survei tentang prasarana dan sarana

79
SURVEI TENTANG PRASARANA DAN SARANA DI MAN 2 KUDUS DALAM PROGRAM KETERAMPILAN TATA BUSANA TAHUN PELAJARAN 2006/2007 Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Oleh Yustioni 5401401056 JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Upload: wudel

Post on 28-Oct-2015

257 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

SURVEI TENTANG PRASARANA DAN SARANA

DI MAN 2 KUDUS DALAM PROGRAM

KETERAMPILAN TATA BUSANA

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi

Oleh

Yustioni 5401401056

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana
Page 3: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Madrasah Aliyah (MA) merupakan suatu lembaga pendidikan yang

setingkat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memiliki ciri islami

dan diselenggarakan oleh Departemen Agama (Harry Sudrajat 2004:18).

Penyelenggaran MA lebih mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataannya banyak tamatan MA yang tidak

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Data Statistik

Pendidikan Balitbang Diknas (2004:2) menyimpulkan bahwa 88,4 % siswa

tamatan MA/SMU tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini juga

dikemukakan oleh Harry Sudrajat (2004:18) yang menyatakan bahwa

kebanyakan tamatan MA lebih memilih langsung memasuki lapangan kerja

yang tersedia.

Perbedaan antara harapan dan kenyataan yang ada menyebabkan

Departemen Agama menyelenggarakan MA program keterampilan pada tahun

1998. Program ini didanai oleh UNDP/UNESCO INS/85/036 dan diberikan

pada delapan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Jawa Tengah (Harry

Sudrajat 2004:20). MAN 2 Kudus merupakan salah satu MAN di Jawa

Tengah yang mendapatkan bantuan untuk menyelenggarakan program

keterampilan. Madrasah ini memiliki tiga program keterampilan yaitu

1

Page 4: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

2

keterampilan reparasi sepeda motor (otomotif), operator komputer dan tata

busana. Tujuan program keterampilan adalah memberikan bekal keterampilan

yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagi

pribadi, anggota masyarakat dan warga negara, baik secara mandiri maupun

untuk terjun ke dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangannya (Depag

1998:1). Tujuan tersebut menjelaskan bahwa MAN 2 Kudus berusaha

mencetak siswa tamatan program keterampilan tata busana agar dapat bekerja

di Industri busana tanpa meninggalkan syariah agama Islam.

Program keterampilan tata busana merupakan program yang sesuai

dengan lingkungan masyarakat Kudus karena usaha dalam bidang busana

menempati urutan kedua sebesar 15, 29 % setelah usaha dibidang tembakau

(rokok) sebesar 33,12 % (BPS 2004:285). Prosentase perusahaan di Kudus

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.1 Prosentase Perusahaan Kabupaten Kudus Tahun 2004 Menurut Jenis Komoditi dan Penyerapan Tenaga Kerja.

No. Jenis Komoditi Prosentase % Tenaga Kerja1. 2. 3. 4.

Industri Tembakau Industri Busana Industri Makanan Industri Kertas

33,12 15,29 13,38 9,55

77,03 11,13 4,37 7,47

Sumber : Statistik Industri Manufaktur (BPS 2003:285)

Tujuan SMK program keahlian tata busana yaitu menyiapkan peserta

didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri (berwiraswasta) atau mengisi

lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga

kerja tingkat menengah, dalam bidang pekerjaan sesuai dengan program

keterampilan (Diknas 2006:2). Tujuan program keterampilan tata busana di

Page 5: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

3

MAN 2 Kudus tidak berbeda dengan tujuan program keahlian tata busana di

SMK. Kesamaan tujuannya yaitu ingin menyiapkan tenaga kerja yang

terampil dalam bidang busana. Jika tujuan yang ingin dicapai sama maka

prasarana dan sarana yang dimiliki MAN 2 Kudus tidak jauh berbeda dengan

yang ada di SMK.

Prasarana yang memadai adalah segala sesuatu yang mampu

mencukupi dan menampung jumlah siswa sehingga membantu kelancaran

proses pembelajaran (Diknas 2006:9). Prasarana tersebut adalah gedung

(ruang), listrik, air prasarana jaringan telepon, internet, akses jalan, gedung

serbaguna, kantin, tenaga pengajar, tenaga administrasi, siswa, orang tua

siswa, institusi pasangan atau tempat magang, komite sekolah, lingkungan

sekolah, pemerintah daerah dan sebagainya.

Sarana yang memadai adalah alat dan perabot yang secara kuantitas

sesuai dengan kebutuhan siswa dan secara kualitas dapat digunakan

sebagaimana fungsinya, alat praktek individu maksimal dipakai dua siswa

sedangkan alat kelompok maksimal dipakai lima siswa (Diknas 2006:9).

Contoh alat individu dalam program tata busana adalah satu gunting satu

siswa, satu rader satu siswa dan satu paspof satu siswa. Sedangkan contoh alat

kelompok yaitu satu mesin obras dipakai maksimal lima siswa, satu setrika

maksimal dipakai lima siswa, dan satu gunting listrik maksimal dipakai lima

siswa. Peralatan tersebut masih dapat digunakan sesuai fungsinya.

MAN 2 Kudus melaksanakan proses pembelajaran di dalam ruang

keterampilan tata busana yang berukuran 13 x 8 meter. Besar perbandingan

Page 6: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

4

antara teori dan praktek adalah 30% dan 70%. Peralatan dan perlengkapan

menjahit, tempat menyimpan buku-buku penunjang dan penyimpanan hasil

karya siswa program keterampilan tata busana juga terdapat dalam ruangan

tersebut. Siswa duduknya saling berdesak-desakan mengelilingi empat meja

potong yang berukuran 2 x 1,5 meter ketika menerima penjelasan dari

instruktur. Banyak siswa yang menggunakan daerah arus lalu lintas (di atas

ubin) ketika membuat pola besar dan memotong bahan. Hanya tersedia satu

mesin bordir industri, dua mesin obras, empat setrika dan satu meja setrika.

Penempatan mesin-mesin secara berkelompok yaitu empat mesin menjadi satu

kelompok. Hal ini menimbulkan sering terjadi tabrakan karena penempatan

mesin belum memperhatikan jalur lalu lintas satu arah. Buku-buku penunjang

jumlahnya belum mencukupi dan belum lengkap sesuai materi di dalam

kurikulum. Siswa dapat meminjam buku yang tersedia hanya pada saat belajar

disekolah sehingga ketika di rumah siswa tidak dapat belajar secara mandiri.

Kesenjangan yang terjadi dalam uraian latar belakang di atas

menimbulkan pertanyaan mengenai apakah prasarana dan sarana di MAN 2

Kudus dalam program keterampilan tata busana sudah memadai? Pertanyaan

tersebut akan dijawab dengan melaksanakan penelitian dalam bidang

prasarana dan sarana program keterampilan tata busana dengan judul “ Survei

tentang Prasarana dan Sarana di MAN 2 Kudus dalam Program Keterampilan

Tata Busana Tahun Pelajaran 2006/2007 ”.

Page 7: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat ditarik satu

rumusan masalah yaitu:

Apakah prasarana dan sarana di MAN 2 Kudus dalam program keterampilan

tata busana tahun pelajaran 2006/2007 telah sesuai dengan standar ?

1.3 Penegasan Istilah

1. Survei

Survei adalah suatu jenis metode penelitian deskriptif yang

dilakukan terhadap sekelompok subjek atau objek penelitian dalam jumlah

besar dan waktu yang bersamaan (Mohammad Ali 1993:126). Survei

dalam penelitian ini adalah suatu usaha untuk meneliti tentang prasarana

dan sarana MAN 2 Kudus dalam program keterampilan tata busana.

2. Prasarana

Prasarana mencakup segala hal yang menunjang secara tidak

langsung pada pencapaian tujuan (Suprihatin 2004:8). Prasarana yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang menunjang

(membantu kelancaran) proses pembelajaran program tata busana.

Prasarana yang diteliti adalah prasarana gedung, prasarana instalasi listrik,

prasarana instalasi air dan prasarana institusi pasangan atau tempat

magang.

Page 8: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

6

3. Sarana

Sarana mencakup segala hal yang menunjang secara langsung pada

pencapaian tujuan (Suprihatin 2004:8). Sarana yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah alat dan perabot serta fasilitas pembelajaran di MAN

2 Kudus yang keberadaannya sangat diperlukan dalam program

keterampilan tata busana untuk mencapai tujuan. Sarana dalam penelitian

ini adalah kurikulum, sarana belajar teori, sarana belajar praktek dan

sarana perpustakaan.

4. MAN 2 Kudus

MAN (Madrasah Aliyah Negeri) 2 Kudus adalah madrasah (tempat

belajar) yang memiliki ciri khas agama Islam dan setingkat dengan SMU.

MAN 2 Kudus dalam penelitian ini merupakan tempat pelaksanaan

penelitian.

5. Program Keterampilan Tata Busana

Program keterampilan tata busana adalah suatu program

keterampilan atau pemberian bekal keterampilan kepada siswa yang

berada di MAN 2 Kudus dengan prioritas pendidikannya mengenai tata

busana.

Kesimpulan judul “Survei tentang Prasarana dan Sarana MAN 2

Kudus dalam Program Keterampilan Tata Busana Tahun Pelajaran

2006/2007” yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan meneliti ketersediaan

prasarana dan sarana yang dimiliki MAN 2 Kudus dalam program

keterampilan tata busana pada tahun pelajaran 2006/2007.

Page 9: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

7

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat

ketersediaan prasarana dan sarana di MAN 2 Kudus dalam program

keterampilan tata busana tahun pelajaran 2006/2007.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini digunakan untuk :

1. Memberikan informasi tentang prasarana dan sarana yang memadai untuk

program keterampilan tata busana.

2. Memberikan masukan pada MAN 2 Kudus tentang prasarana dan sarana

yang memadai untuk program keterampilan tata busana.

3. Sumber referensi, khususnya di Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi

serta masyarakat pada umumnya.

1.6 Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian

isi dan bagian akhir skripsi.

1. Bagian Awal

Bagian ini berisi halaman judul, pengesahan kelulusan, pernyataan,

motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar singkatan,

daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab yaitu:

Page 10: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

8

BAB 1. Pendahuluan

Pendahuluan berisi pengantar bagi pembaca agar memahami

gambaran permasalahan yang akan dibahas. Bab ini menguraikan tentang

latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika skripsi.

BAB 2. Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori yang menjadi landasan penelitian yaitu

tinjauan tentang MAN 2 Kudus, tinjauan tentang program keterampilan

tata busana serta prasarana dan sarana belajar.

BAB 3. Metodologi Penelitian

Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian, populasi dan

sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen

penelitian, validits dan relibilitas data serta metode analisis data.

BAB 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan

keterbatasan penelitian.

BAB 5. Penutup

Bab ini berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang

berisi masukan dari peneliti untuk perbaikan yang berkaitan dengan

penelitian.

3. Bagian akhir

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.

Page 11: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

Landasan teori memuat teori-teori yang berhubungan dengan masalah-

masalah yang akan dibahas untuk memberikan gambaran yang jelas sehingga dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Landasan teori dalam penelitian ini dibagi menjadi

tiga bagian yaitu tinjauan tentang MAN 2 Kudus, tinjauan tentang program

keterampilan tata busana serta prasarana dan sarana belajar.

2.1 Tinjauan Tentang MAN 2 Kudus

MAN 2 Kudus adalah suatu madrasah atau sekolah bercirikan islam yang

setingkat dengan SMU dan memiliki status negeri. MAN 2 Kudus terletak di

lingkungan yang tenang dan kondusif (lingkungan tempat belajar) karena

bersebelahan dengan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) dan Madrasah

Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Kudus. Madarasah yang meraih juara II lomba sekolah

sehat nasional bulan September 2005 tersebut memilki semboyan yang diterapkan

yaitu MAN 2 Kudus IDOLAKU. Arti dari semboyan IDOLAKU adalah (I)man

dan taqwa, (D)edikasi tinggi, (O)rganisasi dan Optimis, (L)oyalitas yang mantap,

(A)ktifitas banyak dan bermanfaat, (K)eterbukaan dan kejujuran dan (U)nggulan.

Semboyan ini terpampang di depan madrasah dengan tujuan agar dapat dibaca

oleh siapa saja (khususnya warga madrasah) untuk tetap komitmen

menjalankannya.

Madrasah tersebut memiliki 1246 orang siswa yang terbagi menjadi 3

kelas yaitu kelas sepuluh (X) merupakan kelas yang setingkat dengan kelas 1

SMU, kelas sebelas (XI) atau setingkat dengan kelas 2 SMU dan kelas dua belas

9

Page 12: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

10

(XII) yaitu kelas yang setingkat dengan kelas 3 SMU. Jumlah siswa laki-laki

adalah 442 sedangkan jumlah siswa perempuan 804 siswa. MAN 2 Kudus

memiliki tiga jurusan yaitu jurusan IPA, Bahasa dan IPS. Pemilihan jurusan

dilaksanakan pada akhir kelas X atau ketika akan naik kelas XI. Jumlah siswa

pada masing-masing Jurusan dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jumlah Siswa MAN 2 Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Menurut Kelas, Jurusan dan Jenis Kelamin

Kelas Jenis Kelamin

L P Jumlah 143 238 341

Jurusan IPA Jurusan IPS Jurusan Bahasa Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jenis Kelamin

X

L P Jumlah L P Jumlah L P Jumlah XI 48 86 134 87 134 221 26 50 76 XII 43 91 134 70 152 222 25 53

78

Sumber : Data Kesiswaan Program Keterampilan MAN 2 Kudus

Guru atau tenaga pendidik yang dimiliki MAN 2 Kudus sampai saat ini

adalah 73 orang dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 49 orang

(32 laki-laki dan 17 perempuan) dan guru tidak tetap sebanyak 24 orang (8 laki-

laki dan 16 perempuan). Bidang keahlian yang dimiliki guru MAN 2 Kudus

terbagi dalam beberapa bidang yaitu Fiqih 3 orang, Aqidah Akhlaq 1 orang, Al-

Qur’an Hadist 3 orang, Bahasa Arab 4 orang, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 1

orang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 3 orang, Bahasa dan Sastra Indonesia

(BSI) 5 orang, Bahasa Inggris 5 orang, Matematika 6 orang, Fisika 4 orang,

Biologi 4 orang , Kimia 4 orang, Sejarah 2 orang, Ekonomi 4 orang, Geografi 2

orang, Sosiologi 3 orang, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) 3 orang,

Seni Budaya 2 orang, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 5 orang,

Bahasa Perancis 1 orang, Bahasa Jawa 1 orang, Tata Busana 3 orang dan

Page 13: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

11

Bimbingan Konseling (BP) atau Bimbingan Penyuluhan 4 orang. Hal-hal yang

berkaitan dengan administrasi sekolah dikelola oleh karyawan (Staf Tata Usaha).

MAN 2 Kudus memiliki 15 orang karyawan dengan status Pegawai Negeri Sipil 5

orang (3 laki-laki dan 2 perempuan) dan karyawan tidak tetap 10 orang (9 laki-

laki dan 1 perempuan).

Program pendidikan di MAN 2 Kudus pelaksanaannya menggunakan

sistem paket. Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan

yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan

beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur

kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan (Depag 2006:39). Struktur

kurikulum berisi muatan wajib, muatan lokal dan pengembangan diri. Muatan

wajib merupakan kegiatan kurikuler yang terdiri dari beberapa mata pelajaran

yang harus diambil oleh siswa. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan potensi siswa yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi

daerah tetapi materinya tidak dikelompokkkan pada mata pelajaran yang ada.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri dengan bakat, minat, dan kebutuhan

siswa sesuai dengan kondisi sekolah. Pengembangan diri dapat dilakukan dalam

bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang difasilitasi atau dibimbing oleh konselor,

guru atau tenaga kependidikan lainnya. MAN 2 Kudus memiliki 13 kegiatan

ekstrakurikuler yaitu pramuka, PMR, drum band, group band, karawitan,

jurnalistik, qiro’ah, tafsir kitab kuning, rebana, pencak silat dan karate.

Page 14: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

12

Muatan wajib yang ditempuh sama seperti di SMU tetapi pada mata

pelajaran pendidikan agama terdiri dari beberapa mata pelajaran yaitu bahasa

arab, Al-qur’an hadist, fiqih, Aqidah Akhlaq dan SKI (Sejarah Kebudayaan

Islam). Selain itu juga ada tadarus dan khitobah. Jam pelajaran yang dibutuhkan

untuk tadarus dan khitobah masing-masing adalah satu jam pelajaran sehingga

proses belajar mengajar selama satu minggu menempuh 49 jam pelajaran.

Muatan lokal di MAN 2 Kudus ada dua yaitu bahasa Jawa dan tata

busana. Bahasa Jawa hanya diberikan di seluruh kelas X dengan beban pelajaran

setiap satu minggu adalah 1 jam pelajaran. Tata busana diberikan diseluruh kelas

X dengan beban pelajaran setiap satu minggu adalah 2 jam pelajaran. Muatan

lokal Kelas XI adalah tata busana tetapi diberikan hanya di jurusan bahasa dan

IPS. Jurusan IPA tidak diberikan muatan lokal karena lebih diprioritaskan untuk

dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Kurikulum SMA/MA dapat dilihat pada

lampiran 1 sampai dengan lampiran 7.

Beban pelajaran yang diberikan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

Tujuan MA sama dengan tujuan SMU yaitu menyiapkan siswa untuk

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa tamatan MA lebih memilih langsung memasuki dunia

kerja dari pada melanjutkan ke perguruan tinggi. Kesenjangan antara tujuan

dan kenyataan tersebut berusaha diselesaikan oleh Departemen Agama dengan

melaksanakan penyelenggaraan program keterampilan di Madrasah Aliyah.

Program keterampilan yang dibuka disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi lingkungan masyarakat. Program tersebut merupakan salah satu wujud

tanggungjawab sekolah sebagai lembaga yang tidak hanya menampung siswa.

Page 15: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

13

Sekolah juga bertanggungjawab untuk mencetak kader bangsa yang siap

bekerja dengan memberikan bekal keterampilan untuk hidup.

MAN 2 Kudus merupakan salah satu MA negeri di Jawa Tengah yang

mendapat bantuan dari UNDP/UNESCO INS/85/036 pada tahun 1998 untuk

membuka program keterampilan. Madrasah ini memiliki tiga program

keterampilan yaitu keterampilan komputer, keterampilan otomotif dan

keterampilan tata busana. Program keterampilan ini diharapkan dapat

mencetak out put atau tamatan MAN 2 Kudus yang memiliki keterampilan

sehingga dapat diandalkan dan tetap memiliki akhlak yang luhur karena

dilandasi dengan pendalaman ilmu agama.

Bantuan tersebut digunakan untuk membiayai prasarana dan sarana

pokok untuk masing-masing program. Setelah program dibuka MAN 2 Kudus

masih mendapatkan bantuan dana sampai tahun 2006. Bantuan tersebut

diberikan setiap tahun yang disebut dana bantuan operasional. Dana biasanya

digunakan untuk operasional kegiatan dalam setahun antara lain kegiatan PSB

(Penerimaan Siswa Baru), pembelian ATK (Alat tulis Kantor), ceramah dari

Disnakertrans, kunjungan industri, prakerin, kenaikan tingkat, sertifikasi

keterampilan, pameran, perawatan prasarana dan sarana serta keterampilan

praktis tiap program. Program komputer memberikan keterampilan praktis

yaitu teknik sablon, program otomotif keterampilan praktisnya adalah tune-up

motor dan program tata busana keterampilan praktisnya adalah tata rias.

Pembelian bahan dan kebutuhan lain untuk praktek dibiayai oleh siswa

Page 16: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

14

sendiri. Masing-masing siswa hanya dikenakan biaya operasional setiap bulan

sebesar dua ribu rupiah.

Program keterampilan diselenggarakan bagi siswa yang lulus seleksi

penerimaan siswa program keterampilan. Peserta program diprioritaskan bagi

siswa yang tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Seleksi yang

dilaksanakan terbuka untuk seluruh siswa putra dan siswa putri dari seluruh

jurusan baik jurusan IPA, Bahasa maupun IPS. Seleksi meliputi tes akademis,

wawancara, tes dasar keterampilan yang dipilih dan seleksi administratif. Tujuan

yang diharapkan melalui proses seleksi siswa sebagai calon siswa pendidikan

adalah untuk:

1. Mendapatkan siswa yang memiliki bakat dan minat yang sesuai dengan jenis

keterampilan yang diinginkan.

2. Mendapatkan siswa yang memiliki kemampuan dasar untuk pendidikan

keterampilan.

3. Membantu siswa agar terhindar dari kemungkinan drop out dari pendidikan

keterampilan.

4. Pendidikan keterampilan diprioritaskan bagi siswa yang tidak akan

melanjutkan untuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan keterampilan di MA tetap menggunakan tenaga pengajar

atau guru program keterampilan yang disebut sebagai instruktur. Instruktur

program keterampilan minimal lulus jenjang pendidikan strata 1 dengan

bidang keahlian sesuai program keterampilan. Instruktur program

keterampilan merupakan sub sistem dari MA itu sendiri. Instruktur dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperbolehkan menganut pendekatan

Page 17: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

15

team teaching. Masing-masing program keterampilan di MAN 2 Kudus

memiliki dua orang instruktur.

Sebagai madrasah unggulan dan sebagai lembaga yang bertanggung

jawab terhadap masa depan lulusan dan kemajuan bangsa pada umumnya, MAN

2 Kudus memiliki visi dan misi sebagai berikut:

1. Visi

Terwujudnya sumber daya insani yang berkualitas tinggi, solih dan solihah,

menguasai ilmu dan teknologi, terampil dan mandiri yang dilandasi iman dan

tqwa serta akhlaqul karimah.

2. Misi

a. Menjadikan MAN 2 Kudus sebagai lembaga pendidikan yang islami,

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi dengan

iman dan taqwa.

b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknologi serta keterampilan

hidup ( life skill ) sesuai dengan perkembangan zaman.

c. Menyiapkan generasi masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi yangmemiliki daya juang tinggi, kreatif, inovatif, produktif

yang dilandasi dengan iman dan taqwa.

Realisasi visi dan misi di atas memerlukan dukungan dari berbagai

komponen diantaranya prasarana dan sarana belajar mengajar yang memadai,

kurikulum, tenaga kependidikan, tenaga administrasi, siswa, orang tua siswa,

institusi pasangan atau tempat magang, komite sekolah, lingkungan sekolah,

dan pemerintah daerah.

Page 18: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

16

2.2 Tinjauan Tentang Program Keterampilan Tata Busana

Program keterampilan tata busana adalah suatu program atau pemberian

bekal keterampilan kepada siswa di MAN 2 Kudus yang pendidikannya mengenai

tata busana. Program keterampilan terdiri dari dua materi pelajaran yaitu materi

pokok dan materi penunjang. Materi pokok berisi materi pelajaran tentang alat

menjahit, teknologi menjahit, pengetahuan bahan tekstil, pembuatan pola, teknik

menghias kain, desain busana, busana anak , busana wanita dan busana pria.

Materi penunjang berisi tentang magang dan pengelolaan usaha yang meliputi

pendahuluan, organisasi dan ketatausahaan, iklim kerja, kesehatan, keselamatan

dan keamanan kerja, pengembangan diri, pemasaran dan promosi. Kurikulum

program tata busana dapat dilihat pada lampiran 8.

Pengetahuan lebih dalam tentang program keterampilan tata busana di

MAN 2 Kudus akan dijelaskan mengenai tujuan program pendidikan

keterampilan tata busana, pelaksanaan program keterampilan, kemampuan

tamatan, peluang pekerjaan, dan sertifikasi kemampuan.

2.2.1 Tujuan Program Pendidikan Keterampilan Tata Busana

Tujuan program keterampilan tata busana adalah memberikan

bekal keterampilan yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan

kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara, baik

secara mandiri maupun untuk terjun ke dunia kerja sesuai dengan tingkat

perkembangannya (Depag 1998:1). Tujuan dalam kurikulum tersebut

menunjukkan bahwa betapa beratnya pendidikan program keterampilan tata

busana di MAN 2 Kudus. Hal ini disebabkan karena selain memberikan bekal

keterampilan kepada siswa agar dapat mencukupi kepentingan diri

Page 19: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

17

pribadinya, program tersebut juga bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja

yang terampil dalam bidang busana.

2.2.2 Pelaksanaan Program Keterampilan Tata Busana

Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program

keterampilan tata busana adalah dua tahun (empat semester). Program

diberikan pada siswa kelas XI dan XII. Masing-masing kelas dibagi menjadi

dua kelompok yaitu A dan B. Materi pokok terdiri dari pengetahuan

tentang alat jahit, teknologi menjahit, pengetahuan bahan tekstil, membuat

pola, menghias kain, mendesain busana, membuat busana anak, busana

wanita dan busana pria. Jumlah jam belajar pokok di keterampilan tata

busana adalah 1080 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit) yang

dilaksanakan di kelas XI sebesar 612 jam pelajaran dan kelas XII sebesar 468

jam pelajaran (Depdikbud 1999:3). Program keterampilan di MAN 2 Kudus

dilaksanaan dari hari senin sampai kamis jam 14.00-17.00 WIB (3 jam atau

180 menit per hari) sehingga dalam satu hari menempuh 4 jam pelajaran.

Masing-masing kelompok masuk dua hari sehingga satu minggu menempuh 8

jam pelajaran.

Materi penunjang yaitu magang dan pengelolaan usaha. Magang

dilaksanakan di institusi pasangan pada liburan tahun kedua selama 160 jam

pelajaran tanpa mengambil alokasi waktu pada susunan program. Siswa

program keterampilan diwajibkan mengikuti OJT (On the Job Training)

atau yang lebih dikenal dengan praktek kerja industri di institusi pasangan.

Program keterampilan tata busana melaksanakan sistem pembelajaran

Page 20: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

18

secara teori dan praktek. Besar perbandingan antara teori dan praktek

adalah 30% dan 70%.

Peserta program keterampilan tata busana dipilih melalui seleksi

tes akademis, wawancara, tes dasar keterampilan yang dipilih dan seleksi

tes administratif. Program keterampilan tersebut diprioritaskan bagi siswa

yang tidak akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Seleksi calon

peserta program keterampilan dilaksanakan pada saat siswa duduk di kelas

XI dan terbuka bagi seluruh jurusan baik jurusan IPA, Bahasa dan IPS.

Kriteria siswa yang lolos seleksi ada dua macam yaitu kriteria umum dan

kriteria khusus (lihat lampiran 18 ). Data tentang kelas dan siswa di MAN 2

Kudus menurut program keterampilan, kelas, kelompok dan jenis kelamin

pada tahun 2006/2007 dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Data kelas dan siswa menurut program keterampilan, kelas, kelompok dan jenis kelamin pada program keterampilan di MAN 2 Kudus tahun 2006/2007

Kelas XI Kelas XII

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Program Keterampilan Kelompok

L P

Kelompok

L P A 4 16 A 4 16

Komputer B 5 16 B 4 16

Otomotif - 20 - - 20 - A - 18 A - 20

Tata Busana B 1 17 B -

19

Sumber : Data Kesiswaan Program Keterampilan MAN 2 Kudus

Penilaian hasil belajar siswa ada tiga macam yaitu penilaian praktek

harian, ujian kenaikan tingkat dan ujian sertifikasi. Ujian sertifikasi

dilaksanakan oleh Disnakertrans sedangkan cara penilaian praktek harian dan

Page 21: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

19

ujian kenaikan tingkat dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu persiapan,

proses dan evaluasi. Contoh penilaian persiapan dalam program tata busana

antara lain ketersediaan alat dan bahan serta kelengkapan busana praktek.

Penilaian proses meliputi kecepatan waktu penyelesaian tugas, kerapian dan

penggunaan teknik penyelesaian yang benar. Penilaian evaluasi meliputi hasil

praktek secara keseluruhan, pengemasan dan laporan praktek.

2.2.3 Kemampuan Tamatan Program Keterampilan Tata Busana

Kemampuan tamatan program keterampilan tata busana diharapkan

dapat menampilkan diri sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani,

berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab

terhadap pribadi, kemasyarakatan dan kebangsaan. Kemampuan tamatan

program keterampilan tata busana ada dua macam yaitu kemampuan khusus

dan kemampuan penunjang.

Kemampuan khusus tamatan MA bidang keterampilan tata busana

yaitu :

1. Mengoperasikan peralatan menjahit, pokok bahasannya meliputi

pengetahuan tentang perlengkapan menjahit, jenis mesin jahit dan

pemeliharaannya, jenis sepatu khusus, dan pengetahuan mesin jahit

produksi masal.

2. Menerapkan teknologi menjahit dalam pembuatan busana, pokok

bahasannya meliputi macam-macam kampuh, bentuk garis leher, macam-

macam bentuk saku, kerah baju, saku dalam, kancing dan macam-macam

belahan tutup tarik.

Page 22: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

20

3. Pengetahuan bahan tekstil, pokok bahasannya meliputi penggolongan

serat benang dan kain tekstil

4. Membuat pola, pokok bahasannya meliputi pengetahuan pola standar,

pola konstruksi, dasar-dasar merubah model, merubah model dan

merancang bahan.

5. Menghias kain, pokok bahasannya meliputi hiasan busana, pemilihan

hiasan, macam-macam tusuk hias, hiasan busana dengan cat tekstil dan

bordir.

6. Mendesain busana, pokok bahasannya meliputi dasar desain tentang unsur

dan prinsip desain, membuat desain berbagai macam rok dan blus pada

tubuh wanita, pengetahuan warna, pemilihan model sesuai dengan bentuk

badan dan warna kulit.

7. Membuat busana anak, pokok bahasannya meliputi pembuatan busana

anak perempuan menggunakan pola standar dan pembuatan busana anak

laki-laki dengan pola jadi.

8. Membuat busana wanita, pokok bahasannya meliputi pembuatan busana

wanita dengan pola standar (blus, rok, busana rumah wanita dan

rekreasi), pembuatan busana wanita dengan pola konstruksi (busana kerja

wanita), pembuatan busana pesta wanita dengan pola konstruksi

(pembuatan gaun pesta malam wanita dan busana muslimah).

9. Membuat busana pria, pokok bahasannya meliputi pembuatan celana

panjang, kemeja pria dan pembuatan baju tidur.

Kemampuan penunjang yang dimiliki adalah magang di industri dan

pengelolaan usaha. Magang bertujuan agar setelah lulus program

Page 23: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

21

keterampilan maka diharapkan tamatan mampu bekerja di dunia industri

busana sedangkan dengan pengelolaan usaha diharapkan agar tamatan mampu

berwiraswasta atau membuka usaha dalam bidang busana. Magang di industri

dan pengelolaan usaha, pokok bahasannya meliputi:

1. Pendahuluan yang berisi tentang pengertian dan tujuan pengelolaan

usaha, ruang lingkup pengelolaan usaha, jenis badan usaha dan

perencanaan usaha.

2. Organisasi dan ketatausahaan berisi tentang jenis struktur organisasi,

fungsi organisasi administrasi, jenis surat, dokumen, inventarisasi,

ketenagakerjaan, perencanaan anggaran usaha, administrasi keuangan dan

jasa perbankan.

3. Iklim kerja berisi tentang koordinasi dan penggerak tenaga kerja, fungsi

koordinasi kerja, teknik koordinasi, teknik komunikasi, etika komunikasi,

motivasi, inovasi, pengawasan dan pengendalian serta pelaporan kegiatan.

4. Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja (lay out ruang kerja, aspek

kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja).

5. Pengembangan diri (kewirausahaan dan etos kerja profesional).

6. Pemasaran (pasar dan pemasaran, pengelolaan sistem pemasaran,

pelayanan dan penjualan).

7. Promosi (jenis, manfaat, teknik promosi, permodalan dan anggaran).

2.2.4 Peluang Pekerjaan

Kurikulum keterampilan tata busana pada madrasah aliyah (Depag

1998:1) menyatakan “bidang pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh tamatan

pendidikan keterampilan tata busana adalah pembuatan busana”. Jadi peluang

Page 24: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

22

pekerjaan yang dapat dilakukan oleh tamatan adalah bekerja dalam bidang

busana contohnya pembuatan pola, menggunting bahan dan menjahit busana.

Siswa tamatan program keterampilan tata busana juga dapat membuat

busana untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan selanjutnya diharapkan

mampu berwiraswasta. Selain itu siswa tamatan juga dapat bekerja pada

industri atau usaha-usaha dalam bidang tata busana khususnya di daerah

kabupaten Kudus. Usaha dalam bidang tata busana yang ada di kabupaten

Kudus adalah konveksi, modiste, tailor dan butik. Kabupaten Kudus

membutuhkan tenaga kerja dalam bidang busana sebanyak 2.429 orang (BPS

2003:21).

2.2.5 Sertifikasi Kemampuan

MAN 2 Kudus bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Disnakertrans) kabupaten Kudus yaitu pemberian sertifikasi

kemampuan kepada siswa tamatan program keterampilan tata busana.

Disnakertrans juga memberikan kartu pencari kerja (kartu kuning) untuk

siswa tamatan program tata busana. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

siswa dalam mencari kerja setelah lulus dari MAN 2 Kudus. Alasan

pemberian sertifikasi kemampuan antara lain:

1. Meyakinkan lapangan kerja bahwa tamatan MAN 2 Kudus benar-benar

memiliki kelayakan untuk bekerja sekaligus memacu MAN 2 Kudus

untuk meningkatkan mutu tamatan.

2. Perlindungan bagi konsumen (pemakai) tamatan MAN 2 Kudus

3. Kesempatan bagi siswa dan tamatan MAN 2 Kudus untuk memperoleh

pengakuan tentang keahlian yang dimiliki.

Page 25: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

23

Uji kemampuan dilaksanakan di MAN 2 Kudus dimana dalam

penilaiannya tidak hanya dari instruktur tetapi sekolah juga bekerjasama

dengan Dunia Usaha atau Dunia Industri (DU/DI) dalam bidang busana dan

Disnakertrans. DU/DI yang diajak kerjasama ditunjuk langsung oleh

Disnakertrans. Proses pelaksanaan penilaian dilakukan di sekolah sehingga

petugas Disnakertrans dan DU/DI datang ke MAN 2 Kudus dalam menguji

kemampuan dan memberikan penilaian. Pelaksanaan uji kemampuan pada

akhir kelas XII setelah siswa selesai mengikuti rangkaian pendidikan program

keterampilan di MAN 2 Kudus. Pelaksanaan ujian selama tiga hari berturut-

turut selama 8 jam kerja yaitu dari jam 08.00-17.00 WIB yang didalamnya

diselingi istirahat selama 1 jam.

Materi dan tema ujian setiap tahun berbeda-beda tergantung dari

keputusan sekolah yang diusulkan kepada Disnakertrans dan DU/DI. Materi

dan tema ujian kemampuan disesuaikan dengan perolehan materi yang

diterima siswa selama mengikuti program keterampilan tata busana misalnya

pembuatan busana kerja wanita sistem tailoring, busana pesta malam, busana

rekreasi remaja, dll. Penilaian dilaksanakan melalui penilaian hasil tes secara

lesan (tanya jawab), penilaian dari hasil mengerjakan soal secara teori dan

penilaian hasil praktek. Standar minimal nilai yang harus diperoleh siswa

peserta uji kemampuan adalah 7,00 baik hasil penilaian dari tes lesan, tes

tertulis (teori) dan tes praktek (Depdikbud 1999:17). Sekolah sudah memiliki

kerjasama dengan DU/DI dalam bidang busana yaitu penempatan kerja tanpa

seleksi karyawan bagi siswa yang memperoleh peringkat tertinggi dalam uji

kemampuan.

Page 26: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

24

2.3 Prasarana dan Sarana Belajar

2.3.1 Prasarana Belajar

Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:893).

Prasarana belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu

yang menunjang (membantu kelancaran) proses pembelajaran program tata

busana. Prasarana tersebut yaitu prasarana gedung, prasarana instalasi listrik

dan air serta prasarana institusi pasangan.

2.3.1.1 Gedung atau ruang

Gedung merupakan bangunan (tempat) untuk proses belajar mengajar.

Gedung biasanya terdiri dari banyak ruangan dan satu ruang dibatasi oleh

empat dinding. Ruang belajar yang bersih menciptakan iklim yang kondusif

untuk belajar.

Luas gedung ideal untuk proses pembelajaran adalah gedung yang

luasnya mampu memberikan ruangan yang cukup untuk mobilisasi orang

yang ada di dalamnya. Bila jumlah siswa 20 orang, berarti di dalam ruang

teori minimal membutuhkan 10 bangku belajar. Satu bangku belajar terdiri

dari satu meja dan dua kursi. Jika satu meja berukuran panjang (p):130 cm

lebar (l):78 cm tinggi (t):70 cm dan satu kursi berukuran p:40 l:34 cm t:46

cm (Andar Bagus 1998:19) maka satu bangku belajar membutuhkan luas

minimal 2,054 m2 (158 cm x 130 cm). Kebutuhan ruang untuk bangku

adalah 20,54 m2. Penempatan papan tulis minimal memiliki jarak 2 m

dengan barisan bangku pertama. Jarak dari dinding samping kanan dan kiri

bangku minimal 40 cm. Ernst Neufert dalam bukunya yang berjudul

Page 27: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

25

Bauentwurflehre menerangkan bahwa lebar minimal ruang gerak manusia

adalah selebar badan orang dewasa yaitu minimal 40 cm (1997:26). Jarak

antar barisan dan kolom bangku belajar minimal 40 cm. Jarak bangku

paling belakang dengan dinding minimal 1 meter. Sehingga jika ada 20

siswa maka luas ruang kelas teori minimal (7,54 m x 7,20 m) 54,29 m 2

(gambar penataan ruang teori lihat lampiran 10).

Ruang kelas akan terasa luas jika areal yang digunakan untuk bangku

belajar tidak melebihi setengah dari seluruh luas ruangan (Neufert

1997:264). Ruang teori memiliki luas 54,29 m 2 sehingga setengah luas

ruangan tersebut adalah 27,145 m 2. Jika luas bangku belajar adalah 20,54

m 2 maka dapat disimpulkan bahwa ruang teori tersebut sudah mampu

memberikan ruangan yang cukup untuk mobilisasi orang yang ada di

dalamnya karena 20,54 m 2 < 27,145 m 2. Hal ini berlaku pula untuk ruang

praktek. Luas ruang praktek dapat dihitung dari seluruh sarana yang ada

didalamnya dan kebutuhan tempat untuk luas seluruh sarana tidak melebihi

setengah dari luas seluruh ruangan.

Gedung untuk ruang teori dan praktek sebaiknya bersih, atap tidak

mudah bocor, dinding dan langit-langit di cat, kaca jendela dari bahan tembus

pandang yang bersih dari debu, lantai bersih dan tidak licin. Tersedianya

tempat sampah dan alat kebersihan memberikan suasana yang sehat dan

menyenangkan. Kriteria gedung yang baik untuk ruang teori dan praktek yaitu

memiliki penutup atap, langit-langit, dinding, penutup lantai, pintu dan

jendela, penerangan, sanitasi dan fentilasi.

Page 28: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

26

1. Penutup atap

Penutup atap yang dapat digunakan antara lain genteng, seng

gelombang, asbes gelombang dan atap standar pabrik (beton). Kriteria

penutup atap yang baik adalah memiliki ukuran yang sama, tidak mudah

retak yang menyebabkan bocor atau rembesan air, tidak mudah pecah

atau cukup kuat ketika menahan injakan kaki pada saat pemasangan

tahan lama, dan tidak mudah berjamur (Depdiknas 2002:12).

Penutup atap yang sering digunakan adalah genteng karena tahan

terhadap cuaca panas dan hujan, tahan lama, mudah di dapat (terjual

bebas), harganya terjangkau, tidak mudah retak dan mudah

pemasangannya. Jika menggunakan seng dan asbes pada waktu musim

hujan akan mengeluarkan bunyi turunnya air hujan sehingga pengguna

ruangan kurang nyaman. Ketika musim kemarau seng dan asbes

menyerap panas sehingga suhu dalam ruangan meningkat dan pengguna

ruangan tidak nyaman karena merasa kepanasan. Pemasangan seng agak

susah karena bentuknya yang lebar. Asbes mudah pecah sedangkan seng

mudah berkarat. Keuntungan menggunakan seng dan asbes adalah

harganya terjangkau dan mudah didapat. Jika menggunakan beton dapat

tahan lama, mudah pemasangannya, tahan terhadap cuaca dan tidak

mudah retak. Kelemahannya beton harganya mahal dan untuk

mendapatkannya susah karena tidak terjual bebas di pasaran.

Penutup atap berfungsi sebagai pemberi rasa aman dan nyaman

bagi pengguna ruangan. Penutup atap juga sebagai pelindung dari cuaca

buruk misalnya sinar matahari langsung dan air hujan.

Page 29: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

27

2. Langit-langit

Langit-langit dapat menggunakan eternit atau asbes, kayu lapis

dan gypsum. Eternit sering digunakan karena dapat meredam suara,

harga terjangkau dan mudah didapat. Jika menggunakan kayu lapis

harganya mahal. Gypsum mahal harganya dan lama proses

pemasangannnya.

Langit-langit sebaiknya berwarna putih untuk memberi kesan

ruangan yang luas dan menghindari kelelahan mata. Jika diberi warna

gelap ruangan akan terlihat lebih rendah.

3. Dinding

Dinding dapat dibuat dari kayu, batu bata dan beton. Depdiknas

(2002: 18) menjelaskan:

pada dasarnya apapun bahan material yang digunakan untuk pembuatan dinding, semaksimal mungkin dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna ruangan tersebut. Disamping itu oleh karena bangunan tersebut digunakan untuk kegiatan belajar, maka hendaknya diupayakan dinding dapat meredam suara sehingga tidak menimbulkan saling terganggunya aktifitas pada masing-masing ruangan.

Dinding dari kayu tidak tahan terhadap cuaca buruk karena

mudah lapuk dan keropos. Jika terkena hujan berjamur sedangkan jika

cuaca panas kayu memuai. Dinding dari beton mahal harganya dan waktu

yang dibutuhkan dalam pemasangan lama. Bahan batu bata sering

digunakan karena harga terjangkau, mudah pemasangan dan dapat

memberi rasa aman bagi pengguna ruangan.

Dinding biasanya diwarnai menggunakan cat. Kriteria jenis cat

yang digunakan memberikan hasil yang halus, rata dan tidak luntur jika

Page 30: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

28

terkena air (dapat dilap dengan lap basah). Dinding bagian luar langsung

berhubungan dengan cuaca sehingga cat yang digunakan adalah cat yang

tahan terhadap perubahan cuaca (weathershield). Warna cat dapat

mempengaruhi perilaku pemakai gedung karena warna adalah kekuatan

yang berpengaruh terhadap manusia dan menyebabkan rasa sehat, lesu,

sikap aktif atau pasif (Neufert 1997:33).

Badan manusia memiliki reaksi sensitif dengan warna. Warna

panas misalnya merah, jingga dan kuning memiliki efek meningkatkan

sistem metabolisme, tekanan darah, denyut nadi, tingkat pernafasan,

menghangatkan dan mengaktifkan. Warna dingin misalnya warna biru,

nila dan violet memiliki efek menenangkan, menurunkan sistem

metabolisme, tekanan darah, denyut nadi dan menurunkan tingkat

pernafasan. Warna hijau berada diantara keduanya dan warna tersebut

dapat menenangkan syaraf (Kompas Mahasiswa 2002:50).

4. Penutup lantai

Jenis penutup lantai yang digunakan adalah tegel, keramik, kayu,

mosaik dan marmer. Tegel dan keramik sering digunakan karena mudah

pemasangannya, mudah didapat dan harga terjangkau. Jika menggunakan

tegel kayu mahal harganya dan susah untuk mendapatkannya. Mosaik

susah pembuatannya dan butuh waktu lama karena membutuhkan

pecahan kaca, pecahan batu alam dan pecahan keramik kemudian

dicampur dalam adukan semen sehingga baru dapat dipasang menjadi

penutup lantai. Kriteria ukuran penutup lantai yang digunakan adalah

Page 31: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

29

seragam atau sama, sudut-sudutnya siku atau presisi dan permukaan

bidang datar.

5. Pintu dan jendela

Pintu memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai media

keluar masuknya pemakai gedung. Pintu bisa terbuat dari kayu, seng dan

triplek. Ukuran pintu dengan satu daun pintu memiliki lebar 80-90 cm

sedangkan pintu dengan dua daun lebarnya antara 140-225 cm. Tebal

pintu antara 3-6 cm. Tinggi pintu paling rendah 185 cm sedangkan

ukuran normalnya antara 195-200 cm (Neufert 1997:168).

Jendela merupakan alat penting untuk menerangi ruangan yang

memanfaatkan cahaya matahari. Jendela biasanya terbuat dari bahan

yang tembus terang (kaca) tetapi ada juga yang terbuat dari kayu. Rata-

rata tebal kaca yang digunakan adalah 2,8-3,8 mm.

6. Penerangan

Cahaya sinar matahari atau lampu listrik dapat berfungsi sebagai

penerangan di dalam ruangan. Cahaya yang kurang dapat menghambat

proses belajar mengajar. Penerangan yang menyilaukan dapat merusak

alat indera, melelahkan siswa dalam belajar, dan meningkatkan suhu

ruangan. Penerangan dengan cahaya sinar matahari dapat menggunakan

jendela berkaca di samping ruangan.

Neufert (1997:128-135) mengemukakan bahwa kuat cahaya

ruang idealnya memiliki kuat penerangan antara 200-500 lx (satuan

teknis cahaya dalam kurva pembagian kuat cahaya/LVK). Jika tidak

menggunakan sinar matahari maka penerangan dapat diganti dengan

Page 32: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

30

lampu. Kriteria lampu yang dapat digunakan antara lain lampu biasa

dengan daya ≥100 W, lampu pijar hologen ≤ 250 W, lampu bahan

bercahaya, lampu bahan bercahaya kompak pipa 4 kali lipat dan lampu

bahan bercahaya kompak bentuk panjang.

Idealnya penyinaran tidak langsung tepat ke bawah tetapi

memiliki sudut penyinaran untuk mengurangi penyilauan lampu yaitu 30-

40o (Neufert 1997:131-133). Arah datangnya sinar diusahakan agar tidak

memunculkan bayangan yang menghalangi pelaksanaan aktifitas. Jika

orang awam maka arah datangnya sinar dari samping kiri bagian depan

sedangkan orang kidal maka arahnya berkebalikan.

7. Sanitasi

Sanitasi dalam penelitian ini adalah pengelolaan limpahan air

hujan sehingga tidak sampai merusak konstruksi bangunan. Depdiknas

(2002:23) menjelaskan :

jika memungkinkan pada bagian tepi atap diberi talang datar dan talang tegak untuk mengalirkan limpahan air hujan di atap, atau setidak-tidaknya dipasang talang datar saja. Apabila tidak dimungkinkan dipasang talang datar, maka pada bagian tritisan bangunan perlu diberi pengaman (misalnya hamparan kerikil), sehingga air hujan yang jatuh dari tepi atap tidak menggerus tanah di sekitar bangunan. Sanitasi dibutuhkan agar air hujan tidak menyebar kesegala arah yang

mengakibatkan terganggunya proses belajar mengajar.

8. Fentilasi

Pergantian atau sirkulasi udara dibutuhkan agar udara di dalam

ruangan tidak pengap. Udara yang pengap dan udara yang terlalu banyak

menjadikan siswa tidak nyaman dalam bernafas dan dapat mengganggu

konsentrasi belajar siswa. Fentilasi sangat diperlukan di dalam ruang

Page 33: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

31

teori dan praktek. Fentilasi dalam ruangan dapat dibuat dengan memberi

lubang keluar masuknya udara (lubang angin-angin), kipas angin, Air

Conditioner (AC) dan jendela yang dapat dibuka.

2.3.1.2 Prasarana Instalasi listrik

Listrik merupakan prasarana penunjang yang sangat penting dalam

proses pembelajaran program keterampilan tata busana. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar peralatan menjahit menggunakan daya listrik dalam

pengoperasiannya. Kapasitas daya listrik yang cukup dan menjangkau seluruh

ruangan dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar. Instalasi untuk

program keterampilan tata busana yang ada saat ini adalah instalasi milik

Perusahaan Listrik Negara (PLN). Satu mesin jahit listrik biasa memiliki daya

listrik 120 watt (W), satu mesin jahit industri 300 W, satu mesin jahit semi

otomatis 120 W, satu mesin jahit otomatis 120 W, satu mesin bordir industri

300 W, satu mesin obras 120 W, satu mesin wolsum 120 W, satu setrika 350

W dan satu lampu neon 25 W. Jika ada 20 siswa maka ruang praktek yang

minimal membutuhkan mesin jahit listrik biasa 10 x 120 (1200 W), mesin

jahit industri 2 x 300 (600 W), mesin jahit semi otomatis 2 x 120 (240 W),

mesin jahit otomatis 2 x 120 (240 W), mesin bordir industri 4 x 300 (1200

W), mesin obras 2 x 120 (240 W), mesin wolsum 1 x 120 (120 W), setrika 4 x

350 (1400 W) dan lampu neon 26 x 25 (650 W). Kapasitas daya listrik

minimal di dalam ruang praktek yang minimal adalah 6000 watt.

Pengoperasiaan mesin yang menggunakan motor listrik (dinamo) di

dalam ruang praktek membutuhkan penataan instalasi listrik yang teratur

karena biasanya menggunakan banyak kabel listrik. Jika kabel listrik tidak

Page 34: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

32

tertata rapi maka kemungkinan bahaya yang timbul lebih banyak. Contohnya

ketika ada kabel terkelupas kemudian terinjak kaki atau kabel tersebut

mengenai bagian tubuh yang tidak menggunakan pelindung dapat

mengakibatkan tersengat listrik. Jika terjadi arus pendek maka dapat

mengakibatkan kebakaran. Kecelakaan kerja tersebut dapat di perkecil dengan

menata instalasi lisrik misalnya kabel listrik ditata dari arah atas sehingga

tidak ada kabel yang tercecer dilantai (lihat gambar 1). Pengguna ruangan

sebaiknya menggunakan alas kaki yang tidak menghantarkan arus listrik.

Gambar 2.1 Penataan Instalasi listrik dalam ruang praktek yang pengoperasian mesinnya menggunakan motor listrik

2.3.1.3 Prasarana Instalasi air

Air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan. Pelaksanaan

kegiatan program keterampilan tata busana membutuhkan air dalam

penyelesaian desain busana dengan teknik basah dan menghias busana dengan

cat tekstil. Ruang praktek sebaiknya dilengkapi dengan wastafell untuk cuci

tangan sebelum dan sesudah praktek dilaksanakan. Jam pelajaran praktek

membutuhkan waktunya lama sehingga terkadang siswa dan istruktur ingin ke

kamar kecil maka idealnya di ruang praktek juga dilengkapi dengan kamar

kecil.

Page 35: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

33

Air yang digunakan secara langsung menyentuh tubuh manusia

sehingga sebaiknya air yang digunakan memenuhi syarat-syarat kualitas air

yang sehat seperti air yang diminum (syarat-syarat kualitas air lihat lampiran

9). Air dari instalasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dapat

dipastikan telah memenuhi unsur-unsur kesehatan tetapi jika digunakan untuk

seluruh operasional maka akan meningkatkan pengeluaran sekolah. Alternatif

lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat

kesehatan adalah dengan menggunakan air tanah melalui pembuatan sumur

yang lebih dalam dari sumur yang ada sekarang dengan tujuan agar

menghasilkan air bersih yang bebas dari pencemaran.

2.3.1.4 Prasarana Institusi Pasangan (tempat magang)

Magang atau praktek kerja lapangan (PKL) merupakan kegiatan kerja

nyata yang pertama kali dilakukan oleh siswa program keterampilan di dunia

kerja yang sesungguhnya. Selain belajar di sekolah siswa juga diwajibkan

mengikuti mengikuti OJT (On the Job Training) atau yang lebih dikenal

dengan praktek kerja industri (prakerin) di institusi pasangan. Magang di

institusi pasangan dilaksanakan pada liburan tahun kedua selama 160 jam

pelajaran tanpa mengambil alokasi waktu pada susunan program. Magang

membantu siswa dalam mengenal secara dekat dan langsung praktek di

lapangan kerja yang akan ditekuni nantinya. Jumlah institusi pasangan

program tata busana tujuh institusi, program otomotif 12 institusi dan

komputer sembilan institusi.

Pelaksanaan magang membutuhkan institusi pasangan yaitu institusi

negara maupun perusahaan swasta atau dunia industri yang sesuai dengan

Page 36: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

34

program keterampilan tata busana. Satu institusi pasangan biasanya

digunakan untuk berlatih empat orang siswa. Jika rata-rata satu kelas ada 40

siswa maka membutuhkan 10 institusi pasangan.

Syarat-syarat institusi pasangan (Depag 2004:8) yaitu:

1. Bersedia menjadi tempat praktek

2. Bersedia membimbing peserta praktek

3. Bidang pekerjaan sesuai dengan program keterampilan tata busana

4. Bersedia dan mampu mengisi format administrasi PKL

5. Lokasi terjangkau oleh siswa atau mudah transportasinya

Institusi pasangan yang menjadi tempat latihan siswa dan bergerak

dalam bidang busana di kabupaten kudus antara lain, konveksi, modiste, tailor

dan butik. Pekerjaan (job) yang dapat dilakukan yaitu pembuatan gambar

model, pemilihan bahan tekstil, pembuatan pola, pembuatan contoh (sampel),

pengepasan dan evaluasi sampel, pengguntingan bahan tekstil, penjahitan,

penyelesaian, controling dan pengemasan (PPPG 1998: 26).

2.3.2 Sarana Belajar

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:999).

Sarana yang dimaksud adalah alat dan perabot serta fasilitas pembelajaran di

sekolah yang keberadaannya sangat diperlukan dalam program keterampilan

tata busana untuk mencapai tujuan. Sarana tersebut yaitu kurikulum, sarana

belajar teori, sarana belajar praktek, dan sarana perpustakaan.

Page 37: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

35

2.3.2.1 Kurikulum

Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen (tujuan, isi,

organisasi dan strategi) yang satu sama lain saling berhubungan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan (Nur’aini 2006:52). Oemar Hamalik

(1990:56) menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu satuan program

kurikuler yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan baik

secara institusional maupun instruksional. Kurikulum dalam penelitian ini

adalah suatu sistem dengan tujuan dan isi program tentang keterampilan tata

busana disusun berupa kerangka satuan program pengajaran yang akan

disampaikan kepada siswa dengan memperhatikan strategi pelaksanaan

pengajaran agar tujuan dapat dicapai. Program keterampilan tata busana di

MAN 2 Kudus memiliki kurikulum sendiri yang terlepas dari kurikulum

sekolah dipagi hari dan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di luar jam

belajar sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum tata busana pada

madrasah aliyah tahun 1998 karena saat penelitian dilaksanakan belum ada

revisi kurikulum yang baru (Susunan materi kurikulum tata busana di

Madrasah Aliyah lihat pada lampiran 8). Kurikulum tersebut disusun oleh tim

penyusun kurikulum dari Direktur Jenderal Pembinaan Perguruan Agama

Islam dan disahkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam Departemen Agama Republik Indonesia pada tingkat pusat di Jakarta.

2.3.2.2 Sarana Belajar Teori

Tempat belajar teori adalah tempat terjadinya transfer ilmu secara teori

tentang tata busana dari instruktur kepada siswa program keterampilan tata

busana. Sarana tempat belajar teori idealnya terpisah dari ruang belajar yang

Page 38: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

36

lain, hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam mendalami

materi. Sarana tempat belajar teori terdiri dari tempat duduk dan meja,

peralatan dan perlengkapan tulis, media pengajaran dan perlengkapan kelas

(Depag 1999: 234-235).

1. Tempat duduk dan meja

Tempat duduk lebih dikenal sebagai kursi. Idealnya tempat duduk

memiliki tinggi sepadan antara telapak kaki dengan lekuk lutut ketika

siswa duduk dengan kaki tegak lurus dan telapak kaki mendatar. Tempat

duduk yang memiliki sandaran punggung dapat menyangga punggung

dan memperkecil kelelahan ketika duduk. Ukuran kursi ideal p: 40 cm, l:

34 cm dan t: 46 cm.

Meja untuk belajar siswa umumnya memiliki ketinggian 70 cm,

hal ini disesuaikan dengan postur tubuh penduduk Indonesia pada saat

duduk di kursi memiliki ketinggian duduk ketinggian 45 cm. Ukuran meja

ideal untuk dua orang biasanya memiliki p: 130 cm, l: 78 cm dan t: 70

cm, jika meja untuk satu orang memiliki ukuran p: 70 cm, l: 50 cm dan

t: 70 cm (Andar Bagus 1998:7). Tempat duduk dan meja dapat terbuat

dari kayu, plastik dan rangka besi. Satu siswa idealnya menggunakan

satu meja dan satu kursi. Tetapi jika tidak ada maka satu meja minimal

digunakan oleh dua siswa sehingga jika ada 20 siswa minimal dibutuhkan

20 tempat duduk dan 10 meja.

±

2. Peralatan dan perlengkapan tulis

Pensil white board, white board (papan tulis), penghapus, dan

penggaris merupakan beberapa contoh peralatan dan perlengkapan tulis.

Page 39: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

37

Besar papan tulis ideal minimal seluas papan triplek yaitu 120 cm x 250

cm. Pensil white board minimal yang dibutuhkan berwarna merah, biru

dan hitam karena dalam pembuatan pola busana perbedaan warna sangat

dibutuhkan agar terlihat jelas bagian-bagian polanya. Warna merah

menerangkan pola bagian depan, warna biru untuk pola bagian belakang

dan warna hitam untuk memberikan keterangan.

Jika masih menggunakan papan tulis black board maka dibutuhkan

kapur tulis warna merah, biru dan putih. Kapur merah untuk memberi

tanda pola pada bagian depan, kapur biru untuk pola belakang dan kapur

putih untuk memberi keterangan. Ruang teori dan praktek minimal

membutuhkan satu papan tulis, satu set alat tulis dan satu set penggaris

(dress maker).

3. Media pembelajaran

Pengertian dari media pembelajaran adalah alat bantu yang

dibutuhkan dalam pengajaran. Media pembelajaran dibutuhkan untuk

membantu siswa dalam memahami materi-materi program keterampilan

tata busana terutama pada materi praktek. Manfaat media pembelajaran

dalam proses belajar siswa (Nana Sujana 2001:2) antara lain:

1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat

dipahami oleh siswa

3) Metode mengajar guru akan lebih bervariasi

Page 40: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

38

4) Siswa lebih banyak melaksanakan kegiatan belajar karena tidak hanya

mendengarkan uraian dari guru tetapi siswa juga melaksanakan

aktifitas mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan

Media pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu media grafis, media

tiga dimensi dan media proyeksi. Contoh media grafis antara lain gambar,

foto, grafik, diagram, cart, flip cart, poster, kartun dan komik. Media tiga

dimensi contohnya model padat (solid model), model penampang, model

kerja dan diorama (maket). Media proyeksi contohnya slide, film,

penggunaan OHP dan presentasi power point. Isi media adalah tentang

hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan kepada

siswa sehingga diharapkan dengan bantuan media maka akan

memperjelas pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan.

Contohnya pada materi alat menjahit dapat digunakan media gambar

macam-macam alat jahit dan juga dapat langsung ditunjukkan macam-

macam alat jahit. Materi teknologi menjahit (membuat kampuh) maka

media pembelajarannya menggunakan media model kerja yang berisi

macam-macam kampuh dan tahap-tahap pembutan macam-macam

kampuh.

4. Perlengkapan kelas

Perlengkapan kelas yang ada dalam ruang belajar teori dan

praktek antara lain jam dinding, atribut PKn, almari administrasi, meja

dan kursi instruktur, kalender dan alat-alat kebersihan. Tersedianya

tempat sampah di dalam dan di luar ruangan dapat memberikan

suasana yang bersih dan sehat.

Page 41: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

39

2.3.2.3 Sarana Belajar Praktek

Sarana tempat belajar praktek merupakan tempat belajar siswa untuk

mempraktekkan teori yang telah diberikan. Jenis ruang praktek yang

dibutuhkan untuk program keterampilan tata busana adalah ruang praktek

desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas dan ruang

penyimpanan (Euis Ratna Dewi 2000:11).

1. Ruang Desain

Ruang desain adalah tempat untuk merancang atau mendesain

sebuah busana (Euis Ratna Dewi 2000:11). Meja desain memiliki

bentuk khusus untuk menggambar yaitu memiliki kemiringan sehingga

memudahkan dalam menggambar khususnya pada proses pewarnaan

(gambar meja desain lihat lampiran 19).

Ukuran meja minimal memiliki p:70 cm l:55 cm t: 85 cm dan

tinggi kemiringan dari keadaan rata meja antara 15-27 cm. Satu kursi

berukuran p:40 l:34 cm t:46 cm. Satu bangku belajar membutuhkan

0,95 m 2 (135 cm x 70 cm). Jarak bangku pertama dari papan tulis

minimal 2 m. Jarak dari dinding samping kanan dan kiri bangku

minimal 40 cm. Jarak bangku paling belakang dengan dinding minimal

1 m. Jarak antar barisan dan kolom bangku belajar minimal 40 cm.

Jika ada 20 siswa dibutuhkan 20 bangku belajar sehingga idealnya luas

ruang desain minimal berukuran (820 cm x 590 cm) 48,38 m 2 (gambar

penataan ruang desain lihat lampiran 11).

Page 42: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

40

Sarana yang ada di ruang desain antara lain papan tulis,

penghapus, spidol atau kapur tulis, almari penyimpanan alat dan

bahan, alat mendesain, bahan mendesain, contoh media gambar (2 dan

3 dimensi) dan washtafel. Alat mendesain antara lain pensil HB, pensil

B, pensil warna, pensil Aquarel atau water color, tinta, kuas, kapas, cat

air, cat poster, tempat cat air (valet) dan penggaris. Bahan mendesain

antara lain kertas gambar, kain dan kanvas.

2. Ruang pola

Ruang pola adalah ruang untuk membuat pola busana (Euis Ratna

Dewi :11). Memotong dan pemberian tanda pada jahitan biasanya juga

dilaksanakan di dalam ruang pola sehingga di dalam ruang tersebut

dibutuhkan sarana yaitu alat untuk membuat pola, alat pemotong, alat

pemberi tanda jahitan, alat penindih bahan dan almari.

Alat untuk membuat pola antara lain penggaris pola pakaian (dress

marker ruler), penggaris meter, pensil hitam, penghapus, pensil merah

biru, kertas payung, karton dan kertas doorslag. Alat pemotong antara lain

gunting kain, gunting kertas, gunting zig-zag, gunting benang, cutter dan

gunting listrik. Alat pemberi tanda jahitan antara lain rader, karbon jahit

(tracing paper), kapur jahit, pensil kapur dan skirt marker.

Alat penindih bahan digunakan untuk membantu proses

pemotongan dan penandaan jahitan pada bahan agar bahan tidak

mudah bergeser. Alat tersebut biasanya memiliki bobot karena

berfungsi sebagai pemberat atau penindih dan terbuat dari besi, baja

atau batu.

Page 43: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

41

Ruang pola dan potong serta penandaan jahitan membutuhkan

meja potong yang memiliki ukuran minimal seluas papan triplek yaitu

p:250 cm l:120 cm t:70 cm. Tetapi ada pula yang menggunakan meja

potong yang dapat dilipat. Meja tersebut biasanya memiliki daun meja

pada sisi kanan dan kiri sehingga bila tidak membutuhkan meja yang

luas maka daun meja dapat dilipat (lihat lampiran 19). Ukuran meja

lipat tersebut 1,5 x 1 meter ditambah daun meja masing-masing 0,5

meter sehingga jika meja dibuka seluruhnya berukuran 2,5 x 1 meter.

Satu kursi berukuran p:40 l:34 cm t:46 cm. Satu bangku belajar

membutuhkan luas 5 m2 (250 cm x 200 cm). Jarak bangku pertama

dari papan tulis minimal 2 m. Jarak dari dinding samping kanan dan

kiri bangku minimal 40 cm. Jarak bangku paling belakang dengan

dinding minimal 1 m. Jarak antar barisan dan kolom bangku belajar

minimal 40 cm. Satu meja bisa digunakan oleh dua siswa namun

idealnya satu siswa satu meja sehingga jika ada 20 siswa maka

idealnya luas ruangan minimal berukuran (12 m x 11,8 m) 141,6 m2

(gambar penataan ruang pola lihat lampiran 12).

3. Ruang menjahit

Ruang menjahit adalah ruang untuk melaksanakan proses

menjahit, proses penyelesaian, menyetrika, mengemas dan menata

busana, ruang dilengkapi dengan peralatanya (Euis Ratna Dewi

2000:11). Peralatan tersebut biasanya dikenal dengan istilah piranti

menjahit yang artinya alat-alat menjahit yang digunakan dalam proses

Page 44: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

42

pembuatan busana. Piranti menjahit tersebut terdiri dari alat menjahit

pokok, alat mengepres, alat mengepas dan alat menjahit pendukung

(gambar piranti menjahit lihat lampiran 20 dan 21).

Alat menjahit pokok merupakan peralatan menjahit utama yang

pertama kali harus dipersiapkan karena digunakan secara langsung pada

proses menjahit. Setelah alat menjahit pokok dibutuhkan alat untuk

mengepres. Alat mengepres adalah alat yang digunakan untuk

memberikan bentuk yang tetap pada bagian-bagian busana dengan cara

disetrika.

Proses menjahit membutuhkan alat mengepas setelah peralatan

pokok dan alat mengepres disediakan. Alat mengepas adalah alat yang

digunakan untuk mengepas busana sebelum busana jadi, tujuannya adalah

agar busana sesuai dengan ukuran dan bentuk badan pemakainya. Jumlah

ideal piranti menjahit untuk 20 siswa dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Daftar Alat Menjahit Pokok, Alat Mengepres, Alat Mengepas, Jumlah Ideal untuk 20 Siswa dan Jumlah alat yang dimiliki MAN 2 Kudus

No.

Klasifikasi alat

Nama Alat

Jumlah ideal

Jumlah yang

dimiliki 1. Alat menjahit a. Mesin jahit pokok:

- Mesin jahit manual 20 Buah 25 Buah

- Mesin jahit semi otomatis 20 Buah 20 Buah - Mesin jahit otomatis 20 Buah 0 Buah - Mesin jahit industri 20 Buah 2 Buah - Mesin bordir listrik 20 Buah 1 Buah b. Mesin jahit penyelesaian: - Mesin obras

5 Buah

2 Buah

- Mesin Wolsum 5 Buah 2 Buah - Mesin Rollsum 5 Buah 0 Buah

- Mesin Kelim 5 Buah 0 Buah 2. Alat mengepres a. Setrika listrik biasa 7 Buah 4 Buah

Page 45: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

43

b. Setrika listrik uap 7 Buah 0 Buah c. Setrika uap bahan gas 5 Buah 0 Buah d. Mesin pres 5 Buah 1 Buah e. Bantalan setrika 5 Set 0 Set

f. Meja setrika 7 Buah 2 Buah 3. Alat mengepas a. Boneka jahit 20 Buah 6 Buah

b. Cermin tiga sisi 7 Buah 2 Cermin

Uraian di atas menjelaskan tentang alat menjahit pokok, alat

mengepres dan alat mengepas. Selain alat tersebut dibutuhkan juga alat

menjahit pendukung dalam proses menjahit. Alat menjahit pendukung

adalah semua peralatan menjahit yang secara tidak langsung membantu

dalam proses jahit menjahit agar dapat memperlancar dan mempermudah

pekerjaan menjahit (Depdiknas 2004:13). Alat-alat menjahit pendukung

untuk 20 siawa dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Daftar Alat- alat Menjahit Pendukung, Jumlah Ideal untuk 20 Siswa dan Jumlah alat yang dimiliki MAN 2 Kudus

No.

Klasifikasi Alat

Nama Alat Menjahit Pendukung

Jumlah

Ideal

Jumlah yang

dimiliki a. Metlin 20 Buah 40 Buah 1. Alat Mengukur b. Veterban 20 Buah 0 Buah a. Penggaris pola pakaian 20 Set 50 Set b. Penggaris Meter 20 Set 1 Set c. Alat tulis :

- Pensil hitam 20 Buah

24 Buah

- Pensil Merah Biru 20 Buah 12 Buah - Penghapus pensil 20 Buah 24 Buah

d. Kertas pola : - Kertas payung

2 Roll

2 Roll

- Kertas dorslagh warna merah dan biru

3 Rim 3 Rim

e. Lem Kertas 20 Buah 24 Buah f. Skala kecil 20 Buah 50 Buah

2. Alat Membuat Pola

g. Meja potong 10 Buah 4 Buah a. Gunting kain 20 Buah 20 Buah b. Gunting kertas 20 Buah 20 Buah c. Gunting benang 20 Buah 20 Buah

3. Alat Pemotong

d. Gunting zig-zag 20 Buah 0 Buah

Page 46: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

44

e. Gunting listrik 5 Buah 1 Buah f. Cutter 20 Buah 10 Buah a. Rader 20 Buah 20 Buah b. Karbon jahit

(tracing paper) 20 Buah 20 Buah

c. Kapur jahit/pensil kapur 20 Buah 50 Buah

4. Alat Pemberi Tanda

d. Skirt Marker 5 Buah 0 Buah a. Jarum mesin /jahit 20 Set 50 Set b. Jarum tangan 20 Set 50 Set c. Jarum pentul 20 Set 50 Set d. Bidal (tudung jari) 20 Buah 5 Buah e. Pengait benang 20 Buah 0 Buah f. Trenner (pendedel) 20 Buah 10 Buah g. Pemberat 20 Set 0 Set

5. Alat pelengkap menjahit

h. Bantalan jarum 20 Buah 0 Buah a. Sepatu mesin jahit biasa 20 Buah 25 Buah b. Sepatu resluiting satu kaki

20 Buah 25 Buah

c. Sepatu resluiting jepang 20 Buah 25 Buah d. Sepatu kelim gulung 20 Buah 0 Buah e. Sepatu lubang kancing 20 Buah 0 Buah f. Sepatu pemasang kumai serong

20 Buah 0 Buah

g. Sepatu zig-zag 20 Buah 0 Buah

6. Attachment (alat bantu menjahit saat menggunakan mesin jahit)

h. Sepatu kerut 20 Buah 0 Buah

Ruang praktek menjahit membutuhkan mesin jahit, almari alat

dan bahan, almari locker untuk siswa, meja instruktur, mesin jahit

obras, meja setrika dan almari penataan (Euis Ratna Dewi 2000:14).

Mesin di dalam ruang praktek menjahit diletakkan membentuk satu

arah arus lalu lintas untuk memperkecil terjadinya kecelakaan kerja.

Satu meja mesin memiliki ukuran 90 cm x 50 cm. Luas yang

dibutuhkan satu mesin dan satu kursi adalah 1,17 m2 (90 cm x 130 cm).

Jika ada 20 siswa maka dibutuhkan mesin jahit listrik biasa 10, mesin

jahit industri 10, mesin jahit semi otomatis lima, mesin jahit otomatis

lima, mesin bordir listrik 10, mesin obras lima dan mesin wolsum lima.

Page 47: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

45

Ukuran almari locker dengan almari alat dan bahan adalah sama yaitu

p:150 cm l:60 cm dan t:180 cm. Almari locker dilengkapi dengan

kotak dan kunci untuk siswa sehingga minimal dibutuhkan dua almari

locker, dua almari alat dan dua almari bahan. Almari penataan

(penyimpanan) berukuran p:150 cm l:60 cm dan t:80 cm dibutuhkan

dua almari.

Meja setrika berukuran 100 x 50 cm dan dibutuhkan tujuh meja

setrika. Meja mesin pres berukuran 80 x 50 cm dan dibutuhkan dua.

Meja untuk setrika uap bahan gas berukuran 100 x 80 cm dibutuhkan

dua. Jarak antar barisan dan kolom mesin 40 cm. Jarak almari dari

dinding minimal 20 cm sehingga jika ada 20 siswa maka ruang praktek

menjahit yang ideal minimal berukuran 164,4 m2 (13,70 m x 12 m).

Gambar penataan ruang menjahit dapat dilihat pada lampiran 13.

Ruang praktek menjahit idealnya dilengkapi dengan washtafel,

papan tulis, jam dinding, atribut PKn, meja dan kursi instruktur,

kalender dan alat-alat kebersihan. Tersedianya tempat sampah di

dalam dan di luar ruangan dapat memberikan suasana yang bersih dan

sehat.

4. Ruang mengepas

Ruang mengepas adalah ruangan untuk mencoba atau mengepas

busana yang sudah dijahit. Biasanya ruangan dilengkapi dengan cermin,

rak baju dan tempat gantungan baju (Euis Ratna Dewi 2000:11). Alat

untuk mengepas yaitu cermin dan boneka jahit (dress form atau paspof).

Page 48: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

46

Cermin ideal adalah cermin yang memiliki tiga sisi luas bidang

yang menyatu sehingga dapat terlihat bayangan dari banyak sisi.

Ketinggian cermin ideal adalah cermin yang dapat digunakan untuk

melihat bayangan tubuh dari kepala sampai kaki. Lebar satu luas

bidang cermin minimal 40 cm. Jika ada 20 siswa minimal

membutuhkan empat cermin, 20 paspof, dua rak baju ukuran 150 cm x

50 cm x 180 cm dan empat tempat gantungan baju (1 x 0,5 m). Jarak

cermin dari dinding minimal 40 cm. Jadi ruang mengepas idealnya

minimal berukuran 30 m2 (5 m x 6 m). Gambar penataan ruang

mengepas dapat dilihat pada lampiran 14.

5. Ruang penyimpanan

Ruang penyimpanan (gudang) adalah sebuah ruangan untuk

menyimpan alat dan bahan untuk pembuatan busana yaitu berupa rak

atau lemari pakaian (Euis Ratna Dewi 2000:11). Ruang penyimpanan

atau gudang dilengkapi dengan almari dan rak. Almari dan rak tidak

langsung rapat ke dinding minimal 20 cm dari dinding. Jarak antar almari

dan rak adalah 40 cm. Jarak almari dari langit- langit minimal 40 cm.

Ruang penyimpanan minimal membutuhkan dua almari dan dua rak

ukuran 150 cm x 50 cm x 180 cm. Ruang penyimpanan idealnya

minimal berukuran 11,02 m2 (3, 8 m x 2,9 m). Gambar penataan ruang

penyimpanan dapat dilihat pada lampiran 15 .

Ruang-ruang yang dijelaskan merupakan ruangan yang dibutuhkan

dalam program keterampilan tata busana. Ruang minimal yang harus ada

dalam program keterampilan tata busana adalah ruang praktek menjahit

Page 49: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

47

dengan seluruh sarana yang ada di dalamnya (Gambar penataan ruang

menjahit minimal lihat lampiran 16). Sarana minimal dalam ruang praktek

menjahit yaitu meja potong, mesin jahit listrik biasa, mesin jahit semi

otomatis, mesin jahit otomatis, mesin jahit industri, mesin bordir listrik, mesin

obras, mesin wolsum, setrika dan meja setrika, almari, paspof, ruang

mengepas, kamar kecil dan gudang . Jika ada 20 siswa minimal memiliki

meja potong 10, mesin jahit listrik biasa 10, mesin jahit semi otomatis dua,

mesin jahit otomatis dua, mesin jahit industri dua, mesin bordir listrik empat,

mesin obras dua, mesin wolsum satu, paspof 10, mesin pres satu, satu almari

penataan, satu almari alat satu almari bahan, setrika dan meja setrika empat.

Pelaksanaan praktek membutuhkan waktu yang lama, terkadang

siswa dan instruktur ada yang ingin ke kamar kecil sehingga idealnya ada

kamar kecil di dalam ruang praktek menjahit yang minimal. Kamar kecil

dibutuhkan tiga ruang yaitu satu ruang untuk siswa putra, satu untuk siswa

putri dan satu ruang untuk instruktur. Selain kamar kecil dibutuhkan juga

ruang mengepas dan ruang penyimpanan. Ruang mengepas dilengkapi dengan

satu cermin dan satu tempat menggantungkan pakaian. Ruang penyimpanan

dilengkapi dengan satu rak dan satu almari. Jadi ruang praktek menjahit yang

minimal berukuran 143,85 m2 (13,70 m x 10,5 m). Ruang teori idealnya harus

ada tetapi jika tidak ada maka ruang praktek dapat digunakan sebagai ruang

teori.

Page 50: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

48

2.3.2.4 Sarana Perpustakaan

Perpustakaan ialah suatu koleksi buku-buku, jurnal-jurnal dan bahan

bacaan serta audio visual yang terorganisasi, dan jasa-jasa staf (pustakawan)

yang mampu memberikan dan menginterprestasikan bahan-bahan semacam

itu yang dibutuhkan untuk memenuhi keperluan informasi, penelitian,

pendidikan dan rekreasi pengunjungnya (http://WWW.pnri.go.id/pnri2.html).

Sistem pelayanan perpustakaan ada dua macam yaitu sistem tertutup dan

sistem terbuka. Pembaca di perpustakaan tertutup tidak dapat langsung ke rak

buku, biasanya petugas mengambilkan buku sesuai dengan nomor buku di

dalam koleksi. Pembaca di perpustakaan terbuka dapat langsung melihat buku

di rak dan langsung membacanya. Kartu anggota digunakan untuk

administrasi.

Peranan perpustakaan untuk program keterampilan tata busana sangat

diperlukan. Melalui perpustakaan di sekolah dapat memungkinkan guru,

siswa dan semua warga sekolah memperoleh kesempatan memperluas dan

memperdalam pengetahuan dan pandangan masing-masing. Program

keterampilan tata busana membutuhkan referensi bahan bacaan siswa berupa

buku-buku yang berhubungan dengan alat menjahit, teknologi menjahit,

pengetahuan bahan tekstil, pembuatan pola busana, teknik menghias kain,

desain busana, busana anak, busana wanita, busana pria, pengelolaan usaha

dan magang. Buku-buku tersebut dapat dikatakan memadai jika jumlahnya

sesuai dengan jumlah siswa dan buku tersebut dapat dibaca.

Satu materi minimal membutuhkan satu buku pelajaran dan satu buku

tersebut idealnya untuk satu siswa. Tetapi jika tidak ada maka satu buku dapat

Page 51: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

49

dipakai oleh dua siswa sehingga jika ada 20 siswa maka minimal dibutuhkan

10 buku tentang alat menjahit, 10 buku teknologi menjahit, 10 buku

pengetahuan bahan tekstil, 10 buku pembuatan pola busana, 10 buku teknik

menghias kain, 10 buku desain busana, 10 buku busana anak, 10 buku busana

wanita, 10 buku busana pria, 10 buku pengelolaan usaha dan 10 buku tentang

magang. Selain tersedia buku-buku, perpustakaan perlu dilengkapi dengan

fasilitas lain seperti majalah-majalah, surat kabar, televisi, slide, brosur,

komputer, internet, VCD, kaset dan lain sebagainya yang berhubungan

dengan ilmu pengetahuan.

Luas ruang perpustakaan setidak-tidaknya harus sama dengan luas satu

ruang teori. Hal ini dikarenakan selain sebagai tempat membaca secara

perorangan maka perpustakaan dapat difungsikan sebagai tempat membaca

atau belajar secara klasikal atau kelompok (gambar penataan ruang lihat

lampiran 17). Suasana perpustakaan menjadi lebih nyaman dengan

tersedianya tempat duduk yang memadai, sirkulasi udara yang lancar,

penerangan mencukupi dan buku-buku yang tertata rapi.

2.4 Kerangka Berfikir

Program keterampilan tata busana adalah salah satu program atau

pemberian bekal keterampilan kepada siswa yang diselenggarakan di MAN 2

Kudus. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program keterampilan

tata busana adalah dua tahun (empat semester). Program diberikan pada siswa

kelas XI dan XII. Masing-masing kelas dibagi menjadi dua kelompok yaitu A

dan B. Jumlah jam belajar pokok di keterampilan tata busana adalah 1080 jam

pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit) yang dilaksanakan di kelas XI sebesar

Page 52: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

50

612 jam pelajaran dan kelas XII sebesar 468 jam pelajaran. Program

keterampilan memiliki kurikulum sendiri yang terlepas dari kurikulum

sekolah dipagi hari dan kegiatan belajar mengajar di luar jam belajar

sekolah.

Tujuan program tersebut adalah memberikan bekal keterampilan kepada

siswa agar dapat mencukupi kepentingan diri pribadinya dan untuk menyiapkan

tenaga kerja yang terampil dalam bidang busana. Peserta program keterampilan

diberi bekal keterampilan tidak hanya agar bisa menjahit tetapi siswa

diharapkan dapat juga bekerja di industri busana dan mampu berwiraswasta

membuka usaha dalam bidang busana. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan

memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Materi pelajaran

ada dua yaitu materi pokok dan materi penunjang. Materi pokok berisi materi

pelajaran tentang alat menjahit, teknologi menjahit, pengetahuan bahan tekstil,

pembuatan pola, teknik menghias kain, desain busana, busana anak , busana

wanita dan busana pria. Materi penunjang berisi tentang magang dan

pengelolaan usaha yang meliputi pendahuluan, organisasi dan ketatausahaan,

iklim kerja, kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja, pengembangan diri,

pemasaran dan promosi. Secara garis besar materi pelajaran yang diberikan

yaitu tentang pembuatan busana baik secara perorangan maupun secara masal.

Materi pengajaran dalam tata busana tidak hanya teoritis (30%) tetapi

ada pula materi praktek (70%). Contoh materi praktek adalah menjahit dengan

mesin. Proses menjahit dengan mesin harus ada mesin jahit. Mesin jahit

tersebut secara jumlah atau kuantitasnya mencukupi jumlah siswa. Idealnya satu

mesin digunakan oleh satu siswa sehingga jika ada 20 siswa maka dibutuhkan

Page 53: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

51

mesin jahit sebanyak 20 mesin. Tetapi jika tidak ada maka satu mesin dapat

digunakan oleh dua orang siswa sehingga jika ada 20 siswa minimal dibutuhkan

10 mesin. Mutu atau kualitas mesin jahit tersebut harus dapat digunakan untuk

menjahit.

Ruang minimal yang harus ada dalam program keterampilan tata busana

adalah ruang praktek menjahit dengan seluruh sarana yang ada di dalamnya.

Sarana minimal dalam ruang praktek menjahit yaitu meja potong, mesin jahit

listrik biasa, mesin jahit semi otomatis, mesin jahit otomatis, mesin jahit

industri, mesin bordir listrik, mesin obras, mesin wolsum, setrika dan meja

setrika, mesin pres, almari, paspof, ruang mengepas, kamar kecil dan gudang .

Jika ada 20 siswa maka minimal dibutuhkan 10 meja potong, 10 mesin jahit

listrik biasa, dua mesin jahit semi otomatis, dua mesin jahit otomatis, dua mesin

jahit industri, empat mesin bordir listrik, dua mesin obras, satu mesin wolsum,

empat setrika dan empat meja setrika, satu mesin pres, satu almari penataan,

satu almari alat, satu almari bahan, 10 paspof, satu ruang mengepas, tiga kamar

kecil dan satu gudang.

Uraian di atas menjelaskan tentang prasarana dan sarana secara garis

besar yang harus tersedia di sekolah yang menyelenggarakan program

keterampilan tata busana dan beberapa sarana yang harus dimiliki setiap siswa

seperti gunting, rader, metlin dan sebagainya. MAN 2 Kudus merupakan

sekolah yang menyelenggarakan program tata busana, apakah prasarana dan

sarana yang dimiliki sudah memadai sehingga tujuan program tersebut dapat

tercapai secara maksimal.

Page 54: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

52

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan cara-cara yang digunakan untuk

menemukan, membuktikan, mengembangkan dan menguji kebenaran yang dapat

dipertanggung jawabkan. Metode yang digunakan harus sesuai dengan objek,

tujuan dan jenis penelitian.

Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti termasuk dalam penelitian

deskriptif dengan jenis penelitian survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang bertujuan untuk menggambarkan situasi atau bidang interest tertentu secara

sistematis, factual dan akurat (Rodia Syamwil 2003:4). Survei adalah suatu jenis

metode penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekelompok subjek atau

objek penelitian dalam jumlah besar dan waktu yang bersamaan (Mohammad Ali

1993:126). Survei dalam penelitian ini meneliti tentang prasarana dan sarana

program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus pada tahun pelajaran 2006-

2007. Pada metodologi penelitian ini dipaparkan tentang populasi dan sampel,

variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik

pemeriksaan validitas dan reliabilitas data serta metode analisis data.

3.1 Objek Penelitian

Objek di dalam penelitian ini adalah prasarana dan sarana program

keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus.

52

Page 55: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

53

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi (Suharsimi

Arikunto 2002:94). Variabel merupakan titik atau pusat perhatian dari suatu

penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal karena hanya

ada satu pusat perhatian yaitu prasarana dan sarana program keterampilan tata

busana.

Indikator variabel dalam penelitian ini meliputi prasarana gedung,

prasarana instalasi listrik, prasarana instalasi air, prasarana institusi pasangan,

kurikulum, sarana belajar teori, sarana belajar praktek, dan sarana

perpustakaan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian dengan menggunakan alat bantu

(instrumen). Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu metode observasi,

wawancara dan dokumentasi.

3.3.1 Metode Observasi

Metode observasi adalah kegiatan pengamatan secara langsung

dengan pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang dapat

menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto 2002:133).

Pendapat lain juga dikemukakan oleh S. Margono (2004:158) yang

menjelaskan bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode

Page 56: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

54

observasi dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi sistematis

karena untuk pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian

digunakan pedoman observasi sebagai instrumen penelitian. Observasi

dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data utama yaitu

informasi tentang prasarana dan sarana yang dimiliki MAN 2 Kudus pada

program keterampilan tata busana pada tahun pelajaran 2006/2007.

3.3.2 Metode Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (S.

Margono 2004:165). Menurut Suharsimi Arikunto (2002:132) wawancara

atau interview adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewee). Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan data tambahan atau sebagai data penguat. Data yang

dibutuhkan berupa informasi secara lisan tentang prasarana dan sarana di

MAN 2 Kudus dalam program keterampilan tata busana pada tahun

pelajaran 2006/2007. Sumber informasi (interviewiee) atau responden

yang akan diwawancarai yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah

bidang prasarana dan sarana, wakil kepala sekolah bidang keterampilan,

instruktur, perwakilan kelompok kerja PSG, teknisi listrik, petugas

perpustakaan dan siswa.

3.3.3 Metode Dokumentasi.

Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

Page 57: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

55

tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian (S. Margono 2004:181).

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data

fisual tentang prasarana dan sarana MAN 2 Kudus dalam program

keterampilan tata busana pada tahun pelajaran 2006/2007.

3.4 Instrumen penelitian

Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan

data. Pada metode observasi digunakan instrumen berupa pedoman observasi

berbentuk tally yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen seperti berikut ini:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Variabel Objek

Penelitian Indikator Sub Indikator

1.Gedung

a. Penutup Atap b. Langit-langit c. Dinding d. Penutup lantai e. Pintu dan Jendela f. Penerangan g. Sanitasi h. Fentilasi

2.InstalasiListrik

a. Kapasitas Daya b. Jangkauan Instalasi

3.Instalasi Air a. Instalasi PDAM b. Instalasi air tanah

A.Prasarana Belajar

4.Institusi Pasangan

a. Klasifikasi Bidang Usaha b. Lokasi

5.Kurikulum Jenis Kurikulum 6.Sarana Belajar

Teori a. Tempat duduk dan meja b. Alat dan perlengkapan tulis c. Media pembelajaran d. Perlengkapan kelas

Prasara- na dan sarana program keteram-pilan tata busana

B.Sarana Belajar

7.Sarana Belajar Prasktek

a. Ruang Desain b. Ruang Pola c. Ruang menjahit d. Ruang Mengepas e. Ruang Penyimpanan f. Ruang Praktek minimal

Page 58: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

56

8.Sarana Perpusta-kaan

a. Sistem Pelayanan b. Jenis bacaan untuk program

keterampilan tata busana c. Kenyamanan d. Perlengkapan e. Ketersediaan buku

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara No. Indikator Sub Indikator Responden 1. Prasarana Gedung Cara perawatan gedung Bagian Prasarana

dan Sarana 2. Prasarana

Instalasi Listrik a. Kapasitas daya b. Perawatan jaringan listrik

Teknisi Listrik

3. Prasarana Instalasi air

a. Kapasitas air b. Kondisi air

Bagian Prasarana dan Sarana

4. Prasarana Institusi Pasangan

a. Kualitas tempat magang b. Lokasi tempat magang

Pokja PSG

5. Kurikulum Relevansi Kurikulum Kepala Sekolah 6. Sarana Belajar

Teori Pengadaan ruang kelas teori Kepala Sekolah

7. Srana Belajar Praktek

a. Pengadaan ruang desain dan ruang pola

b. Pengadaan perabot dan alat praktek

c. Petugas penyiapan alat (tull man)

d . Media pembelajaran

e. Kualitas penerangan langsung dan tidak langsung

f. Kualitas sirkulasi udara g. Kenyamanan meja dan kursi h. Alat pengingat waktu i. Alat-alat kebersihan

Kepala Sekolah Kepala Sekolah Instruktur I nstruktur

Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa

8. Sarana perpustakaan

a. Jenis bacaan b. Keanggotaan perpustakaan c. Peminjaman buku d. Ruang perpustakaan e. Kenyamanan ruang

perpustakaan f. Ketersediaan buku

Petugas perpustakaan Petugas perpustakaan Petugas perpustakaan Siswa Siswa Siswa

Page 59: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

57

3.5 Teknik pemeriksaan validitas dan reliabilitas data

Teknik pemeriksaan validitas data yang digunakan adalah teknik

triangulasi sedangkan pemeriksaan reliabilitas data menggunakan teknik

replikasi. Teknik triangulasi adalah upaya untuk mengadakan pegecekan

kebenaran melalui cara lain (Suharsimi Arikunto 2002:187). Pendapat lain

juga dikemukakan oleh Moleong (2004:330) yang menjelaskan bahwa

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Teknik pemeriksaan dapat memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode.

1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

kembali kepercayaan informasi melalui waktu dan alat yang berbeda.

Penelitian ini membandingkan dan mengecek hasil pengamatan dengan

hasil wawancara dan membandingkan hasil pengamatan dengan dokumen

yang berkaitan.

2. Triangulasi dengan metode berarti membandingkan hasil penelitian dari

beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan. Penelitian ini

membandingkan penemuan hasil penelitian dengan metode observasi,

wawancara dan dokumentasi.

Teknik replikasi dimaksudkan untuk mengecek atau adanya

pengulangan aktifitas untuk memperoleh kesamaan informasi yang diperoleh

sehingga dapat menjamin keabsahan data (Moleong 2004:323). Teknik ini

merupakan kompensasi dari kelemahan akibat peneliti melaksanakan

penelitian dengan indikator yang banyak sehingga membutuhkan ketelitian

dalam pengamatan. Dengan mengecek atau melaksanakan aktifitas yang sama

Page 60: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

58

maka data yang semula diragukan semakin lama semakin dapat dipercaya

keabsahannya.

3.6 Metode analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif

persentase. Penelitian ini memiliki 2 data yaitu:

1. Data kualitatif yang diperoleh ditafsirkan atau ditunjukkan dengan kalimat

yang bersifat deskripsi atau gambaran kenyataan yang ada di lapangan.

2. Data kuantitatif bermanfaat agar memberikan gambaran yang jelas tentang

seberapa besar tingkat ketersediaan prasarana dan sarana MAN 2 Kudus

dalam program keterampilan tata busana. Data dianalisis dengan analisis

data deskriptif persentase yang mengacu pada rumus persentase

(Mohammad Ali 1993:186) yaitu:

Persen (%) =Nn x 100 %

Keterangan:

%= Persentase data yang diperoleh

n = Jumlah (persen) nilai yang diperoleh

N = Jumlah seluruh (persen) nilai

Hasil yang diperoleh dikelompokkan sesuai kategori persentase

angka akreditasi sarana di Madrasah Aliyah dalam buku Pedoman

Akreditasi Madrasah Aliyah (Depag 1999:236).

Page 61: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

59

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang deskripsi hasil penelitian, pembahasan dan

keterbatasan penelitian.

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Prasarana Belajar

4.1.1.1 Gedung atau Ruang

Gedung program keterampilan di MAN 2 Kudus terletak dalam satu

komplek yaitu kelompok gedung keterampilan. Gedung ini khusus untuk

ruang-ruang keterampilan. Ruang keterampilan komputer memiliki

gedung sendiri sedangkan ruang keterampilan tata busana dan ruang

keterampilan otomotif terletak dalam satu atap gedung. Ruang

keterampilan tata busana di bagi menjadi lima bagian yaitu ruang praktek

menjahit, ruang mengepas, ruang penyimpanan, kamar kecil wanita dan

kamar kecil pria. Luas seluruh ruang keterampilan tata busana adalah 104

m2 (13 m x 8 m).

Penerangan langsung di ruang keterampilan tata busana diperoleh

dari cahaya sinar matahari yang masuk dari jendela. Masing-masing

jendela sudah diberi tirai berwarna merah muda dan berteralis besi.

Penerangan tidak langsung dalam ruang tersebut diperoleh dari lampu

bahan bercahaya (neon batang) yang tersebar di sembilan titik dengan

kekuatan daya masing-masing lampu adalah 40 Watt.

59

Page 62: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

60

Sanitasi ruang praktek keterampilan tata busana menggunakan

selokan air pada daerah jatuhnya air hujan. Fentilasi ruangan

menggunakan lubang angin-angin permanen (terbuat dari kayu) yang

terletak di atas jendela dan di atas pintu. Fentilasinya berjumlah 18 buah

dengan ukuran 80 cm x 60 cm. Ruang keterampilan tata busana juga

dilengkapi dengan tiga kipas angin yang terletak di langit-langit dan 2

kipas angin Stand Fun.

4.1.1.2 Prasarana Instalasi Listrik

Kebutuhan listrik dalam program keterampilan tata busana di MAN

2 Kudus saat ini diperoleh dari PLN dengan jumlah daya 9000 Watt yang

dilengkapi stabilizer. Penataan kabel pada mesin-mesin yang

pengoperasiannya menggunakan motor listrik (dinamo) diatur diatas lantai

dengan cara kabel-kabel penghubung (stop kontak) dipaku atau direkatkan

di atas lantai.

4.1.1.3 Prasarana Instalasi Air

Air di MAN 2 Kudus menggunakan instalasi air tanah melalui

pembuatan tiga sumur. Air diambil dengan mesin pompa air yang

kemudian ditampung dalam bak penampungan air. Penampung air mampu

menampung 6000 liter. Secara fisik air di MAN 2 Kudus memiliki ciri

yaitu jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.

±

Page 63: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

61

4.1.1.4 Prasarana Institusi Pasangan (Tempat Magang)

Institusi pasangan program keterampilan tata busana seluruhnya di

dalam kabupaten kudus. Tahun pelajaran 2006/2007 program ini memiliki

tujuh tempat magang. Institusi tersebut yaitu Hessa Fashion, Wahyu

Collection, Rohmah dan Salam, Seva Collection, Bola Collection, Varia

Collection dan Andre Collection.

4.1.2 Sarana Belajar

4.1.2.1 Kurikulum

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tata busana pada

madrasah aliyah tahun 1998. Kurikulum disusun oleh tim penyusun

kurikulum dari Direktur Jenderal Pembinaan Perguruan Agama Islam dan

disahkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

Departemen Agama Republik Indonesia pada tingkat pusat di Jakarta. Isi

kurikulum memuat tentang tujuan program pendidikan keterampilan pada

madrasah aliyah, peluang pekerjaan, kemampuan tamatan, susunan

program keterampilan tata busana (terlampir) dan deskripsi sajian materi

pelajaran yang akan disampaikan.

4.1.2.2 Sarana Belajar Teori

Program keterampilan tata busana pada tahun pelajaran 2006/2007

di MAN 2 Kudus belum memiliki ruang belajar teori. Program ini pernah

memiliki ruang teori namun ruangan tersebut kini dialih fungsikan

menjadi ruang perpustakaan sekolah. Hal ini disebabkan pada tahun

Page 64: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

62

pelajaran 2005/2006 gedung perpustakaan MAN 2 Kudus terbakar

sehingga ruang teori tata busana dialih fungsikan menjadi ruang

perpustakaan sekolah. Proses belajar teori tata busana dilaksanakan di

ruang kelas setelah digunakan untuk belajar pada pagi hari.

4.1.2.3 Sarana Belajar Praktek

Keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus memiliki satu ruang

khusus untuk tata busana. Ruangan ini terdiri dari ruang praktek menjahit,

ruang mengepas, ruang penyimpanan, kamar kecil putra (satu lokal yang

terdiri dari dua ruang kamar kecil dan satu ruang washtafel) dan kamar

kecil wanita (satu lokal yang terdiri dari satu ruang kamar kecil instruktur,

dua ruang kamar kecil untuk siswa dan satu ruang washtafel).

Ruang praktek menjahit berukuran 62,4 m2 (9 m x 6,93 m). Ruang

ini berisi sarana untuk menjahit. Jumlah dan kualitas sarana yang dimiliki

program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus terlampir. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sarana praktek program keterampilan tata

busana di MAN 2 Kudus termasuk dalam kategori sedang ditunjukkan

dengan prosentase sebesar 53,4 % (lihat lampiran 22). Kategori jumlah

prosentase dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kategori Persentase dan Jumlah Angka Akreditasi Sarana di Madrasah Aliyah Kejuruan

Interval Jumlah Angka Akreditasi Kategori

1 % - 25 % 5 Rendah 26 % - 50 % 10 Cukup 51 % - 75 % 25 Sedang 76 % - 100 % 35 Baik

Sumber : Pedoman Akreditasi Madrasah (Depag 1999: 236)

Page 65: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

63

Data kuantitatif 53,4 % termasuk dalam interval 51 % - 75 % sehingga

program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus memiliki jumlah dan

jenis peralatan yang sesuai dengan keperluan praktikum program

keterampilan tata busana hanya saja ada beberapa peralatan yang perlu

penambahan pengadaan dan jumlahnya untuk mencapai ideal.

Ruang mengepas memiliki ukuran 10,5 m2 (3m x 3,5m). Ruangan

ini memiliki satu pintu, dua jendela, tiga fentilasi dan satu titik penerangan

lampu biasa 20 Watt. Lantai dalam ruangan ini ditutup dengan karpet.

Sarana yang ada dalam ruang mengepas yaitu cermin datar (dua buah), rak

buku (satu buah), almari administrasi (satu buah) dan rak alat (satu buah).

Selain sebagai ruang mengepas ruangan ini memiliki banyak fungsi yaitu

sebagai kantor instruktur, perpustakaan instruktur dan musholla.

Ruang penyimpanan berukuran 7,88 m2 (2,25 m x 3,5 m). Ruangan

ini memiliki satu pintu dan tiga fentilasi. Sarana yang ada dalam ruang

penyimpanan yaitu almari bahan (satu buah), almari administrasi (satu

buah), rak penyimpanan (satu buah) dan rak alat (tiga buah). Ruang

penyimpanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil karya siswa

yang tidak di tampilkan di almari penataan. Ruangan ini juga berfungsi

sebagai ruang perpustakaan siswa karena buku-buku pelajaran siswa ada

di dalam ruang tersebut.

Lokal kamar kecil putra dan putri dalam ruang tata busana letaknya

terpisah dengan ukuran tiap lokal adalah 9,6 m2 (2,75m x 3,5m). Lokal

kamar kecil putra terdiri dari 2 kamar kecil dan lokal kamar kecil wanita

Page 66: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

64

memiliki 3 kamar kecil. Masing-masing kamar kecil berukuran 1,2 m2 (1m

x 1,20m). Pada bagian luar kamar kecil (dalam satu lokal) baik untuk

putra dan putri masing-masing terdapat satu washtafel dan satu cermin

berukuran 80 cm x 70 cm.

4.1.2.4 Sarana Perpustakaan

Perpustakaan program keterampilan tata busana dikelola oleh

instruktur sendiri. Hal ini dikarenakan pelaksanaan proses belajar

mengajar program tata busana adalah siang sampai sore hari (14.00-17.00

WIB) sehingga tidak ikut perpustakaan induk. Buku-buku pelajaran untuk

siswa berada di ruang penyimpanan sedangkan buku untuk instruktur

berada di ruang mengepas.

Jenis bacaan di perpustakaan program keterampilan tata busana

terdiri dari buku, majalah, tabloit, diktat dan karya tulis. Buku yang

dimiliki adalah buku tentang pembuatan pola wanita, anak dan pria, buku

teknik menghias kain, buku tentang desain busana, buku pengelolaan

usaha busana, dan buku tentang magang. Daftar inventaris buku yang

dimiliki program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus terlampir.

Page 67: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

65

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Prasarana Belajar

4.2.1.1 Gedung dan Ruang

Gedung dan ruang keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus

belum memadai. Jumlah ruang dan luasnya belum ideal. Ruang praktek

minimal dalam keterampilan tata busana idealnya memiliki ukuran 143,85

m2 (13,70 m x 10,5 m) sedangkan di MAN 2 Kudus hanya berukuran 104

m2 (13 m x 8 m). Kondisi gedung keterampilan tata busana secara kualitas

cukup baik. Bangunannya memiliki konstruksi yang kokoh dan dalam

kondisi yang baik. Tetapi ada beberapa bagian yang perlu segera

diperbaiki misalnya di dalam ruang menjahit banyak terdapat penutup

lantai yang rusak.

Penempatan ruang praktek menjahit sebaiknya tidak berhimpitan

dengan ruang otomotif. Kegiatan praktek di ruang otomotif biasanya

mengeluarkan suara yang cukup nyaring sehingga akan mengganggu

proses belajar mengajar di ruang praktek menjahit. Penerangan ruangan

sudah memadai karena mencapai 360 lx sedangkan idealnya antara 200-

500 lx. Sanitasi sudah cukup baik yaitu menggunakan selokan air pada

daerah jatuhnya air hujan. Peningkatan yang perlu dilaksanakan adalah

pemberian talang datar dan talang tegak di ujung atap untuk mengalirkan

limpahan air hujan ke selokan air sehingga dapat meredam suara jatuhnya

air hujan.

4.2.1.2 Prasarana Instalasi Listrik

Jumlah daya listrik yang disediakan untuk program keterampilan

tata busana sudah ideal sehingga mampu mencukupi untuk seluruh

Page 68: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

66

kegiatan operasional. Penataan kabel jaringan instalasi listrik untuk mesin-

mesin listrik yang menggunakan dinamo idealnya dari arah atas untuk

memperkecil kecelakaan kerja, sedangkan di MAN 2 Kudus kabel ditata

di lantai.

4.2.1.3 Prasarana Instalasi Air

Secara fisik air sudah baik karena airnya jernih, tidak berasa, tidak

berbau dan tidak berwarna. Air di MAN 2 Kudus belum memadai secara

kuantitas karena 6000 liter hanya cukup untuk operasional pagi hari.

Selain untuk proses belajar mengajar air juga berfungsi sebagai prasarana

penunjang karena pelaksanaan program keterampilan mulai jam 14.00-

17.00 WIB. Oleh karena itu penambahan volume air diperlukan agar

kegiatan yang dilaksanakan waktu sore hari tidak kekurangan air.

4.2.1.4 Prasarana Institusi Pasangan (Tempat Magang)

Jumlah institusi magang belum memadai karena hanya ada tujuh

tempat sedangkan jumlah tempat magang yang minimal sepuluh. Tempat

magang sebaiknya diperluas ke luar kota agar siswa memiliki pengalaman

bekerja di luar kota. Tempat magang program keterampilan tata busana di

MAN 2 Kudus sebagian besar adalah konveksi padahal di kabupaten

Kudus banyak industri di bidang busana yaitu tailor, modiste, garmen dan

butik.

4.2.2 Sarana Belajar

4.2.2.1 Kurikulum

Kurikulum yang digunakan masih menggunakan kurikulum tahun

1998 dengan sistem caturwulan. Pelaksanaan proses pembelajaran

Page 69: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

67

disesuaikan dari sistem caturwulan menjadi sistem semester. Kurikulum

tahun 1998 di Indonesia sudah tidak digunakan lagi. Seiring dengan

kemajuan pendidikan sudah digunakan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) sehingga kurikulum program keterampilan tata busana

perlu di revisi agar lebih relevan dan tidak ketinggalan jaman.

Penyesuaian materi pelajaran, jumlah jam belajar dan alokasi waktu

belajar dalam penyusunan kurikulum perlu memperhatikan masa studi

yang hanya dua tahun.

4.2.2.2 Sarana Belajar Teori

Ruang teori program keterampilan tata busana belum ideal. Ruang

teori yang ideal untuk 20 siswa minimal berukuran 54,29 m 2 (7,54 m x

7,20 m) sedangkan di MAN 2 Kudus belum memiliki ruang teori

keterampilan tata busana beserta seluruh sarana yang ada di dalamnya.

4.1.2.3 Sarana Belajar Praktek

Ruang praktek yang dimiliki belum ideal. Idealnya dibutuhkan

ruang praktek desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas dan

ruang penyimpanan. Program keterampilan di MAN 2 Kudus hanya

memiliki ruang menjahit, ruang mengepas dan ruang penyimpanan. Ruang

praktek yang perlu ditambah adalah ruang desain dan ruang pola beserta

seluruh sarana yang diperlukan dalam ruang tersebut.

Ruang praktek menjahit di MAN 2 Kudus luasnya 62,4 m2 (9 m x

6,93 m) padahal idealnya ruang menjahit untuk 20 siswa minimal

berukuran 164,4 m2 (13,70 m x 12 m). Sarana yang ada di dalamnya juga

Page 70: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

68

perlu ditambah dan diatur secara rapi, efektif dan efisien dengan

mempertimbangkan alur lalu lintas, keselamatan, keamanan dan kesehatan

kerja pengguna ruangan tersebut. Pengontrolan dan pengecekan alat-alat

praktek secara berkala sangat dibutuhkan agar kualitas alat tetap terjaga

sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan tanpa hambatan.

Ruang mengepas belum ideal karena berukuran 10,5 m2 (3m x

3,5m) padahal untuk 20 siswa idealnya ruang mengepas memiliki ukuran

30 m2 (5 m x 6 m). Sarana dalam ruang mengepas juga belum ideal.

Idealnya sarana dalam ruang mengepas jika untuk 20 siswa minimal

dibutuhkan 20 paspof, empat cermin dan dua rak baju. Paspof di MAN 2

Kudus jumlahnya hanya enam dengan rincian tiga paspof wanita dan 3

paspof pria. Jumlah ini sangat kurang sekali. Cermin yang digunakan

adalah cermin datar padahal idealnya cermin memiliki tiga sisi luas

bidang. Cermin tiga sisi luas bidang saat mengepas busana dapat melihat

busana dari segala arah baik dari samping kanan, kiri maupun belakang.

Ruang penyimpanan belum ideal. Ukuran 7,88 m2 (2,25 m x 3,5 m)

terlalu sempit untuk 20 siswa idealnya minimal berukuran 11,02 m2 (3, 8

m x 2,9 m). Sarana dalam ruang penyimpanan membutuhkan rak pakaian

dan almari penyimpanan masing-masing dua buah. Sedangkan di ruang

penyimpanan di MAN 2 Kudus memiliki almari bahan (satu buah), almari

administrasi (satu buah), rak penyimpanan (satu buah) dan rak alat (tiga

buah). Ruangan ini kurang baik jika digunakan sebagai ruang

perpustakaan siswa. Jika perpustakaan induk tidak buka pada siang sampai

sore hari maka program keterampilan tata busana idealnya memiliki ruang

Page 71: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

69

perpustakaan sendiri sehungga tidak menyatu di dalam ruang

penyimpanan.

Sarana praktek yang membutuhkan penambahan secara kuantitas

dan kualitas adalah sarana praktek mengepres. Hal ini disebabkan karena

sarana mengepres termasuk dalam kategori rendah. Persentase

ketersediaan sarana praktek program tata busana di MAN 2 Kudus dapat

dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Persentase ketersediaan sarana praktek program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus

No. Klasifikasi alat

Persentase Ideal

Persentase yang dimiliki

Kategori

1. Sarana Mendesain 100 % 35,60 % Cukup 2. Alat Mengukur 100 % 50,00 % Cukup 3. Sarana Membuat Pola 100% 70,50 % Baik 4. Alat Pemotong 100 % 61,30 % Sedang 5. Alat Pemberi Tanda 100 % 75,00 % Sedang 6. Alat Menjahit 100 % 40,20 % Cukup 7. Alat Mengepres 100 % 17,60 % Rendah 8. Alat Mengepas 100 % 29,30 % Cukup 9. Sarana Perlengkapan Kelas 100 % 76,30 % Baik 10. Alat – alat Kebersihan 100 % 67,80 % Sedang

4.1.2.4 Sarana Perpustakaan

Perpustakaan program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus

ruangannya masih menjadi satu dalam ruang penyimpanan. Idealnya ruang

perpustakaan memiliki ukuran minimal seluas ruang teori yaitu minimal

berukuran 54,29 m 2 (7,54 m x 7,20 m). Jumlah buku yang dimiliki juga

kurang lengkap. Materi pelajaran dalam kurikulum ada yang memuat

tentang alat menjahit busana dan teknologi menjahit. Perpustakaan

program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus belum memiliki satu

Page 72: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

70

bukupun yang berisi materi tersebut. Materi yang lain jumlah bukunya

juga kurang mencukupi untuk 20 siswa. Walaupun demikian ada buku

yang jumlahnya sudah memadai tetapi siswa hanya boleh meminjam buku

tersebut pada saat proses belajar mengajar di sekolah. Biasanya setelah

selesai pelajaran buku yang dipinjam harus dikembalikan. Daftar

inventaris buku yang dimiliki program keterampilan tata busana di MAN

2 Kudus lihat pada lampiran 25.

4.3 KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan semaksimal mungkin diupayakan untuk

mencapai kesempurnaan, namun masih dirasakan adanya keterbatasan dan

kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan tersebut disebabkan dari

keterbatasan fikiran, tenaga, waktu, dan dana dari peneliti. Kelemahan

tersebut yaitu:

1. Prasarana dan sarana yang diteliti hanya prasarana dan sarana secara

umum dalam program keterampilan tata busana sehingga belum

mengungkap secara menyeluruh tentang prasarana dan sarana program

keterampilan tata busana, contohnya: prasarana jaringan telepon, internet,

akses jalan, gedung serbaguna, kantin, tenaga pengajar, tenaga

administrasi, siswa, orang tua siswa, komite sekolah, lingkungan sekolah,

pemerintah daerah dan sebagainya.

2. Peneliti hanya mengamati kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik

dan tidak menguji kualitas air di laboratorium.

Page 73: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

71

BAB 5

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus yaitu pemberian

bekal keterampilan untuk hidup terutama tentang tata busana yang diberikan

kepada siswa dengan kriteria tertentu. Program ini membutuhkan prasarana

dan sarana yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Kualitas

yang dimaksud yaitu prasarana dan sarana memiliki mutu yang bagus

sehingga dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Kuantitasnya disesuaikan

dengan kebutuhan jumlah siswa yang menggunakan prasarana dan sarana

tersebut.

Program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus memiliki ruang

praktek menjahit, ruang mengepas dan ruang penyimpanan. Ruangan yang

belum dimiliki adalah ruang teori, ruang desain, ruang pola dan ruang

perpustakaan program keterampilan tata busana. Tingkat ketersediaan

prasarana dan sarana program keterampilan tata busana secara keseluruhan

termasuk dalam kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah

dan jenis peralatan yang dimiliki program keterampilan tata busana di MAN 2

Kudus sudah sesuai dengan keperluan praktikum program keterampilan tata

busana.

71

Page 74: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

72

5.2 SARAN

Saran-saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah

sebagai berikut:

1. MAN 2 Kudus sebaiknya segera mengupayakan perbaikan prasarana dan

sarana program keterampilan tata busana yang rusak seperti penutup

lantai. Ruang penyimpanan dan ruang pengepasan juga membutuhkan

perluasan. Perawatan prasarana dan sarana program keterampilan tata

busana sebaiknya di kontrol secara berkala sehingga jika ada kerusakan

dapat langsung diperbaiki.

2. Prasarana dan sarana yang belum ada seperti ruang teori, ruang desain,

ruang pola dan ruang perpustakaan program dengan seluruh sarana yang

ada di dalamnya sebaiknya segera diupayakan pengadaannya.

3. Sarana mengepres membutuhkan upaya penambahan alat untuk mengepres

4. Sebaiknya diupayakan untuk melaksanakan penelitian lanjutan mengenai

prasarana dan sarana lain dalam program keterampilan tata busana di

MAN 2 Kudus yang menentukan tingkat ketersediaan prasarana dan

sarana sehingga dapat mencapai tingkat yang memadai dengan kategori

baik.

Page 75: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

PERBANDINGAN SARANA PRAKTEK YANG TELAH DIMILIKI DAN SARANA YANG DIBUTUHKAN DALAM PROGRAM KETERAMPILAN TATA BUSANA DI

MAN 2 KUDUS PADA TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Jumlah yang No. Klasifikasi alat Nama Alat diperlukan Tersedia

Persentase

1. Sarana Mendesain

a. Pensil Gambar 20 Pak 10 Pak 0,80 %

b. Kuas Gambar 20 Buah 5 Buah 0,42 % c. Valet 20 Buah 5 Buah 0,42 % d. Cat air 20 Pak 3 Pak 0,25 % e. Buku gambar 20 Buah 50 Buku 1,67 % f. Meja desain 20 Buah 0 Buah 0 %

Jumlah % 3,56 %2. Alat Mengukur a. Metlin 20 Buah 40 Buah 5,00 % b. Veterban 20 Buah 0 Buah 0 %

Jumlah % 5,00 %3. Sarana Membuat

Pola a. Penggaris pola pakaian

(Dress Marker Ruller) 20 Set 50 Set 1,00 %

b. Penggaris Meter 20 Set 1 Set 0,05 % c. Alat tulis :

- Pensil hitam 20 Buah

24 Buah 1,00 %

- Pensil Merah Biru 20 Buah 12 Buah 0,60 % - Penghapus pensil 20 Buah 24 Buah 1,00 % d. Kertas pola :

- Kertas payung 2 Roll

2 Rol 1,00 %

- Kertas dorslagh warna merah dan biru

3 Rim 3 Rim 1,00 %

e. Lem kertas 20 Buah 24 Buah 1,00% f. Skala kecil 20 Buah 50 Buah 1,00 % g. Meja potong 10 Buah 4 Buah 0,40 %

Jumlah % 7,05 %4. Alat Pemotong a. Gunting kain 20 Buah 20 Buah 1,67 % b. Gunting kertas 20 Buah 20 Buah 1,67 % c. Gunting benang 20 Buah 20 Buah 1,67 % d. Gunting zig-zag 20 Buah 0 Buah 0 % e. Gunting listrik 5 Buah 1 Buah 0,32 % f. Cutter 20 Buah 10 Cutter 0,80 %

Jumlah % 6,13 %5. Alat Pemberi

Tanda a. Rader 20 Buah 20 Buah 2,50 %

b. Karbon jahit (tracing paper)

20 lembar 50 lembar 2,50 %

c. Kapur jahit/pensil kapur 20 Buah 36 Buah 2,50 % d. Skirt Marker 5 Buah 0 Buah 0 %

Jumlah % 7,50 %

Page 76: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

6. Alat menjahit a. Mesin jahit pokok: - Mesin jahit manual (jahit

listrik biasa)

20 Buah

25 Buah 0,40 %

- Mesin jahit semi otomatis

20 Buah 20 Buah 0,40 %

- Mesin jahit otomatis 20 Buah 0 Buah 0 % - Mesin jahit industri 20 Buah 0 Buah 0 % - Mesin bordir listrik 20 Buah 1 Mesin 0,20 % b. Mesin jahit penyelesaian:

- Mesin obras 5 Buah

2 Buah

0,16 %

- Mesin Wolsum 5 Buah 2 Buah 0,16 % - Mesin Rollsum 5 Buah 0 Buah 0 % - Mesin Kelim 5 Buah 0 Buah 0 % c. Attachment

- Sepatu mesin jahit biasa 20 Buah 25 Buah 0,40 % - Sepatu resluiting satu

kaki 20 Buah 25 Buah 0,40 %

- Sepatu resluiting jepang 20 Buah 25 Buah 0,40 % - Sepatu kelim gulung 20 Buah 0 Buah 0 % - Sepatu lubang kancing 20 Buah 0 Buah 0 % - Sepatu pemasang kumai

serong 20 Buah 0 Buah 0 %

- Sepatu zig-zag 20 Buah 0 Buah 0 % - Sepatu kerut 20 Buah 0 Buah 0 % d. Alat pelengkap menjahit

- Jarum mesin /jahit 20 Set 50 Set 0,40 % - Jarum tangan 20 Set 50 Set 0,40 % - Jarum pentul 20 Set 50 Set 0,40 % - Bidal (tudung jari) 20 Buah 5 Buah 0,10 % - Pengait benang 20 Buah 0 Buah 0 % - Trenner (pendedel) 20 Buah 10 Buah 0,20 % - Penindih bahan 10 Set 0 Buah 0 % - Bantalan jarum 20 Buah 0 Buah 0 % Jumlah % 4,02 %

7. Alat mengepres a. Setrika listrik biasa 7 Buah 4 Buah 0,95 % b. Setrika listrik uap 7 Buah 0 Buah 0 % c. Setrika uap bahan gas 5 Buah 0 Buah 0 % d. Mesin pres 5 Buah 1 Buah 0,33 % e. Bantalan setrika 5 Set 0 Set 0 % f. Meja setrika 7 Buah 2 Buah 0,48 %

Jumlah % 1,76 %8. Alat mengepas a. Boneka jahit 20 Buah 6 Buah 1,50 % b. Cermin 7 Buah 2 Buah 1,43 %

Jumlah % 2,93 %9. Sarana

perlengkapan kelas

Papan tulis 1 Buah 1 Buah 0,45 %

Page 77: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

Penghapus papan tulis 1 Buah 1 Buah 0,45 % Spidol Tulis (Alat tulis) 1 Set 1 Set 0,45 % Meja dan Kursi instruktur 1 Set 3 Set 0,45 % Kursi Siswa 20 Buah 40 Buah 0,45 %

Meja Siswa 10 Buah 0 Buah 0 % Almari Penataan 2 Buah 3 Buah 0,45 % Almari alat 4 Buah 2 Buah 0,23 % Almari Bahan 4 Buah 2 Buah 0,23 %

Almari locker Siswa 2 Buah 0 Buah 0 % Almari Administrasi 1 Buah 2 Buah 0,45 % Rak 4 Buah 5 Buah 0,45 % Tempat gantungan baju 4 Buah 6 Buah 0,45 % Kamar Kecil siswa (pa) 2 Buah 2 Buah 0,45 % Kamar Kecil Siswa (pi) 4 Buah 2 Buah 0,23 % Kamar Kecil Instruktur 2 Buah 1 Buah 0,23 %

Gayung 8 Buah 5 Buah 0,28 % Wastafel 8 Buah 2 Buah 0,13 %

Tape Recorder 1 Buah 1 Buah 0,45 % Jam Dinding 1 Buah 1 Buah 0,45 % Atribut PKn 1 Set 1 Set 0,45 % Kalender 1 Buah 1 Buah 0,45 %

Jumlah % 7,63 %10. Alat-alat

kebersihan Sapu Lantai 10 Buah 15 Buah 0,83 %

Sapu lidi 5 Buah 0 Buah 0 % Sapu Langit-langit 5 Buah 0 Buah 0 %

Tempat Sampah di dalam ruangan

20 Buah 20 Buah 0,83 %

Tempat Sampah besar di luar ruangan

1 Buah 1 Buah 0,83 %

Serokan sampah 10 Buah 6 Buah 0,49 % Kemoceng 5 Buah 3 Buah 0,49 % Lap pembersih kaca 5 Buah 2 Buah 0,33 % Alat Pel 5 Buah 5 Buah 0,83 %

Lap pel 5 Buah 3 Buah 0,49 % Keset Kaki 5 Buah 5 Buah 0,83 % Sikat kamar mandi 5 Buah 8 Buah 0,83 %

Jumlah %

6,78 %

Page 78: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

Keterangan:

Persen (%) =Nn x 100 %

%= Persentase data yang diperoleh

n = Jumlah (persen) nilai yang diperoleh

N = Jumlah seluruh (persen) nilai

Hasil yang diperoleh dikelompokkan sesuai kategori persentase angka akreditasi sarana di

Madrasah Aliyah dalam buku Pedoman Akreditasi Madrasah Aliyah (Depag 1999:236).

Interval Jumlah Angka Akreditasi Kategori 1 % - 25 % 5 Rendah 26 % - 50 % 10 Cukup 51 % - 75 % 25 Sedang 76 % - 100 % 35 Baik

Sumber : Pedoman Akreditasi Madrasah (1999: 236)

1. Persentase ketersediaan sarana mendesain

% =%10%56,3

x 100 %

= 35,60 % (Cukup)

2. Persentase ketersediaan alat mengukur

% =%10%00,5

x 100 %

= 50,00 % (Cukup)

3. Persentase ketersediaan sarana membuat pola

% =%10%05,7

x 100 %

= 70,50 % (Baik)

4. Persentase ketersediaan alat pemotong

% =%10%13,6

x 100 %

= 61,30 % (Sedang)

Page 79: Survei Tentang Prasarana Dan Sarana

5. Persentase ketersediaan alat pemberi tanda

% =%10%5,7

x 100 %

= 75,00 % (Sedang)

6. Persentase ketersediaan alat menjahit

% =%10%02,4

x 100 %

= 40,20 % (Cukup)

7. Persentase ketersediaan alat mengepres

% =%10%76,1

x 100 %

= 17,60 % (Rendah)

8. Persentase ketersediaan alat mengepas

% =%10%93,2

x 100 %

= 29,30 % (Cukup)

9. Persentase ketersediaan sarana perlengkapan kelas

% =%10%63,7

x 100 %

= 76,30 % (Baik)

10. Persentase ketersediaan alat-alat kebersihan

%10%78,6

% = x 100 %

= 67,80 % (Sedang)

Jumlah persentase seluruh sarana yang dimiliki :

%100%36,52

% = x 100 %

= 52, 36 % (Sedang)