survey pemetaan perilaku komplain peserta jamkesda kabupaten kulon progo
DESCRIPTION
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo memberikan jaminan pembiayaan layanan kesehatan (Jamkesda) bagi semua warganya yang tidak menjadi peserta program atau skema jaminan pembiayaan lainnya (Askes, Jamsostek dan Jamkesmas). Program Jamkesda ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk Kulon Progo terhadap layanan kesehatan tingkat dasar maupun lanjutan.TRANSCRIPT
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta Jamkesda
Kabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
Tim Peneliti
Ambar Widaningrum.Bevaola Kusumasari.Puguh Prasetyo Utama.Ario Wicaksono.Ambar Teguh Sulistyani.Agus Pramusinto.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo memberikan jaminan
pembiayaan layanan kesehatan (Jamkesda) bagi semua warganya yang tidak menjadi
peserta program atau skema jaminan pembiayaan lainnya (Askes, Jamsostek dan
Jamkesmas). Program Jamkesda ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk
Kulon Progo terhadap layanan kesehatan tingkat dasar maupun lanjutan.
Tabel 1 menunjukkan indikasi adanya komitmen tinggi dari Pemkab Kulon
Progo dalam memberikan jaminan pembiayaan pelayanan kesehatan. Ini terlihat dari peningkatan jumlah anggaran tahunan yang dialokasikan untuk Jamkesda sebesar 260
persen pada 2012 dan jumlah yang sama dipertahankan pada 2013. Jumlah realisasi
anggaran Jamkesda maupun jumlah kunjungan puskesmas dan rumah sakit untuk
setiap tahunnya juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Namun
peningkatan jumlah pengguna ini tidak selalu berarti bahwa kepuasan pengguna
terhadap kualitas pelayanan Jamkesda juga meningkat. Peningkatan jumlah alokasi
anggaran memang dapat memberikan kesempatan bagi terjadinya perbaikan kualitas
layanan Jamkesda. Namun itu tidak selalu diikuti oleh meningkatnya kepuasan pengguna layanan.
A. Pendahuluan
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta Jamkesda
Kabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
No Uraian Tahun
2010 2011 2012 2013
1 Jumlah Anggaran (dalam juta rupiah) Rp. 1.500,- Rp. 2.500,- Rp. 9.000,- Rp. 9.000,-
2 Realisasi anggaran (dalam juta rupiah) Rp. 511,- Rp. 1.099,- Rp. 7.061,- Rp. 6.452,-
3 Jumlah kunjungan rawat jalan Puskesmas 3280 37369 135281 197447
4 Jumlah kunjungan rawat inap Puskesmas 72 410 1188 1465
5 Jumlah kunjungan rawat jalan Rumah sakit 748 2092 7009 7879
6 Jumlah kunjungan rawat inap rumah sakit 393 572 1506 1396
Tabel 1. Sumberdaya Keuangan Program Jamkesda Kulon Progo dan Penggunaannya
Sumber : Data Sekunder, UPTD Jamkesda Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2014
1
Peningkatan kualitas pelayanan tidak akan terjadi apabila pihak penyelenggara
layanan tidak mengetahui apa yang masih menjadi kelemahan dari pelayanan yang
diselenggarakannya. Anggaran yang besar bisa jadi tidak akan bermakna apapun. Salah
satu persyaratan agar program pelayanan Jamkesda terselenggara dengan baik atau terjadi
perbaikan secara berkelanjutan adalah adanya peran serta warga atau pengguna dalam
upaya perbaikan pelayanan. Peran yang diharapkan dari warga atau pengguna adalah
menyampaikan aspirasi atau keluhan terkait pelayanan yang diterimanya. Dengan
menyampaikan keluhan ketika tidak puas terhadap pelayanan, warga berarti memberikan
kontribusi terbaiknya untuk perbaikan pelayanan. Hal ini memberikan kesempatan bagi
penyelenggara layanan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki
dalam pelayanan. Namun demikian, perilaku warga ketika tidak puas dengan pelayanan
(complaint behavior) sangat beragam, dinamis dari waktu ke waktu dan tidak selalu seperti
yang diharapkan.
Survey ini dilaksanakan untuk memetakan perilaku komplain warga Kulon Progo
sebagai pengguna Jamkesda.Informasi tentang pola perilaku pengguna Jamkesda ketika
tidak puas terhadap pelayanan yang diterimanya dapat digunakan untuk memperbaiki
mekanisme pengelolaan keluhan pada pelayanan Jamkesda. Perbaikan secara
berkelanjutan (continuous improvement) pada pelayanan Jamkesda hanya dapat dilakukan
apabila Pemkab Kulon Progo memiliki mekanisme pengelolaan keluhan yang efektif.
Survey dilakukan di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo, yaitu
Samigaluh, Kalibawang, Nanggulan, Girimulyo, Kokap, Pengasih, Sentolo, Lendah, Galur,
Panjatan, Wates, dan Temon. Kuesioner adalah instrumen utama untuk mengumpulkan data
tentang (1) pengetahuan warga mengenai program Jamkesda, (2) penilaian warga terhadap
pelayanan jamkesda, (3) perilaku warga pengguna ketika tidak puas terhadap pelayanan,
(4) pengalaman menyampaikan keluhan, dan (5) harapan warga terhadap mekanisme
pengelolaan keluhan. Pengisian kuesioner dilakukan melalui wawancara. Kriteria
responden pada penelitian ini adalah warga Kulon Progo, baik yang pernah maupun belum
pernah menggunakannya fasilitas Jamkesda. Jumlah sampel di setiap kecamatan adalah 30-
35 orang. Setelah dilakukan validasi isian kuesioner, total responden adalah 376 orang.
Buku kecil ini merupakan deskripsi ringkas hasil survey. Terdapat lima temuan
yang dipaparkan, yaitu: (1) pemahaman warga tentang hak pengguna Jamkesda, (2)
kepuasan terhadap pelayanan Jamkesda, (3) perilaku pengguna ketika tidak puas terhadap
pelayanan, (4) kecenderungan perilaku dari penyelenggara layanan ketika merespon
keluhan pengguna, dan (5) harapan tentang mekanisme pengelolaan keluhan. Buku kecil ini
hanya merupakan salah satu produk penelitian. Produk lain dari penelitian ini adalah policy
brief, buku saku Layanan Jamkesda, dan poster Mekanisme Pengelolaan Keluhan Jamkesda.
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta Jamkesda
Kabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
2
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta Jamkesda
Kabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
Grafik 6. Proporsi Responden Menurut Daerah Tempat Tinggal (%)
Grafik 4. Responden Menurut Pekerjaan (%)
Grafik 7. Intensitas Menggunakan Layanan Kesehatan (%)
B. Karakteristik Responden
Grafik 1. Jenis Kelamin (%)
Perempuan Laki-laki
4258
Grafik 2. Proporsi RespondenBerdasarkan Usia (%)
53
31-50 Tahun
51-65 Tahun
> 65 Tahun
30 Tahun19
21
7
N = 376
Ibu Rumah Tangga
Petani
Wiraswasta
Pedagang
Buruh
Perangkat Desa
Pensiunan
Pelajar/Mahasiswa
Tidak Bekerja
Lainnya
25.8
25.5
17.3
12.5
6.6
1.6
0.5
1.3
1.9
4.3
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Grafik 3. Responden Menurut Pendidikan Terakhir (%)
2.43.7
38.8
21.822.3
10.9
D I-IIIS 1
SMA/MA/SMK/Sederajat
SMP/MTS/Sederajat
SD/Sederajat
Tidak Sekolah/Tidak Tamat
N = 376
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014 Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Kec. Samigaluh
Kec. Kalibawang
Kec. Nanggulan
Kec. GirimulyoKec. Kokap
Kec. Pengasih
Kec. Sentolo
Kec. Lendah
Kec. GalurKec. Panjatan
Kec. Wates
Kec. Temon
8.5
8.5
8.5
8.2
8.2
8.2
8.2
7.4
9.3
8
8.8
864.6 19.4 16
Jarang (1-4 kali dalam 1 Tahun)
Cukup (4-8 kali dalam 1 Tahun)
Sering (lebih dari 8 kali dalam 1 Tahun)
Grafik 5. Proporsi Responden Menurut Tingkat Pendapatan (%)
> 3.000.000,- s.d. 4.000.000,-
> 4.000.000,-
> 2.000.000,- s.d. 3.000.000,-
> 1.000.000,- s.d. 2.000.000,-
> 500.000,- s.d. 1.000.000,-
<= 500.000,-
0.5
1.6
2.1
16.2
38
41.5
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
3
C. Pemahaman Tentang Hak Warga Pengguna Jamkesda
Masih banyak warga Kulon Progo yang tidak mengetahui bahwa
Pemkab Kulon Progo memberikan jaminan pembiayaan layanan
kesehatan (Jamkesda) bagi setiap warga Kulon Progo yang tidak
mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan yang lain, seperti Askes,
Jamsostek, dan Jamkesmas. Ini terindikasi dari temuan survey yang
menunjukkan banyak responden (31.6 persen) yang tidak mengetahui hal
itu (Grafik 8).
68.1
31.6
0.3Tahu
Tidak Tahu
Tidak Menjawab
Grafik 8. Pemahaman Tentang Hak Warga Pengguna Jamkesda (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Di antara responden yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah, banyak yang tidak mengetahui bahwa setiap
warga Kulon Progo yang tidak mendapatkan jaminan pembiayaan
layanan kesehatan dari Askes, Jamsostek, dan Jamkesmas memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkan jaminan pembiayaan layanan
kesehatan dari Pemkab Kulon Progo (Jamkesda). Sedangkan di antara
kelompok responden yang berpendidikan menengah dan tinggi, hanya
sedikit di antaranya yang tidak mengetahui hal tersebut (Grafik 9). Ini
mengindikasikan sosialisasi tentang hak warga Kulon Progo untuk
mendapatkan Jamkesda selama ini masih sulit dipahami oleh warga yang
berpendidikan rendah.
MengetahuiTidakMengetahui
Tidak Sekolah/Tidak tamat SD
SD/Sederajat SMP/MTs/Sederajat
SMA/MA/SMK/Sederajat
Diploma I-III Sarjana (S1)
53.7%
46.3%
61.4%
38.6%
64.6%
35.4%
76.7%
23.3%
77.8%
22.2%
78.6%
21.4%
Tingkat Pendidikan Masyarakat
Grafik 9. Pengetahuan Responden Tentang Hak Setiap Warga Kulon Progo untuk Mendapatkan Jamkesda
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
N=376
5
77.7
22.3
44.1
55.9
19.9
33.8
80.1
65.7
Kelas rawat inap
Besaran biaya yang ditanggung
Jenis layanan yang ditanggungpembiayaannya
Cakupan tempat pelayanan
Grafik 10. Pengetahuan Tentang Hak Pengguna Jamkesda (%)
Mengetahui
Tidak
Mengetahui
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Pengetahuan warga tentang hak pengguna Jamkesda terbatas. Ini terindikasi dari
sedikitnya responden yang mengetahui hak-hak pengguna Jamkesda secara pasti, yaitu tentang
besaran biaya yang ditanggung, kelas rawat inap, jenis layanan yang ditanggung dan cakupan
tempat pelayanan (Grafik 10). Hanya hak warga terkait kelas rawat inap yang diketahui oleh
lebih dari separuh responden. Dibandingkan dengan warga yang berpendidikan menengah atau
tinggi, warga yang berpendidikan rendah atau bahkan tidak berpendidikan lebih banyak tidak
mengetahui tentang semua itu (Grafik 11). Hal ini semakin menunjukkan pentingnya melakukan sosialisasi tentang hak-hak pengguna Jamkesda dengan strategi yang tepat, dan
mudah dipahami oleh warga yang tidak berpendidikan sekalipun.
Cakupan TempatLayanan
Jenis Layanan yang Ditanggung Pembiayaannya
Kelas Rawat Inap Jumlah Yang Dibiayai
43.5
57.5
40.1
59.9
21.0
79.0
17.4
83.6 74.6
25.4
10.4
89.6
60.9
39.1
60.5
39.5
46.4
53.6
34.8
63.2
25.9
74.1
13.6
86.4
: Pendidikan tinggi
: Pendidikan menengah
: Pendidikan rendah/Tidak Berpendidikan
Tidak Mengetahui
Mengetahui
Grafik 11. Pengetahuan Responden tentang Hak Pengguna Jamkesda (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta Jamkesda
Kabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
N=376
6
Tidak semua warga Kulon Progo yang
menggunakan pelayanan kesehatan, memanfaatkan
haknya untuk mendapatkan Jamkesda. Hasil survey
yang menunjukkan 13.3 persen di antara responden
mengaku tidak menggunakan Jamkesda pada saat
menggunakan pelayanan kesehatan memberikan
indikasi mengenai hal itu (Grafik 12).
86.7 Ya
13.3Tidak
N=376
Grafik 12. Pada Saat Terakhir Berobat Menggunakan Jamkesda? (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Di antara warga yang tidak menggunakan Jamkesda,
ada yang dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap
pelayanan Jamkesda. Ini terindikasi dari pengakuan
responden yang menyatakan kecewa dengan pelayanan
sebelumnya dan merasa tidak mendapatkan manfaat dari
pelayanan Jamkesda. Namun ada juga yang disebabkan
ketidaktahuannya tentang tata cara mendapatkan pelayanan
(Grafik 13). Adanya ketidakpuasan pengguna dan
ketidaktahuan warga ini perlu mendapatkan perhatian besar
dari Pemkab Kulon Progo.
Grafik 13. Alasan Tidak Memanfaatkan Jamkesda ? (%)
2.4
2.9
1.3
4.5
2.7
Tidak Menjawab
Merasa Tidak Berhak Mendapatkan Bantuan Biaya Layanan
Merasa Tidak Bermanfaat
Kecewa dengan Kualitas Pelayanan yang Diterima Sebelumnya
Tidak Mengetahui Tata Cara Menggunakan
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
N=376
D. Kepuasan Terhadap Pelayanan Jamkesda
7
Tidak semua warga pengguna yang tidak puas dengan pelayanan Jamkesda
memilih untuk tidak lagi menggunakan Jamkesda. Bahkan, sebagian besar tetap
menggunakan Jamkesda. Hal ini menunjukkan pengguna yang setia menggunakan
Jamkesda tidak selalu berarti puas dengan pelayanan Jamkesda. Pelayanan informasi
tentang Jamkesda dan kelas rawat inap yang ditanggung (kelas III) merupakan dua hal
yang paling banyak dianggap tidak memuaskan (Grafik 14). Kritik terhadap pelayanan
informasi ini sangat beralasan karena lebih banyak responden yang tidak bisa mengaku
puas atau tidak puas tentang sejumlah hal penting karena TIDAK MENGETAHUI informasi
mengenai sejumlah hal penting, seperti cakupan tempat pelayanan, jenis layanan yang
ditanggung pembiayaannya, dan jumlah biaya yang ditanggung1)
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta Jamkesda
Kabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
15.8
69.5
Kualitas Pelayanan Yang Diterima
5.9
25.6Cakupan TempatLayanan
5.3
17.1Jenis Layanan YangDitanggung
Pembiayaannya
21.9
32Kelas Rawat
Inap
10.4
15.7Jumlah Biaya Yang
Ditanggung
11.2
77.8Kemudahan Penggunaan
Fasilitas Kesehatan
26.1
49.9Pelayanan Informasi
Kemudahan PelayananPendaftaran
12.5
84.5
KetepatanSasaran
13.9
77.6
Grafik 14. Kepuasan Terhadap Sistem Layanan Jamkesda (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
N=376
1Terdapat 15.7 persen responden y ang mengaku tidak me ngetahui tata cara atau mekanisme pelaya nan Jamke sda.
Sebagian be sar responden lainny a memang menga ku telah mengetahuinya. Namun ironisny a adalah sebagian besar (40 persen)
mendapatkan informasi tentang prosedur pelayanan dari pihak rumah sakit atau puske smas. Ini berarti pengetahuan mereka tentang
tata cara atau mekanisme pelay anan Jamkesda setelah pelayanan kesehatan dilakukan, pada saat sakit atau mendampingi anggota
keluarga y ang sakit. Sosial isa si y ang mengjangkau sampai ke tingkatan komunitas, misalkan melalui pemerintah desa, dukuh dan
seterusnya, perlu ditingkatkan dengan memperkuat strategi misalny a dengan memberday akan Kader Penang gulangan Kemiskinan
(KPK) da n Kader Kesehatan sebagai kepanja ngan lidah dari Jamkesda. 8
Cukup banyak responden (13.9 persen) yang merasa tidak puas terhadap
ketepatan sasaran program (Grafik 14). Pemkab Kulon Progo yang memberikan
kesempatan sama kepada semua warga Kulon Progo yang tidak mendapatkan jaminan
pembiayaan layanan kesehatan dari program atau skema yang lain (Askes, Jamsostek,
dan Jamkesmas) dinilai kurang tepat karena termasuk di dalamnya adalah warga yang
mampu secara ekonomi. Mereka berpendapat seharusnya Jamkesda dikhususkan bagi
warga yang tidak mampu dengan besaran maksimal biaya yang ditanggung lebih besar
seperti halnya yang tercakup dalam Jamkesmas.
Terdapat 15.8 persen responden mengaku tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan yang diterima (Grafik 14). Mereka beranggapan pelayanan yang mereka
peroleh di puskesmas ataupun rumah sakit dengan menggunakan Jamkesda berbeda
dengan pelayanan yang diterima oleh warga yang tidak menggunakannya. Bahkan 20
persen responden mengaku mendapatkan perlakuan diskriminatif dari petugas
pelayanan (Grafik 15).Meskipun pelayanan yang diberikan oleh pihak penyelenggara
sebenarnya sama atau tidak membedakan antara pengguna dan non-pengguna Jamkesda, penilaian pengguna Jamkesda tersebut penting untuk diperhatikan.
Penyampaian informasi tentang hak dan kewajiban pengguna dan penyelenggara layanan Jamkesda, penetapan dan penegakan standar pelayanan minimal yang layak di
puskesmas dan rumah sakit perlu lebih gencar dan transparan.
20
80
YA
TIDAK
Grafik 15. Pernah Merasa Diperlakukan Diskriminatif? (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
N=376
9
E. Perilaku Pengguna Ketika Merasa Tidak Puas
Meskipun banyak responden yang merasa tidak puas terhadap pelayanan Jamkesda
atau merasa diperlakukan diskriminatif (Grafik 14 dan 15), lebih dari separuhnya memilih
untuk bersikap pasif atau tidak menyampaikan keluhannya. Hampir separuh (46 persen)
memilih untuk bersikap membiarkan dan tetap memanfaatkan Jamkesda, 6.4 persen lainnya
tetap menggunakan namun memberitahu dan memperingatkan warga lainnya tentang
pelayanan Jamkesda yang dianggapnya buruk (negative word-of-mouth), serta 5.9 persen
memutuskan untuk tidak akan menggunakan Jamkesda lagi (Grafik 16). Sikap pasif dari pengguna yang tidak puas terhadap pelayanan ini sebenarnya justru merugikan pihak
penyelenggara layanan Jamkesda, karena tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki
pelayanan seperti yang diharapkan oleh pengguna. Negatif word-of-mouth bahkan dapat
membentuk opini publik yang belum tentu benar mengenai kualitas pelayanan Jamkesda.
Grafik 16. Complaint Behaviour Pengguna Jamkesda Ketika Tidak Puas Terhadap Pelayanan Jamkesda (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Mengapa mereka memilih bersikap pasif? Ada tiga hal yang
mendasarinya. Pertama, anggapan pengguna bahwa pelayanan yang
buruk atau tidak memuaskan merupakan sesuatu yang sudahbiasa dan
wajar. Kedua, merasa tidak memiliki hak untuk mengeluh. Ketiga, tidak
berani menyampaikan keluhan ataupun kritik kepada penyedia layanan
(Grafik 17). Pendidikan bagi warga pengguna layanan diperlukan untuk
meningkatkan kecerdasan dan keberanian warga pengguna dalam
menggunakan haknya, serta menyampaikan keluhan jika kurang puas
dengan pelayanan yang diterima. Keluhan warga pengguna merupakan
informasi yang sangat berharga bagi penyelenggara layanan, yaitu sebagai
acuan dalam melakukan perbaikan layanan. Mendorong dan memfasilitasi
pengguna untuk menyampaikan keluhannya merupakan langkah yang
sangat strategis untuk perbaikan pelayanan yang berkelanjutan.
Terhadap Pelayana Jamkesda
46
34
6.4
5.95.1
2.4
: Membiarkan dan tetap (akan) memanfaatkan program Jamkesda
: Menyampaikan keluhan melalui petugas di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan jaringannya, RS)
: Tetap menggunakan namun juga memberitahu dan memperingatkan teman atau saudara tentang pelayanan buruk dari Program Jamkesda
: Memutuskan untuk tidak akan memanfaatkan program Jamkesda
: Menyampaikan Keluhan kepada UPTD Jamkes/Dinkes
: Menyampaikan keluhan kepada pihak lain (DPRD, Ombudsman,Media Massa)
10
: Menganggap pelayanan yang buruk adalahhal biasa / wajar (memaklumi)
: Merasa tidak memiliki hak untuk mengeluh
: Tidak berani menyampaikan keluhan
: Berkeyakinan bahwa keluhantidak akan di respon
: Tidak mengetahui alternatif jaminankesehatan lain
: Tidak mengetahui tata cara penyampaiankeluhan
: Menganggap percuman karena penyelenggara layanan tidak memilikikomitmen
: Menganggap Jamkesda lebih baik dariprogram lain yang serupa
: Merasa tidak memiliki kemampuan untukmenyampaikan keluhan dengan baik
: Belum merasa yakin tentang pihakyang sebenarnya harus bertanggungjawab
: Menganggap penyedia layanan tidak memilikisumberdaya yang memadai untuk perbaikan
30.8
20.3
18.0
7.6
5.8
4.7 4.1 4.1
2.9 1.2 0.6
Sebanyak 47 persen responden lainnya mengaku pernah
menyampaikan keluhan. Sebagian besar di antaranya (34.3 persen)
menyampaikan keluhan melalui petugas di puskesmas dan rumah sakit, dan
masih sedikit yang menyampaikan ke UPTD Jamkes dan pihak lain seperti
DPRD, Ombudsman dan media massa (Grafik 16). Saat ini telah banyak
alternatif media dan cara bagi warga Kulon Progo untuk menyampaikan
keluhan, yaitu: melalui kotak saran di puskesmas dan rumah sakit; melalui
UPTD; telepon, sms, email dan website Dinas Kesehatan; atau menyampaikan
langsung ke Bupati melalui forum pertemuan yang diselenggarakan secara
rutin seminggu sekali (Forum Kamisan). Meskipun banyak alternatif saluran
dan media yang disediakan, Pemkab Kulon Progo perlu mengembangkan tata
kelola keluhan yang terintegrasi agar pengelolaan keluhan dapat dilakukan
secara cepat dan efektif. Selain itu, Kader Penanggulangan Kemiskinan dan
Kader Kesehatan perlu diberdayakan. Peran aktif mereka sangat strategis
untuk menjangkau warga yang tidak memiliki kapasitas memadai untuk
menyampaikan keluhannya melalui berbagai media dan saluran tersebut,
seperti warga yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah.
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Grafik 17. Pertimbangan Pengguna yang Bersikap Tetap Menggunakan Jamkesda Meskipun Tidak Puas Terhadap Pelayanan Jamkesda (%)
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta JamkesdaKabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
N=197
11
F. Kecenderungan Sikap Penyelenggara dan
Dari 376 responden, hanya 148 orang (39.4 persen) yang memiliki pengalaman
menyampaikan keluhan baik melalui pihak penyedia layanan kesehatan (puskesmas dan
rumah sakit) maupun melalui Dinas Kesehatan atau UPTD Jamkes. Bentuk tanggapan paling
umum dari penyedia atau penyelenggara layanan tentang keluhan mereka adalah
menjelaskan keterbatasan yang dimiliki (36 persen) (Grafik 18). Ini mengindikasikan pihak
penyelenggara dan penyedia layanan memiliki kecenderungan untuk meminta pemakluman
dari warga pengguna layanan. Sikap yang demikian dapat dinilai oleh warga pengguna justru
sebagai sikap yang kurang peduli terhadap kepentingan pengguna.
Bentuk tanggapan minimal yang bersifat positif adalah permintaan maaf, yakni 16
persen responden yang menyampaikan keluhannya. Selanjutnya, hanya 12 persen yang
langsung memperbaiki kesalahan dan 4 persen berjanji akan memperbaiki kesalahannya.
36 Menjelaskan keterbatasanyang dimiliki
4 Berjanji akan memperbaiki
kesalahan
12 Langsung
memperbaikikesalahan
12 Tidak tahu
4 Marah dan
menyangkal
16 Membiarkan
16 Meminta maaf
Grafik 18. Respon Penyedia Layanan Terhadap Keluhan Pengguna Jamkesda (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Yang sangat disayangkan adalah terdapat responden yang menuturkan pengalaman
yang tidak menyenangkan, yaitu dibiarkan oleh pihak penyedia atau penyelenggara layanan (16
persen responden) dan mendapatkan sangkalan atau bahkan dimarahi oleh pihak penyedia
atau penyelenggara layanan (4 persen responden). Pemkab Kulon Progo perlu mengembangkan
standar atau bahkan kontrak pelayanan yang merumuskan dengan jelas semua hak dan
kewajiban dari pengguna dan penyelenggara atau penyedia layanan, termasuk mengenai
keluhan pengguna. Salah satu kewajiban dari penyelenggara dan penyedia layanan adalah menghormati dan menanggapi keluhan pengguna secara profesional, dan memastikan bahwa
pengguna akan mendapatkan solusi atau minimal jawaban yang jelas dan cepat sesuai standar
yang ditetapkan. Para pengelola keluhan di semua tingkatan perlu mendapatkan pembekalan
yang memadai agar memiliki mindset, sikap yang peduli dan responsif, serta keterampilan
untuk melayani pengaduan masyarakat secara ramah dan profesional.
N=148
Penyedia Layanan Dalam Merespon Keluhan dari Pengguna Layanan
12
Apresiasi patut diberikan kepada pihak penyelenggara dan
penyedia layanan Jamkesda Kulon Progo karena dianggap relatif
cepat dalam memberikan tanggapan. Di antara responden yang
memiliki pengalaman menyampaikan keluhan, 78 persen
menuturkan bahwa pihak penyelenggara atau penyedia layanan
memberikan tanggapan atas keluhannya secara langsung atau dalam
waktu 1 hari, sementara 22 persen lainnya antara lebih dari 1 hingga
7 hari (Grafik 19). Ini merupakan hal positif yang perlu
dipertahankan dan ditingkatkan untuk pelayanan selanjutnya.
> 1-7 Hari
22
Dalam 1 hari
78
N=148
Grafik 19. Kecepatan Waktu dalam Merespon Keluhan Pengguna (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Tidak Tahu
38
PerbaikanDilakukan
39
N=148
Grafik 20. Perbaikan Layanan Pasca Penyampaian Keluhan (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Tidak Ada Perbaikan
23
Namun, hanya 39 persen menyaksikan atau mengalami
perbaikan pelayanan atas keluhan yang pernah disampaikan. 23
persen lainnya mengaku tidak menyaksikan atau mengalami
perbaikan pelayanan, dan 38 persen sisanya mengaku tidak
mengetahui secara pasti tentang ada atau tidak adanya perbaikan
(Grafik 20). Kepastian dan kejelasan merupakan dua kunci utama
yang dibutuhkan oleh warga yang ingin menyampaikan keluhan. Pelembagaan standar pengelolaan keluhan merupakan instrumen
yang dapat digunakan untuk memberikan jaminan kepastian bagi
warga pengguna untuk mendapatkan respon yang profesional.
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta JamkesdaKabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
13
G. Harapan Tentang Mekanisme Pengelolaan Keluhan
Sistem pengelolaan keluhan Jamkesda Kulon Progo perlu
dibenahi. Apa yang diharapkan oleh warga? Dua hal utama adalah
tata cara menyampaikan keluhan harus sederhana dan mudah
dipahami serta sarana penyampaian keluhan harus mudah
digunakan (Grafik 21). Saat ini telah banyak alternatif saluran dan
media bagi warga untuk menyampaikan keluhan. Karena itu yang
perlu dilakukan adalah menyebarluaskan informasi tentang
berbagai cara dan saluran tersebut sehingga lebih banyak warga
yang mengetahuinya secara pasti. Lebih penting dari itu, warga juga
berharap keluhan warga dijadikan sebagai pertimbangan penting
bagi penyelenggara layanan untuk memperbaiki pelayanannya.
Sarana penyampaian keluhanmudah digunakan
71.561.7
37.2 34.826.3
16.8
14.1 12.0 8.5 8.0 5.9 3.2
Terdapat unit khusus pengelolaan keluhan di setiap fasilitas keluhan
Penggunaannya berbiaya murahatau bahkan gratis
Keluhan dijadikan pertimbangan penting dalam memperbaiki layanan
Terdapat sejumlah alternatif sarana penyampaian keluhan
Terdapat prosedur penyampaian keluhan yang sederhana dan mudah dipahami
Terdapat jaminan kerahasiaan atau perlindungan penyampai keluhan
Disertai pemberian kompensasi dan award
Terdapat sistem monitoring dan evaluasi terhadappengelolaan keluhan pengguna
Dikelola oleh pihak eksternalpenyelenggara layanan
yang bersifat independen
Terdapat standar pengelolaan keluhan
Terdapat layanan informasi tentangperkembangan pengelolaan keluhan
Grafik 21. Harapan Warga Pengguna tentang Ketersediaan Tata Cara Pengelolaan Protes (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
N=376
14
Pemkab Kulon Progo perlu menyediakan cara pengaduan yang efektif
dan standar pengelolaan aduan. Menyampaikan keluhan langsung ke petugas di
tempat pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit) dianggap sebagian
besar (68 persen) responden sebagai cara yang paling efektif (Grafik 22). Karena
itu mekanisme pengaduan di tempat pelayanan kesehatan perlu dibenahi agar
supaya menjadi salah satu tempat yang efektif untuk menampung dan merespon
aduan masyarakat.
Penyediaan beberapa alternatif media dan saluran bagi warga sangat
penting untuk dipertahankan karena warga yang memiliki karakteristik berbeda
memiliki pilihan cara yang berbeda untuk menyampaikan keluhannya. Yang
perlu dipastikan adalah antarmedia dan saluran tersebut harus memiliki tata
kelola yang terintegrasi sehingga warga dapat menyampaikan keluhan dan
mendapatkan respon secara mudah dan cepat.
68
12 855 1
1 langsung ke petugas
kotaksurat
telfon
sms
lain-lain
angket
web pemerintah
Grafik 22. Sarana Pengaduan yang Dianggap Berfungsi Efektif (%)
Sumber : Data Primer, JMKP UGM & TIFA Foundation 2014
Standar pengelolaan keluhan perlu dirumuskan dan ditegakkan.
Terdapat tiga aspek yang paling banyak dianggap penting oleh responden
untuk diatur pada standar pengelolaan keluhan, yaitu alur penyampaian
keluhan, bentuk respon dan batas waktu maksimal untuk mendapatkan
respon atas keluhan yang masuk. Selain itu, ada beberapa aspek penting
lainnya yang perlu diatur, seperti alur pengelolaan keluhan, hak dan
kewajiban pengguna dalam menyampaikan keluhan, serta hak dan kewajiban penyelenggara layanan dalam mengelola keluhan.
N=376
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta JamkesdaKabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
15
Perilaku Komplain(Complaint Behaviour) Peserta Jamkesda
Kabupaten Kulon Progo
Survey Pemetaan
H. Penutup
Banyaknya warga pengguna layanan Jamkesda yang tidak menyampaikan
keluhan tidak berarti bahwa layanan Jamkesda telah memuaskan. Banyak pengguna
yang diam atau pasif meskipun mereka tidak puas dengan layanan Jamkesda. Kendala
umumnya berasal dari faktor internal pengguna layanan, seperti tidak paham tentang
haknya sebagai pengguna Jamkesda, tidak berani, atau tidak mengetahui tata cara
menyampaikan keluhan. Oleh karena itu, Pemkab Kulon Progo perlu mengembangkan
sistem pengelolaan keluhan yang terintegrasi, yang terhubung dengan sistem pelayanan informasi dan sistem perbaikan pelayanan. Sistem pengelolaan keluhan ini harus mampu
mendorong sekaligus memberikan kemudahan warga pengguna untuk menyampaikan
keluhan. Pendidikan bagi warga perlu diintensifkan melalui penyebarluasan informasi
tentang hak dan kewajiban pengguna dan penyelenggara layanan, termasuk dalam tata
cara penyampaian dan pengelolaan keluhan.
16