sumber air dan limbah domestik

8
4.2. Penggunaan Air 4.2.1. Sumber Air dan Penggunaannya Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 hal utama, yakni sumber air dan penggunaannya. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air botol kemasan, air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, waduk ataupun danau (Studi EHRA Kabupaten Toraja Utara, 2013). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sumber air yang paling banyak digunakan untuk minum, masak, cuci piring, cuci pakaian dan gosok gigi adalah sumber air hujan.

Upload: risa

Post on 08-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ehra

TRANSCRIPT

4.2. Penggunaan Air4.2.1. Sumber Air dan PenggunaannyaHal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 hal utama, yakni sumber air dan penggunaannya. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air botol kemasan, air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, waduk ataupun danau (Studi EHRA Kabupaten Toraja Utara, 2013). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sumber air yang paling banyak digunakan untuk minum, masak, cuci piring, cuci pakaian dan gosok gigi adalah sumber air hujan.

Grafik 4.6 Sumber Air dan Penggunaannya pada Wilayah Kerja UPTD Pontianak TenggaraLaporan hasil studi EHRA di Kabupaten Natuna menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengunakan air hujan sebagai sumber air bersih dalam aktiftas di rumah tangganya. Hal tersebut ditandai dengan besarnya pemanfatan air hujan sebagai sumber air baku untuk masak (70,9%), air minum (63,6%), cuci pirng (20,6%), cuci pakaian (26,8), dan gosok gigi (23,1%).Sebagian besar responden mengakui bahwa menggunakan air hujan sebagai sumber air bersih dalam memenuhi keperluaan seharai-hari. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan sumber air ledeng dari PAM menempati urutan terbanyak kedua setelah penggunaan air hujan. Sumber air terbanyak ketiga yang digunakan adalah air sungai. Alasan responden menggunakan air hujan adalah menurut responden lebih aman dan bersih dibandingkan sumber air lainnya.

4.3 Indeks Risiko Sanitasi dan Penentuan Area Berisiko4.3.1 Parameter Indeks Risiko Sanitasia. Sumber airParameter sumber air yang diteliti dalam EHRA terdiri dari tiga variabel pertanyaan, yakni penggunaan sumber air tercemar, penggunaan sumber air tidak terlindungi dan kelangkaan air.

Berdasarkan grafik diatas, penggunaan sumber mata air yang tidak terlindungi di klaster 0, 1, 2 dan 4 sebesar 100 % sedangkan untuk klaster 3 sebesar 83,3%. Sumber air terlindungi pada klaster 3 sebesar 16,7% dan klaster 4 sebesar 6,3% sedangkan pada klaster 0, 1 dan 2 sebesar 0,0%. Air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi) termasuk sumber air yang dinilai aman. Namun air hujan juga cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas misalnya CO2, NO2, dan amoniak. Selain itu, air hujan juga mengandung bermacam-macam zat asam seperti asam sulfat, asam nitrat, dan senyawa asam lainnya yang berasal dari berbagai industri atau gunung berapi (Mayasari, 2014). Selain itu, hal ini dikarenakan tempat penampungan air hujan yang digunakan responden banyak yang tidak memiliki tutup artinya sumber air tidak terlindungi.Berdasarkan grafik juga dapat dilihat kelangkaan air paling tinggi pada klaster 2 yaitu sebesar 40 % dan terendah pada klaster 4 sebesar 25%. Kelangkaan air ini sering terjadi pada musim kemarau karena curah hujan yang rendah. Curah hujan yang rendah ini juga berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah sehingga volume air menjadi berkurang bahkan kering, kondisi inilah menyebabkan terjadinya kelangkaan air.b. Air limbah domestikAir buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting, yaitu:a. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba pathogenb. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan Fosfor, serta kemungkinan kecil mikro-organisme.c. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cucidan kamar mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage. Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba pathogen banyak terdapat pada excreta. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan.Parameter air limbah domestik yang dinilai terdiri dari tiga variabel pertanyaan yaitu tangki septik suspek aman, pencemaran karena pembuangan isi tangki septik, dan pencemaran karena SPAL. Masing-masing variabel pertanyaan terdiri dari jawaban ya dan tidak. Penilaian yang digunakan adalah jawaban tidak untuk tangki septik suspek aman, jawaban ya untuk pencemaran karena pembuangan isi tangki septik, dan ya untuk pencemaran karena SPAL.

Berdasarkan grafik diatas, tangki septik suspek aman yang tertinggi di klaster 2 sebesar 60% sedangkan terendah di klaster 4 sebesar 31,3%. Dapat diartikan klaster 2 memiliki tangki suspek yang tidak aman lebih tinggi diantara klaster lain. Kriteria suspek aman adalah dibangun kurang dari lima tahun lalu atau dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras/ dikosongkan kurang dari lima tahun lalu. Kriteria suspek tidak aman adalah dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras atau dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras lebih dari lima tahun lalu (Laporan studi EHRA Kabupaten Sumedang, 2011).Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik tertinggi di klaster 2 sebesar 100% sedangkan terendah di klaster 1 sebesar 14,3%. Pencemaran SPAL tertinggi di klaster 0 dan 3 sebesar 100%, sedangkan terendah di klaster 2 sebesar 60%. Rumah tangga yang tidak memiliki SPAL dan mempunyai SPAL yang tidak aman berpotensi menimbulkan pencemaran karena SPAL. Sistem pembuangan air limbah di dalam studi EHRA disini adalah sistem penyaluran limbah domestik dari sisa pembuangan kamar mandi terutama WC dan septic tank, serta hubungannya dengan sistem penyalurannya. Secara umum yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sistem air limbah domestik diantaranya tempat yang dituju untuk membuang kotoran.Pencemaran SPAL tertinggi pada klaster 0 dan 3 dikarenakan penyaluran limbah kebanyakan bermuara ke sungai ataupun parit, yang airnya juga dimanfaatkan sebagai sumber air untuk mencuci piring, pakaian, mandi dan bahkan gosok gigi, namun sumber air ini tidak digunakan untuk kebutuhan konsumsi. Kebanyakan responden menyadari buruknya kualitas air sungai ataupun parit yang diakibatkan oleh pembuangan air limbah rumah tangga, namun mereka tetap menggunakan sumber air itu untuk kebutuhan mandi, mencuci dan gosok gigi. Alasannya karena keterbatasan air hujan dan tidak mampu membayar pemasangan pipa air ledeng.

DP- Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Sumedang. 2011. Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Sumedang. Diunduh pada 26 April 2015.

Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Natuna. 2014. Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Natuna. Diunduh pada 26 April 2015. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara. 2012. Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Natuna. Diunduh pada 26 April 2015. Mayasari. 2014. Analisis Kualitas Air Hujan dan Limpasan Melalui Media Green Roof di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Departemen Tehnik Sipil dan Lingkungan Bogor.