sumber daya keuangan publik
DESCRIPTION
keuangan publikTRANSCRIPT
A. Sumber Daya Keuangan Publik
Sumber daya keuangan publik merupakan salah satu objek penting dalam pengembangan
prinsip-prinsip kepemilikan karena filosofi dan paradigma pemikiran kepemilikan sangat
berimplikasi terhadap ketersediaan sumber daya keuangan
Menurut Baqr ash-Shadr, sumber daya ( لشروة (ا terbagi dua bagian, yaitu sumber daya
yang bersumber pada barang-barang material/ al-madiyah (المادىة) untuk produksi dan
distribusi sumber daya yang bersifat produktif/ al-muntijah (المنتجة). Sumber daya keuangan
publik baik meliputi (المادىة) ataupun (المنتجة) pada dasarnya sangat berlimpah ruah dan
tidak terbatas, maupun kepemilika manusia terus berkembang dan kebutuhannya juga terus
bertambah, dalam skala mikro maupun makro. Banyak teori dan pendapat dari para pakar
tentang sumber daya keuangan publik, M. Abdul Mannan menjelaskan bahwa sumber daya
keuangan publik dpat dirujuk pada beberapa aspek pembayarab dalam sistem ekonomi islam,
yang mekiputi: zakat, jizyah, kharaj, ghanimah, rikaz, pajak atas pertambangan dan harata karun,
serta bea cukai (‘usyr’)
Dari sekian pembahasan sumner daya keuangan publik, tulisan Taqiyuddin an Nabhani
merupakan salah satu yang sangat sistematis dalam pengklasifikasiannya. Sumber daya
keuangan publik dirujukan pad sumner-sumber pendapatan publik pada pemasukan Baitul Mal
dalam negara islam, yang terdiri dari beberapa sub unit, yaitu:
1. Unit shadaqah (zakat), yaitu unit yang khusus mengurusi zakat dari kaum muslimin
2. Unit fay’ dan kharaj, yaitu unit yang mengurusi harta-harta ghanimah, fay, kharaj, dan
dharibah (pajak)
3. Unit al-milkiyah al-ammah (kepemilikan umum), yaitu unit yang mengurusi harta-harta yang
berasal dari kepemilikan umum, seperti minyak, gas, emas, batubara, hutan
Sumber daya keuangan publik berdasarkan pada tipe dan mekanisme pemasukan dalam
fiskal. Sumber daya keuangan publik islam akan diklasifikasikan pada empat unit sumber daya,
yaitu:
1. Unit shadaqah (zakat), merupakan kewajiban setiap umat muslim.
2. Unit ghana’im merupakan unti dari proses penaklukan wilayah kekuasaan islam
(peperangan).
3. Unit jizyah-kharaj merupakan kewajiban terhadap tanah-tanah tertentu dan ketentuan
terhadap kaum kafir.
4. Unit dharibah milkiyah ammah merupakan aspek perpajakan dari hak milik umum.
Berbagai instrumen yang biasa digunakan sebagai sumber pembiyaan negara pada dasarnya
dapat dikembangkan karena pada hakikatnya hal ini merupakan aspek muamalah. Oleh karena
itu, terdapat aspek instrumen yang digunakan pembiayaan publik, yaitu sebagai berikut.
1. Zakat
Pengeluaran atau pembiyaan zakat dalam islam mulai efektif dilaksanakan sejak hijrah
dan terbentuknya agama islam di Madinah. Orang-orang yang beriman diwajibkan untuk
membayar sejumlah tertentu pada hartanya, dalam bentuk zakat. Pembayran zakat
merupakan kewajiban agama dan merupakan salah satu dari lima rukun islam. . zakat
dikenakan atas harata kekayaan berupa: ems, prak, barang dagangan, binatang ternak
tertentu, barang tambang, harta karun, dan hasil panen.
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)
Zakat merupakan sumber pertama dan terpenting dari penerimaan negara, pada wal
pemerintahan islam. Menurut Anas Zarqa dalam usaha peningkatan sumber pendapatan
negara, harus dipisahkan anatara zakat mal dan zakat fithrah sebagai sumber pendapatan
negara. Hal ini dilandaskan berdasarkan pada “ perhitungan” pembayran zakat fitrhah yang
pembayaran hanya terbatas pada hari raya Idul Fitri dan hanya disalurkan pada golongan
orang-orang miskin dan tidak mampu saja. Sedangkan zakat mal dalam arti luas dapat
diperhitungkan dala setip saat kewajiban itu beelaku bagi muslimin yang telah memenuhi
nishab.
2. Unit Ghana’im
unit Ghana’im i merupakan pengistilahan sumber daya keuangan publik yang bersumber
dari proses peralihan kepemilikan dari orang-orand non –muslim kepada pasukan muslim
dalam peperangan. Istilah Ghana’im merupakan bentuk jaman dari ghanimah yaitu harta
benda yang dimabil dari orang-ornag musyrik secara paksa dalam peperangan. Unit
Ghana’im merupakan sumber daya keuangan publik dalam bentuk fay’ dan ghanimah
a) Fay’
Fay’ merupakan harta yang diperoleh oleh kaum muslimin dari orang-orang kafir tanpa
melakukan peperangan atau tanpa menyerbu ke daerah-daerah orang-orang kafir dengan
pasukan muslim. Termasuk ke dalam fay’ adalah pajak, cukai dan sebagainya. Seperlima
(1/5) dibagikan kepada mereka yang ditentukan Allah Swt dan empat perlima (4/5)
diberikan kepada pasukan perang dengan penentuan oleh panglimanya, serta dibagikan
pula untuk kesejahteraan akum muslimin, seperti mendirikan rumah sakit atau
memperbaiki jalan. Distribusi fay’ ini didasarkan pada QS. Al-Hasyr ayat 7:
“apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara
kamu”. (QS. Al-Hasyr 7)
b) Ghanimah
Berbeda dengan sumber daya fay’ yang didapatkan dari suatu proses damai, sumber
daya ghanimah merupakan harta benda yang didapatkan secara paksa tau melalui jalur
pertempuran
Ghanimah merupakan sumber keuangan publik yang dieksplorasi dari barang
ramapasan peranag ketika bertempur dengan kaum kafir, dan barang tersebut berbentuk
barang bergerak dan dapat dipindahkan. Dalam ghanimah terjadi pembagian seperlima
(1/5) dan emapat perlima (4/5), sedangkan dalam fay’ tidak terjadi pembagian yang
demikian. Sumber daya keuangan dalam bentuk ghanimah didasarkan pada ketentuan al-
Qur’an surat Al-Anfal (8) ayat 41:
“ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan
perang[613], Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil.” (QS. Al-Anfal 41).
Dari ayat tersebut dapat dijelaskan, bahwa setiap terjadi peperangan antara umat
muslim dengan umat kafir , maka segala barag bergerak dan dapat dipindahkan maka
barang-barang tersebut termasuk keuangan publik dalam bentuk ghanimah, diman
seperlima adalah untuk Allah Swt, Rasulullah Saw, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, dan ibn sabil, sedangkan anggota pasukan mendapatkan emapt perlima.
3. Unit Kharaj-Jizyah
a) Kharaj
Kharaj atau juga disebut dengan land taxes merupakan sumber pendapatan fiskal
yang bersumber dari tanah yang dimiliki oleh orang muslim ataupun orang non-muslim.
Kharaj merupakan sejenis pajak yang dikenakan pada tanah yang terutama ditaklukan
oleh kekuatan senjata, terlepas dari apakah si pemilik tanah itu seorang yang dibawah
umur, seorang dewasa, seorang bebas, budak, muslim ataupun tidak beriman. Kharaj juga
merupakan hak pungutan yag dikenakan atas tanah kaum kafir, baik penaklukan itu
dengan cara peperangan meaupu damai. Kebijakan kharaj yang dibayarkan menjadi
pemasukan tetap bagi Baitul mal yang dapat digunakan untuk membayar gaji anggota-
anggota tentara, hakim-hakim, dan lain-lain.
Mekanisme pemungutan kha terbagi manjadi dua jenis, yaitu khraj menurut
perbandingan (muqasimah) dan kharaj tetap (wasifah), kharaj perbandingan ditetapka
berdasarkan porsi hasil seperti setengah atau sepertiga hasil tanah tersebut dan biasanya
diberlakukan pada waktu panen sebaliknya, kharaj tetap adalah beban khusus pada tanah
sebanyak hasil alam atau uang persatuan lahan, dan biasanya diwajibkan setelah masa
setahun. Ada pilah yang membagi pada “kharaj tetentu” dan “kharaj proporsional”.
Kharaj tertentu dihitung berdasarkan pada jumlah tanah yang ditanami, dan macam-
macam yang ditanami, kaualitas tanah, dan cara pengaiarannya. Khraja proporsional
merupakan pajak yang didasarkan pada yang sebenarnya dihasilkan (hasil tanaman dan
pertanian).
b) Jizyah
Jizyah atau biasa disebut juga dengan poll tax merupakan sumber daya fiskal yang
khusus diberlakukan kepada masyarakat ahlul kitab (Nashrani, Yahudi, dan Majusi).
Jizayah secara eksplisit disebutkan dalam QS. At-Taubah (9) ayat 29:
“perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan
RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-
orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyahdengan
patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.” (QS. At-Taubah: 29)
Regulasi dari penetapan jizyah menurut M. Abdul Mannan merupakan pajak yang
dikenakan pada kalangan non muslim sebagai imbalan untuk jaminan yang diberikan
oleh suatu negara islam pada mereka guna melindungi kehidupannya, misalanya harta
benda, ibadah keagamaan, dan pembebasan dari dinas militer.
Sumber pendapatan dari jizyah dalam perkembangan dijadikan sebagai bentuk
konsensi (penjaminan) neara islam terhadap keamanan pribadi dari hak milik, serta
ketidakwajiban menjadi militer atas orang-oranf ahul kitab, yang kemudian berkembang
diberlakuka terhadap orag non-muslim lainnya. Ada juga pendapata yang menyatakan
bahwa pembayaran jizyah merupakan konsekuensi orang-orang non muslim yang tinggal
di negara islam.
4. Unit Dlaribah Milkiyah Ammah
Dlaribah merupakan bentuk pajak selain pada unit zakat-shadaqah, unit ghanimah,
kewajiban ppenduduk non muslim (jizyah) dan pajak tanah(kharaj). Dlaribah dalam
perkembangannya seperti pajak berlaku pada saat ini. Ketentuan-ketentuanya hampir
sama dengan perhitungan nishab dalam zakat, tetapi batasan-batsannya sangat relatif dan
berlainan satu negara dengan negara lain
Dalam masa pemerintahan islam, regulasi Dlaribah dalam bentuk pajak hanya
dijadikan kebijkan pada saat-saat tertentu saja, pada saat kondisi keuangan Baitu Mal
minus atau defisit dan tidak cukup untuk menyediakan kebutuahan pokok masyarakat.
Penarikan pjak ini pun bersifat temporal, tidak berlaku terus-menerus, dan akan dihentika
apabila kondisinya sudah stabil kembali.
Jenis Dlaribah yang sangat terkenal dan dipraktika setelah hubungan antara umat
islam dengan non muslim relatif berdamai adalah jenis Dlaribah al-usyur (pajak bea
cukai). Bermula pada negara kafir dari golongan ahl Manbij ( منبح memperlakukan (اهل
ketentuan Dlaribah al-usyur kepada setiap muslim yang masuk kewilayah mereka.