study literature

7

Click here to load reader

Upload: vickry-ahmad

Post on 19-Jan-2015

208 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Study literature

STUDY LITERATURE

1. BUSINESS CONTINUIY PLAN (BCP)

BCP merupakan salah satu proses yang dibentuk dari beberapa perencanaan yang

bertujuan untuk mengurangi munculnya ancaman serta kerugian yang akan berdampak buruk

pada proses bisnis perusahaan, sehingga dengan adanya BCP ini dapat menjamin seluruh

layanan operasional utama perusahaan dapat berjalan dengan baik BCP itu sendiri memang

dirancang kusus untuk melindungi seluruh proses bisnis utama pada perusahaan dari segala

bentuk ancaman, kerusakan, bahkan dari bencana yang terjadi secara alami atau buatan ( oleh

manusia) yang dapat menimbulkan banyak sekali kerugian bagi perusahaan. Tujuan lain

dibentuknya BCP adalah meminimalisir terjadinya resiko kerugian dan dapat meningkatkan

kemampuan perusahaan dalam proses pemulihan bencana.

Gambar 1. Life cyc;e BCP

Page 2: Study literature

2. DISASTER RECOVERY PLAN (DRP)

DRP merupakan salah satu prosedure yang digunakan pada saat proses BCP ( Business

Countinuity Plan) sedang berlangsung atau sedang di implementasikan, yang mana DRP ini

berisikan langkah-langkah penyelamatan dan pemulihan khususnya terhadap beberapa

fasilitas IT dan juga sistem informasi pada sebuah perusahaan ketika terjadi bencana. DRP itu

sendiri dapat di artikan juga sebagai alat atau media pengatur komperhensive yang beriskan

beberapa tindakan yang konsisten yang harus dikerjakan sebelum, selama, dan setelah adanya

kejadian bencana yang mengakibatkan sumber daya sistem informasi yang cukup penting bagi

perusahaan menjadi rusak atau bahkan hilang. DRP memiliki beberapa langkah-langkah

prosedural yang berfungsi untuk merespon kejadian yang pentng dan darurat (emergency),

menyediakan proses opersasi backup data cadangan ketika sistem mengalami down atau

terhenti dalam kurun waktu tertentu, dan juga memberikan pengelolaan terhadap proses

pemulihan (recovery) serta penyelamatan sehingga dapat meminimalisir kerugian baik

material maupun non material di perusahaan.

Gambar 2. Life cycle disaster recovery

Tujuan utama dibuatnya Disaster Recovery Plan adalah untuk mengurangi kebingungan

dan kekeliruan pada saat terjadinya bencana, meminimalisir terjadinya resiko organisasi

terhadap penundaan dalam penyediaan layanan dan juga dapat memberikan jaminan terhadap

kehandalan dari sistem organiasi pada saat menghadapi keadaan krisis. Adapun DRP meliputi

3 proses yaitu :

2.1 Proses Disaster Recovery Planning

Proses ini berupa pengembangan dan pembuatan rencana pemulihan. Perencanaan

pemulihan dibuat hanya untuk menghadapi bencana saja, yaitu dengan cara menentukan

beberapa strategi dan prosedur yang akan dilakukan jika terjadi bencana sewaktu-waktu.

Proses ini meliputi dua hal penting yaitu :

Page 3: Study literature

Perencanaan Keberlanjutan Pemrosesan Data

Proses ini berkaitan dengan perencanaan terhadap adanya bencana beserta

penanganannya.

Pemeliharaan Rencana Pemulihan Data

Proses ini berisikan tindakan apa yang harus dikerjakan untuk menjaga perencanaan

pemulihan data tetap terprebarui (update) dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

perusahaan.

2.2 Pengujian Disaster Recovery Plan

Tahap ini merupakan tahapan dimana seluruh hasil pengumpulan data mengenai

bencana yang terjadi akan benar-benar diuji dan disahkan. Pengujian ini harus

dilaksanakan sesuai dengan urutannya, mengikuti standar yang telah ditetapkan dan

disimulasikan terhadap kondisi realnya. Ada 5 bentuk pengujian disaster recovery plan

yang digunakan yaitu :

Check List Tes

Tes ini beriskan beberapa pernyataan terkait dengan bencana yang sedang terjadi di

perusahaan dan responden diharuskan memberikan pendapatnya untuk mecentang

beberapa jawaban dari pernyataan yang sudah disediakan. Contohnya : Setiap unit

manajemen akan mereview?, apakah perencanaan sesuai dengan prosedur dan critical

area dari organisasi?

Structured walk-through tes

Tes yang dilakukan melalui pertemuan antar perwakilan dari setiap unit manajemen

untuk membahas seluruh isi dari perencanaan. Tujuannya adalah untuk memastikan

bahwa perencanaan dibuat secara akurat dan dapat merefleksikan kemampuan

organisasi dalam memulihkan diri dari bencana secara sukses.

Simulation tes

Tes yang memastikan bahwa semua orang dibagian operasional harus memperhatikan

keadaan darurat (emergensi) apabila terjadi keadaan sesuai dengan kondisi

kenyataannya nanti. Simulasi tes ini bertujuan untuk melihat kesiapan semua personal

bila ada kejadian bencana.

Paralel tes

Simulasi tes yang dilakukan pada semua rencana pemulihan (recovery). Parallel

berarti proses pengujian berjalan secara paralel dengan proses sebenarnya. Tujuanya

adalah untuk memastikan bahwa sistem utama (critical) dari perusahaan dapat tetap

berjalan pada lokasi alternatif backup

Full intruption ( Pemutusan )

Tes ini memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi dikarenakan kejadian bencana

memiliki dampak yang cukup besar bagi perusahaan. Namun ini adalah cara terbaik

untuk menguji recovery plan, apakah dapat berjalan atau tidak.

2.3 Prosedur Pemulihan Bencana

Pada proses ini, perencanaan akan dilakukan secara detil dan menjelaskan seluruh

peranan dari setiap orang yang akan terlibat dalam proses implemantasi disaster recovery

plan. Ada dua tim yang akan berperan saat terjadi bencana yaitu :

Tim pemulihan

Tim pemulihan bertanggung jawab terhadap pemulihan fungsi bisnis kritis (utama),

tindakan yang dilakukan adalah memastikan penggunaan alternative operasi dan data

yang dapat berlangsung baik secara otomatis maupun manual.

Page 4: Study literature

Tim penyelamatan.

Tim penyelamat bertanggung jawab untuk membersihkan, mengurangi, memperbaiki,

dan menyelamatkan infrastruktur utama setelah terjadinya bencana. Hal itu sudah

temasuk juga dengan penyelamatan manusia. ( Rahman Samik-Ibrahim,2005)

3. ISO 22301

ISO 22301 merupakan salah satu standart sistem manajemen yang digunakan dalam

Business Continuity Management (BCM) di semua perusahaan dari semua ukuran dan

jenisnya. ISO 22301 memiliki 10 klausal atau ketentuan utama mulai dari istilah beserta

definisinya, ruang lingkup sampai dengan referensi normatif, yang mana klausa 4 sampai 10

merupkan klausa utama dari ISO22301. Berikut adalah 7 klausal utama tersebut :

3.1 KLAUSUL 4 ( CONTEXT OF THE ORGANIZATION )

Ketentuan yang melibatkan pengenalan perusahaan mulai dari kebutuhan internal

sampai dengan external, dan juga menetapkan beberapa batasan yang jelas terkait dengan

ruang lingkup dari sistem manajemen yang akan diterapkan. Secara lebih jelas dan

detailnya, perusahaan perlu memiliki pemahaman terhadap persyaratan dari beberapa

pihak yang memiliki kepentingan yang relevan seperti pelanggan, supplier, sponsor dan

juga pegawai. Dan juga perlunya pemahaman atas persyaratan hukum dan peraturan

yang berlaku pada saat itu.

Gambar 3. Relevansi Business Continuity Objective

3.2 KLAUSUL 5 ( LEADERSHIP )

Pada ISO 22301 memberikan penjelasan mengenai penenkanan secara khusus

terhadap kebutuhan kepemimpinan yang tepat untuk keberlangsungan BCM.

Dikarenakan hal tersebut dimaksudkan dengan tujuan agar pihak top manajemen

menjamin ketersediaannya sumber daya yang tepat, dan membuat ketetapan terhadap

kebijakan tersebut, sehingga dapat dilakukan penunjukan orang-orang yang tepat dalam

menerapkan serta memelihara Business Continuity Management system di perusahaan.

Page 5: Study literature

3.3 KLAUSUL 6 ( PLANNING )

Ketentuan ini berisikan tentang kewajiban bagi perusahaan untuk mengidentifikasi

seluruh resiko yang ada terhadap pelaksanaan sistem manajemen serta menetapkan

beberapa tujuan yang jelas dan juga kriteria yang dapat digunakan dalam melakukan

pengukuran atas keberhasilan dari sistem manajemen.

3.4 KLAUSUL 7 ( SUPPORT )

Pada ketetapan ini mulai memperkenalkan tentang pentingnya konsep kompetensi,

karena implementasi membutuhkan sebuah sumber daya untuk dapat berjalan. Sehingga

tujuan konsep tersebut adalah untuk keberhasilan dan keberlangsungan dari bisnis, dan

juga setiap orang mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang tepat

dan cukup untuk dapat berkontribusi dalam BCMS ketika terjadi insiden.

3.5 KLAUSUL 8 ( OPERATION )

Ketetapan ini berisi tentang bagian utama keahlian yang spesifik dari

keberlangsungan bisnis. Setiap perusahaan diharuskan melakukan sebuah analisa

terhadap dampak bisnis dengan tujuan untuk memahami bagaimana usaha bisnisnya

dapat dipengaruhi oleh beberapa gangguan dan bagaimana hal tersebut dapat berubah

dari waktu ke waktu. Dan juga perusahaan membutuhkan sebuah proses Risk

Assessment, Business Continuity Strategy, Business Continuity Procedures, dan

Exercising & Testing dalam menjamin keberlangsungan proses bisnisnya.

Gambar 4. Irisan antara BCA dengan Risk Assessment

Page 6: Study literature

3.6 KLAUSUL 9 ( PERFORMANCE EVALUATION )

Setiap sistem manajemen pasti melakukan proses evaluasi atas kinerja dari setiap

perencanaan yang sudah dibentuk sebelumnya, karena dengan adanya proses evaluasi

tersebut perusahaan dapat mengukur diri yang disesuaikan dengan matrik kinerja. Audit

internal harus tetap dilakukan dan adanya persyaratan bagi manajemen untuk melakukan

peninjauan terhadap BCMS dan melakukan tindakan yang sesuai atas hasil tinjauan

tersebut.

Gambar 5. Tipe Evaluasi

Page 7: Study literature

3.7 KLAUSUL 10 ( IMPROVENET )

Pada ketetapan ini lebih mengarah kepada pendefinisian tindakan terkait apa yang

harus di ambil untuk meningkatkan kinerja dari BCMS dari waktu ke waktu sehingga

akan muncul peningkatan dari segi kinerja perusahaam serta keuntungan yang didapat

dengan mengoptimalkan keseimbangan cost/benefit yang dimiliki perusahaan.

ISO 22301 juga dapat dikembangan dengan beberapa metodologi yang lain untuk

peimplementasian management sistem, yang mana sebuah badan sertifikasi dunia yaitu

Professional Evaluation and Certification Board ( PECB ) mengembangkan hal tersebut yang

dikenal dengan nama “Integrated Implementation Methodology for Management Systems and

Standards” ( IMS2 ) dan metodolgi tersebut didasarkan juga pada penggunaan best practices

requirement di ISO22301. Sehingga pada IMS2 menggunakan fase siklus PDCA yaitu Plan ,

Do, Check, Act yang mana total dari tahapan tersebut ada 21 tahapan seperti yang di jelaskan

pada gambar 6 di bawah ini. ( PECB.org )