suku serawai.docx

10
Suku Serawai Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup di daerah Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten Bengkulu Selatan, yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna, dan Seginim. Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini banyak dari mereka yang merantau ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan baru, seperti ke kabupaten Kepahiang, kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagainya. Secara tradisional, suku Serawai hidup dari kegiatan di sektor pertanian, khususnya perkebunan. Banyak di antara mereka mengusahakan tanaman perkebunan atau jenis tanaman keras, misalnya cengkeh, kopi, kelapa, dan karet. Meskipun demikian, mereka juga mengusahakan tanaman pangan, palawija, hortikultura, dan peternakan untuk kebutuhan hidup. Sejarah Asal usul suku Serawai masih belum bisa dirumuskan secara ilmiah, baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk- bentuk publikasi lainnya. Sejarah suku Serawai hanya diperoleh dari uraian atau cerita dari orang-orang tua. Sudah tentu sejarah tutur seperti ini sangat sukar menghindar dari masuknya unsur-unsur legenda atau dongeng sehingga sulit untuk membedakan dengan yang bernilai sejarah. Ada satu tulisan yang ditemukan di makam Leluhur Semidang Empat Dusun yang terletak di Maras, Talo. Tulisan tersebut ditulis di atas kulit kayu

Upload: mumu-ea

Post on 20-Feb-2016

23 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suku Serawai.docx

Suku Serawai

Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup di daerah

Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten Bengkulu Selatan,

yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna, dan Seginim. Suku

Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini banyak dari mereka

yang merantau ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan baru, seperti ke kabupaten

Kepahiang, kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagainya.

Secara tradisional, suku Serawai hidup dari kegiatan di sektor pertanian, khususnya

perkebunan. Banyak di antara mereka mengusahakan tanaman perkebunan atau jenis tanaman

keras, misalnya cengkeh, kopi, kelapa, dan karet. Meskipun demikian, mereka juga

mengusahakan tanaman pangan, palawija, hortikultura, dan peternakan untuk kebutuhan

hidup.

Sejarah

Asal usul suku Serawai masih belum bisa dirumuskan secara ilmiah, baik dalam

bentuk tulisan maupun dalam bentuk-bentuk publikasi lainnya. Sejarah suku Serawai hanya

diperoleh dari uraian atau cerita dari orang-orang tua. Sudah tentu sejarah tutur seperti ini

sangat sukar menghindar dari masuknya unsur-unsur legenda atau dongeng sehingga sulit

untuk membedakan dengan yang bernilai sejarah. Ada satu tulisan yang ditemukan

di makam Leluhur Semidang Empat Dusun yang terletak di Maras, Talo. Tulisan tersebut

ditulis di atas kulit kayu dengan menggunakan huruf yang menyerupai huruf Arab kuno.

Namun sayang sekali sampai saat ini belum ada di antara para ahli yang dapat membacanya.

Berdasarkan cerita para orang tua, suku bangsa Serawai berasal dari leluhur yang bernama

Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Asal usul Serunting Sakti sendiri masih gelap,

sebagian orang mengatakan bahwa Serunting Sakti berasal dari suatu daerah di Jazirah Arab,

yang datang ke Bengkulu melalui kerajaan Majapahit. Di Majapahit, Serunting Sakti

meminta sebuah daerah untuk didiaminya, dan oleh Raja Majapahit dia diperintahkan untuk

memimpin di daerah Bengkulu Selatan. Ada pula yang berpendapat bahwa Serunting Sakti

berasal dari langit, ia turun ke bumi tanpa melalui rahim seorang ibu. Selain itu, ada pula

yang berpendapat bahwa Serunting Sakti adalah anak hasil hubungan gelap antara Puyang

Kepala Jurai dengan Puteri Tenggang.

Page 2: Suku Serawai.docx

Di dalam Tembo Lebong terdapat cerita singkat mengenai seorang puteri yang bernama

Puteri Senggang. Puteri Senggang adalah anak dari Rajo Megat, yang memiliki dua orang

anak yakni Rajo Mawang dan Puteri Senggang. Dalam tembo tersebut kisah mengenai Rajo

Mawang terus berlanjut, sedangkan kisah Puteri Senggang terputus begitu saja. Hanya saja

ada disebutkan bahwa Puteri Senggang terbuang dari keluarga Rajo Mawang.

Apabila kita simak cerita tentang kelahiran Serunting Sakti, diduga ada hubungannya dengan

kisah Puteri Senggang ini dan ada kemungkinan bahwa Puteri Senggang inilah yang disebut

oleh orang Serawai dengan nama Puteri Tenggang. Dikisahkan bahwa Puyang Kepala Jurai

yang sangat sakti jatuh cinta kepada Puteri Tenggang, tapi cintanya ditolak. Namun berkat

kesaktiannya, Puyang Kepala Jurai dapat melakukan hubungan seksual dengan puteri

Tenggang, tanpa disadari oleh puteri itu sendiri. Akibat dari perbuatan ini Puteri Tenggang

menjadi hamil. Setelah Puteri Tenggang melahirkan seorang anak perempuan yang diberi

nama Puteri Tolak Merindu barulah terjadi pernikahan antara Putri Tenggang dengan Puyang

Kepala Jurai, itupun dilakukan setelah Puteri Tolak Merindu dapat berjalan dan bertutur kata.

Setelah pernikahan tersebut, keluarga Puyang Kepala Jurai belum lagi memperoleh anak

untuk jangka waktu yang lama. Kemudian Puyang Kepala Jurai mengangkat tujuh orang

anak, yaitu: Semidang Tungau, Semidang Merigo, Semidang Resam, Semidang Pangi,

Semidang Babat, Semidang Gumay, dan Semidang Semitul. Setelah itu barulah Puyang

Kepala Jurai memperoleh seorang putera yang diberi nama Serunting. Serunting inilah yang

kemudian menjadi Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Serunting Sakti berputera tujuh

orang, yaitu :

Serampu Sakti, yang menetap di Rantau Panjang (sekarang termasuk marga Semidang Alas),

Bengkulu Selatan dan Pagaralam;

Gumatan, yang menetap di Besemah Padang Langgar, Pelang Kenidai, Pagaralam;

Serampu Rayo, yang menetap di Tanjung Karang Enim, Lematang Ilir Ogan Tengah (LIOT);

Sati Betimpang, yang menetap di Ulak Mengkudu, Ogan;

Si Betulah, yang menetap di Saleman Lintang, Lahat;

Si Betulai, yang menetap di Niur Lintang, Lahat;

Bujang Gunung, yang menetap di Ulak Mengkudu Lintang, Lahat.

Page 3: Suku Serawai.docx

Putera Serunting Sakti yang bernama Serampu Sakti mempunyai 13 orang putera yang

tersebar di seluruh tanah Serawai. Serampu Sakti dengan anak-anaknya ini dianggap sebagai

cikal-bakal suku Serawai. Putera ke 13 Serampu Sakti yang bernama Rio Icin bergelar

Puyang Kelura mempunyai keturunan sampai ke Lematang Ulu dan Lintang.

Definisi Serawai

Kata Serawai sendiri masih belum jelas artinya, sebagian orang mengatakan bahwa Serawai

berarti "satu keluarga", hal ini tidak mengherankan apabila dilihat rasa persaudaraan atau

kekerabatan antar sesama suku Serawai sangat kuat (khususnya mereka yang menumpang

hidup di komunitas suku bangsa lainnya/merantau). Selain itu ada pula tiga pendapat lain

mengenai asal kata Serawai, yaitu :

Serawai berasal dari kata Sawai yang berarti cabang. Cabang di sini maksudnya adalah

cabang dua buah sungai yakni sungai Musi dan sungai Seluma yang dibatasi oleh bukit

Campang;

Serawai berasal dari kata Seran. Kata Seran sendiri bermakna celaka, hal ini dihubungkan

dengan legenda anak raja dari hulu yang dibuang karena terkena penyakit menular. Anak raja

ini dibuang ke sungai dan terdampar di muara, kemudian di situlah anak raja tersebut

membangun negeri.

Serawai berasal dari kata selawai yang berarti gadis atau perawan. Pendapat ini berdasarkan

pada cerita yang mengatakan bahwa suku Serawai adalah keturunan sepasang suami-istri.

Sang suami berasal dari Rejang Sabah (penduduk asli pesisir pantai Bengkulu) dan istrinya

adalah seorang putri atau gadis yang berasal dari Lebong. Dalambahasa

Rejang dialek Lebong, putri atau gadis disebut selawai. Kedua suami-isteri ini kemudian

beranak-pinak dan mendirikan kerajaan kecil yang oleh orang Lebong dinamakan Selawai

PERNIKAHAN

Pernikahan ini terjadi setelah ada persetujuan dari keduabelah pihak sanak saudara dari kedua

calon mempelai. Calon suami datang bersama rombongannya kerumah mempelai wanita

dengan membawa 30 batang lemang, mas kawin dan segala keperluan pernikahan dirumah

calon istri. Sebelum masuk kerumah mempelai, terlebih dahulu di sambut tuan rumah dengan

sejenis pantun yang kemudia disusul dengan tarian. Dimana sebelumnya dari kedua belah

Page 4: Suku Serawai.docx

pihak sudah menyipkan penari masing-masing yang akan menari seperti pencak silat dengan

memakai pedang.

Setelah itu, sesudah mereka berpencak silat, mulailah para tetuah dari kedua belah pihak

mempelai menari dengan iringan kelintang calon suami istri pun ikut menari.

Setelah itu barulah mereka masuk kedalam rumah untuk melaksanakan akad nikah .

Akad nikah

Sebelum akad nikah terlebih dahulu diadakan suatu pengajian yang dilakukan bersama-sama

dengan iringan rebana. Barulah akad nikah mengucapkan ijab Kabul dengan disaksikan oleh

sanak saudara

Peresmian pernikahan

· Balai : bagi yang mampu mendirikan bangunan ini dengan dinding yang terbuat dari daun

nyiur (daun kelapa), atap rembia, dengan beberapa kamar-kamar untuk tempat bujang gadis

penggilan dari tiap desa.

· Zikir

· Dendang

· Tari adat.

PERGI KERUMAH SANAK SAUDARA

Kegiatan ini terjadi setelah selesai njamu dirumah mempelai, setelah kegiatan dirumah sang

penganten baru sudah agak reda, maksudnya setelah sanak saudara yang bermalam disana

sudah pulang semua, berarti kegiatan ini terjadi setelah satu atau dua minggu peresmian

pernikahan.

Mempelai yang melakukan kegiatan ini sudah menjadi pengantin baru disebut bebaruan.

Kedua pengantin baru ini pergi kerumah sanak-sanak baik terdekat maupun yag jauh. Sanak

yang didatangi biasanya masih ada hubungan darah ataupun ada ikatan-ikatan yang lain

misalnya teman seperjuangan bapak mereka yang dianggap sudah dekat didalam keluarga,

ayah angkat, ibu angkat yang tidak tinggal satu rumah dengan kedua mempelai.

Tujuan pergi kerumah sanak family ini adalah untuk meminta doa restu dalam mereka akan

memulai menempuh hidup baru yang akan mereka jalani dan juga untuk mengetahui lebih

dekat sanak family yang diantara kedua mempelai mengenal mereka.

Page 5: Suku Serawai.docx

HUKUM WARIS

Pengaturan hukum waris, tergantung kepada perjanjian sebulum akad nikah. Memang kulo

yang ditentukan sebelum akad nikah sangat penting fungsinya, karena kulo tersebut yang

akan mengatur yang menyangkut persoalan keluarga. Dalam hal hukum waris juga ditentukan

oleh kulo, yaitu sebagai berikut :

Kulo bejujugh atau kulo reto . pelaksanaan kulo ini adalahistri seolah-olah sudah dibeli oleh

suami, sehingga si istri sudah kehilangan hak waris dari orang tuanya. Jadi istri tidak berhak

untuk menuntut pembagian harta dari pejadi muanai atau orang tuanya. Suami pun tidak

berhak untuk menuntut pembagian harta dari mertuanya, malah sampai hubungan pada orang

tua istri sudah putus. Andaikata suami meninggal dunia, maka hak tersebut diwariskan

kepada istrinya, selama istri tersebut belum kawin. Kalau istri sudah kawin lagi, maka seluruh

hak diwariskan kepada anaknya.

Andaikata terjadi perceraian antara suami istri, maka istri boleh pergi, dengan membawa

pakaian dibadan, dan istri tidak bisa menuntut harta yang didapat bersama.

Kulo semendo masuak kampung dalam hal ini suami seolah-olah sudah dibeli oleh istri,

karenanya suami sudah kehilangan hak untuk mewarisi harta orang tuanya, walaupun dia

selaku anak laki-laki. Yang mewarisi harta suami istri tersebut adalah anak-anaknya.

Kulo semendo merdiko dalam hal ini suami atau pihak istri, masih tetap mempunyai hak

waris terhadap harta orang tuanya. Anadaikata terjadi perceraian, maka harta yang didapat

bersama dibagi dua. Juga yang bisa mewarisi hartanya adalah anaknya yang tidak kehilangan

hak waris. Andaikata suami istri tidak mempunyai keturunan, maka hartanya diwariskan

kepada orang tua kedua belah pihak.

Page 6: Suku Serawai.docx

ARTIKELSUKU SERAWAI

Disusun Oleh :

Nama : Eki Paryani Renal

Kelas : XII GP

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANGDINAS PENDIDIKAN

SMK NEGERI 4 PANDEGLANGJl. Raya Saketi – Malingping KM. 07 Pandeglang Banten 42274