survei tentang prasarana dan sarana
TRANSCRIPT
SURVEI TENTANG PRASARANA DAN SARANA
DI MAN 2 KUDUS DALAM PROGRAM
KETERAMPILAN TATA BUSANA
TAHUN PELAJARAN 2006/2007
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi
Oleh
Yustioni 5401401056
JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Madrasah Aliyah (MA) merupakan suatu lembaga pendidikan yang
setingkat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memiliki ciri islami
dan diselenggarakan oleh Departemen Agama (Harry Sudrajat 2004:18).
Penyelenggaran MA lebih mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataannya banyak tamatan MA yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Data Statistik
Pendidikan Balitbang Diknas (2004:2) menyimpulkan bahwa 88,4 % siswa
tamatan MA/SMU tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini juga
dikemukakan oleh Harry Sudrajat (2004:18) yang menyatakan bahwa
kebanyakan tamatan MA lebih memilih langsung memasuki lapangan kerja
yang tersedia.
Perbedaan antara harapan dan kenyataan yang ada menyebabkan
Departemen Agama menyelenggarakan MA program keterampilan pada tahun
1998. Program ini didanai oleh UNDP/UNESCO INS/85/036 dan diberikan
pada delapan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Jawa Tengah (Harry
Sudrajat 2004:20). MAN 2 Kudus merupakan salah satu MAN di Jawa
Tengah yang mendapatkan bantuan untuk menyelenggarakan program
keterampilan. Madrasah ini memiliki tiga program keterampilan yaitu
1
2
keterampilan reparasi sepeda motor (otomotif), operator komputer dan tata
busana. Tujuan program keterampilan adalah memberikan bekal keterampilan
yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagi
pribadi, anggota masyarakat dan warga negara, baik secara mandiri maupun
untuk terjun ke dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangannya (Depag
1998:1). Tujuan tersebut menjelaskan bahwa MAN 2 Kudus berusaha
mencetak siswa tamatan program keterampilan tata busana agar dapat bekerja
di Industri busana tanpa meninggalkan syariah agama Islam.
Program keterampilan tata busana merupakan program yang sesuai
dengan lingkungan masyarakat Kudus karena usaha dalam bidang busana
menempati urutan kedua sebesar 15, 29 % setelah usaha dibidang tembakau
(rokok) sebesar 33,12 % (BPS 2004:285). Prosentase perusahaan di Kudus
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.1 Prosentase Perusahaan Kabupaten Kudus Tahun 2004 Menurut Jenis Komoditi dan Penyerapan Tenaga Kerja.
No. Jenis Komoditi Prosentase % Tenaga Kerja1. 2. 3. 4.
Industri Tembakau Industri Busana Industri Makanan Industri Kertas
33,12 15,29 13,38 9,55
77,03 11,13 4,37 7,47
Sumber : Statistik Industri Manufaktur (BPS 2003:285)
Tujuan SMK program keahlian tata busana yaitu menyiapkan peserta
didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri (berwiraswasta) atau mengisi
lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga
kerja tingkat menengah, dalam bidang pekerjaan sesuai dengan program
keterampilan (Diknas 2006:2). Tujuan program keterampilan tata busana di
3
MAN 2 Kudus tidak berbeda dengan tujuan program keahlian tata busana di
SMK. Kesamaan tujuannya yaitu ingin menyiapkan tenaga kerja yang
terampil dalam bidang busana. Jika tujuan yang ingin dicapai sama maka
prasarana dan sarana yang dimiliki MAN 2 Kudus tidak jauh berbeda dengan
yang ada di SMK.
Prasarana yang memadai adalah segala sesuatu yang mampu
mencukupi dan menampung jumlah siswa sehingga membantu kelancaran
proses pembelajaran (Diknas 2006:9). Prasarana tersebut adalah gedung
(ruang), listrik, air prasarana jaringan telepon, internet, akses jalan, gedung
serbaguna, kantin, tenaga pengajar, tenaga administrasi, siswa, orang tua
siswa, institusi pasangan atau tempat magang, komite sekolah, lingkungan
sekolah, pemerintah daerah dan sebagainya.
Sarana yang memadai adalah alat dan perabot yang secara kuantitas
sesuai dengan kebutuhan siswa dan secara kualitas dapat digunakan
sebagaimana fungsinya, alat praktek individu maksimal dipakai dua siswa
sedangkan alat kelompok maksimal dipakai lima siswa (Diknas 2006:9).
Contoh alat individu dalam program tata busana adalah satu gunting satu
siswa, satu rader satu siswa dan satu paspof satu siswa. Sedangkan contoh alat
kelompok yaitu satu mesin obras dipakai maksimal lima siswa, satu setrika
maksimal dipakai lima siswa, dan satu gunting listrik maksimal dipakai lima
siswa. Peralatan tersebut masih dapat digunakan sesuai fungsinya.
MAN 2 Kudus melaksanakan proses pembelajaran di dalam ruang
keterampilan tata busana yang berukuran 13 x 8 meter. Besar perbandingan
4
antara teori dan praktek adalah 30% dan 70%. Peralatan dan perlengkapan
menjahit, tempat menyimpan buku-buku penunjang dan penyimpanan hasil
karya siswa program keterampilan tata busana juga terdapat dalam ruangan
tersebut. Siswa duduknya saling berdesak-desakan mengelilingi empat meja
potong yang berukuran 2 x 1,5 meter ketika menerima penjelasan dari
instruktur. Banyak siswa yang menggunakan daerah arus lalu lintas (di atas
ubin) ketika membuat pola besar dan memotong bahan. Hanya tersedia satu
mesin bordir industri, dua mesin obras, empat setrika dan satu meja setrika.
Penempatan mesin-mesin secara berkelompok yaitu empat mesin menjadi satu
kelompok. Hal ini menimbulkan sering terjadi tabrakan karena penempatan
mesin belum memperhatikan jalur lalu lintas satu arah. Buku-buku penunjang
jumlahnya belum mencukupi dan belum lengkap sesuai materi di dalam
kurikulum. Siswa dapat meminjam buku yang tersedia hanya pada saat belajar
disekolah sehingga ketika di rumah siswa tidak dapat belajar secara mandiri.
Kesenjangan yang terjadi dalam uraian latar belakang di atas
menimbulkan pertanyaan mengenai apakah prasarana dan sarana di MAN 2
Kudus dalam program keterampilan tata busana sudah memadai? Pertanyaan
tersebut akan dijawab dengan melaksanakan penelitian dalam bidang
prasarana dan sarana program keterampilan tata busana dengan judul “ Survei
tentang Prasarana dan Sarana di MAN 2 Kudus dalam Program Keterampilan
Tata Busana Tahun Pelajaran 2006/2007 ”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat ditarik satu
rumusan masalah yaitu:
Apakah prasarana dan sarana di MAN 2 Kudus dalam program keterampilan
tata busana tahun pelajaran 2006/2007 telah sesuai dengan standar ?
1.3 Penegasan Istilah
1. Survei
Survei adalah suatu jenis metode penelitian deskriptif yang
dilakukan terhadap sekelompok subjek atau objek penelitian dalam jumlah
besar dan waktu yang bersamaan (Mohammad Ali 1993:126). Survei
dalam penelitian ini adalah suatu usaha untuk meneliti tentang prasarana
dan sarana MAN 2 Kudus dalam program keterampilan tata busana.
2. Prasarana
Prasarana mencakup segala hal yang menunjang secara tidak
langsung pada pencapaian tujuan (Suprihatin 2004:8). Prasarana yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang menunjang
(membantu kelancaran) proses pembelajaran program tata busana.
Prasarana yang diteliti adalah prasarana gedung, prasarana instalasi listrik,
prasarana instalasi air dan prasarana institusi pasangan atau tempat
magang.
6
3. Sarana
Sarana mencakup segala hal yang menunjang secara langsung pada
pencapaian tujuan (Suprihatin 2004:8). Sarana yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah alat dan perabot serta fasilitas pembelajaran di MAN
2 Kudus yang keberadaannya sangat diperlukan dalam program
keterampilan tata busana untuk mencapai tujuan. Sarana dalam penelitian
ini adalah kurikulum, sarana belajar teori, sarana belajar praktek dan
sarana perpustakaan.
4. MAN 2 Kudus
MAN (Madrasah Aliyah Negeri) 2 Kudus adalah madrasah (tempat
belajar) yang memiliki ciri khas agama Islam dan setingkat dengan SMU.
MAN 2 Kudus dalam penelitian ini merupakan tempat pelaksanaan
penelitian.
5. Program Keterampilan Tata Busana
Program keterampilan tata busana adalah suatu program
keterampilan atau pemberian bekal keterampilan kepada siswa yang
berada di MAN 2 Kudus dengan prioritas pendidikannya mengenai tata
busana.
Kesimpulan judul “Survei tentang Prasarana dan Sarana MAN 2
Kudus dalam Program Keterampilan Tata Busana Tahun Pelajaran
2006/2007” yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan meneliti ketersediaan
prasarana dan sarana yang dimiliki MAN 2 Kudus dalam program
keterampilan tata busana pada tahun pelajaran 2006/2007.
7
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
ketersediaan prasarana dan sarana di MAN 2 Kudus dalam program
keterampilan tata busana tahun pelajaran 2006/2007.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini digunakan untuk :
1. Memberikan informasi tentang prasarana dan sarana yang memadai untuk
program keterampilan tata busana.
2. Memberikan masukan pada MAN 2 Kudus tentang prasarana dan sarana
yang memadai untuk program keterampilan tata busana.
3. Sumber referensi, khususnya di Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi
serta masyarakat pada umumnya.
1.6 Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian
isi dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian Awal
Bagian ini berisi halaman judul, pengesahan kelulusan, pernyataan,
motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar singkatan,
daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari lima bab yaitu:
8
BAB 1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi pengantar bagi pembaca agar memahami
gambaran permasalahan yang akan dibahas. Bab ini menguraikan tentang
latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika skripsi.
BAB 2. Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang menjadi landasan penelitian yaitu
tinjauan tentang MAN 2 Kudus, tinjauan tentang program keterampilan
tata busana serta prasarana dan sarana belajar.
BAB 3. Metodologi Penelitian
Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian, populasi dan
sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen
penelitian, validits dan relibilitas data serta metode analisis data.
BAB 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan
keterbatasan penelitian.
BAB 5. Penutup
Bab ini berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang
berisi masukan dari peneliti untuk perbaikan yang berkaitan dengan
penelitian.
3. Bagian akhir
Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
Landasan teori memuat teori-teori yang berhubungan dengan masalah-
masalah yang akan dibahas untuk memberikan gambaran yang jelas sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Landasan teori dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga bagian yaitu tinjauan tentang MAN 2 Kudus, tinjauan tentang program
keterampilan tata busana serta prasarana dan sarana belajar.
2.1 Tinjauan Tentang MAN 2 Kudus
MAN 2 Kudus adalah suatu madrasah atau sekolah bercirikan islam yang
setingkat dengan SMU dan memiliki status negeri. MAN 2 Kudus terletak di
lingkungan yang tenang dan kondusif (lingkungan tempat belajar) karena
bersebelahan dengan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) dan Madrasah
Ibtidaiyyah Negeri (MIN) Kudus. Madarasah yang meraih juara II lomba sekolah
sehat nasional bulan September 2005 tersebut memilki semboyan yang diterapkan
yaitu MAN 2 Kudus IDOLAKU. Arti dari semboyan IDOLAKU adalah (I)man
dan taqwa, (D)edikasi tinggi, (O)rganisasi dan Optimis, (L)oyalitas yang mantap,
(A)ktifitas banyak dan bermanfaat, (K)eterbukaan dan kejujuran dan (U)nggulan.
Semboyan ini terpampang di depan madrasah dengan tujuan agar dapat dibaca
oleh siapa saja (khususnya warga madrasah) untuk tetap komitmen
menjalankannya.
Madrasah tersebut memiliki 1246 orang siswa yang terbagi menjadi 3
kelas yaitu kelas sepuluh (X) merupakan kelas yang setingkat dengan kelas 1
SMU, kelas sebelas (XI) atau setingkat dengan kelas 2 SMU dan kelas dua belas
9
10
(XII) yaitu kelas yang setingkat dengan kelas 3 SMU. Jumlah siswa laki-laki
adalah 442 sedangkan jumlah siswa perempuan 804 siswa. MAN 2 Kudus
memiliki tiga jurusan yaitu jurusan IPA, Bahasa dan IPS. Pemilihan jurusan
dilaksanakan pada akhir kelas X atau ketika akan naik kelas XI. Jumlah siswa
pada masing-masing Jurusan dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jumlah Siswa MAN 2 Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Menurut Kelas, Jurusan dan Jenis Kelamin
Kelas Jenis Kelamin
L P Jumlah 143 238 341
Jurusan IPA Jurusan IPS Jurusan Bahasa Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jenis Kelamin
X
L P Jumlah L P Jumlah L P Jumlah XI 48 86 134 87 134 221 26 50 76 XII 43 91 134 70 152 222 25 53
78
Sumber : Data Kesiswaan Program Keterampilan MAN 2 Kudus
Guru atau tenaga pendidik yang dimiliki MAN 2 Kudus sampai saat ini
adalah 73 orang dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 49 orang
(32 laki-laki dan 17 perempuan) dan guru tidak tetap sebanyak 24 orang (8 laki-
laki dan 16 perempuan). Bidang keahlian yang dimiliki guru MAN 2 Kudus
terbagi dalam beberapa bidang yaitu Fiqih 3 orang, Aqidah Akhlaq 1 orang, Al-
Qur’an Hadist 3 orang, Bahasa Arab 4 orang, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 1
orang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 3 orang, Bahasa dan Sastra Indonesia
(BSI) 5 orang, Bahasa Inggris 5 orang, Matematika 6 orang, Fisika 4 orang,
Biologi 4 orang , Kimia 4 orang, Sejarah 2 orang, Ekonomi 4 orang, Geografi 2
orang, Sosiologi 3 orang, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) 3 orang,
Seni Budaya 2 orang, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 5 orang,
Bahasa Perancis 1 orang, Bahasa Jawa 1 orang, Tata Busana 3 orang dan
11
Bimbingan Konseling (BP) atau Bimbingan Penyuluhan 4 orang. Hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi sekolah dikelola oleh karyawan (Staf Tata Usaha).
MAN 2 Kudus memiliki 15 orang karyawan dengan status Pegawai Negeri Sipil 5
orang (3 laki-laki dan 2 perempuan) dan karyawan tidak tetap 10 orang (9 laki-
laki dan 1 perempuan).
Program pendidikan di MAN 2 Kudus pelaksanaannya menggunakan
sistem paket. Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan
yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan
beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur
kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan (Depag 2006:39). Struktur
kurikulum berisi muatan wajib, muatan lokal dan pengembangan diri. Muatan
wajib merupakan kegiatan kurikuler yang terdiri dari beberapa mata pelajaran
yang harus diambil oleh siswa. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan potensi siswa yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah tetapi materinya tidak dikelompokkkan pada mata pelajaran yang ada.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri dengan bakat, minat, dan kebutuhan
siswa sesuai dengan kondisi sekolah. Pengembangan diri dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang difasilitasi atau dibimbing oleh konselor,
guru atau tenaga kependidikan lainnya. MAN 2 Kudus memiliki 13 kegiatan
ekstrakurikuler yaitu pramuka, PMR, drum band, group band, karawitan,
jurnalistik, qiro’ah, tafsir kitab kuning, rebana, pencak silat dan karate.
12
Muatan wajib yang ditempuh sama seperti di SMU tetapi pada mata
pelajaran pendidikan agama terdiri dari beberapa mata pelajaran yaitu bahasa
arab, Al-qur’an hadist, fiqih, Aqidah Akhlaq dan SKI (Sejarah Kebudayaan
Islam). Selain itu juga ada tadarus dan khitobah. Jam pelajaran yang dibutuhkan
untuk tadarus dan khitobah masing-masing adalah satu jam pelajaran sehingga
proses belajar mengajar selama satu minggu menempuh 49 jam pelajaran.
Muatan lokal di MAN 2 Kudus ada dua yaitu bahasa Jawa dan tata
busana. Bahasa Jawa hanya diberikan di seluruh kelas X dengan beban pelajaran
setiap satu minggu adalah 1 jam pelajaran. Tata busana diberikan diseluruh kelas
X dengan beban pelajaran setiap satu minggu adalah 2 jam pelajaran. Muatan
lokal Kelas XI adalah tata busana tetapi diberikan hanya di jurusan bahasa dan
IPS. Jurusan IPA tidak diberikan muatan lokal karena lebih diprioritaskan untuk
dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Kurikulum SMA/MA dapat dilihat pada
lampiran 1 sampai dengan lampiran 7.
Beban pelajaran yang diberikan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Tujuan MA sama dengan tujuan SMU yaitu menyiapkan siswa untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa tamatan MA lebih memilih langsung memasuki dunia
kerja dari pada melanjutkan ke perguruan tinggi. Kesenjangan antara tujuan
dan kenyataan tersebut berusaha diselesaikan oleh Departemen Agama dengan
melaksanakan penyelenggaraan program keterampilan di Madrasah Aliyah.
Program keterampilan yang dibuka disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi lingkungan masyarakat. Program tersebut merupakan salah satu wujud
tanggungjawab sekolah sebagai lembaga yang tidak hanya menampung siswa.
13
Sekolah juga bertanggungjawab untuk mencetak kader bangsa yang siap
bekerja dengan memberikan bekal keterampilan untuk hidup.
MAN 2 Kudus merupakan salah satu MA negeri di Jawa Tengah yang
mendapat bantuan dari UNDP/UNESCO INS/85/036 pada tahun 1998 untuk
membuka program keterampilan. Madrasah ini memiliki tiga program
keterampilan yaitu keterampilan komputer, keterampilan otomotif dan
keterampilan tata busana. Program keterampilan ini diharapkan dapat
mencetak out put atau tamatan MAN 2 Kudus yang memiliki keterampilan
sehingga dapat diandalkan dan tetap memiliki akhlak yang luhur karena
dilandasi dengan pendalaman ilmu agama.
Bantuan tersebut digunakan untuk membiayai prasarana dan sarana
pokok untuk masing-masing program. Setelah program dibuka MAN 2 Kudus
masih mendapatkan bantuan dana sampai tahun 2006. Bantuan tersebut
diberikan setiap tahun yang disebut dana bantuan operasional. Dana biasanya
digunakan untuk operasional kegiatan dalam setahun antara lain kegiatan PSB
(Penerimaan Siswa Baru), pembelian ATK (Alat tulis Kantor), ceramah dari
Disnakertrans, kunjungan industri, prakerin, kenaikan tingkat, sertifikasi
keterampilan, pameran, perawatan prasarana dan sarana serta keterampilan
praktis tiap program. Program komputer memberikan keterampilan praktis
yaitu teknik sablon, program otomotif keterampilan praktisnya adalah tune-up
motor dan program tata busana keterampilan praktisnya adalah tata rias.
Pembelian bahan dan kebutuhan lain untuk praktek dibiayai oleh siswa
14
sendiri. Masing-masing siswa hanya dikenakan biaya operasional setiap bulan
sebesar dua ribu rupiah.
Program keterampilan diselenggarakan bagi siswa yang lulus seleksi
penerimaan siswa program keterampilan. Peserta program diprioritaskan bagi
siswa yang tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Seleksi yang
dilaksanakan terbuka untuk seluruh siswa putra dan siswa putri dari seluruh
jurusan baik jurusan IPA, Bahasa maupun IPS. Seleksi meliputi tes akademis,
wawancara, tes dasar keterampilan yang dipilih dan seleksi administratif. Tujuan
yang diharapkan melalui proses seleksi siswa sebagai calon siswa pendidikan
adalah untuk:
1. Mendapatkan siswa yang memiliki bakat dan minat yang sesuai dengan jenis
keterampilan yang diinginkan.
2. Mendapatkan siswa yang memiliki kemampuan dasar untuk pendidikan
keterampilan.
3. Membantu siswa agar terhindar dari kemungkinan drop out dari pendidikan
keterampilan.
4. Pendidikan keterampilan diprioritaskan bagi siswa yang tidak akan
melanjutkan untuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan keterampilan di MA tetap menggunakan tenaga pengajar
atau guru program keterampilan yang disebut sebagai instruktur. Instruktur
program keterampilan minimal lulus jenjang pendidikan strata 1 dengan
bidang keahlian sesuai program keterampilan. Instruktur program
keterampilan merupakan sub sistem dari MA itu sendiri. Instruktur dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperbolehkan menganut pendekatan
15
team teaching. Masing-masing program keterampilan di MAN 2 Kudus
memiliki dua orang instruktur.
Sebagai madrasah unggulan dan sebagai lembaga yang bertanggung
jawab terhadap masa depan lulusan dan kemajuan bangsa pada umumnya, MAN
2 Kudus memiliki visi dan misi sebagai berikut:
1. Visi
Terwujudnya sumber daya insani yang berkualitas tinggi, solih dan solihah,
menguasai ilmu dan teknologi, terampil dan mandiri yang dilandasi iman dan
tqwa serta akhlaqul karimah.
2. Misi
a. Menjadikan MAN 2 Kudus sebagai lembaga pendidikan yang islami,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi dengan
iman dan taqwa.
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknologi serta keterampilan
hidup ( life skill ) sesuai dengan perkembangan zaman.
c. Menyiapkan generasi masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi yangmemiliki daya juang tinggi, kreatif, inovatif, produktif
yang dilandasi dengan iman dan taqwa.
Realisasi visi dan misi di atas memerlukan dukungan dari berbagai
komponen diantaranya prasarana dan sarana belajar mengajar yang memadai,
kurikulum, tenaga kependidikan, tenaga administrasi, siswa, orang tua siswa,
institusi pasangan atau tempat magang, komite sekolah, lingkungan sekolah,
dan pemerintah daerah.
16
2.2 Tinjauan Tentang Program Keterampilan Tata Busana
Program keterampilan tata busana adalah suatu program atau pemberian
bekal keterampilan kepada siswa di MAN 2 Kudus yang pendidikannya mengenai
tata busana. Program keterampilan terdiri dari dua materi pelajaran yaitu materi
pokok dan materi penunjang. Materi pokok berisi materi pelajaran tentang alat
menjahit, teknologi menjahit, pengetahuan bahan tekstil, pembuatan pola, teknik
menghias kain, desain busana, busana anak , busana wanita dan busana pria.
Materi penunjang berisi tentang magang dan pengelolaan usaha yang meliputi
pendahuluan, organisasi dan ketatausahaan, iklim kerja, kesehatan, keselamatan
dan keamanan kerja, pengembangan diri, pemasaran dan promosi. Kurikulum
program tata busana dapat dilihat pada lampiran 8.
Pengetahuan lebih dalam tentang program keterampilan tata busana di
MAN 2 Kudus akan dijelaskan mengenai tujuan program pendidikan
keterampilan tata busana, pelaksanaan program keterampilan, kemampuan
tamatan, peluang pekerjaan, dan sertifikasi kemampuan.
2.2.1 Tujuan Program Pendidikan Keterampilan Tata Busana
Tujuan program keterampilan tata busana adalah memberikan
bekal keterampilan yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara, baik
secara mandiri maupun untuk terjun ke dunia kerja sesuai dengan tingkat
perkembangannya (Depag 1998:1). Tujuan dalam kurikulum tersebut
menunjukkan bahwa betapa beratnya pendidikan program keterampilan tata
busana di MAN 2 Kudus. Hal ini disebabkan karena selain memberikan bekal
keterampilan kepada siswa agar dapat mencukupi kepentingan diri
17
pribadinya, program tersebut juga bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja
yang terampil dalam bidang busana.
2.2.2 Pelaksanaan Program Keterampilan Tata Busana
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program
keterampilan tata busana adalah dua tahun (empat semester). Program
diberikan pada siswa kelas XI dan XII. Masing-masing kelas dibagi menjadi
dua kelompok yaitu A dan B. Materi pokok terdiri dari pengetahuan
tentang alat jahit, teknologi menjahit, pengetahuan bahan tekstil, membuat
pola, menghias kain, mendesain busana, membuat busana anak, busana
wanita dan busana pria. Jumlah jam belajar pokok di keterampilan tata
busana adalah 1080 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit) yang
dilaksanakan di kelas XI sebesar 612 jam pelajaran dan kelas XII sebesar 468
jam pelajaran (Depdikbud 1999:3). Program keterampilan di MAN 2 Kudus
dilaksanaan dari hari senin sampai kamis jam 14.00-17.00 WIB (3 jam atau
180 menit per hari) sehingga dalam satu hari menempuh 4 jam pelajaran.
Masing-masing kelompok masuk dua hari sehingga satu minggu menempuh 8
jam pelajaran.
Materi penunjang yaitu magang dan pengelolaan usaha. Magang
dilaksanakan di institusi pasangan pada liburan tahun kedua selama 160 jam
pelajaran tanpa mengambil alokasi waktu pada susunan program. Siswa
program keterampilan diwajibkan mengikuti OJT (On the Job Training)
atau yang lebih dikenal dengan praktek kerja industri di institusi pasangan.
Program keterampilan tata busana melaksanakan sistem pembelajaran
18
secara teori dan praktek. Besar perbandingan antara teori dan praktek
adalah 30% dan 70%.
Peserta program keterampilan tata busana dipilih melalui seleksi
tes akademis, wawancara, tes dasar keterampilan yang dipilih dan seleksi
tes administratif. Program keterampilan tersebut diprioritaskan bagi siswa
yang tidak akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Seleksi calon
peserta program keterampilan dilaksanakan pada saat siswa duduk di kelas
XI dan terbuka bagi seluruh jurusan baik jurusan IPA, Bahasa dan IPS.
Kriteria siswa yang lolos seleksi ada dua macam yaitu kriteria umum dan
kriteria khusus (lihat lampiran 18 ). Data tentang kelas dan siswa di MAN 2
Kudus menurut program keterampilan, kelas, kelompok dan jenis kelamin
pada tahun 2006/2007 dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Data kelas dan siswa menurut program keterampilan, kelas, kelompok dan jenis kelamin pada program keterampilan di MAN 2 Kudus tahun 2006/2007
Kelas XI Kelas XII
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Program Keterampilan Kelompok
L P
Kelompok
L P A 4 16 A 4 16
Komputer B 5 16 B 4 16
Otomotif - 20 - - 20 - A - 18 A - 20
Tata Busana B 1 17 B -
19
Sumber : Data Kesiswaan Program Keterampilan MAN 2 Kudus
Penilaian hasil belajar siswa ada tiga macam yaitu penilaian praktek
harian, ujian kenaikan tingkat dan ujian sertifikasi. Ujian sertifikasi
dilaksanakan oleh Disnakertrans sedangkan cara penilaian praktek harian dan
19
ujian kenaikan tingkat dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu persiapan,
proses dan evaluasi. Contoh penilaian persiapan dalam program tata busana
antara lain ketersediaan alat dan bahan serta kelengkapan busana praktek.
Penilaian proses meliputi kecepatan waktu penyelesaian tugas, kerapian dan
penggunaan teknik penyelesaian yang benar. Penilaian evaluasi meliputi hasil
praktek secara keseluruhan, pengemasan dan laporan praktek.
2.2.3 Kemampuan Tamatan Program Keterampilan Tata Busana
Kemampuan tamatan program keterampilan tata busana diharapkan
dapat menampilkan diri sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab
terhadap pribadi, kemasyarakatan dan kebangsaan. Kemampuan tamatan
program keterampilan tata busana ada dua macam yaitu kemampuan khusus
dan kemampuan penunjang.
Kemampuan khusus tamatan MA bidang keterampilan tata busana
yaitu :
1. Mengoperasikan peralatan menjahit, pokok bahasannya meliputi
pengetahuan tentang perlengkapan menjahit, jenis mesin jahit dan
pemeliharaannya, jenis sepatu khusus, dan pengetahuan mesin jahit
produksi masal.
2. Menerapkan teknologi menjahit dalam pembuatan busana, pokok
bahasannya meliputi macam-macam kampuh, bentuk garis leher, macam-
macam bentuk saku, kerah baju, saku dalam, kancing dan macam-macam
belahan tutup tarik.
20
3. Pengetahuan bahan tekstil, pokok bahasannya meliputi penggolongan
serat benang dan kain tekstil
4. Membuat pola, pokok bahasannya meliputi pengetahuan pola standar,
pola konstruksi, dasar-dasar merubah model, merubah model dan
merancang bahan.
5. Menghias kain, pokok bahasannya meliputi hiasan busana, pemilihan
hiasan, macam-macam tusuk hias, hiasan busana dengan cat tekstil dan
bordir.
6. Mendesain busana, pokok bahasannya meliputi dasar desain tentang unsur
dan prinsip desain, membuat desain berbagai macam rok dan blus pada
tubuh wanita, pengetahuan warna, pemilihan model sesuai dengan bentuk
badan dan warna kulit.
7. Membuat busana anak, pokok bahasannya meliputi pembuatan busana
anak perempuan menggunakan pola standar dan pembuatan busana anak
laki-laki dengan pola jadi.
8. Membuat busana wanita, pokok bahasannya meliputi pembuatan busana
wanita dengan pola standar (blus, rok, busana rumah wanita dan
rekreasi), pembuatan busana wanita dengan pola konstruksi (busana kerja
wanita), pembuatan busana pesta wanita dengan pola konstruksi
(pembuatan gaun pesta malam wanita dan busana muslimah).
9. Membuat busana pria, pokok bahasannya meliputi pembuatan celana
panjang, kemeja pria dan pembuatan baju tidur.
Kemampuan penunjang yang dimiliki adalah magang di industri dan
pengelolaan usaha. Magang bertujuan agar setelah lulus program
21
keterampilan maka diharapkan tamatan mampu bekerja di dunia industri
busana sedangkan dengan pengelolaan usaha diharapkan agar tamatan mampu
berwiraswasta atau membuka usaha dalam bidang busana. Magang di industri
dan pengelolaan usaha, pokok bahasannya meliputi:
1. Pendahuluan yang berisi tentang pengertian dan tujuan pengelolaan
usaha, ruang lingkup pengelolaan usaha, jenis badan usaha dan
perencanaan usaha.
2. Organisasi dan ketatausahaan berisi tentang jenis struktur organisasi,
fungsi organisasi administrasi, jenis surat, dokumen, inventarisasi,
ketenagakerjaan, perencanaan anggaran usaha, administrasi keuangan dan
jasa perbankan.
3. Iklim kerja berisi tentang koordinasi dan penggerak tenaga kerja, fungsi
koordinasi kerja, teknik koordinasi, teknik komunikasi, etika komunikasi,
motivasi, inovasi, pengawasan dan pengendalian serta pelaporan kegiatan.
4. Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja (lay out ruang kerja, aspek
kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja).
5. Pengembangan diri (kewirausahaan dan etos kerja profesional).
6. Pemasaran (pasar dan pemasaran, pengelolaan sistem pemasaran,
pelayanan dan penjualan).
7. Promosi (jenis, manfaat, teknik promosi, permodalan dan anggaran).
2.2.4 Peluang Pekerjaan
Kurikulum keterampilan tata busana pada madrasah aliyah (Depag
1998:1) menyatakan “bidang pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh tamatan
pendidikan keterampilan tata busana adalah pembuatan busana”. Jadi peluang
22
pekerjaan yang dapat dilakukan oleh tamatan adalah bekerja dalam bidang
busana contohnya pembuatan pola, menggunting bahan dan menjahit busana.
Siswa tamatan program keterampilan tata busana juga dapat membuat
busana untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan selanjutnya diharapkan
mampu berwiraswasta. Selain itu siswa tamatan juga dapat bekerja pada
industri atau usaha-usaha dalam bidang tata busana khususnya di daerah
kabupaten Kudus. Usaha dalam bidang tata busana yang ada di kabupaten
Kudus adalah konveksi, modiste, tailor dan butik. Kabupaten Kudus
membutuhkan tenaga kerja dalam bidang busana sebanyak 2.429 orang (BPS
2003:21).
2.2.5 Sertifikasi Kemampuan
MAN 2 Kudus bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans) kabupaten Kudus yaitu pemberian sertifikasi
kemampuan kepada siswa tamatan program keterampilan tata busana.
Disnakertrans juga memberikan kartu pencari kerja (kartu kuning) untuk
siswa tamatan program tata busana. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
siswa dalam mencari kerja setelah lulus dari MAN 2 Kudus. Alasan
pemberian sertifikasi kemampuan antara lain:
1. Meyakinkan lapangan kerja bahwa tamatan MAN 2 Kudus benar-benar
memiliki kelayakan untuk bekerja sekaligus memacu MAN 2 Kudus
untuk meningkatkan mutu tamatan.
2. Perlindungan bagi konsumen (pemakai) tamatan MAN 2 Kudus
3. Kesempatan bagi siswa dan tamatan MAN 2 Kudus untuk memperoleh
pengakuan tentang keahlian yang dimiliki.
23
Uji kemampuan dilaksanakan di MAN 2 Kudus dimana dalam
penilaiannya tidak hanya dari instruktur tetapi sekolah juga bekerjasama
dengan Dunia Usaha atau Dunia Industri (DU/DI) dalam bidang busana dan
Disnakertrans. DU/DI yang diajak kerjasama ditunjuk langsung oleh
Disnakertrans. Proses pelaksanaan penilaian dilakukan di sekolah sehingga
petugas Disnakertrans dan DU/DI datang ke MAN 2 Kudus dalam menguji
kemampuan dan memberikan penilaian. Pelaksanaan uji kemampuan pada
akhir kelas XII setelah siswa selesai mengikuti rangkaian pendidikan program
keterampilan di MAN 2 Kudus. Pelaksanaan ujian selama tiga hari berturut-
turut selama 8 jam kerja yaitu dari jam 08.00-17.00 WIB yang didalamnya
diselingi istirahat selama 1 jam.
Materi dan tema ujian setiap tahun berbeda-beda tergantung dari
keputusan sekolah yang diusulkan kepada Disnakertrans dan DU/DI. Materi
dan tema ujian kemampuan disesuaikan dengan perolehan materi yang
diterima siswa selama mengikuti program keterampilan tata busana misalnya
pembuatan busana kerja wanita sistem tailoring, busana pesta malam, busana
rekreasi remaja, dll. Penilaian dilaksanakan melalui penilaian hasil tes secara
lesan (tanya jawab), penilaian dari hasil mengerjakan soal secara teori dan
penilaian hasil praktek. Standar minimal nilai yang harus diperoleh siswa
peserta uji kemampuan adalah 7,00 baik hasil penilaian dari tes lesan, tes
tertulis (teori) dan tes praktek (Depdikbud 1999:17). Sekolah sudah memiliki
kerjasama dengan DU/DI dalam bidang busana yaitu penempatan kerja tanpa
seleksi karyawan bagi siswa yang memperoleh peringkat tertinggi dalam uji
kemampuan.
24
2.3 Prasarana dan Sarana Belajar
2.3.1 Prasarana Belajar
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:893).
Prasarana belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu
yang menunjang (membantu kelancaran) proses pembelajaran program tata
busana. Prasarana tersebut yaitu prasarana gedung, prasarana instalasi listrik
dan air serta prasarana institusi pasangan.
2.3.1.1 Gedung atau ruang
Gedung merupakan bangunan (tempat) untuk proses belajar mengajar.
Gedung biasanya terdiri dari banyak ruangan dan satu ruang dibatasi oleh
empat dinding. Ruang belajar yang bersih menciptakan iklim yang kondusif
untuk belajar.
Luas gedung ideal untuk proses pembelajaran adalah gedung yang
luasnya mampu memberikan ruangan yang cukup untuk mobilisasi orang
yang ada di dalamnya. Bila jumlah siswa 20 orang, berarti di dalam ruang
teori minimal membutuhkan 10 bangku belajar. Satu bangku belajar terdiri
dari satu meja dan dua kursi. Jika satu meja berukuran panjang (p):130 cm
lebar (l):78 cm tinggi (t):70 cm dan satu kursi berukuran p:40 l:34 cm t:46
cm (Andar Bagus 1998:19) maka satu bangku belajar membutuhkan luas
minimal 2,054 m2 (158 cm x 130 cm). Kebutuhan ruang untuk bangku
adalah 20,54 m2. Penempatan papan tulis minimal memiliki jarak 2 m
dengan barisan bangku pertama. Jarak dari dinding samping kanan dan kiri
bangku minimal 40 cm. Ernst Neufert dalam bukunya yang berjudul
25
Bauentwurflehre menerangkan bahwa lebar minimal ruang gerak manusia
adalah selebar badan orang dewasa yaitu minimal 40 cm (1997:26). Jarak
antar barisan dan kolom bangku belajar minimal 40 cm. Jarak bangku
paling belakang dengan dinding minimal 1 meter. Sehingga jika ada 20
siswa maka luas ruang kelas teori minimal (7,54 m x 7,20 m) 54,29 m 2
(gambar penataan ruang teori lihat lampiran 10).
Ruang kelas akan terasa luas jika areal yang digunakan untuk bangku
belajar tidak melebihi setengah dari seluruh luas ruangan (Neufert
1997:264). Ruang teori memiliki luas 54,29 m 2 sehingga setengah luas
ruangan tersebut adalah 27,145 m 2. Jika luas bangku belajar adalah 20,54
m 2 maka dapat disimpulkan bahwa ruang teori tersebut sudah mampu
memberikan ruangan yang cukup untuk mobilisasi orang yang ada di
dalamnya karena 20,54 m 2 < 27,145 m 2. Hal ini berlaku pula untuk ruang
praktek. Luas ruang praktek dapat dihitung dari seluruh sarana yang ada
didalamnya dan kebutuhan tempat untuk luas seluruh sarana tidak melebihi
setengah dari luas seluruh ruangan.
Gedung untuk ruang teori dan praktek sebaiknya bersih, atap tidak
mudah bocor, dinding dan langit-langit di cat, kaca jendela dari bahan tembus
pandang yang bersih dari debu, lantai bersih dan tidak licin. Tersedianya
tempat sampah dan alat kebersihan memberikan suasana yang sehat dan
menyenangkan. Kriteria gedung yang baik untuk ruang teori dan praktek yaitu
memiliki penutup atap, langit-langit, dinding, penutup lantai, pintu dan
jendela, penerangan, sanitasi dan fentilasi.
26
1. Penutup atap
Penutup atap yang dapat digunakan antara lain genteng, seng
gelombang, asbes gelombang dan atap standar pabrik (beton). Kriteria
penutup atap yang baik adalah memiliki ukuran yang sama, tidak mudah
retak yang menyebabkan bocor atau rembesan air, tidak mudah pecah
atau cukup kuat ketika menahan injakan kaki pada saat pemasangan
tahan lama, dan tidak mudah berjamur (Depdiknas 2002:12).
Penutup atap yang sering digunakan adalah genteng karena tahan
terhadap cuaca panas dan hujan, tahan lama, mudah di dapat (terjual
bebas), harganya terjangkau, tidak mudah retak dan mudah
pemasangannya. Jika menggunakan seng dan asbes pada waktu musim
hujan akan mengeluarkan bunyi turunnya air hujan sehingga pengguna
ruangan kurang nyaman. Ketika musim kemarau seng dan asbes
menyerap panas sehingga suhu dalam ruangan meningkat dan pengguna
ruangan tidak nyaman karena merasa kepanasan. Pemasangan seng agak
susah karena bentuknya yang lebar. Asbes mudah pecah sedangkan seng
mudah berkarat. Keuntungan menggunakan seng dan asbes adalah
harganya terjangkau dan mudah didapat. Jika menggunakan beton dapat
tahan lama, mudah pemasangannya, tahan terhadap cuaca dan tidak
mudah retak. Kelemahannya beton harganya mahal dan untuk
mendapatkannya susah karena tidak terjual bebas di pasaran.
Penutup atap berfungsi sebagai pemberi rasa aman dan nyaman
bagi pengguna ruangan. Penutup atap juga sebagai pelindung dari cuaca
buruk misalnya sinar matahari langsung dan air hujan.
27
2. Langit-langit
Langit-langit dapat menggunakan eternit atau asbes, kayu lapis
dan gypsum. Eternit sering digunakan karena dapat meredam suara,
harga terjangkau dan mudah didapat. Jika menggunakan kayu lapis
harganya mahal. Gypsum mahal harganya dan lama proses
pemasangannnya.
Langit-langit sebaiknya berwarna putih untuk memberi kesan
ruangan yang luas dan menghindari kelelahan mata. Jika diberi warna
gelap ruangan akan terlihat lebih rendah.
3. Dinding
Dinding dapat dibuat dari kayu, batu bata dan beton. Depdiknas
(2002: 18) menjelaskan:
pada dasarnya apapun bahan material yang digunakan untuk pembuatan dinding, semaksimal mungkin dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna ruangan tersebut. Disamping itu oleh karena bangunan tersebut digunakan untuk kegiatan belajar, maka hendaknya diupayakan dinding dapat meredam suara sehingga tidak menimbulkan saling terganggunya aktifitas pada masing-masing ruangan.
Dinding dari kayu tidak tahan terhadap cuaca buruk karena
mudah lapuk dan keropos. Jika terkena hujan berjamur sedangkan jika
cuaca panas kayu memuai. Dinding dari beton mahal harganya dan waktu
yang dibutuhkan dalam pemasangan lama. Bahan batu bata sering
digunakan karena harga terjangkau, mudah pemasangan dan dapat
memberi rasa aman bagi pengguna ruangan.
Dinding biasanya diwarnai menggunakan cat. Kriteria jenis cat
yang digunakan memberikan hasil yang halus, rata dan tidak luntur jika
28
terkena air (dapat dilap dengan lap basah). Dinding bagian luar langsung
berhubungan dengan cuaca sehingga cat yang digunakan adalah cat yang
tahan terhadap perubahan cuaca (weathershield). Warna cat dapat
mempengaruhi perilaku pemakai gedung karena warna adalah kekuatan
yang berpengaruh terhadap manusia dan menyebabkan rasa sehat, lesu,
sikap aktif atau pasif (Neufert 1997:33).
Badan manusia memiliki reaksi sensitif dengan warna. Warna
panas misalnya merah, jingga dan kuning memiliki efek meningkatkan
sistem metabolisme, tekanan darah, denyut nadi, tingkat pernafasan,
menghangatkan dan mengaktifkan. Warna dingin misalnya warna biru,
nila dan violet memiliki efek menenangkan, menurunkan sistem
metabolisme, tekanan darah, denyut nadi dan menurunkan tingkat
pernafasan. Warna hijau berada diantara keduanya dan warna tersebut
dapat menenangkan syaraf (Kompas Mahasiswa 2002:50).
4. Penutup lantai
Jenis penutup lantai yang digunakan adalah tegel, keramik, kayu,
mosaik dan marmer. Tegel dan keramik sering digunakan karena mudah
pemasangannya, mudah didapat dan harga terjangkau. Jika menggunakan
tegel kayu mahal harganya dan susah untuk mendapatkannya. Mosaik
susah pembuatannya dan butuh waktu lama karena membutuhkan
pecahan kaca, pecahan batu alam dan pecahan keramik kemudian
dicampur dalam adukan semen sehingga baru dapat dipasang menjadi
penutup lantai. Kriteria ukuran penutup lantai yang digunakan adalah
29
seragam atau sama, sudut-sudutnya siku atau presisi dan permukaan
bidang datar.
5. Pintu dan jendela
Pintu memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai media
keluar masuknya pemakai gedung. Pintu bisa terbuat dari kayu, seng dan
triplek. Ukuran pintu dengan satu daun pintu memiliki lebar 80-90 cm
sedangkan pintu dengan dua daun lebarnya antara 140-225 cm. Tebal
pintu antara 3-6 cm. Tinggi pintu paling rendah 185 cm sedangkan
ukuran normalnya antara 195-200 cm (Neufert 1997:168).
Jendela merupakan alat penting untuk menerangi ruangan yang
memanfaatkan cahaya matahari. Jendela biasanya terbuat dari bahan
yang tembus terang (kaca) tetapi ada juga yang terbuat dari kayu. Rata-
rata tebal kaca yang digunakan adalah 2,8-3,8 mm.
6. Penerangan
Cahaya sinar matahari atau lampu listrik dapat berfungsi sebagai
penerangan di dalam ruangan. Cahaya yang kurang dapat menghambat
proses belajar mengajar. Penerangan yang menyilaukan dapat merusak
alat indera, melelahkan siswa dalam belajar, dan meningkatkan suhu
ruangan. Penerangan dengan cahaya sinar matahari dapat menggunakan
jendela berkaca di samping ruangan.
Neufert (1997:128-135) mengemukakan bahwa kuat cahaya
ruang idealnya memiliki kuat penerangan antara 200-500 lx (satuan
teknis cahaya dalam kurva pembagian kuat cahaya/LVK). Jika tidak
menggunakan sinar matahari maka penerangan dapat diganti dengan
30
lampu. Kriteria lampu yang dapat digunakan antara lain lampu biasa
dengan daya ≥100 W, lampu pijar hologen ≤ 250 W, lampu bahan
bercahaya, lampu bahan bercahaya kompak pipa 4 kali lipat dan lampu
bahan bercahaya kompak bentuk panjang.
Idealnya penyinaran tidak langsung tepat ke bawah tetapi
memiliki sudut penyinaran untuk mengurangi penyilauan lampu yaitu 30-
40o (Neufert 1997:131-133). Arah datangnya sinar diusahakan agar tidak
memunculkan bayangan yang menghalangi pelaksanaan aktifitas. Jika
orang awam maka arah datangnya sinar dari samping kiri bagian depan
sedangkan orang kidal maka arahnya berkebalikan.
7. Sanitasi
Sanitasi dalam penelitian ini adalah pengelolaan limpahan air
hujan sehingga tidak sampai merusak konstruksi bangunan. Depdiknas
(2002:23) menjelaskan :
jika memungkinkan pada bagian tepi atap diberi talang datar dan talang tegak untuk mengalirkan limpahan air hujan di atap, atau setidak-tidaknya dipasang talang datar saja. Apabila tidak dimungkinkan dipasang talang datar, maka pada bagian tritisan bangunan perlu diberi pengaman (misalnya hamparan kerikil), sehingga air hujan yang jatuh dari tepi atap tidak menggerus tanah di sekitar bangunan. Sanitasi dibutuhkan agar air hujan tidak menyebar kesegala arah yang
mengakibatkan terganggunya proses belajar mengajar.
8. Fentilasi
Pergantian atau sirkulasi udara dibutuhkan agar udara di dalam
ruangan tidak pengap. Udara yang pengap dan udara yang terlalu banyak
menjadikan siswa tidak nyaman dalam bernafas dan dapat mengganggu
konsentrasi belajar siswa. Fentilasi sangat diperlukan di dalam ruang
31
teori dan praktek. Fentilasi dalam ruangan dapat dibuat dengan memberi
lubang keluar masuknya udara (lubang angin-angin), kipas angin, Air
Conditioner (AC) dan jendela yang dapat dibuka.
2.3.1.2 Prasarana Instalasi listrik
Listrik merupakan prasarana penunjang yang sangat penting dalam
proses pembelajaran program keterampilan tata busana. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar peralatan menjahit menggunakan daya listrik dalam
pengoperasiannya. Kapasitas daya listrik yang cukup dan menjangkau seluruh
ruangan dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar. Instalasi untuk
program keterampilan tata busana yang ada saat ini adalah instalasi milik
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Satu mesin jahit listrik biasa memiliki daya
listrik 120 watt (W), satu mesin jahit industri 300 W, satu mesin jahit semi
otomatis 120 W, satu mesin jahit otomatis 120 W, satu mesin bordir industri
300 W, satu mesin obras 120 W, satu mesin wolsum 120 W, satu setrika 350
W dan satu lampu neon 25 W. Jika ada 20 siswa maka ruang praktek yang
minimal membutuhkan mesin jahit listrik biasa 10 x 120 (1200 W), mesin
jahit industri 2 x 300 (600 W), mesin jahit semi otomatis 2 x 120 (240 W),
mesin jahit otomatis 2 x 120 (240 W), mesin bordir industri 4 x 300 (1200
W), mesin obras 2 x 120 (240 W), mesin wolsum 1 x 120 (120 W), setrika 4 x
350 (1400 W) dan lampu neon 26 x 25 (650 W). Kapasitas daya listrik
minimal di dalam ruang praktek yang minimal adalah 6000 watt.
Pengoperasiaan mesin yang menggunakan motor listrik (dinamo) di
dalam ruang praktek membutuhkan penataan instalasi listrik yang teratur
karena biasanya menggunakan banyak kabel listrik. Jika kabel listrik tidak
32
tertata rapi maka kemungkinan bahaya yang timbul lebih banyak. Contohnya
ketika ada kabel terkelupas kemudian terinjak kaki atau kabel tersebut
mengenai bagian tubuh yang tidak menggunakan pelindung dapat
mengakibatkan tersengat listrik. Jika terjadi arus pendek maka dapat
mengakibatkan kebakaran. Kecelakaan kerja tersebut dapat di perkecil dengan
menata instalasi lisrik misalnya kabel listrik ditata dari arah atas sehingga
tidak ada kabel yang tercecer dilantai (lihat gambar 1). Pengguna ruangan
sebaiknya menggunakan alas kaki yang tidak menghantarkan arus listrik.
Gambar 2.1 Penataan Instalasi listrik dalam ruang praktek yang pengoperasian mesinnya menggunakan motor listrik
2.3.1.3 Prasarana Instalasi air
Air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan. Pelaksanaan
kegiatan program keterampilan tata busana membutuhkan air dalam
penyelesaian desain busana dengan teknik basah dan menghias busana dengan
cat tekstil. Ruang praktek sebaiknya dilengkapi dengan wastafell untuk cuci
tangan sebelum dan sesudah praktek dilaksanakan. Jam pelajaran praktek
membutuhkan waktunya lama sehingga terkadang siswa dan istruktur ingin ke
kamar kecil maka idealnya di ruang praktek juga dilengkapi dengan kamar
kecil.
33
Air yang digunakan secara langsung menyentuh tubuh manusia
sehingga sebaiknya air yang digunakan memenuhi syarat-syarat kualitas air
yang sehat seperti air yang diminum (syarat-syarat kualitas air lihat lampiran
9). Air dari instalasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dapat
dipastikan telah memenuhi unsur-unsur kesehatan tetapi jika digunakan untuk
seluruh operasional maka akan meningkatkan pengeluaran sekolah. Alternatif
lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat
kesehatan adalah dengan menggunakan air tanah melalui pembuatan sumur
yang lebih dalam dari sumur yang ada sekarang dengan tujuan agar
menghasilkan air bersih yang bebas dari pencemaran.
2.3.1.4 Prasarana Institusi Pasangan (tempat magang)
Magang atau praktek kerja lapangan (PKL) merupakan kegiatan kerja
nyata yang pertama kali dilakukan oleh siswa program keterampilan di dunia
kerja yang sesungguhnya. Selain belajar di sekolah siswa juga diwajibkan
mengikuti mengikuti OJT (On the Job Training) atau yang lebih dikenal
dengan praktek kerja industri (prakerin) di institusi pasangan. Magang di
institusi pasangan dilaksanakan pada liburan tahun kedua selama 160 jam
pelajaran tanpa mengambil alokasi waktu pada susunan program. Magang
membantu siswa dalam mengenal secara dekat dan langsung praktek di
lapangan kerja yang akan ditekuni nantinya. Jumlah institusi pasangan
program tata busana tujuh institusi, program otomotif 12 institusi dan
komputer sembilan institusi.
Pelaksanaan magang membutuhkan institusi pasangan yaitu institusi
negara maupun perusahaan swasta atau dunia industri yang sesuai dengan
34
program keterampilan tata busana. Satu institusi pasangan biasanya
digunakan untuk berlatih empat orang siswa. Jika rata-rata satu kelas ada 40
siswa maka membutuhkan 10 institusi pasangan.
Syarat-syarat institusi pasangan (Depag 2004:8) yaitu:
1. Bersedia menjadi tempat praktek
2. Bersedia membimbing peserta praktek
3. Bidang pekerjaan sesuai dengan program keterampilan tata busana
4. Bersedia dan mampu mengisi format administrasi PKL
5. Lokasi terjangkau oleh siswa atau mudah transportasinya
Institusi pasangan yang menjadi tempat latihan siswa dan bergerak
dalam bidang busana di kabupaten kudus antara lain, konveksi, modiste, tailor
dan butik. Pekerjaan (job) yang dapat dilakukan yaitu pembuatan gambar
model, pemilihan bahan tekstil, pembuatan pola, pembuatan contoh (sampel),
pengepasan dan evaluasi sampel, pengguntingan bahan tekstil, penjahitan,
penyelesaian, controling dan pengemasan (PPPG 1998: 26).
2.3.2 Sarana Belajar
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:999).
Sarana yang dimaksud adalah alat dan perabot serta fasilitas pembelajaran di
sekolah yang keberadaannya sangat diperlukan dalam program keterampilan
tata busana untuk mencapai tujuan. Sarana tersebut yaitu kurikulum, sarana
belajar teori, sarana belajar praktek, dan sarana perpustakaan.
35
2.3.2.1 Kurikulum
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen (tujuan, isi,
organisasi dan strategi) yang satu sama lain saling berhubungan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Nur’aini 2006:52). Oemar Hamalik
(1990:56) menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu satuan program
kurikuler yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan baik
secara institusional maupun instruksional. Kurikulum dalam penelitian ini
adalah suatu sistem dengan tujuan dan isi program tentang keterampilan tata
busana disusun berupa kerangka satuan program pengajaran yang akan
disampaikan kepada siswa dengan memperhatikan strategi pelaksanaan
pengajaran agar tujuan dapat dicapai. Program keterampilan tata busana di
MAN 2 Kudus memiliki kurikulum sendiri yang terlepas dari kurikulum
sekolah dipagi hari dan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di luar jam
belajar sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum tata busana pada
madrasah aliyah tahun 1998 karena saat penelitian dilaksanakan belum ada
revisi kurikulum yang baru (Susunan materi kurikulum tata busana di
Madrasah Aliyah lihat pada lampiran 8). Kurikulum tersebut disusun oleh tim
penyusun kurikulum dari Direktur Jenderal Pembinaan Perguruan Agama
Islam dan disahkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama Republik Indonesia pada tingkat pusat di Jakarta.
2.3.2.2 Sarana Belajar Teori
Tempat belajar teori adalah tempat terjadinya transfer ilmu secara teori
tentang tata busana dari instruktur kepada siswa program keterampilan tata
busana. Sarana tempat belajar teori idealnya terpisah dari ruang belajar yang
36
lain, hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam mendalami
materi. Sarana tempat belajar teori terdiri dari tempat duduk dan meja,
peralatan dan perlengkapan tulis, media pengajaran dan perlengkapan kelas
(Depag 1999: 234-235).
1. Tempat duduk dan meja
Tempat duduk lebih dikenal sebagai kursi. Idealnya tempat duduk
memiliki tinggi sepadan antara telapak kaki dengan lekuk lutut ketika
siswa duduk dengan kaki tegak lurus dan telapak kaki mendatar. Tempat
duduk yang memiliki sandaran punggung dapat menyangga punggung
dan memperkecil kelelahan ketika duduk. Ukuran kursi ideal p: 40 cm, l:
34 cm dan t: 46 cm.
Meja untuk belajar siswa umumnya memiliki ketinggian 70 cm,
hal ini disesuaikan dengan postur tubuh penduduk Indonesia pada saat
duduk di kursi memiliki ketinggian duduk ketinggian 45 cm. Ukuran meja
ideal untuk dua orang biasanya memiliki p: 130 cm, l: 78 cm dan t: 70
cm, jika meja untuk satu orang memiliki ukuran p: 70 cm, l: 50 cm dan
t: 70 cm (Andar Bagus 1998:7). Tempat duduk dan meja dapat terbuat
dari kayu, plastik dan rangka besi. Satu siswa idealnya menggunakan
satu meja dan satu kursi. Tetapi jika tidak ada maka satu meja minimal
digunakan oleh dua siswa sehingga jika ada 20 siswa minimal dibutuhkan
20 tempat duduk dan 10 meja.
±
2. Peralatan dan perlengkapan tulis
Pensil white board, white board (papan tulis), penghapus, dan
penggaris merupakan beberapa contoh peralatan dan perlengkapan tulis.
37
Besar papan tulis ideal minimal seluas papan triplek yaitu 120 cm x 250
cm. Pensil white board minimal yang dibutuhkan berwarna merah, biru
dan hitam karena dalam pembuatan pola busana perbedaan warna sangat
dibutuhkan agar terlihat jelas bagian-bagian polanya. Warna merah
menerangkan pola bagian depan, warna biru untuk pola bagian belakang
dan warna hitam untuk memberikan keterangan.
Jika masih menggunakan papan tulis black board maka dibutuhkan
kapur tulis warna merah, biru dan putih. Kapur merah untuk memberi
tanda pola pada bagian depan, kapur biru untuk pola belakang dan kapur
putih untuk memberi keterangan. Ruang teori dan praktek minimal
membutuhkan satu papan tulis, satu set alat tulis dan satu set penggaris
(dress maker).
3. Media pembelajaran
Pengertian dari media pembelajaran adalah alat bantu yang
dibutuhkan dalam pengajaran. Media pembelajaran dibutuhkan untuk
membantu siswa dalam memahami materi-materi program keterampilan
tata busana terutama pada materi praktek. Manfaat media pembelajaran
dalam proses belajar siswa (Nana Sujana 2001:2) antara lain:
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat
dipahami oleh siswa
3) Metode mengajar guru akan lebih bervariasi
38
4) Siswa lebih banyak melaksanakan kegiatan belajar karena tidak hanya
mendengarkan uraian dari guru tetapi siswa juga melaksanakan
aktifitas mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan
Media pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu media grafis, media
tiga dimensi dan media proyeksi. Contoh media grafis antara lain gambar,
foto, grafik, diagram, cart, flip cart, poster, kartun dan komik. Media tiga
dimensi contohnya model padat (solid model), model penampang, model
kerja dan diorama (maket). Media proyeksi contohnya slide, film,
penggunaan OHP dan presentasi power point. Isi media adalah tentang
hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan kepada
siswa sehingga diharapkan dengan bantuan media maka akan
memperjelas pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan.
Contohnya pada materi alat menjahit dapat digunakan media gambar
macam-macam alat jahit dan juga dapat langsung ditunjukkan macam-
macam alat jahit. Materi teknologi menjahit (membuat kampuh) maka
media pembelajarannya menggunakan media model kerja yang berisi
macam-macam kampuh dan tahap-tahap pembutan macam-macam
kampuh.
4. Perlengkapan kelas
Perlengkapan kelas yang ada dalam ruang belajar teori dan
praktek antara lain jam dinding, atribut PKn, almari administrasi, meja
dan kursi instruktur, kalender dan alat-alat kebersihan. Tersedianya
tempat sampah di dalam dan di luar ruangan dapat memberikan
suasana yang bersih dan sehat.
39
2.3.2.3 Sarana Belajar Praktek
Sarana tempat belajar praktek merupakan tempat belajar siswa untuk
mempraktekkan teori yang telah diberikan. Jenis ruang praktek yang
dibutuhkan untuk program keterampilan tata busana adalah ruang praktek
desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas dan ruang
penyimpanan (Euis Ratna Dewi 2000:11).
1. Ruang Desain
Ruang desain adalah tempat untuk merancang atau mendesain
sebuah busana (Euis Ratna Dewi 2000:11). Meja desain memiliki
bentuk khusus untuk menggambar yaitu memiliki kemiringan sehingga
memudahkan dalam menggambar khususnya pada proses pewarnaan
(gambar meja desain lihat lampiran 19).
Ukuran meja minimal memiliki p:70 cm l:55 cm t: 85 cm dan
tinggi kemiringan dari keadaan rata meja antara 15-27 cm. Satu kursi
berukuran p:40 l:34 cm t:46 cm. Satu bangku belajar membutuhkan
0,95 m 2 (135 cm x 70 cm). Jarak bangku pertama dari papan tulis
minimal 2 m. Jarak dari dinding samping kanan dan kiri bangku
minimal 40 cm. Jarak bangku paling belakang dengan dinding minimal
1 m. Jarak antar barisan dan kolom bangku belajar minimal 40 cm.
Jika ada 20 siswa dibutuhkan 20 bangku belajar sehingga idealnya luas
ruang desain minimal berukuran (820 cm x 590 cm) 48,38 m 2 (gambar
penataan ruang desain lihat lampiran 11).
40
Sarana yang ada di ruang desain antara lain papan tulis,
penghapus, spidol atau kapur tulis, almari penyimpanan alat dan
bahan, alat mendesain, bahan mendesain, contoh media gambar (2 dan
3 dimensi) dan washtafel. Alat mendesain antara lain pensil HB, pensil
B, pensil warna, pensil Aquarel atau water color, tinta, kuas, kapas, cat
air, cat poster, tempat cat air (valet) dan penggaris. Bahan mendesain
antara lain kertas gambar, kain dan kanvas.
2. Ruang pola
Ruang pola adalah ruang untuk membuat pola busana (Euis Ratna
Dewi :11). Memotong dan pemberian tanda pada jahitan biasanya juga
dilaksanakan di dalam ruang pola sehingga di dalam ruang tersebut
dibutuhkan sarana yaitu alat untuk membuat pola, alat pemotong, alat
pemberi tanda jahitan, alat penindih bahan dan almari.
Alat untuk membuat pola antara lain penggaris pola pakaian (dress
marker ruler), penggaris meter, pensil hitam, penghapus, pensil merah
biru, kertas payung, karton dan kertas doorslag. Alat pemotong antara lain
gunting kain, gunting kertas, gunting zig-zag, gunting benang, cutter dan
gunting listrik. Alat pemberi tanda jahitan antara lain rader, karbon jahit
(tracing paper), kapur jahit, pensil kapur dan skirt marker.
Alat penindih bahan digunakan untuk membantu proses
pemotongan dan penandaan jahitan pada bahan agar bahan tidak
mudah bergeser. Alat tersebut biasanya memiliki bobot karena
berfungsi sebagai pemberat atau penindih dan terbuat dari besi, baja
atau batu.
41
Ruang pola dan potong serta penandaan jahitan membutuhkan
meja potong yang memiliki ukuran minimal seluas papan triplek yaitu
p:250 cm l:120 cm t:70 cm. Tetapi ada pula yang menggunakan meja
potong yang dapat dilipat. Meja tersebut biasanya memiliki daun meja
pada sisi kanan dan kiri sehingga bila tidak membutuhkan meja yang
luas maka daun meja dapat dilipat (lihat lampiran 19). Ukuran meja
lipat tersebut 1,5 x 1 meter ditambah daun meja masing-masing 0,5
meter sehingga jika meja dibuka seluruhnya berukuran 2,5 x 1 meter.
Satu kursi berukuran p:40 l:34 cm t:46 cm. Satu bangku belajar
membutuhkan luas 5 m2 (250 cm x 200 cm). Jarak bangku pertama
dari papan tulis minimal 2 m. Jarak dari dinding samping kanan dan
kiri bangku minimal 40 cm. Jarak bangku paling belakang dengan
dinding minimal 1 m. Jarak antar barisan dan kolom bangku belajar
minimal 40 cm. Satu meja bisa digunakan oleh dua siswa namun
idealnya satu siswa satu meja sehingga jika ada 20 siswa maka
idealnya luas ruangan minimal berukuran (12 m x 11,8 m) 141,6 m2
(gambar penataan ruang pola lihat lampiran 12).
3. Ruang menjahit
Ruang menjahit adalah ruang untuk melaksanakan proses
menjahit, proses penyelesaian, menyetrika, mengemas dan menata
busana, ruang dilengkapi dengan peralatanya (Euis Ratna Dewi
2000:11). Peralatan tersebut biasanya dikenal dengan istilah piranti
menjahit yang artinya alat-alat menjahit yang digunakan dalam proses
42
pembuatan busana. Piranti menjahit tersebut terdiri dari alat menjahit
pokok, alat mengepres, alat mengepas dan alat menjahit pendukung
(gambar piranti menjahit lihat lampiran 20 dan 21).
Alat menjahit pokok merupakan peralatan menjahit utama yang
pertama kali harus dipersiapkan karena digunakan secara langsung pada
proses menjahit. Setelah alat menjahit pokok dibutuhkan alat untuk
mengepres. Alat mengepres adalah alat yang digunakan untuk
memberikan bentuk yang tetap pada bagian-bagian busana dengan cara
disetrika.
Proses menjahit membutuhkan alat mengepas setelah peralatan
pokok dan alat mengepres disediakan. Alat mengepas adalah alat yang
digunakan untuk mengepas busana sebelum busana jadi, tujuannya adalah
agar busana sesuai dengan ukuran dan bentuk badan pemakainya. Jumlah
ideal piranti menjahit untuk 20 siswa dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Daftar Alat Menjahit Pokok, Alat Mengepres, Alat Mengepas, Jumlah Ideal untuk 20 Siswa dan Jumlah alat yang dimiliki MAN 2 Kudus
No.
Klasifikasi alat
Nama Alat
Jumlah ideal
Jumlah yang
dimiliki 1. Alat menjahit a. Mesin jahit pokok:
- Mesin jahit manual 20 Buah 25 Buah
- Mesin jahit semi otomatis 20 Buah 20 Buah - Mesin jahit otomatis 20 Buah 0 Buah - Mesin jahit industri 20 Buah 2 Buah - Mesin bordir listrik 20 Buah 1 Buah b. Mesin jahit penyelesaian: - Mesin obras
5 Buah
2 Buah
- Mesin Wolsum 5 Buah 2 Buah - Mesin Rollsum 5 Buah 0 Buah
- Mesin Kelim 5 Buah 0 Buah 2. Alat mengepres a. Setrika listrik biasa 7 Buah 4 Buah
43
b. Setrika listrik uap 7 Buah 0 Buah c. Setrika uap bahan gas 5 Buah 0 Buah d. Mesin pres 5 Buah 1 Buah e. Bantalan setrika 5 Set 0 Set
f. Meja setrika 7 Buah 2 Buah 3. Alat mengepas a. Boneka jahit 20 Buah 6 Buah
b. Cermin tiga sisi 7 Buah 2 Cermin
Uraian di atas menjelaskan tentang alat menjahit pokok, alat
mengepres dan alat mengepas. Selain alat tersebut dibutuhkan juga alat
menjahit pendukung dalam proses menjahit. Alat menjahit pendukung
adalah semua peralatan menjahit yang secara tidak langsung membantu
dalam proses jahit menjahit agar dapat memperlancar dan mempermudah
pekerjaan menjahit (Depdiknas 2004:13). Alat-alat menjahit pendukung
untuk 20 siawa dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Daftar Alat- alat Menjahit Pendukung, Jumlah Ideal untuk 20 Siswa dan Jumlah alat yang dimiliki MAN 2 Kudus
No.
Klasifikasi Alat
Nama Alat Menjahit Pendukung
Jumlah
Ideal
Jumlah yang
dimiliki a. Metlin 20 Buah 40 Buah 1. Alat Mengukur b. Veterban 20 Buah 0 Buah a. Penggaris pola pakaian 20 Set 50 Set b. Penggaris Meter 20 Set 1 Set c. Alat tulis :
- Pensil hitam 20 Buah
24 Buah
- Pensil Merah Biru 20 Buah 12 Buah - Penghapus pensil 20 Buah 24 Buah
d. Kertas pola : - Kertas payung
2 Roll
2 Roll
- Kertas dorslagh warna merah dan biru
3 Rim 3 Rim
e. Lem Kertas 20 Buah 24 Buah f. Skala kecil 20 Buah 50 Buah
2. Alat Membuat Pola
g. Meja potong 10 Buah 4 Buah a. Gunting kain 20 Buah 20 Buah b. Gunting kertas 20 Buah 20 Buah c. Gunting benang 20 Buah 20 Buah
3. Alat Pemotong
d. Gunting zig-zag 20 Buah 0 Buah
44
e. Gunting listrik 5 Buah 1 Buah f. Cutter 20 Buah 10 Buah a. Rader 20 Buah 20 Buah b. Karbon jahit
(tracing paper) 20 Buah 20 Buah
c. Kapur jahit/pensil kapur 20 Buah 50 Buah
4. Alat Pemberi Tanda
d. Skirt Marker 5 Buah 0 Buah a. Jarum mesin /jahit 20 Set 50 Set b. Jarum tangan 20 Set 50 Set c. Jarum pentul 20 Set 50 Set d. Bidal (tudung jari) 20 Buah 5 Buah e. Pengait benang 20 Buah 0 Buah f. Trenner (pendedel) 20 Buah 10 Buah g. Pemberat 20 Set 0 Set
5. Alat pelengkap menjahit
h. Bantalan jarum 20 Buah 0 Buah a. Sepatu mesin jahit biasa 20 Buah 25 Buah b. Sepatu resluiting satu kaki
20 Buah 25 Buah
c. Sepatu resluiting jepang 20 Buah 25 Buah d. Sepatu kelim gulung 20 Buah 0 Buah e. Sepatu lubang kancing 20 Buah 0 Buah f. Sepatu pemasang kumai serong
20 Buah 0 Buah
g. Sepatu zig-zag 20 Buah 0 Buah
6. Attachment (alat bantu menjahit saat menggunakan mesin jahit)
h. Sepatu kerut 20 Buah 0 Buah
Ruang praktek menjahit membutuhkan mesin jahit, almari alat
dan bahan, almari locker untuk siswa, meja instruktur, mesin jahit
obras, meja setrika dan almari penataan (Euis Ratna Dewi 2000:14).
Mesin di dalam ruang praktek menjahit diletakkan membentuk satu
arah arus lalu lintas untuk memperkecil terjadinya kecelakaan kerja.
Satu meja mesin memiliki ukuran 90 cm x 50 cm. Luas yang
dibutuhkan satu mesin dan satu kursi adalah 1,17 m2 (90 cm x 130 cm).
Jika ada 20 siswa maka dibutuhkan mesin jahit listrik biasa 10, mesin
jahit industri 10, mesin jahit semi otomatis lima, mesin jahit otomatis
lima, mesin bordir listrik 10, mesin obras lima dan mesin wolsum lima.
45
Ukuran almari locker dengan almari alat dan bahan adalah sama yaitu
p:150 cm l:60 cm dan t:180 cm. Almari locker dilengkapi dengan
kotak dan kunci untuk siswa sehingga minimal dibutuhkan dua almari
locker, dua almari alat dan dua almari bahan. Almari penataan
(penyimpanan) berukuran p:150 cm l:60 cm dan t:80 cm dibutuhkan
dua almari.
Meja setrika berukuran 100 x 50 cm dan dibutuhkan tujuh meja
setrika. Meja mesin pres berukuran 80 x 50 cm dan dibutuhkan dua.
Meja untuk setrika uap bahan gas berukuran 100 x 80 cm dibutuhkan
dua. Jarak antar barisan dan kolom mesin 40 cm. Jarak almari dari
dinding minimal 20 cm sehingga jika ada 20 siswa maka ruang praktek
menjahit yang ideal minimal berukuran 164,4 m2 (13,70 m x 12 m).
Gambar penataan ruang menjahit dapat dilihat pada lampiran 13.
Ruang praktek menjahit idealnya dilengkapi dengan washtafel,
papan tulis, jam dinding, atribut PKn, meja dan kursi instruktur,
kalender dan alat-alat kebersihan. Tersedianya tempat sampah di
dalam dan di luar ruangan dapat memberikan suasana yang bersih dan
sehat.
4. Ruang mengepas
Ruang mengepas adalah ruangan untuk mencoba atau mengepas
busana yang sudah dijahit. Biasanya ruangan dilengkapi dengan cermin,
rak baju dan tempat gantungan baju (Euis Ratna Dewi 2000:11). Alat
untuk mengepas yaitu cermin dan boneka jahit (dress form atau paspof).
46
Cermin ideal adalah cermin yang memiliki tiga sisi luas bidang
yang menyatu sehingga dapat terlihat bayangan dari banyak sisi.
Ketinggian cermin ideal adalah cermin yang dapat digunakan untuk
melihat bayangan tubuh dari kepala sampai kaki. Lebar satu luas
bidang cermin minimal 40 cm. Jika ada 20 siswa minimal
membutuhkan empat cermin, 20 paspof, dua rak baju ukuran 150 cm x
50 cm x 180 cm dan empat tempat gantungan baju (1 x 0,5 m). Jarak
cermin dari dinding minimal 40 cm. Jadi ruang mengepas idealnya
minimal berukuran 30 m2 (5 m x 6 m). Gambar penataan ruang
mengepas dapat dilihat pada lampiran 14.
5. Ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan (gudang) adalah sebuah ruangan untuk
menyimpan alat dan bahan untuk pembuatan busana yaitu berupa rak
atau lemari pakaian (Euis Ratna Dewi 2000:11). Ruang penyimpanan
atau gudang dilengkapi dengan almari dan rak. Almari dan rak tidak
langsung rapat ke dinding minimal 20 cm dari dinding. Jarak antar almari
dan rak adalah 40 cm. Jarak almari dari langit- langit minimal 40 cm.
Ruang penyimpanan minimal membutuhkan dua almari dan dua rak
ukuran 150 cm x 50 cm x 180 cm. Ruang penyimpanan idealnya
minimal berukuran 11,02 m2 (3, 8 m x 2,9 m). Gambar penataan ruang
penyimpanan dapat dilihat pada lampiran 15 .
Ruang-ruang yang dijelaskan merupakan ruangan yang dibutuhkan
dalam program keterampilan tata busana. Ruang minimal yang harus ada
dalam program keterampilan tata busana adalah ruang praktek menjahit
47
dengan seluruh sarana yang ada di dalamnya (Gambar penataan ruang
menjahit minimal lihat lampiran 16). Sarana minimal dalam ruang praktek
menjahit yaitu meja potong, mesin jahit listrik biasa, mesin jahit semi
otomatis, mesin jahit otomatis, mesin jahit industri, mesin bordir listrik, mesin
obras, mesin wolsum, setrika dan meja setrika, almari, paspof, ruang
mengepas, kamar kecil dan gudang . Jika ada 20 siswa minimal memiliki
meja potong 10, mesin jahit listrik biasa 10, mesin jahit semi otomatis dua,
mesin jahit otomatis dua, mesin jahit industri dua, mesin bordir listrik empat,
mesin obras dua, mesin wolsum satu, paspof 10, mesin pres satu, satu almari
penataan, satu almari alat satu almari bahan, setrika dan meja setrika empat.
Pelaksanaan praktek membutuhkan waktu yang lama, terkadang
siswa dan instruktur ada yang ingin ke kamar kecil sehingga idealnya ada
kamar kecil di dalam ruang praktek menjahit yang minimal. Kamar kecil
dibutuhkan tiga ruang yaitu satu ruang untuk siswa putra, satu untuk siswa
putri dan satu ruang untuk instruktur. Selain kamar kecil dibutuhkan juga
ruang mengepas dan ruang penyimpanan. Ruang mengepas dilengkapi dengan
satu cermin dan satu tempat menggantungkan pakaian. Ruang penyimpanan
dilengkapi dengan satu rak dan satu almari. Jadi ruang praktek menjahit yang
minimal berukuran 143,85 m2 (13,70 m x 10,5 m). Ruang teori idealnya harus
ada tetapi jika tidak ada maka ruang praktek dapat digunakan sebagai ruang
teori.
48
2.3.2.4 Sarana Perpustakaan
Perpustakaan ialah suatu koleksi buku-buku, jurnal-jurnal dan bahan
bacaan serta audio visual yang terorganisasi, dan jasa-jasa staf (pustakawan)
yang mampu memberikan dan menginterprestasikan bahan-bahan semacam
itu yang dibutuhkan untuk memenuhi keperluan informasi, penelitian,
pendidikan dan rekreasi pengunjungnya (http://WWW.pnri.go.id/pnri2.html).
Sistem pelayanan perpustakaan ada dua macam yaitu sistem tertutup dan
sistem terbuka. Pembaca di perpustakaan tertutup tidak dapat langsung ke rak
buku, biasanya petugas mengambilkan buku sesuai dengan nomor buku di
dalam koleksi. Pembaca di perpustakaan terbuka dapat langsung melihat buku
di rak dan langsung membacanya. Kartu anggota digunakan untuk
administrasi.
Peranan perpustakaan untuk program keterampilan tata busana sangat
diperlukan. Melalui perpustakaan di sekolah dapat memungkinkan guru,
siswa dan semua warga sekolah memperoleh kesempatan memperluas dan
memperdalam pengetahuan dan pandangan masing-masing. Program
keterampilan tata busana membutuhkan referensi bahan bacaan siswa berupa
buku-buku yang berhubungan dengan alat menjahit, teknologi menjahit,
pengetahuan bahan tekstil, pembuatan pola busana, teknik menghias kain,
desain busana, busana anak, busana wanita, busana pria, pengelolaan usaha
dan magang. Buku-buku tersebut dapat dikatakan memadai jika jumlahnya
sesuai dengan jumlah siswa dan buku tersebut dapat dibaca.
Satu materi minimal membutuhkan satu buku pelajaran dan satu buku
tersebut idealnya untuk satu siswa. Tetapi jika tidak ada maka satu buku dapat
49
dipakai oleh dua siswa sehingga jika ada 20 siswa maka minimal dibutuhkan
10 buku tentang alat menjahit, 10 buku teknologi menjahit, 10 buku
pengetahuan bahan tekstil, 10 buku pembuatan pola busana, 10 buku teknik
menghias kain, 10 buku desain busana, 10 buku busana anak, 10 buku busana
wanita, 10 buku busana pria, 10 buku pengelolaan usaha dan 10 buku tentang
magang. Selain tersedia buku-buku, perpustakaan perlu dilengkapi dengan
fasilitas lain seperti majalah-majalah, surat kabar, televisi, slide, brosur,
komputer, internet, VCD, kaset dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan.
Luas ruang perpustakaan setidak-tidaknya harus sama dengan luas satu
ruang teori. Hal ini dikarenakan selain sebagai tempat membaca secara
perorangan maka perpustakaan dapat difungsikan sebagai tempat membaca
atau belajar secara klasikal atau kelompok (gambar penataan ruang lihat
lampiran 17). Suasana perpustakaan menjadi lebih nyaman dengan
tersedianya tempat duduk yang memadai, sirkulasi udara yang lancar,
penerangan mencukupi dan buku-buku yang tertata rapi.
2.4 Kerangka Berfikir
Program keterampilan tata busana adalah salah satu program atau
pemberian bekal keterampilan kepada siswa yang diselenggarakan di MAN 2
Kudus. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program keterampilan
tata busana adalah dua tahun (empat semester). Program diberikan pada siswa
kelas XI dan XII. Masing-masing kelas dibagi menjadi dua kelompok yaitu A
dan B. Jumlah jam belajar pokok di keterampilan tata busana adalah 1080 jam
pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit) yang dilaksanakan di kelas XI sebesar
50
612 jam pelajaran dan kelas XII sebesar 468 jam pelajaran. Program
keterampilan memiliki kurikulum sendiri yang terlepas dari kurikulum
sekolah dipagi hari dan kegiatan belajar mengajar di luar jam belajar
sekolah.
Tujuan program tersebut adalah memberikan bekal keterampilan kepada
siswa agar dapat mencukupi kepentingan diri pribadinya dan untuk menyiapkan
tenaga kerja yang terampil dalam bidang busana. Peserta program keterampilan
diberi bekal keterampilan tidak hanya agar bisa menjahit tetapi siswa
diharapkan dapat juga bekerja di industri busana dan mampu berwiraswasta
membuka usaha dalam bidang busana. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Materi pelajaran
ada dua yaitu materi pokok dan materi penunjang. Materi pokok berisi materi
pelajaran tentang alat menjahit, teknologi menjahit, pengetahuan bahan tekstil,
pembuatan pola, teknik menghias kain, desain busana, busana anak , busana
wanita dan busana pria. Materi penunjang berisi tentang magang dan
pengelolaan usaha yang meliputi pendahuluan, organisasi dan ketatausahaan,
iklim kerja, kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja, pengembangan diri,
pemasaran dan promosi. Secara garis besar materi pelajaran yang diberikan
yaitu tentang pembuatan busana baik secara perorangan maupun secara masal.
Materi pengajaran dalam tata busana tidak hanya teoritis (30%) tetapi
ada pula materi praktek (70%). Contoh materi praktek adalah menjahit dengan
mesin. Proses menjahit dengan mesin harus ada mesin jahit. Mesin jahit
tersebut secara jumlah atau kuantitasnya mencukupi jumlah siswa. Idealnya satu
mesin digunakan oleh satu siswa sehingga jika ada 20 siswa maka dibutuhkan
51
mesin jahit sebanyak 20 mesin. Tetapi jika tidak ada maka satu mesin dapat
digunakan oleh dua orang siswa sehingga jika ada 20 siswa minimal dibutuhkan
10 mesin. Mutu atau kualitas mesin jahit tersebut harus dapat digunakan untuk
menjahit.
Ruang minimal yang harus ada dalam program keterampilan tata busana
adalah ruang praktek menjahit dengan seluruh sarana yang ada di dalamnya.
Sarana minimal dalam ruang praktek menjahit yaitu meja potong, mesin jahit
listrik biasa, mesin jahit semi otomatis, mesin jahit otomatis, mesin jahit
industri, mesin bordir listrik, mesin obras, mesin wolsum, setrika dan meja
setrika, mesin pres, almari, paspof, ruang mengepas, kamar kecil dan gudang .
Jika ada 20 siswa maka minimal dibutuhkan 10 meja potong, 10 mesin jahit
listrik biasa, dua mesin jahit semi otomatis, dua mesin jahit otomatis, dua mesin
jahit industri, empat mesin bordir listrik, dua mesin obras, satu mesin wolsum,
empat setrika dan empat meja setrika, satu mesin pres, satu almari penataan,
satu almari alat, satu almari bahan, 10 paspof, satu ruang mengepas, tiga kamar
kecil dan satu gudang.
Uraian di atas menjelaskan tentang prasarana dan sarana secara garis
besar yang harus tersedia di sekolah yang menyelenggarakan program
keterampilan tata busana dan beberapa sarana yang harus dimiliki setiap siswa
seperti gunting, rader, metlin dan sebagainya. MAN 2 Kudus merupakan
sekolah yang menyelenggarakan program tata busana, apakah prasarana dan
sarana yang dimiliki sudah memadai sehingga tujuan program tersebut dapat
tercapai secara maksimal.
52
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan cara-cara yang digunakan untuk
menemukan, membuktikan, mengembangkan dan menguji kebenaran yang dapat
dipertanggung jawabkan. Metode yang digunakan harus sesuai dengan objek,
tujuan dan jenis penelitian.
Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti termasuk dalam penelitian
deskriptif dengan jenis penelitian survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan situasi atau bidang interest tertentu secara
sistematis, factual dan akurat (Rodia Syamwil 2003:4). Survei adalah suatu jenis
metode penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekelompok subjek atau
objek penelitian dalam jumlah besar dan waktu yang bersamaan (Mohammad Ali
1993:126). Survei dalam penelitian ini meneliti tentang prasarana dan sarana
program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus pada tahun pelajaran 2006-
2007. Pada metodologi penelitian ini dipaparkan tentang populasi dan sampel,
variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik
pemeriksaan validitas dan reliabilitas data serta metode analisis data.
3.1 Objek Penelitian
Objek di dalam penelitian ini adalah prasarana dan sarana program
keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus.
52
53
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi (Suharsimi
Arikunto 2002:94). Variabel merupakan titik atau pusat perhatian dari suatu
penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal karena hanya
ada satu pusat perhatian yaitu prasarana dan sarana program keterampilan tata
busana.
Indikator variabel dalam penelitian ini meliputi prasarana gedung,
prasarana instalasi listrik, prasarana instalasi air, prasarana institusi pasangan,
kurikulum, sarana belajar teori, sarana belajar praktek, dan sarana
perpustakaan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian dengan menggunakan alat bantu
(instrumen). Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu metode observasi,
wawancara dan dokumentasi.
3.3.1 Metode Observasi
Metode observasi adalah kegiatan pengamatan secara langsung
dengan pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang dapat
menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto 2002:133).
Pendapat lain juga dikemukakan oleh S. Margono (2004:158) yang
menjelaskan bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode
54
observasi dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi sistematis
karena untuk pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian
digunakan pedoman observasi sebagai instrumen penelitian. Observasi
dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data utama yaitu
informasi tentang prasarana dan sarana yang dimiliki MAN 2 Kudus pada
program keterampilan tata busana pada tahun pelajaran 2006/2007.
3.3.2 Metode Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (S.
Margono 2004:165). Menurut Suharsimi Arikunto (2002:132) wawancara
atau interview adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewee). Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data tambahan atau sebagai data penguat. Data yang
dibutuhkan berupa informasi secara lisan tentang prasarana dan sarana di
MAN 2 Kudus dalam program keterampilan tata busana pada tahun
pelajaran 2006/2007. Sumber informasi (interviewiee) atau responden
yang akan diwawancarai yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah
bidang prasarana dan sarana, wakil kepala sekolah bidang keterampilan,
instruktur, perwakilan kelompok kerja PSG, teknisi listrik, petugas
perpustakaan dan siswa.
3.3.3 Metode Dokumentasi.
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
55
tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian (S. Margono 2004:181).
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data
fisual tentang prasarana dan sarana MAN 2 Kudus dalam program
keterampilan tata busana pada tahun pelajaran 2006/2007.
3.4 Instrumen penelitian
Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan
data. Pada metode observasi digunakan instrumen berupa pedoman observasi
berbentuk tally yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen seperti berikut ini:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Variabel Objek
Penelitian Indikator Sub Indikator
1.Gedung
a. Penutup Atap b. Langit-langit c. Dinding d. Penutup lantai e. Pintu dan Jendela f. Penerangan g. Sanitasi h. Fentilasi
2.InstalasiListrik
a. Kapasitas Daya b. Jangkauan Instalasi
3.Instalasi Air a. Instalasi PDAM b. Instalasi air tanah
A.Prasarana Belajar
4.Institusi Pasangan
a. Klasifikasi Bidang Usaha b. Lokasi
5.Kurikulum Jenis Kurikulum 6.Sarana Belajar
Teori a. Tempat duduk dan meja b. Alat dan perlengkapan tulis c. Media pembelajaran d. Perlengkapan kelas
Prasara- na dan sarana program keteram-pilan tata busana
B.Sarana Belajar
7.Sarana Belajar Prasktek
a. Ruang Desain b. Ruang Pola c. Ruang menjahit d. Ruang Mengepas e. Ruang Penyimpanan f. Ruang Praktek minimal
56
8.Sarana Perpusta-kaan
a. Sistem Pelayanan b. Jenis bacaan untuk program
keterampilan tata busana c. Kenyamanan d. Perlengkapan e. Ketersediaan buku
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara No. Indikator Sub Indikator Responden 1. Prasarana Gedung Cara perawatan gedung Bagian Prasarana
dan Sarana 2. Prasarana
Instalasi Listrik a. Kapasitas daya b. Perawatan jaringan listrik
Teknisi Listrik
3. Prasarana Instalasi air
a. Kapasitas air b. Kondisi air
Bagian Prasarana dan Sarana
4. Prasarana Institusi Pasangan
a. Kualitas tempat magang b. Lokasi tempat magang
Pokja PSG
5. Kurikulum Relevansi Kurikulum Kepala Sekolah 6. Sarana Belajar
Teori Pengadaan ruang kelas teori Kepala Sekolah
7. Srana Belajar Praktek
a. Pengadaan ruang desain dan ruang pola
b. Pengadaan perabot dan alat praktek
c. Petugas penyiapan alat (tull man)
d . Media pembelajaran
e. Kualitas penerangan langsung dan tidak langsung
f. Kualitas sirkulasi udara g. Kenyamanan meja dan kursi h. Alat pengingat waktu i. Alat-alat kebersihan
Kepala Sekolah Kepala Sekolah Instruktur I nstruktur
Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa
8. Sarana perpustakaan
a. Jenis bacaan b. Keanggotaan perpustakaan c. Peminjaman buku d. Ruang perpustakaan e. Kenyamanan ruang
perpustakaan f. Ketersediaan buku
Petugas perpustakaan Petugas perpustakaan Petugas perpustakaan Siswa Siswa Siswa
57
3.5 Teknik pemeriksaan validitas dan reliabilitas data
Teknik pemeriksaan validitas data yang digunakan adalah teknik
triangulasi sedangkan pemeriksaan reliabilitas data menggunakan teknik
replikasi. Teknik triangulasi adalah upaya untuk mengadakan pegecekan
kebenaran melalui cara lain (Suharsimi Arikunto 2002:187). Pendapat lain
juga dikemukakan oleh Moleong (2004:330) yang menjelaskan bahwa
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik pemeriksaan dapat memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode.
1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
kembali kepercayaan informasi melalui waktu dan alat yang berbeda.
Penelitian ini membandingkan dan mengecek hasil pengamatan dengan
hasil wawancara dan membandingkan hasil pengamatan dengan dokumen
yang berkaitan.
2. Triangulasi dengan metode berarti membandingkan hasil penelitian dari
beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan. Penelitian ini
membandingkan penemuan hasil penelitian dengan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Teknik replikasi dimaksudkan untuk mengecek atau adanya
pengulangan aktifitas untuk memperoleh kesamaan informasi yang diperoleh
sehingga dapat menjamin keabsahan data (Moleong 2004:323). Teknik ini
merupakan kompensasi dari kelemahan akibat peneliti melaksanakan
penelitian dengan indikator yang banyak sehingga membutuhkan ketelitian
dalam pengamatan. Dengan mengecek atau melaksanakan aktifitas yang sama
58
maka data yang semula diragukan semakin lama semakin dapat dipercaya
keabsahannya.
3.6 Metode analisis data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif
persentase. Penelitian ini memiliki 2 data yaitu:
1. Data kualitatif yang diperoleh ditafsirkan atau ditunjukkan dengan kalimat
yang bersifat deskripsi atau gambaran kenyataan yang ada di lapangan.
2. Data kuantitatif bermanfaat agar memberikan gambaran yang jelas tentang
seberapa besar tingkat ketersediaan prasarana dan sarana MAN 2 Kudus
dalam program keterampilan tata busana. Data dianalisis dengan analisis
data deskriptif persentase yang mengacu pada rumus persentase
(Mohammad Ali 1993:186) yaitu:
Persen (%) =Nn x 100 %
Keterangan:
%= Persentase data yang diperoleh
n = Jumlah (persen) nilai yang diperoleh
N = Jumlah seluruh (persen) nilai
Hasil yang diperoleh dikelompokkan sesuai kategori persentase
angka akreditasi sarana di Madrasah Aliyah dalam buku Pedoman
Akreditasi Madrasah Aliyah (Depag 1999:236).
59
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang deskripsi hasil penelitian, pembahasan dan
keterbatasan penelitian.
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Prasarana Belajar
4.1.1.1 Gedung atau Ruang
Gedung program keterampilan di MAN 2 Kudus terletak dalam satu
komplek yaitu kelompok gedung keterampilan. Gedung ini khusus untuk
ruang-ruang keterampilan. Ruang keterampilan komputer memiliki
gedung sendiri sedangkan ruang keterampilan tata busana dan ruang
keterampilan otomotif terletak dalam satu atap gedung. Ruang
keterampilan tata busana di bagi menjadi lima bagian yaitu ruang praktek
menjahit, ruang mengepas, ruang penyimpanan, kamar kecil wanita dan
kamar kecil pria. Luas seluruh ruang keterampilan tata busana adalah 104
m2 (13 m x 8 m).
Penerangan langsung di ruang keterampilan tata busana diperoleh
dari cahaya sinar matahari yang masuk dari jendela. Masing-masing
jendela sudah diberi tirai berwarna merah muda dan berteralis besi.
Penerangan tidak langsung dalam ruang tersebut diperoleh dari lampu
bahan bercahaya (neon batang) yang tersebar di sembilan titik dengan
kekuatan daya masing-masing lampu adalah 40 Watt.
59
60
Sanitasi ruang praktek keterampilan tata busana menggunakan
selokan air pada daerah jatuhnya air hujan. Fentilasi ruangan
menggunakan lubang angin-angin permanen (terbuat dari kayu) yang
terletak di atas jendela dan di atas pintu. Fentilasinya berjumlah 18 buah
dengan ukuran 80 cm x 60 cm. Ruang keterampilan tata busana juga
dilengkapi dengan tiga kipas angin yang terletak di langit-langit dan 2
kipas angin Stand Fun.
4.1.1.2 Prasarana Instalasi Listrik
Kebutuhan listrik dalam program keterampilan tata busana di MAN
2 Kudus saat ini diperoleh dari PLN dengan jumlah daya 9000 Watt yang
dilengkapi stabilizer. Penataan kabel pada mesin-mesin yang
pengoperasiannya menggunakan motor listrik (dinamo) diatur diatas lantai
dengan cara kabel-kabel penghubung (stop kontak) dipaku atau direkatkan
di atas lantai.
4.1.1.3 Prasarana Instalasi Air
Air di MAN 2 Kudus menggunakan instalasi air tanah melalui
pembuatan tiga sumur. Air diambil dengan mesin pompa air yang
kemudian ditampung dalam bak penampungan air. Penampung air mampu
menampung 6000 liter. Secara fisik air di MAN 2 Kudus memiliki ciri
yaitu jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
±
61
4.1.1.4 Prasarana Institusi Pasangan (Tempat Magang)
Institusi pasangan program keterampilan tata busana seluruhnya di
dalam kabupaten kudus. Tahun pelajaran 2006/2007 program ini memiliki
tujuh tempat magang. Institusi tersebut yaitu Hessa Fashion, Wahyu
Collection, Rohmah dan Salam, Seva Collection, Bola Collection, Varia
Collection dan Andre Collection.
4.1.2 Sarana Belajar
4.1.2.1 Kurikulum
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tata busana pada
madrasah aliyah tahun 1998. Kurikulum disusun oleh tim penyusun
kurikulum dari Direktur Jenderal Pembinaan Perguruan Agama Islam dan
disahkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama Republik Indonesia pada tingkat pusat di Jakarta. Isi
kurikulum memuat tentang tujuan program pendidikan keterampilan pada
madrasah aliyah, peluang pekerjaan, kemampuan tamatan, susunan
program keterampilan tata busana (terlampir) dan deskripsi sajian materi
pelajaran yang akan disampaikan.
4.1.2.2 Sarana Belajar Teori
Program keterampilan tata busana pada tahun pelajaran 2006/2007
di MAN 2 Kudus belum memiliki ruang belajar teori. Program ini pernah
memiliki ruang teori namun ruangan tersebut kini dialih fungsikan
menjadi ruang perpustakaan sekolah. Hal ini disebabkan pada tahun
62
pelajaran 2005/2006 gedung perpustakaan MAN 2 Kudus terbakar
sehingga ruang teori tata busana dialih fungsikan menjadi ruang
perpustakaan sekolah. Proses belajar teori tata busana dilaksanakan di
ruang kelas setelah digunakan untuk belajar pada pagi hari.
4.1.2.3 Sarana Belajar Praktek
Keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus memiliki satu ruang
khusus untuk tata busana. Ruangan ini terdiri dari ruang praktek menjahit,
ruang mengepas, ruang penyimpanan, kamar kecil putra (satu lokal yang
terdiri dari dua ruang kamar kecil dan satu ruang washtafel) dan kamar
kecil wanita (satu lokal yang terdiri dari satu ruang kamar kecil instruktur,
dua ruang kamar kecil untuk siswa dan satu ruang washtafel).
Ruang praktek menjahit berukuran 62,4 m2 (9 m x 6,93 m). Ruang
ini berisi sarana untuk menjahit. Jumlah dan kualitas sarana yang dimiliki
program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus terlampir. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sarana praktek program keterampilan tata
busana di MAN 2 Kudus termasuk dalam kategori sedang ditunjukkan
dengan prosentase sebesar 53,4 % (lihat lampiran 22). Kategori jumlah
prosentase dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kategori Persentase dan Jumlah Angka Akreditasi Sarana di Madrasah Aliyah Kejuruan
Interval Jumlah Angka Akreditasi Kategori
1 % - 25 % 5 Rendah 26 % - 50 % 10 Cukup 51 % - 75 % 25 Sedang 76 % - 100 % 35 Baik
Sumber : Pedoman Akreditasi Madrasah (Depag 1999: 236)
63
Data kuantitatif 53,4 % termasuk dalam interval 51 % - 75 % sehingga
program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus memiliki jumlah dan
jenis peralatan yang sesuai dengan keperluan praktikum program
keterampilan tata busana hanya saja ada beberapa peralatan yang perlu
penambahan pengadaan dan jumlahnya untuk mencapai ideal.
Ruang mengepas memiliki ukuran 10,5 m2 (3m x 3,5m). Ruangan
ini memiliki satu pintu, dua jendela, tiga fentilasi dan satu titik penerangan
lampu biasa 20 Watt. Lantai dalam ruangan ini ditutup dengan karpet.
Sarana yang ada dalam ruang mengepas yaitu cermin datar (dua buah), rak
buku (satu buah), almari administrasi (satu buah) dan rak alat (satu buah).
Selain sebagai ruang mengepas ruangan ini memiliki banyak fungsi yaitu
sebagai kantor instruktur, perpustakaan instruktur dan musholla.
Ruang penyimpanan berukuran 7,88 m2 (2,25 m x 3,5 m). Ruangan
ini memiliki satu pintu dan tiga fentilasi. Sarana yang ada dalam ruang
penyimpanan yaitu almari bahan (satu buah), almari administrasi (satu
buah), rak penyimpanan (satu buah) dan rak alat (tiga buah). Ruang
penyimpanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil karya siswa
yang tidak di tampilkan di almari penataan. Ruangan ini juga berfungsi
sebagai ruang perpustakaan siswa karena buku-buku pelajaran siswa ada
di dalam ruang tersebut.
Lokal kamar kecil putra dan putri dalam ruang tata busana letaknya
terpisah dengan ukuran tiap lokal adalah 9,6 m2 (2,75m x 3,5m). Lokal
kamar kecil putra terdiri dari 2 kamar kecil dan lokal kamar kecil wanita
64
memiliki 3 kamar kecil. Masing-masing kamar kecil berukuran 1,2 m2 (1m
x 1,20m). Pada bagian luar kamar kecil (dalam satu lokal) baik untuk
putra dan putri masing-masing terdapat satu washtafel dan satu cermin
berukuran 80 cm x 70 cm.
4.1.2.4 Sarana Perpustakaan
Perpustakaan program keterampilan tata busana dikelola oleh
instruktur sendiri. Hal ini dikarenakan pelaksanaan proses belajar
mengajar program tata busana adalah siang sampai sore hari (14.00-17.00
WIB) sehingga tidak ikut perpustakaan induk. Buku-buku pelajaran untuk
siswa berada di ruang penyimpanan sedangkan buku untuk instruktur
berada di ruang mengepas.
Jenis bacaan di perpustakaan program keterampilan tata busana
terdiri dari buku, majalah, tabloit, diktat dan karya tulis. Buku yang
dimiliki adalah buku tentang pembuatan pola wanita, anak dan pria, buku
teknik menghias kain, buku tentang desain busana, buku pengelolaan
usaha busana, dan buku tentang magang. Daftar inventaris buku yang
dimiliki program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus terlampir.
65
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Prasarana Belajar
4.2.1.1 Gedung dan Ruang
Gedung dan ruang keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus
belum memadai. Jumlah ruang dan luasnya belum ideal. Ruang praktek
minimal dalam keterampilan tata busana idealnya memiliki ukuran 143,85
m2 (13,70 m x 10,5 m) sedangkan di MAN 2 Kudus hanya berukuran 104
m2 (13 m x 8 m). Kondisi gedung keterampilan tata busana secara kualitas
cukup baik. Bangunannya memiliki konstruksi yang kokoh dan dalam
kondisi yang baik. Tetapi ada beberapa bagian yang perlu segera
diperbaiki misalnya di dalam ruang menjahit banyak terdapat penutup
lantai yang rusak.
Penempatan ruang praktek menjahit sebaiknya tidak berhimpitan
dengan ruang otomotif. Kegiatan praktek di ruang otomotif biasanya
mengeluarkan suara yang cukup nyaring sehingga akan mengganggu
proses belajar mengajar di ruang praktek menjahit. Penerangan ruangan
sudah memadai karena mencapai 360 lx sedangkan idealnya antara 200-
500 lx. Sanitasi sudah cukup baik yaitu menggunakan selokan air pada
daerah jatuhnya air hujan. Peningkatan yang perlu dilaksanakan adalah
pemberian talang datar dan talang tegak di ujung atap untuk mengalirkan
limpahan air hujan ke selokan air sehingga dapat meredam suara jatuhnya
air hujan.
4.2.1.2 Prasarana Instalasi Listrik
Jumlah daya listrik yang disediakan untuk program keterampilan
tata busana sudah ideal sehingga mampu mencukupi untuk seluruh
66
kegiatan operasional. Penataan kabel jaringan instalasi listrik untuk mesin-
mesin listrik yang menggunakan dinamo idealnya dari arah atas untuk
memperkecil kecelakaan kerja, sedangkan di MAN 2 Kudus kabel ditata
di lantai.
4.2.1.3 Prasarana Instalasi Air
Secara fisik air sudah baik karena airnya jernih, tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna. Air di MAN 2 Kudus belum memadai secara
kuantitas karena 6000 liter hanya cukup untuk operasional pagi hari.
Selain untuk proses belajar mengajar air juga berfungsi sebagai prasarana
penunjang karena pelaksanaan program keterampilan mulai jam 14.00-
17.00 WIB. Oleh karena itu penambahan volume air diperlukan agar
kegiatan yang dilaksanakan waktu sore hari tidak kekurangan air.
4.2.1.4 Prasarana Institusi Pasangan (Tempat Magang)
Jumlah institusi magang belum memadai karena hanya ada tujuh
tempat sedangkan jumlah tempat magang yang minimal sepuluh. Tempat
magang sebaiknya diperluas ke luar kota agar siswa memiliki pengalaman
bekerja di luar kota. Tempat magang program keterampilan tata busana di
MAN 2 Kudus sebagian besar adalah konveksi padahal di kabupaten
Kudus banyak industri di bidang busana yaitu tailor, modiste, garmen dan
butik.
4.2.2 Sarana Belajar
4.2.2.1 Kurikulum
Kurikulum yang digunakan masih menggunakan kurikulum tahun
1998 dengan sistem caturwulan. Pelaksanaan proses pembelajaran
67
disesuaikan dari sistem caturwulan menjadi sistem semester. Kurikulum
tahun 1998 di Indonesia sudah tidak digunakan lagi. Seiring dengan
kemajuan pendidikan sudah digunakan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) sehingga kurikulum program keterampilan tata busana
perlu di revisi agar lebih relevan dan tidak ketinggalan jaman.
Penyesuaian materi pelajaran, jumlah jam belajar dan alokasi waktu
belajar dalam penyusunan kurikulum perlu memperhatikan masa studi
yang hanya dua tahun.
4.2.2.2 Sarana Belajar Teori
Ruang teori program keterampilan tata busana belum ideal. Ruang
teori yang ideal untuk 20 siswa minimal berukuran 54,29 m 2 (7,54 m x
7,20 m) sedangkan di MAN 2 Kudus belum memiliki ruang teori
keterampilan tata busana beserta seluruh sarana yang ada di dalamnya.
4.1.2.3 Sarana Belajar Praktek
Ruang praktek yang dimiliki belum ideal. Idealnya dibutuhkan
ruang praktek desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas dan
ruang penyimpanan. Program keterampilan di MAN 2 Kudus hanya
memiliki ruang menjahit, ruang mengepas dan ruang penyimpanan. Ruang
praktek yang perlu ditambah adalah ruang desain dan ruang pola beserta
seluruh sarana yang diperlukan dalam ruang tersebut.
Ruang praktek menjahit di MAN 2 Kudus luasnya 62,4 m2 (9 m x
6,93 m) padahal idealnya ruang menjahit untuk 20 siswa minimal
berukuran 164,4 m2 (13,70 m x 12 m). Sarana yang ada di dalamnya juga
68
perlu ditambah dan diatur secara rapi, efektif dan efisien dengan
mempertimbangkan alur lalu lintas, keselamatan, keamanan dan kesehatan
kerja pengguna ruangan tersebut. Pengontrolan dan pengecekan alat-alat
praktek secara berkala sangat dibutuhkan agar kualitas alat tetap terjaga
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan tanpa hambatan.
Ruang mengepas belum ideal karena berukuran 10,5 m2 (3m x
3,5m) padahal untuk 20 siswa idealnya ruang mengepas memiliki ukuran
30 m2 (5 m x 6 m). Sarana dalam ruang mengepas juga belum ideal.
Idealnya sarana dalam ruang mengepas jika untuk 20 siswa minimal
dibutuhkan 20 paspof, empat cermin dan dua rak baju. Paspof di MAN 2
Kudus jumlahnya hanya enam dengan rincian tiga paspof wanita dan 3
paspof pria. Jumlah ini sangat kurang sekali. Cermin yang digunakan
adalah cermin datar padahal idealnya cermin memiliki tiga sisi luas
bidang. Cermin tiga sisi luas bidang saat mengepas busana dapat melihat
busana dari segala arah baik dari samping kanan, kiri maupun belakang.
Ruang penyimpanan belum ideal. Ukuran 7,88 m2 (2,25 m x 3,5 m)
terlalu sempit untuk 20 siswa idealnya minimal berukuran 11,02 m2 (3, 8
m x 2,9 m). Sarana dalam ruang penyimpanan membutuhkan rak pakaian
dan almari penyimpanan masing-masing dua buah. Sedangkan di ruang
penyimpanan di MAN 2 Kudus memiliki almari bahan (satu buah), almari
administrasi (satu buah), rak penyimpanan (satu buah) dan rak alat (tiga
buah). Ruangan ini kurang baik jika digunakan sebagai ruang
perpustakaan siswa. Jika perpustakaan induk tidak buka pada siang sampai
sore hari maka program keterampilan tata busana idealnya memiliki ruang
69
perpustakaan sendiri sehungga tidak menyatu di dalam ruang
penyimpanan.
Sarana praktek yang membutuhkan penambahan secara kuantitas
dan kualitas adalah sarana praktek mengepres. Hal ini disebabkan karena
sarana mengepres termasuk dalam kategori rendah. Persentase
ketersediaan sarana praktek program tata busana di MAN 2 Kudus dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Persentase ketersediaan sarana praktek program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus
No. Klasifikasi alat
Persentase Ideal
Persentase yang dimiliki
Kategori
1. Sarana Mendesain 100 % 35,60 % Cukup 2. Alat Mengukur 100 % 50,00 % Cukup 3. Sarana Membuat Pola 100% 70,50 % Baik 4. Alat Pemotong 100 % 61,30 % Sedang 5. Alat Pemberi Tanda 100 % 75,00 % Sedang 6. Alat Menjahit 100 % 40,20 % Cukup 7. Alat Mengepres 100 % 17,60 % Rendah 8. Alat Mengepas 100 % 29,30 % Cukup 9. Sarana Perlengkapan Kelas 100 % 76,30 % Baik 10. Alat – alat Kebersihan 100 % 67,80 % Sedang
4.1.2.4 Sarana Perpustakaan
Perpustakaan program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus
ruangannya masih menjadi satu dalam ruang penyimpanan. Idealnya ruang
perpustakaan memiliki ukuran minimal seluas ruang teori yaitu minimal
berukuran 54,29 m 2 (7,54 m x 7,20 m). Jumlah buku yang dimiliki juga
kurang lengkap. Materi pelajaran dalam kurikulum ada yang memuat
tentang alat menjahit busana dan teknologi menjahit. Perpustakaan
program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus belum memiliki satu
70
bukupun yang berisi materi tersebut. Materi yang lain jumlah bukunya
juga kurang mencukupi untuk 20 siswa. Walaupun demikian ada buku
yang jumlahnya sudah memadai tetapi siswa hanya boleh meminjam buku
tersebut pada saat proses belajar mengajar di sekolah. Biasanya setelah
selesai pelajaran buku yang dipinjam harus dikembalikan. Daftar
inventaris buku yang dimiliki program keterampilan tata busana di MAN
2 Kudus lihat pada lampiran 25.
4.3 KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan semaksimal mungkin diupayakan untuk
mencapai kesempurnaan, namun masih dirasakan adanya keterbatasan dan
kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan tersebut disebabkan dari
keterbatasan fikiran, tenaga, waktu, dan dana dari peneliti. Kelemahan
tersebut yaitu:
1. Prasarana dan sarana yang diteliti hanya prasarana dan sarana secara
umum dalam program keterampilan tata busana sehingga belum
mengungkap secara menyeluruh tentang prasarana dan sarana program
keterampilan tata busana, contohnya: prasarana jaringan telepon, internet,
akses jalan, gedung serbaguna, kantin, tenaga pengajar, tenaga
administrasi, siswa, orang tua siswa, komite sekolah, lingkungan sekolah,
pemerintah daerah dan sebagainya.
2. Peneliti hanya mengamati kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik
dan tidak menguji kualitas air di laboratorium.
71
BAB 5
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus yaitu pemberian
bekal keterampilan untuk hidup terutama tentang tata busana yang diberikan
kepada siswa dengan kriteria tertentu. Program ini membutuhkan prasarana
dan sarana yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Kualitas
yang dimaksud yaitu prasarana dan sarana memiliki mutu yang bagus
sehingga dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Kuantitasnya disesuaikan
dengan kebutuhan jumlah siswa yang menggunakan prasarana dan sarana
tersebut.
Program keterampilan tata busana di MAN 2 Kudus memiliki ruang
praktek menjahit, ruang mengepas dan ruang penyimpanan. Ruangan yang
belum dimiliki adalah ruang teori, ruang desain, ruang pola dan ruang
perpustakaan program keterampilan tata busana. Tingkat ketersediaan
prasarana dan sarana program keterampilan tata busana secara keseluruhan
termasuk dalam kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah
dan jenis peralatan yang dimiliki program keterampilan tata busana di MAN 2
Kudus sudah sesuai dengan keperluan praktikum program keterampilan tata
busana.
71
72
5.2 SARAN
Saran-saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. MAN 2 Kudus sebaiknya segera mengupayakan perbaikan prasarana dan
sarana program keterampilan tata busana yang rusak seperti penutup
lantai. Ruang penyimpanan dan ruang pengepasan juga membutuhkan
perluasan. Perawatan prasarana dan sarana program keterampilan tata
busana sebaiknya di kontrol secara berkala sehingga jika ada kerusakan
dapat langsung diperbaiki.
2. Prasarana dan sarana yang belum ada seperti ruang teori, ruang desain,
ruang pola dan ruang perpustakaan program dengan seluruh sarana yang
ada di dalamnya sebaiknya segera diupayakan pengadaannya.
3. Sarana mengepres membutuhkan upaya penambahan alat untuk mengepres
4. Sebaiknya diupayakan untuk melaksanakan penelitian lanjutan mengenai
prasarana dan sarana lain dalam program keterampilan tata busana di
MAN 2 Kudus yang menentukan tingkat ketersediaan prasarana dan
sarana sehingga dapat mencapai tingkat yang memadai dengan kategori
baik.
PERBANDINGAN SARANA PRAKTEK YANG TELAH DIMILIKI DAN SARANA YANG DIBUTUHKAN DALAM PROGRAM KETERAMPILAN TATA BUSANA DI
MAN 2 KUDUS PADA TAHUN PELAJARAN 2006/2007
Jumlah yang No. Klasifikasi alat Nama Alat diperlukan Tersedia
Persentase
1. Sarana Mendesain
a. Pensil Gambar 20 Pak 10 Pak 0,80 %
b. Kuas Gambar 20 Buah 5 Buah 0,42 % c. Valet 20 Buah 5 Buah 0,42 % d. Cat air 20 Pak 3 Pak 0,25 % e. Buku gambar 20 Buah 50 Buku 1,67 % f. Meja desain 20 Buah 0 Buah 0 %
Jumlah % 3,56 %2. Alat Mengukur a. Metlin 20 Buah 40 Buah 5,00 % b. Veterban 20 Buah 0 Buah 0 %
Jumlah % 5,00 %3. Sarana Membuat
Pola a. Penggaris pola pakaian
(Dress Marker Ruller) 20 Set 50 Set 1,00 %
b. Penggaris Meter 20 Set 1 Set 0,05 % c. Alat tulis :
- Pensil hitam 20 Buah
24 Buah 1,00 %
- Pensil Merah Biru 20 Buah 12 Buah 0,60 % - Penghapus pensil 20 Buah 24 Buah 1,00 % d. Kertas pola :
- Kertas payung 2 Roll
2 Rol 1,00 %
- Kertas dorslagh warna merah dan biru
3 Rim 3 Rim 1,00 %
e. Lem kertas 20 Buah 24 Buah 1,00% f. Skala kecil 20 Buah 50 Buah 1,00 % g. Meja potong 10 Buah 4 Buah 0,40 %
Jumlah % 7,05 %4. Alat Pemotong a. Gunting kain 20 Buah 20 Buah 1,67 % b. Gunting kertas 20 Buah 20 Buah 1,67 % c. Gunting benang 20 Buah 20 Buah 1,67 % d. Gunting zig-zag 20 Buah 0 Buah 0 % e. Gunting listrik 5 Buah 1 Buah 0,32 % f. Cutter 20 Buah 10 Cutter 0,80 %
Jumlah % 6,13 %5. Alat Pemberi
Tanda a. Rader 20 Buah 20 Buah 2,50 %
b. Karbon jahit (tracing paper)
20 lembar 50 lembar 2,50 %
c. Kapur jahit/pensil kapur 20 Buah 36 Buah 2,50 % d. Skirt Marker 5 Buah 0 Buah 0 %
Jumlah % 7,50 %
6. Alat menjahit a. Mesin jahit pokok: - Mesin jahit manual (jahit
listrik biasa)
20 Buah
25 Buah 0,40 %
- Mesin jahit semi otomatis
20 Buah 20 Buah 0,40 %
- Mesin jahit otomatis 20 Buah 0 Buah 0 % - Mesin jahit industri 20 Buah 0 Buah 0 % - Mesin bordir listrik 20 Buah 1 Mesin 0,20 % b. Mesin jahit penyelesaian:
- Mesin obras 5 Buah
2 Buah
0,16 %
- Mesin Wolsum 5 Buah 2 Buah 0,16 % - Mesin Rollsum 5 Buah 0 Buah 0 % - Mesin Kelim 5 Buah 0 Buah 0 % c. Attachment
- Sepatu mesin jahit biasa 20 Buah 25 Buah 0,40 % - Sepatu resluiting satu
kaki 20 Buah 25 Buah 0,40 %
- Sepatu resluiting jepang 20 Buah 25 Buah 0,40 % - Sepatu kelim gulung 20 Buah 0 Buah 0 % - Sepatu lubang kancing 20 Buah 0 Buah 0 % - Sepatu pemasang kumai
serong 20 Buah 0 Buah 0 %
- Sepatu zig-zag 20 Buah 0 Buah 0 % - Sepatu kerut 20 Buah 0 Buah 0 % d. Alat pelengkap menjahit
- Jarum mesin /jahit 20 Set 50 Set 0,40 % - Jarum tangan 20 Set 50 Set 0,40 % - Jarum pentul 20 Set 50 Set 0,40 % - Bidal (tudung jari) 20 Buah 5 Buah 0,10 % - Pengait benang 20 Buah 0 Buah 0 % - Trenner (pendedel) 20 Buah 10 Buah 0,20 % - Penindih bahan 10 Set 0 Buah 0 % - Bantalan jarum 20 Buah 0 Buah 0 % Jumlah % 4,02 %
7. Alat mengepres a. Setrika listrik biasa 7 Buah 4 Buah 0,95 % b. Setrika listrik uap 7 Buah 0 Buah 0 % c. Setrika uap bahan gas 5 Buah 0 Buah 0 % d. Mesin pres 5 Buah 1 Buah 0,33 % e. Bantalan setrika 5 Set 0 Set 0 % f. Meja setrika 7 Buah 2 Buah 0,48 %
Jumlah % 1,76 %8. Alat mengepas a. Boneka jahit 20 Buah 6 Buah 1,50 % b. Cermin 7 Buah 2 Buah 1,43 %
Jumlah % 2,93 %9. Sarana
perlengkapan kelas
Papan tulis 1 Buah 1 Buah 0,45 %
Penghapus papan tulis 1 Buah 1 Buah 0,45 % Spidol Tulis (Alat tulis) 1 Set 1 Set 0,45 % Meja dan Kursi instruktur 1 Set 3 Set 0,45 % Kursi Siswa 20 Buah 40 Buah 0,45 %
Meja Siswa 10 Buah 0 Buah 0 % Almari Penataan 2 Buah 3 Buah 0,45 % Almari alat 4 Buah 2 Buah 0,23 % Almari Bahan 4 Buah 2 Buah 0,23 %
Almari locker Siswa 2 Buah 0 Buah 0 % Almari Administrasi 1 Buah 2 Buah 0,45 % Rak 4 Buah 5 Buah 0,45 % Tempat gantungan baju 4 Buah 6 Buah 0,45 % Kamar Kecil siswa (pa) 2 Buah 2 Buah 0,45 % Kamar Kecil Siswa (pi) 4 Buah 2 Buah 0,23 % Kamar Kecil Instruktur 2 Buah 1 Buah 0,23 %
Gayung 8 Buah 5 Buah 0,28 % Wastafel 8 Buah 2 Buah 0,13 %
Tape Recorder 1 Buah 1 Buah 0,45 % Jam Dinding 1 Buah 1 Buah 0,45 % Atribut PKn 1 Set 1 Set 0,45 % Kalender 1 Buah 1 Buah 0,45 %
Jumlah % 7,63 %10. Alat-alat
kebersihan Sapu Lantai 10 Buah 15 Buah 0,83 %
Sapu lidi 5 Buah 0 Buah 0 % Sapu Langit-langit 5 Buah 0 Buah 0 %
Tempat Sampah di dalam ruangan
20 Buah 20 Buah 0,83 %
Tempat Sampah besar di luar ruangan
1 Buah 1 Buah 0,83 %
Serokan sampah 10 Buah 6 Buah 0,49 % Kemoceng 5 Buah 3 Buah 0,49 % Lap pembersih kaca 5 Buah 2 Buah 0,33 % Alat Pel 5 Buah 5 Buah 0,83 %
Lap pel 5 Buah 3 Buah 0,49 % Keset Kaki 5 Buah 5 Buah 0,83 % Sikat kamar mandi 5 Buah 8 Buah 0,83 %
Jumlah %
6,78 %
Keterangan:
Persen (%) =Nn x 100 %
%= Persentase data yang diperoleh
n = Jumlah (persen) nilai yang diperoleh
N = Jumlah seluruh (persen) nilai
Hasil yang diperoleh dikelompokkan sesuai kategori persentase angka akreditasi sarana di
Madrasah Aliyah dalam buku Pedoman Akreditasi Madrasah Aliyah (Depag 1999:236).
Interval Jumlah Angka Akreditasi Kategori 1 % - 25 % 5 Rendah 26 % - 50 % 10 Cukup 51 % - 75 % 25 Sedang 76 % - 100 % 35 Baik
Sumber : Pedoman Akreditasi Madrasah (1999: 236)
1. Persentase ketersediaan sarana mendesain
% =%10%56,3
x 100 %
= 35,60 % (Cukup)
2. Persentase ketersediaan alat mengukur
% =%10%00,5
x 100 %
= 50,00 % (Cukup)
3. Persentase ketersediaan sarana membuat pola
% =%10%05,7
x 100 %
= 70,50 % (Baik)
4. Persentase ketersediaan alat pemotong
% =%10%13,6
x 100 %
= 61,30 % (Sedang)
5. Persentase ketersediaan alat pemberi tanda
% =%10%5,7
x 100 %
= 75,00 % (Sedang)
6. Persentase ketersediaan alat menjahit
% =%10%02,4
x 100 %
= 40,20 % (Cukup)
7. Persentase ketersediaan alat mengepres
% =%10%76,1
x 100 %
= 17,60 % (Rendah)
8. Persentase ketersediaan alat mengepas
% =%10%93,2
x 100 %
= 29,30 % (Cukup)
9. Persentase ketersediaan sarana perlengkapan kelas
% =%10%63,7
x 100 %
= 76,30 % (Baik)
10. Persentase ketersediaan alat-alat kebersihan
%10%78,6
% = x 100 %
= 67,80 % (Sedang)
Jumlah persentase seluruh sarana yang dimiliki :
%100%36,52
% = x 100 %
= 52, 36 % (Sedang)