sumber daya keuangan publik

8
A. Sumber Daya Keuangan Publik Sumber daya keuangan publik merupakan salah satu objek penting dalam pengembangan prinsip-prinsip kepemilikan karena filosofi dan paradigma pemikiran kepemilikan sangat berimplikasi terhadap ketersediaan sumber daya keuangan Menurut Baqr ash-Shadr, sumber daya ( روة ش لا) terbagi dua bagian, yaitu sumber daya yang bersumber pada barang-barang material/ al- madiyah ( ة مادى لا) untuk produksi dan distribusi sumber daya yang bersifat produktif/ al-muntijah ( ة ج ت من لا). Sumber daya keuangan publik baik meliputi ( ة مادى لا) ataupun ( ة ج ت من لا) pada dasarnya sangat berlimpah ruah dan tidak terbatas, maupun kepemilika manusia terus berkembang dan kebutuhannya juga terus bertambah, dalam skala mikro maupun makro. Banyak teori dan pendapat dari para pakar tentang sumber daya keuangan publik, M. Abdul Mannan menjelaskan bahwa sumber daya keuangan publik dpat dirujuk pada beberapa aspek pembayarab dalam sistem ekonomi islam, yang mekiputi: zakat, jizyah, kharaj, ghanimah, rikaz, pajak atas pertambangan dan harata karun, serta bea cukai (‘usyr’) Dari sekian pembahasan sumner daya keuangan publik, tulisan Taqiyuddin an Nabhani merupakan salah satu yang sangat sistematis dalam pengklasifikasiannya. Sumber daya keuangan publik dirujukan pad sumner-sumber pendapatan publik pada pemasukan Baitul Mal dalam negara islam, yang terdiri dari beberapa sub unit, yaitu:

Upload: andhyka-ome

Post on 25-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

keuangan publik

TRANSCRIPT

Page 1: Sumber Daya Keuangan Publik

A. Sumber Daya Keuangan Publik

Sumber daya keuangan publik merupakan salah satu objek penting dalam pengembangan

prinsip-prinsip kepemilikan karena filosofi dan paradigma pemikiran kepemilikan sangat

berimplikasi terhadap ketersediaan sumber daya keuangan

Menurut Baqr ash-Shadr, sumber daya ( لشروة (ا terbagi dua bagian, yaitu sumber daya

yang bersumber pada barang-barang material/ al-madiyah (المادىة) untuk produksi dan

distribusi sumber daya yang bersifat produktif/ al-muntijah (المنتجة). Sumber daya keuangan

publik baik meliputi (المادىة) ataupun (المنتجة) pada dasarnya sangat berlimpah ruah dan

tidak terbatas, maupun kepemilika manusia terus berkembang dan kebutuhannya juga terus

bertambah, dalam skala mikro maupun makro. Banyak teori dan pendapat dari para pakar

tentang sumber daya keuangan publik, M. Abdul Mannan menjelaskan bahwa sumber daya

keuangan publik dpat dirujuk pada beberapa aspek pembayarab dalam sistem ekonomi islam,

yang mekiputi: zakat, jizyah, kharaj, ghanimah, rikaz, pajak atas pertambangan dan harata karun,

serta bea cukai (‘usyr’)

Dari sekian pembahasan sumner daya keuangan publik, tulisan Taqiyuddin an Nabhani

merupakan salah satu yang sangat sistematis dalam pengklasifikasiannya. Sumber daya

keuangan publik dirujukan pad sumner-sumber pendapatan publik pada pemasukan Baitul Mal

dalam negara islam, yang terdiri dari beberapa sub unit, yaitu:

1. Unit shadaqah (zakat), yaitu unit yang khusus mengurusi zakat dari kaum muslimin

2. Unit fay’ dan kharaj, yaitu unit yang mengurusi harta-harta ghanimah, fay, kharaj, dan

dharibah (pajak)

3. Unit al-milkiyah al-ammah (kepemilikan umum), yaitu unit yang mengurusi harta-harta yang

berasal dari kepemilikan umum, seperti minyak, gas, emas, batubara, hutan

Sumber daya keuangan publik berdasarkan pada tipe dan mekanisme pemasukan dalam

fiskal. Sumber daya keuangan publik islam akan diklasifikasikan pada empat unit sumber daya,

yaitu:

1. Unit shadaqah (zakat), merupakan kewajiban setiap umat muslim.

2. Unit ghana’im merupakan unti dari proses penaklukan wilayah kekuasaan islam

(peperangan).

Page 2: Sumber Daya Keuangan Publik

3. Unit jizyah-kharaj merupakan kewajiban terhadap tanah-tanah tertentu dan ketentuan

terhadap kaum kafir.

4. Unit dharibah milkiyah ammah merupakan aspek perpajakan dari hak milik umum.

Berbagai instrumen yang biasa digunakan sebagai sumber pembiyaan negara pada dasarnya

dapat dikembangkan karena pada hakikatnya hal ini merupakan aspek muamalah. Oleh karena

itu, terdapat aspek instrumen yang digunakan pembiayaan publik, yaitu sebagai berikut.

1. Zakat

Pengeluaran atau pembiyaan zakat dalam islam mulai efektif dilaksanakan sejak hijrah

dan terbentuknya agama islam di Madinah. Orang-orang yang beriman diwajibkan untuk

membayar sejumlah tertentu pada hartanya, dalam bentuk zakat. Pembayran zakat

merupakan kewajiban agama dan merupakan salah satu dari lima rukun islam. . zakat

dikenakan atas harata kekayaan berupa: ems, prak, barang dagangan, binatang ternak

tertentu, barang tambang, harta karun, dan hasil panen.

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,

pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,

orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui

lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)

Zakat merupakan sumber pertama dan terpenting dari penerimaan negara, pada wal

pemerintahan islam. Menurut Anas Zarqa dalam usaha peningkatan sumber pendapatan

negara, harus dipisahkan anatara zakat mal dan zakat fithrah sebagai sumber pendapatan

negara. Hal ini dilandaskan berdasarkan pada “ perhitungan” pembayran zakat fitrhah yang

pembayaran hanya terbatas pada hari raya Idul Fitri dan hanya disalurkan pada golongan

orang-orang miskin dan tidak mampu saja. Sedangkan zakat mal dalam arti luas dapat

diperhitungkan dala setip saat kewajiban itu beelaku bagi muslimin yang telah memenuhi

nishab.

2. Unit Ghana’im

Page 3: Sumber Daya Keuangan Publik

unit Ghana’im i merupakan pengistilahan sumber daya keuangan publik yang bersumber

dari proses peralihan kepemilikan dari orang-orand non –muslim kepada pasukan muslim

dalam peperangan. Istilah Ghana’im merupakan bentuk jaman dari ghanimah yaitu harta

benda yang dimabil dari orang-ornag musyrik secara paksa dalam peperangan. Unit

Ghana’im merupakan sumber daya keuangan publik dalam bentuk fay’ dan ghanimah

a) Fay’

Fay’ merupakan harta yang diperoleh oleh kaum muslimin dari orang-orang kafir tanpa

melakukan peperangan atau tanpa menyerbu ke daerah-daerah orang-orang kafir dengan

pasukan muslim. Termasuk ke dalam fay’ adalah pajak, cukai dan sebagainya. Seperlima

(1/5) dibagikan kepada mereka yang ditentukan Allah Swt dan empat perlima (4/5)

diberikan kepada pasukan perang dengan penentuan oleh panglimanya, serta dibagikan

pula untuk kesejahteraan akum muslimin, seperti mendirikan rumah sakit atau

memperbaiki jalan. Distribusi fay’ ini didasarkan pada QS. Al-Hasyr ayat 7:

“apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta

benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul,

kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam

perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara

kamu”. (QS. Al-Hasyr 7)

b) Ghanimah

Berbeda dengan sumber daya fay’ yang didapatkan dari suatu proses damai, sumber

daya ghanimah merupakan harta benda yang didapatkan secara paksa tau melalui jalur

pertempuran

Ghanimah merupakan sumber keuangan publik yang dieksplorasi dari barang

ramapasan peranag ketika bertempur dengan kaum kafir, dan barang tersebut berbentuk

barang bergerak dan dapat dipindahkan. Dalam ghanimah terjadi pembagian seperlima

(1/5) dan emapat perlima (4/5), sedangkan dalam fay’ tidak terjadi pembagian yang

demikian. Sumber daya keuangan dalam bentuk ghanimah didasarkan pada ketentuan al-

Qur’an surat Al-Anfal (8) ayat 41:

Page 4: Sumber Daya Keuangan Publik

“ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan

perang[613], Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-

anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil.” (QS. Al-Anfal 41).

Dari ayat tersebut dapat dijelaskan, bahwa setiap terjadi peperangan antara umat

muslim dengan umat kafir , maka segala barag bergerak dan dapat dipindahkan maka

barang-barang tersebut termasuk keuangan publik dalam bentuk ghanimah, diman

seperlima adalah untuk Allah Swt, Rasulullah Saw, anak-anak yatim, orang-orang

miskin, dan ibn sabil, sedangkan anggota pasukan mendapatkan emapt perlima.

3. Unit Kharaj-Jizyah

a) Kharaj

Kharaj atau juga disebut dengan land taxes merupakan sumber pendapatan fiskal

yang bersumber dari tanah yang dimiliki oleh orang muslim ataupun orang non-muslim.

Kharaj merupakan sejenis pajak yang dikenakan pada tanah yang terutama ditaklukan

oleh kekuatan senjata, terlepas dari apakah si pemilik tanah itu seorang yang dibawah

umur, seorang dewasa, seorang bebas, budak, muslim ataupun tidak beriman. Kharaj juga

merupakan hak pungutan yag dikenakan atas tanah kaum kafir, baik penaklukan itu

dengan cara peperangan meaupu damai. Kebijakan kharaj yang dibayarkan menjadi

pemasukan tetap bagi Baitul mal yang dapat digunakan untuk membayar gaji anggota-

anggota tentara, hakim-hakim, dan lain-lain.

Mekanisme pemungutan kha terbagi manjadi dua jenis, yaitu khraj menurut

perbandingan (muqasimah) dan kharaj tetap (wasifah), kharaj perbandingan ditetapka

berdasarkan porsi hasil seperti setengah atau sepertiga hasil tanah tersebut dan biasanya

diberlakukan pada waktu panen sebaliknya, kharaj tetap adalah beban khusus pada tanah

sebanyak hasil alam atau uang persatuan lahan, dan biasanya diwajibkan setelah masa

setahun. Ada pilah yang membagi pada “kharaj tetentu” dan “kharaj proporsional”.

Kharaj tertentu dihitung berdasarkan pada jumlah tanah yang ditanami, dan macam-

macam yang ditanami, kaualitas tanah, dan cara pengaiarannya. Khraja proporsional

merupakan pajak yang didasarkan pada yang sebenarnya dihasilkan (hasil tanaman dan

pertanian).

Page 5: Sumber Daya Keuangan Publik

b) Jizyah

Jizyah atau biasa disebut juga dengan poll tax merupakan sumber daya fiskal yang

khusus diberlakukan kepada masyarakat ahlul kitab (Nashrani, Yahudi, dan Majusi).

Jizayah secara eksplisit disebutkan dalam QS. At-Taubah (9) ayat 29:

“perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari

Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan

RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-

orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyahdengan

patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.” (QS. At-Taubah: 29)

Regulasi dari penetapan jizyah menurut M. Abdul Mannan merupakan pajak yang

dikenakan pada kalangan non muslim sebagai imbalan untuk jaminan yang diberikan

oleh suatu negara islam pada mereka guna melindungi kehidupannya, misalanya harta

benda, ibadah keagamaan, dan pembebasan dari dinas militer.

Sumber pendapatan dari jizyah dalam perkembangan dijadikan sebagai bentuk

konsensi (penjaminan) neara islam terhadap keamanan pribadi dari hak milik, serta

ketidakwajiban menjadi militer atas orang-oranf ahul kitab, yang kemudian berkembang

diberlakuka terhadap orag non-muslim lainnya. Ada juga pendapata yang menyatakan

bahwa pembayaran jizyah merupakan konsekuensi orang-orang non muslim yang tinggal

di negara islam.

4. Unit Dlaribah Milkiyah Ammah

Dlaribah merupakan bentuk pajak selain pada unit zakat-shadaqah, unit ghanimah,

kewajiban ppenduduk non muslim (jizyah) dan pajak tanah(kharaj). Dlaribah dalam

perkembangannya seperti pajak berlaku pada saat ini. Ketentuan-ketentuanya hampir

sama dengan perhitungan nishab dalam zakat, tetapi batasan-batsannya sangat relatif dan

berlainan satu negara dengan negara lain

Dalam masa pemerintahan islam, regulasi Dlaribah dalam bentuk pajak hanya

dijadikan kebijkan pada saat-saat tertentu saja, pada saat kondisi keuangan Baitu Mal

minus atau defisit dan tidak cukup untuk menyediakan kebutuahan pokok masyarakat.

Page 6: Sumber Daya Keuangan Publik

Penarikan pjak ini pun bersifat temporal, tidak berlaku terus-menerus, dan akan dihentika

apabila kondisinya sudah stabil kembali.

Jenis Dlaribah yang sangat terkenal dan dipraktika setelah hubungan antara umat

islam dengan non muslim relatif berdamai adalah jenis Dlaribah al-usyur (pajak bea

cukai). Bermula pada negara kafir dari golongan ahl Manbij ( منبح memperlakukan (اهل

ketentuan Dlaribah al-usyur kepada setiap muslim yang masuk kewilayah mereka.