substance abuse pada lansia
DESCRIPTION
SUBSTANCE ABUSE PADA LANSIATRANSCRIPT
Davies, Teifion. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta : EGC
ADIKSI DAN KETERGANTUNGAN OBAT TERLARANG
MENGAPA MENYALAHGUNAKAN OBAT ?
Determinan apa yang menyebabkan penggunaan obat terus berlanjut dan menjadi masalah :
1. Faktor sosial-budaya seperti harga dan ketersediaan obat.
2. Kontrol dan sanksi pengunaan obat –obat tersebut.
3. Usia (usia remaja hingga usia 20 tahunan memiloki resiko tertinggi) dan jenis kelamin
(laki-laki).
4. Kelompok sebaya yang menggunakan obat.
Faktor kepribadian menentukan bagaimana seseorang berhadapan saat mengalami adiksi dan
bagaimana mekanismenya untuk mencari bantuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan obat yaitu :
1. Obat
a. Harga
b. Ketersediaan
c. Sanksi
d. Kontrol
e. Kemampuan obat untuk menimbulkan : ketergantungan, toleransi, dan euforia.
2. Individu
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kelompok sebaya
3. Lingkungan
a. Deprivasi
b. Pengangguran
c. Kemiskinan
OBAT YANG SERING DISALAHGUNAKAN
Obat-obat yang sering disalahgunakan cenderung menimbulkan ketergantungan dan euforia.
1. BENZODIAZEPINE
Golongan ini merupakan obat yang paling banyak disalahgunakan. Obat yang paling sering
disalahgunakan, temazepam dan diazepam, biasanya berasal dari peresepan yang legal atau
pencurian dari farmasi. Obat-obat ini dapat digunakan sebagai obat pilihan tunggal, sebagai
suplementasi opioid, atau sebagai harapan terakhir bila suplai opioid tidak ada. Toleransi
terhadap benzodiazepine dapat terjadi, pada peningkatan dosis harian diazepam hingga 50-
100mg. Injeksi gel yang kental dari dalam kapsul temazepam secara intravena dapat
menimbulkan kerusakan emboli katastropik pada tungkai dan jari-jari. Temazepam saat ini
adalah obat yang dikontrol.
Sindrom putus obat terjadi hanya dalam waktu 3 minggu setelah pemakaian secara terus-
menerus, dan terjadi pada sepertiga pengguna jangka panjang. Sindrom ini biasanya terjadi
dari peningkatan ansietas dan ganguan persepsi, terutama peningkatan sensitivitas terhadap
cahaya dan suara, kadang-kadang terjadi karena halusinansi dan kebingungan. Sesuai dengan
waktu paruh obat, gejala muncul 1-5 hari setelah dosis terakhir, memuncak dalam waktu 10
hari, dan berkurang setelah 1-6 minggu.
2. OPIOID
Opioid menimbulkan perasaan sangat gembira tetapi sementara. Gejala putus obat dimulai
beberapa jam setelah dosis terakhir, memuncak setelah 2 atau 3 hari, dan berkurang setelah 1
minggu. Herion (diamorfin) tersedia dalam bentuk bubuk, biasanya dicampur (“cut”) dengan
zat lain seperti kapur atau bubuk laktosa. Sediaan tersebur=t dapat dihisap (“disedot”,
dimakan, dibakar “chasing the dragon ”, disuntikkan secara subkutan “skin popping”, atau
disuntikkan secara intravena “mainlinning”). Jika sediaan dalam bentuk tablet, dapat
dihancurkan kemudian dihancurkan.
3. AMFETAMIN
Amfetamin menimbulkan rangsangan berlebihan secara menyeluruh disertai hiperaktivitas,
takikardia, dilatasi pupil, tremor halus. Efek-efek tersebut berlangsung 3-4 jam, setala itu
pengguna menjadi lelah, cemas, mudah marah, dan gelisah. Penggunaan dosis tinggi dan
kronik dapat menyebabkan psikosis disertai waham, paraniod, halusinasi, overaktivitas.
Ketergantungan fisik dapat terjadi dan penghentian obta dalam jangka panjang dapat
menimbulkan depresi yang berat dan kelelahan (lassitude).amfetamin dapat digunakan
melalui mulut, dihisap, atau melalui injeksi intravena.
4. KOKAIN
Sediaan kokain dapat dimakan (pasta dan daun koka), disuntikkan secara terpisah bersama
denga herion (“speedballing”), dihirup (“snow”), atau dihisap seperti (“crack”). Crack adalah
bentuk dasar dari kokaindan dihisap karena kecepatan dan intensitas efek psikoaktifnya. Efek
stimulan (“rusk”) terjadi dalam beberapa detik setelah menghisap crack, mencapai maksimal
dalam 1 -5 menit, dan menhgilang setelah sekitar 15 menit.
Kokainyang dapat dihisap menimbulakan ketergantungan fisik serta ketagihan. Keadaan putus
obat ditandai dengan depresi dan lateragi serta diikuti dengan peningkatan ketagihan, yang
dapat berlangsung hingga mencapai 3 bulan. Overdosis melalui rute apapun dapat
menyebabkan kematian akibat infark miokardium, hipertermia, atau aritmia ventrikular.
5. EKSTASI (3,4-METILENDIOKSIMETAMFETAMIN, MDMA)
Ekstasi (dikenal sebagai “E”) merupakan obat yang semakin popular, terutama pada “pemadat
(rute)”, yang memiliki sifat halusinogenik dan menimbulkan euforia serta meningkatkan
energi. Penggunaan secara terus menerus dan dalam jumlah besar dengan peningkatan
aktivitas fisik dapat menyebabkan kematian akibat hipertermia dan dehidrasi.
SINDROM KETERGANTUNGAN
Sindrom ketergantungan merupakan sekumpulan gejala, tidak semua harus ada untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran utama adalah keharusan menggunakan obat, sehingga
prioritasnya berubah hanya demi mendapatkan obat (prilaku mencari obat). Gambaran lainnya
adalah toleransi (membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk ,endapatkan efek yang
diinginkan), putus obat (baik gejala fisik dan psikologis saat penggunaan dihentikan), serta
penggunaan obat untuk mengobati atau mengindari gejala putus obat. Peningkatan fokus
orang yang mengalami adiksinuntuk terus mencari obat (drug-seeking behaviour)
menyebabkan kehilangan minat yang progresif terhadap hal lain, mengabaikan perwatan diri
sendiri dan hubungan sosial, serta tidak mempertimbangkan konsekuensi yang berbahaya.
Sindrom putus heroin
1. Insomnia
2. Kram dan nyeri otot
3. Peningkatan salivasi, sekresi nasal, dan sekresi lakrimalis
4. Anoreksia, nausea, vomiting, dan diare
5. Dilatasi pupil
6. Menguap
KOMPLIKASI MEDIS PENYALAHGUNAAN OBAT
Komplikasi dapat timbul sesuai dengan obat yang digunakan (seperti konstipasi), rute
penggunaan obat (misalnya trombosis vena dalam), serta gaya hidup terkait kebiasaan
mengkonsumsi (misalnya kejahatan). Komplikasi biasanya terjadi akibat penyuntikan obat,
penggunaan jarum kotor dan non steril beresiko menimbulkan selulitis, endokarditis, dan
septikemia, serta penggunaan jarum suntik secara bersamaan dapat menularkan HIV, hepatitis
B, dan hepatitis C, serta teknik yang tidak benar dapat menimbulkan trombosis vena atau
punksi arteri secara tidak sengaja.
Bahaya mayor penyalahgunaan secara intravena adalah overdosis, yang dapat disengaja
maupun tidak disengaja. Kematian akibat overdosis opioid intravena dapat terjadi secara
cepat. Overdosis opioid harus dicurigai pada pasien yang tidak sadar, terutama disertai oleh
pinpoint pupil dan depresi napas. Injeksi antagonis opioid naloxone dengan segera dapat
menyelematkan nyawa.
MANAJEMEN PRAKTIS
PRINSIP UMUM
Cegah penyalahgunaan obat dengan meresepkan secara cermat obat yang berpotensi
disalahgunaan seperti analgetik, hipnotik, dan tranquillisers.
Motivasi pasien untuk menjalani terapi.
Kurangi bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat.
Obat komplikasi fisik dan interaksi obat dengan obat-obatan yang diresepkan.
Tawarkan perawatan medis umum (seperti imunisasi hepatitis dan skrining serviks).
Rujuk ke pusat terapi spesialis (seperti Council for Involuntary Addiction atau Narcotics
Anonymous). Selain pelayanan di daerah, banyak lembaga sukarela lokal dan kelompok-
kelompok swadaya seperti Narcotics Anonymous dan Turning Point yang memberikan
saran serta dukungan untuk pasien dengan masalah obat. Sebagian besar lembaga sukarela
memilih berkontak langsung dengan pasien.
PENILAIAN SPESIFIK
Riwayat penggunaan obat yang lengkap harus meliputi zat yang dikonsumsi, durasi serta
frekuensi penggunaan, jumlah obat yang digunakan (tercatat kata demi kata), dan rute obat
yang dikonsumsi. Dapat pula ditanyakan biaya yang dikeluarkan setiap hari untuk
mengonfirmasi penggunaan-harga 1 g herion sekitar £80-£100, rata-rata pengguna memakai
herion hingga 1 g/hari.
Pada pengguna yang melalui suntikkan akan terlihat tanda bekas jarum, biasanya pada fossa
antecubiti, meskipun lokasi vena manapun dapat digunakan. Penyelidikan lebih lanjut
sebaiknya dilakukan melalui pemeriksaan skrining obat melalui urine (segar).
PUTUS OBAT NON OPIOID
Untuk memutuskan pasien dari obat golongan benzodiazepine, pertama tukar obat yang
disalahgunakan dengan diazepam dosis ekuivalen, diazepam memiliki waktu paruh yang
lebih panjang. Kurangi dosis diazepam 2 mg setiap 2 minggu selama dua hingga enam bulan.
Jangan gunakan obat lain untuk membantu putus obat tanpa indikasi khusus (seperti
antidepresan, buspirone, penyekat β, carbamazepine).