suku betawi dan medura (autosaved)

62
TUGAS KTK Perbandingan Kebudayaan antar Daerah / SUKU BETAWI dan SUKU MADURA Oleh: Tika Oktavia Kelas XII IPA 1 SEKOLAH MENENGAH ATAS YADIKA 8 JATIMULYA Jalan H. Jampang No. 91 Kota Bekasi 2012 Kata Pengantar

Upload: tika-aiko

Post on 26-Oct-2015

308 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

TUGAS KTK Perbandingan Kebudayaan antar Daerah /SUKU BETAWI dan SUKU MADURA

Oleh:

Tika Oktavia Kelas XII IPA 1

SEKOLAH MENENGAH ATAS YADIKA 8 JATIMULYAJalan H. Jampang No. 91 Kota Bekasi

2012

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan kasih-Nya kami berhasil menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “Perbandingan Kebudayaan antar Daerah / SUKU BETAWI dan SUKU MADURA”. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran seni budaya.

Karya tulis ini terdiri atas 4 bab. Bab I Berisi pendahuluan yang membahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan Maksud

Page 2: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

dan Tujuan Penelitian. Bab II berisi Pembahasan Masalah. Bab III berisi permasalahan dan penyelesaian. Bab IV Berisi kesimpulan dan saran.

Proses penyusunan karya tulis ini melibatkan banyak pihak yang terkait. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan dengan tulus, terutama kepada: 1.Orang tua kami yang memberikan dukungan materil dan moril. 2. Ibu Reta, S.Pd. selaku guru seni buday yang telah memberi banyak masukan berharga dan sabar dalam membimbing penulisan karya tulis kami. 3.Teman-teman kelas XII IPA 1 SMA Yadika 8 Bekasi yang terus-

menerus memberikan semangat untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Semoga kebaikan mereka dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kami berharap karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Bekasi, 21 November 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata PengantarDaftar IsiBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Pembatasan Masalah 1.3 Maksud dan Tujuan PenelitianBab II Pembahasan Masalah

2.1 Suku Betawi2.1.1 Etimologi2.1.2 Sejarah2.1.3 Bahasa2.1.4 Kepercayaan2.1.5 Profesi2.1.6 Perilaku dan Sifat2.1.7 Sistem Ekonomi

Page 3: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

2.1.8 Klasifikasi Masyarakat2.1.9 Seni

2.1.10 Adat Pengantin 2.1.11 Makanan Khas 2.1.12 Pakaian Adat 2.1.13 Rumah Adat

2.2 Suku Madura2.2.1 Sejarah2.2.2 Kepercayaan2.2.3 Kemasyarakatan2.2.4 Profesi

2.2.5 Bahasa 2.2.6 Agama 2.2.7 Sebaran Tinggal 2.2.8 Karakter Sosial Budaya 2.2.9 Pakaian Khas 2.2.10 Seni 2.2.11 Makanan Khas 2.2.12 Khas Madura 2.2.13 Rumah Adat Bab III Masalah 3.1 Permasalahan 3.2 Penyelesaian Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

Daftar Pustaka

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keaneka ragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah hampir punah. Pada umumnya masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern dari pada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerah atau budaya lokalah yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsa.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di muka, pembatasan masalahnya sebagai berikut:1. Seperti apakah kebudayaan Suku Betawi dan Suku Madura ?

Page 4: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

2. Bagaimana masalah sosial yang ada dalam masyarakat Suku Betawi dan Suku Madura ?3. Bagaimana sistem interaksi dalam masyaraka Suku Betawi dan Suku Madura ?4. Bagaimana stratifikasi masyarakat Suku Betawi dan Suku Madura ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Karena menjaga, melestarikan, dan memelihara kebudayaan merupakan kewajiban setiap individu, maka dalam realisasinya saya akan mencoba menyusun makalah yang akan membahas tentang kebudayaan Suku Betawi dan Suku Madura. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kebudayaan Suku Betawi dan Suku Madura ?2. Mengetahui bagaimana masalah sosial yang ada dalam masyarakat Suku Betawi dan Suku Madura ?3. Mengetahui bagaimana sistem interaksi dalam masyaraka Suku Jawa dan Suku Minagkabau ?4. Mengetahui bagaimana stratifikasi masyarakat Suku Betawi dan Suku Madura ?

BAB IIPEMBAHASAN MASALAH

2.1 Suku Betawi

Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.

2.1.1 Etimologi Betawi

Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi berasal dari kata "Batavia," yaitu nama lain dari Jakarta pada masa Hindia Belanda, kemudian penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku yang termuda, diawali dengan pendirian sebuah organisasi yang bernama Perkoempoelan Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923.

2.1.2 Sejarah

Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari

Page 5: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.

Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.

Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan.[2] Itulah penyebab masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia; Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota.

Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Bali, Jawa, Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu. Kemungkinan kesemua suku bangsa Nusantara dan Arab Moor ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (Belanda: inlander) di Batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis Betawi.

Suku BetawiPada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah

ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.

Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.

Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Page 6: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Setelah kemerdekaanSejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945),

Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara.

2.1.3 Bahasa

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.

Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[3] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah

Page 7: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

saat mereka mengucapkan kenape/kenapa'' (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati seperti "ain" mati dalam cara baca mengaji Al Quran.

2.1.4 Kepercayaan

Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Diantara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa.

2.1.5 Profesi

Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.

Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.

Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.

2.1.6 Perilaku dan sifat

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini .

Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat

Page 8: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.

2.1.7 Sistem Ekonomi

Dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat, maka tanah-tanah pertanian maupun perkebunan semakin sempit karena dijadikan tempat pemukiman baru. Hal tersebut turut mengubah mata pencaharian penduduk menjadi pedagang, buruh, tukang dan sebagainya. Sedangkan mereka yang bermukim di daerah Utara umumnya menjadi nelayan. Penduduk asli Betawi semakin hari semakin terdesak oleh pendatang dan mereka menyingkir ke daerah pinggiran, Walaupun demikian, ciri kebudayaan mereka tetap menonjol, misalnya dalam pemakaian bahasa yang mereka pergunakan yakni bahasa dialek Melayu Betawi yang khas itu ditiru dan dipergunakan pula oleh penduduk pendatang.

Masyarakat Betawi atau Jakarta asli dalam hal susunan masyarakat dan sistem kekerabatanya, pada umumnya menganut sistem patrilineal yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan laki-laki saja. Karena itu mengakibatkan tiap-tiap individu dalam masyarakat memasukan semua kaum kerabat ayah dalam hubungan kekerabatannya, sedangkan semua kaum kerabat ibu di luar garis hubungan kekerabatannya

Sistem perkawinan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa tersebut dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orang tua kedua belah pihak sangat penting, karena orang tualah yang akan membantu terlaksanakannya perkawinan tersebut.

Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya perkawinan adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi, bila sudah ada kecocokan, orang tua pemuda lalu melamarnya ke orang tua si gadis. Bila kedua belah pihak setuju, ditentukan hari untuk mengantarkan uang belanja-kawin yang biasanya diwakilkan kepada orang lain yakni kerabat kedua belah pihak. Pada hari yang telah ditentukan, dilakukanlah upacara perkawinan

Selesai dilakukan akad nikah, pemuda kembali ke orang tuanya, begitu pula dengan si gadis. Beberapa waktu kemudian diadakan upacara besanan, di mana pengantin laki-laki diarak ke rumah pengantin wanita. Dengan melalui upacara kenal jawab dengan irama pantun, diiringi irama rebana dan lagu-lagu marhaban barulah pengantin laki-laki diperkenalkan masuk rumah untuk menemui pengantin wanita dan duduk bersanding sebentar, kemudian pengantin laki-laki berdiri dan bergabung dengan orang-orang tua yang mengantarkan tadi. Sesudah upacara bersama ini maka pengantin wanita dapat mengikuti suaminya kembali ke rumahnya.

Setiap pengantin yang baru menikah, biasanya untuk sementara waktu menetap sekitar pusat kediaman si suami atau disebut adat menetap patrilokal

Page 9: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

atau virilokal. Selanjutnya mereka pindah dan tinggal di tempat kediaman baru, berarti adat menetap neolokal, tidak ke pihak istri maupun suami. Masyarakat Betawi juga mengenal upacara-upacara yang berkaitan dengan siklus kehidupan seperti upacara kelahiran, peralihan ke masa dewasa dan upacara kematian.

Pada orang Jakarta asli memperoleh keturunan merupakan suatu bagian dari perkawinan mereka, yang diharapkan dapat meneruskan keturunan selanjutnya serta mewarisi kekayaan dan keturunan hidup mereka di hari tua. Kelahiran keturunan anak, terutama anak yang pertama dan laki-laki merupakan yang sangat penting, sehingga dilakukan berbagai upacara dan pesta kecil.

2.1.8 Klasifikasi Masyarakat Betawi

Adapun keberadaan kelompok-kelompok Betawi ini sendiri bukanlah hal yang baru. Masalahnya amat sedikit pengamat yang menyadarinya, dan lebih sedikit lagi dari mereka yang mempedulikannya. Salah satu penyebabnya adalah bahwa para pengamat ini menganggap bahwa kelompok satu adalah tipikal Betawi sedangkan kelompok lainnya bukan Betawi.Orang Betawi yang hidup di daerah kota dipanggil “Betawi Kota”, mereka menyebut dirinya sebagai penduduk asli kota Jakarta. Orang Betawi yang ada di pinggiran kota Jakarta dinamakan ‘Betawi Ora’. Dalam sudut pandang saya, orang “Betawi Ora” adalah yang seharusnya “sebagai penduduk asli kota Jakarta karena mereka yang secara ketat dan konsisten menyandang tradisi Betawi, sementara orang Betawi Kota amat dipengaruhi oleh tradisi di luar ke Betawian sehingga cara hidup mereka berbeda dari “Betawi Ora”.

Sumber-sumber tertulis yang ada mengenai Betawi tidak mempersoalkan kelompok Betawi mana yang mereka bicarakan. Akibatnya kesimpulan-kesimpulan yang ditarik bersifat generalisasi walau pun sebenarnya yang mereka bahas adalah kelompok Betawi tertentu. Padahal hasil penelitian kami tersebut membuktikan bahwa mengabaikan kenyataan adanya kelompok-kelompok Betawi, telah membawa pada kesimpulan-kesimpulan yang tidak representatif tentang Betawi sebenarnya, yang pada gilirannya membawa pada stereotipe negatif tentang kelompok ini tidaklah mengherankan kalau kesimpulan-kesimpulan yang ditarik ini kurang dapat diterima oleh orang Betawi sendiri karena kebetulan mereka tidak berasal dari kelompok yang diteliti. Sampai dengan beberapa waktu yang lalu diantara orang Betawi masih amat terbatas persepsi keBetawiannya.

Sebagai tradisi Betawi, yang ini juga termasuk tradisi Betawi karena tradisi ini dipakai oleh orang Betawi sebagai ekspresi ragam kehidupan mereka sehari-harinya, tetapi ini adalah pandangan pengamat yang berbeda dari pandangan orang Betawi sendiri seringkali tidak mau mengakui itu sebagai bagian dari tradisi Betawi. Orang Betawi Tengah misaInya tidak mengakui tradisi orang Betawi Pinggir dan sebaliknya.Sehubungan dengan hal keBetawian, maka dirasakan penting untuk melukiskannya secara singkat macam-macam kelompok Betawi yang ada sehingga gambaran tentang ragam keBetawian haruslah jelas.

Dengan demikian kalau orang berkesimpulan tentang orang Betawi maka harus jelas untuk kelompok mana mereka bicara; sehingga kesimpulan mereka relevan hanya untuk kelompok yang ditulisnya.

Peta berikut mencoba memberikan lokasi persebaran kelompok-kelompok Betawi di Jakarta dan sekitarnya. Kalaupun di sini kami membuat penggolongan-penggolongan pada orang Betawi bukanlah berarti Betawi dipecah-pecah ataupun di beda-bedakan maupun mengingkari adanya Betawi sebagai satu kesatuan.

Page 10: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Penggolongan ini sekedar dimaksudkan untuk memperjelas masalah bila berbicara tentang Betawi sehingga tidak terbawa pada kesimpulan yang tidak representatif. Adapun penggolongan atas sekelompok orang merupakan hal yang biasa. Misalnya, orang Batak dapat dibedakan atas orang Batak Karo, Batak Toba, Batak Mandailing dan sebagainya begitu juga dengan orang Minangkabau yang juga dapat dibedakan atas orang pesisir, orang darat dan sebagainya. Orang Jawa seringkali dibedakan oleh para pengamat dalam dunia ilmiah maupun orang awam atas orang Jawa santri, Jawa priyayi dan Jawa abangan. Hal yang sama terjadi pada suku bangsa lainnya di dunia.Pengelompokkan ini disebabkan karena mereka mempunyai gaya hidup ataupun kebudayaan yang berbeda-beda sehingga pengelompokkan ini akan sangat membantu dalam mengerti suku-bangsa yang bersangkuta.

a. Betawi_tengah

Populasi penduduk asli Betawi yang bermukim di daerah kota saat ini sedikit sekali. Kebanyakan dari mereka tinggal secara berkelompok dari satu keturunan atau kerabat. Saat ini mereka masih terlihat di daerah Sawah Besar, sebagian kecil di Taman Sari, Gang Ketapang, Kebon Jeruk, Krukut dan daerah Pekojan.

Sebagian dari mereka masih menganut beberapa gaya hidup tempo dulu. Hal ini dapat kita lihat pada acara-acara perkawinan, lebaran, khitanan, maupun didalam kehidupan mereka bermasyarakat.

Walaupun ada pergeseran budaya pada generasi muda Betawi, baik itu pria maupun wanita namun dalam soal agama mereka tetap memegang teguh, seperti mengaji bagi anak-anak usia belasan tahun, majlis ta’lim bagi kaum ibu dan tadarusan bagi kaum pria. Bahasa yang seringkali digunakan oleh mereka adalah dialek Betawi Tengah.Mereka yang termasuk Betawi Tengah adalah mereka yang dalam sejarah perkembangan orang Betawi berawal menetap dibagian kota Jakarta yang dulu dinamakan keresidenan Batavia dan sekarang termasuk Jakarta Pusat. Lokasi ini merupakan bagian dari kota Jakarta yang paling urban sifatnya.

Bagian inilah yang dalam tahap-tahap permulaan kota Jakarta dilanda arus urbanisasi dan modernisasi yang paling tinggi. Salah satu akibatnya adalah orang Betawi yang tinggal di daerah ini adalah orang yang paling tinggi tingkat kawin campurnya bila dibandingkan dengan orang-orang Betawi yang tinggal di bagian pinggir kota Jakarta ataupun suku-suku lainnya di Jakarta.

Berdasarkan tingkat ekonomi mereka, orang Betawi yang tinggal di tengah-tengah kota Jakarta bisa dibedakan, orang gedong ataupun sebagai orang kampung. Pemberian istilah ini tampaknya berdasarkan tempat tinggal mereka. Dalam arti keBetawian maka keberadaan orang gedong disadari ataupun tidak akan kurang diakui oleh orang kampung. Tetapi tidaklah demikian halnya orang kampung, dikarenakan gaya hidupnya menyebabkan kehadiran mereka sebagai suku Betawi cukup dirasakan sebagai bagian dari tradisi.

Akibat lain dari proses modernisasi dan urbanisasi di bagian pusat kota Jakarta, maka banyak orang Betawi kota yang menjual tempat tinggalnya dan pindah ke bagian yang lebih pinggir dari kota Jakarta yang masih mempunyai harga tanah yang murah.Daerah ini sebenarnya adalah domisili orang Betawi Pinggir. Oleh karena itu kini banyak orang Betawi Tengah yang terdapat di daerah Betawi Pinggir. Bahkan ada juga dari mereka yang pindah ke daerah Betawi Udik. Banyak dari orang Betawi Pinggir dan orang Betawi Udik tersebut tidak mengetahui bahwa tetangga baru mereka adalah orang Betawi juga tetapi karena mereka menyandang pola dan gaya hidup yang berbeda, orang Betawi udik

Page 11: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

menganggap mereka (Betawi pendatang.red.) sebagai kebudayaan Betawi yang kontras dengan image yang ada mengenai orang Betawi, maka orang Betawi Tengah (orang gedong) berpendidikan tinggi.

Banyak responden kami bahkan dari generasi yang lebih tua mempunyai pendidikan tinggi. Generasi sekarang bukan saja mencapai pendidikan universitas tapi bahkan banyak anak mereka yang sekolah di luar negeri.

Dan Mereka yang tergolong sebagai Betawi Udik menurut hemat kami adalah penduduk asli di sekitar Jakarta termasuk Bo-ta-bek. Dahulu daerah ini termasuk daerah administrasi Batavia, tetapi kini mereka termasuk daerah administrasi Jawa Barat (Iihat bagian terang pada Peta Batavia) . Oleh karena itu secara kultural mereka adalah orang Betawi tetapi karena perubahan batas administratif maka kini termasuk orang yang tinggal di daerah administratif Jawa Barat.

b. Betawi_udik

Ada dua tipe Betawi Udik, yaitu mereka yang tinggal di daerah bagian Utara Jakarta dan bagian Barat Jakarta maupun Tangerang, mereka sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Cina. Dan lainnya adalah mereka Yang ditinggal di sebelah timur maupun di Selatan Jakarta, Bekasi dan Bogor Yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Sunda. Mereka umumnya berasal dari kelas ekonomi bawah Yang pada umumnya lebih bertumpu pada bidang pertanian. Taraf pendidikan mereka sangatlah rendah bila dibandingkan dengan tahap pendidikan yang dicapai oleh orang Betawi Tengah dan Betawi Pinggir.

Peran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari orang Betawi Udik berbeda dengan peran agama Islam di antara orang Betawi Tengah dan Betawi Pinggir di mana pada kedua kelompok Betawi terakhir tersebut agama Islam memegang peran yang amat sangat penting dan menentukan dalam tingkah laku pola kehidupan mereka sehari-hari.Perlu dicatat bahwa kini telah terjadi perubahan dalam pekerjaan dan pendidikan di antara orang Betawi Udik di mana secara perlahan-lahan tingkat dan pola pekerjaan mereka mendekati pola pekerjaan dan pola pendidikan orang Betawi Tengah dan Betawi Pinggir.

c. Betawi_Pinggir

Sementara orang Betawi Tengah adalah lebih superior dalam arti latar belakang sosial ekonomi clibandingkan dengan kelompok Betawi lainnya, orang Betawi Pinggir lebih superior dalam arti pendidikan agama. Sejak dulu, orang Betawi Tengah cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah umum sebagai pendidikan formal mereka, maka orang Betawi Pinggir menyekolahkan anak-anaknya ke pesantren sebagai pendidikan formal mereka. Itu sebabnya orang Betawi menolak bila mereka dianggap tertinggal dalam arti pendidikan bila dibandingkan dengan kelompok lainnya di Indonesia, yang benar adalah mereka mempunyai bentuk pendidikan yang berbeda dengan suku lainnya.Walaupun orang Betawi Tengah menempuh pendidikan formal di Sekolah Umum, pendidikan agama menurut mereka merupakan bagian yang sangat penting didalam kehidupan mereka. Proses bermasyarakat orang Betawi Tengah ini tidak dapat dipisahkan dari pola kehidupan beragama. Proses sosialisasi ini telah membentuk kehidupan ber agama sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.

Jadi meskipun orang Betawi Pinggir memberi perhatian besar pada pendidikan agama bila dibandingkan dengan Betawi Tengah, pendidikan agama tetap merupakan amatlah penting dalam kehidupan orang Betawi Tengah.

Page 12: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Perbedaan persepsi antara orang non-Betawi dengan persepsi orang Betawi mengenai Betawi disebabkan karena pengetahuan orang non-Betawi adalah gambaran mengenai orang Betawl yang hidup dipinggiran kota Jakarta dan umumnya berasal dari lapisan sosial ekonomi bawah.

Amat sedikit tulisan tentang orang Betawi yang ada ditengah-tengah kota Jakarta. Kalaupun ada maka tulisan ini umumnya tentang orang Betawi dari kelas bawah (Betawi Tengah – orang kampung, red) dan sejauh pengetahuan kami tidak ada tulisan tentang kelas menengah atas ataupun kelas atas Betawi (Betawi Tengah – orang gedong.red).Tampaknya hal ini disebabkan karena mereka yang tertarik pada keBetawian ataupun menulis tentang orang Betawi tidak menyadari bahwa orang Betawi Tengah, khususnya orang gedong, adalah Ora Betawi (Betawi ora.red), ataupun orang Betawi Tengah tidak menarik untuk ditulis karena gaya hidup mereka oleh orang luar dianggap tidak Betawi; ataupun mereka sendiri yang menyembunyikan keBetawian mereka, saya sendiri berpendapat bahwa mungkin saja mereka kurang menarik untuk ditulis oleh para pengamat Betawi tapi ini sama sekali tidak berarti bahwa mereka tidak mewakili kelompok Betawi.

Kenyataan ini menyebabkan seringkali para penyaji masalah – masalah keBetawian kurang memperhatikan kenyataan akan adanya kelompok-kelompok Betawi yang masing-masing dalam beberapa hal cukup berbeda satu dengan lainnya.Data kwantitatif berikut memberikan gambaran dalam bentuk angka mengenai perbedaan orang Betawi Tengah, Betawi Pinggir dan Betawi Udik dalam arti latar belakang pekerjaan dan pendidikan mereka.

2.1.9 Seni

Budaya Betawi merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Hindia Belanda, Batavia (kini Jakarta) merupakan ibu kota Hindia Belanda yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.

Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

A. Ondel-ondel Pertunjukan Ondel-ondel

Ondel-ondel dalam rangka perayaan pembukaan sayap baru Hotel des Indes (dibongkar di tahun 1980-an) tahun 1923.

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya.

Page 13: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.

Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.

Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.

Musik pengiringMusik yang mengiringi ondel-ondel tidak tentu, tergantung dari masing-

masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, Kampung Setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.

B. Lenong Betawi

Lenong sebagai tontonan, sudah dikenal sejak 1920-an. Almarhum Firman Muntaco, seniman Betawi terkenal, menyebutnya kelanjutan dari proses teaterisasi dan perkembangan musik Gambang Kromong. Jadi, Lenong adalah alunan Gambang Kromong yang ditambah unsur bodoran alias lawakan tanpa plot cerita.

Kemudian berkembang menjadi lakon-lakon berisi banyolan pendek, yang dirangkai dalam cerita tak berhubungan. Lantas menjadi pertunjukan semalam suntuk, dengan lakon panjang utuh, yang dipertunjukkan lewat ngamen keliling kampung. Selepas zaman penjajahan Belanda, lenong naik pangkat, karena mulai dipertunjukkan di panggung hajatan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.

Saat itu, dekornya masih sangat sederhana, berupa layar sekitar 3×5 meter bergambar gunung, sawah, hutan belantara dengan pepohonan besar, rumah-rumah kampung, laut dan perahu nelayan serta balairung istana dengan tiang-tiangnya yang besar. Alat penerangannya pun tradisional, berupa colen, obor tiga sumbu yang keluar dari ceret kaleng berisi minyak tanah. Sebelum meningkat jadi petromaks.

Walaupun terus menyesuaikan diri dengan maunya zaman, untuk terus survive, lenong harus berjuang keras. Dan ini tak mudah. Tahun 60′-an, masih dengan mengandalkan durasi pertunjukan semalam suntuk dan konsep dramaturgi sangat sederhana, lenong mulai kedodoran. “Rasanya, kami seperti berada di pinggir jurang,” cetus S.M Ardan, sastrawan dan sineas Betawi yang kini aktif di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta.

Itu sebabnya, tahun 70-an, bersama para dedengkot Taman Ismail Marzuki (TIM), seperti Sumantri Sostrosuwondo dan Daduk Jayakusumah (keduanya almarhum), Ardan dan Ali Shahab (beken lewat “Jin Tomang”)

Page 14: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

bertekad menggaet lenong ke tempat terhormat, lewat revitalisasi lenong. Intinya, memberi kesempatan manggung sebanyak-banyaknya buat para seniman kocak itu. “Agar nama mereka ikut terangkat,” terang Ardan lagi.

Di TIM, durasi lenong yang semalam suntuk disunat jadi tiga jam saja. Selain itu, dramaturgi sederhana ikut diperkenalkan kepada pemain. “Kami mulai mengajarkan dialog, artikulasi, frasa, nuansa dan bloking sebagai bagian dari dinamika pementasan,” cerita Ali Shahab. Sebagai art director, dia juga memperkenalkan tata panggung yang lebih realistis. Mulai pemakaian make-up untuk menggantikan cemongan dan bedak, pemasangan hair creppe buat kumis dan jenggot, hingga special effect untuk darah dan luka.

Selama beberapa tahun, lenong ngetrend di TIM dan tempat-tempat pertunjukan lainnya. Anak lenong seperti Bokir, Nasir, Anen, Nirin, M.Toha, Bu Siti, Naserin ikutan beken. Kehidupan mereka pun terangkat lewat tawaran iklan, penampilan di TVRI, bahkan main film layar lebar.

Dibedakan pakaianTapi, jangan salah, lenong sendiri banyak macamnya, Cing. Drama rakyat

yang populer di TIM dan TVRI, dengan lakon bertemakan cerita sehari-hari seperti rakyat yang tergencet pajak tuan tanah, disebut Lenong Preman. Alasannya gampang, karena pakaian para pemainnya tidak ditentukan sang sutradara. Jadi, boleh pakai baju sesuka hati, asal tak melenceng dari peran.

Di ujung cerita, biasanya muncul jagoan dari kalangan santri (pendekar taat beribadah) yang bertindak sebagai pembela rakyat. Ali Shahab menyebut para jawara itu berkarakter Robin Hood, merampok orang kaya guna menolong si miskin. Nah, karena penonjolan peran jagoan-jagoan itulah, Lenong Preman dinamai juga Lenong Jago.

Jika ada pemain berpakaian preman, mestinya ada juga yang berbaju resmi. Orang Betawi menyebutnya pakaian denes (dinas, red). Sayang, perkembangan Lenong Denes tak seharum rekan-rekannya di kelompok Preman. Barangkali, karena butuh modal besar untuk tampil di panggung. Maklum, pemainnya harus pakai seragam sesuai tuntutan cerita, yang sebagian besar bertutur tentang kisah-kisah 1001 malam.

Pada dasarnya, Lenong Preman dan Denes memang cuma dibedakan dari pakaian yang dikenakan. Karena pakem-pakem lainnya tetap seragam. Seperti aturan bahwa pemain harus masuk dari sisi kanan panggung dan keluar dari sisi kiri. Serta pakem terpenting yang tak bisa ditawar-tawar, musik pengiring gambang kromong. “Di luar itu, ya bukan lenong,” tegas Ardan.

Gambang kromong sendiri mirip perlengkapan band, terdiri atas berbagai instrumen. Berturut-turut gambang (alat musik dengan banyak sumber suara, terdiri dari 18 buah bilah terbuat dari kayu. Dikenal juga dalam tradisi Jawa dan Sunda), teh yan (semacam rebab berukuran kecil, berasal dari Cina), kong an yan (rebab berukuran sedang, juga berasal dari Cina), shu kong (rebab berukuran besar dari Cina), ning-nong (mirip gamelen Jawa dan Sunda, terbuat dari perunggu).

Selain itu, masih ada kemong (sejenis gong kecil, mirip gamelan Jawa atau Sunda), kromong (gamelan yang dapat menghasilkan 10 sumber suara), kecrek (bilah perunggu yang diberi landasan kayu untuk dipukul-pukul, sehingga berbunyi crek,crek), serta kendang (tambur dengan dua permukaan, berasal dari Jawa, Sunda atau Bali).

Toh, Ardan bisa mentoleransi daerah tertentu, terutama pinggiran Jakarta (perbatasan dengan Bekasi dan Bogor), yang memang tidak memiliki tradisi gambang kromong. Melihat sejarahnya, gambang kromong konon berasal dan berkembang di Betawi Tengah, seperti kawasan Tanah Abang, Senen, Salemba, Jatinegara dan sekitarnya.

Page 15: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Di pinggir Jakarta, “Mereka tetap mempertahankan pakem asli lenong, kecuali musik pengiringnya yang diganti tanjidor,” jelas Ardan. Kok tanjidor? “Karena musik jenis itulah yang berkembang pesat dan menjadi jati diri masyarakat Betawi pinggir,” tegas Ardan. Buat gampangnya, lenong jenis ini kemudian dinamai jinong, kependekan dari tanjidor dan lenong.

Jenis lenongTerdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam

lenong denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti “dinas” atau “resmi”), aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.

Kisah yang dilakonkan dalam lenong preman misalnya adalah kisah rakyat yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan munculnya tokoh pendekar taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan tanah jahat. Sementara itu, contoh kisah lenong denes adalah kisah-kisah 1001 malam.

Pada perkembangannya, lenong preman lebih populer dan berkembang dibandingkan lenong dene .

Nebeng, tapi diterimaGencarnya “kampanye lenong” di TIM dan TVRI, bukan hanya membawa

dampak positif buat mata pencaharian pelakonnya. Tapi juga menyebarkan pengaruh, orang Betawi menyebutnya sebagai “hikmah budaya”, yakni merasuknya dialek Betawi ke seluruh nusantara. Memang, “hasil finalnya” tak seperti bahasa Betawi baku yang sering terdengar di pemukiman.

Tapi berkembang lagi menjadi “bahasa metro”, karena sudah bercampur dengan idiom-idiom bahasa Indonesia dan daerah tertentu. Toh, Bokir, Nasir, Bu Siti atau Mandra bisa dibilang sukses mensosialisasikan dialek ‘kampung” itu, bahkan “mengangkatnya” menjadi bahasa pergaulan remaja.

Pengaruh lain, berdirinya teater-teater pop yang ke-Betawi-Betawian. Seperti Teater Mama (Mat Solar) dan Teater Mira (Nazar Amir) di tahun 80-an, maupun yang muncul dan ngetop di era 90-an, Lenong Rumpi dan Lenong Bocah. Produk-produk yang nebeng kepopuleran lenong ini terbukti bisa diterima masyarakat, meski masa kejayaannya terbatas.

“Kalau sementara pihak menanyakan kenapa Lenong Rumpi tidak seperti lenong tradisional, ya karena Rumpi adalah lenong modern yang lebih berorientasi pada produk hiburan, istilah kerennya product show-biz,” bela Harry De Fretes, juragan Lenong Rumpi, saat grupnya mulai menduduki rating tinggi di RCTI, sekitar tahun 1991.

Maklum, saat itu ia diserang habis-habisan, karena dianggap “melecehkan” dunia perlenongan. “Apakah dengan berpikir bisnis, konvensi lenong kemudian ditinggalkan? Seperti musik pengiringnya yang harus gambang kromong, serta pemain masuk dari pintu kiri dan keluar dari pintu kanan. Perubahan boleh-boleh saja, tapi harus tetap berakar pada nilai-nilai tradisi,” kritik Firman Muntaco dalam sebuah seminar di kampus Universitas Indonesia, 1991.

Sampai kini, kontroversi masih berlanjut. Sayangnya, sang teater rakyat malah terus tenggelam. Frekwensi pemunculannya di televisi mulai jauh berkurang, sementara panggung hajatan mulai enggan mengundang, barangkali

Page 16: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

karena nama lenong sudah kelewat besar buat menghibur acara kawinan. “Pamornya memang sedang meredup,” terawang S.M Ardan.

Lenong Preman masih mendingan, karena terkadang masih ada jadwal mentas di Anjungan DKI TMII. Tapi Lenong Denes? Pertunjukannya makin langka, seiring berkurangnya minat para “penanggap”. Tak heran jika pemain lenong muda merasa asing dengan konsep Denes ini. Di sisi lain, pemain yang dulu menggerakkan Lenong Denes, satu persatu dimakan usia, tanpa sempat menyiapkan pengganti.

Ulang Tahun Jakarta, Juni 2001 ini mestinya jadi momen yang pas untuk kembali memikirkan kelanjutan hidup teater rakyat yang tengah redup. Mengulang langkah revitalisasi boleh-boleh saja. Tapi sebagai pelakon, M. Toha, Bokir atau Nasir, ternyata punya pikiran jauh lebih ke depan.

“Dari dulu, katenye DKI (pemda, Red) mo bikin gedong tempat seniman-seniman Betawi maen. Tapi sampe sekarang, cuma janji doang,” koor mereka senada. Padahal, seperti dibilang Ridwan Saidi, lenong adalah tontonan sarat muatan moral. Bahwa si jahat, sampai kapan dan sekuat apapun, harus takluk pada kebenaran. Namun, tetap disampaikan dengan canda, hingga tak membuat merah telinga.

C. Topeng Blantek

Sebagai sarana belajar para pemain di bidang teater, pada masa yang lalu Blantek sering dijadikan bahan ejekan para pemain topeng yang mahir. Permainan topeng yang kurang baik, biasanya di ejek dengan sebutan seperti "Topeng Blantek".

Pada perkembangan kemudian Blantek memperoleh identitas yang mudah dibedakan dengan jenis teater lainnya, yaitu dengan hanya menggunakan orkes Rebana Biang sebagai musik pengiringnya, dengan membawakan lagu-Iagu "dikir" pada awal pertunjukannya.

Lazimnya pertunjukan Blantek merupakan sebuah tontonan yang sederhana, tanpa dekor. Teknik bermainnya juga bersahaja, sebagaimana tampak pada rombongan-rombongan Blantek yang terdapat di beberapa, tempat seperti Cijantung pimpinan Nasir Boyo, di Ciseeng pimpinan Saiman, di Cilodong pimpinan Saaman dan di Bojong Gede pimpinan Pilih. Dari beberapa segi tampak ada persamaan dengan Topeng Betawi, ada juga yang menunjukan Giri ke-Ienong-Ienongan. Sebagaimana umumnya teater rakyat, ciri utama Blantek adalah lagu, akrab dengan penonton di sekelilingnya dan tanpa formalitas, tanpa memiliki disiplin waktu. Tontonan ini merupakan percampuran antara tari lepas, nyanyian, guyonan, penampilan lakon dan kadang-kadang ada juga sulapannya seperti yang dilakukan oleh rombongan. Blantek dari Ciseeng pimpinan Saiman.

Daerah penyebaran Blantek berbatasan dengan wilayah budaya Sunda, yaitu di daerah Selatan dan timur DKI Jakarta dan di beberapa tempat dalam wilayah Kabupaten bogor.

D. Wayang Orang Betawi Warisan Sultan Agung Mataram

Dalam khazanah budaya Indonesia, wayang bukanlah suatu hal yang asing di mata penikmatnya. Namun, tak banyak yang tahu, jika selain wayang kulit dan wayang orang Jawa, masyarakat Betawi juga memiliki kesenian tradisional bernama wayang orang Betawi. Minimnya regenerasi dan sedikitnya peminat wayang Betawi, membuat keberadaan wayang orang Betawi kini kehilangan penerus dan terancam punah eksistensinya.  Padahal, sebagai hasil kreasi manusia, wayang orang Betawi selain merepresentasikan budaya manusia yang adiluhung, wayang orang Betawi

Page 17: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

memiliki nilai sejarah yang tinggi. Sebab, wayang orang Betawi yang merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dengan kesenian asli Betawi ini merupakan peninggalan Sultan Agung Mataram.

"Dulu saat Sultan Agung menyerang Belanda ke kota Batavia, selain membawa bala tentara Sultan Agung juga memboyong rombongan kesenian wayang orang," ujar Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Lebaga Kebudayaan Betawi (LKB), Sabtu (6/3).  Yahya menambahkan, pertunjukan wayang orang yang dimainkan orang-orang Mataram itu akhirnya mengendap di hati masyarakat Betawi kala itu dan dijadikan pertunjukan warga setempat. Karena kultur budaya dan bahasa yang berbeda, maka penduduk setempat yang mayoritas dihuni suku Betawi mengubah bahasa dan cerita pertunjukan wayang orang agar mudah dimengerti dengan bahasa daerah setempat.  "Pertunjukan wayang orang Betawi banyak dimainkan di daerah Betawi pinggir, khususnya di kawasan Tambun, Bekasi. Wayang orang asal Betawi menggunakan bahasa Melayu Betawi, musik dan lagunya juga menggunakan bahasa Melayu campuran bahasa Betawi, di sinilah unsur percampuran itu terlihat," katanya.  Layaknya Wayang orang Jawa, pertunjukan Wayang orang Betawi diiringi musik. Bedanya, musik yang menjadi pengiring pertunjukan wayang orang Betawi adalah gambang kromong yang dimainkan dengan alat musik gendang, rebab, terompet, saron, kromong, kecrek, kempul dan gong. "Selain unsur Jawa, wayang orang Betawi banyak dipengaruhi unsur Sunda juga," tambah Yahya.  Dalam pertunjukannya, lanjut Yahya, wayang orang Betawi tetap berpakem kepada referensi wayang Jawa Tengahan yang mengambil sumber cerita dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Meski demikian, wayang orang Betawi lebih longgar alur ceritanya, yang kadang kala berdasarkan kisah masyarakat yang ada di sekitar Betawi.  "Meski berpakem pada cerita Mahabarata dan Ramayana, tapi kadang kala cerita dalam bertunjukan wayang orang Betawi bersumber pada cerita rakyat Betawi, seperti Cepot Mantu atau cerita jagoan Betawi si Pitung," kata pria yang juga menjadi staf pengajar.  Yahya mengisahkan, wayang orang Betawi mengalami masa keemasan pada era 60-70an. Saat ideologi masyarakat dipengaruhi aliran kiri atau PKI, kesenian ini banyak dimainkan sebagai pertunjukan rakyat, namun ketika Orde Lama mengalami stagnasi, kesenian ini mulai luntur dan dilarang.  Meski demikian di saat Orde Baru tumbang, kesenian wayang orang Betawi tetap tertidur dan hilang karena keterbatasan regenerasi lantaran sudah lama tak dipertunjukan di tengah masyarakat. "Saat ini kesenian wayang orang Betawi mulai di jurang kepunahan dan kostumnya pun sudah nggak ada lagi.Bahkan, pemainnya pun banyak yang sudah meninggal dunia."

E. Musik

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir".Seni Musik BetawiMusik Betawi menunjukkan keanekaragaman cikal bakal masyarakatBetawi, misalnya :

Page 18: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

- Rebana- Orkes Samrah tampak unsur melayu yang dominan- Gambang Kromong unsur Cina yang ditonjolkan- Orkes Tanjidor terdapat unsur Eropa yang dominan

Rebana

Rebana adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh. Rebana merupakan gendang yang memakai bingkai, karena badan gendang, tinggi atau dalamnya hanya beberapa inci saja jika dibandingkan dengan jenis gendang lainnya. Permukaannya yang paling lebar dari bingkai tadi, diberi kulit dan diregangkan, sedangkan muka yang sebelah lagi dibiarkan terbuka. Kesenian yang luas penyebarannya, merata diseluruh wilayah budaya Betawi adalah Rebana, alat musik bermembran yang diberbagai daerah lain disebut Terbang, Kata orang, sebutan rebana berasal dari kata "Robbana", yang berarti "Tuhan kami". Sebutan itu timbul karena biasanya di wilayah budaya Betawi alat musik tersebut digunakan untuk mengiringi lagu-lagu yang bernafaskan Agama lslam, yang sering menyebut-nyebut "Robbana". Lama kelamaan alat musiknya disebut rebana, atau mengucapkannya dengan lafal robana, seperli di daerah ciganjur, Pondok Pinang dan sekitarnya. Hampir semua jenis rebana Betawi terdapat di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Beberapa jenis terdapat pula di Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang. Ada dua jenis rebana yang khas kampung tertentu, yaitu Rebana Burdah yang hanya terdapat di Kelurahan Kuntngan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan dan rebana Maukhid yang yang hanya terdapat di Kelurahan Pejaten, Kecamatan Pasar Minggu, keduanya di Jakarta Selatan. Berdasarkan alatnya, yaitu rebana, sumber syair yang dibawakannya, wilayah penyebarannya dan latar belakang sosial pendukungnya, Rebana Betawi terdiri dari bermacam-macam jenis dan nama, seperti Rebana Ketimpring, Rebana Ngarak, Rebana Maukhid, Rebana Burdah, Rebana Dor dan Rebana Biang. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh remaja putra dan putri, dan ibu-ibu pengajian. Biasanya untuk satu grup rebana terdiri dari 6-8 pemain dan 1-2 penyanyi. Biasanya dalam permaina rebana lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu yang berbahasa Arab dan mengandung puji-pujian, seperti salawat nabi, lagu Ummi. lagu Ya Thoyiba.

Orkes Sambrah

lagu-lagu pokok orkes sambrah adalah lagu-lagu melayu seperti Burung Putih dan Pulau Angsa Dua; sedang lagu-lagu yang sudah dianggap khas Betawi adalah Lenggang-lenggang Kangkung. Kostum yang dipakai pemain musik samarah ada dua macam, yaitu:- peci, jas, dan kain pelekat- baju sandaria dan celana batik

Daerah penyebaran musik samrah adalah daerah tengah wilayah budayaBetawi yaitu Tanah Abang, Cikini, Paseban, Tanah Tinggi, Kemayoran, Sawah Besar, dan Petojo.

Salah satu kesenian tradisional yang mengalami nasib demikian adalah Sambrah. Padahal, kesenian itu muncul dari kawasan yang akrab dikenal hampir

Page 19: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

semua warga Ibu Kota seperti Tanah Abang di Jakarta Pusat, tempat pasar tekstil terbesar Jakarta berada.

Sambrah, sebenarnya merupakan gabungan seni musik Betawi, Arab, dan India. Di abad ke-18, Tanah Abang yang sudah menjadi kawasan pusat perdagangan banyak dihuni oleh pedagang dari berbagai tempat, kebanyakan dari Betawi, Arab dan India. Mereka menggabungkan seni musik asal daerah masing-masing, yang kemudian menghasilkan apa yang kini dikenal sebagai Sambrah.

”Sudah adat orang Betawi, kalau malam terang bulan, berkumpul, bermain musik dan bernyanyi beramai-ramai. Itu dikenal sebagai acara bertukar pantun. Alat musiknya hanya gendang dan tamborin. Kemudian orang Arab datang membawa gambus, orang Melayu membawa biola dan orang India membawa harmonium. Jadilah Sambrah,” kata pemimpin kelompok seni Sambrah Betawi Rumpun Melayu, M. Ali Sabeni.

Sabeni sendiri mengaku mempelajari Sambrah sejak masih anak-anak. Masih mengenakan celana pendek. Ali Sabeni, yang merupakan salah satu anak dari pendekar sekaligus tokoh Betawi Tenabang bernama Sabeni, dengan minat besar terus mengikuti kelompok Sambrah yang tengah diundang bermain di suatu tempat. Akhirnya, pada usia 18 tahun, anak ketujuh dari 12 bersaudara itu membentuk kelompok seni Sambrah sendiri.

Dulu, lanjut Sabeni, pemain Sambrah banyak ditemui. Pertunjukan Sambrah pun selalu dilakukan dengan pakem yang lengkap, dengan penari yang menarikan tarian khas Sambrah seperti tari burung putih. Alat musiknya pun relatif lebih lengkap.

Tentu, sambutan masyarakat terhadap kesenian itu juga lebih besar. Sambrah bisa dipastikan selalu hadir menyemarakkan pesta-pesta perkawinan dan berbagai hajatan lain. Bak garam dalam makanan maka pesta masyarakat elit Betawi serasa hambar tanpa kehadiran Sambrah.

Namun, masa keemasan Sambrah pupus dimakan perkembangan zaman. Masyarakat Betawi beralih ke jenis musik lain di antaranya Gambus dan Dangdut, yang menurut Ali Sabeni adalah turunan dari Sambrah sendiri.

Gendang yang dipakai sebagai instrumen utama di musik dangdut adalah berasal dari tipe gendang di Sambrah. Begitu halnya, gitar gambus yang awalnya menjadi instrumen ”wajib” di Sambrah malah ‘pulang-kandang’ ke jenis musik aslinya yang beraliran Timur-Tengah dengan lagu- lagu kebanyakan berbahasa Arab.

Gambang Kromong

Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi, Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.

Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan  Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan,seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong.

Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.

Page 20: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut.

Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris "Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.

Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan musik ini menjadi "terengah-engah" antara hidup dan mati (dalam tabel yang dibuat Yahya AS termasuk dalam kondisi "sedang"). Musik ini hanya terdengar di antara bulan Juni saja, yaitu sewaktu hari ulang tahun Jakarta. padahal tanggal dan tahun kelahiran kota jakarta saja belum jelas pastinya. Itupun di tempat-tempat tertentu, seperti di Setu Babakan misalnya.

Diperlukan pembinaan dan pelestarian berkelanjutan seni musik Gambang Kromong ini, khususnya bagi generasi muda Betawi. Kepedulian generasi muda Betawi terhadap keseniannya (seni musik dan seni silat) hendaknya harus melebihi generasi muda di daerah lainnya, karena keberadaan etnis Betawi itu sendiri yang berada di ibu kota Jakarta sebagai etalase kebudayaan Indonesia.Tanjidor

Adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat

Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.

EtimologiKata Tanjidor berasal dari nama kelompok sisa-sisa musik Tangsi

(asrama militer Jepang) yang dimainkan masyarakat Betawi yang bekerja bukan sebagai pemain musik, melainkan bermain musik untuk kepuasan batin dan kesenangan saja serta kegemaran masyarakat.

PenggunaanKesenian Tanjidor umumnya dipakai dalam musik jalanan tradisional, atau

pesta cap gomeh di kalangan Cina Betawi. Musik ini merupakan sisa dari musik baris dan musik tiup zaman Belanda di Indonesia. Juga biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes.

F. Tari

Page 21: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

Tari Topeng BetawiMasyarakat Jakarta asli atau dikenal dengan suku Betawi mempunyai

banyak kesenian, salah satunya adalah Topeng Betawi. Topeng Betawi sedikitnya memiliki tiga unsur utama yaitu : musik, tari, dan teater. Tarian yang terkandung dalam Topeng Betawi inilah yang disebut Tari Topeng Betawi.

Mengapa menggunakan “topeng”? Ini dikarenakan dahulu masyarakat Betawi menganggap Topeng memiliki kekuatan magis. Selain dapat menolak bala, juga dinilai mampu menghilangkan kedukaan karena kematian, sakit, atau pun petaka lainnya. Selain itu, masyarakat Betawi menggunakan pendekatan berbeda mengenai istilah topeng. Mungkin bagi banyak orang, topeng itu adalah kedok (penutup wajah). Namun, tidak untuk masyarakat

Betawi. Masyarakat Betawi menggunakan “topeng” untuk istilah pertunjukan. Anda pasti kenal kesenian yang bernama Topeng Monyet, bukan? Ya, kesenian yang biasa Anda temui di Jakarta dan sekitarnya ini adalah pertunjukkan yang menampilkan atraksi dari monyet yang terlatih.

Jadi, Topeng Betawi dapat diartikan pertunjukan dalam bentuk teater yang mengandung aspek tari, nyanyi, narasi dengan dialog maupun monolog. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam berbeda dari segi bahasa dimana dalam Topeng Betawi memakai bahasa Betawi.

Salah seorang tokoh seniman Betawi terkenal yang telah mengusung aneka tari-tarian Betawi khususnya Tari Topeng hingga ke mancanegara adalah Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5 benua, serta 33 negara. Perlu diketahui bahwa negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah Perancis, Cina dan Thailand.

Khusus bagi masyarakat Betawi, Topeng Betawi digunakan dalam ritual kehidupan yang dianggap cukup penting, seperti pernikahan dan khitanan. Pada kedua ritual itu, Topeng Betawi digelar untuk memeriahkan pesta. Selain itu, Topeng Betawi juga digelar dengan tujuan membayar nazar. Meskipun harus membayar mahal untuk sebuah pertunjukan Topeng Betawi, namun rasanya hal itu tidak menjadi persoalan. “Biar tekor asal kesohor” begitu ungkapan kalangan masyarakat Betawi tertentu dalam menjaga image status sosiainya. Nah, bila si empunya hajat ingin menggelar Topeng Betawi, ia lebih dulu membayar panjer (uang muka) pada grup yang telah dipilih. Setelah ada kesepakatan biaya, kekurangannya akan dibayar pagi setelah pesta usai. Uangnya diambil dari amplop sumbangan dari para tamu yang hadir.

Seiring pergantian zaman, nampaknya Topeng Betawi juga telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tercatat ada lima bentuk perubahan yang disebabkan oleh urutan waktu dalam sejarah.

Pertama, esensi Topeng yang sakral dan magis tak lagi menjadi motivasi bagi yang punya hajat. Topeng tak lagi berfungsi sebagai penolak bala atau nazar bagi anak yang sering sakit-sakitan. Masyarakat Betawi lebih percaya rumah sakit atau puskesmas untuk mengobati seseorang yang sakit.

Page 22: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Kedua, pagelaran yang diselenggarakan dalam lingkup tradisi yaitu acara pernikahan dan khitanan, juga mengalami pergeseran ke acara yang lebih bersifat nasional.

Ketiga, keragaman estetika yang muncul di antara orang-orang Betawi pun mulai menghilang karena masuknya para pendatang ke daerah orang-orang Betawi. Termasuk berbagai bentuk kedok yang memperlihatkan keragaman topeng, hilang secara perlahan lahan.

Keempat, durasi seni pertunjukan mengalami pergeseran. Jika dulu (tahun 70-an) masih berlangsung hingga pukul 4 pagi, lama kelamaan bergeser durasinya, sekarang paling lambat pukul 3 harus sudah selesai. Ini dikarenakan orang-orang harus bersiap diri untuk sholat Subuh agar tidak kesiangan.

Kelima, narasi pagelaran Topeng, tak lagi mengangkat tema kemiskinan di wilayah-wilayah tuan-tuan tanah, dan telah beralih dengan mengunakan isu nasional yang kadang-kadang menjadi legitimasi kepentingan politik tertentu.

Bisa dirasakan, berkembangnya zaman telah merubah historical sequences dari Topeng Betawi. Tidak saja secara fisik tetapi juga ideologinya.

Dengan kata lain, telah terjadi pertumbuhan keragaman budaya, dalam hal ini keragaman pagelaran Topeng Betawi. Itu bisa dimaklumi, mengingat rasa memiliki terhadap budaya Betawi, kini bukan hanya milik orang Betawi saja, tapi juga dimiliki para pendatang yang ingin melestarikan budaya Betawi menurut zamannya.

DramaDrama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon

tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.

Cerita rakyatCerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah

dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. creita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.

2.1.10 Adat Pengantin Betawi

Setiap daerah memiliki adat istiadat dan budayanya sendiri. Begitu juga halnya orang betawi yang bermukim di Ibu Kota negara, selain memiliki dialek bahasa yang dikenal ke seluruh sepenjuru nusantara, prosesi adat pengantinnya pun khas dan sudah sangat melekat dalam kehidupan

masyarakatnya. Secara lengkap Pengantin kali ini menampilkan Rangkaian Upacara Adat Pengantin Betawi.

A. NgedelenginDikalangan masayarakat

betawi, apabila seorang jejaka

Page 23: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

belum mendapatkan pasangan, biasanya orangtua berusaha mencarikan calon istri/ mantu yang disebut ngedelengin. Jika ini terjadi, tugas ngedelengin dipercaya oleh orang lain, yang disebut mak comblang. Dialah yang mencari dan mengumpulkan berbagai informasi secara lengkap tentang rupa, kemapuan, perilaku, keadaan keluarga dan lainnya dari sang calon istri. Proses ngedelengin kemudian berlanjut ke tahap ngelamar, yakni tindak aktif dari pihak keluarga jejaka untuk meminang sang gadis untuk dijadikan calon istri. Pada saat ngelamar, pihak keluarga jejaka membawa barang bawaan dalam wadah terbuka, berisi pisang raja berkualitas baik, roti tawar yang besar dan sirih kembang (sirih embun) yang dihias seindah mungkin, sehingga para kerabat, famili serta tetangga mendapat isyarat adanya kegiatan ngelamar.

Selesai jamuan makan, dilanjutkan dengan dialog tahap kedua tentang hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang menjadi permintaan keluarga si gadis. Sebagai pemeluk agama Islam, yang pertama diputuskan adalah soal mahar (mas kawin), kemudian persyaratan -persyaratan adat lainnya, seperti kekundang (makanan kesukaan calon istri), pecingkrem (cincin belah rotan), pesalin (seperangkat busana lengkap), uang belanja dan lainnya.

B. NgelamarSetelah proses ngelamar selesai, utusan akan datang

kembali untuk membawa tanda putus (pertunangan). Pada saat itu akan diputuskan hari dan tanggak pernikahan, sekaligus dibawa pecingkrem (cincin belah rotan) sebagai pengikat. Selain itu kepada si gadis diberikan uang persalin sekedarnya serta kue-kue.

Sebagai tanda pengikat, barang bawaan ini akan dibalas oleh keluarga si gadis dengan pengiriman sajian makanan beserta lauk pauknya, antara lain, ketan putih, opor ayam, semur bulat, sepasang pesmol bandeng, perkedel berbentuk hati serta beberapa kue basah khas Betawi. Barang balasan ini akan dibagikan kepada utusan dan anggota keluara sang jejaka.

Masa tunangan biasanya tidak berlangsung lama. Umumnya tidak lebih dari satu tahun. Masa itu akan berakhir, jika pihak orang tua sang jejaka telah mengirimkan ututsan kembali menemui calon besan. Jika telah mencapai kata sepakat, maka dipersiapkan segala

sesuatunya, menyangkut persiapan akad nikah. Pada saat-saat menjelang acara ngirik, potong centung, pakai pacar dan dimandiin. Secara rinci, perawatan untuk calon pengantin putri adalah :

DipiareSelama masa dipiare, calon pengantin putri mengenakan busana kebaya

berlengan longgar, guna memudahkan saat berwudhu. Seluruh tubuhnya dilulur dengan ramuan lulur pengantin. Setiap selesai melaksanakan sholat, lulur pada wajah, lengan dan kaki calon pengantin diperbaharui kembali.

Dimandiinacara mandiin pengantin biasanya didahului dengan pembacaan doa bagi

keselamatan dan keberkahan pengantin. Selesai pembacaan doa, pengantin putri mencium tangan kedua orangtua diiringi pembacaan shalawat Nabi, dipandu oleh tukang piare calon pengantin putri. Selanjutnya, menuju pemandian yang telah disiapkan. Yang mandiin calon pengantin putri "tukang

Page 24: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

piare", kedua orangtua, nenek, dan kakek, saudara-saudara dari kedua orangtua, dan lainnya yang dianggap perlu.

DitangasSelesai dimandiin, calon pengantin putri ditangans, yakni mandi uap

dengan ramuan tradisional untuk lebih membersihkan sisa-sisa lulur yang masih tertinggal pada pori-pori di sekujur tubuh. Uap yang dikeluarkan dari godokan rempah-rempah adalah dedaunan jeruk purut, irisan daun pandan, akar wangi, bunga dilem dan sereh, semuanya dengan porsi secukupnya.C. Dikerik dan Potong Cetung

Selesai ditangas, caon pengantin putri selanjutnya menjalani kegiatan pengerikan dan potong centung. Pengerikan adalah menghilangkan bulu-bulu halus, biasanya disebut bulu kalong, yakni bulu-bulu halus yang  tumbuh disekitar tengkuk, dahi,pinggiran pipi kanan dan kiri.Sedangkan potong centung adalah

memotong dan merapikan rambut cambang yang diapit oleh uang logam Rp.50-an. setelah prosesi tadi selesai, calon pengantin dirias  dengan busana None Jakarta. Selanjutnya acara malam pacar. Calon pengantin didudukan di atas permadani besar, kemudian kuku di kedua belah jari tangannya diberi daun pacar yang telah ditumbuk halus. Pemakaian pacar diawali oleh tukang rias, disusuk oleh famili/krabat serta saudara-saudara dan teman-teman dari calon pengantin putri.

D. Ngebesan / Ngerudat

Acara ngebesan atau ngerudat adalah upacara  akad nikah atau ijab kabul. Pelaksanaannya dilakukan secara terbuka. Pengantin pria akan datang  dengan rombongan para pengiring yang besar, yakni calon pengantin pria diapit oleh para alim ulama, para penabuh rebana, dan di belakang terdapat rombongan bawaan yang terdiri dari :Mahar/ mas kawin Uang belanja pesta yang

disusun sedemikian rupa menghiasi maket sebuah mesjid. Sirih Nanas, berupa sebentuk dekorasi daun sirih yang berwujud daun nanas. Hal tersebut merupakan simbol kehidupan yang penuh dengan duri namun selalu dibungai oleh manisnya kehidupan kasih sayang.

Sepasang roti buaya, sebagai simbol kerukunan hidup, kesetiaan dan berumur panjang. Pisang raja dengan kualitas baik sebanyak 2 sisir. Ujung-ujungnya diberi tutup runcing dari kertas keemasan. Hal ini melambangkan harapan agar kedua pengantin dapat menarungi kehidupan layaknya kehidupan para raja.

Kekudang, yaitu makanan kesukaan calon pengantin putri. Beberapa nampan berisi persalin busana wanita. Beberapa jenis kue-kue basah khas Betawi. Miniatur kapal atau berbentuk pohon yang berisi aneka buah-buahan. shie, yaitu peti susun berukir yang

Page 25: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

dipikul oleh dua orang, yang didalamnya berisi macam-macam bahan pangan mentah, seperti, telur asin, bihun, emping, daging sapi, sayur-mayur dan lain-lain.

Tepat didepan rumah calon pengantin putri, ngerudat disambut tuan rumah, diiringi bunyi tabuhan rebana. Pada saat akad nikah, pengantin pria mengenakan pakaian Jas Kasin Srebet, yaitu : mengenakan kopiah hitam, berbaju lengan panjang putih, mengenakan open jas model Eropa, berkain sarung plekat, dan memakai sepatu sendal pantovel.

Busana calon pengantin wanita pada saat akad nikah adalah busana Rias Bakal yang terdiri dari : baju kurung terbuat dari silk atau beludru, kain songket, panjang baju sekitar 10cm di atas lutut, memakai hiasan dada yang dinamakan lidah-lidah di beri hiasan tabur, dan selop penutup.

E. Ngarak Pengantin

Acara ngarak pengantin dilakukan dalam rangka mempertemukan untuk pertama kali kedua mempelai setelah pengantin pria pulang bersama rombongannya seusai akad nikah. Rombongan tersebut di awali oleh pembawa umbul-umbul berupa rangkaian kembang kelape. Kedua orang itu berpakaian sadarie/ baju pangsi.

Di dalam rombongan juga terdapat rombongan penabuh rebana. Sebelum iring-iringan pengantar bergerak, terlebih dahulu dilepas dengan shalawat Dustur. lalu rombongan berjalan diiringi rebana sampai dimuka rumah pengantin putri.

Meski telah di nanti-nanti kedatangannya, rombongan ngerudat tidak begitu saja dapat dengan mudah memasuki rumah tuan putri, karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Yaitu, Acara Buka Palang Pintu, yang terdiri dari : dialog atau berbalas pantun, pertandingan silat antar rombongan Tuan Putri dan Tuan raje Mude, dan tarikh lagu Zike.

Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka Tuan raje Mude dapat bertemu, selanjutnya tukang rias membuka kerudung tipis yang menutupi wajah Tuan Putri (untuk memastikan apakah benar yang bersanding itu adalah si gadis pilihan, bukan orang lain).

Kemudian Tuan raje Muda menyerahkan sirih dare ke pangkuan Tuan Putri. Selanjutnya, memastikan apakah dibalik cadar adalah tuan putrinya. Maka Tuan Raje Mude melaksanakan buka cadar, diteruskan dengan Tuan Putri melaksanakan sembah dan cium tangan pada Tuan Raje Mude. Lalu sembah dan cium tangan pada Tuan Raje Mude. Lalu sembah sujud dan cium tangan kepada kedua orangtua dan mertua.

Terakhir, tukang rias menyuapkan ketan kuning yang dibawa pada sepasang wadah yang disebut dengan kembang adep-adep. Setelah itu kedua pengantin dipersilahkan duduk kembali, dan dilanjutkan dengan ucapan selamat dari para tamu yang hadir.

Page 26: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Senjata tradisionalSenjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.

2.1.11 Makanan khas Betawi/Jakarta

Jakarta memiliki beragam masakan khas sebagai kekayaan kuliner Indonesia. Sebagai kota metropolitan Jakarta banyak menyediakan makanan khas. Salah satu ciri dari makanan khas Jakarta adalah memiliki rasa yang gurih. Makanan-makanan khas dari Betawi / Jakarta di antaranya adalah :

1. Kerak TelorMakanan khas yang satu ini identik dengan event Pekan Raya Jakarta

(PRJ). Anda bisa membeli setiap ada PRJ di selenggarakan. Kerak telor memiliki rasa yang gurih. Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat kerak telor yaitu beras ketan putih, telur ayam atau bebek, udang yang digoreng kering, bawang merah goreng, kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam, dan gula pasir. Rasa gurih pada kerak telor bersumber dari campuran udang, bawang merah, kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, dan gula pasir.

2. Kembang GoyangMakanan khas Betawi ini, kini juga sudah mulai jarang ditemui.

3. Roti BuayaMakanan khas Betawi ini sering di jumpai saat ada upacara lamaran.

Makanan dengan bentuk buaya ini pencptaannya terinspirasi dari kebiasaan buaya yang hanya menikah sekali sepanjang hidupnya. Oleh karena itu roti buaya sering dijadikan sebagai simbol kesetiaan pasangan yang telah menikah. Roti buaya ini biasanya selalu hadir di setiap acara pernikahan adat Betawi.

4. Kue Rangi  Makanan khas dari Betawi ini kini juga jarang ditemui. Kue ini terbuat dari tepung kanji yang dicampur dengan kelapa yang sudah diparut kasar. Untuk mendapatkan hasil yang bagus, dulu pada saat proses pembuatannya orang memanggang kue rangi ini dengan menggunakan api yang berasal dari kayu bakar atau arang. Kue yang di hasilkan menjadi lebih wangi dan harum.

2.1.12 Pakaian Adat Betawi Pakaian adat betawi terdiri dari beberapa jenis,

baik untuk laki-laki maupun wanita. Pakaian adat masyarakat Betawi seperti halnya pakaian adat yang berlaku di provinsi lain, dipengaruhi oleh kebudayaan atau adat lainnya. Pengaruh tersebut

Page 27: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

dapat kita lihat dari pakaian adat Betawi untuk pakaian sehari-hari dan pakaian pengantin. Pakaian Sehari-Hari Laki-Laki.

Pakaian adat Betawi yang dipergunakan oleh para kaum lelaki Betawi terdiri dari:

    * Baju koko (sadariah). Baju koko yang dikenakan disebut juga sadariah. Bentuknya sama dengan baju koko pada umumnya, hanya biasanya berwarna polos.    * Celana batik. Celana batik yang dikenakan adalah celana kolor batik panjang. Dengan warna yang tidak terlalu ramai, biasanya hanya putih, cokelat, dan hitam dalam motif- motifnya.     * Kain pelekat. Kain pelekat ini bentuknya seperti selendang yang ditempatkan sebelah pundak atau diselempangkan pada leher.    * Peci. Peci yang digunakan pada umumnya berwarna hitam berbahan beludru yang menjadi ciri khas masyarakat Betawi.

Pakaian Sehari-Hari Perempuan

Untuk perempuan Betawi, pakaian adat yang dipergunakan sehari-hari terdiri dari:

    * Baju kurung berlengan pendek. Baju kurung yang dikenakan memiliki lengan pendek, tak jarang ditambahkan saku di bagian depannya dengan warna-warna yang mencolok.    * Kain sarung batik. Kain sarung batik yang sering dikenakan perempuan-perempuan Betawi biasanya bercorak geometri dengan warna-warna yang cerah untuk dipadu padankan dengan baju kurung yang digunakan.    * Kerudung. Kerudung yang digunakan yaitu selendang yang dikenakan pada kepala para perempuan Betawi. Warnanya serasi dengan baju kurung yang mereka kenakan.

Pakaian Pengantin Laki-LakiPakaian pengantin Betawi dipengaruhi oleh berbagai adat, di antaranya adalah adat Arab, Cina, Melayu, dan Barat.

Pakaian adat Betawi yang dipergunakan untuk pernikahan adat Betawi laki-laki disebut Dandanan care haji. Pakaian pengantin laki-laki ini meliputi jubah dan tutup kepala. Jubah terbuat dari bahan beludru yang berwarna cerah. Jubah dalamnya terbuat dari kain berwarna putih yang halus. Sedangkan tutup kepala terbuat dari sorban disebut juga Alpie. Sebagai pelengkap dipergunakan selendang bermotif benang emas atau manik-manik yang warnanya cerah. Agar lebih serasi, pengantin lelaki pernikahan adat Betawi mempergunakan sepatu pantofel.

Pakaian Pengantin Perempuan

Page 28: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Pengantin perempuan dalam pernikahan adat Betawi mempergunakan pakaian adat betawi yang disebut Rias besar dandanan care none pengantin cine. Baju yang dikenakan blus bergaya Cina dengan bahan satin yang berwarna cerah. Bawahannya menggunakan rok atau disebut Kun yang berwarna gelap dengan model duyung. Warna yang sering digunakan hitam atau merah hati.

Sebagai pelengkap bagian kepala digunakan kembang goyang dengan motif burung hong dengan sanggul palsu, dilengkapi dengan cadar di bagian wajah. Pada bagian sanggul dihiasi juga dengan bunga melati yang dibentuk roonje dan sisir. Perhiasan lain yang dipergunakan adalah kalung lebar, gelang listring, dan hiasan teratai manik-manik dikalungkan di bagian dada, serta selop dengan model perahu sebagai alas kaki.

BatikBatik yang disenangi di Betawi adalah corak pesisiran, seperti Pekalongan,

Lasem, Cirebon dengan warna-warna yang mencolok. Sementara motif-motif batik yang disukai adalah jamblang, babaran kalengan, dan jelamprang. Motifnya antara lain terdiri dari garis segitiga panjang melancip, ujungnya yang melancip disambungkan dengan ujung segitiga panjang lainnya. Jenis batik ini biasa dipakai oleh perempuan yang menghadiri pesta pernikahan atau para penari cokek. Jenis batik ini juga disukai perempuan-perempuan Belanda di Batavia.

Sebagaimana masyarakat pesisir lainnya, perempuan Betawi menyukai batik berwarna cerah mencolok, bukan sogan, dengan kepala atau tumpal bermotif geometris, antara lain berbentuk segitiga, yang dalam istilah setempat disebut sebagai "mancungan". Di daerah pinggiran Jakarta motif seperti itu disebut "pucuk rebung". Motig burung funiks atau burung hong (feng huang) pada batik juga banyak disenangi perempuan-perempuan Cina Betawi (encim). Burung funiks memberikan kesan gemulai dan menambah wibawa bagi pemakainya.

2.1.13 Rumah Adat Rumah Adat Betawi

Rumah adat Betawi terdapat 2  jenis1. Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya.

Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga

terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.

2. Rumah Gudang.

Page 29: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

sudah bisa di tebak dari namanya, Rumah adat betawi yang ini berdiri di atas tanah yang berbentuk persegi panjang, rumahnya memanjang depan ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil.

Rumah Tradisional BetawiRumah Betawi berstruktur rangka kayu atau bambu, sementara alasnya berupa tanah dan di tekel atau di semen. Keunikannya dan ciri khas dari rumah betawi terletak pada lisplank rumah ini adalah terbuat dari material kayu papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang diberi nama ’gigi balang’ khas banget betawinya. Di bagian tengah dari rumah tersebut di pakai sebagai ruang tinggal di dalamnya ada kamar tidur, ruang makan, dapur dan kamar mandi

dibatasi dinding kayu tertutup dan beberapa jendela untuk ventilasi udara, di luarnya merupakan terasi-teras terbuka yang dikelilingi pagar karawang rendah yang juga bermaterialkan kayu, genteng untuk atab rumah bermaterialkan tanah. Dinding bagian depan dari rumah ini biasanya bersistem knock down atau bisa di bongkar pasang berguna jika pemilik rumah menyelenggarakan hajatan yang membutuhkan ruang lebih luas.khas berdesain betawi,  7 bagian itu yang harus dipenuhi:

1. Langkan yaitu bagian rumah yang berpagar rendah dan berfungsi sebagai serambi rumah, dibuat dari kayu atau bambu.2. Teras Rumah Betawi , biasanya terbuka setiap saat tanpa ada pintu yang menghalangi seseorang untuk masuk, yang melambangkan sifat orang Betawi yang terbuka dan ramah.3. Balai Balai Bambu , merupakan perlengkapan utama dan terdapat di ruang depan, fungsinya untuk menerima tamu.4. wuwungan, atap yang berbentuk segi tiga sama kaki dengan tambahan pet sebagai penahan hujan atau panas.5. Jendela depan yang biasanya terdapat disamping kiri atau kanan ruang depan ada yang ditutup dengan daun jendela. biasanya berbentuk bulat.6. Jendela penerawang, jendelan untuk melihat tamu dari dalam, dua buah jendela yang terdapat dikiri kanan pintu masuk keruang dalam yaitu jendela berjeruji kayu berukir dan tidak berdaun jendela.7. Lantai Tinggi . Lantai yang lebih tinggi dari halaman rumah.Ada 3 (tigat nama untuk rumah betawi), namanya unik. antara lain:1. Rumah adat betawi disebut rumah bapang bentuknya kotak dan simpel.2. Rumah bapang atau Rumah kebaya, kaya baju betawi, bentuknya memanjang dari depan kebelakang. dibagian depan terdapat atap yang menonjol ke-kedepan untuk menahan sinar matahari dan huja. Sedang atapnya

Page 30: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

tampak  seperti perisai atau pelana kuda.3. Rumah Joglo

2.2 Suku Madura

2.2.1 Sejarah

Seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal kuda,dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan

Page 31: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang.  2.2.2 Kepercayaan

Turun TanahSistem kepercayaan pada masyarakat Madura sudah ada sejak

zamandahulu. Seperti yang terjadi di daerah Pamekasan. Masyarakat Pamekasan percaya adanya “ Turun Tanah “ atau dalam bahasa Jawa disebut “ Tindak Siden “. Pada masyarakat Pamekasan biasanya “ Turun Tanah “ diadakanketika bayi berumur 7 bulan dan pada acara itu biasanya orang tua dari bayi memberi barang berjumlah 7 buah sebagai pilihan untuk ditunjuk oleh sang bayi, seperti: Al-Qur’an, kerudung, tasbih, kaca, sisir, dll. Biasanya dalam acara ini, mengundang warga sekitar untuk turut berdoauntuk sang bayi.

2.2.3 Kemasyarakatan

Upacara Petik Laut Upacara ini dilaksanakan di daerah Lombu, Prenduan. Biasanya

UpacaraPetik Laut ini dilakukan pada lebaran Ketupat. Mulanya, kapal setiapnelayan dihias seindah mungkin, lalu sematan untuk laut. Menurutkepercayaan orang disana supaya nelayan mendapatkan untung besar saatakan menangkap ikan. Setelah dihias, para penduduk berlomba-lombauntuk menghadiri dan memamerkan kepada masyarakat lainnya.

Upacara Bersih DesaIni merupakan upacara yang sangat unik. Upacara ini dilaksanakan

didesaku, Ds.Rejoso, Nganjuk. Sebagian besar, jarang sekali upacara inidilakukan di desa-desa lain. Biasanya, upacara ini dilakukan setiap 1 tahunsekali. Mulanya, masyarakat bekerja sama membersihkan lingkungan,kuburan, dan tempat yang dianggap keramat. Setelah desa bersih,diadakanlah lomba seperti panjat pinang, sepak bola, volley, dll. Namun para orang tua{masyarakat}lainnya ada yang mengantar makanan kekerabat/sanak family. Saat acara puncak, barulah selamatan di tempatkeramat atau dirumah Kepala Desa. Ketika akhir acara, acara yang palingditunggu oleh masyarakat, yaitu Wayang Kulit. Biasanya acara ini berlangsung hingga malam hari.

2.2.4 Profesi   A. Pertanian

Menanam PadiSistem pertanian pada masyarakat Madura biasanya terjadi di daerah

desa.Rata-rata mata pencahariannya adalah bertani. Di desa biasanya para petani menggunakan tekhnik penairan {irigasi sederhana}. Padaumumnya, mereka menanam sayur-sayuran. Namun ada pula yangmenanam padi atau yang sejenis. Menanam padi dilakukan pada musimkemarau. Karna kemarau, tanah pasti keras dan terlihat banyak sekaliretakan. Mulanya tanah diberi pupuk kandang. Saat musim hujan tiba danair mengenang banyak, barulah tanah dicangkul guna meratakan pupuk dan mengolah tanah. Setelah itu, tanah

Page 32: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

direndam dengan air, dibiarkan dandibersihkan rumputnya sampai tanah menjadi gembul. Setelahnya, bibit padi siap ditanam.Cara menanamnya :1 .D i tanam dengan menggunakan ta l i untuk meluruskan tanaman.2 .B ib i t pad i d i tanam dengan mundur .3.Setelah padi hidup dan beranak, ruput {gulma] dibersihkan.4.Setelah bersih, dipasanglah mes { pupuk buatan}untuk kesuburan. 5 .Sete lah berbuah, d ipasang mes kembal i untuk buah.6 .Baru lah sete lah cukup waktu , pad i s iap d ipanaen.

B. Nelayan

Menangkap IkanPekerja buat masyarakat ditepi pantai, khususnya di daerah Lembung,

Galis, Pamekasan. Biasanya para nelayan berangkat pagi-pagi sekali dan pulang saat malam hari. Namun banyak juga para nelayan yang tak mujur. Terkadang hanya sedikit penghasilan yang didapat, bahkan ada yang tidak mendapatkan hasil layannya. Ada 2 cara untuk menangkap ikan :

1 . D e n g a n m e n g g u n a k a n j a l aSaat dilaut, jala dilempar dan tunggu antara waktu 1 jam. Saat ikan

mendekati jala dan lama, barulah jala diangkat.

2 . D e n g a n m e n g g u n a k a n j a r i n gSaat dilaut, jaring diletakkan sejajar. Biasanya diberi gabus. Saat ikan

berkumpul di jaring, barulah jaring ditarik. Biasanya para nelayan saat akan memancing menggunakan perahu motor.Ada juga yang menyewa atau perahu miliknya sendiri.Bahasa

Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).

Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas. Namun kebanyakan generasi muda Madura di kawasan ini sudah hilang penguasaan terhadap bahasa ibu mereka.

2.2.5 Bahasa

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda.

Contoh :bhila (huruf "a" dibaca [e] (info)) sama dengan bila = kapan

Page 33: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

oreng = orangtadha' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)dhimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)tanya = sama dengan tanyacakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tapi tidak sengau)onggu = sungguh, benar (dari kata sungguh)Kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau)= kemana?

Sistem pengucapan

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.

Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah. Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].

Tingkatan Bahasa

Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal Tingkatan-tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:Ja' - iya (sama dengan ngoko)Engghi-Enthen (sama dengan Madya)Engghi-Bunthen (sama dengan Krama)

Contoh :Berempa' arghena paona?: Mangganya berapa harganya? (Ja'-iya)Saponapa argheneppon paona?: Mangganya berapa harganya? (Engghi-Bunthen)

Dialek-dialek Bahasa Madura

Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:Dialek BangkalanDialek SampangDialek PamekasanDialek Sumenep, danDialek Kangean

Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini seringkali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura. Contoh pada kasus kata ganti "kamu": kata be'en umum digunakan di Madura. Namun kata be'na dipakai di Sumenep. Sedangkan kata kakeh untuk

Page 34: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

kamu lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang. Heddeh dan Seddeh dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.

Khusus Dialek Kangean, dialek ini merupakan sempalan dari Bahasa Madura yang karena berbedanya hingga kerap dianggap bukan bagian Bahasa Madura, khususnya oleh masyarakat Madura daratan. Contoh:akoh: saya (sengko' dalam bahasa Madura daratan)kaoh: kamu (be'en atau be'na dalam bahasa Madura daratan)berrA' : barat (berre' dengan e schwa dalam bahasa Madura daratan)morrAh: murah (modhe dalam bahasa Madura daratan)

Bawean

Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura, karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini, namun bercampur aduk dengan kata-kata Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa karena banyaknya orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke Malaysia dan Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek bahasa biasanya setiap kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa, Dialek Pudakit dan juga Dialek Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan Singapura. Di dua tempat terakhir ini bahasa Bawean dikenal sebagai Boyanese. Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, yang serupa tapi tak sama meskipun masing-masing dapat memahami maksudnya. Contoh-contoh:eson atau ehon = aku (sengkok/engkok dalam bahasa Madura)kalaaken = ambilkan (kalaagghi dalam bahasa Madura)trimakasih = terimakasih (salengkong / sakalangkong / kalangkong dalam Bahasa Madura)adek = depan (adek artinya dalam bahasa Madura

2.1.6 Agama

Sebagian besar Islam dan sebuah minoritas kecil ada yang beragama Kristen.

2.1.7 Sebaran Tinggal

Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke Jakarta,Tanggerang,Depok,Bogor,Bekasi,dan sekitarnya, juga Negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura di sebabkan oleh kesenjangan sosial, Namun sekarang kesenjangan itu sudah mereda dan etnis Madura dan penduduk setempat sudah rukun kembal. Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalanya: mereka jual-beli besi tua, pedagang asongan dan pedagang pasar. Namun, tidak sedikit pula di antara mereka yang menjadi tokoh nasional seperti ketua MK Mahfud Md, Wardiman Djojonegoro (mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1993-1998 di bawah pemerintahan Presiden

Page 35: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Soeharto), R. Hartono Adalah seorang mantan Jenderal dengan pangkat tertinggi di TNI Angkatan Darat yaitu jenderal bintang empat dengan Jabatan tertinggi pula sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat. Beliau merupakan satu-satunya perwira tinggi dari corps Kavaleri yang mendapatkan pangkat jenderal penuh (bintang empat). Selain itu banyak juga terdapat Tokoh pejuang Kemerdekaan yang layak menjadi Pahlawan nasional Indonesia Seperti: Trunojoyo yang telah memberikan perlawanan terhadap Kolonial Belanda (VOC tahun 1677). Kiyai Taman adalah seorang pejuang Islam yang gigih menentang belanda pada tahun 1919. Kiai Djauhari membuka cabang Hizbullah di Prenduan. Didirikan pada tahun 1944, Hizbullah adalah organisasi militer pemuda Majelis Muslimin Indonesia (Masjumi), organisasi yang berpengaruh secara nasional kala itu (Huub de Jonge 1989: 256). ==Agama dan Kepercayaan== suku madura kebanyakan beragama Islam.

2.1.8 Karakter Sosial Budaya

Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.

2.2.9 Pakaian Khas Madura

Meskipun Madura adalah sebuah pulau yang terpisah dari Pulau Jawa, kebudayaan Jawa dalam arti luas berpengaruh sangat besar dalam berbagai segi kehidupan masyarakat sukubangsa Madura. Oleh karena kebudayaan Madura termasuk dalam daerah kebudayaan Jawa, maka jenis dan bentuk busananya pun memiliki beberapa kesamaan dengan busana dari daerah-daerah lain di Pulau Jawa. Secara umum masyarakat sukubangsa Madura mengenal perbedaan busana berdasarkan usia, jenis kelamin, status sosial maupun kegunaannya, baik sebagai busana sehari-hari maupun untuk keperluan upacara.

Masyarakat umum mengenal pakaian khas Madura, yaitu hitam serba longgar dengan kaos bergaris merah putih atau merah hitam, di dalamnya, lengkap dengan tutup kepala dan kain sarung. Sebenarnya, pakaian yang terdiri dari baju pesa`an dan celana gomboran ini merupakan pakaian pria untuk rakyat kebanyakan, baik sebagai busana sehari-hari maupun sebagai busana resmi. Adanya pengaruh cara berpakaian pelaut dari Eropa, terutama kaos bergaris yang digunakan.

Dalam penggunaannya, baju pesa`an, celana gomboran dan kaos oblong ini memiliki perbedaan fungsi bila dilihat dari cara memakainya. Kalangan pedagang kecil, seringkali mempergunakan baju pesa`an dan kaos oblong warna putih, dipadu dengan sarung motif kotak-kotak biasa. Sebaliknya para nelayan, umumnya hanya menggunkan celana gomboran dengan kaos oblong.

Jaman dahulu, masyarakat mengenal baju pesa`an dalam dua warna, yaitu hitam dan putih. Baju pesa`an biasanya dipakai oleh guru agama atau molang. Pada masa sekarang, baju pesa`an warna hitamlah yang menjadi ciri khas. Warna hitam ini melambangkan keberanian. Sikap gagah dan pantang mundur ini merupakan salah satu etos budaya yang dimiliki masyarakat Madura. Garis-garis tegas merah, putih atau hitam yang terdapat pada kaos yang digunakan pun memperhatikan sikap tegas serta semangat juang yang sangat kuat, dalam menghadapi segala hal.

Bentuk baju yang serba longgar dan pemakaiannya yang terbuka melambangkan sifat kebebasan dan keterbukaan orang Madura. Kesederhanaan bentuk baju ini pun menunjukkan kesederhanaan masyarakatnya, teguh dan

Page 36: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

keras. Sarung palekat kotak-kotak dengan warna menyolok dan sabuk katemang, ikat pinggang kulit lebar dengan kantong penghimpun uang di depannya adalah perlengkapan lainnya. Terompah atau tropa merupakan alas kaki yang umumnya dipakai.

Berbeda dengan rakyat kebanyakan, kalangan bangsawan biasanya menggunakan rasughan totop (jas tutup) polos dengan samper kembeng (kain panjang) di bagian bawah, secara umum sebagaimana busana Solo dan Yogya. Perbedaannya adalah pada odheng, tutup kepala yang dikenakan. Untuk sehari-hari odheng yang digunakan adalah odheng peredhan dengan motif storjan, bera` songay atau toh biru. Perlengkapan busana seperti sap osap (sapu tangan), jam saku, jepit kain, stagen, sabuk katemang, dan perhiasan lainnya terutama selok (seser) atau cincin geleng akar (gelang dari akar bahar). Arloji rantai acap digunakan. Sebum dhungket atau tongkat, termasuk kelengkapan pakaian yang membedakan penampilan dan kewibawaan seorang bangsawan dengan rakyat biasa.

Pada saat menghadiri acara resmi, rasughan totop umumnya berwarna hitam digunakan lengkap dengan odheng tongkosan kota, bermotif modang, dulcendul, garik atau jingga. Odheng pada masyarakat Madura memiliki arti simbolis yang cukup kompleks, baik dari ukuran, motif maupun cara pemakaian. Ukuran odheng tongkosan yang lebih kecil dari kepala, sehingga membuat si pemakai harus sedikit mendongak ke atas agar odheng tetap dapat bertengger di atas kepalanya, mengandung makna “betapapun beratnya beban tugas yang harus dipikul hendaknya diterima dengan lapangan dada”.

Bentuk dan cara memakai odheng juga menunjukkan derajat kebangsawanan seseorang. Semakin tegak kelopak odheng tongkosan, semakin tinggi dewajat kebangsawananan. Semakin miring kelopaknya, maka derajat kebangsawanan semakin rendah. Untuk orang yang sudah sepuh (tua), sayap atau ujung kain dipilin dan tetap terbeber bila si pemakai masih relatif muda. Ikatan odheng juga memiliki arti tertentu. Pada odheng peredhan, pelintiran ujung simpul bagian belakang yang tegak lurus melambangkan huruf alif, yaitu huruf awal dalam bahasa Arab. Sementara itu, pada odheng tongkosan kota, simpul mati di bagian belakang dibentuk menyerupai huruf lam alif, yang merupakan simbol dari kalimat pengakuan akan keesaan Allah.

Kaum wanita Madura umumnya mengenakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari maupun pada acara resmi. Kebaya tanpa kutu baru atau kebaya rancongan digunakan oleh masyarakat kebanyakan. Ciri khas kebaya Madura adalah penggunaan kutang polos dengan warna-warna menyolok seperti merah, hijau atau biru terang yang kontras dengan warna dan bahan kebaya yang tipis tembus pandang atau menerawang. Kutang ini ukurannya ketat pas badan. Panjang kutang dengan bukaan depan ini ada yang pendek dan ada pula yang sampai perut.

Keindahan lekuk tubuh si pemakai akan tampak jelas dengan bentuk kebaya rancongan dengan kutang pas badan ini. Hal tersebut merupakan salah satu perwujudan nilai budaya yang hidup di kalangan wanita Madura, yang sangat menghargai keindahan tubuh. Ramuan jamu-jamu Madura diberikan semenjak seorang gadis cilik hendak berangkat remaja. Demikian pula berbagai pantangan makanan yang tidak boleh dilanggar, serta pemakaian penggel. Semuanya dimaksudkan untuk membentuk tubuh yang indah dan padat.

Pilihan warna yang kuat dan menyolok pada masyarakat Madura menunjukkan karakter mereka yang tidak pernah ragu-ragu dalam bertindak, pemberani, serta bersifat terbuka dan terus terang. Oleh karenaitu mereka tidak mengenal warna-warna lembut. Termasuk dalam memilih warna pakaian maupun aksesoris lainnya.

Page 37: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Kebaya dengan panjang tepat di atas pinggang dengan bagian depan berbentuk runcing menyerong khas roncongan Madura, umumnya digunakan bersama sarung batik motif tumpal, namun ada pula yang memakai kain panjang dengan motif tabiruan, storjan atau lasem. Warna dasarnya putih dengan motif didominasi warna merah. Untuk penguat kain digunakan odhet. Odhet adalah semacam stagen Jawa, terbuat dari tenunan bermotif polos, dengan ukuran lebar 15 cm dan panjang sekitar 1,5 meter. Warna biasanya merah, kuning atau hitam. Pada odhet terdapat ponjin atau kempelan, yaitu saku untuk menyimpan uang atau benda berharga lainnya. Alas kaki yang digunakan adalah sandal jepit.

Perhiasan yang dikenakan oleh wanita Madura, mulai dari kepala sampai kaki, juga memiliki daya tarik yang unik. Sebagaimana senjata bagi laki-laki Madura, perhiasanpun menjadi pelengkap yang utama bagi busana kaum wanitanya. Hiasan rambut berupa cucuk sisir dan cucuk dinar, keduanya terbuat dari emas. Bentuknya seperti busur. Cucuk sisir biasanya terdiri dari untaian mata uang emas atau uang talenan dan ukonan. Jumlah untaian mata uang ini tergantung kemampuan si pemakai. Adapun cucuk dinar, terdiri dari beberapa keping mata uang dollar. Rambut wanita Madura itu sendiri, biasanya disisir ke belakang, kemudian digelung sendhal. Bentuknya agak bulat dan penuh, padat dengan kuncir sisa rambut yang terletak tepat di tengah-tengah rambut. Letak sanggul umumnya agak tinggi. Sementara di daerah Madura Timur, bentuknya agak lonjong dan pipih letaknyapun miring. Hampir sama dengan gelung wanita Bali. Harnal bubut dari emas, bermata selong dengan panjang sekitaar 12 cm berukuran agak lebih besar dari harnal pada umumnya juga dipakai untuk menghiasi rambut. Sebuah tutup kepala, yang terbuat dari handul besar atau kain tebal disebut leng o leng, menjadi ciri tersendiri pada kelengkapan wanita Madura. Perhiasan lain yang umumnya dikenakan sebagai kelengkapan busana adalah anteng atau shentar penthol yang terbuat dari emas, bermotif polos dengan berbentuk bulat utuh sebesar biji jagung. Anteng atau anting ini dikenakan di telinga.

Motif hiasan kalung Madurapun terkenal karena ciri khasnya. Kalung brondong yang berupa rentangan emas berbentuk biji jagung adalah kalung khas Madura yang biasanya dikenakan bersama liontin. Liontin atau bandul yang digunakan biasanya berbentuk mata uang dollar (dinar) atau bunga matahari. Selain itu masih ada motif pale obi yang menyerupai batang ubi melintir, serta motif mon temon berupa untaian emas berbentuk biji mentimun. Berat kalung itu rata-rata 5-10 gram, namun adapula yang mencapai 100 gram, bahkan lebih. Tergantung kemampuan si pemakai. Sepasang gelang emas di tangan kanan dan kiri dengan motif tebu saeres. berbentuk seperti keratan tebu merupakan kelengkapan lain yang sering dipakai. Sementara sepasang cincin dengan motif yang sama dengan gelang dikenakan sebagai hiasan jari.

Sebagai pelengkap kebaya rancongan, digunakan peniti dinar renteng, terbuat dari emas dan bermotif polos. Semakin banyak jumlah dinarnya, semakin panjang untaiannya berarti semakin tinggi kemampuan ekonomi pemakainya.

Dari seluruh jenis perhiasan yang biasa dikenakan wanita Madura, penggel adalah salah satu yang paling unik. Penggel merupakan hiasan kaki dari emas atau perak yang dipakai pada pergelangan kaki kiri dan kanan. Penggel adalah simbol kebanggaan wanita Madura. Selain fungsi ekonomi yang juga dapat menunjukkan status ekonomi si pemakai, penggel juga berfungsi untuk membentuk keindahan tubuh wanita Madura. Gelang kaki yang terbuat dari emas atau perak, dengan berat perak ada yang mencapai 3 kg, aapabila digunakan untuk berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari tentunya akan menguatkan otot-otot tertentu.

Page 38: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Berbeda dengan yang dikenakan rakyat kebanyakan, wanita bangsawan tidak menonjolkan kekayaannya melalui bentukbentuk perhiasan yang menyolok dan cenderung berat. Bentuk perhiasan yang digunakan untuk rambut, telinga, leher, tangan dan kaki umumnya kecil. Namun, lebih banyak dihiasi intan atau berlian.

Untuk acara resmi wanita bangsawan Madura mengenakan kebaya panjang dengan kain batik tulis Jawa atau khas Madura. Alas kakinya berupa selop tutup. Bahan kebaya biasanya beludru. Warna gelap dan tidak bermotif. Ujung bawah kebaya berbentuk bulat. Peniti cecek atau pako malang adalah hiasan kebaya berbentuk paku yang melintang bersusun tiga dan dihubungkan dengan rantai emas.

Rambut wanita muda digelung malang. Bentuknya seperti angka delapan melintang yang melambangkan tulisan Allah. di dalamnya diberi potongan daun pandan sebagai penguat. Untuk wanita yang sudah berumur dan berpangkat, digunakan gelung mager sereh. Bentuknya sama dengan gelung malang, tetapi semua ukelnya diisi kembang tanjung dan kembang pandan. Hiasan rambut terdiri dari cucuk emas dengan motif ular atau bunga matahari, dilengkapi dengan karang melok dan duwek remek, yaitu hiasan dari bunga-bungaan.

Giwang kerambu dan kalung rantai berliontin markis yang terbuat dari emas bertaburan berlian juga dikenakan. Demikian pula gelang tangan dan hiasan jari berupa cincin emas bermata berlian.

Selain busana dan perhiasan khas wanita Madura, baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa, tatarias wajah wanita Madura pun cukup unik. Wajah dihiasi dengan jimpit di bagian kening kanan, kiri atau dahi. Tempat yang dijimpit disebut leng pelengan. Dahulu leng pelengan dibuat dengan cubitan tangan. Saat ini, kebanyakan berupan olesan alat kosmetik berupa garis membujur sekitar 1-2 cm dan berwarna merah. Mata dihiasi dengan celak Arab, sedangkan gigi dihiasi dengan apa egan, berupa lapisan gigi yang terbuat dari emas atau platina.

2.2.10 Seni

A. Hadrah

Semua daerah pasti memiliki kesenian yang berbeda-beda. Seperti daerahPamekasan, mereka sering mengadakan kesenian yang mengundah para wargauntuk melihatnya, seperti hadrah dan ol-daol. Yang dimaksud hadrah sendiriadalah kesenian tradisional Islam sejak zaman nabi, biasanya disebut denganrebana. Masyarakat Islam menyambut Rasululah S.A.W. dengan rebana. Sangatsederhana, namun mengandung musik yang indah. Alatnya terdiri dari darirebana kecil, menengah, dan rebana besar. Biasanya jumlah alat tergantung yangmemainkannya, min 15-20 orang dan tiap orang 1 rebana dengan ditambah penari dan yang memainkannya adalah laki-laki. Lagu yang dimainkannya tiadalain adalah lagu Islam. Pada zaman modern saat ini, biasanya hadrah dilakukansaat ada kegiatan acara Islam, pernikahan, menyambut tamu atau haji. Sedangkanol-daol biasanya diadakan dalam acara peresmian tempat liburan keluarga, acarakarnaval. Bahkan kesenian ol-daol ini sering diadakan perlombaan antar daerah.

B.Alat Musik Tradisional Khas Madura

SeronenSaronen telah di anggap oleh orang Madura maupun non-Madura (misal

nya Jawa) sebagai intrumen yang telah memberikan pada sebuah orkes yang

Page 39: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

menggunakan instrumen itu sebagai alat utama.Sebenarnya instrumen itu di temukan pula di daerah lain,misal nya di tanah Pasundan dan di Sumatra.ia di anggap ciri khas kebudayaan Madura barangkali karena selalu mengiringi acara kerapan sapi yang sedemikian penting di dalam pembentukan citra Madura di luar pulau itu sendiri.

Alat musik jenis Hobo itu berasal dari Timur Tengah di daerah asalnya di kenal dengan berbagai nama ( surnai,sirnai,sarune,shanai,dsb ). Nama umum yang lain selompret,serompet atao sompret,saronen atau serunen untuk Jawa Jimur atau Madura dan tetepret untuk banyumas,tarompet untuk Tanah Pasundan,pereret untuk Bali serta pletret dan gempret untuk jaman Hindu di Jawa.

Selompret berasal dari kebudayaan Arab-Persia (surnai, yang umumnya yang menjadi serunai di Nusantara,khusus nya di Sumatra atau saronen di Madura dan Jawa timur),tetapi seperti yang telah di buktikan dengan ada nya selompret di Jawa pada jaman Hindu juga di bali dan di tanah Batak, alat itu diterima oleh beberapa suku bangsa Non-muslim di Nusantara.

Instrumen itu berbentuk kerucut dari bahan kayu jati dengan enam lubang berderet di depan dan satu lubang di belakang. Sebuah gelang kecil yang terbuat dari kuningan (Konengan : Madura). Mengaitkan bagian bawah dengan bagian atas yang terbuat dari baja tahan karat (pesse pote).ujung nya (rakara) terbuat dari kayu siwalandan menjepit lidah ganda nya (pepet) dari sepat atau dari daun pohon siwalan (tarebung) pada pangkal di tambah sebuah sayap yang terbuat dari tempurung kelapa (petok) yang tampak sepeti pemain pada pemain yang sedang meniupnya.

Di Madura orkes saronen di kaitkan dengan sapi ( pada waktu karapan sapi atau pada pertandingan kecantikan sapi betina)dengan kuda (untuk upacara ritual di makam keramat atau untuk pesta perkawinan),dengan beberapa acara ritual tertentu (klono').

C. Tari Rondhing Tarian Prajurit Khas Madura

1. Tari RondhingTari Rondhing adalah suatu bentuk drama

tari komedi tradisional, yang menggambarkan tentang kegiatan baris - berbaris pada jaman penjajahan.Karenanya, seni tari asli Pamekasan, Madura, Jawa Timur ini, disebut juga tari baris. Ada pula yang menyebutnya tari kenca’ atau hentak, karena gerak tariannya dominan berupa gerak kaki yang dihentak-hentakkan ke lantai.

Tarian Rondhing dipentaskan oleh enam orang penari. Biasanya, tarian ini ditampilkan pada saat acara penyambutan tamu penting. Tarian yang dulunya diperankan oleh penari pria ini, sering juga ditampilkan dalam pembukaan acara pelantikan kepenguruan organisasi social dan organisasi masyarakat.

Seperti yang ditampilkan saat acara pelantikan pengurus Gabungan Petani Garam Rakyat (Gaspegar) Pamekasan ini. Dengan iringan musik tradisional Ul-daul milik Sanggar seni Mella’ Ate, yang artinya Hati Yang Terbuka, penari Rondhing memeriahkan ruang utama Pendopo Ronggosukowati Pamekasan.

Suara alat musik Ul-daul yang didominasi suara seruling khas Madura yang disebut Saronen ini, tampak menggema ke seluruh sudut pendopo. Enam

Page 40: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

penari yang seluruhnya gadis remaja ini, tampak lincah dan tegap. Kaki-kaki mereka terus menghentak-hentak lantai marmer pendopo.

Karena dulunya diperankan oleh kaum pria, ke-6 penari Rondhing ini berpenampilan layaknya lelaki sejati. Mereka mengenakan penutup kepala yang oleh orang Madura dinamakan Odheng. Mereka tak mengenakan kain panjang, melainkan celana khas Madura yang disebut Pesak warna hitam legam.

Baju lengan panjang yang dililit selempang, dibalut rompi tampak gagah. Kedua kakinya mengenakan kaos kaki putih. Dan, kaki kanan penari berhias geleng sokoh atau gelang kaki khas Madura. Saat penari menghentakkan kakinya, suara gemerincing terpancar dari geleng sokoh ini.

Penari Rondhing makin bersemangat, saat peniup seruling Saronen meliuk-liuk ditimpa suara kenong dan gendang.

Pemilik Sanggar Mella’ Ate, Suwarno, mengatakan, tari Rondhing harus dimainkan dengan gerakan dinamis. Disini ak ada sabetan selendang gemulai. Yang ada malah gerakan tegas seperti langkah prajurit jaman dulu.

Suwarno mengaku sulit mencari dan melatih penari pria. Sebab, para cowok remaja sepertinya tidak lagi melirik seni budaya adilihung warisan leluhur Madura. Karena adanya penari perempuan, maka Suwarno tetap melatihnya. Meski agak sulit mengubah gerakan gemulai wanita menjadi gerakan tegas nan gagah.

2. Tari Karapan Sapi

Tari ini merupakan pembukaan sebelum dimulai lomba karapan sapi. Tari dimulai dengan gerakan seperti memohon doa kepada Yang Maha Esa. Selanjutnya dengan menggunakan “pecut” yang dibawa, penari menghentak-hentakkannya ke tanah.

D. Karapan Sapi, Tradisi Madura Asli

Karapan sapi, saat mendengar kata-kata itu pasti yang terlintas dalam pikiran kita adalah Pulau Madura. Memang Karapan Sapi adalah tradisi yang sangat lekat dengan Madura. Inilah kekayaan dan keunikan budaya yang hanya terdapat di Madura. Anda tidak akan dapat menemukan tradisi Karapan Sapi di manapun selain di Madura. Madura memang kaya akan budaya dan tradisi serta kearifan lokal. Karapan sapi adalah aset bangsa yang harus dijaga kelestariannya di Bumi Pertiwi.

Sebelum membahas lebih jauh tentang tradisi dan kebudayaan daerah khas madura, alangkah lebih baiknya jika kita terlebih dahulu mengetahui bagaimana kehidupan sehari-hari, watak serta perilaku masyarakat Madura. Madura oleh suku

bangsa lain dikenal sebagai suku bangsa yang berwatak keras, kasar, panas dan sebagainya. Sebenarnya Madura tidaklah demikian. Marilah kita meluruskan persepsi tersebut. Madura memiliki adat budaya yang kental dengan nuansa keagamaan dan memiliki tata krama yang tinggi. Ada banyak sekali pondok pesantren ternama dan ada banyak sekali tokoh negeri yang lahir di Madura. Suku Madura juga dikenal sebagai pekerja keras yang pantang menyerah. Nilai-nilai luhur dan nilai-nilai budaya dijaga dengan kuat oleh masyarakat Madura. Jika Anda bersikap sopan, Anda tidak akan diperlakukan kasar bahkan justru sebaliknya Anda akan diperlakukan bagai raja. Bagi masyarakat madura "Tamu

Page 41: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

adalah Raja". Silakan berkunjung ke Madura dan buktikan sendiri bahwa masyarakat Madura adalah Masyarakat yang ramah.

Madura kaya akan budaya daerah dan memiliki prinsip yang kuat untuk mempertahankan dan menjaganya. Salah satu budaya yang paling terkenal adalah Karapan Sapi. Karapan Sapi adalah perlombaan adu cepat di lintasan lurus dengan menggunakan sapi sebagai objek utamanya. seperti layaknya

balapan motoGP, Karapan Sapi memiliki tim khusus yang mempunyai tugas masing-masing untuk mempersiapkan sapi agar beraksi dengan performa terbaik. Jauh sebelum perlombaan, Sapi-sapi tersebut diperlakukan secara istimewa, diberi asupan makanan yang pas, diberi jamu dan telur ayam kampung secara rutin, bahkan dipijat secara rutin. Memang butuh biaya yang besar untuk merawat

sapi karapan tersebut, bahkan ada yang mengatakan bahwa memelihara sapi kerap lebih banyak membutuhkan biaya daripada memiliki mobil Sedan. Hal tersebut mungkin saja benar mengingat bagaimana tingkat perhatian dan perlakuan khusus terhadap sapi sapi kerap.

Dalam Karapan Sapi, sapi yang dilombakan tidak hanya satu namun sepasang sapi. Lalu bagaimana caranya agar kedua sapi tersebut dapat disatukan saat lomba? ada kayu khusus yang digunakan untuk menyatukan kedua sapi kerap tersebut. Nama kayu itu adalah "Kaleles" yang berguna untuk mengikat antar sapi kanan dan sapi. Selain itu Kaleles berguna sebagai tempat untuk mengendarai dan mengendalikan kedua sapi kerap. sapi-sapi tersebut adalah sapi asli Madura yang memang memiliki bentuk yang khas dan pas untuk dilombakan. konon katanya sapi madura memang hewan ternak asli Madura yang digunakan untuk membantu petani bercocok tanam serta mengolah sawah dan ladang. Karapan sendiri berasal dari bahasa Madura yaitu kata "Kerrap" yang berarti berpacu atau berlomba menjadi yang tercepat dan terbaik. Inilah filosofi hidup yang melambangkan bahwa masyarakat madura adalah pekerja keras yang mudah menyerah serta berlomba lomba untuk menjadi yang terbaik.

Sebelum perlombaan Karapan sapi dimulai, Anda akan disuguhi berbagai macam seni budaya khas Madura yang memang dipersiapkan untuk menghibur penonton. pertunjukan seni budaya tersebut antara lain tarian khas Madura yang diiringi dengan musik tradisional Madura yang disebut dengan saronen. Saronen adalah musik gamelan namun tidak seperti gamelan di Jawa pada umumnya, gamelan yang disebut saronen ini sangat berirama khas Madura. Sapi sapi kerap

akan dibawa berjalan menjelajahi arena pertandingan sebelum bertanding dengan diiringi musik Saronen dan tarian khas Madura. Grup Saronen disewa oleh pemilik sapi kerap untuk menambah semangat tim Karapan Sapi. Jadi jelas tidak hanya ada satu atau dua grup kesenian saja. Bisakah Anda membayangkan lapangan stadion yang dipenuhi budaya daerah? Anda akan menemukannya pada pertandingan Karapan Sapi di Madura.

Pada saat perlombaan, aktor yang bertugas mengendarai Kaleles disebut Joki, tugasnya adalah mengendalikan kecepatan dan arah sapi. Tidaklah mudah

Page 42: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

mengendalikan dua ekor sapi yang melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi.  Butuh nyali yang besar dan keahlian khusus untuk dapat menjalankan aksi sebagai Joki yang handal. Anggota tim yang lain bekerja sesuai dengan pembagian kerjanya masing-masing. Ada yang bertugas menahan tali kekang sapi, menangkap sapi, bahkan ada yang berteriak-teriak layaknya supporter untuk menyemangati sapi kerap. Disinilah kekompakan tim sangat mutlak diperlukan agar sapi kerap dapat keluar sebagai juara.

Menonton Karapan Sapi adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Madura. Suasana seru dan menegangkan akan Anda rasakan saat melihat perlombaan Karapan Sapi. Jika Anda hanya melihat dari layar TV atau dari Youtube dan semacamnya pasti tidak akan merasakan kesan seru dan suasana menegangkan seperti halnya melihat Karapan Sapi secara langsung. Setiap tahunnya banyak turis berkunjung ke Madura untuk melihat secara langsung jalannya perlombaan Karapan Sapi. Tak hanya turis lokal saja yang datang berkunjung tetapi juga banyak sekali turis manca negara yang hadir mewarnai arena perlombaan Karapan Sapi. Karapan Sapi jauh lebih seru dan jauh lebih menegangkan daripada budaya adu banteng dan Matador dari Spanyol.

Karapan sapi biasanya diadakan setiap tahun di Madura sebagai ungkapan rasa gembira masyarakat Madura saat menjelang musim panen tembakau. Masing-masing kabupaten akan menggelar perlombaan Karapan Sapi lalu kemudian partai final biasanya diselenggarakan di kabupaten Pamekasan. Oleh masyarakat Pamekasan, partai final ini disebut dengan istilah "Gubeng". Penonton akan berdatangan dari berbagai daerah untuk menjadi menyaksikan ajang Karapan Sapi dengan wajah antusias. Semoga dengan artikel ini Anda dapat tertarik untuk mengunjungi Madura dan menyaksikan secara langsung ajang Karapan Sapi.

E. Batik Khas Madura

Batik Khas Madura dari Tanjung Bumi merupakan pesona batik nusantara dari Pulau Madura yang telah menjadi khas orang indonesia dan telah menjadi kebiasaan umum untuk digunakan dalam perayaan tertentu ataupun hanya sekedar untuk pakaian sehari-hari. Batik indonesia telah diakui sebagai salah satu pakaian budaya indonesia oleh UNESCO dan ditetapkan tanggal 2 Oktober sebagai hari Batik Nasional

Batik Tanjung Bumi Madura merupakan salah satu dari sekian produk batik dari berbagai produsen batik di seluruh negeri yang notabene mempunyai motif tersendiri dalam hal pengemasan batik yang diimplementasikan ke dalam selembar kain untuk selanjutnya di motif sesuai dengan apa yang telah ada sebelumnya. Batik dengan ciri tertentu inilah yang menjadi sumber kekayaan berbagai macam model cara pembuatan batik di Indonesia.

Batik Khas Madura sebagaimana batik pada umumnya membutuhkan kehalusan, keuletan, kesabaran, ketelatenan tingkat tinggi agar tercipta kain batik yang benar-benar berkualitas. Belajar cara membuat batik-pun membutuhkan waktu yang tidak sedikit bahkan mungkin membutuhkan waktu sekitar 1 tahun agar benar-benar tau bagaimana proses membatik yang benar dengan tidak meninggalkan motif yang telah menjadi turun temurun dikalangan para pembatik. Batik Madura lebih terkenal di daerah Tanjung Bumi sebagai salah satu pembuat bahkan produsen batik di Madura yang motifnya bagus dan sering dipakai oleh para pejabat ketika menghadiri acara penting sebagai salah satu pakaian santai ataupun resmi.

Batik Madura yang terletak di Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan ini mempunyai beberapa keunikan dibanding dari daerah lainnya di

Page 43: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Indonesia, salah satu motif yang sering digunakan adalah motif burung, kupu-kupu, kapal, perahu, udang dan lain sebagainya dan jika ditotal maka keseluruhan motif Batik Tanjung Bumi ini mencapai sekitar 100 Motif.

Harga dari Batik Pulau Madura ini bermacam-macam mulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal yaitu sekitar 1 juta keatas. Mungkin alasan salah satunya karna kualitas dari kain batik itu sendiri dan lamanya dalam hal membatik serta motifnya yang sulit. Batik tulis Tanjung Bumi jauh lebih mahal dibanding batik dengan memakai Tehnik Cetak dikarenakan dengan memakai Tehnik mencetak lebih mudah dan lebih cepat pembuatannya daripada dengan Batik

dengan tangan untuk menulis di atas selembar kain.Kain Batik yang telah di tulis tak lantas di pasarkan atau langsung dipakai,

batik tersebut di cuci agar lilin yang melekat dalam tulisan tadi berkurang dan tidak meninggalkan sisa jika dipakai oleh pengguna batik. Lilin dalam hal ini memang merupakan salah satu bahan dasar dalam hal membatik dan itu salah satu sebab kenapa tiap kali membatik, seseorang harus segera merendamnya kembali ke tungku tinta batik agar tidak mengeras sehingga dapat menyulitkan dalam hal proses penulisan pada media kain batik. Tinta batik yang dipakai dalam keadaan panas, terlebih dahulu di tiup agar sedikit mengurangi panas yang dapat menyebabkan kain menjadi melepuh jika dipaksakan dalam keadaan suhu tinggi.

F. Senjata Khas Suku MaduraClurit

Clurit adalah alat pertanian yang berfungsi sebagai alat potong yang berbentuk melengkung menyerupai bulan sabit. Meskipun memiliki bentuk yang sama dengan arit / sabit, Clurit lebih mengacu pada senjata tajam sedangkan Arit atau Sabit cenderung bersifat sebagai alat pertanian.

Clurit merupakan senjata khas dari suku Madura Provinsi Jawa Timur digunakan sebagai senjata carok. Legenda senjata ini adalah senjata yang biasa digunakan oleh tokoh yang bernama Sakera yang kontra dengan dengan penjajah Belanda. Kini senjata clurit sering digunakan masyarakat Madura untuk carok. Sebelum digunakan clurit diisi dulu dengan asma’ / khodam dengan cara melafalkan do’a-do’a sebelum melakukan carok.

Carok dan celurit tak bisa dipisahkan. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri ( kehormatan ). Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat. Bahwa kalau ada persoalan, perselingkuhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu menggunakan kebijakan dengan jalan carok. Alasannya adalah demi menjunjung harga diri. Istilahnya, daripada putih mata lebih baik putih tulang. Artinya, lebih baik mati berkalang tanah daripada menanggung malu.

2.2.11 Makanan Khas Madura

Page 44: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

1. RengginangRengginang adalah sejenis kerupuk tebal

yang terbuat dari nasi atau beras ketan yang dikeringkan dengan cara dijemur di bawah panas matahari lalu digoreng panas dalam minyak goreng dalam jumlah yang banyak. Agak berbeda dari jenis kerupuk lain yang umumnya terbuat dari adonan bahan yang dihaluskan seperti tepung tapioka atau tumbukan biji melinjo, rengginang tidak dihancurkan sehingga bentuk butiran nasi atau ketannya masih tampak. Seringkali

rengginang dibuat dari nasi sisa yang tak termakan, lalu dijemur dan dikeringkan untuk kemudian digoreng dan dijadikan rengginang.

Di Jawa Tengah juga dikenal penganan yang sama yang disebut intip, yakni kerak nasi sisa menanak yang melekat pada dandang yang kemudian dikeringkan dan digoreng. Perbedaan antara intip dan rengginang hanyakah ukurannya. Intip berukuran lebih besar daripada rengginang karena dicetak dari dandang atau periuk penanak nasi.

Rengginang dapat digoreng tanpa diberi bumbu maupun rasa, asin atau manis. Ada jenis rengginang yang diberi rasa dengan udang, terasi, atau kerang lorjuk (kerang bambu).

2. Soto MaduraSoto Madura adalah jenis soto yang

berasal dari daerah Madura, Jawa Timur berbahan dasar daging sapi, telur rebus, kentang goreng dan tauge, dengan bumbu ketumbar, bawang merah dan bawang putih, jahe, kunir, laos, Kemiri, jeruk purut, dan garam secukupnya.

Cara membuatnya adalah dengan merebus daging sapi dengan air secukupnya sampai matang(sisihkan).Masukkan bumbu yg telah dihaluskan bersama serei kedalam kaldu daging, dimasak hingga kuah mendidih.Kuahnya ditaburi daun bawang, daun seledri dan bawang goreng campur sedikit bawang putih.dihidangkan bersama-sama sambal soto dan irisan jeruk nipis.

Variasi

1. Soto Sumenep: Soto ini disajikan dan dimakan dengan singkong, tauge goreng, bihun, bawang daun, bawang goreng, lontong, daging sapi atau usus sapi. Yang membedakan dengan Soto Pamekasan & Soto Bangkalan adalah bumbu kacangnya yang terdiri dari kacang, petis dan pisang muda yang diulek halus.

2. Soto Pamekasan: terdiri dari kentang rebus, perkedel kentang, tauge, daging sapi atau daging ayam, soun, lontong, dan disiram dengan kaldu bening dengan bumbu merica dan bawang putih. Disajikan dengan bawang goreng, daun seledri, rempeyek dan bakwan jagung.

3. Soto Bangkalan: memakai tauge dan soun dengan daging sapi, ayam atau jeroan. Disajikan dengan ditaburi kentang goreng dan kuah kuning berbumbu kunyit dan jahe.

2.2.12 Khas medura

Page 45: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Jembatan Nasional Suramadu Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).

Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009[2]. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah.

Pembuatan jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya. Sementara itu, secara bersamaan juga dilakukan pembangunan bentang tengah yang terdiri dari main bridge dan approach bridge.

KonstruksiJembatan Suramadu pada dasarnya merupakan

gabungan dari tiga jenis jembatan dengan panjang keseluruhan sepanjang 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan.

Jalan layangJalan layang atau Causeway dibangun untuk menghubungkan konstruksi

jembatan dengan jalan darat melalui perairan dangkal di kedua sisi. Jalan layang ini terdiri dari 36 bentang sepanjang 1.458 meter pada sisi Surabaya dan 45 bentang sepanjang 1.818 meter pada sisi Madura. Jalan layang ini menggunakan konstruksi penyangga PCI dengan panjang 40 meter tiap bentang yang disangga pondasi pipa baja berdiameter 60 cm.Jembatan penghubung

Jembatan penghubung atau approach bridge menghubungkan jembatan utama dengan jalan layang. Jembatan terdiri dari dua bagian dengan panjang masing-masing 672 meter.

Jembatan ini menggunakan konstruksi penyangga beton kotak sepanjang 80 meter tiap bentang dengan 7 bentang tiap sisi yang ditopang pondasi penopang berdiameter 180 cm.Jembatan utama

Page 46: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Jembatan utama atau main bridge terdiri dari tiga bagian yaitu dua bentang samping sepanjang 192 meter dan satu bentang utama sepanjang 434 meter.

Jembatan utama menggunakan konstruksi cable stayed yang ditopang oleh menara kembar setinggi 140 meter. Lantai jembatan menggunakan konstruksi komposit setebal 2,4 meter. Untuk mengakomodasi pelayaran kapal laut yang melintasi Selat Madura, jembatan ini memberikan ruang bebas setinggi 35 meter dari permukaan laut. Pada bagian inilah yang menyebabkan pembangunannya menjadi sulit dan terhambat, dan juga menyebabkan biaya pembangunannya membengkak.

2.2.13 Rumah adat TANEAN LANJENG, RUMAH ADAT MASYARAKAT MADURA

Masyarakat Madura di kenal sebagai masyarakat yang memnjungjung tinggi tali kekerabatan. Simbol-simbol yang mendukung hal ini, bisa di lihat dari rumah adat yang sebagian besar masih terpelihara dengan rapi di berbagai pelosok di Madura, seperti yang terdapat di desa pamaroh kecamatan kadur pamekasan Madura.

Halaman panjang atau yang terkenal dengan sebutan Tanian Lanjang adalah bukti kekerabatan masyarakat Madura. Tanian Lanjeng terbentuk karena sejumlah rumah di tata berjejeran dengan rumah induk yang berada di tengah-tengah.

Rumah induk ini biasanya, di tandai dengan jengger ayam di atapnya. Rumah induk, ditempati orang tertua pada keluarga tersebut. Orang tertua ini kemudian di sebut kepala somah. Ibarat raja kecil, kepala somahlah yang menguasai semua kebijakan keluarga, terutama menyangkut masalah perkawinan. Rumah adat Madura, hanya memiliki satu pintu di depan. Hal ini dimaksudkan, agar pemilik rumah, dapat mengontrol aktifitas keluar masuk keluarga. Pintu ini dihiasi ukiran-ukiran asli Madura, dengan warna hijau dan merah, lambang kesetiaan dan perjuangan.

Sebuah lukisan bunga, juga tampak menghiasi dinding depan rumah. Lukisan ini, menggambarkan keharmonisan keluarga, sebuah impian rumah masa depan yang bahagia.

Di samping kanan dan kiri rumah induk, di bangun rumah untuk anak-anaknya. Anak tertua, menempati rumah sebelah kanan. Sedangkan yantg lain, menempati rumah sebelah kiri. Biasanya, rumah induk, di tandai dengan hiasan 2 cengger ayam yang ada di atas atap, dengan posisi berhadapan, mirip batu nisan sebuah makam. Hiasan ini mengingatkan penghuni rumah pada kematian, yang pasti di jalani oleh setiap mahluk hidup. Di bagian dalam rumah, berdiri 4 buah pilar penyanggah yang tampak kokoh. Pilar-pilar ini, terhubung satu dengan lainnya, sehingga membentuk sebuah bujur sangkar. Pilar-pilar ini, kemudian di sebut dengan pilar pasarean.

Sejumlah perabotan keluarga, juga masih tampak terpelihara di bagian dalam rumah ini. Di antaranya, sebuah bayang besar, terbuat dari kayu jati dengan ujung sebelah kiri lebih tinggi, yang berfungsi mengganjal kepala, agar bisa ber-isitirhat, melepas kepenatan tubuh.

Page 47: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

Tampak pula sebuah tombak tradisional Madura yang masih terpelihara dengan baik. Tombak ini merupakan senjata tradisionil Madura, dalam mempertahankan ke utuhan keluarga.

Setiap rumah data, di lengkapi dengan sebuah surau. Surau ini, disamping berfungsi sebgai tempat sholat, juga menjadi tempat bagi Kepala Somah, untuk memantau orang-orang yang keluar masuk halamannya. Orang Madura menyebut surau ini dengan langgar. Atap surau adat, menggunakan daun ilalang yang membentang memayungi penghuninya dari air hujan dan sengatan matahari.

BAB IIIMASALAH

3.1 Permasalahan

Pada bab ini yang kita bahas adalah perbedaan-perbedaan antara Suku Betawi dan Suku Madura. Akan tetapi, tidak semua perbedaan akan kita bahas. Karena pada dasarnya hampir keseluruhan adat istiadat Suku Betawi dan Suku Madura ini memang berbeda, karena itulah yang akan kita bahas hanya yang penting dan mencolok perbedaannya.

Sebenarnya, perbedaan kebudayaan antara Suku Betawi dan Suku Madura ini sangat jelas terlihat. Mungkin ini semua dikarenakan jarak yang sangat jauh di antara kedua suku ini, sehingga kesamaan budaya antara keduanya sangat kecil kemungkinannya. Perbedaan antara Suku Betawi dan Suku Madura sudah terlihat jelas mulai dari etimologi, bahasa, kebiasaan, dan pernikahan juga dari adat-istiadatnya.Seperti :

Suku Madura dalam segi karakter sosial nya.Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura,

mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.

Sedangkan dengan Suku Betawi.Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin

dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini

Page 48: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.Suku Madura dalam segi bahasanya

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura.

Sedangkan dengan Suku Betawi Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.3.2 Penyelesaian

Page 49: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Daftar pustaka

1. Castles, Lance The Ethnic Profile of Jakarta, Indonesia vol.I, Ithaca: Cornell University April 1967

2. Guinness, Patrick The attitudes and values of Betawi Fringe Dwellers in Djakarta, Berita Antropologi 8 (September), 1972, pp. 78–159

3. Knoerr, Jacqueline Im Spannungsfeld von Traditionalität und Modernität: Die Orang Betawi und Betawi-ness in Jakarta, Zeitschrift für Ethnologie 128 (2), 2002, pp. 203–221

4. Knoerr, Jacqueline Kreolität und postkoloniale Gesellschaft. Integration und Differenzierung in Jakarta, Frankfurt & New York: Campus Verlag, 2007

5. Saidi, Ridwan. Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya6. Shahab, Yasmine (ed.), Betawi dalam Perspektif Kontemporer: Perkembangan,

Potensi, dan Tantangannya, Jakarta: LKB, 19977. Wijaya, Hussein (ed.), Seni Budaya Betawi. Pralokarya Penggalian Dan

Pengem¬bangannya, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1976

Page 50: Suku Betawi Dan Medura (Autosaved)