suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk

25
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra (Anonim,1995 ). Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, har us dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005). 1.2. Macam-macam Suppositoria Farmakope membedakan tiga macam Suppositoria : a) Suppositoria Lemak Coklat Suppositoria dengan bahan lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan obat yang dihaluskan kedalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin didalam cetakan. Sejumlah zat 1

Upload: yeyet-dy

Post on 06-Aug-2015

701 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang

diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra (Anonim,1995 ). Bentuk dan ukurannya harus

sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang

diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, har us dapat bertahan untuk suatu

waktu tertentu (Ansel,2005).

1.2. Macam-macam Suppositoria

Farmakope membedakan tiga macam Suppositoria :

a) Suppositoria Lemak Coklat

Suppositoria dengan bahan lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan obat

yang dihaluskan kedalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan

dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur dan

membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin didalam cetakan. Sejumlah zat

pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa

obat (seperti: kloralhidrat dan fenol) melunakan bahan dasar. Yang penting,

suppositoria meleleh pada suhu tubuh.

Perkiraan bobot supppositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibwh ini

suppositoria yang di buat dari bahan dasar lain, bobotnya bervariiasi dan umumnya

lebih era dari pada bobot yang disebutkan dibawah ini.

Suppositoria rektal. Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu

atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 gram.

1

Page 2: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

Suppositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan erbobot lebih

kuan 5 gam, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur

dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.

Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat harus disimpan dalam wdah tertututp

baik, sebaiknya pada suhu di bawah 300C (suhu kamar terkendali).

b) Pengganti lemak coklat

Suppositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai nabati,

seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yagn dimodifikasi degan esteridikasi

hidrogenasi, dan fraksionasi hingga diperoleh berbagai komposisi dan suhu lebur

(misalnya minyak nabati terhidrogenasi dan lemak padat). Produk ini dapat dirancang

sedemikian hingga dapat menguurangi terjadina ketengikan. Selain itu, sifat yang

diingink seperti interval yang sempit antara suhu melebur dan suhu memadat da

harak lebur jufa dapat dirancang untuk penyesuaian berbagai formulasi dan keadaan

iklim.

c) Suppositoria gelatin tergliserinasi

bahan obat dapat dicampurkan kedalam bahan dasar gelatin tergliserinasi, dengan

menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari lebih

kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air. Suppositoria ini harus

disimpan dalam wadah tertutut rapat sebaiknya pada suhu dibawah 350C.

d) Suppositoria dengan bahan dasar polietilen glikol

Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu

tubuh telah digunakan sebagai bahan dasar suppositoria.karena pelepasan dari bahan

dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka masalah dalam

pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit dibanding masalah yang disebabkan

oleh jenis pembawa yang melebur. Tetapi polietilen glikol dengan kadar tinggi dan

bobot molekul lebih tinggi dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga

menghambat pelepasan. Pada etiket suppositoria polietilen glikol harus tertera

petunjuk “basahi dengan air sebelum digunakan”. Meskipun dapat disimpan tanpa

pendinginan, suppositoria ini harus dikemas dalam wadah tertutup rapat.

2

Page 3: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

e) Suppositoria dengan bahan dasar surfaktan

Beberapa surfaktan momionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat

digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester

asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat

digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa yang lebar dan

konsisten. Salah satu keuntunfan utama pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam

air, tetapi harus harti-hati dalam penggunakan surfaktan, karena dapat meningkatkan

kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi denan molekul obat, yang

menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.

f) Suppositoria kempa atau suppositoria sisipan

Suppositoria vaginal dapat dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi

bentuk yang sesuai. Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.

Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:

1. Suppositoria rectal

Suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada satu atau kedua

ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g ( anonim, 1995). Suppositoria untuk

rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum

panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam.

Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil,

tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya

menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao.

( Ansel,2005 ).

2. Suppositoria vaginal

Suppositoria vaginal umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih

kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur

dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa

dibuat sebagai “pessarium”. ( Anonim,1995; Ansel, 2005).

3

Page 4: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

3. Suppositoria uretra

Suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut “bougie”. Bentuknya ramping

seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita.

Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm,

walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari

oleum cacao maka beratnya ± 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang

dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, bila

digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).

4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga

Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga “kerucut telinga”, keduanya

berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil,

biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang

mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang

digunakan (Ansel, 2005).

1.3. Penggunaan suppositoria bertujuan :

1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi

lainnya. Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran

mukosa dalam rektum.

2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat

3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan

perubahan obat secara biokimia di dalam hati ( Syamsuni, 2005 )

1.4. Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain:

1) Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung

2) Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan

3) Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat memberi efek

lebih cepat daripada penggunaan obat per oral

4) Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak

4

Page 5: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

5) Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan karena suppositoria akan tertarik

masuk dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur

(Anief, 2005; Syamsuni, 2005).

1.5. Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain:

1) Tidak menyenangkan penggunaan

2) Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.

1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat per rektal:

1) Faktor fisiologis antara lain pelepasan uobat dari basis atau bahan dasar, difusi obat

melalui mukosa, detoksifikasi atau metanolisme, distribusi di cairan jaringan dan

terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan.

2) Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain : kelarutan obat, kadar obat dalam

basis, ukuran partikel dan basis supositoria ( Syamsuni, 2005).

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat suppositoria harus dapat larut dalam air

atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah lemak

cokelat (oleum cacao), polietilenglikol (PEG), lemak tengkawang (oleum shorae) atau

gelatin (Syamsuni, 2005).

1.7. Sifat ideal bahan dasar/ basis yang digunakan antara lain:

Tidak mengiritasi

Mudah dibersihkan

Tidak meninggalkan bekas

Stabil

Tidak tergantung PH

Dapat bercampur dengan banyak obat

Secara terapi netral

Memiliki daya sebar yang baik/ mudah dioleskan

Memiliki kandungan mikrobakteri yang kecil (10 2 / g ) dan tidak ada enterobakteri

pseudemonas aeruginosa dan s.aureus ( Sulaiman dan Kuswahyuning,2008 ).

5

Page 6: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

1.8 . Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1) Bahan dasar yang digunakan harus meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan

yang ada di rektum.

2) Obat harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu dipanaskan. Bila sukar larut, obat

harus diserbukkan terlebih dahulu sampai halus.

3) Setelah campurn obat dan bahan dasarnya meleleh atau mencair, campuran itu

dituangkan ke dalam cetakan supositoria dan didinginkan. Cetakan ini dibuat dari besi

yang dilapisi nikel dan logam lain; ada juga terbuat dari plastik (Syamsuni, 2005 ).

1.9 Evaluasi Suppositoria

Fisika

- Uji Kisaran Leleh

Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran

waktu yang diperlukan supositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam

penangas air dengan temperatur tetap (370C). Sebaliknya uji kisaran meleleh

mikro adalah kisaran meleleh mikro adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa

kapiler hanya untuk basis lemak. Alat yang biasa digunakan untuk mengukur

kisaran leleh sempurna dari supositoria adalah suatu Alat Disintegrasi Tablet USP.

Supositoria dicelupkan seluruhnya dalam penangas air yang konstan, dan waktu

yang diperlukan supositoria untuk meleleh sempurna atau menyebar dalam air

sekitarnya diukur (Anonim b, 1995).

- Uji Pencairan atau Uji Waktu Melunak dari Supositoria Rektal

Sebuah batangan dari kaca ditempatkan di bagian atas supositoria sampai

penyempitan dicatat sebagai waktu melunak. Ini dapat dilaksanakan pada berbagai

temperatur dari 35,5 sampai 370C sebagai suatu pemeriksaan pengawasan mutu,

dan dapat juga diukur sebagai kestabilan fisika terhadap waktu. Suatu penangas

air dengan elemen pendingin dan pemanas harus digunakan untuk menjamin

pengaturan panas dengan perbedaan tidak lebih dari 0,10C (Anonim b, 1995).

6

Page 7: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

- Uji Kehancuran

Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur kekerasan atau

kerapuhan suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu

ruang berdinding rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air pada

370C dipompa melalui dinding rangkap ruang tersebut, dan suppositoria diisikan

ke dalam dinding dalam yang kering, menopang lempeng dimana suatu batang

dilekatkan. Ujung lain dari batang tersebut terdiri dari lempeng lain dimana beban

digunakan. Uji dihubungkan dengan penempatan 600 g diatas lempeng datar. Pada

interval waktu 1 menit, 200 g bobot ditambahkan, dan  bobot dimana suppositoria

rusak adalah titik hancurnya atau gaya yang menentukan karakteristik kekerasan

dan kerapuhan suppositoria tersebut. Titik hancur yang dikehendaki dari masing-

masing bentuk suppositoria yang beraneka ragam ditetapkan sebagai level yang

menahan kekuatan (gaya) hancur yang disebabkan oleh berbagai tipe penanganan

yakni; produksi, pengemasan, pengiriman, dan pengangkutan dalam penggunaan

untuk pasien (Anonim b, 1995).

- Uji disolusi

Pengujian awal dilakukan dengan penetapan biasa dalam gelas piala yang

mengandung suatu medium. Dalam usaha untuk mengawasi variasi pada

antarmuka massa/medium, digunakan keranjang kawat mesh atau suatu membrane

untuk memisahkan  ruang sampel dari bak reservoir. Sampel yang ditutup dalam

pipa dialysis atau membran alami juga dapat dikaji. Alat sel alir digunakan untuk

menahan sampel di tempatnya dengan kapas, saringan kawat, dan yang paling

baru dengan manic-manik gelas (Anonim b, 1995).

-  Uji keseragaman bobot

Timbang suppo satu persatu dan hitung rata-ratanya. Hitung persen kelebihan

masing-masing suppo terhadap bobot rata-ratanya. Keseragaman/variasi bobot

yang didapat tidak boleh lebih dari ± 5%  (Anonim b, 1995).

Kimia

- Penetapan kadar

- Identifikasi

7

Page 8: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

BAB 2

PRAFORMULASI

2.1 Tinjauan Pustaka Zat Aktif

Zat Aktif : Teofillin (Farmakope IV, hal 783)

BM : 198,18

Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, stabil di udara.

Kelarutan : sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas, mudah

larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam amonium hidroksida, agak sukar larut

dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter.

Indikasi Klinik :

1. Sebagai bronkodilator pada asma dan PPOM (penyakit paru obstruksi

menahun).

2. Memperbaiki fungsi diafragma pada PPOM.

3. Mengatasi apne yang lama pada bayi yang dilahirkan dengan persalinan

yang sulit.

Efek Samping :

1. Pada pemberian oral dapat menimbulkan efek samping: sakit kepala,

gugup,pusing, enek, muntah, dan nyeri epigastrium, serta dapat pula

timbul kejang.

2. Pada pemberian intravena dapat timbul: aritmia jantung, hipotensi, henti

jantung, dan kejang

3. Pada anak-anak dapat menimbulkan: perangsangan SSP, diuresis, dan

demam.

Intoksikasi :

Intoksikasi yang fatal lebih sering ditemukan pada penggunaan teofilin, yang

sering terjadi pada pemberian berulang parenteral atau oral. Gejala keracunan

berupa: aritmia, takikardi, sangat gelisah, agitasi, dan muntah. Kematian pada

pemberian teofilin IV dengan cepat disebabkan oleh terjadinya aritmia

8

Page 9: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

jantung. Untuk menghindari keracunan akut, aminofilin IV harus diberikan

perlahan-lahan dalam waktu 20-40 menit.

Interaksi Obat :

1. Pemberian bersama barbiturat, fenitoin, dan pada penderita perokok akan

meningkatkan metabolisme teofilin.

2. Obat alopurinol, propanolol, simetidin, eritromisin, dan vaksin influenza

dapat menurunkan metabolisme teofilin

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Basis : Oleum Cacao dan Cera Alba

Oleum Cacao (Martindal XXX hal 1110, Excipient hal 517)

Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatis, rasa khas lemah,

agak rapuh.

Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) mudah larut dalam kloroform P,

dalam eter.

Stabilitas : memanaskan oleum cacao diatas 360 C selama preparasai

mengakibatkan titik memadat menjadi bentuk meta stabil yang

mengakibatkan kesulitan dalam membuat suppositoria.

OTT : Terjadi reaksi kimia antara basis lemak suppositoria dan jarang pada

obat yang sama tetapi beberapa potensial, untuk beberapa indikasi.

Reaksi besarnya pada mulai basis hidrofil.

Konsentrasi : 40-96 %

Kegunaan : Basis suppositoria

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Cera Alba (FI IV hal 186, Excipient hal 560)

Pemerian : Padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan, berbau enak seperti

madu, agak rapuh bila dingin dan bilapatah membentuk granul,

patahan non hablur menjadi lunak oleh suhu tangan.

9

Page 10: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin, etanol

mendidih.

Konsentrasi : 52 – 55 %

Stabilitas : Kurang stabil, ketika disimpan diruang tertutup, dibotol dan

terlindung dari cahaya

Kegunaan : pengeras basis suppositoria

OTT : Bahan pengoksida

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

2.2. Rancangan Formulasi

R/ Teofillin 0,2 gr

Basis suppositoria qs

m.f.supp.dtd

2.3. Alasan Pemilihan Bahan

Lemak coklat atau oleum cacao merupakan basis suppositoria yang paling banyak

digunakan, karena memiliki sifat yang memenuhi persyaratan sebagai basis ideal,

diantaranya tidak berbahaya, lunak, tidak reaktif, serta meleleh pada temperatur

tubuh. Persyaratan penting lainnya adalah suppositoria yang dihasilkan memenuhi

spesifikasi farmasetika secara umum.

Suhu yang cukup tinggi dapat mempengaruhi stabilitas fisik suppositoria dengan

menggunakan basis oleum cacao ini, karenanya diperlukan suatu bahan untuk

meningkatkan suhu leburnya. Bahan tersebut dikelompokkan sebagai stiffening agent.

Pada suhu 300C Oleum cacao akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar suhu

34–350C, jika suhu pemanasannya tinggi, akan mencair sempurna seperti minyak dan

akan kehilangan semua inti kristal stabil yang berguna untuk memadat.

Salah satu senyawa yang berfungsi sebagai pengeras atau stiffening agent adalah

Cera alba (malam putih) yang dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan

10

Page 11: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

titik leleh oleum cacao. Kurang dari 3% malam putih dapat menurunkan titik leleh

Oleum cacao, sedangkan pada penambahan lebih dari 5% dapat menaikkan titik leleh

di atas suhu tubuh, dan disarankan penggunaan sebesar 4%.

11

Page 12: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

BAB 3

FORMULASI SUPPOSITORIA

3.1. Formulasi

Formula suppositoria teofilin 200 mg adalah :

R/ Teofillin 10 % 0,2 gr

Basis suppositoria qs

m.f.supp.dtd

3.2. Perhitungan

Perhitungan bilangan pengganti

- Berat teofilin dalam suppositoria = 10% x 2,3806 = 0,23806 gr

- Berat basis dalam suppositoria

Teofillin 10 % =2,3806 – 0,23806 = 2, 14254 gr

- Berat basis yang sebanding dalam

Teofillin 2,3806 gr = 2,3641 – 2,14254 = 0,22156 gr

Jadi, 0,22156 gr basis setara dengan 0,23806 gr teofilin

1 gram teofilin = 0,22156 gr/ 0,23806 gr x 1 gram

= 0,9307 gr

Maka, 1 gram teofilin setara dengan 0,9307 gr basis

Teofiilin 200 mg setara dengan 0,2 / 1 gr x 0,9307 = 0,18614 gr

Jadi, jumlah basis yang digunakan untuk 1 suppositoria teofilin adalah

2,3641 – 0,18614 = 2,178 gr

Penimbangan

Untuk membuat 0,2 gram teofilin untuk 3 buah suppositoria membutuhkan teofilin

sebanyak 0,6 gr

0,2 gr x 3 = 0,6 gr

12

Page 13: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

Basis yang digunakan untuk pembuatan 3 buah suppositoria :

3 x 2,178 = 6,534 gr

Karena , basis yang digunakan ada 2 maka, 6,534 gr / 2 = 3,267 gr

3.3. Alat dan Bahan

Alat : Cetakan suppositoria

Cawan penguap

Timbangan

Batang pengaduk

Hot plate

Spatula

Gelas beker

Lemari es

Bahan : Teofilin

Oleum cacao

Cera alba

Gliserin

Aquades

3.4. Metode Pembuatan

Cara Kerja Foto

Siapkan semua alat dan bahan yang

akan digunakan untuk membuat

suppositoria

cetakan suppositoria

13

Page 14: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

Gerus teofilin sampai halus

Timbang bahan-bahan yang akan

digunakan (Teofilin 0,6 gr , cera

alba 3,267 gr, dan oleum cacao

3,267 gr)

Lebur masing-masing basis oleum

cacao dan cera alba diatas

penanggas air sampai melebur

sempurna

Campurkan kedua basis yang

sudah melebur didalam cawan

penguap dan campurkan teofilin

0,6 gr kedalam campuran basis,

aduk sampai homogen.

Dinginkan campuran basis dan

teofilin sambil terus diaduk

Masukan campuran basis dan

teofilin kedalam cetakan yang

sebelumnya sudah diolesi dengan

gliserin.

Simpan selama ± 15 menit didalam

lemari pendingin dengan T < 50C

Keluarkan suppositoria dari dalam

cetakan dan timbang suppositoria

yang telah jadi

14

Page 15: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan suppositoria. Suppositoria

merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui

rektal, vagina, atau uretra dan umumnya meleleh pada suhu tubuh. Suppositoria yang

dibuat mengandung zat aktif teofillin dan basis suppositoria yang digunakan yaitu

oleum cacao. Selain itu juga menggunakan cera alba yang berfungsi sebagai pengeras

atau stiffening agent yang dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan titik

leleh oleum cacao. Karena suhu yang cukup tinggi dapat mempengaruhi stabilitas

fisik suppositoria yang menggunakan basis oleum cacao ini, karenanya diperlukan

suatu bahan untuk meningkatkan suhu leburnya. Kurang dari 3% malam putih dapat

menurunkan titik leleh Oleum cacao, sedangkan pada penambahan lebih dari 5%

dapat menaikkan titik leleh di atas suhu tubuh, dan disarankan penggunaan sebesar

4%.

Pembuatan suppositoria yaitu dengan cara melebur basis yang akan

digunakan diatas penanggas air sampai melebur sempurna setelah itu tambahkan zat

aktif, aduk sampai homogen. Lalu dimasukan kedalam cetakan, simpan dalam lemari

pendingin selama ± 15 menit, setelah itu keluarkan dari cetakan.

Pada pembuatan suppositoria dikenal dengan adanya istilah nilai tukar untuk

pembuatan dengan basis oleum cacao. Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui

berat lemak coklat yang mempunyai besar volume yang sama dengan 1 gram obat

(Anief, 2004). Berat basis yang sebanding dengan dalam teofilin 10 % 2,3806 adalah

0,22156 gr. Jadi, untuk 1 gr teofilin sebanding dengan 0,9307 gr basis sehingga

jumlah basis yang digunakan untuk membuat 1 suppositoria adalah 2,178 gr basis.

Pada praktikum kali ini kami membuat 3 buah suppositoria, tetapi pada saat

pembuatan campuran teofilin dengan basis tidak semuanya masuk kedalam cetakan

sehingga pada saat suppositoria dikeluarkan dari cetakan. Tetapi pada saat

dikeluarkan dari cetakan ternyata hanya 2 suppositoria saja yang terbentuk, karena

sifat oleum cacao yang mudah membeku sehingga banyak menenpel di cawan

penguap tempat teofilin dan basis dicampurkan. Sehingga kami harus membuat lagi

suppositoria yang baru dengan jumlah basis yang dilebihkan dengan perhitungan basis

15

Page 16: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

untuk 4 buah suppositoria dan hasil yang didapat kami berhasil membuat 3 buah

suppositoria. Sehingga jumlah zat aktif dan basispun berubah menjadi lebih banyak

yaitu untuk membuat 4 buah suppositoria membutuhkan :

Teofilin :4 x 0,2 gr = 0,8 gr

Basis : 4 x 2,178 = 8,712 gr

*2,178 adalah jumlah basis yang digunakan untuk 1 suppositoria

Sehingga untuk menghindari massa yang hilang sebaiknya pembuatan

suppositoria selalu dibuat berlebih dan untuk menghindari massa yang melekat pada

cetakan maka cetakan sebelumnya dibasahi dengan parafin, minyak lemak,

gliserin,spiritus saponatus (soft soap liniment).

Setelah pembuatan suppositoria, kami tidak melakukan evaluasi suppositoria

secara lengkap . Hanya saja melakukan uji organoleptik dan menimbang bobot

suppositoria saja. Uji organoleptik :S

Warna : Putih tulang

Bentuk : Peluru

Permukaan : tidak rata dan ada lubang kecil

Penampilan suppositoria yang di buat oleh kelompok kami tidak sempurna ,

karena permukaan suppositoria tidak rata dan adanya lubang-lubang kecil pada

suppositoria. Hal ini dapat dikarenakan pada saat memasukan campuran teofilin,

oleum cacao dan cera alba tidak lewat pinggir cetakan sehingga suppositoria yang

jadi terdapat rongga-rongganya. Selain itu juga, adanya udara yang terperangkap.

Setelah uji organoleptik kami menimbang bobot suppositoria yang didapat yaitu :

2,59gr , 2,58 gr , dan 2,63 gr. Bobot rata-ratanya yaitu 2,6 gram.

Permukaan tidak rata

16

Page 17: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pembuatan suppositoria maka dapat disimpulkan

bahwa:

Suppositoria yang kami buat adalah 3 buah dengan 2 kali pembuatan.

Untuk menghindari massa yang hilang sebaiknya pembuatan suppositoria selalu

dibuat berlebih dan untuk menghindari massa yang melekat pada cetakan maka

cetakan sebelumnya dibasahi dengan parafin, minyak lemak, gliserin,spiritus

saponatus (soft soap liniment).

Permukaan suppositoria kelompok kami tidak rata dan terdapat lubang-lubang

kecil.

Berat suppositoria kelompok kami : 2,59gr , 2,58 gr , dan 2,63 gr. Bobot rata-

ratanya yaitu 2,6 gram.

6.2. Saran

Untuk selanjutnya apabila ingin membuat suppositoria sebaiknya untuk

melebihkan massa suppositoria untu menghindarkan massa yang hilang.

Cara menuangkan campuran zataktif dan basis sebaiknya melalui pinggir cetakan

agar tidak adanya suppositoria yang berlubang-lubang.

17

Page 18: Suppositoria Adalah Sediaan Padat Dalam Berbagai Bobot Dalam Bentuk

18