suplementasi logam dan mineral

13
SUPLEMENTASI LOGAM DAN MINERAL UNTUK KESEHATAN TERNAK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING 1) Darmono Balai Besar Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16111 Telp. (0251) 8331048, Faks. (0251) 8334456 e-mail: [email protected] Diajukan: 11 Mei 2011; Disetujui: 4 Agustus 2011 Pengembangan Inovasi Pertanian 4(3), 2011: 205-217 1) Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 04 Juni 2009 di Bogor. ABSTRAK Mineral makro (Ca, Mg, Na, dan K) maupun mikro (Cu, Zn, Fe) sangat dibutuhkan ternak untuk kesehatan dan daya produksinya. Pakan yang cukup mineral menyebabkan ternak menjadi sehat dan menghasilkan produk yang penuh gizi untuk manusia. Pengadaan daging dan produk ternak lain di dalam negeri belum mencukupi kebutuhan sehingga dilakukan impor daging sapi atau sapi bakalan. Hal tersebut terjadi karena sistem pemeliharaan ternak masih bersifat tradisional. Umumnya petani memelihara ternak secara sederhana dengan memberi pakan berupa rumput dari lapangan. Anjuran untuk memberikan mineral suplemen pada ternak belum dilakukan. Di lain pihak, logam toksik seperti Pb, Cd dan As, sering mencemari rumput pakan, terutama di kawasan industri. Bila rumput tersebut diberikan pada ternak dapat menyebabkan adanya residu logam toksik pada produk ternak. Oleh karena itu, usaha peternakan perlu direlokasi ke tempat yang bebas cemaran. Mengingat pentingnya peran mineral bagi kesehatan ternak maka upaya meningkatkan produksi ternak secara aman dan berkesinambungan perlu mendapat perhatian. Kata kunci: Mineral, logam, produksi ternak, kesehatan ternak ABSTRACT Metal and Mineral Supplementation for Animal Health in Supporting Beef Self-Sufficiency Macrominerals (Ca, Mg, Na, K) and microminerals (Cu, Zn, Fe) are essential for animals for health, production, and reproduction. Feed containing sufficient minerals is needed for animals to produce high quality products for human consumption. Production of meat and other animal products in Indonesia are not sufficient to fulfill the domestic demand, so that some of them are imported. This is because almost animal farm management in the villages depends on the pasture grass for feed. As a consequence mineral supplementation was strongly recommended to increase animal production. On the other hand, pastures grown on the surrounding industrial area were often contaminated by toxic elements such as Pb, Cd, and As, which caused metal residues in animal products. In this case, relocation of animal industries was needed to avoid their negative impacts on animals. Considering

Upload: ayu-sukarni-putri

Post on 12-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BIOLOGI

TRANSCRIPT

  • Suplementasi logam dan mineral untuk kesehatan ternak ... 205

    SUPLEMENTASI LOGAM DAN MINERAL UNTUKKESEHATAN TERNAK DALAM MENDUKUNG

    PROGRAM SWASEMBADA DAGING1)

    Darmono

    Balai Besar Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16111Telp. (0251) 8331048, Faks. (0251) 8334456

    e-mail: [email protected]

    Diajukan: 11 Mei 2011; Disetujui: 4 Agustus 2011

    Pengembangan Inovasi Pertanian 4(3), 2011: 205-217

    1) Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 04 Juni 2009 diBogor.

    ABSTRAK

    Mineral makro (Ca, Mg, Na, dan K) maupun mikro (Cu, Zn, Fe) sangat dibutuhkan ternak untukkesehatan dan daya produksinya. Pakan yang cukup mineral menyebabkan ternak menjadi sehat danmenghasilkan produk yang penuh gizi untuk manusia. Pengadaan daging dan produk ternak lain didalam negeri belum mencukupi kebutuhan sehingga dilakukan impor daging sapi atau sapi bakalan. Haltersebut terjadi karena sistem pemeliharaan ternak masih bersifat tradisional. Umumnya petanimemelihara ternak secara sederhana dengan memberi pakan berupa rumput dari lapangan. Anjuranuntuk memberikan mineral suplemen pada ternak belum dilakukan. Di lain pihak, logam toksik sepertiPb, Cd dan As, sering mencemari rumput pakan, terutama di kawasan industri. Bila rumput tersebutdiberikan pada ternak dapat menyebabkan adanya residu logam toksik pada produk ternak. Oleh karenaitu, usaha peternakan perlu direlokasi ke tempat yang bebas cemaran. Mengingat pentingnya peranmineral bagi kesehatan ternak maka upaya meningkatkan produksi ternak secara aman danberkesinambungan perlu mendapat perhatian.

    Kata kunci: Mineral, logam, produksi ternak, kesehatan ternak

    ABSTRACT

    Metal and Mineral Supplementation for Animal Health in Supporting Beef Self-Sufficiency

    Macrominerals (Ca, Mg, Na, K) and microminerals (Cu, Zn, Fe) are essential for animals for health,production, and reproduction. Feed containing sufficient minerals is needed for animals to producehigh quality products for human consumption. Production of meat and other animal products inIndonesia are not sufficient to fulfill the domestic demand, so that some of them are imported. This isbecause almost animal farm management in the villages depends on the pasture grass for feed. As aconsequence mineral supplementation was strongly recommended to increase animal production. Onthe other hand, pastures grown on the surrounding industrial area were often contaminated by toxicelements such as Pb, Cd, and As, which caused metal residues in animal products. In this case,relocation of animal industries was needed to avoid their negative impacts on animals. Considering

  • 206 Darmono

    PENDAHULUAN

    Pengembangan peternakan di masa men-datang bertujuan untuk mewujudkan pe-ternakan yang modern, efisien, mandiri,mampu bersaing, dan berkelanjutan seka-ligus dapat memberdayakan ekonomirakyat, terutama di perdesaan. Pemba-ngunan peternakan diarahkan agar produkternak dalam negeri mampu bersaing de-ngan produk ternak impor dalam rangkamemantapkan ketahanan pangan nasional.

    Salah satu dampak keberhasilan pem-bangunan adalah meningkatnya penda-patan masyarakat. Perbaikan tingkat pen-dapatan telah mengubah pola konsumsimasyarakat dari karbohidrat ke proteinhewani, khususnya hasil ternak sepertidaging, susu, dan telur sebagai sumberprotein berkualitas tinggi. Peningkatankonsumsi protein asal ternak secara tidaklangsung dapat memperbaiki pertum-buhan, perkembangan otak, kesehatantubuh, dan kecerdasan, yang pada akhir-nya akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Seiring dengan peningkatankonsumsi protein hewani maka produksibahan pangan asal ternak perlu terus di-tingkatkan untuk mencukupi kebutuhanmasyarakat.

    Pertumbuhan dan kesehatan ternakmemegang peran penting dalam mewu-judkan swasembada daging. Namun, dalambeberapa kasus, aktivitas industri menye-babkan terjadinya kontaminasi limbahberbahaya pada lahan pertanian, yangsecara tidak langsung berpengaruh ter-hadap ternak. Bahan pangan hewanisangat rentan terhadap kontaminasi, baik

    kontaminasi mikrobiologis maupun bahankimia beracun, termasuk logam berat. Ba-han makanan yang tercemar logam toksik,seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), dankadmium (Cd) menjadi tidak aman bagikonsumen karena akan mengganggu pro-ses fisiologis dalam tubuh. Logam esensialseperti besi (Fe), tembaga (Cu), dan seng(Zn) juga dapat berpengaruh buruk bagitubuh bila kandungannya dalam bahanmakanan berlebihan.

    Badan Litbang Pertanian telah meng-hasilkan berbagai teknologi pemanfaatanlogam dan mineral serta pencegahan tok-sisitas pada ternak untuk meningkatkankesehatan dan produktivitas ternak. Misal-nya pemberian mineral blok untuk mening-katkan bobot badan dan logam esensialuntuk mencegah toksisitas logam berba-haya. Hasil penelitian tersebut bila diapli-kasikan dapat meningkatkan kualitas kese-hatan ternak dan produk ternak, sepertidaging, susu, dan telur.

    Berkaitan dengan masalah tersebutperlu upaya suplementasi logam danmineral pada ternak untuk meningkatkanproduktivitas. Upaya ini diharapkan mam-pu mendorong penyediaan pangan asalternak, terutama daging yang selama inisebagian masih diimpor dalam rangkamencapai swasembada daging.

    PERAN LOGAM DAN MINERALBAGI KESEHATAN TERNAK

    Mineral sangat penting bagi proses fisio-logis hewan maupun manusia, terutamamineral esensial makro seperti kalsium (Ca),

    the important role of minerals for animal health, therefore, increasing animal production safely andcontinuously is need to be considered.

    Keywords: Elements, metal, animal production, animal health

  • Suplementasi logam dan mineral untuk kesehatan ternak ... 207

    magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K),fosfor (P), dan beberapa mineral lain untukmenyusun struktur tubuh seperti tulangdan gigi. Unsur mikro seperti Fe, Cu, Zn,mangan (Mn), dan iodium (I) berfungsidalam aktivitas sistem enzim dan hormondalam tubuh. Mineral makro seperti Ca,Mg, dan P sangat diperlukan untuk mem-bangun tubuh dan pertumbuhan ternak.Mineral mikro esensial seperti Fe, Cu, I,dan Zn sangat berguna dalam pemben-tukan darah dan sistem hormon sertaproses pertumbuhan ternak. Namun, perludiperhatikan bahwa mineral dapat bersifattoksik bila dikonsumsi berlebihan.

    Fe sangat berguna untuk pembentukansel darah dan proses enzimatis dalam tu-buh. Dari total kandungan Fe dalam tubuh,sebagian digunakan untuk proses meta-bolisme dan sebagian disimpan sebagaicadangan. Fe yang digunakan dalam pro-ses metabolisme enzimatis dalam hemo-globin sekitar 55% dan dalam mioglobin15% (King 2006). Sebagian Fe dalam tubuhternak terikat erat dengan protein, yangmengangkut Fe ke dalam jaringan danmenyimpannya dalam bentuk ion Fe(III)yang stabil dan tidak terhidroksidasi.Bentuk Fe transferin yang berada dalamprotein darah mempunyai dua ikatan kuatdalam bentuk Fe(III), yang terdiri atas duakelompok tirosinat dan fenolat. Bila tempatikatan tersebut mengikat Fe(II), ikatannyamenjadi lemah. Transferin merupakankelompok glikoprotein yang termasuklaktoferin (dalam air susu), konalbuminatau ovotransferin (dalam putih telur), dantransferin serum. Semua protein tersebutmengikat Fe (Brown et al. 2004).

    Cu berperan sangat penting dalamproses metabolisme energi dalam sel sertasistem transmisi impuls saraf, sistem kar-diovaskuler, dan sistem kekebalan. Cu jugaberperan dalam proses metabolisme es-

    trogen, kesuburan ternak betina, dan keha-milan.

    Mineral esensial lain seperti Zn ber-peran dalam sistem enzim sebagai metalo-enzim. Lebih dari 100 jenis metaloenzimmengikat Zn, termasuk enzim nicotinamideadenine dinucleotide dehydrogenase(NADH), RNA dan DNA polymerase,begitu pula enzim alkalin fosfatase, super-oksida dismutase, dan karbon anhidrase(Hougland et al. 2005).

    Beberapa mineral nonesensial sepertiCd, Pb, dan Hg termasuk logam toksikyang menimbulkan efek negatif pada ter-nak, walaupun dikonsumsi dalam jumlahsedikit. Mineral tersebut dapat mengham-bat pertumbuhan, produktivitas, dan re-produktivitas ternak, bahkan menye-babkan kematian. Sapi dan domba yangmengonsumsi rumput yang mengandungPb 5 mg/kg berat kering rumput/hari tidakmenunjukkan gejala apapun. Namun,domba betina bunting yang mengonsumsirumput yang mengandung Pb 30 mg/kgberat kering rumput/hari dalam jangkawaktu lama akan menunjukkan gejalakeracunan, terutama dalam kondisi kela-paran (Adamson 1980). Kasus keracunanPb pada sapi banyak dilaporkan, terutamasapi yang digembalakan di padang rumputbekas pertambangan. Keracunan Pb jugaterjadi pada anak sapi yang sedang me-nyusu dan sapi dewasa. Selanjutnya, anaksapi dan sapi dewasa tersebut mati men-dadak (Wardrope dan Graham 1982)

    Rumput pakan yang terkontaminasi Pbdari udara sering menyebabkan keracunankronis. Namun, padang rumput yang ter-kontaminasi limbah peleburan logam mau-pun limbah batu baterai (aki) sering me-nyebabkan toksisitas akut. Pada ternakruminansia, gejala khas keracunan Pb adadua bentuk, yaitu: (1) gastroenteritis, iritasisaluran pencernaan karena garam Pb; dan

  • 208 Darmono

    (2) anemia, akibat Pb berikatan denganeritrosit sehingga sel darah mudah pecah(Baldwin dan Marshal 1999). Bila diperiksa,sel darah tersebut berbentuk stipel yangberwana kebiruan (sel stipel). Pada peme-riksaan radiologi terlihat adanya pema-datan pada persambungan tulang lutut

    Logam berbahaya seperti Pb, Cd, dankromium (Cr) dapat mencemari bahanpangan asal ternak. Kandungan Pb yangtinggi dalam bahan pangan dapat meng-hambat sistem kekebalan pada konsumen(Darmono 2007). Bahan pangan yangberasal dari krupuk kulit mengandungPb dan Cr cukup tinggi, melebihi batasmaksimum yang direkomendasikan, ya-itu 2 mg Pb/kg dan 4 mg Cr/kg bahan(Darmono et al. 2008).

    STATUS LOGAM DAN MINERALPADA TERNAK DI BEBERAPA

    LOKASI DI INDONESIA

    Penyakit Defisiensi Mineral

    Kasus penyakit defisiensi mineral esensialtelah dilaporkan baik di Jawa (Sutrisno etal. 1983) maupun di luar Jawa (Darmonodan Stoltz 1988; Darmono dan Bahri 1989).Kasus defisiensi mineral juga dilaporkandi beberapa negara Afrika (Damir et al.1988) dan Eropa (Sas 1989). Ternak ru-minansia seperti sapi, kerbau, kambing,dan domba yang hampir 100% pakannyaberasal dari tanaman pakan atau rumputakan mengalami defisiensi mineral, yangdapat menurunkan bobot badan, produksi,dan reproduksi ternak.

    Dalam beberapa kasus, ternak sapi dibeberapa daerah transmigrasi Kalimantan,terutama di daerah pesisir, menunjukkangejala lambat berkembang, pertumbuhanternak sangat buruk, ternak menjadi kurus,

    mandul, dan banyak yang mati. Setelahdiperiksa, darah ternak mengandung Cudan Zn di bawah normal (

  • Suplementasi logam dan mineral untuk kesehatan ternak ... 209

    kandungan hormon triiodo tironin padakambing di daerah tersebut, yang lebihrendah dibandingkan dengan daerah lainseperti Kulonprogo (Bahri dan Suwarsono1986). Akibatnya, pertumbuhan kambingmenjadi terhambat.

    Toksisitas Logam dan Mineral

    Pb, Cd, dan Hg adalah logam nonesensial.Keberadaan logam tersebut dalam jaringanternak terutama disebabkan oleh cemaranpada pakan maupun air minum sehinggamenimbulkan residu dalam jaringan ternak.Rumput pakan ternak yang terkontaminasiPb dalam kadar cukup tinggi menyebabkankeracunan akut, dan anak sapi lebih pekadaripada sapi dewasa (Fahy 1987).

    Emisi logam Pb, Cd, dan Hg di udaraberasal dari industri yang menggunakansuhu tinggi, seperti pabrik besi, pemba-karan sampah, pabrik semen, dan pabrikpeleburan logam tersebut. Emisi logam ber-bahaya ke udara diperkirakan mencapaipuluhan ton tiap tahun. Emisi logam ber-bahaya tersebut terus bertambah setiaptahun, baik kualitas maupun kuantitas-nya. Emisi logam Pb dari buangan industribesi dan baja mencapai 14.600 t/tahun,

    sedangkan pabrik semen mengeluarkanPb 750 t/tahun. Secara keseluruhan, buang-an Pb dari industri peleburan logam,pembakaran sampah, pabrik semen, danindustri lainnya mencapai 18.150 t/tahun.Emisi Cd ke udara dari industri tersebutmencapai 180 t/tahun dan Hg 40 t/tahun(Tabel 1, Pacyna 1987). Tingkat pencemar-an akan terus meningkat seiring denganbertambahnya jumlah industri.

    Pencemaran logam berbahaya padarumput pakan ternak telah banyak dila-porkan. Tingkat pencemarannya bergan-tung pada arah angin dan jarak pengam-bilan sampel dari sumber bahan pencemar(Adamson 1980; Darmono 1995). Rumputyang tumbuh di sekitar pabrik semen diKabupaten Bogor dilaporkan mengandungPb dan Zn cukup tinggi, yaitu masing-masing 10,5 mg dan 184,2 mg/kg beratkering rumput. Kandungan logam yangtinggi terutama ditemukan pada rumputyang tumbuh pada jarak 1 km dari pabrik.Kandungan logam dalam rumput yangtumbuh pada lokasi yang makin jauh daripabrik makin menurun, yaitu 6,18 mg Pb/kg dan 79,5 mg Zn/kg (Darmono 1995).Kemungkinan debu yang terbuang keudara makin sedikit sehingga pencemaranudara juga makin tipis (Tabel 2). Namun,

    Tabel 1. Perkiraan emisi logam berbahaya di udara.

    Emisi (t/tahun)Industri

    Cd Pb Hg

    Pabrik besi, baja, dan fero aloi 60 14.600 -Pembakaran sampah 85 800 20Produksi semen 15 750 -Penggunaan logam yang bersangkutan1) 20 2.000 20

    Total 180 18.150 40

    1)Di luar pestisidaSumber: Pacyna (1987).

  • 210 Darmono

    Adamson (1980) menyatakan, kandunganPb dalam rumput di daerah industripeleburan logam, selain ditentukan jarakdari pabrik, juga sangat bergantung padaarah angin.

    Logam Hg banyak digunakan sebagaibahan insektisida dan fungisida, sehinggakeracunan logam tersebut pada ternaksering dikaitkan dengan pengobatan pe-nyakit kulit akibat infeksi jamur maupunkutu. Hal ini karena sapi yang menderitapenyakit kulit saling menjilat obat yangdioleskan (Irving dan Butler 1975).

    SUPLEMENTASI LOGAM DANMINERAL UNTUK MENINGKATKAN

    KESEHATAN TERNAK

    Secara alamiah, mineral esensial makro Ca,P, Mg, dan Na serta mineral mikro Cu, Zn,Mn, Co, dan I selalu ada pada tanaman,termasuk rumput pakan ternak. Namun,kecukupan kandungan mineral tersebutbagi kebutuhan fisiologis ternak bergan-tung pada beberapa faktor, antara lainsistem pemeliharaan, jenis tanah, dankeasaman (pH) tanah.

    Petani banyak yang memelihara ternaksapi atau kambing dengan dilepas dipadang penggembalaan pada pagi hari dandikandangkan pada sore hari. Sistem pe-

    meliharaan seperti ini menyebabkan keter-sediaan pakan sangat bergantung padapakan yang ada di padang penggembalaan.Begitu pula kualitas nutrisi pakan sangatbergantung pada rumput dan hijauan yangtumbuh di padang penggembalaan danjenis tanah di lokasi tersebut. Bila tanahmiskin unsur mineral maka kandunganmineral pada hijauan yang tumbuh diatasnya juga rendah. Tanah berpasir dandieksploitasi secara terus-menerus akanmenurun kandungan mineralnya (Soepardi1982). Keasaman tanah (pH) juga meme-ngaruhi kesuburan dan kandungan mineraldalam hijauan pakan. Tanah alkalis denganpH 8 menyebabkan tanaman mengalamidefisiensi Fe, Mn, dan Zn, sedangkantanah masam dengan pH 5 mengakibatkandefisiensi Cu (Gartenberg et al. 1990).

    Ternak yang mengonsumsi pakan hi-jauan yang kurang kandungan mineralnyaakan menderita penyakit defisiensi mineral.Gejalanya adalah tampilan reproduksi 20-75% kurang dari normal, retensi plasenta,dan pedet lahir lemah sehingga angkakematian pedet tinggi. Penyakit lain yangtimbul adalah pneumonia, diare, stomatitis,anoreksia, dan penurunan produksi susupada sapi perah. Gejala lain yang lebihparah ialah patah tulang, kulit kering danbersisik serta kekurusan yang berlebihan(Gartenberg et al. 1990).

    Tabel 2. Kandungan rata-rata logam berat dalam rumput menurut jarakpengambilan dari pabrik semen.

    Jarak Kandungan logam berat (mg/kg berat kering)

    Pb Cd Cu Zn(km)

    1 10,50 0,43 6,16 184,22 6,18 0,34 5,49 79,53 8,83 0,35 6,31 144,0

    Sumber: Darmono (1995).

  • Suplementasi logam dan mineral untuk kesehatan ternak ... 211

    Mengatasi PenyakitDefisiensi Mineral

    Pengobatan penyakit defisiensi mineraldapat dilakukan dengan menambahkanmineral dalam pakan dan mengurangiinteraksi unsur nutrisi lain dengan unsurnutrisi mineral. Oleh karena itu, perludilakukan diagnosis kandungan mineraldalam darah ternak untuk mencegah secaradini munculnya interaksi mineral tersebut.

    Pengobatan penyakit defisiensi mi-neral dilakukan dengan memberikan se-jumlah mineral tambahan dalam bentukkonsentrat maupun mineral blok dengandosis dua kali dari ternak normal (Mc-Dowell 1985). Jumlah mineral yang perludiberikan dihitung dengan mengalikankandungan mineral dalam blok denganberat blok, kemudian dibagi keperluanmineral per hari. Hasilnya adalah mineralyang diperlukan ternak yang tersedia da-lam blok (Tabel 3). Beberapa jenis mineralblok telah diproduksi secara komersial,namun kesesuaiannya dengan kebutuhanternak perlu dikaji dan dianalisis terlebihdahulu..

    Dengan meneliti mineral blok pakandari produk yang berbeda dapat diper-kirakan kecukupan kebutuhan mineral padablok tersebut. Hasil analisis dua mineral

    blok dari pabrik pakan yang berbedamemperlihatkan bahwa kandungan mi-neralnya berbeda dengan yang terterapada kemasan. Pada mineral blok A,kandungan Ca hanya tersedia 22,3%,sedangkan pada mineral blok B tersedia130% (Tabel 4). Sebaliknya kandunganNa yang tersedia dalam mineral blok Amencukupi, yaitu 123,2%, sedangkan padamineral blok B sangat tidak mencukupi,yaitu hanya 15% (Tabel 5). Begitu pulakandungan mineral P, Mg, dan Zn keduamineral blok tersebut masih sangat kurangdan tidak mencukupi kebutuhan ternaksecara normal.

    Pemberian mineral yang sesuai padasapi meningkatkan bobot badan sampai370 g/hari daripada kelompok kontrol yangmeningkat hanya 203 g/hari. Pada domba,bobot badan domba yang diberi blokmeningkat 95 g/hari dan yang tanpa blokhanya bertambah 73 g/hari. Ternak yangmendapat mineral blok juga lebih sehatdaripada ternak kontrol (Liu et al. 1995).

    Pencegahan ToksisitasLogam Berat

    Pencegahan dan pengobatan toksisitaslogam pada ternak belum banyak dilakukan

    Tabel 3. Kebutuhan mineral sapi per hari pada kondisi normal dan kondisi defisiensi.

    Mineral dalamKandungan Pemberian Kandungan Pemberian

    pakandalam darah pakan kondisi dalam darah pakan kondisi

    normal normal defisiensi defisiensi (mg/100 ml) (mg/100 ml)

    Ca (g/kg) 8-12 15,00 < 8 30,00Mg (g/kg) 1,8-3,1 0,40 < 1,8 0,80P (g/kg) 0,4-0,6 10,00 < 0,4 20,00Cu (mg/kg) 0,06 5,00 < 0,05 10,00Zn (mg/kg) 0,08 25,00 < 0,04 50,00

    Sumber: McDowell (1985).

  • 212 Darmono

    karena kasus toksisitas logam biasanyabersifat akut sehingga lambat terdeteksi.Namun, bila pakan ternak terkontaminasilogam toksik dalam kadar yang relatif kecil,gejalanya terlihat agak lama atau bersifattoksisitas kronis. Dalam upaya menganti-sipasi keracunan logam yang lebih luaspada ternak perlu dilakukan pengamatankondisi lingkungan, baik udara, air maupunrumput pakan. Bila suatu daerah mulaidigunakan sebagai kawasan industri makaperlu dipikirkan pemindahan industri

    peternakan ke daerah yang lebih amanuntuk usaha peternakan.

    Bila pakan terkontaminasi logam toksik,pencegahannya agar tidak mengakibatkangejala toksisitas pada ternak adalah mem-beri antidotum atau unsur tertentu yangdapat mengikat logam toksik tersebutsehingga tidak diabsorpsi dinding ususdan segera diekskresikan. Bahan pengikatlogam dapat berupa protein, lemak ataubahan lain yang dapat mengikat logamdengan stabil. Pemberian khelat (pengikat

    Tabel 4. Kandungan beberapa mineral dalam blok A dan hasil analisis yang ditemukan dalamlaboratorium.

    MineralKonsentrasi

    Konsentrasi (mg/kg berat basah)

    pada (label) Analisis lab.Keperluan

    % dari diet(mg/kg) Rata-rata

    diet per haritersedia

    (n=15) dalam blok

    Na 19.660 246.446 1.400 123,20Ca 7.200 13.733 4.300 22,3P 5.670 1.310 2.400 3,8Mg 15.000 10.151 1.500 47,4Cu 100 86 5 120,0Zn - 51 35 10,2

    Sumber: Darmono (1989b).

    Tabel 5. Kandungan beberapa mineral dalam blok B dan hasil analisis yang ditemukan dalamlaboratorium.

    MineralKonsentrasi

    Konsentrasi (mg/kg berat basah)

    pada (label) Analisis lab.Keperluan

    % dari diet(mg/kg) Rata-rata

    diet per hari tersedia

    (n=15) dalam blok

    Na 24.000 300 1.400 15,0Ca 270.000 80.000 4.300 130,0P 189.000 18.600 2.400 54,2Mg 12.000 3.200 1.500 14,9Cu 357 90 5 126,0Zn 357 8 35 1,6

    Sumber: Darmono (1989b).

  • Suplementasi logam dan mineral untuk kesehatan ternak ... 213

    logam) pada ternak tidak lazim dilakukankarena selain aplikasinya sulit, secara eko-nomis kurang menguntungkan (Gossel danBricker 1984).

    Daya racun logam/mineral nonesensialdapat menurun atau meningkat karenahadir atau absennya logam esensial. Disamping interaksi antara logam esensialdan nonesensial, di antara logam esensialjuga dapat terjadi interaksi. Hal ini terjadibila salah satu mineral esensial yang defi-sien dipengaruhi oleh naiknya kandunganbeberapa mineral esensial (antagonis). Pa-da kebanyakan kasus reaksi antagonismeantarmineral, unsur yang saling berinter-aksi mempunyai sifat yang hampir samasehingga terjadi kompetisi dalam men-duduki ikatan pada reseptor protein(Chowdhury dan Chandra 1987).

    Fe dan Cu mempunyai sifat yang samadalam sistem pembentukan darah, yaitu Fesebagai pembentuk hemoglobin dan Cusebagai pembentuk seruloplasmin. Bilahewan mengalami defisiensi Fe maka ab-sorpsi Cu dan Pb meningkat sehinggahewan mengalami gejala toksisitas Cuatau Pb (Chung et al. 2004).

    Logam toksik seperti Cd, bila kandung-annya berlebih dalam tubuh akan ber-kompetisi dengan Ca di dalam tulang. Cadalam tulang akan terbongkar dan ikatan-nya diganti Cd. Akibatnya, tulang menjadirapuh sehingga mudah patah. Ca akandikeluarkan dari tubuh melalui ginjal yangmengakibatkan gagal ginjal atau disebutitai-itai disease (Nogawa et al. 1983).

    Penelitian kandungan Cd dalam pakanayam menemukan 23% sampel pakan ayampedaging yang mengandung Cd melebihibatas rekomendasi (> 0,5 mg/kg). Padaayam petelur, kandungan Pb pada 50%sampel melebihi batas rekomendasi (Rach-mawati et al. 1996). Percobaan pemberianpakan yang mengandung Cd pada ayam

    broiler menunjukkan bahwa Cd meng-hambat pertumbuhan hingga 50% diban-ding kondisi normal pada pemberian Cd100 mg/kg pakan (0,01%). Hambatanpertumbuhan menurun sampai 25% padapemberian Cd 50 mg/kg pakan (0,005%)(Darmono et al. 1996). Toksisitas Cd jugamenghambat pertumbuhan ayam peda-ging. Namun, dengan pemberian Zn yangberinteraksi dengan Cd, daya toksisitas Cdakan berkurang (Darmono et al. 2000).

    Pemberian logam esensial untuk ber-interaksi dengan logam toksik lebih menja-njikan dibanding pemberian khelat, karenaselain murah, hasilnya cukup menggem-birakan. Pemberian Zn pada pakan yangterkontaminasi Cd dengan perbandingan1:1 atau 1:2 (Zn:Cd) meningkatkan lajupertumbuhan yang cukup baik, walaupunmasih di bawah kelompok ternak kontrol(Darmono et al. 1996). Berdasarkan hasilpenelitian tersebut, Zn dapat meningkat-kan kandungan Zn-thionein yang semulaikatan tersebut diambil alih oleh Cd seba-gai Cd-thionein (Darmono et al. 2000).

    STRATEGI, KEBIJAKAN, DANPROGRAM PENGEMBANGAN

    Kebijakan dan program pengembanganpemanfaatan logam dan mineral untukkesehatan ternak meliputi delineasi masa-lah untuk menentukan strategi pengem-bangan dan prioritas. Untuk itu diperlukanpenanganan pencegahan penyakit defi-siensi mineral dan toksisitas logam berat.

    Bila ternak dikandangkan dan diberipakan hijauan dengan sistem cut andcarry maka hijauan tersebut perlu dianalisiskandungan mineralnya. Status mineraldalam tubuh ternak perlu pula dianalisissehingga pemberian mineral tambahansesuai dengan kebutuhan ternak.

  • 214 Darmono

    Pemberian pakan seadanya sesuaidengan bahan yang tersedia perlu dikajiulang. Mineral blok yang tersedia secarakomersial di pasaran perlu pula dianalisiskandungan mineralnya sesuai dengankebutuhan ternak normal atau ternak yangmengalami defisiensi. Untuk itu, mineralblok perlu tersedia untuk ternak normal atauternak yang mengalami defisiensi.

    Pemetaan daerah industri dan pertam-bangan yang digunakan untuk kawasanpeternakan harus dilakukan. Perlu diiden-tifikasi jenis logam yang mencemari pakanternak dan air minum karena limbah industridan pertambangan dapat menimbulkanresidu dalam jaringan ternak. Untuk impli-kasi kebijakan ke depan, ternak yang di-usahakan dengan sistem digembalakanmaupun dikandangkan wajib mendapatsuplemen mineral yang sesuai, baik dalamkondisi normal maupun defisiensi.

    Perlu pula dilakukan penelitian pem-berian suplemen mineral yang ideal sesuaikebutuhan ternak, baik pada daerah yangberpotensi menimbulkan penyakit defi-siensi maupun daerah normal. Dampaksosial ekonomi pemberian suplemen mi-neral juga perlu dikaji sehingga tidak meru-gikan peternak. Hasil penelitian tentangkeuntungan pemberian mineral tambahanperlu didiseminasikan kepada peternakkecil maupun peternak yang sedang ber-kembang sehingga program pemberiansuplemen mineral menguntungkan peter-nak.

    Perlu dilakukan analisis mengenai dam-pak lingkungan keberadaan pabrik atauindustri yang berada di kawasan peter-nakan untuk menentukan daerah yangaman bagi usaha peternakan. Ke depan,pendirian usaha ternak ruminansia besarmaupun kecil maupun peternakan ayambroiler dan petelur perlu berkonsultasidengan pemerintah setempat untuk menge-

    tahui peruntukan kawasan tersebut kedepan. Bila kawasan tersebut akan digu-nakan untuk industri yang berpotensimenimbulkan pencemaran logam beratmaka usaha peternakan hendaknya dikem-bangkan di daerah lain. Bila daerah tersebutbukan untuk kawasan industri maka usahapeternakan dapat didirikan sehingga pro-duknya bebas dari cemaran logam berat.Bila suatu kawasan telah digunakan untukusaha peternakan maka pemerintah setem-pat hendaknya tidak memberi izin bagipendirian industri yang berpotensimencemari lingkungan sehingga usahapeternakan yang sudah ada tidak tergusursecara paksa.

    KESIMPULAN DAN IMPLIKASIKEBIJAKAN

    Kesimpulan

    Logam dan mineral berperan penting dalamtubuh ternak dan bila kekurangan dapatmenyebabkan penyakit defisiensi mineral.Oleh karena itu, pemberian suplemen mi-neral tambahan sangat diperlukan untukmeningkatkan pertumbuhan ternak rumi-nansia kecil maupun ruminansia besar.Penambahan mineral dalam konsentratmaupun blok pakan hendaknya sesuaidengan kondisi ternak, yaitu ternak normalatau yang mengalami penyakit defisiensimineral.

    Perlu dilakukan analisis mengenai dam-pak lingkungan terhadap industri yangberada dalam kawasan peternakan untukmencegah pencemaran logam berat padausaha peternakan. Untuk mencegah toksi-sitas logam, perlu pula dilakukan peman-tauan terhadap kualitas lingkungan de-ngan mengambil sampel air minum dan

  • Suplementasi logam dan mineral untuk kesehatan ternak ... 215

    rumput pakan di lokasi tersebut. Pemberianmineral esensial seperti Zn dalam pakandapat mengurangi efek toksik dari logamCd.

    Untuk mengetahui kontaminasi logamtoksik pada pakan perlu dilakukan analisiskandungan logam Pb, Cd, dan Hg dalampakan di laboratorium. Diagnosis kasustoksisitas logam pada ternak dapat dila-kukan dengan memeriksa darah maupunmelihat gejala yang muncul.

    Implikasi Kebijakan

    Pemberian suplemen pakan ternak yangsesuai dan ideal perlu dilakukan sehinggausaha peternakan perlu mengetahuikandungan mineral dalam pakan danmengevaluasi kandungan logam danmineral dalam tubuh ternak. Pemilihanlokasi peternakan perlu dipertimbangkansecara matang untuk menghindari ter-jadinya toksisitas logam berat pada ternak.

    Untuk meningkatkan kesehatan ternakmelalui pemanfaatan logam dan mineralperlu dilakukan diseminasi hasil penelitian,evaluasi status logam dan mineral dalamtubuh ternak, dan pemberian suplemendari unsur nutrisi tersebut sesuai denganyang diperlukan. Upaya tersebut diharap-kan dapat mendukung peningkatan pro-duksi ternak dan pencapaian swasembadadaging nasional.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adamson, A.H. 1980. Lead and arsenicpollution of grass around smelter. p.77-83. In Inorganic Pollution andAgriculture. Proceeding of Conferenceon Agricultural Fish Food. Her MajestySt. Off., London.

    Bahri, S. dan Suwarsono. 1986. Kadar hor-mon tiroksin (T4) dan triiodotironin(T3) kambing di daerah kekuranganiodium. Penyakit Hewan 18(31): 68-70.

    Baldwin, D.R. and W.J. Marshall. 1999.Heavy metal poisoning and its labo-ratory investigation (review article).Ann. Clin. Biochem. 36: 267-300.

    Brown, J.X., P.D. Buckett, and M.Wessling-Resnick. 2004. Identificationof small molecule inhibitors that dis-tinguish between non-transferrinbound iron uptake and transferrin-mediated iron transport. Chem. Biol.11(3): 407-416.

    Chowdhury, B.A. and R.K. Chandra. 1987.Biological and health implication oftoxic heavy metals and essential traceelement interactions. Prog. Food Nutr.Sci. 11(1): 55-113.

    Chung, J., D.J Haile, and M.Wessling-Resnick. 2004. Ferroportin-1 is notupregulated in copper-deficient mice.J. Nutr. 134(3): 517-521.

    Damir, H.A., M.E.S. Barrri, S.M. El Hassan,M.H. Tageldin, A.A. Wahbi, and O.F.Idris. 1988. Clinical zinc and copperdeficiencies in cattle of Western Sudan.Trop. Anim. Hlth. Prod. 20(1): 52-56.

    Darmono and D.R. Stoltz. 1988. Potentialmineral deficiency diseases of Indo-nesian ruminant livestock: Zinc. Penya-kit Hewan 20(35): 42-46.

    Darmono. 1989a. Status mineral padadomba di Cirebon dan hubungannyadengan penyakit defisiensi. Bull. FKHUGM 9(2): 16-18.

    Darmono. 1989b. Kandungan mineral padapakan tambahan untuk mencegahpenyakit defisiensi pada ternak rumi-nansia. Bull. FKH UGM 9(2): 13-15.

    Darmono dan S. Bahri. 1989. Defisiensitembaga dan seng pada sapi di daerah

  • 216 Darmono

    transmigrasi Kalimantan Selatan. Pe-nyakit Hewan 21(39): 121-126.

    Darmono dan S. Bahri. 1990a. Defisiensimineral pada ternak ruminansia diIndonesia: Natrium. Penyakit Hewan22(40): 128-132.

    Darmono dan S. Bahri. 1990b. Statusbeberapa mineral makro (Na, K, Ca, Mg,dan P) dalam saliva dan serum sapi diKalimantan Selatan. Penyakit Hewan22(40): 138-142.

    Darmono. 1995. Kandungan logam berat(Pb, Cd, Cu, Zn) pada pakan ternakyang tumbuh di sekitar pabrik semenKabupaten Bogor. hlm.391-395. Pro-siding Seminar Nasional TeknologiVeteriner untuk Peningkatan Kese-hatan Hewan dan Pengamanan BahanPangan Asal Ternak. Balai PenelitianVeteriner, Bogor.

    Darmono, S. Rachmawati, S. Bahri, A.Safuan, dan Z. Arifin. 1996. Toksisitaskadmium terhadap pertumbuhan ayambroiler dan pengaruhnya terhadappemberian seng. hlm. 269-271. DalamS. Bahri, S. Partautomo, Darminto, F.Pasaribu, Y. Sani (Ed.). Prosiding TemuIlmiah Nasional Bidang Veteriner,Bogor, 12-13 Maret 1996. Balai Pene-litian Veteriner, Bogor.

    Darmono, Z. Arifin, M.B. Purwadikarta, A.Safuan, dan U. Waznah. 2000. Konsen-trasi metalotionein dalam hati ayamyang diberi pakan mengandung Cd.Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 5(4):250-254.

    Darmono. 2007. Farmakologi dan Tok-sikologi Sistem Kekebalan: Pengaruh,penyebab dan akibatnya terhadapkesehatan tubuh. UI Press, Jakarta. 182hlm.

    Darmono, R. Mariam, dan Darminto. 2008.Residu beberapa jenis logam berat

    dalam bahan pangan asal kulit hewan.hlm. 357-359. Proc. 10th National Vete-rinary Scientific Conference of Indo-nesian Veterinary Medical Association,19-21 August 2008.

    Fahy, V.A. 1987. Heavy metal toxicitywith reference to industrial devel-opment. p. 319-338. In Proc. No. 103.Veterinary Clinical Toxicology, 24-28August 1987. The University ofSydney, New South Wales.

    Gartenberg, P.K., L.R. McDowell, D.Rodriguez, N. Wilkiinson, J.H. Conrad,and F.G. Martin. 1990. Evaluation oftrace mineral status of ruminants innortheast Mexico. Livestock Res. RuralDev. 3(2): 1-6.

    Gossel, T.A. and J.D. Bricker. 1984.Principles of Clinical Toxicology. RavenPress, New York. 357 pp.

    Hougland, J.L., A.V. Kravchuk, D. Hers-chlag, and J.A. Piccirilli. 2005. Func-tional identification of catalytic metalion binding sites within RNA. PLoSBiol. 3(9): e277.

    Irving, F. and D.C. Butler. 1975. Ammo-niated mercury toxicity in cattle. J. Can.Vet. 16(9): 260-264.

    King, M.W. 2006. Clinical aspect of ironmetabolism. J. Med. Biochem. 15(9): 1-4.

    Liu, J.X., Y.M. Wu, X.M. Dai, J. Yao, Y.Y.Zhou, and Y.J. Chen. 1995. The effectsof urea-mineral blocks on the live-weight gain of local yellow cattle andgoats in grazing conditions. LivestockRes. Rural Dev. 7(2): 1-7.

    McDowell, L.R. 1985. Nutrition of GrazingRuminants in Warm Climates. Acad.Press, Inc., Orlando, Florida. 443 pp.

    Nogawa, K., Y. Yamada, R. Honda, M.Ishizaki, I. Tsuritani, S. Kawano, and T.Kato. 1983. The relationship between

  • Suplementasi logam dan mineral untuk kesehatan ternak ... 217

    itai-itai disease among inhabitans ofthe Jinzu river basin and cadmium inrice. Toxicol. Lett. 17(3-4): 263-266.

    Pacyna, J.M. 1987. Atmospheric emissionsof arsenic, cadmium, lead and mercuryfrom temperature processes in powergeneration and industry. p. 119-149. InT.C. Hutchinson and K.M. Meema(Eds.). Lead, Mercury, Cadmium, andArsenic in the Environment. JohnWilley and Sons Ltd., Toronto.

    Rachmawati, S., Indraningsih, dan Dar-mono. 1996. Derajat kontaminasi kad-mium dalam pakan ayam. hlm. 257-261.Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bi-dang Veteriner, 12-13 Maret 1996, PusatPenelitian dan Pengembangan Peter-nakan, Bogor.

    Sas, B. 1989. Secondary copper deficiencyin cattle by molybdenum contami-nation of fodder: A case history. Vet.Hum. Toxicol. 31(1): 29-33.

    Soepardi, G. 1982. The zinc status inIndonesian agriculture. Contr. Centr.Res. Inst. Food Crops. Bogor No. 68:10-31.

    Sutrisno, C.I., T. Sutardi, dan H.S. Sulis-tyono. 1983. Status mineral sapi potongdi Jawa Tengah. Prosiding PertemuanIlmiah Ruminansia Besar, Cisarua,1982.

    Wardrope, D.D. and J. Graham. 1982. Leadmine wast: Hazards to livestock. Vet.Rec. 111(20): 457-459.