
5mL → 0,048/3 = 0,016gram
3 botol →→ 0,8/100 x 6mL = 0,048 gram
Dinatrium hidrogenfosfat 0,947% dibuat 9 mL untuk 15 mL sediaan tetes mata
5ml → 0,08523/ 3 = 0,028 gr/mL
3 botol→ = 0,947/100 x 9 mL = 0,08523 gr/mL
NaCl 0,9 %
5 mL→0,9/100 x 5 mL = 0,04 5gram
3 botol → 3 x 0,045 gram = 0,135 gram
Metil selulosa 1%
5 mL → 1/100 x 5 mL = 0,05 gram
3 botol → 3 x 0,05 gr = 0,15 gram
24
3.6 Pengawasan Mutu Sediaan
1. In Process Control
No Parameter yg diuji Satuan Cara pemeriksaan
1. Waktu dan suhu sterilisas iakhir - IK Uji sterilisasi
homogenitas
2. pH - IK pengukuran pH
3. Ketepatan volume - IK volume terpindahkan
-
2. End proses control
No Parameter yg diuji Satuan Cara pemeriksaan
1. Organoleptis - IK uji organoleptis
2. PH - IK pengukuran pH
3. Bobot Jenis - IK bobot jenis
4. Uji kejernihan - IK uji kejernihan
5. Uji volume terpindahkan - IK uji volume terpindahkan
6. Sterilitas - IK uji sterilitas
7. Efektivitas pengawet - IK uji efektivitas pengawet
3.6 Prosedur Tetap
Disusun Oleh :Kelompok Diperiksa Disetujui Hal Dari Hal7 Oleh : Oleh:
No: / /Tanggal : Tanggal :
Tanggal : Penanggung Jawab Prosedur Tetap
I. Persiapan
a. Ruangan, peralatan dan wadah dibersihkan
b. Peralatan dan wadah dibersihkan
c. Kebersihan diperiksa
d. Pakai pelindung pernapasan dan jalankan exhauter.
e. Beri label identitas tiap wadah.
f. Pakai masker dan sarung tangan
II. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi terdiri dari :
1. Penyiapanalatdanbahan
25
2. Penimbangan dan pemipetan bahan
3. Pelarutan bahan aktif dan bahan tambahan
4. Pengujian mutu sediaan tetes mata
5. Pengemasan
6. Penyerahan produk jadi
Semua anggota kelompok membuat jadwal harian produksi berdasarkan rencana
produksi untuk periode yang datang, mempertimbangkan.
1. sisa jadwal yang lalu
2. kapasitas masing - masing mesin setiap tahap
3. jumlah tenaga kerja
4. jumlah bahan baku dan kemasan dan kemungkinan adanya keterlambatan
kedatangannya
5. urgensi masing - masing produk.
III. Penimbangan dan Pemipetan Bahan
a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
b. Anggota kelompok melakukan Penimbangan dan pemipetan lalu
mencatat hasil penimbangan dan pemipetan sesuai dengan IK
Penimbangan dan pemipetan bahan
IV. Pelarutan bahan aktif dan bahan tambahan
a. Anggota kelompok menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
b. Anggota kelompok melakukan Pencampuran sesuai dengan IK Pelarutan
bahan aktif dan bahan tambahan
V. Pengujian mutu sediaan
a. Anggota kelompok menyiapkan alat utuk kegiatan Evaluasi terhadap
sediaan yang dihasilkan
b. Anggota kelompok melakukan kegiatan untuk Evaluasi sesuai dengan
IK Pengujian mutu eliksir
VI. Pengemasan.
Anggota kelompok melaksanakan pengemasan dan mencatat semua
kegiatan dan hasil pengemasan sesuai IK. Pengemasan
VI. Penyerahan produk jadi
a. anggota kelompok membuat nota penyerahan barang dan
26
menyerahkan barangnya kepada dosen pembimbing.
b. Dosen pembimbing memeriksa kecocokan barang dengan nota
penyerahan barang.
c. Menyerahkan sediaan jadi
3.7 Instruksi Kerja
Hal. Dari
INSTRUKSI KERJA TanggalBerlaku:
PENIMBANGAN DAN PEMIPETAN BAHAN
Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Pengganti No.
Tgl. Tgl.
Tgl.
Tujuan: Memperoleh bahan baku sesuai jenis dan jumlah yang diinginkan
Bahan: 1. Chloramfenicol Alat: 1. Timbangan
2. WadahBahan
2. Aqua Pro Injeksi 3. Label
4. Pipet ukur/ pipet
3. Acid Boricvolume
5. Balp
27
4. Natrium Dihidrogenfosfat
5.Nacl
6.Metil selulosa
7.API
Instruksi Operator: Pengawas:
Cara Kerja:
1. Beri label pada wadah yang akan digunakan
2. Timbang masing-masing bahan, masukkan ke dalam wadah
yang sesuai
No. Bahan: Penimbangan Seharusnya:
Chloramfenicol
Aqua Pro Injeksi
Acid Boric
Natrium
Dihidrogenfosfat
Dinatrium
hidrogenfosfat
Nacl
Metil selulosa
28
3.8 Tahap Pembuatan Tetes Mata Kloramfenikol
Hal. Dari
INSTRUKSI KERJATanggalBerlaku:
PELARUTAN BAHAN AKTIF
DiperiksaOleh: DisetujuiOleh: Pengganti No.
Tgl. Tgl.
Tujuan: Memperoleh zat aktif yang larut
Bahan: 1. Chloramfenicol Alat: 1. Beaker Glass
2. Spatel2. Aqua Pro Injeksi
3. WadahBahan
3. Acid Boric 4. Label
4. Natrium Dihidrogenfosfat
5. Dinatrium hidrogenfosfat
6. Nacl
7. Metil selulosa
29
Instruksi Operator: Pengawas:
Pembuatan API
Panaskan 50 ml air hingga mendidih
Setelah mendidih, tutup denga nkapas + kasa biarkan selama 30’
ad dingin.
Pengenceran Bahan
Pembuatan Dapar
Larutkan 0.048 gr NaH2PO4 dengan 6 ml API dan larutkan 0,085 gr
Na2HPO4 dengan 9 mLAPI
Pembuatan Suspending Agent
0,15 gr CMC Na dilarutkan dalam API
Pencampuran I
Campurkan CMC Na yang telah dikembangkan dengan larutanAcid
Boric,dan dapar fosfat, gerus ad homogen,
Sterilisasikan campuran I dalam autoklaf pada suhu 1150 - 1160C
selama 30 menit
Pencampuran II
Kloramfenikol yang telah ditimbang ditambahkan pada campuran I
yang telah dingin dan digerus ad homogen
30
Pengukuran volume
Masukkan filtrat kedalam gelas ukur
Bila volume belum mencukupi, maka tambahkan API ad 15 ml.
3.9 Evaluasi Tetes Mata Kloramfenikol
IK : PENGUJIAN MUTU Hal. Dari hal
TETES MATA
Diperiksa Disetujui oleh : No. : / /oleh :
Tgl :
Tgl :
Tujuan Memastikan bahwa suspensi tetes mata yang telah dihasilkan memenuhi kriteria
dan syarat yang telah ditetapkan
Bahan Sediaan suspensi
Alat Alat-alat evaluasi suspensi
Cara Kerja Operator SPV
1. Organoleptis
Dengan menggunakan panca indra kita dapat
mengevaluasi rasa, bau, dan warna
31
Uji Diinginkan Hasil
Warna Jernih Jernih
Bau - -
Rasa - -
2. Uji Kejernihan
Masukkan sampel dan pelarut pembanding dalam 2
tabung yang berbeda
Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang
hitam lalu amati tegak lurus kearah bawah tabung.
Hasil: Suatu cairan dikatakan jernih apabila
kejernihannya sama dengan kejernihan air atau pelarut
yang dipakai
3. Uji Bobot jenis
Timbang bobot piknometer kosong dan piknometer
+ air pada suhu 25oC
Timbang bobot pikometer + sampel
Gunakan rumus untuk menghitung Bobot Jenis
(bobot pikno + sampel) - bobot pikno kosong
( bobot pikno + air) - bobot pikno kosong
4. Volume Terpindahkan
Tuang kembali tetes mata kedalam gelasukur, lihat
hasilnya apakah sesuai dengan volume sebelumnya /
volume yang ditentukan.
32
Tulis hasil pengamatan pada table.
Volume Sediaan HasilPengamatan
5. Penentuan pH
Masukkan tetes mata kedalam beker glass, ukur pH dengan
pH indikator
Sampel pH
Tetes Mata Kloramfenikol 7,4
6. Uji Sterilisasi
Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau
jarum suntik yang steril secara aseptik. Inokulasikan
sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji kedalam
tabung media. Campur cairan dan media tanpa durasi
berlebihan. Inokulasikan pada media tertentu seperti
yang tertera pada prosedur umum selama tidak kurang
dari 14 hari. Amati pertumbuhan pada media secara
visual sesering mungkin.
7. Uji Volume Sedimentasi
Sediaan tetes mata dimasukkan ke dalam gelas
ukur.
Volume yang diisikan merupakan volume awal.
Setelah didiamkan, catat endapan setiap 24 jam
selama 1 minggu diamati merupakan volume akhir
33
dengan terjadinya sedimentasi volume akhir
terhadap volume yang diukur.
Hasil :
Sediaan Hari Volume sediian
Tetes mata Ke-1 5 ml
kloramfenikol
Tetes mata Ke-2 5 ml
kloramfenikol
Tetes mata Ke-3 4,9 ml
kloramfenikol
Tetes mata Ke-4 4,9 ml
kloramfenikol
Tetes mata Ke-5 4,8 ml
kloramfenikol
Tetes mata Ke-6 4,8 ml
kloramfenikol
Tetes mata Ke-7 4,8 ml
kloramfenikol
8. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba
Cara :
a. Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik
menggunakan jarum suntik melalui karet, lakukan
pengujian pada wadah asli sediaan.
b. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara
aseptik, pindahkan 20 ml sampel kedalam masing -
masing lubang bakteriologik berukuran sesuai dan
steril.
c. Inokulasi masing - masing wadah atau tabung salah
satu suspensi mikrobakokus, menggunakan
perbandingan 0,10 ml. Inokulasi ~ 20 ml sediaan
dan campur.
d. Mikroba uji dengan jumlah sesuai harus ditambah
34
sedemikian rupa sehingga jumlah mikroba didalam
sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara
100.000 - 1.000.000 per ml.
e. Tetapkan jumlah mikroba didalam tiap suspensi
inokulasi dan hitung angka awal mikroba tiap ml
sediaan yang diuji dengan metode lempeng.
f. Inkubasi wadah atau tabung yang telah di inokulasi
pada suhu 20 - 25O C.
g. Amati wadah pada hari ke-7, 14, 21 dan ke-28
sesudah inokulasi.
h. Catat tiap perubahan yang dilihat dan tetapkan
jumlah mikroba variabel pada tiap selang waktu
tersebut dengan metode lempeng.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami membuat suatu sediaan steril yaitu Tetes Mata
Kloramfenikol. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
Tetes mata disebut juga Guttae Opthalmitae. Tetes mata berair umumnya dibuat
menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet yang pemilihannya
didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya
selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. (FI III, 1979). Obat tetes mata
yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk dapat memberi efek. Larutan obat
tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal dan meluas di permukaan kornea dan
konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui kornea menembus mata.
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang
stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada
pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata
harus disterilkan.
Sediaan ini diteteskan ke dalam mata sebagai antibacterial, anestetik, diagnose,
midratik, miotik, dan antiinflamasi. Obat tetes mata sering digunakan pada mata yang luka
karena habis dioperasi atau karena kecelakaan. Syarat-syarat untuk tetes mata dikehendaki
syarat-syaratnya yaitu obatnya harus stabil secara kimia, harus mempunyai aktivitas terpeutik yang
optimal, harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, harus teliti dan
tepat secara jernih, harus bebas dari mikroorganismeyg hidup dan tetap tinggal demikian
selama penyimpanan yang diperlukan. Jadi pada prinsipnya obat tetes mata harus steril, jernih,
dan bebas partikel asing.
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek local pada pengobatan bagian
permukaan, mata, atau bagian dalamnya. Yang sering dipakai adalah larutan dalam air, akan
tetapi juga biasa dipakai suspense cairan bukan air dan salep mata, karena kapasitas mata
untuk menahan atau menyimoan cairan dan salep terbatas. Pada umumnya obat mata
dibiarkan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan
36
tetes mata dan salep mata dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata. Volume
sediaan cairan yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan dan mencuci mata.
Dalam praktikum ini bahan obat yang kami gunakan sebagai zat aktif adalah
Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata
dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik. Kloramfenikol juga
mengandung tidak lebih 103,0% dan tidak kurang dari 97,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung dari
zat yang telah dikeringkan. Adapun formula yang kami gunakan untuk membuat sediaan
steril ini yaitu:
R/ Kloramfenikol 0,025 g
Asam Borat 0,00625 g
Natrium Dihidrogenfosfat 0,016 g
Dinatrium hidrogenfosfat 0,028 g
Natrium Klorida 0,045 g
API Ad 5 ml
Selain kloramfenikol digunakan asam borat sebagai pengawet, Natrium
dihidrogenfosfat dan Dinatrium hidrogenfosfat sebagai pendapar, Natrium klorida sebagai
pengisotonis dan aqua pro injeksi sebagai pelarut.
Dari hasil evaluasi diperoleh didapatkan hasil pH 7,4 yaitu pH netral diukur
menggunakan lakmus pH. Maka dapat disimpulkan tetes mata kloramfenikol ini layak pakai
karena memenuhi syarat sesuai di Farmakope Indonesia.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sediaan suspensi yang kami buat adalah tetes mata Kloramfenikol, dimana
formula yang kami gunakan untuk membuat sediaan steril ini yaitu:
R/ Kloramfenikol 0,025 g
Asam Borat 0,00625 g
Natrium Dihidrogenfosfat 0,016 g
Dinatrium hidrogenfosfat 0,028 g
Natrium Klorida 0,045 g
API Ad 5 ml
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata
dan bola mata Tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat karena
memenuhi syarat yaitu pH 7,4 dan larutan jernih.
Karena sifat dari zat aktif yang tidak tahan pemanasan dan juga bentuk sediaan
yang dibuat yaitu suspensi maka dalam pembuatan tetes mata kloramfenikol ini tidak
dilakukan sterilisasi akhir autoklaf tetapi sterilisasi yang dilakukan yaitu dengan
teknik aseptis. Alat - alat disterilisasikan dengan sterilisasi dengan menggunakan
autoklaf 121°C selama 30 menit dan oven 150°C selama 1 jam.
5.2 Saran
Semoga praktek selanjutnya dapat lebih baik lagi, untuk itu diharapkan lebih
diperhatikan lagi dalam hal :
Sarana dan prasarana agar lebih dilengkapi
Waktu praktikum agar lebih diperhatikan sehingga praktek yang dilakukan
dapat lebih maksimal dan uji evaluasi pun dapat kami lakukan karena
bagaimanpun juga akan lebih baik lagi bila teori yang diperoleh ditunjang
sepenuhnya dengan praktek.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta
Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Kedokteran EGC. Jakarta
39
LAMPIRAN
- Formula.
- SOP dan IK.
- Nota sterilisasi.
- Hasil evaluasi.
- Kemasan Sediaan.
- Brosur Sediaan.
40