sumber dan cara memperoleh ilmu pengetahuan

13
SUMBER DAN CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN PAPER UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang dibina oleh Drs. Sumarwahyudi, M.Sn Oleh : Yoga Aris Setyo Aji (140253606229)

Upload: yoga

Post on 02-Feb-2016

261 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

paper

TRANSCRIPT

Page 1: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

SUMBER DAN CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN

PAPER

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR FILSAFAT ILMU

Yang dibina oleh Drs. Sumarwahyudi, M.Sn

Oleh :

Yoga Aris Setyo Aji

(140253606229)

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

NOVEMBER 2014

Page 2: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Dibekalinya manusia dengan akal membuatnya memiliki sifat yang tidak pernah puas. Interaksinya dengan alam sekitar akan membuat semakin ingin tahu yang kemudian memunculkan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang nantinya menghasilkan suatu pengetahuan. Dari pengetahuan yang diperoleh, manusia akan selalu berusaha engembangkannya dan akan mencari pengetahuan-pengetahuan baru yang belum mereka peroleh.

Pengetahuan manusia, menurut Al-Farabi, diperoleh lewat tiga daya yang dimiliki, aitu daya indera (al-quwwah al-hassah), daya imajinasi (al-quwwah al-mutakhayyilah), dan daya pikir (al-quwwah al-nathiqah), yang masing-masing disebut sebagai indera eksternal, indera internal, dan intelek.Tiga macam indera tersebut merupakan sarana utama dalam pencapaian keilmuan.

Adanya pengetahuan berpengaruh terhadap kemunculan suatu ilmu yang di sebut filsafat. Menurut Al-Farabi, Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya. Cabang ilmu filsafat yang secara khusus dan mendalam menggeluti pertanyaan – pertanyaan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang pengetahuan yang disebut dengan Epistemologi. Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang memiliki arti perkataan, pikiran, ilmu. Secara harfiah, epistemologi berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk “menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya” (Surajiyo, 2002 : 18). Istilah-istilah lain yang setara maksudnya dengan epistemologi dalam pelbagai kepustakaan filsafat kadang-kadang disebut juga logika material, citeriology, kritika pengetahuan gnosiology, dan dalam bahasa Indonesia lazim dipergunakan istilah Filsafat Pengetahuan. (Abbas Hamami M., 1982 : 1).

Filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam sekitarnya. Maka dari itu, epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif, dan kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai apakah suatu pengetahuan dapat dibenarkan dan dapat dipertanggung jawabkan secara nalar. Normatif berarti menentukan norma atau tolak ukur kenalaran bagi kebenaran pengetahuan. Sedangkan kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguji kenalaran cara maupun hasil kegiatan manusia mengetahui.

Dalam epistemologinya, terdapat berbagai macam alat atau cara yang dapat digunakan untuk mencari dan mengembangkan pengetahuan. Diantaranya adalah Otoritas (Authority), Intuisi (intuition), Wahyu (revelation), dan keyakinan (faith).

Page 3: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

Pembahasan

Sumber Pengetahuan

Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicaralkan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan,asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Sumber dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah asal. Dengan demikian, sumber pengetahuan adalah asal dari pengetahuan yang diperoleh manusia. Merupakan sumber berarti awal dari terjadinya suatu pengetahuan. Terjadinya pengetahuan merupakan masalah yang sangat pentig dalam epistemologi. Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah bersifat apriori atau bersifat aposteriori. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa atau melalui adanya pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin. Sedangkan pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.

Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, yaitu

1. Pengalaman Indra (sense experience)2. Nalar (reason)3. Otoritas (authority)4. Intuisi (intuition)5. Wahyu (revelation)6. Keyakinan (faith)

Page 4: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

A. OTORITAS1. Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Otoritas diartikan sebagai hak untuk bertindak, kekuasaan/wewenang, hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk memerintah orang lain. Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan. Hal ini dikarenakan kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya. Pada umumnya, pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas ini tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya memiliki kewibawaan tertentu atau bisa juga dari kelompok atau kalangan yang berpengaruh di tengah masyarakat.

Otoritas yang berlaku pada era abad pertengahan berbeda dengan otoritas masa modern. Pada abad pertengahan di daratan Eropa, otoritas atau kekuasaan dimiliki oleh Gereja dan segala macam dogmanya. Berbeda dengan otoritas masa kini yang dipegang oleh kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan.

Jadi, yang dimaksud dengan pengetahuan dapat terwujud dari otoritas ialah karena suatu pengetahuan terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.

2. ContohContoh dari otoritas sebagai sumber pengetahuan dapat dilihat dari abad pertengahan.

Dikala itu, gereja yang memegang kekuasaan beserta segala macam dogma yang dimilikinya. Mereka menetapkan bahwa bumi itu datar, pengetahuan atas dasar otoritas dari gereja tersebut dipercayai dan dianut oleh masyarakat. Sampai suatu ketika Galileo Galilei (1564-1642) mencetuskan teori baru yang bertentangan dengan teori otoritas yang berlaku, bahwa bumi itu bulat dan berputar sangat cepat pada porosnya. Dikarenakan Galileo bukan pemilik otoritas yang tinggi, sehingga meskipun pernyataan itu benar tetap dianggap sesat dan diapun mendapat hukuman dari gereja kala itu.

Jadi, kepercayaan terhadap otoritas itu wajar. Karena kita memiliki segala sesuatu yang serba terbatas, wajar untuk menggantungkan kepercayaan kita terhadap pengetahuan yang berdasar dari suatu otoritas. Akan tetapi, menganggap semua yang dikatakannya itu benar merupakan suatu kesesatan berpikir. Otoritas bukanlah Tuhan, ia bisa salah atau berbohong, sehingga meski sangat jujur atau pandai masih memungkinkan untuk salah walaupun dengan kemungkinan yang sangat kecil.

Page 5: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

B. INTUISI1. Pengertian

Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.

Seseorang yang sedangterpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Pengetahuan intuitif daat digunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menemukan enar atau tidaknya suatu pernyataan yang dikemukakan. Menrut Goerge F. Kneller, intuisi merupakan pengalaman puncak atau yang disebut peak experience sedangkan menurut Nietzsche merupakan tingkat intelejensi yng paling tinggi.

Dalam kajian epistemologi Islam, intuisi menjadi salah satu sumber ilmu dan kebenaran sebagaimana halnya rasio danempiris. Bahkan intusi lebih tinggi kedudukannya daripada ilmu yang notabene diperoleh melalui proses penalaean dan penginderaan. Kebenaran yang dicapai melalui intuisi dapat dibuktikan secara rasional sekaligus epiris. Artinya, banyak orang yang yang memperoleh pengetahuan yang mendalam secara intuitif yang kemudian terbukti benar.

Namun, dalam kajian filsafat barat, intuisi ini belum sepenuhnya diterima sebagai sumber pengetahuan . Mario Bunge secara tegas menyatakan bahwa intuisi bukan merupakan metode yang aman untuk dipakai,karena ia dapat mudah tersesat dan mendorong pada pengakuan-pengakuan yang tidak masuk akal. Oleh karena itu, kebenaran intuisi harus ditopang dengan data-data dari indera dan konsep-konsep akal. Kebenaran intuisi yang tidak didukung oleh data dari indera dan akal akan kalah nilainya dibandingkan dengan kebenaran lain yang didukung oleh bukti meskipun tanpa intuisi.

2. ContohSebagai contoh dari intuisi adalah pembahasan tentang keadilan, semisal di meja

hijau. Pengertian tentang adil akan berbeda tergantung akal manusia yang memahami. Adil dapat muncul dari si terhukum, keluarga terhukum, hakim, dan jaksa. Oleh sebab itu, adil mempunyai banyak definisi. Disinilah intuisi berperan. Intuisilah yang akan dapat mengetahui kebenaran secara utuh dan tetap.

Contoh lain adalah ketika seorang pengajar seperti guru atau dosen dapat menemukan ilustrasi bahan pengajaran dengan mengimajinasikan contoh-contoh tau perbandingan-perbandingan juga merupakan hasil dari intuisi.

Page 6: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

C. WAHYU1. Pengertian

Wahyu dalam arti bahasanya adalah isyarat yang cepat. Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan tersebut. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.

Wahyu bukan saja mengajarkan tentang pengetahuan yang bersifat inderawi dan terbatas pada pengalaman, tetapi juga menembus batas waktu dan tempat dalam masalah-masalah yang transedental seperti hari kiamat, latar belakang penciptaan manusia, dan rahasia kehidupan setelah mati. Whayu merupakan sumber pengetahuan yang bersandar pada otoritas Tuhan sebagai Maha Ilmu.

Dalam tradisi filsafat Islam, Wahyu bahkan bertindak sebagai sumber pengetahuan yang memilikistatus yang spesifik, karena seorang penerima pengetahuan melalui wahyu adalah orang yang memiliki suatu otoritas keagamaan tinggi yang sering diistilahkan dengan Nabi. Sementara manusia biasa menerima keberadaan Wahyu sebagai rukun iman yang harus dipercayai. Dalam totalitasnya, Wahyu yang dialami oleh Nabi bukan hanya secara spiritual dan intelektual, melainkan juga lewat pengkhayalan (imajinasi) dan

penginderaan. Para filosof berusaha untuk mendudukkan wahyu sebagai realitas keilmuan yang bisa dikaji secara teoretis.

a) Mengambil wahyu dan mengenyampingkan rasio. Ini umumnya dilakukan oleh para tokoh Agama nan-filosof. Al-Syafi’i (767-820 M) kiranya dapat dijadikan contoh dalam permasalahan ini. Dalam al-Risalah, ia secara tegas menyatakan bahwa wahyu adalah satu-satunya sumber kebenaran dan tidak ada yang dapat dijadikan pegangan kecuali wahyu.

b) Mengutamakan rasio dan menepikan wahyu. Perbandingan ini biasa digunakan oleh para rasionalis murni atau filosof Muslim yang dianggap kurang peduli akan ajaran gamannya. Sebagai contoh ibn Zakaria al-Razi (865-925 M), menurut al-Razi rasio adalah sebuah anugerah, krena dengan rasio manusia dapat mengetahui mana yang baik mana yang buruk dalam kehidupannya. Namun tidak serta merta bahwa rasio adalah yang utama, tetapi jika dalam sebuah Agam atau kepercayaan hendaknya manusia menggunakan wahyu juga sebagai sumber pengetahuan.

c) Mendamaikan atau mencari titik temu antara wahyu dan rasio, antara agama dan filsafat, melalui cara apapun. Hal ini biasa dilakukan oleh para filosof Muslim atau filosof yang peduli dengan doktrin keagamaan. Sebegai contoh al-Kindi (806-875 M), al-Farabi (????-1000M), Ibn Sina (980-1037 M), Ibn Tufail (????-1185), mereka adalah contoh filosof muslim yang menggunakan cara ini

Page 7: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

2. ContohSebagai contoh dari Wahyu sebagai sumber pengetahuan ada berbagai macam.

Pengetahuan tentang hari akhir, dan kehidupan setelah mati berasal dari wahyu. Hal-hal tersebut belum dapat dibuktikan kebenarannya, namun umat beragama tetap mempercayainya. Secara rasio pengetahuan dalam wahyu tersebut memiliki nilai yang mengandung kebenaran meski ada yang tidak dapat dicerna oleh akal manusia.

D. KEYAKINAN1. Pengertian

Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan, mempercayai sesuatu. Sumber pengetahuan berupa keyakinan ini memiliki kesamaan dan mungkin sulit dibedakan dengan wahyu secara jelas, karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan. Yang membedakan adalah keyakinan dalam wahyu secara dogmatik mengikuti peraturan yang berupa Agama. Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia meupakan pematangan dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan dengan keadaan ang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik kecuali bukti-bukti baru yang akurat dan cocok untuk kepercayaannya.

Dalam proses munculnya keyakinan terhadap pengetahuan, akan muncul beberapa sebab yang menyebabkan munculnya keyakinan terhadap pengetahuan antara lain: pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa keingin tahuan, pikiran dan penalaran, serta logika.

2. ContohContoh keyakinan sebagai sumber pengetahuan adalah adanya para ilmuwan

yang menemukan penemuan-penemuan baru, seperti misalnya kita meyakini pengetahuan tentang suatu hari manusia dapat terbang, lalu ditemukannya pesawat terbang yang mewujudkan keyakinan tersebut meski dalam penerapannya menggunakan alat bantu tersebut.

Page 8: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

KESIMPULAN

Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah puas. Mereka dibekali akal yang berguna dalam mencari dan mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses pengalaman, nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan karena adanya sebuah keyakinan. Dikatakan pengetahuan, bararti ada yang mengandung kebenaran dan ada pula yang kebenarannya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Ini merupakan tugas manusia sebagai subjek pengetahuan yang harus menentukan dan harus pandai serta teliti dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan, sehingga pada akhirnya dapat terwujud pengetahuan yang shahih dan dapat dipertanggung jawabkan isi maupun kandungannya yang kemudian bisa dijadikan sebagai ilmu pengetahuan.

Page 9: Sumber dan cara memperoleh ilmu Pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Erliana. 2011. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hasan, Muzammil. 2012. Sumber Kebenaran Dalam Filsafat Ilmu: Studi Atas Konsep Wahyu dan Intuisi, (Online) ( http://z4mil.blogspot.co.uk/2012/03/filsafat-ilmu.html), diakses 20 Nopember 2014.

Surajiyo. 2012. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Soleh, Khudori. 2010. Integrasi Agama dan Filsafat Pemikiran Epistomologi al-Farabi. Malang: UIN Maliki Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online / daring (dalam jaringan). (http://kbbi.web.id/)