snapshot sdki 2012 disajikan oleh imron a hakim dan dani saputra

41
Temuan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Snapshot Indikator Kesehatan Reproduksi: Sumatera Selatan Disajikan oleh Imron A Hakim, peneliti Pusat Penelitian Sosial Budaya dan Kependudukan (PPSBK)/Dosen FKIP Universitas Sriwijaya dan Dani Saputra, Peneliti Kanwil BKKBN Provinsi Sumatera Selatan di Hotel Bumi Asih Palembang, 30 Desember 2013

Upload: universitas-sriwijaya

Post on 30-Jun-2015

7.473 views

Category:

Health & Medicine


8 download

DESCRIPTION

Data temuan hasl Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Temuan dari Survei Demografi dan KesehatanIndonesia (SDKI) 2012

Snapshot Indikator Kesehatan Reproduksi: Sumatera Selatan

Disajikan oleh Imron A Hakim, peneliti Pusat Penelitian Sosial Budaya dan

Kependudukan (PPSBK)/Dosen FKIP Universitas Sriwijaya dan Dani Saputra, Peneliti

Kanwil BKKBN Provinsi Sumatera Selatan di Hotel Bumi Asih Palembang,

30 Desember 2013

Page 2: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Snapshot Berbagai Indikator Kesehatan Reproduksi:

Sumatera Selatan

Temuan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)Jakarta, Indonesia

ICF Macro

Page 3: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra
Page 4: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

Tujuan utama dari SDKI tahun 2012 adalah untuk memberikan informasi rinci tentang kependudukan, keluarga berencana, dankesehatan bagi para pembuat kebijakan dan pengelola program. SDKI Tahun 2012 adalah survei yang ketujuh dan merupakan bagiandari proyek Survei Demografi dan Kesehatan Internasional.

Survei ini mengumpulkan informasi mengenai latar belakang sosial ekonomi responden; tren angka fertilitas, pola dan statusperkawinan; pengetahuan dan penggunaan metode kontrasepsi; keinginan mempunyai anak, kematian bayi, anak dan ibu; kesehatanibu, pengetahuan tentang HIV dan AIDS dan penyakit menular seksual lainnya. Siapa yang berpartispasi dalam survei?

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 adalah sebuah survei bersifat nasional mencakup 43.852 rumah tangga,45.607 wanita pernah kawin berusia 15-49, dan 9.306 pria berstatus kawin berusia 15-54. Survei ini menyajikan hasil yangrepresentatif untuk tingkat nasional dan provinsi, juga tingkat perkotaan dan perdesaan di Indonesia.

Publikasi ini memfokuskan pada data Provinsi Sumatera Selatan, dengan jumlah sample 1.335 wanita pernah kawin dan 293 priaberstatus kawin usia 15-54 tahun.

Jambi

South Sumatera

Riau

Lampung

Bengkulu

West Sumatera

BantenWest Java

Bangka Belitung

Jakarta

Riau Islands

0 50 10025 Kilometers

J a v a S e a

I n d i a n O c e a n

K a r i ma t a S t r a i t

N

Page 5: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Fertilitas

Page 6: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

2.1

2.3

2.3

2.5

2.3

2.8

2.2

2.5

3.1

2.8

2.6

2.6

2.6

2.3

2.7

2.6

2.5

2.8

2.5

2.9

2.6

2.8

2.8

2.8

3.0

3.1

3.6

3.5

3

3.3

3.2

2.6

3.7

3.2

DI Yogyakarta

DKI Jakarta

Jawa Timur

Jawa Tengah

Bali

Sumatera Selatan

Bengkulu

Jawa Barat

Kalimantan Barat

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Selatan

Gorontalo

Jambi

Lampung

Bangka Belitung

Banten

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Riau

Kepulauan Riau

Nusa Tenggara Barat

Nanggro Aceh Darussalam

Papua Barat

Sumatera Barat

Sulawesi Tenggara

Maluku Utara

Sulawesi Barat

Papua

Sulawesi Tengah

Sumatera Utara

Nusa Tenggara Timur

Maluku

Indonesia

• Seorang wanita di Indonesia rata-rata akan melahirkan 2,6 anakselama hidupnya.

• Angka Fertilitas bervariasi menurutprovinsi, dari yang tertinggi diPapua Barat, yaitu 3,7 anak perwanita hingga yang terendah di DIY,2,1 anak per wanita.

• Angka kelahiran total (TFR) diProvinsi Sumatera Selatan adalah2,8 lebih tinggi dibandingkan TFRnasional.

Angka Fertilitas Total (TFR) menurut Provinsi, 2012

Page 7: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Tren Angka Fertilitas Total (TFR)

3.43

2.87

2.3

2.7 2.83.0 2.9 2.8

2.6 2.6 2.62.6*

SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002- 2003 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumatera Selatan Indonesia

• Angka fertilitas di Sumatera Selatan menunjukkan tren yang menurun dari 3,43 pada tahun 1991 menjadi 2,3 pada tahun 2002-2003 tetapi mengalami peningkatan kembali sejak SDKI 2007

• Sebagai perbandingan , secara nasional angka fertilitas total telah turun dari 3,0 anak per perempuan pada tahun 1991 tetapitetap stabil sejak 2002-2003

Tren Median Umur Kawin Pertama

• Setengah dari perempuan di Sumatera Selatan telah menikah pada usia 20 tahun, sebaliknya setengah dari semua wanita diIndonesia menikah pada usia 20,1 tahun. Rata-rata wanita di Sumatera Selatan menikah lebih awal dari perempuan di Indonesiasecara keseluruhan

• Di Sumatera Selatan usia rata-rata perkawinan pertama terus meningkat dari 17,9 pada tahun 1991 menjadi 20 pada tahun2012. Demikian pula usia rata-rata pada perkawinan pertama di Indonesia terus meningkat dari 18,3 pada tahun 1991 menjadi20,1 pada tahun 2012.

17.9

18.919.1 19.0

19.3

20

18.318.1

18.6

19.2

19.820.1

SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumatera Selatan Indonesia Total

Page 8: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Tren Rata-Rata Anak Lahir Hidup dan Jumlah Anak Ideal, Sumatera Selatan

• Di Sumatera Selatan, jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh wanita menikah adalah 2,8. Menariknya perempuan diSumatera Selatan ingin memiliki anak rata-rata 2,7 yang lebih rendah dari rata-rata jumlah anak yang lahir

• Jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh wanita menikah saat ini di Indonesia lebih rendah dari Sumatera Selatan. Secaranasional jumlah anak ideal adalah 2,7 sama dengan Sumatera Selatan sebesar 2,7 .

• Jumlah rata-rata anak yang dilahirkan di Sumatera Selatan menglami penurunan dari 3,1 pada tahun 1991 menjadi 2,8 padatahun 2012 .

3.1 3.12.9

2.3

2.72.8

3.5

3.2 3.2 3.23.1

2.7

SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

Rata-rata Anak Lahir Hidup Rata-rata Jumlah Anak Ideal

Page 9: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Keluarga Berencana

Page 10: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Pemakaian Alat/Cara KB menurut Provinsi, 2012

46

22

43

48

52

47

54

52

69

56

56

64

61

53

60

57

57

63

62

60

65

68

56

68

67

65

70

67

70

66

69

70

64

62

Maluku

Papua

Papua Barat

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Barat

Nanggroe Aceh Darussalam

Maluku Utara

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Utara

Sumatera Utara

Nusa Tenggara Barat

Banten

Riau

Kepulauan Riau

Kalimantan Timur

Sumatera Barat

DKI Jakarta

Gorontalo

Jawa Barat

Kalimantan Timur

Jawa Tengah

Kalimantan selatan

Sulawesi tengah

Sumatera Selatan

Jambi

Jawa Timur

DI Yogyakarta

Kalimantan Tengah

Bangka Belitung

Bali

Sulawesi Utara

Lampung

Bengkulu

Indonesia Total

Persentase wanita berstatus kawin yang menggunakan suatu alat/cara KB tertentu

• Kira-kira 6 dari 10 (61%) wanita kawinIndonesia menggunakan alat/cara KB.

• Variasi penggunaan KB berdasarkanpropinsi, dari yang tertinggi 70 % dariwanita kawin di Lampung, BangkaBelitung, dan DI Yogyakarta sampai yangterendah 22% dari wanita kawin diPapua.

• Di Sumatera Selatan 67,6 % dari wanitakawin menggunakan alat/cara KB. Inilebih tinggi dari pada rata-rata nasional.

Page 11: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Tren Pemakaian Alat/Cara KB, Sumatera Selatan

47.152.9

57.961

64.8 67.6

SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

• Penggunaan kontrasepsi di Sumatera Selatan pada umumnya meningkat sejak tahun 1991.

• Demikian pula, penggunaan kontrasepsi pada tingkat nasional telah meningkat dari 50% wanita kawin di tahun 1991 ke 62 %di tahun 2012.

Pemakaian Alat/Cara KB menurut Tempat Tinggal dan Pendidikan, Sumatera Selatan,2012

58.772

47.8

73.2 71.562.3

Perkotaan Pedesaan Tidak Sekolah / Tidak

tamat SD

Tamat SD Tidak tamat SMA SMA+

Tempat tinggal Pendidikan

• Wanita perkotaan lebih mungkin menggunakan kontrasepsi ketimbang wanita yang tinggal di daerah pedesaan.

• Penggunaan kontrasepsi meningkat seiring dengan bertambahnya pendidikan, naik sampai pendidikan dasar dan turun kembalipada wanita yang berpendidikan SMP ke atas.

• Kondisi serupa terlihat di tingkat nasional

Persentase Wanita Kawin yang menggunakan metode kontrasepsi

Persentase Wanita Kawin yang menggunakan metode kontrasepsi

Page 12: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Pemakaian Alat/Cara KB Masa Kini, Sumatera Selatan, 2012

64.4

9.5

44

5.62.7 1.6

4.8

Cara modern Pil Suntik Susuk KB Sterilisasi

wanita

IUD Cara

tradisional

• Suntik KB adalah metode kontrasepsi paling populer di Sumatera Selatan, diikuti oleh pil KB. Penggunaan suntikan terusmeningkat dari 11 % pada tahun 1991 menjadi 43,7 % pada tahun 2012. Sebaliknya, penggunaan pil menurun dari 17 % padatahun 1991 menjadi 9,5 % pada tahun 2012.

• Secara nasional, suntik (32%) merupakan metode kontrasepsi yang paling populer. Pil itu adalah metode yang paling populerkedua di 14 %.

• Metode tradisional terdiri atas metode pantang berkala, senggama terputus dan metode lainya. Metode tradisional ini tidakumum digunakan di Sumatera Selatan, maupun di Indonesia secara keseluruhan

Presentase wanita betstatus kawin

Page 13: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Kebutuhan Ber-KB yang tidak Terpenuhi* menurut Provinsi, 2012

10

8

9

11

8

9

8

13

14

10

8

8

12

13

10

16

10

10

12

11

14

14

13

15

14

18

16

14

24

21

18

14

19

11

Bangka Belitung

Kalimantan Tengah

Bali

Sulawesi Utara

Lampung

Bengkulu

Kalimantan Selatan

DKI Jakarta

Gorontalo

Jawa Tengah

Sumatera Selatan

Jambi

DI Yogyakarta

Kalimantan Timur

Kalimantan Barat

Sulawesi tengah

Jawa Timur

Banten

Riau

Jawa Barat

Sumatera Barat

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Kepulauan Riau

Maluku Utara

Sulawesi Tenggara

Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Selatan

Papua

Papua Barat

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Barat

Maluku

Indonesia

Persentase wanita pernah kawin dengan kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi

• Sekitar 11 persen perempuan Indonesia yang saat inimenikah memiliki kebutuhan ber-KB yang belumterpenuhi.

• Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB bervariasimenurut provinsi, dari tertinggi 24% wanita menikahdi Papua saat ini dengan terendah 8% dari wanitamenikah di Kalimantan Tengah, lampung,Kalimantan Selatan, Sumsel, dan Jambi.

• Kebutuhan KB tidak terpenuhi di Provinsi SumateraSelatan adalah 8%. Angka ini berada di bawah rata-rata angka nasional.

Page 14: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Kebutuhan Ber-KB yang tidak terpenuhi, Sumatera Selatan, 2012

8.1

2.6

5.5

Total Untuk Penjarangan Untuk Mengakhiri

• Di Sumatera Selatan saat ini 8 % dari wanita menikah memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi untuk keluarga berencana.

• Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untuk membatasi kelahiran lebih besar daripada untuk menjarangkan kelahiran.

• Wanita dengan kebutuhan KB yang belum terpenuhi untuk penjarangan bersedia menunggu dua tahun atau lebih sebelummenjadi hamil, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi. Wanita dengan kebutuhan yang belum terpenuhi untuk pembatasan,tidak ingin anak lagi tetapi tidak menggunakan kontrasepsi.

Persentase wanita berstatus menikah

*Tidak Terpenuhi kebutuhan KB didefinisikan sebagai persentase wanita menikah yang saat ini juga tidak ingin punya anak lagi atau ingin memiliki menunggu sebelum kelahiran berikutnya, tetapi tidak menggunakan suatu alat/cara KB

Page 15: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Kebutuhan Ber-KB yang Tidak Terpenuhi menurut Jumlah Anak masih Hidup, Sumatera Selatan,2012

• Tidak terpenuhi kebutuhan untuk KB di Sumatera Selatan umumnya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah anak.

Kebutuhan Ber-KB yang Tidak Terpenuhi menurut Tempat tinggal,

Sumatera Selatan,2012

• Wanita yang tinggal di perkotaan mempunyai kecenderungan Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi lebih tinggi dibanding wanita yang tinggal di pedesaan .

Persentase wanita berstatus kawin dengan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi

Persentase perempuan menikah dengan kebutuhan KB yang belum terpenuhi

1.1

7.4

10.514.1

0 anak 1-2 anak 3-4 anak 5+ anak

11.3

6.5

Perkotaan Pedesaan

Page 16: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Kesehatan Ibu

Page 17: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

1.9

81.4 78.9

Tidak pernah 4+ Kunjungan pertama pada trimester pertama

78.9

86.5

75.7

Total Perkotaan Pedesaan

Jumlah Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC), Sumatera Selatan, 2012

Pemeriksaan Kehamilan menurut Tempat Tinggal, Sumatera Selatan, 2012

Persentase wanita yang mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei menurut pemeriksaan kehamilan:

• Tiga perempat lebih wanita di Sumatera Selatan mempunyai 4 atau lebih kunjungan ANC selama kehamilan mereka yang paling terakhir, sebagaimanadianjurkan oleh program kesehatan ibu Indonesia.

• Sekitar 7-8 dari 10 (78,9 %) perempuan di Sumatera Selatan melakukan kunjungan pertama mereka pada trimester pertama .• Pada tingkat nasional, ada 87,8 % perempuan mempunyai 4 atau lebih kunjungan ANC dan 80,4 % telah melakukan kunjungan ANC pertama mereka

pada trimester pertama. Dengan demikian Sumatera Selatan berada di bawah rata-rata nasional .

Persentase wanita mempunyai anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei menurut jumlah kunjungan yang dianjurkan permerintah dan daerah tempat tinggalnya.

Program kesehatan ibu Indonesia mengajurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan : paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dan trimester ketiga.

• Perempuan perkotaan di Sumatera Selatan lebih mungkin dari kaum perempuan untuk memenuhi jadwal ANC direkomendasikan. Demikian jugaberlaku pada tingkat nasional .

• Secara nasional, 80 % wanita bertemu jadwal merekomendasikan pemerintah untuk kunjungan ANC. Dengan demikian Sumatera Selatan berada dibawah rata-rata nasional.

Page 18: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

45.7

46.2

Tidak Imunisasi TT 2 kali atau lebih imunisasi TT

Suntikan Tetanus Toxoid (TT), Sumatera Selatan, 2012

Suplemen Zat Besi menurut Tingkat Pendidikan, Sumatera Selatan,2012

Persentase wanita pernah-menikah dengan kelahiran hidup dalam lima tahun terakhir :

• kurang dari setengah (46,2 %) wanita di Sumatera Selatan memperoleh imunisasi TT dua kali atau lebih selama kehamilan .• Secara nasional, 50 % wanita memperoleh imunisasi TT dua kali atau lebih selama kehamilan. Dengan demikian cakupan imunisasi TT di Sumatera

Selatan lebih rendah dari cakupan nasional .

Persentase ibu yang mempunyai anak hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei, yang mendapat pil zat besi, menurut tingkat pendidikan .

Pemerintah Indonesia merekomendasikan 90 hari atau lebih pemberian tablet besi selama kehamilan untuk menghindari masalah kekurangan zat besi baik untuk wanita dan

janinnya

• Di Sumatera Selatan, tujuh dari 10 wanita pernah menikah yang melahirkan dalam lima tahun terakhir mengkonsumsi suplemen zat besi selama 90hari atau lebih pada waktu kehamilan. Wanita dengan pendidikan sekunder atau lebih tinggi, lebih banyak mengkonsumsi suplemen zat besi selama90 hari atau lebih selama kehamilan .

• Secara nasional, 77 % wanita pernah menikah dengan kelahiran dalam lima tahun terakhir mengkonsumsi suplemen zat besi selama 90 hari atau lebihpada waktu kehamilan, kira-kira sama dengan di Sumatera Selatan.

68

21

1015 14

26 28

jumlah tidak sekolah belum tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA tamat SMTA Perguruan Tinggi

Kementerian Kesehatan Indonesia menganjurkan agar ibu memperoleh dua kali atau lebih imunisasi tetanus toxoid selama kehamilan pertama. Imunisasi ulang diberikan satu kali pada setiap kehamilan berikutnya untuk memlihara perlindungan penuh .

Page 19: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Tempat Persalinan menurut Provinsi, 2012Persentase anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei menurut tempat persalinan

22

35

22

17

22

21

36

31

41

41

53

41

27

48

75

56

41

48

61

38

65

52

61

63

64

76

60

75

85

82

94

96

98

63

Sulawesi Tenggara

Bengkulu

Maluku

Sulawesi Barat

Kalimantan Tengah

Maluku Utara

Kalimantan Selatan

Sulawesi Tengah

Nusa Tenggara Timur

Gorontalo

Nanggroe Aceh Darussalam

Jambi

Papua

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Barat

Sumatera Selatan

Kalimantan Barat

Sumatera Utara

Banten

Papua Barat

Bangka Belitung

Riau

Lampung

Jawa Barat

Kalimantan Timur

Jawa Tengah

Sulawesi Utara

Sumatera Barat

Jawa Timur

Kepulauan Riau

DI Yogyakarta

DKI Jakarta

Bali

Indonesia

• Lebih dari separuh (63%) darikelahiran di Indonesia dilakukan difasilitas kesehatan.

• Persalinan di fasilitas kesehatanbervariasi antar propinsi, dari tertinggidi Bali (98 %) ke terendah di SulawesiBarat (17 %)

• Hampir empat dari 10 kelahiran diSumatera Selatan ditolong di fasilitaskesehatan. Kondisi ini lebih rendahdibandingkan dengan cakupan nasional.

Page 20: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

12.4

43.5 43.5

pemerintah swasta rumah

76.4

59.8

85.1

66

79 83.1

SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumatera Selatan Indonesia

Tempat Persalinan, Sumatera Selatan,2012

Tren Penolong Persalinan, Sumatera Selatan

Persentase anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei menurut tempat persalinan

• Di Sumatera Selatan 44 % kelahiran berlangsung di rumah, 44 persen di fasilitas kesehatan swasta, dan 12 persen di fasilitaskesehatan pemerintah.

• Wanita perkotaan Sumatera Selatan dan mereka dengan pendidikan tinggi lebih banyak melahirkan di fasilitas kesehatan .• Pada tingkat nasional, 36 % kelahiran berlangsung di rumah, 46 % di fasilitas kesehatan swasta, dan 17 % di fasilitas kesehatan

pemerintah. Dengan demikian proporsi kelahiran yang disampaikan dalam fasilitas kesehatan di Sumatera Selatan di bawahtingkat nasional.

*Tenaga terampil termasuk dokter, perawat, bidan, dan pembantu perawat / bidan

• Penolong persalinan oleh tenaga terlatih di Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 59,8 % kelahiran pada 2007 menjadi85,1 % pada 2012.

• Sebaliknya, penolong persalinan oleh tenaga terlatih pada tingkat nasional meningkat dari 79 % kelahiran pada 2007 menjadi83,1 % pada 2012.

Persentase kelahiran hidup dalam lima tahun terakhir ditolong oleh tenaga terlatih

Fasilitas Kesehatan

Page 21: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

45.7

72.1 72.788

95.7 100

Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA Tamat SMTA Perguruan tinggi

Penolong Persalinan menurut Pendidikan, Sumatera Selatan, 2012

Perawatan Nifas sesudah Melahirkan, Sumatera Selatan, 2012

•Proporsi kelahiran yang dibantu oleh tenaga terampil meningkat seiring meningkatnya tingkat pendidikan perempuan.•Kondisi serupa juga terjadi di tingkat nasional .

• Perawatan nifas penting baik untuk ibu maupun bayinya karena bisa mengatasi komplikasi yang timbul dalam persalinan danuntuk memberikan informasi penting kepada ibu tentang cara merawat dirinya dan bayinya. Kapan perawatan nifas diberikansangat penting, karena kematian ibu dan bayi paling banyak terjadi dalam dua hari pertama setelah melahirkan.

• Di Sumatera Selatan, 91 % perempuan menerima perawatan nifas sesudah melahirkan dan 49 % melakukan pemeriksaandalam < 4 jam setelah melahirkan.

• Secara nasional, 89 % perempuan menerima perawatan nifas sesudah melahirkan dan 56 % melakukan pemeriksaan dalam < 4jam setelah melahirkan. Sehingga proporsi wanita di Sumatera Selatan yang menerima perawatan nifas sedikit lebih tinggi daripersentase nasional.

Persentase anak lahir hidup terakhir dalam lima tahun sebelum survei oleh tenaga kesehatan terlatih* menurut tingkat pendidikan.

* Tenaga terlatih termasuk dokter, perawat, bidan dan pembantu perawat/bidan

Persentase wanita yang melahirkan bayi terakhir dalam lima tahun sebelum survei saat pemeriksaan nifas pertama.

< 4 jam, 49Tdk mendapatkan pemeriksaan, 9

7 - 41 hr, 7

Dalam 2 hr, 16

Page 22: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Kesehatan Bayi

Page 23: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Angka Kematian Bayi menurut Provinsi, 2012

25

47

21

32

22

49

29

33

30

54

24

34

27

30

74

45

33

29

30

35

29

31

40

32

27

62

67

45

44

36

49

57

74

34

DI Yogyakarta

Nanggroe Aceh Darussalam

Kalimantan Timur

Jawa Tengah

DKI Jakarta

Kalimantan Tengah

Bali

Sulawesi Utara

Jawa Timur

Papua

Riau

Jambi

Bangka Belitung

Jawa Barat

Papua Barat

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Utara

Sumatera Selatan

Lampung

Kepulauan Riau

Bengkulu

Kalimantan Barat

Sumatera Utara

Banten

Sumatera Barat

Maluku Utara

Gorontalo

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Selatan

Maluku

Sulawesi Tengah

Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Barat

Indonesia

Kematian per1000 kelahiran hidup

• Hampir 4 dalam setiap 100 anak di Indonesiameninggal sebelum mencapai ulang tahunpertama mereka .

• Angka kematian bayi (AKB) bervariasi antarpropinsi dari yang tinggi 74 per 1000 kelahiranhidup di Sulawesi Barat sampai yang terendah 21per 1000 kelahiran hidup di Kaltim.

• Angka kematian bayi di Sumatera Selatansebesar 29 per 1000 kelahiran hidup. Kondisi inilebih rendah dari angka nasional, dan nomorlima tertinggi dari semua propinsi yang ada diPulau Sumatera .

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah peluang bayi untuk meninggal antara kelahiran sebelum mencapai umur tepat satu tahun.

Page 24: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Angka Kematian Balita menurut Provinsi, 2012

30

38

56

31

31

33

37

52

34

32

28

36

38

37

37

38

42

38

37

109

55

34

115

35

54

78

85

85

57

58

75

60

70

43

DI Yogyakarta

Jawa tengah

Kalimantan Tengah

DKI Jakarta

Kalimantan Timur

Bali

Sulawesi Utara

Nanggroe Aceh Darussalam

Jawa Timur

Bangka Belitung

Riau

Jambi

Jawa Barat

Sumatera Selatan

Sulawesi Selatan

Lampung

Kepulauan Riau

Banten

Kalimantan Barat

Papua Barat

Sulawesi Tenggara

Sumatera Barat

Papua

Bengkulu

Sumatera Utara

Gorontalo

Sulawesi Tengah

Maluku Utara

Kalimantan Selatan

Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Barat

Maluku

Sulawesi Barat

Indonesia

Kematian per1000 kelahiran hidup

• Sekitar empat dari setiap 100 anak di Indonesiameninggal sebelum ulang tahun kelima mereka.

• Angka kematian balita bervariasi antar provinsi,dari yang tertinggi 115 per 1000 kelahiran hidupdi Papua ke yang terendah 28 per 1000kelahiran hidup di Riau.

• Angka kematian balita di Sumatera Selatan 37per 1000 kelahiran hidup. Angka ini lebihrendah dari angka nasional dan nomor limatertinggi di propinsi yang ada di PulauSumatera.

Angka Kematian Bayi dibawah lima tahun adalah peluang untuk meninggal anara kelahiran dan sebelum umur tepat lima tahun

Page 25: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Tren Angka Kematian Bayi

59.6

53

30

42

29

66

52

4339

34

SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumatera Selatan Indonesia

• Terjadi penurunan angka kematian bayi di Sumatera Selatan dari tahun 1994 sampai tahun 2002-2003. Terjadi peningkatanangka kematian bayi di Sumatera Selatan dari 30 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003 menjadi 42 per 1000 kelahiranhidup pada tahun 2007, tetapi menurun menjadi 29 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012

• Sebaliknya angka kematian bayi secara nasional terus mengalami penurunan dari 66 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1994menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007

Kematian per 1000 Kelahiran Hidup

Angka kematian bayi adalah peluang untuk meninggal antara kelahiran dan sebelum mencapai tepat satu tahun

Page 26: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Cakupan Imunisasi menurut Provinsi, 2012

26

30

14

17

21

21

20

33

28

47

47

34

31

35

28

30

33

14

48

33

55

35

34

39

33

52

37

50

37

60

63

49

76

40

Papua Barat

Nanggroe Aceh Darussalam

Papua

Sumatera Utara

Banten

Maluku Utara

Maluku

Riau

Kalimantan Tengah

Jambi

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Sulawesi Tengah

Kalimantan Selatan

Sulawesi Barat

Sumatera Selatan

Sulawesi Selatan

Bengkulu

Gorontalo

Nusa Tenggara Barat

Bangka Belitung

Sumatera Barat

Kepulauan Riau

Jawa Barat

Sulawesi Tenggara

Jawa Timur

Lampung

Kalimantan Timur

DKI Jakarta

Bali

Jawa Tengah

Sulawesi Utara

DI Yogyakarta

Indonesia

Persentase anak umur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi lengkap*

• Hanya empat dari 10 (40 %) anak-anakdi Indonesia telah mendapatkanimunisasi lengkap

• Cakupan imunisasi bervariasi antarprovinsi dari yang tertinggi 76 % di DIYogyakarta sampai yang terendah 14% di Papua

• Di Sumatera Selatan lebih hanyasepertiga (30 %) anak-anakmendapatkan imunisasi lengkap.Kondisi ini masih di bawah rata-ratanasional.

*Imunisasi lengkap adalah bila bayi mendapat imunisasi BCG, campak dan masing-masing 3 dosiss DPT ,Polio, dan Hepatitis B

Page 27: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

56.262.3

50.754.6

63.3

5055 52

5965.6

SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumatera Selatan Indonesia

Tren Cakupan Imunisasi

Cakupan Imunisasi, Sumatera Selatan, 2012

• Di Sumatera Selatan, cakupan imunisasi mengalami peningkatan dari 56,2 % pada tahun 1994 menjadi 63,3 pada tahun 2012.• Sebaliknya , cakupan imunisasi tingkat nasional secara umum mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari 50 % pada tahun 1994

menjadi 65,6 % pada tahun 2012 .

• Di Sumatera Selatan hanya 69,5 % anak yang menerima imunisasi DPT 3 kali, sementara 90 % menerima imunisasi BCG.• Hampir sama pada level nasional, cakupan imunisasi DPT sebanyak 3 kali paling rendah ( 72 %) dan paling tinggi untuk BCG

(89%) .

Persentase anak umur 12-23 bulan yang memperoleh imunisasi lengkap*

* Imunisasi BCG, campak dan masing-masing 3 dosis DPT dan Polio (kecuali polio 4).

Persentase anak umur 12-23 bulan yang memperoleh imunisasi:

90

69.5 68.6

80.1

BCG DPT3 Pol io 3 Campak

Page 28: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

22

12

5

Demam Diare ISPA

Prevalensi Penyakit Anak, Sumatera Selatan,2012

Tren Pengobatan Balita yang mengalami ISPA

• Di Sumatera Selatan, hampir 2 dari 10 anak (22%) mengalami demam dalam dua minggu sebelum survei. Anak-anakyang mengalami diare (12%) dan gejala ISPA (5%).

• Secara nasional, 31 % dari anak-anak demam, 14% mengalami diare, dan 5 % memiliki gejala ISPA dalam duaminggu sebelum survei

• Persentase Balita yang mengalami gejala ISPA yang berobat pada fasilitas kesehatan di Sumatera Selatan hanya mengalamipeningkatan yang cukup signifikan dari 70 % pada SDKI tahun 2002-03 menjadi 84 persen pada SDKI tahun 2012.

• Di tingkat nasional, proporsi anak bergejala untuk siapa saran atau pengobatan dicari meningkat dari 66 % pada tahun 2007 menjadi 75% pada tahun 2012.

Persentase balita yang dalam dua minggu sebelum survei mengalami demam, diare dan ISPA

Persentase Balita yang mengalami gejala ISPA dalam dua minggu sebelum survei yang berobat pada fasilitas atas tenaga kesehatan

69 70

84

5766

75

SDKI 2002 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumatera Selatan Indonesia Total

*Gejala ISPA (batuk disertai pendek, napas cepat yang dada-terkait) dianggap sebagai proxy untuk pneumonia..

Page 29: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

91

85.5

89 88.8

96.5 95.7

Total Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMTA Tamat SMTA Perguruan Tinggi

Pengetahuan Tentang Paket Oralit menurut Pendidikan, Sumatera Selatan, 2012

Trends Median Lama menyusui (bulan), Sumatera Selatan

• Penggunaan paket oralit (garam rehidrasi oral sangat sederhana dan efektif terhadap dehidrasi yang disebabkan oleh diareHampir semua ibu (91 %) di Sumatera Selatan mengetahui paket oralit.

• Pengetahuan mengenai paket oralit meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan ibu. Asosiasi serupa juga terlihat padalevel nasional.

• Saat ini, anak-anak di Sumatera Selatan mendapat ASI eksklusif selama kurang lebih 0,5 bulan. UNICEF dan WHOmerekomendasikan bahwa pemberian ASI eksklusif adalah selama enam hulan pertama kehidupan

• Durasi median pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan antara 2002-2003, 2007 dan 2012• Secara nasional, durasi median pemberian ASI mengalam penurunan sejak tahun 1997. Saat ini, durasi median pemberian ASI

eksklusif secara nasional adalah 0,7 bulan dan durasi media menyusui 21,4 bulan.Dengan demikian rata-rata anak di SumateraSelatan mendapatkan ASI lebih lama dibandingkan dengan rata-rata nasional

Persentase ibu yang melahirkan dalam lima tahun terakhir dan mengetahui oralit

Median lama menyusui dibulan diantara anak-anal lahir dalam tiga tahun terakhir

25.1 24.322.4 22.3 22.2

1.7 2.8 2 1.7 0.5

SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002 SDKI 2007 SDKI 2012

ASI ASI Eksklus i f

Page 30: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Pemberian Suplemen Vitamin A menurut Provinsi, 2007

42

58

58

36

38

50

61

32

62

49

56

56

55

59

56

64

64

49

49

49

50

61

68

70

61

66

60

68

70

65

75

67

70

61

Sumatera Utara

Maluku

Maluku Utara

Papua

Papua Barat

Riau

Gorontalo

Sulawesi Barat

Banten

Sumatera Selatan

Sulawesi Selatan

Sumatra Barat

Kalimantan Barat

Bengkulu

Kepulauan Riau

Sulawesi Tenggara

Kalimantan Selatan

Bangka Belitung

Nanggroe Aceh Darussalam

Kalimantan Tengah

Jambi

Lampung

Jawa Timur

Jawa Tengah

DKI Jakarta

Jawa Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Nusa Tenggara Barat

Bali

DI Yogyakarta

Indonesia

Persentase anak umur 6-59 bulan yang mendapat suplemen vitamin A dalam enam bulan sebelum survei

• Vitamin A merupakan zat gizimikro yang penting untuk sistemkekebalan. Defisiensi vitamin Ayang berat dapat menyebabkangangguan penglihatan,memperlambat penyembuhan daripenyakit, dan meningkatnyakeparahan dan infeksi sepertipenyakit campak dan diare padaanak.

• Sekitar 6 dari 10 (69%) anakIndonesia mengkonsumsisuplemen vitamin A pada enambulan sebelum survei.

• Pemberian suplemen vitamin Abervariasi antar propinsi, dari yangtertinggi 75 % anak di NTBsampai terendah 32 % di SulawesiBarat.

• Di Sumatera Selatan 49 % anak-anak mendapat suplemen vitaminA dalam enam bulan terakhir.Kondisi ini lebih rendahdibandingkan dengan cakupantingkat nasional

Pemberian Suplemen Vitamin A menurut Provinsi, 2012

Page 31: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

32.4

55.966.2 64.9

58 59.4 57.3

6-8 bulan 9-11 bulan 12-17 bulan 18-23 bulan 24-35 bulan 36-47 bulan 48-59 bulan

45.6

55.9 56.1

70.363.2

Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SMTA Tamat SMTA Pergruan Tinggi

Pemberian Suplemen Vitamin A Pada Anak menurut Umur, Sumatera Selatan, 2012

Pemberian Suplemen Vitamin A menurut Pendidikan Ibu, Sumatera Selatan, 2012

• Anak-anak usia 12-17 bulan di Sumatera Selatan yang paling banyak yang telah diberikan suplemen vitamin A dalam enambulan terakhir.

• Di Sumatera Selatan, proporsi anak 6-59 bulan yang mendapatkan suplemen vitamin A meningkat seiring dengan peningkatanpendidikan ibu .

• Kondisi serupa juga terjadi pada tingkat nasional.

Persentase anak umur 6-59 bulan yang Mendapatkan Suplemen Vitamin A dalam enam bulan terakhir

Persentase anak umur 6-59 bulan yang mendapatkan suplemen vitamin A dalam enam bulan terakhir

Page 32: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) Lainnya

Page 33: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Pengetahuan tentang AIDS menurut Provinsi, 2012Persentase wanita pernah kawin yang pernah mendengar tentang AIDS

66

65

49

71

61

62

66

70

72

68

69

67

75

72

52

72

76

70

83

80

75

79

80

81

77

79

80

91

84

83

85

95

96

77

Nusa Tenggara Timur

Gorontalo

Sulawesi Barat

Nanggroe Aceh Darussalam

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Barat

Maluku Utara

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Sumatera Selatan

Sulawesi Tengah

Jambi

Jawa Timur

Maluku

Papua

Kalimantan Tengah

Banten

Bengkulu

Bangka Belitung

Papua Barat

Sumatera Utara

Lampung

Jawa Tengah

Sumatera Barat

Kalimantan Selatan

Riau

Jawa Barat

Kepulauan Riau

Kalimantan Timur

Bali

Sulawesi Utara

DI Yogyakarta

DKI Jakarta

Indonesia

• Sekitar 8 dari 10 (61%) wanita pernahkawin di Indonesia mengatakan pernahmendengar tentang AIDS

• Pengetahuan tentang AIDS bervariasimenurut provinsi dari yang tertinggi96% di DKI Jakarta ke yang terendah 49% di Nusa Sulawesi Barat.

• Di Sumatera Selatan, 68 % wanitapernah kawin pernah mendengar AIDS.Kondisi ini lebih rendah dari rata-ratanasional

Page 34: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

83

22 26

112.2

Televisi Surat kabar/majalah Teman Radio Tempat kerja

Sumber Informasi tentang HIV Diantara Mereka yang Pernah Mendengar AIDS menurut Jenis Kelamin, Sumatera Selatan,2012

• Di antara mereka yang mendengar tentang AIDS, sumber utama informasi HIV untuk pria dan wanita di Sumatera Selatan adalahtelevisi. Sumber yang paling sering berikutnya untuk pria adalah surat kabar/majalah dan teman/relasi sedangkan untukperempuan sumber yang paling sering berikutnya adalah teman/relasi dan surat kabar/majalah. Laki-laki dua kali lebih banyakmemperoleh informasi ditempat kerja dibandingkan perempuan

• Nasional, sumber informasi yang paling umum HIV untuk perempuan adalah: televisi (78 %), teman/kerabat (29 %),koran/majalah (28 %), radio (14 %) dan kesehatan profesional (8 %).

• Nasional, sumber informasi yang paling umum HIV untuk pria adalah: televisi (86 %), teman/kerabat (40 %), koran/majalah (38%), radio (20 %), dan tempat kerja (13 %).

Persentase wanita pernah kawin yang mengidentifikasi sumber informasi tentang HIV/AIDS

Persentase laki-laki pernah kawin yang pernah mendengar HIV/AIDS

90

36 37

16

4

Television Teman/relasi SK/majalah Radio Tempat kerja

Page 35: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

35.3

49.259 62.1

Memakai Kondom Membatasi hubungan seksual dengan satu pasangan

negatif HIV

Ever-married women Currently married men

69.2

25.640.2 36.5

84.7

24.233.5

62.6

Bersedia merawat anggota keluarga

yang terinfeks i vi rus AIDS di rumah

Mau membel i sayuran segar dari

penjual yang terinfeks i AIDS

Guru wanita yang terinfeks i vi rus AIDS

dan tidak sakit diperbolehkan terus

mengajar

Tidak akan merahas iakan anggota

keluarga yang terinfeks i vi rus AIDS

Wanita pernah kawin yang pernah mendengar AIDS who have heard of AIDS Pria Kawin yang pernah mendangar AIDS

Pengetahuan tentang cara Pencegahan HIV menurut Jenis Kelamin, Sumatera Selatan, 2012

Sikap Penerimaan terhadap Pengidap HIV/AIDS menurut Jenis Kelamin,

Sumatera Selatan, 2012

• Di Sumatera Selatan, pria lebih banyak tahu tentang pencegahan HIV/AIDS dibandingkan wanita .• Hampir sama dengan level nasional, pria mempunyai pengetahuan pencegahan HIV/AIDS lebih tinggi dibandingkan wanita

• Di Sumatera Selatan, stigma HIV / AIDS masih tinggi. Hanya 5 % wanita dan 11 % pria menyatakan sikap menerima padakeempat indikator di atas

• Ada sedikit perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada menerima sikap terhadap orang dengan HIV / AIDS di SumateraSelatan.

• Secara nasional, kaum pria lebih banyak mengekspresikan menerima sikap terhadap orang dengan HIV / AIDS dibanding wanita,11 % pria dan 9 % wanita menyatakan sikap menerima pada keempat indikator di atas.

Percentage of respondents who know the following methods to reduce the risk of getting HIV:

Persentase responden yang menyatakan:

Page 36: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

56.7

47.754.1

61.2

48.2

58.3

Selama kehamilan Selama persalinan Masa menyusui

Wanita pernah kawin Pria kawin

Pengetahuan tentang Cara Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPPIA) menurut Jenis Kelamin, Sumatera Selatan,2012

• Pengetahuan Pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak di Sumatera Selatan rendah. Hanya sekitar separuh pria danwanita tahu bagaimana HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak .

• Di Sumatera Selatan, pria lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk mengetahui bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan dari ibuke anak selama kehamilan.

• Pada level nasional, pria lebih mungkin untuk mengetahui semua cara bahwa HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak (kehamilan,persalinan , menyusui)

Persentase yang mengetahui HIV/AIDS dapat menular dari ibu kepada anak

Page 37: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Remaja

Page 38: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Rencana Untuk Menggunakan Kontrasepsi diantara Remaja menurut Jenis Kelamin, Sumatera Selatan, 2012

79.5 77.1

62.7 63.6

Sumatera Selatan Indonesia

Wanita 15-24 Pria 15-24

• Remaja wanita di Sumatera Selatan yang berencana menggunakan kontrasepsi adalah 80 %, sedangkan remajapria yang berencana menggunakan kontrasepsi sebanyak 63 %. Hal ini menunjukkan remaja wanita lebih banyakberencana untuk menggunakan kontrasepsi daripada remaja pria.

• Begitu pula secara nasional, remaja wanita lebih banyak untuk berencana menggunakan kontrasepsi dibandingremaja pria (77 persen berbanding 64 persen)

Page 39: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Median Umur Kawin Ideal Untuk Wanita, Sumatera Selatan, 2012

23.6 23.6

23.3

22.6

Sumatera Selatan Indonesia

Wanita 15-24 Pria 15-24

Wanita dan pria belum kawin umur 15-24 tahun, menurut umur ideal kawin pertama untuk wanita

Median Umur Kawin Ideal untuk Pria, Sumatera Selatan , 2012Wanita dan pria belum kawin umur 15-24 tahun, menurut umur ideal kawin pertama untuk pria

25.825.9

25.725.6

Sumatera Selatan Indonesia

Wanita 15-24 Pria 15-24

• Remaja wanita di Sumatera Selatan menyebutkan bahwa median umur kawin ideal untuk wanita adalah 24 tahun, sementararemaja prianya menyebutkan umur kawin ideal untuk wanita satu tahun lebih muda yaitu 23 tahun.

• Secara nasional, median umur kawin wanita yang dianggap ideal oleh remaja wanita adalah 24 tahun sedangkan remaja laki-laki menyebutkan 23 tahun sebagai umur kawin ideal bagi seorang wanita.

• Remaja wanita dan pria di Sumatera Selatan berpendapat bahwa median umur kawin ideal untuk pria adalah 26 tahun• Secara nasional, menurut remaja wanita maupun pria median umur kawin ideal bagi pria adalah 26 tahun.

Page 40: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra

Jumlah Anak Ideal, Sumatera Selatan, 2012

2.6 2.6

2.7 2.7

Sumatera Selatan Indonesia

Wanita 15-24 Pria 15-24

Wanita dan pria belum kawin umur 15-24 tahun, menurut rata-rata jumlah anak ideal

• Rata-rata jumlah anak ideal yang disebutkan oleh remaja wanita di Sumatera Selatan adalah 2,6 anak,sedangkan remaja pria menginginkan jumlah ideal untuk anak yaitu 2,7. Hal ini menunjukkan remaja priamenginginkan anak lebih banyak daripada remaja wanita.

• Begitu pula secara nasional, jumlah anak ideal yang disebutkan oleh remaja pria lebih tinggi daripada remajawanita (2,6 anak dibandingkan 2,7 anak)

Page 41: Snapshot SDKI 2012 disajikan oleh Imron A Hakim dan Dani Saputra