survei demografi dan kesehatan 2002-2003 ringkasan...

20
Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasil

Upload: lethuy

Post on 02-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Indonesia

Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003

Ringkasan Hasil

Page 2: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Laporan ini memuat ringkasan dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 (SDKI 2002-2003) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). SDKI 2002-2003 adalah bagian dari pro-gram internasional Survei Demografi dan Kesehatan, yang dirancang untuk mengumpulkan data fertilitas, keluarga berencana, dan kesehatan ibu dan anak. Hampir seluruh biaya survei ini disediakan oleh Pemerintah Indonesia melalui pinjaman dana dari Bank Dunia (World Bank). United States Agency for International Development (USAID) menyediakan tamba-han dana untuk pelaksanaan survei di tiga propinsi baru dan bantuan teknis dari ORC Macro. Keterangan tambahan tentang survei dapat diperoleh dari Direktorat Statistik Kependudukan, BPS, Jalan Dr. Sutomo No. 6-8, Jakarta 10710, Indonesia (Telepon/Fax 345-6285, e-mail: kependudukan@mailhost. bps.go.id), atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, BKKBN, Jalan Permata 1, Halim Perdana-kusumah, Jakarta 13650, Indonesia (Telepon/Fax 800-8535), atau Badan Penelitian dan Pengembangan Ke-sehatan Departemen Kesehatan, Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta 10560, Indonesia (Telepon/Fax 42871604). Keterangan tambahan mengenai program Demographic Health Surveys (DHS) dapat diperoleh dengan menulis surat kepada: MEASURE/DHS+, ORC Macro, 11785 Beltsville Drive, Suite 300, Calverton, MD 20705, USA (Telepon 301-572-0200; Fax 301-572-0999; e-mail [email protected]). Kutipan yang dianjurkan: Badan Pusat statistik (BPS) dan ORC Macro. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003: Ring-kasan Hasil, Calverton, Maryland, USA: ORC Macro. Semua gambar bantuan UNICEF dan BPS Komparasi data internasional berasal dari laporan DHS negara masing-masing dan dari 2003 ESCAP Population Data Sheet, Economic and Social Commission for Asia and the Pacific, Bangkok 2003.

Page 3: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 1

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2002-2003

RINGKASAN HASIL Metodologi Survei..............................................................................................2 Responden dan Keadaan Tempat Tinggal Responden Survei ................................................................................................................ 3 Keadaan Tempat Tinggal................................................................................................... 3 Kepemilikan Barang ............................................................................................................ 3 Fertilitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat dan Tren................................................................................................................... 4 Umur Kawin Pertama .......................................................................................................... 4 Umur Persalinan Pertama.................................................................................................. 4 Keinginan Mempunyai Anak............................................................................................ 5 Kebutuhan Pelayanan Keluarga Berencana ............................................................... 5 Selang Kelahiran ................................................................................................................... 5 Apakah Perbedaan Fertilitas? .......................................................................................... 5 Keluarga Berencana Pengetahuan dan Pemakaian Kontrasepsi ................................................................. 6 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini .................................................................................. 6 Kualitas Pemakaian.............................................................................................................. 7 Sumber Alat/Cara Keluarga Berencana ........................................................................ 7 Tingkat Putus Pakai ............................................................................................................ 7 Keinginan untuk Memakai Kontrasepsi ....................................................................... 7 Alasan Tidak Memakai Kontrasepsi ............................................................................... 7 Kesehatan Reproduksi dan Anak Pemeriksaan Kehamilan..................................................................................................... 8 Penolong Persalinan ........................................................................................................... 8 Pemeriksaan Masa Nifas .................................................................................................... 9 Imunisasi Anak ...................................................................................................................... 9 Asupan Mikronutrien ........................................................................................................10 Pemberian Air Susu Ibu....................................................................................................10 Kematian dan Kesakitan Kematian Bayi dan Anak ..................................................................................................11 Perbedaan Angka Kematian Anak menurut Karakteristik Demografi.............11 Kematian Ibu........................................................................................................................12 Penyakit Anak-Anak ..........................................................................................................12 Pengetahuan tentang HIV/AIDS ...................................................................................12 Partisipasi Bapak dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Kontak dengan Tenaga Kesehatan ..............................................................................13 Perawatan selama Kehamilan, Persalinan, dan Masa Nifas................................13 Persiapan Persalinan .........................................................................................................13 Pengetahuan tentang Imunisasi Anak .......................................................................13 Ringkasan dan Rekommendasi .......................................................................14 Indikator Kunci menurut Propinsi...................................................................16

Page 4: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 2

METODOLOGI SURVEI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 secara khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan berikut: • Menyediakan data tentang fertilitas, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kematian ibu, dan

pengetahuan tentang AIDS, yang dapat dipakai oleh pengelola program, pembuat kebijakan, dan peneliti untuk mengevaluasi dan meningkatkan program yang sudah berjalan;

• Mengukur perubahan angka fertilitas dan prevalensi kontrasepsi, serta mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan, seperti pola perkawinan, pendidikan, kebiasaan menyusui, dan ke-tersediaan kontrasepsi;

• Mengukur perkembangan dan keberhasilan program yang berhubungan dengan kebijakan kesehatan, terutama yang berhubungan dengan perkembangan program kesehatan ibu dan anak;

• Menghasilkan data yang dapat dipakai untuk mempelajari partisipasi pria dalam perawatan kesehatan

keluarga, dan • Menyediakan data base yang berhubungan dengan fertilitas, keluarga berencana, dan kesehatan untuk

pengelola program, pembuat kebijakan, dan peneliti. SDKI 2002-2003 adalah proyek lanjutan dari Survei Prevalensi Indonesia (SPI) 1987, dan SDKI 1991, 1994, dan 1997. SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah Tangga, Daftar Pertanyaan Wanita untuk wanita pernah kawin umur 15-49 tahun, dan Daftar Pertanyaan Pria kawin umur 15-54 tahun. Daftar Rumah Tangga digunakan untuk mendaftar semua anggota rumah tangga biasa dan tamu yang menginap di rumah tangga terpilih. Keterangan yang dikumpulkan untuk setiap anggota rumah tangga mencakup: umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan kepala rumah tangga. Keterangan tentang tempat tinggal rumah tangga, seperti sumber air, jenis kakus, jenis bahan bangunan untuk lantai dan dinding terluar dari rumah, dan kepemilikan dari barang-barang tahan lama juga dicatat dalam Daf-tar Rumah Tangga. Daftar Pertanyaan Wanita digunakan untuk mengumpulkan keterangan dari semua wanita pernah kawin umur 15-49 tahun. Wanita ini ditanyai mengenai: karakteristik responden, seperti umur, status per-kawinan, pendidikan, dan pemanfaatan media; pengetahuan dan penggunaan metode keluarga beren-cana, preferensi fertilitas; pemeriksaan kehamilan, persalinan dan masa nifas; pemberian air susu ibu dan makanan bayi; vaksinasi dan penyakit anak; perkawinan dan kegiatan seks; pekerjaan responden dan karakteristik suami responden; kematian masa kanak-kanak; pengetahuan dan perilaku mengenai AIDS dan penyakit seksual menular lainnya; kematian saudara kandung termasuk kematian ibu. Daftar Pertanyaan Pria diberlakukan pada semua pria kawin umur 15-54 tahun yang tinggal di sepertiga dari jumlah rumah tangga sampel SDKI. Daftar Pertanyaan Pria mengumpulkan keterangan serupa de-ngan yang dicakup di daftar pertanyaan wanita, tetapi lebih singkat, karena tidak mencakup pertanyaan rinci tentang riwayat kelahiran, kesehatan ibu dan anak, gizi dan kematian ibu. Sebagai pengganti, pria ditanya tentang pengetahuan dan partisipasi dalam pemilihan pengobatan untuk anak mereka. Seperti SDKI sebelumya, sampel SDKI 2002-2003 dirancang untuk menghasilkan estimasi nasional, daerah perkotaan-perdesaan, dan tingkat propinsi. Namun, dengan alasan keamanan, empat propinsi tidak di cakup dalam sampel: Nanggroe Aceh Darussalam, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. SDKI sebelumya juga mencakup Timor Timur. Karena perbedaan cakupan geografis, perbandingan hasil SDKI 2002-2003 dengan SDKI sebelumnya harus dilakukan dengan hati-hati.

Page 5: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

RESPONDEN SURVEI DAN KEADAAN TEMPAT TINGGAL Selain mencerminkan tingkat sosial ekonomi, keadaan tempat tinggal juga mempengaruhi status kese-hatan dari anggota rumah tangga. Kepemilikan barang-barang tahan lama juga menunjukkan tingkat sosial-ekonomi rumah tangga. Responden Survei

Dalam survei ini 33.088 rumah tangga diwawancarai dengan tingkat jawaban sebesar 99 persen. Dari sekian banyak rumah tangga tersebut, diwawancarai 29.483 wanita pernah kawin umur 15-49 tahun. Dari rumah tangga yang terpilih sampel untuk survei pria, diwawancarai 8.310 pria berstatus kawin. Sekitar sepertiga responden wanita dan 20 persen pria yang berpartisipasi dalam survei ini berumur di bawah 30 tahun. Secara keseluruhan, pria lebih banyak yang bersekolah daripada wanita. Namun demikian, tingkat pendidikan wanita meningkat. Persentase wanita dengan tingkat pendidikan sekolah lanjutan meningkat dari 28 persen di tahun 1997 menjadi 38 persen di tahun 2002-2003. Keadaan Tempat Tinggal

Secara keseluruhan, rumah tangga menggunakan listrik mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu dari 80 persen SDKI 1997 menjadi 91 pesen SDKI 2002-2003. Secara nasional, 61 persen rumah tangga menda-patkan air minum dari sumber terlindung (dialirkan melalui pipa, sumur terlindung, atau tangki air). Sumber terlindung lebih banyak dipakai oleh rumah tangga di perkotaan daripada di perdesaan (masing-masing 49 persen dan 75 persen). Tiga puluh sembilan persen rumah tangga di Indonesia tidak mempun-yai kakus. Di daerah perkotaan 17 persen tidak punya kakus, sementara di perdesaan sebesar 57 persen. Kepemilikan Barang

Barang tahan lama dan alat transportasi adalah indikator dari status sosial-ekonomi rumah tangga. Secara keseluruhan, 62 persen rumah tangga memiliki televisi, 56 persen memiliki radio, 18 persen memiliki lemari es, dan 13 persen memiliki pesawat telepon. Untuk tranportasi, 44 persen rumah tangga memiliki sepeda atau perahu, 30 persen memiliki motor atau perahu motor, dan 6 persen mempunyai mobil/truk. Secara nasional, 16 persen rumah tangga tidak memiliki satupun barang-barang tersebut di atas.

Halaman 3

Page 6: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 4

FERTILITAS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SDKI mengumpulkan berbagai indikator fertilitas, termasuk tingkat, pola, dan tren fertilitas saat ini maupun fertilitas kumulatif; se-lang kelahiran; dan umur perkawinan dan umur kelahiran anak pertama. Keterangan tentang fertilitas saat ini dan fertilitas kumulatif sangat diperlukan untuk memonitor program dan mengevaluasi dampak program kependudukan di Indonesia.

Tingkat dan Tren

Pada tingkat fertilitas dewasa ini, seorang wanita di In-donesia secara rata-rata akan mempunyai 2,6 anak pada masa reproduksinya. Tingkat fertilitas terus menerus turun, dari 3,0 anak per wanita di SDKI 1991, suatu pe-nurunan hampir separo anak. Wanita perdesaan memiliki tingkat fertilitas lebih tinggi daripada wanita perkotaan (2,7 anak berbanding 2,4 anak per wanita). Selain itu, wanita dari rumah tangga yang miskin mempunyai fertilitas yang lebih tinggi di-bandingkan wanita dari rumah tangga yang kaya (3,0 anak berbanding 2,2 anak per wanita). Fertilitas bervariasi menurut propinsi. Wanita di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara masing-masing memiliki 4,1 anak dan 3,6 anak. Sebaliknya, wanita di Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali telah mencapai atau melampaui tingkat fertility replacement sebesar 2,1 anak per wanita.

Angka fertilitas total di Indonesia lebih rendah daripada di beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Kamboja, Filipina, Malaysia, dan Myanmar.

Umur Kawin Pertama

Antara tahun 1997 dan 2002-2003, median umur perkawinan pertama wanita umur 25-29 tahun meningkat dari 18,6 tahun menjadi 19,2 tahun. Wanita perkotaan menikah dua tahun lebih lambat daripada wanita perdesaan; median umur per-kawinan pertama untuk wanita perkotaan adalah 20,3 tahun, dibandingkan dengan 18,3 tahun untuk wanita perdesaan. Umur Persalinan Pertama

Wanita juga menunda kelahiran anak pertama. Median umur kelahiran anak pertama wanita umur 25-49 tahun meningkat dari 20,8 tahun di tahun 1997 menjadi 21,0 tahun di tahun 2002-2003. Lebih jauh lagi, persentase remaja yang mela-hirkan atau hamil anak pertama juga telah turun dari 12 per-sen di SDKI 1997 menjadi 10 persen di SDKI 2002-2003.

Angka Fertilitas, Negara-Negara ASEAN

1,4

1,7

1,9

2,5

2,6

2,8

2,9

3,5

4,7

4,0

Singapura

Thailand

Vietnam

Brunei

Indonesia

Myanmar

Malaysia

Filipina

Kamboja

Laos

Jumlah anak per wanita

Page 7: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 5

Keinginan Mempunyai Anak

Separo wanita berstatus kawin menyatakan keinginan untuk tidak punya anak lagi dan 4 persen telah disterilisasi. Empat puluh per-sen menyatakan keinginan punya anak lagi; 13 persen ingin punya anak dalam 2 tahun dan 24 persen ingin punya anak setelah dua tahun atau lebih. Di antara wanita dengan dua anak, 58 persen tidak ingin punya anak lagi atau telah disterilisasi. Untuk wanita dengan tiga anak, sebesar 79 persen. Kebutuhan Pelayanan Keluarga Berencana

Persentase wanita kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya, tetapi tidak mengguna-kan metode keluarga berencana didefinisikan sebagai “kebutuhan KB yang tidak terpenuhi” (unmet need). Tingkat kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Indonesia adalah 9 persen, 5 persen untuk membatasi kelahiran dan 4 persen untuk menjarangkan kelahiran. Angka kebutuhan KB yang tidak terpe-nuhi sama dengan SDKI 1997. Program pembangunan nasional telah mentargetkan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Indonesia turun dari 9 persen di tahun 1997 menjadi 7 persen atau kurang di tahun 2004. Sejauh ini, 11 propinsi telah mencapai atau melampaui target: Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogya-karta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Jumlah kebutuhan keluarga berencana didefinisikan sebagai jum-lah dari prevalensi kontrasepsi dan kebutuhan yang tidak ter-penuhi adalah 68 persen, 88 persen diantaranya telah terpenuhi. Secara teori jika semua kebutuhan KB harus dipenuhi, maka prevalensi kontrasepsi harus mencapai 70 persen. Selang Kelahiran

Pada umumnya selang kelahiran wanita Indonesia cukup panjang. Median selang kelahiran adalah 54 bulan, jauh lebih panjang dari-pada hasil SDKI 1997 dan SDKI 1994 (masing-masing 45 bulan dan 42 bulan). Lima puluh tujuh persen kelahiran selama lima tahun terakhir ter-jadi paling sedikit 48 bulan setelah kelahiran sebelumnya, dan hanya 14 persen kelahiran terjadi dalam dua tahun dari kelahiran sebelumnya. Wanita 15-19 tahun mempunyai selang kelahiran ter-pendek (32 bulan).

Apakah perbedaan fertilitas?

Angka fertilitas total yang di-inginkan menggambarkan tingkat fertilitas yang akan dihasilkan jika wanita hanya mempunyai jumlah anak yang mereka inginkan. Per-bandingan angka fertilitas sesung-guhnya dengan angka fertilitas yang diinginkan mengindikasikan potensi pengaruh demografi untuk mencapai ukuran keluarga yang diinginkan. Secara keseluruhan, angka fertilitas total yang diinginkan adalah ham-pir setengah anak lebih rendah dari angka fertilitas total yang sesung-guhnya. Dengan demikian, jika ke-lahiran yang tidak diinginkan dapat dikurangi, angka fertilitas total di Indonesia akan menjadi 2,2 anak per wanita, bukan 2,6. Angka fertili-tas total yang diinginkan hasil SDKI 2002-2003 lebih rendah dari yang tercatat di SDKI 1997 (2,4 anak per wanita).

Page 8: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 6

KELUARGA BERENCANA Keterangan tentang keinginan mengikuti program keluarga berencana di masa mendatang menjadi perhatian khusus bagi pembuat kebijakan dan pengelola program untuk mengetahui kebutuhan kontrasepsi bagi yang belum menggunakan tapi berkeinginan untuk menjarangkan dan membatasi kelahiran.

Pengetahuan dan Pemakaian Kontrasepsi

Pengetahuan tentang metode kontrasepsi di Indonesia telah lama diketahui oleh seluruh masyarakat. Di tahun 2002-2003, 99 persen wanita berstatus kawin dan 96 persen pria berstatus kawin mengetahui paling sedikit satu alat kontrasepsi modern. Suntik dan pil adalah metode yang paling banyak diketahui (masing-masing 97 persen dan 96 persen oleh wanita kawin), diikuti oleh IUD dan susuk KB (87 persen).

Enam puluh persen wanita kawin saat ini memakai kontrasepsi,

naik dari 57 persen di tahun 1997.

Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini

Enam puluh persen wanita berstatus kawin saat ini me-makai kontrasepsi; 57 persen memakai cara KB modern dan 4 persen memakai cara tradisional. Persentase wanita memakai kontrasepsi telah meningkat dari 50 persen di tahun 1991 dan 57 persen di tahun 1997.

Dewasa ini, alat/cara KB yang paling banyak dipakai adalah suntikan (28 persen), pil ( 13 persen), dan IUD (6 persen). Di tahun 1997, 21 persen wanita menggunakan suntikan, 15 persen menggunakan pil, dan 8 persen menggunakan IUD. Pemakaian kontrasepsi meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan. Empat puluh tujuh persen wanita berstatus kawin yang tidak sekolah memakai alat/cara KB, sedangkan untuk wanita berpendidikan SLTP ke atas adalah 64 persen.

Pemakaian kontrasepsi juga bervariasi menurut propinsi. Lebih dari 65 persen wanita kawin di DI Yogyakarta, Su-lawesi Utara, Bengkulu, Jawa Timur, dan Bangka Belitung saat ini sedang memakai kontrasepsi. Sebaliknya, di Nusa Tenggara Timur, hanya sebesar 35 persen.

Tren Beberapa Metode Kontrasepsi yang Sedang Dipakai, 1991-2003

1513

12

17

10

1515

8

21

13

6

28

Catatan: SDKI 2002-2003 tidak mencakup Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. SDKI sebelumnya mencakup Timor Timur.

SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-2003

Pil IUD Suntikan

Page 9: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Kualitas Pemakaian

Pengelola program perlu mengetahui bukan hanya metode apa yang sedang dipakai, tetapi juga perlu mengetahui apakah metode kontrasepsi yang paling banyak dipakai sudah digunakan secara benar. Sembilan puluh lima persen pemakai suntikan KB satu bulan menerima suntikan empat minggu sebelum wawancara dan 98 persen pemakai suntikan KB tiga bulan menerima suntikan tiga bulan sebelumnya. Sembilan puluh persen pemakai pil dapat menunjukkan kemasan kepada pewawancara, 83 persen dari wanita ini minum pil secara teratur, dan 87 persen wanita minum pil kurang dari dua hari sebelum survei berlangsung. Sumber Alat/Cara Keluarga Berencana

Pemakai kontrasepsi modern lebih cenderung memanfaatkan jasa pelayanan sektor swasta daripada pe-merintah. Pemanfaatan sumber pelayanan sektor swasta meningkat dari 42 persen di tahun 1997 menjadi 63 persen di tahun 2002-2003, sementara pemanfaatan sumber pelayanan pemerintah menurun dari 43 persen menjadi 28 persen pada periode yang sama. Tingkat Putus Pakai

Secara umum, 21 persen wanita berhenti memakai alat/cara KB dalam waktu 12 bulan sejak mulai me-makai. Tingkat putus pakai selama satu tahun yang tertinggi untuk pemakaian metode KB modern adalah kondom (39 persen), pil (32 persen), dan suntikan (18 persen). Proporsi tertinggi pengguna kontrasepsi yang berhenti memakai karena hamil (kegagalan kontrasepsi) adalah pemakai KB senggama terputus dan kondom (masing-masing 6 dan 5 persen). Hal yang menarik untuk dicatat bahwa tingkat putus pakai untuk kondom dan pil tetap tinggi, angka un-tuk suntikan dan IUD tetap turun perlahan sejak 1994.

Halaman 7

Keinginan untuk Memakai Kontrasepsi

Empat puluh tiga persen wanita berstatus kawin yang tidak me-makai kontrasepsi berkeinginan untuk memakai alat/cara KB di masa mendatang. Lebih dari separo (56 persen) wanita ini ingin menggunakan suntikan. Sembilan persen pria berstatus kawin yang tidak memakai kontrasepsi berkeinginan untuk mengguna-kan suatu metode KB, dan separo dari mereka ingin memakai kondom. Alasan Tidak Memakai Kontrasepsi

Di antara wanita yang tidak berkeinginan untuk memakai alat/cara KB, faktor-faktor yang berkaitan dengan fertilitas merupakan alasan yang sering disebutkan untuk tidak menggunakan kon-trasepsi, diikuti oleh alasan yang berhubungan dengan alat/cara KB (masing-masing 58 persen dan 26 persen). Sebanyak 24 per-sen laki-laki yang tidak berkeinginan menggunakan alat/cara KB di masa datang mengemukakan alasan yang berkaitan dengan alat/cara KB.

Page 10: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 8

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KESEHATAN ANAK SDKI 2002-2003 mengukur seberapa jauh wanita mendapatkan perawatan kesehatan selama kehamilan, saat persalinan, dan selama masa nifas. Untuk anak, vaksinasi melawan enam penyakit berat yang dapat dicegah, bersamaan dengan pemeriksaan dini dan pengo-batan terhadap penyakit yang umum pada anak-anak, dapat mencegah proporsi kematian anak yang cukup tinggi. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan sudah merata di Indonesia, 92 persen ibu yang melahirkan dalam lima tahun terakhir menerima paling sedikit satu kali pemeriksaan kehami-lan dari tenaga kesehatan. Delapan puluh satu persen ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak empat kali atau lebih, seperti yang direkomendasikan oleh pro-gram kesehatan ibu di Indonesia. Tujuh puluh dua per-sen melakukan paling sedikit satu kali kunjungan pe-meriksaan kehamilan dalam trimester pertama, cakupan ini dibawah target cakupan program kesehatan ibu (90 persen).

Separo ibu menerima dua atau lebih suntikan tetanus selama kehamilan terakhir mereka. Namun angka ini cukup bervariasi menurut propinsi. Ibu di Sulawesi Utara, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur umumnya menerima dua kali atau lebih suntikan (masing-masing 71 persen, 67 persen, dan 64 persen). Sebaliknya, hanya 21 persen ibu di Sumatera Utara menerima suntikan tetanus sebanyak dua kali atau le-bih. Pemberian tambahan zat besi merupakan komponen penting pada pemeriksaan kehamilan. Di tahun 2002-2003, 78 persen wanita yang memeriksakan kehamilan menerima tablet zat besi, turun dari 83 persen di tahun 1977. Tiga dari sepuluh wanita ini selama kehamilan mengkonsumsi 90 tablet atau lebih sesuai dengan anjuran program kesehatan ibu.

Penolong Persalinan

Meskipun proporsi wanita yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan dari tenaga kesehatan besar, enam diantara 10 kelahiran bayi di Indone-sia masih dilahirkan di rumah. Persalinan di rumah di daerah perdesaan hampir dua kali lipat daripada di daerah perkotaan (masing-masing 76 persen dan 40 persen). Ibu yang tidak sekolah tiga kali lebih besar kemungkinannya untuk bersalin di rumah dibandingkan dengan ibu yang berpen-didikan SLTP ke atas (masing-masing 89 dan 27 persen). Dua per tiga kelahiran lima tahun sebelum survei, ditolong oleh tenaga kesehatan, baik dokter atau bidan. Telah terjadi kenaikan yang sangat men-colok pada proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga ahli kesehatan. Di tahun 2002-2003, 55 per-sen persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, sementara di tahun 1991, 32 persen persalinan di-tolong oleh dokter dan bidan.

Tren Penolong Persalinan,Indonesia, 1991-2003

3237

43

666460

54

32

Dokter atau bidan

Dukun

SDKI SDKI SDKI SDKI 1991 1994 1997 2002-2003

Page 11: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 9

Persalinan di daerah perkotaan lebih cenderung ditolong oleh tenaga medis daripada persalinan di perde-saan (masing-masing 79 persen dan 55 persen). Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga medis ber-variasi antar propinsi, dari 94 persen di DKI Jakarta sampai 55 persen di Nusa Tenggara Timur dan Su-lawesi Tenggara. Dukun tetap memainkan peran yang penting dalam menolong persalinan di Gorontalo (51 persen) dan di Jawa Barat (50 persen). Hanya 4 persen kelahiran dilaporkan sebagai kelahiran dengan bedah caesar. Pemeriksaan Masa Nifas

Di antara wanita yang tidak melahirkan di fasilitas kesehatan, delapan dari sepuluh wanita mendapat perawatan selama masa nifas. Enam puluh dua persen mendapat perawatan dalam 2 hari setelah per-salinan dan 13 persen dalam 3-6 hari setelah persalinan.

Imunisasi Anak

Lebih dari separo anak umur 12-23 bulan (52 persen) telah diimunisasi lengkap, dimana mereka telah mene-rima imunisasi melawan TBC; tiga dosis untuk dipteria, pertusis dan tetanus; tiga dosis untuk polio; dan cam-pak. Selain itu, 45 persen anak-anak menerima tiga dosis vaksinasi untuk hepatitis B. Anak laki-laki (51 persen) hampir sama seperti anak perempuan (52 persen) telah diimunisasi lengkap. Na-mun, cakupan vaksinasi berbeda nyata menurut karak-teristik lainnya. Urutan kelahiran yang tinggi, ke enam atau lebih, sangat sedikit yang diimunisasi lengkap di-banding kelahiran pertama (masing-masing 17 persen dan 59 persen). Anak dari ibu yang tidak sekolah san-gat sedikit yang menerima semua vaksinasi (16 persen) daripada anak dari ibu yang berpendidikan SMTP ke atas (69 persen). Anak dari rumah tangga yang tinggal di perkotaan lebih banyak yang mendapatkan imu-nisasi lengkap daripada anak dari rumah tangga yang tinggal di perdesaan (masing-masing 56 persen dan 47 persen). Lebih dari 80 persen anak di DI Yogyakarta dan Bali telah menerima imunisasi lengkap dibandingkan den-gan kurang dari 40 persen anak di Banten, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat.

69

56

45

31

16

47

56

Tamat SMTP+

Tidak tamat SMTP

Tamat SD

Tidak tamat SD

Tidak sekolah

Desa

Kota

Anak Berumur 12-23 Bulan yang Diimunisasi Lengkap menurut Karakteristik Latar Belakang Ibu

Page 12: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 10

Asupan Mikronutrien

Sekitar dua dari tiga anak umur 6-59 bulan mengkonsumsi buah dan sayuran yang kaya dengan vitamin A selama tujuh hari se-belum wawancara. Makanan ini termasuk: labu, wortel, ubi merah, sayuran hijau, mangga, pepaya, serta buah dan sayuran lain yang mengandung banyak vitamin A. Enam puluh empat persen anak umur 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A dalam enam bulan terakhir sebelum survei.1 Anak-anak di DI Yogyakarta adalah yang paling banyak mengkonsumsi kapsul vitamin A (81 persen anak berumur 6-59 bulan), sementara anak-anak di Sumatera Utara yang terendah (45 persen). Empat puluh tiga persen ibu menerima satu dosis kapsul vita-min A dalam dua bulan setelah melahirkan. Wanita perkotaan lebih banyak yang menerima kapsul vitamin A selama masa ni-fas (48 persen) daripada wanita perdesaan (38 persen). Persen-taase ibu yang menerima vitamin A selama masa nifas bervariasi menurut propinsi. Antara 55 dan 60 persen ibu menerima kapsul vitamin A di Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Gorontalo. Na-mun, kurang dari 30 persen ibu di Lampung, Sumatera Utara dan Bangka yang menerima kapsul vitamin A.

Pemberian Air Susu Ibu

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF merekomendasikan bahwa selama enam bulan sejak lahir, anak harus disusui secara ekskusif, dan sejak umur tujuh bu-lan mereka harus diberi makanan pendamping padat atau lunak disamping diberi air susu ibu. Reko-mendasi ini sudah diterapkan oleh Pemerintah Indonesia. Pola pemberian makanan mem-punyai efek yang penting bagi anak dan juga ibu. Pemberian makanan yang benar adalah dasar yang penting untuk kelangsungan hidup anak, pertumbuhan, perkemba-ngan, kesehatan dan gizi bayi dan anak. Gizi yang buruk membuat anak-anak mudah terkena risiko sakit dan kematian. Pemberian air susu ibu juga mem-pengaruhi ibu melalui tekanan phisikologis dalam pengembalian status kesuburan, dengan demikian mempengaruhi panjang selang antar kelahiran. Pemberian air susu ibu hampir menyeluruh di Indonesia; 96 persen anak disusui ibunya. Namun, hanya 27 persen anak dibawah umur lima tahun disusui dalam waktu 24 jam sejak lahir. Hanya 14 persen anak umur 4-5 bulan disusui secara eksklusif, seperti anjuran Pemerintah Indone-sia. Tiga dari empat anak umur 6-9 bulan diberi makanan pendamping selain ASI, seperti yang dianjurkan.

1 Kapsul vitamin A juga telah diberikan pada saat Pekan Imunisasi Nasional di beberapa propinsi tertentu pada tahun 2002.

Page 13: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 11

KEMATIAN DAN KESAKITAN Mengidentifikasi kelompok penduduk yang mempunyai risiko kematian dan terkena penyakit yang tinggi dapat membantu usaha untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak dan penduduk dewasa serta menurunkan peluang seseorang akan risiko tersebut.

Kematian Bayi dan Anak

Kematian bayi telah turun sebesar 41 persen selama lima belas tahun terakhir, dari 59 kematian per 1.000 kelahiran di periode 1988-1992 menjadi 35 kematian per 1000 kelahiran pada periode 1998-2002. Secara umum, anak yang lahir dari ibu yang tinggal di daerah perkotaan mempunyai angka mortalitas yang lebih rendah daripada yang lahir dari ibu di perde-saan. Sebagai contoh, angka kematian bayi di daerah perkotaan adalah lebih dari separo kematian bayi di daerah perdesaan (32 per 1.000 kelahiran berbanding 52 per 1.000 kelahiran). Kematian anak-anak juga berbeda nyata menurut pro-pinsi. Sebagai contoh, angka kematian di bawah lima tahun (balita) adalah tinggi di Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara (masing-masing 103, 97, dan 92 kematian per 1.000 kelahiran). Bali mempunyai angka kematian balita terendah (19 kema-tian per 1.000 kelahiran).

Perbedaan Angka Kematian Anak menurut karakteristik Demografi

Angka kematian anak-anak menurun tajam se-jalan dengan meningkatnya selang kelahiran; angka kematian bayi pada anak yang lahir kurang dari dua tahun setelah kelahiran sebelumnya adalah lebih dari dua kali lipat tingginya daripada anak yang lahir dengan selang kelahiran dua ta-hun atau lebih (102 berbanding dengan 47 kema-tian per 1.000 kelahiran).

Angka kematian bayi untuk anak yang lahir kurang dari dua tahun setelah

kelahiran sebelumnya adalah dua kali lipat tingginya dari anak yang lahir dengan selang kelahiran dua tahun atau lebih.

Tren Kematian Bayi dan Balita,1994-2003

57

46

35

81

58

46

SDKI SDKI SDKI 1994 1997 2002-2003

Kematian bayi

Kematian balita

Kematian per 1.000 kelahiran hidup

Bagaimana Karakteristik DemografiMempengaruhi Angka Kematian Bayi?

89

55

37

36

31

30

102

47

0 20 40 60 80 100 120

7+

4-6

2-3

1

Urutan kelahiran

4+ tahun

3 tahun

2 tahun

<2 tahun

sebelumnya

Selang kelahiran

Kematian per 1.000 kelahiran hidup

Page 14: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 12

Umur ibu saat persalinan juga mempengaruhi kelangsungan hidup anak. Kematian bayi pada anak yang dilahirkan oleh ibu yang masih muda (umur 15-19) adalah 53 kematian per 1.000 kelahiran. Untuk wanita yang melahirkan pada umur 20-29 dan 30-39, angka kematian adalah 39 dan 46 kematian per 1.000 kelahi-ran, kemudian meningkat lagi menjadi 50 kematian per 1.000 kelahiran untuk wanita yang melahirkan pada usia 40-49 tahun. Kematian Ibu

Diperkirakan bahwa selama periode 1998-2002, ada 307 kematian ibu per 100.000 kelahiran. Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian yang terjadi selama kehamilan, persalinan, atau dua bulan setelah kelahi-ran atau berakhirnya kehamilan.

SDKI 1994 menunjukkan angka kematian ibu adalah 390 kematian per 100.000 kelahiran. Karena angka kematian ibu dipengaruhi oleh kesalahan sampling yang tinggi dan selang kepercayaan yang besar, maka tidak mungkin menyimpulkan bahwa telah terjadi penurunan pada angka kematian ibu selama 10-15 ta-hun terakhir. Penyakit Anak-anak

Keterangan mengenai penyakit anak-anak selama dua minggu sebelum survei dikumpulkan dari anak-anak berumur di bawah lima tahun. Delapan persen anak umur di bawah lima tahun mempunyai gejala infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)-batuk disertai nafas yang cepat dan pendek, dan 24 persen anak sakit panas dalam dua minggu sebelum survei. Pengobatan didapat dari fasilitas kesehatan atau petugas kesehatan untuk 57 persen anak den-gan gejala ISPA dan atau panas. Empat puluh tujuh persen anak yang sakit panas hanya diberi acetaminophen atau paracetamol, sementara kurang dari 1 persen anak diberi obat anti ma-laria.

Selama dua minggu sebelum survei, 11 persen anak di bawah lima tahun menderita diare. Dari seluruh respon-den, 92 persen ibu tahu mengenai ke-masan garam oralit, namun, hanya 36 persen anak yang diare diobati dengan garam oralit. Persentase ini lebih ren-dah daripada tahun 1997 (48 persen). Separo lebih dari anak yang menderita diare dibawa ke fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan. Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Pengetahuan tentang AIDS sangat rendah di Indonesia. Hanya 59 persen wanita berstatus pernah kawin dan 73 persen pria berstatus kawin mengatakan pernah mendengar tentang AIDS. Hanya 34 persen wanita berstatus pernah kawin dan 54 persen pria berstatus kawin mengatakan ada suatu cara untuk menghin-dari AIDS.

Pengetahuan tentang tiga cara utama untuk mengurangi penularan HIV: puasa ‘kumpul’, membatasi jum-lah pasangan kumpul, dan penggunaan kondom masih sangat rendah. Ketika ditanya cara menghindari AIDS, satu persen wanita dan pria mengatakan puasa ‘kumpul’, 6 persen wanita dan 10 persen pria men-gatakan membatasi jumlah pasangan kumpul, dan 5 persen wanita dan 13 persen pria mengatakan meng-gunakan kondom. Enam belas persen wanita dan 41 persen pria mengatakan menghindari hubungan seks dengan pelacur sebagai suatu cara untuk menghindari terkena AIDS.

Page 15: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 13

PARTISIPASI BAPAK DALAM PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA Pria berstatus kawin yang telah memiliki paling sedikit satu anak sejak tahun 1997 ditanya tentang beberapa hal mengenai perawatan kesehatan anak terakhir mereka. Kebijakan baru yang dibuat Pemerintah Indonesia adalah mengikutsertakan pria dalam perawatan kese-hatan istri dan anak mereka.

Kontak dengan Tenaga Kesehatan

Hanya empat dari sepuluh bapak melakukan kontak dengan petugas kesehatan selama kehamilan istri mereka. Bapak yang berumur tigapuluhan dan tinggal di daerah perkotaan lebih banyak yang berinteraksi dengan petugas kesehatan. Nusa Tenggara Timur menunjukkan kontak yang paling jarang antara bapak dengan petugas kesehatan, sementara Bali menunjukkan sebaliknya. Sebagai contoh,di Nusa Teng-gara Timur, hanya 12 persen bapak mengadakan interaksi dengan petugas kesehatan, di Bali hampir semua bapak me-lakukannya. Perawatan selama Kehamilan, Persalinan, dan Masa Nifas

Untuk 87 persen kelahiran, suami menyatakan bahwa istri mendapatkan nasihat atau perawatan selama hamil. Dari 77 persen kelahiran, istri mendapat perawatan selama per-salinan, dan 71 persen mendapat perawatan selama masa ni-fas. Persiapan Persalinan

Secara keseluruhan, 77 persen bapak mendiskusikan persiapan kelahiran anak mereka, seperti tempat un-tuk melahirkan, transportasi yang digunakan ke tempat persalinan, siapa yang akan membantu per-salinan, biaya persalinan, dan donor darah, jika diperlukan. Sembilan puluh persen atau lebih bapak di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, dan Bali mendiskusikan persiapan kelahiran anak mereka. Sebaliknya, bapak di Lampung dan Kalimantan Barat adalah yang paling sedikit mendiskusikan persiapan persalinan (masing-masing 55 dan 59 persen). Pengetahuan tentang Imunisasi Anak

Mayoritas bapak mengetahui bahwa anaknya sudah diimunisasi untuk penyakit tertentu. Enam puluh empat persen menyatakan bahwa anak mereka telah diimunisasi campak, sementara 82 persen menyata-kan bahwa anak mereka telah diimunisasi polio. Secara umum, pengetahuan tentang imunisasi tertinggi adalah diantara bapak berumur 30-39 tahun, bapak yang tinggal di perkotaan, dan bapak yang berpen-didikan. Pengetahuan tentang imunisasi BCG adalah sebesar 49 persen untuk bapak yang tidak sekolah dan 89 persen diantara bapak dengan pendidikan SLTP ke atas.

Page 16: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 14

RINGKASAN DAN REKOMENDASI

Fertilitas dan Keluarga Berencana Angka fertilitas total telah turun perlahan dari 3,0 anak per wanita di tahun 1991 menjadi 2,6 anak per wanita di tahun 2002-2003. Pada saat yang sama, penggunaan kontrasepsi telah meningkat dari 50 per-sen menjadi 60 persen selama periode yang sama. Kebutuhan akan kontrasepsi juga meningkat. Meskipun tren ini umumnya positif, perubahan pada indikator ini lambat dari yang diharapkan. Se-cara umum, ketergantungan pada dua jenis kontrasepsi (suntikan dan pil) terlalu tinggi hampir lebih dari dua per tiga dari seluruh penggunaan kontrasepsi. Memperkenalkan dan mensosialisasikan me-tode kontrasepsi alternatif yang tersedia secara luas mungkin dapat meningkatkan penggunaannya, selain itu juga memberikan pilihan yang lebih banyak dalam rangka memenuhi kebutuhan wanita. Tujuh puluh sembilan persen wanita dengan tiga anak tidak ingin memiliki anak lagi oleh karena itu penekanan program perlu diarahkan ke promosi metode kontrasepsi permanen seperti sterilisasi wanita (hanya digunakan oleh 4 persen wanita berstatus kawin) dan sterilisasi pria (hanya dilakukan oleh 0,4 persen pria dari wanita berstatus kawin) dan metode jangka panjang seperti susuk (4 persen) dan IUD (6 persen). Peran pemerintah dalam penyediaan kontrasepsi menurun sejak tahun 1991. Pada saat yang sama, peran bidan meningkat, terutama sebagai sumber kontrasepsi suntikan dan pil. Peran sektor swasta harus didukung untuk meneruskan perannya dalam penyediaan alat/cara KB hormonal, sebaliknya, pemerintah harus mengambil peran yang aktif dalam mempromosikan metode kontrasepsi permanen seperti sterilisasi wanita dan pria. Perlu adanya perhatian yang khusus pada bimbingan paska persalinan untuk perawatan kesehatan ibu setelah melahirkan dan kebutuhan keluarga berencana di masa mendatang, terutama pada wanita yang tidak melahirkan di fasilitas kesehatan. Karena pemeriksaan kehamilan sudah meluas, maka pada saat itu wanita dapat diberi penyuluhan mengenai keluarga berencana setelah melahirkan.

Kematian Anak-anak Secara umum, selang kelahiran di Indonesia sangat panjang. Separo dari seluruh anak kedua atau uru-tan selanjutnya, lahir empat tahun atau lebih setelah kelahiran anak sebelumya. Namun demikian, di antara anak-anak yang lahir kurang dari dua tahun setelah kelahiran kakaknya, angka kematian di masa anak-anak sangat tinggi. Angka kematian anak-anak ini dua kali lipat dari mereka yang lahir setelah selang kelahiran paling sedikit dua tahun. Umur ibu saat melahirkan juga merupakan faktor yang penting dalam kematian anak. Anak yang dila-hirkan dari ibu yang masih sangat muda mempunyai angka mortalitas yang lebih tinggi daripada anak yang lahir dari ibu yang lebih tua. Antara SDKI 1991 dan SDKI 2002-2003, melahirkan pada usia remaja mengalami penurunan yang sedang. Usaha mencegah kelahiran pada usia remaja harus diteruskan.

Page 17: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 15

Kesehatan Reproduksi Walaupun proporsi wanita yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan cukup tinggi, penolong persalinan masih merupakan masalah. Proporsi wanita yang melahirkan di rumah masih sangat tinggi, terutama di daerah perdesaan (76 persen). Di beberapa propinsi, lebih dari 90 per-sen kelahiran terjadi di rumah (Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Selatan). Sejak tahun 1991 telah terjadi peningkatan yang besar dalam proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Di tahun 2002-2003, dua per tiga kelahiran ditolong oleh tenaga kese-hatan, dibandingkan dengan kurang dari separo di tahun 1991. Namun, ketergantungan kepada dukun masih sangat tinggi, terutama di propinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Jawa Barat. Peran tenaga kesehatan terlatih dalam pertolongan kelahiran harus terus ditingkatkan, ter-utama di daerah perdesaan. Rendahnya cakupan pelayanan kesehatan ibu mempengaruhi kematian anak. Secara umum, propinsi dengan proporsi kelahiran di rumah yang tertinggi dan proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yang terendah juga mempunyai angka kematian anak tertinggi. Pelayanan kesehatan reproduksi di propinsi tersebut perlu ditingkatkan.

Kesehatan Anak Secara nasional, angka imunisasi masih sangat rendah; lebih dari separo anak umur 12-23 bulan belum diimunisasi secara lengkap. Dana yang besar perlu dialokasikan untuk mendukung kampanye imu-nisasi, terutama di propinsi-propinsi daerah perdesaan. Meskipun pengetahuan tentang paket garam oralit sangat tinggi, hanya sekitar sepertiga anak yang menderita diare diobati dengan garam oralit. Kurang lebih dua per tiga anak yang menderita diare ti-dak diberi terapi gula-garam dalam bentuk apapun. Ibu diharapkan waspada, jika anaknya diare maka perlu terapi gula garam dalam bentuk paket garam oralit, buatan sendiri, atau tambahan cairan . Meskipun pemberian ASI hampir menyeluruh, hanya 14 persen anak umur 4-5 bulan yang disusui se-cara eksklusif seperti yang dianjurkan oleh WHO, UNICEF, dan Pemerintah Indonesia.

HIV/AIDS Secara nasional, pengetahuan tentang HIV/AIDS dan tiga cara penting untuk mencegah AIDS masih sangat rendah, bahkan di perkotaan sekalipun. Kampanye pendidikan harus ditujukan pada kepe-dulian AIDS dan masalah pencegahannya, seperti puasa “kumpul”, setia pada satu pasangan, dan penggunaan kondom, demi untuk menjaga prevalensi HIV tetap rendah.

Page 18: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Halaman 16

Sumatera Sumatera Sumatera Bangka DKI Jawa

Indonesia Utara Barat Riau Jambi Selatan Bengkulu Lampung Belitung Jakarta Barat

Fertilitas Kelahiran per wanita umur 15-49 tahun

Angka Kelahiran Total 2,6 3,0 3,2 3,2 2,7 2,3 3,0 2,7 2,4 2,2 2,8

Angka KelahiranTotal yang Diinginkan 2,2 2,6 2,9 2,7 2,4 2,0 2,5 2,0 2,1 2,0 2,4

Median Selang Kelahiran (Bulan) 54 39 42 46 53 51 54 52 57 53 62

Kematian Anak Kematian per 1.000 kelahiran hidup dalam 10 tahun sebelum survei

Angka Kematian Neonatal 20 24 28 26 14 19 27 24 28 18 25

Angka Kematian Bayi 35 42 48 43 41 30 53 55 43 35 44

Angka Kematian di Bawah 5 Tahun 46 57 59 60 51 49 68 64 47 41 50

Kesehatan Reproduksi Persentase wanita dengan kelahiran hidup dalam 5 tahun sebelum survei

Pemeriksaan Kehamilan oleh Petugas Kesehatan 92 86 99 90 82 94 92 93 89 99 94

Wanita yang memperoleh Imunisasi Tetanus

2 kali atau lebih 51 21 51 45 41 52 62 45 45 49 54

Persalinan di Fasilitas Kesehatan 40 33 59 37 37 38 13 42 33 89 29

Persalinan dengan Tenaga Medis 66 80 80 74 71 76 69 62 67 94 49

Keluarga Berencana Persentase wanita yang berstatus kawin umur 15-49 Tahun

Wanita yang Mengetahui Suatu Cara/Alat KB 99 95 97 99 99 100 100 100 98 100 100

Wanita yang Memakai Suatu Cara/Alat KB 60 53 53 58 59 61 68 61 65 63 59

Wanita yang Memakai Suatu Cara/Alat KB Modern 57 43 46 56 58 59 64 59 63 57 58

Wanita yang Sedang Memakai

Suntikan 28 16 22 30 29 30 30 31 27 28 33

Pil 13 13 9 18 15 10 13 14 27 13 16

IUD 6 3 6 3 5 2 6 4 2 10 4

Susuk 4 3 5 3 8 11 9 8 4 1 2

Sterilisasi Wanita 4 6 4 1 1 5 4 2 2 3 2

Cara Tradisional 4 9 7 2 1 3 4 3 2 6 2

Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi 9 13 12 10 6 7 8 7 6 7 10

Kesehatan Anak Anak-anak umur 12-23 Bulan yang Mendapat Imunisasi

Lengkap (BCG, Campak, dan 3 kali suntikan Masing-

masing untuk DPT dan Polio) 52 37 59 57 51 51 69 46 65 67 41

Median Lamanya Pemberian ASI (Bulan) 22 19 22 23 22 22 21 20 23 14 24

Ibu yang Menerima Vitamin A Setelah Melahirkan 43 29 41 45 52 39 34 26 29 52 42

Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima

Tambahan Vitamin A 64 45 59 66 71 69 74 56 64 52 65

HIV/AIDS Wanita yang Pernah Mendengar AIDS 59 59 68 67 46 49 60 54 65 90 63

Pria yang Pernah Mendengar AIDS 73 75 75 80 81 64 68 74 89 96 70

Wanita yang Mengetahui 2 atau 3 Cara yang Penting

untuk Menghindari AIDS 21 21 24 23 13 16 23 19 15 42 16

INDIKATOR KUNCI MENURUT PROPINSI

Page 19: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Nusa Nusa Kali- Kali- Kali- Kali- Sula- Sula- Sula- Sula-

Jawa DI Jawa Tenggara Tenggara mantan mantan mantan mantan wesi wesi wesi wesi Goron-

Tengah Yogyakarta Timur Banten Bali Barat Timur Barat Tengah Selatan Timur Utara Tengah Selatan Tenggara talo

2,1 1,9 2,1 2,6 2,1 2,4 4,1 2,9 3,2 3,0 2,8 2,6 3,2 2,6 3,6 2,8

1,8 1,5 1,8 2,3 1,9 2,1 3,5 2,4 3,0 2,6 2,2 2,2 2,5 2,2 3,1 2,3

64 61 69 59 58 55 38 50 56 61 52 52 44 39 40 45

19 17 28 16 9 24 31 24 22 23 20 16 24 12 36 24

36 20 43 38 14 74 59 47 40 45 42 25 52 47 67 77

44 23 52 56 19 103 73 63 47 57 50 33 71 72 92 97

96 99 91 86 98 91 88 83 67 89 91 97 82 94 85 88

62 67 52 46 56 49 64 56 40 53 58 71 56 47 54 45

41 71 61 42 85 27 13 25 3 9 45 49 17 35 6 15

67 85 81 63 88 50 36 64 46 57 79 86 54 62 42 49

99 100 99 98 99 100 90 98 100 100 99 99 98 96 95 99

65 76 67 59 61 54 35 58 64 58 56 70 55 49 49 52

62 63 63 57 59 53 28 56 63 56 52 66 50 42 41 48

33 23 27 35 22 29 15 31 26 23 22 24 17 23 22 16

9 8 13 11 3 11 3 16 33 27 20 20 19 14 11 17

6 19 11 5 26 4 5 3 1 1 6 12 5 1 1 6

7 3 5 3 1 7 2 5 2 3 1 8 6 3 5 9

5 6 6 2 5 2 2 1 <1 2 3 2 3 2 2 1

3 13 4 1 2 1 7 2 1 1 4 4 5 7 8 4

7 5 6 10 7 16 17 10 7 9 7 4 10 12 13 11

64 84 64 25 80 43 63 38 49 52 67 69 67 44 53 57

25 22 23 25 22 22 21 33 24 26 21 18 21 17 24 25

38 49 59 34 35 42 45 38 37 36 55 51 32 42 45 55

71 81 70 57 68 74 66 66 48 71 65 76 54 65 68 70

53 76 60 54 50 35 31 52 71 59 78 74 55 46 43 49

73 84 70 74 79 61 48 71 82 74 87 90 69 73 58 29

20 41 26 18 22 11 9 16 50 23 29 20 11 14 13 12

Page 20: Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Ringkasan Hasildemografi.bps.go.id/phpFileTree/sdki/BahanAjarSDKI2007/Lainnya... · SDKI 2002-2003 menggunakan tiga kuesioner: Daftar Rumah

Badan Pusat Statistik Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Departemen Kesehatan MEASURE / DHS +