suppositoria words

8
SUPPOSITORIA Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra (Anonim,1995 ). Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005). Penggunaan suppositoria bertujuan : 1) Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum. 2) Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat 3) Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati ( Syamsuni, 2005 ) Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain: Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak Bentuknya seperti terpedo karena suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur (Anief, 2005; Syamsuni, 2005). Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain: Tidak menyenangkan penggunaan Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan. 1

Upload: butik-ku

Post on 22-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Suppositoria Words

TRANSCRIPT

Page 1: Suppositoria Words

SUPPOSITORIA

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra (Anonim,1995 ).

Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005).

Penggunaan suppositoria bertujuan :1) Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi

lainnya. Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.

2) Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat3) Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan

perubahan obat secara biokimia di dalam hati ( Syamsuni, 2005 )

Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain: Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan  Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat memberi efek

lebih cepat daripada penggunaan obat per oral Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak  Bentuknya seperti terpedo karena suppositoria akan tertarik masuk dengan

sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur (Anief, 2005; Syamsuni, 2005).

Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain: Tidak menyenangkan penggunaan Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat per rektal:a) Faktor fisiologis antara lain pelepasan obat dari basis atau bahan dasar, difusi obat

melalui mukosa, detoksifikasi atau metanolisme, distribusi di cairan jaringan dan terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan.

b) Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain : kelarutan obat, kadar obat dalam basis, ukuran partikel dan basis supositoria ( Syamsuni, 2005).

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat suppositoria harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah lemak cokelat (oleum cacao), polietilenglikol (PEG), lemak tengkawang (oleum shorae) atau gelatin (Syamsuni, 2005).

Sifat ideal bahan dasar/ basis yang digunakan antara lain:Tidak mengiritasiMudah dibersihkanTidak meninggalkan bekas

1

Page 2: Suppositoria Words

Stabil Tidak tergantung PHDapat bercampur dengan banyak obatSecara terapi netralMemiliki daya sebar yang baik/ mudah dioleskanMemiliki kandungan mikrobakteri yang kecil (10 2 / g ) dan tidak ada enterobakteri pseudemonas aeruginosa dan s.aureus ( Sulaiman dan Kuswahyuning,2008 ).

Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Bahan dasar yang digunakan harus meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan

yang ada di rektum Obat harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu dipanaskan. Bila sukar larut, obat

harus diserbukkan terlebih dahulu sampai halus. Setelah campurn obat dan bahan dasarnya meleleh atau mencair, campuran itu

dituangkan ke dalam cetakan supositoria dan didinginkan. Cetakan ini dibuat dari besi yang dilapisi nikel dan logam lain; ada juga terbuat dari plastik (Syamsuni, 2005 ).

Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:a. Suppositoria rectal b. Suppositoria vaginal c. Suppositoria uretra d. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga “kerucut telinga”,

A. Suppositoria rectal suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada satu atau kedua

ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang  2 g ( anonim, 1995). Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi). bentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil,

tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao

( Ansel,2005 ).

B. Suppositoria vaginal bentuk bulat atau bulat telur berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air

ex.polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. ( Anonim,1995; Ansel, 2005).

C. Suppositoria uretra suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut “bougie”.

2

Page 3: Suppositoria Words

Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita.

Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm, Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram.

Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).

D. Suppositoria untuk hidung&untuk telinga “kerucut telinga”, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih

kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin.

Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).

EVALUASI SUPPOSITORIA1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada

etiketnya.- Peralatan yang digunakan untuk uji penetapan kadar ialah peralatan volumetrik

seperti: buret, gelas ukur, pipet, termometer, serta timbangan yang sesuai yang telah dikalibrasi.

- Penetapan kadar zat aktif dapat dilakukan dengan metode titrimetri dengan terlebih dahulu melelehkan suppositoria. Untuk hasil kadar yang diperoleh harus sama dengan yang tertera pada etiket.

- Apabila tidak sama atau pun sama sekali tidak mendekati maka suppositoria tersebut harus diulang.

2. Uji terhadap titik leburnya, terutama jika menggunakan bahan Oleum cacao.- Dalam farmakope, titik lebur, jarak lebur, dan suhu lebur zat didefinisikan sebagai

rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur sempurna. - Alat penetapan suhu lebur adalah wadah gelas untuk tangas cairan transparan, alat

pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat, dan sumber panas yang terkendali.

- Cairan dalam tangas memiliki kedalaman yang cukup sehingga termometer dapat tercelup dengan pencadang raksa tetap berada lebih kurang 2 cm di atas dasar tangas. Panas didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran panjang lebih kurang 10 cm dan dalam diameter 0,8 mm sampai 1,2 mm dengan ketebalan dinding 0,2 mm sampai 0,3 mm.

- Metode pengerjaan ialah dengan pertama-tama menggerus suppositoria sampai halus. Mengisi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup dengan suppositoria tadi secukupnya hingga membentuk kolom didasar tabung dengan tinggi 2,5 mm hingga 3,5 mm setelah diisi semampat mungkin. Kemudian memanaskan tangas hingga suhu lebih kurang 10o dibawah suhu yang diperkirakan, dan menaikkan suhu dengan kecepatan 1o sampai 0,5o per menit.

3

Page 4: Suppositoria Words

Letakkan termometer sampai suhu-suhu tersebut kemudian diangkat dan menempelkan tabung kapiler untuk membasahinya dengan cairan dari tangas

- Bila suhu mencapai 5o dibawah suhu temperatur yang diperkirakan, dilanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna. Metode ini dilakukan berulang dengan pengadukan tetap pada tangas

- Suhu pada saat kolom suppositoria yang diamati terlepas sempurna dari dinding kapiler didefinisikan sebagai permulaan melebur, dan suhu pada saat suppositoria melebur seluruhnya didefinisikan sebagai akhir peleburan atau suhu lebur.

- Untuk Oleum cacao karena merupakan bahan dasar yang titik leburnya dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu maka pemeriksaannya lebih diutamakan. Oleum cacao nomal biasanya meleleh pada 31o-34oC. Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di atas titik leburnya, Oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.

- Untuk bahan dasar PEG maka suppositoria harus meleleh pada suhu tubuh sekitar 37oC, untuk titik lebur PEG pada keadaan normal adalah 35o-63oC.

- Untuk bahan dasar gelatin, tween, polietilen glikol, serta surfaktan juga harus meleleh pada suhu tubuh. Apabila terjadi penyimpangan titik lebur maka suppositoria harus diulang.

3. Uji kerapuhan untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan.- Suppositoria hendaknya jangan terlalu lemah atau lembek maupun terlalu keras

yang menjadikannya sukar meleleh. - Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Suppositoria dipotong ke

arah bagian yang melebar. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar. Kemudian diberikan beban seberat 20N (lebih kurang 2 kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung. Apabila terlalu keras atau pun terlalu rapuh maka suppositoria harus diulangi.

4. Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15 menit, sedangkan untuk Oleum cacao dingin 3 menit.- Uji waktu hancur untuk suppositoria dan adalah untuk menetapkan waktu hancur

atau menjadi lunaknya suatu sediaan suppositoria dalam waktu yang ditetapkan apabila dimasukkan dalam suatu cairan media pada suatu kondisi percobaan yang ditetapkan.

- Alat yang digunakan ialah:a) suatu batang yang transparan yang terbuat dari kaca atau plastik yang sesuai

dengan tinggi 60 mm, diameter dalam 52 mm dan tebal dinding yang sesuai; b) suatu alat logam yang terdiri atas dua cakram logam tahan karat, masing-

masing cakram memiliki 39 lubang dengan diameter 4 mm dan tersebar sedemikian rupa. Diameter dari cakram hampir sama dengan diameter dalam dari tabung transparan. Cakram diletakkan terpisah pada jarak lebih kurang 30

4

Page 5: Suppositoria Words

mm dari cakram lainnya. Alat logam tersebut dilekatkan pada bagian luar tabung transparan dengan tiga alat pengait berjarak sama.

- Cara kerjanya ialah dengan pertama-tama meletakkan satu suppositoria pada cakram berlubang bawah dari alat logam dan memasukkan alat logam itu ke dalam tabung transparan dan mengaitkan pada tabung. Mengulangi lebih lanjut dengan dua suppositoria dengan alat logam dan tabung transparan. Menempatkan alat dalam wadah berisi paling sedikit 4 liter air. Tiga alat tersebut semua dapat ditempatkan bersama-sama dalam satu wadah berisi paling sedikit 12 liter air, bersuhu antara 36o hingga 37o, dilengkapi dengan suatu pengaduk lambat dan alat penopang agar bagian atas alat berjarak 90 mm di bawah permukaan air. Setelah tiap 10 menit, alat dibalikkan tanpa mengeluarkannya dari cairan.

- Suatu suppositoria dinyatakan hancur sempurna apabila : 1) terlarut sempurna atau, 2) terdispersi menjadi komponen, bagian lemak cair berkumpul pada

permukaan, bagian serbuk yang tidak larut berada di dasar atau terlarut atau,3) menjadi lunak, mengalami perubahan dalam bentuknya tanpa harus terpisah

menjadi komponennya dan massa tidak mempunyai inti yang memberikan rintangan bila diaduk dengan pengaduk kaca. Kecuali dinyatakan lain, waktu maksimal yang diperlukan untuk menghancurkan suppositoria tidak lebih dari 30 menit untuk suppositoria dengan dasar lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk suppositoria yang larut dalam air. Apabila waktu hancur menyimpang dari yang seharusnya maka suppositoria harus diulang.

- Kecuali dinyatakan lain, waktu maksimal yang diperlukan untuk menghancurkan suppositoria tidak lebih dari 30 menit untuk suppositoria dengan dasar lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk suppositoria yang larut dalam air. Apabila waktu hancur menyimpang dari yang seharusnya maka suppositoria harus diulang.

5. Uji homogenitas.- Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, suppositoria harus

memiliki homogenitas atau keseragaman bobot dan keseragaman kandungan.- Untuk keseragam bobot, ditimbang dengan seksama 10 tablet, satu per satu, dan

dihitung berat rata-rata, dari hasil penetapan kadar maka dapat dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan masing-masing 10 satuan sediaan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.

DAFTAR PUSTAKA1) Anief, Moh, 2000, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta2) Anief, Moh, 2005, Farmasetika, Gadjah Mada University Press,

YogyakartaAnonim, 1979, Farmakope Indonesia Ed III, Depkes RI, Jakarta3) Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed IV, Depkes RI, Jakarta4) Ansel, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta5) Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku6) Kedokteran EGC, Jakarta7) Sulaiman, T. N. S dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi dan Formulasi

5

Page 6: Suppositoria Words

8) Sediaan Semipadat, Laboratorium Teknologi Farmasi Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

6