surat pernyataan keaslian - sinta.unud.ac.id · penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau...

32
viii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga. Denpasar, 15 Juni 2017 Yang menyatakan, (A.A Gde Agung Kumara Jaya) 1216051135

Upload: trinhkhue

Post on 24-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

viii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya ilmiah/Penulisan

Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi

manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan

duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja

mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka

penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban

ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 15 Juni 2017

Yang menyatakan,

(A.A Gde Agung Kumara Jaya)

1216051135

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ........................ iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

ABSTRAK ....................................................................................................... xiii

ABSTRACT ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 13

1.3 Ruang Lingkup Masalah............................................................ 14

1.4 Orisinalitas Penelitian ................................................................ 14

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................... 15

a. Tujuan umum ....................................................................... 16

b. Tujuan khusus ....................................................................... 16

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... 16

a. Manfaat teoritis ..................................................................... 16

b. Manfaat praktis ..................................................................... 17

1.7 Landasan Teoritis ...................................................................... 17

x

1.8 Metode Penelitian ..................................................................... 21

a. Jenis Penelitian ..................................................................... 21

b. Jenis Pendekatan ................................................................... 21

c. Sifat Penelitian ..................................................................... 22

d. Data dan Sumber Data .......................................................... 22

e. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 24

f. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................. 24

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, JAMINAN

FIDUSIA, DAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA ........................ 26

2.1 Koperasi .................................................................................... 26

2.1.1 Pengertian koperasi ........................................................ 26

2.1.2 Sejarah awal koperasi di Indonesia ................................ 27

2.1.3 Jenis-jenis koperasi ........................................................ 29

2.1.4 Sifat koperasi .................................................................. 30

2.1.5 Nilai dan prinsip-prinsip koperasi .................................. 30

2.2 Wanprestasi ................................................................................ 32

2.2.1 Pengertian Wanprestasi .................................................. 32

2.2.2 Wujud Wanprestasi ........................................................ 33

2.3 Jaminan Fidusia ......................................................................... 35

2.3.1 Pengertian Jaminan ........................................................ 35

2.3.2 Jenis Jaminan ................................................................. 36

2.3.3 Istilah dan pengertian jaminan fidusia ........................... 37

2.3.4 Latar belakang timbulnya lembaga fidusia .................... 39

xi

2.3.5 Dasar hukum jaminan fidusia......................................... 40

2.3.6 Objek dan subjek jaminan fidusia .................................. 41

2.4 Eksekusi Jaminan Fidusia.......................................................... 41

2.4.1 Pengertian Eksekusi Jaminan Fidusia ............................ 41

2.4.2 Ketentuan Undang-Undang NO. 42 Tahun 1999 Yang

Berhubungan Dengan Eksekusi Fidusia ....................... 42

BAB III EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA PADA KOPERASI WISATA

BALI DI DENPASAR ...................................................................... 45

3.1 Dasar Hukum Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Wisata

Bali di Denpasar ........................................................................ 45

3.2 Subyek Jaminan Fidusia Pada Koperasi Wisata Bali di

Denpasar .................................................................................... 47

3.3 Objek Jaminan Yang Dipakai Sebagai Jaminan Di Koperasi

Simpan Pinjam Wisata Bali di Denpasar .................................. 49

3.4 Syarat dan Prosedur Pemberian Pinjaman kepada Nasabah di

Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali di Denpasar ................... 50

3.5 Implementasi Eksekusi Jaminan Fidusia di Koperasi Simpan

Pinjam Wisata Bali di Denpasar ............................................... 59

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI HAMBATAN DALAM

IMPLEMENTASI EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIADI

KOPERASI WISATA BALI DI DENPASAR ................................. 62

4.1 Kekuatan Akta Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan ........ 62

xii

4.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Tidak Didaftarkannya

Jaminan Fidusia di Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali di

Denpasar .................................................................................... 68

4.3 Upaya-Upaya Yang Ditempuh Oleh Koperasi Simpan Pinjam

Wisata Bali di Denpasar Apabila Debitur Wanprestasi ............ 71

4.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Hambatan Dalam Implementasi

Eksekusi Jaminan Fidusia Oleh Koperasi Simpan Pinjam

Wisata Bali di Denpasar ............................................................ 74

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 78

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 78

5.2 Saran .......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80

DAFTAR RESPONDEN

xiii

ABSTRAK

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoprasian, Koperasi adalah : “Badan usaha yang beranggotakan orang

seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

asas kekeluargaan”. Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum dapat

melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau satu-

satunya kegiatan koperasi. Pada Pasal 19 Peraturan Pemerintahan Nomor 9 Tahun

1995 Tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, kegiatan usaha

koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam adalah menghimpun simpanan

koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan calon anggotanya,

koperasi lain, dan atau anggotanya serta memberikan pinjaman kepada anggota,

calon anggota, koperasi lain atau anggotanya. Sehubungan dengan pemberian

pinjaman tersebut koperasi wajib menerima jaminan untuk meminimalkan resiko

terjadi pinjaman bermasalah yang dilakukan oleh debitor. Maka permasalahan

yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah

implementasi eksekusi jaminan fidusia dalam hal debitur wanprestasi yang

dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali dan Faktor-faktor apakah

yang menjadi hambatan dalam implementasi eksekusi jaminan fidusia dalam hal

debitur wanprestasi oleh Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

yaitu dengan metode penelitian empiris. Penelitian hukum empiris adalah

penelitian hukum mengenai implementasi ketentuan hukum secara in action pada

setiap peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini menggunakan

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari

penelitian lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber utama di

lapangan yaitu baik dari responden maupun informan, sedangkan data sekunder

adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.

Hasil dari penelitian ini adalah implementasi eksekusi jaminan fidusia

yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali pada umumnya tidak

didaftarkan dengan jaminan fidusia tetapi hanya dengan akta dibawah tangan serta

penyerahan dokumen kepemilikan kendaraan bermotor yang akan disimpan dan

akan dikembalikan saat pinjaman dilunasi. Faktor-faktor yang berperngaruh

dengan tidak didaftarkannya jaminan fidusia oleh Koperasi Simpan Pinjam Wisata

Bali yaitu adanya faktor ekonomi seperti faktor biaya, faktor waktu, serta faktor

budaya seperti faktor kepercayaan, dan faktor kekeluargaan.

Kata kunci : Jaminan, Jaminan Fidusia, Koperasi.

xiv

ABSTRACT

Under Article 1, paragraph (1) of Law No. 25 of 1992 concerning

Cooperatives, Cooperatives is: “ The business entity consisting of a person or

legal entity with the bases cooperative activities based on the principle of

cooperation as well as people’s economic movement based on the principle of

family”. Cooperative as a body of a legal entity may carry out activities of savings

and loon business as one business or sole activity cooperative efforts. In article 19

of Government Regulation No. 9 of 1995 Concerning in Implementation of the

Business Savings dan Loans by cooperatives, businesses credit unions and savings

and loan is to collect deposits of cooperatives time and savings cooperatives of

member to provide loans to members, prospective members, and or other

cooperative members. In connection with the provision of such loans cooperatives

shall receive assurances to minimize the risk of bad loans made by the debtor.

Then issues ynder discussion in this research is the imposition of fiduciary How is

the implementation done by the Credit Unions Wisata Bali and What factors are

causing collateral is not registered with fiduciary guarantee by the Credit Unions

Wisata Bali.

The Method of research used in writing this essay is by the method of

empirical legal research. Empirical legal research is legal research on the

implementation of the provisions of the law in action on any legal events that

occur in the community. This study uses primary data and secondary data.

Primary data is data from field research is a data obtained directlyfrom primary

sources on the ground that both the respondent and informant while secondary

data is data obtained through library research.

Results from this study is the implementation of load carried by the Credit

Unions Wisata Bali generally not registered with fiduciary but only by deed under

the hand as well as the delivery vehicle ownership documents to be stored and will

be returned when and credit repaid. Factors that influence with the registration of

fiduciary by the Credit Unions Wisata Bali namely the economic factors such ad

cost factors, the time factor, as well as cultural factors such as the trust factor,

familial factors.

Keywords : Security, Fiduciary, Cooperative

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, para pelaku

pembangunan ekonomi baik pemerintah maupun masyarakat ataupum perorangan

serta yang berbadan usaha yang mana memerlukan pendanaan yang sangat besar

serta cepat, demi meningkatkan kebutuhan konsumtif ataupun produktifnya,

dimana dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh

melalui kegiatan pinjam meminjam. Bagi perkembangan ekonomi suatu negara,

uang merupakan suatu kebutuhan. Bahkan bagi negara maju yang sudah kuat pun,

uang sangat berperan dalam perkembangan ekonomi negaranya. Uang mempunyai

fungsi untuk mencukupi kebutuhan hidup dan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup manusia harus selalu berusaha mendapatkan uang. Selain itu,

sektor perdagangan serta industri disaat ini sedang gencarnya difokuskan oleh

pemerintah, yang dilaksanakan dengan pro pemberian pinjaman. Pinjaman

tersebut dapat digunakan untuk mendirikan usaha-usaha kecil maupun digunakan

untuk keperluan lainnya sebagai sarana penunjang, hal ini mengingat pinjaman

berkontribusi sebagai bantuan permodalan guna usaha berjalan lancar dan dapat

mencapai kesuksesan.

Dalam upaya mendukung keseimbangan dan peningkatan pelaksanaan

pembangunan, lembaga keuangan bukan bank seperti koperasi ini telah

2

menunjukan perkembangan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan

pembangunan di Indonesia dan perkembangan ekonomi internasional serta sejalan

dengan peningkatan tuntutan kebutuhan masyarakat akan jasa yang tangguh dan

sehat.1 Dalam membangun suatu kepercayaan, antara para pihak yaitu debitur dan

kreditur dibutuhkan berbagai informasi yang mana informasi- informasi yang

dibutuhkan dari debitur akan diminta oleh kreditur, yang dikenal dengan

persyaratan-persyaratan kredit. Sedangkan pihak debitur sendiri sepatutnya

meminta informasi tentang fasilitas yang akan diberikan oleh kreditur. Sehingga

informasi-informasi dari kedua belah pihak akan membentuk “kesepakatan” dan

selanjutnya menimbulkan kepercayaan atau kredit.2

Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional di

Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

diantaranya dalam peningkatan kemajuan ekonomi bagi anggotanya dan bagi

masyarakat. Dalam menjalankan peranannya maka koperasi bertindak sebagai

salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan memberikan pinjaman dan

jasa keuangan lainnya. Koperasi merupakan badan usaha yang berbentuk badan

hukum setelah akta pendiriannya disetujui dan disahkan olehpemerintah, hal ini

sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan Undang- Undang Nomor 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian.

1 „C.S.T. Kansil, 1987, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta,

h.75.

2 Hermasyah, 2008, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada

Media Grup,hlm. 43.

3

Menurut definisi yang diberikan oleh Fay (1908), yang menyatakan bahwa

koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri

atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak

memikirkan diri sendri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup

menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding

dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.3Sedangkan secara umum

koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela

mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi

mereka pada suatu perusahaan yang demokratis.4

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian :

Koperasi Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang,

seseorang, atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasarkan asas kekeluargaan. Berdasarkan ketentuan ini, koperasi sebagai badan

usaha dapat bergerak di berbagai bidang.

Gambaran umum semua koperasi adalah struktur organisasi yang terdiri

dari sekelompok orang (kelompok koperasi) dan suatu badan usaha bersama

(koperasi) yang menghubungkan orang yang satu dengan orang yang lain dengan

3 Hendrojogi, 2012, Koperasi Asas-asas, Teori, dan Praktik, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, h.20. 4 Budi Untung,2005, Hukum Koperasi Dan Peran Notaris Indonesia,ANDI, Yogyakarta,

h.3.

4

hubungan pelayanan khusus. Ada bermacam pandangan mengenai motif untuk

bekerja sama dan sifat hubungan antara kelompok koperasi dan badan usaha

koperasi.5Dengan demikian, anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus

pengguna jasa koperasi tersebut, terdapat pula usaha lain yang dapat

meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota dengan kegiatan usaha lain

termasuk dalam kegiatan perbankan sehingga koperasi juga mempunyai peran di

sektor kehidupan ekonomi. Dalam hal kegiatan perbankan yang berbentuk hukum,

koperasi tujuannya utamanya tetap mensejahterakan anggotanya sekaligus

mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan.6

Berdasarkan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 (untuk di selanjutnya disebut UUDNRI 1945) ditentukan bahwa:

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.

Dan menurut penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia ditentukan bahwa:“dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,

produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan

anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan

kemakmuran orang-orang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasar atas asas kekeluargaan.Bangun perusahaan yang sesuai dengan

itu ialah koperasi”.

5 Andjar Pachta W et. al., 2008, Hukum Koperasi Indoenesia, Kencana, Jakarta,

(selanjutnya disingkat Andjar Pachta W et. al., I) h.14. 6 Muhamad Djumhana,2006, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, h.188.

5

Koperasi dapat dibedakan berdasarkan jenis kegiatan koperasi, jenis

anggota, profesi anggota, fungsi serta tujuan, dan kebutuhan sendiri.Tetapi pada

dasarnya koperasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu koperasi yang

berdasarkan kegiatan usaha serta jenis koperasi beradasarkan anggotanya.

Pada dasarnya koperasi dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

a. Koperasi konsumsi ( menyediakan barang konsumsi anggota).

b. Koperasi produksi ( menghasilkan barang bersama).

c. Koperasi simpan pinjam ( menerima tabungan dan memberi pinjaman).

d. Koperasi serba usaha ( campuran ).

Jenis koperasi berdasarkan tingkatannya dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Koperasi primer ( anggotanya masih perorangan ).

b. Koperasi sekunder ( gabungan koperasi atau induk koperasi ).

Koperasi sebagai suatu badan usaha yang berbadan hukum dapat

melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau satu-

satunya kegiatan usaha koperasi. Dalam pasal 44 UU Perkoperasian khususnya

koperasi simpan pinjam dalam kegiatan usahanya adalah menerima tabungan atau

menghimpun dana serta menyalurkannya kembali, dana tersebut berasal dari dan

untuk anggota koperasi lainnya. Oleh karena itu pinjaman wajib dikelola dengan

prinsip kehati-hatian (Prudential).

Kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi di masyarakat itu ada

melalui pemberian pinjaman.Pemberian suatu pinjaman pada dasarnya dapat

diberikan kepada semua orang apabila orang tersebut mempunyai kemampuan

untuk membayar. Melalui perjanjian utang piutang antara kreditur dan debitur

6

yang disebut dengan perjanjian. Apabila perjanjian pinjaman disepakati, maka

lahirlah kewajiban pada kreditur untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan oleh

kreditur. Selama proses tersebut tidak mengalami masalah, dalam arti kreditur

dan debitur melakasanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang

diperjanjikan, maka persoalan tidak akan muncul.

Pemberian pinjaman oleh Koperasi Simpan Pinjam, sebagaimana

dilakukan pada pemberian kredit Bank, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam rangka melindungi dan mengamankan dana masyarakat yang dikelola

Koperasi Simpan Pinjam untuk disalurkan dalam bentuk pinjaman, yaitu:

1. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian;

2. Harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur

(dalam perjanjian kredit untuk koperasi disebut dengan anggota) untuk

melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan;

3. Wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan lembaga dan masyarakat

yang mempercayakan dananya pada Koperasi Simpan Pinjam;

4. Harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.

Untuk memperoleh keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor,

maka sebelum memberikan pinjaman, harus dilakukan penilaian yang seksama

terhadap watak (character), kemampuan (capacity to create sources of funding),

modal (capital), agunan (collateral), wewenang untuk meminjam (competence to

borrow) dan prospek usaha debitor tersebut (condition of economy and sector of

business).7

7 Kasmir, 2002, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta, h.104-105.

7

Sehubungan dengan kegiatan pinjam meminjam dalam usaha koperasi

simpan pinjam tersebut, maka koperasi dapat memberikan pinjaman kepada

peminjam (debitur) dengan disertakan dengan jaminan. Jaminan utang dapat

berupa barang atau benda sehingga merupakan jaminan kebendaan yang

memberikan hak-hak kebendaan kepada pemegang jaminan atau janji

penanggungan utang yang merupakan jaminan perorangan. Fungsi dari jaminan

ini untuk memastikan pengembalian uangnya serta menghindari jika debitur lalai

mengembalikan uang pinjaman pada saat yang ditentukan.

Sebagaimana perjanjian jaminan hutang lainnya, seperti perjanjian gadai,

hipotik, atau hak tanggungan, maka perjanjian fidusia juga merupakan suatu

perjanjian yang assessoir (perjanjian buntutan). Di samping istilah fidusia, dikenal

juga istilah jaminan fidusia. Istilah jaminan fidusia ini dikenal dalam Pasal 1

angka 2 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Jaminan Fidusia adalah hak atas benda bergerak baik yang berwujud

maupun yang tidak berujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang

tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tangguangan yang tetap berada dalam

penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap

kreditur lainnya.

Unsur-unsur jaminan fidusia :

1. Adanya hak jaminan;

8

2. Adanya objek, yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak

berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat

dibebani hak tanggungan. Ini berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah

susun;

3. Benda menjadi objek jaminan tetap dalam penguasaan pemberi fidusia;

4. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur.8

Timbulnya lembaga fidusia sebagaimana yang dipaparkan oleh para ahli

adalah karena ketentuan undang-undang yang mengatur tentang lembaga fand

(gadai) mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masayrakat

dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat. Hambatan itu meliputi :

1. Adanya asas inbezitstelling, yang menyatakan bahwa kekuasaan atas

bendanya harus pindah /berada pada pemegang gadai, sebagaimana yang

diatur di dalam Pasal 1152 KUHPerdata.

2. Gadai atas surat-surat piutang, kelemahan dalam melaksanakan gadai atas

surat-surat piutang ini karena tidak adanya ketentuan tentang cara penarikan

dari piutang-piutang oleh si pemegang gadai.

3. Gadai kurang memuaskan karena ketiadaan kepastian berkedudukan sebagai

kreditur terkuat, sebagaimana tampak dalam hal membagi hasil eksekusi,

kreditur lain, yaitu pemegang hak privilege dapat berkedudukan lebih tinggi

daripada pemegang gadai.9

8H. Salim H.S, op.cit, h.57.

9 H. Salim. H.S, op.cit, h.59.

9

Dengan adanya berbagai kelemahan diatas. Dalam praktik timbul lembaga

baru yaitu fidusia. Pada awal perkembangannya yang terjadi di Negeri Belanda

mendapat tantangan yang keras dari yurisprudensi karena dianggap menyimpang

dari ketentuan Pasal 1152 ayat (2) KUHPerdata. Tidak memenuhi syarat tentang

harus adanya causa yang diperkenankan. Namun, dalam perkembangannya arrest

Hoge Raad mengakui sahnya figur fidusia, arrest ini terkenal dengan

Bierbrouwerij Arrest. Pertimbangan yang diberikan oleh Hoge Raad lebih

menekankan pada segi hukumnya daripada segi kemasyarakatannya. Hoge

berpendapat perjanjian fidusia bukanlah perjanjian gadai dan tidak terjadi

penyimpangan hukum.

Di Indonesia, lembaga fidusia lahir berdasarkan Arrest Hoggerechtshof 18

Agustus 1932. Lahirnya Arrest ini karena pengaruh asas konkordansi dan

dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari pengusaha-pengusaha

kecil, pengecer, pedagang menengah, pedagang grosir yang memerlukan fasilitas

kredit untuk usahanya. Perkembangan perundang-undangan fidusia sangat lambat

karena undang-undang yang mengatur tentang jaminan fidusia baru diundangkan

pada tahun 1999, berkenaan dengan lahirnya era reformasi.

Apabila kita mengkaji perkembangan yurisprudensi dan peraturan

perundang-undangan, yang menjadi dasar hukum berlakunya fidusia, dapat

disajikan sebagai berikut :

1. Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 Januari 1929 tentang Bierbrouwerij

Arrest (negeri Belanda);

10

2. Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang BPM-Clynet Arrest

(Indonesia); dan

3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.10

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

jaminan fidusia, maka yang menjadi objek jaminan fidusia dibagi 2 macam, yaitu:

1. Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan;

2. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak

tanggungan.

Subjek dari jaminan fidusia adalah :

1. Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang

menjadi objek jaminan fidusia; dan

2. Penerima fidusia adalah orang perorangan atau korporasi yang mempunyai

piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.11

Terkait dengan permohonan pinjaman oleh anggota koperasi simpan

pinjam yang disertakan dengan jaminan, ada baiknya melihat beberapa syarat

jaminan utang menjadi jaminan utang yang baik, yaitu:

1. Mudah dan cepat dalam proses pengikatan jaminan.

2. Jaminan utang jangan menempatkan kreditornya untuk bersengketa.

3. Gampang dinilai harga barang jaminan tersebut.

4. Nilai jaminan tersebut dapat meningkat terus, atau setidak-tidaknya stabil.

10 H. Salim. H.S, loc.cit.

11H. Salim. H.S, op.cit, h. 64.

11

5. Jaminan barang tidak membebankan kewajiban- kewajiban tertentu bagi

kreditor. Misalnya kewajiban untuk merawat dan memperbaiki barang, bayar

pajak, dan sebagainya.

6. Gampang dieksekusi ketika pinjaman macet, jelas model pengeksekusian

jaminan tersebut, cepat dan murah biaya pelaksanaan eksekusi tersebut, dan

tanpa perlu bantuan dari debitur. Hal ini berarti bahwa suatu pinjaman utang

haruslah selalu berada alam keadaan “mendekati tunai” (near to cash).

Berkaitan dengan Eksekusi Jaminan Fidusia diatur dalam pasal 29 sampai

dengan Pasal 34 UU Jaminan Fidusia. Eksekusi jaminan fidusia adalah penyitaan

dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Yang menjadi penyebab

timbulnya eksekusi jaminan fidusia adalah karena debitur atau pemberi

fidusiacedera janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada

penerima fidusia, walaupun mereka telah diberikan somasi.12

Ada tigat (3) cara eksekusi benda jaminan fidusia, yaitu :

1. Pelaksanaan titel eksekutorial oleh penerima fidusia. Yang dimaksud dengan

titel eksekutorial (alas hak eksekusi) adalah tulisan yang mengandung

pelaksanaan putusan pengadilan yang memberikan dasar untuk penyitaan dan

lelang sita (executorial verkoop) tanpa perantaraan hakim.;

2. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima

fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan

piutangnya dari hasil penjualan; dan

12

H. Salim. H.S, op.cit, h. 89.

12

3. Penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi

dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga yang

tertinggi yang mengguntungkan para pihak.13

Untuk melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia maka pemberi

fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Apabila

benda yang menjadi objek jaminan fidusia terdiri atas benda perdagangan atau

efek yang dapat dijual dipasar atau dibursa, penjualannya dapat dilakukan di

tempat tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Koperasi tidak dapat menyediakan dana sebesar bank umum dalam

menyalurkan pinjamannya ke masyarakat. Oleh karena itu, pada umumnya

koperasi menggunakan jaminan kebendaan berupa pembebanan benda

bergeraksebagai jaminan kredit. Berdasarkan hukum positif yang berlaku di

Indonesia, pembebanan benda bergerak sebagai jaminan kredit menggunakan

Lembaga Jaminan Gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160

KUHPerdata, dan Lembaga jaminan Fidusia sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Koperasi Wisata Bali merupakan salah satu koperasi yang berkedudukan

di Jalan Tohpati di Denpasar. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah unit

simpan pinjam yang menerima simpanan dalam bentuk simpanan pokok,

simpanan wajib dan simpanan berjangka.

13 H. Salim. H.S, op.cit, h. 90.

13

Dalam hal pemberian pinjaman yang diberikan oleh Koperasi, khususnya

Koperasi Wisata Bali kepada anggotanya yang merupakan koperasi untuk

masyarakat umum, membebankan benda sebagai jaminan, yang umumnya berupa

benda bergerak berdasarkan kepercayaan. Benda jaminan tersebut tetap dalam

penguasaan debiturnya karena dapat dipergunakan untuk beraktivitas dalam

kehidupan sehari-hari atas dasar kepercayaan dari Koperasi kepada anggotanya.

Pada prakteknya implementasi eksekusi jaminan fidusia yang wajib

diserahkan oleh kreditur kepada debitur apabila terjadi pinjaman macet sebagai

yang telah ditentukan dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia, sehingga apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh

nasabah akan menimbulkan akibat hukum, maka dari itu sangat menarik untuk

diteliti dan dibahas dalam suatu karya ilmiah yang berjudul:

“ImplementasiEksekusi Jaminan Fidusia Dalam Hal Debitur Wanprestasi

Pada Koperasi Wisata Bali Di Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang diatas, maka dapat ditarik beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Implementasi Eksekusi Jaminan Fidusia dalam hal Debitur

Wanprestasi di Koperasi Wisata Bali di Denpasar?

14

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi hambatandalam Implementasi Eksekusi

Jaminan Fidusia dalam hal Debitur Wanprestasi di Koperasi Wisata Bali di

Denpasar?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Supaya pembahasan tidak melebar dari rumusan masalah yang ditetapkan

dan untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam pembahasan akan dibatasi.

Maka dalam penulisan iniakan ditekankan pada kendaladalam

implementasieksekusi jaminan fidusia dan faktor- faktor yang menjadi hambatan

dalam implementasi eksekusi jaminan fidusia di Koperasi Wisata Bali.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan usulan penelitian ini

merupakan hasil karya asli dari penulis, merupakan suatu buah pemikiran penulis

yang dikembangkan sendiri oleh penulis. Untuk sebagai bukti mendukung

pelaksanaan semangat anti plagiat di dalam bidang pendidikan di Indonesia, maka

penulis tunjukkan orisinalitas dari penelitian yang tengan di buat dengan

menampilkan beberapa judul penelitian terdahulu sebagai pembanding:

No Judul Nama Penulis Rumusan Masalah

1. Skripsi: Tinjauan

Tentang

Pelaksanaan

Perjanjian

Ratna Wijayanthi.

(Fakultas Hukum

Universitas Sebelas

Maret

1. Bagaimana prosedur

perjanjian pinjam-

meminjam dengan

jaminan fidusia di

15

1.5 Tujuan penelitian

Sebagai tahapan terakhir bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan

studinya ditingkat perguruan tinggi khususnya Fakultas Hukum Universitas

Udayana, diperlukan adanya suatu karya tulis yang bersifat ilmiah dalam suatu

bidang studi tertentu, baik yang bersifat penelitian kepustakaan maupun penelitian

lapangan yang merupakan karya nyata atas kemampuan akademis selama

mengikuti pendidikan. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini

adalah :

Pinjam-

Meminjam

Dengan Jaminan

Fidusia

Di Koperasi

Simpan

Pinjam(KSP)

Ibnu Khaldun

Kabupaten Pati

Jawa Tengah

Surakarta

2009)

Koperasi Simpan Pinjam

(KSP) Ibnu

KhaldunKabupaten Pati

Jawa Tengah?

2. Bagaimana bentuk

perjanjian dalam

pelaksanaan perjanjian

pinjam meminjam

dengan jaminan fidusia

di Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) Ibnu

Khaldun Kabupaten Pati

Jawa Tengah ?

2. Skripsi:

Penyelesaian

Kedit Macet Atas

Kredit Tanpa

Agunan Yang

Diberikan Kepada

Usaha Kecil Dan

Menengah.

Made Gede Dwidya

Santhika.

(Program Ekstensi

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

2010).

1. Apa dasar hukum

perjanjian krdit tanpa

agunan atas kredit yang

diberikan kepada usha

kecil dan menengah?

2. Bagaimana penyelesaian

kredit macet tanpa

agunan atas kredit yang

diberikan kepada usaha

kecil dan menengah?

16

a. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui bagaimanakah dalam implementasieksekusijaminan fidusia

dalam hal debitur wanprestasi di Koperasi Wisata Bali.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam

implementasieksekusi jaminan fidusia di Koperasi Wisata Bali.

b. Tujuan khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus penyusunan skripsi ini adalah untuk

memahami permasalahan yang diangkat dan diperoleh dari suatu penelitian.

Adapun tujuan khusus tersebut meliputi:

1. Untuk memahamiimplementasi eksekusi benda jaminan fidusia di Koperasi

Wisata Bali.

2. Untuk memahami faktor- faktor yang menjadi kendala dalam implementasi

eksekusi jaminan fidusia di Koperasi Wisata Bali.

1.6 Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

1 Mengembangkan wawasan mahasiswa dalam penerapan ilmu hukum serta

meningkatkan pengetahuan di bidang prosedur eksekusi jaminan fidusia dalam

hal ini khususnya dalam koperasi di Indonesia.

2 Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

hukum khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh

dalam implementasi eksekusi fidusia di koperasi di Indonesia.

17

b. Manfaat praktis

1. Dapat menemukan jawaban terhadap permasalahan yang terjadi, yakni

mengetahui prosedur eksekusi benda dengan jaminan fidusia oleh koperasi

simpan pinjam.

2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksana-

pelaksana hukum yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menjadi

hambatan dalam implementasi eksekusi jaminan fidusia pada koperasi simpan

pinjam.

1.7 Landasan teoritis

Di dalam pembahasan karya ilmiah tugas akhir sebelumnya perlu kiranya

diuraikan beberapa konsep yang menjadi landasan teoritis yang berkaitan dengan

pokok permasalahan yang akan di bahas. Adanya landasan teoritis sangat

diperlukan dalam suatu penulisan karya ilmiah yang bertujuan untuk membantu

penelitian dalam menentukan tujuan dan arah penelitian, memilih konsep yang

tepat dalam kerangka pembahasan pokok permasalahan yang dikaji.

Mengenai koperasi simpan pinjam diatur pada Bab I Pasal 1 Peraturan

Pemerintah No.9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh

Koperasi, disebutkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi yang

usahanya hanya simpan pinjam. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada

anggota-anggotanya untuk meminjam dan menyimpan uang. Sedangkan kegiatan

usaha yang dilakukan oleh koperasi simpan pinjam diatur dalam Pasal 19 yaitu:

(1) Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam adalah:

18

a. Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari

anggota dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya.

b. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya, koperasi lain dan

atau anggotanya.

(1) Dalam memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam dan unit simpan

pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman yang sehat dengan

memperhatikan kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman;

(2) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dalam melayani koperasi lain

dan atau anggotanya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

berdasarkan kerjasama antar koperasi.

Menurut Pasal 1 angka 11Undang-Undang Republik Nomor 10 Tahun

1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 7

Tahun 1992 Tentang Perbankan, menyebutkan bahwa: “ Kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga”. Suatu perjanjian kredit yang didalamnya

terdapat kesepakatan antara dua subjek hukum yang saling mengikatkan dirinya

pada perjanjian tersebut.Perikatan diantara dua subjek hukum dapat lahir dari

undang-undang dan perjanjian. Perikatan merupakan suatu hubungan hukum

dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih dimana pihak yang

satu berhak atas sesuatu dan pihak yang lain berkewajiban atas sesuatu.

19

Hubungan hukum antara subjek hukum baru dapat dikatakan, apabila telah

dipenuhi syarat berikut:

1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur

hubungan hukum itu; dan

2. Timbulnya peristiwa hukum.14

Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka hubungan hukum tersebut

timbul dari perjanjian. Adapun Teori perjanjian (overeenkomst theorie) yang

dikemukakan oleh Thol dalam bukunya”Das Handsrech” mengatakan; yang

menjadi dasar hukum mengikatnya adalah suatu perjanjian, yang

merupakanperbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya dengan satu orang atau lebih.15

Dalam Pasal 1313 KUHPerdata diatur

mengenai perjanjian,yang menyebutkan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih megikatkan dirinya terhadap satu

orang lain atau lebih”. Adapun syarat sahnya suatu perjanjian, terdapat dalam

Pasal 1320 KUHPerdata,yaitu:

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan syarat-syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

14

R. Soeroso, 2000, Penghantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.269. 15

Ahmadi Miru, Sakka Pat, 2008, Hukum Perikatan, Penjelasan Makna pasal 1233

sampai 1456 BW, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.78.

20

Pemberian pinjaman modal disyaratkan adanya agunan atau jaminan

kredit. Definisi dari Agunan menurut Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah jaminan tambahan yang diserahkan

Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Adapun perbedaan mengenai jaminan

dan agunan yaitu pengertian “jaminan” lebih luas dari pada pengertian “agunan”,

dimana agunan berkaitan dengan “barang”, sementara “jaminan” tidak hanya

berkaitan dengan barang, tetapi berkaitan pula dengan character, capacity,

capital, dan condition of economy dari nasabah kreditur yang bersangkutan.16

Akan tetapi dalam hal prosedur pemberian pinjaman tersebut koperasi

tidak memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan pelaksanaan pengikatan

jaminan. Adanya beberapa faktor-faktor yang menjadi kendala dalam

implementasi eksekusi jaminan fidusia dapat mempengaruhi koperasi tidak

menjalankan prosedur pelaksanaan pengikatan atau pelaksanaan eksekusi jaminan

fidusia sesuai dengan peraturan yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia pada koperasi.

16

Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, h.67.

21

1.8 Metode penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut :

a. Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan sehubungan dengan skripsi ini adalah termasuk

jenis penelitian hukum yang bersifat penelitian hukum empiris. Penelitian hukum

empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi

ketentuan hukum (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secara in action pada

setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi di dalam masyarkat. Fokus penelitian

hukum empiris adalah pada penerapan atau implementasi ketentuan normatif pada

peristiwa hukum tertentu dan hasilnya.17

b. Jenis pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan menggunakan

pendekatan:

1) Pendekatan fakta

Pendekatan fakta dengan melihat dan meneliti fakta- fakta yang ada di

lapangan mengenai kendala-kendala yang dihadapi koperasi simpan pinjam dalam

melaksanakan implementasi eksekusi jaminan fidusia dan faktor-faktor yang

berpengaruh dalam implementasi eksekusi jaminan fidusia dalam hal debitur

wanprestasi pada Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali di Denpasar.

17

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, h.134.

22

2) Pendekatan Analisis Konsep Hukum(Analitical & Conseptual Approach)

Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan

ide- ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep- konsep hukum, dan asas-

asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.18

Dalam hal ini isu yang

dihadapi yakni yang berkaitan dengan kendala-kendala yang dihadapi Koperasi

Wisata Bali dalam upaya implementasi eksekusi jaminan fidusia.

c. Sifat penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan ini adalah deskriktif. Penelitian yang

sifatnya deskriktif merupakan penelitian secara umum, termasuk di dalamnya

penelitian ilmu hukum, yang mempunyai tujuan untuk menggambarkan sifat-sifat

suatu individu, keadaan, gejala, atau untuk menentukan penyebab suatu gejala

dengan gejala lain dalam masyarakat. Dengan menggunakan sifat penelitian

deskriktif ini, diharapkan mampu mengetahui implementasi berlakunya Undang-

Undang Jaminan Fidusia sebagai dasar hukum pelaksanaan eksekusi benda

sebagai jaminan.

d. Data dan sumber data

Sumber data penelitian ini berasal dari penelitian secara langsung terjun ke

masyarakat untuk mendapatkan data yang konkret. Disini dilakukan penelitian

18

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, h.95.

23

secara langsung ke Koperasi Simpan Pinjam Wisata Bali, yang mengeluarkan

pinjaman disini terdapat dua jenis data :

1) Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan yang

berasal dari informan, yaitu para pengurus dan anggota Koperasi Keluarga

Wisata Bali serta responden.

2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, yang

meliputi :

a) Bahan hukum primer berupa peraturan Perundang-undangan yaitu :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

3. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

4. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.

6. Keputusan Mentri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah

Republik Indonesia Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Pedoman

Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam Dan Unit Simpan

Koperasi.

b) Bahan hukum sekunder berupa: buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum dan

hasil karya ilmiah para sarjana yang berkaitan dengan penyelesaian pinjaman

bermasalah.

24

c) Bahan hukum tersier berupa kamus hukum Indonesia, kamus bahasa

Indonesia, kamus bahasa Inggris, kamus bahasa Belanda, dan encyclopedia.

e. Teknik pengumpulan data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder, yang teknik pengumpulannya berbeda satu dengan yang lainnya.

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Untuk data primer, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara

langsung dengan para informan serta terdapat beberapa responden. Selain itu

data dapat pula dikumpulkan dengan observasi langsung dimana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung yaitu di Koperasi Keluarga Wisata

Bali.

2) Untuk data sekunder, teknik pengumpulannya dilakukan dengan studi

dokumen, dengan melakukan pengumpulan dokumen yang relevan dengan

permasalahan penelitian, kemudian dibaca serta dianalisis, dan selanjutnya

diklasifikasikan secara sistematis.

f. Teknik pengolahan dan analisis data

1) Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan mengumpulkan dan

memplajari data yang terdapat dalam buku, artikel, dokumen resmi dan

menganalisa untuk kemudian dikoreksi menjadi tulisan yang integral.

25

2) Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan yang bertujuan untuk penunjang bahan hukum primer

dengan cara :

a) Wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung

kepada narasumber. Teknik wawancara ini dilakukan dengan terstruktur yang

dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah penulis

sediakan terlebih dahulu guna untuk mendapatkan jawaban yang relevan

didalam kasus penelitian.

b) Observasi (pengamatan) insentif, yaitu pengamatan yang dilakukan di

Lembaga Perbankan dan Kantor Notaris-PPAT.